Anda di halaman 1dari 8

Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis.

Appendix merupakan organ


tubular yang terletak pada pangkal usus besar yang berada di perut kanan bawah dan organ ini
mensekresikan IgA namun seringkali menimbulkan masalah bagi kesehatan. Peradangan akut Appendix
atau Appendicitis acuta menyebabkan komplikasi yang berbahaya apabila tidak segera dilakukan
tindakan bedah. Appendicitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling sering ditemukan.
Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak sebelum usia
sekolah. Diagnosis Appendicitis acuta pada anak kadang-kadang sulit. Hanya 50-70% kasus yang bisa
didiagnosis dengan tepat pada saat penilaian awal.

Perforasi Appendix akan menyebabkan terjadinya abscess lokal atau peritonitis difus. Proses ini
tergantung pada kecepatan progresivitas ke arah perforasi dan kemampuan tubuh pasien berespon
terhadap perforasi tersebut. Tanda perforasi Appendix mencakup peningkatan suhu melebihi 38.6 o C,
leukositosis > , dan gejala peritonitis pada pemeriksaan fisik. Pasien dapat tidak bergejala sebelum
terjadi perforasi, dan gejala dapat menetap hingga > 48 jam tanpa perforasi.

Penatalaksanaan pasien meliputi pemberian antibiotik dan operasi appendektomi.

Tn. SP, 24 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS. Pasien juga
mengeluh muntah 2x, isi makanan. Pasien juga merasakan mual dan nafsu makan menurun. Pasien juga
merasakan badan sedikit demam. 2 hari SMRS pasien mengeluh nyeri di perut bagian tengah. BAB (+)
warna kuning, BAK (+) warna kuning terakhir 4 jam SMRS. Pasien belum pernah merasakan keluhan yang
sama sebelumnya. Pasien jarang memakan sayuran dan buahbuahan dalam menu makanan sehari-
harinya.

Riwayat kontak dengan Pasien COVID 19 disangkal

RPD (-)

a. Kesan Umum

 Keadaan umum : lemah.

 Kesadaran : Composmentis, GCS 15 ( E4 V5 M6 ).

 Status gizi : status gizi normal, BB:60 kg , TB:168cm

b. Tanda-tanda Vital

 Tekanan darah : 120/80 mmHg

 Nadi : 98x/mnt,regular, isi dan tegangan kuat

 RR : 22x/mnt
 Suhu : 38.9 derajat celcius

 SaO2 : 99%

c. Keadaan Tubuh

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis -/-; Sklera ikterik -/-

Hidung : Deviasi septum (-); Rhinorrhea (-)

Telinga : Tidak tampak kelainan

Mulut : Tidak tampak kelainan

Tenggorokan : T1/T1

Leher : Pembesaran KGB (-); Deviasi trakea (-)

Dada : Pengembangan dada simetris, Fremitus taktil simetris, NT (-), perkusi sonor, bunyi napas:
vesikuler, Cor: S1 S2 reguler

Abdomen : Datar, defans (-), BU (+) 10x/m

NT McBurney (+)

Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

Esktremitas : Akral hangat, Pitting edema (-)

Rectal Touche : tidak dilakukan pemeriksaan

- Darah Rutin

RBC 4.36x106/ mm3

Hb 13.7 g/dl

WBC 18.9x103/mm3

Plt count 163x103/mm3

Hct 39.3%

- Darah Kimia

GDS : 88 mg/dl

Ureum : 16 mg/dl

Kreatinin : 0.9 mg/dl


SGOT : 22 mg/dl

SGPT : 24 mg/dl

Apendisitis merupakan peradangan pada appendix vermiformis. Peradangan akut apendiks memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. Apendisitis akut
merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan mencetuskanterjadi nya apendisitis akut. Antaranya
adalah sumbatan lumen apendiks yang diajukan sebagai pencetus. Di samping hyperplasia jaringan
limfe, fekalit, tumor apendiksdan cacing askariasis dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain diduga
dapat menimbul appendicitis akut adalah erosi mukosa apendiks akibat parasit seperti E.histolitica.

Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam lumen dan
selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada
patogenesis appendisitis. Apendisitis akut terjadi karena berlaku obstruksi atau sumbatan lumen
apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi lumen yang tertutup disebab kan oleh hambatan pada bagian
proksimalnya dan berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks yang dapat
menyebabkan terjadinya distensi pada kantung apendiks .Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang
diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas
dinding apendiks mempunyai

keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.

Gambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain

1. Nyeri abdominal. Nyeri ini merupakan gejala klasik appendisitis. Mula-mula nyeri dirasakan samar-
samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium atau sekitar umbilikus. Setelah
beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah (titik Mc Burney).Nyeri akan
bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupanyeri somatik setempat. Bila terjadi
perangsangan peritonium biasanya penderita akan mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau
batuk.

