Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingginya angka kelahiran hidup di Indonesia merupakan masalah utama dapat
berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu (AKI) tidak terlepas dari masih
yaitu mencapai 16,8% selain itu, era saat ini masih banyak ditemukan kehamilan yang
dikatagorikan menjadi 4T yaitu terlalu muda (hamil usia < 20 tahun, terlalu tua (hamil
usia > 35 tahun), terlalu sering/rapat (jarak kehamilan < 2 tahun), terlalu
banyak/grandemulti (Anak > 4) (Prasetyawati, 2012) Menurut World Population Data
Sheet 2013 Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk
terbanyak, yaitu 249 juta. Menurut badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah
penduduk indonesia yaitu dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 255,5 juta pada
tahun 2015. Laju penduduk ini ditentukan oleh angka kelahiran dan kematian.
Keterkaitan manfaat KB dengan penurunan AKI melahirkan seringkali tidak dirasakan.
Salah satu penyebab kematian ibu antara lain karena masih rendahnya pemahaman
kesehatan reproduksi oleh sebab itu diharapkan dengan menggalakan program
keluarga berencana (KB) dapat untuk menekan jumlah penduduk (BPS, 2013)
Keluarga berencana (KB) merupakan program pemerintah yang ditetapkan pada
tanggal 29 juni 1970. Program KB semakin tahun semakin meningkat hal ini dapat
dilihat menurut data SDKI 2012 menunjukkan penggunaan kontrasepsi atau
Contraceptive Prevalence rate (CPR) di Indonesia sejak 1991-2012 cenderung
meningkat, sementara angka fertilitas atau Total Feritily Rate (TFR) cenderung menurun
hal ini dapat dikatakan bahwa meningkatnya wanita yang melakukan KB sejalan dengan
penurunan angka fertilitas nasional. Data Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat
8.500.247 Pasangan Usia Subur yang merupakan peserta KB baru.
Program Keluarga berencana (KB) selain untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduk juga bertujuan untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB
dan kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian bayi (AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
untuk membentuk keluarga kecil berkualitas (Kurniawati, 2014).
Sehingga kita sebagai bidan hendaknya dapat memberikan asuhan kebidanan pada
masa prakonsepsi yang terutama ditujukan pada pasangan usia subur (PUS) agar
program Keluarga Berencana (KB) ini dapat berjalan sesuai dengan harapan
pemerintah hal ini disebabkan karena asuhan prakonsepsi merupakan kompetensi
bidan yang diharapkan para bidan mampu untuk melaksanakan tugas yang berkualitas
dan profesional dengan memiliki kemampuan dalam pengetahuan dan keterampilan
1.2 Tujuan
1. 2. 1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan dapat melaksanakan asuhan kebidanan
pada masa prakonsepsi KB IUD pada wanita usia subur.
1. 2. 2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
pada asuhan prakonsepsi KB IUD.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah asuhan
prakonsepsi KB IUD.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial yang
terjadi pada asuhan prakonsepsi KB IUD.
4. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera yang terjadi pada
asuhan prakonsepsi IUD.
5. Mahasiswa dapat menentukan rencana tindakan sesuai dan kebutuhan
pada asuhan prakonsepsi KB IUD.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan yang direncanakan pada
asuhan prakonsepsi KB IUD.
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi dari tidnakan yang telah diberikan
pada asuhan prakonsepsi KB IUD.
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa kebidanan diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan tentang konsep dan manajemen kebidanan terkait asuhan
prakonsepsi.
2. Bagi institusi
Bagi institusi dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan
mengenai asuhan kebidanan masa prakonsepsi.
3. Bagi PMB Yunanik S.Tr. Keb
Bagi PMB Yunanik S.Tr. Keb diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pelayanan asuhan kebidanan masa prakonsepsi sesuai dengan prosedur
dan manajemen yang tepat.
1.4 Ruang Lingkup
Memberikan asuhan prakonsepsi KB IUD secara Komprehensif pada wanita usia
subur
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana (KB)


