APPENDISITIS
APPENDISITIS
Perforasi Appendix akan menyebabkan terjadinya abscess lokal atau peritonitis difus. Proses ini
tergantung pada kecepatan progresivitas ke arah perforasi dan kemampuan tubuh pasien berespon
terhadap perforasi tersebut. Tanda perforasi Appendix mencakup peningkatan suhu melebihi 38.6 o C,
leukositosis > , dan gejala peritonitis pada pemeriksaan fisik. Pasien dapat tidak bergejala sebelum
terjadi perforasi, dan gejala dapat menetap hingga > 48 jam tanpa perforasi.
Tn. SP, 24 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS. Pasien juga
mengeluh muntah 2x, isi makanan. Pasien juga merasakan mual dan nafsu makan menurun. Pasien juga
merasakan badan sedikit demam. 2 hari SMRS pasien mengeluh nyeri di perut bagian tengah. BAB (+)
warna kuning, BAK (+) warna kuning terakhir 4 jam SMRS. Pasien belum pernah merasakan keluhan yang
sama sebelumnya. Pasien jarang memakan sayuran dan buahbuahan dalam menu makanan sehari-
harinya.
RPD (-)
a. Kesan Umum
b. Tanda-tanda Vital
RR : 22x/mnt
Suhu : 38.9 derajat celcius
SaO2 : 99%
c. Keadaan Tubuh
Kepala : Normocephal
Tenggorokan : T1/T1
Dada : Pengembangan dada simetris, Fremitus taktil simetris, NT (-), perkusi sonor, bunyi napas:
vesikuler, Cor: S1 S2 reguler
NT McBurney (+)
- Darah Rutin
Hb 13.7 g/dl
WBC 18.9x103/mm3
Hct 39.3%
- Darah Kimia
GDS : 88 mg/dl
Ureum : 16 mg/dl
SGPT : 24 mg/dl
Apendisitis merupakan peradangan pada appendix vermiformis. Peradangan akut apendiks memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. Apendisitis akut
merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan mencetuskanterjadi nya apendisitis akut. Antaranya
adalah sumbatan lumen apendiks yang diajukan sebagai pencetus. Di samping hyperplasia jaringan
limfe, fekalit, tumor apendiksdan cacing askariasis dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain diduga
dapat menimbul appendicitis akut adalah erosi mukosa apendiks akibat parasit seperti E.histolitica.
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam lumen dan
selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada
patogenesis appendisitis. Apendisitis akut terjadi karena berlaku obstruksi atau sumbatan lumen
apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi lumen yang tertutup disebab kan oleh hambatan pada bagian
proksimalnya dan berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks yang dapat
menyebabkan terjadinya distensi pada kantung apendiks .Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang
diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas
dinding apendiks mempunyai
1. Nyeri abdominal. Nyeri ini merupakan gejala klasik appendisitis. Mula-mula nyeri dirasakan samar-
samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium atau sekitar umbilikus. Setelah
beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah (titik Mc Burney).Nyeri akan
bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupanyeri somatik setempat. Bila terjadi
perangsangan peritonium biasanya penderita akan mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau
batuk.
5. Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi biasanya tubuh belum panas.
Suhu biasanya berkisar 37,5º-38,5º C. Gejala appendisitis akut pada anak-anak tidak spesifik. Gejala
awalnya sering hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa menunjukkan rasa nyerinya.
Karena gejala yang tidak spesifik ini sering diagnosis apendisitis diketahui setelah terjadi perforasi. Pada
orang berusia lanjut gejalanya juga sering samar-samar saja, tidak jarangterlambat diagnosis. Akibatnya
lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah perforasi.
Palpasi dan tanda – tanda appendicitis yang dapat dilakukan adalah :
- Obturator sign - . Nyeri pada rotasi kedalam secara pasif saat paha pasien difleksikan
Untuk membantu penegakkan diagnosis appendisitis dapat pula dilakukan penghitungan Skor Alvarado.
Skor Alvarado adalah suatu sistem pen-skor-an yang digunakan untuk menetapkan ada atau tidaknya
diagnosis appendisitis akut (penyakit usus buntu). Skor Alvarado merupakan delapan komponen skor
yang terdiri dari enam komponen klinik dan dua komponen laboratorium dengan total skor maksimal
10. Beberapa komponen Skor Alvarado, ialah:
Gejala Klinis
Tanda Klinis
1.Nyeri lepas
Pemeriksaan Laboratoris
Bila sudah terdiagnosis dengan tepat, tindakan paling tepat adalah apendektomi. Pada apendisitis tanpa
komplikasi biasanya tidak diperlukan antibiotik kecuali pada apendisitis gangrenosa dan perforasi
penundaan tindakan bedah sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses atau perforasi.
IVFD RL 20 tpm
Pro Appendektomi
DHF
Anamnesis Terpimpin:
• An GP usia 7 tahun datang dengan demam sejak 4 hari SMRS, turun naik, terasa dingin sejak
pagi, menggigil (-). Keluhan disertai muncul bintik-bintik merah di bagian kaki, mimisan (-) gusi
berdarah (-). Batuk/pilek (-), nyeri ulu hati (+), nafsu makan menurun. Belum BAB sejak 4 hari
yang lalu, BAK terakhir sekitar 8 jam SMRS
Pemeriksaan Fisik
• BB: 20 kg/ PB: 121 cm/ Status Gizi: Kurang (86,9% menurut Waterlow)
• Kepala : Normosefal
• DADA
Perkusi: Sonor
Lingkar Perut: 50 cm
Inspeksi: Datar
Palpasi: Soepl, Nyeri tekan (+) R. epigastrium dan hipokondrium kanan, lien dan hepar tidak
teraba
Perkusi: timpani
• Ekstremitas:
• LLA: 16 cm
Pemeriksaan Laboratorium:
• Hematokrit: 44,2 %
• Trombosit: 21.000/mm3
• Leukosit: 6.300/mm3
Penatalaksanaan:
• Anjuran Pemeriksaan:
• N: 113 x/m
• P: 40 x/m
• S: 35,8 C
Rencana Rujuk ke RS dengan Spesialis Anak untuk Observasi dan Penatalaksanaan lebih lanjut