Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN MORBILI/CAMPAK

A. DEFINISI

Penyakit campak adalah suatu penyakit virus akut yang sangat menular dengan
gejala awal berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk, dan bintik-bintik kecil dengan
bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di
daerah mukosa pipi (bercak Koplik). Penyebab infeksi adalah virus campak, anggota
genus Morbilivirus dari famili Paramyxoviridae. Tanda khas
bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah
muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadangkadang berakhir
dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Sering timbul lekopenia. Komplikasi
dapat terjadi sebagai akibat replikasi virus atau karena

superinfeksi bakteri antara lain berupa otitis media, pneumonia,


laryngotracheobronchitis (croup), diare, dan ensefalitis. Diagnosa biasanya dibuat
berdasarkan gejala klinis dan epidemiologis walaupun konfirmasi laboratorium
dianjurkan untuk dilakukan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi
antibodi IgM spesifik campak yang timbul pada hari ke 3-4 setelah timbul ruam atau
untuk mendeteksi peningkatan yang signifikan titer antibodi antara serum akut dan
konvalesens untuk memastikan diagnosis campak. Teknik yang jarang digunakan antara
lain identifikasi antigen virus dengan usap mukosa nasofaring menggunakan teknik FA
atau dengan isolasi virus dengan kultur sel dari sample darah atau usap nasofaring yang
diambil sebelum hari keempat

B. TANDA DAN GEJALA


Campak memiliki masa tunas 10-20 hari, penyakit ini dibagi menjadi dalam 3
stadium yaitu :
1. Stadium Kataral (Prodormal)
Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut : a.
Panas
b. Malaise

c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul
bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat
dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili
dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi
Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah :
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Kadang terlehat bercak koplik
c. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan
d. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
e. Splenomegali
f. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang disertai pendarahan
pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium Konvalensensi, erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas yang
berwarna lebih tua (hiperpigmentasi). Suhu menurun sampai normal kecuali ada
komplikasi.

C. POHON MASALAH
Kurang Volume Cairan dan
Diare
Elektrolit

Absorpsi Turun
Gangguan Kebutuhan Nutrisi
Gangguan Integritas Kulit Hygiene Tidak Dijaga Dan Kurang Dari Kebutuhan
Imunitas Kurang, Akan
Meluas Pada Saluran Cerna
Bagian Bawah (Usus) Mulut Pahit Timbul Anorexia
Rash, Ruam Pada Daerah Balik
Telinga, Leher, Pipi, Muka,
Seluruh Tubuh. Deskuamasi
Terdapat Bercak Koplik
Rasa Gatal
Berwarna Kelabu Dikelilingi
Gangguan Pernapasan : Eritema Pada Mukosa Bukalis
Bersihan Pola Napas Berhadapan Pada Molar,
Eritema
PapulaMembentuk Macula Palatum Durum, Mole
Di Kulit Normal
Inflamasi Saluran Napas Atas :
Koplik Pada Mukosa Bukalis
Kulit Menonjol Di Sekitar Saluran Cerna
Meluas Ke Jari Trakeobronkhial
Sebasea Dan Folikel Rambut

Penyebaran Keberbagai Organ


Melalui Hematogen

Reaksi Inflamasi : Demam, Suhu Naik,


Metabolisme Naik, RR Naik, IWL Naik

Gangguan Rasa Nyaman : Eksudat Yang Serius, Droliferasi Sel


Peningkatan Suhu Tubuh Mononukleus, Polimorfonukleus

Droplet Infection

Virus Moribili
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni
2. Dalam sputum, seksresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant sel yang khas
3. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksator test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-
3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu
kemudian.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pemngobatan besifat suportif dan simtomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotic diberikan apabila terjadi
infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan
vitamin A 100.000 unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 unit
untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan
epitel saluran napas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna
untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total. Indikasi rawat inap apabila
hiperpireksia (suhu>39,5oC), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya
penyulit. Pengobatan dengan
penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.

Campak tanpa komplikasi

 Hindari penularan
 Tirah baring di tempat tidur
 Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan
dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi

Campak dengan komplikasi

1. Ensefalopati/ensefalitis
Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan PDT
ensefalitis Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT ensefalitis
Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap
gangguan elektrolit. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan kepada
penderita morbili yang mengalami ensefalitis, yaitu:

- Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari


- Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu
2. Bronkopneumonia
- Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia
- Oksigen nasal atau dengan masker
- Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dn elektrolit
3. Enteritis : koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi (lihat Bab enteritis
dehidrasi).
4. Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi kurang
perlu dipantau terhadap adanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta
lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan.
5. Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk.
Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya berat
atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.
a. Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan
penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum
mendapat imunisasi campak.
b. Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna
karena anak campak rentan terjangkit infeksi lain seperti radang
tenggorokan, flu atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung sebulan
setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.
c. Pengobatan secara simtomatik sesuai dengan gejala yang ada:
d. Antipiretik : parasetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam
e. Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6
jam, dosis maksimum 600 mg/hari.
f. Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic
antitussive (codein) tidak boleh digunakan.

g. Mukolitik bila perlu


h. Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat
bermanfaat.

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pada pengkajian anak dengan campak umumnya dapat ditemukan adanya tanda-
tanda :

- Demam

- Nyeri tenggorok

- Nafsu makan menurun


- Adanya bercak putih kelabu
- Kelemahan pada ekstremitas
- Batuk

- Konjungtivitis
- Eritema pada banan belakang telinga, leher dan bagian belakang

- Lemah, lesu
- Apabila terjadi komplikasi pada telinga dapat ditemukan adanya serumen
atau cairan yang keluar dari telinga

- Apabila pada bronkhus dapat menyebabkan bronkhopneumonia, terjadi


masalah pernafasan.

1. Data Fokus
a.Wawancara
1. Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan
status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis
kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah, badan panas, enantema (titik merah) dipalatum
durum dan palatum mole.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang
tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis,
koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasinya.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak
dengan pasien campak.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
6. Riwayat imunisasiImunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya
BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
7. Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori, untuk pertambahan berat badan
ideal menggunakan rumus 8 + 2n. Klasifikasinya status gizinya adalah
sebagai berikut :
- Gizi buruk kurang dari 60%
- Gizi kurang 60 % - <80 %
- Gizi baik 80 % - 110 %
- Obesitas lebih dari 120 %
8. Riwayat tumbuh kembang anak.
a. Tahap pertumbuhan Dilihat dari
perkiraan berat badan b. Tahap
perkembangan.

- Perkembangan psikososial (Eric Ercson)


- Perkembangan psikosexsual (Sigmund Freud)
- Perkembangan kognitif (Piaget)

- Perkembangan moral
- Perkembangan spiritual
- Perkembangan body image
- Perkembangan sosial
- Perkembangan bahasa
- Tingkah laku personal sosial

b) Pemeriksaan fisik (had to toe)


1. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan
tanda-tanda vital.
2. Kepala dan leher - Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia,
adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
- Palpasi :
Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan
didaerah leher belakang,
3. Mulut
- Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah,
enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut
dan traktus digestivus.
4. Toraks
- Inspeksi :
Bentuk dada anak, adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada
hidung.
- Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
5. Abdomen
- Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
- Auskultasi :
Bising usus.
- Perkusi :
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya
masa atau pembengkakan.

6. Kulit
- Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
- Palpasi : Turgor kulit menurun

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan proses inflamasi.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
3. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan
sekunder terhadap demam.
4. Gangguan pola nafas berhubungan dengan inflamasi saluran nafas.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan proses
yakit
penmorbili.
H. RENCANA KEPERAWATAN
Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Rasional
(NOC ) (NIC )
1. Gangguan rasa Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu inti 1. Suhu timpani

nyaman - Tidak terdapatnya melalui rute yang dan rektal


peningkatan tanda dan gejala sesuai ( misalnya hampir
suhu tubuh hipertermia, kulit timpani, rectal) mendekati
( hipertermi) kemerahan dan dan catat adanya suhu inti.
berhubungan pusing. kenaikan suhu. Pengukuran
dengan proses i - Normotermia, 2. Gunakan suhu rektal
nflamasi. pernafasan, nadi dan tindakan-tindakan lebih akurat.
tekanan darah dalam pendinginan 2. Penggunaan
batas normal internal dan mattres dingin

eksternal yang dapat


sesuai, seperti menurunkan
mandi dingin atau suhu secara
mattres dingin bertahap untuk
mencegah
menggigil
karena hal
tersebut
menyebabkan
peningkatan
kebutuhan
oksigen
2. Gangguan Tujuan : 1. Berikan sari buah
kebutuhan Diharapakan pasien yang banyak
nutrisi kurang menunjukkan mengandung air.
dari kebutuhan peningkatan nafsu 2. Berikan susu atau
tubuh berhubu makan makanan dalam
ngan Kriteria hasil : keadaan hangat.
dengan anorek a. BB meningkat 3. Berikan nutrisi
sia. b. Mual bentuk lunak untuk
berkurang/hilan membantu nafsu
c . Tidak ada muntah. makan.
d. Pasien 4. Berikan diet TKTP
menghabiskan atau nutrisi yang
makan 1 porsi. adekuat.
e. Nafsu mak an 5. Monitor perubahan
meningkatf. berat badan,
f . Tidak ada tanda- adanya bising
tanda malnutrisi. usus, dan status
gizi.
3. Resiko kurang Tujuan : Tidak terjadi 1. Observasi
volume cairan kekurangan volume penyebab
berhubungan cairan tubuh Kriteria kekurangan cairan
dengan kehilan hasil : : muntah, diare,
gan a. Turgor baik kesulitan menelan,
sekunder terha b. Kulit lembab kekurangan darah
dap demam. c. TTV dalam batas aktif, diuretic,
normal depresi, kelelahan
d. Mukosa mulut 2 . Observasi tanda-
lembab tanda dehidrasi.
e. Cairan masuk dan 3. Observasi keadaan
keluar seimbang turgor kulit,
kelembaban,
membran mukosa.
4. Monitor
pemasukan dan
pengeluaran cairan
bila kekurangan
cairan terjadi
secara mendadak,
ukur produksi
urine setiap jam,
berat jenis dan
observasi warna
urine.
5. Catat dan ukur
jumlah dan jenis
cairan masuk dan
keluar perparetal.
Perhatikan : cairan
yang masuk,
kecepatan tetesan
untuk mencegah
edema paru,
dispneu, bila
pasien terpasang
infus.
6. Timbang BB setiap
hari.
4. Gangguan pola Kriteria Hasil : Airway Management 1. Takipnea
nafas - Penurunan jumlah 1. Kaji tanda-tanda biasanya
berhubungan secret vital, status menandakan
dengan
- Bunyi napas normal pernapasan klien adanya stress
inflamasi ( RR, kedalaman respiratori.
- Klien dapat bernafas
saluran nafas. tanpa bantuan alat dan suara napas) Beberapa
bantu pernapasan 2. Beri posisi derajat
semifowler/fowler bronkospasme
jika tidak ada dikarenakan
kontra indikasi oleh obtruksi
jalan napas dan
bisa
dimanifestasika
n dengan suara
napas yang
tidak normal
seperti
crackles,
wheezing,
maupun absent
breath sound
2. Posisi
semifowler/fow
ler dapat
memaksimalka
Mobilize Secretions n perluasan
1. Elevasikan kepala paru-paru.
atau mengubah
posisi yang
diperlukan 1. Posisi elevasi/
2. Mengajarkan up right
latihan batuk memfasilitasi
efektif dan teknik fungsi
napas dalam respiratori
3. Lakukan suction dengan
jika sec ret tidak menggunakan
dapat keluar gravitasi.
dengan batuk 2. Untuk
efektif. memaksimalka
4. Berikan oksigen n kemampuan
dengan batuk ef ektif ,
konsentrasi 100% perluasan paru-
paru dan
drainase, serta
mengurangi
nyeri.
3. Membersihkan
jalan napas
ketika secret
menghambat
jalan napas.
4. Tindakan
suction dapat
menghisap
oksigen yang
berada di jalan
napas.
5. Gangguan Kriteria Hasil : 1. Kaji kebutuhan 1. Kulit klien
integritas kulit
- Temperatur kulit hygiene dan bisa j adi
berhubungan dalam rentang perawatan kulit berminyak,
dengan proses normal klien kering atau
penyakit - Daya sensasi tubuh 2. Berikan hidrasi sensitive yang
morbili. dalam rentang yang adekuat dapat
normal (oral, selang, IV mempengaruhi

- Elastisitas kulit ( infus), dll ) frekuensi


dalam rentang 3. Atur dan monitor kebutuhan
normal patensi selang mandi, suhu
infus, apabila air, tipe sabun
- Pigmentasi kulit
dalam rentang menggunakan dan agen
normal infus pembersih
4. Berikan nutrisi lainnya
- Tekstur kulit rata dan
halus yang optimal 2. Untuk
( termasuk protein mengganti
yang adekuat, cairan dan
lemak, kalori, elektrolit
mineral dan akibat
multivitamin) kehilangan
5. Monitor respon cairan
pasien (anak ) transepiderma
terhadap terapi 3. Mempertahan
cairan dan kan patensi
elektrolit yang masuknya
diberikan cairan dan
elektrolit ke
tubuh
4. Untuk
membantu
kesembuhan
kulit dan
mempertahank
an kesehatan
tubuh.
I. REFERENSI

Abdi Wijaya. 2015. Laporan Pendahuluan Moribili “Scribd”.


https://www.scribd.com/doc/291798667/LAPORAN-
PENDAHULUAN-MORBILI. Diakses pada 1 April 2017
Bulechek, dkk. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6.
Yogyakarta: Elsevier
Herdman.T.H (2015). Nanda Internasional Inc. Diagnose Keperawatan: Definisi Dan
Klasifikasi 2015-2017 . Edisi 10. Jakarta : EGC
Moorhead, dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi 5. Yogyakarta:
Elsevier
Nirarif.A.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis &
NANDA NIC-NOC . Jilid 3. Yogyakarta. Medi Action.

N. Barus. 2010. Repository Universitas Sumatera Utara "Campak".


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.

pdf. Diakses pada 2 April 2017

Anda mungkin juga menyukai