2. 2. 1 Definisi Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,
mengatur jarak kehamilan dan ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas baik dari sisi materi maupun
spritual (Kemenkes, 2014).
2. 2. 2 Tujuan Keluarga Berencana (KB)
Program Keluarga Berencana (KB) untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk selain itu untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak
(Kemenkes, 2014). Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu
keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak agar diperoleh suatu
keluarga bahagia dan sejahtera (Sulistyawati, 2013).
2. 2. 3 Ruang Lingkup Keluarga Berencana (KB)
Runga lingkup KB antara lain: keluarga berencana, kesehatan reproduksi
remaja,ketahanan dan pemberdayaan keluarga, penguatan pelembagaan
keluarga kecil berkualitas, keserasian kebijakan kependudukan,
pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), Penyelanggaraan pimpinan
kenegaraan dan kepemerintahan.
2.2 Kontrasepsi
Kontasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen
(Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur
oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur
yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
Menurut Prawirohardjo (2009), kontrasepsi yang ideal itu harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: dapat dipercaya, tidak
menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat
diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu
melakukan koitus, tidak memerlukan motivasi terus menerus, mudah
pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat, dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang
bersangkutan.
2.3 Jenis-jenis Kontrasepsi
1. Pil
a. Pengertian
Pil oral terdiri dari hormon estrogen dan progesteron. Cara kerja pil
yaitu menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks mengental
sehingga sulit dilalui oleh sel sperma, Pergerakan tuba terganggu
(Saifuddin,2006).
b. Efektivitas
Pil oral bila diminum setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan
dalam tahun pertama penggunaan), sangat efektif.
c. Jenis Pil
 Monofasik
Pil tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
estrogen/progesteron (E/P) dalam dosis sama dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif
 Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan dua dosis yang
berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
 Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progesteron dengan tiga dosis berbeda dengan 7
tablet tanpa hormon aktif.
d. Keuntungan KB pil menurut Handayani (2010), yaitu:
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
 Dapat digunakan sebagai metode jangka panjang
 Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
 Mudah dihentikan setiap saat
 Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
 Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea
e. Keterbatasan KB Pil menurut Proverawati (2010), yaitu:
 Amenorrhea
 Perdarahan haid yang berat
 Perdarahan diantara siklus haid
 Depresi
 Kenaikan berat badan
 Mual dan muntah
 Hipertensi
 Nyeri tekan payudara
 Pusing dan sakit kepala
 Cloasma
 Disminorea
 Hipertrofi atau ekropi serviks
Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama
obat tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas dari
pil KB. Obat anti-kejang (fenitoin dan fenobarbital) bisa menyebabkan
meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB.
Beberapa kondisi dimana kontrasepsi oral kombinasi tidak boleh
diigunakan pada wanita dengan :
 Menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah melahirkan
 Usia >35 tahun dan merokok 15 batang sehari
 Faktor risiko multipel untuk penyakit jantung (usia tua, merokok,
diabetes, hipertensi)
 Tekanan darah sistolik 160 atau TD diastolik 100 mmHg
 Riwayat trombosis vena dalam atau emboli paru
 Operasi besar dengan istirahat lama di tempat tidur
 Riwayat sakit jantung iskemik
 Stroke
 Penyakit jantung katup komplikasi
 Migrain dengan gejala neurologi fokal (dengan aura)
 Migrain tanpa gejala neurologi fokal dan usia = 35 tahun
 Riwayat kanker payudara
 Diabetes dengan nefropati, retinopati, neuropati, penyakit vaskular,
atau diabetes > 20 tahun
 Sirosis berat
 Kanker hati
2. Suntik
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal. KB suntik dibagi menjadi
yaitu KB suntik 1 bulan dan KB suntik 3 bulan
a) KB suntik 1 Bulan
 Pengertian
Kontrasepsi suntik 1 bulan merupakan kontrasepsi yang mengandung
25 mg MPA (Medroksi Progesteron Asetat) dan 5 mg estradiol sipionat
(ES). Setiap kemasan mengandung 0,5 ml disuntikkan secara
intramuskular (IM) (Ningsih, 2013)
 Mekanisme kerja suntik 1 bulan
Mekanisme kerja suntik 1 bulan yaitu: menekan ovulasi, membuat lendir
servikis menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu,
perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu,
menghambat transportasi gamet oleh tuba fallopi (Ningsih, 2013)
 Indikasi penggunaan suntik 1 bulan
Indikasi/ yang boleh menggunakan, multipara dan yang telah memiliki
anak, ingin menggunakan kontrasepsi jangka panjang dan efektivitas
tinggi, setelah keguguran, setelah melahirkan dan tidak menyusui, telah
memiliki banyak anak namun belum ingin steril, anemia, nyeri haid
hebat, haid teratur, riwayat kehamilan ektopik, sering lupa menggunaan
KB pil (Ningsih, 2013)
 Kontraindikasi penggunaan suntik 1 bulan
Kontraindikasi penggunaan suntik 1 bulan yaitu hamil atau curiga hamil,
menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan, perdarahan pervaginam
yang belum jelas penyebabnya, penyakit hari akut/ hepatitis, usia >35
tahun, riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah tinggi
(>180/110 mmHg), riwayat kelainan tromboemboli atau kencing manis >
20 tahun, kelianan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala
atau migrain, kegananasan pada payudara (Ningsih, 2013)
 Keuntungan penggunaan suntik 1 bulan
Keuntungan penggunaan suntik 1 bulan yaitu: mengurangi jumlah
perdarahan, mengurangi nyeri saat haid, mencegah anemia, mencegah
kanker ovarium dan kanker endometrium, mengurangi penyakit
payudara jinak dan kista ovarium, mencegah kehamilan ektopik,
melindungi dari penyekit radang panggul (Ningsih, 2013)
 Kerugian penggunaan suntik 1 bulan
Kerugian penggunaan suntik 1 bulan terjadi perubahan pola haid seperti
menstruasi yang tidak teratur, bercak/flek atau perdarahai selesai
sampai 10 hari, mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan
seperti ini akan hilang setelah penyuntikan kedua/ketiga,
ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan karena klien harus
kembali setiap 4 minggu, efektivitas berkurang apabila digunakan
bersamaan dengan obat epilepsi atau obat TB, tidak melindungi dari
penyakit HIV dan hepatitis B, kemungkinan mengalami keterlambatan
pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian (Ningsih, 2013)
b) KB suntik 3 Bulan
 Pengertian
Kontrasepsi KB suntik 3 bulan DMPA berisi hormon progesteron saja
dan tidak mengandung hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150
mg/ml depot medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara
intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Susilowati, 2012)
 Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja kontrasepsi 3 Bulan yaitu mencegah ovulasi,
membuat lendir servik menjadi kental sehingga menjadi barrier
terhadap sperma, membuat endometrium menjadi kurang baik untuk
implantasi dai ovum yang telah dibuahi, mempengaruhi kecepatan
transportasi ovum dalam tuba falloppi (Susilowati, 2012)
 Efektivitas
Suntik KB 3 bulan memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan
per 100 wanita dalam 1 tahun pemakaian. Kegagalan terjadi
disebabkan karena ketidakpatuhan akseptor untuk datang pada jadwal
yang ditetapkan atau cara penyuntikan yang salah (Susilowati, 2012)
 Kelebihan
Kelebihan penggunaan KB suntik 3 bulan yaitu: sangat efektif,
pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak pada penyakit jantung dna gangguan pembekuan darah,
tidak mempengaruhi produksi ASI, efek samping yang sedikit, pasien
tidak perlu untuk menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh wanita
usia perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara,
mencegah beberapa penyakit tulang panggung (Susilowati, 2012)
 Keterbatasan
Keterbatasan penggunaan KB suntik 3 bulan yaitu: klien mengalami
gangguan pola haid, terjadi keterlambatan pemulihan kesuburan
setelah penghentian pemakaian, klien sangat bergantung pada tempat
pelayanan kesehatan, klien biasanya mengalami berat badan, tidak
menjamin terhadap penyakit hepatitis B dan HIV (Susilowati, 2012)
 Indikasi
Indikasi penggunaan KB suntik 3 bulan yaitu: wanita usia reproduktif,
wanita yang telah memiliki anak, menghendaki kontrasepsi jangka
panjang dan efektivitas tinggi, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
yang sesuai, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus
dan keguguran, masalah gangguan pembekuan darah, menggunakan
obat epilepsi dan tuberculosis (Susilowati, 2012)
 Kontraindikasi
Kontraindikasi KB suntik 3 bulan yaitu hemil atau dicurigai hamil,
perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, wanita yang
tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, penderita kanker
payudara atau riwayat kanker payudara, penderita diabetes mellitus
disertai komplikasi (Susilowati, 2012)
 Waktu Mulai Menggunakan
Waktu menggunakan KB suntik 3 bulan yaitu: setiap saat selama siklus
haid, asal tidak hamil, mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid,
pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan tidak teratur, injeksi
dapat diberikan setiap saat asal tidak hamil. Selama 7 hari setelah
penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. d. Ibu yang telah
menggunakan kontrasepsi hormonal lain secara benar dan tidak hamil
kemudian ingin mengganti dengan kontrasepsi KB suntik 3 bulan
pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid
berikutnya, Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat
segera diberikan, asal ibu tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid,
selama 7 hari penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual
(Susilowati, 2012)
 Cara penggunaan
Kontrasepsi suntikan 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular (IM)
dalam daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal
penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera
dan efektif. Suntikan diberikan tiap 90 hari, bersihkan kulit yang akan
disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi etil/ isopropyl alcohol 60-
90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah kering baru disuntik,
Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung
udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terjadi endapan
putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dan dengan
menghangatkannya (Susilowati, 2012)
 Efek Samping
Efek samping suntik KB 3 bulan yaitu: mengalami gangguan haid
seperti: amenore, spooting, menoragia, metrorargia, penambahan berat
abdan, mual, kunang-kunang, sakit kepala, nervositas, penurunan
libido, vagina kering (Susilowati, 2012)
3. Implan
 Pengertian
Implan merupakan kontrasepsi jangka panjang yang berupa susuk yang
terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, implan
dipasangkan pada lengan dalam atas. Implan dapat digunakan untuk
jangka panjang 5 tahun dan bersifat seversible (Rahayu dan Ulfah,
2016).
 Jenis
 Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
Levonorgestrel yang berisi hormon progesteron dan kerjanya 5
tahun (Saifuddin, 2006)
 Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm
dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel
dan lama kerjanya 3 tahun (Saifuddin, 2006)
 Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel yang
berisi hormon progesteron dengan lama kerja 3 tahun (Saifuddin,
2006).
 Cara kerja dan Evektivitas
Cara kerja Kb implan yaitu lendir serviks menjadi kental, mengganggu
proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,
mengurasi transportasi sperma, menekan ovulasi. Evektivitas
kontrasepsi implan sangat tinggi angka kegagalan implan 1 per 100
wanita pertahun dalam 5 tahun pertama, kegagalan pengguna rendah,
sekali terpasang tidak pelu ada yang diingat (Rahayu dan Ulfah, 2016).
 Keuntungan
Keuntungan penggunaan Kb implan yaitu pengembalian tingkat
kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan
pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh hormon estrogen, tidak
mengganggu kegiatan hubungan seksual, tidak mempengaruhi produksi
ASI, klien hanya perlu kembali apabila ada keluhan, dapat dicabut
setiap saat sesuai dengan kebutuhan (Rahayu dan Ulfah, 2016).
 Efek Samping
Implan memiliki efek samping paling utama adalah perubahan pola
haid, terjadi kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama. Selain itu,
efek samping lain adalah bertambahnya lama menstruasi, perdarahan
bercak (spotting), amenore meskipun jarang terjadi dibandingkan
dengan perdarahan lama atau perdarahan bercak (Hartato, 2010).
4. IUD (Spiral)
 Pengertian
Kontrasepsi IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur
yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah
digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi
jangka panjang. Nama populernya adalah spiral (Majid, 2013).
 Jenis
AKDR CuT-380A dan NOVA T (Schering). CuT-380A berbentuk kecil,
kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh
kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia
(Saifuddin, 2006).
 Efektivitas
Penggunaan Kb IUD memiliki efektivitas tinggi 0,6-0,8 kehamilan/ 100
perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170
kehamilan) dan IUD sangat efektif segera setelah pemasangan
(Saifuddin, 2006).
 Cara Kerja
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi,
mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mecapai kavum uteri, AKDR
bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi,
memungkinkan untuk mencegah omplantasi telur dalam uterus
(Saifuddin, 2006)
 Keuntungan
o Sangat efektif

o Bekerja cepat setelah dimasukkan ke dalam rahim


o Bekerja dalam jangka waktu lama (sampai 10 tahun)

o Pengembalian kesuburan cepat setelah dilepaskan

 Kerugian
o Risiko infeksi panggul
o Dismenorea (nyeri saat haid)
o Menoragia pada bulan-bulan pertama
o Peningkatan risiko perforasi (robek)  rahim
o Risiko kehamilan ektopik
o IUD dapat lepas dengan sendirinya
5. Kondom
1) Kondom (laki-laki dan perempuan)
a) Pengertian
Kondom merupakan metode untuk mengumpulkan sperma di dalam
kantung kondom bertujuan untuk mencegahnya sperma masuk ke dalam
saluran reproduksi wanita. Biasanya kondom harus dipakai setelah ereksi
atau sebelum alat kelamin pria penetrasi ke dalam vagina yang meliputi
separuh bagian penis yang ereksi. Penggunaan kondom tidak boleh
terlalu ketat). Kondom harus dilepas setelah ejakulasi (Saifuddin, 2010).
b) Cara pemakaian kondom
Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan seksual caranya
yaitu: membuka kondom secara perlahan untuk mencegah kerusakan
(jangan menggunakan gigi atau benda tajam, pasang kondom dalam
keadaan penis ereksi dan sebelum kontak dengan pasangan, pastikan
tidak ada udara yang terjebak di ujung kondom, pastikan penggunaan
pelumas yang cukup (dapat menggunakan pelumas tambahan), gunakan
hanya pelumas dengan bahan dasar air ketika menggunakan kondom
(pelumas dengan bahan dasar minyak dapat melemahkan lateks),
pegang kondom dengan hati-hati setelah ejakulasi, dan untuk mencegah
terlepasnya kondom, keluarkan kondom dari vagina dalam keadaan
penis ereksi,
c) Efektivitas
Kehamilan terjadi pada 3-14 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan
pertama.
c) Keuntungan
Keuntungan penggunaan kondom yaitu: dapat digunakan selama
menyusui, satu-satunya kontrasepsi yang mencegah PMS, infeksi GO,
klamidia.
2) Diafragma dan cervical cap
Kontrasepsi penghalang yang dimasukkan ke dalam vagina bertujuan
untuk mencegah sperma masuk ke dalam saluran reproduksi wanita.
Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel.
Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher
rahim) tertutupi semuanya. Diafragma harus diletakkan minimal 6 jam
setelah senggama. Cervical cap (penutup serviks) adalah kop bulat untuk
menutupi leher rahim dengan perlekatan di bagian forniks. Terbuat dari
karet dan harus tetap di tempatnya lebih dari 48 jam (Saifuddin, 2010).
 Efektivitas
Kehamilan terjadi pada 6-40 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan
pertama
 Keuntungan
Keuntungan menggunakan diafragma dan cervical cap yaitu: dapat
digunakan selama menyusui, tidak ada risiko gangguan kesehatan,
melindungi dari IMS.
 Kerugian
Kerugian menggunakan diafragma dan cervical cap yaitu: angka
kegagalan tinggi, peningkatan risiko infeksi, membutuhkan evaluasi
dari tenaga kesehatan, terdapat rasa ketidaknyamanan.
6. Metode Alamiah
 Pengertian
Metode alamiah merupakan metode yang ditujukan untuk passangan
suami istri untuk menghindari berhubungan seksual pada siklus subur.
Masa ovulasi terjadi 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang telah
dilepaskan hanya bertahan hidup selama 24 jam namun, sperma bisa
bertahan 3-4 hari setelah melakukan hubungan seksual. Karena itu
pembuahan bisa terjadi akibat hubungan seksual yang dilakukan 4 hari
sebelum ovulasi.
 Jenis metode alamiah
a) Metode kalender
Merupakan metode untuk menghindari berhubungan seksual selama
periode subur wanita berdasarkan panjang siklus menstruasi,
kemungkinan waktu ovulasi, jangka waktu sel telur masih dapat dibuahi,
dan kemampuan sperma untuk bertahan di saluran reproduksi wanita.
Periode subur seorang wanita dihitung dari : (siklus menstruasi terpendek
-18) dan (siklus menstruasi terpanjang -  11)
Contoh: bila siklus terpendek seorang wanita adalah 25 hari, dan siklus
terpanjangnya 29 hari, maka periode suburnya adalah (25 - 18) dan (29 -
11) yang berarti hubunan seksual tidak boleh dilakukan pada hari ke-7
sampai hari ke-18 setelah menstruasi.
b) Metode lendir serviks
Merupakan metode untuk mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks
setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan
licin. Tidak melakukan hubungan seksual selama periode preovulasi
(berdasarkan lendir serviks),
c) Metode pengukuran suhu tubuh
Berdasarkan perubahan temperatur. Pengukuran dilakukan pada suhu
basal (suhu ketika bangun tidur sebelum beranjak dari tempat tidur. Suhu
basal akan menurun sebelum ovulasi dan agak meningkat (kurang dari 1°
celcius) setelah ovulasi. Hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan
sejak hari pertama menstruasi sampai 3 hari setelah kenaikan dari
temperatur.
 Efektifitas
Kehamilan terjadi pada 9-25 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan
pertama
 Keuntungan
Keuntungan penggunaan metode ini antara lain: tidak ada efek samping
gangguan kesehatan, terjangkau/ ekonomis.
 Kerugian
Kerugian menggunakan metode ini yaitu angka kegagalan tinggi, tidak
melindungi dari penyakit IMS, menghambat spontanitas, membutuhkan
siklus menstruasi teratur
d) Metode amenorea laktasi (MAL)
saat ibu menyusui kondisi yang terjadi yaitu penghisapan ASI oleh bayi
menyebabkan perubahan hormonal hipotalamus untuk mengeluarkan
GnRH yang dapat menekan pengeluaran hormon LH dan menghambat
ovulasi ini merupakan metode yang efektif apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut: menyusui setiap 4 jam pada siang hari dan setiap 6 jam
pada malam hari, makanan tambahan hanya diberikan 5-10% dari total.
 Efektivitas
Kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada 6 bulan setelah
melahirkan, 6 per 100 wanita setelah 6-12 bulan setelah melahirkan.
 Keuntungan
Keuntungan metode ini untuk mencegah kehamilan segera setelah
melahirkan, tidak mengganggu kesehatan, ekonomis tidak perlu untuk
mengeluarkan biaya, merangsang seorang wanita untuk menyusui
3) Kerugian
Kerugian metode ini yang mungkin terjadi antara lain: tidak sepenuhnya
efektif, harus memenuhi criteria, tidak melindungi dari penyakit IMS
7. Sterilisasi
 Tubektomi
Tubektomi atau pemotongan dan pengikatan tuba falopii (saluran telur
dari ovarium kerahim). Pada ligasi tuba dibuat sayatan pada perut dan
dilakukan pembiusan total. Ligasi tuba bisa dilakukan segera setelah
melahirkan atau dijadwalkan di kemudian hari. Sterilisasi pada wanita
seringkali dilakukan melalui laparoskopi. Selain pemotongan dan
pengikatan, bisa juga dilakukan kauterisasi (pemakaian arus listrik) untuk
menutup saluran tuba.Untuk menyumbat tuba bisa digunakan pita plastik
dan klip berpegas. Pada penyumbatan tuba, kesuburan akan lebih mudah
kembali karena lebih sedikit terjadi kerusakan jaringan. Teknik sterilisasi
lainnya yang kadang digunakan pada wanita adalah histerektomi
(pengangkatan rahim) dan ooforektomi (pengangkatan ovarium/indung
telur).
 Vasektomi
Vasektomi atau pemotongan vas deferens (saluran yang membawa
sperma dari testis). Vasektomi dilakukan oleh ahli bedah urolog dan
memerlukan waktu sekitar 20 menit. Pria yang menjalani vasektomi
sebaiknya tidak segera menghentikan pemakaian kontrasepsi, karena
biasanya kesuburan masih tetap ada sampai sekitar 15-20 kali ejakulasi.
Setelah pemeriksaan laboratorium terhadap 2 kali ejakulasi menunjukkan
tidak ada sperma, maka dikatakan bahwa pria tersebut telah mandul.
Komplikasi dari vasektomi adalah:
o Perdarahan
o Respon peradangan terhadap sperma yang merembes
o Pembukaan spontan
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny… P..A.. Akseptor Baru KB IUD di Poli KB
Puskesmas Sumberpucung Kab. Malang
(Dicantumkan membantu petugas kesehatan mengetahui jenis dokumentasi dari asuhan
kebidanan. Penulisan judul nama klien menggunakan inisial misalnya ”Ny. Z” serta umur
klien dan disertai riwayat paritasnya. Disertai keterangan BPM, puskesmas atau rumah sakit.
(Varney, 2008))

No RM : No registrasi digunakan agar mempermudah proses


administrasi (Nursalam, 2003)

Hari/ Tanggal Pengkajian : Hari dan tanggal pengajian digunakan mengetahui kapan
pengkajian dilakukan dan untuk mempermudah rekam medik
pasien (Nursalam, 2003)

Pengkaji : Sebagai penanggung jawab asuhan kebidanan dan


mempermudah proses administrasi (Varney, 2008)

Tempat Pengkajian : Pengkajian tempat berguna untuk menentukan


penatalaksanaan awal yang sesuai dengan kasus dan berguna
apabila ada rujukan dapat mengetahui asal rujukan sehingga
mempermudah proses administrasi (Nursalam, 2003).

Waktu Pengkajian : Waktu pengajian berguna untuk mengetahui kapan


dilakukan pengkajian dan mempermudah rekam medik pasien
(Nursalam, 2003)

I. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal yang digunakan dalam menerapkan suatu asuhan
kebidanan pada pasien. Tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien
dikumpulkan kemudian dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien (Varney, 2008).
A. Data Subyektif
1. Identitas Ibu dan Suami
Identitas ibu dan suami, meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, serta
alamat, jenis pembayaran dilakukan misal menggunakan BPJS/Umum tujuan mengetahui
identitas klien dan suami juga dapat membantu dalam pendekatan terapeutik sehingga
terjalin hubungan yang kooperatif antara pemeriksa dan yang diperiksa selama
pemeriksaan berlangsung dan selain itu untuk mempermudah komunikasi agar dapat
mengetahui kondisi demografi lingkungan tempat tinggal klien yang dapat berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan pasien saat ini.
Nama Ibu dan Suami : Nama Ibu digunakan untuk mengetahui identitas klien dan
memudahkan pelayanan kesehatan dan sebagai catatan apakah
klien pernah dirawat. Pengkajian pasien dengan nama jelas
dan lengkap, untuk membedakan dengan pasien lainnya.
Sedangkan nama suami digunakan untuk mengetahui siapa
yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan pemberian
persetujuan tindakan medis (Depkes, 2009).
Usia Ibu dan suami : Usia diperlukan untuk mengetahui tingkat kematangan klien
dalam berpikir, memutuskan suatu masalah, pengalaman yang
dimiliki sehingga dapat mempermudah penatalaksanan yang
yang akan dilakukan (Depkes, 2009)
Agama : Untuk mengetahui spiritual klien sehingga memudahkan
dalam pemberian dukungan moril sesuai dengan
kepercayaannya (Depkes, 2009).
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
memudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan
tentang gejala atau keluhan selama di rumah atau rumah sakit
(Depkes, 2009).
Pekerjaan : Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari klien,
istirahat, gizi, tingkat sosial ekonomi dan besarnya
penghasilan (Depkes, 2009).
Alamat : Untuk mengetahui kondisi demografi tempat tinggal pasien
dan untuk mengetahui apakah di daerah tersebut jauh dari
fasilitas kesehatan atau tidak.
2. Alasan Datang
Alasan ibu masuk ke fasilitas kesehatan perlu dicatat untuk mengetahui latar belakang,
proses dan cara klien masuk puskesmas.
3. Keluhan Utama Pasien
Keluhan utama adalah keluhan inti yang paling berat ibu rasakan. Melalui keluhan
utama yang disampaikan klien dapat diketahui tanda dan gejala klinis penyaakit saat
ini.
4. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi meliputi menarche, HPHT, siklus, lama, banyak darah, keluhan
saat menstruasi. Riwayat menstruasi perlu diketahui untuk menentukan usia
kehamilan, hari perkiraan lahir dan siklus reproduksi ibu yang dapat mempengaruhi
kondisi kehamilan saat ini.
5. Riwayat Pernikahan : Untuk mengetahui kondisi organ reproduksi dan fertilitas.
Riwayat pernikahan meliputi berapa kali menikah, lama pernikahan dan usia pertama
kali menikah (istri atau suami)
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu
Riwayat obstetri meliputi riwayat kondisi yang berhubungan dengan keadaan obstetri
seperti persalinan yang lalu, komplikasi atau penyulit persalinan yang lalu.

Persalinan Keadaan
BBL Keadaan Anak Sekarang
Ham
il ke
Usia Tempat Komplika BBL JK Keadaan
Persalin Usia Anak
Keha Persalin si Penolong Anak
an Sekarang
milan an Persalinan Sekarang

7. Riwayat kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi meliputi jenis, lama dan keluhan yang ibu alami selama
menggunakan alat kontrasepsi tertentu.Hal ini untuk mengetahui respon tubuh ibu
terhadap paparan alat kontrasepsi yang ibu gunakan.
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Ibu
1) Penyakit yang diderita sekarang
Riwayat kesehatan yang perlu diketahui meliputi riwayat kesehatan yang
pernah ibu alami, yang sedang ibu alami . Perlu ditanyakan apakah ibu
memiliki riwayat penyakit atau sedang menderita penyakit seperti DM, HIV
Hipertensi, Asma, TBC, Kelainan jantung, IMS. Perlu ditanyakan pula apakah
ibu pernah dirawat di RS, riwayat alergi obat dan makanan.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan yang perlu diketahui meliputi riwayat kesehatan yang pernah
ibu alami, yang sedang ibu alami . Perlu ditanyakan apakah ibu memiliki riwayat
penyakit atau sedang menderita penyakit seperti DM, HIV Hipertensi, Asma, TBC,
Kelainan jantung, IMS. Perlu ditanyakan pula apakah ibu pernah dirawat di RS,
riwayat alergi obat dan makanan.
2. Pola pemenuhan kebutuhan sehari hari
a. Pola nutrisi
Pola nutrisi perlu diketahui untuk mengetahui kecukupan gizi dan nutrisi ibu.
Pola nutrisi yang dicatat meliputi jumlah konsumsi dalam sehari dan komposisi,
serta ada tidaknya alergi dan pantangan makan. Serta jumlah air putih yang
dikonsumsi dalam sehari
b. Pola eliminasi
Pola eliminasi perlu diketahui untuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK dalam
sehari, serta bentuk dan konsistensinya, hal ini untuk mengetahui adakah masalah
pada proses eliminasi klien. BAK: normalnya 6 – 8x/hari, jernih, bau khas. BAB:
normalnya kurang lebih 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning.
c. Personal hygiene
Personal hygiene dicatat untuk menilai bagaimana cara ibu menjaga
kebersihan diri, terutama daerah reproduksinya.
d. Pola istirahat
Istirahat normalnya 7-8 jam/hari
e. Pola seksualitas
Pola hubungan seksual yang dicatat adalah kapan terakhir dan adakah keluhan saat
dan atau pasca.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : Keadaan umum normal terlihat baik (Mutaqqin, 2008).
 Kesadaran : Tingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan
biasanya composmentis (Mutaqqin, 2008).
 Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : normalnya 90/60 – 140/90 mmHg
N : normalnya 60-100 x/menit
RR : 16 – 24 x/menit
S : 36,5 – 37,5ºC
 Pemeriksaan antropometri
Digunakan untuk mengetahui adakah penambahan atau penurunan berat badan
yang dialami ibu selama menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan.
2. Pemeriksaan Fisik
 Wajah : Pucat/tidak, oedem/ tidak
 Mata : Konjungtiva anemis/ tidak, sklera putih/ tidak (Ka/Ki)
 Mulut : Mukosa bibir kering/ lembab, adakah stomatitis, caries gigi dan gigi
palsu, epulis/tidak.
 Leher : Adakah pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis.
 Dada : Pembesaran payudara ka/ki simetris, adakah nyeri tekan, adakah
pengeluaran dari puting susu, adakah kelainan suara paru seperti wheezing,
stridor, rales, ronchi.
 Abdomen : adakah benjolan, adakah nyeri tekan, bising usus terdengar baik/tidak
 Genetalia : Vulva bersih atau adakah pengeluaran pervaginam (lendir, darah),
adakah varises, adakah benjolan / pembengkakan kelenjar scene dan bartholin.
 Anus : Adakah hemoroid/tidak.
 Ekstremitas (ka/ki) : reflek patella, adakah oedema, adakah varises
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dikaji
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Intepretasi data dasar merupakan rangkaian menghubungkan data yang diperoleh dengan
teori, prinsip relevan atau mengetahui kesehatan pasien. Langkah ini data diintepretasikan
menjadi diagnosa, masalah, kebutuhan (Prawirohardjo, 2005).
Diagnosa Aktual
Dx : P: .... A: …. Akseptor Baru KB IUD
Masalah : Sesuatu yang timbul diluar dari diagnosa.
Kebutuhan : Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah
potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan.
III.IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL
Langkah ini diambil sesuai dengan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan
berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat.
Melakukan identifikasi adanya diagnosa atau masalah potensial yang dapat muncul dan
diagnosa atau masalah yang sudah ada sebelumnya dalam hal ini antisipasi bidan sangat
diperlukan bahkan jika bisa mencegah lebih dahulu serta siap untuk menghadapi
kemungkinan yang dapat timbul.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN TINDAKAN SEGERA
Merupakan asuhan kebidanan yang bersifat terus-menerus, diagnosa atau potensial yang
telah di tetapkan sebelumnya, data-data yang di peroleh perlu dievaluasi kembali untuk
memastikan kemungkinan pemberian tindakan dalam situasi darurat (tindakan segera)
dalam rangka upaya menyelamatkan klien atas indikasi - indikasi tertentu.Mencakup
tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/ masalah potensial yang dapat berupa
konsultasi, kolaborasi dan rujukan.
V. INTERVENSI
Berdasarkan intervensi saat sekarang dan antisipasi diagnosa dan masalah serta meliputi
data - data tambahan setelah data dasar. penatalaksanaan harus disetujui oleh klien, oleh
karena itu, perlu dilakukan diskusi antara tenaga kesehatan dengan klien. Semua tindakan
yang diambil harus berdasarkan rasional dan diakui kebenarannya serta harus dianalisa
secara teoritis.
Dx : P: .... Ab: …. Akseptor Baru KB IUD
Tujuan : setelah mendapatkan asuhan kebidanan dalam beberapa menit diharapkan…….
Kriteria hasil :
 Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal
- Tekanan darah    :  90/60 – 130/90  mmHg
- Suhu                   :  36,5 – 37,5 °C
- Nadi                   :  60 – 100 x/mnt
- RR                      :  16 – 24 x/mnt
Intervensi :
1. Jelaskan tentang kelebihan, kelemahan, efek samping penggunaan IUD
R/ ibu lebih memahami tentang IUD dan ibu bisa lebih kooperatif dengan keadaan
kesehatannya.
2. Jelaskan Hasil Pemeriksaan pada ibu bahwa keadaannya sehat dan bisa untuk
dilakukan pemasangan IUD
R/ mengurangi kecemasan ibu terhadap kondisi kesehatannya.
3. Jelaskan informed consent pada ibu apa bila sudah yakin untuk menggunakan KB
IUD
R/sebagai perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan dan pasien
4. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
R/ untuk memudahkan proses pemasangan apabila kandung kemih kosong
5. Lakukan persiapan alat
R/ memastikan alat yang digunakan sudah lengkap dan benar
6. Lakukan pemasangan IUD
R/ pemasangan sudah sesuai standar prosedur
7. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan  ulang
R/   untuk mengetahui keadaan IUD dan kondisi ibu.
VI. IMPLEMENTASI
Melaksanakan rencana tindakan secara efisien dan menjamin rasa aman. Implementasi
dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan atau bekerja sama dengan tim kesehatan lain.
Bidan harus melakukan implementasi yang efisien karena akan mengurangi waktu
perawatan dan biaya serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada klien.
Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh dengan efisien
dan aman sesuai perencanaan.
VII. EVALUASI
Mengetahui tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan. Selain itu, bidan juga harus
mengenal apakah rencana yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan baik atau
mungkin timbul masalah baru (Varney et al, 2007).
BAB 4
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny “TW” P1001 Ab000 Akseptor Baru KB IUD di Poli KB Puskesmas Sumberpucung
Kab. Malang

No RM : 00000000003730xx

Hari/ Tanggal : Senin, 26 November 2018

Tempat Pengkajian : Poli KB

Waktu Pengkajian : 10.00 WIB

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas Ibu dan Suami
Nama klien : Ny “TW” Nama suami : Tn. “FS”
Umur : 28 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : D3 Pendidikan : D3
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : pedagang
Alamat : JL. KH Tamin, Kab. Malang
2. Alasan Datang
Ibu mengatakakan ingin menggunakan KB jangka panjang. Ibu mengatakan tidak
ingin menggunakan KB Hormonal
3. Keluhan Utama Pasien
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Banyak : 2-3 x ganti pembalut/hari
Keluhan : tidak ada dismenorhea, tidak ada keputihan
HPHT : 26 November 2018
5. Riwayat Pernikahan
Pernikahan ke :1
Lama menikah : 3,5 tahun
Usia saat menikah : 24 tahun
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu

Persalinan Keadaan
BBL Keadaan Anak Sekarang
Ham
il ke
Usia Tempat Komplika BBL JK Keadaan
Persalin Usia Anak
Keha Persalin si Penolong Anak
an Sekarang
milan an Persalinan Sekarang
1 39 mg SC RS Tidak ada Dokter 3000 L 3,5 tahun Hidup
gr

7. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertama menggunakan KB implan selama 6
bulan. Ibu mengatakan merasakan tidak nyaman apabila menggunakan KB hormonal
8. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan memiliki penyakit seperti DM, hipertensi, asma, TBC, kelainan
jantung, IMS, tidak anemia
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya memiliki riwayat atau sedang memiliki
penyakit seperti DM, hipertensi, asma, TBC, kelainan jantung, jantung, IMS.
9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari hari
a. Pola nutrisi
Makan : 3x/hari, porsi : nasi, lauk dan sayur
Minum : 7-8 gelas/hari, air putih
b. Pola eliminasi
BAB : 1-2 x/hari, konsistensi lembek berwarna kuning kecoklatan, tidak ada
keluhan
BAK : 3-5 x/ hari, warna jernih kekuningan, tidak ada keluhan
c. Personal hygiene
Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2-3 x/minggu
d. Pola istirahat
Siang kurang lebih 1 jam, malam kurang lebih 7-8 jam jam/hari. tidak ada keluhan
e. Pola seksualitas
Terakhir berhubungan 1 minggu lalu, tidak ada keluhan
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : baik
 Kesadaran : composmentis
 Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,5ºC
 Pemeriksaan antropometri
BB sebelum : 57 kg
BB sekarang : 58 kg
2. Pemeriksaan Fisik
 Wajah : tidak pucat, tidak oedema
 Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
 Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak stomatitis, tidak caries gigi.
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe dan tidak ada
bendungan vena jugularis.
 Dada :simetris, tidak ada retraksi, tidak ada kelainan suara paru seperti
wheezing, stridor, rales, ronchi. Pembesaran payudara ka/ki simetris, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada pengeluaran dari puting susu,.
 Abdomen : terdapat luka bekas operasi, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
 Genetalia : Vulva bersih, tidak ada pengeluaran pervaginam, tidak ada varises,
tidak ada benjolan / pembengkakan kelenjar scene dan bartholin, tidaka da lesi/
keputihan, tidak ada erosi pada portio, uterus antefleksi ukuran 7 cm, tidak ada
tanda hegar maupun chadwik
 Anus : tidak ada hemoroid.
 Ekstremitas (ka/ki) : reflek patella +/+, tidak ada oedema, tidak ada varises
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dikaji
II. INTEPRETASI DATA DASAR
Dx : P1001 Ab000 Akseptor Baru KB IUD
Ds:
 Ibu mengatakan ingin menggunakan KB jangka panjang
 Ibu mengatakan tidak ingin menggunakan KB hormonal
 HPHT 26 November 2018
 Ibu mengatakan terakhir berhubungan seksual 1 minggu lalu
Do:
 Keadaan umum : baik
 Kesadaran : composmentis
 Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,5ºC
 Pemeriksaan antropometri
BB sebelum : 57 kg
BB sekarang : 58 kg
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada
III. IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. INTERVENSI
Dx : P1001 Ab000 Akseptor Baru KB IUD
Tujuan : setelah mendapatkan asuhan kebidanan dalam beberapa menit diharapkan ibu
dapat dilakukan pemasanganIUD

Kriteria hasil :
 Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal
- Tekanan darah    :  90/60 – 130/90  mmHg
- Suhu                   :  36,5 – 37,5 °C
- Nadi                   :  60 – 100 x/mnt
- RR                      :  16 – 24 x/mnt
Intervensi :
1. Jelaskan tentang kelebihan, kelemahan, efek samping penggunaan IUD
R/ ibu lebih memahami tentang IUD dan ibu bisa lebih kooperatif dengan keadaan
kesehatannya.
2. Jelaskan Hasil Pemeriksaan pada ibu bahwa keadaannya sehat dan bisa untuk
dilakukan pemasangan IUD
R/ mengurangi kecemasan ibu terhadap kondisi kesehatannya.
3. Jelaskan informed consent pada ibu apa bila sudah yakin untuk menggunakan KB
IUD
R/sebagai perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan dan pasien
4. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
R/ untuk memudahkan proses pemasangan apabila kandung kemih kosong
5. Lakukan persiapan alat
R/ memastikan alat yang digunakan sudah lengkap dan benar
6. Lakukan pemasangan IUD
R/ pemasangan sudah sesuai standar prosedur
7. Ajarkan ibu untuk memeriksa sendiri benang IUD
R/ untuk mengetahui keadaan IUD di dalam rahim ibu dengan cara salah satunya
meraba benang IUD
8. Jelaskan ibu tentang masa penggunaan IUD sampai 8 tahun
R/ agar ibu mengetahui atau memiliki planning setelah 8 tahun ibu dapat mengganti
metode kontrasepsi atau melakukan pemasangan IUD kembali.
9. Berikan terapi asam mefenamat 10 tablet diminum 3x1
R/ terapi asam mefenamat bertujuan untuk mengurasi rasa nyeri atau kram yang
disebabkan setelah dilakukan pemasangan IUD.
10. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan  ulang
R/   untuk mengetahui keadaan IUD dan kondisi ibu.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 26 November 2018 Pukul : 10.20 WIB
1. Menjelaskan tentang kelebihan, kelemahan, efek samping penggunaan IUD yaitu
kelebihannya KB IUD merupakan KB jangka panjang yang bisa digunakan sampai 8
tahun pemakaian, tidak mengandung hormonal. Efek samping penggunaan KB IUD
yaitu darah haid lebih banyak, perdarahan tidak teratur dan hebat, kram/nyeri perut,
benang mungkin bisa hilang, tidak melindungi pasien dari penyakit IMS, HIV,
Hepatitis B.
2. Menjelaskan Hasil Pemeriksaan pada ibu bahwa keadaannya sehat dan bisa untuk
dilakukan pemasangan IUD
3. Menjelaskan Informed consent pada ibu apabila ibu sudah yakin ingin menggunakan
KB IUD
4. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih dan mencuci area kemaluan
dengan menggunakan sabun dan dibilas air hingga bersih kemudian anjurkan ibu
untuk melepas celana dalamnya
5. Melakukan persiapan alat pemasangan KB IUD saperti IUD copper T 380 A, sarung
tangan steril, spekulum, korentang, cucing, tamponang, tenakulum, sonde, gunting
mayo, kassa depres, kasa DTT, lampo sorot, perlak, cairan klorin 0,5 %
6. Melakukan pemasangan IUD langkah pertama yaitu cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir kemudia keringkan dengan kain bersih, kenakan kain penutup pada klien
dan bantu klien untuk naik ke menja pemeriksaan, palpasi daerah perut dan periksa
apakah ada nyeri tekan, benjolan atau kelainan lainnya di daerah supra pubik, atur
arah sumber cahaya untuk memudahkan melihat serviks, menggunakan sarung tangan
steril dan atur peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan, melakukan inspeksi
pada genitalia eksterna adalah ulkus, tanda-tanda IMS, melakukan palpasi kelenjar
skene dan bartholini dengan tangan kiri kemudia amati adanya nyeri/ duh discharge
vagina, memasukkan spekulum vagina untuk melihat adanya lesi, inspeksi porsio,
erosi porsiom pengeluaran cairan vagina, servisitis, tanda chadwik, usap vagina dan
serviks dengan larutan antiseptic 2-3 kali untuk mengurangi risiko infeksi, masukkan
tenakulum ke dalam serviks jepit tenakulum pada jam 10/2 secara vertikal kunci
tenakulum, ambil sonde dengan teknik tidak menyentuh dinding vagina hingga terasa
adanya tekanan, menentukan posisi dan dalam cavum uteri, ukur kedalaman cavum
uteri pada tabun insserter yang masih ada dalam kemasan IUD, pegang tabung IUD
dengan leher biru dalam posisi horizontal kemudin melakukan penarikan tenakulum
secara hati-hati, masukkan tabung inserter ke dalam uterus sampai leher biru
menyentuh srviks atau sampai terasa adanya tahanan, leapskan lengan IUD
menggunakan teknik withdrawl yaitu menarik keluar tabung inserter sampai pangkal
pendorong dengan tetap menahan pendorong dalam posisinya, keluarkan pendorong
kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai leher biru menyentuk
serviks, keluarkan sebagian tabung inserter dan gunting benang 3-4 cm, lepaskan
tenakulum, apabila ada perdarahan tekan menggunakan kassa depres 30-60
detik,keluarkan spekulum.
7. Mengajari ibu memeriksa sendiri benang IUD setelah menstruasi, setelah
berhubungan seksual dengan ibu dengan posisi jongkok kemudian angkat 1 kki
masukkan 1 jari ke dalam vagina dan rasakan adanya benang, apabila terasa biarkan
tidak perlu dilakukan penarikan.
8. Menjelaskan pada ibu tentang masa penggunaan KB IUD sampai 8 tahun
9. Memberikan terapi asam mefenaman 10 tablet 3x1 diminum bertujuan untuk
mengurangi rasa kram di daerah perut dan perut bagian bawah.
10. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan  ulang
VII. EVALUASI

Tanggal : 26 November 2018 Pukul : 09.25 WIB

1. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan terkait kelebihan, kekurangan, efek
samping penggunaan IUD
2. Ibu senang memahami kondisinya saat ini bisa untuk dilakukan pemasangan IUD
3. Ibu sudah membaca form informed consent dan melakukan tandatangan
4. Ibu bersedia untuk ke kamar mandi untuk mengosongkan kandung kemih,
membersihkan daerah genitalia, dan melepas celana dalam
5. Alat sudah siap
6. Melakukan pemasangan IUD sesuai dengan prosedur
7. Ibu memahami penjelasan tentang cara memeriksa benang IUD
8. Ibu memahami bahwa masa penggunaan IUD sampai 8 tahun.
9. Ibu memahami penjelasan bidan terkait terapi yang diberikan dan bersedia untuk
meminumnya.
10. Ibu memahami untuk kembali lagi untuk kunjungan ulang pada tanggal 3 desember
2018
DAFTAR PUSTAKA
BPS, BKKBN, Kemenkes dan ICF Internasional. 2013. Survey Demografi Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI.
Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
Hartanto, H. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 INFODATIN. Jakarta: Depkes
RI.
Kurniawati, T. 2014. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB. Jakarta: EGC.
Majid K. N. 2013. Tentang Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di Desa Donoyudan
Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.
Mutaqqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien. Jakarta: Salemba Medika
Ningsih, S. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ny. T Akseptor KB Suntik Cycloferm dengan
Amenore di Klinik Griya Husada 2 Karanganyar Tahun 2013. Program Studi Diploma
III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmi Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. Surakarta.
Nugroho dan Utama. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba Medika
Prasetyawati, EA. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Millenium Development
Goals (MDGs). Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Proverawati, A. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahayu, S., Ulfah S.M. 2016. Hubungan Lama Pemakaian KB Implan dengan Siklus
Menstruasi di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari 02 Kabupaten Kendal. Jurnal
Kebidanan Vol 5 No 2.
Saifuddin B.A. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Jilid 2. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Susilowati, E. 2012. KB Suntik 3 Bulan dengan Efek Samping Gangguan Haid dan
Penanganan. Semarang: UNISSULA..
Sulistyawati, A. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai