Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM HEMOSTASIS

PEMERIKSAAN CLOTTING TIME

PROBANDUS
Nama : Mita Yuliyasari Nama : Monica Cindy
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Kelas : 2A2
METODE : Lee and White

I. TUJUAN :
Untuk mengetahui waktu pembekuan darah seseorang dalam menit.

II. PRINSIP :
Masa pembekuan diukur mulai dari masuknya darah ke dalam semprit sampai terjadi
bekuan dan dihitung rata-rata dari tabung II, III, IV dan hasilnya dibulatkan ½ menit.

III. ALAT dan BAHAN :


Alat yang digunakan untuk pemeriksaan ini adalah: tabung reaksi diameter 7-8 mm,
stopwatch, rak tabung.
Bahan : sampel darah vena.

IV. CARA KERJA :


1. Siapkan 4 tabung reaksi , diameter 7-8 mm.
2. Lakukan pengambilan darah vena sebanyak 5 ml, nyalakan stopwatch saat darah
kelihatan masuk kedalam spuit
3. Tuangkan 1 ml darah ke dalam masing-masing tabung.
4. Lakukan pengamatan tiap 30 detik pada tabung 1 dengan cara memiringkan
tabung hingga terlihat darah dalam tabung tidak bergerak lagi (darah sudah
membeku).
5. Setelah tabung 1 membeku, lanjutkan pengamatan pada tabung 2, 3, dan 4.
6. Hasil dibaca dari rata-rata tabung 2,3 dan 4 dan dibulatkan ½ menit.

V. NILAI NORMAL :
9 - 15 menit.

| Laporan Hemostasis 2021 |


VI. HASIL :

23’30”+ 31’30”+51’00”
3
= 105’60”
3
= 35 menit 20 detik

VII. KESIMPULAN :
Dalam pemeriksaan pembekuan darah dengan metode lee and white, pada probandus
yang diperiksa didapatkan hasil lebih dari nilai normal.
PEMERIKSAAN CLOTTING TIME

PROBANDUS
Nama : Mita Yuliyasari Nama : Monica Cindy
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Kelas : 2A2

METODE : Object Glass

I. TUJUAN :
Untuk mengetahui waktu pembekuan darah seseorang dalam menit.

II. PRINSIP :
Masa pembekuan dihitung mulai keluarnya darah pada ujung jari setelah dilakukan
penusukan sampai terjadi benang-benang fibrin pada tetes darah kedua pada object
glass.

III. ALAT dan BAHAN :


Alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan ini adalah: object glass, lancet,
stopwatch.
Bahan : sampel darah kapiler.

IV. CARA KERJA :


1. Siapkan object glass yang bersih dan kering.
2. Lakukan pengambilan darah kapiler. Nyalakan stopwatch saat darah mulai keluar.
3. Hapus tetes darah pertama yang keluar.
4. Taruhlah secara terpisah 2 tetes darah dengan diameter ± 5 mm (yang telah diberi
kode A dan B).
5. Lakukan pengamatan tiap 30 detik dengan menggerakkan ujung lancet pada
tetesan 1 object glass A sampai terbentuknya benang fibrin.
6. Lanjutkan pengamatan yang sama pada tetesan 2 (object glass B).
7. Catat waktu terbentuknya benang fibrin pada tetesan 2 sebagai lamanya masa
pembekuan darah.

V. NILAI NORMAL :
2 - 6 menit.

VI. HASIL :
8 menit 30 detik.

VII. KESIMPULAN :
Dalam pemeriksaan pembekuan darah metode object glass, pada probandus yang
diperiksa didapatkan hasil lebih dari nilai normal.

