Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PEMODELAN SPASIAL


(SA414)
Acara 2. Analisis 3 Dimensi Menggunakan QGIS

Disusun Oleh :
Ruslan Abdul Munir (1902321)

PRODI SAINS INFORMASI GEOGRAFI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
Analisis 3 Dimensi menggunakan QGIS
A. Tujuan
1) Mahasiswa mampu menampilkan citra 3 Dimensi.
2) Mahasiswa mampu menganalisis kenampakan obyek menggunakan tampilan
citra 3 Dimensi.
B. Alat dan Bahan
1) Perangkat keras laptop atau PC Desktop
2) Perangkat Lunak QGIS
3) Digital Elevation Model (diperoleh melalui https://earthexplorer.usgs.gov/).
4) Data batas administrasi dan data jaringan sungai (diperoleh melalui
https://tanahair.indonesia.go.id/portal-web).
C. Langkah Kerja
1) Tentukan area Kota/Kabupaten yang ingin dianalisis, akan lebih baik
menggunakan area dengan topografi yang bervariasi. Kemudian download
citra DEM SRTM dan data vektor dari area yang anda pilih tersebut.
2) Buka software QGIS
3) Tampilkan data DEM dengan menggunakan menu Layer > Add Layer > Add
Raster Layer. Area yang digunakan pada laporan ini adalah sebagian Provinsi
Bali (Kabupaten Karangasem)
4) Kemudian tampilkan data vektor area batas administrasi Kabupaten
Karangasem dengan menggunakan menu Layer > Add Layer > Add Vector
Layer

5) Clip citra DEM berdasarkan batas administrasi Kabupaten dengan


menggunakan menu Raster > Extraction > Clip Raster by Mask Layer

6) Isikan citra DEM sebagai Input Layer, batas administrasi sebagai mask layer,
dan check list “Keep resolution of input raster”, Kemudian klik run, maka citra
DEM akan terpotong sesuai batas administrasi, contoh :
7) Citra DEM yang digunakan memiliki sistem proyeksi WGS 84, untuk dapat
menampilkan kenampakan 3 Dimensi perlu diatur terlebih dahulu dengan klik
Project pada toolbar utama, pilih properties, kemudian pilih CRS, dan
klik/pilih zona UTM sesuai lokasi anda. (Contoh pada modul ini, Kabupaten
Karangasem terdapat pada zona 50 S)

8) Untuk menampilkan kenampakan 3 Dimensi, pilih tools View dan pilih New
3D Map View

Maka akan tampil seperti berikut :


9) Atur tampilah 3D map dengan klik ikon Configure

10) Isikan type dengan DEM (Raster layer), kemudian isikan Elevation dengan
citra DEM yang telah terpotong sesuai batas administrasi, tentukan Vertical
scale dengan nilai 3.00, dan tile resolution 300 px.
11) Kemudian klik OK,
Setelah itu anda dapat mengatur tampilan 3D dengan menggunakan tools yang
terdapat di sebelah kanan dari jendela 3D Map.
Contoh hasil 3D :

12) Selanjutnya kita akan menampalkan kenampakan 3D dari DEM dengan


kenampakan permukaan bumi melalui google Earth, pada jendela Layers, klik
Browser yang terdapat pada bagian kanan bawah
13) Kemudian klik XYZ Tile
14) Perhatikan apakah pada XYZ Tile sudah terdapat pilihan google satellite atau
belum
15) Apabila sudah terdapat Google Satellite maka anda dapat langsung
melanjutkan ke langkah no 17
16) Apabila belum terdapat Google Satellite, maka klik kanan pada XYZ Tiles,
kemudian pilih New Connection, dan isikan dengan data berikut Name :
Google Sattelite
url : https://mt1.google.com/vt/lyrs=s&x={x}&y={y}&z={z} Klik Ok

17) Selanjutnya, klik Google Satellite, tahan, dan drag ke arah window utama,
sehingga akan tampil seperti berikut :
18) Lakukan analisis kenampakan topografi dan kenampakan penutup lahan
melalui tampilan 3 Dimensi yang telah anda buat.
19) Kembali ke tampilan layer, kemudian tambahkan salah satu data vektor yang
ingin anda tampilkan juga pada 3D Map, misalnya jaringan sungai

20) Lakukan analisis berdasarkan kenampakan obyek (data vektor) yang anda
tampilkan di langkah no 19.
D. Hasil dan Pembahasan
1) Screen Capture hasil kenampakan 3 Dimensi

2) Analisis kenampakan topografi dan kenampakan penutup lahan berdasarkan


tampilan 3 Dimensi.
Berdasarkan hasil pemodelan 3D dapat dilihat bahwa Kabupaten
Karangasem memiliki kondisi topografi dan kemiringan wilayah yang
bervariasi dengan didominasi oleh beberapa perbukitan hingga pegunungan.
Salah satu puncak gunung tertinggi di Karangasem adalah Gunung Agung.
Kabupaten Karangasem juga berbatasan dengan laut sehingga kebanyakan
kondisi wilayah yang datar tersebar di sekitar pesisir pantai. Adapun kondisi
penutup lahan apabila dilihat dari gambar di atas dapat diduga bahwa penutup
lahan hutan menjadi salah satu penutup lahan yang mendominasi karena
memang daerahnya sendiri yang didominasi oleh perbukitan hingga
pegunungan. Adapun penutup lahan lainnya yang biasanya terdapat di wilayah
dengan kondisi topografi seperti ini adalah belukar hingga penutup lahan
pertanian seperti kebun dan ladang. Disamping itu pemukiman terlihat tersebar
di wilayah yang memiliki topografi datar yaitu yang tersebar di sekitar pesisir
pantai.
3) Screen capture hasil tampilannya tampilan 3 Dimensi beserta tambahan data
vektor jaringan sungai

4) Analisis tampilan 3 Dimensi berdasarkan kenampakan obyek (data vektor )


jaringan sungai
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa di Kabupaten
Karangasem terdapat banyak sumber mata air yang mengalir salah satunya
dari Gunung Agung yang bermuara ke sungai-sungai yang ada di sekitarnya.
Apabila diidentifikasi berdasarkan polanya, maka pola aliran sungai yang
terdapat di wilayah tersebut cenderung memiliki pola paralel. Pola paralel ini
dicirikan dengan pola aliran sungainya yang terlihat sejajar. Selain itu pola ini
juga biasanya terbentuk karena adanya kondisi topografi lereng yang curam
hingga terjal. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya
bahwa Kabupaten Karangasem ini merupakan kabupaten yang didominasi
oleh beberapa kawasan perbukitan hingga pegunungan dengan topografi
wilayah yang terjal dan curam. Sehingga sangat jelas apabila di wilayah
tersebut pola aliran sungai yang terbentuk adalah berpola paralel sejajar.
5) Dalam praktikum kali ini praktikan menggunakan data DEM SRTM
dikarenakan ketika memakai data Aster GDEM saya tidak dapat memotong
sesuai dengan data vektor daerah yang saya pilih. Setelah dicoba data DEM
tidak terpotong seperti biasanya. Sehingga memutuskan untuk memakai
alternatif lain yaitu DEM SRTM, walaupun memang secara resolusi berbeda.
Hal tersebut menjadi pembelajaran bagi praktikan untuk terus menggali lebih
lanjut terkait permasalahan apa yang sebenarnya menjadi penyebab hal
tersebut bisa terjadi.

Anda mungkin juga menyukai