Oleh :
Kelompok 6
2019
Salah satu jenis energi terbarukan yang mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan menjadi energi listrik adalah tenaga air skala kecil (mikrohydro). Mikrohydro
disusun dari 2 kata yang secara bahasa kata mikro adalah kecil dan hydro adalah air, maka
dapat dikatakan bahwa mikrohydro adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang
berskala kecil (kurang dari 200 kW) atau biasa dikenal dengan PLTMH, karena pembangkit
tenaga listrik ini memanfaatkan aliran air pada sistem irigasi, sungai yang dibendung atau air
terjun sebagai sumber tenaga untuk menggerakan turbin dan memutar generator. Jadi pada
prinsipnya dimana ada air mengalir dengan ketinggian minimal 2,5 meter dengan debit 250
liter/detik, maka disitu ada energi listrik.
Indonesia memiliki potensi tenaga air yang cukup besar karena kondisi topografi yang
sangat mendukung, yaitu bergunung dan berbukit serta dialiri oleh banyak sungai serta
adanya danau yang cukup potensial sebagai sumber tenaga air. Potensi tenaga air tersebut
tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, namun tidak semua wilayah mempunyai
peluang untuk dapat dikembangkan secara optimal. Sehingga pemilihan PLTMH yang
termasuk sumber energi terbarukan dan layak disebut clean energy karena ramah lingkungan
ini sangatlah cocok. Dari segi teknologi, PLTMH dipilih karena konstruksinya sederhana,
mudah dioperasikan, serta mudah dalam perawatan dan penyediaan suku cadang. Secara
ekonomi, biaya operasi dan perawatannya relatif murah. PLTMH biasanya dibuat dalam
skala desa di daerah-daerah terpencil yang belum mendapatkan listrik dari PLN.
ABSTRAK.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................v
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................vi
BAB I.........................................................................................................................................7
PENDAHULUAN......................................................................................................................7
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................7
1.2. Rumusan masalah........................................................................................................9
1.3. Tujuan..........................................................................................................................9
BAB II......................................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................10
2.1 Pengertian PLTMH........................................................................................................10
2.2. Prinsip Kerja PLTMH...................................................................................................11
2.3. Bagian – Bagian PLTMH..............................................................................................13
2.4. Kelebihan PLTMH........................................................................................................20
2.5 Kekurangan PLTMH......................................................................................................21
BAB III.....................................................................................................................................22
PEMBAHASAN......................................................................................................................22
3.1. Kebutuhan Listrik..........................................................................................................22
3.2 Penerapan Teknologi......................................................................................................26
3.2.1 Debit Aliran Sungai dan Head.................................................................................26
3.3 Spesifikasi PLTMH........................................................................................................30
3.3.1. Debit aliran sungai..................................................................................................30
3.3.2. Head........................................................................................................................30
3.3.3. Efisiensi PLTMH....................................................................................................31
3.3.4. Daya PLTMH.........................................................................................................31
3.3.5. Pipa Penstock..........................................................................................................31
3.3.6. Turbin......................................................................................................................32
3.4 Biaya Investasi PLTMH.................................................................................................34
3.5 Analisis Ekonomi PLTMH.............................................................................................35
Gambar 3.2.3. Lokasi Rencana Pembangunan PLTMH Desa Tumpung Laung I...................29
YTabel 3.1.2. Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Barito Utara......24
YTabel 3.3.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Barito Utara....................30
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sudah menjadi hal yang umum bahwa energi listrik merupakan kebutuhan mutlak
bagi aktivitas keseharian masyarakat di dunia, terutama untuk kebutuhan rumah tangga,
sektor usaha dan industri. Listrik sangat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa, listrik bisa
menjadi titik tolak ukur kemajuan suatu bangsa, semakin besar penggunaan energy listrik di
suatu negara maka dapat dikatakan semakin maju pula negara tersebut. Salah satu
penggunaan listrik yang paling utama adalah pada sektor penerangan. Kebutuhan akan
penerangan semakin lama akan berkembang semakin banyak seiring pertumbuhan penduduk
di dunia terutama di negara kita Indonesia. Di Indonesia sendiri masih terdapat beberapa desa
atau perkampungan yang belum dialiri listrik terutama di daerah-daerah terpencil. Hal itu
kemungkinan terjadi karena sulitnya akses untuk mencapai perkampungan tersebut dan biaya
untuk instalasi listrik menjadi sangat besar.
Hingga saat ini begitu banyak permasalahan dalam memenuhi kebutuhan energi
listrik, terutama diakibatkan besarnya ketergantungan kita terhadap bahan bakar minyak
(BBM), apalagi ditambah dengan ketersediaan BBM yang semakin menurun tentu akan
semakin memberatkan pihak PLN untuk menyediakan energi listrik tersebut, sehingga
konsekuensinya pemerintah menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL). Jika hal ini diberlakukan
maka akan berdampak pada timbulnya masalah dan semakin memberatkan beban yang
ditanggung oleh masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan potensi energi terbarukan lain yang dapat dikonversi menjadi energi listrik
dengan menggunakan mesin-mesin dan teknologi-teknologi yang sudah tersedia luas dalam
rangka menjamin kesinambungan penyediaan energi untuk mendukung pembangunan
manusia
. Fakta bahwa Indonesia memiliki sumber daya yang begitu melimpah dari segi energi
baik energi yang berasal dari air, angin, panas bumi, maupun biomassanya menjadi potensi
yang sangat menjanjikan. Sumber-sumber energi tersebut mempunyai prospek untuk
dikembangkan sebagai sumber pembangkit listrik. Salah satu jenis energi terbarukan yang
mempunyai potensi besar untuk dikembangkan menjadi energi listrik adalah tenaga air skala
kecil (mikrohidro). Mikrohydro disusun dari 2 kata yang secara bahasa kata mikro adalah
kecil dan hydro adalah air, maka dapat dikatakan bahwa mikrohydro adalah Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) yang berskala kecil (kurang dari 200 kW), karena pembangkit
tenaga listrik ini memanfaatkan aliran sungai atau aliran irigasi sebagai sumber tenaga untuk
menggerakan turbin dan memutar generator. Jadi pada prinsipnya dimana ada air mengalir
dengan ketinggian minimal 2,5 meter dengan debit 250 liter/detik, maka disitu ada energi
listrik. yang diharapkan mampu mensuplai energi listrik ke rumah warga dan dengan itu
dijadikan sebagai kampung yang mandiri dengan pembangkit listriknya sendiri. Dengan
adanya PLTMH ini diharapkan masyarakat mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya
Indonesia memiliki potensi tenaga air yang cukup besar karena kondisi topografi yang
sangat mendukung, yaitu bergunung dan berbukit serta dialiri oleh banyak sungai serta
adanya danau yang cukup potensial sebagai sumber tenaga air. Potensi tenaga air tersebut
tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, namun tidak semua wilayah mempunyai
peluang untuk dapat dikembangkan secara optimal. PLTMH termasuk sumber energi
terbarukan dan layak disebut clean energy karena ramah lingkungan dan dapat dijadikan
solusi dari penurunan kualitas lingkungan akibat penggunaan minyak fosil yang berdampak
pada peningkatan gas CO2, dan menipisnya lapisan ozon di atmosfer. Dari segi teknologi,
PLTMH dipilih karena konstruksinya sederhana, mudah dioperasikan, serta mudah dalam
perawatan dan penyediaan suku cadang. Secara ekonomi, biaya operasi dan perawatannya
relatif murah, sedangkan biaya investasinya cukup bersaing dengan pembangkit listrik
lainnya. PLTMH biasanya dibuat dalam skala desa di daerah-daerah terpencil yang belum
mendapatkan listrik dari PLN. Tenaga air yang digunakan dapat berupa aliran air pada sistem
irigasi, sungai yang dibendung atau air terjun.
Prinsip kerja PLTMH pada dasarnya adalah memanfaatkan beda ketinggian dan
jumlah debit air per detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau air terjun.
Aliran air ini akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi ini
selanjutnya menggerakkan generator dan menghasilkan listrik. Keuntungan dari
pengembangan PLTMH bagi masyarakat pedesaan dan desa terpencil antara lain yaitu: lokasi
sumber daya air untuk PLTMH pada umumnya dekat dengan wilayah pedesaan dan desa
terpencil yang belum terjangkau jaringan listrik, mengurangi ketergantungan pada
penggunanan bahan bakar fosil, selain itu jika pemanfaatan potensi ini dilakukan dengan
konsep yang tepat maka dalam jangka waktu panjang akan meningkatkan lapangan
pekerjaan, dan memberdayakan masyarakat pedesaan untuk dapat melakukan kegiatan secara
mandiri. yang dengan sendirinya dapat meningkatkan perekonomian dan taraf hidup
masyarakat pedesaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan rumusan masalah yang akan kami
bahas adalah sebagai berikut:
3. Apa Kelebihan dan kekurangan PLTMH jika dibandingkan dengan pembangkit listrik
lainnya ?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai dari
studi perencanaan pembangunan PLTMH yang dilakukan adalah sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian PLTMH
Menurut kamus besar bahasa Indonesia mikro adalah kecil, sedangkan hydro adalah
bentuk terikat air. Sehingga dapat diartikan mikro hidro adalah air dengan debit yang kecil.
PLTMH adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang mengunakan
energi air dengan debit air yang kecil. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber
daya (resources) penghasil listrik adalah yang memiliki kapasitas aliran dan ketinggian
tertentu serta instalasi. Pembangkit listrik kecil yang dapat menggunakan tenaga air pada
saluran irigasi dan sungai atau air terjun alam, dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan
(head, dalam m) dan kapasitas mengacu kepada jumlah volume aliran air persatuan waktu
(flow capacity). Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari istalasi maka
semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Air dialirkan
ke power house (rumah pembangkit) yang biasanya dibangun dipinggir sungai. Air akan
memutar turbin (runner), kemudian air tersebut dikembalikan ke sungai asalnya. Energi
mekanik dari putaran poros turbin akan diubah menjadi energi listrik oleh sebuah generator.
Pembangkit listrik tenaga air dibawah 200 kW digolongkan sebagai PLTMH. [ CITATION
Dan14 \l 1057 ]
Potensi sumber daya air yang melimpah di Indonesia karena banyak terdapatnya
hutan hujan tropis, membuat kita harus bisa mengembangkan potensi ini, karena air adalah
sebagai sumber energy yang dapat terbarukan dan alami. Bila hal ini dapat terus dieksplorasi,
konversi air menjadi energy listrik sangat menguntungkan bagi negeri ini. Di Indonesia telah
terdapat banyak sekali PLTMH dan waduk untuk menampung air, tinggal bagaimana kita
dapat mengembangkan PLTMH menjadi lebih baik lagi dan lebih efisien. Peningkatan
kebutuhan suplai daya ke daerah-daerah pedesaan di sejumlah negara, sebagian untuk
mendukung industri-industri dan sebagian untuk menyediakan penerangan di malam hari.
Kemampuan pemerintah yang terhalang oleh biaya yang tinggi untuk perluasan jaringan
listrik, dapat membuat Mikrohidro memberikan sebuah sebuah alternatif ekonomi ke dalam
jaringan. Hal ini dikarenakan Skema Mikrohidro yang mandiri dapat menghemat dari
jaringan transmisi, karena skema perluasan jaringan tersebut biasanya memerlukan biaya
peralatan dan pegawai yang mahal. Dalam kontrak, Skema Mikro Hidro dapat didisain dan
dibangun oleh pegawai lokal, dan organisasi yang lebih kecil, dengan mengikuti peraturan
yang lebih longgar dan menggunakan teknologi lokal, seperti untuk pekerjaan irigasi
tradisional atau mesin-mesin buatan lokal.
Bentuk pembangkit tenaga mikrohidro bervariasi, tetapi prinsip kerjanya adalah sama,
yaitu : “Perubahan tenaga potensial menjadi tenaga elektrik (listrik)”. Perubahan memang
tidak langsung, tetapi berturut-turut melalui perubahan sebagai berikut :
Tenaga potensial adalah tenaga air karena berada pada ketinggian. Energi kinetik
adalah tenaga air karena mempunyai kecepatan. Tenaga mekanik adalah tenaga kecepatan air
yang terus memutar kincir/turbin. Tenaga listrik adalah hasil dari generator yang berputar
akibat berputarnya kincir/turbin. Berdasarkan kapasitas keluarannya, Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Prayogo, 2003):
3. PLTA kecil 1 – 15 MW
Secara teknis PLTMH memiliki tiga komponen utama yaitu air (hydro), turbin, dan
generator. Prinsip kerja dari PLTMH sendiri pada dasarnya sama dengan PLTA hanya
saja berbeda kapasitasnya atau besarnya. PLTMH pada prinsipnya memanfaatkan beda
ketinggian atau sudut kemiringan dan jumlah debit air per detik yang ada pada saluran irigasi,
sungai, maupun air terjun. Aliran air akan memutar turbin sehingga akan menghasilkan
energi mekanik. Energi mekanik turbin akan memutar generator dan generator menghasilkan
listrik.
Bak penenang / bak penampungan juga dibangun untuk menenangkan aliran air yang
akan masuk ke turbin dan mengarahkannya masuk ke pipa pesat. Bak ini dibuat dengan
konstruksi beton dan berjarak sedekat mungkin ke rumah turbin untuk menghemat pipa pesat.
Pipa pesat berfungsi mengalirkan air sebelum masuk ke turbin. Dalam pipa ini, energi
potensial air di kolam penenang diubah menjadi energi kinetik yang akan memutar roda
turbin. Biasany a terbuat dari pipa baja yang dirol, lalu dilas. Untuk sambungan antar pipa
digunakan flens. Pipa ini harus didukung oleh pondasi yang mampu menahan beban statis
dan dinamisnya. Pondasi dan dudukan ini diusahakan selurus mungkin, karena itu perlu
dirancang sesuai dengan kondisi tanah. Turbin, generator dan sistem kontrol masing-masing
diletakkan dalam sebuah rumah yang terpisah. Pondasi turbin-generator juga harus
dipisahkan dari pondasi rumahnya. Tujuannya adalah untuk menghindari masalah akibat
getaran. Rumah turbin harus dirancang sedemikian agar memudahkan perawatan dan
pemeriksaan. Setelah keluar dari pipa pesat, air akan memasuki turbin pada bagian inlet. Di
dalamnya terdapat guided vane untuk mengatur pembukaan dan penutupan turbin serta
mengatur jumlah air yang masuk ke runner/blade (komponen utama turbin).
Runner terbuat dari baja dengan kekuatan tarik tinggi yang dilas pada dua buah
piringan sejajar. Aliran air akan memutar runner dan menghasilkan energi kinetik yang akan
memutar poros turbin. Energi yang timbul akibat putaran poros kemudian ditransmisikan ke
generator. Seluruh sistem ini harus balance, turbin harus dilengkapi casing yang berfungsi
mengarahkan air ke runner. Pada bagian bawah casing terdapat pengunci turbin. Bantalan
(bearing) terdapat pada sebelah kiri dan kanan poros dan berfungsi untuk menyangga poros
agar dapat berputar dengan lancar. Daya poros dari turbin ini harus ditransmisikan ke
generator agar dapat diubah menjadi energi listrik. Generator yang dapat digunakan pada
mikrohidro adalah generator sinkron dan generator induksi. Sistem transmisi daya ini dapat
berupa sistem transmisi langsung (daya poros langsung dihubungkan dengan poros generator
dengan bantuan kopling), atau sistem transmisi daya tidak langsung, yaitu menggunakan
sabuk atau belt untuk memindahkan daya antara dua poros sejajar.
Keuntungan sistem transmisi langsung adalah lebih kompak, mudah dirawat, dan
efisiensinya lebih tinggi. Tetapi sumbu poros harus benar-benar lurus dan putaran poros
Untuk menghitung potensi daya yang dimiliki oleh suatu sungai atau sumber aliran air
yang akan dijadikan PLTMH digunakan rumus persamaan berikut :
P = g . Q . Hn . η
Dimana :
P = daya (Watt)
Q = debit aliran (m3/s)
Hn = beda ketinggian (m)
g = percepatan gravitasi ( 9.8 m/s2)
η = efisiensi keseluruhan
1. Bendung
Bendung adalah pembatas yang dibangun melintas sungai yang dibangun untuk
mengubah karakteristik aliran sungai. Bendung merupakan sebuah kontruksi yang lebih
kecil dari bendungan yang menyebabkan air menggenang membentuk kolam tetapi
mampu melewati bagian atas bendung. Bendung mengizinkan air meluap melewati
bagian atasnya sehingga aliran air tetap ada dan dalam debit yang sama bahkan sebelum
sungai dibendung.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi Bendung (Weir)
dan Intake, antara lain :
Saringan ini dipasang didepan pintu pengambilan air, berguna untuk menyaring
kotoran–kotoran atau sampah yang terbawa sehingga air menjadi bersih dan tidak
mengganggu operasi mesin PLTMH.
Fungsi dari bak penenang adalah sebagai penyaring terakhir seperti settling basin
untuk menyaring benda-benda yang masih tersisa dalam aliran air, dan merupakan tempat
permulaan pipa pesat (penstock) yang mengendalikan aliran menjadi minimum sebagai
antisipasi aliran yang cepat pada turbin tanpa menurunkan elevasi muka air yang
berlebihan dan menyebabkan arus baik pada saluran.
Fungsinya untuk mengalirkan air dari saluran penghantar atau kolam tando
menuju turbin. Pipa pesat mempunyai posisi kemiringan yang tajam dengan maksud agar
diperoleh kecepatan dan tekanan air yang tinggi untuk memutar turbin. Konstruksinya
harus diperhitungkan agar dapat menerima tekanan besar yang timbul termasuk tekanan
dari pukulan air. Pipa pesat merupakan bagian yang cukup mahal, untuk itu pemilihan
pipa yang tepat sangat penting. Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih
rendah ke sebuah turbin air. Kondisi topografi dan pemilihan skema PLTMH
mempengaruhi tipe pipa pesat (penstock). Umumnya sebagai saluran ini harus
didesain/dirancang secara benar sesuai kemiringan (head) sistem PLTMH. Pipa penstock
merupakan salah satu komponen yang mahal dalam pekerjaan PLTMH dan bahan yang
digunakan harus dipertimbangkan juga, oleh karena itu desainnya perlu dipertimbangkan
terhadap keseimbangan antara kehilangan energi dan biaya yang diperlukan.
Pipa pesat dapat terbuat dari logam atau plastik dengan diameter yang
berbeda-beda. Spesifi kasi dan ukuran detil pipa disediakan oleh desainer di
dalam gambar desain dan spesifikasi. Beberapa jenis bahan pipa pesat dapat
dilihat sebagai berikut:
PVC
Pipa PVC dapat disambung dengan soket yang di lem atau dengan sealing
karet. Pipanya harus terlindung dari sinar matahari; yang paling baik adalah
dengan cara ditimbun di dalam tanah (lihat bagian ‘penimbunan’ untuk
detilnya). Apabila tidak ditimbun, pipa mesti dibungkus dengan material yang bisa
melindungi dari sinar matahari (misalnya dengan dengan plastik dan di ikat
dengan kawat).
Baja
Pipa besi bisa berupa pipa yang dibuat dari lembaran baja atau pipa bikinan
Untuk perawatan dalam pipa pesat, dapat dilakukan hal – hal seperti berikut:
Gedung Sentral merupakan tempat instalasi turbin air, generator, peralatan bantu,
ruang pemasangan, ruang pemeliharaan dan ruang kontrol.
a. Turbin
Sumber: http://www.leeproducts.co.uk/lee_restrictors_keep_electricity_flowing.htm
Sumber: http://www.cchpe.net/ProductInfo.aspx?get=32
Sumber: http://www.hydroquebec.com/learning/hydroelectricite/types-turbines.html
Sumber: http://ruahaenergy.com/hydro/
b. Generator
Saluran pembuang mengalirkan air dari turbin kembali ke sungai. Saluran pembuang
perlu didesain cukup luas agar air buangan turbin dapat mengalir dengan aman.
Dinding pengaman pada sungai dan posisi ketinggian lantai rumah turbin dibuat
cukup tinggi, yaitu di atas tinggi muka air maksimum pada saat banjir. Perlu
diperhatikan erosi dan endapan dalam saluran pembuang. Erosi dapat berbahaya
untuk stabilitas bangunan.
PEMBAHASAN
3.1. Kebutuhan Listrik
Desa ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.061 jiwa (Sensus 2008) yang bila
dilakukan pendekatan dengan tingkat pertumbuhan penduduk desa di Indonesia selama kurun
waktu 2008 hingga 2017 diperoleh jumlah penduduk Desa Tumpung Laung I pada tahun
2017 sebesar 1.041 jiwa (kecenderungan urbanisasi tiap tahun di Indonesia).
Kecamatan Montallat sendiri memiliki jumlah rumah tangga sebanyak 2.725 rumah
dan jumlah penduduk sebesar 10.940 jiwa (Sensus 2014) dan bila didekati dengan metode
pendekatan yang sama diperoleh jumlah penduduk Kecamatan Montallat pada tahun 2017
sebesar 10.796 jiwa. Pendekatan tersebut didekati dengan metode sebagai berikut :
Dengan menggunakan grafik pada gambar 3.1.2., diperoleh nilai tingkat pertumbuhan
penduduk tiap tahunnya.
−0,4
Jumlah penduduk tahun 2015 =
( ( ))
10 .940× 1+
100
= 10.896
−0 , 44
Jumlah penduduk tahun 2016 = 10.896
( (
¿ 1+
100 ))
= 10.848
Tabel 3.1.2. Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Barito Utara
Ntl
Km
Jumlah rumah tangga Desa Tumpung Laung I tahun 2014 (Ktl)= Nm
1. 041
×2 .725
= 10 .940
= 260
Hasil yang diperoleh tersebut bisa digunakan untuk mendekati jumlah rumah tangga
Desa Tumpung Laung I pada tahun 2017 dengan metode perbandingan, dari membandingkan
jumlah penduduk dan rumah tangga pada tahun 2014 dengan jumlah penduduk pada tahun
2017 maka diperoleh jumlah rumah tangga Desa Tumpung Laung I pada tahun 2017
sebanyak 256 rumah (asumsi jumlah rata-rata penghuni rumah sama dari tahun 2014 sampai
2017). Pendekatannya ialah sebagai berikut :
Jumlah rumah tangga Desa Tumpung Laung I tahun 2014 (K1) = 260
N2
×K 1
Jumlah rumah tangga Desa Tumpung Laung I tahun 2017 (K2) = N1
1027
×260
= 1041
= 256
Total 808
= Jumlah rumah tangga ¿ Daya yang dibutuhkan per rumah tangga di pedesaan
= 256 ¿ 808
= 206848 W
= 206,848 kW
Jadi total kebutuhan listrik Desa Tumpung Laung I (Asumsi seluruh desa belum
dialiri listrik) adalah sebesar 206,848 kW
PLT Mikrohidro pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit air
per detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau air terjun. Dalam hal ini
digunakan aliran air dari Sungai Barito sebagai sumber energi untuk memproduksi listrik,
Sungai Barito memiliki debit air yang cukup tinggi baik saat musim hujan maupun musim
kemarau. Tetapi nyatanya tidak semua dari debit air Sungai Barito ini dapat
dimanfaatkan sepenuhnya sebab ramainya lalu lintas kapal tongkang pengangkut
batubara di sungai ini, jika ditinjau secara geografis lebar rata-rata Sungai Barito yang
melewati Desa Tumpung Laung I sebesar 327 m. Tetapi dengan adanya lalu lintas
sungai yang padat maka pemanfaatan debit air Sungai Barito perlu diperhitungkan lebih
lanjut.
Lebar kapal tongkang yang memuat batubara bermacam-macam tapi yang paling
umum digunakan dalam pengangkutan batubara di Kalimantan ialah tipe Barge 270 feet dan
Tug Boat, tipe Barge 270 feet memiliki lebar 24,3 m sedangkan tipe Tug Boat memiliki lebar
sebesar 7,5 m. Jarak aman antara dua kapal tongkang yang berlabuh adalah sebesar 7,6 kali
dari lebar kapal tongkang, jika diambil kapal dengan tipe Barge 270 feet (paling lebar) yang
berpapasan maka dibutuhkan ruang/lebar sungai sebesar 184,68 m untuk jarak aman agar
tidak terjadi tabrakan. Bila dikalkulasi maka praktis lebar sungai yang dapat dimanfaatkan
hanya 142,32 m, berarti debit air Sungai Barito yang bisa kita manfaatkan hanyalah sebesar
1.115,27 m3/s.
Akan dibangun bendungan sekaligus penyaring pada pinggir Sungai Barito dengan
dimensi 142 x 109 m yang mampu menampung 123.824 m3 (kedalaman rata-rata = 8 m) air
yang terperangkap. Lalu dibuat jalur air intake dengan panjang 162,46 m, lebar 4 m dan
kedalaman 4-8 m yang mengarah ke bak penampung untuk mengendapkan sisa-sisa pengotor
yang mungkin lolos dari penyaringan, jari-jari bak penampung ini ialah 47 m dan mampu
menampung air sebanyak 27.000 m3 (kedalaman = 4 m) dengan ketinggiannya berada pada
26,82 mdpl. Setelah itu air dialirkan masuk ke dalam pipa penstock sepanjang 443 m
berdiameter 0,4 m dengan penurunan 8,84 m (hnet) ke rumah pembangkit untuk memutar
turbin, sedangkan air bak berlebih akan dialirkan kembali ke sungai.
Debit sungai menjadi satu variabel penting dalam menghitung daya yang dihasilkan
pada pembangkit listrik. Daya berbanding lurus dengan debit aliran sungai. Berdasarkan studi
literatur diperoleh data debit sungai di Kecamatan Monttalat, Kabupaten Barito Utara,
Propinsi Kalimantan Tengah sebagai berikut
Tabel 3.3.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Barito Utara
Debit (M3/dt)
No Nama DAS Panjang (km) Pemanfaatan
Maks Min
Jadi debit aliran sungai rata-rata di sekitar kecamatan Montalat adalah 4,502 m3/s atau
setara dengan 4502 L/s. Aliran ini cukup besar untuk menghasilkan daya yang besar. Nilai
debit tersebut juga akan memiliki pengaruh terhadap besarnya pipa penstock dan kapasitas
generator.
3.3.2. Head
Head merupakan perbedaan ketinggian antara dua titik supaya air mampu mengalir
dari titik yang lebih tinggi menuju yang lebih rendah supaya menghasilkan perbedaan
potensial untuk air bisa mengalir dan selanjutnya bisa menggerakan turbin. Kategori turbin
ditentukan berdasarkan besarnya head.
Ketinggian air pada sungai ditentukan menggunakan aplikasi Google Earth. Dalam
aplikasi ini tercantum data ketinggian air di suatu titik secara spesifik. Ketinggian air dari
Sungai Barito yang dipilih ialah 29,56 mdpl, sedangkan untuk bak penampung berad pada
ketinggian 26,82 mdpl. Sementara rumah pembangkit akan dibangun pada lokasi dengan
ketinggian 17,98 mdpl sehingga selisih ketinggian (hnet) dari bak penenang ke rumah
pembangkit ialah 8,84 m.
Dari data literatur diperoleh nilai efisiensi turbin, generator, maupun penstock sebagai
berikut :
Perhitungan daya dilakukan dengan menghitung perkalian antara gaya gravitasi, head,
efisiensi alat, dan debit aliran sungai. Berikut perhitungan daya generator untuk PLTMH
Desa Tumpung Laung I :
Dilakukan metode trial and error dengan mempertimbangkan batasan daya untuk
penggolongan PLTMH (<100 kW) yang dihasilkan dan ukuran penstock yang
memungkinkan, sehingga dipilihlah nilai debit air yang melewati penstock sebesar 1,7 m3/s.
P = g x Q x hnet x η
P = 92,34 kW
Pipa Penstock perlu ditentukan diameter dalam secara spesifik. Dimulai dengan
menghitung laju, luas penampang yang dilewati air. Dalam hal ini mengambil asumsi bahwa
luas perimeter yang terbasahi oleh air sama dengan luas penampang pipa penstock.
Dari tinggi hnet dapat diperoleh laju air pada saat melewati penstock dalam rumah
pembangkit dengan rumus :
v = √ 2×g×hnet
= 13,16 m/s
Dengan demikian dapat dikukur kebutuhan diameter penstock jika diinginkan debit air
yang melewatinya sebesar 1,7 m3/s.
Q
A = v
1,7
= 13,16
A = 0,12 m2
Selanjutnya diameter dalam pipa penstock dapat ditentukan sebagai berikut,
A = π/4 x D2
A
D = √ 4×
π
D = 0,4 m
Tebal pipa minimum penstock yang diperlukan dapat dihitung dengan persamaan :
D+ 800
+ε
Tmin (mm) = 400
400+ 800
+2
= 400
Tmin = 5 mm
3.3.6. Turbin
S = kxD
= 0,07 x 0,4
= 0,028 m
0,028
= sin 30
π ×D
Jumlah sudut (Z) = t
π ×0,4
= 0 ,056
Turbin yang sesuai dengan spesifikasi PLTMH Tumpung Laung I adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.3.3 Spesifikasi Turbin yang digunakan
Spesifikasi Keterangan
Diameter runner 0,5 m
Jenis turbin yang digunakan ialah turbin crossflow yang dapat dioperasikan pada debit
hingga 10 m3/s dan head antara 1 m s/d 200 m. Air yang telah memutar turbin kemudian
dialirkan kembali ke sungai melalui jalur pembuangan air rumah pembangkit.
Sumber : https://ossberger.de/en/
Pada perancangan PLTMH ini perlu dikaji biaya investasi untuk pembangunan
PLTMH, dengan ditetapkan umur investasi atau keberlangsungan PLTMH (n) ialah untuk 15
tahun. Biaya konstruksi ditetapkan 10 juta rupiah per kW, maka biaya total untuk PLTMH
berkapasitas 92,34 kW adalah sebagai berikut. Beserta perincian alokasi dana untuk tiap tiap
keperluan tercantum pada tabel 3.3.4.
= Rp. 923.400.000
= 2% x 923.400.000
NPV merupakan seluruh aliran kas bersih dari tahun pertama pendirian PLTMH
hingga tahun ke-X. Biasanya PLTMH beroperasi selama 10-15 tahun. Kelayakan suatu
pengambilan keputusan ditentukan apabila nilai NPV lebih besar dari nol.
Berikut ini adalah rumus untuk perhitungan nilai net present value : (Sofyan, Iban.
2003)
N
CIF
(1 r ) n
NPV = -IC + n 1
Aliran dana masuk per tahun dapat dihitung dengan total kapasitas output pembangkit
pertahun dan selisih biaya investasi pembangkit dengan biaya pembangkitan serta dengan
harga jual kepada masyarakat
a. NPV < 0, nilai akhir proyek adalah negatif, sehingga proyek tidak layak
dilaksanakan
b. NPV = 0, nilai akhir proyek adalah nol, dan tidak diperoleh keuntungan,
sehingga proyek tidak layak dilaksanakan
c. NPV > 0, nilai akhir proyek adalah positif, sehingga proyek layak dilaksanakan.
CIF (Cash in flow) adalah jumlah aliran kas atau uang yang masuk, dalam hal ini
ditentukan CIF pertahun. Berikut rumus perhitungan CIF.
a. Harga modal
Harga modal = (biaya investasi)/(daya x total jam operasional))
b. Harga jual
Sesuai standar yang ditetapkan peraturan menteri energi dan sumber daya mineral
nomor 4 tahun 2012, harga jual listrik dari PLTMH adalah maksimal Rp. 656 /
kWh
0 0 -1203420000
1 449747510 -785050223,3
2 449747510 -395869035,6
4 449747510 302931150
5 449747510 616206660,4
6 449747510 907625739,9
7 449747510 1178713256
8 449747510 1430887689
9 449747510 1665468557
10 449747510 1883683318
11 449747510 2086673794
12 449747510 2275502143
13 449747510 2451156422
14 449747510 2614555750
15 449747510 2766555126
Dari nilai NPV, diperoleh hasil NPV yang positif sejak tahun keempat investasi
PLTMH. Nilai NPV yang positif ini menunjukan bahwa nilai akhir proyek adalah positif,
dengan demikian proyek pembangunan PLTMH layak untuk dilaksanakan.
Digunakan perhitungan IRR untuk menentukan kelayakan. Jika IRR di atas nilai suku
bunga, maka proyek dapat dijalankan. Dengan mengambil suku bunga sebesar 7,5%. Berikut
rumus IRR :
NPVplus
(i min+i plus )
IRR = iplus + ( NPVplus+ NPV min )
Dalam perhitungan ini akan digunakan iplus sebesar 7,5% dan imin sebesar 40%
dengan NPVplus sebesar 2.766.555.126 dan NPVmin sebesar 86.278.727
2.766 .555.126
IRR = 7,5% + (40 %+ 7,5 %)
(2.766 .555 .126 -86.278.727)
= 56,53%
Diperoleh nilai IRR = 56,53% yang lebih besar dari suku bunga bank sebesar 7,5%.
Dengan demikian proyek PLTMH ini dapat dengan layak dilaksanakan.
Payback periode adalah lamanya waktu untuk kembalinya biaya investasi dapat
tertutupi. Berikut ini rumus perhitungan PBP.
= 1.203.420.000 / 449.757.510
Dari perhitungan payback period, diperoleh lamanya waktu agar investasi bisa
tertutupi adalah 2 tahun 8 bulan 5 hari. Sedangkan usia proyek PLTMH adalah 15 tahun.
Maka dengan menerapkan cara pengambilan keputusan berdasarkan perhitungan PBP, yaitu
PBP < usia proyek; maka proyek PLTMH Desa Tumpung Laung I layak dijalankan.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Namun dengan kelebihannya, PLTMH ini tetap memiliki kekurangan yaitu karena
sumber pembangkitnya berupa air, besarnya listrik yang dihasilkan PLTMH sangat
bergantung pada tinggi jatuhnya air dan volume air. Pada musim kemarau, keaktifan PLTMH
juga berkurang karena air yang juga berkurang. Selain itu, semakin dekat jarak pengguna ke
pembangkit, maka kualitas listrik juga lebih baik sebaliknya semakin jauh jarak pengguna,
maka listrik yang hilang juga semakin banyak. Jarak pengguna terjauh yang dianjurkan
adalah antara 1-2 km dari PLTMH. Dari studi perencanaan pembangunan PLTMH ini
banyaknya daya yang dapat dihasilkan di desa Tumpung Laung ini diestimasikan sebesar
92,34 KW. Dengan perkiraan anggara biaya untuk kegiatan pembangunan sebesar Rp.
923.400.000 untuk investasi selama 15 Tahun. Adanya PLTMH ini diharapkan mampu
membuat desa Tumpung Laung menjadi desa yang mandiri akan sumber listriknya sendiri
juga diharapakan akan mendongkrak kemajuan desa tersebut di berbagai sektor kehidupan.
4.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Efisiensi Daya Output PLTMH di desa
Tumpung Luang I, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Dandekar, & Sharma, K. (1991). Pembangkit Listrik Tenaga Air. Jakarta: UI Press.
Dietzel, F. (1993). Turbin, Pompa, dan Kompresor. Jakarta: Erlangga.
Iskandar Putra, E.,(-), "Analisis Penerapan Continuous Coal Transport Mode Untuk
Angkutan Batubara di Sungai", Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, p.
15; 18; 20
Jack, F. (1984). Small and Mini Hydropower System. New York: McGraw-Hill.
Prayogo, E. (2003). Teknologi Mikrohidro dalam Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk
Menunjang Pembangunan Pedesaan. Makassar: Semiloka Produk-produk Penelitian
Departemen Kimpraswill.
S. M. Tambunan, F., Setiabudy, R.,(2014), "Analisis Kelayakan Pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Desa Nyomplong, Bogor", Universitas
Indonesia, Depok, p. 6-9; 13-15
Sihombing, D. (2014, Oktober 29). Apakah PLTMH itu? Diambil kembali dari daniel
nughroho.com: http://www.danielnugroho.com/science/apakah-pltmh-itu/
Sri Sukarni Katamwatiningsih, R.,(2014),"Pengaruh Ketinggian dan Debit Air Terhadap
Energi Listrik yang Dihasilkan Pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH)",
Sugiyono, Agus. (2009). Pemberdayaan Masyarakat dalam Mengelola Potensi Sumber Daya
Air melalui Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mini/Mikro Hidro. Jakarta.
Bidang Perencamaan Energi, Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi
Sukamta, S., & Kusmantoro, A. (2013). Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro Jantur, Tabalas, Kalimantan Timur. Semarang: Teknik Elektro Universitas
Negeri Semarang.