VIII. PEMBAHASAN :

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut
oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh
dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan
penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Komponen penyusun darah ada 2 yaitu bagian yaitu :
a. Plasma darah, mempunyai fungsi pengangkut gas dan sari makanan disamping itu
plasma darah juga mengandung fibrinogen yang berfungsi dalam pembekuan darah.
b. Sel darah, adalah merupakan 45 % volume darah. Sel darah terdiri atas sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
Hemostasis
Hemostasis adalah peristiwa berhentinya suatu perdarahan sebagai reaksi tubuh terhadap
adanya luka. Mekanisme hemostasis yang seimbang terjadi karena interaksi dari 4 faktor
yaitu :
1. Faktor vaskular .
2. Faktor trombosit.
3. Faktor pembekuan
Jika ada benturan atau gesekan menyebabkan luka, maka trombosit pecah dan keluar
enzim tromboplastin (trombokinase). Zat ini bersama ion-ion kalsium yang ada di dalam
plasma darah akan bereaksi dengan protombin. Protombin adalah senyawa globulin yang
terdapat di dalam plasma darah dan bersifat sebagai enzim yang belum aktif. Zat ini di
hasilkan di hati dengan bantuan vitamin K. zat yang terbentuk adalah  thrombin, enzim
trombin akan mengubah fibrinogen, suatu protein yang larut dalam plasma,menjadi fibrin.
Fibrin berupa benang-benang halus yang menjaring dan mengikat sel-sel darah dan
terbentuk benang-benang fibrin penutup luka.
Adapun fungsi dari proses hemostasis ini adalah :
1. Mencegah keluarnya darah dari pembuluh darah yang utuh. Hal ini tergantung dari :
a. Intergritas Pembuluh darah.
b. Fungsi trombosit yang normal.
2. Menghentikan perdarahan dari pembuluh darah yang terluka. Proses yang terjadi setelah
adanya suatu luka adalah :
a. Vasokonstriksi pembuluh darah.
b. Pembentukan sumbat trombosit.
c. Proses pembekuan darah.
Bila terjadi suatu luka pada pembuluh darah, maka pembuluh darah tersebut akan
mengalami vasokonstriksi, sehingga aliran darah terhambat, dan darah yang dikeluarkan
juga sedikit, serta terjadi kontak antara trombosit dengan dinding pembuluh darah yang
cukup lama.
1. Sistem Vaskuler
Pembuluh darah memiliki satu atau lebih lapisan otot polos yang mengelilingi sel endotel yang
menutupi permukaan lumen. Apabila pembuluh rusak, otot-otot ini berkonstriksi dan
mempersempit jalur yang dilalui oleh darah dan kadang-kadang menghentikan secara
total aliran darah. Fase pembuluh darah pada hemostasis ini hanya mengenai arteriol dan
kapiler-kapilernya, pembuluh besar tidak cukup dapat berkonstriksi untuk mencegah
pengeluaran darah. Bahkan pada pembuluh darah yang halus, vasokontriksi hanya
menghasilkan hemostasis paling singkat.
2. Trombosit
Perbaikan permanen pada pembuluh darah yang terbuka memerlukan penambahan lubang di
dinding pembuluh darah, sumbat hemostatik yang efektif terdiri dari trombosit dan
protein yang mirip dengan gel yaitu fibrin.
Treombosit adalah keping darah yang tidak memiliki inti yang berasal dari sitoplasma
megakariosit. Trombosit dapat menyumbat lubang pembuluh darah yang terbuka dengan
cara adhesi, pelepasan zat-zat kimia dan agregasi.
Adhesi merupakan proses menempelnya trombosit pada kolagen yang terbuka. Setelah trombosit
menempel maka keluarlah zat-zat kimia yang akan merangsang terjadinya agregasi.
Agregasi yaitu proses menempelnya trombosit dengan trombosit sehingga terbentuk
sumbatan dan dapat menutup luka sehingga darah tidak keluar dari pembuluh darah.
3. Faktor Pembekuan
Terdapat tiga belas faktor pembekuan yang akan membantui proses hemostasis. Berikut
penjelasan faktor-faktor pembekuan:
1. Fibrinogen : sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan
diubah menjadi fibrin melalui aksi thrombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan
masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
2. Prothrombin : sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah
menjadi bentuk aktif thrombin (faktorIIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan
faktor X (Xa) dijalur umum dari pembekuan. Fibrinogen thrombin kemudian
memotong ke bentuk aktif tibrin. Kekurangan faktor menyebabkan
hypoprothrombinemia.
3. Tromboplastin : koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda
dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; jaringan tromboplastin penting dalam
pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di jalur koagulasi
ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
4. Kalsium : sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah.
5. Proaccelerin : sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang
hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan
ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothombin
thrombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada
kecendrungan berdarah yang langka yang disebut parahemofilia,dengan berbagai
derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
6. Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak
lagi dianggap dalam skema hemostasis.
7. Proconvertin : sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relative stabil dan panas
dan berpartisipasi dalam jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak
dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. defisiensi
faktor proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau di peroleh (yang
berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecendrungan perdarahan.
Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.
8. Antihemofilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatief labil dan
berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan
faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor 10. defisiensi, sebuah
resesif terkait-10 sifat, penyebab hemophilia A. disebut juga antihemophilic globulin
dan faktor antihemophilic A.
9. Tromboplastin plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relative
stabil dan terlibat dalam jalur intrinsic dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan
defisiensi faktor 10. hasil di hemophilia B. disebut juga faktor natal dan faktor
antihemophilic B.
10. Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relative stabil     dan
berpartisipasi dalam baik intrinsic dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka
untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk
kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor 7, yang disebut prothrombinase; hal
ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk thrombin. Kekurangan
faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga power
stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.
11. Tromboplastin plasma yang diatas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam
jalur intrinsic dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor 9. Lihat juga
kekurangan 11. Disebut juga faktor antihemophilic C.
12. Hagamen faktor; faktor koagulasi yang stabil diaktifkan oleh kontrak dengan kaca
atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsic dari koagulasi dengan
mengaktifkan faktor 11. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecendrungan
thrombosis.
13. Fibrin-faktor yang menstabilkan,sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin
monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea,
fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor
ini memberikan kecendrungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan
protransgultaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.
Clotting Time adalah waktu yang di perlukan darah untuk membeku atau waktu
yang di perlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya pembekuan. Hal ini
menunjukkan seberapa baik platelet berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk
membentuk pembekuan darah. Hasilnya menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor
koagulasi darah, terutama faktor-faktor yang membentuk tromboplastin. Selain itiu,
kadar fibrinogen juga berpengaruh pada waktu pembekuan darah.
Waktu yang dihitung yaitu waku yang diperlukan untuk darah menggumpal dalam
tabung kaca; ukuran dari sistem koagulasi intrinsik. Dalam metode Lee-White, darah
dalam tabung reaksi dipertahankan pada suhu konstan dan diperiksa secara teratur
sampai pembekuan terjadi, tes dapat juga dilakukan dalam tabung kapiler atau dengan
objek glass. Metode pipa kapiler disebut juga waktu koagulasi, kurang sensitif dan
sekarang lebih sering digunakan daripada waktu koagulasi yang diaktifkan.
Penetapan dengan metode ini digunakan darah lengkap yang sebenarnya satu tes
yang kasar saja, tetapi diantara tes-tes yang menggunakan darah lengkap cara ini
dianggap yang terbaik. Dahulu uji ini digunakan untuk memantau terapi heparin, yang
memperpanjang waktu pembekuan.
Waktu pembekuan Lee-White menggunakan tiga tabung yang disimpan dalam suhu
37°C, masing-masing berisi 1 ml darah lengkap. Waktu dijalankan pada saat darah
keluar pertama kali dalam spuilt, karena pada saat itulah darah mulai kontak dengan
permukaan benda asing. Tabung pertama yang diisi oleh darah yaitu tabung ke 3, 2, dan
1. Tabung-tabung 1 secara hati-hati dimiringkan setiap 30 detik untuk meningkatkan
kontak antara darah dan permukaan kaca untuk melihat kapan pembekuan terjadi.
Setelah darah pd tabung ke 1 membeku, dilihat tabung ke 2 lalu tabung ke 3 apa sudah
membeku atau belum. Apabila pada tabung ke 3 darah sudah membeku, waktu dalam
stopwatch dihentikan.
Darah pada tabung ke 1 akan lebih cepat membeku karena darah lebih sering
kontak dengan permukaan kaca. Sedangkan darah pada tabung ke 3 darah lambat
membeku karena hanya sesekali saja darah kontak dengan kaca. Maka dari itu pada
metode ini digunakan 3 tabung reaksi yang berisi darah untuk digunakan sebagai
kontrol yaitu tabung 1 dan 2. Darah normal membeku secara padat dalam waktu 5-11
menit.
Tes ini menjadi sempurna jika tabung yang digunakan diberi lapisan silikon. Masa
pembekuan darah lengkap dengan memakai tabung berlapis silikon jauh lebih panjang
daripada nilai normal, maka dari itu nilai normal seharusnya ditentukan sendiri oleh
masing-masing laboratorium. Hal-hal yang sama beraku jika memakai semprit dan
tabung-tabung plastik.
Bermacam-macam kesalahan teknik yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Hasil cenderung memperpendek masa pembekuan. Kesalahan dapat berupa
percampuran darah dengan tromboplastin jaringan, fungsi vena yang tidak segera
berhasil baik, terjadinya busa atau gelembung dalam spuilt, tergoyangnya tabung yang
tidak sedang diperiksa(tabung 3), atau tabung yang digunakan kotor. Diameter tabung
yang digunakan pun berpengaruh pada hasil pemeriksaan. Semakin lebar diameter
tabung maka semakin lama waktu pembekuan darahnya.
Metode ke dua yang digunakan yaitu metode gelas objek. Darah diteteskan pada
tengah-tengah gelas objek, lalu dikail-kail hingga terbentuk benang-benang fibrin.
Setelah terjadi benang fibrin waktu diberhentikan. Nilai normal darah membeku pada
metode gelas objek 3-7 menit. Waktu pembekuan pada metode ini lebih cepat karena
darah akan lebih cepat membeku dari pada metode lee and white. Darah akan kontak
seluruhnya pada permukaan gelas objek, selain itu gelas objek pun memiliki permukaan
yang lebih besar. Kebersihan gelas objek pun harus diperhatikan karena jika kotor akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan, waktu dapat memanjang atau memendek.
Jika terdapat kelainan atau pemanjangan waktu pembekuan, maka hasil itu menjadi
indikasi untuk lebih jauh menyelidiki faktor pembekuan mana yang aktifitasnya
berkurang, serta dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti jumlah dan fungsi
trombosit. Faktor yang membuat clotting time abnormal adalah :
a.       Volume darah
b.       Teknik pengambilan
c.        Darah yang diambil terlalu sedikit/terlalu banyak.
Hasil pemeriksaan pembekuan darah yang memanjang dapat terjadi pada penderita
hemofili (kelainan pada darah berupa darah yang sukar membeku), anemia, atau pada
pendariata sclerosis (mengerasnya pembuluh nadi akibat endapan lemak/kapur).
DAFTAR PUSTAKA

Sofro, Abdul Salam M. 2012. Darah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Freund, Mathias. 2011. Atlas Hematologi-Praktikum Hematologi dengan Mikroskop.

Jakarta: EGC

Gandasoebrata, R. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Metha, Atul. Victor Hoffbrand. 2008. At A Glance Hematologi edisi 2. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai