Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

STATISTIKA INDUSTRI

QUALITY CONTROL

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9 :
1. Putri Indriyani 2070031060
2. Edi Sutisna 1970031150
3. Denny Setiawan 2070031048
4. Bayu Aji Nugroho 2070031050
5. Amjad Ghufroon Marwanca 1970031059
6. Marsela Dwi Parlina M 2070031061
7. Heru Adi Prasetyo 2070031057
8. Muhammad Nurkholiq A 2070031056
9. Denta Izha Mahendra 2070031133

LABORATORIUM
STATISTIKA INDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
2021
LEMBAR
PENGESAHAN
Setelah diperiksa secara seksama dan telah menyelesaikan dengan baik maka
laporan modul 3 “Quality Control” memenuhi syarat untuk laporan praktikum
Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi yang telah di ACC dan dapat dikumpulkan
dan dinilai.

1. Putri Indriyani 2070031060


2. Denny Setiawan 2070031048
3. Bayu Aji Nugroho 2070031050
4. Amjad Ghufroon Marwanca 2070031059
5. Marsela Dwi Parlina M 2070031061
6. Heru Adi Prasetyo 2070031057
7. Muhammad Nurkholik A 2070031056

Jakarta, 28 November 2021


Mengetahui

Tiara Ramadhandika
NIM 1970031070

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..iii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………...………………………….6
1. 1 Maksud dan Tujuan………………………………………………………………6

1.2 Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1

1.3 Perumusan Masalah ......................................................................................................... 2

1.3 Pembatasan Masalah ....................................................................................................... 2

1.3 Sistematik Pembahasan ................................................................................................... 2

BAB 2 LANDASAN TEORI…………………...……………………………………8


1. Definisi Kualitas……………………………..………………………………..8
2. Unsur Dalam Quality Control……………………………….…...…………..10
3. Cara Kerja Quality Control…………………………….…………………….10
4. Dimensi Kualitas Produk………………………………….…………………12
5. Pengertian Pengendalian Kualitas……………………………….…………..13
BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA………………………..14
3.1 Tabel Pengamatan………………………………………………………………..14
3.1.1 Pengamatan Data Atribut………………………………………………………15
3.1.2 Pengamatan Data Variabel…………………………………………………….16
3.2 Pengolahan Data…………………………………………………………………17
3.2.1 Tabel Data Peta P………………………………………………………………17
3.2.2 Menghitung Proporsi Cacat……………………………………………………18
3.2.3 Menentukan Persentase Nilai OK……………………………………………...18
3.2.4 Menghitung Kendali Atas Pada Peta P……………………….………………..19
3.2.5 Menghitung Batas Kendali Bawah Pada Peta P……………………………….19

iii
3.2.6 Membuat Diagram QC Tools…………………………………………………20
3.2.6.1 Diagram Histogram…………………………………………………………20
3.2.6.2 Diagram Pareto……………………………………………………………...20
3.2.6.3 Diagram Scatter……………………………………………………………..21
3.2.6.4 Diagram Control Charts…………………………………………………….21
3.2.6.5 Diagram Fishbone…………………………………………………………..22
3.2.7 Membuat Tabel X Dan R……………………………………………………..22
3.2.8 Menghitung Nilai X dan R……………………………………………………23
3.2.9 Menghitung Average Dan Range……………………………………………..23
3.2.10 Mencari Peta X………………………………………………………………24
3.2.11 Mencari Peta R………………………………………………………………24
3.2.12.1 Membuat Diagram QC Tools………………..…………………………….25
3.2.12.1 Diagram Histogram………………………………………………………..25
3.2.12.2 Diagram Pareto…………………………………………………………….26
3.2.12.3 Diagram Scatter……………………………………………………………26
3.2.12.4 Diagram Control Charts…………………………………………………...27
3.2.12.5 Diagram Fishbone…………………………………………………………27
BAB IV ANALISIS………………………………………………………………..28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………...29
BAB VI DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………30
BAB VII LAMPIRAN…………………………………………………………….31

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan
Laporan Praktikum Statistika Industri ini. Adapun tujuan disusunnya laporan ini
adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Statistika Industri.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu
tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna.
Untuk itu, kami selaku tim penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan
saran yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Kami
berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Jakarta, 5 November 2021

Kelompok 9

v
1

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 Maksud dan Tujuan
a. Maksud
1) Mampu Memahami Quality Control
2) Mampu Memahami Diagram QC Tools

b. Tujuan

1) Mengetahui cara pengambilan sampel yang tepat dengan berbagai metode


yang ada.
2) Mengetahui fungsi dari Quality Control atau Pengendalian Kualitas.
3) Mengaplikasikan studi kasus ke dalam software Microsoft Excel.
4) Mengaplikasikan Tools tools pada Quality Control dengan data atribut dan
data variabel.

1.2 Latar Belakang Masalah


Quality Control (pengendalian mutu) adalah semua usaha untuk menjamin agar
hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan memuaskan
konsumen. Tujuan quality control agar tidak terjadi barang yang tidak sesuai dengan
standar mutu yang diinginkan (second quality) terus-menerus dan bisa mengendalikan,
menyeleksi, menilai kualitas, sehingga konsumen merasa puas dan perusahaan tidak
rugi. Tujuan Pengusaha menjalankan QC untuk memperoleh keuntungan dengan cara
yang fleksibel dan untuk menjamin agar pelanggan merasa puas, investasi bisa
kembali, serta perusahaan mendapat keuntungan untuk jangka panjang.
1.3 Perumusan Masalah
Tahir (2011:19), Rumusan masalah adalah rumusan persoalan yang perlu
dipecahkan atau pertanyaan yang perlu dijawab dengan penelitian. Perumusan masalah
merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang
akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah
adalah pertanyaan penelitian yang umumnya disusun dalam bentuk kalimat tanya,
pertanyaan – pertanyaan tersebut akan menjadi arah kemana penelitian akan dibawa,
dan apa saja yang ingin dikaji / dicari tahu oleh si peneliti.
1.4 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian dari identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada:
1. Mencari batas kendali atas
2. Mencari batas kendali bawah
1.5 Sistematika Pembahasan

mulai

Pengumpulan data

Pengolahan data Tidak

Asistensi
Ya

Pengumpulan Data

Responsi

2
3

BAB II

LANDASAN TEORI

1 Definisi Kualitas.
Kualitas merupakan salah satu aktor utama yang menentukan pemilihan produk
bagi pelanggan. Kepuasan pelanggan akan tercapai apabila kualitas produk
yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini beberapa penjabaran
mengenai pengertian kualitas :
A Definisi kualitas menurut para ahli (Munjiati M., 2015) :
Deming (1992) mendefinisikan kualitas sebagai perbaikan terusmenerus. Ia
mendasarkan pada peralatan statistik, dengan proses bottom-up. Deming
(1992) tidak memasukkan biaya ketidakpuasan pelanggan, karena
menurutnya biaya ini tidak dapat diukur. Strategi Deming adalah dengan
melihat proses untuk mengurangi variasi dimana perbaikan kualitas akan
mengurangi biaya. Ia memiliki kepercayaan yang tinggi pada pemberdayaan
pekerja untuk memecahkan masalah, memberikan kepada manajemen
peralatan yang tepat
B Menurut Juran dalam Schonberger dan Knod (1997), kualitas adalah fitness
for use / kesesuaian penggunaan. Beberapa alat yang dapat digunakan untuk
pemecahan masalah adalah statistical process control (SPC). Ia berorientasi
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Juran memperkenalkan quality
trilogy yang terdiri dari :
1) Quality planning / perencanaan kualitas. Perencanaan kualitas
merupakan proses untuk merencanakan kualitas sesuai dengan tujuan.
Dalam proses ini pelanggan diidentifikasikan dan produk yang sesuai
dengan kebutuhan pelanggan dikembangkan.
2) Quality control / kontrol kualitas. Kontrol kualitas merupakan proses
mencapai tujuan selama operasi. Kontrol kualitas meliputi lima tahap:
• Menentukan apa yang seharusnya dikontrol.
• Menentukan unit-unit pengukuran.
• Menetapkan standar kinerja.
• Mengukur kinerja.
• Evaluasi dengan membandingkan antara kinerja sebenarnya dengan
standar kinerja.
3) Quality improvement / perbaikan kualitas, untuk mencapai tingkat
kinerja yang lebih tinggi.
C Menurut Taguchi (1987) kualitas adalah loss to society, yang maksudnya
adalah apabila terjadi penyimpangan dari target, hal ini merupakan fungsi
berkurangnya kualitas. Pada sisi lain, berkurangnya kualitas tersebut akan
menimbulkan biaya. Strategi Taguchi (1987) memfokuskan pada
peningkatan efisiensi untuk perbaikan dan pertimbangan biaya, khususnya
pada industri jasa.
D Crosby (1979) mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian dengan
persyaratan. Ia melakukan pendekatan pada transformasi budaya 12 kualitas.
Setiap orang yang ada dalam organisasi dilibatkan dalam proses dengan
menekankan pada kesesuaian dengan persyaratan individual. Proses ini
berlangsung secara top down. Konsep zero defect atau tingkat kesalahan nol
merupakan tujuan dari kualitas. Konsep ini mengarahkan pada tingkat
kesalahan produk sekecil mungkin, bahkan sampai tidak terdapat kesalahan.
E Kotler (1997) mendefinisikan kualitas sebagai keseluruhan ciri dan
karakteristik produk atau jasa yang mendukung kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan.
2 Unsur Dalam Quality control
A Kontrol Unsur seperti kontrol dan manajemen harus ada dalam QC. Dalam
QC juga harus memiliki proses-proses yang terdefinisi dan telah terkelola
dengan baik, kriteria integritas dan kinerja, dan suatu identifikasi catatan.
B Kompetensi Untuk mengawal kualitas produk maka harus ada kompetensi
seperti ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualifikasi.

4
C Elemen Lunak
seperti pada kepegawaian, integritas, kepercayaan, budaya organisasi,
motivasi, semangat tim, dan juga suatu hubungan yang berkualitas

3 Cara Kerja Quality control


Quality control dalam pekerjaaan konstruksi memegang peranan yang cukup
penting, karena dapat menentukan kualitas dari hasil pelaksanaan pekerjaan.
Pengawasan terhadap mutu pekerjaan yang baik akan menghasilkan kualitas
pekerjaan yang baik pula. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan Owner
(pemilik proyek) kepada kontraktor pelaksana dan pengawas proyek. Tugas dan
tanggung jawab utama quality control yaitu :
• Mempelajari dan memahami spesifikasi teknis yang digunakan pada proyek
konstruksi tersebut.
• Memeriksa kelayakan peralatan pengendalian mutu yang digunakan.
• Melaksanakan pengujian mutu terhadap bahan atau material yang
digunakan.
• Melaksanakan pengujian terhadap hasil pekerjaan di lapangan ataupun di
laboratorium.
• Memeriksa hasil pengujian terhadap hasil pekerjaan di lapangan ataupun di
laboratorium.
• Mempelajari perencanaan mutu yang dipakai pada pekerjaan.
• Mencegah terjadinya penyimpangan mutu dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi.
• Menyiapkan bahan laporan yang terkait pemeriksaan atau pengendalian
mutu dari pekerjaan.
• Mempelajari metode kerja yang digunakan agar sesuai spesifikasi teknis
yang dipakai.
• Membuat teguran baik lisan maupun tulisan jika terjadi penyimpangan
dalam pekerjaan proyek.
• Menyiapakaan dan memberikan data pemeriksaan mutu yang dibutuhkan

5
oleh quality assurance.
• Memeriksa dan menjaga kualitas pekerjaan dari subkontraktor agar sesuai
dengan spesifikasi teknis yang berlaku

4 Dimensi Kualitas Produk.


Beberapa ahli maupun akademisi telah melakukan penelitian tentang berbagai
dimensi kualitas produk maupun jasa yang diinginkan oleh konsumen yang
tentunya perlu diketahui oleh perusahaan untuk memuaskan kebutuhan
konsumen. Secara umum, Ruseel dan Taylor mengidentifikasi delapan dimensi
kualitas yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas barang,
yaitu sebagai berikut (Munjiati M., 2015) :
• Performance merupakan karakteristik dasar suatu produk, misalkan kinerja
gas pada mobil.
• Feature merupakan kelengkapan atau tambahan item pada keutamaan dasar
suatu produk, misalkan adanya stereo CD pada interior suatu mobil.
• Reliability adalah suatu keandalan suatu produk sesuai dengan yang
diharapkan, misalkan dalam beberapa kali pembelian produk yang sama,
kualitasnya sama bagusnya, misalkan makanan di restoran cepat saji,
makanan yang sama rasanya akan sama pada waktu pembelian yang
berbeda-beda.
• Conformance merupakan kesesuaian dengan standar, misalkan helem yang
berkualitas sesuai dengan standar yaitu tidak mudah pecah saat terjatuh.
• Durability merupakan keawetan suatu produk, berkaitan dengan jangka
waktu pemakaian, misalnya tas yang berkualitas adalah tas yang awet
dipakai dalam beberapa tahun tidak rusak.
• Serviceability adalah kemampuan suatu produk untuk diperbaiki, misalkan
jika ada suku cadang kendaraan bermotor yang rusak, dapat diperbaiki
ataupun diganti dengan suku cadang yang baru dengan mudah, sehingga
kendaraan bermotor tersebut segera dapat digunakan kembali.
• Aesthetic disini bagaimana bau, rasa, suara, maupun penampilan suatu

6
produk, misalkan rasa gurih pada produk donat, ataupun harumnya parfum.
5 Langkah-Langkah Pengendalian Kualitas.
Menurut Wulandari & Amelia (2012) pengendalian kualitas harus dilakukan
melalui proses yang terus-menerus dan berkesinambungan. Proses
pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan melalui
penerapan PDCA (plan – do – check – action) yang diperkenalkan oleh
Deming, seorang pakar kualitas ternama Amerika Serikat, sehingga siklus ini
disebut siklus deming (Deming Cycle / Deming Wheel). Siklus PDCA
umumnya digunakan untuk mengetes dan mengimplementasikan
perubahan-perubahan untuk memperbaiki kinerja produk, proses atau suatu
system di masa yang akan datang Penjelasan dari tahap-tahap dalam siklus
PDCA adalah sebagai berikut :
a. Merencanakan spesifikasi (plan).
Merencanakan spesifikasi, menetapkan spesifikasi atau standar kualitas yang
baik, memberi pengertian kepada bawahan akan pentingnya kualitas produk,
pengendalian kualitas dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan.
b. Melaksanakan rencana (do).
Rencana yang telah disususun diimplementasikan secara bertahap, mulai
dari skala kecil dan pembagian tugas secara merata sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan dari setiap personil. Selama dalam melaksanakan rencana harus
dilakukan pengendalian, yaitu mengupayakan agar seluruh rencana
dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat tercapai.
c. Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (check).
Memeriksa atau meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya
berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan
yang direncanakan. Membandingkan kualitas hasil produksi dengan standar
yang telah ditetapkan, berdasarkan penelitian diperoleh data kegagalan dan
kemudian ditelaah penyebab kegagalannya.
d. Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (action).

7
Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis
memeriksa hasil yang dicapai. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi
prosedur baru guna menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau
menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya. Dalam pelaksanaan
kegiatan pengendalian kualitas, GKM (Gugus KendaliMmutu) melakukan
perbaikan berkesinambungan dengan melakukan delapan langkah yang
sering digunakan dalam analisis dan solusi masalah mutu/kualitas, delapan
langkah tersebut adalah :
a. Memahami kebutuhan peningkatan kualitas. Langkah awal dalam
peningkatan kualitas adalah bahwa manajemen harus secara jelas memahami
kebutuhan untuk peningkatan kualitas. Manajemen harus secara sadar memiliki
alasan-alasan untuk peningkatan kualita dikarenakan peningkatan kualitas
merupakan suatu kebutuhan yang paling mendasar. Tanpa memahami
kebutuhan untuk peningkatan kualitas, peningkatan kualitas tidak akan pernah
efektif dan berhasil. Mengidentifikasi masalah kualitas yang terjadi atau
kesempatan peningkatan apa yang mungkin dapat dialakukan. Identifikasi
masalah dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dengan
menggunakan alat-alat bantu dalam peningkatan kualitas seperti, check sheet,
atau diagram Pareto.
b. Menyatakan masalah kualitas yang ada.
Masalah-masalah utama yang telah dipilih dalam langkah pertama perlu
dinyatakan dalam suatu pernyataan yang spesifik. Apabila berkaitan dengan
masalah kualitas, masalah itu harus dirumuskan dalam bentuk informasi-
informasi spesifik yang jelas, tegas, dan dapat diukur serta diharapkan dapat
dihindari pernyataan masalah yang tidak jelas dan tidak dapat diukur.
c. Mengevaluasi penyebab utama.
Penyebab utama dapat dievaluaasi menggunakan diagram sebab akibat.
Dari berbagai faktor penyebab yang ada, kita dapat mengurutkan penyebab-
penyebab dengan menggunakan diagram pareto berdasarkan dampak dari
penyebab terhadap kinerja produk, proses, atau sistem manajemen mutu

8
secara keseluruhan.
d. Merencanakan solusi atas masalah.
Diharapkan rencana penyelesaian masalah berfokus pada tindakan-tindakan
untuk menghilangkan akar penyebab dari masalah yang ada. Rencana
peningkatan untuk menghilangkan akar penyebab masalah yang ada diisi
dalam suatu formulir daftar rencana tindakan.
e. Melaksanakan perbaikan. Implementasi rencana solusi terhadap masalah
mengikuti daftar rencana tindakan pengendalian kualitas. Dalam tahap
pelaksanaan ini sangat dibutuhklan komitmen manajemen dan karyawan serta
partisipasi total untuk secara bersama-sama menghilangkan akar penyebab dari
masalah kualitas yang telah teridentifikasi.
f. Meneliti hasil perbaikan.
Setelah melaksanakan peningkatan kualitas perlu dilakukan studi dan
evaluasi berdasarkan data yang dikumpulkan selama tahap pelaksanaan untuk
mengetahui apakah masalah yang ada telah hilang atau berkurang. Analisis
terhadap hasil-hasil temuan selama tahap pelaksanaan dan memberikan
tambahan informasi bagi pembuat keputusan dan perencanaan peningkatan
berikutnya.
g. Menstandarisasikan solusi terhadap masalah. Hasil-hasil yang memuaskan
dari tindakan pengendalian kualitas harus distandarisasikan, dan selanjutnya
melakukan peningkatan terus menerus pada jenis masalah yang lain.
Standarisasi dimaksudkan untuk mencegah masalah yang sama terulang
kembali.
h. Memecahkan masalah selanjutunya. Setelah selesai masalah pertama
selanjutnya beralih membahas masalah selanjutnya yang belum terpecahkan
(jika ada).

6 Pengertian Pengendalian Kualitas.


Menurut Sofyan Assauri (dalam Hayu Kartika, 2013) pengendalian dan
pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kegiatan

