Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“SANAD HADITS”
Dosen Pengampu : Riyan Erwin Hidayat, M.Sy.

Disusun oleh :
Kelompok II
Muhammad Choirul Thobroni : NPM 2102031010
Yusuf Danurwindo Imanullah : NPM 2102033002

PRODI HUKUM TATA NEGARA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT. Kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sanad Hadits” dengan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Tafsir Ayat Hukum Tata Negara. Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan sarana atas
penyusunan makalah ini :
1. Riyan Erwin Hidayat, M.Sy selaku dosen pengampu
2. Semua rekan sekelas jurusan Hukum Tata Negara Islam IAIN METRO dan
semua pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Metro, 02 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1................................................................................Latar Belakang
.....................................................................................................1
1.2...........................................................................Rumusan Masalah
.....................................................................................................1
1.3..............................................................................Tujuan Makalah
.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 2
2.1 Pengertian Sanad........................................................................... 2
2.2 Isnad, Musnad dan Musnid............................................................ 3
2.3 Tinggi-rendahnya Rangkaiaan Sanad............................................ 5
2.4 Jenis-jenis Sanad Hadist................................................................ 7
2.5 Klasifikasi Hadist........................................................................... 8
2.6 Peranan Sanad dalam Pendokumentasian Hadist dan Penentuan
Kualitas hadist...............................................................................
.....................................................................................................9
BAB III PENUTUP................................................................................. 12
3.1. Kesimpulan.................................................................................... 12
3.2. Saran.............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 13

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan
persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun
hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama
Islam selain Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan
hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.
Sanad merupakan salah satu unsur pokok hadits yang harus ada pada
setiap hadist, ini memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisakan.
Suatu berita tentang rasulullah SAW (matan) tanpa ditemukan rangkaian atau
susunan sanadnya, yang demikian tidak dapat disebutkan hadits, sebaliknya
suatu susunan sanad, meskipun bersambung sampai rasul, jika tidak ada berita
yang dibawanya, juga tidak bisa disebut hadist.
Pembicaran dua istilah diatas, sebagai dua unsur pokok hadits, sanad
diperlukan setelah rasul wafat. Hal ini karna berkaitan dengan perlunya
penelitian terhadap otentisitas isi berita itu sendiri apakah benar sumbernya
dari rasul atau bukan. Upaya ini akan menentukan bagaimana kualitas hadits
tersebut, yang akan dijadikan dasar dalam penetapan syari’at islam.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dibuatnya makalah ini adalah:
1) Apa pengertian Sanad?
2) Apa jenis-jenis Sanad Hadits?
3) Bagaimana peranan sanad dalam pendokumentasian hadits?

1.3 Tujuan Makalah


Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:
1) Mengetahui pengertian sanad, rangkaian, dan jenis sanad.
2) Mengetahui peranan sanad dalam pendokumentasian kuliatas hadits.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sanad


Kata “Sanad” menurut bahasa adalah “sandaran” atau sesuatu yang kita
jadikan sandaran, karena hadist bersandar padanya. Menurut istilah,terdapat
perbedaan rumusan pengertian. Al-Badru bin Jama’ah dan Al-Thiby
mengatakan bahwa sanad adalah :
‫اإْل ِ ْخبَا ُر َع ْنطَ ِر ْيقِاْل َمتَ ِن‬
“Berita tentang jalan matan”
Yang lain menyebutkan :
‫صلَةُلِ ْل َمتَ ِن‬
ِ ‫سلَةُال ِّر َجااُل ل ُم ْو‬
ِ ‫س ْل‬
ِ
“Silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadist), yang
menyampaikannya kepada matan hadist”.
Ada juga yang menyebutkan :
‫ص َد ٍرهْاألَ َّو ِل‬ ُّ ُ‫سلَة‬
ْ ‫الر َوا ِةالَّ ِذ ْينَنَقَلُ ْوا ْل َم ْتنَ َع ْن َم‬ ِ ‫س ْل‬
ِ
“Silsilah para perawi yang menukilkan hadist dari sumbernya yang
pertama”
Dengan demikian, sanad adalah rantai penutur atau perawi (periwayat)
hadist. Sanad terdiri atas seluruh penutur, mulai orang yang mencatat hadist
tersebut dalam bukunya (kitab hadist) hingga Rasulullah. Sanad memberikan
gambaran keaslian suatu riwayat.
Contohnya adalah hadist :
َ ‫س ِع ْي ٍد ْاألَ ْن‬
:‫صا ِريُّقَا َل‬ َ ُ‫ َح َّدثَنَايَ ْحيَا ْبن‬:‫س ْفيَانُقَا َل‬
ُ ‫ َح َّدثَنَا‬:‫الزبَ ْي ِرقَا َل‬ ُ ‫َح َّدثَنَا ْا‬
ُّ ُ‫لح َم ْي ِديُّ َع ْبدُالل ِه ْبن‬
ِ ‫س ِم ْعتُ ُع َم َر ْبنَا ْل َخطَّابَ َر‬
:‫ضيَالل ُه َع ْن ُه َعلَىاْل ِم ْنبَ ِرقَا َل‬ َ ‫أَ ْخبَ َرنِ ْي ُم َح َّم ٌد ْبنُإ ِ ْب َرا ِه ْي َماالتَّ ِميُّأَنَّ ُه‬
ٍ ‫س ِم َع َع ْلقَ َمةَ ْبنَ َوقَا‬
َ :‫صاللَّ ْيثِيَّيَقُ ْو ُل‬
ِ ‫ إِنَّ َما ْاألَ ْع َمالُبِالنِّيَا‬:‫سلَّ َميَقُ ْو ُل‬
,‫ َوإِنَّ َمالِكُاِّل ْم ِرئٍ َمانَ َوى‬,‫ت‬ َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫س ِم ْعتُ ُع َم َر ْبنَ َر‬
َ ‫س َواَل لل ِه‬ َ
َ ‫ص ْيبُ َهاأَ ْوإِلَىا ِ ْم َرأَ ٍةيَ ْن ِك ُح َهافَ ِه ْج َرتُ ُهإِلَى َماه‬
‫َاج َرإِلَ ْي ِه‬ ِ ُ‫فَ َم ْن َكانَ ْت ِه ْج َرتُ ُهإلَى ُد ْنيَاي‬
Telah meriwayatkan kepada kami Al-Humaidi Abdullah bin Az-Zubair,
katanya “telah meriwayatkan kepada kami Sufyan, katanya “telah
meriwayatkan pada kami Yahya bin Sa’idAl-Anshori, katanya ‘telah
mengabarkan pada kami Muhammad bin Ibrahim,’at-taimiyyu, sesungguhnya

2
ia mendengar bahwa‘aqamah bin waqash al-laitsiyya berkata, ‘telah
mendengar dari umar bin al-khathtab r.a, berkata, aku telah mendengar
Rasulullah SAW bersabda;

“Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu hanyalah bergantung pada niat


dan sesungguhnya bagi setiap orang hanya memperoleh (sesuai) apa yang ia
niatkan. Barang siapa yang hijrahnya menuju (keridhaan)Allah dan Rasulnya,
hijrahnya itu kearah (keridhaan) allah dan rasulnya. Dan barang siapa yang
hijrahnya itu karena dunia yang ingin diraihnya atau karena seorang wanita
yang ingin dikawininya, hijrahnya itu kearah apa yang ia tuju”.

Dalam hadist tersebut, yang dinamakan sanad adalah :

َ ‫س ِع ْي ٍد ْاألَ ْن‬
:‫صا ِريُّقَا َل‬ َ ُ‫ َح َّدثَنَايَ ْحيَا ْبن‬:‫س ْفيَانُقَا َل‬
ُ ‫ َح َّدثَنَا‬:‫الزبَ ْي ِرقَا َل‬ ُ ‫َح َّدثَنَا ْا‬
ُّ ُ‫لح َم ْي ِديُّ َع ْبدُالل ِه ْبن‬
ِ ‫س ِم ْعتُ ُع َم َر ْبنَا ْل َخطَّابَ َر‬
:‫ضيَالل ُه َع ْن ُه َعلَىاْل ِم ْنبَ ِرقَا َل‬ َ ‫أَ ْخبَ َرنِ ْي ُم َح َّم ٌد ْبنُإ ِ ْب َرا ِه ْي َماالتَّ ِميُّأَنَّ ُه‬
ٍ ‫س ِم َع َع ْلقَ َمةَ ْبنَ َوقَا‬
َ :‫صاللَّ ْيثِيَّيَقُ ْو ُل‬
‫سلَّ َميَقُ ْول‬
َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫س ِم ْعتُ ُع َم َر ْبنَ َر‬
َ ‫س َواَل لل ِه‬ َ
Dari contoh hadist tersebut,sanad hadist tersebut bersangkutan adalah
Al-Bukhari - Al-humaidi Abdullah bin Al-Zubair – Sufyan – yahya bin sa’id
Al-Anshari – Muhammad bin Ibrahim At-taimiyyu – ‘Aqamah bin waqqash
Al-Laitsiyya – Umar bin Al-Khathtab r.a. – Rasulullah SAW.
Jadi, yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanad-
nya adalah keutuhan sanadnya, jumlahnya dan perawi akhirnya.

2.2 Isnad, Musnad dan Musnid


1. Isnad
An-Nawawi dalam kitab al-Tahdzîb mengatakan bahwa ilmu (hadis)
ini senantiasa dipelihara oleh orang-orang yang adil dan pada setiap masa
akan ada segolongan orang yang adil yang mendukung hadis dan menolak
segala perubahan-perubahan yang disisipkan orang ke dalamnya. Bahkan
ats-Tsauri menganggap isnâd merupakan alat yang paling menentukan
dalam menunjukkan kemurnian hadis. Beliau berkata:

3
‫اإلسنادسالحالمؤمنفإذالميكنمعهسالحفبأيسالحيقاتل‬
Artinya : “Isnâd dapat diumpamakan dengan pedangnya orang
beriman. Apabila tidak memiliki pedang, dengan senjata apakah ia akan
membunuh”.
Oleh karena itu, kurang lengkaplah apabila seseorang yang
mempelajari hadis tanpa mempelajari sanadnya. Asy-Syafi’i mengatakan
bahwa mempelajari isnâd adalah sangat penting. Karena itu, seorang yang
mempelajari hadis tanpa mempelajari isnâd diibaratkan seperti seorang
pencari kayu bakar pada malam hari (‫)مثاللذييطلبالحديثبالحديثكمثلحطبليل‬
2. Musnid
Musnid, sebagaimana pendapat Jamaluddin Al-Qosimi adalah
‫((بكسر النون)) هو من يروي الحديث بإسناده سواء كان عنده علم به أو ليس له إال‬ ‫المسند‬ ‫أن‬
‫مجرد روايته‬
Artinya: Musnid adalah seseorang yang meriwayatkan hadits dengan
sanadnya, baik dia mengerti apa yang diriwayatkannya atau tidak.
Berdasarkan penjelasan Jamaluddin al-Qosimi tentang musnid, maka
derajat musnid lebih rendah dari muhaddits, hafid, dan hakim. Karena
secara definitif, Al-Muhadits adalah seseorang yang menyibukan dirinya
dengan mempelajari ilmu hadits, baik hadits diroyah atau hadits
riwayah serta mempunyai pengetahuan mendalam tentang berbagai
riwayat dan derajat rawinya. Adapun al-hafid secara definitif memiliki dua
arti, yang pertama adalah menurut mayoritas ulama hadits bahwa al-hafid
adalah murodif dari al-muhaddits; yang kedua adalah bahwa derajat al-
hafid lebih tinggi dari al-muhadddits berdasarkan bahwa pengetahuannnya
tentang berbagai thobaqot, tingkatan rawi lebih banyak dari yang tidak
diketahuinya. Sedangkan al-hakim menurut sebagaian ulama adalah
seseorang yang menguasai mayoritas hadits riwayah dan diroyah.
3. Musnad
Adapun definisi musnad secara etimologi adalah isim maful dari
sanada yang bermakna menyandarkan sesuatu. Sedangkan secara
terminlogi adalah,

4
‫ الذي اتصل سنده إلى رسول هللا‬:‫المسند‬
‫ ومنه‬،‫ كتاب الحديث الذي يرتب االحاديث على حسب أسماء الصحابة مرفوعة للرسول‬:‫المسند‬
‫مسند االمام أحمد‬
Pertama bermakna hadits yang sanadnya bersambung sampai Rasul
saw. Kedua, berarti nama satu kitab hadits yang ditulis berdasarkan tartib
nama-nama para sahabat rawi hadits, seperi kitab Musnad Imam Ahmad.

2.3 Tinggi-Rendahnya Rangkaian Sanad (Silsilatu Adz-dzahab)


Sebagaimana kita ketahui, bahwa suatu hadist sampai kepada kita, tertulis
dalam kitab hadist, melalui sanad-sanad. Setiap sanad bertemu dengan rawi
yang dijelaskan sandaran menyampaikan berita (sanad yang setingkat lebih
atas) sehingga seluruh sanat itu merupakan suatu rangkaian. Rangkaian sanad
itu berdasarkan perbedaan tingkat ke dhabit-an, dan keadilan rawi yang
dijadikan sanad-nya, ada yang berderajat tinggi, sedang, dan lemah.
Rangkaian sanad yang derajat tinggi menjadikan suatu hadist lebih tinggi
derajatnya dari pada hadist yang rangkaian sanad-nya sedang atau lemah. Para
muhaditsin membagi tingkatan sanad-nya menjadi sebagai berikut.
1. Ashahhu Al-Asanid (Sanadnya lebih sahih)
Para ulama seperti Imam An-Nawawi dan Ibnu-Ash Shalah tidak
membenarkan menilai suatu (sanad) hadist dengan ashahhu al-asnaid, atau
menilai suatu (matan) hadist dengan ashahhu al-asnaid, secara mutlak,
yakni tanpa menyandarkan pada hal yang mutlak.
Penilaian ashahhu al-asnaid ini hendaklah secara muqayyad. Artinya
dikhususkan kepada sahabat tertentu, misalnya ashahhu al-asnaid dari Abu
Hurairah r.a atau dikhususkan kepada penduduk daerah tertentu, misalnya
ashahhu al-asnaid dari penduduk Madinah, atau dikhususkan dalam
masalah tertentu, jika hendak menilai matan suatu hadist, misalnya
ashahhu al-asanid dalam bab wudhu atau masalah mengangkat tangan
dalam berdo’a. Contoh Ashahhu Al-Sanaid yang Muqayyad tersebut
adalah:
1) Sahabat tertentu, yaitu:

5
a) Umar Ibnu Al-Khathab r.a, yaitu yang diriwayatkan oleh, Ibnu
Syihab Az-Zuhri dari Salim bin Abdullah bin Umar, dari
ayahnya (Abdullah bin Umar), dari kakeknya (Umar bin
Khathab).
b) Ibnu Umar r.a adalah yang diriwayatkan oleh Malik dari Nafi’
dari Ibnu Umar r.a
c) Abu Hurairah r.a, yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Syihab
Az-Zuhri dari Ibnu Al-Musayyab dari Abu Hurairah r.a.
2) Penduduk kota tertentu, yaitu:
a) Kota Mekkah, yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Uyainah dari
Amru bin Dinar dari Jabir bin Abdullah r.a.
b) Kota Madinah, yaitu yang diriwayatkan oleh Isma’il bin Abi
Hakim dari Abidah bin Abi Sufyan dari Abu Hurairah r.a
Hakim dari Abidah bin Abi Sufyan dari Abu Hurairah r.a.
Contoh Ashahhu Al-Asnaid yang Mutlak, seperti:
 Jika menurut Imam Bukhari, yaitu Malik, Nafi’, dan Ibnu
Umar r.a.
 Jika menurut Ahmad bin Hanbal, yaitu Az-Zuhri, Salim bin
Abdillah, dan ayahnya (Abdillah bin Umar)
 Jika menurut Imam An-Nasa’i, yaitu Ubaidillah Ibnu Abbas
dan Umar bin Khathab r.a.
2. Ahsanu Al-Asanid
Hadist yang bersanad ashahhu al-asanid lebih rendah derajatnya dari
pada yang bersanad ashahhu al-asanid. Ahsanu al-asanid itu antara lain
bila hadist tersebut bersanad:
1) Bahaz bin Hakim dari ayahnya (Hakim bin Mu’awiyah) dari
kakeknya (Mu’awiyah bin Haidah).
2) Amru bin Syuaib dari ayahnya (Syua’ib bin Muhammad) dari
kakeknya (Muhammad bin Abdillah bin ‘Amr bin ‘Ash)

6
3) Adh’afu Al-Asanid Rangkaian sanad yang paling derajatnya
disebut adn’afu al-asanid atau auha al-asanid. Rangkaian sanad
yang adh’afu al-asanid yaitu :
 Yang muqayyad kepada sahabat :
 Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.. yaitu hadist yang diriwayatkan
oleh Shadaqah bin Musa dari Abi ya’qub Farqad bin Ya’qub
dari Murrah Ath-Thayyib dari Abu Bakar r.a.
 Abu Thalib (ahli al-bait) r.a., yaitu hadist yang diriwayatkan
oleh ‘amru bin syamir al-ju’fi dari jabir bin yazid dari harits
al-a’war dari ‘ali bin Abi Thalib r.a.
 Abu hurairah r.a., yaitu adist yang diriwayatkan oleh As-
Sariyyu bin Isma’il dari Dawud bin Yazid dari ayahnya
(Yazid) dari Abu Hurairah r.a.
 Yang Muqayyad kepada penduduk
 Kota Yaman, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh hafs bin
‘umar dari Al-Hakam bin Aban dari ‘Ikrimah dari Ibnu
abbas r.a.
 Kota Mesir, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad bin
Muhammad bin Al-Hajjaj ibnu Rusydi dari ayahnya dari
kakeknya dari Qurrah bin ‘Abdurrahman dari setiap orang
yang memberikan hadist kepadanya.
 Kota Syam, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Muhammad
bin Qais dari Ubaidillah bin Zahr dari ‘Ali bin Zaid dari Al-
Qasim dari Abu Umamah r.a.

2.4 Jenis-Jenis Sanad Hadist


1) Sanad ‘Aliy
Adalah jumlah sanad yang jumlah rawinya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan sanad lain. Hadist dengan sanad yang jumlah
rawinya lebih sedikit akan tertolak dengan sanad ang sama jika jumlah

7
rawinya lebih banyak. Sanad ‘aliy ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu
sanad yang mutlak dan sanad yang nisbi atau relatif.
Sanad ‘aliy yang bersifat mutlak adalah sebuah sanad yang jumlah
rawinya hingga sampai kepada Rasulullah lebih sedikit jika dibandingkan
dengan sanad yang lain. Jika sanad tersebut shahih, sanad itu menempati
tingkatan tertinggi dari jenis sanad ‘Aliy.
Sanad ‘Aliy yang bersifat nisbi adalah sebuah sanad yang jumlah rawi
didalamnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan para iamm ahli hadist,
seperti Syu’bah, Al-a’masy, ibnu juraij, ats Tsauri, malik, as-syafi’i,
bukhari dan muslim. Meskipun jumlah rawinya setelah mereka hingga
sampai kepada Rasulullah lebih bnayak.
2) Sanad Nazil
Sanad Nazil adalah sebuah sanad jumlah rawinya lebih bnayak jika
dibandingkan dengan sanad yang lain. Hadist dengan sanad yang lebih
banyak akan bertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih
sedikit.

2.5 Klasifikasi Hadits


Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni
bermulanya ujung sanad, keutuhan rantai sanad, jumlah penutur (periwayat)
serta tingkat keaslian hadits (dapat diterima atau tidaknya hadits
bersangkutan).
1) Berdasarkan Ujung Sanad
Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi menjadi 3 golongan yakni
marfu’ (terangkat), mauquf (terhenti) dan maqtu’ :
a) Hadits Marfu’ adalah hadits yang sanadnya berujung langsung
pada Nabi Muhammad SAW (contoh:hadits sebelumnya)
b) Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para
sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun
perbuatan yang menunjukkan derajat marfu’. Contoh: Al Bukhari
dalam kitab Al-Fara’id (hukum waris) menyampaikan bahwa Abu

8
Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair mengatakan: “Kakek
adalah (diperlakukan seperti) ayah”. Namun jika ekspresi yang
digunakan sahabat seperti “Kami diperintahkan..”, “Kami
dilarang untuk…”, “Kami terbiasa… jika sedang bersama
rasulullah” maka derajat hadits tersebut tidak lagi mauquf
melainkan setara dengan marfu’.
c) Hadits Maqtu’ adalah hadits yang sanadnya berujung pada para
Tabi’in (penerus). Contoh hadits ini adalah: Imam Muslim
meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya bahwa Ibnu Sirin
mengatakan: “Pengetahuan ini (hadits) adalah agama, maka
berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu”.
Keaslian hadits yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada
beberapa faktor lain seperti keadaan rantai sanad maupun penuturnya.
Namun klasifikasi ini tetap sangat penting mengingat klasifikasi ini
membedakan ucapan dan tindakan Rasulullah SAW dari ucapan para
sahabat maupun tabi’in dimana hal ini sangat membantu dalam area
perdebatan dalam fikih (Suhaib Hasan, Science of Hadits).
2) Berdasarkan Keutuhan Rantai / Lapisan Sanad
Berdasarkan klasifikasi ini hadits terbagi menjadi beberapa golongan
yakni Musnad, Munqati’, Mu’allaq, Mu’dal dan Mursal.Keutuhan rantai
sanad maksudnya ialah setiap penutur pada tiap tingkatan dimungkinkan
secara waktu dan kondisi untuk mendengar dari penutur diatasnya.
Ilustrasi Sanad : Pencatat Hadits > penutur 4> penutur 3 > penutur 2
(tabi’in) > penutur 1(Para sahabat) >Rasulullah SAW

2.6 Peranan Sanad dalam Pendokumentasian Hadist dan Penentuan Kualitas


Hadist
1. Peranan Sanad dalam Pendokumentasian Hadits
Untuk pengamanan atau pemeliharaan matan Hadis. Sanad Hadits
dilihat dari sudut rangkaian atau silsilahnya terbagi kepada beberapa
thabaqah atau tingkatan. Tingkatan-tingkatan tersebut menunjukkan urutan

9
generasi demi generasi yang antara satu dengan yang lainnya bertautan
atau bersambung.
Hadits-hadits Rasulullah SAW yang berada sepenuhnya ditangan
mereka diterima dan disampaikan (secara umum) melalui dua cara, yaitu
lisan dan tulisan. Cara yang pertama merupakan cara yang utama ditempuh
oleh para ulama ahli Hadis dalam kapasitasnya sebagai sanad Hadis. Hal
ini karena dalam tradisi sastra pra-Islam, masyarakat Arab telah terbiasa
dengan budaya hafal, yang dilakukannya sejak nenek moyang mereka.
Dengan kegiatan ini maka tradisi lama yang cukup positif itu menjadi tetap
terpelihara dan dimanfaatkan untuk kepentingan pemeliharaan ajaran
Islam.
Upaya mengembangkan daya hafal ini semakin efektif dengan
ditunjang oleh dua potensi, yaitu kuatnya daya hafal yang mereka miliki
dan semangat kerja yang termotivasi oleh keimanan, ketaqwaan dan
tanggung jawab terhadap terpeliharanya syari’at Islam.
Cara yang kedua (cara tulisan), pada awal-awal Islam kurang
berkembang jika dibanding dengan masa-masa tabi’ al-Tabi’in, atba’ al-
Tabi’in dan masa sesudahnya. Hal ini karena ada beberapa faktor yang
berkaitan dengan terbatasnya fasilitas penunjang, di samping adanya
prioritas untuk lebih mengefektifkan penyebaran al-Qur’an. Namun
demikian kegiatan tulis menulis berjalan secara baik yang turut
mendukung upaya pemeliharaan Hadis. Ini terbukti pada catatan mereka
baik yang ditulis oleh para shahabat maupun tabi’in.
Di kalangan shahabat ialah Abdullah bin Amr bin Ash, Jabir bin
Abdillah, Abu Hurairah, Abu Syah, Abu Bakar as-Shiddiq, Ibn Abbas,
Abu Ayyub al-Anshari, Abu Musa al-Asy’ari dan Anas bin Malik. Di
kalangan tabi’in besar tercatat nama-nama antara lain Ikrimah, Umar bin
Abdul Aziz, Amrah binti Abd ar-Rahman, al-Qasi, bin Muhammad bin
Abi Bakar, Muhammad bin Ali bin Abi Thalib dan Muhammad bin Abi
Kabsyah al-Anshari. Kemudian pada kalangan tabi’in kecil tercatat nama-
nama antara lain Ibrahim bin Jarir, Ismail bin Abi Khalid al-Ahmasi,

10
Ayyub bin Abi Tamimah as-Sakhtayani, Tsabit bin Aslam, al-Bannani, al-
Hasan bin Yasar al-Bashri, Hushain bin Abdirrahman as-Sulami, Hammad
bin Abi Sulaiman, Zaid bin Aslam dan Zaid bin Rafi’.
Tulisan-tulisan mereka ada yang berbentuk surat yang dikirimkan
kepada orang lain yang di dalamnya berisi nasihat atau pesan-pesan Rasul
SAW, seperti yang dilakukan Asid bi Hudlair al-Anshari kepada Marwan
tentang peradilan terhadap pencuri. Atau yang dilakukan oleh Jarir bin
Abdillah kepada Mu’awiyah tentang sebuah hadits yang berbunyi
‫( َم ْنلَ ْميَرْ َح ْمالنَّا َسلَ ْميَرْ َح ْمهُاللَّهُ َع َّز َو َج َّل‬siapa yang tidak menyayang sesama manusia
niscaya Allah tidak akan menyayanginya) dan ada yang berupa catatatan
pribadi semata.
2. Untuk penelitian kualitas Hadits
Bersambung atau tidaknya sanad sangat berpengaruh pada tingkat
kualitas Hadis sehingga ke-hujjah-an Hadis adakalanya bisa diterima
(Maqbul) dan adakalanya ditolak (Mardud).
Ditinjau dari segi sedikit atau banyaknya rawi yang menjadi sumber
berita, Hadis terbagi menjadi dua macam, yaitu Mutawatir dan Ahad.
3. Peranan Sanad dalam Penentuan Kualitas Hadits
Kualitas artinya mutu, nilai, tingkat, atau kadar sesuatu. Maka kualitas
hadits artinya mutu suatu hadits, atau tingkat serta nilai yang disandang
oleh suatu hadits. Berbicara soal nilai atau mutu disini dimaksudkan apakah
suatu hadits itu dapat dijadikan hujjah dalam menetapkan suatu kepastian
ajaran agama atau tidak.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kata sanad atau as-sanada menurut bahasa dari kata sanada, yasnudu yang
berarti sandaran atau tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya
atau yang sah. Secara terminologis, yaitu silsilah orang-orang yang
menghubungkan kepada matan hadits. Jadi, pengertiannya yaitu jalan yang
menyampaikan matan hadits.
Kegiatan pendokumentasian hadits, terutama pengumpulan dan
penyimpanan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW, baik melalui hafalan
maupun melalui tulisan. Ini dilakukan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’i al-
tabi’in dan mereka yang datang sesudahnya, rangkaian mereka itu disebut
dengan sanad. Status dan kualitas suatu hadisT apakah dapat diterima atau
ditolak tergantung kepada sanad dan matan hadits tersebut. Apabila syaratnya
tidak terpenuhi maka hadis tersebut ditolak dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Sering dijumpai dalam kitab-kitab hadits perbedaan redaksi dari matan
suatu hadis mengenai satu masalah yang sama. Hal ini tidak lain adalah karena
terjadinya periwayatan hadits yang dilakukan secara maknanya saja (riwayat
bil-ma’na), bukan berdasarkan oleh Rasulullah.Jadi, periwayatan Hadits yang
dilakukan secara makna, adalah penyebab terjadinya perbedaan kandungan
atau redaksi matan dari suatu hadits.

3.2 Saran
Dari uraian diatas maka penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, untuk itu pemakalah mohon kritikan dan saran
yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahnih.blogspot.co.id/2014/09/pengertian-sanad-matan-dan-
ikhtisar.html.Di akses tanggal 17 Maret 2016, pukul 14.23
http://wildanesia.blogspot.com/2013/09/penjelasan-dan-perbedaan-isnad-musnid-
musnad.html. Diakses tanggal 19 Maret 2016, pukul 16.25
Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadis, Jakarta, Gaya Media Pratama, 1996
Jalal al-Din Abdu al-Rahman Ibn Abi Bakar as-Suyuthi, Tadrib al-Rawi fi Syarh
Taqrib an-Nawawi Jilid 1, Bairut, Dar al-Fikr, 1988
Mahmud at-Thahhan, Tafsir Mushthalah al-Hadits, Dar ats-Tsaqafah al-
Islamiyyah, Bairut
Solahudin Agus, Suryadi Agus. 2009. Ulumul Hadist. Bandung : Pustaka Setia
Hasbie Ash-Shiddiqie, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. PT. Bulan Bintang

Bandung : Al-Ma'arifahman. 1995. IkhtiFazlurahman. 1995. Ikhtisar Mustlahul


Hadits. Bandung : Al-Ma'arifsar Mustlahul Hadits. Bandung : Al-
Ma'arifutra  2010 ).hlm. 147-

13

Anda mungkin juga menyukai