DI
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 5
Muh Ridwan sani
Muh idsal ramadani
Prida
Waldy
2020/2021
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat
AllahSWTy a n g t e l a h m e m b e r i k a n r a h m a t d a n h i d a y a h ,
s e h i n g g a p e n u l i s m a m p u menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.Walaupun makalah ini telah selesai, namun kami
menyadari sepenuhnya bahwa di dalamnya
masih terdapat banyak kekurangan. Kekurangan tersebut karena keterbatasan
pengalaman,pengetahuan,kemampuan,waktu
serta tenaga.O l e h s e b a b i t u , k r i t i k d a n s a r a n y a n g b e r s i f a t m
e m b a n g u n s a n g a t l a h k a m i harapkan demi penyempurnaan penulisan
berikutnya.A k h i r n y a k a m i b e r h a r a p s e m g a m a k a l a h y a n g s e d e r h
a n a i n i , d a p a t berguna dan bermanfaat bagi diri penulis sendiri maupun bagi
para pembaa nya.
KELOMPOK 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
BAB I. PENDAHULUAN
A. Alat Ukur Kinerja
B. Pentingnya Alat Ukur
C. Mengenal Konsep Balance Scorecard
D. Balanced Scorecard adalah Strategi
E. Peta Strategi (Strategy Map)
F. Penentuan scorecard
G. Implentasi Balance Scorecard
BAB II. PEMBAHASAN
A.
B.
BAB 1
PENDUHULUAN
Hasil yang sama juga di lapor kan oleh Hendrik (2004) dalam
pemanfaatan BSC,yaitu;
1. Pemahaman baik manajemen yang baik maupun hubugan
keputusan strategi degan tindakan dan strategi yang di pilih;
2. Pendifinisian ulang hubugan degan pelanggan;
3. Rekayasan mendasardari proses bisnis;
4. Munculnya kultur korporasi yang menekahkan pada upaya tim di
antara fungsi organisasi menerapkan strategi perusahaan.
Konsep lankah yang di tempuh oleh kapla sagat di kenal
dalam pegukuran kinerja dalam perusahaan karena di nilai dapat
meyelesaikan kelemahan konsep pegukuran tradisional yang di
cirikan oleh pegukuran tunggal dan terpisah satu degan lainnya.
Akan tetapi,berbagai pegalamaan penelitian menunjuhkan
kesulitan dalam hal operasional,yakni menerjemahkan konsep
perspektif yang tentuh berbeda antara satu perusahaan terhadap
perusahaan yang lain,kesulitan ini berkaitan degan sebutuhnya
kemampuang teknis untuk meyusun menerjemahkan konep
menjadi bagian yang operasionan.artinya pempertimbankan
kebutuhanya terhadap organisasi dalam rangka menopang
pencapaian tujuang sehingga dapat terlaksanakan dan
terukur.tidak heran apa bilasebelum menerapkan konsep ini di
butuhkan satu pelatihan yang bertujuan agar pemahaman pihak
internal memandai sehingga dapat menerapkan konsep menjadi
suatu yang operasional.
Keunggulan BSC di akui oleh para peneliti dapat megejikan
satu kerankah logis yang struktur,yang megakibatkan setiap
divinis perusahaan dapat berinisasi aktif untuk menentukan
kinerja. Akan tetapi, penentuan kinerja ini harus di ikuti dengan
menentukan strategi yang di butuh kan untuk mencapai sasaran
yang telah di tetukan. Kaplam dalam wawancaranya dengan
lagace(2008) menjelaskan tantagan penerapan strategi menjadi
omperasional :
1. Banyak perusahaan menerapkan berbagai program, seperti
TQM,six sigma, dan senbagian nya, tetapi gagal mencatat
perbaikan organisasi yang terjadi bersamaan dengan di
gunakan nya program iyu ;
2. Perancanaan anggaran dan pembiayaan lepas dari strategi
sehingga hasil yang diperoleh senantiasa tidak menjadi
ukuran yang dapat diterima
Menerapkan balanced scorecard. Penghargaan Malcolm
lebih berfokus pada keberhasilan mencapai 11 saran, tetapi
penerapan balanced scorecard memberikan posisiyang lebih
jelas bagi perusahaan. Karena penerapannya dapat menjelas
kan konsistensi capaian dengan visi-misi organisasi dan nilai
inti serta perbaikan yang di laksanakan oleh organisasi,sifat
balanced scorecard yang menekankan pada sistem manajemen
tidak hanya memampukan organisasi, tetapi juga membantu
perusahaan mengklarifikasi visi dan menerjemahkannya pada
sasaran yang operasional, ukuran dan tindakan yang jelas, serta
sesuai dengan misi dan nilai inti organisasi.
Mutasowifin (2002) dan purawanto, A.T. (2003)
menggagas penerapan balanced scorecard pada koprasi dan
pengelolaan sumber daya alam. Artinya, karena konsep di nilai
baik, banyak organisasi mengadopsinya. Apapun
terjemahannya di dalam Bahasa Indonesia,, ide utama balanced
scorecard adalah adanya satu papan nila yang seimbang yang
dapat diguna kan sebagaai alat ukur menentukan suatu
organisasi dinilai berhasil atau tidak.
Dari definisi tersebut pengertian sederhana dari blanced
scorecard adalah kartu nilai yang ddi guna kan untuk mengukur
kinerja degan memerhatikan keseimbagan antara sisi keuagan
dan nonkeuagan,antara janka pendek dan janka panjan serta
melibatkan faktor internal dan eksternal.konsep ini lahir dari
hasil pegamatan oleh penulis yang memberikan satu jawaban
bahwa perusahan bahwa yang perhasil di dasarkan pada ke
seimbagan empath hal,yaitu keuagan,pelanggan,peroses bisnis
(intern),dan pembwlajaran-pertumbuhan.dari pandagan
akademis,kapla dan Norton Bersama degan sejumlah
perusahaan melakukan eksprimen.dari awal tahun di tetapkan
pegamatan terhadapa keberhasilan ataupun kinerja
perusahaan,sampai di putuskan bahwa keempat perspektif itu
dapat di jadikan ukuran keberhasilan perusahaan,sampai
Sekarang,kalpa dan Norton memiliki proyek Bersama degan
sejumlah perusahaan untuk menentukan cara agar perusahaan
berhasil.berdasarkan konsep balanced scorecard ini,kinerja
keuagan sebenarnya merupakan akibat atau hasil dari kinerja
keuangan sebenar nya merupakan akibat atw hasil dari kinerja
nonkeuangan (pelanggan,proses bisnis dan pembelajaran).
Perkembangan implementasi balanced scorecard (BSC)
semakin lama semakin marak karena di lanjutkan dengan cara
mencapai kemajuan, misalnya seoerti penentuan mengupahkan
dngan sistem BSC . bahkan parah pengguna BSC menyiapkan
perangkat lunak (software) untuk menentukan bahwa suatu
bisnis dapat berhasil.
Dari perkembangan awal, dapat di garis bawahi bahwa peran
BSC adalah sebagai alat ukur hasil atau evaluasi, jauh dari
posisi strategis.
BSC menjadi populer di kalangan praktis dan akademis di
bidang pengukuran hasil dan penuntasan masalah strategi.
Pandey (2005) menjelaskan berbagai alas an pengguna BSC
dalam organisasi, yaitu:
1.) BSC adalah alat komprehensif untuk memahami pelanggan dan
kebutuhannya, serta kesenjangan kerja.
2.) BSC menyiapkan logika untuk menciptakan modal intangible dan
intelektual ketika pengukuran tradisional dalam sistem kinerja sulit
dilakukan;
3.) BSC mampu mengatrikulasi strategi pertumbuhan menjadi keandalan
bisnis yang focus pada upaya-upaya nonfinansial.
4.) BSC memampukan kariyawan memahami strategi dan kaitan sasaran
kedalam operasi perusahaan dari hari ke hari;
5.) BSC memfasilitasi umpan balik review kenerja dari waktu ke waktu
F. Penentuan scorecard