Anda di halaman 1dari 15

PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS SANAD

( MUTAWATIR, AHAD DAN GARIB)

KELOMPOK 9

PUJI AYU LESTARI

ISMAYANTI

NAMA DOSEN PEMBINGBING: Dr. Tasbih, M.Ag.


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kepada Allah SWT. Karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang pembagian hadist
dari segi kualitas sanad ( mutawatir, ahad dan garib) ini dengan baik meskipun
terdapat banyak kekurangan di dalamnya dan juga kami berterima kasih kepada
bapak Dr. Tasbih, M.Ag.selaku Dosen mata kuliah ilmu hadis yang telah
memberikan tugas makalah ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yanag
membacanya. Sekiranya makalah yang telah kami susun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami minta maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik, saran, dan usulan yang membangun dari anda demi perbaikan makalah
yang akan kami buat di waktu yang akan datang.

Samata, 14 april 2019

Kelompok IX

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang ..............................................................................................1


b. Rumusan masalah........................................................................................1
c. Tujuan penulisan ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

a. Hadist mutawatir ..........................................................................................3


1. Pengertian hadis mutawatir ....................................................................3
2. Pembagian hadis mutawatir ...................................................................4
b. Hadist ahad ...................................................................................................6
1. Pengertian hadist ahad............................................................................6
2. Pembagian hadist ahad ...........................................................................7
c. Hadist gharib ................................................................................................9
1. Pengertian hadis gharib ..........................................................................9
2. Pembagian hadist gahrib ........................................................................9

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN .....................................................................................................11

SARAN ..................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Hadist Nabi SAW. Terbagi atas beberapa macam dilihat dari berbagai sisi
pandang, jika dilihat dari sisi banyaknya orang yang meriwayatkan, maka hadis
terbagi atas dua, yakni mutawatir dan ahad demikian pandangan kebanyakan
ulama hadis, sedangkan usul dan ulama kalam, membaginya pada tiga macam,
yaitu mutawatir, masyhur dan ahad.

Kemudian jika hadist itu dilihat dari segi kualitas sanad dan matan hadis, maka
hadist berbagi atas : sahih, hasan, dan dha’if. Sedangkan dilihat dari sisi diterima
dan tidaknya, maka hadist terbagi atas: hadist maqbul dan mardud. Kemudian
jika dilihat dari segi penyandarannya, maka hadist terbagi atas marfu, mauquf dan
maqtu, sedangkan jika dilihat dari sumber perkataannya, maka hadis terdiri atas
hadis Qudsi ( firman Allah yang tidak termasuk ayat al-quran) dan hadist nabawi
(sabda yang berasal dari rasulullah Muhammad SAW.), dan hadis Qawi (hadist
Nabi SAW. Yang dikuatkan dengan ayat al-qur’an)

Sejarah periwayatan hadist Nabi, memang berbeda dengan sejarah periwayatan


al-qur’an. Periwayatan al-qur’an, sejak zaman Nabi sampai ke generasi-generasi
berikutnya terpelihara, baik dalam bentuk tulisan maupun hafalan. Memang benar,
pendewaan resmi al-qur’an terjadi pada zaman Khaliah Abu Bakar yang
kemudian disempurnakan dan dibukukanpada zaman Ustman bin Affan, tetapi
hafalan dan catatan (shahifah-shahifah).dikalangan sahabat, sejak saman
Rasulullah tidak terpelihara dengan sempurna.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hadis mutawatir ?
2. Apa pembagian hadis mutawatir ?
3. Apa pengertian hadist ahad ?
4. Apa pembagian hadist ahad ?
5. Apa pengertian hadis gharib ?
6. Apa pemebagian hadis gharib ?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian hadis mutawatir
2. Untuk mengetahui pembagian hadis mutawatir
3. Untuk mengetahui pengertian hadist ahad
4. Untuk mengetahui pembagian hadist ahad
5. Untuk mengetahui pengertian hadis gharib
6. Untuk mengetahui pemebagian hadis gharib

2
BAB II

PEMBAHASAAN

A. HADIST MUTAWATIR
1. Pengertian Hadist Mutawatir

Mutawatir menurut bahasa dari isim musytaq ُ‫ الت َّ َواتِر‬artinya ُ‫( التَّت َابع‬yang datang
berikut dengan kata, atas yang beriringan tak ada selangnya, berturut-turut, atau
َ ‫ ت ََوات ََر ْال َم‬artinya hujan turun terus-menerus.
silih berganti), sehingga kalimat ُ‫طر‬

Oleh mahmud al-Tahhan dalam bukungya mengemukakan pengertian istilah


hadist mutawatir sebagai berikut :

ْ ‫ُر َواة ٌ ُ َكثِيْر ْونَ ُيَحْ كم‬


ُ َ‫ُالعَ ْقل ُ َعادَة ً ُبِاُ ْستِ َحالَةٍاُ ْن ُيَك ْونَ ُا ُْٔولئِك‬ ِ ‫ت ُ َسنَ ِد ِه‬ َ ُ ‫ُم ْن‬
ِ ‫طبَقَا‬ َ ُ ‫ه َوالَّذِيُيَ ْر ِو ْي ِه ُفِيُك ِل‬
ِ ‫طبَقَ ٍة‬
ْ َ‫فُهذ‬
ُ‫اُال َخبَ ِر‬ ْ َ‫الر َواةُقدُتفقوا َعل‬
ِ ‫يُاختِ ََل‬ ُّ

Artinya:

Hadist yang diriwayatkan oleh banyak periwayat pada setiap tabaqat, para
periwayat yang banyak periwayat itu mustahil menurut akal sepakat untuk
berdusat.

Kemudian pengertian istilah yang dikuatkan oleh TM. Hasbi al-siddiqy,


sebagai berikut :

َُ ُ‫َما َكانَ ُ َع ْنُ َمحْ د ْو ٍسُا ْخبَ َرُبِ ِهُ َج َماُ َعةُبَلَغ ْواُفِ ْيُال َكثْ َرةُِ َم ْبلَغًاُت ِخيْلُاْلعَادَةُت ََواطوُه ْم‬
ِ ‫علَىُال َك ِذ‬
ُ‫ب‬
Artinya:

Khabar yang didustakan kepada panca indera (dilihat atau didengar sendiri oleh
orang yang memberitakan) yang diberitakan oleh sekelompok manusia yang
berjumlah banyak, yang mustahil menurut adat, mereka bersatu lebih dahulu
untuk berbohong.

ُِ‫ُويَد ْوم ُ َعلَىُ َهذَُاْل َح ِد ُُ( َعدَم ُت ََو ُّه ِم ُإِجْ َماع‬،
َ ‫ب‬ ِ ‫ُوالَُيت ََو َّهم ُت ََواط َؤه ْم ُ َعلَىُال َك ِذ‬ َ ْ‫ار َواه ُقَ ْو ٌم ُالَيح‬
َ ‫صىُ َعدَُد ُه ْم‬ َ ‫َم‬
َ ‫طهُ َك‬
‫ط َرفَ ْي ُِه‬ َ ‫س‬ َ ‫ُو َو‬ ِ ‫الر َواةُِ َعلَىُال َك ِذ‬
َ ‫ب)فَيَك ْونُا َّولهُ َكا ٓ ِخ ِرهُِكَا َّوله‬ ُّ

3
Artinya :

Hadist yang diriwayatkan oleh sekelompok orang yang tidak terbatas


bilangannya dan tidak mungkin bermufakat berdusta, dan tetap dalam keadaan
sedemikian, yaknitidak mungkin para periwayat itu bersepakat berdusta, maka
setiap tabaqat berimbang jumlah periwayatnya dari awal sampai akhir.

Syarat-syarat hadist mutawatir adalah :

a. Periwayatnya banyak, yang dimaksud adalah banyaknya periwayat


seimbang pada setiap tabaqat, dari tingkat sabahat, tibi’in dan
seterusnya sampai kepada mukharrij.
b. Peristiwa yang banyak tersebut menurut akal dan adat istilah mereka
mustahil sepakat utuk berdusta.

Kriteria atau persyaratan hadist mutawatir tersebut oleh mahmud al-Tahhan


menyebutkan bahwa banyaknya orang yang meriwayatkan pada stiap tabaqat
minimal 10 orang diterima dengan panca indra.

Selanjutnya Mahmud al-Tahhan mengemukakan bahwa hadist mutawatir terdiri


atas mutawatir lafziy dan mutawatir mukanawiy. Adapun hadist mutawatir lafziy
ialah hadist yang diriwayatkan oleh banyak oeang pada awal sanadnya,
pertengahan sampai akhir sanadnya dengan lafal dan bentuk yang sama, dengan
yang dikemukakan oleh Ibnu Salah.

Hadist mtawatir lafziy menurut sebagian ulama sangat sedikit, berbeda dengan
hadist mutawatir maknawiy yang banyak, karena para periwayat hadist itu
mengemukakan periwatan secara makna, orang yang menjadi periwayat hadist
yang banyak itu tidaak sepakat berdusta

2. Pembagian hadist mutawatir

M. Syuhudi Ismail (w.1995) mengemukakan pembagian hadist mutawatir


sebagaimana yang dikutip dari TM. Hasbi al-Shiddiqiy yang menyebutkan bahwa
hadis mutawatir, terdiri atas : mutawatir lafziy, mutawatir maknawiy, dan
mutawatir amaly.

4
Hadist mutawatir amaly adalah hadist-hadist yang menjelaskan amalan yang
telah dilakukan oleh Rasulullah saw. Kemudian diamalkan ileh para sahabat, lalu
diikuti lagi oleh para tabi’in, kemudian at baut tabi’in, kemudian generasi
berikutnya tanpa ada modifikasi atau perubahan, seperti tatacara pelaksanaan
salat lima waktu dengan masing-masing jumlah rakaatnya, salat-salat sunnat yang
telah dilakukan atau diamalkan oleh Rasulullah saw, maka amalan tersebut
dikategorikan sebagai mutawatir amaly.

Dengan seterusnya umat mengamalkan sesuai yang diajarkan oleh


pendahulunya berdasarkan hadis-hadist Nabi saw., diamalkan oleh para tabi’in
dan tabi’it tabi’in, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya sampai pada
generasi sekarang, mereka melaksanakan amalan sesuai pada generasi sekarang,
mereka melaksanakan amalan sesuai yang telah diberikan oleh pendahulunya
sampai kepadanya berdasarkan riwayat yang dilakukan secara turun temurun
dalam sebuah rangkainan sanad yang dinukilkan oleh masing-masing periwayat
dalam kitabnya masing-masing, seperti pelaksanaan salat lima waktu dengan
jumlah raka’atnya. Dengan demikian juga dengan ibadahlainnya, seperti ibadah
zakat, haji dan umrah, ibadah puasa, semuanya telah dilaksanakan oleh Rasulullah
saw, sehingga ada contohnya semua.

Selanjutnya pada bagian ini dikemukakan dan dijelaskan pembahian hadist


mutawatir berdasarkan definisinyamasing-masing, seperti berikut:

a. Mutawatir lafzy ialah:


ُ‫ُولَ ْوح ْك ًم َاوفِ ْيُ َم ْعنَاه‬ ُّ ‫تُا ْٔلفَاظ‬
َ ‫ُالر َواةُِفُِ ْي ِه‬ ْ َ‫َمااتَفَق‬

Artinya:

Khabar yang sama bunyi lafalnya dari para perawi, walaupun pada hukum dan
maknanya.

ُِ‫ُودَلَُّ َعلَىُاُ ْل َم ْعنَىُال َم ْقص ْود‬


َ ‫ُو ِحدٍا ْمُبِلَ ْفظٍ ُآخ ََريَق ْومُ َمقَا َمه‬
َ ٍ‫س َوا ٌء َكانَ ُبِلَ ْفظ‬ ُّ ‫تُا ْٔلفَاظ‬
َ ُ‫ُالر َواةُِفِ ْي ِه‬ ْ َ‫مااتَفَق‬
.‫ص ِر ْي ًحا‬
َ

5
Artinya:

Hadist yang sama bunyi lafal dari para perawinya, baik lafal yang satu
ataupun dengan lafal yang lain yang semakna dan menunjukkan pada
makna yang dimaksud secara tegas.

b. Mutawatir ma’nawi
ُ‫َمات ََوا ِت َر َم ْعنَاهُدُ ْونَ ُلَ ْفظه‬
Artinya:
Hadist yang mutawatir maknanya bukan lafalnya.

Mutawatir ma’nawi yang dimaksud adalah bahwa makna yang terkandung


dalam hadist Nabi tersebut secara umum tersebar dikalangan para sahabat, tabi’in
dan seterusnya, sekalipun lafal hadist tersebut berbeda atau beragam, namun
mengandung makna yang sama.

c. Mutawatir amaly

Perbuatan ata amalan Rasulullah saw. Yang disaksikan oleh para sahabat
kemudian diikutinya, kemudian oleh para tabi’in dan tabi’it tabi’in, bahkan
sampai pada masa sekarang ini dilakukan secara turun temurun oleh banyak
orang, contoh: shalat lima waktu dengan jenis salatnya, dhuhur, asar, magrib, isya,
dan subuh dengan jumlah rakaatnya masing-masing merupakan sesuatu yang
sudah mutawatir, karena itu salah tidak dapat dimungkiri orang islam.

B. HADIST AHAD
1. Pengertian hadist ahad

Hadist ahad, munurut bahasa ahad adalah jama’ dari wahid yang berarti
satu. Hadist ahad adalah hadist yang diriwayatkan oleh satu orang. Menurut istilah
hadist ahad adalah hadist yang diriwayatkan oleh satu orang atau dua orang
periwayat ataupun lebih yang tidak mencapai derajat mutawatir.

Hadist ahad adalah hadist yang diriwayatkan oleh orang perorang atau
beberapa orang yng tidak sampai pada derajat mutwatir. Hadist ahad terdiri atas
hadist mashur dan hadist gairu masyhur, hadist gayru mashur terdiri atas hadist

6
aziz dan hadist garib. Muhammad Mustafa azami membagi hadist ahad atas tiga
jenis yakni mashur, aziz dan garib.

Hadist mashur menurut Ibnu Hajar al-Asqalaniy (w. 862H. =1449M.)


adalah hadist yang memiliki jalur terbatas oleh lebih dari dua orang periwayat yng
tidak mencapai derajat mutawatir. Dapat pula dikatakan bahwa hadis mashur
adalah hadist yang populer dalam masyarakat, ada yang sahih, ada yang hasan,
dan ada pula yang da’if.

2. Pembagian Hadist Ahad

Di antara ulama terdapat perbedaan pendapat dalaam menentukan


pembagian hadist ahad, ulama hadis membuat kategori sebagai berikut :

a. Hadist mashur

Imam Ahmad mengemukakan bahwa hadis masyhur adalah hadis yang


populer dikalangan tabi’in ataupun tabi’it tabi’in, hadis yang populer hanya pada
thabaqat setelah tabi’it tabi’in tidaklah termasuk hadis masyhur.

Ulama ushul mengatakan bahwa hadis mashur adalah hadis yang pada
tabaqat pertama (tingkat sahabat) diriwayatkan oleh banyak orang tetapi belum
sampai pada tingkat oleh banyak orang yang jumlahnya menyamai periwayatan
mutawatir.

Dari tiga pengertian hadis masyhur yang dikemukakan oleh ulama


tersebut, ternyata mereka tidka sependpat. Diantara mereka ada yang
mengemukakan pengertian dengan syarat-syarat yang sangat ketat, sementara
yang lain sangat longgar. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap penetapan
kualitas hadist masyhur tersebut, terutama dalam menetapkan sebagian hujjah.

Karena itu yang perlu dipersoalkan adalah mengapa mereka berbeda


pandangan, setidaknya ada dua alasan yang dikemukakan oleh setiap kelompok,
sebagai berikut:

7
1. Kelompok ulama yang ketat membuat kategori hadis mashur, kelompok
ini di kenal dengan istilah tasyaddud memberi persyaratan terhadap hadis
masyhur:
a) Mereka menempatkan hadis masyhur pada posisi yang lebih tinggi
dari hadis ahad, yakni: antara hadis mutawatir dan hadist ahad, bahkan
kecendrungannya lebih dekat kepada mutawatir daripada ke ahad.
b) Mereka mengukur kemasyhuran sebuah hadis dari jumlah orang yang
meriwayatkan hadis pada setiap tabaqat.
2. Kelompok yang tidak ketat (longgar) yang dikenal dengan istilah tasyahul
memberipersyaratan hadist masyhur, disebabkan:
a) Mereka menetapkan hadis masyhur sebagai sebagian dari hadis ahad.
b) Kemasyhuran diukur dari segi jumlah orang yang mengenal hadis itu,
dengan tidak mensyaratkan tabaqt, bahkan ada yang sama sekali tidak
mengharuskan kemasyhuran dikaitkan dengan periwayatnya, dapat
saja di luar periwayat hadist yang bersangkutan.

Ulama yang termasuk pada kelompok pertama adalah ulama ushul, sedangkan
yang termasuk pada kelompok kedua adalah ulama hadis.

b. Hadis gairu masyhur


َّ ‫( ُال‬yang mudah), yang
1) Hadis aziz menurut bahsa arab berartiُ‫ش ِريْف‬
jarang, dan yang kuat. Sedangkan ulama menjelaskan bahwa hadis
aziz adalah hadis yang diriwayatkan bahwa hadis aziz adalah hadis
yang diriwayatkan oleh dua orang dari dua orang. Ibnu Hibban (w.
354 H.)berkomentar bahwa hadist seperti ini sulit ditemukan atau
dicari. Pendapat ini dibenarkan oleh Ibnu Hajar al-Asqalaniy.
2) Hadist garib, garib artinya menyendiri jauh dari teman-temannya.
Menurut istiah hadis garib adalah hadis yang diriwayatkan oleh
seorang periwayat saja, atau terdapat periwayatan yang menyendiri
dalam sanad. Ibnu Hajar al-Asqalaniy menyatakan bahwa periwayatan
orang seorang itu tidak menjadi soal apakah ia berada pada tabaqat
pertama atau tabaqat lainnya.

8
C. HADIS GHARIB
1. Pengertian hadist gahrib

Menurut bahasa “ghari” berarti al-munfarid (menyendiri) atau al- ba’id an


aqaribihi (jauh dari kerabatnya)

Mendefinisikan hadis gharib, sebagai hadis yang pada sanadnya terhadap


seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, di mana saaj penyendiri pada
sanad itu terjadi.

2. Hadist gharib dpat dibagi menjadi:


a. Gharib pada sanad dan matan
b. Gharib pada sanad
c. Gharib pada sebagian matan

Gharib pada sanad adalah hadist yang matannya telah diriwayatkan oleh
banyak sahabat, tetapi ada seseorang rawi yang meriwayatkannya dari salah satu
seorang sahabat yang lain. Dengan demikian, ke-gharib-annya hanya dilihat dari
satu segi ( gahrib minhadzal wajhi).

Para ulama pun membagi hadist gharib menjadi dua golongan , yaitu gharib
pada sanad dan matan, dan gharib pada sanad. Pembagian hadist gharib menjadi
dua bagian inti apabila ditinjau dari segi letak ke-gharib-an nya.

Gharib pada sanad dan matan adalah hadis yang hanya diriwayatkan melalui
satu jalur, seperti sabda Rasulullah SAW.:

Artinya:

ُِ‫ح ْم ِدهُِس ْب َحانَ ُهللاا‬


َُ ‫ُِو ِب‬ ِ َ‫َانُفِىُاْ ِلميز‬
َ ‫ُس ْب َحانَ ُهللاا‬:ُ‫ان‬ ِ ‫انُث َ ِق ْيلَت‬
ِ ‫س‬َ ‫ىُالرحْ مٰ ِنُ َح ِف ْيفَتَانِعظُ َعلَىُال ِل‬
َّ َ‫انُاِل‬ ِ ‫َك ِل َُمت‬
ِ ِ‫َانُ َح ِب ْيبَت‬
ُ .‫اْل َع ِظي ِْم‬

“ada dua kalimat yang disenangi allah, ringan diucapkan, dan memperberat
timbangan, yaitu kalimat ‘subhana Allah wa bihamdih subhana Allah il’ Azim’.”

Hadis ini diriwayatkan bukari-muslim dengan sanad Muhammad Bin Fudail,


Abu Zurah Umarah. Abu Zurah, dan Abu Hurairah. Imam Tirmidzi menyatakan

9
bahwa hadist ini gharib karena hanya rawi-rawi tersebutlah yang
meriwayatkannya, tidak ada rawi lain.

Adapun yang dimaksud dengan gharib pada sanad adalah hadis yang telah
populer dan diriwayatkan oleh banyak sahabat, tetapi ada seorang rawi yang
meriwayatkan dari salah seorang sahabat lain yang tidak populer. Periwayatan
hadis mulalui sahabat yang lain disebutkan sebagai hadis gharib pada sanad.

Apabila hadist telah diketahui sanadnya gharib, matannya tidak perluh diteliti
lagi, serta ke-gharib-annya menjadikan hadis tersebut berstatus gharib. Namun,
nila sanadnya tidak gharib, kemudian matannya yang gharib. Oleh karena itu,
penelitian selanjutnya ditunjukkan pada matannya apabila matannya diketahui
gharib, hadistnya pun menjadi gharib.

Contoh hadist gharib pada sanad:

Artinya:

ُ‫اح ٍد‬
ِ ‫ُو‬ َ ُ‫ا َ ْلكَافِر َيا ْٔكلُفِى‬
َ ٍ ‫س ْب َع ِةا َ ْم َع َاواْلم ْٔو ِمنٌُُ َيا ْٔكلفظُفِىُ َم ْعي‬

“orang kafir makan dalam tujuh usus, sengankan orang mukmin makan
pada satu usus.”

Menurut Al- Hafizh Ibnu Rajab, matan hadis ini melalui beberapa jalur yang
diketahui oleh Nabi. Bukhari dan Muslim meriwayatkannya dari abu-asy’ari yang
diriwayatkan Muslim melalui Kuraib dianggap gharib sebab kuraib menyendiri
dalam meriwayatkan hadis ini.

Ditinjau dari segi pemakaiannya, hadis gharib disebut juga hadis fard.
Perbedaan diamtara keduanya hanya terdapat padapenyebutannya. Sebuah hadis
fard oleh ulama muhadditsin lbih banyak dipakai untuk hadis gharib mutlak
sehingga dalam pemakaian sehari-hari disebut fard mutlaq. Adapun sebutan hadis
gharib lebih banyak dipakai untuk hadis gharib nisbi atau fard nisbi.

10
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dengan demikian, hadist ahad merupakan objek kajian dalam penelitian


hadits yang dilakukan oleh para ulama dan cendekiawan yang menekuni bidang
ini, sehingga mereka dapat menghasilkan temuan tentang pembagian hadist ahad ,
karena hadist ahad tersebut dapat brkulitas sahih, hasan, dan da’if.

SARAN

Demikian yang dapat kami sampaikan paparan mengenai materi yang


menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada. Penulis banyak berharap para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna, bagi kami khususnya
dan juga para pembaca yang pada umumya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asse, Ambo.2016. Ilmu hadis pengantar memahami hadist Nabi saw. Makassar:
Dar al-Hikmah wa al-Ulum Alauddin press

Hasan, mustofa. 2017. Ilmu hadis. Bandung: CV pustaka setia

Ismail, Syuhudi.1994. Pengantar ilmu hadist. Bandung: Angkasa bandung

12

Anda mungkin juga menyukai