2. Mual-muntah biasanya pada fase awal.

3. Nafsu makan menurun

4. Obstipasi dan diare pada anak-anak.

5. Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi biasanya tubuh belum panas.
Suhu biasanya berkisar 37,5º-38,5º C. Gejala appendisitis akut pada anak-anak tidak spesifik. Gejala
awalnya sering hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa menunjukkan rasa nyerinya.
Karena gejala yang tidak spesifik ini sering diagnosis apendisitis diketahui setelah terjadi perforasi. Pada
orang berusia lanjut gejalanya juga sering samar-samar saja, tidak jarangterlambat diagnosis. Akibatnya
lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah perforasi.
Palpasi dan tanda – tanda appendicitis yang dapat dilakukan adalah :

- Nyeri tekan Mc Burney - nyeri tekan di titik Mc Burney.

- Rovsing sign - nyeri tekan pada kiri perut bawah

- Blumberg sign – nyeri tekan lepas

- Psoas sign – nyeri pada saat paha pasien diekstensikan

- Obturator sign - . Nyeri pada rotasi kedalam secara pasif saat paha pasien difleksikan

Untuk membantu penegakkan diagnosis appendisitis dapat pula dilakukan penghitungan Skor Alvarado.

Skor Alvarado adalah suatu sistem pen-skor-an yang digunakan untuk menetapkan ada atau tidaknya
diagnosis appendisitis akut (penyakit usus buntu). Skor Alvarado merupakan delapan komponen skor
yang terdiri dari enam komponen klinik dan dua komponen laboratorium dengan total skor maksimal
10. Beberapa komponen Skor Alvarado, ialah:

Gejala Klinis

1. Nyeri abdominal pindah ke fossa iliaka kanan

2. Nafsu makan menurun

3. Mual dan atau muntah

Tanda Klinis

1.Nyeri lepas

2. Nyeri tekan fossa iliaka kanan

3. Demam (suhu > 37,2⁰ C)

Pemeriksaan Laboratoris

1. Leukositosis (leukosit > 10.000/ml)

2. Shift to the left (neutrofil > 75%)

Bila sudah terdiagnosis dengan tepat, tindakan paling tepat adalah apendektomi. Pada apendisitis tanpa
komplikasi biasanya tidak diperlukan antibiotik kecuali pada apendisitis gangrenosa dan perforasi
penundaan tindakan bedah sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses atau perforasi.

IVFD RL 20 tpm

Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV


Inj Ketorolac 30 mg/8 jam/IV

Inj Paracetamol 1gr/ 8 jam/IV

Inj Ranitidin 50 mg/12 jam/IV

Pro Appendektomi

DHF

Keluhan Utama: Demam

Anamnesis Terpimpin:

• An GP usia 7 tahun datang dengan demam sejak 4 hari SMRS, turun naik, terasa dingin sejak
pagi, menggigil (-). Keluhan disertai muncul bintik-bintik merah di bagian kaki, mimisan (-) gusi
berdarah (-). Batuk/pilek (-), nyeri ulu hati (+), nafsu makan menurun. Belum BAB sejak 4 hari
yang lalu, BAK terakhir sekitar 8 jam SMRS

• RPO: Parasetamol sirup, namun keluhan tidak membaik

Pemeriksaan Fisik

• BB: 20 kg/ PB: 121 cm/ Status Gizi: Kurang (86,9% menurut Waterlow)

• Keadaan Umum: tampak sakit sedang

• Kesadaran : Compos mentis, GCS : E4V5M6.

• TTV: TD: 60/40 mmHg, N: 120 x/m, P: 44 x/m, Suhu 35,6 C

• Akral hangat, CRT <2 det

• Kepala : Normosefal

• Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).

• Hidung, bibir, leher, telinga: dalam batas normal

• DADA

Inspeksi: Pengembangan dada simetris

Palpasi: Fremitus raba simetris kiri dan kanan

Perkusi: Sonor

Auskultasi: BND Vesikuler +/+; Rhonki -/-, Wheezing -/-


• Abdomen

Lingkar Perut: 50 cm

Inspeksi: Datar

Auskultasi: Bising Usus (+) Kesan normal

Palpasi: Soepl, Nyeri tekan (+) R. epigastrium dan hipokondrium kanan, lien dan hepar tidak
teraba

Perkusi: timpani

• Ekstremitas:

• Petekie (+) Regio cruris sinistra et dextra

• LLA: 16 cm

• Tonus otot: eutonia, Kekuatan otot: 5/5/5/5

• Genitalia: Tidak dilakukan pemeriksaan

• RUMPLE LEEDE (+)

Pemeriksaan Laboratorium:

• Hb: 15,4 gr/dl

• Hematokrit: 44,2 %

• Trombosit: 21.000/mm3

• Leukosit: 6.300/mm3

Penatalaksanaan:

• IVFD RL 10 cc/kgBB dalam 1 jam

• Observasi TTV dan tanda syok  turunkan 7cc/kgBB/jam bila membaik

• Bila membaik, turunkan 5,3, 1,5 cc/kgBB/jam

• Anjuran Pemeriksaan:

• IgG, IgM antidengue

1 jam setelah loading cairan:

• TD: 90/60 mmHg

• N: 113 x/m
• P: 40 x/m

• S: 35,8 C

• Akral hangat, kering, CRT <2 det

Rencana Rujuk ke RS dengan Spesialis Anak untuk Observasi dan Penatalaksanaan lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai