Anda di halaman 1dari 93

OPEC (ORGANIZATION OF PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES)

SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MENJAGA


KESTABILAN HARGA MINYAK DUNIA

SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Hukum
Oleh:
ADITYA SAPUTRA
150200106

HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
*Aditya Saputra
**DR. Sutiarnoto, S.H, M.Hum
***DR. Chairul Bahariah, S.H, M.Hum

Penting dan berharganya bahan bakar minyak yang digunakan untuk bahan
bakar kendaraan transportasi, yang berasal dari minyak bumi yang tidak mudah
untuk memprolehnya, dan hanya perusahaan-perusahaan besar seperti “The
Seventh Sisters” yang mengusai dan menetapkan harga minyak di pasari
nternasional, dimana perusahaan tersebut seringkali melakukan keputusan sepihak
dalam memetapkan harga sehingga memicu terbentuknya Organisasi lain sebagai
pengekspor minyak lainnya yang dapat mencegah persaingan yang tidak sehat
dari Negara penghasil minyak, Organisasi internasional tersebuta dalah OPEC
(Organization Of Petroleum Exporting Countries). OPEC lahir pada tanggal 14
September 1960 di Bagdad, Irak.Kemudian di pindahkan ke Wina, Austria pada
tanggal 1 September 1965.
Adapun permasalahan yang diangkat adalah Bagaimana Pengaturan
Hukum Internasional mengenai OPEC, Bagaimana Peranan OPEC (Organization
Of Petroleum Exporting Countries) sebagai Organisasi Internasional yang akan
menjaga kestabilan harga minyak di pasar internasional, dan Bagaimana
kebijakan-kebijakan OPEC (Organization Of Petroleum Exporting Countries)
dalam kuota produksi minyak anggotanya sebagai eksportir .Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian library research. Sumber data yang
digunakan adalah data sekunder, yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan
(library research) yang bersumber dari buku-buku, jurnal, majalah, surat kabar,
website online, dan dokumen pustaka lainnya.
Kesimpulan penulisan karya ilmiah ini adalah Peran OPEC sebagai
Organisasi Internasional dalam melakukan kebijakan-kebijakan serta pengawasan
berkaitan dengan kestabilan harga minyak dipasar Internasional agar bertujuan
untuk menkoordinasi dan menyatukan kebijakan minyak bumi di antara negara
anggota, dalam rangka untuk mengamankan harga yang adil dan stabil untuk
produsen minyak bumi; pasokan minyak bumi yang efisien, ekonomis dan teratur
untuk negara yang mengkonsumsi; dan pengembalian modal yang adil bagi
mereka yang berinvestasi dalam industri.
Kata Kunci : Organisasi Internasional, OPEC
*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU/Penulis
**) Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing I
***) Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing II

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
*Aditya Saputra
**DR. Sutiarnoto, S.H, M.Hum
***DR. Chairul Bahariah, S.H, M.Hum

The importance and valuable of fuel oil used for transportation vehicle
fuel, which is derived from petroleum which is not easy to obtain, and only large
companies such as "The Seventh Sisters" control and set the price of oil on the
international market, where the company often make unilateral decisions in
setting prices so as to trigger the formation of other Organizations as other oil
exporters that can prevent unhealthy competition from oil-producing countries,
the International Organization is OPEC (Organization of Petroleum Exporting
Countries). OPEC was born on September 14, 1960 in Baghdad, Iraq. Then it was
moved to Vienna, Austria on September 1, 1965.
The issues raised are: How is the International Legal Arrangement on
OPEC, How is the Role of OPEC (Organization of Petroleum Exporting
Countries) as an International Organization that will maintain the stability of oil
prices on international markets, and How are OPEC (Organization of Petroleum
Exporting Countries) policies in quotas oil production of its members as
exporters. The research method used is the library research research method.
Source of data used is secondary data, namely by conducting library research
(library research) sourced from books, journals, magazines, newspapers, online
websites, and other library documents.
The conclusion of writing this scientific paper is the role of OPEC as an
international organization in carrying out policies and supervision related to the
stability of oil prices in the international market so that it aims to coordinate and
unite petroleum policies among member countries, in order to secure fair and
stable prices for producers crude oil; efficient, economical and orderly supply of
petroleum for consuming countries; and a fair return on capital for those who
invest in the industry.

Keywords: International Organization, OPEC

*) Student Faculty of Law USU / Author


**) Lecturer / Lecturer Faculty of Law University of North Sumatra, Supervisor I
***) Lecturer / Lecturer Faculty of Law University of North Sumatra, Supervisor II

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan

rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan

karya ilmiah dengan judul “OPEC (Organization Of Petroleum Exporting

Countries) Sebagai Organisasi Internasional Dalam Mejaga Kestabilan Harga

Minyak Dunia” yang disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh

gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara.

Pelaksanaan penulisan skripsi ini diakui banyak mengalami kesulitan dan

hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen

pembimbing, maka penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan

kepada semua pihak yang banyak membantu, membimbing, dan memberikan

motivasi. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.


2. Prof. Dr. Ok Saidin, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.


3. Ibu Puspa Melati, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.


4. Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Prof. Dr. Suhaidi, SH., M.H, selaku Ketua Departemen Hukum

Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Dr. Sutiarnoto, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

banyak membantu penulis dan memberikan masukan arahan-arahan serta

bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.

7. Dr. Chairul Bahariah, S.H.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II, yang

telah banyak membantu penulis dan memberikan masukan arahan-arahan

serta bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.

8. Bapak Amsali Syahputra Sembiring, SH., M.Hum, selaku Dosen

Pembimbing Akademik.

9. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

10. Teristimewa untuk kedua orang tua saya tercinta Bapak M. Abdurrahaman

dan Ibu Nina Partina, serta saudara dan seluruh keluarga, terimakasih atas

segala perhatian, dukungan baik moral maupun materil, doa dan kasih

sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

11. Kepada teman terdekat saya, Khairunnisa Tanjung yang selalu ada

menemani hari-hari saya dari awal perkuliahan sampai saat ini serta

menyemangati saya tanpa henti dalam menyelesaikan skripsi ini.

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12. Kepada sahabat-sahabat saya Alifka, Dedi, Elmas, Annisya, Temi, Nadya

,Nadu yang tergabung didalam grup SH yang telah menemani,

menyemangati dan mengisi hari-hari saya dengan penuh canda tawa dan

tentunya juga membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

13. Untuk Sahabat terdekat saya Aldo, Alay, Giyong, Yazim, Ramed, Rido,

Isan, yazim, diky, yuda yang telah menemani hari-hari saya dan juga

memberikan masukan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

14. Untuk seluruh teman-teman grup C, dan juga seluruh mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2015.

15. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi

ini baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, atas segala kesalahan dan

kekurangan saya mohon maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2019

Penulis

Aditya Saputra

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


OPEC (ORGANIZATION OF PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES)
SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MENJAGA
KESTABILAN HARGA MINYAK DUNIA
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 5
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan .............................................. 5
D. Keaslian Penulisan ................................................................ 6
E. Tinjauan Kepusatakaan ......................................................... 8
F. Metode Penelitian................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 13

BAB II PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI


ORGANIZATION OF PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES
(OPEC)................................................................................... 16
A. Terbentuknya OPEC Sebagai Organisasi Internasional ......... 16
B. Negara – Negara Anggota OPEC ........................................... 21
C. Struktur Organisasi OPEC ..................................................... 23
D. Pengaturan Hukum Internasional Mengenai Organization
Of Petroleum Exporting Countries (OPEC) .......................... 46
1. Konvensi Wina 1969 ................................................... 46
2. Konvensi Wina 1975 ................................................... 48
3. Konvensi Wina 1986 ................................................... 51

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III PERANAN ORGANIZATION OF PETROLEUM EXPORTING
COUNTRIES (OPEC) SEBAGAI ORGANISASI
INTERNASIONAL YANG MENJAGA KESTABILAN HARGA
MINYAK DUNIA ................................................................. 56
A. OPEC Sebagai Penyuplai Bahan Bakar Minyak Dunia ......... 56
B. Kuota Produksi Minyak OPEC dan Kaitannya Dengan Pasar
Minyak dunia.......................................................................... 58
C. Peranan OPEC Sebagai Organisasi Internasional Yang
Berfungsi Menjaga Kestabilan Harga Minyak Dunia ............ 64

BAB IV KEBIJAKAN-KEBIJAKAN ORGANIZATION OF PETROLEUM


EXPORTING COUNTRIES (OPEC) DALAM PRODUKSI
MINYAK ANGGOTANYA SEBAGAI NEGARA EKSPORTIR
MINYAK ............................................................................... 66
A. Kuota Produksi Minyak Anggota OPEC Sebagai Negara
Eksportir minyak ................................................................... 66
B. Kebijakan - Kebijakan OPEC Dalam Produksi Minyak
Anggotanya ............................................................................ 70
1. Kebijakan Penurunan Produksi Minyak Anggota
OPEC Tahun 2008 ..................................................... 70
2. Kebijakan Kenaikan Produksi Minyak Anggota
OPEC Tahun 2008 ...................................................... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 78


A. Kesimpulan ............................................................................ 78
B. Saran ...................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 82

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber energi merupakan aset berharga dalam kehidupan, karena telah

memberikan peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup dan kebutuhan

manusia. Seperti sumber energi yang berasal dari Minyak Bumi, yang mana

diolah terlebih dahulu menjadi sedemikian rupa sehingga dapat di produksi dan

dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bagi orang banyak.

Minyak bumi atau bahan bakar fosil yang merupakan bahan baku untuk bahan

bakar minyak, bensin dan banyak produk-produk kimia merupakan sumber energi

yang penting karena minyak memiliki persentase yang signifikan dalam

memenuhi konsumsi energi dunia.1

Pada era modern seperti saat ini, kemajuan teknologi semakin berkembang

dengan pesat, yang salah satunya ialah teknologi di bidang transportasi seperti

mobil dan motor yang telah banyak digunakan manusia di seluruh dunia untuk

menunjang mobalitas kehidupannya. 2 Faktor tersebutlah yang membuat negara-

negara di dunia pada saat ini sangat bergantung kepada minyak bumi sebagai

sumber energinya, dan juga energi minyak bumi adalah salah satu yang paling

bermanfaat bagi perkembangan ekonomi negara.

1
https://www.kompasiana.com/olifaprillia21/keluarnya-indonesia-dari-opec-dan-
pengaruhnya-terhadap-perekonomian-indonesia. Diakses Pada Tanggal 1 Mei 2019
2
https://www.indonesia-investments.com. Diakses Pada Tanggal 1 Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Pada saaat ini juga, minyak bumi dapat menjadi kepentingan yang banyak

menghasilkan pendapatan bagi siapa saja, baik perusahaan asing atau organisasi

internasional sekalipun.3 Perubahan harga minyak bumi di pasar dunia, baik

kenaikan maupun penurunan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi

perekonomian suatu negara, mengingat minyak merupakan salah satu kebutuhan

pokok suatu negara. Fluktuasi dari harga minyak ini harus senantiasa dipantau

oleh pihak-pihak yang berkepentingan, karena harga ini dapat mempengaruhi

kebijakan suatu negara, terutama kebijakan dalam bidang ekonomi dan energi.

Banyak faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan harga minyak. Secara umum

penawaran dan permintaan sangat mempengaruhi harga, tetapi ini terjadi bila

faktor-faktor lain tidak berhasil dibendung. Saat ini, dunia didominasi politik

negara-negara besar dan perusahaan minyak tingkat dunia. Pada kondisi tertentu,

kedua faktor ini sangat mempengaruhi harga pasar minyak dunia.4

Lonjakan harga dan gejolak pasar minyak pada saat itu telah melahirkan

pemain-pemain global baru di bidang minyak dan gas dari Negara-negara

berkembang. Tidak sedikit di antara mereka adalah badan usaha milik Negara.

Selama ini, industri minyak dunia dikuasai oleh tujuh perusahaan minyak raksasa

dari Negara maju, yang sering dijuluki sebagai “The Seven Sisters” yaitu Saudi

Aramco, Gazprom Rusia, CNPC Cina, NIOC Iran, PDVSA Venezuela, Petrobras

Brazil, dan Petronas dari Malaysia.

3
https://www.linkedin.com/pulse/20140429060442-252059340-ekonomi-dari-minyak-
dan-gas-bumi. Diakses pada tanggal 1 Mei 2019
4
http://theconversation.com/memahami-naik-turunnya-harga-minyak-bumi-99376.
Diakses pada tanggal 1 Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

“The Seven Sisters” mengontrol sekitar sepertiga dari produksi dan

cadangan minyak dan gas dunia. Sebaliknya, anak perusahaan The Seven Sisters

Exxon Mobil dan Chevron dari AS dan BP Eropa dan Royal Dutch Shell hanya

memproduksi sekitar 10% dari minyak dunia dan gas dan hanya memiliki 3%

dari cadangan minyak dan gas dunia. Dan apabila The Seven Sisters akan tumbuh

lebih kuat, Badan Energi Internasional (IEA) menghitung bahwa selama 40 tahun

ke depan, 90% pasokan baru akan datang dari negara-negara berkembang, alas an

itulah mengapa The Seven Sisters begitu penting di industri pasar minyak dunia. 5

“The Seven Sisters” yang pada saat itu menguasai industri minyak dunia

membuat mereka menjadikan harga minyak dunia menjadi tidak stabil dan

membuat aturan-aturan secara sepihak yang hanya menguntungkan perindustrian

mereka saja, hal itulah yang memicu Negara-negara produsen minyak lainya

membentuk sebuah organisasi internasional yang dapat menjaga dan menstabilkan

harga minyak di pasar internasional sehingga tidak terjadi fluktuasi harga. 6

Diawali dengan berdirinya OPEC sebagai Organisasi Permanen Antar-

Pemerintahan (Permanent Intergovernmental Organization) berdasarkan Resolusi

Konferensi Perwakilan Pemerintah Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi dan Venezuela

(Resolutions of the Conference of the Representatives of the Governments of Iran,

Iraq, Kuwait, Saudi Arabia and Venezuela), yang diadakan di Baghdad pada 10-

14 September 1960.

5
https://www.kompasiana.com/busroni/the-secret-of-the-seven-sisters-menguak-sisi-
gelap-bisnis-kartel-minyak-dunia. Diakses pada tanggal 1 Mei 2019
6
https://www.e-jurnal.com/2015/09/prospek-keberadaan-opec. Diakses pada tanggal 1
Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Pembentukan OPEC bertujuan untuk menjalin koordinasi dan unifikasi

kebijakan-kebijakan rnengenai minyak diantara Negara-negara anggota serta

menentukan cara-cara perlindungan yang terbaik (safeguarding) bagi kepentingan

mereka, baik secara individual maupun kolektif dan menentukan cara untuk

menjamin stabilitas harga minyak di pasar internasional guna menghindari

fluktuasi.7

Dan pada tahun 1960 mulai masuknya Indonesia ke dalam keanggotaan

OPEC. Kemudian pada 1977, 1985 sampai 1990, Indonesia sebagai negara (net

eksportir) membutuhkan dari 271,7 ribu barel, sampai pada 914,77 ribu barel8.

Jika di lihat dari perkiraan kebutuhan oleh negara ini sangat ironis sekali, yang

mana pada sebelum 1977 Indonesia adalah sebagai negara yang disebut (net

eksportir), akan tetapi masuknya pada periode tahun 2000an Indonesia tidak lagi

dapat memproduksi BBM menjadi (net importir), bukan karena kehabisan stok

akan tetapi dalam segi pengolahan Indonesia menjadi negara yang sangat minim

dalam sumber daya manusia atau alat industri untuk mengelola BBM. 8

Dan jika di bandingkan dengan tahun – tahun masa 1978 negara adidaya

industrialisasi seperti Jepang yang memiliki banyak kebutuhan bahan minyak

sampai pada kuota 1.699,6 juta barel ternyata Indonesia memiliki peran penting di

dalamnya, dalam perhitungan persen Indonesia menyumbangkan BBMnya pada

Jepang hingga sampai 12,8% mengalahkan Kuwait serta UAE yang hanya

berkisar antara 9% - 10,3% saja. Ini menjadi berita kebanggaan dan kelangkaan

tersendiri bagi Indonesia saat itu.


7
http:/www.opec.org/library/opec%20statute/pdf. Diakses pada tanggal 1 Mei 2019
8
Sanusi Bahrawi, Indonesia Dalam Dunia Perminyakan, (Universitas Indonesia-Press,
1984), hal.86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk

melakukan penulisan yang berjudul “OPEC (ORGANIZATION OF

PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES) SEBAGAI ORGANISASI

INTERNASIONAL DALAM MENJAGA KESTABILAN HARGA

MINYAK DUNIA.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengemukakan

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Pengaturan Hukum Internasional mengenai OPEC

(Organization Of Petroleum Exporting Countries) ?