9
produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan
dan apabila terjadi penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat
dikoreksi sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai. Menurut Bakhtiar dkk
(2013) pengendalian kualitas dapat diartikan sebagai “kegiatan yang dilakukan
untuk memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya”.
Metode yang dapat diterapkan untuk pengendalian mutu pada tiap tahap
prosesnya adalah menggunakan Statistical Quality Control (SQC). SQC
merupakan suatu sistem yang dikembangkan untuk menjaga standar dari
kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dengan
menggunakan metode statistik untuk mengumpulkan dan menganalisis data.
Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah satu alat pengendali mutu
yang telah digunakan oleh industri untuk melakukan pemantauan kinerja dari
proses produksi. Kelebihan dari metode SQC adalah bekerja berdasarkan
data/fakta yang obyektif dan bukan berdasarkan opini yang subyektif. SQC
manajemen dapat memantau kinerja mutu proses produksi yang terintegrasi
mulai dari hulu/supplier/material mentah sampai dengan hilir/
konsumen/produk jadi, sehingga keputusan yang diambil oleh manajemen
benar-benar akurat berdasarkan analisa dan pengolahan dari berbagai data yang
ada. SQC mempunyai kemampuan menggambarkan ketidaknormalan proses,
melihat pola kecenderungan peningkatan/ penurunan proses, sehingga bisa
diambil tindakan perbaikan bahkan tindakan pencegahan sebelum masalah
tersebut benarbenar terjadi. SQC bisa langsung efektif bekerja pada area
dimana suatu proses produksi itu berlangsung sehingga penyimpangan produk
dapat dicegah sedini mungkin.
Bagan kendali P Data diambil dari beberapa proses pengolahan yang
merupakan piranti yang berpengaruh langsung dan dianalisis secara berurutan
dengan bagan kendali P untuk data atribut cacat. Penggunaan bagan kendali P
terhadap jumlah cacat adalah sebagai berikut:
• Menentukan ukuran contoh (k)
• Menghitung nilai rata-rata produk yang cacat 𝑝 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡

10
(𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
• Menghitung nilai simpangan baku 𝑆𝑃 = 𝑝 (1 − 𝑝 ) 𝑘
• Menghitung batas-batas kontrol
𝐶𝐿 = 𝑝
𝑈𝐶𝐿 = 𝑝 + 3𝑆𝑃
𝐿𝐶𝐿 = 𝑝 − 3𝑆𝑃
• Membuat bagan kendali individual dengan cara memplotkan data individual
dan dilakukan pengamatan terhadap data tersebut.
1) Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah alat yang digunakan untuk membandingkan
berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang
paling besar disebelah kiri ke yang paling kecil disebelah kanan.
Susunan tersebut akan membantu menentukan pentingnya atau prioritas
kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji.
Diagram pareto dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui cacat
yang ada dan cacat yang sering terjadi pada kopi biji khususnya pada
proses sortasi gelondong, pulping, washing, dan hulling sehingga dapat
memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang mempunyai dampak
terbesar terhadap terjadinya cacat tersebut.
Kegunaan diagram Pareto adalah :
1) Menunjukan masalah utama.
2) Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap
keseluruhan.
3) Menunjukan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada
daerah yang terbatas.
4) Menunjukan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan
setelah perbaikan.
2) Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab akibat digunakan untuk menganalisa persoalan dan
faktorfaktor yang menyebabkan penyimpangan mutu (cacat) pada kopi

11
biji.

3) Diagram Histogram
Histogram merupakan tampilan bentuk grafis untuk menunjukkan
distribusi data secara visual atau seberapa sering suatu nilai yang
berbeda itu terjadi dalam suatu kumpulan data. Manfaat dari
penggunaan Histogram adalah untuk memberikan informasi mengenai
variasi dalam proses dan membantu manajemen dalam membuat
keputusan dalam upaya peningkatan proses yang berkesimbungan
(Continous Process Improvement).
4) Diagram Control Chart
Control chart (Peta Kendali) merupakan salah satu dari alat dari QC 7
tools yang berbentuk grafik dan dipergunakan untuk
memonitor/memantau stabilitas dari suatu proses serta mempelajari
perubahan proses dari waktu ke waktu. Control Chart ini memiliki
Upper Line (garis atas) untuk Upper Control Limit (Batas Kontrol
tertinggi), Lower Line (garis bawah) untuk Lower control limit (Batas
control terendah) dan Central Line (garis tengah) untuk Rata-rata
(Average). Peta kendali digunakan untuk membantu mendeteksi adanya
penyimpangan dengan cara menetapkan batas-batas kendali yaitu :
1) Upper control limit atau batas kendali atas (UCL).
2) Merupakan garis batas untuk suatu penyimpangan yang masih
diijinkan.
3) Centre Line atau garis pusat atau garis tengah (CL).
4) Merupakan garis yang melambangkan tidak adanya
penyimpangan dari karakteristik sampel.
5) Lower control line atau batas kendali bawah (LCL).
6) Merupakan garis batas untuk suatu penyimpangan dan
karakteristik sampel.

12
5) Diagram Tebar
Scatter Diagram adalah alat yang berfungsi untuk melakukan pengujian
terhadap seberapa kuatnya hubungan antara 2 variabel serta menentukan
jenis hubungannya. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan Positif,
hubungan Negatif ataupun tidak ada hubungan sama sekali. Bentuk dari
Scatter Diagram adalah gambaran grafis yang terdiri dari sekumpulan
titik-titik dari nilai sepasang variabel (Variabel X dan Variabel Y).
Dalam Bahasa Indonesia, Scatter Diagram disebut juga dengan Diagram
Tebar.
6) Diagram Startifikasi
Yang dimaksud dengan Stratifikasi dalam Manajemen Mutu adalah
Pembagian dan Pengelompokan data ke kategori-kategori yang lebih
kecil dan mempunyai karakteristik yang sama. Tujuan dari penggunaan
Stratifikasi ini adalah untuk mengidentifikasikan faktor-faktor
penyebab pada suatu permasalahan.Pengawasan kualitas menentukan
komponen-komponen mana yang rusak dan menjaga agar bahan-bahan
untuk produksi mendatang jangan sampai rusak. pengawasan kualitas
produk adalah suatu usaha managemen untuk melihat dan memperbaiki
kualitas dengan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Salah satu
pengawasan dan pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan
menggunakan metode statistika. Metode statistika yang biasa digunakan
dalam pengendalian kualitas adalah metode statistika pengendali
kualitas (Statistical Process Control) dan biasa disebut dengan Statistic
Quality Control (SQC). SQC merupakan salah satu tools dalam
pengendalian kualitas. adapun beberapa tools yang digunakan dalam
pengendalian kualitas sering dikenal dengan nama seven tools yang
meliputi check sheet, diagram pareto, cause-effect diagram, scatter
diagram, histogram, stratification, dan control diagram (peta kendali).
Peta kendali merupakan alat untuk menguraikan secara persis apakah
yang dimaksudkan dengan pengendalian statistik, dan terutama

13
digunakan untuk pengendalian kualitas secara on-line (Montgomery,
2002: 159). Kegunaan paling penting peta kendali adalah untuk
memperbaiki proses. Peta kendali, berdasarkan jenis karakteristik
kualitas produk yang hendak dikendalikan, dibedakan menjadi dua jenis
yaitu :
• Peta kendali variable Contoh karakteristik jenis ini mencakup dimensi
seperti panjang atau lebar, suhu, dan volume.
• Peta kendali atribut beberapa peta kendali jenis ini adalah peta kendali
p, peta kendali c.

14
11

BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Tabel Pengamatan
3.1.1 Pengamatan Data Atribut
No Baik Defect Keterangan
1 4 1 Bengkok
2 3 2 Bengkok
3 3 2 Beda tinggi
4 5 0 -
5 5 0 -
6 2 3 Bengkok
7 2 3 Bengkok
8 3 2 Beda tinggi
9 5 0 -
10 4 1 Beda tinggi
11 5 0 -
12 1 4 Bengkok
13 2 3 Bengkok
14 5 0 -
15 5 0 -
16 5 0 -
17 4 1 Beda tinggi
18 3 2 Beda tinggi
19 4 1 Bengkok
20 5 0 -
21 5 0 -
22 2 3 Bengkok
23 5 0 -
24 3 2 Bengkok
25 3 2 Beda tinggi
26 4 1 Bengkok
27 2 3 Beda tinggi
28 2 3 Beda tinggi
29 3 2 Bengkok
30 5 0 -
31 4 1 Bengkok
32 5 0 -
33 3 2 Bengkok
34 4 1 Bengkok
35 2 3 Beda tinggi
∑ 127 48
3.1.2 Pengamatan Data Variabel

NO DATA NO DATA
1 29 26 30
2 31 27 34
3 30 28 31
4 35 29 29
5 32 30 33
6 36 31 35
7 39 32 34
8 37 33 38
9 37 34 32
10 35 35 39
11 36 36 36
12 38 37 32
13 35 38 30
14 31 39 33
15 29 40 31
16 31 41 29
17 35 42 34
18 36 43 36
19 32 44 33
20 33 45 29
21 35 46 36
22 37 47 30
23 39 48 31
24 35 49 35
25 35 50 30

12
3.2 Pengolahan Data
3.2.1 Tabel Peta P

Observasi Defect Proporsi Defect


1 1 0,2
2 2 0,4
3 2 0,4
4 0 00
5 0 0
6 3 0,6
7 3 0,6
8 2 0,4
9 0 0
10 1 0,2
11 0 0
12 4 0,8
13 3 0,6
14 0 0
15 0 0
16 0 0
17 1 0,2
18 2 0,4
19 1 0,2
20 0 0
21 0 0
22 3 0,6
23 0 0
24 2 0,4
25 2 0,4
26 1 0,2
27 3 0,6
28 3 0,6
29 2 0,4
30 0 0
31 1 0,2
32 0 0
33 2 0,4
34 1 0,2
35 3 0,6
∑ 48 9,6

13
3.2.2 Menghitung Proporsi Cacat
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡
Proporsi defect = 𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Perhitungan Proporsi Defect pada Table No 1


Produk Defect = 1
Ukuran sample = 5
1
Sehingga didapatkan Proporsi defect = 5

= 0.2
3.2.3 Menentukan Persentase Nilai OK
∑ 𝑈𝐾 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙− ∑𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡
𝑋 100%
∑𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒

175−48
𝑋 100%
175

= 72.57 %

3.2.4 Menghitung Batas Kendali Atas pada peta P

∑ 𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡
P̅ = ∑ 𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
48
= 175

= 0.27

√P̅(1−P̅)
Batas Kendali Atas (UCL) = P̅ + 3 𝑛

√P̅(1−P̅)
UCL = P̅ + 3 𝑛

√0.27(1−0.27
= 0.27 + 3 5

= 0.27 + 3 x 0.1985
= 0.27 + 0.5955

14
= 0.8656
3.2.5 Menghitung Batas Kendali Bawah Pada Peta P
√P̅(1−P̅)
LCL = P̅ + 3 𝑛

√0.27(1−0.27
= 0.27 – 3 5

= 0.27 – 3 x 0.1985
= 0.27 – 0.5955
= - 0.3255
=0

3.2.6. Membuat diagram QC Tools

3.2.6.1 Diagram Histogram

HISTOGRAM
3,5

2,5

1,5

0,5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

15
3.2.6.2 Diagram Pareto

3.2.6.3 Diagram Scatter

DIAGRAM SCATTER
0,7

0,6

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0
0 2 4 6 8 10 12

16
3.2.6.4 Diagram Control Charts

Control Charts
1
0,9
UCL
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3 CL
0,2
0,1
0 LCL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Series1 Series3 Series4 Series5

3.2.6.5 Diagram Fishbone

Machine Method
Pergantian Part
Tidak Teratur
Prosedur
Tidak bekerja
tidak urut
secara baik
Kurang Terawat
Cacat
Bintik
Hitam
Kebersihan
departemen
produksi kurang
Material
bersih
tidak
Penempatan Bersih
Alat Habis Pakai tidak Peralatan
langsung dipakai Jauh

Material Sisa Material


Enviroment Sebelumnya
dicampur lagi

17
3.2.7 Membuat Tabel Data Variabel X R
Hasil Pengamatan
Observasi X̅ R
X1 X2 X3 X4 X5
1 29 31 30 35 32 31,4 6
2 36 39 37 37 35 36,8 4
3 36 38 35 31 29 33,8 9
4 31 35 36 32 33 33,4 5
5 35 37 39 35 35 36,2 4
6 30 34 31 29 33 31,4 5
7 35 34 38 32 39 35,6 7
8 36 32 30 33 31 32,4 6
9 29 34 36 33 29 32,2 7
10 36 30 31 35 30 32,4 6
∑ 335,6 59

3.2.8 Menghitung Nilai X dan R

𝑋1
𝑋̿ = ∑ 𝑛1
335,6
= 5

= 67,12

R = X1 max – X1 min
= 39 – 29
= 10

3.2.9 Menghitung Average dan Range


𝑋 ̅
𝑋̿ = ∑ 𝑛
335,6
= 10

= 33,56

𝑅
R=∑𝑛

18
59
= 10

= 5,9

3.2.10 Mencari Peta X

UCL = 𝑋̿ + ( A2 + 𝑅̅ )
= 33,56 + ( 0,577 + 5,9 )
= 40,037

LCL = 𝑋̿ – ( A2 + 𝑅̅ )
= 33,56 – ( 0,577 + 5,9 )
= 27,083

3.2.11 Mencari Peta R

UCL = D4 x 𝑅̅
= 2,114 x 5,9
= 12,4726

LCL = D3 x 𝑅̅
= 0 x 5,9 = 0

19
3.2.12 Membuat Diagram QC Tools
3.2.12.1 Diagram Histogram

38
DIAGRAM HISTOGRAM

37
36
35
34
33
32
31
30
29
28
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
31,4 36,8 33,8 33,4 36,2 31,4 35,6 32,4 31,2 32,4

3.2.12.2 Diagram Pareto

20
3.2.12.3 Diagram Scatter

DIAGRAM SCATTER
38

37

36

35

34

33

32

31

30
0 2 4 6 8 10 12

3.2.12.4 Diagram Control Charts

Control Charts Peta X

Control Chart Peta X


80
70
UCL
60
50
40 CL
30
20
10
0 LCL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

X̅ CL UCL LCL

21
Control Charts Peta R

Control Chart
80
70
UCL
60
50
40
30
20
10 CL

0 LCL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

R CL UCL LCL

3.2.13.5 Diagram Fishbone

LINGKUNGAN MATERIAL
JARAK MESIN

BERDEKATAN

RUANGAN BAHAN
BISING CACAT

TIDAK MENGGUNAKAN
EARPLUG
PEMOTO
NGAN
KURANG
KOMPONEN PELATIHAN
MESIN RUSAK
PROSES
PEMOTONGAN
LAMA
MANUSIA
KURANG
PERAWATAN
RUTIN
MESIN
METODE

