Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENGEMBANGAN KARAKTER

MENGUBAH KEBIASAAN DENGAN METODE 4 LANGKAH DUHIGG

Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Karakter yang
diampu oleh:
Sri Raharso, S.Sos., M.Si

Oleh:
Yudistira Aditya Pamungkas
NIM: 215211032

PROGRAM STUDI D3-ADMINISTRASI BISNIS


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021
Kebiasaan adalah sesuatu yang memogram otak kita. Kebiasaan terdiri dari 3 tahap yaitu Cue
(petunjuk), reward (hadiah) dan loop (pengulangan). Menurut Charless Duhigg dalam bukunya
yaitu “The Power of Habit” terdapat 4 (empat) metode langkah mengubah kebiasaan, yaitu:
1. Identifikasi rutinitas
2. Bereksperimenlah dengan imbalan
3. Pisahkan isyaratnya
4. Miliki rencana

KERANGKA KERJA:
LANGKAH PERTAMA: KENALI RUTINITASNYA
Langkah pertama untuk mengubah kebiasaan adalah kita harus terlebih dahulu untuk
identifikasi rutinitas. Dalam hal ini rutinitas sebelumnya atau yang ingin saya ubah adalah
ketika saya menjalankan perkuliahan secara daring saya tidak mencatat ulang materi, jadi
ketika perkuliahan selesai saya hanya menyelesaikan tugasnya dan tidak mencatat kembali
materi yang sudah dijelaskan oleh dosen-dosen, karena saya berfikiran bahwa saya ingat materi
tersebut dengan tidak mencatat, namun kenyataanya dengan menulislah kita akan menjadi
semakin ingat. Oleh karena itu, kebiasaan itulah yang ingin saya ubah. Karena dalam hal ini
runitas yang saya lakukan sebelum diubah ini adalah dimulai dari pagi hari saya menyalakan
laptop dan memastikan bahwa koneksi internet serta baterai dari laptop tersebut sudah aman,
kemudian ketika tautan untuk memasuki forum zoom atau google meet sudah diberikan saya
kemudian memasukinya dan ketika sudah masuk saya hanya menyimak materi yang dijelaskan
tanpa mencatat kembali, kemudian ketika perkuliahan sudah selesai saya spontan untuk
langsung keluar dari kamar yang dimana menjadi tempat saya melakukan perkuliahan secara
daring ini untuk menuju ruang tv dengan niatan beristirahat. Jadi, itulah hal yang saya masukan
ke dalam kebiasaan yang berulang-ulang (loop).
Berikutnya dijelaskan dalam buku The Power of Habit ini adalah setelah identifikasi
rutinitas, maka timbulah pertanyaan yang kurang jelas seperti:
➢ Apa isyarat untuk rutinitas ini?
➢ Apakah ini bentuk dari rasa malas?
➢ Apakah karena saya sudah bosen dengan perkuliahan daring?
➢ Mengapa saya melakukan hal ini atau mengapa saya tidak mencatat ulang materi
tersebut?
➢ Apa imbalan yang akan didapatkan?
LANGKAH KEDUA: EKSPERIMEN DENGAN HADIAH
Imbalan sangat kuat karena bisa memuaskan keinginan. Tetapi kita sering tidak sadar
akan keinginan yang mendorong perilaku kita. Dalam hal ini hal yang akan saya ubah mengenai
kebiasaan itu terjadi ketika saya mendengarkan setiap mata kuliah yang dijelaskan oleh dosen,
sebenarnya masih ada ruang dalam diri saya untuk dorongan agar segera beristirahat dan saya
memilih untuk memperhatikan dan mengendarkan walaupun tidak mencatat ulang, jadi
menurut saya alasan mengapa saya tidak mencatat ulang materi tersebut sepertinya bukan
dikarenakan rasa malas, namun ada sesuatu yang tidak saya sadari mengapa saya seperti itu.
Karena ketika perkuliahan pada masing-masing hari tersebut sudah selesai, maka saya
mendambakan untuk segera mendapatkan sebuah hal yang dinamakan istirahat baik itu
sekedar menonton televisi, memainkan handphone, ngemil, atau sekedar mengobrol melalui
sosial media dengan seorang teman yang menurut saya istimewa karena telah mengajarkan
banyak hal. Maka, rasa malas ini bukanlah hal yang mendorong perilaku atau kebiasaan saya
tidak menulis kembali tersebut.