2. Bagaimana Peranan OPEC (Organization Of Petroleum Exporting

Countries) sebagai Organisasi Internasional yang akan menjaga

kestabilan harga minyak di pasar internasional?

3. Bagaimana kebijakan-kebijakan OPEC (Organization Of Petroleum

Exporting Countries) dalam kuota produksi minyak anggotanya

sebagai eksportir?

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, yang telah dikemukakan

sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana Pengaturan hukum internasional

mengenai OPEC (Organization Of Petroleum Exporting Countries)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

b. Untuk mengetahui peran OPEC (Organization Of Petroleum

Exporting Countries) sebagai Organisasi Internasional yang akan

menjaga kestabilan harga minyak di pasar internasional

c. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan OPEC (Organization Of

Petroleum Exporting Countries) dalam kuota produksi minyak

anggotanya sebagai eksportir

2. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Secara teoritis

Untuk pengembangan studi ilmu hukum selanjutnya, khususnya dibidang

Hukum Internasional yaitu Hukum Organisasi Internasional. Serta penulis

berharap agar hasil penulisan skripsi ini dapat menambah khasanah kepustakaan

Hukum Organisasi Internasional.

b. Secara praktis

Menambah wawasan tentang pengaruh Regulasi Produksi Minyak OPEC

(Organization of the Petroleum Exporting Countries) dan kebijakan pemerintah

Indonesia mengenai harga BBM serta dapat dijadikan bahan informasi bagi pihak-

pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti serta bagi masyarakat yang

membutuhkan informasi mengenai regulasi produksi minyak OPEC dan kebijakan

pemerintah Indonesia.

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang “OPEC (ORGANIZATION

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

OF PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES) Sebagai Organisasi Internasional

dalam menjaga kestabilan harga minyak dunia” belum pernah ada ditulis

sebelumnya. Khusus yang terdapat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara, demikian juga dengan pembahasan yang diuraikan berdasarkan

pemeriksaan oleh Perpustakaan Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara / Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum USU

tertanggal 27 Maret 2019.

Skripsi penulis memiliki pembahasan yang sama dengan penulis Jessica

Claudia Mawikere asal Universitas Airlangga yaitu berjudul “Implikasi Kuota

Produksi Minyak Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC)

dengan Kebijakan Keanggotaan dan Harga Bahan Bakar Minyak Pemerintah

Indonesia Tahun 2008” memiliki perbedaan pada rumusan masalahnya yaitu:

1. Tinjauan Umum OPEC dan Keanggotaan Indonesia di OPEC

2. Kuota Produksi Minyak OPEC dan Kaitannya dengan Pasar Minyak

Dunia

3. Implikasi Harga Minyak Dunia dengan Fluktuasi Harga BBM di

Indonesia

Dan juga memiliki pembahasan yang sama dengan penulis Bambang

Irawan asal Universitas Komputer Indonesia yaitu berjudul “ Pengaruh Regulasi

Minyak ORGANIZATION OF THE PATROLEUM EXPORTING COUNTRIES

(OPEC) Terhadap Kebijakan pemerintah Indonesia Mengenai Bahan Bakar

Minyak (2008)” memiliki perbedaan pada rumusan masalahnya yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

1. Faktor-faktor apa sajakah yang melatar belakangi OPEC untuk

meregulasi produksi minyak dunia pada tahun 2008 ?

2. Upaya-upaya apakah yang dilakukan Indonesia berkaitan dengan

adanya Regulasi OPEC mengenai produksi minyak pada tahun 2008 ?

3. Dampak apa sajakah yang dihadapi pemerintah Indonesia setelah

adanya Regulasi OPEC mengenai produksi minyak pada tahun 2008 ?

4. Bagaimana hasil dari kebijakan pemerintah Indonesia setelah adanya

Regulasi OPEC mengenai produksi minyak pada tahun 2008 ?

Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis

oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal itu

menjadi tanggung jawab penulis sendiri.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Organisasi Internasional

Di dalam membentuk organisasi internasional, negara-negara anggotanya

melalui organisasi tersebut akan berusaha mencapai tujuan bersama dalam

berbagai aspek kehidupan internasional dan bukan untuk mencapai tujuan masing-

masing negara ataupun suatu tujuan yang tidak dapat disepakati bersama. Guna

mencapai tujuan tersebut sebagai suatu kesatuan, organisasi internasional harus

mempunyai kemampuan untuk melaksanakannya atas nama semua negara

anggotanya. Tindakan yang dilakukan oleh organisasi internasional semacam itu

pada hakikatnya merupakan hak yang dijamin oleh hukum internasional.9

9
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional (Hukum Perserikatan
Bangsa-Bangsa) United Nations Law, (Jakarta: PT. Tatanusa, 2015), hlm. 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

Menurut Starke, mengenai organisasi internasional berpendapat bahwa:

“In the first place, just as the function of the modern state and the rights, duties

and powers of its instrumentalities are governed by a branch of municipal law

called state constitusional law, so international institution are similarly

conditioned by a body of rules may will be described as international

constitutional law”.10

(Pada awalnya seperti fungsi suatu negara modern mempunyai hak dan kewajiban,

dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua itu diatur oleh

hukum nasional yang dinamakan HTN sehingga dengan demikian organisasi

internasional sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur

oleh hukum konstitusi internasional). Menurut Sumaryo Suryokusumo, Organisasi

internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut

aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu

tertentu. Organisasi internasional juga diperlukan dalam rangka kerja sama

menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta

memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian yang timbul.11

Organisasi Internasional merupakan konsep yang dibawa oleh perspektif

liberalisme.Perspekt if liberalisme, yang memandang bahwa hakikat dari manusia

adalah baik dan percaya bahwa perdamaian abadi (perpetual peace) dapat

diwujudka n melalui kerjasama.Perspekt if ini menganggap bahwa masalah-

masalah di dunia internasional dapat diatasi dengan membentuk suatu kerjasama

dan dengan mendirikan organisasi internasional.Evans dan Newnham (1998)


10
Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional & Integritas Ekonomi Regional
Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia), 2003, hal. 46.
11
Ibid, hal. 48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

mendefinisikan organisasi internasional sebagai suatu institusi formal yang

dibentuk dari adanya perjanjian antar aktor-aktor di dalam hubunga n

internasional.Perjanjian yang mendasari terbentuknya suatu organisasi

internasional pada umumnya berbentuk multilateral, karena anggota organisasi

internasional pada umumnya lebih dari dua negara (Bowertt t.t., dalam Poerwanto

t.t.).12

Pada umumnya, jika berbicara tentang organisasi internasional, yang kita

maksudka n adalah organisasi antarpemerintah (intergovernmental organization).

Walaupun harus diakui bahwa disamping organisasi antarpemerintah, masih

dikenal pula organisasi non-pemerintah (non-governmental

organization[NGO]).13

Organisasi-organisasi internasional tumbuh karena adanya kebutuhan dan

kepentingan masyarakat antar-bangsa untuk adanya wadah serta alat untuk

melaksanakan kerjasama internasional.14

F. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penelitian ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang dipakai

sebagai berikut :

12
Citra Hennida, Rezim dan Organisasi Internasional, Malang: Intrans Publishing, 2015,
hlm. 7.
13
Wiwin Yulianingsih dan Moch. Firdaus Sholihin, Hukum Organisasi Internasional,
Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2014, hlm. 1.
14
T. May Rud y, Administrasi & Organisasi Internasional, Bandung: PT Refika
Aditama, 2005, hlm. 4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

1. Jenis Pendekatan

Dalam penelitian hukum dikenal dua jenis pendekatan dalam penelitian,

yaitu pendekatan yuridis sosiologis dan pendekatan yuridis normatif.

Pendekatan yuridis sosiologis merupakan pendekatan dengan mengambil

data primer atau data yang diambil langsung dari lapangan, sedangkan

pendekatan yuridis normatif merupakan penelitian hukum yang meletakkan

hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sitem norma yang dimaksud

adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundangan, putusan

pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran).

Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif. Penelitian

yuridis normatif selalu mengambil isu dari hukum sebagai sistem norma yang

digunakan untuk memberikan justifikasi preskriptif tentang suatu peristiwa

hukum, sehingga penelitian hukum normatif menjadikan sistem norma sebagai

pusat kajiannya. Sistem norma dalam arti yang sederhana adalah sistem kaidah

atau atauran, sehingga penilitian hukum normatif adalah penelitian yang

mempunyai objek kajian tentang kaidah atau aturan hukum sebagai suatu

bangunan sistem yang terkait dengan suatu peristiwa hukum.

Yuridis normatif merupakan pendekatan dengan data sekunder atau data

yang berasal dari kepustakaan (dokumen). Dokumen yang dimaksud disini adalah

dokumen yang terkait dengan pengaturan hukum organisasi internasional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

2. Data Penelitian

Sumber data dari penelitian ini berasal dari Library Research (penelitian

kepustakaan). Penelitian kepustakaan ini dilakukan terhadap berbagai macam

sumber bahan hukum yang dapat di klasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu :

a) Bahan hukum primer, yaitu semua bahan-bahan hukum yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang yang

menjadi landasan utama yang digunakan dalam penelitian ini.

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang dapat

memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti buku

buku, jurnal, makalah, majalah, artikel, internet dan lain-lain yang erat

kaitannya dengan objek penelitian.

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan hukum yang sifatnya

penunjang untuk dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum

primer maupun sekunder, seperti kamus hukum, kamus bahasa,

ensiklopedia, dan lain-lain baik di bidang hukum maupun diluar

bidang hukum yang digunakan untuk melengkapi data penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara Library Research

(penelitian kepustakaan), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder

yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku

baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan serta jurnal-jurnal hukum. Tahap-

tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

a) Melakukan penelusuran kepustakaan melalui artikel-artikel media

cetak maupun elektronik, serta dokumen-dokumen pemerintahan.

b) Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.

c) Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan

masalah yang menjadi objek penelitian.

4. Analisis Data

Data skripsi ini dianalisis secara kualitatif. Analisis data kualitatif adalah

proses kegiatan yang meliputi, mencatat, mengorganisasikan,mengelompokkan

dan mensintesiskan data selanjutnya, memaknai setiap kategori data, menemukan

dan mencari pola, hubungan-hubungan, dan memaparkan temuan-temuan dalam

bentuk deskripsi naratif yang bisa dimengerti dan dipahami oleh orang lain.

Metode ini menggunakan data yang terbentuk atas suatu penelitian atau

ukuran secara tidak langsung dengan kata lain yaitu kesimpulan yang dituangkan

dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan proses pembahasan tulisan dan membantu

penulis dalam penguraiannya, maka keseluruhan dari isi skripsi ini dirangkum

dalam sistematika penulisan sebagai suatu paradigma berpikir. Dengan pedoman

pada sistematika penulisan karya ilmiah pada umumnya maka penulis berusaha

untuk mendeskripsikan gambaran umum yang berhubungan dengan cakupan

skripsi ini, sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini diawali dengan latar belakang yang berikutnya perumusan

masalah yang akan dibahas. Pada selanjutnya dijelaskan apa yang

menjadi tujuan pembahasan, kemudian diuraikan keaslian

penulisan dan tinjauan kepustakaan. Selanjutnya diuraikan

bagaimana metode penulisan dan akhirnya bab ini ditutup dengan

bagaimana sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI

OPEC (ORGANIZATION OF PETROLEUM COUNTRIES)

Bab ini membahas mengenai terbentuknya OPEC ( Organization

Of Petroleum Exporting Countries), Negara – Negara Anggota

OPEC, Struktur Organisasi Opec dan serta membahas pengaturan

hukum internasional mengenai Organization Of Petroleum

Exporting Countries (OPEC) sebagai Organisasi Internasional.

BAB III PERANAN ORGANIZATION OF PETROLEUM COUNTRIES

OPEC (SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL YANG

MENJAGA KESTABILAN HARGA MINYAK DI PASAR

INTERNASIONAL)

Bab ini membahas mengenai OPEC ( Organization Of Petroleum

Exporting Countries) sebagai penyuplai bahan bakar minyak dunia

yang akan mejaga kestabilan harga minyak dunia, serta di bab ini

juga akan membahas tentang apa sebenarnya peranan yang di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

lakukan oleh OPEC untuk menjaga kestabilan harga minyak di

pasar internasional.

BAB IV KEBIJAKAN-KEBIJAKAN OPEC (ORGANIZATION OF

PETROLEUM COUNTRIES) DALAM PRODUKSI MINYAK

ANGGOTANYA SEBAGAI NEGARA EKSPORTIR MINYAK

Bab ini membahas mengenai OPEC membuat kebijakan-kebijakan

rnengenai kuota produksi minyak anggotanya sebagai bahagian

dari strategi untuk menstabilkan harga minyak dunia dengan

mengurangi kuota produksi minyak anggotanya ataupun menaikan

kuota produksi minyak anggota OPEC, serta membahas produksi

minyak angotanya sebagai Negara eksportir minyak.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab terakhir dari penulisan skripsi ini akan dibahas

mengenai kesimpulan dan selanjutnya akan ditulis saran yang

berkaitan dengan tulisan ilmiah ini ini yaitu OPEC (Organization

Of Petroleum Exporting Countries) sebagai organisasi

internasional dalam menjaga kestabilan harga minyak dunia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

BAB II

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI

ORGANIZATION OF PETROLEUM COUNTRIES (OPEC)

A. Terbentuknya OPEC Sebagai Organisasi Internasional

OPEC merupakan singkatan dari (Organization of the Petroleum

Exporting Countries) yang merupakan sebuah Organisasi Internasional yang

terdiri dari Negara-negara pengekspor minyak bumi terbesar di dunia. OPEC

merupakan organisasi permanen antar pemerintah yang didirikan melalui

Konferensi Baghdad pada tanggal 10-14 September 1960 oleh lima negara sumber

minyak bumi raksasa yaitu Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan Venezuela. Pada

lima tahun pertama keberadaannya OPEC memiliki kantor pusat di Jenewa,

Swiss. Tanggal 11 september 1965 dipindahkan ke Wina, Austria hingga

sekarang. Pertemuan di Baghdad pada September 1960 terjadi ketika adanya

transisi dari ranah politik dan ekonomi internasional, dengan dekolonisasi yang

luas dan banyaknya negara-negara yang baru merdeka didalam dunia yang sedang

berkembang.

OPEC terbentuk ketika sebagian besar dari pasar minyak internasional

terpisah dari ekonomi dengan perencanaan terpusat (centrally planned) dan

didominasi oleh perusahaan-perusahaan multinasional. OPEC muncul dengan

pernyataan kebijakannya yaitu semua negara memiliki hak untuk melaksanakan

kedaulatan terhadap sumber daya alamnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

Berdirinya OPEC dipicu oleh keputusan sepihak dari perusahaan minyak

multinasional, The Seven Sisters pada tahun 1959/1960 yang menguasai industri

minyak dan menetapkan harga di pasar internasional. Perjanjian “The Tripoli-

Teheran Agreement” antara OPEC dan perusahaan-perusahan swasta tersebut

pada tahun 1970, menempatkan OPEC secara penuh dalam menetapkan pasar

minyak internasional.

Organisasi Internasional ini dibentuk sebagai jawaban atas jatuhnya

harga minyak di pasaran dunia. Kondisi ini terjadi akibat dari perusahaan minyak

raksasa seperti British Petroleum (BP), Shell, Exxon Mobil, Texaco, Socal, dan

Gulf menurunkan harga minyak dunia sehingga limpahan minyak negara-negara

konsumen. Harga minyak tidak lagi ditentukan oleh Negara-negara pengekspor

melainkan ditetapkan oleh negara-negara konsumen. Hal inilah yang membuat

harga minyak dunia jatuh pada pasar minyak dunia sebelum dibentuknya

organisasi OPEC.

Negara-negara OPEC masih menguasai dua pertiga dari persediaan

minyak dunia, dan pada April 2009, 55,5 persen dari produksi minyak dunia,

menjadikan OPEC organisasi yang mempunyai kontrol yang besar terhadap pasar

minyak dunia, hal di atas menunjukan bahwa pengaruh OPEC terhadap harga

minyak dunia sedangkan untuk kelompok produsen lainnya atau Negara non-

OPEC adalah seperti anggota dari OECD dan Negara-negara pecahan Uni Soviet

memproduksi 26,4 persen dan 18,8 persen dari total produksi minyak dunia.15

15
Mawikere jessica claudia, 2016, “Implikasi Kuota Produksi Minyak Organization of
the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dengan Kebijakan Keanggotaan dan Harga Bahan
Bakar Minyak Pemerintah Indonesia Tahun 2008” jurnal Analisis Hubungan Internasional Vol 5
No3, hal 127

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Berdasarkan anggaran dasar dari OPEC, salah satu tujuan pokoknya

adalah penentuan dari cara-cara terbaik untuk melindungi kepentingan organisasi,

secara individual dan kolektif. Tujuan lainnya adalah mengejar jalan-jalan dan

cara-cara untuk menjamin kestabilan harga pada pasar minyak internasional

dengan maksud mencegah fluktuasi yang berdampak negatif. Tetap

memperhatikan kepentingan-kepentingan dari Negara-negara produsen minyak

dan keperluan untuk menjaga pendapatan yang baik dari negara-negara tersebut.

Dan mengatur persediaan minyak yang teratur dan efisien dari minyak bumi

kepada negara-yang menjaga pendapatan dari mereka yang berinvestasi kepada

industri perminyakan.

Adapun tujuan utama dan prinsip OPEC (Organization Of The Petroleum

Exporting Countries) yang tertuang pada statuta OPEC di dalam Article 2

A. “The principal aim of the Organization shall be the coordination and

unification of the petroleum policies of Member Countries and the

determination of the best means for safeguarding their interests, individually

and collectively.”

“Tujuan utama organisasi adalah koordinasi dan penyatuan kebijakan minyak

bumi negara anggota dan penentuan sarana terbaik untuk menjaga kepentingan

mereka, secara individu dan kolektif.”

B. “The Organization shall devise ways and means of ensuring the stabilization

of prices in international oil markets with a view to eliminating harmful and

unnecessary fluctuations.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

“Organisasi harus merancang cara dan sarana untuk memastikan stabilisasi

harga di pasar minyak internasional dengan maksud untuk menghilangkan

fluktuasi yang berbahaya dan tidak perlu.”

C. “Due regard shall be given at all times to the interests of the producing

nations and to the necessity of securing a steady income to the producing

countries; an efficient, economic and regular supply of petroleum to

consuming nations; and a fair return on their capital to those investing in the

petroleum industry.”16

“Karena itu harus diberikan setiap saat untuk kepentingan negara penghasil

dan untuk perlunya mengamankan pendapatan yang mantap ke negara

penghasil; pasokan minyak bumi yang efisien, ekonomis dan teratur untuk

negara yang mengkonsumsi; dan kembali adil pada modal mereka untuk

mereka yang berinvestasi dalam industri perminyakan.”

Wakil-wakil dari negara-negara anggota OPEC (Kepala Delegasi) bertemu

di konferensi OPEC untuk mengkoordinasi dan menyatukan kebijakan-kebijakan

perminyakan mereka, dalam rangka untuk meningkatkan stabilitas dan

harmonisasi di pasar minyak. Mereka didukung oleh Sekretariat OPEC, dipimpin

oleh Dewan Gubernur dan dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal, dan oleh

berbagai badan dari organisasi, termasuk Dewan Komisi Ekonomi dan Sub

Komite Monitoring Kementerian.

16
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf Hal 1. Diakses pada tanggal 22
Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Negara anggota mempertimbangkan situasi pasar minyak dan meramalkan

fundamental pasar, seperti nilai pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak

dan skenario persediaan minyak. Lalu mereka mempertimbangkan bagaimana

perubahannya, jika ada mereka akan melakukan produksi. Contohnya, pada

konferensi negara-negara anggota yang lalu mereka memutuskan untuk

meningkatkan atau menurunkan produksi minyak kolektif mereka untuk

mempertahankan kestabilan harga dan persediaan minyak yang merata untuk

memenuhi permintaan dari konsumen pada jangka pendek, menengah dan jangka

panjang.

Setelah lebih dari 40 tahun berdiri, OPEC telah menerapkan berbagai

strategi dalam mencapai tujuannya. Dari pengalaman tersebut OPEC akhirnya

menetapkan tujuan yang hendak dicapainya yaitu memelihara dan meningkatkan

peran dari minyak sebagai sumber energi utama dalam mencapai pembangunan

ekonomi berkelanjutan, fungsi OPEC untuk menstabilkan harga minyak dunia

diimplementasikan melalui cara-cara berikut ini, yaitu:

a. Koordinasi dan unifikasi kebijakan perminyakan antar negara

anggota;

b. Menetapkan strategi yang tepat untuk melindungi kepentingan negara

anggota;

c. Menerapkan cara-cara untuk menstabilkan harga minyak di pasar

internasional sehingga tidak terjadi fluktuasi harga;

d. Menjamin income yang tetap bagi negara-negara produsen minyak;

e. Menjamin suplai minyak bagi konsumen;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

f. Menjamin kembalinya modal investor di bidang minyak 17

B. Negara – Negara Anggota OPEC

Setiap negara lain dengan ekspor bersih substansial minyak mentah, yang

memiliki kepentingan fundamental mirip dengan negara anggota, dapat menjadi

anggota penuh organisasi, jika diterima oleh mayoritas dari tiga perempat anggota

penuh, termasuk pemungutan suara serentak dari semua anggota pendiri. Sesuai

dengan bunyi statuta OPEC Article 7 ayat C

“Any other country with a substantial net export of crude petroleum,

which has fundamentally similar interests to those of Member Countries, may

become a Full Member of the Organization, if accepted by a majority of three-

fourths of Full Members, including the concurrent vote of all Founder Members”

Sebuah negara pengekspor minyak bersih, yang tidak memenuhi syarat

untuk keanggotaan di bawah ayat C di atas, mungkin tetap diakui sebagai anggota

Asosiasi oleh konferensi di bawah kondisi khusus seperti yang mungkin

ditentukan oleh konferensi, jika diterima oleh mayoritas tiga perempat, termasuk

pemungutan suara serentak dari semua anggota pendiri. Tidak ada negara yang

boleh masuk ke dalam keanggotaan Asosiasi yang pada dasarnya tidak memiliki

kepentingan dan tujuan yang sama dengan negara anggota. Pernyataan tersebut

juga tertuang didalam Article 7 ayat D

“A net petroleum-exporting country, which does not qualify for

membership under paragraph C above, may nevertheless be admitted as an

Associate Member by the Conference under such special conditions as may be

17
http://en.wikipedia.org/wiki/OPEC. Diakses tanggal 22 Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

prescribed by the Conference, if accepted by a majority of three-fourths, including

the concurrent vote of all Founder Members” 18

Didalam Article 8 ayat A juga di jelaskan anggota Asosiasi dapat

diundang oleh konferensi untuk menghadiri setiap rapat konferensi, Dewan

Gubernur atau pertemuan konsultatif dan untuk berpartisipasi dalam musyawarah

mereka tanpa hak untuk memilih. Mereka, bagaimanapun, sepenuhnya berhak

untuk mendapatkan keuntungan dari semua fasilitas umum dari Sekretariat,

termasuk publikasi dan Perpustakaan, sebagai anggota penuh.

“Associate Members may be invited by the Conference to attend any

Meeting of a Conference, the Board of Governors or Consultative Meetings and

to participate in their deliberations without the right to vote. They are, however,

fully entitled to benefit from all general facilities of the Secretariat, including its

publications and library, as any Full Member”19

OPEC mempunyai dua belas negara anggota : enam di Timur Tengah,

empat di Afrika, dan dua di Amerika Selatan. Anggota asli OPEC termasuk Iran,

Iraq, Kuwait, Saudi Arabia, dan Venezuela. Di antara 1960 dan 1975, organisasi

yang memperluas keanggotaanya meliputi Qatar (1961), Indonesia (1962), Libya

(1962), Uni Emirat Arab (1967), Aljazair (1969), dan Nigeria (1971).

Pada awalnya Ecuador dan Gabon adalah anggota dari OPEC, tapi

Ecuador menarik diri pada 31 Desember 1992 karena mereka enggan atau tidak

dapat membayar 2 juta dolar iuran keanggotaan dan merasakan bahwa mereka

18
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf Hal 3. Diakses pada tanggal 22
Mei 2019
19
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf Hal 4. Diakses pada tanggal 22
Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

perlu untuk menghasilkan minyak lagi untuk memenuhi kuota yang ditentukan

OPEC.

Hingga sekarang anggota OPEC berjumlah 12 negara yang berasal dari

berbagai benua yang kebanyakan berasal dari Timur Tengah dan Afrika,

sedangkan Gabon yang bergabung dengan OPEC pada tahun 1975 memutuskan

untuk keluar dari OPEC pada tahun 1994 begitu juga dengan Indonesia yang

bergabung pada tahun 1962 memutuskan keluar dari OPEC pada tahun 2008,

kedua negara itu keluar dari keanggotaan OPEC karena tidak bisa memenuhi

kuota produksinya.

Hal yang sama juga terjadi pada negara Gabon yang keluar dari

keanggotaan OPEC pada Januari 1995. Angola bergabung pada awal tahun 2007.

Rusia dan Norwegia bergabung menjadi negara bukan permanen pada awal 2000.

Mengindikasikan bahwa OPEC tidak menentang perluasan keanggotaannya,

Mohammed Barkindo, Sekjen OPEC, baru-baru ini meminta Sudan untuk

bergabung. Irak masih menjadi anggota dari OPEC, walaupun produksi minyak

Irak tidak pernah menjadi bagian dari kesepakatan kuota OPEC sejak Maret 1998.

C. Struktur Organisasi OPEC

Setiap organisasi Internasional sudah pasti memiliki struktur organisasi.

Definisi struktur organisasi internasional menurut saya adalah suatu susunan dan

hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi

internasional dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan

yang di harapakan dan di inginkan organisasi internasional itu sendiri. Struktur

Organisasi tersebut menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi

dibatasi. Organisasi OPEC terdiri dari 3 badan utama yaitu Konferensi OPEC,

Dewan Gubernur, dan Sekretariat beserta dengan badan-badan lainnya yang

berada di bawah badan utama sesuai dengan struktur OPEC.

1) Konferensi

“Konferensi akan menjadi otoritas tertinggi organisasi.”

“The Conference shall be the supreme authority of the Organization.

Adalah organ tertinggi yang bertemu 2 kali dalam setahun. Tetapi

pertemuan extra-ordinary dapat dilaksanakan jika diperlukan. Semua negara

anggota harus terwakilkan dalam konferensi dan tiap negara mempunyai satu hak

suara. Keputusan ditetapkan setelah mendapat persetujuan dari negara anggota.

Tertuang didalam Statuta OPEC Article 11 dan 12 yang berbunyi.

Article 11.

A. “The Conference shall consist of delegations representing the Member

Countries. A delegation may consist of one or more delegates, as well as

advisers and observers.

When a delegation consists of more than one person, the appointing country

shall nominate one person as the Head of the Delegation.

“Konferensi terdiri atas delegasi yang mewakili negara anggota. Sebuah

delegasi dapat terdiri dari satu atau lebih delegasi, serta penasihat dan

pengamat. Ketika sebuah delegasi terdiri dari lebih dari satu orang, negara

penunjukan akan mencalonkan satu orang sebagai kepala delegasi.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

B. “Each Member Country should be represented at all Conferences; however, a

quorum of three-quarters of Member Countries shall be necessary for holding

a Conference.

“Setiap negara anggota harus diwakili di semua konferensi; Namun, kuorum

tiga perempat negara anggota harus diperlukan untuk mengadakan konferensi.

C. “Each Full Member Country shall have one vote. All decisions of the

Conference, other than on procedural matters, shall require the unanimous

agreement of all Full Members.

The Conference Resolutions shall become effective after 30 days from the

conclusion of the Meeting, or after such period as the Conference may decide

unless, within the said period, the Secretariat receives notification from

Member Countries to the contrary.

In the case of a Full Member being absent from the Meeting of the

Conference, the Resolutions of the Conference shall become effective unless

the Secretariat receives a notification to the contrary from the said Member,

at least ten days before the date fixed for publication of the Resolutions.

“Setiap negara anggota penuh harus memiliki satu suara. Semua keputusan

konferensi, selain pada masalah prosedural, akan memerlukan kesepakatan

bulat dari semua anggota penuh.

Resolusi konferensi akan menjadi efektif setelah 30 hari dari kesimpulan

pertemuan, atau setelah periode tersebut sebagai konferensi dapat memutuskan

kecuali, dalam periode tersebut, Sekretariat menerima pemberitahuan dari

negara anggota sebaliknya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Dalam kasus anggota penuh yang absen dari rapat konferensi, keputusan

konferensi akan menjadi efektif kecuali Sekretariat menerima pemberitahuan

yang bertentangan dari anggota tersebut, setidaknya sepuluh hari sebelum

tanggal tetap untuk. Publikasi resolusi tersebut.

D. “A non-Member country may be invited to attend a Conference as Observer, if

the Conference so decides.20

“Sebuah negara non-anggota dapat diundang untuk menghadiri konferensi

sebagai pengamat, jika konferensi jadi memutuskan.

Article 12.

“The Conference shall hold two Ordinary Meetings a year. However, an

Extraordinary Meeting of the Conference may be convened at the request of

Member Country by the Secretary General, after consultation with the President

and approval by a simple majority of the Member Countries.

In the absence of unanimity among Member Countries approving the

convening of such a Meeting, as to the date and venue of the Meeting, they shall

be fixed by the Secretary General in consultation with the President.”

“Konferensi ini akan mengadakan dua pertemuan biasa dalam setahun.

Namun, sebuah Rapat luar biasa konferensi dapat diadakan atas permintaan dari

negara anggota oleh Sekretaris Jenderal, setelah berkonsultasi dengan Presiden

dan persetujuan oleh mayoritas sederhana dari negara anggota. Dengan tidak

adanya suara bulat di antara negara anggota yang menyetujui penyelenggaraan

20
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf Hal 6. Diakses pada tanggal 22
Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Rapat seperti itu, mengenai tanggal dan tempat rapat, mereka akan ditetapkan oleh

Sekretaris Jenderal dalam konsultasi dengan Presiden.”

Konferensi OPEC dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden OPEC yang

dipilih oleh anggota pada saat pertemuan Konferensi. Pernyataan tersebut tertuang

di dalam Article 14.

A. “The Conference shall elect a President and an Alternate President at its first

Preliminary Meeting. The Alternate President shall exercise the

responsibilities of the President during his absence, or when he is unable to

carry out his responsibilities.

“Konferensi akan memilih Presiden dan Presiden alternatif pada pertemuan

Pendahuluan pertama. Presiden alternatif harus melaksanakan tanggung jawab

Presiden selama ketidakhadirannya, atau ketika dia tidak mampu

melaksanakan tanggung jawabnya.”

B. “The President shall hold office for the duration of the Meeting of the

Conference, and shall retain the title until the next Meeting.

“Presiden akan memegang jabatan selama Rapat konferensi, dan akan

mempertahankan gelar sampai pertemuan berikutnya.

C. “The Secretary General shall be the Secretary of the Conference.21

“Sekretaris Jenderal akan menjadi Sekretaris konferensi.

Pasal 15 menetapkan Konperensi OPEC bertugas merumuskan kebijakan

umum organisasi dan mencari upaya pengimplementasian kebijakan tersebut.

21
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf Hal 7. Diakses pada tanggal 22
Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Sebagai organisasi tertinggi, pertemuan Konperensi OPEC mengukuhkan

penunjukan anggota Dewan Gubernur dan Sekretaris Jenderal OPEC.

Article 15.

The Conference shall:

1. formulate the general policy of the Organization and determine the

appropriate ways and means of its implementation;

2. decide upon any application for membership of the Organization;

3. confirm the appointment of Members of the Board of Governors;

4. direct the Board of Governors to submit reports or make recommendations

on any matters of interest to the Organization;

5. consider, or decide upon, the reports and recommendations submitted by the

Board of Governors on the affairs of the Organization;

6. consider and decide upon the Budget of the Organization, as submitted by the

Board of Governors;

7. consider and decide upon the Statement of Accounts and the Auditor’s

Report, as submitted by the Board of Governors;

8. call a Consultative Meeting for such Member Countries, for such purposes,

and in such places, as the Conference deems fit;

9. approve any amendments to this Statute;

10. appoint the Chairman of the Board of Governors and an Alternate Chairman;

11. appoint the Secretary General; and

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

12. appoint the Auditor of the Organization for a duration of one year22

Sebuah konferensi harus:

1. merumuskan kebijakan umum organisasi dan menentukan cara yang tepat dan

sarana pelaksanaannya;

2. memutuskan aplikasi untuk keanggotaan organisasi;

3. mengkonfirmasi Pengangkatan anggota Dewan Gubernur;

4. mengarahkan Dewan Gubernur untuk menyampaikan laporan atau membuat

rekomendasi mengenai segala hal yang menarik bagi organisasi;

5. mempertimbangkan, atau memutuskan atas, laporan dan rekomendasi yang

diajukan oleh Dewan Gubernur dalam urusan organisasi;

6. mempertimbangkan dan memutuskan anggaran organisasi, seperti yang

disampaikan oleh Dewan Gubernur;

7. mempertimbangkan dan memutuskan atas pernyataan rekening dan laporan

auditor, sebagaimana disampaikan oleh Dewan Gubernur;

8. melakukan panggilan Rapat konsultatif untuk negara anggota tersebut, untuk

tujuan tersebut, dan di tempat seperti itu, karena konferensi dianggap cocok;

9. menyetujui amandemen Statuta ini;

10. menunjuk Ketua Dewan Gubernur dan Ketua pengganti;

11. menunjuk Sekretaris Jenderal; Dan

12. menunjuk auditor organisasi selama satu tahun.

2. Dewan Gubernur

22
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf Hal 8. Diakses pada tanggal 22
Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Dewan Gubernur terdiri dari Gubernur yang dipilih oleh masing-masing

anggota OPEC untuk duduk dalam Dewan yang bersidang sedikitnya dua kali

dalam setahun. Pertemuan extra ordinary dari Dewan dapat berlangsung atas

permintaan Ketua Dewan, Sekretaris Jenderal atau 2/3 dari anggota Dewan.

Tertuang dalam Statuta OPEC Article17 dan18 yang berbunyi.

Article 17.

A. “The Board of Governors shall be composed of Governors nominated by the

Member Countries and confirmed by the Conference.

“Dewan Gubernur akan terdiri dari Gubernur yang dicalonkan oleh negara

anggota dan dikonfirmasi oleh konferensi.

B. “Each Member of the Organization should be represented at all Meetings of

the Board of Governors; however, a quorum of twothirds shall be necessary

for the holding of a Meeting.

“Setiap anggota organisasi harus diwakili di semua Rapat Dewan Gubernur;

Namun, kuorum dua pertiga harus diperlukan untuk mengadakan rapat.

C. “When, for any reason, a Governor is prevented from attending a Meeting of

the Board of Governors, a substitute ad hoc Governor shall be nominated by

the corresponding Member Country.

Such nomination shall not require confirmation by the Conference. At the

Meetings which he attends, the ad hoc Governor shall have the same status as

the other Governors, except as regards qualifications for Chairmanship of the

Board of Governors.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

“Ketika, untuk alasan apapun, seorang Gubernur dicegah untuk menghadiri

Rapat Dewan Gubernur, pengganti ad hoc Gubernur harus dinominasikan oleh

negara anggota yang sesuai. Nominasi tersebut tidak akan memerlukan

konfirmasi oleh konferensi. Pada pertemuan yang ia hadiri, Gubernur ad hoc

akan memiliki status yang sama dengan Gubernur lainnya, kecuali mengenai

kualifikasi untuk jabatan Ketua Dewan Gubernur.

D. “Each Governor shall have one vote. A simple majority vote of attending

Governors shall be required for decisions of the Board of Governors.

“Setiap Gubernur harus memiliki satu suara. Mayoritas sederhana suara

menghadiri Gubernur harus diperlukan untuk keputusan Dewan Gubernur.

E. “The term of office of each Governor shall be two years.23

“Masa jabatan Gubernur masing-masing harus dua tahun.

Article 18.

A. “The Board of Governors shall meet no less than twice each year, at suitable

intervals to be determined by the Chairman of the Board, after consultation

with the Secretary General.

“Dewan Gubernur akan bertemu tidak kurang dari dua kali setiap tahun, pada

interval yang sesuai yang akan ditentukan oleh Ketua Dewan, setelah

berkonsultasi dengan Sekretaris Jenderal.

B. “An Extraordinary Meeting of the Board of Governors may be convened at

the request of the Chairman of the Board, the Secretary General, or two-thirds

of the Governors.

23
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf Hal 9. Diakses pada tanggal 22
Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

“Sebuah Rapat luar biasa Dewan Gubernur dapat diadakan atas permintaan

Ketua Dewan, Sekretaris Jenderal, atau dua pertiga dari Gubernur.

Tugas Dewan adalah melaksanakan keputusan Konferensi;

mempertimbangkan dan memutuskan laporan-laporan yang disampaikan oleh

Sekretaris Jenderal; memberikan rekomendasi & laporan kepada pertemuan

Konferensi OPEC; membuat anggaran keuangan organisasi dan menyerahkannya

kepada Sidang Konferensi setiap tahun; mempertimbangkan semua laporan

keuangan dan menunjuk seorang auditor untuk masa tugas selama 1 tahun;

menyetujui penunjukan Direktur-Direktur Divisi, Kepala Bagian yang diusulkan

negara anggota; menyelenggarakan pertemuan Extraordinary Konferensi OPEC

dan mempersiapkan agenda siding. Tertuang didalam Statuta OPEC Article 20.

The Board of Governors shall:

1. direct the management of the affairs of the Organization and the

implementation of the decisions of the Conference;

2. consider and decide upon any reports submitted by the Secretary General;

3. submit reports and make recommendations to the Conference on the affairs of

the Organization;

4. draw up the Budget of the Organization for each calendar year and submit it

to the Conference for approval;

5. nominate the Auditor of the Organization for a duration of one year;

6. consider the Statement of Accounts and the Auditor’s Report and submit them

to the Conference for approval;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

7. approve the appointment of Directors of Divisions and Heads of Departments,

upon nomination by Member Countries, due consideration being given to the

recommendations of the Secretary General;

8. convene an Extraordinary Meeting of the Conference; and

9. prepare the Agenda for the Conference.24

Seorang Dewan Gubernur wajib:

1. mengarahkan pengelolaan urusan organisasi dan pelaksanaan keputusan

konferensi;.

2. mempertimbangkan dan memutuskan setiap laporan yang disampaikan oleh

Sekretaris Jenderal;

3. menyerahkan laporan dan membuat rekomendasi untuk konferensi tentang

urusan organisasi;

4. menyusun anggaran organisasi untuk setiap tahun kalender dan

mengirimkannya ke konferensi untuk persetujuan;

5. mencalonkan auditor organisasi selama satu tahun;

6. mempertimbangkan pernyataan rekening dan laporan auditor dan

menyerahkan mereka ke konferensi untuk persetujuan;

7. menyetujui penunjukan Direksi Divisi dan kepala departemen, pada saat

nominasi oleh negara anggota, pertimbangan yang diberikan kepada

rekomendasi Sekretaris Jenderal;

8. mengadakan Rapat luar biasa konferensi; Dan

9. mempersiapkan agenda konferensi.

24
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf Hal 10. Diakses pada tanggal 22
Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Dewan Gubernur dipimpin oleh seorang Ketua & Wakil Ketua yang

berasal dari para Gubernur OPEC negara-negara anggota dan yang disetujui oleh

Pertemuan Konferensi OPEC untuk masa jabatan selama 1 tahun. Tertuang

didalam Statuta OPEC Article 21 yang berbunyi,

“The Chairman of the Board of Governors and the Alternate Chairman,

who shall assume all the responsibilities of the Chairman whenever the Chairman

is absent or unable to exercise his responsibilities, shall be appointed by the

Conference from among the Governors for a period of one year, in accordance

with the principle of alphabetical rotation. The date of membership in the

Organization, however, shall take precedence over the principle of alphabetical

rotation.”25

“Ketua Dewan Gubernur dan Ketua alternatif, yang akan menanggung

semua tanggung jawab Ketua setiap kali Ketua tidak hadir atau tidak mampu

melaksanakan tanggung jawabnya, akan ditunjuk oleh konferensi dari kalangan

Gubernur untuk periode satu tahun, sesuai dengan prinsip rotasi abjad. Tanggal

keanggotaan dalam organisasi, bagaimanapun, akan diutamakan daripada prinsip

rotasi abjad”

3. Sekretariat

Adalah pelaksana eksekutif organisasi sesuai dengan statuta dan

pengarahan dari Dewan Gubernur. Sekretaris Jenderal adalah wakil resmi dari

organisasi yang dipilih untuk periode 3 tahun dan dapat diperpanjang satu kali

untuk periode yang sama. Sekretaris Jenderal harus berasal dari salah satu negara

25
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf Hal 11. Diakses pada tanggal 22
Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

anggota. Dalam melaksanakan tugasnya Sekjen bertanggung jawab kepada Dewan

Gubernur dan mendapat bantuan dari para kepala Divisi dan Bagian. Dalam

Statuta OPEC Sekretariat dijelaskan dalam beberapa article seperti yang penulis

jelaskan dibawah ini.

Article 25.

“The Secretariat shall carry out the executive functions of the

Organization in accordance with the provisions of this Statute under the direction

of the Board of Governors.”

“Sekretariat wajib melaksanakan fungsi pelaksana organisasi sesuai

dengan ketentuan peraturan ini di bawah arahan Dewan Gubernur Komisaris.”

Article 26.

“The Secretariat of the Organization shall consist of the Secretary

General and such Staff as may be required. It shall function at the Headquarters

of the Organization.”

“Sekretariat organisasi harus terdiri dari Sekretaris Jenderal dan staf

seperti mungkin diperlukan. Ini akan berfungsi di markas besar organisasi.”

Article 27.

1. “The Secretary General shall be the legally-authorised representative of the

Organization.

“Sekretaris Jenderal akan menjadi wakil resmi yang sah dari organisasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

2. “The Secretary General shall be the chief officer of the Secretariat, and, in

that capacity, shall have the authority to direct the affairs of the Organization

in accordance with directions of the Board of Governors. 26

“Sekretaris Jenderal akan menjadi pejabat Kepala Sekretariat, dan, dalam

kapasitas itu, akan memiliki kewenangan untuk mengarahkan urusan

organisasi sesuai dengan arah Dewan Gubernur.

Article 28.

A. “The Conference shall appoint the Secretary General for a period of three

years, which term of office may be renewed once for the same period of time.

This appointment shall take place upon nomination by Member Countries and

after a comparative study of the nominees’ qualifications.

“Konferensi harus menunjuk Sekretaris Jenderal untuk jangka waktu tiga

tahun, yang masa jabatan dapat diperbaharui satu kali untuk periode yang

sama. Pengangkatan ini harus dilakukan setelah mendapat nominasi dari

negara anggota dan setelah studi banding atas kualifikasi nominasi.

The minimum personal requirements for the position of the Secretary General

shall be as follows:

a) 35 years of age;

b) a degree from a recognised university in Law, Economics, Science,

Engineering or Business Administration;

c) 15 years experience, of which at least 10 years should have been spent in

positions directly related to the oil industry, and five years in highly

26
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf Hal 13. Diakses pada tanggal 22
Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

responsible executive or managerial positions. Experience in Government-

Company relations and in the international aspects of the oil industry is

desirable. Should, in any case, a unanimous decision not be obtained, the

Secretary General, in that case, shall be appointed on a rotational basis

for a term of two years without prejudice to the required qualifications.

Persyaratan minimum untuk posisi Sekretaris Jenderal adalah sebagai berikut:

a) 35 tahun;

b) gelar dari Universitas yang diakui dalam hukum, ekonomi, ilmu

pengetahuan, rekayasa atau administrasi bisnis;

c) 15 tahun pengalaman, yang setidaknya 10 tahun harus telah dihabiskan

dalam posisi langsung terkait dengan industri minyak, dan lima tahun di

eksekutif yang sangat bertanggung jawab atau posisi manajerial.

Pengalaman dalam hubungan pemerintah-perusahaan dan dalam aspek

internasional industri minyak yang diinginkan. Jika, dalam hal apapun,

keputusan bulat tidak dapat diperoleh, Sekretaris Jenderal, dalam hal ini,

akan ditunjuk pada dasar rotasi untuk jangka waktu dua tahun tanpa

mengurangi kualifikasi yang diperlukan.

B. “The Secretary General shall be a national of one of the Member Countries of

the Organization.

“Sekretaris Jenderal akan menjadi Nasional salah satu negara anggota

organisasi.

C. The Secretary General shall reside at the Headquarters of the Organization.

“Sekretaris Jenderal akan tinggal di markas besar organisasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

D. The Secretary General shall be responsible to the Board of Governors for all

activities of the Secretariat. The functions of the different departments shall be

carried out on his behalf and under his authority and direction.

“Sekretaris Jenderal bertanggung jawab kepada Dewan Gubernur untuk semua

kegiatan Sekretariat. Fungsi dari Departemen yang berbeda harus dilakukan

atas namanya dan di bawah otoritas dan arah.

E. The Secretary General shall attend all Meetings of the Board of Governors.

Should the Secretary General be unable to attend any Meeting of the Board of

Governors, the Officer in Charge of the Secretariat shall attend such Meeting,

representing the Secretary General.27

“Sekretaris Jenderal harus menghadiri semua Rapat Dewan Gubernur.

Haruskah Sekretaris Jenderal tidak dapat menghadiri setiap Rapat Dewan

Gubernur, petugas yang bertanggung jawab dari Sekretariat harus menghadiri

Rapat tersebut, mewakili Sekretaris Jenderal.

Article 29.

The Secretary General shall:

1. organize and administer the work of the Organization;

2. ensure that the functions and duties assigned to the different departments of

the Secretariat are carried out;

3. prepare reports for submission to each Meeting of the Board of Governors

concerning matters which call for consideration and decision;

27
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf Hal 14. Diakses pada tanggal 22
Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

4. inform the Chairman and other Members of the Board of Governors of all

activities of the Secretariat, of all studies undertaken and of the progress of

the implementation of the Resolutions of the Conference; and

5. ensure the due performance of the duties which may be assigned to the

Secretariat by the Conference or the Board of Governors.

Sekretaris Jenderal harus:

1. mengatur dan mengelola pekerjaan organisasi;

2. memastikan bahwa fungsi dan tugas yang ditugaskan ke Departemen yang

berbeda dari Sekretariat dilakukan;

3. menyusun laporan untuk diserahkan kepada setiap Rapat Dewan Gubernur

mengenai hal-hal yang menyerukan pertimbangan dan keputusan;

4. menginformasikan Ketua dan anggota lain dari Dewan Gubernur semua

kegiatan Sekretariat, dari semua studi yang dilakukan dan kemajuan

pelaksanaan resolusi konferensi; Dan

5. memastikan kinerja yang tepat dari tugas yang dapat ditugaskan ke Sekretariat

oleh konferensi atau Dewan Gubernur.

Article 30.

A. “The Directors of Divisions and Heads of Departments shall be appointed by

the Secretary General with the approval of the Board of Governors.

“Para Direktur Divisi dan kepala Departemen harus ditunjuk oleh Sekretaris

Jenderal dengan persetujuan Dewan Gubernur.

B. “Officers of the Secretariat, upon nomination by their respective Government

or by direct recruitment, shall be appointed by the Secretary General in

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

accordance with the Staff Regulations. In making such appointments, the

Secretary General shall give due consideration, as far as possible, to an

equitable nationality distribution among Members, but such consideration

shall not be allowed to impair the efficiency of the Secretariat.

“Pejabat Sekretariat, setelah dinominasikan oleh pemerintah masing-masing

atau dengan perekrutan langsung, akan ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal

sesuai dengan peraturan staf. Dalam membuat janji tersebut, Sekretaris

Jenderal harus memberikan pertimbangan, sejauh mungkin, untuk distribusi

kewarganegaraan yang merata di antara anggota, tetapi pertimbangan tersebut

tidak akan diizinkan untuk mengganggu efisiensi Sekretariat.

Article 31.

“The staff of the Secretariat are international employees with an

exclusively international character. In the performance of their duties, they shall

neither seek nor accept instructions from any government, or from any other

authority outside the Organization.

They shall refrain from any action which might reflect on their position as

international employees and they shall undertake to carry out their duties with the

sole object of bearing the interests of the Organization in mind. 28

“Staf Sekretariat adalah pegawai internasional dengan karakter internasional

eksklusif. Dalam pelaksanaan tugas mereka, mereka tidak akan mencari atau

menerima instruksi dari pemerintah manapun, atau dari otoritas lain di luar

organisasi.

28
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf Hal 16. Diakses pada tanggal 22
Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Mereka akan menahan diri dari tindakan apapun yang mungkin mencerminkan

posisi mereka sebagai karyawan internasional dan mereka akan melakukan untuk

melaksanakan tugas mereka dengan satu-satunya tujuan bantalan kepentingan

organisasi dalam pikiran.

Article 32.

A. The Secretary General shall be assisted in the discharge of his duties by a

Division of Research, a Division of Support Services, his own Office, and any

division or department the Conference may see fit to create;

“Sekretaris Jenderal harus dibantu dalam pelaksanaan tugasnya oleh Division

of Research, sebuah divisi layanan dukungan, kantor sendiri, dan setiap divisi

atau Departemen konferensi dapat melihat cocok untuk menciptakan;

B. Notwithstanding the provisions of Article 33, and where the efficient

functioning of the divisions and departments of the Secretariat so requires, the

Board of Governors may, upon recommendation of the Secretary General,

authorise the Secretary General to transfer functions or units from one

division or department to another.

“Meskipun ketentuan Article 33, dan di mana fungsi yang efisien dari Divisi

dan Departemen dari Sekretariat sehingga membutuhkan, Dewan Gubernur

mungkin, atas rekomendasi Sekretaris Jenderal, wewenang Sekretaris Jenderal

untuk mentransfer fungsi atau unit dari satu divisi atau departemen lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Article 33.

The Division of Research shall be responsible for:

1. conducting a continuous programme of research, fulfilling the needs of the

Organization, placing particular emphasis on energy and related matters;

2. monitoring, forecasting and analysing developments in the energy and

petrochemical industries, and the evaluation of hydrocarbons and products

and their non-energy uses;

3. analysing economic and financial issues of significant interest, in particular

those related to international financial and monetary matters, and to the

international petroleum industry;

4. maintaining and expanding data services to support the research activities of

the Secretariat and those of Member Countries; and

5. contributing to the coordination of OPEC Member Countries in international

negotiations.

Divisi Penelitian bertanggung jawab untuk:

1. melakukan program penelitian yang berkesinambungan, memenuhi kebutuhan

organisasi, menempatkan penekanan khusus pada energi dan hal terkait;

2. pemantauan, peramalan dan menganalisis perkembangan dalam industri energi

dan petrokimia, dan evaluasi hidrokarbon dan produk dan penggunaan non-

energi mereka;

3. menganalisis masalah ekonomi dan keuangan yang signifikan, khususnya

yang berkaitan dengan masalah keuangan dan moneter internasional, dan

industri minyak bumi internasional;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

4. menjaga dan memperluas layanan data untuk mendukung kegiatan penelitian

Sekretariat dan negara anggota; Dan

5. memberikan kontribusi pada koordinasi negara anggota OPEC dalam

negosiasi internasional.

The Division of Support Services shall:

1. be responsible for all organization methods, the provision of administrative

services for all meetings, personnel matters, budgets, accounting and internal

control;

2. study and review general administrative policies and industrial relations

methods used in the oil industry in Member and other countries, and advise

Member Countries of any possible improvements;

3. keep abreast of the current administrative policies and/or policy changes

occurring in the international petroleum industry which might affect the

Organization or be of interest to it;

4. be responsible for presenting OPEC objectives, decisions and actions in their

true and most desirable perspective;

5. be responsible for disseminating news of general interest regarding the

Organization and the Member Countries on energy and related matters; and

6. be responsible for carrying out a central information programme and

identifying suitable areas for the promotion of the Organization’s aims and

image.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Divisi layanan dukungan wajib:

1. bertanggung jawab untuk semua metode organisasi, penyediaan layanan

administrasi untuk semua pertemuan, masalah personil, anggaran, akuntansi

dan pengendalian internal;

2. studi dan meninjau kebijakan Administrasi Umum dan metode hubungan

industri yang digunakan dalam industri minyak di negara anggota dan lainnya,

dan menyarankan negara-negara anggota dari setiap perbaikan mungkin;

3. terus mengikuti kebijakan administratif saat ini dan/atau perubahan kebijakan

yang terjadi di industri Perminyakan internasional yang mungkin

mempengaruhi organisasi atau kepentingan untuk itu;

4. bertanggung jawab untuk menyajikan tujuan OPEC, keputusan dan tindakan

dalam perspektif mereka yang benar dan paling diinginkan;

5. bertanggung jawab untuk menyebarluaskan berita tentang kepentingan umum

mengenai organisasi dan negara anggota mengenai energi dan hal terkait; Dan

6. bertanggung jawab untuk melaksanakan program informasi pusat dan

mengidentifikasi daerah yang cocok untuk promosi tujuan organisasi dan

gambar.

Article 34.

A. “The Secretary General shall commission consultants, as necessary, to

advise on special matters or to conduct expert studies when such work

cannot be undertaken by the Secretariat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

“Sekretaris Jenderal harus Komisi konsultan, bila perlu, untuk memberikan

nasihat tentang hal-masalah khusus atau untuk melakukan studi ahli ketika

pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh Sekretariat.

B. The Secretary General may engage such specialists or experts, regardless

of nationality, as the Organization needs, for a period to be approved by

the Board of Governors, provided there is a provision for such

appointment in the Budget.

“Sekretaris Jenderal dapat melibatkan spesialis atau ahli tersebut, terlepas

dari kebangsaan, sebagai organisasi perlu, untuk jangka waktu yang harus

disetujui oleh Dewan Gubernur, asalkan ada ketentuan untuk penunjukan

tersebut dalam anggaran.

C. The Secretary General may at any time convene Working Parties to carry

out any studies on specific subjects of interest to the Member Countries. 29

“Sekretaris Jenderal dapat setiap saat mengadakan pesta untuk

melaksanakan studi tentang mata pelajaran tertentu yang menarik bagi

negara-negara anggota.

29
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf Hal 18. Diakses pada tanggal 22
Mei 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

D. Pengaturan Hukum Intenasional mengenai Organization Petroleum

Exporting Countries (OPEC)

1. Konvensi Wina 1969

Vienna Convention on the Law of Treaties Between States and

International Organizations or Between International Organizations membawa

kita pada asal mula hukum perjanjian internasional. Pada 23 Mei 1969

penandatanganan Vienna Convention on the Law of Treaties 1969 dibuka bagi

negara pesertanya. Konvensi Vienna 1969 ini merupakan hasil dari UN

Conference on the Law of Treaties pada 26-24 Maret 1968 yang merupakan

produk hukum dari konflik kepentingan dan pandangan masyarakat dunia,

mengenai apakah perjanjian internasional itu penting dan memiliki kekuatan

mengikat. International Law Commission (ILC) menempatkan perjanjian

internasional sebagai prioritas utama untuk dikodifikasi pada periemuan 1949. Hal

ini merujuk kepada ketentuan Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional yang

menyalakan sumber hukun internasional terdiri atas konvensi internasional,

kebiasaan internasional, prinsip-prinsip hukum umum dan keputusan pengadilan

serta pendapat para ahli hukum. Dalam perkembangannya, Konvensi Vienna 1969

dirasakan memiliki kekurangan karena terbatas hanya pada perjanjian

internasional tertulis dimana pihaknya adalah negara-negara. Dalam hukum

internasional dikenal subyek lain yaitu organisasi internasional, yang dalan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

menjalankan tugas dan fungsinya dimungkinkan membuat suatu perjanjian

internasional baik dengan organisasi internasional lain maupun dengan negara.30

Konvensi ini merupakan konvensi yang mengatur perjanjian antara negara

dengan organisasi internasional atau antar organisasi internasional. Dalam

perkembangannya, perjanjian antara negara dengan organisasi internasional atau

antar organisasi internasional telah mencapai tahap penting. Hal ini mengingat

setiap perjanjian yang dihasilkan menjadi suatu sumber hukum internasional yang

mempunyai kekuatan mengikat. Pada dasarnya, Konvensi ini menganut konsep-

konsep yang sama dianut oleh konvensi induk (the Vienna Covention on the Law

of Treaties1969). Perbedaannya terletak pada subyek pembuat Perjanjian

internasional ini. Pada konvensi induk, subyeknya adalah antar negara saja,

sedangkan Konvensi ini memungkinkan bagi Organisasi Internasional untuk dapat

menjadi subyek hukum Dalam Konvensi ini, terdapat annex yang membahas

mengenai penyelesaian sengketa melalui arbitrase dan konsiliasi. Mekanisme

penyelesaian sengketa yang digunakan dalam Konvensi ini, sama dengan

mekanisme yang terdapat pada Konvensi induk.31

Dalam pembukaan Konvensi ini, dikatakan bahwa Konvensi dibentuk

dengan adanya kesadaran akan peran penting perjanjian internasional dalam

sejarah hubungan internasional, mengingat perjanjian internasional sebagai

sumber hukum utama dalam hukum internasional, dan disadari pula perlunya

melakukan kodifikasi hukum internasional, serta kemajuan yang diperlukan dalam

pengembangan hukum internasional dalam rangka mencapai tujuan Perserikatan


30
I.M Sinclair, The Vienna Convention On The Law of Treaties, ed I, (London:
University of Manchester Press), hal 7.
31
http://www.un.org/law/ilc/texts/trbtstat.htm (diakses pada tanggal 15 juli 2019)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Bangsa Bangsa, termasuk disadari pula perlunya peran nyata organisasi

internasional, sebagai subyek hukum internasional yang memiliki kapasitas

membuat suatu perjanjian dalam rangka menjalankan fungsinya, maka pada 21

Maret 1986 dibuatlah Vienna The Law of Treaties Between States and

International Organization or Between International Organization (Konvensi).

Konvensi ini dibuka untuk penandatanganan sejak 31 Desember 1986 hingga 30

Juni 1987 di Kementriam Luar Negeri Austria.

2. Konvensi Wina 1975

Konvensi ini terdiri dari 92 pasal dan ditandatangani sejak 14 Maret 1975

s.d 30 April 1975 di Kementrian Luar Negeri Austria, kemudian diperpanjang

sampai dengan 30 Maret 1976 di PBB New York. Konvensi ini menjelaskan

tentang hubungan antara perwakilan negara-negara dengan organisasi

internasional. Konvensi ini memiliki beberapa bagian, yaitu pada bagian pertama

tentang pendahuluan, diantaranya tentang penjelasan istilah-istilah yang ada

dalam konvensi, pembahasan ruang lingkup konvensi, hubungan antara konvensi

dengan peraturan-peraturan yang relevan dari organisasi internasional atau

konferensi, dan hubungan konvensi dengan perjanjian internasional lainnya.

Sedangkan pada bagian dua tentang misi ke organisasi internasional, diantaranya

pembentukan misi, fungsi misi permanen, fungsi pengamat misi permanen, dan

akreditasi ganda atau penunjukan. Bagian ketiga tentang pengaturan delegasi di

organisasi dan konferensi, diantaranya pengiriman delegasi, pengangkatan

anggota delegasi, tugas delegasi. Pada bagian empat membahas tentang delegasi

pengamat untuk organisasi dan konferensi, diantaranya pengiriman delegasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

pengamat dan ketentuan umum tentang delegasi pengamat. Pada bagian lima

tentang ketentuan umum, antara lain kewarganegaraan anggota misi, baik delegasi

atau delegasi pengamat, non-diskriminasi, perundingan, dan konsiliasi. Bagian

enam tentang ketentuan akhir, berisi antara lain penandatanganan, ratifikasi, dan

aksesi.32

Keterwakilan negara dalam hubungannya dengan Organisasi Internasional

yang bersifat universal. Konvensi ini dikenal sebagai konvensi wina 1975 yang

juga merupakan sumbangan yang penting bagi pengembangan kodifikasi hukum

diplomatik. Urgensi perumusan konvensi sebenarnya didorong oleh adanya situasi

dimana pertumbuhan organisasi internasional begitu cepat, baik jumlahnya

maupun lingkup masalah hukumnya yang timbul akibat hubungan negara dengan

organisasi internasional. Perumusan konvensi tersebut tidak seperti dalam

konvensi wina 1961 karena melibatkan tiga aspek subjek hukum, yaitu bukan

hanya organisasi internasional dan negara-negara anggotanya, melainkan juga

negara tuan rumah tempat markas besar organisasi itu berada. Situasi yang sangat

komplek seperti ini benar-benar memerlukan hak dan kewajiban dari para pihak

yang sangat adil dan memadai.

Dalam Konvensi Wina 1975 dijelaskan bahwa konferensi diadakan oleh

atau dibawah naungan suatu organisasi internasional seperti yang dituliskan pada

pasal 1 dan 2. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam konvensi ini adalah peraturan

yang relevan dan tidak mempengaruhi perjanjian internasional yang sudah berlaku

sebelumnya, antar negara atau antara negara dengan organisasi internasional yang

32
https:// konvensi-wina-1975.html (diakses pada tanggal 15 juli 2019)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

bersifat universal, serta perjanjian mengenai perwakilan negara, sesuai dengan isi

dari pasal 3 dan 4. Seorang perwakilan dari negara anggota berhak membuat misi

permanen dengan seizin organisasi internasional, fungsi dari misi-misi (tercantum

dalam pasal 6) tersebut antara lain:33

a. menjamin perwakilan dari Negara pengirim kepada Organisasi;

b. menjaga hubungan antara negara pengirim dan Organisasi;

c. bernegosiasi dengan dan di dalam Organisasi;

d. memastikan aktivitas dan melaporkan pada Negara pengirim;

e. memastikan partisipasi dari Negara pengirim dalam kegiatan Organisasi;

f. melindungi kepentingan Negara pengirim dalam kaitannya dengan

Organisasi;

g. mempromosikan realisasi tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip Organisasi

dengan bekerja sama dengan dan di dalam Organisasi.

Sedangkan untuk non-negara anggota berhak membuat pengamat misi

permanen jika mendapatkan izin dari organisasi dan sesuai dengan fungsi pada

pasal 7, yakni:

a. menjamin perwakilan dari Negara pengirim dan menjaga kepentingan

dalam kaitannya dengan Organisasi;

b. memastikan aktivitas dan melaporkannya pada negara pengirim;

c. mempromosikan kerjasama dengan Organisasi dan negosiasi.

33
Pasal 6 Konvensi Wina 1975: “Fungsi dan Misi Permanen”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

3. Konvensi Wina 1986

The Vienna Convention on the Law of Treaties between States and

International Organizations or between International Organizations of 1986;

atau Konvensi Wina tentang Traktat antara Negara dengan Organisasi

Internasional atau antara sesama Organisasi Internasional Tahun 1986,

merupakan salah satu instrumen hukum internasional yang penting bagi

masyarakat internasional. The Vienna Convention on the Law of Treaties between

States and International Organizations or between International Organizations

of 1986 (dalam tulisan ini selanjutnya disebut secara singkat: Konvensi Wina

tahun 1986) ini memiliki arti yang sangat penting bagi masyarakat internasional

terutama dikaitkan dengan pertimbangan berikut ini. Pertama, sebagai suatu

perjanjian internasional multilateral, Konvensi Wina Tahun 1986 ini memiliki

fungsi sebagai salah satu sumber hukum internasional modern. Sebagai sumber

hukum internasional, Konvensi Wina tahun 1986 ini akan diposisikan sebagai

instrumen hukum untuk melihat hak dan kewajiban subyek hukum internasional

internasional. Kedua, sebagai suatu instrumen hukum internasional yang secara

eksplisit mengakui posisi Organisasi Internasional dalam masyarakat hukum

internasional, Konvensi Wina tahun 1986 ini tampaknya telah memiliki

implikasi yang cukup signifikan dalam sistem hukum internasional modern.

The Vienna Convention on the Law of Treaties between States and

International Organizations or between International Organizations of 1986

dalam konteks kekinian sistem hukum internasional. Dengan

mempertimbangkan dua hal tersebut di atas maka ulasan ringkas ini akan di pilah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

ke dalam tiga bagian. Pertama, adalah mengenai materi pokok Konvensi Wina

tahun 1986. Bagian kedua; adalah berkaitan dengan beberapa hal penting sebagai

implikasi Konvensi Wina Tahun 1986 ini dalam sistem hukum internasional.

Bagian ketiga; merupakan penutup yang berisi simpulan pokok dari keseluruhan

ulasan ini.

Konvensi Wina Tahun 1986 ini berisi ketentuan-ketentuan yang berkaitan

dengan aturan (rules) dan tata-cara (procedures) pembuatan perjanjian

internasional atau traktat antara Negara dengan Negara, antara Negara dengan

Oganisasi Internasional dan antara sesama Organisasi Internasional. Pada

dasarnya Konvensi Wina 1986 ini merupakan instrumen hukum internasional

yang mengatur tentang perjanjian internasional. Konvensi Wina Tahun 1986 ini

dapat dikatakan sebagai pemberlakuan secara mutatis mutandis dari The Vienna

Convention to the law of Treaties of 1969 ( Konvensi Wina tentang Hukum

Perjanjian Internasional Tahun 1969) terhadap Organisasi Internasional.34

Secara keseluruhan Konvensi Wina Tahun 1986 ini terdiri dari 86

Pasal dan ditambah dengan Annex yang berisi tentang prosedur Arbitrasi dan

Konsiliasi. Materi yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan hukum dan tata-

cara atau prosedur tentang pembuatan perjanjian internasional antara Negara

dengan Negara, antara Negara dengan Oganisasi Internasional dan antara sesama

Organisasi Internasional dituangkan di dalam Pasal 1 sampai dengan Pasal 86

Konvensi. Sedangkan bagian Annex yang memuat tentang prosedur Arbitrasi

dan Konsiliasi pada hakikatnya merupakan penjabaran dari rumusan Pasal 66


34
Published in the Indonesian Journal of International Law, Vol. 3 No 4, June
2006.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Konvensi Wina Tahun 1986 yang mengatur tentang penyelesaian sengketa

yang timbul antara para pihak manakala terjadi perselisihan di antara mereka

mengenai perjanjian internasional yang telah disepakati.

Ketentuan hukum internasional yang secara khusus mengatur tentang

pembuatan dan berlakunya Perjanjian Internasional, reservasi, penapsiran

terhadap ketentuan dalam perjanjian internasional, akibat hukum bagi pihak

ketiga, amandemen dan modifikasi, tidak berlakunya perjanjian internasional,

penghentian dan penarikan diri, penyimpanan instrumen perjanjian internasional

dan penyelesaian senngketa, dituangkan pada Bagian I sampai dengan Bagian

VIII ( Pasal 1 sampai dengan Pasal 86 ) Konvensi Wina Tahun 1986.

Bagian I, yang merupakan Pendahuluan dari keseluruhan klausula

substantif dalam Konvensi Wina Tahun 1986 mengatur tentang ruang

lingkup konvensi, penggunaan terminologi (istilah) dalm instrumen hukum ini,

penerjanjian internasional yang dibuat di luar konteks Konvensi Wina tahun

1986, prinsip non-retroaktif berlakunya Konvensi Wina Tahun 1986 , serta

pembuatan perjanjian internasional dalam lingkup organisasi internasional.

Bagian II, Konvensi Wina Tahun 1986 berkaitan dengan klausula mengenai

pembuatan dan berlakunya suatu perjanjian internasional. Bagian in terdiri dari

tiga seksi. Secara keseluruhan ketiga seksi dalam Bagian II ini, mengatur hal-hal

yang berkaitan dengan Penutupan Perjanjian Internasional, Reservasi, dan

Pemberlakuan serta Aplikasi Perjanjian Internasional.

Bagian III, Konvensi Wina Tahun 1986, yang terdiri dari empat seksi berisi

ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang pentaatan, aplikasi dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

interpretasi Perjanjian Internasional, serta implikasi berlakunya Perjanjian

Internasional bagi pihak ketiga baik Negara maupun Organisasi Internasional.

Bagian IV, Konvensi Wina Tahun 1986, merumuskan aturan hukum dan prosedur

yang relevan dengan amandemen dan modifikasi Perjanjian Internasional jika

para pihak menghendaki.

Bagian V, Konvensi Wina Tahun 1986, merupakan bagian yang terdiri dari lima

seksi. Kelima seksi dalam Bagian IV ini berisi klausula yang berkaitan

dengan : ketidak-sahihan (invalidity) suatu Perjanjian Internasional, serta

alasan untuk menyatakan ketidak-sahihan ( invalidity) Perjanjian Internasional

tersebut, penghentian dan penundaan berlakunya Perjanjian Internasional,

prosedur yang harus ditaati untuk melakukan pembatalan, penghentian maupun

penundaan Perjanjian Internasional, serta konsekuensi hukum dari tindakan

pembatalan, penghentian maupun penundaan Perjanjian Internasional tersebut.

Bagian VI, Konvensi Wina Tahun 1986, memuat aneka ketentuan hukum

(Miscellaneous Provisions) yang relevan dengan eksistensi Konvensi ini. Dalam

hal ini Miscellaneous Provisions tersebut berkaitan dengan, hubungan antara

Konvensi Wina Tahun 1986 dengan keberadaan Konvensi Wina Tahun 1969

tentang Hukum Perjanjian Internasional, ketiadaan hubungan diplomatik dan

konsuler di antara para pihak dalam suatu Perjanjian Internasional, serta adanya

kasus agresi oleh suatu Negara.

Bagian VII, Konvensi Wina Tahun 1986, merupakan bagian yang memuat

tentang klausula hukum menngenai Penyimpanan, Pemberitahuan (Notifikasi) dan

Komunikasi yang diperlukan berkaitan dengan disepakatinya suatu Perjanjian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Internasional, serta Pendaptaran dan Publikasi Perjanjian Internasional oleh

Sekretariat PBB.

Bagian VIII, Konvensi Wina Tahun 1986, yang merupakan bagian penutup

dari keseluruhan Instrumen Hukum Internasional ini, merupakan bagian yang

berisi klausula yang mengatur masalah formalisasi Konvensi ini. Bagian ini

memuat hal-hal yang berkaitan dengan prosedur formalisasi Konvensi Wina

Tahun 1986 sebagai hasil dari suatu Konferensi Diplomatik Internasional

multilateral, yakni Penandatanganan Konvensi , Ratifikasi, Aksesi,

Pemberlakuan Konvensi dan Autentikasi.35

Lahirnya Konvensi Wina Tahun 1986, telah memberikan konfirmasi

tentang posisi Organisasi Internasional sebagai subyek hukum dalam sistem

hukum internasional. Konvensi ini secara tegas mengakui kapasitas organisasi

Internasional untuk membuat perjanjian internasional vis a vis subyek hukum

internasional yang lain. Konvensi Wina Tahun 1986 telah melembagakan

kedudukan organisasi internasional sebagai subyek yang memiliki kapasitas

untuk membuat perjanjian internasional. Dengan demikian kapasitas Organisasi

Internasional sebagai salah satu subyek hukum internasional tidak diragukan

lagi.

35
Published in the Indonesian Journal of International Law, Vol. 3 No 4, June
2006.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

BAB III

PERANAN ORGANIZATION OF PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES

(OPEC) SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MENJAGA

KESTABILAN HARGA MINYAK DI PASAR INTERNASIONAL

A. OPEC Sebagai Penyuplai Bahan Bakar Minyak Dunia

Semenjak OPEC dibentuk pada tahun 1960, organisasi yang

beranggotakan 11 negara ini (Algeria, Arab Saudi, Indonesia, Iran, Irak, Kuwait,

Libya, Nigeria, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Venezuela) telah dipersalahkan atas

sejumlah kejadian, terutama krisis energi pada tahun 1970an yang puncaknya

pada tahun 1973-1974 terjadi peningkatan empat kali lipat harga minyak dunia

yang menurut banyak pihak disebabkan oleh perilaku kolusif dari para anggota

OPEC. Setelah tahun 1982, OPEC menerapkan rasio output bagi para anggotanya

dan bersikap sebagaimana perilaku kartel pada umumnya meskipun tanpa ada

perlengkapan untuk deteksi maupun hukuman. Mulai tahun 1982, produksi OPEC

disebut dengan era rasio output (Gulen, 1996). Dari tahun 1982 sampai tahun

1985 OPEC berusaha mengatur kuota produksi yang cukup rendah untuk

menstabilkan harga. Usaha-usaha ini mengalami kegagalan yang berulang terus

karena banyak anggota OPEC berproduksi di luar kuota yang telah ditetapkan.

Terbatasnya penawaran minyak bumi dapat mempengaruhi stabilitas dan

fluktuasi harga minyak bumi dunia yang membahayakan. Terbatasnya penawaran

atas minyak bumi sangat terkait dengan besarnya kapasitas produksi. Disisi lain,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

keterbatasan produksi sangat bergantung dengan besarnya ketersediaan cadangan

minyak bumi.

Sebagai catatan bahwa hampir 75% cadangan minyak bumi berada di

negara-negara angota OPEC. OPEC yang mensuplai minyak bumi hampir 42%

dari total produksi minyak bumi dunia memiliki kekuatan dan pengaruh yang

kuat.

Hampir selama periode ini Arab Saudi berperan sebagai produsen

penyeimbang (swing producer) yang memotong produksi dalam negerinya untuk

menahan kejatuhan harga. Pada Agustus 1985, Arab Saudi tidak mau berperan

sebagai penyeimbang lagi. Mereka akhirnya menetapkan harga minyak mereka

pada harga pasar minyak mentah dan pada awal 1986 meningkatkan produksi dari

2 juta barel per hari menjadi 5 juta barel per hari. Harga minyak mentah jatuh

pada kisaran $10 per barel pada pertengahan 1986 walaupun pada akhir tahun

1986 sempat berada pada kisaran $14. Secara umum, pada tahun 1985-1986 harga

minyak jatuh dari sekitar $28 menjadi di bawah $12 per barel (harga nominal).

Dari tahun 1980 sampai 1986 produksi Non-OPEC meningkat menjadi 10 juta

barel per hari. Pada tahun-tahun tersebut, OPEC dihadapkan pada permintaan

yang rendah dan suplai yang tinggi dari luar organisasi.

Harga kembali pada kisaran $17 sampai $19 per barel pada tahun 1987

dan kembali melonjak pada harga $30 setelah invasi Irak ke Kuwait. Pada akhir

tahun 1993 harga kembali jatuh pada kisaran di bawah $15 per barel meskipun

ada pertemuan maraton OPEC. Ketika terjadi krisis ekonomi di Asia pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

pertengahan tahun 1997, harga berkisar pada $17 dan turun tajam pada akhir

tahun 1998 yang sempat menembus angka di bawah $10 per barel.

Harga sempat kembali meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun

2000 pada kisaran $30 pada harga nominal. Namun akibat serangan teroris pada

bulan September 2001, perekonomian dunia melemah sehingga menyebabkan

harga minyak sempat turun pada kisaran $16 pada akhir tahun 2001. Pada tahun

2002, harga mengalami kecenderungan meningkat dan harga tertinggi yang

pernah tercatat adalah pada harga $58,79 harga nominal per barel pada September

2005. Namun bila harga-harga pada periode 1974-2005 dideflasikan, maka harga

tertinggi nominal ini masih dianggap rendah bila dibandingkan dengan harga pada

bulan Februari 1981 yang bila dideflasikan mencapai harga $73,98.

B. Kuota Produksi Minyak OPEC dan Kaitannya dengan Pasar Minyak

Dunia

Kuota produksi minyak OPEC adalah penentuan dari jumlah keseluruhan

minyak yang akan diproduksi oleh semua negara anggota OPEC yang nantinya

akan diperjualbelikan di pasar minyak dunia, adapun regulasi yang dilakukan

oleh OPEC, Untuk mencapai tujuannya seperti dengan menetapkan suatu

keputusan menaikkan jumlah produksi minyak (kuota) dari negara-negara

anggota dalam suatu kuota yang ditentukan dalam konferensi. Jumlah kuota

disesuaikan dengan kebutuhan pasar minyak dunia dan permintaan dari negara-

negara konsumen, setiap negara mempunyai kuota produksinya sendirisendiri

sesuai dengan kemampuan negara tersebut dalam memproduksi minyak. Kuota ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

akan naik atau turun dengan tujuan untuk menstabilkan harga minyak dunia di

pasar minyak dunia.

Apabila harga minyak naik terlalu tinggi, maka kuota produksi minyak

OPEC akan ditingkatkan supaya persediaan minyak dapat terpenuhi sehingga

tidak terjadi kelangkaan yang akan menyebabkan harga minyak dunia naik.

Sedangkan apabila harga minyak turun, maka OPEC akan menurunkan kuota

produksi minyaknya. Dalam tabel ini pula kita bisa lihat bahwa Irak mempunyai

masalah dalam produksi minyak, karena adanya invasi AS terhadap Irak yang

mengganggu kestabilan negara begitu juga dengan produksi minyaknya. Hingga

menjelang tahun 2008 harga minyak mengalami kenaikan pada kisaran USD 90-

100 per barel dikarenakan adanya perkembangan ekonomi dan penduduk, adanya

dominasi dollar Amerika dan permasalahan lainnya seperti Irak yang membuat

OPEC meregulasi produksi minyak dari anggotanya.

OPEC mengeluarkan regulasinya pada pertemuan ke 149 di Wina Austria

pada bulan Maret 2008 yang menghasilkan kuota untuk bulan Mei 2008 sebagai

strateginya dalam mencapai kestabilan harga minyak dunia dengan berbagai

pertimbangan dari anggotanya. Mekanisme dikeluarkannya regulasi produksi

OPEC adalah wakil dari negara-negara anggota OPEC (Kepala Delegasi)

melakukan pertemuan dalam Konferensi OPEC untuk mengkoordinasi dan

menyatukan kebijakan-kebijakan minyak mereka, dengan tujuan untuk

memajukan kestabilan dan harmonisasi di pasar minyak dunia. Mereka didukung

dalam hal ini oleh Sekretariat OPEC, diarahkan oleh Gubernur Dewan Pengurus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

dan dijalankan oleh Sekretaris Jenderal, dan berbagai badan lainnya, termasuk

Dewan Komisi Ekonomi, dan SubKomite Pemonitoran Kementerian.

Dalam konferensi ini, para negara anggota mempertimbangkan situasi

pasar minyak saat ini dan memperkirakan pokok-pokok pasar, seperti nilai

pertumbuhan ekonomi, permintaan akan minyak dunia dan ketersediaan minyak

di pasar dunia. Lalu mereka mempertimbangkan bila akan dilakukan perubahan

dalam jumlah kuota minyak yang akan diproduksi, jika ada, mereka akan

melakukan melakukan perubahan kuota produksi, apakah dinaikan atau

diturunkan tergantung penyesuaiannya terhadap kestabilan harga minyak dunia di

pasar minyak dunia. Konferensi OPEC ini dilaksanakan setiap dua tahun sekali

pada bulan Maret dan September dan juga ada Pertemuan Luar Biasa atau extra-

ordinary yang diadakan kapan saja apabila diperlukan.

Dengan adanya penetapan jumlah kuota bagi Negara anggota maka

Negara-negara non-OPEC seperti Rusia, Brasil, Kazakhstan dan Mexico ikut

mendukung penetapan penambahan atau pengurangan kuota tersebut dan Negara

non-OPEC hanya menambahkan sekitar 4-9 persen dari masing-masing Negara

sesuai dengan kemampuan produksinya, dari 40 persen kebutuhan dunia dari

produksi minyaknya sebagai langkah antisipatif dari penambahan kuota negara-

negara OPEC.

Anggaran dasar OPEC mengharuskan OPEC untuk membentuk kestabilan

dan harmonisasi di pasar minyak untuk keuntungan bagi produsen dan konsumen

minyak. Pada bagian ini negara-negara anggota OPEC merespon keinginan pasar

dengan mengkoordinasikan kebijakan-kebijakan minyak mereka. kuota dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

produksi minyak kepada negara-negara anggotanya adalah suatu respon terhadap

kebutuhan pasar.

Jika permintaan meningkat atau beberapa produsen memiliki persediaan

yang kurang. OPEC bisa meningkatkan produksi minyaknya untuk mencegah

peningkatan tiba-tiba harga minyak atau ketiadaan persediaan minyak dunia yang

kritis. OPEC juga mungkin menurunkan produksi minyak sebagai respon terhadap

kondisi pasar, sebagai pencegahan penurunan harga atau pelimpahan jumlah

persediaan minyak dunia.

Semua itu dilakukan dengan pembentukan kelompok produksi platform

baru atau memperbaiki yang sudah ada. Platform ini dibagi menjadi kuota negara

anggota masing-masing, yang disetujui oleh konferensi. Ketika OPEC membuat

kesepakatan produksi, ada harapan bahwa produsen non-OPEC akan dengan aktif

mendukung pembagian produksi minyak dunia yang akan menjamin keputusan-

keputusan OPEC lebih efektif dan lebih bermanfaat bagi semua pihak. Pengaruh

dari keputusan-keputusan yang dikeluarkan OPEC dalam harga minyak mentah

dunia harus dipertimbangkan terpisah dari isu-isu perubahan dalam hargaharga

produk minyak, seperti bensin dan minyak jadi lainnya

Kepentingan-kepentingan ekonomi negara-negara anggota OPEC sering

mempengaruhi politik internal dibalik kuota produksi OPEC. Berbagai negara

anggota telah mendorong untuk mengurangi produksi minyak untuk

meningkatkan harga minyak dan juga keuntungan mereka. Keinginan ini

berbenturan dengan strategi jangka panjang Arab Saudi untuk menjadi partner

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

dengan kekuatan ekonomi dunia untuk memastikan arus yang tetap dari minyak

yang akan mendukung pengembangan ekonomi.

Bagian dari dasar dari kebijakan ini adalah perhatian Arab Saudi bahwa

minyak yang mahal atau persediaan minyak yang tidak menentu akan mendorong

negara-negara maju untuk menghemat energi dan mengembangkan energi

alternatif. Perdebatan produksi minyak pernah terjadi pada pertemuan yang 150

tanggal 10 September 2008 yang sebelumnya menggelar pertemuan Extra-

ordiornary pada bulan Mei 2008 di Wina Austria, Ketika Arab Saudi dilaporkan

keluar dari negosiasi OPEC ketika pertemuan memilih untuk menurunkan

produksi minyak dengan melakukan penambahan kuota. Hal itu terjadi dikarena

apabila harga dari minyak dunia terlalu rendah Negara yang mempunyai minyak

tidak mendapat keuntungan yang sesuai dan apabila terlalu tinggi akan

membebani anggaran suatu Negara, pada saat itulah ketika regulasi OPEC pada

bulan September yang menghasilkan penurunan harga minyak dunia (OPEC

2008).

