Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM

PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI I


PERBAIKAN CARA KERJA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9 :

1. Denta Izha Mahendra (1970031133)


2. Edi Sutisna (1970031150)
3. Denny Setiawan (2070031048)
4. Bayu Aji Nugroho (2070031050)
5. Muhammad Nurkholiq A (2070031056)
6. Heru Adit Prasetyo (2070031057)
7. Amjad Ghufroon Marwanca (2070031059)
8. Putri Indriyani (2070031060)
9. Marsela Dwi Parlina M (2070031061)

LABORATORIUM
PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI I
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Setelah diperiksa secara seksama dan telah menyelesaikan dengan baik maka
laporan modul 2 “Perbaikan Cara Kerja” memenuhi syarat untuk laporan praktikum
Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi yang telah di ACC dan dapat dikumpulkan
dan dinilai.

KELOMPOK 9
Nama NIM
1. Denta Izha Mahendra (1970031133)
2. Edi Sutisna (1970031150)
3. Denny Setiawan (2070031048)
4. Bayu Aji Nugroho (2070031050)
5. Muhammad Nurkholiq A (2070031056)
6. Heru Adi Prasetyo (2070031057)
7. Amjad Ghufroon Marwanca (2070031059)
8. Putri Indriyani (2070031060)
9. Marsela Dwi Parlina M (2070031061)

Menyetujui, Mengetahui
KaProdi Teknik Industri Jakarta, November 2021

Ir. Florida Butarbutar, MT Herdryantama Ramadhan Saputra


NIDN 0310056507 NIM 1870031030

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. v
BAB I ........................................................................................................................................ 1
1,1 Maksud dan Tujuan........................................................................................................ 1
1.2 Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Perumusan Masalah ........................................................................................................ 1
.............................................................................................................................................. 2
1.4 Pembatasan Masalah ....................................................................................................... 3
1.5 Sistematika Pembahasan ................................................................................................. 3
BAB II....................................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Biomekanika ........................................................................................... 4
2.2 Tujuan Biomekanika ................................................................................................. 5
2.3 Hubungan Biomekanika dengaan Ergonimic............................................................ 6
2.4 Pengertian RULA...................................................................................................... 7
2.4 Pengertian REBA ...................................................................................................... 8
2.5 Manual Material Handling (MMH) ........................................................................ 12
BAB III ................................................................................................................................... 16
3.1 Tabel RULA sebelum perbaikan............................................................................. 16
3.2 Tabel REBA Sebelum Perbaikan ............................................................................ 21
3.3 Tabel RULA Setelah Perbaikan .............................................................................. 25
3.3 Tabel REBA Setelah Perbaikan .............................................................................. 30
BAB IV ................................................................................................................................... 34
4.1 Analisis hasil praktikum kedua dengan membandingkannya dengan praktikum
pertama (analisis level cidera RULA dan REBA) .............................................................. 34
4.2 Jelaskan kontribusi modul sebelumnya (Modul I) terhadap praktikum Modul II ini:
……………………………………………………………………………………..35
4.3 Bandingkan praktikum I dan II dilihat dari data waktu siklus apakah dapat
disimpulkan bahwa perbaikan yang dilakukan berhasil? Jelakan. ...................................... 35
4.4 Lakukan analisis terhadap praktikum II sehingga dapat disimpulkan apakah sistem
kerja yang diusulkan lebih baik atau tidak bagian yang di analisis yaitu: .......................... 36

iii
BAB V .................................................................................................................................... 38
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 38
5.2 Saran ....................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 39

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi ini. Adapun tujuan
disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perancangan Sistem Kerja.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu
tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari
sempurna. Untuk itu, kami selaku tim penyusun menerima dengan terbuka
semua kritik dan saran yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih
baik lagi. Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Jakarta, 5 November 2021

Kelompok 9

v
1

BAB I
PENDAHULUAN
1,1 Maksud dan Tujuan
a. Maksud
1) Mampu Memahami Perbaikan Cara Kerja
2) Mampu Memahami Penggunaan RULA dan REBA

b. Tujuan
1) Memahami dalam mempelajari perbaikan cara kerja
2) Melatih kemampuan menggunakan RULA dan REBA dalam
mengidentifikasi permasalahan yang ada.
3) Melatih kemampuan dalam menggunakan RULA dan REBA sebagai
alat analisis perbaikan suatu sistem kerja.

1.2 Latar Belakang Masalah


Dalam dunia pekerjaan terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
jalannya pekerjaan tersebut, sehingga diperlukan suatu analisa dan perancangan
kerja untuk memberikan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pekerjaan
dapat berjalan secara optimal dan dapat menghasilkan output baik berupa
produk atau jasa yang berkualitas, bernilai tambah dan bagi subyek pelaku
pekerjaan dapat bekerja dengan kondisi yang sehat, aman dan nyaman sehingga
tercapai produktifitas yang maksimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja para karyawan ini dapat
menghambat produktifitas, sehingga harus diadakan analisa gerakan guna
mengevaluasi gerakan–gerakan yang dilakukan oleh para karyawan yang tidak
produktif bagi perusahaan.

1.3 Perumusan Masalah


Permasalah yang ada dipraktikum modul 2 ini adalah bagaimana cara
menggunakan perbaikan cara kerja dalam proses pengelasan dan pengedrilan
besi pada ragum di laboratorium dan menganalisa perbaikan cara kerja
tersebut agar langkah-langkah kerja tersebut bisa terlaksana dengan baik dan
lancer.

Mulai

Identifikasi masalah

Postur kerja

Pengumpulan data postur kerja

Pengelolaan data postur kerja manual

Analisis manual dan postur kerja

Tidak
Asistensi

Ya

Selesai

2
1.4 Pembatasan Masalah
Batasan praktikum pada bab ini adalah membahas bagian analisa perbaikan
cara kerja yang menggunakan metode RULA dan REBA pada pengelasan dan
pengedrilan besi di ragum sesuai dengan arahan yang diberikan pada praktikan
dan hanya di ikuti oleh peserta praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi

1.5 Sistematika Pembahasan


Laporan akhir ini terbagi dalam lima bab yang tersusun secara sistematis
agar memudahkan dalam membaca dan memahaminya. Sistematika penulisan
tugas akhir ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang maksud dan tujuan, latar belakang dari perbaikan
cara kerja, perumusan masalah, pembatasan masalah, dan sistematika pembahasan

BAB 2 : LANDASAN TEORI


Bab ini menjelaskan tentang perbaikan cara kerja dan materi-materi
lainnya yang menyangkut dengan tentang perbaikan cara kerja.

BAB 3 : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Bab ini berisi pengumpulan hasih data yang diambil saat melakukan
perhitungan pada metode yang akan digunakan.

BAB 4 : TUGAS AKHIR DAN ANALISIS HASIL PRAKTIKUM


Bab ini menjelaskan tentang analisis terhadap pengolahan data perbaikan cara
kerja yang digunakan pada metode RULA dan REBA.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN


Membuat kesimpulan hasil penelitian yang sesuai dengan materi penelitian dan
saran pengembangannya, saran perbaikan terhadap jalannya proses praktikum dan
penyusunan laporan akhir.

3
4

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Biomekanika

Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek


biomekanika dari gerakan–gerakan tubuh manusia. Biomekanika merupakan
kombinasi antar keilmuan mekanika, antropometri, dan dasar ilmu kedokteran
( biologi dan fisiologi ). Menurut Frankel dan Nordin, biomekanika
menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada
berbagai macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada
aktivitas sehari-hari. Menurut Caffin dan Anderson (1984), occupacional
biomechanics adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar pekerja dan
peralatannya, lingkungan kerja dan lain-lain untuk meningkatkan performansi
dan meminimisasi kemungkinan cidera.
Biomekanika dan cara kerja adalah pengaturan sikap tubuh dalam
bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda
pula dalam melakukan tugas. Dalam hal ini penelitian biomekanika mengukur
kekuatan dan ketahanan fisik manusia dalam melakukan pekerjaan tertentu,
dengan sikap kerja tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan cara kerja yang
lebih baik, dimana kekuatan/ketahanan fisik maksimum dan kemungkinan
cidera minimum.
Ilmu Biomekanika membahas mengenai manusia dari segi kemampuan-
kemampuannya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan ketelitian.
Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada
system biologi. Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu
mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Biomekanika
menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Dalam
biomekanika prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep,
analisis, disain dan pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan
kedoteran.
Dalam melakukan tugas-tugas yang manipulatif, maka ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain:
➢ Menyeimbangkan antara gerakan yang statik dan gerak yang dinamis.
➢ Menjaga kekuatan otot, dimana pemakaian otot maksimum di bawah 15%.
➢ Mencegah Range of Motion (ROM) sendi yang berlebihan.
➢ Menggunakan grup otot yang lebih kecil untuk kecepatan dan ketelitian.
Dalam biomekanika, pada dasarnya ada 2 jenis model gerakan, yaitu:
1. Single- segment Static Model
Menggambarkan beban diterima oleh siku (elbow), yaitu gayareaksi
siku (RE) dan momen reaksi siku (ME).
2. Two-segment Static Model
Menggambarkan beban diterima oleh bahu (shoulder), yaitu gayareaksi
bahu (RE) dan momen reaksi bahu (MS)

2.2 Tujuan Biomekanika

• Mencegah gangguan/cedera pada sistem otot rangka (MSDs)


• Memperbaiki kondisi tempat kerja
• Meningkatkan kinerja organisasi (effisiensi, kualitas dan kepuasan
pekerja)
• Panduan prinsip :
Maintain D < C
D: task Demands (force, moment, etc.)
C: human Capacity (strength, tissue tolerance, etc.)

Faktor-faktor Resiko terkait Permasalahan MSDs (hand & wrist):


• Masalah postur kerja yang tidak normal
• Pekerjaan yang berulang (repetitif)
• Durasi kerja yang lama
• Pembebanan statis pada otot

5
• Tekanan kontak fisik
• Getaran
• Temperatur
2.3 Hubungan Biomekanika dengaan Ergonimic

Biomekanika memiliki hubungan yang sangat erat dengan


Antropometri, dikarenakan dalam Biomekanika mempelajari bagaimana
melakukan suatu pekerjaan dengan menggunakan gaya dengan energi yang
kecil. Sedangkan Antropometri merupakan pembelajaran dalam suatu
perhitungan kepada alat-alat yang di gunakan oleh manusia di dalam kehidupan
sehari-hari. Antropometri menganalisis dimensi-dimensi alat tersebut dengan
menghubungkan tubuh manusi sebagai acuan, sehingga terciptalah suatu alat
atau perkakas yang dapat digunakan dengan gaya yang tidak terlalu besar.
Biomekanika tidak saja berhubungan erat dengan Antropometri tetapi juga
dengan ilmu fisiologi dan postur kerja karena dengan mempelajari tentang gaya
yang bekerja pada tubuh, maka dapat dihitung dan diketahui berapa jumlah
energi dan konsumsi oksigen yang dibutuhkan serta dapat mengevaluasi posisi
tubuh yang kurang ergonomis pada saat melakukan suatu pekerjaan.

Hubungan antara biomekanika dengan ergonomi juga dapat dilihat


dari definisi ergonomi, yaitu suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan
keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat
hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang
diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, sehat, nyaman, dan
efisien.

6
2.4 Pengertian RULA

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah sebuah metode untuk


menilai postur, gaya, dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan
penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini menggunakan
diagram postur tubuh dan tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap
faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor resiko yang
diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh McPhee’
sebagai faktor beban eksternal (external load factors) yang meliputi: jumlah
gerakan, jerja otot statis, gaya, postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan
dan perabotan, dan waktu kerja tanpa istirahat.

Untuk menilai empat faktor beban eksternal pertama yang disebutkan


di atas (jumlah gerakan, kerja otot statis, gaya dan postur), Rapid Upper Limb
Assessment (RULA)

❖ Menyediakan metode penyaringan populasi kerja yang cepat, untuk


penjabaran kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan
dengan anggota tubuh bagian atas.
❖ Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya
dan melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan hal–hal yang dapat
menyebabkan kelelahan otot.
❖ Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi
yang lebih luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental,
lingkungan dan organisasional.

7
2.4 Pengertian REBA

Rapid Entire Body Assissment (REBA) adalah suatu metode dalam


bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher,
punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja.

Metode ini juga dilengkapi dengan faktor coupling, beban eksternal,


dan aktivitas kerja. Dalam metode ini, segmen-segmen tubuh dibagi menjadi
dua grup, yaitu grup A dan Grup B. Grup A terdiri dari punggung (batang
tubuh), leher dan kaki. Sedangkan grup B terdiri dari lengan atas, lengan bawah
dan pergelangan tangan.

Penentuan skor REBA, yang mengindikasikan level resiko dari postur


kerja, dimulai dengan menentukan skor A untuk postur-postur grup A ditambah
dengan skor beban (load) dan skor B untuk postur-postur grup B ditambah
dengan skor coupling. Kedua skor tersebut (skor A dan B) digunakan untuk
menentukan skor C. Skor REBA diperoleh dengan menambahkan skor aktivitas
pada skor C. Dari nilai REBA dapat diketahui level resiko cedera.

Pengembangan Rapid Entire Body Assissment (REBA) terdiri atas 3


(tiga) tahapan, yaitu:

1. Mengidentifikasikan kerja,
2. Sistem pemberian skor,
3. Skala level tindakan yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat
yang ada, dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang lebih detail
berkaitan dengan analisis yang didapat.

MSDS juga didefinisikan sebagai gangguan dan 2. Metode Rapid Entire Body
Assissment (REBA)

Sebuah metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk
menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang

8
pekerja luka-luka yang dialami di tempat kerja dikenal sebagai Musculos
Keletal Disorder (MSDS). penyakit pada otot yang telah terbukti atau
dihipotesa yang disebabkan dengan pekerjaan.

REBA merupakan suatu metode penelitian untuk penilaian tubuh dengan cepat
secara keseluruhan. Metode ini tidak membutuhkan peralatan spesial dalam
penilaian postur punggung, leher, kaki, dan lengan tangan dan pergelangan
tangan. Setiap pergerakan diberi dengan skor yang telah ditetapkan.

REBA dikembangkan sebagai suatu metode untuk menilai postur kerja yang
merupakan faktor resiko (risk factor). Metode ini didesain untuk menilai
pekerja dan mengetahui Muscules keletal yangg kemungkinan dapat
menimbulkan gangguan pada anggota tubuh.

Dalam usaha untuk penilaian 3 (tiga) faktor beban eksternal, jumlah gerakan,
kerja otot statis, tenaga/ kekuatan, dan postur, REBA dikembangkan untuk:

1. Memberikan sebuah metode penyaringan suatu populasi kerja


yang beresiko menyebabkan gangguan pada anggota tubuh,
2. Mengidentifikasi usaha otot yang berhubungan dengan postur
kerja, penggunaan tenaga dan kerja yang berulang-ulang yang
dapat menimbulkan kelelahan (fatique) otot,
3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dengan sebuah
metode penilaian ergonomi, yaitu epidemiologi, fisik, mental,
lingkungan dan faktor organisasi.

Metode REBA telah mengikuti karakteristik, yang telah dikembangkan


untuk memberikan jawaban untuk keperluan mendapatkan peralatan yang bisa
digunakan untuk mengukur pada aspek pembebanan fisik para pekerja. Analisa
dapat dibuat sebelum atau setelah sebuah interferensi untuk
mendemonstrasikan resiko yang telah dihentikan dari sebuah cedera yang
timbul. Hal ini memberikan sebuah kecepatan pada penilaian sistematis dari

9
resiko sikap tubuh dari seluruh tubuh yang bisa pekerja dapatkan dari
pekerjaannya.

Pengembangan dari percobaan metode REBA adalah (Hignett dan


McAtemney, 2000) :

• Untuk mengembangkan sebuah sistem dari analisa bentuk tubuh yang


pantas untuk resiko musculoskeletal pada berbagai macam tugas.

• Untuk membagi tubuh kedalam bagian-bagian untuk pemberian kode


individual, menerangkan rencana perpindahan.

• Untuk mendukung sistem penilaian aktivitas otot pada posisi statis


(kelompok bagian, atau bagian dari tubuh), dinamis (aksi berulang,
contohnya pengulangan yang unggul pada veces/minute, kecuali
berjalan kaki), tidak cocok dengan perubahan posisi yang cepat.

• Untuk menggapai interaksi atau hubungan antara seorang dan beban


adalah penting dalam manipulasi manual, tetapi itu tidak selalu bisa
dilakukan dengan tangan.

• Untuk memberikan sebuah tingkatan dari aksi melalui nilai akhir


dengan indikasi dalam keadaan terpaksa.

• Hanya membutuhkan peralatan yang minimal seperti pena dan kertas


metode.

Metode REBA juga dilengkapi dengan faktor coupling, beban eksternal


aktivitas kerja. Dalam metode ini, segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua
group, yaitu group A dan group B. Group A terdiri dari punggung (batang
tubuh), leher, dan kaki. Sedangkan group B terdiri dari lengan atas, lengan
bawah, dan pergelangan tangan.

10
Untuk menentukan skor REBA ada beberapa langkah yang harus dilalui
terlebih dahulu. Yang pertama menghitung skor pada tabel A yang terdiri dari
leher (neck), batang tubuh (trunk), dan kaki (legs). Kemudian menghitung tabel
B yang terdiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan
pergelangan tangan (wrist). Setelah didapatkan skor akhir tabel A dan B maka
dimasukkan ke dalam tabel C yang kemudian menentukan ketegori
tindakannya. Terdapat 13 langkah dalam menentukan skor REBA.

Postur kerja yang salah sering diakibatkan oleh letak fasilitas yang
kurang sesuai dengan anthropometri sehingga mempengaruhi kinerja yang
tidak alami menyebabkan ketidaknyamanan. Berdasarkan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh manusia ternyata bahwa sikap kerja yang
tidak sesuai dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada saat bekerja. Hasil
perhitungan postur kerja dengan metode REBA tentang keluhan kerja diperoleh
tingkat terjadinya pada organ leher sebesar 22%, organ tubuh bagian punggung
sebesar 45%, pada bagian kaki sebesar 37%, pada bagian lengan atas sebesar
69%, pada bagian lengan bawah sebesar 29%, dan pada bagian pergelangan
tangan sebesar 21%. Selain beban pekerjaan yang cukup besar maka postur
tubuh saat bekerja sangat berpengaruh dengan konsumsi energi. Analisis postur
kerja dengan metode REBA pada Pekerja Proses Pengasahan Batu Akik sangat
perlu dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,
permasalahan yang dihadapi seorang pekerja proses pengasahan batu akik
adalah pekerja kurang memperhatikan keselamatan dan resiko yang terjadi bila
pekerja terus menerapkan posisi kerja yang tidak sesuai dengan anthropometri.
untuk itu penulis ingin menganalisa penilaian postur kerja berdasarkan metode
REBA pada pekerja proses pengasahan batu akik dengan metode kerja dan
proses kerja. Adapun Rumusan permasalahan adalah bagaimana penilaian
postur kerja berdasarkan metode REBA pada pekerja proses pengasahan batu
akik.

11
2.5 Manual Material Handling (MMH)

Penanganan material secara manual atau Manual Material Handling


(MMH) merupakan aktivitas yang setiap hari dilakukan oleh manusia.
Penggunaan tenaga manusia di berbagai aktivitas yang dilakuan secara manual
masih sangat dominan. Pekerjaan yang terkait dengan MMH sering kita lihat
dalam pekerjaan pertukangan, bongkar muat barang, aktivitas di pasar dan
kegiatan-kegiatan bisnis lainnya. Aktivitas MMH antara lain proses
mengangkat, mendorong, memanggul, menggendong, menarik dan aktivitas
penanganan material lainnya tanpa alat bantu mekanis. Kelebihan MMH
dibandingkan dengan penanganan material yang menggunakan alat bantu
adalah fleksibilitas gerakan yang dilakukan. Akan tetapi dibalik keuntungan
tersebut terdapat kekurangan, yaitu dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja.
Aktivitas MMH mempunyai potensi kecelakaan yang cukup besar, karena pada
aktivitas ini akan terjadi kontak langsung antara beban dan tubuh manusia.
Beban yang tinggi pada otot maupun sistem skeletal dapat mengakibatkan
overstrain pada otot terutama pada otot leher dan tulang belakang dan pada
bagian tubuh yang lain. Disamping itu pemakaian postur kerja yang tidak
fisiologis atau tidak aman dan beban yang besar dapat menyebabkan cedera
tulang punggung pada pekerja. Studi MMH pada hakekatnya untuk
mengidentifikasi dan pengawasan penyebab cedera dan meminimasi bahaya
tersebut dengan menerapkan pengendalian administratif dan pengendalian
teknik. Aplikasi pengendalian administratif antara lain dengan mempekerjakan
personal yang terpilih, melakukan pelatihan teknik penanganan material yang
baik dan rotasi kerja. Sedang pengendalian teknik antara lain dengan
merancang ulang pekerjaan dan penanganan material dengan bantuan mekanis.
Pemindahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan
menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan kerja yang terjadi karena kerusakan
jaringan tubuh yang diakibatkan oleh kelebihan beban angkat. Kenyataan
menunjukkan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan, baik

12
menyangkut kemampuan pengamatan kognitif, fisik, maupun psikologis.
Dalam sistem kerangka manusia terdapat beberapa titik rawan, yaitu pada ruas
tulang leher, ruas tulang belakang dan pada pangkal paha. Titik pada ruas tulang
belakang khususnya antara ruas lumbar ke-5 dan sacrum ke-1 (L5/S1),
merupakan titik yang paling rawan terhadap kecelakaan kerja, karena pada titik
tersebut terdapat disk (selaput yang berisi cairan) yang berfungsi untuk
meredam pergerakan antar ruas. Jika tekanan yang diakibatkan pengangkatan
beban kerja melebihi Maximum Permissible Limit (MPL) sebagai batas angkat
maksimum, maka akan menyebabkan pecahnya disk tersebut sehingga manusia
akan mengalami kelumpuhan.

MMH yang dilakukan dengan tidak benar akan berdampak pada cedera
yang bersifat sementara atau permanen, bahkan kondisi lebih buruk lagi
terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat kematian. Cedera terjadinya
kecelakaan kerja yang berakibat kematian. Cedera kecelakaan kerja yang
berakibat kematian. Cedera dan kecelekaan kerja disebabkan karena para
pelaku usaha maupun ara pelaku usaha maupun pemegang kebijakan di
pemerintah kurang peduli terhadap pemindahan material yang berisiko tinggi.
Disisi lain, pengetahuan terhadap pemindahan material secara aman belum
dimiliki pekerja. Jika kita pekerja. Jika kita pekerja. Jika kita runtut
permasalahan diatas merupakan kelemahan sistem pelaksanaan dan
pengawasan terhadap jaminan keamanan MMH. Hal ini tidak hanya terjadi di
Indonesia melainkan merupakan permasalahan dunia. Fakta kecelakaan kerja
menurut International Labor Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta
kematian yang sebagian besar disebabkan karena kecelakaan akibat hubungan
pekerjaan, dan sisanya disebabkan penyakit akibat hubungan pekerjaan. Kasus
kecelakaan kerja akibat pembebanan yang melebihi batas yang diijinkan yang
terjadi di Amerika Serikat dinyatakan bahwa selama dekade 70 an, sekitar 20
juta orang Amerika mengalami permasalahan biomekanika dan kelelahan kerja
(Chaffin, 1991). Sedangkan National Institute for Occupational Safety and

13
Health (NIOSH, 1981) melaporkan bahwa dalam satu tahun sekitar 500 ribu
pekerja di Amerika Serikat menderita berbagai jenis cedera akibat kerja dengan
pengerahan otot yang berlebihan.

MMH merupakan penyebab kecelakaan yang lebih dari sepertiga setiap


tahun dan sering terjadi kecelakaan fatal. Oleh karena itu, perlakukan pada saat
MMH harus menggunakan aturan-aturan yang benar dan tidak memaksakan
diri jika tidak mampu memindahkan. Cedera akibat MMH sering berdampak
pada keluhan yang relatif lama dan berkepanjangan. Data berikut menunjukkan
jenis-jenis kecelakaan yang menyebabkan cedera lebih dari tiga hari.

Ketertiban pencatatan diperlukan untuk evaluasi dan perbaikan dan hal


ini dikarenakan negara maju tersebut sangat peduli terhadap jaminan keamanan
pekerja. Sedangkan negara lain terutama negara sedang berkembang kasus
kecelakaan dan cedera akibat MMH cukup besar, hanya saja belum
dipublikasikan dan belum ada pendataan secara akurat. Pendataan ini menjadi
sangat penting dilakukan di Indonesia untuk mengetahui dampak negatif MMH
diberbagai aktivitas pekerjaan mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk
yang besar. Berbagai cedera akibat MMH dapat dikelompokan menjadi tiga
bagian yaitu cedera pada punggung, ekstrimitas bagian atas dan ekstrimitas
bagian bawah. Disamping cedera juga dapat menyebabkan gangguan pada
syaraf maupun pembuluh darah. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi semua
pihak terutama para akademisi, pemerintah, maupun pelaku bisnis untuk
memperhatikan keamanan pekerja dalam menjalankan aktivitas terkait dengan
MMH. Kegiatan MMH merupakan aktivitas yang tidak bisa dihindari oleh
manusia baik di rumah maupun di tempat kerja. Kegiatan mengangkat,
membawa, mendorong atau menarik beban harus dilakukan dengan hati-hati
dan cermat. Pekerjaan yang tidak dilakukan dengan hati-hati dan cermat dapat
mengalami cedera seperti strain (rasa nyeri berlebihan), keseleo, jari terjepit
dan luka dari benda tajam (Health and Safety Executive, 2014). Cedera yang

14
sifatnya ringan seperti strain dan keseleo tidak begitu bermasalah dan hanya
membutuhkan waktu yang pendek untuk pemulihan. Akan tetapi cedera berat
seperti cedera pada lumbar ke-5 dan sacrum ke-1 (L5/S1), jika tidak ditangani
dengan serius dan benar akan berdampak pada kelumpuhan. Pengawasan
aktivitas MMH perlu diintensifkan serta dilakukan pelatihan secara periodik
kepada para pekerja untuk menghindari cedera ringan maupun cedera yang
berdampak pada cacat permanen atau kematian. Bagi pihak perusahaan cedera
akibat MMH berdampak pada rendahnya produktivitas yang ditunjukkan
dengan tingkat absensi tinggi.

15
16

BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Tabel RULA sebelum perbaikan


a) Pengelasan pada besi

+3

+2

+2 +3

+2

+1
+1

+1
1

+2 +1

A. Tabel A Wirst & Arm Score (Aktivitas ditentukan Asisten Lab)

No Keterangan Score Alasan


karena posisi lengan atas berkisar 20
1 posisi lengan atas (upper arm) +2 derajat dan lengan sedikit menjauhi
badan
karena posisi lengan bawah berkisar

2 posisi lengan bawah (lower arm) +2 antara 60-100 derajat dan lengan bagian
bawah
merentang
posisi pergelangan tangan (wirst Karena posisi pergelangan
3 position) +1 tangan tidak menekuk
penikungan pergelangan tangan
4 (wirst twist) +1 Pergelangan menekuk kebawah
Score tabel A wirst dan arm 3
B. Score lengan & pergelangan tangan (wirst & arm)

No Keterangan Score Alasan


1 Score tabel A wirst & Arm 3 Score akhir dari tabel A di atas
Penggunaan otot (Muscle use Karna waktu pengelasan sampai 1
2 +1
score) menit lebih
Beban 2 kg atau 4,4 lbs dan
3 Muatan (score force) +2
pekerjannya statis dan berulang
Score lengan & pergelangan tangan (wirst &
4
arm

C. Tabel B Neck, Trunk & leg (wirst & arm)

No Keterangan Score Alasan


1 neck posisi (leher) +3 Karena posisi kepala 30 derajat
2 trunk posisi (punggung) +3 Karena posisi punggung 50 derajat

3 leg posisi (kaki) +2 Karena posisi kaki aga menekuk


score tabel B neck, trunk & leg 5

D. Score leher, punggung & kaki (neck, trunk, & leg)

No Keterangan Score Alasan


1 Score table B neck, trunk & leg 5 Sesuai score tabel diatas
Penggunaan otot (muscle use Gerakan di lakuakan lebih dari 4 kali
2 +1
score) permenit
Beban 2 kg atau 4,4 lbs dan
3 Muatan (score force) +1
pekerjannya statis
score leher, punggung & kaki (neck, trunk &
8
leg)

E. Tabel C Score leher ,punggung & kaki ( Neck,trunk&Leg)

No Keterangan Score Alasan


1 Score tabel B neck, trunk, dan leg 7 Karena posisinya kurang baik
2 Lengan dan pergelangan tangan 5 Posisi nya sudah cukup baik
Karena harus menyelidiki dan
Final score dari table C 7
menerapkan perubahan

17
F. Score RULA

Score Analisa

Menurut score RULA yang berjumlah angka 7 tersebut


memiliki Level risiko Tinggi dan memiliki Level Tindakan
7 Nomor 7 yang artinya perlu tindakan perbaikan secepatnya
serta perlu adanya tindakan khusus berupa perbaikan agar
posisi tubuh operator tetep dalam keadaan baik.

b) Pengedrilan pada besi

+3

+3

+2
+4

+2

+1
+1

+0
+1

+2
+2

18
A. Tabel A Wirst & Arm Score (Aktivitas ditentukan Asisten Lab)

No Keterangan Score Alasan


karena posisi lengan atas berkisar antara 30
1 posisi lengan atas (upper arm) +3
derajat dan posisi lengan bagian atas
menjauh dari
badan
karena posisi lengan bawah berkisar antara
2 posisi lengan bawah (lower arm) +2 60-100 derajat dan lengan bagian bawah
merentang
posisi pergelangan tangan (wirst Karena posisi pergelangan
3 position) +1 tangan tidak menekuk
penikungan pergelangan tangan Pergelangan berputar di kisaran
4 (wirst twist) +1 pertengahan
Score tabel A wirst dan arm 3

B. Score lengan & pergelangan tangan (wirst & arm)

No Keterangan Score Alasan


1 Score tabel A wirst & Arm 3 Sesuai score tabel diatas
Penggunaan otot (Muscle use Karna waktu pengedrilan sampai 1
2 +1
score) menit lebih
Beban 2 kg atau 4,4 lbs dan
3 Muatan (score force) +2
pekerjannya statis dan berulang
Score lengan & pergelangan tangan (wirst &
6
arm

C. Tabel B Neck, Trunk & leg (wirst & arm)

No Keterangan Score Alasan


1 neck posisi (leher) +3 Karena posisi kepala 30 derajat
trunk posisi (punggung) Karena posisi punggung 30 derajat
2 +4
dan banding kekiri
Karena posisi kaki aga sedikit
3 leg posisi (kaki) +2
menekuk
score tabel B neck, trunk & leg 6

19
D. Score leher, punggung & kaki (neck, trunk, & leg)

No Keterangan Score Alasan


1 Score table B neck, trunk & leg 6 Sesuai score tabel diatas
Penggunaan otot (muscle use
2 +1 Gerakan di lakuakan berulang
score)
Beban 2 kg atau 4,4 lbs dan
3 Muatan (score force) +2
pekerjannya statis dan berulang
score leher, punggung & kaki (neck, trunk &
9
leg)

E. Tabel C Score leher ,punggung & kaki ( Neck,trunk&Leg)

No Keterangan Score Alasan


1 Score tabel B neck, trunk, dan leg 9 Karena posisi kurang baik
2 Lengan dan pergelangan tangan 6 Posisinya sudah cukup baik
Karena harus menyelidiki dan
Final score dari table C 6
menerapkan perubahan

F. Score Rula

Score Analisa
Menurut score RULA yang berjumlah angka 6 tersebut
memiliki Level risiko Tinggi dan harus melakukan
penyelidikan lebih lanjut. Nomor 6 yang artinya perlu tindakan
6
perbaikan secepatnya serta perlu adanya tindakan khusus
berupa perbaikan agar posisi tubuh operator tetep dalam
keadaan baik.

20
3.2 Tabel REBA Sebelum Perbaikan

a) Pengelasan pada besi

2
1
5 0

2
5 1 4

5
3
3

1 6 7
1

A. Tabel A leher, kaki, dan badan

No Keterangan Score Alasan


1 posisi leher 2 Karena Posisi Kepala lebih 20 derajat
Karena Posisi Kaki ada dalam
2 posisi leher kaki 2
keadaan 45 derajat
Karena posisi badan miring ke depan
3 posisi badan/ pinggang 3
20 – 60 derajat
score table A 5

21
B. Tabel B lengan bawah, pergelangan tangan, dan lengan atas

No Keterangan Score Alasan


Karena posisi lengan bawah berkisar
1 Lengan bawah 1
80 derajat
2 Pergelangan tangan 2 Karena posisi tangan 15 derajat
3 Lengan atas 3 Karena posisi tangan 45 derajat
score table B 5

C. Score tabel A dan B

No Keterangan Score
1 Score tabel A 5
2 Score tabel B 5
3 Tambahan aktivitas +1
score tabel C dan tambahan aktivitas 7

D. Score REBA

Score Analisa

Menurut score REBA yang berjumlah angka 7(sedang) tersebut


memiliki Level Tindakan Nomor 7 yang artinya perlu tindakan
7 perbaikan secepatnya serta perlu adanya tindakan khusus
berupa perbaikan agar posisi tubuh operator tetep dalam
keadaan baik.

22
b) Pengedrilan pada besi

2
2
6 0

2
6 2 5

7
3
4

1 9 10

A. . Tabel A leher, kaki, dan badan

No Keterangan Score Alasan


Karena posisi kepala >20° kearah
1 posisi leher 2
depan
Karena Posisi Kaki ada dalam
2 posisi leher kaki 2
keadaan 45 derajat
Karena posisi badan harus begitu
3 posisi badan/ pinggang 4
membungkuk
score table A 6

23
B. Tabel B lengan bawah, pergelangan tangan, dan lengan atas

No Keterangan Score Alasan


Karena posisi lengan bawah 0-60
1 Lengan bawah 2
derajat
Karena posisi tangan 15 derajat ke
2 Pergelangan tangan 3
bawah dan aga sedikit memutar
Karena posisi tangan 0 – 45 derajat
3 Lengan atas 3
bahu agak terangkat
score table B 7

C. Score tabel A dan B

No Keterangan Score
1 Score tabel A 6
2 Score tabel B 7
3 Tambahan aktivitas +1
score tabel C dan tambahan aktivitas 10

D. Score REBA

Score Analisa

Menurut score REBA yang berjumlah angka10 (tinggi) tersebut


memiliki Level Tindakan Nomor 10 yang artinya perlu
10 tindakan perbaikan secepatnya serta perlu adanya tindakan
khusus berupa perbaikan agar posisi tubuh operator tetep dalam
keadaan baik.

24
3.3 Tabel RULA Setelah Perbaikan

a) Pengelasan pada besi

+3

+1

+1
+3

+1

+1
+1

1
+1

+0
+1

A. Tabel A Wirst & Arm Score (Aktivitas ditentukan Asisten Lab)

No Keterangan Score Alasan


karena posisi lengan atas lurus kebawah
1 posisi lengan atas (upper arm) +1
berkisar 20 derajat
karena posisi lengan bawah
2 posisi lengan bawah (lower arm) +1
berkisar antara 60-100 derajat
Karena posisi pergelangan
3 posisi pergelangan tangan (wirst
tangan tidak menekuk
position) +1
Pergelangan berputar di kisaran
4 penikungan pergelangan tangan +1
pertengahan
(wirst twist)
Score tabel A wirst dan arm 1

25
B. Score lengan & pergelangan tangan (wirst & arm)

No Keterangan Score Alasan


1 Score tabel A wirst & Arm 1 Score akhir dari tabel diatas
Penggunaan otot (Muscle use Gerakan di lakuakan lebih dari 4 kali
2 score) +1
permenit
Beban 2 kg atau 4,4 lbs dan
3 Muatan (score force) +1
pekerjannya statis
Score lengan & pergelangan tangan (wirst &
3
arm

C. Tabel B Neck, Trunk & leg (wirst & arm)

No Keterangan Score Alasan


1 neck posisi (leher) +3 Karena posisi kepala 30 derajat
2 trunk posisi (punggung) +3 Karena posisi punggung 35 derajat
3 leg posisi (kaki) +1 Karena posisi kaki berdiri tegak
score tabel B neck, trunk & leg 4

D. Score leher, punggung & kaki (neck, trunk, & leg)

No Keterangan Score Alasan


1 Score table B neck, trunk & leg 4 Score akhir dari tabel diatas
Gerakan di lakukan lebih dari 4 kali
Penggunaan otot (muscle use
2 +1
score) permenit
Karena leher,punggung & kaki tidak
3 Muatan (score force) +0
membawa beban kurang dari 4.4 lbs
score leher, punggung & kaki (neck, trunk &
5
leg)

26
E. Tabel C Score leher ,punggung & kaki ( Neck,trunk&Leg)

No Keterangan Score Alasan


1 Score tabel B neck, trunk, dan leg 5 Karena posisinya sudah cukup baik
2 Lengan dan pergelangan tangan 3 Posisinya sudah baik
Penyelidikan lebih lanjut , perubahan
Final score dari table C 4
mungkin diperlukan

F. Score Rula

Score Analisa

Menurut score RULA yang berjumlah 4 angka tersebut


melambangkan perlu adanya penyelidikan lebih lanjut ,
4 perbaikan agar posisi tubuh operator tetep dalam keadaan baik
namun angka 4 ini tidak bersifat urgent hanya saja mungkin
perlu di adakan tindakan khusus.

27
b) Pengedrilan pada besi

+3

+1

+1
+2

+1

+1
+1

+1
+1

+1
+2

A. Tabel A Wirst & Arm Score (Aktivitas ditentukan Asisten Lab)

No Keterangan Score Alasan


karena posisi lengan atas lurus kebawah
1 posisi lengan atas (upper arm)
berkisar 20 derajat
+1
Karena posisi lengan bawah
2 posisi lengan bawah (lower arm) berkisar antara 60-100 derajat
+1
Karena posisi pergelangan
3 posisi pergelangan tangan (wirst tangan tidak menekuk
position) +1
penikungan pergelangan tangan Pergelangan berputar di kisaran
4 (wirst twist) +1 pertengahan

Score tabel A wirst dan arm 1

28
B. Score lengan & pergelangan tangan (wirst & arm)

No Keterangan Score Alasan


1 Score tabel A wirst & Arm 1 Score akhir di tabel atas
Penggunaan otot (Muscle use Gerakan di lakuakan lebih dari 4 kali
2 +1
score) permenit
Beban 2 kg atau 4,4 lbs dan
3 Muatan (score force) +2
pekerjannya statis dan berulang
Score lengan & pergelangan tangan (wirst &
4
arm

C. Tabel B Neck, Trunk & leg (wirst & arm)

No Keterangan Score Alasan


1 neck posisi (leher) +3 karena posisi kepala 30 derajat
trunk posisi (punggung) karena posisi punggung tegak 20
2 +2
derajat
3 leg posisi (kaki) +1 Karena posisi kaki berdiri tegak
score tabel B neck, trunk & leg 3

D. Score leher, punggung & kaki (neck, trunk, & leg)

No Keterangan Score Alasan


1 Score table B neck, trunk & leg 3 Sesuai score pada tabel
Penggunaan otot (muscle use Gerakan di lakukan lebih dari 4 kali
2 +1
score) permenit
Beban 2 kg atau 4,4 lbs dan
3 Muatan (score force) +1
pekerjannya statis
score leher, punggung & kaki (neck, trunk &
5
leg)

E. Tabel C Score leher ,punggung & kaki ( Neck,trunk&Leg)

No Keterangan Score Alasan


1 Score tabel B neck, trunk, dan leg 5 Karena posisinya sudah cukup baik
2 Lengan dan pergelangan tangan 4 Posisinya sudah baik
Perlu adanya penyelidikan lebih
Final score dari table C 5
lanjut , segera berubah

29
F. Score Rula

Score Analisa

Menurut score RULA yang berjumlah 5 angka tersebut


melambangkan perlu adanya penyelidikan lebih lanjut , dan
5 segera adanya perubahan perbaikan agar posisi tubuh operator
tetep dalam keadaan baik namun angka 5 ini tidak bersifat
urgent hanya saja mungkin perlu di adakan tindakan khusus.

3.3 Tabel REBA Setelah Perbaikan

a) Pengelasan pada besi

1
1
2 0

1
2 1 1

2
2
2

1 2 3

30
A. Tabel A leher, kaki, dan badan

No Keterangan Score Alasan


Posisi leher 10 derajat ke depan

1 posisi leher 1 dan memutar 10 derajat ke kiri


menghadap benda kerja
2 posisi leher kaki 1 Kaki sedikit menukuk 20 derajat
Karena posisi badan 20 derajat
3 posisi badan/ pinggang 2
kedepan
score table A 2

B. Tabel B lengan bawah, pergelangan tangan, dan lengan atas

No Keterangan Score Alasan


Karena posisi lengan bawah berkisar
1 Lengan bawah 1
70 derajat
Karena posisi pergelangan tangan
2 Pergelangan tangan 1
lurus 0 derajat
Karena posisi lengan atas lurus
3 Lengan atas 2
kebawah berkisar 26 derajat
score table B 2

C. Score tabel A dan B

No Keterangan Score
1 Score tabel A 2
2 Score tabel B 2
3 Tambahan aktivitas +1
score tabel C dan tambahan aktivitas 3

31
D. Score REBA

Score Analisa

Menurut score REBA yang berjumlah 3(rendah) angka


tersebut melambangkan mungkin perlu adanya tindakan
3 khusus berupa perbaikan agar posisi tubuh operator tetep
dalam keadaan baik namun angka 3 ini tidak bersifat urgent
hanya saja mungkin perlu di adakan tindakan khusus.

b) Pengedrilan pada besi

2
1
2 0

1
2 0 2

2
2
2

1 2 3

32
A. Tabel A leher, kaki, dan badan

No Keterangan Score Alasan


1 posisi leher 2 Karena Posisi Kepala lebih 20 derajat
Karena Posisi Kaki ada dalam
2 posisi leher kaki 2 keadaan 45 derajat
Karena posisi badan 20 derajat
3 posisi badan/ pinggang 2
kedepan
score table A 2

B. Tabel B lengan bawah, pergelangan tangan, dan lengan atas

No Keterangan Score Alasan


Karena posisi lengan bawah
1 Lengan bawah 1
berkisar 70 derajat
Karena posisi pergelangan
2 Pergelangan tangan 2 Menekuk 15 derajat dan menekuk
kebawah
Karena posisi lengan atas lurus
3 Lengan atas 2
kebawah berkisar 26 derajat
score table B 2

C. Score tabel A dan B

No Keterangan Score
1 Score tabel A 2
2 Score tabel B 2
3 Tambahan aktivitas +1
score tabel C dan tambahan aktivitas 3

D. Score REBA

Score Analisa

Menurut score REBA yang berjumlah 3(rendah) angka


tersebut melambangkan mungkin adanya tindakan khusus
3 berupa perbaikan agar posisi tubuh operator tetep dalam
keadaan baik namun angka 3 ini tidak bersifat urgent hanya
saja mungkin perlu di adakan tindakan khusus.

33
34

BAB IV
ANALISIS

4.1 Analisis hasil praktikum kedua dengan membandingkannya dengan

praktikum pertama (analisis level cidera RULA dan REBA)

Perbandingan praktikum kedua dengan pertama dari Level cidera

RULA dan REBA yaitu skor RULA dan REBA dari prakatikum pertama

lebih besar dibanding praktikum kedua karena praktikum pertama resiko

cedera dari proses kerja lebih tinggi dari praktikum oleh faktor posisi badan

atau cara kerjanya tidak sesuai prosedur sedangkan praktikum kedua lebih

menjadi evaluasi dari praktikum pertama karena proses kerja lebih baik dari

praktikum pertama. Praktikum pertama score nilai RULA untuk pekerjaan

pengelasan pada besi adalah 7 sedangkan praktikum ke dua skor nya adalah 4.

Praktikum pertama score nilai RULA untuk pekerjaan pengedrilan pada besi

adalah 6 sedangkan praktikum ke dua skor nya adalah 5. Praktikum pertama

score nilai REBA untuk kegiatan pengelasan pada besi adalah 7 dan

praktikum ke dua skornya adalah 3. Praktikum pertama score nilai REBA

untuk kegiatan pengedrilan pada besi adalah 10 dan praktikum ke dua skornya

adalah 3.
4.2 Jelaskan kontribusi modul sebelumnya (Modul I) terhadap

praktikum Modul II ini:

Modul I:
Modul I membahas tentang antropometri yaitu pengetahuan yang
menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh
kontribusinya terhadap modul II adalah bagaimana kita mengukur
dimensi tubuh dan membuat alat pendukung atau tempat kerja yang
sesuai dengan dimensi tubuh agar saat melakukan proses pekerjaan kita
berada di posisi yang nyaman dan meminimalisir resiko cedera.
Modul II:

Modul II membahas tentang peta-peta kerja yaitu suatu alat untuk


menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas dalam
pemetaan kerja sebelum kita melakukan proses kerja dan sebagai alat
untuk menunjukkan langkah-langkah proses kerja nanti agar sesuai
dengan prosedur yang ada. Peta kerja juga digunakan sebagai bahan
merancang atau memperbaiki sistem kerja agar menjadi lebih baik dari
sebelumnya.

4.3 Bandingkan praktikum I dan II dilihat dari data waktu siklus

apakah dapat disimpulkan bahwa perbaikan yang dilakukan

berhasil? Jelakan.

Waktu siklus praktikum pertama lebih lama dibandingkan praktikum

kedua karena ada perbaikan pada waktu set up yang lebih cepat dan mengurangi

gerakan gerakan yang kurang efektif juga menjadi faktor waktu siklus

praktikum kedua lebih baik dan lebih cepat diabnding praktikum pertama.

35
4.4 Lakukan analisis terhadap praktikum II sehingga dapat

disimpulkan apakah sistem kerja yang diusulkan lebih baik atau

tidak bagian yang di analisis yaitu:

a. Prinsip ekonomi gerakan dan studi gerakan

b. SMED

c. Kualitas Produksi

Analisa:

a. Prinsip ekonomi gerakan dan studi gerakan

Ekonomi gerakan adalah merupakan gerakan-gerakan kerja setempat

dalam suatu stasiun kerja. Analisa kegiatan kerja yang berlangsung secara

menyeluruh dari satu stasiun kerja berikutnya. Dan dalam bagian ini

sistem yang diusulkan lebih baik kerena berpengaruh dalam prinsip

ekonomi dan studi gerakan salah satu contoh di stasiun kerja 2

(pengedrillan) yaitu proses pengedrillan di praktikum pertama masih

dilakukan tanpa menggunakan APD dan mengkhawatirkan akan terjadinya

accident bagi operator, tetapi setelah dilakukan perbaikan pengedrillan

dilakukan di atas meja dan dijepit di ragum sehingga memudahkan

Operator melakukan pengdrillan dan Operator mendapatkan Alat

Pelindung Diri (APD) sehingga keselamatan Operator terjaga, karena ini

menyangkut dengan prinsip K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja).

36
b. SMED (Single Minute Exchange of Dies)

SMED merupakan salah satu metoda Impovement dari Learn

Manufacturing yang digunakan untuk mempercepat/mempersingkat waktu

yang dibutuhkan untuk melakukan setup pergantian dari satu jenis produk

ke model produk lain. Sistem kerja yang di usulkan dalam prinsip SMED

dapat lebih baik karena waktu set up yang digunakan lebih sedikit

disebabkan oleh faktor tools yang di sesuaikan dengan kegunaannya di

setiap stasiun kerja dan untuk melakukan set up tidak harus bolak balik ke

tempat menyimpan tools tersebut sehingga menghemat waktu set up dan

tenaga operator.

c. Kualitas Produksi

Sistem kerja yang diusulkan dalam kualitas produksi pun lebih baik

karena dari berkurangnya waktu set up dan mengurangi Gerakan-gerakan

yang kurang diperlukan dan kurang efektif dari proses pengedrillan

tersebut sehingga waktu yang digunakan lebih cepat dan kualitas produksi

bisa lebih baik.

37
38

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Dari informasi di atas diperoleh kesimpulan bahwa dari praktikum pertama sampai
kedua memberikan perbaikan waktu siklus yang lebih cepat dan menghindari resiko
cedera. Hal ini disebabkan oleh:
a. Kemampuan Operator semakin meningkat dan posisi kerjanya semakin baik
setelah melakukan praktikum pertama.
b. Perubahan-perubahan dilakukan untuk mendapatkan metode yang lebih baik
yaitu dengan menempatkan posisi meja kerja dengan tinggi tubuh operator
sehingga operator nyaman dan aman dalam melakukan proses kerja.

2. Pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan peta kerja mempengaruhi efektifitas


kerja sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja dengan memanfaattkan waktu
siklus yang lebih cepat tanpa mengurangi kualitas produk.

5.2 Saran

Adapun saran sebagai masukan dari praktikum ini adalah :


a. Persiapan Tools harus lebih lengkap lagi dan ketersediaan Alat Pelindung Diri
(APD) harus lebih lengkap lagi.
b. Tidak di gabungkan dengan praktikum lain sehingga dapat lebih
berkonsentrasi lagi untuk mengikuti praktikum ini.
c. Usahakan posisi meja kerja lebih ada ruang sehingga ruang gerak operator
saat melakukan proses kerja lebih nyaman.
39

DAFTAR PUSTAKA

https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2081/KI
https://www.scribd.com/doc/57740934/Perbaikan-Cara-Kerja
https://bambangwisanggeni.wordpress.com/2010/03/02/reba-rapid-entire-body-
assessment/
https://www.scribd.com/doc/57440325/RULA-Rapid-Upper-LimbAssessment-Bab-
2-Landasan-Teori-Modul-5-Laboratorium-Perancangan-Sistem-Kerja-Dan-
Ergonomi-Data-Praktikum-Risalah
https://www.kajianpustaka.com/2014/06/analisis-metode-rapid-upper-limb.html
https://belajark3blog.wordpress.com/2016/09/16/reba-rapid-entire-body-assessment/
https://mutiamanarisa.wordpress.com/2010/03/25/rula-rapid-upper-limb-assessment/
https://www.nur-w.com/2009/05/rapid-entire-body-assessment-reba.html
https://youtu.be/x7-03M5j2MY
youtube.com/watch?v=rb4UL89pjuU

Anda mungkin juga menyukai