LANGKAH KETIGA: PISAHKAN ISYARATNYA


Untuk mengidentifikasi isyarat di tengah kebisingan, kita dapat menggunakan sistem
yang sama seperti psikolog: Identifikasi kategori perilaku sebelumnya untuk diteliti agar dapat
melihat polanya. Untungnya, sains menawarkan bantuan dalam hal ini. Eksperimen telah
menunjukkan bahwa hampir semua isyarat kebiasaan masuk ke dalam salah satu dari lima
kategori:
1. Lokasi
2. Waktu
3. Keadaan emosional
4. Orang lain
5. Tindakan langsung sebelumnya
Saya mencoba untuk menuliskan dorongan kebiasaan yang muncul yaitu: lokasi, waktu,
keadaan emosional, orang lain, dan tindakan langsung sebelumnya, maka hasilnya adalah
sebagai berikut.
Kamu di mana? (Duduk di tempat biasa dengan ketinggian kursi yang sudah
disesuaikan dan juga cahaya dari luar yang sudah diantisipasi untuk mendengarkan materi
perkuliahan setiap jadwal kuliah secara daring ini).
Jam berapa? (Dimulai setiap pagi hari pada pukul 07.00 WIB hingga selesai
perkuliahan yang jamnya tidak menentu).
Bagaimana dengan emosi anda? (Terkadang bosan, terkadang murung, terkadang
menegangkan, terkadang menyenangkan, bahkan terkadang enggan melakukan kegiatan
apapun).
Siapa lagi yang ada? (Saya, terkadang orang rumah juga ada, tetapi mereka di bawah,
dosen yang hadir melalui ruangan zoom atau google meet, teman kelas yang juga hadir melalui
ruangan zoom atau google meet).
Tindakan apa yang mendahului hal itu? (Hanya mendengarkan dan tidak menyiapkan
semua alat tulis, terkadang hanya menyiapkan pensil saja yang sudah tumpul).
Keeseokan harinya: Kamu di mana? (Duduk di tempat biasa dengan ketinggian kursi
yang sudah disesuaikan dan juga cahaya dari luar yang sudah diantisipasi untuk mendengarkan
materi perkuliahan setiap jadwal kuliah secara daring ini).

LANGKAH KEEMPAT: MILIKI RENCANA


Kurang lebih hingga pada akhirnya satu bulan kemudian, cukup jelas petunjuk mana
yang memicu kebiaasan lama saya ini yaitu tidak mencatat kembali materi perkuliahan, saya
merasakan dorongan untuk segera kembali pada hal yang dinamakan istirahat itu pada waktu
tertentu. Saya sudah dapat menyadari pada langkah kedua, bukan rasa malas ataupun faktor
lainnya yang mendorong kebiasaan saya ini terjadi. Imbalan yang saya cari ini adalah untuk
bisa mendapatkan istirahat baik itu sekedar menonton televisi, memainkan handphone, ngemil,
atau sekedar mengobrol melalui sosial media dengan seorang teman yang menurut saya
istimewa karena telah mengajarkan banyak hal. Dan kebiasaan itu sekarang saya tahu dan
menyadari bahwa hal tersebut dipicu mulai dari pukul 07.00 WIB dan di jam mendekati
istirahat bahkan di jam ketika pergantian mata kuliah.
Untuk merekayasa ulang formula itu, kita perlu membuat pilihan lagi. Dan cara
termudah untuk melakukan hal tersebut adalah membuat rencana. Dalam psikologi, rencana ini
dikenal dengan “niat implementasi”. Ambil contoh, kebiasaan saya yaitu tidak pernah mencatat
ulang materi selama jam perkuliahan berlangsung. Dengan menggunakan kerangka ini saya
mengetahui isyarat saya kira-kira pada pukul 07.00 WIB. Saya tahu bahwa rutinitas saya ini
adalah duduk di tempat biasa saya melakukan kuliah daring ini dengan diawali dari menyalakan
laptop dan memastikan bahwa koneksi internet serta baterai dari laptop tersebut sudah aman,
kemudian ketika tautan untuk memasuki forum zoom atau google meet sudah diberikan saya
kemudian memasukinya dan ketika sudah masuk saya hanya menyimak materi. Dan melalui
eksperimen, saya telah belajar bahwa hal tersebut bukan saya rasa malas, melainkan hal
tersebut adalah keinginan dari diri saya untuk segera mendapatkan istirahat.
Jadi pada akhirnya saya menulis sebuah rencana yaitu: Dimulai pada pukul 07.00 WIB
setiap perkuliahan berlangsung, saya akan mulai duduk di tempat yang biasa saya tempati
ketika kuliah daring dan mulai menyiapkan alat tulis yang diperlukan, seperti buku binder,
bolpoint, pensil, dan alat tulis lainnya. Oleh karena itu, untuk memastikan saya mengingat hal
ini saya akan menyiapkan semuanya ketika H-1 atau ketika satu malam sebelum dimulainya
perkuliahan pada setiap harinya tersebut.
Jelas, mengubah beberapa kebiasaan bisa jadi lebih sulit. Tapi kerangka kerja ini adalah
tempat untuk memulai. Terkadang perubahan membutuhkan waktu yang lama. Terkadang itu
menbutuhkan eksperimen dan kegagalan berulang. Tetapi begitu kita memahami bagaimana
sebuah kebiasaan bekerja, begitu kita mendiagnosis isyarat, rutinitas, dan imbalannya, kita
akan mendapatkan kekuasaannya. Terima kasih buku The Power of Habit. Terima kasih
Charless Duhigg. Terima kasih Pa Sri Raharso yang telah mengenalkan saya kepada buku ini.

Anda mungkin juga menyukai