22
23

BAB VI
ANALISIS

Pada bab ini menjelaskan tentang statistika industri pada sendok untuk
mengetahui produk bengkok,beda tinggi,dan baik.Di buktikan dengan membuat
hitungan Proporsi Defect,membuat table data data P dan data X R, dan menentukan
nilai OK dan menghitung Batas Kendala Atas dab Batas Kendali Bawah dan di
buktikan dengan di buat diagram QC Tools, dan pada praktikum kali ini di gunakan 5
diagram dari QC Tools dan memberikan saran perbaikan untuk melakukan
pengurangan jumlah defet atau cacat produk untuk menghasilkan barang yang lebih
baik lagi dan mengurangi kecacatan pada produk. Diagram yang pertama adalah
diagram histogram, diagram histogram ini dengan tampilan grafis dari tabulasi
frekuensi yang digambarkan dengan grafis batangan sebagai manifestasi data binning.
Tiap tampilan batang menunjukkan proporsi frekuensi pada masing-masing deret
kategori yang berdampingan, sedangkan pada diagram pareto dapat melihat salah satu
dari tujuh alat gugus mutu yang sering digunakan dalam hal pengendalian Mutu,
sehingga pada diagram pareto grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan
urutan banyaknya jumlah kejadian, diagram diagram scatter atau diagram pencar atau
juga disebut diagram sebar pada diagram ini dapat menunjukkan kemungkinan
hubungan (korelasi) antara pasangan dua ariabel tersebut yang sering diwujudkan
sebagai koefisien korelasi. Scatter diagram juga dapat digunakan untuk mengecek
apakah suatu variabel dapat digunakan untuk mengganti variabel yang lain, seadangkan
Diagram Kontrol (Control Chart) dapat memberi gambaran tentang perilaku sebuah
proses. Diagram kontrol ini digunakan untuk memahami apakah sebuah proses
manufakturing atau proses bisnes berjalan dalam kondisi yang terkontrol atau tidak
pada diagram control chart pratikum ini menggunakan nilai UCL dan LCL dimana nilai
UCL 0.8656 dan LCL 0 yang dapat dilihat pada grafik diagram control charts,
sedangkan pada diagram sebab akibat diagram sebab akibat dapat digunakan untuk
menunjukkan hubungan antara karakteristik mutu dan faktor. Diagram dipergunakan
24

tidak hanya untuk karakteristik, pada pratikum ini digunakan untuk melihat sebab
akibat dari kualitas sendok.
Observasi pada peraktikum statistik dapat di ketahui bahwa batas kendali atas
dari peta P adalah 0.26 dan pada batas kendali bawah peta P adalah 0 kemudian pada
peraktikum ini menghitung batas kendali atas dan batas kendali bawah pada peta X dan
R pada batas kendali atas peta X adalah 40.037 dan pada batas kendali bawah peta X
adalah 27.083, kemudian untuk peta R batas kendali atas adalah 12.4726 dan pada batas
kendali bawah peta R adalah 0. Kemudian setelah mengetahui batas kendali atas dan
batas kendali bawah kita menentukan diagaram kecacatan dari hasil pengamatan
peraktikum statistik.
24

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Dapat disimpulkan bahwa penyebab penyimpangan kualitas pada produk yang cacat
diantaranya bengkok, beda tinggi, dan baik. Penyimpangan pada produk setelah di
analisis menggunakan alat bantu QC Tools dan didapat banyak faktor yang dapat
menyebabkan ke cacatan pada produk tersebut seperti dari factor manusiannya sendiri
kemudian mesin pembuatannya. Untuk mengendalikan kualitas produk tersebut, maka
harus dilakukan usulan perbaikan guna mencegah timbulnya kegagalan yang
disebabkan oleh 4 faktor penyebab produk cacat yaitu: manusia,material,mesin,dan
proses
Meminimalkan proses perbaikan data cacat produk dengan memperbaiki bila
masih ada yang diperbaiki seperti pada produk yang bengkok untuk di lakukan
perbaikan agar produk bisa di produksi kembali. Memberikan pelatihan khusus kepada
karyawan guna meminimalisi jenis cacat produk yang kemungkinan sering terjadi yaitu
untuk jenis kerusakan yang disebabkan oleh cacat produk bengkok, beda tinggi .
Memberikan masukan usulan menyeluruh mulai dari perbaikan kualitas karyawan,
dengan member pelatihan kerja, untuk material melakukan pemeriksaan bahan baku
yang lebih teliti ,untuk mesin melakukan perawatan mesin yang lebih konsisten , dan
untuk metode kerja melakukan pelatihan yang lebih lengkap dari perusahaan.
26

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Anis,M,. Dan Widyaningrum, R. (2013). Penggunaan metode new seven tools untuk
pengrndalian kualitas produk . Jurnal Teknik Industry, Universitas
muhammadiyah Surakarta
Nasiti, H (2014) “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Denagn Metode Statistik
Quality Control “ Jurnal Teknik Industri, 01. (04), 1-12.
Htani, La (2008), Manajemen Pengendalian Mutu Produksi Roti Melalui Pendekatan
Statistical Quality Control (SQC). Jurusan Manajemen FEU.
Adani. M. Robith (2021). Mengenal Tugas Dan Fungsi Seorang Quality Control
Dalam Bisnis. Blog Sekawan Media.
Rusdianto. A .Setiawan (2009), Penerapan Statistic Quality Control (SQC) Pada
Pengolahan Kopi Robusta Cara Semi Basah. Fakulta Teknologi Pertanian.
Tampubolon, MP (2004). Manajemen Operasional. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Irvan, Hanum Z dan Ruknimi (2006), Pengendalian Mutu Produk Dengan Metode
Statistik, Sistem Teknik Industri 7 (1): 109-117.
Mahesa, Yusuf (2020), Pengertian Quality Control (Pengendalian Mutu), Dan Metode
Quality Control, Blog Belajar Ekonomi .
Supranto, J, Statistik Teori dan Aplikasi, Jilid 1, Penerbit Erlangga, 2000.
BAB VII
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai