Jurnalistik Sunda i
Sunda, kemudian Bagian dua menjelaskan mengenai
sejarah Pers Sunda. Mulai dari sejarah pers sunda era pra
kemerdekaan, sejarah pers sunda era orde lama, sejarah
pers sunda era orde baru, dan sejarah pers sunda era orde
reformasi.Disinilah pers sunda dapat membuktikan
kekonsistensiannya dan mengetengahkan aspek-aspek
budaya Sunda Khususnya di Jawa Barat.
Jurnalistik Sunda ii
khusus, buku ini diterbitkan untuk memenuhi Tugas
Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Jurnalisme
Sunda yang diampu oleh Drs. Haris Sumadiria, M.Si.
Penulis
Jurnalistik Sunda iv
Berdasarkan Media .................................................... 71
Berdasarkan Gaya dan Ideologi ................................ 72
Jenis-Jenis Jurnalistik Online .................................... 79
BAB VI KEKUATAN
&KELEMAHANJURNALISTIKSUNDA ................... 81
Kekuatan Jurnalistik Sunda ....................................... 81
Kelemahan Jurnalistik Sunda .................................... 82
BAB VII TANTANGAN&
PELUANGJURNALISTIKSUNDA............................. 86
Tantangan .................................................................. 87
Peluang ...................................................................... 89
Strategi Jurnalistik Sunda .......................................... 92
BAB VIII SEJARAHMAJALAHMANGLE................ 96
Media Lokal Pelestari Bahasa dan Budaya Sunda .... 96
AUTOBIOGRAFI PENULIS ..................................... 140
I Believe Life is Miracle.......................................... 140
Kisah Lomba Kepenulisan Pertamaku .................... 148
DAFTAR PUSTAKA ................................................. 157
Jurnalistik Sunda v
B PENGERTIAN
A
B JURNALISTIK
I SUNDA
Mungkin hampir sebagian dari kita sudah tidak
asing lagi dengan istilah ‘jurnalistik’. Lalu, bagaimana
dengan jurnalistik Sunda? Apakah kalian tahu
pengertiannya atau bahkan sudah familiar dengan istilah
tersebut? Bisa dipastikan masih banyak yang belum
familiar. Memangnya apa pengertian dari jurnalistik
Sunda? Mari kita bahas satu per satu.
Jurnalistik
Jurnalistik Sunda 1
(Adinegoro, 1961). Istilah Journa sendiri berasal dari
kata lain, Diurna, yang artinya tiap hari, harian, atau
catatan harian (Muis, 1996).
Jurnalistik Sunda 2
pemirsa), sehingga dapat dinikmati dan dimanfaatkan
untuk keperluan hidupnya.
Jurnalistik Sunda 3
Jurnalistik adalah :
KBBI,
KIJ,
Ensiklopedi Indonesia,
Jurnalistik Sunda 4
”Suatu seni atau keterampilan mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyusun, serta menyajikan berita tentang
suatu peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah,
dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani
khalayaknya,”
Kustadi Suhandang,
Adinegoro,
Haris Sumadiria,
Jurnalistik Sunda 5
A.W. Widjaya,
M. Ridwan,
Kris Budiman,
Erik Hodgins,
Jurnalistik Sunda 6
“Laporan tentang kejadian-kejadian yang sedang
berlangsung pada saat ditulis, bukan kabar yang sudah
definitif tentang suatu keadaan,”
Edwin Emery,
Roland E. Wolseley,
F. Fraser Bond,
Jurnalistik Sunda 7
secara umum, jurnalistik mengandung pengertian
sebagai suatu kegiatan mengumpulkan, mengolah serta
menyebarkan pemberitaan kepada publik seluas-luasnya
dalam waktu yang cepat kepada jumlah audience atau
khalayak sebanyak-banyaknya.
Jurnalistik Sunda
Jurnalistik Sunda 8
Secara sederhana, jurnalistik dapat didefinisikan
sebagai kegiatan mengelola berita mulai dari
mendapatkan bahan berita sampai menyebarluaskannya
ke khalayak umum.
Jurnalistik Sunda 9
Warga Negara Indonesia terutama etnis dan
keturunan Suku Sunda; atau media massa yang pernah
atau terbit di wilayah Pasundan.
Jurnalistik Sunda 10
Bahasa Sunda Jurnalistik
Jurnalistik Sunda 11
waktu yang singkat, jurnalis tak dapat mengobral kata-
kata. Sebisa mungkin diupayakan agar tidak ada satu
kata pun yang mubazir.
Jurnalistik Sunda 12
kejanggalan manakala prosesnya hanya sampai pada
pemindahan kata dari satu wilayah bahasa ke wilayah
bahasa lainnya. Pasalnya, tiap bahasa pada hakikatnya
menyiratkan cara berpikir tersendiri. Dalam hal ini,
proses yang menggejala tampaknya baru sampai pada
penerjemahan, dan belum mencapai penyundaan.
Jurnalistik Sunda 13
harus diperhatikan dalam penulisan bahasa Sunda,
diantaranya 16 Tata Basa, wangun kecap (kosa kata),
Pakeman basa, gaya bahasa, dan tatakrama basa Sunda.
Jurnalistik Sunda 14
Kode etik biasanya digunakan sebagai pedoman
operasional suatu profesi. Karena wartawan merupakan
sebuah profesi, maka dibuatlah kode etik jurnalistik
sebagai pedoman operasional. Kode etik jurnalistik
berfungsi sebagai landasan moral dan etika agar seorang
wartawan senantiasa melakukan tindakan tanggung
jawab sosial.
Jurnalistik Sunda 15
Lebih lanjut, institusi yang berhak menilai atas
pelanggaran kode etik jurnalistik adalah Dewan Pers.
Sementara pihak yang memberikan sanksi atas
pelanggaran kode etik jurnalistik adalah organisasi
profesi wartawan dan atau perusahaan pers yang
bersangkutan.
Jurnalistik Sunda 16
Pasal 4, wartawan Indonesia tidak membuat berita
bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Jurnalistik Sunda 17
Pasal 9, wartawan Indonesia menghormati hak
narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk
kepentingan publik.
Jurnalistik Sunda 18
B SEJARAH
A
B JURNALISTIK
II SUNDA
Jurnalistik Sunda merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari perkembangan jurnalistik atau pers
nasional.Kebangkitan kembali dari jurnalistik Sunda,
bukan hanya akan melestarikan bahasa Sundasebagai
bahasa ibu bagi sebagian besar warga Tatar Sunda, tetapi
juga akan membuat bahasa dan budaya Sunda semakin
tegak atau meningkat eksistensinya dan tidak terancam
punah.
Jurnalistik Sunda 19
di Bandung. Contoh lainnya Sinar Pasoendan dan masih
banyak lagi yang lainnya. Lalu, bagaimana sejarah awal
mula Jurnalistik Sunda dan nasibnya kini? Inilah yang
akan kita bahas pada bab ini.
Jurnalistik Sunda 20
Selain itu, ada juga Papaes Nonoman (1914-
1919), yang diterbitkan di Bataviaoleh Pagoeyoeban.
Majalah ini memuat informasi tentang ilmu
pengetahuan, Belanda, sejarah dan sebagainya. Namun
majalah ini memiliki kekhususan, yaitu hanya
diterbitkan untuk orang Sunda terpelajar.
Jurnalistik Sunda 21
merupakan Surat kabar mingguan yang kemudian
menjadi surat kabar harian. Dan berhenti terbit pada
tahun 1971.
Jurnalistik Sunda 22
bahwa partisipasi politik suku Sunda pasca-kemerdekaan
dapat dilakukan melalui bidang lain. Di kalangan
kelompok budayawan Sunda, partisipasi orang Sunda
dimaknai dengan pentingnya menjaga kelestarian bahasa
dan kebudayaan suku Sunda sebagai bagian dari
kebudayaan nasional.
Jurnalistik Sunda 23
yang cukup efektif untuk menyebarkan informasi resmi
dari pemerintah di seluruh wilayah kebudayaan
Sunda.Kemudian ada Langensari (1963), Madjalah
Sunda (1965), dan lainnya.
Jurnalistik Sunda 24
pendukung dan pembela masyarakat.“Pada masa orde
baru pers Indonesia disebut sebagai pers pancasila.
Cirinya adalah bebas dan bertanggungjawab”. (Tebba,
2005 : 22). Namun pada kenyataannya tidak ada
kebebasan sama sekali, bahkan yang ada malah
pembredelan jika kritis terhadap pemerintah.
Jurnalistik Sunda 25
kebebasan pers di Indonesia adalah dengan mencabut
aturan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP).
Jurnalistik Sunda 26
maka biaya produksi yang mahal menyebabkan pers
Sunda banyak yang merugi.Jumlah pers Sunda terus
berkurang hingga akhirnya jumlahnya bisa dihitung
dengan jari tangan.Kondisi ini menjadi keprihatinan para
pelaku dan juga pemerhati pers.
Jurnalistik Sunda 27
arkeologi, filologi, agama, filsafat hidup, ekonomi, sosial
dan politik.Agenda KIBS tersebut harus disebarluaskan,
agar diketahui oleh masyarakat umum diperlukan media
untuk menyampaikan dan mewadahi berbagai aspirasi
kasundaan.
Jurnalistik Sunda 28
Jurnalistik yang masih bertahan "hidup" dan
terbit secara rutin sampai saat ini yaitu Majalah Mangle
(1956-sekarang) di Bandung, Tabloid Galura (1972-
sekarang), dan Cupumanik. Percetakan ketiganya masih
dibawah 10.000 eksemplar.Jurnalistik Sunda berbentuk
media cetakyang lain sudah sejak lama kehilangan
pembacanya.
Jurnalistik Sunda 29
bahasa ibunya. Padahal jurnalistik Sunda memiliki peran
penting selainempat fungsi pers yang sudah kita ketahui
dan akan dibahas pada bab lain.
Jurnalistik Sunda 30
B BAHASA
A
B & BUDAYA
III SUNDA
Nama Sunda telah digunakan oleh raja
Purnawarman pada tahun 397 untuk menyebut ibukota
Kerajaan Tarumanegara yang kekuasaannya mulai surut.
Kemudian pada tahun 680, Tarusbawa seorang penguasa
Tarumanegara pada abad ke-14 mengganti nama
Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda.
Jurnalistik Sunda 31
Selain itu, dalam bahasa Bali dan Kawi (Jawa
Kuno) pun terdapat kata Sunda. Artinya kurang lebih
sama, yaitu bersih, murni, suci, tak bernoda, tak
bercela.Orang Sunda mengartikan asal kata tersebut
sebagai pengamalan sifat sehari-hari dalam etos atau
karakter yang disebut Kasundaan. Karakter ini dijadikan
pedoman menuju keutamaan hidup.
Jurnalistik Sunda 32
yang menamakan dirinya sebagai urang Sunda.
Hidupnya bahasa Sunda pun menjadi pertanda
masih hidup dan berkembangnya apa yang dinamakan
kebudayaan Sunda, sebagaimana halnya bahasa‐bahasa
daerah lainnya.
Bahasa Sunda
Jurnalistik Sunda 33
Bahasadaerahseperti bahasa Sunda merupakan
salah satu kekayaan bangsa yang tak ternilai dan
mempunyai peranan yang cukup penting dalam
menunjang kepentingan nasional. Di dalam
kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Sunda
berfungsi sebagai:
Jurnalistik Sunda 34
Karakteristik bahasa Sunda yaitu memiliki ragam
dialek seperti bahasa Sunda Dialek Priangan, Dialek
Cianjur, Dialek Banten, dan sebagainya. Ragam bahasa
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor regional ditandai
oleh perbedaan dalam tata bunyi, perbendaharaan kata
(meskipun tidak banyak), dan intonasi.
Jurnalistik Sunda 35
(kabupaten Tangerang), kota Tangerang dan
Tangerang Selatan)
• Dialek Utara: Sebagian selatan kabupaten Bogor dan
seluruh wilayah kota Bogor, kabupaten Karawang,
Subang, Purwakarta, sebagian Kabupaten Bekasi
(Kecuali kota Bekasi dan kota Depok)
• Dialek Selatan (Priangan), Bandung Raya
(kabupaten Bandung dan Bandung Barat, kota
Bandung dan Cimahi), kabupaten Cianjur,
kabupaten Sukabumi dan kota Sukabumi,
Sumedang, Garut, kabupaten Tasikmalaya dan kota
Tasikmalaya.
• Dialek Tengah Timur, kabupaten Majalengka dan
sebagian selatan kabupaten Indramayu
• Dialek Timur Laut, (termasuk Bahasa Sunda
Cirebon): kabupaten Kuningan, sebagian selatan
kabupaten Cirebon, sebagian barat kabupaten
Brebes (Jawa Tengah)
• Dialek Tenggara, Kabupaten Ciamis, Kabupaten
Pangandaran dan kota Banjar, Kabupaten Cilacap,
Jurnalistik Sunda 36
dan sebagian barat Kabupaten Banyumas (Jawa
Tengah)
Jurnalistik Sunda 37
undak usuk basa atau tingkatan berbahasa, sehingga
pada awal abad ke-20 bahasa Sunda terbagi lagi menjadi
bahasa lemes pisan (halus sekali), lemes (halus), sedeng
(sedang), kasar (kasar), dan kasar pisan (kasar sekali).
Ada pula yang membagi undak usuk basa dengan basa
loma (kasar), basa lemes (sedeng, untuk diri sendiri), dan
basa lemes (untuk orang lain).
Jurnalistik Sunda 38
yang kita ucapkan. Bahasa Indonesia terkenal mudah
digunakan dan tidak ada tingkatan bahasa. Seperti ‘saya’
bisa digunakan untuk berbicara dengan anak-anak, orang
tua, guru, pejabat atau siapapun. Di dalam bahasa Sunda
tidak begitu, sedikit lebih rumit karena bahasa Sunda
memiliki ragam bahasa halus (sopan, hormat atau
lemes), loma (sedang atau akrab) dan kasar.
Jurnalistik Sunda 39
3) “Dupi tuang rai kelas sabaraha ayeuna téh?” ceuk Pa
Rijal ka Bu Ratna.
Budaya Sunda
Jurnalistik Sunda 40
pergaulan hidup seni kesusasteraan, agama, rekreasi, dan
hiburan, dan yang memenuhi kebutuhan hidup manusia
(dikutip dalam Soekanto, 2002:304). Kemudian menurut
Cliffort Geerzt dalam tradisi antropologi (Martin dan
Nakayama, 1997:47) bahwa budaya diartikan sebagai
nilai yang memiliki karakteristik tersebiri dan bisa
dilihat dari simbol-simbol.
Jurnalistik Sunda 41
Budaya Sunda merupakan budaya yang
berkembang dan menetap di dalam masyarakat Sunda
(Suku Sunda) yang kebanyakan tinggal di provinsi Jawa
Barat. Oleh karena itu, banyak sekali yang
mengidentikkan budaya Sunda dengan budaya Jawa
Barat.Budaya Sunda juga termasuksalah satu kekayaan
budaya yang dimiliki oleh Negeri Indonesia dan juga
sebagai salah satu akar budaya nasional.
Jurnalistik Sunda 42
interaksi atau komunikasi, baik di lingkungan setempat
maupun luar.
1. Kesenian Sisingaan
Jurnalistik Sunda 43
sumber: petabudaya.belajar.kemdikbud
Jurnalistik Sunda 44
atau lambang singa yang dinaiki dan dimainkan oleh
anak-anak.Kemudian, para penunggang, yakni anak-anak
tersebut menjambak rambut kepala dari singa yang
dijunjung oleh bangsa Eropa.
2. Tarian Tradisional
Jurnalistik Sunda 45
sumber: pojokseni
Jurnalistik Sunda 46
Ketuk Tilu, Tari Wayang, Tari Samping, Tari Buyung,
dan yanglainnya.
3. Wayang Golek
sumber: kerisnews
Jurnalistik Sunda 47
kali oleh Sunan Kudus, tepatnya di daerah Kudus yang
dikenal dengan Wayang Menak. Kemudian,
dipertunjukkan di Cirebon dan dikenal dengan nama
Wayang Cepak.
4. Pakaian Adat
sumber: berbol
Jurnalistik Sunda 48
Pakaian tradisional Sunda salah satunya kebaya
khas Sunda.Memang, baju kebaya pun dikenakan di
daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, tetapi pastinya ada
perbedaan antara kebaya sunda dan kebaya daerah
lainnya.Pakaian tradisional Sunda mempunyai bagian-
bagian tersendiri, baik untuk laki-laki maupun
perempuannya.
Jurnalistik Sunda 49
sumber:sakuma1kinu
Jurnalistik Sunda 50
terbuat dari bambu Tamiang.Bambu Tamiang adalah
jenis bambu yang tipis karena diameter suling juga kecil
sehingga tepatdijadikan sebagai bahan pembuatan alat
musik ini.Alat musik tradisional khas Sunda lainnya ada
Calung, Celempung, Kecapi, dan masih banyak lagi.
Jurnalistik Sunda 51
Sumber: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/
Jurnalistik Sunda 52
Rumah adat Jawa Barat ini juga memiliki dinding
yang terbuat dari bilik atau bambu, rangka, tiang tiang
terbuat dari kayu serta bagian bawah bangunan untuk
menyimpan berbagai benda pusaka yang di bentuk
seperti sumur dan sekelilingnya ditambah dengan pagar
besi setinggi 1.20 meter.
Jurnalistik Sunda 53
Sumber: Merdeka.com
Jurnalistik Sunda 54
yang ramah, dan terbuka bagi setiap orang melalui
desain dari kerangka dan dinding bangunan yang terbuat
dari kayu dan bamboo dianalogikan sebagai sikap yang
bersahaja dan mengayomi siapapun yang tinggal didalam
rumah ini.
Sumber: budayalokal.id
Jurnalistik Sunda 55
tersebut sangat popular sebagai desain rumah khas
Cirebon Jawa Barat.
Jurnalistik Sunda 56
Sumber: Merdeka.com
Jurnalistik Sunda 57
disilangkan pada bagian depan dan belakang atap
layaknya seperti sebuah gunting atau alat pemotong.
Jurnalistik Sunda 58
Gambar 3.10. Imah Parahu Kemureb
Sumber: Budayalokal.id
Jurnalistik Sunda 59
sambungan di atapnya.Sehingga pada musim penghujan,
rumah ini rawan terjadi bocor.
Sumber: Budayalokal.id
Jurnalistik Sunda 60
teras depan. Jenis dari atap rumah ini juga disebut
dengan sorondoy.
7. Imah Jolopong
Sumber: https://perpustakaan.id
Jurnalistik Sunda 61
pedesaan.Jenis Rumah adat ini memiliki bentuk yang
paling sederhana dibanding lainnya.Atapnya memiliki
bentuk seperti pelana yang memanjang.Dalam
pembuatannya pun tidak membutuhkan material maupun
pernak-pernik yang berlebihan karena tidak ada lekukan
rumit pada rumah adat Jolopong.Jenis rumah ini akan
banyak kalian temui di daerah Garut tepatnya di
Kampung Dukuh.
Sumber: Wikipedia
Jurnalistik Sunda 62
adalah gunting, sebuah alat yang digunakan untuk
memotong.Dari sisi desain rumah ini banyak
menggunakan bamboo sebagai bahan utamanya dan
atapnya menggunakan daun kering sebagai penahan
hujan dan panas.
Jurnalistik Sunda 63
lupa atau bahkan tidak tahu akan keragaman budayanya.
Padahal, kebudayaan Sunda juga dikenal sebagai budaya
yang menjunjung tinggi nilai sejarah, hal tersebut
diwujudkan melalui corak dari sebuah bangunan dengan
simbolik tertentu dan melalui yang lainnya.
Jurnalistik Sunda 64
B FUNGSI
A
B &PERAN
IV JURNALISTIK
SUNDA
Media massa sebagai salah satu alat pelaksanaan
fungsi pers, memiliki kekuatan dalam mempengaruhi
khalayak. Fungsi Pers berdasarkan UU No. 40 Tahun
1999 tentang Pers adalah menginformasikan (to inform),
mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan
pengawasan sosial (social control). Begitu pun dengan
fungsi jurnalistik Sunda.
Jurnalistik Sunda 65
pewarisan budaya dan mengembangkan nilai budaya
Sunda.
Jurnalistik Sunda 66
benar adalah bagaimana kita mampu memelihara nilai-
nilai budaya lokal yang positif, yang sesuai dengan
agama kita, dan bagaimana pula kita mampu menyaring
nilai-nilai budaya asing.
Jurnalistik Sunda 67
kamus dan cermin berjalan sebuah kota karena apa pun
peristiwa dan fenomena tentang kota tersebut, pasti
dijumpai di dalamnya.
Jurnalistik Sunda 68
Bagi orang Sunda, bahasa Sunda jangan sampai
dilupakan begitu saja. Jangan sampai ada istilah orang
Sunda yang lahir dan hidup ditatar Sunda tapi tidak
mengerti bahasa Sunda. Hal ini tidak akan terjadi jika
kita berfikir cerdas. Salah satu bukti berfikir dan
bertindak cerdas, yaitu memanfaatkan media lokal yang
ada sebagai media untuk mempromosikan dan
memelihara budaya lokal.
Jurnalistik Sunda 69
Dalam setiap karya yang dihasilkan, ada
tanggung jawab moral yang dituangkan, meskipun hanya
tersirat. Tanggung jawab moral yang disampaikan para
jurnalis media Sunda beragam, tergantung pada
pemahaman dan pemaknaan mereka terhadap realitas
dan penempatan dirinya dalam realitas.
Jurnalistik Sunda 70
B JENIS - JENIS
A
B JURNALISTIK
V SUNDA
Berdasarkan Media
Jurnalistik Sunda 71
publikasinya.Jurnalistik Elektronik dibagi lagi
menjadi:
• Jurnalistik Radio: program berita di radio siaran.
• Jurnalistik Televisi: program berita di televisi.
• Jurnalistik Film: pemberitaan melalui film,
misalnya film dokumenter.
Jurnalistik Sunda 72
1. Citizen Journalism (Jurnalisme Warga).
• Participatory Journalism
• Netizen Journalism
• Grassroot Journalism.
Jurnalistik Sunda 73
Jurnalisme Kuning disebut juga Sex and Crime
Journalism, yaitu jurnalistik yang mengutamakan
pemberitaan tentang seks dan kriminalitas alias dunia
hitam.Karena ruang lingkup pemberitaannya seputar
dunia hitam, maka jurnalistik kuning disebut
juga Jurnalisme Got (Gutter Journalism) karena
merambah "dunia kotor" layaknya got.
Jurnalistik Sunda 74
situasi. Jurnalisme Perang fokus terhadap jalannya
konflik dan kekerasan.Dalam beritanya digambarkan
bagaimana penyiksaan yang dilakukan oleh kedua belah
pihak yang berperang.
5. Jurnalisme Kepiting
Jurnalistik Sunda 75
booming di masyarakat. Bahasanya dibuat begitu ringan
yang penting bebas asal populer.
8. Jurnalisme Partisan
Jurnalistik Sunda 76
propanda pemerintah menganut jurnalistik ini --berpihak
pada salah satu kelompok atau kekuatan tertentu.
9. Checkbook Journalism.
Jurnalistik Sunda 77
12. Immersion Journalism
Jurnalistik Sunda 78
“merinci pengalaman individu” dari perspektif sangat
pribadi.
Jurnalistik Sunda 79
3.Mobile Journalism (Jurnalisme Seluler)
Jurnalistik Sunda 80
B KEKUATAN &
A
B KELEMAHAN
VI JURNALISTIK
SUNDA
SWOT adalah singkatan dari Strengths
(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities
(peluang), dan Threats (ancaman). Analisis SWOT
mengatur kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
ke dalam daftar yang terorganisir dan biasanya disajikan
dalam bilah kisi-kisi yang sederhana. Berdasarkan
analisis SWOT,jurnalistik Sunda memiliki kekuatan dan
kelemahan.
Jurnalistik Sunda 81
1. Jurnalistik Sunda tidak hanya diminati kalangan orang
tua, namun juga anak muda. Hal tersebut berdasarkan
pada survey yang pernah dilakukan oleh institusi
tertentu dan melihat ada beragam pilihan untuk
menikmati jurnalistik Sunda, tidak hanya media cetak,
elektronik, tetapi juga media online.
2. Jurnalistik Sunda masih banyak peminatnya
Sebanyak 42 responden,di sebuah survey,
berlangganan pers berbahasa Sunda (84%), dan 8
responden membaca secara eceran (16%).
3. Jurnalistik Sunda sebagai pers lokal memiliki daya
tarik akan penggunaan bahasanya
4. Sebanyak 44 responden (88%) membaca pers
berbahasa Sunda karena alasan bahasanya, dan 6
responden (12%) karena isi pers berbahasa Sunda
tidak terdapat pada media nasional.
5. Jurnalistik Sunda juga dapat memenuhi empat fungsi
utama pers
6. Jurnalistik Sunda memiliki harga yang terjangkau
7. Idealisme melestarikan bahasa dan kebudayaan Sunda
Jurnalistik Sunda 82
1. Tidak semua orang Sunda memahami pers berbahasa
sunda.
2. Jurnalistik Sunda minim menggunakan media
promosi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
pola pemasaran antara perusahaan pers berbahasa
Sunda dengan pelanggannya bersifat dua arah dan
sedikit menggunakan media promosi dengan
menggunakan media lain seperti iklan.
3. Jurnalistik Sunda mengalami kemunduran karena
kalah saing dengan media nasional
Jurnalistik Sunda mengalami kemunduran luar biasa
sejak tahun 1970-an. Kemunduran pers Sunda
menurut beberapa pengelolanya akibat pers berbahasa
Indonesia tumbuh semakin profesional. Namun pada
pers berbahasa Sunda justru sebaliknya.
4. Pers sunda kurang menonjol dari segi
keindahan/keestetikaan
Tentang estetika, jumlah jawaban antara memenuhi
dan tidak memenuhi harapan adalah sama, sebanyak
25 responden (50%) menyatakan memenuhi dan 25
responden (50%) menyatakan tidak memenuhi
Jurnalistik Sunda 83
harapan. Hal ini menunjukkan bahwa pers berbahasa
sunda masih termasuk kurang menonjol dalam hal
estetika/perwajahan dalam tampilannya.
5. Pers sunda semakin tertinggal seiring majunya
teknologi
Masalah lainnya adalah karena persoalan kemajuan
teknologi komunikasi yang mana pers Sunda belum
mampu mengidentifikasi kebutuhan masyarakat
Sunda. Di tengah kemajuan teknologi cetak dan tata
rupa, pers Sunda telah tertinggal jauh dibandingkan
dengan pers nasional.
6. Pengelola pers berbahasa Sunda kurang dalam
meningkatkan kualitas substansi tulisan yang
berhubungan dengan segala aspek tentang Sunda.
Perlu diperhatikan bahwa Pers berbahasa Sunda tidak
hanya tentang menyajikan informasidengan
mempergunakan bahasa Sunda, tetapi harus berisi dan
memunyai makna kesundaan.
7. Jurnalistik Sunda masih kurang dalam
mengedepankan pendekatan emosional dengan
khalayaknya.
Jurnalistik Sunda 84
Jurnalistik Sunda hendaknya mengedepankan
pendekatan emosional dengan pembacanya. Di
antaranya, mengeksplorasi materi tulisan yang
menyentuh langsung sisi kehidupan pembacanya
seperti masalah budaya, sosial, dan lingkungan.
8. Pers Sunda kurang mendapat dukungan dari
Pemerintah
Ketiadaan dukungan dari pemerintah terhadap
keberadaan pers lokal menjadi kelemahan atau
bahkan ancaman, yang salah satunya ditandai dengan
pengunduran diri sebagai langganan Mangle pada
hampir seluruh instansi pemerintah di Jawa Barat
termasuk sekolah-sekolah, menjadi salah satu faktor
menurunnya tiras Mangle begitu juga dengan Pers
Sunda lainnya
9. Berita kurang aktual dan mendalam
10. Gaji karyawan/jurnalis minim
Jurnalistik Sunda 85
B TANTANGAN
A
B & PELUANG
VII JURNALISTIK
SUNDA
SWOT adalah singkatan dari Strengths
(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities
(peluang), dan Threats (ancaman). Analisis SWOT
mengatur kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
ke dalam daftar yang terorganisir dan biasanya disajikan
dalam bilah kisi-kisi yang sederhana. Berdasarkan
analisis SWOT, jurnalistik Sunda juga memiliki
tantangan dan peluang yang harus dihadapi di masa
depan.
Jurnalistik Sunda 86
Tantangan
Jurnalistik Sunda 87
tayangan atau acara yang memang sifatnya memperkuat
budaya Sunda sangat jarang sekali(www.jawapos.com).
Jurnalistik Sunda 88
Kehadiran era digital, era disrupsi, dan kini era
big data juga menjadi tantangan tersendiri bagi
jurnalistik Sunda untuk menghadapinya dengan
merancang strategi-strategi yang sekiranya dapat
dilakukan.
Peluang
Jurnalistik Sunda 89
permasalahan lainnya, terkadangpenggunaan bahasa
Sunda dalam karya jurnalistik malah terasa asing. Untuk
sekadar melihat contohnya, kita petik teks dua lead
berita berbahasa Sunda yang disiarkan oleh sebuah
stasiun televisi di Bandung. Begini bunyinya:
Jurnalistik Sunda 90
Indonesia. Tampaklah dua masalah yang kiranya penting
kita pikirkan, yakni masalah kebahasaan dan masalah
kewartawanan.
Jurnalistik Sunda 91
Hal yang cukup signifikan lainnya yaitu peran
aktif pemerintah dalam menyokong dan mendukung
keberadaan Sunda. Yakni secara finansial, baiknya
pemerintah memberikan suntikan dana agar para insan
pers bisa bergairah dalam menata dan mengelola pers
Sunda.
Jurnalistik Sunda 92
1. Merangkul para tokoh Sunda untuk jadi investor
Jurnalistik Sunda 93
Selain itu, bisa dengan mewariskan atau
menularkan minat baca pers Sunda, kepada orang lain,
terutama generasi muda, sehingga akan menambah
jumlah pembaca. Langkah lain untuk meminimalkan
kelemahan internalyaitu isi berita yang dinilai kurang
aktual dan kurang mendalam, yaitu dengan memberi
wadah yang cukup bagi para penulis baru.
Jurnalistik Sunda 94
3. Menyiapkansebuah pusat data, yang akan melakukan
digitalisasi seluruh publikasi yang pernah terbit dari
edisi pertama.
4. Hasil digitalisasi kemudian dapat dijadikan dokumen
yang sangat berharga, sekaligus dapat dikapitalisasi
menjadi sumber pendapatan. Namun yang lebih
penting adalah bahwa di era digital dan big data ini,
digitalisasi menjadi sangat penting sebagai upaya
mengarsipkan dokumen agar lebih aman dan mudah
diakses kembali.
Jurnalistik Sunda 95
B SEJARAH
A
B MAJALAH
VIII MANGLE
Sejarah majalah Mangle ternyata sebuah majalah
yang menarik untuk membahasnya.Dalam catatan
beberapa peneliti sejarah, rupanya majalah Mangle
berperan penting sebagai media lokal yang mampu
melestarikan budaya Sunda.
Jurnalistik Sunda 96
adalah Oeton Moechtar, Rochamina Sudarmika, Wahyu
Wibisana, Sukanda Kartasasmita, Saléh Danasasmita,
Utay Muchtar, dan Alibasah Kartapranata.
Jurnalistik Sunda 97
kecintaan pada majalah ini terlihat pada partisipasi
pembaca setia, jadikan Manglè media pencahayaan yang
cukup efektif dalam menyebarkan informasi resmi dari
pemerintah di wilayah Jawa Barat.
Jurnalistik Sunda 98
Motivasi penerbitan majalah ini adalah untuk
melestarikan bahasa, sastra, dan budaya Sunda.
Keinginan Manglè dalam melestarikan kebudayaan
daerah sejalan dengan kebijakan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014 tentang
Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah.
Namun, dalam penerapannya, membutuhkan berbagai
pihak yang secara sadar dan bertanggungjawab ikut serta
melestarikan dan mengembang-kan budaya Sunda.
Jurnalistik Sunda 99
instrumen penting dalam pengembangan bahasa. Seperti
dituturkan penulis Sunda sekaligus jurnalis US Tiarsa
dalam (Agustin and Susanti 2019, 76-77) seperti berikut:
TENTANG
PERS
Menimbang:
dari manapun;
zaman;
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal
28 Undang-Undang Dasar 1945;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
informasi.
bersangkutan.
BAB II
Pasal 3
sosial.
ekonomi.
Pasal 4
penyiaran.
Tolak.
Pasal 5
Pasal 6
kepentingan umum;
BAB III
WARTAWAN
Pasal 7
Pasal 8
BAB IV
PERUSAHAAN PERS
Pasal 9
Pasa1 10
Pasal 11
percetakan.
Pasal 13
Pasal 14
BAB V
DEWAN PERS
Pasal 15
a. organisasi pers;
b. perusahaan pers:
BAB VI
PERS ASING
BAB VII
Pasal 17
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 18
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 19
undang-undang ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Pasal 21
Disahkan Di Jakarta,
Ttd.
Diundangkan Di Jakarta,
Ttd.
MULADI
PENJELASAN
TENTANG
PERS
yang demokratis.
penyimpangan lainnya.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
sosialnya.
Pasal 4
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)
Ayat (4)
Pasal 5
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 6
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Pasal 8
Pasal 9
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
yang berlaku.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Ayat (2)
Jurnalistik.
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pasal 18
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
https://www.merdeka.com/jabar/8-jenis-rumah-adat-
sunda-yang-jarang-di-ketahui-salah-satu nya-
memperlancar-pertanian.html?page=all (Diakses
pada 17 Oktober 2021, pukul 19.00 WIB)