DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9 :
LABORATORIUM
PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI I
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Setelah diperiksa secara seksama dan telah menyelesaikan dengan baik maka
laporan modul 2 “Perbaikan Cara Kerja” memenuhi syarat untuk laporan praktikum
Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi yang telah di ACC dan dapat dikumpulkan
dan dinilai.
KELOMPOK 9
Nama NIM
1. Denta Izha Mahendra (1970031133)
2. Edi Sutisna (1970031150)
3. Denny Setiawan (2070031048)
4. Bayu Aji Nugroho (2070031050)
5. Muhammad Nurkholiq A (2070031056)
6. Heru Adi Prasetyo (2070031057)
7. Amjad Ghufroon Marwanca (2070031059)
8. Putri Indriyani (2070031060)
9. Marsela Dwi Parlina M (2070031061)
Menyetujui, Mengetahui
KaProdi Teknik Industri Jakarta, November 2021
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB V .................................................................................................................................... 38
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 38
5.2 Saran ....................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 39
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi ini. Adapun tujuan
disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perancangan Sistem Kerja.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu
tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari
sempurna. Untuk itu, kami selaku tim penyusun menerima dengan terbuka
semua kritik dan saran yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih
baik lagi. Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.
Kelompok 9
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1,1 Maksud dan Tujuan
a. Maksud
1) Mampu Memahami Perbaikan Cara Kerja
2) Mampu Memahami Penggunaan RULA dan REBA
b. Tujuan
1) Memahami dalam mempelajari perbaikan cara kerja
2) Melatih kemampuan menggunakan RULA dan REBA dalam
mengidentifikasi permasalahan yang ada.
3) Melatih kemampuan dalam menggunakan RULA dan REBA sebagai
alat analisis perbaikan suatu sistem kerja.
Mulai
Identifikasi masalah
Postur kerja
Tidak
Asistensi
Ya
Selesai
2
1.4 Pembatasan Masalah
Batasan praktikum pada bab ini adalah membahas bagian analisa perbaikan
cara kerja yang menggunakan metode RULA dan REBA pada pengelasan dan
pengedrilan besi di ragum sesuai dengan arahan yang diberikan pada praktikan
dan hanya di ikuti oleh peserta praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang maksud dan tujuan, latar belakang dari perbaikan
cara kerja, perumusan masalah, pembatasan masalah, dan sistematika pembahasan
3
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Biomekanika
5
• Tekanan kontak fisik
• Getaran
• Temperatur
2.3 Hubungan Biomekanika dengaan Ergonimic
6
2.4 Pengertian RULA
7
2.4 Pengertian REBA
1. Mengidentifikasikan kerja,
2. Sistem pemberian skor,
3. Skala level tindakan yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat
yang ada, dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang lebih detail
berkaitan dengan analisis yang didapat.
MSDS juga didefinisikan sebagai gangguan dan 2. Metode Rapid Entire Body
Assissment (REBA)
Sebuah metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk
menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang
8
pekerja luka-luka yang dialami di tempat kerja dikenal sebagai Musculos
Keletal Disorder (MSDS). penyakit pada otot yang telah terbukti atau
dihipotesa yang disebabkan dengan pekerjaan.
REBA merupakan suatu metode penelitian untuk penilaian tubuh dengan cepat
secara keseluruhan. Metode ini tidak membutuhkan peralatan spesial dalam
penilaian postur punggung, leher, kaki, dan lengan tangan dan pergelangan
tangan. Setiap pergerakan diberi dengan skor yang telah ditetapkan.
REBA dikembangkan sebagai suatu metode untuk menilai postur kerja yang
merupakan faktor resiko (risk factor). Metode ini didesain untuk menilai
pekerja dan mengetahui Muscules keletal yangg kemungkinan dapat
menimbulkan gangguan pada anggota tubuh.
Dalam usaha untuk penilaian 3 (tiga) faktor beban eksternal, jumlah gerakan,
kerja otot statis, tenaga/ kekuatan, dan postur, REBA dikembangkan untuk:
9
resiko sikap tubuh dari seluruh tubuh yang bisa pekerja dapatkan dari
pekerjaannya.
10
Untuk menentukan skor REBA ada beberapa langkah yang harus dilalui
terlebih dahulu. Yang pertama menghitung skor pada tabel A yang terdiri dari
leher (neck), batang tubuh (trunk), dan kaki (legs). Kemudian menghitung tabel
B yang terdiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan
pergelangan tangan (wrist). Setelah didapatkan skor akhir tabel A dan B maka
dimasukkan ke dalam tabel C yang kemudian menentukan ketegori
tindakannya. Terdapat 13 langkah dalam menentukan skor REBA.
Postur kerja yang salah sering diakibatkan oleh letak fasilitas yang
kurang sesuai dengan anthropometri sehingga mempengaruhi kinerja yang
tidak alami menyebabkan ketidaknyamanan. Berdasarkan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh manusia ternyata bahwa sikap kerja yang
tidak sesuai dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada saat bekerja. Hasil
perhitungan postur kerja dengan metode REBA tentang keluhan kerja diperoleh
tingkat terjadinya pada organ leher sebesar 22%, organ tubuh bagian punggung
sebesar 45%, pada bagian kaki sebesar 37%, pada bagian lengan atas sebesar
69%, pada bagian lengan bawah sebesar 29%, dan pada bagian pergelangan
tangan sebesar 21%. Selain beban pekerjaan yang cukup besar maka postur
tubuh saat bekerja sangat berpengaruh dengan konsumsi energi. Analisis postur
kerja dengan metode REBA pada Pekerja Proses Pengasahan Batu Akik sangat
perlu dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,
permasalahan yang dihadapi seorang pekerja proses pengasahan batu akik
adalah pekerja kurang memperhatikan keselamatan dan resiko yang terjadi bila
pekerja terus menerapkan posisi kerja yang tidak sesuai dengan anthropometri.
untuk itu penulis ingin menganalisa penilaian postur kerja berdasarkan metode
REBA pada pekerja proses pengasahan batu akik dengan metode kerja dan
proses kerja. Adapun Rumusan permasalahan adalah bagaimana penilaian
postur kerja berdasarkan metode REBA pada pekerja proses pengasahan batu
akik.
11
2.5 Manual Material Handling (MMH)
12
menyangkut kemampuan pengamatan kognitif, fisik, maupun psikologis.
Dalam sistem kerangka manusia terdapat beberapa titik rawan, yaitu pada ruas
tulang leher, ruas tulang belakang dan pada pangkal paha. Titik pada ruas tulang
belakang khususnya antara ruas lumbar ke-5 dan sacrum ke-1 (L5/S1),
merupakan titik yang paling rawan terhadap kecelakaan kerja, karena pada titik
tersebut terdapat disk (selaput yang berisi cairan) yang berfungsi untuk
meredam pergerakan antar ruas. Jika tekanan yang diakibatkan pengangkatan
beban kerja melebihi Maximum Permissible Limit (MPL) sebagai batas angkat
maksimum, maka akan menyebabkan pecahnya disk tersebut sehingga manusia
akan mengalami kelumpuhan.
MMH yang dilakukan dengan tidak benar akan berdampak pada cedera
yang bersifat sementara atau permanen, bahkan kondisi lebih buruk lagi
terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat kematian. Cedera terjadinya
kecelakaan kerja yang berakibat kematian. Cedera kecelakaan kerja yang
berakibat kematian. Cedera dan kecelekaan kerja disebabkan karena para
pelaku usaha maupun ara pelaku usaha maupun pemegang kebijakan di
pemerintah kurang peduli terhadap pemindahan material yang berisiko tinggi.
Disisi lain, pengetahuan terhadap pemindahan material secara aman belum
dimiliki pekerja. Jika kita pekerja. Jika kita pekerja. Jika kita runtut
permasalahan diatas merupakan kelemahan sistem pelaksanaan dan
pengawasan terhadap jaminan keamanan MMH. Hal ini tidak hanya terjadi di
Indonesia melainkan merupakan permasalahan dunia. Fakta kecelakaan kerja
menurut International Labor Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta
kematian yang sebagian besar disebabkan karena kecelakaan akibat hubungan
pekerjaan, dan sisanya disebabkan penyakit akibat hubungan pekerjaan. Kasus
kecelakaan kerja akibat pembebanan yang melebihi batas yang diijinkan yang
terjadi di Amerika Serikat dinyatakan bahwa selama dekade 70 an, sekitar 20
juta orang Amerika mengalami permasalahan biomekanika dan kelelahan kerja
(Chaffin, 1991). Sedangkan National Institute for Occupational Safety and
13
Health (NIOSH, 1981) melaporkan bahwa dalam satu tahun sekitar 500 ribu
pekerja di Amerika Serikat menderita berbagai jenis cedera akibat kerja dengan
pengerahan otot yang berlebihan.
14
sifatnya ringan seperti strain dan keseleo tidak begitu bermasalah dan hanya
membutuhkan waktu yang pendek untuk pemulihan. Akan tetapi cedera berat
seperti cedera pada lumbar ke-5 dan sacrum ke-1 (L5/S1), jika tidak ditangani
dengan serius dan benar akan berdampak pada kelumpuhan. Pengawasan
aktivitas MMH perlu diintensifkan serta dilakukan pelatihan secara periodik
kepada para pekerja untuk menghindari cedera ringan maupun cedera yang
berdampak pada cacat permanen atau kematian. Bagi pihak perusahaan cedera
akibat MMH berdampak pada rendahnya produktivitas yang ditunjukkan
dengan tingkat absensi tinggi.
15
16
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
+3
+2
+2 +3
+2
+1
+1
+1
1
+2 +1
2 posisi lengan bawah (lower arm) +2 antara 60-100 derajat dan lengan bagian
bawah
merentang
posisi pergelangan tangan (wirst Karena posisi pergelangan
3 position) +1 tangan tidak menekuk
penikungan pergelangan tangan
4 (wirst twist) +1 Pergelangan menekuk kebawah
Score tabel A wirst dan arm 3
B. Score lengan & pergelangan tangan (wirst & arm)
17
F. Score RULA
Score Analisa
+3
+3
+2
+4
+2
+1
+1
+0
+1
+2
+2
18
A. Tabel A Wirst & Arm Score (Aktivitas ditentukan Asisten Lab)
19
D. Score leher, punggung & kaki (neck, trunk, & leg)
F. Score Rula
Score Analisa
Menurut score RULA yang berjumlah angka 6 tersebut
memiliki Level risiko Tinggi dan harus melakukan
penyelidikan lebih lanjut. Nomor 6 yang artinya perlu tindakan
6
perbaikan secepatnya serta perlu adanya tindakan khusus
berupa perbaikan agar posisi tubuh operator tetep dalam
keadaan baik.
20
3.2 Tabel REBA Sebelum Perbaikan
2
1
5 0
2
5 1 4
5
3
3
1 6 7
1
21
B. Tabel B lengan bawah, pergelangan tangan, dan lengan atas
No Keterangan Score
1 Score tabel A 5
2 Score tabel B 5
3 Tambahan aktivitas +1
score tabel C dan tambahan aktivitas 7
D. Score REBA
Score Analisa
22
b) Pengedrilan pada besi
2
2
6 0
2
6 2 5
7
3
4
1 9 10
23
B. Tabel B lengan bawah, pergelangan tangan, dan lengan atas
No Keterangan Score
1 Score tabel A 6
2 Score tabel B 7
3 Tambahan aktivitas +1
score tabel C dan tambahan aktivitas 10
D. Score REBA
Score Analisa
24
3.3 Tabel RULA Setelah Perbaikan
+3
+1
+1
+3
+1
+1
+1
1
+1
+0
+1
25
B. Score lengan & pergelangan tangan (wirst & arm)
26
E. Tabel C Score leher ,punggung & kaki ( Neck,trunk&Leg)
F. Score Rula
Score Analisa
27
b) Pengedrilan pada besi
+3
+1
+1
+2
+1
+1
+1
+1
+1
+1
+2
28
B. Score lengan & pergelangan tangan (wirst & arm)
29
F. Score Rula
Score Analisa
1
1
2 0
1
2 1 1
2
2
2
1 2 3
30
A. Tabel A leher, kaki, dan badan
No Keterangan Score
1 Score tabel A 2
2 Score tabel B 2
3 Tambahan aktivitas +1
score tabel C dan tambahan aktivitas 3
31
D. Score REBA
Score Analisa
2
1
2 0
1
2 0 2
2
2
2
1 2 3
32
A. Tabel A leher, kaki, dan badan
No Keterangan Score
1 Score tabel A 2
2 Score tabel B 2
3 Tambahan aktivitas +1
score tabel C dan tambahan aktivitas 3
D. Score REBA
Score Analisa
33
34
BAB IV
ANALISIS
RULA dan REBA yaitu skor RULA dan REBA dari prakatikum pertama
cedera dari proses kerja lebih tinggi dari praktikum oleh faktor posisi badan
atau cara kerjanya tidak sesuai prosedur sedangkan praktikum kedua lebih
menjadi evaluasi dari praktikum pertama karena proses kerja lebih baik dari
pengelasan pada besi adalah 7 sedangkan praktikum ke dua skor nya adalah 4.
Praktikum pertama score nilai RULA untuk pekerjaan pengedrilan pada besi
score nilai REBA untuk kegiatan pengelasan pada besi adalah 7 dan
untuk kegiatan pengedrilan pada besi adalah 10 dan praktikum ke dua skornya
adalah 3.
4.2 Jelaskan kontribusi modul sebelumnya (Modul I) terhadap
Modul I:
Modul I membahas tentang antropometri yaitu pengetahuan yang
menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh
kontribusinya terhadap modul II adalah bagaimana kita mengukur
dimensi tubuh dan membuat alat pendukung atau tempat kerja yang
sesuai dengan dimensi tubuh agar saat melakukan proses pekerjaan kita
berada di posisi yang nyaman dan meminimalisir resiko cedera.
Modul II:
berhasil? Jelakan.
kedua karena ada perbaikan pada waktu set up yang lebih cepat dan mengurangi
gerakan gerakan yang kurang efektif juga menjadi faktor waktu siklus
praktikum kedua lebih baik dan lebih cepat diabnding praktikum pertama.
35
4.4 Lakukan analisis terhadap praktikum II sehingga dapat
b. SMED
c. Kualitas Produksi
Analisa:
dalam suatu stasiun kerja. Analisa kegiatan kerja yang berlangsung secara
menyeluruh dari satu stasiun kerja berikutnya. Dan dalam bagian ini
36
b. SMED (Single Minute Exchange of Dies)
yang dibutuhkan untuk melakukan setup pergantian dari satu jenis produk
ke model produk lain. Sistem kerja yang di usulkan dalam prinsip SMED
dapat lebih baik karena waktu set up yang digunakan lebih sedikit
setiap stasiun kerja dan untuk melakukan set up tidak harus bolak balik ke
tenaga operator.
c. Kualitas Produksi
Sistem kerja yang diusulkan dalam kualitas produksi pun lebih baik
tersebut sehingga waktu yang digunakan lebih cepat dan kualitas produksi
37
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari informasi di atas diperoleh kesimpulan bahwa dari praktikum pertama sampai
kedua memberikan perbaikan waktu siklus yang lebih cepat dan menghindari resiko
cedera. Hal ini disebabkan oleh:
a. Kemampuan Operator semakin meningkat dan posisi kerjanya semakin baik
setelah melakukan praktikum pertama.
b. Perubahan-perubahan dilakukan untuk mendapatkan metode yang lebih baik
yaitu dengan menempatkan posisi meja kerja dengan tinggi tubuh operator
sehingga operator nyaman dan aman dalam melakukan proses kerja.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2081/KI
https://www.scribd.com/doc/57740934/Perbaikan-Cara-Kerja
https://bambangwisanggeni.wordpress.com/2010/03/02/reba-rapid-entire-body-
assessment/
https://www.scribd.com/doc/57440325/RULA-Rapid-Upper-LimbAssessment-Bab-
2-Landasan-Teori-Modul-5-Laboratorium-Perancangan-Sistem-Kerja-Dan-
Ergonomi-Data-Praktikum-Risalah
https://www.kajianpustaka.com/2014/06/analisis-metode-rapid-upper-limb.html
https://belajark3blog.wordpress.com/2016/09/16/reba-rapid-entire-body-assessment/
https://mutiamanarisa.wordpress.com/2010/03/25/rula-rapid-upper-limb-assessment/
https://www.nur-w.com/2009/05/rapid-entire-body-assessment-reba.html
https://youtu.be/x7-03M5j2MY
youtube.com/watch?v=rb4UL89pjuU