2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Tujuan...................................................................................................................................5
1. Tujuan Umum...................................................................................................................5
C. Sistematika Penulisan...........................................................................................................5
1. Studi Kepustakaan.............................................................................................................5
2. Pencarian Internet.............................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
A. Kasus.....................................................................................................................................7
B. Step 1 Identifikasi dan Klarifikasi Masalah..........................................................................7
C. Step 2 Diskusi dan Analisa...................................................................................................7
D. Step 3 Klarifikasi Masalah....................................................................................................8
E. Step 4 hipotesa......................................................................................................................8
F. Step 5 Materi.........................................................................................................................9
1. Konsep Teori.....................................................................................................................9
2. Konsep Askep.................................................................................................................14
BABIII...........................................................................................................................................23
TINJAUAN KASUS.....................................................................................................................23
A. Identitas klien......................................................................................................................23
B. Alasan Masuk.....................................................................................................................23
C. Faktor Predisposis...............................................................................................................23
D. Analisa Data........................................................................................................................28
3
E. Intervensi............................................................................................................................28
F. Implementasi dan Evaluasi.................................................................................................29
BAB IV..........................................................................................................................................32
PENUTUP.....................................................................................................................................32
A. Kesimpulan.........................................................................................................................32
B. Saran...................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................33
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di
Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis, dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang
berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk
jangka panjang Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang
tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan
atau mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan. Perilaku kekerasan
suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Prabowo, 2014).
Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Direja, (2011) meliputi: Fisik :Mata
melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah, dan
tegang, serta postur tubuh kaku. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata
kotor, berbicara dengan nada keras, kasar, ketus. Perilaku : Menyerang orang lain,
melukai diri sendiri atau orang lain, merusak lingkungan, amuk atau agresif. Emosi :
tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut,
Intelektual : Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri
benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat. Sosial : menarik diri,
pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran. Perhatian : bolos, melarikan
diri, dan melakukan penyimpangan seksual.
5
diberikan jadwal kegiatan sehari dalam upaya mengevaluasi kemampuan pasien
mengontrol perilaku kekerasan pasien (Prasetya, 2018).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu memahami tentang Resiko Perilaku Kekerasan
C. Sistematika Penulisan
1. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan yaitu suatu pengumpulan yang diperoleh dengan cara
penelusuran buku-buku tentang tata tulis karya ilmiah untuk memperoleh ketentuan-
ketentuan dasar terhadap materi yang akan dibahas. Dan juga mencari buku-buku
sumber untuk materi yang bersangkutan.
6
2. Pencarian Internet
Pencarian Internet yaitu penelusuran dari berbagai macam alamat website
mengenai karya tulis ilmiah yang ada di internet untuk memperoleh materi yang akan
dibahas.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasus
Tn. S, 25 tahun, dirawat di panti gangguan jiwa karena internet addiction. Alasan
pasien dirawat oleh keluarga karena sering marah-marah dan melempar ART. Hasil
pengkajian: apatis, afek tumpul, tangan mengepal, tatapan mata tajam, penampilan tidak
rapi dan badan berbau. Pasien juga tampak melakukan agitasi pada kedua kakinya, hal
tersebut pasien lakukan karena pasien tidak sabar ketika perawat melakukan komunikasi
terapeutik. Selama interaksi dengan perawat, pasien tetap mempertahankan kontak mata
dan cukup kooperatif. Persepsi klien baik, tidak ada delusi namun sesekali sirkumtansial,
pasien mampu berorientasi terhadap waktu, orang dan tempat. Pasien tidak memiliki
kemampuan dalam mengambil keputusan sederhana secara mandiri dan perlu dibantu
oleh perawat. Daya tilik sesuai, pasien mengetahui bahwa dirinya memiliki penyakit
adiksi dan perlu ditangani. Koping pasien ketika ada masalah lebih maladapatif, seperti
merusak ART dan memukul tembok.
8
D. Step 3 Klarifikasi Masalah
1. Resiko perilaku kekerasan (mia)
2. Karena internet addiction dan ketika melakukan hal lain yang monoton sehingga
merasa kesal dan tidak sabar (mutiara)
3. 5 Sp, Sp 1 identifikasi penyebab, tanda gejala, akibat RPK, latih cara fisik 1 tarik
nafas dalam dan masukkan jadwal harian, 2 evaluasi kegiatan Sp 1 latih patuh minum
obat, susun jadwal, masukkan jadwal, 3 evaluasi sp 1 2 latih cara fisik memukul kasur
ketika klien marah masukkan jadwal harian, sp 4 evaluasi kegiatan lalu sp 123 latih
sosial/verbal menolak/meminta/mengucapkan dg baik masukkan jadwal, sp 5 evaluasi
1-4 latih spiritual masukkan jadwal harian
E. Step 4 hipotesa
Tn.S 25
Tahun
Internet
Addiction
DS : DO :
Sering Apatis
marah-
marah Afek tumpul
melempar
Tangan mengepal
ART
Melakukan agitasi
RESIKO
PERILAKU
9
F. Step 5 Materi
1. Konsep Teori
a. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah salah satu respons marah yang diespresikan
dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan merusak lingkungan.
Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan [ CITATION Bud14 \l 1033 ].
Menurut WHO (2015) menyatakan paling tidak ada satu dari empat orang
didunia mengalami masalah mental. Perilaku kekerasan merupakan salah satu
penyakit jiwa yang ada di Indonesia, dan hingga saat ini diperkiran jumlah
penderitanya mencapai 2 juta orang terutama dengan gelaja agresif dan bila tidak
tertangani dengan baik maka akan menimbulkan dampak yang buruk. Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain,
disertai dengan amuk dan gaduh serta gelisah yang tidak terkontrol. (Ardhian,
2019).
Perilaku kekerasan adalah salah satu respons marah yang diespresikan
dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan merusak lingkungan.
Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan (Keliat,dkk, 2011).
Pasien dengan perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang
ditunjukkan untuk melukai diri sendiri dan individu lain yang tidak menginginkan
tingkah laku tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat
dibatasi. (Kusmawati, F dalam Livana PH 2019)
Menurut Keliat (2011), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Herdman
(2012) mengatakan bahwa risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
diperlihatkan oleh individu. Bentuk ancaman bisa fisik, emosional atau seksual
yang ditujukan kepada orang lain.
10
b. Rentang Respon
Perilaku atau respon kemarahan dapat berflutuatif dalam rentang adaptif
sampai maladaptif. Rentang respon marah menurut (Fitria, 2010). Dimana amuk
dan agresif pada rentang maladaptif, seperti gambar berikut:
Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
11
d) Bioneurologis banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan (Prabowo, 2014)
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi pasien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang
ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintainya atau pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain
interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan
(Prabowo, 2014).
d. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, meliputi :
a) Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter yaitu
adanya anggotakeluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan
perilaku kekerasan, adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
adanyan riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiptif lainnya).
b) Faktor Psikologis
Menurut Kandar dan Iswanti (2019), Faktor psikologis yang menyebabkan
resiko perilaku kekerasan antara lain yaitu: kepribadian yang tertutup,
kehilangan, aniaya seksual, kekerasan dalam keluarga. Pengalaman marah
merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun
lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustrasi.
Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui
kegagalan atau terhambat.Salah satu kebutuhan manusia adalah
“berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui
12
berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.
c) Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory) menyatakan bahwa
lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah.Norma budaya dapat mendukung individu untuk
berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara
langsung melalui proses sosialisasi (social learnin theory).
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda
satu orang dengan yang lain. Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang
brasal dari dari dalam maupun luar individu.
Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan
orang yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan
rasa cinta, kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar
individu meliputi serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan
yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan.
e. Tanda dan gejala
Menurut (Ardhian,2019) tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari:
1) Fisik
Mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah, dan tegang, serta postur tubuh kaku
2) Verbal
Mengancam, mengumpat, dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar dan ketus
3) Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif
4) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntu
13
5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan
6) Spiritual
8) Perhatian
14
contohnya : clorpromazine HCL yang digunakan mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat dipergunakan dosis efektif rendah, contoh :
Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan
transquelillzer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun
demikian keduannya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
2) Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan
dan mengembalikan maupun berkomunikasi, karena itu didalam terapi ini tidak
harus diberikan pekerjaan terapi sebagai bentuk kegiatan membaca koran, main
catur, setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi
tentang pengalaman dan arti kegiatan itu bagi dirinya.
3) Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan pasien. Perawat membantu keluarga
agar dapat melakukan lima tugas kesehatan yaitu, mengenal masalah kesehatan,
membuat keputusan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber daya
pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah
akan dapat mencegah perilaku maladaptive (primer), mengulangi perilaku
maladaptive (sekunder) dan memulihkan perilaku maladaptive dan adaptive
sehingga derajat kesehatan pasien dan keliuarga dapat ditingkatkan secara
optimal.
4) Terapi Somatik
Menurut Deskep RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic
terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan
mengubah perilaku tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik pasien, tetapi
target terpai adalah perilaku pasien (Prabowo, 2014).
2. Konsep Askep
a. Pengkajian
15
1) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal pengkajian.
2) Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara
teratur (Keliat,2016).
3) Faktor Predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan pernah
dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa (Parwati, Dewi &
Saputra 2018).
b) Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai alternative
serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa kerumah sakit jiwa.
c) Trauma. Biasanya klien pernah mengalami atau menyaksikan penganiayaan
fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
d) Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau ada
hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan.
e) Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan dari
lingkungan
4) Pengkajian fisik
a) Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan bertambah
naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat.
b) Ukur tinggi badan dan berat badan.
c) Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah)
d) Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan ketus).
16
5) Psikososial
a) Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan hubungan
klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah
diingat oleh klien maupu keluarg apa dasaat pengkajian.
b) Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain sehingga
klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
c) Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan
pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat kerja dan
dalam lingkungan tempat tinggal
d) Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan dengan orang lain
akan terlihat baik, harmoni sata terdapat penolakan atau klien merasa tidak
berharga, dihina, diejek dalam lingkungan keluarga maupun diluar
lingkungan keluarga.
Peran diri Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas yang
diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan biasanya
klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa
tidak berguna.
Ideal diri Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh,
posisi dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan
masyarakat.
6) Hubungan sosial
a) Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b) Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien berperan
aktif dalam kelompok tersebut
17
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan klien
dalam hubungan masyarakat.
7) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan jiwa.
b) Kegiatan ibadah
Biasanya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
8) Status mental
a) Penampilan.
Biasanya penampilan klien kotor.
b) Pembicaraan : Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan
pengkajian bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah tersinggung.
c) Aktivitas motorik : Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku
kekerasan akan terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka berubahubah,
gemetar, tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
d) Alam perasaan : Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah
dilakukan
e) Efek: Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa
sebab
f) Interaksi selama wawancara : Biasanya klien dengan risiko prilaku
kekerasan akan terlihat bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau
menatap lawan bicara dan mudah tersinggung.
g) Persepsi : Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab
pertanyaan dengan jelas.
h) Isi Pikir : Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
i) Tingkat kesadaran : Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak
bingung,
j) Memori : Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian
yang terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
k) Kemampuan penilaian : Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian
ringan dan sedang dan tidak mampu mengambil keputusan
18
l) Daya fikir diri : Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
19
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan
lingkungan
12) Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan fungsi
Dari obat yang diminumnya.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan ialah identifikasi atau penilaian terhadap pola
respons klien baik actual maupun potensial dan merupakan dasar pemilihan
intervensi dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan oleh perawat yang
bertanggung jawab. (Muhith, 2015., Stuart 2016. )
Data-data yang mendukung analisa data menurut (Keliat, 2010) :
1) Data subjektif : klien mengatakan jengkel dengan orang lain, mengupkankan
rasa permusuhan yang mengancam, klien meras tidak nyaman, klien merasa
tidak berdaya, ingin berkelahi, dendam.
2) Data objektif : tangan dikepal, tubuh kaku, ketegangan otot seperti rahang
terkatup, nada suara tinggi, waspada, pandangan tajam, reflek cepat, aktivitas
motor meningkat, mondar-mandir, merusak secara langsung benda-benda
yang berada dalam lingkungan, menolak, muka merah, nafas pendek.
c. Intervensi Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Setelah ….x pertemuan, SP I
- Mengidentifikasi pasien mampu : - Identifikasi penyebab,
penyebab dan tanda 1. Menyebutkan tanda dan gejala serta
perilaku kekerasan penyebab, tanda, akibat perilaku
- Menyebutkan jenis gejala dan akibat kekerasan
perilaku kekerasan yang perilaku kekerasan - Latih cara fisik 1 :
pernah dilakukan 2. Memperagakan cara Tarik nafas dalam
- Menyebutkan akibat dari fisik 1 untuk - Masukkan dalam
perilaku kekerasan yang mengontrol perilaku jadwal harian pasien
dilakukan kekerasan
- Menyebutkan cara Setelah ….x pertemuan SP 2
mengontrol perilaku pasien mampu :
kekerasan - Menyebutkan - Evaluasi kegiatan
kegiatan yang yang lalu (SP1,2,3&4)
20
- Mengontrol perilaku sudah dilakukan - Latih patuh obat :
kekerasannya dengan cara - Memperagakan Minum obat secara
: cara patuh obat teratur dengan prinsip
Fisik 5B
Sosial / verbal - Susun jadwal minum
Spiritual obat secara teratur
Terapi - Masukkan dalam
psikofarmaka jadwal harian pasien
(patah obat)
Setelah ….x pertemuan, SP 3
pasien mampu : - Evaluasi kegiatan
- Menyebutkan yang lalu (SP1)
kegiatan yang - Latih cara fisik 2 :
sudah dilakukan Pukul kasur / bantal
- Memperagakan - Masukkan dalam
cara fisik untuk jadwal harian pasien
mengontrol
perilaku
kekerasan
21
Merawat pasien di rumah keluarga mampu - Identifikasi masalah
menjelaskan penyebab, yang dirasakan
tanda dan gejala, akibat keluarga dalam
serta mampu merawat pasien
memperagakan cara - Jelaskan tentang
merawat. Perilaku Kekerasan :
Penyebab, Akibat,
Cara merawat
- Latih 2 cara merawat
- RTL keluarga / jadwal
untuk merawat pasien
Setelah ….x pertemuan SP 2
keluarga mampu - Evaluasi SP 1
menyebutkan kegiatan - Latih (simulasi) 2 cara
yang sudah dilakukan dan lain untuk merawat
mampu merawat serta pasien
dapat membuat RTL - Latih langsung ke
pasien
- RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
Setelah ….x pertemuan SP 3
keluarga mampu -Evaluasi SP 1 dan 2
menyebutkan kegiatan -Latih langsung ke pasien
yang sudah dilakukan dan -RTL keluarga / jadwal
mampu merawat serta keluarga untuk merawat
dapat membuat RTL pasien
Setelah ….x pertemuan SP 4
keluarga mampu - Evaluasi SP 1,2 &3
melaksanakan Follow Up - Latih langsung ke
dan rujukan serta mampu pasien
menyebutkan kegiatan - RTL Keluarga :
yang sudah dilakukan Follow Up, Rujukan
d. Impelentasi Kperawatan
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada
situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi
karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
22
melaksanakan tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan
singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan
kondisinya (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah kemampuan
interpersonal, intelektual, tekhnikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan, dinilai kembali apakah aman bagi klien. Setelah semuanya tidak
ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan (Sahputra, 2021).
Implementasi dilakukan sesuai intervensi keperawatan pada klien dengan
perilaku kekerasan dengan melihat kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
klien. Tehnik yang perlu diperhatikan adalah strategi komunikasi, yang harus
dilakukan yaitu : bersikap tenang, bicara lambat, bicara tidak dengan cara
menghakimi, bicara netral dengan cara yang kongkrit, tunjukkan respek pada
klien, hindari intensitas kontak mata langsung, demonstrasikan cara mengontrol
situasi tanpa kesan berlebihan, fasilitasi pembicaraaan klien, dengarkan klien,
jangan terburu-buru menginterpretasikan, jangan buat janji yang tidak dapat
perawat sejati. Lingkungan: menyediakan berbagai aktivitas. Tindakan perilaku:
membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat diterima
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons keluarga
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses atau
pormatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan.Evaluasi dapat dilakukan
dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya. (Keliat, 2011).
S : Respon subjektif keluarga terhadap intervensi keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah di
laksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpukan pakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradikdif dengan
masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada respon keluarga.
23
BABIII
TINJAUAN KASUS
A. Identitas klien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 25 tahun
Informan : Orang tua
Alamat :-
B. Alasan Masuk
1. SMRS : klien mengalami Internet Addiction dan sering marah-marah dan melempar
ART
2. Saat Dikaji : apatis, afek tumpul, tangan mengepal, tatapan mata tajam, penampilan
tidak rapi dan badan berbau, Pasien juga tampak melakukan agitasi pada kedua
kakinya, Persepsi klien baik, tidak ada delusi namun sesekali sirkumtansial, pasien
mampu berorientasi terhadap waktu, orang dan tempat, Daya tilik sesuai, pasien
mengetahui bahwa dirinya memiliki penyakit adiksi dan perlu ditangani
C. Faktor Predisposis
1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu?
Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
3. Pengalaman Traumatis
Trauma
Aniaya Fisik
Aniaya Seksual
Penolakan
Kekerasan dan keluarga
24
Tindakan Kriminal
Masalah Keperawatan : Klien tidak ada pengalaman traumatis
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa
6. Pemeriksaan Fisik
Tidak terkaji
7. Psikososial
1. Genogram (Tidak Terkaji)
2. Konsep diri
a. Gambaran Diri : tidak terkaji
b. Identitas Diri : tidak terkaji
c. Peran Diri : tidak terkaji
d. Ideal Diri : tidak terkaji
e. Harga Diri : tidak terkaji
3. Hubungan sosial (-)
4. Spiritual (-)
8. Status Mental
a. Penampilan
√
Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai
Klien berpakaian rapi dan perawatan diri sudah baik, klien mampu mandi,
berpakaian dan berhias diri
b. Pembicaraan
Jelaskan :
25
c. Aktivitas Motorik
Masalah Keperawatan :
d. Alam Perasaan
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
e. Afek
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
Defensif Curiga
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
26
g. Persepsi
Masalah Keperawatan :
h. Proses Pikir
Blocking Pengulangan
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
i. Isi Pikir
Pikiran Magis
Masalah Keperawatan :
j. Tingkat Kesadaran
Orang
Jelaskan :
27
k. Memori
Jelaskan :
Jelaskan :
m. Kemampuan penilaian
Jelaskan :
Masalah Keperawat
9. Mekanisme koping
Adaptif Mal adaptif
10. Berbicara dengan oranglain Minum alcohol
√
11. Mampu menyelesaikan masalah Meghindar
12. Aktifitas konstruktif Mencederai
√
Jelaskan : klien sering marah-marah dan melempar barang ART
Masalah Keperawatan :
28
D. Analisa Data
Data Menyimpang Masalah
E. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
29
cara mengontrol Setelah 2 x SP 2
perilaku kekerasan pertemuan pasien 1. Evaluasi
5. Mengontrol mampu : kegiatan yang
perilaku 1. Menyebutkan lalu (SP1)
kekerasannya kegiatan yang 2. Latih patuh obat
dengan cara : sudah dilakukan :
a. Fisik 2. Memperagak a. Minum obat
b. Sosial / verbal an cara patuh obat secara teratur
c. Spiritual dengan prinsip
d. Terapi 5B
psikofarmaka b. Susun
(patah obat) jadwal minum
obat secara
teratur
c. Masukkan
dalam jadwal
harian pasien
30
3. Memasukkan dalam jadwal dalam
harian pasien
- Klien mampu
mengontrol emosinya
dengan cara berpikir
positif dan pukul
bantal
A : Resiko Perilaku
Kekerasan
P:
31
A : Resiko Perilaku
Kekerasan
P:
- Nyusun jadwal
minum obat secara
teratur
32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah salah satu respons marah yang diespresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan merusak lingkungan. Respons ini dapat
menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Tanda dan
gejala perilaku kekerasan meliputi: Fisik :Mata melotot atau pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah, dan tegang, serta postur tubuh kaku.
Intervensi pada pasien dengan perilaku kekerasan dapat dilakukan dengan pemberian
teknik mengontrol perilaku kekerasan dengan pemberian SP I cara fisik yaitu relaksasi
tarik nafas dalam serta penyaluran energi, SP II dengan pemberian obat, SP III verbal
atau social, SP IV spiritual.
B. Saran
Bermutu atau tidaknya pelayanan keperawatan di suatu Rumahsakit sangat
bergantung pada kerjasama antar perawat itu sendiri. Apabila tidak adanya suatu
hubungan yang baik antara sesame anggota dan klien maka akan sulit membangun
kepercayaan masyarakat dalam Asuhan Keperawatan yang diberikan. Agar kinerja dalam
keperawatan berjalan dengan efektif maka seorang perawat juga perlu memahami setiap
karakter yang berbeda dari setiap klien.
33
DAFTAR PUSTAKA
A.H, S. D. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. yogyakarta: Nurha Medika.
Budi Anna Keliat, A. (2016). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok . Jakarta: EGC.
Hafizudin. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.A Dengan Masalah Halusinasi
Pendengaran. ScienceGate, 50-62.
Internasional, N. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Prabowo. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. yogyakarta: Nuha Medika.
WHO. (2016, Maret 28). The World Health Report . Retrieved Desember 29, 2020, from New
Understanding: New Hope: www.who.int/whr/2012/en/.
Yosep, S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Healt Nursing. Bandung :
Refika Aditama.
34