Anda di halaman 1dari 170

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha


Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis bisa menyelesaikan buku Jurnalistik Sunda ini
dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada para keluarganya, kepada para sahabat dan
tabi’inya, dan semoga sampai kepada kita selaku
umatnya. Aamiin.

Awal mulanya Jurnalistik Sunda hadir di tengah


masyarakat sejak dahulu sebelum Indonesia
merdeka.Berita yang dimuat merupakan berita yang
terjadi pada saat itu.Pers sunda atau jurnalistik sunda
melakukan kegiatan mencari, mengolah, dan
menyebarluaskan berita menggunakan bahasa sunda dan
ditujukan kepada masyarakat sunda.

Bermula pada saat Indonesia belum merdeka


hingga saat ini dimana zaman semakin pesat dan
semakin berkembangnya teknologi, pers sunda atau
jurnalistik sunda tetap mampu mempertahankan
keeksistensiannya. Meskipun pers sunda sempat
meredup, dikarenakan Pers Nasional yang menggunakan
Bahasa Indonesia semakin bermunculan, menjadikan
pembaca lebih memilih pers nasional mengingat
masyarakat Indonesia yang heterogen.

Pembahasan dalam buku Jurnalistik Sunda ini


lebih menekankan pada aspek teoritis. Pada bagian
pertama membahas mengenai pengertian Jurnalistik

Jurnalistik Sunda i
Sunda, kemudian Bagian dua menjelaskan mengenai
sejarah Pers Sunda. Mulai dari sejarah pers sunda era pra
kemerdekaan, sejarah pers sunda era orde lama, sejarah
pers sunda era orde baru, dan sejarah pers sunda era orde
reformasi.Disinilah pers sunda dapat membuktikan
kekonsistensiannya dan mengetengahkan aspek-aspek
budaya Sunda Khususnya di Jawa Barat.

Pada bagian selanjutnya penulis menjelaskan


mengenai bahasa dan budaya sunda.Mulai dari
menjelaskan fungsi dan karakteristik Bahasa Sunda,
undak usuk baa sunda, kemudian ciri khas dari budaya
sunda itu sendiri.Hal ini agar pembaca lebih dalam
mengenal mengenai budaya sunda, khusunya bagi etnis
sunda agar tidak melupakan budayanya sendiri serta
mampu untuk dapat mempertahankan keeksistensian dari
bahasa dan budaya sunda.

Kemudian pada buku ini penulis juga


menjelaskan mengenai fungsi dan peran jurnalistik
sunda, kemudian juga menjelaskan mengenai jenis-jenis
jurnalistik sunda. Selain itu penulis juga menganalisis
mengenai kekuatan dan kelemahan jurnalistiksunda
menggunakan analisis SWOT, beserta tantangan dan
peluang dari jurnalistik sunda. Dan pada pembahasan
terakhir dalam buku ini memuat sejarah majalah mangle,
yang merupakan majalah berbahasa sunda.

Tulisan sederhana yang tertulis dalam buku ini


mungkin belum tuntas dengan sempurna. Maka jika
terdapat kekurangan dalam pembahasannya, semoga bisa
dijawab dengan gagasan baru yang lebih menarik, segar,
dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian secara

Jurnalistik Sunda ii
khusus, buku ini diterbitkan untuk memenuhi Tugas
Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Jurnalisme
Sunda yang diampu oleh Drs. Haris Sumadiria, M.Si.

Secara praktis, buku ini diterbitkan juga untuk


memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang berkecimpung
dalam dunia kejurnalistikan seperti mahasiswa ilmu
komunikasi jurnalistik, dosen, praktisi media massa,
jurnalis, penulis hingga khalayak massa. Diharapkan
juga dengan hadirnya buku ini, dapat menjadi sumber
pengetahuan bagi pembaca.

Buku ini lahir berkat kontribusi dan partisipasi


sejumlah pihak yang terlibat.Maka dari itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu sehingga dapat diterbitkannya tulisan
ini.Penulis juga merasa bahwa buku ini jauh dari
sempurna, oleh karena itu segala masukan baik berupa
saran maupun kritik yang membangun sangat
diharapkan.

Bandung, Desember 2021

Penulis

Jurnalistik Sunda iii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................. iv
BAB IPENGERTIANJURNALISTIKSUNDA.............. 1
Jurnalistik .................................................................... 1
Jurnalistik Sunda ......................................................... 8
Bahasa Sunda Jurnalistik ........................................... 11
Kode Etik Jurnalistik ................................................. 14
BAB II SEJARAHJURNALISTIKSUNDA ................. 19
Jurnalistik Sunda Era Pra Kemerdekaan ................... 20
Jurnalistik Sunda Era Orde Lama.............................. 22
Jurnalistik Sunda Era Orde Baru ............................... 24
Jurnalistik Sunda Era Reformasi ............................... 25
BAB III BAHASA& BUDAYASUNDA ..................... 31
Bahasa Sunda ............................................................ 33
Fungsi & Karakteristik Bahasa Sunda ...................... 33
Undak Usuk Basa Sunda ........................................... 37
Budaya Sunda............................................................ 40
Ciri Khas Kebudayaan Sunda ................................... 43
BAB IV FUNGSI& PERANJURNALISTIKSUNDA . 65
BAB V JENIS - JENISJURNALISTIKSUNDA .......... 71

Jurnalistik Sunda iv
Berdasarkan Media .................................................... 71
Berdasarkan Gaya dan Ideologi ................................ 72
Jenis-Jenis Jurnalistik Online .................................... 79
BAB VI KEKUATAN
&KELEMAHANJURNALISTIKSUNDA ................... 81
Kekuatan Jurnalistik Sunda ....................................... 81
Kelemahan Jurnalistik Sunda .................................... 82
BAB VII TANTANGAN&
PELUANGJURNALISTIKSUNDA............................. 86
Tantangan .................................................................. 87
Peluang ...................................................................... 89
Strategi Jurnalistik Sunda .......................................... 92
BAB VIII SEJARAHMAJALAHMANGLE................ 96
Media Lokal Pelestari Bahasa dan Budaya Sunda .... 96
AUTOBIOGRAFI PENULIS ..................................... 140
I Believe Life is Miracle.......................................... 140
Kisah Lomba Kepenulisan Pertamaku .................... 148
DAFTAR PUSTAKA ................................................. 157

Jurnalistik Sunda v
B PENGERTIAN
A
B JURNALISTIK
I SUNDA
Mungkin hampir sebagian dari kita sudah tidak
asing lagi dengan istilah ‘jurnalistik’. Lalu, bagaimana
dengan jurnalistik Sunda? Apakah kalian tahu
pengertiannya atau bahkan sudah familiar dengan istilah
tersebut? Bisa dipastikan masih banyak yang belum
familiar. Memangnya apa pengertian dari jurnalistik
Sunda? Mari kita bahas satu per satu.

Jurnalistik

Secara etimologis atau asal kata, istilah


jurnalistik atau dalam bahasa Inggrisnya Journalism, dan
dalam bahasa Belandanya Journalistiek, berasal dari
perkataan Prancis, Journa yang artinya surat kabar

Jurnalistik Sunda 1
(Adinegoro, 1961). Istilah Journa sendiri berasal dari
kata lain, Diurna, yang artinya tiap hari, harian, atau
catatan harian (Muis, 1996).

Sedangkan pelakunya disebut Diurnarii (latin)


atau dalam bahasa Inggris disebut Journalist, yaitu orang
yang bertugas untuk mengumpulkan, mengolah dan
kemudian menyiarkan “catatan-catatan harian” itu untuk
kemudian diistilahkan berita.

Sementara berdasarkan suku kata, istilah


Jurnalistik terdiri atas Jurnal dan Istik.Jurnal berarti
harian atau tiap hari atau catatan harian, sedangkan Istik
mengandung makna seni yang merujuk pada istilah
estetika yang berarti ilmu pengetahuan tentang
keindahan.

Dengan demikian, secara maknawiyah,


jurnalistik dapat diartikan sebagai suatu karya seni
membuat catatan tentang peristiwa sehari-hari.Karya
seni dimaksud memiliki nilai keindahan yang dapat
menarik perhatian publik (pembaca, pendengar,

Jurnalistik Sunda 2
pemirsa), sehingga dapat dinikmati dan dimanfaatkan
untuk keperluan hidupnya.

Secara lebih luas, pengertian jurnalistik adalah


seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang
peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam
rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani
khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat,
pendapat, opini dan perilaku khalayak (feedback) sesuai
dengan kehendak para jurnalisnya atau media massanya.

Seiring perkembangan Ilmu Jurnalistik, sejumlah


pakar, praktisi, dan teoritisi komunikasi dan jurnalistik
berupaya untuk mendefinisikannya dari berbagai sudut
pandang masing-masing, kendati pada dasarnya
memiliki makna yang hampir sama.

Untuk memperoleh arti yang lebih jelas dan


komprehensif mengenai Jurnalistik, berikut sejumlah
definisi dari sejumlah pakar, tokoh dan teoritisi Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Jurnalistik berdasarkan sudut
pandang dan interpretasi masing-masing.

Jurnalistik Sunda 3
Jurnalistik adalah :

”Kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis di


surat kabar, majalah, dan media massa lainnya,”

KBBI,

Seni kejuruan yang bersangkutan dengan pemberitaan


dan persuratkabaran,”

KIJ,

”Bidang profesi yang mengusahakan penyajian


informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-
hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan,
penafsiran dan pengkajian) secara berkala, dengan
menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada,”

Ensiklopedi Indonesia,

”Teknik mengelola berita sejak dari mendapatkan bahan


sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak.
Pada mulanya jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang
sifatnya informatif saja,”

Onong Uchjana Effendi,

Jurnalistik Sunda 4
”Suatu seni atau keterampilan mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyusun, serta menyajikan berita tentang
suatu peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah,
dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani
khalayaknya,”

Kustadi Suhandang,

“Kepandaian karang-mengarang yang pokoknya untuk


memberi pekabaran pada masyarakat dengan selekas-
lekasnya agar tersiar kabar seluas-luasnya,”

Adinegoro,

“Kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan,


mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui
media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan
secepat-cepatnya,”

Haris Sumadiria,

“Kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara


menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai
berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang
aktual dan faktual dalam waktu yang secepat-cepatnya,”

Jurnalistik Sunda 5
A.W. Widjaya,

”Suatu kepandaian praktis dalam mengumpulkan dan


untuk selanjutnya mengedit berita untuk dijadikan
pemberitaan dalam surat kabar, majalah, atau terbitan-
terbitan berkala lainnya. Selain bersifat ketrampilan
praktis, jurnalistik juga merupakan seni,”

M. Ridwan,

“Kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan


penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran
media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari
peliputan sampai kepada penyebarannya kepada
masyarakat,”

Kris Budiman,

“Pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar,


seksama, dan cepat, dalam rangka membela kebenaran
dan keadilan,”

Erik Hodgins,

Jurnalistik Sunda 6
“Laporan tentang kejadian-kejadian yang sedang
berlangsung pada saat ditulis, bukan kabar yang sudah
definitif tentang suatu keadaan,”

Edwin Emery,

“Pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan


penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati,
hiburan umum secara sistematis dan dapat dipercaya
untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan
disiarkan di stasiun siaran,”

Roland E. Wolseley,

“Journalism ambraces all the forms in which and trough


wich the news and moment on the news reach the public
(Jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita
dan ulasan mengenai berita sampai pada kelompok
pemerhati),”

F. Fraser Bond,

Merujuk pada pengertian jurnalistik yang


dikemukakan oleh para praktisi dan teoritisi ilmu
komunikasi maupun ilmu jurnalistik tersebut, maka

Jurnalistik Sunda 7
secara umum, jurnalistik mengandung pengertian
sebagai suatu kegiatan mengumpulkan, mengolah serta
menyebarkan pemberitaan kepada publik seluas-luasnya
dalam waktu yang cepat kepada jumlah audience atau
khalayak sebanyak-banyaknya.

Dengan kata lain, jurnalistik adalah suatu proses


pengelolaan laporan harian yang menarik minat
khalayak, mulai dari kegiatan peliputan sampai
penyebarannya kepada masyarakat.

Jurnalistik Sunda

Menurut Djen Amar, jurnalistik adalah kegiatan


mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita
kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-
cepatnya.

Roland E. Wolseley mengatakan, jurnalistik


adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan,
dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati,
hiburan umum, yang secara sistematik dan dapat
dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah,
dan disiarkan di stasiun siaran (Sumadiria, 2006:4).

Jurnalistik Sunda 8
Secara sederhana, jurnalistik dapat didefinisikan
sebagai kegiatan mengelola berita mulai dari
mendapatkan bahan berita sampai menyebarluaskannya
ke khalayak umum.

Sedangkan istilah Sunda menurut KBBIadalah


suku bangsa yang mendiami daerah Jawa
Barat;bahasayang dituturkan oleh suku Sunda, yakni
bahasa Sunda.

Jika dipadukan jurnalistik Sunda dapat diartikan


kegiatan mengelola berita dengan menggunakan bahasa
Sunda mulai dari mendapatkan bahan berita sampai
menyebarluaskannya ke khalayak atau masyarakat
khususnya masyarakat Sunda.

Senada dengan pengertian dari pers Sunda yaitu


perusahaan media yang menerbitkan atau membuat
karya jurnalistik menggunakan bahasa sunda atau bahasa
yang populer di Jawa Barat(Oktaviani, 2017).

Begitupun dengan pengertian Media Sunda, yaitu


media massa yang menggunakan bahasa Sunda sebagai
bahasa utama; didirikan, dipimpin, atau dikelola oleh

Jurnalistik Sunda 9
Warga Negara Indonesia terutama etnis dan
keturunan Suku Sunda; atau media massa yang pernah
atau terbit di wilayah Pasundan.

Media tersebut beragam jenisnya, mulai dari


media konvensional yang mengandalkan produk
jurnalistik tercetak sampai dengan penggunaan media
baru berbentuk siber. Dapat disimpulkan pada
hakikatnya, jurnalistik Sunda merupakan jurnalistik yang
menghasilkan karya atau produk jurnalistik berbahasa
Sunda.

Sedikit berbeda dengan pengertian pers lokal, di


mana pers lokal tidak harus menggunakan bahasa
daerah. Mulyanadalam bukunya Komunikasi Massa
(2008:107-108) mendefinisikan pers lokal yang
dibangun oleh dan untuk orang-orang lokal. Lokal disini
dapat berarti satu kota, kabupaten, atau provinsi, atau
wilayah yang dihuni atau suatu kelompok suku, dalam
wilayah geografis yang lebih besar. Bahasa pers lokal
bisa saja bahasa nasional atau bahkan bahasa daerah,
sejauh bahasa daerah tersebut masih diapresiasi oleh
masyarakat yang bersangkutan(Jannah, 2017).

Jurnalistik Sunda 10
Bahasa Sunda Jurnalistik

Istilah “bahasa Sunda jurnalistik” di sini


mengacu pada ragam bahasa Sunda yang digunakan di
bidang jurnalistik. Disajikan dalam bentuk berita yang
dimuat oleh koran, ditayangkan di televisi, dan disiarkan
di radio serta dimuat di media online, dan sebagainya.
Sama halnya dengan bahasa jurnalistik yang
menggunakan bahasa Indonesia, bahasa jurnalistik
Sunda pun memiliki kaidah-kaidah yang harus dipatuhi.

Memang, bisa jugamenggunakan istilah “bahasa


jurnalistik Sunda”, tapi istilah tersebut menurut Hawe
dapat mencakup penggunaan bahasa di luar bahasa
Sunda. Dengan menggunakan istilah “bahasa Sunda
jurnalistik”, kita dapat menekankan dua hal, yaitu
kualitas bahasa Sunda dan karakter jurnalistik dalam
penggunaan bahasa itu.

Untuk sementara, dapat kiranya diusulkan agar


prinsip-prinsip bahasa jurnalistik yang telah berlaku
umum diadaptasikan ke dalam bahasa Sunda. Sebagai
contoh, dapat kita terapkan prinsip “ekonomi kata”.
Maksudnya, dalam rubrik yang sempit, atau dalam

Jurnalistik Sunda 11
waktu yang singkat, jurnalis tak dapat mengobral kata-
kata. Sebisa mungkin diupayakan agar tidak ada satu
kata pun yang mubazir.

Jika prinsip tersebut kita terapkan ke dalam


bahasa Sunda, kiranya cukup banyak kata atau ungkapan
dalam bahasa Sunda yang dapat dicarikan variasinya
yang lebih pendek dengan tidak mengubah maksudnya.
Contohnya, ampir-ampiran jadi ampir atau meh, sok
sanajan jadi najan, oge jadi ge, samemeh jadi memeh,
anu jadi nu, atuh da jadi tuda, ngan bae jadi ngan, dll.).

Selain adaptasi atas prinsip-prinsip bahasa


jurnalistik, hal yang tak kurang pentingnya adalah
aktualisasi konvensi pembentukan kata dan struktur
kalimat dalam bahasa Sunda pada konteks jurnalistik.
Hal ini penting diindahkan terutama dalam kaitannya
dengan gejala yang menunjukkan banyaknya teks berita
berbahasa Sunda yang tampaknya merupakan hasil
terjemahan dari bahasa Indonesia.

Setiap kegiatan penerjemahan, tak terkecuali


dalam konteks jurnalistik, niscaya akan menimbulkan

Jurnalistik Sunda 12
kejanggalan manakala prosesnya hanya sampai pada
pemindahan kata dari satu wilayah bahasa ke wilayah
bahasa lainnya. Pasalnya, tiap bahasa pada hakikatnya
menyiratkan cara berpikir tersendiri. Dalam hal ini,
proses yang menggejala tampaknya baru sampai pada
penerjemahan, dan belum mencapai penyundaan.

Salah satu contoh sederhana dalam hal ini terpaut


pada pembentukan kata ganti orang (personal pronoun)
yang dalam susunan kalimat lazimnya berkedudukan
sebagai subjek atau objek. Dalam bahasa Sunda, kata
ganti orang tidak selalu menunjuk langsung diri yang
dimaksud, melainkan ada kalanya cukup menunjuk
tindakan yang dilakukannya. Karena itu, misalnya, kata
nu nongton atau nu lalajo rasanya jauh lebih familiar
ketimbang panongton (yang kedengarannya
diterjemahkan dari penonton).

Namun, tidak hanya itu, ada pula hal-hal yang


perlu diperhatikan terkait dengan unsur-unsur bahasa
Sunda yang juga perlu diperhatikan dalam bahasa
jurnalistik Sunda. Menurut Budi Rahayu Tamsyah dalam
bukunya Galuring Basa Sunda sedikitnya ada 5 hal yang

Jurnalistik Sunda 13
harus diperhatikan dalam penulisan bahasa Sunda,
diantaranya 16 Tata Basa, wangun kecap (kosa kata),
Pakeman basa, gaya bahasa, dan tatakrama basa Sunda.

Kode Etik Jurnalistik

Sebagai salah satu wujud hak asasi manusia,


kebebasan pers di Indonesia telah dijamin dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
1999. Kebebasan tersebut bukanlah kebebasan yang
mutlak, tetapi kebebasan yang disertai dengan tanggung
jawab sosial.

Tanggung jawab sosial artinya setiap kegiatan


pers harus menghormati hak asasi setiap orang dan harus
bertanggung jawab kepada publik. Agar tanggung jawab
sosial tersebut benar-benar terlaksana, maka dibentuklah
Kode Etik Jurnalistik untuk wartawan.

Wartawan dan pers merupakan dua hal yang


tidak bisa dipisahkan. Wartawan adalah profesi yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik, sementara pers adalah
lembaga yang menjalankan kegiatan jurnalistik.
Kegiatan wartawan termasuk juga dalam kegiatan pers.

Jurnalistik Sunda 14
Kode etik biasanya digunakan sebagai pedoman
operasional suatu profesi. Karena wartawan merupakan
sebuah profesi, maka dibuatlah kode etik jurnalistik
sebagai pedoman operasional. Kode etik jurnalistik
berfungsi sebagai landasan moral dan etika agar seorang
wartawan senantiasa melakukan tindakan tanggung
jawab sosial.

Septiawan Santana dalam buku Jurnalisme


Kontemporer (2017), mendefinisikan kode etik
jurnalistik sebagai sekumpulan prinsip moral yang
merefleksikan peraturan-peraturan yang wajib dipatuhi
oleh seluruh wartawan. Kode etik jurnalistik berisi apa-
apa yang menjadi pertimbangan, perhatian, atau
penalaran moral profesi wartawan.

Selain itu, isi etikanya juga mengatur hak dan


kewajiban dari kerja kewartawanan. Landasan kode etik
jurnalistik mengacu pada kepentingan publik. Sebab
kebebasan pers yang ideal adalah kebebasan yang tidak
mencederai kepentingan publik dan tidak melanggar hak
asasi warga negara.

Jurnalistik Sunda 15
Lebih lanjut, institusi yang berhak menilai atas
pelanggaran kode etik jurnalistik adalah Dewan Pers.
Sementara pihak yang memberikan sanksi atas
pelanggaran kode etik jurnalistik adalah organisasi
profesi wartawan dan atau perusahaan pers yang
bersangkutan.

Isi kode etik jurnalistik

Dilansir dari laman resmi Dewan Pers Indonesia,


dijelaskan isi-isi dari kode etik jurnalistik, yaitu:

Pasal 1, wartawan Indonesia bersikap independen,


menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak
beriktikad buruk.

Pasal 2, wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang


profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

Pasal 3, wartawan Indonesia selalu menguji informasi,


memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan
fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas
praduga tak bersalah.

Jurnalistik Sunda 16
Pasal 4, wartawan Indonesia tidak membuat berita
bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Pasal 5, wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan


menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak
menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku
kejahatan.

Pasal 6, wartawan Indonesia tidak menyalagunakan


profesi dan tidak menerima suap.

Pasal 7, wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk


melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui
identitas maupun keberadaanya, menghargai ketentuan
embargo, informasi latar belakang, dan off the record
sesuai dengan kesepakatan.

Pasal 8, wartawan Indonesia tidak menulis atau


menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau
diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan
suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa
serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin,
sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

Jurnalistik Sunda 17
Pasal 9, wartawan Indonesia menghormati hak
narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk
kepentingan publik.

Pasal 10, wartawan Indonesia segera mencabut, meralat,


dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat
disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca,
pendengar, atau pemirsa.

Pasal 11, wartawan Indonesia melayani hak jawab dan


hak koreksi secara proporsional.

Jurnalistik Sunda 18
B SEJARAH
A
B JURNALISTIK
II SUNDA
Jurnalistik Sunda merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari perkembangan jurnalistik atau pers
nasional.Kebangkitan kembali dari jurnalistik Sunda,
bukan hanya akan melestarikan bahasa Sundasebagai
bahasa ibu bagi sebagian besar warga Tatar Sunda, tetapi
juga akan membuat bahasa dan budaya Sunda semakin
tegak atau meningkat eksistensinya dan tidak terancam
punah.

Terlebih lagi, menilik perjalanan sejarah, jagat


jurnalistik Sunda pernah dihiasi oleh beberapa media
koran yang terbit secara harian dan populer pada
masanya. Contohnya adalah Sipatahoenan yang
bermarkas di Tasikmalaya, sebelum akhirnya bermarkas

Jurnalistik Sunda 19
di Bandung. Contoh lainnya Sinar Pasoendan dan masih
banyak lagi yang lainnya. Lalu, bagaimana sejarah awal
mula Jurnalistik Sunda dan nasibnya kini? Inilah yang
akan kita bahas pada bab ini.

Jurnalistik Sunda Era Pra Kemerdekaan

Jurnalistik Sunda yang pertama kali terbit dan


diakui sebagai yang tertua, Tjahya Pasoendan (1911),
merupakan majalahyang terbit setiaptengah bulanan
yang beralamatkan di Bandung. Majalah ini berisi
pendidikan, kesehatan, peternakan, adat istiadat, lelucon
dan kronik dengan tebal 60 halaman. Karena pengasuh
dan pengurusnya adalah guru, maka kontennya juga
tentang pendidikan dan kesehatan.

Ada juga yang mengatakan bahwa surat kabar


Sunda tertua adalah Soenda Berita (SB) yang terbit di
daerah Cianjur pada tahun 1903-1905. Pemimpin
redaksinya R.M. Tirto Adi Soerjo, didanai oleh Bupati
Cianjur. Memang benar SB adalah surat kabar Sunda,
tetapi tidak menggunakan bahasa Sunda.

Jurnalistik Sunda 20
Selain itu, ada juga Papaes Nonoman (1914-
1919), yang diterbitkan di Bataviaoleh Pagoeyoeban.
Majalah ini memuat informasi tentang ilmu
pengetahuan, Belanda, sejarah dan sebagainya. Namun
majalah ini memiliki kekhususan, yaitu hanya
diterbitkan untuk orang Sunda terpelajar.

Kemudian ada mingguan Padjajaran (1915-1920)


terbitan Pagoeyoeban Padjajaran dengan pemimpin
redaksi Darnakoesoema dan redaktur Moeh. Sanoesi.
Dan usianya juga cukup tua, sekitar lima tahun, yang
isinya banyak dikritik politikus Belanda saat itu. Majalah
ini pernah memuat tulisan-tulisan Dr. Douwes Dekker
(atau biasa kita kenal dengan Dr. Setiabudhi) dan Tjipto
Mangoenkusumo. Mingguan Siliwangi (1921-1922)
diterbitkan oleh Pagoeyoeban Siliwangi, Bandung.
Pemimpin redaksi adalah Kosasih Soerakoesoemah dan
Redpel E. Bratakoesoemah ("PR" edisi Sabtu, 7/2).

Sipatahoenan, berkedudukan di Tasikmalaya,


sebelum kemudian berkedudukan di Bandung. Surat
kabar yang lahir dari rekomendasi kongres Paguyuban
Pasundan di Bandung tahun 1923 ini pada awalnya

Jurnalistik Sunda 21
merupakan Surat kabar mingguan yang kemudian
menjadi surat kabar harian. Dan berhenti terbit pada
tahun 1971.

Selain itu, jurnalistik Sunda juga mencatat nama


"Sinar Pasoendan" sebagai surat kabar harian berbahasa
Sunda, terbit pada tahun 1933-1944. Dan masih banyak
lagi surat kabar berbahasa Sunda lainnya pada era ini
baik yang masih terbit maupun yang sudah tidak terbit
lagi pada era berikutnya.

Jurnalistik Sunda Era Orde Lama

Pada era orde lama atau tepatnya satu dasawarsa


setelah kemerdekaan, seiring dengan perkembangan
politik Indonesia sebagian kalangan masyarakat Sunda
mempertanyakan mengenai kehidupan dan partisipasi
politik mereka sebagai bagian dari masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu pada November 1957,
masyarakat Sunda membentuk Badan Musyawarah
Sunda (Bamus Sunda).

Seiring dengan kelahiran Bamus Sunda, sebagian


kalangan masyarakat terpelajar Sunda berpendapat

Jurnalistik Sunda 22
bahwa partisipasi politik suku Sunda pasca-kemerdekaan
dapat dilakukan melalui bidang lain. Di kalangan
kelompok budayawan Sunda, partisipasi orang Sunda
dimaknai dengan pentingnya menjaga kelestarian bahasa
dan kebudayaan suku Sunda sebagai bagian dari
kebudayaan nasional.

Kelompok ini melihat adanya kemunduran


penggunaan bahasa dan budaya Sunda, dan merasa
prihatin akan kesinambungan pewarisan bahasa dan
budaya Sunda kepada generasi muda. Kesadaran
mengenai pentingnya melestarikan bahasa dan
kebudayaan suku Sunda sebagai bagian dari jati diri
kesundaan, melahirkan keinginan untuk menerbitkan
sebuah pers lokal berbahasa Sunda.

Hingga akhirnya, lahirlah pers lokal berbahasa


Sundayang lahir seiring dengan kelahiran Bamus Sunda,
dan diberi nama majalah Mangle, yang oleh
parapendirinya didedikasikan sebagai gerbang pelestari
bahasa dan kebudayaan Sunda.Majalah tersebut pun
memasuki kejayaannya pada tahun 1959, karena
dijadikan olehorang Sunda sebagai media penerangan

Jurnalistik Sunda 23
yang cukup efektif untuk menyebarkan informasi resmi
dari pemerintah di seluruh wilayah kebudayaan
Sunda.Kemudian ada Langensari (1963), Madjalah
Sunda (1965), dan lainnya.

Jurnalistik Sunda Era Orde Baru

Pada awal orde baru, banyak majalah yang terbit


dan cukup beragam jenisnya, Handjuang (1971),
Gondéwa (1972),Mingguan Tabloid Galura (1972), Bina
Da’wah (1981),dll, turut mewarnai penyebaran bahasa
Sunda dalam media cetak. Namun, pada era orde baru
pers nasional, pers lokaltermasuk jurnalistik Sunda
terkekang oleh pemerintah.

Segala penerbitan media massa pada era orde


baru berada dalam pengawasan pemerintah yaitu melalui
departemen penerangan. Bila ingin tetap hidup, maka
media massa tersebut harus memberitakan hal-hal yang
baik tentang pemerintahan orde baru.

Pers seakan-akan dijadikan alat pemerintah untuk


mempertahankan kekuasaannya, sehingga pers tidak
menjalankan fungsi yang sesungguhnya yaitu sebagai

Jurnalistik Sunda 24
pendukung dan pembela masyarakat.“Pada masa orde
baru pers Indonesia disebut sebagai pers pancasila.
Cirinya adalah bebas dan bertanggungjawab”. (Tebba,
2005 : 22). Namun pada kenyataannya tidak ada
kebebasan sama sekali, bahkan yang ada malah
pembredelan jika kritis terhadap pemerintah.

Jurnalistik Sunda Era Reformasi

Setelah mengalami pengekangan yang begitu


lama di era pemerintahan orde baru, kehidupan pers di
Indonesia akhirnya benar-benar mendapatkan kebebasan
ketika reformasi bergulir pada bulan Mei 1998.
Perubahan politik di Indonesia pasca bergulirnya
reformasi tahun 1998 telah membawa dampak besar
terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat, baik dari
segi bidang ekonomi, sosial, dan budaya dan juga
termasuk pada bidang bidang pers, yang pada masa
pemerintahan orde baru terbelenggu.

Reformasi pada bidang pers sendiri ditujukan


agar kehidupan pers di Indonesia benar-benar
memperoleh kebebasan.Langkah pertama untuk memulai

Jurnalistik Sunda 25
kebebasan pers di Indonesia adalah dengan mencabut
aturan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP).

Dengan dicabutnya SIUPP, akhirnya berbagai


perusahaan pers baru bermunculan, baik itu media cetak,
televisi, maupun radio.Munculnya berbagai macam
perusahaan pers tersebut merupakan bentuk sukacita
setelah sekian lama dibelenggu oleh kekuasaan
pemerintah orde baru.

Namun perubahan sistem perpolitikan saat


reformasi yang bergulir pada tahun 1998, tidak
seluruhnya dirasakan positif oleh media pers, terutama
media lokal.Kenyataanya, media-media daerah sebut saja
pers berbahasa Sunda, tidak banyak
berpengaruh.Kesulitan makin dirasakan ketika masa-
masa krisis moneter.

Berbagai kegiatan usaha terasa begitu mencekik


leher, sehingga pada akhirnya satu per satu dari pers
berbahasa Sunda memilih mengatur penerbitan, bahkan
ada pula yang memilih gulung tikar.Situasi dan kondisi
ini cukup dilematis, karena kalaulah dipaksakan terbit

Jurnalistik Sunda 26
maka biaya produksi yang mahal menyebabkan pers
Sunda banyak yang merugi.Jumlah pers Sunda terus
berkurang hingga akhirnya jumlahnya bisa dihitung
dengan jari tangan.Kondisi ini menjadi keprihatinan para
pelaku dan juga pemerhati pers.

Eksistensi harian bahasa Sunda berupaya


dihidupkan kembali dipertengahan 2000
kemudianlahirlah Koran Sunda. Sayangnya, usia surat
kabar ini tidak lama. Setelah lebihkurang setahun dan
terbit dengan tersendat-sendat, Koran Sunda pun
menghilang dari peredaran.

Padatahun 2001 komunitas budayawan Sunda


yang di prakarsai Yayasan Budaya Rancage mengadakan
Konferensi Budaya Sunda (KIBS) pertama di Gedung
Merdeka, Bandung.Para pemerhati dan peneliti budaya
Sunda dari Konferensi Internasional Bahasa
Sunda.Berbagai materi sidang kemudian
direkomendasikan untuk ditulis ke dalam sebuah agenda.

Agenda tersebut mencakup berbagai bidang yang


berkaitan dengan bahasa dan sastra Sunda, sejarah,

Jurnalistik Sunda 27
arkeologi, filologi, agama, filsafat hidup, ekonomi, sosial
dan politik.Agenda KIBS tersebut harus disebarluaskan,
agar diketahui oleh masyarakat umum diperlukan media
untuk menyampaikan dan mewadahi berbagai aspirasi
kasundaan.

Salah satu agenda yang tercetus dalam


rekomendasi KIBS I tersebut adalah dalam upaya
melestarikan dan mengembangkan budaya Sunda.
Bertolak dari rekomendasi tersebut, juga disertai harapan
untuk ikut memberdayakan dan melestarikan nilai-nilai
budaya Sunda, maka pada bulan Agustus tahun 2003
beberapa budayawan Sunda di Bandung yang tergabung
dalam Klub Baca Girimukti menerbitkan majalah Sunda
Cupumanik.

Majalah tersebut terbit sebagai tugas sosial media


Sunda untuk menginformasikan beragam peristiwa
kasundaan pada masyarakat.Namun, selain berdiri
sebagai salah satu agen sosialisasi budaya Sunda,
majalah ini berdiri atas dasar semakin banyaknya jenis
media cetak khususnya majalah yang semakin
tersegmentasi.

Jurnalistik Sunda 28
Jurnalistik yang masih bertahan "hidup" dan
terbit secara rutin sampai saat ini yaitu Majalah Mangle
(1956-sekarang) di Bandung, Tabloid Galura (1972-
sekarang), dan Cupumanik. Percetakan ketiganya masih
dibawah 10.000 eksemplar.Jurnalistik Sunda berbentuk
media cetakyang lain sudah sejak lama kehilangan
pembacanya.

Majalah dan surat kabar berbahasa sunda


kelihatannya berjalan dengan tersendat-sendat menemui
para pembacanya dengan lesu. Berjuang ditengah
persaingan pers nasional yang semakin menjamur dan
menarik simpati pembacanya dengan strategi yang
kreatif.Dan kalau diperhatikan, sepertinya tinggal Jawa
Barat dan Jawa Timur yang masih memiliki majalah dan
surat kabar yang menggunakan bahasa daerahnya.

Adapun jurnalistik Sunda bentuk lainnya juga


ada yang masih eksis seperti Bandung TV, PJTV, PAR
TV, Radio RRI Bandung, Radio Bandung, Sinta Buana
FM.Kemunduran yang sangat drastis dari jurnalistik
Sunda diantaranya karena arus globalisasi, dimana
masyarakat Sunda, terutama generasi muda, acuh dengan

Jurnalistik Sunda 29
bahasa ibunya. Padahal jurnalistik Sunda memiliki peran
penting selainempat fungsi pers yang sudah kita ketahui
dan akan dibahas pada bab lain.

Jurnalistik Sunda 30
B BAHASA
A
B & BUDAYA
III SUNDA
Nama Sunda telah digunakan oleh raja
Purnawarman pada tahun 397 untuk menyebut ibukota
Kerajaan Tarumanegara yang kekuasaannya mulai surut.
Kemudian pada tahun 680, Tarusbawa seorang penguasa
Tarumanegara pada abad ke-14 mengganti nama
Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda.

Kata Sunda berasal dari kata “sund” atau


“sudsha” dari bahasa Sansekerta. Kata tersebut memiliki
makna terang, bersinar, putih, berkilau. Banyak yang
berasumsi sebutan tersebut ditujukan kepada orang
Sunda karena umumnya memiliki warna kulit yang
bersih. Namun hal ini tentu hanya sebuah anggapan yang
belum dapat dibuktikan kebenarannya.

Jurnalistik Sunda 31
Selain itu, dalam bahasa Bali dan Kawi (Jawa
Kuno) pun terdapat kata Sunda. Artinya kurang lebih
sama, yaitu bersih, murni, suci, tak bernoda, tak
bercela.Orang Sunda mengartikan asal kata tersebut
sebagai pengamalan sifat sehari-hari dalam etos atau
karakter yang disebut Kasundaan. Karakter ini dijadikan
pedoman menuju keutamaan hidup.

Karakter yang dianut orang Sunda adalah cageur


yang berarti sehat, bageur yang berarti baik, bener berarti
benar, singer berarti mawas diri, wanter berarti berani,
dan pinter berarti cerdas. Karakter Kasundaan telah
diaplikasikan masyarakat Sunda sejak dahulu, tepatnya
sejak jaman Kerajaan Salakanagara, Tarumanegara,
Sunda-Galuh, Pajajaran, bahkan hingga sekarang.

Bahasa merupakan salah satu warisan budaya


yang harus dilestarikan eksistensinya. Bahasa daerah
atau bahasa Ibu merupakan cikal-bakal dari bahasa
nasional. Salah satunya bahasa Sunda, bahasa Sunda
menjadi bahasa yang hidup dan berkembang lama di
sebuah wilayah geografis yang bernama Tatar Sunda,
serta digunakan sebagai media komunikasi oleh mereka

Jurnalistik Sunda 32
yang menamakan dirinya sebagai urang Sunda.
Hidupnya bahasa Sunda pun menjadi pertanda
masih hidup dan berkembangnya apa yang dinamakan
kebudayaan Sunda, sebagaimana halnya bahasa‐bahasa
daerah lainnya.

Bahasa Sunda

Bahasa Sunda (Basa Sunda, aksara


Sunda, Pegon: ‫ )باساسوندا‬adalah sebuah bahasa dari
cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa
Austronesia. Bahasa ini umumnya dipakai oleh
penduduk bersuku Sunda dan memiliki penutur sekitar
42 juta orang.

Bahasa Sunda utamanya digunakan di wilayah


bagian barat pulau Jawa seperti provinsi Jawa
Barat, Banten & DKI Jakarta, serta wilayah barat Jawa
Tengah seperti di wilayah Kabupaten
Brebes dan Kabupaten Cilacap, serta di seluruh provinsi
di Indonesia dan luar negeri yang menjadi daerah
urbanisasi suku Sunda(Wikipedia).

Fungsi & Karakteristik Bahasa Sunda

Jurnalistik Sunda 33
Bahasadaerahseperti bahasa Sunda merupakan
salah satu kekayaan bangsa yang tak ternilai dan
mempunyai peranan yang cukup penting dalam
menunjang kepentingan nasional. Di dalam
kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Sunda
berfungsi sebagai:

(1) Lambang kebanggaan daerah,


(2) Lambang identitas daerah,
(3) Alat perhubungan di keluarga dan masyarakat
Sunda.

Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa


Indonesia, bahasa Sunda berfungsi sebagai:

(1) Pendukung bahasa nasional,


(2) Bahasa pengantar di sekolah dasar di daerah jawa
barat dan sebagian daerah banten pada tingkat
permulaan untuk memperlancar pengajaran bahasa
indonesia dan mata pelajaran lainnya, dan
(3) Alat pengembangan serta pendukung kebudayaan
sunda.

Jurnalistik Sunda 34
Karakteristik bahasa Sunda yaitu memiliki ragam
dialek seperti bahasa Sunda Dialek Priangan, Dialek
Cianjur, Dialek Banten, dan sebagainya. Ragam bahasa
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor regional ditandai
oleh perbedaan dalam tata bunyi, perbendaharaan kata
(meskipun tidak banyak), dan intonasi.

Namun, para pengguna berbagai dialek bahasa


Sunda tersebut masih dapat mengenali kosakata dan
ungkapan yang sering digunakan oleh saudaranya yang
menggunakan dialek berbeda (kesaling-mengertian
(mutual intelligible). Singkatnya, pengguna bahasa
Sunda Dialek Priangan masih dapat memahami bahasa
Sunda Dialek Banten dan Dialek Cirebon, misalnya.

Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda


beragam.Para pakar bahasa biasanya membedakan enam
dialek yang berbeda. Dialek-dialek ini adalah:

• Dialek Barat: Kabupaten Lebak, Pandeglang,


kabupaten Tangerang (Kecuali Pakuhaji, Teluknaga,
Kelapa Dua, Curug, Pagedangan, Kosambi

Jurnalistik Sunda 35
(kabupaten Tangerang), kota Tangerang dan
Tangerang Selatan)
• Dialek Utara: Sebagian selatan kabupaten Bogor dan
seluruh wilayah kota Bogor, kabupaten Karawang,
Subang, Purwakarta, sebagian Kabupaten Bekasi
(Kecuali kota Bekasi dan kota Depok)
• Dialek Selatan (Priangan), Bandung Raya
(kabupaten Bandung dan Bandung Barat, kota
Bandung dan Cimahi), kabupaten Cianjur,
kabupaten Sukabumi dan kota Sukabumi,
Sumedang, Garut, kabupaten Tasikmalaya dan kota
Tasikmalaya.
• Dialek Tengah Timur, kabupaten Majalengka dan
sebagian selatan kabupaten Indramayu
• Dialek Timur Laut, (termasuk Bahasa Sunda
Cirebon): kabupaten Kuningan, sebagian selatan
kabupaten Cirebon, sebagian barat kabupaten
Brebes (Jawa Tengah)
• Dialek Tenggara, Kabupaten Ciamis, Kabupaten
Pangandaran dan kota Banjar, Kabupaten Cilacap,

Jurnalistik Sunda 36
dan sebagian barat Kabupaten Banyumas (Jawa
Tengah)

Dialek Barat dipertuturkan di daerah


Banten.Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara
termasuk Kota Bogor dan sebagian daerah Pantura. Lalu
dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup
kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek
Tengah Timur adalah dialek di sekitar Kabupaten
Majalengka dan sebagian Kabupaten Indramayu.Dialek
Timur Laut adalah dialek di sekitar Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Kuningan juga sebagian Kabupaten Brebes
dan Kabupaten Tegal di Jawa Tengah.Dan akhirnya
dialek Tenggara adalah dialek sekitar Kabupaten Ciamis
juga Kabupaten Cilacap, Kabupaten Brebes dan
Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah.

Undak Usuk Basa Sunda

Dalam beberapa bahasa daerah terdapat tingkat-


tingkat bahasa, begitupun dalam bahasa Sunda yang
disebut undak-undak. Dikarenakan memiliki ragam
dialek tersebut, bahasa dan tulisan Sunda diatur oleh

Jurnalistik Sunda 37
undak usuk basa atau tingkatan berbahasa, sehingga
pada awal abad ke-20 bahasa Sunda terbagi lagi menjadi
bahasa lemes pisan (halus sekali), lemes (halus), sedeng
(sedang), kasar (kasar), dan kasar pisan (kasar sekali).
Ada pula yang membagi undak usuk basa dengan basa
loma (kasar), basa lemes (sedeng, untuk diri sendiri), dan
basa lemes (untuk orang lain).

Undak-usuk basa juga disebut tatakrama bahasa


dalam budaya Sunda. Tatakrama di sini terkait tingkatan
bahasa kepada siapa digunakan. Dalam budaya Sunda,
pemakaian undak-usuk basa ini disesuaikan umur lawan
bicara, posisi lawan bicara, serta situasinya.

Pada percakapan sehari-hari kadang kita


berbicara tidak memakai undak usuk basa atau sering
salah menempatkan kata (kecap). Dalam berkomunikasi
memang boleh-boleh saja, yang penting kedua belah
pihak dapat memahami yang diucapkan. Tetapi secara
etika atau tatakrama, asal bicara itu tidak sopan.

Menggunakan undak usuk basa Sunda ini penting


agar lawan bicara tidak merasa tersinggung dengan kata

Jurnalistik Sunda 38
yang kita ucapkan. Bahasa Indonesia terkenal mudah
digunakan dan tidak ada tingkatan bahasa. Seperti ‘saya’
bisa digunakan untuk berbicara dengan anak-anak, orang
tua, guru, pejabat atau siapapun. Di dalam bahasa Sunda
tidak begitu, sedikit lebih rumit karena bahasa Sunda
memiliki ragam bahasa halus (sopan, hormat atau
lemes), loma (sedang atau akrab) dan kasar.

Bahasa halus dibagi lagi menjadi bahasa halus


untuk diri sendiri (keursorangan) dan bahasa hormat
untuk orang lain (keur batur).Contohnya, bahasa Sunda
‘saya’ artinya bermacam-macam seperti abi, abdi, uing,
kuring, sim kuring, pribados, urang, aing, déwék. Kata-
kata tersebut semua artinya sama yaitu saya. Tetapi
penempatannya berbeda ketika bicara. Contoh: Adi
(Kasar) – Adi (Sedang) – Rai ( Lemes).

1) “Adi kuring mah ayeuna téh kelas lima, sarua jeung


adina Rina,” ceuk Dudi ka Dadan, “Ari adi manéh kelas
sabaraha, Dan?”

2) “Pun adi ayeuna téh kelas lima sami sareng adina


Rina, “ceuk Dudi ka Pa Asép.

Jurnalistik Sunda 39
3) “Dupi tuang rai kelas sabaraha ayeuna téh?” ceuk Pa
Rijal ka Bu Ratna.

Undak-usuk Basa Sunda / Tatakrama Bahasa


Sunda tidak bisa terlepas dari unsur pendukung yang erat
kaitannya, yakni :

1) Lentongna nyarita (Gaya berbicara, intonasi)


2) Pasemon (raut muka)
3) Rengkuh (gerak tubuh, body language)
4) Tata busana
5) Itikad (nurani).

Bahasa Sunda Dialek Priangan dikenal dengan


dialek bahasa Sunda yang sangat halus di antara dialek
Sunda lainnya. Berdasarkan letak georafisnya, Dialek
Priangan terletak di daerah pegunungan, yang bercuaca
dingin, dan sebagian besar masyarakatnya bertani. Pada
umumnya, masyarakat yang tinggal di daerah
pegunungan memilki dialek bahasa yang halus.

Budaya Sunda

Budaya menururt Mclver yaitu ekspresi jiwa


yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir,

Jurnalistik Sunda 40
pergaulan hidup seni kesusasteraan, agama, rekreasi, dan
hiburan, dan yang memenuhi kebutuhan hidup manusia
(dikutip dalam Soekanto, 2002:304). Kemudian menurut
Cliffort Geerzt dalam tradisi antropologi (Martin dan
Nakayama, 1997:47) bahwa budaya diartikan sebagai
nilai yang memiliki karakteristik tersebiri dan bisa
dilihat dari simbol-simbol.

Dari simbol tersebut 12 bermakna sebagai sebuah


sistem dari konsep ekspresi komunikasi antar manusia.
Dengan begitu budaya memiliki nilai, kebiasaan, atau
kepercayaan yang akan terus berkembang. Pada dasarnya
budaya yaitu merupakan nilai-nilai yang muncul dari
proses interaksi antar-individu. Hal ini diakui baik secara
langsung maupun tidak langsung bahkan sudah menjadi
kebiasaan dan di wariskan kepada generasi selanjutnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


(2003:169), budaya diartikan sebagai 1) pikiran, akal
budi 2) adat istiadat, 3) sesuatu mengenai kebudayaan
yang sudah berkembang atau maju, dan 4) sesuatu yang
sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar berubah.

Jurnalistik Sunda 41
Budaya Sunda merupakan budaya yang
berkembang dan menetap di dalam masyarakat Sunda
(Suku Sunda) yang kebanyakan tinggal di provinsi Jawa
Barat. Oleh karena itu, banyak sekali yang
mengidentikkan budaya Sunda dengan budaya Jawa
Barat.Budaya Sunda juga termasuksalah satu kekayaan
budaya yang dimiliki oleh Negeri Indonesia dan juga
sebagai salah satu akar budaya nasional.

Budaya Sunda dikenal sebagai budaya yang


menjunjung tinggi sopan dan santun. Lazimnya,
karakteristik dan kepribadian masyarakat Sunda dikenal
sebagai masyarakat yang ramah-tamah, murah senyum,
lemah dan lembut, periang, serta sangat hormat kepada
orang tua sebagaimana karakter Kasundaan yang telah
disebutkan sebelumnya.

Suku sundapun memiliki slogan yang sekaligus


menjadi filosofi hidup masyarakatnya, yakni ‘Soméah
Hade ka Sémah’ berarti ramah, bersikap baik, menjaga,
melayani dan menjamu, serta menyenangkan semua
orang. Hal itu yang menjadikan bentuk pengaplikasian
masyarakatnya pada setiap perilaku dan tindakan

Jurnalistik Sunda 42
interaksi atau komunikasi, baik di lingkungan setempat
maupun luar.

Ciri Khas Kebudayaan Sunda

Ciri khas masyarakat Sunda dalam melakukan


interaksi dan komunikasi antarsesamabiasa
menggunakan
bahasa punten dan mangga.Istilahpuntenmemiliki arti
kerendahan hati, sementaraistilahmanggamemiliki arti
mempersilahkan, penawaran, ajakan,serta
permohonan.Kebudayaan Sunda juga memiliki sejumlah
ciri khas lainnya, mulai dari bahasa yang digunakan,
kesenian, hingga rumah adat.

Kesenian Budaya Sunda

1. Kesenian Sisingaan

Gambar 3.1. Kesenian Sisingaan

Jurnalistik Sunda 43
sumber: petabudaya.belajar.kemdikbud

Kesenian atau tradisi Sisingaan berakar dari


usaha masyarakat di Kabupaten Subang dalam
membebaskan tekanan terhadap situasi politik di masa
penjajahan, tepatnya di tahun 1812 saat wilayah
perkebunan Subang dikuasai dan diduduki secara
bergantian antara Belanda dan Inggris.

Alasan dipilihnya singa sebagai simbol dari


kesenian Sisingaan ini, karena sebagai bentuk usaha
masyarakat Subang dalam menyindir atau mengkritik
bangsa Eropa dengan menjadikan simbol kebesaran
negaranya sebagai sebuah permainan rakyat.

Dalam pertunjukannya, masyarakat Subang


berusaha melimpahkan ekspresi rasa benci lewat simbol

Jurnalistik Sunda 44
atau lambang singa yang dinaiki dan dimainkan oleh
anak-anak.Kemudian, para penunggang, yakni anak-anak
tersebut menjambak rambut kepala dari singa yang
dijunjung oleh bangsa Eropa.

Selain diselenggarakan sebagai bentuk


perlawanan, tradisi Sisingaan disebut juga
sebagai ‘odong-odong’ oleh beberapa masyarakat
Subang.Mereka memanfaatkan odong-odong untuk
sarana ritual pertanian.Kegiatan dan aktivitas yang
dilakukan ialah dengan mengagungkan padi dan
leluhurnya melalui kekuatan gaib atau supranatural.
Ritual odong-odong tersebut berlangsung dengan cara
mengarak sebuah benda yang disamai dengan bentuk
hewan tertentu.

2. Tarian Tradisional

Gambar 3.2. Tari Jaipong

Jurnalistik Sunda 45
sumber: pojokseni

Budaya Sunda memang dikenal


mempunyaiberagam seni tari yang sudah berkembang
dari zaman dahulu, bahkan di antaranya ada yang sudah
terkenal di Nusantara, salah satunya Tari Jaipong.

KarakteristikTari Jaipong yaitu semangat,


humoris, ceria,erotis, spontan, tetapi tetap sederhana.Tari
Jaipong diprakarsai oleh Gugum Gumbira dan H. Suanda
pada tahun 1976, di Karawang.Kesenian tari khas Sunda
ini terinspirasi dari berbagai kesenian yang ada, seperti
topeng banjet, pencak silat, wayang golek, dan lainnya.

Selain tari Jaipong, tarian tradisional khas Sunda


lainnya, yaitu Tari Topeng, Tari Rampak Gendang,Tari

Jurnalistik Sunda 46
Ketuk Tilu, Tari Wayang, Tari Samping, Tari Buyung,
dan yanglainnya.

3. Wayang Golek

Gambar 3.3.Wayang Golek

sumber: kerisnews

Wayang golek merupakan semacam boneka kayu


yang dimainkan oleh seorang dalang seperti wayang
kulit.Ceritayang dimainkan pun berasal dari cerita
rakyat, seperti cerita penyebaran agama Islam oleh Rara
Santang dan Walangsungsang, atau juga cerita
Ramayana dan Mahabarata.

Diiringisuara gamelan Sunda,dalang bercerita


dengan bahasa Sunda.Kesenian ini dikenalkan pertama

Jurnalistik Sunda 47
kali oleh Sunan Kudus, tepatnya di daerah Kudus yang
dikenal dengan Wayang Menak. Kemudian,
dipertunjukkan di Cirebon dan dikenal dengan nama
Wayang Cepak.

Wayang golek memang sudah sangat dikenal


oleh masyarakat di Jawa Barat, persebarannya mulai dari
daerah Cirebon sampai Banten.Bahkan, Wayang golek
juga telah dikenal sampai ke mancanegara. Dalam
budaya Sunda sendiri, wayang golek disebut sebagai Si
Cepot.

4. Pakaian Adat

Gambar 3.4. Kebaya khas Sunda

sumber: berbol

Jurnalistik Sunda 48
Pakaian tradisional Sunda salah satunya kebaya
khas Sunda.Memang, baju kebaya pun dikenakan di
daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, tetapi pastinya ada
perbedaan antara kebaya sunda dan kebaya daerah
lainnya.Pakaian tradisional Sunda mempunyai bagian-
bagian tersendiri, baik untuk laki-laki maupun
perempuannya.

Untuk laki-laki, di antaranya terdiri dari baju jas


dengan kerah, kain batik atau dodot, celana panjang,
kalung, bendo atau penutup kepala, keris, selop sebagai
alas kaki, dan jam rantai untuk penghias di
jas.Kemudian, untuk perempuan terdiri dari baju kebaya,
kain kebat dilepe, selendang karembong, ikat pinggang
(beubur), kalung, kembang goyang digunakan sebagai
penghias sanggul, dan selop (Gramedia, 2021).

5. Alat Musik Tradisional

Gambar 3.5. Angklung dan Suling

Jurnalistik Sunda 49
sumber:sakuma1kinu

Angklung adalah salah satu alat musik tradisional


khas Sunda, terbuat dari bilahan bambu dan dimainkan
dengan cara digoyang. Angklung memiliki beragam
jenis, di antaranya angklung reog,angklung kanekes,
angklung banyuwangi, angklung bali, dan lainnya.

Angklung tidak hanya dikenal oleh masyarakat


Jawa Barat, melainkan seluruh Indonesia, bahkan
mancanegara.Angklung juga telah diakui sebagai
Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO atau The United
Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization.

Selain angklung,alat musik tradisional khas


Sundayang terkenal lainnya adalah Suling.Suling sendiri

Jurnalistik Sunda 50
terbuat dari bambu Tamiang.Bambu Tamiang adalah
jenis bambu yang tipis karena diameter suling juga kecil
sehingga tepatdijadikan sebagai bahan pembuatan alat
musik ini.Alat musik tradisional khas Sunda lainnya ada
Calung, Celempung, Kecapi, dan masih banyak lagi.

Rumah Adat Sunda

Di kebudayaan Sunda terdapat 8 jenis rumah adat


yang memiliki nilai historis tinggi dan memiliki makna
kehidupan yang melekat bagi masyarakat di sana. Tak
hanya itu, rumah-rumah adat ini juga mempunyai peran
dan fungsinya masing-masing.

1. Imah Saung Ranggon

Gambar 3.6. Imah Saung Ranggon

Jurnalistik Sunda 51
Sumber: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/

Saung ranggon adalah nama rumah adat Sunda


yang terletak di Kampung Cikedokan, Cikarang, Bekasi
Barat. Saung ranggon ini diperkirakan dibangun pada
abad ke-16 oleh Pangeran Rangga, putra Pangeran
Jayakarta yang datang kemudian menetap pada daerah
tersebut. Saung ranggon ini berfungsi sebagai tempat
menunggu padi atau tanaman palawija yang akan
dipanen sehingga letaknya berada di tengah ladang.

Umumnya, saung ranggon dibuat dengan


ketinggian sekitar 3 hingga 4 meter di atas permukaan
tanah untuk melindungi diri dari hewan buas seperti
harimau, babi hutan dan berbagai hewan buas lainnya.

Saung ranggon biasanya dibangun dengan luas


500 meter persegi yang menghadap ke selatan dan
tangga pintu utama dengan 7 buah anak tangga.
Sementara untuk bagian dalam merupakan ruang terbuka
tanpa sekat pemisah di antara ruangan meski memang
hanya berbentuk seperti sebuah kamar.

Jurnalistik Sunda 52
Rumah adat Jawa Barat ini juga memiliki dinding
yang terbuat dari bilik atau bambu, rangka, tiang tiang
terbuat dari kayu serta bagian bawah bangunan untuk
menyimpan berbagai benda pusaka yang di bentuk
seperti sumur dan sekelilingnya ditambah dengan pagar
besi setinggi 1.20 meter.

Tujuan utama dari pembuatan bangunan ini


adalah untuk tempat menyepi dan bersembunyi dari
kejaran pihak Belanda yang kemudian fungsinya
berubah menjadi tempat menyimpan berbagai benda
pusaka dan sekarang ini bahkan dijadikan tempat ziarah
bagi orang orang yang membutuhkan bantuan dalam
menghadapi kenyataan hidup.

2. Imah Badak Heuay (Rumah Badak Menguap)

Gambar 3.7. Imah Badak Heuay

Jurnalistik Sunda 53
Sumber: Merdeka.com

Yang Kedua adalah Rumah Adat Imah Badak


Heuay atau jika diterjemahkan adalah Rumah Badak
Menguap.Desain dari atap yang menganga membuat
rumah tersebut dijuluki sebagai rumah adat yang mirip
dengan seekor badak yang sedang menguap.

Jenis rumah adat ini banyak ditemui di wilayah


Sukabumi, Jawa Barat dikatakan seperti Badak Menguap
karena jika di perhatikan secara seksama dari sisi depan
dan samping berbentuk seperti seekor Badak yang
sedang menguap.

Secara filosofis dikatakan Badak Heuay atau


Menguap karena menggambarkan sisi masyarakat sunda

Jurnalistik Sunda 54
yang ramah, dan terbuka bagi setiap orang melalui
desain dari kerangka dan dinding bangunan yang terbuat
dari kayu dan bamboo dianalogikan sebagai sikap yang
bersahaja dan mengayomi siapapun yang tinggal didalam
rumah ini.

3. Rumah Adat Kasepuhan

Gambar 3.8. Rumah Adat Kasepuhan

Sumber: budayalokal.id

Rumah Adat berikutnya adalah Rumah


Kasepuhan, Rumah tersebut biasa ditemukan di daerah
Cirebon, Jawa Barat dan diadopsi dari bentuk desain
Keraton Kasepuhan Cirebon.Mulanya desain tersebut
dipopulerkan oleh Pangeran Cakrabuana yang
memimpin Cirebon pada masa lalu saat ini desain

Jurnalistik Sunda 55
tersebut sangat popular sebagai desain rumah khas
Cirebon Jawa Barat.

Secara desain, Rumah Adat Kasepuhan ini


memiliki 4 unsur yang selalu dipakai oleh bangunan
jenis ini, yang pertama adalah Gerbang Utama atau biasa
disebut Kreteg Pangrawit atau Jembatan penghantar
untuk menyambut tamu dan berfungsi untuk menyambut
tamu yang akan memasuki rumah Kasepuhan tersebut.

Unsur kedua adalah Pancaratna yang berbentuk


bangunan 8x8 meter dengan atap yang disangga oleh
empat tiang atau saka guru dan atapnya sendiri terbuat
dari genteng tanah liat.

Di sebelah bangunan Pancaratna, Anda bisa


melihat Pangrawit.Di halaman pertama, Anda akan
melewati dua gapura yaitu Adi dan Benteng. Sedangkan
halaman kedua dibatasi oleh dinding batu bata. Untuk
masuk ke halaman kedua, Anda akan melewati pintu
gerbang yang bernama Regol dan Lonceng.

4. Imah Julang Ngapak

Gambar 3.9. Imah Julang Ngapak

Jurnalistik Sunda 56
Sumber: Merdeka.com

Imah Julang Ngapak merupakan Rumah Adat


khas Jawa Barat yang sudah sangat jarang ditemui,
menurut Wikipedia Imah Julang Ngapak merupakan
Rumah Adat tertua yang ada di Jawa Barat sehingga
sudah tidak ada masyarakat yang menggunakan desain
dari Rumah Adat ini.

Desain atap rumahnya yang persis seperti seekor


burung yang sedang mengepakkan sayapnya.Bentuk
atapnya melebar pada setiap sisi, dan pada bagian
atasnya berbentuk huruf "V".Secara keseluruhannya
rumah adat ini menyerupai burung yang sedang
mengepakkan sayap ditambah kedua kayu pipih yang

Jurnalistik Sunda 57
disilangkan pada bagian depan dan belakang atap
layaknya seperti sebuah gunting atau alat pemotong.

Rumah Adat tersebut juga memiliki nilai


simbolik yang masih dijunjung tinggi oleh para sesepuh
di Jawa Barat bahwa manusia hidup tidak di atas langit
tetapi tidak juga di paling bawah bumi melainkan
manusia hidup berada di tengah-tengah.Oleh karena itu
manusia bisa melihat segala hal secara netral atau
sebagai penengah yang direalisasikan dalam bentuk
rumah adat Sunda yang berbentuk panggung.

Sehingga Rumah Julang Ngapak


menggambarkan bahwa pemilik rumah tersebut
merupakan orang yang bisa menjadi seorang penengah
ketika berada didalam suatu pernasalahan hidup.Rumah
Julang Ngapak juga biasa digunakan sebagai tempat
ritual pertanian Seren Taun di tanah pasundan, yaitu
ritual seserahan kepada Tuhan dari hasil pertanian tahun
ini sehingga hasil tani mendapat berkah dan diberi
kelancaran pada panen tahun depan.

5. Imah Parahu Kemureb

Jurnalistik Sunda 58
Gambar 3.10. Imah Parahu Kemureb

Sumber: Budayalokal.id

Rumah adat berikutnya adalah Imah Parahu


kemureb yang memiliki arti sebagai Perahu Terbalik.Hal
ini sesuai dengan bentuk atap dari rumah adat tersebut
yang berbentuk segitiga memanjang.

Secara desain rumah ini memiliki empat bagian


utama. Bentuk segitiga terbalik yang memenuhi dua sisi
bagian rumah, yaitu di depan dan belakang. Sedangkan
pada sisi kanan dan kiri berbentuk segitiga sama sisi.

Pada bagian atap, ada dua batang kayu yang


menghubungkan satu sisi dengan sisi lainnya, sehingga
tampak dari depan menyerupai segitiga. Kekurangan dari
rumah adat Parahu Kemureb ada pada banyaknya

Jurnalistik Sunda 59
sambungan di atapnya.Sehingga pada musim penghujan,
rumah ini rawan terjadi bocor.

6. Imah Togog Anjing

Gambar 3.11. Imah Togog Anjing

Sumber: Budayalokal.id

Imah Togog Anjing ini bisa diartikan sebagai


seekor anjing yang sedang duduk.Desainnya sendiri
memilki suatu keunikan seperti yang terlihat pada bagian
atap dari rumah ini yang memiliki 2 lapis.

Atap yang atas berbentuk segitiga, lalu atap


bawahnya menyambung dari atap atas dan menjorok
sedikit pada bagian depan. Bagian atap bawah yang
menjorok ke depan digunakan sebagai peneduh bagian

Jurnalistik Sunda 60
teras depan. Jenis dari atap rumah ini juga disebut
dengan sorondoy.

Imah Togog Anjing ini bisa ditemui di daerah


Kabupaten Garut Jawa Barat.Imah Togog Anjing juga
memiliki keunikan yaitu terletak pada keseluruhan
bagian dindingnya menggunakan anyaman bamboo dan
konstruksinya sendiri bisa diaplikasikan pada desain
rumah modern melalui gayanya yang minimalis.

7. Imah Jolopong

Gambar 3.12. Imah Jolopong

Sumber: https://perpustakaan.id

Imah Jolopong merupakan rumah adat khas


Sunda yang paling banyak ditemui di daerah

Jurnalistik Sunda 61
pedesaan.Jenis Rumah adat ini memiliki bentuk yang
paling sederhana dibanding lainnya.Atapnya memiliki
bentuk seperti pelana yang memanjang.Dalam
pembuatannya pun tidak membutuhkan material maupun
pernak-pernik yang berlebihan karena tidak ada lekukan
rumit pada rumah adat Jolopong.Jenis rumah ini akan
banyak kalian temui di daerah Garut tepatnya di
Kampung Dukuh.

8. Imah Capit Gunting

Gambar 3.12.Imah Capit Gunting

Sumber: Wikipedia

Dalam bahasa sunda sendiri, capit mempunyai


arti menjepit atau mencapit sesuatu.Sedangkan gunting

Jurnalistik Sunda 62
adalah gunting, sebuah alat yang digunakan untuk
memotong.Dari sisi desain rumah ini banyak
menggunakan bamboo sebagai bahan utamanya dan
atapnya menggunakan daun kering sebagai penahan
hujan dan panas.

Desain atap dari rumah ini juga menyerupai


gunting atau pisau yang sedang dalam posisi menyilang.
Baik pada bagian ujung atap depan maupun belakang
terdapat sebuah bambu. Posisi bambu tersebut
membentuk huruf x.

Keberadaan rumah ini jarang dijumpai, sebab


rumah adat ini merupakan rumah yang paling
kuno.Untuk saat ini sebagian besar masyarakat jawa
barat menggunakan desain rumah minimalis dan rumah
adat lainnya.Namun beberapa tempat wisata terdapat
desain rumah adat ini.

Kebudayaan Sunda memang cukup banyak


menyimpan keunikan yang eksotis tetapi sayangnya
masih banyak yang jarang atau bahkan sama sekalibelum
terekspos, sehingga orang Sunda sendiri banyak yang

Jurnalistik Sunda 63
lupa atau bahkan tidak tahu akan keragaman budayanya.
Padahal, kebudayaan Sunda juga dikenal sebagai budaya
yang menjunjung tinggi nilai sejarah, hal tersebut
diwujudkan melalui corak dari sebuah bangunan dengan
simbolik tertentu dan melalui yang lainnya.

Jurnalistik Sunda 64
B FUNGSI
A
B &PERAN
IV JURNALISTIK
SUNDA
Media massa sebagai salah satu alat pelaksanaan
fungsi pers, memiliki kekuatan dalam mempengaruhi
khalayak. Fungsi Pers berdasarkan UU No. 40 Tahun
1999 tentang Pers adalah menginformasikan (to inform),
mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan
pengawasan sosial (social control). Begitu pun dengan
fungsi jurnalistik Sunda.

Jurnalistik Sunda juga menjalankan fungsi dan


perannya sebagai sarana pelestarian bahasa Sunda,

Jurnalistik Sunda 65
pewarisan budaya dan mengembangkan nilai budaya
Sunda.

Fungsi lain dari pers lokal khususnya jurnalistik


Sunda yang terpenting adalah untuk membangun dan
mengembangkan jati diri (identitas) masyarakat lokal
tersebut, katakanlah masyarakat Sunda. Mulyana
(2008:111) mengutarakan pandangan interpretatif atas
budaya mengisyaratkan bahwa budaya itu dinamis,
bahwa kita bukan sekadar orang-orang yang harus
mengikuti nilai-nilai budaya apapun yang diwarisi dari
generasi terdahulu. Alih-alih kita adalah makhluk aktif,
kreatif, inovatif untuk selalu mengkritisi budaya yang
ada, memperbaharuinya, sesuai dengan nilai-nilai positif
yang diprioritaskan.

Pandangan tersebut tidak menuntut bahwa kita


harus menjungkirbalikkan nilai-nilai budaya lokal
(Sunda) yang sudah ada dan menggantinya dengan nilai-
nilai budaya baru. Akan tetapi, setidaknya kita bisa lebih
kritis untuk menilai budaya sendiri dan juga budaya
asing. Sikap ini penting mengingat interaksi antarbudaya
tidak lagi dapat terhindarkan dewasa ini. Sikap kita yang

Jurnalistik Sunda 66
benar adalah bagaimana kita mampu memelihara nilai-
nilai budaya lokal yang positif, yang sesuai dengan
agama kita, dan bagaimana pula kita mampu menyaring
nilai-nilai budaya asing.

Jurnalistik Sundadiharapkanjuga dapat


bertanggung jawab membangun jati diri masyarakat
Sunda yang kukuh dan berwibawa. Lewat terbitan
ataupun siaran dan kerjasama dengan berbagai lapisan
masyarakat, jurnalistik Sundadapat mensosialisasikan
nilai-nilai budaya yang ingin dibangun, misalnya
bagaimana kita dapat mengapresiasi bahasa kita sendiri.

Jurnalistik Sundapun punya kewajiban untuk


menyampaikan informasi kearifan lokal atau segala
informasi mengenai budaya daerah tersebut sebagaimana
halnya pers lokal. Di manapers lokal harus menjadi
primadona dikotanya sendiri dengan mengetengahkan
informasi yang harus didominasi kearifan lokal tersebut
dengan tujuan membantu kemajuan daerah itu.

Menurut Sumadiria (2011:42) dalam bukunya


Jurnalistik Indonesia, Pers lokal bisa disebut sebagai

Jurnalistik Sunda 67
kamus dan cermin berjalan sebuah kota karena apa pun
peristiwa dan fenomena tentang kota tersebut, pasti
dijumpai di dalamnya.

Masyarakat Jawa Barat harus bangga karena


masih memiliki produk jurnalistik Sunda yang masih
konsisten terbit/tayang dengan menggunakan bahasa
Sunda seperti majalah Manglé, Bandung TV, Radio RRI
Bandung, dan lainnya. Sehingga bisa memanfaatkanya
untuk mempromosikan budaya asli Sunda yang ada di
Jawa Barat yang sudah mulai terkikis oleh budaya lain
dan juga mengekspos keragaman budaya Sunda yang
masih kurang populer.

Salah satu kearifan lokal yaitu bahasa, dalam hal


ini bahasa Sunda. Dengan adanya pers lokal, yang
menggunakan bahasa Sunda, maka itu otomatis
memelihara kekayaan bahasa Sunda secara tertulis dan
lisan. Ini bisa jadi cara untuk kembali menggencarkan
pemakaian bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari
dikalangan masyarakat Jawa Barat.

Jurnalistik Sunda 68
Bagi orang Sunda, bahasa Sunda jangan sampai
dilupakan begitu saja. Jangan sampai ada istilah orang
Sunda yang lahir dan hidup ditatar Sunda tapi tidak
mengerti bahasa Sunda. Hal ini tidak akan terjadi jika
kita berfikir cerdas. Salah satu bukti berfikir dan
bertindak cerdas, yaitu memanfaatkan media lokal yang
ada sebagai media untuk mempromosikan dan
memelihara budaya lokal.

Salah satu indikasi daerah itu maju, yaitu adanya


media lokal yang jadi tempat untuk transformasi
budayanya. Jika itu semua dapat terlaksana dengan baik
dan efektif, maka fungsi pers sebagai pemberi
pencerahan bagi masyarakat akan berjalan dengan
lancar.

Jurnalis Sunda diharapkan dapat berperan


sebagai pelestari dan pengembang bahasa dan budaya
Sunda baik di media cetak, media elektronik dan media
baru (online). Sehingga bahasa Sunda dapat terpelihara
keberadaannya, budaya Sunda dikenal secara luas dan
sejarah Sunda diketahui dan diakui.

Jurnalistik Sunda 69
Dalam setiap karya yang dihasilkan, ada
tanggung jawab moral yang dituangkan, meskipun hanya
tersirat. Tanggung jawab moral yang disampaikan para
jurnalis media Sunda beragam, tergantung pada
pemahaman dan pemaknaan mereka terhadap realitas
dan penempatan dirinya dalam realitas.

Jurnalistik Sunda 70
B JENIS - JENIS
A
B JURNALISTIK
V SUNDA

Berdasarkan Media

Berdasarkan media yang digunakan untuk


publikasi atau penyebarluasan informasi,
jurnalistikdibagi menjadi tiga jenis:

1. Jurnalistik Cetak, yaitu jurnalistik yang menggunakan


media massa cetak sebagai media publikasi seperti
suratkabar/koran, tabloid, majalah. Contoh jurnalistik
sunda media cetak yang masih hidup sampai sekarang
yaitu Majalah Mangle, Tabloid Galura, dan
Cupumanik.
2. Jurnalistik Elektronik, yaitu jurnalistik yang
menggunakan media elektronik sebagai media

Jurnalistik Sunda 71
publikasinya.Jurnalistik Elektronik dibagi lagi
menjadi:
• Jurnalistik Radio: program berita di radio siaran.
• Jurnalistik Televisi: program berita di televisi.
• Jurnalistik Film: pemberitaan melalui film,
misalnya film dokumenter.

Jurnalistik Radio dan Jurnalistik Televisi disebut juga


Jurnalistik Penyiaran (Broadcast Journalism). Contoh
jurnalistik Sunda media elektronik yaitu Radio RRI
Bandung dan Bandung TV.

3. Jurnalistik Online, yaitu jurnalistik yang


menggunakan internet sebagai media publikasi yang
dikenal dengan sebutan media online, media daring,
media siber, situs berita, atau portal berita (news
portal).Contoh jurnalistik sunda media online yaitu
Mangle.id Wasunda, Koran Sunda.

Berdasarkan Gaya dan Ideologi

Berdasarkan Gaya, Ruang Lingkup Pemberitaan,


dan Ideologi, jenis-jenis jurnalistik sangat beragam,
antara lain sebagai berikut:

Jurnalistik Sunda 72
1. Citizen Journalism (Jurnalisme Warga).

Jurnalisme Warga adalah proses jurnalistik atau


pemberitaan yang dilakukan oleh warga biasa (bukan
wartawan profesional) yang disebarkan melalui media
komunitas, blog, atau media sosial.Citizen Journalism
(CJ) juga dikenal dengan nama lain:

• Participatory Journalism

• Netizen Journalism

• Open Source Journalism

• Grassroot Journalism.

2. Yellow Journalism (Jurnalisme Kuning)

Jurnalisme Kuning adalah jenis jurnalisme yang


berupaya untuk menciptakan kesan-kesan sensasional
dengan judul-judul bombastis yang mengundang
perhatian dan menimbulkan rasa penasaran.

Dari Jurnalisme Kuning ini muncul istilah Koran


Kuning (Yellow Papers), yaitu media yang membuat
judul-judul berita bombastis, tetapi isinya tidak sesuai
dengan judul.

Jurnalistik Sunda 73
Jurnalisme Kuning disebut juga Sex and Crime
Journalism, yaitu jurnalistik yang mengutamakan
pemberitaan tentang seks dan kriminalitas alias dunia
hitam.Karena ruang lingkup pemberitaannya seputar
dunia hitam, maka jurnalistik kuning disebut
juga Jurnalisme Got (Gutter Journalism) karena
merambah "dunia kotor" layaknya got.

3. Peace Journalism (Jurnalisme Damai)

Jurnalisme Damai atau Jurnalistik Perdamaian


adalah jurnalistik yang pemberitaannya mendorong
pihak-pihak yang berperang atau terlibat
konflik.Jurnalisme damai menunjukkan kerugian akibat
perang dan berusaha membentuk opini pentingnya
perdamaian.Jurnalisme damai mementingkan empati
kepada para korban.

4. War Journalism (Jurnalisme Perang)

Jurnalisme Perang adalah kebalikan dari jurnalise


damai, yakni jenis jurnalisme yang menyampaikan
informasi yang bersifat provokatif dan memanaskan

Jurnalistik Sunda 74
situasi. Jurnalisme Perang fokus terhadap jalannya
konflik dan kekerasan.Dalam beritanya digambarkan
bagaimana penyiksaan yang dilakukan oleh kedua belah
pihak yang berperang.

5. Jurnalisme Kepiting

Istilah Jurnalisme Kepiting dipopulerkan oleh


wartawan senior Rosihan Anwar untuk menggambarkan
kebijakan redaksi Kompas yang diterapkan terjang
pendirinya, Jakob Oetama.

Jurnalisme jenis ini mengajak pembaca diajak


"berputar-putar dulu" ketika membaca berita atau opini,
cenderung mengambil sikap hati-hati dalam
pemberitaan, agar tidak dianggap bertentangan dengan
kepentingan penguasa.Jurnalisme kepiting adalah
jurnalisme yang juga mementingkan “jalan tengah”
(jalan aman).
6. Jazz Journalism (Jurnalisme Jazz)

Jurnalisme Jazz adalah jurnalistik yang


menerapkan berita sensasi pendek atau hal yang sedang

Jurnalistik Sunda 75
booming di masyarakat. Bahasanya dibuat begitu ringan
yang penting bebas asal populer.

Jurnalisme Jazz mengangkat isu-isu seperti


skandal seks, kekerasan, dan uang dengan penekanan
pada fotografi. Jurnalisme Jazz disebut juga "Jurnalisme
Tabloid", yaitu media tabloid yang biasanya mengangkat
tema selebritas dan menyajikan feature dan banyak foto.

7. Adversary Journalism/Adversarial Journalism


(Jurnalisme Oposisi)

Jurnalisme Oposisi disebut juga Jurnalisme


Anjing Penjaga (Watchdog Journalism) dan Jurnalisme
Aktivis (Activist Journalism).Jurnalisme Oposisi adalah
jurnalistik yang fokus pada pemberitaan yang berisi
kritik terhadap setiap kebijakan pemerintah atau perilaku
pejabat negara.

8. Jurnalisme Partisan

Jurnalistik Partisan yaitu jurnalistik yang fokus


memberitakan hal-hal yang baik saja dari sebuah
kelompok, organisasi, partai politik, atau
pemerintah.Media yang menjadi corong atau media

Jurnalistik Sunda 76
propanda pemerintah menganut jurnalistik ini --berpihak
pada salah satu kelompok atau kekuatan tertentu.

9. Checkbook Journalism.

Istilah ini merujuk pada jurnalisme yang


membayar narasumber untuk mendapatkan informasi
atau bahan pemberitaan.

10. Crusade Journalism.

Jurnalistik Perang Suci adalah jurnalistik yang


mengusung misi penyebaran nilai-nilai tertentu atau
menggiring opini pembaca dengan pemilihan isu dan
narasumber.

Jurnalisme Dakwah atau Jurnalistik Islam,


dengan media-media yang fokus pada pemberitaan
tentang Islam dan Kaum Muslim, masuk dalam kategori
Crusade Journalism.

11. Advocacy Journalism (Jurnalisme Advokasi)

Jurnalisme Advokasi adalah jenis jurnalisme


yang mengedepankan sudut pandang subjektif terhadap
isu atau peristiwa.

Jurnalistik Sunda 77
12. Immersion Journalism

Immersion Journalism --disebut juga


teknik immerse reporting-- yaitu gaya peliputan dan
pemberitaan di mana reporter seakan-akan "menyusup"
dalam cerita yang sedang dikerjakannya.Secara bahasa,
immersion artinya larut atau lebur.Jurnalistik immersion
merujuk pada sikap wartawan yang "larut" dalam
peristiwa yang diliputnya, sehingga memunculkan
keberpihakan pada subjek berita yang ditulisnya.

Jurnalistik demikian juga disebut Journalism of


Attachment (Jurnalisme Keterikatan).Wartawan merasa
simpati pada pihak tertentu yang menjadi korban
ketidakadilan atau kezaliman.Misalnya, wartawan
peliput perang di Palestina simpati pada penderitaan
Muslim Palestina sehingga beritanya (sengaja atau tidak)
“memihak” Muslim Palestina.

Dalam Wikipedia disebutkan,


jurnalismeimmersion adalah gaya jurnalisme yang mirip
dengan“gonzo journalism”, yaitu gaya jurnalisme yang

Jurnalistik Sunda 78
“merinci pengalaman individu” dari perspektif sangat
pribadi.

Jenis-Jenis Jurnalistik Online

Jenis-Jenis Jurnalistik kini diperkaya seiring


dengan muncul dan berkembangnya jurnalistik online,
yaitu pemberitaan melalui media internet.Jenis-Jenis
Jurnalistik dalam kategori Online antara lain:

1. Social Media Journalism (Jurnalisme Media Sosial).

Jurnalisme Media Sosial adalah jurnalistik yang


menjadikan media sosial sebagai sumber berita dan/atau
menjadikan media sosial --sepeti Facebook, Twitter, dan
Instagram-- sebagai media publikasi.

2. Clickbait Journalism (Jurnalisme Umpan Klik).

Jurnalisme Umpan Klik yaitu jurnalisme yang


dipraktikkan media online (situs berita) dengan membuat
judul-judul yang memancing klik dari pengguna
internet.Jurnalisme Umpan Klik membuat judul-judul
berita yang membuat penasaran pembaca. Baca: Media
Pelopor Jurnalisme Umpan Klik.

Jurnalistik Sunda 79
3.Mobile Journalism (Jurnalisme Seluler)

Mobile Journalism --disingkat Mojo--


yaitu jurnalisme yang proses peliputan, produksi,
editing, dan penyebarluasan beritanya dilakukan melalui
perangkat seluler (handphone/smartphone).

Jurnalistik Sunda 80
B KEKUATAN &
A
B KELEMAHAN
VI JURNALISTIK
SUNDA
SWOT adalah singkatan dari Strengths
(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities
(peluang), dan Threats (ancaman). Analisis SWOT
mengatur kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
ke dalam daftar yang terorganisir dan biasanya disajikan
dalam bilah kisi-kisi yang sederhana. Berdasarkan
analisis SWOT,jurnalistik Sunda memiliki kekuatan dan
kelemahan.

Kekuatan Jurnalistik Sunda

Jurnalistik Sunda 81
1. Jurnalistik Sunda tidak hanya diminati kalangan orang
tua, namun juga anak muda. Hal tersebut berdasarkan
pada survey yang pernah dilakukan oleh institusi
tertentu dan melihat ada beragam pilihan untuk
menikmati jurnalistik Sunda, tidak hanya media cetak,
elektronik, tetapi juga media online.
2. Jurnalistik Sunda masih banyak peminatnya
Sebanyak 42 responden,di sebuah survey,
berlangganan pers berbahasa Sunda (84%), dan 8
responden membaca secara eceran (16%).
3. Jurnalistik Sunda sebagai pers lokal memiliki daya
tarik akan penggunaan bahasanya
4. Sebanyak 44 responden (88%) membaca pers
berbahasa Sunda karena alasan bahasanya, dan 6
responden (12%) karena isi pers berbahasa Sunda
tidak terdapat pada media nasional.
5. Jurnalistik Sunda juga dapat memenuhi empat fungsi
utama pers
6. Jurnalistik Sunda memiliki harga yang terjangkau
7. Idealisme melestarikan bahasa dan kebudayaan Sunda

Kelemahan Jurnalistik Sunda

Jurnalistik Sunda 82
1. Tidak semua orang Sunda memahami pers berbahasa
sunda.
2. Jurnalistik Sunda minim menggunakan media
promosi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
pola pemasaran antara perusahaan pers berbahasa
Sunda dengan pelanggannya bersifat dua arah dan
sedikit menggunakan media promosi dengan
menggunakan media lain seperti iklan.
3. Jurnalistik Sunda mengalami kemunduran karena
kalah saing dengan media nasional
Jurnalistik Sunda mengalami kemunduran luar biasa
sejak tahun 1970-an. Kemunduran pers Sunda
menurut beberapa pengelolanya akibat pers berbahasa
Indonesia tumbuh semakin profesional. Namun pada
pers berbahasa Sunda justru sebaliknya.
4. Pers sunda kurang menonjol dari segi
keindahan/keestetikaan
Tentang estetika, jumlah jawaban antara memenuhi
dan tidak memenuhi harapan adalah sama, sebanyak
25 responden (50%) menyatakan memenuhi dan 25
responden (50%) menyatakan tidak memenuhi

Jurnalistik Sunda 83
harapan. Hal ini menunjukkan bahwa pers berbahasa
sunda masih termasuk kurang menonjol dalam hal
estetika/perwajahan dalam tampilannya.
5. Pers sunda semakin tertinggal seiring majunya
teknologi
Masalah lainnya adalah karena persoalan kemajuan
teknologi komunikasi yang mana pers Sunda belum
mampu mengidentifikasi kebutuhan masyarakat
Sunda. Di tengah kemajuan teknologi cetak dan tata
rupa, pers Sunda telah tertinggal jauh dibandingkan
dengan pers nasional.
6. Pengelola pers berbahasa Sunda kurang dalam
meningkatkan kualitas substansi tulisan yang
berhubungan dengan segala aspek tentang Sunda.
Perlu diperhatikan bahwa Pers berbahasa Sunda tidak
hanya tentang menyajikan informasidengan
mempergunakan bahasa Sunda, tetapi harus berisi dan
memunyai makna kesundaan.
7. Jurnalistik Sunda masih kurang dalam
mengedepankan pendekatan emosional dengan
khalayaknya.

Jurnalistik Sunda 84
Jurnalistik Sunda hendaknya mengedepankan
pendekatan emosional dengan pembacanya. Di
antaranya, mengeksplorasi materi tulisan yang
menyentuh langsung sisi kehidupan pembacanya
seperti masalah budaya, sosial, dan lingkungan.
8. Pers Sunda kurang mendapat dukungan dari
Pemerintah
Ketiadaan dukungan dari pemerintah terhadap
keberadaan pers lokal menjadi kelemahan atau
bahkan ancaman, yang salah satunya ditandai dengan
pengunduran diri sebagai langganan Mangle pada
hampir seluruh instansi pemerintah di Jawa Barat
termasuk sekolah-sekolah, menjadi salah satu faktor
menurunnya tiras Mangle begitu juga dengan Pers
Sunda lainnya
9. Berita kurang aktual dan mendalam
10. Gaji karyawan/jurnalis minim

Jurnalistik Sunda 85
B TANTANGAN
A
B & PELUANG
VII JURNALISTIK
SUNDA
SWOT adalah singkatan dari Strengths
(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities
(peluang), dan Threats (ancaman). Analisis SWOT
mengatur kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
ke dalam daftar yang terorganisir dan biasanya disajikan
dalam bilah kisi-kisi yang sederhana. Berdasarkan
analisis SWOT, jurnalistik Sunda juga memiliki
tantangan dan peluang yang harus dihadapi di masa
depan.

Jurnalistik Sunda 86
Tantangan

Banyak pers Sunda yang mengalami gagal terbit


karena kehilangan pembacanya. Redaksi tidak dapat
mempertahankan apalagi meningkatkan tirasnya karena
sebagian masyarakat Sunda tidak menganggap penting
kehadiran Pers.

Hal itu dikarenakan budaya Sunda yang


perlahan-lahan mulai luntur dengan hadirnya budaya
asing. Padahal dahulu, Sunda dikenal dengan daerahnya
yang luas dan memiliki keindahan alam yang sangat
indah. Tetapi budaya Sunda mulai menurun
eksistensinya karena arus globalisasi yang masuk dengan
mudah dan tanpa disaring, langsung diterima oleh
masyarakat karena budaya asing jauh lebih menarik dan
meninggalkan rasa kuno.

Ketua Dewan Pembina Ikatan Sunda


Jobodetabek (IKBSJ), Igun Sumarno mengaku prihatin
dengan lunturnya nilai-nilai budaya Sunda ditengah
masyarakat. Ditambah lagi, penetrasi budaya populer
seperti film, musik, sertasejumlah program acara televisi
yang semakin menjauhkan generasi muda sisi lain,

Jurnalistik Sunda 87
tayangan atau acara yang memang sifatnya memperkuat
budaya Sunda sangat jarang sekali(www.jawapos.com).

Penayangan program televisi mengikuti


perkembangan budaya asing, sehingga budaya lokal
Indonesia mulai menghilang. Program televisi khususnya
program hiburan seperti musik lebih memilih lagu dari
negara lain untuk diputarkan dibanding dengan lagu dari
berbagai daerah di Indonesia khususnya di daerah Sunda.

Sehingga tak hanya media cetak, bahkan


keberadaan televisi lokal khususnya di daerah Bandung
mulai ditinggalkan oleh penontonnya, hal ini dibuktikan
dengan kurang dari sepuluh televisi lokal yang masih
bertahan hingga sekarang, sedangkan televisi lokal yang
lain memilih untuk menjual channel kepada televisi
swasta sehingga beberapa muncul sistem televisi
berjaringan beberapa tahun belakang.

Program yang lebih bervariasi dan menarik


menjadi salah satu faktor alasan mengapa televisi lokal
mulai ditinggalkan. Selain itu program yang ditayangkan
jarang sekali yang mengangkat tema kebudayaan.

Jurnalistik Sunda 88
Kehadiran era digital, era disrupsi, dan kini era
big data juga menjadi tantangan tersendiri bagi
jurnalistik Sunda untuk menghadapinya dengan
merancang strategi-strategi yang sekiranya dapat
dilakukan.

Peluang

Pertumbuhan Bahasa Sunda

Sumbangan media massa, khususnya media


cetak, terhadap pertumbuhan bahasa Sunda sungguh
besar. Soendaas-Nederlands Woordenboek (Kamus
Sunda-Belanda) karya mendiang F.S. Eringa, misalnya,
disusun berdasarkan kekayaan kata dalam sejumlah
publikasi Sunda pada 1970-an.

Kamus terbitan 1984 tersebut memuat lebih


kurang 22.000 kata. Yang artinya, jurnalistik Sunda
memiliki peluang tak hanya untuk melestarikan. Namun,
peluang itu kiranya masih harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas bahasa.

Peluang untuk mengolah kembali bahasa Sunda


dalam media massa kini sangat jelas. Akan tetapi

Jurnalistik Sunda 89
permasalahan lainnya, terkadangpenggunaan bahasa
Sunda dalam karya jurnalistik malah terasa asing. Untuk
sekadar melihat contohnya, kita petik teks dua lead
berita berbahasa Sunda yang disiarkan oleh sebuah
stasiun televisi di Bandung. Begini bunyinya:

“Pertandingan Kompetisi Divisi Utama PSSI


Wilayah Barat antara Persib Bandung ngalawan Persema
Malang ampir-ampiran bolay dina ngamimitian babak
kadua. Eta teh balukar lawang kidul Stadion Siliwangi
didobrak ku panongton nu teu bisa abus.”

“Suyitno bin Bejo, terdakwa kasus rajapati


Shigeko Mentusuna, ditibanan hukum pati ku jaksa
penuntut umum dina persidangan mangkukna di
Pangadilan Negeri Bandung.”

Bagi khalayak yang terbiasa berbahasa Sunda,


tutur kata seperti itu kiranya kurang akrab. Terasa betul
bahwa teks seperti itu diterjemahkan dari bahasa
Indonesia. Kata-katanya, untuk sebagian besar, memang
berasal dari bahasa Sunda. Namun susunan kalimatnya,
juga cara berpikirnya, terasa lebih dekat dengan bahasa

Jurnalistik Sunda 90
Indonesia. Tampaklah dua masalah yang kiranya penting
kita pikirkan, yakni masalah kebahasaan dan masalah
kewartawanan.

Dalam hal kebahasaan, boleh jadi masih ada


elemen-elemen yang kaku dalam bahasa Sunda hingga
menghalangi fungsinya sebagai media informasi.
Sedangkan dalam hal kewartawanan, tidak mustahil
kalangan jurnalis masih sukar mengabstraksikan
peristiwa ke dalam bahasa Sunda.

Buat mengatasi masalah seperti itu, barangkali


diperlukan format yang tepat dari bahasa Sunda
jurnalistik. Kalaupun tak layak dijadikan pegangan,
format yang dicari setidaknya dapat diharapkan turut
mendorong kreativitas dalam penggunaan bahasa Sunda
di bidang jurnalistik.

Tujuannya, sudah pasti, adalah keefektifan


berkomunikasi.Para jurnalis, ahli bahasa, pakar
komunikasi, sastrawan dan tokoh masyarakat seharusnya
dapat diskusi bersama seputar bahasa Sunda jurnalistik.

Dukungan Pemerintah Daerah

Jurnalistik Sunda 91
Hal yang cukup signifikan lainnya yaitu peran
aktif pemerintah dalam menyokong dan mendukung
keberadaan Sunda. Yakni secara finansial, baiknya
pemerintah memberikan suntikan dana agar para insan
pers bisa bergairah dalam menata dan mengelola pers
Sunda.

Jurnalis pers Sunda konsentrasi dengan menggali


kearifan lokal untuk pemberitaaan, sedangkan para
pemangku kebijakan di Jawa Barat punya kewajiban
memberikan partisipasinya baik secara moril atau pun
materil pada pers Sunda.

Pers Sunda bisa tambah eksis, kearifan lokal bisa


tersaji lewat media lokal, pemerintah pun bisa terbantu
dalam promosi budaya lokal. Semua unsur harus terlibat
dalam mewujudkan hal-hal yang dibahas sebelumnya,
agar tercipta daerah yang punya jiwa modernitas dengan
tidak meninggalkan dan menanggalkan budaya sendiri.

Strategi Jurnalistik Sunda

Strategi Pemasaran yang dapat dilakukan,


berbagai hal yang ada hubungan keluar, diantaranya :

Jurnalistik Sunda 92
1. Merangkul para tokoh Sunda untuk jadi investor

2. Kaderisasi jurnalis Sunda

3. Kerjasama dengan lembaga pendidikan

4. Mensosialisasikan diri ke semua kalangan masyarakat


di berbagai daerah

Disamping itu, berbagai hal yang dilakukan


untuk menangani masalah-masalah internal, diantaranya:

1. Sedikit-demi sedikit meningkatkan kualitas SDM

2. Mempertahankan pembaca setia

3. Memberi wadah jurnalismuda/baru

4. Pemasaran tepat sasaran

5.Adanya reward &punishment (penghargaan dan


teguran)

6. Mencari pemasang iklan alternatif

7. Kerja sama dengan media lain

8. Meningkatkan efektivitas kerja untuk mencapai tujuan

9. Efisiensi biaya operasional

Jurnalistik Sunda 93
Selain itu, bisa dengan mewariskan atau
menularkan minat baca pers Sunda, kepada orang lain,
terutama generasi muda, sehingga akan menambah
jumlah pembaca. Langkah lain untuk meminimalkan
kelemahan internalyaitu isi berita yang dinilai kurang
aktual dan kurang mendalam, yaitu dengan memberi
wadah yang cukup bagi para penulis baru.

Langkah ini pun dapat mengatasi kelemahan lain


misal belum adanya regenarasi karyawan, khususnya
para penulis. Dengan demikian, langkah ini pun dapat
menarik minat bagi para pembaca yang tersebar di
seluruh Indonesia untuk ikut mengirimkan tulisan.

Adapun beberapa strategi digital yang dapat


dilakukan, yaitu:

1. Membuat versi media online jika sebelumnya hanya


media konvensional
2. Membuat akun media sosial untuk mempublikasikan
kembali info dari media online

Jurnalistik Sunda 94
3. Menyiapkansebuah pusat data, yang akan melakukan
digitalisasi seluruh publikasi yang pernah terbit dari
edisi pertama.
4. Hasil digitalisasi kemudian dapat dijadikan dokumen
yang sangat berharga, sekaligus dapat dikapitalisasi
menjadi sumber pendapatan. Namun yang lebih
penting adalah bahwa di era digital dan big data ini,
digitalisasi menjadi sangat penting sebagai upaya
mengarsipkan dokumen agar lebih aman dan mudah
diakses kembali.

Strategi Redaksi lainnya yang dilakukan agar


tetap eksis di era yang akan datang adalah dengan tetap
dan terus konsisten menggunakan Bahasa Sunda,
mempertahankan jati dirinya sebagai pelestari bahasa
dan kebudayaan Sunda, konsisten mengangkat isu-isu
yang terkait dengan kesundaan, serta membuat rubrik
untuk mengakomodasi penulis-penulis muda dari
kalangan Sunda.

Jurnalistik Sunda 95
B SEJARAH
A
B MAJALAH
VIII MANGLE
Sejarah majalah Mangle ternyata sebuah majalah
yang menarik untuk membahasnya.Dalam catatan
beberapa peneliti sejarah, rupanya majalah Mangle
berperan penting sebagai media lokal yang mampu
melestarikan budaya Sunda.

Media Lokal Pelestari Bahasa dan Budaya Sunda

Majalah Manglè merupakan majalah lokal yang


menyajikan informasi menggunakan Bahasa Sunda.
Manglè pertama kali terbit pada tanggal 21 November
1957 – sekarang. Kelahiran Manglé pada mulanya
berawal dari kepedulian sejumlah orang terhadap budaya
Sunda. Pendiri dari majalah Manglè ini diantaranya

Jurnalistik Sunda 96
adalah Oeton Moechtar, Rochamina Sudarmika, Wahyu
Wibisana, Sukanda Kartasasmita, Saléh Danasasmita,
Utay Muchtar, dan Alibasah Kartapranata.

Awal dari pendirian majalah ini adalah mengarah


pada idealisme non komersial, yakni menjadi media
lokal sebagai alat untuk memajukan dan melestarikan
budaya sunda. Manglè juga memberi ruang untuk
budayawan sunda untuk turut aktif dalam pelestarian
bahasa sunda. (COMPANY PROFIL MAJALAH
MANGLE: Manglé, Ati Sunda Jati Sunda Jajatén Sunda
2019).

Majalah Manglè terletak di Jalan Wirangrong /


Ladrang No.2 A, Turangga, Kec. Lengkong, Kota
Bandung, Jawa Barat 40264. Manglè mempunyai
kedudukan sebagai media penyedia informasi yang
memiliki kesan tersediri bagi sebagian pembacanya,
karena pembaca dari majalah Manglè mayoritas
merupakan pembaca setia.

Didalam sejarah media kesundaan, Manglè


merupakan salah satu majalah yang paling eksis,

Jurnalistik Sunda 97
kecintaan pada majalah ini terlihat pada partisipasi
pembaca setia, jadikan Manglè media pencahayaan yang
cukup efektif dalam menyebarkan informasi resmi dari
pemerintah di wilayah Jawa Barat.

Pada tahun 1960-an, majalah Manglè mencetak


hingga 70.000 eksemplar. Namun saat ini hanya 5000
eksemplar tiap terbit. Keberadaan majalah (lokal) yang
tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal yang
ada di daerahnya dan keberadaannya dapat dijadikan
benteng untuk melestarikan budaya dengan visi dan
misinya.

Visi Manglè yaitu menjadi media kebanggaan


orang Sunda yang mampu berperan sepanjang zaman
dan misinya adalah:

(1) Ikut melestarikan dan mengembangkan bahasa dan


budaya Sunda,

(2) Membumikan budaya Sunda di tanah airnya,

(3) Menjadi media komunikasi masyarakat Sunda.

Jurnalistik Sunda 98
Motivasi penerbitan majalah ini adalah untuk
melestarikan bahasa, sastra, dan budaya Sunda.
Keinginan Manglè dalam melestarikan kebudayaan
daerah sejalan dengan kebijakan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014 tentang
Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah.
Namun, dalam penerapannya, membutuhkan berbagai
pihak yang secara sadar dan bertanggungjawab ikut serta
melestarikan dan mengembang-kan budaya Sunda.

Kedudukan dan fungsi dari bahasa Sunda sebagai


alat komunikasi lisan telah dipertahankan kelestariannya
oleh Manglè. Bahasa Sunda berada pada posisi yang
tepat sebagai alat verbal untuk menyampaikan pokok
bahasan, Hal ini terlihat dari banyaknya bahasan tentang
Sunda.

Bahasa sendiri memiliki banyak pengertian salah


satunya yakni sebagai sarana komunikasi antar individu
baik secara verbal atau non verbal untuk menyampaikan
ide atau gagasan. Keberadaanbahasa sangat penting
untuk keberlangsungan media massa. Media cetak
seperti surat kabar, majalah dan tabloid merupakan

Jurnalistik Sunda 99
instrumen penting dalam pengembangan bahasa. Seperti
dituturkan penulis Sunda sekaligus jurnalis US Tiarsa
dalam (Agustin and Susanti 2019, 76-77) seperti berikut:

“Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan


yang paling tinggi dalam kehidupan sebuah
bangsa. Tanpa bahasa, tentu saja kita tidak bisa
berkomunikasi. Tanpa bahasa kita tidak bisa
berkarya. Tanpa bahasa tentu saja, bukan sebuah
bangsa” (Tiarsa, Wawancara, Bulan November
2020)

Majalah Manglè turut serta dalam


memberdayakan dan melestarikan nilai-nilai budaya
Sunda dengan menginformasikan beragam informasi
lokal pada masyarakat yang berkaitan dengan bahasa,
budaya, sastra dan bidang lain seperti agama, ekonomi,
politik dan kesenian yang ruang lingkupnya untuk
masyarakat Jawa Barat. Karena pers lokal dibangun
untuk orang lokal.

(Mulyana 2008). Lokal disini berarti sewilayah,


kota, kabupaten dan provinsi.dan pers lokal merupakan

Jurnalistik Sunda 100


cerminan dari masyarakat itu sendiri. Fungsi dari pers
lokal yakni untuk membangun dan mengembangkan
identitas dari masyarakat lokal itu sendiri. (P.R and
Ispandriarno 2014).

Isi halaman dari majalah Manglé berwana hitam


putih dengan cover berwarna berjumlah 64 halaman.
Pada rubrik dari majalah Manglè sudah beberapa kali
mengalami perubahan, namun tetap menyajikan
informasi dari isu lokal sampai nasional, penyajian
informasi pada rubrik Manglè berisi hiburan dan human
interest: 55 %, budaya dan sejarah: 20 % , agama dan
pendidikan: 20 %, informatif dan lainnya: 5%.
(COMPANY PROFIL MAJALAH MANGLE: Manglé,
Ati Sunda Jati Sunda Jajatén Sunda 2019).

Rubrik Manglè disesuaikan dengan kebutuhan


masyarakat sunda. Setiap satu minggu sekali pada hari
Kamis, Manglè mengadakan rapat redaksi untuk
bertukar pikiran, merencanakan tentang isu apa saja yang
akan dinaikan pada edisi selanjutnya.

Jurnalistik Sunda 101


Isu yang diajukan tidak harus selalu baru, yang
terpenting isu yang diangkat tidak mudah basi. Selain
itu, cara penulisan harus diangkat dari sudut pandang
kesundaan. Meskipun ada redaktur yang bertanggung
jawab untuk setiap rubrik, siapa pun dapat mengajukan
isu untuk rubrik mana pun.

Manglè menyediakan rubrik khusus untuk


menyasar pada anak-anak dan remaja. Rubrik khusus ini
bernama rubrik Manglè alit dan Mangle Rumaja, Manglè
alit berisi mengenai pendidikan moral yang dapat
digunakan untuk mengenalkan adat sunda sejak usia dini
dan rubrik rumaja yang berisi cerita pendek tentang
edukatif.

Selain itu majalah Manglè melahirkan rubrik


pengajaran tentang bahasa Sunda. Rubrik ini berisi
pelajaran bagi SD, SMP dan SMP. Majalah Manglè ini
merupakan jawaban dari beberapa guru bahasa Sunda
mengenai kesulitan referensi bahan ajar untuk
pembelajaran menulis dan membaca bahasa sunda.

Jurnalistik Sunda 102


Seiring dengan perjalanan waktu, inohong,
pengarang, kolumnis dan pemerhati Sunda-pun, semakin
hari semakin berkurang. Tentu hal ini akan
mempengaruhi terhadap nilai kualitas tulisan berbahasa
Sunda di Majalah Manglé. Dengan demikian Manglè
mengajak agar masyarakat Sunda tak bosan-bosan terus
mengkomunikasikan gagasannya melalui Majalah
Manglé sesuai dengan perkembangan jaman.

Proses penyebaran informasi yang pesat, Manglè


memegang peranan dalam menjaga esensi lokalitas
sunda, khususnya melalui media digital. Masuknya
teknologi dan media menjadi sebuah tantangan bagi
perusahaan media cetak untuk dapat terus berinovasi.
Pada tahun 2012 majalah Manglè sempat meluncurkan
database berupa website yang beralamat http://Manglè-
online.com/ yang menerbitkan berita-berita spot news.

Namun pada bulan Maret 2020 website online itu


sudah tidak ada, karena tidak ada persiapan dalam
membuat web itu sehingga dari awal tidak adanya
kesepakatan untuk menerbitkan konten secara rutin,
sehingga penerbitan konten tidak teratur.

Jurnalistik Sunda 103


Menginjak usia 63 tahun majalah Manglè akan
tetap berusaha untuk tetap eksis di tengah gempuran
zaman, eksistensi dari majalah ini kerap kaitannya
sebagai upaya pelestarian bahasa sunda lewat media,
majalah Manglè tetap berkomitmen untuk memelihara
bahasa sunda agar tidak hilang di tengah perkembangan
zaman, karena pemerintah daerah sudah mengamanatkan
jika bahasa daerah harus tetap dipelihara dan dilestarikan
sebagai kekayaan kebudayaan Indonesia, diharapkan
dengan adanya hadirnya majalah Manglè sebagai upaya
untuk pelestarian bahasa sunda bagi masyarakat Jawa
barat, bahasa sunda merupakan bahasa ibu yang
merupakan identitas bangsa yang harus dipertahankan.

Masyarakat sudah mulai menyampingkan


penggunaan bahasa sunda itu sendiri, mereka lebih
bangga menggunakan bahasa nasional daripada
menggunakan bahasa Sunda itu sendiri. “banyak anak
muda yang tidak bisa dan mengerti bahasa sunda. maka
dari itu menjadi kewajibannya untuk tetap memelihara
bahasa Sunda di tengah masyarakat Sunda.”
(Wawancara, Rukmana, 2019).

Jurnalistik Sunda 104


Bahasa Sunda itu harus tetap lestari dan
terpelihara jangan sampai bahasa Sunda hilang di tengah
masyarakat kita. Manglé dibuat dari orang Sunda, oleh
orang Sunda dan untuk orang Sunda berkenaan dengan
budaya Sunda.

Keberadaan Manglè sebagai media informasi


berbahasa Sunda tidak luput dari pembaca setia yang
masih berlangganan majalah Manglè hingga hari ini.
Majalah Manglè mengalami fase pasang surut seakan-
akan tersurut oleh teknologi, namun Manglè dapat
bertahan dengan masalah yang kompleksitas ditiap
zaman walau tak secerah media-media lain. Masyarakat
masa kini dan dulu dimasa keemasan majalah cetak
sangat berbeda. Tidak melihat format cetak dan digital,
tetapi sampai atau tidaknya konten yang dibuat oleh
media ke pembaca.

Jurnalistik Sunda 105


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 40 TAHUN 1999

TENTANG

PERS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud


kedaulatan rakyat dan menjadi

unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara yang demokratis, sehingga kemerdekaan


mengeluarkan pikiran dan pendapat

sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang


Dasar 1945 harus dijamin;

b. bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa


dan bernegara yang demokratis,

Jurnalistik Sunda 106


kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai
dengan hati nurani dan hak

memperoleh informasi, merupakan hak asasi manusia


yang sangat hakiki, yang diperlukan

untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan


kesejahteraan umum, dan

mencerdaskan kehidupan bangsa;

c. bahwa pers nasional sebagai wahana komunikasi


massa, penyebar informasi, dari

pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi,


hak, kewajiban dan peranannya

dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan pers


yang profesional sehingga harus

mendapat jaminan dan perlindungan hukum, serta bebas


dari campur tangan dan paksaan

dari manapun;

d. bahwa pers nasional berperan ikut menjaga ketertiban


dunia yang berdasarkan

Jurnalistik Sunda 107


kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial;

e. bahwa Undang-undang No. 11 Tahun 1966, tentang


Ketentuan-ketentuan Pokok Pers

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 4


Tahun 1967 dan diubah dengan

Undang-undang No. 21 Tahun 1982 sudah tidak sesuai


dengan tuntutan perkembangan

zaman;

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a. b, c, d, dan e,

perlu dibentuk Undang-undang tentang Pers.

Mengingat:

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal
28 Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik


Indonesia No. XVII/MPR/1998 tentang

Hak Asasi Manusia.

Jurnalistik Sunda 108


Dengan Persetujuan:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK


INDONESIA,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

UNDANG-UNDANG TENTANG PERS

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan:

1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi


massa yang melaksanakan kegiatan

jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,


menyimpan, mengolah, dan

menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,


suara, gambar, suara dan gambar,

Jurnalistik Sunda 109


serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya
dengan menggunakan media cetak,

media elektronik, dan segala jenis uraian yang tersedia.

2. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang


menyelenggarakan usaha pers

meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan


kantor berita, serta perusahaan

media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan,


menyiarkan, dan menyalurkan

informasi.

3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani


media cetak, media elektronik, atau

media lainnya serta masyarakat umum dalam


memperoleh informasi.

4. Wartawan adalah orang yang secara teratur


melaksanakan kegiatan jurnalistik.

5. Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan


organisasi perusahaan pers.

Jurnalistik Sunda 110


6. Pers nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh
perusahaan pers Indonesia.

7. Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh


Perusahaan pers asing.

8. Penyensoran adalah penghapusan secara paksa


sebagian atau seluruh materi informasi

yang akan diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan


teguran atau peringatan yang bersifat

mengancam dari pihak manapun, dan atau kewajiban


melapor, serta memperoleh izin dari

pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.

9. Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah


penghentian penerbitan dan peredaran

atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum.

10. Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya,


untuk menolak mengungkapkan nama

dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus


dirahasiakannya.

Jurnalistik Sunda 111


11. Hak Jawab adalah hak seseorang atau sekelompok
orang untuk memberikan tanggapan

atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang


merugikan nama baiknya.

12. Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk


mengoreksi atau membetulkan kekeliruan

informasi yang diberikan oleh pers, baik tentang dirinya


maupun tentang orang lain.

13. Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan


koreksi atau ralat terhadap suatu informasi,

data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang


telah diberitakan oleh pers yang

bersangkutan.

14. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi


kewartawanan.

BAB II

ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN


PERANAN PERS

Jurnalistik Sunda 112


Pasal 2

Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan


rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip

demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.

Pasal 3

1. Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media


informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol

sosial.

2. Disamping fungsi-fungsi tersebut pada (1), pers


nasional dapat berfungsi sebagai lembaga

ekonomi.

Pasal 4

1. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga


negara.

2. Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran,


pembredelan atau pelarangan

penyiaran.

Jurnalistik Sunda 113


3. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional
mempunyai hal mencari, memperoleh,

dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.

4. Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di


depan hukum, wartawan mempunyai Hak

Tolak.

Pasal 5

1. Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa


dan opini dengan menghormati normanorma agama dan
rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak
bersalah.

2. Pers wajib melayani Hak Jawab.

3. Pers wajib melayani Hak Koreksi.

Pasal 6

Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:

a. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;

Jurnalistik Sunda 114


b. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong
terwujudnya supremasi hukum, dan

Hak Asasi Manusia, serta menghormati kebinekaan;

c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan


informasi yang tepat, akurat, dan benar;

d. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran


terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kepentingan umum;

e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

BAB III

WARTAWAN

Pasal 7

1. Wartawan bebas memilih organisasi wartawan;

2. Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik


Jurnalistik.

Pasal 8

Jurnalistik Sunda 115


Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat
perlindungan hukum.

BAB IV

PERUSAHAAN PERS

Pasal 9

1. Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak


mendirikan perusahaan pers.

2. Setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum


Indonesia.

Pasa1 10

Perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada


wartawan dan karyawan pers dalam bentuk

kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta


bentuk kesejahteraan lainnya.

Pasal 11

Penambahan modal asing pada perusahaan pers


dilakukan melalui pasar modal.

Jurnalistik Sunda 116


Pasal 12

Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat dan


penanggung jawab secara terbuka

melalui media yang bersangkutan; khusus untuk


penerbitan pers ditambah nama dan alamat

percetakan.

Pasal 13

Perusahaan pers dilarang memuat Iklan:

a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama


dan atau mengganggu kerukunan

hidup antar umat beragama, serta bertentangan dengan


rasa kesusilaan masyarakat;

b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat


adiktif lainnya sesuai dengan ketentuan

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;

c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.

Pasal 14

Jurnalistik Sunda 117


Untuk mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke
luar negeri, setiap warga negara Indonesiadan negara
dapat mendirikan kantor berita.

BAB V

DEWAN PERS

Pasal 15

1. Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan


meningkatkan kehidupan pers

nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen.

2. Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai


berikut:

a. melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan


pihak lain;

b. melakukan pengkajian untuk pengembangan


kehidupan pers;

c. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik


Jurnalistik;

Jurnalistik Sunda 118


d. memberikan pertimbangan dan mengupayakan
penyelesaian pengaduan masyarakat

atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan


pers;

e. mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat,


dan pemerintah;

f. memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam


menyusun peraturan-peraturan di

bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi


kewartawanan;

g. mendata perusahaan, pers.

3. Anggota Dewan Pers terdiri dari:

a. wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;

b. pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi


perusahaan pers;

c. tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dari atau


komunikasi, dan bidang lainnya yang

Jurnalistik Sunda 119


dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi
perusahaan pers.

4. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan


oleh anggota.

5. Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana dimaksud


dalam ayat (3) pasal ini ditetapkan

dengan Keputusan Presiden.

6. Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga


tahun dan sesudah itu hanya dapat

dipilih kembali untuk satu periode berikutnya.

7. Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari:

a. organisasi pers;

b. perusahaan pers:

c. bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak


mengikat.

BAB VI

PERS ASING

Jurnalistik Sunda 120


Pasal 16

Peredaran pers asing dan pendiri perwakilan perusahaan


pers asing di Indonesia disesuaikan

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang


berlaku.

BAB VII

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 17

1. Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk


mengembangkan kemerdekaan pers dan

menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan.

2. Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat


berupa:

a. memantau dan melaporkan analisis mengenai


pelanggaran hukum, etika, dan

kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers;

Jurnalistik Sunda 121


b. menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers
dalam rangka menjaga dan

meningkatkan kualitas Pers nasional.

BAB VIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 18

1. Setiap orang yang secara melawan hukum dengan


sengaja melakukan tindakan yang

berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan


ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat

(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)


tahun atau denda paling banyak Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5


ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 13

dipidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima


ratus juta rupiah).

Jurnalistik Sunda 122


3. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9
ayat (2) dan Pasal 12 dipidana dengan

pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus


juta rupiah).

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 19

1. Dengan berlakunya undang-undang ini segala


peraturan perundang-undangan di bidang

pers yang berlaku serta badan atau lembaga yang ada


tetap berlaku atau tetap menjalankan

fungsinya sepanjang tidak bertentangan atau belum


diganti dengan yang baru berdasarkan

undang-undang ini.

2. Perusahaan pers yang sudah ada sebelum


diundangkannya undang-undang ini, wajib

menyesuaikan diri dengan ketentuan undang-undang ini


dalam waktu selambat-lambatnya 1

Jurnalistik Sunda 123


(satu) tahun sejak diundangkannya undang-undang ini.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Pada saat undang-undang ini mulai berlaku:

1. Undang-undang No. 11 Tahun 1966 tentang


Ketentuan-ketentuan Pokok Pers (LN Republik

Indonesia Tahun 1966 No. 40, TLN Republik Indonesia


No. 2815) yang telah diubah terakhir

dengan Undang-undang No. 21 Tahun 1982 tentang


Perubahan atas Undang-undang

Republik Indonesia No. 11 Tahun 1966 tentang


Ketentuan-ketentuan Pokok Pers

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 4


Tahun 1967 (LN Republik

Indonesia Tahun 1982 No. 52, TLN Republik Indonesia


No. 3235);

Jurnalistik Sunda 124


2. Undang-undang No. 4 PNPS Tahun 1963 tentang
Pengamanan Terhadap Barang-barang

Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban


Umum (LN Republik Indonesia Tahun

1963 No. 23, TLN Republik Indonesia No. 2533), Pasal


2 ayat (3) sepanjang menyangkut

ketentuan mengenai buletin-buletin, surat-surat kabar


harian, majalah-majalah, dan

penerbitan-penerbitan berkala; dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Undang-undang ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik


Indonesia.

Disahkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 23 September 1999

Jurnalistik Sunda 125


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 23 September 1999

MENTERI NEGARA/SEKRETARIS NEGARA


REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

MULADI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


TAHUN 1999 NOMOR 166

PENJELASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 40 TAHUN 1999

TENTANG

PERS

Jurnalistik Sunda 126


UMUM

Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 menjamin


kemerdekaan berserikat dan berkumpul,

mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Pers


yang meliputi media cetak, media elektronik

dan media lainnya merupakan salah satu sarana untuk


mengeluarkan pikiran dengan lisan dan

tulisan tersebut. Agar pers berfungsi secara maksimal


sebagaimana diamanatkan Pasal 28

Undang-Undang Dasar 1945 maka perlu dibentuk


Undang-undang tentang pers. Fungsi maksimal

itu diperlukan karena kemerdekaan pers adalah salah


satu perwujudan kedaulatan rakyat dan

merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

yang demokratis.

Dalam kehidupan yang demokratis itu


pertanggungjawaban kepada rakyat terjamin, sistem

Jurnalistik Sunda 127


penyelenggaraan negara yang transparan berfungsi, serta
keadilan dan kebenaran terwujud.

Pers yang memiliki kemerdekaan untuk mencari dan


menyampaikan informasi juga sangat penting

untuk mewujudkan Hak Asasi Manusia yang dijamin


dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Republik Indonesia No. XVII/MPR/1998 tentang


Hak Asasi Manusia, antara lain yang

menyatakan bahwa setiap orang berhak berkomunikasi


dan memperoleh informasi sejalan dengan

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi


Manusia Pasal 19 yang berbunyi : "Setiap

orang berhak atas kebebasan mempunyai dan


mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk

kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk


mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan
buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak
memandang batas-batas wilayah".

Jurnalistik Sunda 128


Pers yang juga melaksanakan kontrol sosial sangat
penting Pula untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan kekuasaan baik korupsi, kolusi,


nepotisme, maupun penyelewengan dan

penyimpangan lainnya.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan


peranannya, pers menghormati hak asasi setiap

orang, karena itu dituntut pers yang profesional dan


terbuka dikontrol oleh masyarakat. Kontrol

masyarakat dimaksud antara lain : oleh setiap orang


dengan dijaminnya Hak Jawab dan Hak

Koresi, oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti


pemantau media (media watch) dan oleh

Dewan Pers dengan berbagai bentuk dan cara.

Untuk menghindari pengaturan yang tumpang tindih,


undang-undang ini tidak mengatur ketentuan

yang sudah diatur dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan lainnya.

Jurnalistik Sunda 129


PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Perusahaan pers dikelola sesuai dengan prinsip ekonomi,


agar kualitas pers dan kesejahteraan

Para wartawan dan karyawannya semakin meningkat


dengan tidak meninggalkan kewajiban

sosialnya.

Pasal 4

Ayat (1)

Jurnalistik Sunda 130


Yang dimaksud dengan "kemerdekaan pers dijamin
sebagai hak asasi warga negara" adalah

bahwa pers bebas dari tindakan pencegahan, pelarangan,


dan atau penekanan agar hak

masyarakat untuk memperoleh informasi terjamin.

Kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai


kesadaran akan pentingnya penegakan

supremasi hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan,


dan tanggung jawab profesi yang

dijabarkan dalam kode Etik Jurnalistik serta sesuai


dengan hati nurani insan pers.

Ayat (2)

Penyensoran, pembredelan, atau pelarangan penyiaran


tidak berlaku pada media cetak dan media

elektronik. Siaran yang bukan merupakan bagian dari


pelaksanaan kegiatan jurnalistik diatur dalam

ketentuan undang-undang yang berlaku.

Ayat (3)

Jurnalistik Sunda 131


Cukup jelas.

Ayat (4)

Tujuan utama Hak Tolak adalah agar wartawan dapat


melindungi sumber informasi, dengan cara

menolak menyebutkan identitas sumber informasi.

Hak tersebut dapat digunakan jika wartawan dimintai


keterangan oleh pejabat penyidik dan atau

diminta menjadi saksi di pengadilan.

Hak Tolak dapat dibatalkan demi kepentingan dan


keselamatan negara atau ketertiban umum

yang dinyatakan oleh pengadilan.

Pasal 5

Ayat (1)

Pers nasional dalam menyiarkan informasi, tidak


menghakimi atau membuat kesimpulan

kesalahan seseorang, terlebih lagi untuk kasus-kasus


yang masih dalam proses peradilan serta

Jurnalistik Sunda 132


dapat mengakomodasikan kepentingan semua pihak
yang terkait dalam pemberitaan tersebut.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 6

Pers nasional mempunyai peranan penting dalam


memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui

dan mengembangkan pendapat umum, dengan


menyampaikan informasi yang tepat, akurat dan

benar. Hal ini akan mendorong ditegakkannya keadilan


dan kebenaran, serta diwujudkannya

supremasi hukum untuk menuju masyarakat yang tertib.

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup jelas.

Jurnalistik Sunda 133


Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "Kode Etik Jurnalistik" adalah


kode etik yang disepakati organisasi

wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers.

Pasal 8

Yang dimaksud dengan "perlindungan hukum" adalah


jaminan perlindungan Pemerintah dan atau

masyarakat kepada hartawan dalam melaksanakan


fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang


berlaku.

Pasal 9

Ayat (1)

Setiap warga negara Indonesia berhak atas kesempatan


yang sama untuk bekerja sesuai dengan

Hak Asasi Manusia, termasuk mendirikan perusahaan


pers sesuai dengan ketentuan peraturan

Jurnalistik Sunda 134


perundang-undangan yang berlaku.

Pers nasional mempunyai fungsi dan peranan yang


penting dan strategis dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena


itu, negara dapat mendirikan perusahaan

pers dengan membentuk lembaga atau badan usaha


untuk menyelenggarakan usaha pers.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 10

Yang dimaksud dengan "bentuk kesejahteraan lainnya"


adalah peningkatan gaji, bonus, pemberian

asuransi dan lain-lain. Pemberian kesejahteraan tersebut


dilaksanakan berdasarkan kesepakatan

antara manajemen perusahaan dengan wartawan dan


karyawan pers.

Pasal 11

Jurnalistik Sunda 135


Penambahan modal asing pada perusahaan pers dibatasi
agar tidak mencapai saham mayoritas

dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 12

Pengumuman secara terbuka dilakukan dengan cara :

a. media cetak memuat kolom nama, alamat, dan


penanggung jawab penerbitan serta nama

dan alamat percetakan;

b. media elektronik menyiarkan nama, alamat, dan


penanggungjawabnya pada awal atau akhir

setiap siaran karya jurnalistik;

c. media lainnya menyesuaikan dengan bentuk, sifat dan


karakter media yang bersangkutan.

Pengumuman tersebut dimaksud sebagai wujud


pertanggungjawaban atas karya jurnalistik yang

diterbitkan atau disiarkan. Yang dimaksud dengan


"penanggung jawab" adalah penanggung jawab

Jurnalistik Sunda 136


perusahaan pers yang meliputi bidang usaha dan bidang
redaksi.

Sepanjang menyangkut pertanggungjawaban pidana


menganut ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Ayat (1)

Tujuan dibentuknya Dewan Pers adalah untuk


mengembangkan kemerdekaan pers dan

meningkatkan kualitas pers nasional.

Ayat (2)

Pertimbangan atas pengaduan dari masyarakat


sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf d adalah

Jurnalistik Sunda 137


yang berkaitan dengan Hak Jawab, Hak Koreksi, dan
dugaan pelanggaran terhadap Kode Etik

Jurnalistik.

Ayat (3) s/d Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Untuk melaksanakan peran serta masyarakat


sebagaimana dimaksud dalam ayat ini dapat

dibentuk lembaga atau organisasi pemantau media


(media watch).

Pasal 18

Ayat (1)

Jurnalistik Sunda 138


Cukup jelas.

Ayat (2)

Dalam hal pelanggaran pidana yang dilakukan oleh


perusahaan pers, maka perusahaan tersebut

diwakili oleh penanggung jawab sebagaimana dimaksud


dalam penjelasan Pasal 12.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 3887

Jurnalistik Sunda 139


AUTOBIOGRAFI PENULIS

I Believe Life is Miracle

7 Juni 22 tahun yang lalu,


terlahir dengan nama Resma
Rosdiyana yang berasal dari kedua
orang tua asli Cirebon, membuatku
memiliki darah Jawa dan Sunda. Aku
adalah seseorang yang selalu
mempertanyakan semua hal dalam hidupku, salah satu
hal yang aku tanyakan adalah kenapa aku diberi nama
Resma Rosdiyana dan apa arti atau makna dari nama
tersebut?

Dan aku mendapati jawaban itu ketika aku sudah


beranjak dewasa, lebih tepatnya yaitu saat aku
memasuki fase remaja akhir, dimana ketika sudah lulus
sekolah menengah atas dan memasuki dunia perguruan
tinggi atau perkuliahan. Aku diberi tau oleh neneku
bahwa arti dari nama Rosdiyana sendiri yaitu terdapat
pada kata “Diana” dimana kata tersebut berakar dari

Jurnalistik Sunda 140


kata “ana” yang dimana dalam bahasa jawa artinya
“ada”.

Nenekku menjelaskan makna dari kata “ada”


tersebut yaitu sesuai dengan harapan dan doa ayah,
yaitu ada suksesnya, ada keberuntungannya, ada
kebaikannya, ada kebahagiaanya. Yaa itulah harapan
ayahku yang sudah memberi aku nama Rosdiyana.
Kemudian Ros sendiri yaitu dalam bahasa inggris yang
dimana kata “Rose” yaitu memiliki arti “mawar”
dimana mawar ini adalah makna dari hari lahirku yaitu
hari senin, dimana dalam kepercayaan orang jawa senin
yaitu hari yang berlambangkan bunga.

Lantas apa arti kata Resma itu sendiri? Yang aku


tau nama Resma adalah pemberian dari ibuku, namun
karena sedari kecil aku tidak tinggal bersama ibu, aku
tidak tau arti nama tersebut. Yah untungnya di mesin
pencarian google ada artinya ketika aku mencari arti kata
nama “Resma”. Menurut google arti kata nama resma
adalah “Orang yang setia, welas asih, dan penyayang. Ia
menyukai tantangan dan memiliki kepribadian yang
luwes. Ia ingin hidup dalam damai dan menginginkan
kesepadanan intelektual dengan pasangannya.” Dan iya,

Jurnalistik Sunda 141


aku rasa makna atau arti dari nama itu sangat sesuai
denganku.

Namun ada hal unik meski nama asliku Resma


Rosdiyana, kini orang-orang mengenalku dengan nama
Rosdiyana. Ya hal itu karena sewaktu aku masih kecil,
yang membuat akta kelahiranku adalah nenek, dan
nenekku lupa kepanjangan namaku, alhasil jadilah akta
kelahiranku hanya dengan nama Rosdiyana. Dan kini
aku sering dipanggil dengan sebutan Diana, atau Ros
atau kadang kak ros.

Selain mencari tau arti namaku, aku juga mencari


tau kenapa sedari kecil aku tidak tinggal bersama orang
tuaku, melainkan bersama nenekku. Dan jawabannya
adalah karena ayahku meninggal saat aku usia 3 tahun,
dan ibuku menitipkan aku kepada nenek. Karena hal itu,
aku dari kecil tinggal dan dibesarkan oleh nenek dan
kakek. Aku tumbuh bersama nenek dan kakek, dengan
keadaan yang bisa dibilang serba pas-pasan, tapi hal itu
tidak menjadi alasan untuk aku tidak dapat mengenyam
pendidikan.

Ketika berumur 5 tahun, aku mulai menempuh

Jurnalistik Sunda 142


pendidikan sekolah TK di RA Syarif Hidayatullah,
kemudian melanjutkan sekolah ke SDN 1 Cangkoak,
setelah lulus SD aku melanjutkan ke SMP Asy-Syahida,
dan setelah lulus SMP aku lanjut menempuh pendidikan
ke SMAN 1 Dukupuntang. Sedari aku sekolah TK
hingga SMA, bisa dibilang aku adalah murid yang
berprestasi karena aku selalu dapat mempertahankan
peringkatku di Rangking satu. Hal itu dapat aku raih,
karena aku ingin membanggakan nenek dan kakeku
yang sudah menyekolahkanku, serta ada perasaan aku
tidak ingin menyia-nyiakan hasil keringat mereka yang
sudah bersusah payah membesarkanku.

Karena termotivasi oleh hal itu, selain aku


berprestasi dibidang akademik, dari SMA aku juga
selalu mengikuti berbagai organisasi dan lomba. Dan
alhamdulillah sewaktu SMA aku mendapatkan berbagai
juara diberbagai bidang perlombaan. Diantaranya yaitu
aku pernah mendapatkan juara 2 dalam perlombaan
Role Play/Drama Bahasa Inggris, juara 2 Cerdas Cermat
Pendidikan Lingkungan Hidup, juara 1 tari saman, juara
2 menulis essay, dan juga mewakili sekolah dalam ajang
OSN (Olimpiade Sains Nasional) Kimia.

Jurnalistik Sunda 143


Jadi bisa dibilang waktu masa kanak-kanaku
hingga aku remaja hanya dihabiskan dengan belajar,
belajar dan belajar. Sedikit sekali waktuku untuk
bermain. Namun saat aku SMA ada sedikit warna yang
menghiasi hidupku selain belajar, yaitu aku mempunyai
circle pertemanan yang dimana kita sangat suka
ngetrip/traveling ke tempat-tempat baru yang belum
pernah kita kunjungi. Jadi setiap waktu libur sekolah,
kita gunakan waktunya untuk kumpul di basecamp
bakar-bakar ikan, bikin rujak buah, dan juga
ngetrip/traveling bareng ke alam terbuka.

Hal itu terasa sangat mengasyikan dan


menyenangkan, hingga tidak terasa masa-masa di
sekolah SMA berakhir dan dari kita harus melanjutkan
hidup kita masing-masing untuk mewujudkan cita-cita.
Dan aku sendiri memutuskan untuk melanjutkan kuliah
di luar kota, karena sudah cukup bosan aku sekolah dari
TK hingga SMA selalu di kota sendiri. Kemudian aku
mendaftarkan diri di 3 kota, yaitu Bandung, Jogja, dan
Semarang. Dan aku ketrima kuliah di kota Bandung,
yaitu tepatnya di UIN Sunan Gunung Djati Bandung
dengan jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik.

Jurnalistik Sunda 144


Alasanku mengambil jurusan itu yaitu karena
kegemeranku menulis, mulai dari sekolah SD yang suka
menulis diary, saat SMP aku suka menulis puisi,
kemudian saat SMA aku suka ikut lomba menulis essay,
bahkan sampai sekarang pun aku masih suka menulis
diary dan puisi. Kemudian selain karena alasan suka
menulis, aku juga memiliki hobi fotografi dan traveling,
jadi karena ketiga hal itu yang memperkuat dan
meyakinkan aku untuk mengambil jurusan Jurnalistik.

Jadi sewaktu kuliah, prioritasku adalah selain


kuliah yang rajin dan sungguh-sungguh, aku ingin
sekali masa-masa kuliahku ini bisa aku isi dengan
kegiatan menjelajah, bertemu dengan orang-orang baru
dan bisa bermanfaat serta berkontribusi untuk orang lain
atau masyarakat. Dan hal itu dapat aku wujudkan yaitu
mulai dari aku sering mengikuti berbagai kegiatan sosial
seperti kegiatan volunteer/kerelawanan di kota Bandung,
kemudian aku ikut

berbagai komunitas, kemudian aku dapat kesempatan


ekspedisi ke Bandar Lampung, aku ketrima menjadi
delegasi kota Bandung untuk memperjuangkan krisis
iklim di Bali, setelah pulang dari Bali aku dapat

Jurnalistik Sunda 145


kesempatan mengeksplore Jogja, kemudian aku juga
mendapatkan undangan di Jakarta untuk menghadiri
festival penulis yang dihadiri oleh Mentri, artis dan para
wartawan hebat.

Namun selain hal diatas, aku juga punya prinsip


selama aku kuliah aku harus menjadi mahasiswa yang
mandiri. Dan hal itu dapat aku wujudkan dengan aku
bisa membiayai kuliahku sendiri, selama kuliah aku
sambil bekerja. Banyak kerjaan sampingan yang aku
ambil, seperti kerja di yayasan sosial, kerja di bisnis
startup yang bergerak di bidang makanan, kerja sebagai
content creator dan editor video. Semua hal itu aku
lakukan untuk

dapat membayar kuliah dan membayar kosanku sendiri,


dan lebihnya baru aku gunakan untuk biaya sehari-hari.

Jadi sampai saat ini, banyak hal yang sudah aku


lewati. Meskipun lebih banyak hal lagi yang belum aku
coba dan aku eksplore. Karena aku adalah tipe orang
yang selalu ingin mempelajari hal-hal baru, yang selalu
mencari tau apa tujuanku hidup di dunia ini, dan ya
tentunya aku masih sama dengan keambisanku untuk

Jurnalistik Sunda 146


mencapai cita-citaku. Meskipun saat ini aku tengah
berada di fase sedang memixing dan memikirkan ulang
semuanya, apa yang sebenarnya aku inginkan dalam
hidup, kejutan apa yang ingin Tuhan berikan dalam
hidupku, dengan semua perjalanan hidupku yang tidak
mudah ini, tapi aku percaya satu hal dan hal itu menjadi
motto hidupku, yaitu “I Believe Life is Miracle and
Everything is Going to be Amazing” ☺.

Jurnalistik Sunda 147


Kisah Lomba Kepenulisan Pertamaku

Hari semakin sunyi dan gelap, di luar pun terdengar


mulai sedikit suara kendaraan roda dua yang berlalu
lalang. Namun, jari jemariku masih dengan asyiknya
menari-nari di atas keyboard, merangkai kata demi kata
hingga menjadi sebuah tulisan utuh yang akan
diikutsertakan dalam perlombaan artikel di acara
jurusanku. Saat tulisan sudah hampir selesai, aku
menyeruput kembali sisa kopi susu instan yang sudah
dingin sampai habis, kemudian melanjutkan kembali
tulisan yang tadi dibuat.

Halo! Namaku Sintamia,


biasanya, teman-teman memanggilku
Sinta ataupun Mia. Saat ini, aku
merupakan mahasiswa di UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, atau yang
dikenal dengan sebutan UIN Bandung
dan ada juga yang menyebutnya UIN SGD (dibaca: uwin
es ge de). Jurusanku adalah Jurnalistik. Kenapa aku
memilih Jurnalistik? Karena pada awalnya aku ingin
menjadi penulis dan ingin bisa menjadi seperti Ahmad

Jurnalistik Sunda 148


Fuadi yang merupakan salah satu penulis novel best
seller di Indonesia dengan novel pertamanya yang
berjudul Negeri 5 Menara.

Tak hanya penulis novel, sebelumnya Ahmad


Fuadi pun merupakan wartawan majalah Tempo. Dari
membaca novel trilogi Negeri 5 Menara lah, aku jadi
semakin tertarik ingin belajar seputar dunia kepenulisan.
Hingga akhirnya, aku memilih dan lolos tes SBMPTN di
UIN Bandung dengan jurusan Jurnalistik.

Namun, seperti biasa, ekspektasi terkadang tak


sepenuhnya sesuai dengan realita. Dikarenakan terlalu
berekspektasi yang baik-baik dan juga indah, aku sampai
lupa bahwa aku orangnya cukup pemalu dan
berkepribadian introvert, di mana akan cukup susah
untuk memulai pembicaraan, tampil di depan umum,
terlebih rasa insecure dengan teman-teman sekelas yang
tampak pintar dan hebat.

Ketika beranjak semester 2, aku sampai hampir


drop bahkan ingin pindah jurusan karena kurang bisa
menyesuaikan diri dengan teman-teman lainnya. Namun
seiring berjalannya waktu, Alhamdulillah.. aku mulai

Jurnalistik Sunda 149


bisa beradaptasi dan mencoba lebih banyak bersyukur,
karena untuk bisa sampai kuliah di Bandung aja itu
sudah merupakan anugerah dan masih seperti mimpi
bagi aku yang merupakan anak rantau dari pulau
seberang yakni Sumatera.

Ya, asalku dari Jambi, provinsi yang memiliki


sungai terpanjang keempat di Indonesia dan pertama di
Sumatera, Sungai Batang Hari. Untuk lebih tepatnya aku
berasal dari daerah yang dikelilingi banyak kebun sawit
yakni Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro
Jambi.

Aku merupakan anak ketiga dari empat


bersaudara. Ayahku merupakan seorang transmigran dari
Tasikmalaya yang kini bekerja sebagai penghulu dan
pembimbing haji, sedangkan Ibuku keturunan Jawa dan
Jambi dan merupakan ibu rumah tangga. Oh iya, aku
alumni SMKN 2 Muaro Jambi jurusan Multimedia, dan
sebelumnya aku SMP di SMPN 13 Muaro Jambi. Segitu
saja flashback tentang latar belakang diriku, lanjut ke
cerita sebelumnya.

Walaupun di semester 2 aku tetap tak memiliki

Jurnalistik Sunda 150


banyak teman dekat di kelas, tetapi sejak saat itu aku
sudah mulai bisa beradaptasi sambil mencoba aktif di
luar kelas dengan mengikuti komunitas dan juga
mencoba mengikuti lomba yang diadakan oleh jurusanku
yakni Jufair 2019. Lomba tersebut merupakan lomba
kepenulisan pertama yang aku ikuti. Awalnya cuman
karena iseng-iseng serta ingin mencoba kontribusi saja
untuk kelas, sehingga aku sama sekali tidak sampai
kepikiran ingin menjadi juara, apalagi itu merupakan
perlombaan kepenulisan pertama yang aku ikutin dan
belum mempunyai basic ilmu kepenulisan sebelumnya.

Tetapi, untungnya Jufair 2019 mengadakan


seminar kepenulisan sebagai bekal bagi peserta lomba.
Dengan semangat, aku menghadiri acara tersebut
bertempat di aula lantai 4 gedung Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, walaupun harus berangkat sendiri. Saat itu,
aku benar-benar menyimak dan mencatat materi seminar
tersebut, dan banyak mendapat ilmu serta insight baru
tentang kepenulisan artikel. Setelah seminar selesai, aku
langsung menuju perpustakaan UIN Bandung sebelum
pulang ke Ma’had Al-Jami’ah yang menjadi tempat
tinggalku selama setahun pertama di UIN Bandung.

Jurnalistik Sunda 151


Di sana, aku mencari berbagai referensi buku
yang berkaitan dengan tema artikel yang dilombakan.
Setelah mendapat buku yang dicari dan meminjamnya,
aku langsung pulang ke Ma’had Al-Jami’ah dan masuk
ke kamarku. Setelah masuk kamar, aku langsung
beristirahat terlebih dahulu kemudian sholat dzuhur,
mengerjakan tugas kuliah karena hari itu tidak ada
jadwal kelas. Sampai menjelang maghrib, aku belum
sempat membaca buku-buku yang dipinjam, terlebih
setelah maghrib ada pembelajaran di Ma’had sampai
Isya’.

Setelah kelas di Ma’had selesai, aku kembali ke


kamar, sholat Isya’, kemudian makan, baru akhirnya
sempat baca-baca bukunya, belum selesai membaca
semuanya, rasanya mata sudah mulai berat hingga
akhirnya memilih tidur, dan dilanjutkan keesokan
harinya. Keesokannya, aku sempatkan membaca dan
mengumpulkan ide-ide yang terlintas dipikiranku.
Namun, saat mulai mencoba mulai menulis, rasanya aku
blank atau bingung dengan kata-kata pembukanya,
hingga akhirnya belum jadi nulis.

Jurnalistik Sunda 152


Hari demi hari terlewati, aku belum sempat
melanjutkan tulisanku, buku yang dipinjam pun sudah
dikembalikan. Hingga puncaknya H-2 deadline, salah
satu teman sekelasku yang juga ikut lomba artikel Jufair
2019 bertanya tentang progres artikel ku, setelah ngobrol
sebentar kita berpisah dan aku pergi lagi ke perpustakaan
untuk meminjam buku yang sebelumnya pernah ku
pinjam.

Kemudian, setelah dari perpustakaan, aku


membeli lauk untuk makan siang dan pulang ke Ma’had.
Setelah sholat dzuhur dan makan siang, langsung aku
baca-baca kembali buku yang aku pinjam untuk mencari
ide dan referensi yang mendukung, kemudian aku juga
membuka website SUAKA yang merupakan pers
mahasiswa UIN Bandung, barangkali ada data atau hasil
wawancara yang bisa dikutip dan menjadi referensi
pendukung tulisanku.

Alhamdulillahnya aku ketemu satu berita yang


cukup sesuai dan bisa menjadi penguat argumen
tulisanku. Paragraf pertama pun baru mulai aku dapatkan
setelah berlama-lama di depan laptop dan berkutat

Jurnalistik Sunda 153


dengan buku-buku, tak lupa aku kembali membaca
catatan seminar kepenulisan yang aku ikuti waktu itu.
Waktu pun mulai menunjukkan waktu maghrib, aku
kembali bersiap-siap untuk kelas di Ma’had. Setelah
kelas Ma’had selesai, aku mengerjakan tugas kuliah.

Keesokan harinya, aku kembali melakukan


rutinitas harian seperti kuliah, berkumpul bareng teman
Ma’had, mengikuti kegiatan di Ma’had, dan lain
sebagainya. Hingga malam harinya, aku baru bisa
kembali melanjutkan tulisanku yang belum selesai,
dengan gugup dan sedikit tergesa-gesa aku mulai
mengetik kata demi kata, kali ini terasa lebih lancar,
tiba-tiba banyak ide bermunculan mungkin faktor H-1
Deadline atau dikenal dengan The Power of Kepepet
hehe.

Hari semakin sunyi dan gelap, di luar pun


terdengar mulai sedikit suara kendaraan roda dua yang
berlalu lalang. Namun, jari jemariku masih dengan
asyiknya menari-nari di atas keyboard, merangkai kata
demi kata hingga menjadi sebuah tulisan utuh yang akan
diikutsertakan dalam perlombaan artikel di acara

Jurnalistik Sunda 154


jurusanku. Saat tulisan sudah hampir selesai, aku
menyeruput kembali sisa kopi susu instan yang sudah
dingin sampai habis, kemudian melanjutkan kembali
tulisan yang tadi dibuat.

Dan akhirnya tulisanku pun selesai, langsung


buru-buru aku kirim sebelum waktunya lewat. Setelah
terkirim, aku merasa lega namun tak percaya diri untuk
bisa menang. “Setidaknya sudah berusaha dan
mencoba,” kataku dalam hati, kemudian aku pun
langsung bergegas tidur. Keesokannya, ternyata ada
pengumuman pengiriman artikel diperpanjang. Aku
yang udah buru-buru dan khawatir tadi malam, merasa
sedikit kecewa, tapi ya sudahlah. Walaupun
kemungkinan tidak menang tetapi aku tetap berdo’a
apapun hasilnya nanti.

Hari demi hari terlewati, hingga akhirnya acara


puncak Jufair 2019 diselenggarakan. Namun, saat itu
aku tidak hadir di acara tersebut dan memilih acara yang
ada di Ma’had karena yakin kemungkinan tidak bakal
menang. Saat sedang mengikuti acara di Ma’had tiba-
tiba Whatsapp grup kelas heboh ngetag namaku, aku pun

Jurnalistik Sunda 155


langsung melihat karena penasaran ada apa, di sana
mereka bilang katanya aku menjadi juara 2 lomba
artikel.

Masih sempat tidak percaya hingga akhirnya aku


ditelepon oleh salah satu teman sekelasku yang
menghadiri acara tersebut. Katanya aku menang dan
disuruh kesana. Masih tidak percaya juga, akhirnya
temanku tersebut mengirim foto sertifikat juara 2 lomba
artikel dan memang benar di sana tertulis namaku.
Akhirnya, aku memutuskan ke sana untuk mengambil
sertifikat dan hadiah uang pembinaan.

Masih dalam keadaan antara tidak percaya,


senang, dan juga tentunya bersyukur, apalagi ini
merupakan lomba kepenulisan pertama yang aku ikuti.
Dari sana aku mendapatkan pembelajaran bahwa tidak
ada yang tidak mungkin, yang penting coba aja dulu,
berusaha yang terbaik semampu yang kita bisa,
kemudian berdoa dan serahkan kepada Allah, kalah atau
menang urusan nanti.

Jurnalistik Sunda 156


DAFTAR PUSTAKA

Jannah, Nenden Jahrotul. 2017. Strategi manajemen


Media Manglé: Studi deskriptif pada Majalah
Manglé dalam mempertahankan eksistensinya
sebagai majalah Bahasa Sunda. S1 Skripsi, UIN
Sunan Gunung Djati Bandung

Oktaviani, Gina. 2017. Faktor Eksternal Dan Internal


Pada Pemilihan Kata Majalah Mangle Rubrik
Laporan. S1 Skripsi, UIN Sunan Gunung Djati
Bandung..

Nurani, Ima. 2016. Perjalanan Majalah Cupumanik


Dalam Mengembangkan Bahasa Sunda Tahun
2003-2013 di Kota Bandung. Jurnal Universitas
Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/25121/4/S_SEJ_0901594
_Chapter1.pdf. Diakses pada 25 September 2021,
pukul 14:46 WIB.

Taswara. 2016. KONTRIBUSI ELITE POLITIK


DALAM MENDORONG EKSISTENSI PERS

Jurnalistik Sunda 157


SUNDA (Studi Kasus Tentang Penggunaan Rubrik
Pemerintahan Oleh Elite Politik di Majalah
Mangle Sebagai Saluran Informasi dan
Komunikasi Publik di Bandung), 3(2).

Fitriyani, Annisa. 2015. Peran Keluara Dalam


Mengembangkan Nilai Budaya Sunda. Universitas
Pendidikan Indonesia. repository.upi.edu.

Iqbal, Muhammad. 2013. Makalah Penelitian Budya


Sunda. Bandung. Universitas Komputer Indonesia.

Setiawan, Hawe. 2002. Bahasa Sunda Jurnalistik.


Bandung.

Tabroni, Roni. Dkk. 2020. Eksistensi Majalah Berbahasa


Sunda Mangle di Era Revolusi Industri 4.0.
Universitas Sangga Buana. Linimasa: Jurnal Ilmu
Komunikasi. Volume 3, No.2. E-ISSN 2614-0831.
ISSN 2614-0373

Arifin, E. Zaenal. 2016. Bahasa Sunda Dialek Priangan.


Jurnal Pujangga, Vol. 2, No. 1. Diakses pada 09
Oktober 2021 pukul 19:00 WIB, melalui:

Jurnalistik Sunda 158


http://journal.unas.ac.id/pujangga/article/download
/379/278.

Madjid, Muhamad Aqros Syaiful Ridho Val, Aim


Abdulkarim, dan Muhamad Iqbal. 2016. Peran
Nilai Budaya Sunda dalam Pola Asuh Orang Tua
bagi Pembentukan Karakter Sosial Anak.
International Journal Pedagogy of Social
Studies:Vol. 2, No. 1. Diakses pada 09 Oktober
2021 pukul 19:32 WIB,
melalui:https://ejournal.upi.edu/index.php/pips/arti
cle/download/4956/3482.
https://rimbakita.com/suku-sunda/ (Diakses pada
17 Oktober 2021, pukul 11.28 WIB)

https://www.merdeka.com/jabar/8-jenis-rumah-adat-
sunda-yang-jarang-di-ketahui-salah-satu nya-
memperlancar-pertanian.html?page=all (Diakses
pada 17 Oktober 2021, pukul 19.00 WIB)

Sitompul, Parulian & Dida Dirgahayu . 2014.


KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP
PERS BERBAHASA SUNDA. Jurnal Penelitian

Jurnalistik Sunda 159


Komunikasi Vol. 17 No. 1: 69-76. Diakses pada 22
Oktober 2021 melalui
https://core.ac.uk/download/pdf/229633979.pdf

Rosmana, Hilman. 2017. Majalah Mangle: Penjaga


Kearifan Lokal dan Peranannya Dalam
Melestarikan Bahasa dan Budaya Sunda 1957 -
1998. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 2(1), 75-81.
Diakses pada 22 Oktober 2021 melalui
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jscl/article/vi
ew/15053.

Subinarto, Djoko. 2015. Lenyepaneun- Utopia


Kebangkitan Koran Sunda. Kolumnis, Alumnus
Universitas Padjadjaran. Diakses pada 07
Desember 2021 melalui:
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/a
mp/nkogwl7

Arifin, Faizal. 2021. Sinar Krawang, Pers Kritis Sunda


Zaman Belanda. Doktoral Religious Studies UIN
SGD Bandung. Diakses pada 07 Desember 2021
melalui: https://kumparan.com/faizalarifin/sinar-

Jurnalistik Sunda 160


krawang-pers-kritis-sunda-zaman-belanda-
1vZnfTzN d2e

Nandy. 2021. Ragam Budaya Sunda beserta Penjelasan


dan Contohnya. Diakses pada 08 Januari 2021
melalui: https://www.gramedia.com/best-
seller/ragam-budaya-sunda/

Kartika, Sari. 2012. Kebudayaan Sunda. Diakses pada 09


Desember 2021 melalui
http://kartikasari391.blogspot.co.id/2012/10/kebud
ayaan-sunda.html

Rafian. 2012. Seputar Kuliah Budaya Sunda. Daikses


pada 09 Desember 2021 melalui:
https://shindohjourney.wordpress.com/seputar-
kuliah/budaya-sunda/

Teguh, Irfan. 2017. Sejarah Bahasa Sunda dalam


Kebudayaan Cetak. Diakses pada 10 Desember
2021 melalui:
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/sejara
h-bahasa-sunda-dalam-kebudayaan-cetakcken
WJK News. 2014. Karakteristik Budaya Sunda.

Jurnalistik Sunda 161


Diakses pada 11 Desember 2021 melalui:
http://westjavakingdom.blogspot.com/2014/03/kar
akteristik-budaya-sunda.html?m=

Najah, Rona Qonitatin. 2019. Fungsi media dalam


melestarikan budaya lokal (Sunda): Studi kasus
media TVRI Jawa Barat pada tayangan Kalawarta.
Diakses pada 15 Desember 2021 melalui
http://digilib.uinsgd.ac.id/29317/

Rustian, Zeva Pratama. 2020. Media lokal dalam


melestarikan budaya Sunda : Studi deskriptif
program siaran berita Sunda di media RRI
Bandung. Diakses pada 15 Desember 2021 melalui
http://digilib.uinsgd.ac.id/38711/

Jurnalistik Sunda 162

Anda mungkin juga menyukai