Pasar minyak dunia adalah pasar di mana minyak dunia diperjualbelikan

secara langsung atau tidak langsung, di pasar ini mempertemukan produsen dan

konsumen minyak dunia. Produsen minyak dunia dibagi dua yaitu negaranegara

anggota OPEC dan Negaranegara penghasil minyak non-OPEC. Sedangkan

konsumen adalah hampir semua negara yang membutuhkan minyak dunia dari

negara maju, berkembang hingga negara-negara yang tergolong miskin, walaupun

negaranegara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa merupakan konsumen

terbesar dari minyak dunia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Negara-negara penting penghasil minyak bukan OPEC antara lain: Rusia,

Brasil, Kazakhstan dan Mexico. Rusia adalah produsen nomor dua setelah Arab

Saudi. Mereka kini menyumbang 40 persen lebih dari kebutuhan dunia, dan

cadangannya hanya 22 persen dari dunia. Negara-negara anggota OPEC

mempunyai sekitar 78 persen dari keseluruhan cadangan minyak dunia sedangkan

negara-negara Non-OPEC mempunyai hampir sekitar 22 persen dari keseluruhan

cadangan minyak dunia. Untuk produksi minyak dunia negara anggota OPEC

memproduksi sekitar 60 persen dari total produksi minyak mentah dunia dan

menguasai sekitar 55 persen perdagangan minyak mentah dunia.36

Di zaman yang semakin maju ini, minyak menjadi kebutuhan yang sangat

penting bagi masyarakat, karena teknologi-teknologi yang memudahkan

kebutuhan dan kepentingan masyarakat memerlukan bahan bakar, dan bahan

bakar yang sering dipakai adalah minyak, sehingga minyak menjadi barang yang

merupakan konsumsi penting bagi dunia, khususnya dinegaranegara maju yang

sudah menjadikan industri sebagai sektor ekonominya seperti AS dan negara-

negara Eropa. Sehingga minyak menjadi produk yang diperjualbelikan di dunia,

karena tidak semua negara mampu untuk memproduksi minyak, maka terciptalah

pasar minyak dunia, di mana minyak dunia diperjualbelikan. OPEC mendukung

kebijaksanaan tentang lingkungan di setiap negara untuk menciptakan lingkungan

yang bebas polusi. Negara anggota G7 (negara-negara maju seperti AS, Inggris,

36
Kusuma 2006, hal.9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Jerman, Cina, Perancis, Canada dan Italia) mengenakan pajak atas minyak mentah

sehingga harga minyak jauh lebih mahal dari harga yang telah ditetapkan OPEC.

Hal ini membuat OPEC cemas karena terjadi diskriminasi pajak minyak.

Secara tidak langsung, negara non-OPEC diuntungkan oleh sistem pengendalian

produksi OPEC. Dibuktikan dengan terus meningkatnya produksi minyak mentah

negara Non-OPEC.37

C. Peranan OPEC sebagai Organisasi Internasional yang Berfungsi

Menstabilkan Harga Minyak Dunia

Kebijakan yang diberlakukan oleh Organisasi OPEC mempunyai fungsi

untuk menstabilkan harga minyak dunia bagi negara-negara yang menjadi

angggotanya sekaligus sebagai penyuplai sebagian besar bahan bakar minyak

yang ada. Pada awalnya, Didirikannya OPEC pada 14 September 1960 pada

Konferensi Baghdad, awalnya terdiri dari lima negara. Anggota OPEC

sesungguhnya adalah kartel yang tujuannya untuk menyepakati jumlah dan harga

minyak yang diekspor negara produsen.

OPEC berusaha membuat kebijakan atau regulasi produksi minyak yang

berdampak pada harga minyak, terutama dengan mengeluarkan kebijakan atau

meregulasikan kuota bagi para anggotanya. Negara anggota OPEC memiliki

sekitar 2/3 cadangan minyak dunia. OPEC benar-benar telah memiliki daya tawar

yang tinggi, semenjak minyak menjadi jantung industri negara-negara maju. Pada

tahun 2004, berdasarkan hitungan Departemen Informasi Energi Federal

Amerika Serikat, negara anggota OPEC menerima $338 milyar dari ekspor

37
Ibid, hal.10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

minyaknya, meningkat 42% dari tahun sebelumnya. Bandingkan dengan

penerimaan negara pengekspor minyak tersebut pada tahun 1972 yang hanya $23

milyar atau pada tahun 1977 pasca krisis energi 1973, mereka hanya meraih

$140. Kebijakan OPEC berpengaruh besar pada harga minyak internasional.

Sebagai contoh, dalam krisis energi 1973, OPEC menolak untuk memberikan

minyaknya pada negara Barat yang mendukung Israel.

Penolakan ini mengakibatkan harga minyak naik empat kali lipat selama

lima bulan. Negara anggota OPEC kemudian sepakat pada awal 1975 untuk

menaikkan harga minyak mentah 10%. Pada saat itu, negara anggota OPEC,

termasuk negara-negara yang baru menasionalisasikan industri minyaknya,

bergabung dengan seruan untuk tata ekonomi internasional baru. Dimana OPEC

menjanjikan pada KTT pertamanya di Aljazair akan menstabilkan harga

minyaknya, dan harga komoditas lainnya secara adil, yang berkompensasi pada

program pangan dan agrikultur, transfer teknologi Utara ke Selatan, dan

demokratisasi sistem ekonomi.38

Dengan janji itu maka OPEC akan berusaha untuk menstabilkan harga

minyak dunia dengan meregulasi kuota produksi bagi para anggota-anggotanya

dan pada Tahun 2000-an Mekanisme harga minyak OPEC yang inovatif

membantu memperkuat dan menstabilkan harga minyak mentah pada awal

dekade. Tetapi kombinasi dari kekuatan pasar, spekulasi dan faktor lain yang

mengubah situasi di 2004, menaikkan harga dan meningkatkan volatilitas di

pasar minyak mentah yang disediakan dengan baik.

38
https://www.opec.org/opec_web/en/about_us/24.htm (diakses pada 8 september 2019)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

BAB IV

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN ORGANIZATION OF PETROLEUM

EXPORTING COUNTRIES (OPEC) DALAM PRODUKSI MINYAK

ANGGOTANYA SEBAGAI NEGARA EKSPORTIR MINYAK

A. Kuota Produksi Minyak anggota OPEC Sebagai Negara Eksportir

Minyak

Untuk mencapai tujuannya seperti dengan menetapkan suatu keputusan

menaikan jumlah produksi minyak (Kuota) dari Negara-negara anggota dalam

suatu kuota yang ditentukan dalam konferensi. Jumlah kuota disesuaikan dengan

kebutuhan pasar minyak dunia dan permintaan dari Negara negara konsumen

setiap Negara anggota OPEC mempunyai kuota produksinya sendiri-sendiri

sesuai dengan kemampuan negara tersebut dalam memproduksi minyak.

Produksi minyak OPEC adalah penentuan dari jumlah keseluruhan

minyak yang akan diproduksi oleh semua negara anggota OPEC yang nantinya

akan diperjual belikan di pasar minyak dunia, adapun regulasi yang dilakukan

oleh OPEC.

Pada dasarnya kuota yang diberlakukan oleh OPEC kepada Negara-

negara anggotanya merupakan suatu tujuan untuk menstabilkan harga minyak

dunia di pasar minyak dunia. Apabila harga minyak naik terlalu tinggi, maka

kuota produksi minyak OPEC akan ditingkatkan supaya persediaan minyak dapat

terpenuhi sehingga terhindar dari kelangkaan yang akan menyebabkan harga

minyak dunia naik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

Kuota Produksi OPEC (dalam ribu/barel) per harinya

Negara Kuota Produksi Kapasitas


(Maret 2007) (Maret 2007)

Aljazair 894 1,360 1,430

Angola 1,900 1,700 1,700

Ekuador 520 500 500

Iran 4,110 3,700 3,750

Irak 1,481

Kuwait 2,247 2,500 2,600

Libya 1,500 1,650 1,700

Nigeria 2,306 2,250 2,250

Qatar 726 810 850

Arab Saudi 10,099 8,800 10,500

UEA 2,444 2,500 2,600

Venezuela 3,225 2,340 2,450

Total 31,422 30,451 32,230

Sumber : http://www.opec.org/pressrelease.html

Tabel diatas memperlihatkan kuota yang diberlakukan oleh OPEC kepada

Negara-negara anggotanya pada bulan Januari tahun 2007. Produksi minyak

Negara-negara OPEC pada tahun 2007 dan kapasitas atau kemampuan tiap

Negara dalam memproduksi minyak per harinya.39

39
http://www.opec.org/pressrelease.html.(diakses tanggal 20 juli 2019)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Mekanisme dikeluarkannya regulasi produksi OPEC adalah wakil dari

negara-negara anggota OPEC (Kepala Delegasi) melakukan pertemuan dalam

Konferensi OPEC untuk mengkoordinasi dan menyatukan kebijakan-kebijakan

minyak mereka, dengan tujuan untuk memajukan kestabilan dan harmonisasi di

pasar minyak dunia.

Mereka didukung dalam hal ini oleh Sekretariat OPEC, diarahkan oleh

Gubernur Dewan Pengurus dan dijalankan oleh Sekretaris Jenderal, dan berbagai

badan lainnya, termasuk Dewan Komisi Ekonomi, dan Sub-Komite Pemonitoran

Kementerian. Dalam konferensi ini, para negara anggota mempertimbangkan

situasi pasar minyak saat ini dan memperkirakan pokok-pokok pasar, seperti nilai

pertumbuhan ekonomi, permintaan akan minyak dunia dan ketersediaan minyak

di pasar dunia. Lalu mereka mempertimbangkan bila akan dilakukan perubahan

dalam jumlah kuota minyak yang akan diproduksi, jika ada, mereka akan

melakukan melakukan perubahan kuota produksi, apakah dinaikan atau

diturunkan tergantung penyesuaiannya terhadap kestabilan harga minyak dunia di

pasar minyak dunia. Konferensi OPEC ini dilaksanakan setiap dua tahun sekali

pada bulan Maret dan September dan juga ada Pertemuan Luar Biasa atau

extraordinary yang diadakan kapan saja apabila diperlukan.

Dengan adanya penetapan jumlah kuota bagi Negara anggota maka

Negara-negara non-OPEC seperti Rusia, Brasil, Kazakhstan dan Mexico ikut

mendukung penetapan penambahan atau pengurangan kuota tersebut dan Negara

non-OPEC hanya menambahkan sekitar 4-9% dari masing-masing Negara sesuai

dengan kemampuan produksinya, dari 40% kebutuhan dunia dari produksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

minyaknya sebagai langkah antisifatif dari penambahan kuota Negara-negara

OPEC. Anggaran dasar OPEC mengharuskan OPEC untuk membentuk

kestabilan dan harmonisasi di pasar minyak untuk keuntungan bagi produsen dan

konsumen minyak. Pada bagian ini negara-negara anggota OPEC merespon

keinginan pasar dengan mengkoordinasikan kebijakan-kebijakan minyak mereka.

Kuota dari produksi minyak kepada negara-negara anggotanya adalah

suatu respon terhadap kebutuhan pasar. Jika permintaan meningkat atau beberapa

produsen memiliki persediaan yang kurang. OPEC bisa meningkatkan produksi

minyaknya untuk mencegah peningkatan tiba-tiba harga minyak atau ketiadaan

persediaan minyak dunia yang kritis. OPEC juga mungkin menurunkan produksi

minyak sebagai respon terhadap kondisi pasar, sebagai pencegahan penurunan

harga atau pelimpahan jumlah persediaan minyak dunia.

Semua itu dilakukan dengan pembentukan kelompok produksi plafon

baru atau memperbaiki yang sudah ada. Plafon ini dibagi menjadi kuota negara

anggota masing-masing, yang disetujui oleh konferensi. Ketika OPEC membuat

kesepakatan produksi, ada harapan bahwa produsen non-OPEC akan dengan aktif

mendukung pembagian produksi minyak dunia yang akan menjamin

keputusankeputusan OPEC lebih efektif dan lebih bermanfaat bagi semua pihak.

Pengaruh dari keputusan-keputusan yang dikeluarkan OPEC dalam harga minyak

mentah dunia harus dipertimbangkan terpisah dari isu-isu perubahan dalam

harga-harga produk minyak, seperti bensin dan minyak jadi lainnya

Kepentingan-kepentingan ekonomi negara-negara anggota OPEC sering

mempengaruhi politik internal dibalik kuota produksi OPEC. Berbagai negara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

anggota telah mendorong untuk mengurangi produksi minyak untuk

meningkatkan harga minyak dan juga keuntungan mereka. Keinginan ini

berbenturan dengan strategi jangka panjang Arab Saudi untuk menjadi partner

dengan kekuatan ekonomi dunia untuk memastikan arus yang tetap dari minyak

yang akan mendukung pengembangan ekonomi.

Bagian dari dasar dari kebijakan ini adalah perhatian Arab Saudi bahwa

minyak yang mahal atau persediaan minyak yang tidak menentu akan mendorong

negara-negara maju untuk menghemat energi dan mengembangkan energi

alternatif. Perdebatan produksi minyak pernah terjadi pada pertemuan yang 150

tanggal 10 September 2008 yang sebelumnya menggelar pertemuan

Extradiornary pada bulan Mei 2008 di Wina Austria, Ketika Arab Saudi

dilaporkan keluar dari negosiasi OPEC ketika pertemuan memilih untuk

menurunkan produksi minyak dengan melakukan penambahan kuota. Hal itu

terjadi dikarena apabila harga dari minyak dunia terlalu rendah Negara yang

mempunyai minyak tidak mendapat keuntungan yang sesuai dan apabila terlalu

tinggi akan membebani anggaran suatu Negara, pada saat itulah ketika regulasi

OPEC pada bulan September yang menghasilkan penurunan harga minyak dunia.

B. Kebijakan-Kebijakan OPEC dalam Kuota Produksi Minyak

Anggotanya

1. Kebijakan penurunan produksi minyak anggota OPEC Tahun 2008

Pada tahun 2008, Harga minyak mentah bereaksi terhadap permintaan

dan penawaran minyak dunia untuk jangka pendek dan tingkat investasi untuk

jangka yang lebih panjang. Permintaan akan minyak, sama seperti permintaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

akan energi pada umumnya, berhubungan erat dengan tingkat pertumbuhan

ekonomi dan pertumbuhan penduduk maka kebutuhan akan minyak suatu Negara

miningkat.

Pada saat ekonomi tumbuh, maka lebih banyak energi yang dikonsumsi, baik

untuk proses produksi dan distribusi hasil produksi kepada konsumen, maupun

meningkatnya konsumsi oleh sektor rumah tangga seiring dengan meningkatnya

jumlah kepemilikan kendaraan bermotor. Meningkatnya permintaan akan

mengakibatkan naiknya harga minyak.

Maka dengan adanya faktor atau fenomena tersebut di atas diperlukan suatu

aturan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mengoptimalkan energi maka

peran OPEC muncul disini dengan membuat kebijakan atau meregulasikan

produksi minyaknya untuk memenuhi kebutuhan itu. Selain itu, saat ekonomi

disuatu Negara mengalami penurunan permintaan akan minyak dan energi

lainnya cenderung menurun, sehingga harga minyakpun ikut turun.

Kenaikan Harga minyak mengalami kenaikan paling parah di Indikatorkan

pada bulan Juli tahun 2008 menyebabkan desakan dari pihak internasional

kepada OPEC untuk menaikan jumlah produksinya. Hal ini berpengaruh kepada

penurunan harga minyak dunia pada bulan Juli 2008

Setelah harga minyak dunia turun terus menerus yang diawali pada bulan

Juli, dirasakan tidak menguntungkan karena dapat menyebabkan kerugian bagi

Negara-negara anggota OPEC. Untuk itu OPEC berupaya dengan menstabilkan

harga supaya berada pada kisaran USD 70-90 perbarel maka pada Konferensi

OPEC yang ke 150 pada 28 Oktober 2008 di Wina Austria menghasilkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

keputusan untuk menurunkan produksi minyaknya yang di mulai dengan

penurunan produksi minyak sebesar 1.5 juta barel

Kebijakan pemangkasan suplai OPEC mulai membuahkan hasil. Harga

minyak dunia mulai merangkak naik. Pada perdagangan New York Mercantile

Exchange, jenis light sweet crude untuk pengiriman Desember naik USD2,80 ke

USD63,84 per barel. Minyak jenis brent north sea juga menguat USD2,72

menjadi USD60,07 per barel. Presiden OPEC Chakib Khelil mengindikasi, dalam

beberapa pekan akan terjadi pemotongan produksi minyak jika harga minyak

masih rendah tujuannya supaya harga minyak di posisi USD70-90 per barel. Jika

harga minyak per barel tidak mencapai level ini, maka OPEC menyatakan

kemungkinan akan ada pemotongan produksi.

Langkah ini harus ada persetujuan dari semua negara anggota OPEC.

Seperti diketahui, OPEC mengumumkan pemangkasan produksi minyak hingga

1,5 juta barel pada pertemuan Oktober silam.

Tabel Pengurangan Produksi Minyak

Pengurangan(b/d)

Algeria 71,000
Angola 99,000
Ecuador 27,000
I. R. Iran 199,000
Kuwait 132,000
Libya 89,000
Nigeria 113,000
Qatar 43,000
Saudi Arabia 466,000
U.A.E 134,000
Venezuela 129,000
Total 1,500,000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Pemotongan itu bertujuan untuk menaikan harga minyak yang jatuh

perlahan-lahan setelah mencapai rekor tertinggi di posisi USD147 per barel pada

Juli 2008.

2. Kebijakan Kenaikan Produksi minyak Anggota OPEC Tahun 2008

Faktor-faktor yang menyebabkan dinaikannya kuota produksi OPEC sama

halnya pada faktor yang menyebabkan OPEC melakukan regulasi adalah

menyusul Perkembangan ekonomi dan perkembangan penduduk, karena dapat

membawa dampak bagi perekonomian di setiap negara baik dampak positif

maupun dampak negatif. Selain itu, perkembangan ekonomi dan pertumbuhan

penduduk juga berpengaruh pada anggaran pendapatan dan belanja pemerintah,

pemerintah disini merupakan salah satu pelaku ekonomi penting, dimana

faktorfaktor yang dapat membuat OPEC untuk menaikan kuota produksinya dari

permasalahan perekonomianya yaitu Permintaan Konsumen.

Berdasarkan hukum ekonomi, jika permintaan akan minyak meningkat

dan penawaran tetap, maka harga minyak akan naik. Sebaliknya jika permintaan

menurun dan penawaran tetap, maka harga minyak akan turun. Permintaan

konsumen terjadi apabila Negara-negara pengkonsumsi minyak telah mengalami

peningkatan akan kebutuhan minyak untuk memenuhi kebutuhannya, dimana

kelangkaan minyak terjadi karena pertumbuhan penduduk sehingga konsumen

meminta untuk menambah produksi minyak hingga kebutuhan akan minyak

terpenuhi.

Penawaran Produsen Berdasarkan hukum ekonomi, jika penawaran akan

minyak menurun sementara permintaan tetap, maka harga minyak akan naik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Sebaliknya jika penawaran akan minyak meningkat pada saat permintaan tetap,

maka harga minyak akan turun. Selanjutnya ketika negara pengkonsumsi minyak

menganggap bahwa kebutuhan akan minyak untuk dikonsumsi sama dengan

permintaan hingga akhirnya minyak akan habis akan membuat harga minyakpun

menjadi naik.

Melemahnya Nilai Mata Uang Dollar AS terhadap Euro selama 12 bulan

terakhir hingga mencapai 16% (2007) diilustrasikan sebagai pukulan telak

terhadap negara-negara OPEC. Mengingat nominasi perdagangan minyak dunia

dalam dollar, maka penurunan nilai mata uang dollar dengan sendirinya

mendorong perekonomian negara-negara eksportir minyak. Di satu sisi, harga

minyak memang mengalami lonjakan. Di lain sisi, terjadi pengurangan nilai

terhadap cadangan devisa negara-negara OPEC dalam denominasi dollar.

Realisme inilah yang kemudian mendorong munculnya usulan agar OPEC

sungguh-sungguh mempertimbangkan penggunaan mata uang lain di luar dollar

AS untuk transaksi.

Dalam konteks pembicaraan tentang ulah kaum spekulan, KTT

mengingatkan kembali penyikapan yang pernah dikedepankan OPEC sebelum

pelaksanaan KTT Riyadh. Per 1 November 2007, misalnya, OPEC yang

beranggotakan 12 negara itu telah menambah pasokan minyak di pasar dunia,

ternyata harga minyak terus melambung karena ditambah dengan adanya

pertumbuhan penduduk juga masalah perkembangan ekonomi, bahkan menjadi

begitu mencemaskan lantaran mendekati US$ 100 per barrel. Ekuilibrium

berlandaskan keseimbangan supply dan demand lalu menjadi tak relevan. Dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

keputusan penambahan pasokan terhitung sejak 1 November 2007 itu ditambah

masalah sebelumnya maka OPEC harus memproduksi lagi minyak dan menaikan

kuota produksi kepada Negara-negara anggotanya, maka OPEC dalam

konferensinya akan memutuskan untuk melakukan regulasi produksi minyak.

Kenaikan Kuota Produksi OPEC Bulan Juli perjuta barel Tahun 2008

Negara Juni 2008 Juli 2008

Saudi 8.62 9.55

Iran 3.85 4.02

Angola 1.64 1.85

Nigeria 2.49 1.97

Irak 2.20 2.41

Lainnya 11.68 12.97

Total 30.48 32.77

Sumber:http://www.apachecorp.com/explore/Browse_Archives/View_
Article.aspx?Article.ItemID=531

Dan akhirnya pada tahun 2008 dalam konferensinya OPEC menaikan

kuota produksi pada bulan Juli dengan melaksanakan pertemuan Extra-ordinary

atas permasalahan dari naiknya harga minyak dunia yang terus menerus,

Sehingga secara keseluruhan pasokan OPEC menjadi 32.77 juta barel per hari.40

Dengan kebijakan regulasi itu maka OPEC akan berusaha untuk

menstabilkan harga minyak dunia dengan meregulasi kuota produksi bagi para

anggota-anggotanya dan pada Tahun 2000-an Mekanisme harga minyak OPEC

40
http://www.apachecorp.com/explore/Browse_Archives/View_
Article.aspx?Article.ItemID=531( diakses pada tanggal 20 juli)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

yang inovatif membantu memperkuat dan menstabilkan harga minyak mentah

pada awal dekade. Tetapi kombinasi dari kekuatan pasar, spekulasi dan faktor

lain yang mengubah situasi di 2004, menaikkan harga dan meningkatkan

volatilitas di pasar minyak mentah yang disediakan dengan baik. Minyak

digunakan semakin sebagai kelas aset. Harga melonjak ke tingkat rekor di

pertengahan 2008, sebelum runtuh dalam kekacauan keuangan global yang

muncul dan resesi ekonomi. OPEC menjadi menonjol dalam mendukung sektor

minyak, sebagai bagian dari upaya global untuk mengatasi krisis ekonomi. KTT

kedua dan ketiga OPEC di Caracas dan Riyadh di 2000 dan 2007 membuat pasar

energi stabil, pembangunan berkelanjutan dan lingkungan sebagai tiga tema

membimbing, dan mengadopsi strategi jangka panjang yang komprehensif di

2005.

Pada tahun 2010 sampai sekarang, ekonomi global mewakili risiko utama

pasar minyak di awal dekade ini, karena ketidakpastian ekonomi makro global

dan risiko yang tinggi seputar sistem keuangan internasional yang ditimbang

pada perekonomian. Meningkatnya kerusuhan sosial di banyak belahan dunia

mempengaruhi baik Penawaran dan permintaan sepanjang paruh pertama dekade

ini, meskipun pasar tetap relatif seimbang. Harga stabil antara tahun 2011 sampai

pertengahan tahun 2014, sebelum kombinasi spekulasi dan kelebihan pasokan

menyebabkan mereka jatuh di 2014. Pola perdagangan terus bergeser, dengan

permintaan yang tumbuh lebih lanjut di negara Asia dan umumnya menyusut

dalam OECD. Dunia fokus pada masalah lingkungan multilateral mulai

mempertajam, dengan harapan untuk baru UN-LED perubahan iklim perjanjian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

OPEC terus mencari stabilitas di pasar, dan tampak untuk lebih meningkatkan

dialog dan kerjasama dengan konsumen, dan produsen non-OPEC.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

OPEC adalah Organisasi Negara - Negara pengekspor minyak. OPEC

dibentuk sebagai akibat jatuhnya harga minyak pada Perusahaan Raksasa.Pada

kenyataannya organisasi OPEC masih mempunyai berbagai masalah dari mulai

perbedaan kepentingan anggota serta pengaruh organisasi luar. Dengan melihat

permasalahan tersebut OPEC sebaiknya harus benar-benar memanagement

anggotanya serta mengatur persediaan akan sumber-sumber energi minyaknya

dengan sebaik-baiknya. Selain itu OPEC juga harus benar - benar bijaksana di

dalam menetapkan berbagai kebijakan tentang minyak dan bukan hanya mengejar

keuntungan semata. Oleh karena itu penguatan akan kewenangan fungsi OPEC

saat ini adalah suatu keharusan untuk bisa mengatur perekonomian global.

Berdasarkan uraian serta penjelasan pada bab-bab sebelumnya, penulis

dapat menarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan pokok pembahasan

serta sekaligus merupakan jawaban pada permasalahan yaitu:

1. Bahwa dalam perkembangan kestabilan harga minyak mentah di pasar dunia

di butuhkan sebuah lembaga yang dapat mengatur dan menyeimbangkan

harga minyak mentah dunia, maka dari itu dibentuk sebuah organisasi

internasional OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries)

dibuat pada Konferensi Baghdad pada September 10-14, 1960, oleh Iran,

Irak, Kuwait, Arab Saudi dan Venezuela, bertujuan untuk menkoordinasi

dan menyatukan kebijakan minyak bumi di antara negara anggota, dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

rangka untuk mengamankan harga yang adil dan stabil untuk produsen

minyak bumi; pasokan minyak bumi yang efisien, ekonomis dan teratur

untuk negara yang mengkonsumsi; dan pengembalian modal yang adil bagi

mereka yang berinvestasi dalam industri.

2. OPEC berupaya menstabilkan harga minyak dipasar internasional dan

menjamin kesinambungan pasokan minyak kepada Negara-negara

konsumen. Salah satu cara untuk menjaga stabilitas pasar minyak

internasional adalah melalui penentuan kuota (batas tertinggi) produksi

minyak berdasarkan kesepakatan Negara anggota. Misalnya, apabila

permintaan minyak dunia meningkat atau salah satu Negara anggota OPEC

mengurangi produksinya, maka Negara anggota OPEC lain dapat secara

sukarela meningkatkan produksi minyaknya untuk menghindari lonjakan

harga yang tidak terkendali. Dalam perdagangan internasional, OPEC

menguasai 55% minyak bumi. Karena itu OPEC memegang peranan

penting dalam masalah perminyakan internasional., terutama dalam hal

menaikkan dan menurunkan tingkat produksinya. Di samping itu OPEC

juga terlibat aktif dalam usaha peningkatan perdagangan internasional serta

konservatif lingkungan.

3. OPEC yang tentunya mempunyai peran terhadap fluktuasi harga minyak di

pasar minyak dunia, pastinya memiliki kebijkan kebijakan yang sengaja di

buat untuk mengikuti perkembangan harga minyak di pasar internasional

yang dimana kebijakan tersebut meliputi pengurangan kuota produksi

minyak dan juga kenaikan kuota produksi minyak anggotanya sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Negara Negara eksportir minyak sehingga dapat terciptanya keseimbangan

harga yang pas terhadap anggotanya sehinnga melatarbelakangi OPEC

untuk membuat kuota produksi minyak anggotaanggotanya pada tahun

2008, fungsi OPEC dalam mengendalikan pasar minyak dunia.

Oleh karena itu dengan kesimpulan diatas maka hipotesis penelitian ini

bahwa kebijakan-kebijakan OPEC dalam menjaga kestabilan harga Minyak Dunia

telah teruji.

B. Saran

Setelah mengemukakan kesimpulan, selanjutnya penulis menyampaikan

saran sebagai berikut:

1. Diharapkan bahwa penelitian ini dapat menjadi acuan awal bagi peneliti

lainnya yang tertarik dengan Organsasi Internasional khususnya OPEC

dalam menjaga kestabilan harga minyak dunia, mempengaruhi fluktuasi

harga minyak dunia dan mempengaruhi kebijakan pemerintah Indonesia

untuk kenaikan dan penurunan harga BBM di Indonesia. Penulis juga

menyarankan bagi penulis lain yang tertarik bisa mengambil penelitian

pengaruh lainnya terhadap kebijakan pemerintah terhadap harga BBM di

Indonesia dan membandingkannya dengan penelitian yang penulis buat.

2. Bagi yang tertarik kepada harga minyak dunia, penulis menyarankan kepada

penulis lain untuk bisa meneliti sebab dan akibat dari kenaikan dan

penurunan harga minyak dunia lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

3. Untuk penulis lain yang tertarik dengan organisasi OPEC, penulis

menyarankan untuk meneliti peran-peran lain dari organisasi OPEC dalam

hubungannya dengan kestabilan harga minyak dunia.

Penulis juga mengharapkan kepada objek-objek penelitian yang diteliti

seperti OPEC untuk lebih berperan dalam keseimbangan permintaan dan

penawaran dari minyak dan tidak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang

hanya menguntungkan negara-negara anggotanya, tetapi

mempertimbangkan dampaknya terhadap perekonomian dunia, khususnya

kepada Negara menengah kebawah yang sangat membutuhkan bahan bakar

minyak sebagai penunjang mobilitas negaranya untuk menjadi Negara

berkembang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

DAFTAR PUSTAKA

A. SUMBER BUKU
Ade Maman Suherman, 2003, Organisasi Internasional dan Integritas

Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta,

Ghalian Indonesia.

Citra Hennida, 2015, Rezim dan Organisasi Internasional, Malang: Intrans

Publishing

I.M Sinclair, The Vienna Convention On The Law of Treaties, ed I, (London:

University of Manchester Press).

Kusuma Raghunala, 2006, Kebijakan Energi, Harga Minyak Dunia,

Yogyakarta, UGM.

Rudi M. Simamora, 2000, Hukum Minyak dan Gas Bumi, Jakarta, PT

DJAMBATANI.

Sanusi Bahrawi, 1984, Indonesia Dalam Dunia Perminyakan, Jakarta,

Universitas Indonesia.

Sumaryo Suryokusumo, 2015, Hukum Organisasi Internasional , Hukum

Perserikatan Bangsa-Bangsa United Nations Law, Jakarta: PT.

Tatanusa.

T. May Rud y, 2005, Administrasi & Organisasi Internasional, Bandung:

PT Refika Aditama.

B. Peraturan Perundang Undangan


Konvensi Wina 1969
Konvensi Wina 1975

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Konvensi Wina 1986


OPEC Article 11 to 34.
Pasal 6 Konvensi Wina 1975: “Fungsi dan Misi Permanen”

C. Internet
https://theconversation.com/memahami-naik-turunnya-harga-minyak-bumi-
99376.
http://www.apachecorp.com/explore/Browse_Archives/View_
Article.aspx?Article.ItemID=531
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia38166084
http://www.ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Politik_Luar_Negeri/Keangg
otaan_Indonesia_dalam_Organisasi_Internasional/Organization_Petro
leum_Exporting_Countries_(OPEC).
https://www.e-jurnal.com/2015/09/prospek-keberadaan-opec.
http://www.esdm.go.id/siaranpers/55-siaran-pers/1754-
penjelasanpemerintah-tentang-pengurangan-subsidibbm-dan-
kebijakan-lain-yangmenyertainya.
https://www.finansialku.com/harga-minyak-dunia/.
http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/in fo/detailinfo.asp?NewsID=N110
4637639.
https://www.kompasiana.com/busroni/the-secret-of-the-seven-sisters-
menguak-sisi-gelap-bisnis-kartel-minyak-dunia.
https://www.linkedin.com/pulse/20140429060442-252059340-ekonomi-
dari-minyak-dan-gas-bumi.
https://www.opec.org/opec_web/OPEC_Statute.pdf .
http://www.opec.org
http://www.opec.org/pressrelease.html
http://politiktoday.com/ada-apa-indonesia-keluar-masukopec
http://www.un.org/law/ilc/texts/trbtstat.htm
https://www.scribd.com/doc/253555078/Buku-Minyak-Bumi-Dan-Produk-
Migas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

https://www.slideshare.net/ariyandiyuda/kilang-minyak-bumi.
Journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahi49b56a8bb3full.pdf.
Opec. OPEC bulletin 2017. OPEC secretariat. Viena, Australia, Vol
XLVIII, No 1, Januari/February 2017
Published in the Indonesian Journal of International Law, Vol. 3 No 4, June
2006

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai