Pertemuan II - Pengenalan Peralatan Tebang Manual Praktikum Pemanenan Hutan Fakultas Kehutanan Dan Lingkungan - Cepartemen Manajemen Hutan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 200

Pertemuan II


Pengenalan
Peralatan Tebang
Manual
Praktikum Pemanenan Hutan

Fakultas Kehutanan dan Lingkungan | Cepartemen Manajemen


Hutan
Outline Ig
Pendahuluan
Tujuan
Kelebihan dan Kekurangan Alat Tebang Manual
Gergaji Manual
Kapak
Alat Bantu Lainnya
Tugas Praktikan
Sumber Pustaka
Pertemuan ? | Pengenalan Peralatan Tebang Manuol
Pendahuluan II
Masihkah diperlukan alat
manual pemanenan hutan?
Gambar, menebang pohon
jati 5 gergaji tangan
Apakah menggunakan gergaji
potong atau gergaji belah?
Bagaimana produktivitasnyas
Apa saja kendalanya ?
&

Pertemuan 2 | Pengenalan Peralatan Tebang Manual


Tujuan Perkuliahan UI
Mahasiswa dapat menjelaskan teknik menggunakan peralatan
manual dalam menebang pohon (offline), mengetahui berbagai
jenis dan fungsi gergaji tangan dan alat sarad, menganalisis
penyebab gangguan dalam menggunakan gergaji tangan
Pertemuan ? | Pengenalan Peralatan Tebang Manuol
Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat Manual IG
KELEBIHAN
Mudah digunakan, tidak memerlukan keterampilan tinggi
Tidak memerlukan bahan bakar dan pelumas
Murah
Lifetime yang lama
Manfaat sosial (labour infensive/padat kerja)
Lebih ramah lingkungan
Lebih ramah terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
Penyimpanan mudah
Pertemuan ? | Pengenalan Peralatan Tebang Manuol
Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat Manual IG
KEKURANGAN
MI Produktivitas kerja rendah
MI Memerukan tenaga manusia yang terlatih
Hi Melelahkan penebang
MI Peru pengjaman (sharpen)
Pertemuan ? | Pengenalan Peralatan Tebang Manuol
Gergaji Manual Ig Tangkai
.
Gergaji manual terdin dan dua bagian: &
|. Keping/bilah gergaji (terbuat dari bajaj:
2. Tangkai gergaji (terbuat dan kayu)
Gergaji manual berdasarkan peruntukannya APBN PUN
1. Gergaji potong (memotong tegak lurus serat)
2. Gergaji belah (membelah sejajar serat)
Keping/bilah

Medi El

Pertemuan ? | Pengenalan Peralatan Tebang Manuol


ri
“-
1!
2) :
|,
PL

Mata gergaji potonc

Mata gergaji belah

Pertemuan 2 | Pengenalan Peralatan Tebong Manual


Bentuk gigi gergaji pemotong Ii
Gigi M atau Hobelzahn (Hz), terdiri dari:
1. Gigi pengerat (cutter):
2. Penggeruk (raker)
Terbagi menjadi 2 jenis gergaji:
|. PP2 (dua buah cutter dan 1 raker)
2, PP4 (empat buah cutter dan 1 raker)

2 cutter —-—-—
1 raker --—-

SS 4 cutter

(— 1 reker
Pertemuan 2 | Pengenalan Peralatan Tebong Manual
PP4

Gergaji potong

Jumlah cutter 17 x2 buah -— 4 cutter


Jumlah raker 14 buah —e1 raker

2 Tangkai terdapat pada viuna bilah, dioperasikan oleh 2? orana operator


GC
Pertemuan 2 | Pengenalan Peralatan Tebong Manual
| Perbandingan 2 bentuk gigi gergaji (PP4 dan PP2) |

f
i
sow dust
Pertemuan 2 | Pengenalan Peralatan Tebong Manual
(
Pengoperasian

2 tangkai pada ujung bilah, dioperasikan oleh 2 operator


CG
Pertemuan 2 | Pengenalan Peralatan Tebong Manual
32,5

Kenapa gergaji dibuat 180cm? II


|. Gerak operator menarik dan mendorong gergaji (2 x 45 cm 590 cm)
2. Tangkai kayu (2 x5 cm 210cm)
3, Rata? diameter kayu yg ditebang (80 cm)
(90 #10 480cm - 130cm)
(
Pertemuan ? | Pengenalan Peralatan Tebang Manuol
Bentuk gigi gergaji pemotong |
Bentuk gigi SEGITIGA SAMA KAKI
|. Gigi sedifiga hanya pengerat/ cutter (tanpa raker)
2. Fungsi raker berada dalam bentuk antara selang/antara cutter
Terbagi menjadi 3 jenis gergaji:
|. Segitiga tanpa antara (selang) - Sg
2. Segitiga berselang datar - Sgd
3. Segitiga berselang lengkung - Sg!

Pertemuan ? | Pengenalan Peralatan Tebang Manuol


| Tanpa antara/selang |

Pertemuan 2 | Pengenalan Peralatan Tebong Manual


&
| Selang Datar |

Sg

Pertemuan 2 | Pengenalan Peralatan Tebong Manual

(5
| Selang lengkung |

Pertemuan 2 | Pengenalan Peralatan Tebong Manual


(
Gergaji Belah

Pertemuan 2 | Pengenalan Peralatan Tebong Manual


G
| TRIVIA |
Jika sedang menggergaji,
gergaji terjepit atau fidak
lancar/tersendat gerakannya
apa sebabnya?
Pertemuan 2 | Pengendian Peralciton Tebong Manudl
(
KAPAK

Pertemuan 2 | Pengenalan Peralatan Tebang Manual


KAPAK BERMATA SATU (SINGLE BIT AXE)
17.1 cod
ta 1
Hem Keterangan
A Tangkai Kapak
B Kepala Kapak
1 Mata Kapak
2 Punggung Kapak

Berat 1,6 Kg
Pertemuan ? | Pengenalan Peralatan Tebang Manuol
Fungsi
1. Menebang
2 Membersihkan cabang
3. Membagi batang
4. dil
6,
KAPAK BERMATA DUA (DOUBLE BIT AXE)
Keterangan
A Tangkai Kapak
B Kepala Kapak
1 Mata Kapak

I
1
1
I
1
1
I
I
1
1
1
7”
I
I
I
I
1
1
I
I
i
I
I
l
,
Pertemuan ? | Pengenalan Peralatan Tebang Manuol
Fungsi
Il. '“Menebang
2. Membersihkan cabang
3. Membagi batang
4. dil
KAPAK PEMBELAH 3
Keterangan
A Tangkai Kapak

B Kepala Kapak
1 Lingkaran Tajam
2 Punggung Kapak
Pertemuan ? | Pengenalan Peralatan Tebang Manuol
Fungsi
1. Menebang
2. Membersihkan cabang
3. Membagi batang
4. dil
&,
Alat Bantu Lainnya Ig
pr Keterangan
A Tangkai/Pegangan
“3 B Hooks/Pengait
SAPI-SAPI
A
Keterangan
aan A Tangkai/Pegangan
CANT HOOKS B Hooks/Pengait
Pertemuan 2 | Pengenalan Peralatan Tebang Manual

Fungsi

menggeser log
6
Alat Bantu Lainnya Ig
Keterangan
PEAVY ie A Tangkai
B Hooks/Pengoit

Fungsi menggeser log

—G
LOG ZEG A
Keterangan
A Tangkai
5 B Hooks/Pengait Fungsi mengangkat log
( 2 Ay
Pertemuan 2 | Pengenalan Peralatan Tebang Manual
Alat Bantu Lainnya Ig
Keterangan
A Tangkai
B Hooks/Pengait
TIRFOR
Fungsi
|. Membantu mengarahkan
rebah pohon

2. Melepaskan gergaji terjepit


BAJI
Pertemuan ? | Pengenalan Peralatan Tebang Manuol

Fungsi
Sai
menyarad

SKIDDING TONG
65,
Sumber Pustaka N
Fred C. Simmons. NORTHEASTERN LOGGERS'
ANDBOOK. . EHP Juta. PEMUNGUTAN HASIL
IUTAN.

Pertemuan ? | Pengenalan Peralatan Tebang Manuol


(&
Tugas Praktikan II
1) Menjelaskan bentuk mata gergaji (bentuk, bagian yg tajam, bagian yg
perlu dikikir, bagian yang digiwar):
2) Memeragakan proses pemotongan kayu (perbedaan memotong dan
membelah)... Sedikit saja
(5 Menganalisis penyebab terjepitnya gergaji, sebabnya dan cara
mengeluarkan dan solusi agar tidak terjepit kembali.
Dikerjakan dan disampaikan ke asisten secara daring membuat multimedia
Objek: Gergaji tangan dirumah, atau buat gergaji tangan dan styrofoam
Pertemuan ? | Pengenalan Peralatan Tebang Manuol
G,
TERIMA
Eng
(4 Ji Tahapan Pemanenan Hutan Na
Tahapan Pemanenan Hutan
na
-
PN Il. Tahapan Pemanenan Hutan Pendahuluan
Pemanenan hutan dapat diartikan sebagai
serangkaian tahapan kegiatan yang mengubah nilai
peran, hasil hutan (kayu dan non-kayu) menjadi
arang (kayu bulat atau hasil hutan non-kayu
lainnya) yang bernilai aktual

Pemanenan hutan membutuhkan inputs, melalui


proses dan menghasilkan outputs
Conway (1982) mengidentikkan pesen produksi
pemanenan hutan sebagai pabrik pada umumnya,
perbedaannya hanya terdapat pada lokasi
dilaksanakan proses produksi
3 Ji Tahapan Pemanenan Hutan japan
Tahapan pemanenan hutan meliputi:

Perencanaan
PWH (Pembukaan Wilayah Hutan)
Penebangan
Pembagian batang
Pengumpulan
Ki S b aan az Iga La k
Pa — |”. in Ya 0. Ma ta 2.
ii
4
AN Ke ATT
Ruang lingkup pemanenan hutan:

Merencanakan, melaksanakan, dan


mengendalikan kegiatan dari sejak
menebang pohon berdiri sampai menjadi
batang (kayu bulat) dan di angkut
sampai ke Ba senapan Kayu
Pertemuan III-IV
Lo
Harvesting Planning
In The Tropical
Rainforest
Praktikum Pemanenan Hutan

Fakultas Kehutanan dan Lingkungan | Departemen Manajemen Hutan


Outline 0
@ Pengantar
@ Materi Praktikum
@ Tugas Praktikum
Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest
Pengantar
Level of Harvesting
Planning
Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest

Task Plan
Operational
Plan
Strategic
Plan
Strategic Plan

PETA AREAL KERJA EFEKTIF


DAN SISTEM SILVIKULTUR
PT. AUSTRAL BYNA
(Perpanjangan )

SF .
Ka SN
3 da

DI KABUPATEN BARITO UTARA


PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
LUAS £ 256.710 HA
SKALA 1: 200.000
A
(LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN
NOMOR :
TANGGAL:

@ DEPARTEMEN KEHUTANAN

Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest


Strategic Plan
Zonasi Areal
Protected
Zone
(as
Social Zone Producti
on Zone
ea
80Y6
Working
IN T
(300.000
ha)

pb
Multisystem
Silvikultur
40 TPTI
V6
&
10 SILIN
Yo
Ti
300 THPB

Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest


Operational Planning

z
mi
-
cs
z
Pd
s
-
-
4
PET.

HAK PENGUSAHAAN HUTAN


PT AUSTRAL BYNA
1:1500
SKALA

oh

Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest


Harvesting Operational Plan 0

Et - time of timber harvesting operation (year)

Et-3 — kt-2 — kt-1 — kt-0O


Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest
Arrangement of Working Area

Harvesting Operational Plan 0


Et-3

Forest Inventory HM Topographical Survey

Developmentof Contour Maps and Tree Maps Et-2

Forest Harvesting Planning

Forest Opening up

)
(— Marking of Prospective
Skidding Roadand
Landing Location
in The Field
AL
Et-1 |

Marking of Felling
Directions and
Cutting of Liana

Et-0

f Opening up of Skidding Roads

.. Km
| Fellingand Stem Cutting
v

Skidding Road Construction and


Skidding Operation

Bucking and pilling upof


logs at landing

Major Timber Transportation

Renag bill of Logged OverArea


toPrevent aan

Block Inspection

Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest


Materi Praktikum
Perencanaan
Pemanenan Hutan
Cl Pengumpulan data lapangan berupa data LHC atau data ITSP.
BE Pembuatan peta sebaran pohon berdasarkan data LHC atau data ITSP pada
kertas millimeter blok.
9 Pembuatan rencana pemanenan hutan di atas peta sebaran pohon.
- Perencanaan target produksi per ha atau per petak atau per tahun.
Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest
Materi Praktikum
Pengukuran Data
Lapangan
Dimensi pohon: dbh, tbc, tt.
Jenis pohon: komersil, non komersil, dilindungi.
Strata pohon: semai, pancang, tiang, pohon inti, pohon kecil, pohon
besar. Posisi
pohon: koordinat cortesian xy.
Kesehatan pohon: sehat dan cacat.
Dimensi tajuk pohon: terpanjang dan terpendek, tajuk arah USTB.
Plot ukur: 20 m x 20 m.
Petak tebangan: 100 ha RKT
TPTI: 3000 ha per tahun.
Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest
Materi Praktikum
Pembuatan Peta
Sebaran Pohon
Data LHC: 3 plot berukuran 20 mx 20 m. 0
n
Luas: 1200 m2
Simbol pohon: tiang, pohon
Skala Peta 1:100 O: kecil, pohon besar.
D Simbol pohon: komersil, non
komersil, dilindungi.
ag Legenda Peta: arah U, skala,
Posisi pohon: koordinat xy KN G Hp judul, batas, keterangan, dil.
Ukuran pohon: dbh » 10 cm. »
Co,
Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest
Materi Praktikum
Pembuatan Rencana
Operasional Pemanenan Hutan
|| Memilih pohon yang layak ditebang: jenis komersil, dbh » 40 cm, dan
sehat.
I Merencanakan arah rebah pohon yang layak tebang. Pertimbangan arah
rebah pohon:
kecondongan pohon dan tajuk, halangan lapangan, kerapatan tegakan
tinggal, dll.
Merencanakan lokasi posisi TPn. TPn diletakkan di pringgir jalan angkutan
kayu. Jumlah
|| dan luas TPn optimal dan cukup untuk menampung kayu hasil penyaradan.
Merencanakan jalur jalan sarad. Jalan sarad menghubungkan antara tunggak
pohon
|| ditebang dengan TPn. Petimbangan jalan sarad: jaraknya sependek
mungkin, luasnya
seminimal mungkin, kerusakan tegakan tinggal sekecil mungkin.
Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest
Materi Praktikum
Data Pohon

Ja aa
JO45POO1TO3 Anisoptera sp. Mersawa 9.16 sehat p.besar
JO45POOITOS Ixora sp. Areng-arengan 10 10 0.88 cacat p.besar
JO45POO2TO2 Vatica sp. Resak 41 10 1.21 sehat p.besar
JO45POO2TO3 Vatica sp. Resak 45 14 1.56 sehat p.besar
JO45POO2TO4 Anisoptera sp. Mersawa 48 10 1.27 cacat p.besar
JO45POO2TO6 Vatica sp. Resak 40 15 1.32 cacat p.besar
@,
Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest
Materi Praktikum
Data Sebaran Pohon

Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest


Materi Praktikum
Pembuatan Rencana
Target Produksi
|| Pada areal 1200 m? terdapat 7 pohon besar jenis komersil namun ada 3
pohon cacat sehingga jumlah
pohon yang layak tebang ada 4 pohon dengan volume 14 m3.
1 Jika luas areal 1 ha, maka terdapat 33 pohon besar sebagai pohon yang
layak tebang dengan volume 117
m3/ha atau 3,50 m3/pohon. Apabila luas areal petak tebangan 100 ha, maka
terdapat 3.333 pohon besar
jenis komersil layak tebang dengan volume 11.667 m3/petak.
|| Jika faktor pengaman 0,8 dan faktor eksploitasi 0,7, maka rencana
target produksi/petak tebangan 100
ha adalah 1.867 pohon/petak atau 6.533 m?/petak. Apabila dikonversi, maka
rencana target produksi per
tahun (3000 ha) adalah 56.000 pohon/tahun atau 196.000 m3/tahun.
|| Jika harga kayu 1 juta/ m3, maka rencana target pendapatan adalah 196
M/tahun. Apabila biaya total
operasional pemanenan 504 dari pendapatan, maka rencana target keuntungan
adalah 98 M/tahun.
Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest
Tugas Praktikum
Mempelajari materi dan bertanya pada hari sebelum praktikum:
M@uiz praktikum pada awal waktu praktikum:
Tugas pertemuan III dan IV yang dikumpulkan pada hari praktikum:
Tugas pertemuan III dan IV yang dikumpulkan 5 hari setelah hari
praktikum.
Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest
Tugas Praktikum
Minggu III
& Mengukur 1-2 pohon terkait dimensi pohon, kondisi pohon,
arah rebah pohon, dan koordinat posisi pohon yang ada di sekitar
rumahnya:
@ Membuat peta sebaran posisi pohon pada kertas millimeter blok
berdasarkan data hasil kegiatan IT SP yang disiapkan oleh asprak.
Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest
Tugas Praktikum
Minggu IV
& Membuat desain rencana pemanenan pada peta sebaran posisi pohon
tersebut. Desain yang dibuat antara lain menentukan lokasi TPn,
merancang lokasi jalan sarad, penetapkan arah rebah pohon.
@ Menghitung rencana target produksi (m3/ha dan m3 per tahun).
Pertemuan 3-4 | Harvesting Planning In The TropicaRainforest
ERIMA
Minggu III dan IV
PERENCANAAN PEMANENAN
1. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mengidentifikasi data dan informasi yang diperlukan untuk penyusunan
rencana
pemanenan.
2. Melakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data yang diperlukan
untuk membuat
rencana pemanenan hutan, terutama membuat peta pohon dan rencana
penyaradan.
3. Mampu membuat perencanaan arah rebah pohon, penyaradan kayu dan
operasi
pemanenan hutan.
4. Mampu mendeskripsikan rencana pemanenan hutan ke dalam bahasa yang
operasional
bagi pekerja pemanenan hutan.
2. Pengantar Praktikum (Pemahaman Praktis)
Perencanaan pemanenan hutan adalah proses perencanaan komprehensif
pengeluaran kayu yang harus mempertimbangkan keseimbangkan antara aspek
ekonomi dan
perlindungan hutan, seperti perlindungan tanah, air, vegetasi dan hidupan
liar. Tujuan utama
pemanenan hutan adalah untuk memaksimalkan nilai kayu dan meningkatkan
efektivitas dan
efisiensi produktivitas dan biaya. Hanya dengan perencanaan yang baik
semua tujuan
tersebut dapat dicapai.
Rencana pemanenan hutan yang baik dan komprehensif menuntut segala
informasi
penting tentang karakteristik dan keadaan hutan. Data yang diperlukan
diantaranya adalah
keadaan tegakan hutan, kondisi lapangan, keberadaan jalan, ketersediaan
tenaga kerja dan
peralatan. Informasi berkaitan dengan tegakan hutan diantaranya adalah
volume dan jenis
kayu, distribusi kayu, dan luas panen.
Komponen dasar rencana operasi pemanenan terdiri dari penentuan luas
tebangan
dan pemenuhan ketentuan silvikultur, penentuan jalan akses dan rencana
pemanenan setiap
unit. Tahapan perencanaan hutan dilakukan secara terpadu. Lokasi jalan
akses tergantung
pada sistem pemanenan dan dipengaruhi oleh sistem silvikultur yang
dipilih. Jika sistem
pemanenan sudah dipilih, maka faktor-faktor yang berhubungan dengan
sistem tersebut
harus didesain dengan benar. Hal ini mencakup diantaranya rencana lokasi
landing, layout
jalan sarad, dan bagaimana pohon akan ditebang.
Rencana pemanenan hutan dapat kelompokkan ke dalam 3 jenis rencana, yaitu
rencana strategis, rencana taktis dan rencana operasional. Rencana
pemanenan hutan
strategis merupakan rencana makro dari kegiatan pengeluaran kayu yang
meliputi seluruh
areal yang diusahakan. Rencana taktis merupakan rencana turunan dari
rencana strageis yang
lebih detil dan mencakup areal yang lebih sempit, sedangkan rencana
pemanenan operasional
adalah rencana operasi yang digunakan untuk pelaksanaan pemanenan dalam
satu satuan
unit penebangan terkecil. Rencana operasional sering disebut juga dengan
rencana teknis
pemanenan. Rencana pemanenan hutan operasional merupakan pegangan atau
panduan bagi
3.
para operator pemanenan hutan untuk melaksanakan kegiatan di lapangan.
Dalam praktikum
ini, rencana pemanenan hutan yang akan dibuat adalah rencana operasional.
Tugas Praktikan/Mahasiswa
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meteran, phi band, haga
atau
pengukur tinggi lainnya, tambang, kalkulator, ajir, bendera, dan alat
tulis menulis. Sedangkan
obyek praktikum ini adalah tegakan hutan di sekitar kampus Darmaga.
Praktikum perencanaan pemanenan hutan dibagi ke dalam beberapa kegiatan,
yaitu
pengumpulan data, pembuatan peta (peta pohon), pembuatan rencana rebah
pohon, arah
penyaradan dan operasi pemanenan.
@e Pengumpulan Data
a. Setiap regu praktikum membuat perencanaan pemanenan untuk satu setting
penebangan (areal tebang). Areal tebangan yang ditentukan adalah
arboretum dan
kawasan hutan di sekitar ruang kuliah Darmaga. Masing-masing lokasi
tersebut
dianggap sebagai satu unit penebangan (setting) penebangan.
b. Sebelum melakukan pemanenan hutan perlu dilakukan kegiatan pengumpulan
data dan
informasi yang diperlukan untuk menyusun perencanaan pemanenan hutan.
Data
penting yang diperlukan diantaranya adalah data kondisi areal tebang yang
meliputi
keadaan lapangan dan tegakan hutannya. Informasi tentang tegakan meliputi
luas
tegakan, sebaran dan jenis kayu, dimensi pohon dan keadaan setiap pohon.
Data dan
informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan inventarisasi.
c. Teknik inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) yang akan
digunakan adalah
pemetaan lokasi pohon secara langsung pada sumbu cortesian.
d. Untuk keperluan ITSP, buatlah sketsa areal tebangan lengkap dengan
batas-batas
arealnya mengikuti arah mata angin. Tandai letak masing-masing sudut
areal tebang di
lapangan. Hubungkan masing-masing sudut secara diagonal untuk memperoleh
titik
tengah areal tebangan. Selanjutnya, melewati titik tengah areal tebangan
tariklah 2
garis yang tegak lurus sampai pada batas-batas petak.
e. Pada kedua sumbu yang saling tegak lurus letakan masing-masing 1 pita
ukur, dimana
pada garis vertikal titik nol berada di ujung bawah garis, sedangkan pada
garis horisontal
titik nol berada di ujung batas areal sebelah kiri.
f. Tentukan regu yang akan melakukan inventarisasi. Regu ini terdiri dari
4 orang. Tugas
masing-masing anggota regu ini adalah satu orang bertugas di garis
vertikal (mewakili
sumbu ordinat) dan satu orang bertugas di garis horisontal (mewakili
sumbu absis).
Kedua orang ini bertugas untuk menentukan posisi pohon pada masing-masing
sumbu
dengan melihat jarak pada pita ukur yang telah diletakan Penentuan posisi
pohon
ditentukan mulai dari titik titik nol bergerak sampai ke batas petak.
Sementara itu, satu
orang lagi bertugas sebagai penanda pohon dan satu orang lagi bertugas
sebagai
pengukur dan pencatat atribut setiap pohon yang ada di dalam areal
tebangan.
g. Catatlah dan ukurlah semua informasi tentang kondisi petak dan tegakan
yang meliputi
luas areal, kondisi topografi lapangan, koordinat pohon, tingkat
pertumbuhan pohon
(pohon, tiang, pancang, dan semai), jenis pohon, diameter, tinggi pohon,
ukuran tajuk,
posisi tajuk dan bentuk tajuk. Gunakan model tallysheet terlampir untuk
memudahkan
pencatatan data yang dimaksud.
h. Untuk ukuran tajuk, pengukuran hanya dilakukan pada pohon yang
berdiameter di atas
20 cm. Ukurlah diameter tajuk dengan cara mengukur tajuk terpanjang dan
tajuk
terpendek, kemudian hitunglah rata-ratanya. Gunakan metode Dawkins untuk
mengukur posisi pohon dan bentuk tajuk.
Pembuatan Peta Pohon
a. Berdasarkan hasil inventarisasi yang telah dilakukan, buatlah peta
pohon petak petang
tersebut dengan skala 1:100 atau 1:200 dan lengkapilah peta tersebut
dengan legenda
yang diperlukan.
b. Peta pohon yang dibuat tidak hanya memetakan lokasi pohon yang akan
ditebang,
tetapi juga memetakan semua tingkat pertumbuhan pohon seperti semai,
tiang dan
pancang.
c. Tandailah semua pohon pohon yang memiliki diameter di atas 20 cm
dengan warna
merah dan pohon berdiameter kurang dari dari 20 cm dengan warna biru.
Pembuatan rencana operasi pemanenan
a. Tetapkanlah sistem pemanenan yang akan dipilih untuk mengeluarkan kayu
dari areal
tebangan. Jika sistem pemanenan hutan sudah ditetapkan, carilah informasi
tentang
karakteristik sistem tersebut di skripsi atau jurnal, terutama terkait
dengan peralatan
yang digunakan, biaya operasi sistem, waktu kerja dan produktivitas
sistem.
b. Berdasarkan peta pohon yang sudah dibuat, bagilah areal tebangan ke
dalam 4 sub
petak tebangan yang lebih kecil dan ukuran yang sama besar. Buatlah dan
tentukanlah
di atas peta tersebut lokasi prasarana PWH yang diperlukan seperti TPn,
jalan sarad dan
lainnya. Jumlah TPn sebanyak 1 buah per petak. Setelah lokasi
infrastruktur tersebut
ditetapkan, buatlah rencana alur dan arah penyaradan kayu, dimulai dari
titik pohon
ditebang sampai ke TPn. Ukurlah panjang jalan sarad yang dibuat.
c. Pohon yang boleh ditebang disesuaikan dengan ketentuan silvikultur
yang berlaku.
Untuk keperluan praktikum, limit diameter pohon yang boleh ditebang
adalah pohon
dengan diameter di atas 20 cm. Tentukanlah arah rebah dari setiap pohon
yang boleh
ditebang pada peta pohon sesuai dengan prinsip penentuan arah rebah yang
benar.
Rencana arah rebah digambarkan dengan memberikan tanda panah di dekat
pohon
yang akan ditebang.
d. Pada setiap petak tebang, hitunglah jumlah pohon yang boleh ditebang
dan yang tidak
boleh ditebang. Hitunglah pula volume pohon yang akan ditebang untuk
menentukan
rencana produksi kayu yang akan dihasilkan di setiap petak.
e. Deskripsikan rencana operasi pemanenan hutan yang akan dilakukan
tersebut dalam
bahasa standar baku operasi (Standard operational procedure).
Tallysheet 1. ITSP sistem cortesian

No.
Phn
Jenis Koordinat
Posisi Pohon
Bentuk Tajuk

X Y
1
2 13 14
1 2 3 4

Tallesheet 2 dimensi pohon dan dimensi tajuk

Jenis Dimensi Pohon Dimensi Tajuk


No.
Diameter | Tinggi Pjg Pdk | Rataan
Tallysheet 3 rekapitulasi sebaran tingkat pertumbuhan pohon.
No. Tingkat Pertumbuhan Jumlah Y
Phn pohon
1 Pohon
2 Tiang
3 Pancang
4 Semai
Jumlah

Tallysheet 4 rekapitulasi distribusi kelas diameter dan volume pohon.

No. Kelas diameter Jumlah Volume


Phn
1D rrrannnanana
Do Parnanannaa
Bo Peranan
Jumlah
Pertemuan V
Penentuan
Arah Rebah
Praktikum Pemanenan Hutan

Fakultas Kehutanan don Lingkungan | Departemen Monodjemen


Huton
Keselamatan Pekerja Ig
Tingkat Keterbukaan Areal
Kondisi Permukaan Tanah
Lokasi TPn
Kelerengan
Spesie
Pola arah rebah
Titik berat pohon/arah rebah alami
Kondisi Kesehatan Pohon
Pertemuon $ | Penentuan Arah Reboh
Tingkat Keterbukaan Areal IM
Areal dengan tingkat keterbukaan tinggi akan
memberikan “ruang” bagi penebangan.
Pada arah rebah tersebut, kemungkinan pohon
tersangkut akan kecil.
Selain itu, tingkat kerusakan terhadap tegakan tinggal
menjadi minimal
Pertemuon $ | Penentuan Arah Reboh
Kondisi Permukaan Tanah IM
Pilih arah rebah yang memiliki permukaan tanah relatif
bersih
Alasan: agar batang pohon tidak mengalami kerusakan
akibat tumbukan yang tidak diinginkan dengan benda
benda di permukaan tanah
Contoh benda: batu, tunggak bekas tebangan, guludan
atau tonjolan pada tanah, dan lain-lain
Pertemuon $ | Penentuan Arah Reboh
Lokasi IPn IM
Semakin pendek jalur sarad, semakin sedikit tingkat kerusakan
lingkungan yang terjadi akibat masuknya alat berat dalam
kegiatan penyaradan
Menebang searah jalan sarad (terutama yang
berlawanan dengan arah TPn) akan meminimalkan
tingkat kerusakan tegakan tinggal
Contoh benda: batu, tunggak bekas tebangan, guudan
atau tonjolan pada tanah, dan lain-lain
Pertemuon $ | Penentuan Arah Reboh
Kelerangan
Arah Rebah ke Atas Bukit
Arah Rebah ke Bawah Bukit
Arah Rebah Sejajar Garis Kontur
Pertemuon $ | Penentuan Arah Reboh
Spesies IM
Menebang pohon berkayu keras berbeda dengan pohon
berkayu lunak
Rekayasa arah rebah pada pohon yang telah miring
secara alami pada pohon berkayu keras cenderung lebih
memungkinkan daripada pada pohon berkayu lunak
Serat kayu yang lunak kemungkinan besar akan
menyebabkan engsel tidak akan mampu bertahan
hingga takik balas selesai dibuat
Pertemuon $ | Penentuan Arah Reboh
Pola Arah Rebah IM
Menebang dengan arah rebah sesuai pola arah rebah
dari pohon lainnya akan sangat memudahkan
Memudahkan dalam proses pembersihan cabang, bagi
batang, penumpukan dan penyaradan.
Pola arah rebah yang seragam sangat dianjurkan untuk
kegiatan tebang habis pada pepohonan berdiameter
kecil di HTI
Pertemuon $ | Penentuan Arah Reboh
Titik Berat Pohon/Arah
Rebah Alami

Titik berat

Sumber: https:/Awww.cdiparngram.com

Bentuk tajuk yang berbeda menghasilkan fitik berat yang berbeda pula
&
Pertemuon $ | Penentuon Arah Reboh
Kondisi Kesehatan Pohon

Surnber: http) / www. akricanardher.oom (2016) dengan sedikit modifikasi


Hindari membuat takik rebah di bagian batang yang mengalami
pemampatan, punfiran, atau bengkok. Jika takik balas dibuat persis pada
bagian batang yang mengalami pemampatan, maka pohon berpotensi
pecah saat takik balas dibuat
Pertemuon $ | Penentuon Arah Reboh
Sumber Pustaka N
Yovi, E.Y., dan Syuaib, M.F. 2016. Buku Pintar
Menebang Pohon Bagi Operator Chainsaw.
Bogor: IPB Press.
All rights reserved
Dilarang mendaufip atau memperbanyak isi bahan ajar ini tanpa seizin
penulis.
Pertemuan $ | Penentuan Aroh keboh
ERIMA KASIH
eyyovi@apps.ipb.ac.id
Pertemuan V
Pembuatan
Takik Rebah
Praktikum Pemanenan Hutan

Fakultas kehutanan dan Lingkungan | Departemen Manojemen


Hutan
Outline Ig
@ Teknik I: Open Face
@ Teknik II: Konvensional
@ Teknik Ill: Humbolt
Pertemuan $ | Pembuatan Tokik Reboh
Teknik 1: Open Face
SS Tingkat keselamatan tinggi
SS Tingkat akurasi arah rebah
terhadap arah rebah yang
direncanakan TINGGI
MI Engsel tidak patah hingga kayu
rebah (mendekati sudut 30”)
MB Risiko terjadinya kick-back
maupun pergerakan yang fidak
rerkonfrol lainnya dapat ditekan
SI (imbah kayu banyak
Pertemuan $ | Pembuotan Tokik Rebah

https://www.osha.gov/SLT C/etools/logging/
Irisan 1: Top Cut

Pertemuan $ | Pembuatan Tokik Rebah

Kedalaman
va sd 1/
dia Ate
https://www.osha.gov/SLT Cj/etools/logaing!
Undur/Bottom Cut
Irisan 2
https://www.osha.gov/SLTCr/etocls/logging/

Pertemuan $ | Pembuatan Tokik Reboh


Kesalahan-Kesalahan Umum
MB Sudut Terlalu Kecil
ma Ujung top cut dan
bottomcut tidak
bertemu

https://www.osha.gow/SLT C/etools/loaging!

6
Pertemuan $ | Pembuatan Takik Rebah
| Akibat kesalahan |

LOG MACET
Pertemuan $ | Pembuatan Tokk keboh
Teknik 2: Konvensional II
ES Tingkat keselamatan sedang
SS Relatif lebih mudah (teknis
maupun postur kera)

https://www.osha.aov/SLT C/etoocls/logoina!

Pertemuan $ | Pembuotan Tokik Rebah


Irisan 1: Top Cut

Pertemuan $ | Pembuatan Tokik Rebah

Kedalaman
va sd 1/3
diameter
https://www.osha.gov/SLT Cj/etools/logaing!
Irisan 2: Undur/Bottom Cut

Pertemuan $ | Pembuatan Tokik Reboh

Iris
pada
SUDUT
0?
Kedalaman
https://www.osha.gov/SLT C/etoolsi/ldaging/

6,
Kesalahan-Kesalahan Umum
MB Sudut Terlalu Kecil
ma Ujung top cut dan
bottomcut tidak
bertemu
Pertemuan $ | Pembuatan Takik Rebah

https://www.osha.aov/SLTC/etools'loggina/
(
Teknik 3: Humbolt II
ES Tingkat keselamatan sedang
MB Relatif lebih sulit (teknis maupun
postur kerja)
SB (imbah kayu relatif lebih sedikir

https://www.osha.aov/SLT C/etoocls/logoina!

Pertemuan $ | Pembuotan Tokik Rebah


Top Cut
Irisan 1:
Kedalaman
va sd 1/3
diameter

https://www.osha.oov/SLTG:etools/logaing/

Pertemuan $ | Pembuatan Tokik Rebah


Irisan 2: Undur/Bottom Cut

Pertemuan $ | Pembuatan Tokik Reboh


Iris
pada
SUDUT
45"
Kedalaman
va sd 1/
diameter

https://www.osha.gov/SLT C/etoolsi/ldaging/
Kesalahan-Kesalahan Umum
MB Sudut Terlalu Kecil
ma Ujung top cut dan
bottomcut tidak
bertemu

Pertemuan $ | Pembuatan Takik Rebah


&
Sumber Pustaka N
Yovi, E.Y., dan Syuaib, M.F. 2016. Buku Pintar
Menebang Pohon Bagi Operator Chainsaw.
Bogor: IPB Press.
All rights reserved
Dilarang mendaufip atau memperbanyak isi bahan ajar ini tanpa seizin
penulis.
Pertemuan $ | Pembuatan Tokik Reboh
ERIMA KASIH
eyyovi@apps.ipb.ac.id
Pertemuan VI
Penentuan
Jalur Evakuasi
Praktikum Pemanenan Hutan

Fakultas Kehutanan dan Lingkungan | Departemen Manodjemen


Hutan
Posisi Aman dalam
Menebang

Pertemuan $ | Penentuan Jalur Evokuasi


IRIVIA
Apa yang salah dari foto inis

Pertemuan $ | Penentuan Jalur Evokuasi


Alat Pelindung Diri (APD)

Perhatikan olat peraga, diskusikan material khusus yang digunakan dan


kegunaannya G,
3
Pertemuan $ | Penentuan Jalur Evokuasi
Alat Pelindung Diri (APD)

Pertemuan $ | Penentuan Jalur Evokuasi


Alat Pelindung Diri (APD)

Pertemuan $ | Penentuan Jalur Evokuasi


Komunikasi

KOMUNIKASI harus diakui urituk kosan dengan


regu kerja dan rekan kerja lain
Pertemuan $ | Penentuan Jalur Evokuasi
Alat Komunikasi Murah dan Efektif: Peluit
Memulai penebangan
selesai penebangan, aman untuk mendekat
Emergensi, perlu pertolongan
Pertemuan $ | Penentuan Jalur Evokuosi
Sumber Pustaka N
Yovi, E.Y., dan Syuaib, M.F. 2016. Buku Pintar
Menebang Pohon Bagi Operator Chainsaw.
Bogor: IPB Press.
All rights reserved
Dilarang mendaufip atau memperbanyak isi bahan ajar ini tanpa seizin
penulis.
Pertemuan $ | Penentuan Jalur Evokuosi
ERIMA KASIH
eyyovi@apps.ipb.ac.id
Pertemuan VII
MN
Simulasi Perkiraan
Dampak
Penebangan
Praktikum Pemanenan Hutan

Fakultas Kehutanan dan Lingkungan | Cepartemen Manajemen


Hutan
Pendahuluan Ig
D EELN S I
Kegiatan merebahkan pohon berdiri sehingga rebah di atas permukaan tanah
Penebangan di hutan alam tropika dengan sistem silvikultur tebang pilih
mengakibatkan kerusakan pada tegakan tinggal dalam bentuk:
|. Kerusakan vegetasi (fingkat semai, pancang, tiang, hingga pohon)
2. Keterbukaan areal
Pertemuan ? | Simulasi Perkiraan Dompok Penebangan
Tipe-Tips Kerusakan Pohon
Tegakan Tinggal
Tajuk
Batang dan Kulit
Banir dan Akar
Batang Utama Patah
Pohon Roboh
Pertemuan ? | Simulasi Perkiraan Dompok Penebangan
Gambar | Tips Kerusakan Tajuk
Pertemuan # | Simulasi Perkindan Dampok Penebangan
Kulit dan Batang

Gambar 2 Tipe Kerusakan Kulit dan Batang


Pertemuan # | Simulasi Perkindan Dampok Penebangan
Banir dan Akar

Ta Pi
mn Ta ad” an
an
Gambar 3 Tipe Kerusakan Banir dan Akar
Pertemuan # | Simulasi Perkindan Dampok Penebangan
Batang Utama Patah

Gambar 4 Tipe Kerusakan Batang Utama Patah


Pertemuan # | Simulasi Perkindan Dampok Penebangan
Pohon Roboh

Gambar 5 Tips Kerusakan Pohon Roboh


Pertemuan 7 | Simulasi Perkiraan Dampak Penebangan
Pendahuluan II
Besarnya kerusakan tegakan tinggal sangat tergantung dari intensitas
pemanenan/jumlah batang pohon (volume kayu) yang dipanen persatuan
uas (ha).
| Contoh keterbukaan areal akibat pemanenan kayu

Plot Intensitas Keterbukaan Tanah (m?/ha) Akibat Total


Percobaan Pemanenan (m?/ha)
(Ibatang/ha) Penebangan Penyaradan
| 2 92 596 688
II b 808 2.008 2.816
Ii 16 2.512 2.323 4.856

Pertemuan ? | Simulasi Perkiraan Dompok Penebangan


Materi Praktikum 3
1. Perkiraan zona kerusakan akibat penebangan
2. Perhitungan kerusakan vegetasi akibat penebangan
3. Perhitungan keterbukaan areal akibat penebangan
Tujuan instruksional khusus DI
1. Mengetahui cara memperkirakan zona kerusakan akibat penebangan
2. Mengetahui cara menghitung kerusakan vegetasi akibat penebangan
3. Mengetahui cara menghitung keterbukaan areal akibat penebangan
Pertemuan ? | Simulasi Perkiraan Dompok Penebangan
Pengolahan data dampak penebangan L
| Intensitas pemanenan
Jumlah pohon yang ditebang : Ibas febangan - B/A, (pohon/haj)
| Persen keterbukaan area akibat penebangan
Jumlah Ivas areal terbuka : luas tebangan - C/A x 100
| Persen kerusakan pohon akibat penebangan
jumlah pohon rusak : jumlah total pohon - jumlah pohon yang ditebang) x
1008
(o
Pertemuan ? | Simulasi Perkiraan Dompok Penebangan
Pengolahan data dampak penebangan L
| Persen kerusakan tiang akibat penebangan
jumlah tiang rusak : jumlah total tiang x 1008
| Persen kerusakan pancang akibat penebangan
jumlah pancang rusak : jumlah total pancang x 1008
| Persen kerusakan semai akibat penebangan
jumlah semua yg rusak : jumlah fotal semai x 100.
Pertemuan ? | Simulasi Perkiraan Dompok Penebangan
Bahan Praktikum
Tabel 2 Potesi Tegakan Hutan Alam Tropika sebelum Pemanenan Kayu
(Batang/Hektaor)

No. Tingkat Vegetasi Jumlah Batang per Ha


1 Jumlah Semai 21800
2 Jumloh Pancang 2700
3 Jumlah Tiang 250
4 Jumlah Pohon 112

(
Pertemuan # | Simulasi Perkindan Dampok Penebangan
Tobel Dato Mentah Kerusakan Tegokon (Semoi, Poncong, Tiang, don Pohon)
Hutan Alam Tropiko Akibat
Penebangan Satu Pohon Masak Tebang Pado Sistem TPTI

Jumlah Batang yong Rusak (rbotangi|

Ha. Pohan Cilebong Ser pancang meirig Pohon


| 534 | 4 2
2 3S S5 3
3 #3 71 5 1
d 310 45 3 2
5 #5) SP 7 2
5 #3 55 B 2
7 3d Si 5 3
a SD 0 & 2
7 #5) 85 5 3
1g 370 #0 4 3
11 58 55 5 2
12 859 Sd & 2
13 Sg ru 4 1
1d 524 FT 4 2
15 570 75 & 3
1g Sh 73 d 3
7 576 74 5 2
18 adi #7 b 3
17 Sd 58 5 2
2 45) Sh 3 3
2 Sid 58 4 3
1 539 Td 5 2
2 52 ra & 2
24 Sia s0 z 2
25 237 af 5 3

Pertemuan 7 | Simulasi Perkiraan Dampak Penebangan


Tugas Praktikan II
In Menentukan pohon yang akan ditebang di lapangan dengan intensitas
pemanenan 3,2,/,28,12,1/ pohon/ha.
2) Menghitung persen kerusakan vegetasi akibat penebangan setiap pohon
(jumlah semai, pancang, tiang, pohon yang rusak).
3) Menganalisis statistik pengaruh intensitas penebangan terhadap besar
kerusakan tinggal dan membuat grafik hubungan intensitas pemanenan
(sumbu x) dengan persen keterbukaan areal dan persen kerusakan
vegetasi (sumbu y).
Pertemuan ? | Simulasi Perkiraan Dompok Penebangan
TERIMA
Pertemuan VIII
Simulasi Dampak
Penyaradan
Praktikum Pemanenan Hutan

Fakultas Kehutanan dan Lingkungan | Cepartemen Manajemen


Hutan
Pendahuluan Ig
D EELN S I
Kegiatan memindahkan batang pohon yang sudah rebah dari tunggak ke tempat
pengumpulan kayu (TPN)
Penyaradan di hutan alam tropika dengan sistem silvikultur tebang pilih
mengakibatkan kerusakan pada tegakan tinggal dalam bentuk:
1. Kerusakan vegetasi (fingkat semai, pancang, tiang, hingga pohon):
2. Keterbukaan areal:
3. Pemadatan tanah.
Pertemuan 8 | Simulasi Dompok Penyaradan
Akibat Penyaradan

Layan . ora PT Ka TI
Salah satu dampak dari penyaradan yaitu rusaknya vegetasi dan terbukanya
suatu areal (dari
kiri kanan: sebelum penyaradan, proses pembuatan jalan sard, proses
penyaradan
2
Pertemuan 8 | Simulosi Dompok Penyorodon
Akibat Penyaradan
Na Ne
Lan an aini 3 2 : 0 i
Aa 2 ai eh
Es
hi
Lg
Pa
Pn BA wi

Salah satu dampak dari penyaradan, hasil jejak alat berat


(bulidozer/forwarder)
( 3y
Pertemuan 8 | Simulosi Dompok Penyorodon
Alat Ukur Kepadatan Tanah

Humbdoltd-Digital Sfatis Cone Penefrometer


Pertemuan 8 | Simulosi Dompok Penyorodon
Alat Ukur Kepadatan Tanah

Cylinder Soil Sampler


Pertemuan 8 | Simulosi Dompok Penyorodon
| Alat Ukur Kepadatan Tanah |

Tabung/Pipa Infiltrasi Air


Pertemuan 8 | Simulasi Dompok Penyaradon
Contoh Hasil II
Penelitian Keterbukaan Areal dan Kerurakan Vegetasi Akibat Pemanenan

Intensitas Keterbukoon Tanah (m?/ho) Akibot

Plot Penebangan Total


2
Percobaan Tbatang/hal Penebongan Penyaradan Ims/haj
| 2 32 576 688
| 6 808 2.008 2816
IL | 212 2323 4.856
5 pohon sebelum Intensitas ? Pohon-pohon Derajat
HPH Plot pemanenan | Femanenaon Rusak Kerusakan
@210 cm) (2 pohon/haj| (2210 cm)j (F5)
PT. NK I 620 2 58 P.37
Il 697 6 146 21,13
III 748 17 259 35,43
PT. EL I 565 8 218 38.80
II 487 9 225 46,20
III 480 8 221 46,82

Pertemuan 8 | Simulasi Dompok Penyaradan


Materi praktikum —
|. Perhitungan keterbukaan areal akibat penyaradan
2. Perhitungan kerusakan vegetasi
3. Pengukuran kepadatan tanah pada jalan sarad atau field tesi
Tujuan instruksional khusus TN
Mengetahui cara menghitung keterbukaan areal akibat pembuatan jalan sarad
. Mengetahui cara menghitung kerusakan vegetasi akibat penyaradan
kt.
2
3. Mengetahui cara mengukur kepadatan tanah di jalan sarad dan di bawah
tegakan
4. Menganalisa hubungan intensitas Pemanenan dengan persen terbukaan
areal akibat
penyaradan
5. Menganalisa kepadatan tanah akibat penyaradan
&
Pertemuan 8 | Simulasi Dompok Penyaradan
Pengolahan data dampak penebangan L
| Intensitas pemanenan
Jumlah pohon yang ditebang : Ibas febangan - B/A, (pohon/haj)
| Persen keterbukaan area akibat penebangan
Jumlah Ivas areal terbuka : luas tebangan - C/A x 100
WDex Le
Kerapatan jalan x lebar rata-rata jalan sarad/10.000 - Ta x 100 Ya
Pertemuan 8 | Simulasi Dompok Penyaradan
Pengolahan data dampak penebangan
| Kepadatan Tanah
ME Keropoton mosso tanah basah MB Kerapatan massa tanah kering
W5 — W Jsx100
s3—-——W- Jd — ——
v 100 - w
Keterangan Keterangan
Js & Kerapatan massa tanah basah (gr/cm3). Jd - Kerapatan massa tanah
kering (ar/cm3|).
w? — Berat tanah basah dan cylinder soil sampler (gr). Js - Kerapatan
massa tanah basah (ar/cm3).
w| - Berat cylider soil sampler (gr). w - Kadar air contoh tanah (&).
V2 Volume contoh tanah basah (298,144 cm3).
(0
Pertemuan 8 | Simulasi Dompok Penyaradan
Pengolahan data dampak penebangan
| Kepadatan Tanah
MB Kadar Air Tanah:
w 5 (lw? - wi) -w3/w3 x 100 &
Keterangan
AW 2 Kadar air contoh tanoh (S)
Www — Berat contoh tonoh basoh (gr)
w3 2 Berat contoh tanah kering (ar)
Pertemuan 8 | Simulasi Dompok Penyaradan
Data Luas Keterbukaan Areal Akibat Penyaradan pada Pemanenan Kayu
Bahan Praktikum
dengan Sistem TPTI (Luas Tiap Plot Pengamatan 1 Ho)

No. Plot Intensitas Pemonenon (pohon/hoj) Luos Keterbukaan Areal (m2)


| 4 730,62
2 6 | 225
3 5 196,87
4 6 1299,37
5 4 634,37
& 8 1476,75
7 lo 18?0,62
8 15 2106.56
9 9 25299
10 17 3350.2

Pertemuan 8 | Simulasi Dompok Penyaradon


(
Bahan Praktikum
Data Laju Infiltrosi Air Kedalam Tanah di Jalan Sarad

Mo. Waktu Pengamatan (menit) Tinggi Permukaan Air Awol (cm) Tinggi
Permukaan Air Akhir (cm)|
| 5 menit pertama 27 22,4
2 10 menit pertama 257 214
3 15 menit pertama 26,1 223
4 20 menit pertama 28,2 24,5
5 25 menit pertama 2,8 2
6 30 menit pertamo 264 23,3
7 35 menit pertama 28,3 25,
8 40 menit pertamo 27,2 24,4
9 45 menit pertama 27 24,7
10 50 menit pertama 28,2 26,1
11 55 menit pertamo 2 26
12 60 menit pertama 28,2 27

Pertemuan 8 | Simulasi Dompok Penyaradon


G5
Bahan Praktikum
Data Laju Infiltrasi Air Kedalam Tanah di Aeral Belum Terganggu

Tinggi Pernmukoon Air Awal

Mo. Waktu Pengamatan (menit) (cm) Tinggi Permukaan Air Akhir (cm)
l 5 menit pertama 26 14,4
2 IG menit pertama Pa 14,8
3 15 menit pertama 25,1 18,4
4 20 menit pertama 28,2 22
5 25 menit pertama 27,6 23,4
6 30 menit pertama 26,4 23,2
Z 35 menit pertama 28,3 253
8 40 menit pertama 2,2 25,1
7 45 menit pertama 27 29,1
10 50 menit pertama 28,2 26,5
11 55 menit pertama 27,9 265,3
12 60 menit pertama 28,2 26,7

Pertemuan 8 | Simulasi Dompok Penyaradon


&
Tugas Praktikan II
1) Menghitung persen keterbukaan areal akibat penyaradan sesuai dengan
intensitas pemanenan:
2) Menganalisa hubungan persen ketebukaan areal akibat penyaradan
dengan intensitas pemanenan:
3) Menghitung laju infiltrasi air di jalan sarad dan di bawah tegakan
pada
periode pengukuran: 5 menit pertama, 10 menit s.d. 40 menit dengan
selang periode pengukuran tiap 5 menit:
4) Membuat diagram laju infiltrasi air sesuai periode pengukuran pada
jalan
sarad dan di bawah tegakan:
5) Membuat grafik yang membandingkan laju infiltrasi air pada tiap
periode
pengukuran di jalan sarad dan di bawah tegakan
Pertemuan 8 | Simulasi Dompok Penyaradan
GG
TERIMA
PRAKTIKUM PENGUKURAN WAKTU KERJA DAN PRODUKTIFITAS
Oleh : Gunawan Santosa
A. Pendahuluan
Praktikum pengukuran waktu dilakukan secara online dengan
menggunakan bahan berupa gambaran kegiatan penebangan dan pembagian
batang secara manual pada pemanenan kayu sengon. Kegiatan tersebut dapat
didiskripsikan menjadi suatu siklus kerja dan diuraikan menjadi beberapa
unsur
kerja. Siklus kerja adalah urutan unsur unsur yang diperlukan untuk
menyelenggarakan perkerjaan atau untuk menghasilkan kesatuan produksi.
Unsur kerja adalah Bagian terperinci dari pekerjaan tertentu yang dipilih
untuk memudahkan pengamatan, pengukuran dan analisa. Pertimbangan dalam
menentukan unsur kerja adalah :
1. Unsur kerja mudah dikenali awal dan akhirnya
2. Waktu relatif pendek namun masih dapat diukur
Sebagai contoh dalam kegiatan pemanenan kayu maka dapat ditentukan siklus
kerja penebangan pohon. Pekerjaan penyaradan kayu dapat dirinci menjadi
beberapa
unsur kerja, yaitu:
e Perjalanan traktor dari TPn ke Tunggak
e Manwver Traktor
e Pemasangan Choker
e Perjalanan traktor dari tunggak ke TPn
e Pelepasan Choker di TPn
Metode pengukuran waktu
Pengukuran waktu dapat dilakukan apabila telah ditentukan secara jelas
dan
pasti batasan dari siklus kerjanya dan urutan unsur-unsur kerja yang
menyusunnya. Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah menghasilkan
alat pengukur waktu yang sangat simple dengan keakuratan yang tinggi.
Pada
awalnya pengukuran waktu pada kegiatan kehutanan dilakukan dengan
menggunakan stopwatch manual. Namun saat ini pengukuran waktu dapat
dilakukan melalui video perekaman kegiatan yang diamati. Alat apapun yang
digunakan, namun prinsipnya terdapat 2 metode dalam pengukuran waktu
yaitu
metode komulatif dan metode nuls stop.
a. Metode Komulatif
Pada metode komulatif jam (penunjuk waktu) terus berputar selama
pelaksanaan kerja yang diamati. Penentuan waktu masing-masing unsur
diperoleh dengan berturut-turut mengurangi waktu masing-masing unsur
sesudah
pekerjaan diselesaikan seluruhnya. Gambar 1 menunjukkan diagram pada
pengukuran waktu metode konmulatif.
Metode Pengukuran waktu "Komulatif"
unsurl unsur 2 unsur 3
see Ek ki ky Jo JL. LX 1
Pembacaan jam O' 5' 15" 30'
Pengukuran waktu
unsur 1-5-0-5 menit
unsur 2-15-5 -10 menit
unsur 3- 30-15 - 15 menit
Gambar 1 Diagram pengukuran waktu dengan metode komulatif
Pembacaan jam dimulai pada menit ke-0. Pada saat akhir unsur kerja ke-1
jam menunjukkan menit ke-5. Jam berputar terus, pada saat akhir unsur ke-
2 jam
menunjukkan menit ke-15 dan saat akhir unsur ke-3 jam menunjukkan menit
ke-30. Penentuan waktu untuk unsur 1 adalah 5 - 0 - 5 menit, waktu untuk
unsur
2 adalah 15 - 5 5-10 menit dan waktu untuk unsur 3 adalah 30 -15 - 15
menit.
b. Metode Mundur (Nuls stop, Flyback)
Pada metode mundur setiap unsur berakhir stopwatch dikembalikan ke nol
dengan demikian secara langsung memperoleh waktu untuk tiap tiap unsur.
Gambar 2 menunjukkan diagram pada pengukuran waktu metode mundur.
Metode Pengukuran waktu " Mundur" (Nulstop, Flyback)
unsur 1 unsur 2 unsur 3
——————
Pembacaan jam O' 3' 6' g
Pengukuran waktu
unsur 1- 3 menit
unsur 2-6 menit
unsur 3-9 menit
Gambar 2 Diagram pengukuran waktu dengan metode Mundur! nuls stop
Pada saat unsur 1 berakhir dilakukan pembacaan jam yaitu 3 menit dan
langsung stopwatch dikembalikan mulai dari 0 dan mulai berputar kembali.
Pada
saat unsur ke-2 berakhir dilakukan pembacaan jam yaitu 6 menit dan
langsung
stopwatch dikembalikan mulai dari 0 dan mulai berputar kembali. Demikian
seterusnya hingga pekerjaan selesai.
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat
menentukan siklus kerja dan unsur kerja dari suatu kegiatan, mengukur
waktunya
serta menentukan produktifitas dari kegiatan tersebut.
B. Tujuan
a. Menentukan Siklus kerja dan Unsur kerja
b. Menentuan waktu setiap unsur kerja
Cc. Menentuan produktifitas
C. Metode Praktikum
a. Bahan praktikum :
1. Vidio penebangan sengon
2. Vidio pembagian batang sengon
b. Prosedure praktikum
1. Amati dengan seksama kedua vidio tersebut, diskripsikan batasan
mengenai siklus kerjanya dan tentukan unsur kerja dari masing masing
kegiatan.
2. Lakukan pengukuran waktu kerja untuk masing masing unsur kerja
berdasarkan tabel 1.
Tabel 1. Pengukuran waktu kerja penebangan dan pembagian batang.

. Waktu n , Waktu
Unsur kerja . Unsur kerja .
(menit) | o (menit)
Penebangan B | Pembagian batang
Total Total

3. Tentukan produksi dari kegiatan penebangan dan pembagian batang


sengon.
4. Tentukan produktifitas kegiatan penebangan dan kegiatan pembagian
batang dengan formula berikut :
Produktifitas - Unit produksi/satuan waktu
Keterangan :
Unit produksi dapat berupa volume, berat, pohon
Satuan waktu dapat berupa menit, jam, hari.
Waktu berdasarkan hasil pengukuran di tabel 1
Volume ditentukan berdasarkan :
- Diameter pohon : 26 cm
- Panjang batang (kayu bulat) - kelipatan 1,25 meter
- Total panjang batang - (jumlah batang x 1,25 m) # (jumlah batang x 2,5
m) - tinggi pohon
- Angka bentuk - 0,7
Misal - 0,2 m2/10 menit - 1,2 m'/jam
D. Pelaporan
Setiap praktikan membuat laporan dengan bahasan sebagai berikut :
1.
2.
3.
Diskripsi siklus kerja dan penentuan unsur kerja
Waktu kerja penebangan dan pembagian batang
Apakah terjadi waktu tidak effektif (waktu yang tidak berhubungan
langsung dengan pekerjaan namun dilakukan )
Penentuan produktifitas.
PRAKTIKUM HASIL HUTAN BUKAN KAYU
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENYADAPAN PINUS METODE OUARRE
DAN METODE BOR
Oleh
Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PRAKTIKUM HASIL HUTAN BUKAN KAYU
MATERI : PENYADAPAN GETAH PINUS
Pendahuluan.
Getah yang dihasilkan oleh Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin
yang
merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar
apabila saluran resin
pada kayu tersebut tersayat. Oleoresin pinus berbeda dengan natural resin
yang merupakan
getah alami yang keluar dari rongga-rongga jaringan kayu pada genus
Dipterocarpaceae.
Getah pinus terdapat pada saluran interseluler sel atau saluran damar
traumatis dimana
saluran damar tersebut dibentuk dari oleh suatu mekanisme baik secara
Iysigenous (sel pada
jaringan kayu hancur dan meninggalkan celah) maupun schizogenous (sel
memisahkan diri)
atau schizolysigenous. Saluran resin memanjang batang diantara sel-sel
trakeida atau
melintang radial dalam berkas jaringan jari-jari kayu. Saluran getah
pinus terdiri dari saluran
aksial (Vertikal) mengarah dari atas ke bawah dan saluran getah radial
mengarah dari
empulur ke arah luar sejajar dengan jari jari pohon. Saluran vertikal
memanjang batang
biasanya lebih besar dibandingkan saluran ke arah radial dan sering kedua
saluran tersebut
berhubungan dan membentuk jaringan transportasi getah di dalam pohon.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas getah pinus yaitu, faktor
pasif :
kualitas tempat tumbuh, umur, kerapatan, sifat genetis, ketinggian
tempat, sedangkan faktor
aktif adalah kualitas dan kuantitas tenaga sadap serta perlakukan dan
metode sadapan.
Faktor-faktor tersebut dapat diperinci bahwa produktivitas getah
dipengaruhi juga oleh
faktor, luas areal sadap, kerapatan pohon, jumlah koakan tiap pohon, arah
sadap terhadap
matahari, jangka waktu pelukaan, sifat individu pohon dan keterampilan
penyadap serta
pemberian stimulansia.
Produksi getah pinus juga dipengaruhi oleh banyaknya saluran getah yang
dapat
dibuka akibat pembaharuan luka. Arah pembaharuan luka dapat mempengaruhi
banyak mulut
saluran getah aksial dan radial yang terbuka. Selain itu arah pembaharuan
luka dapat
membuktikan keberadaan saluran getah aksial dan radial pada batang pohon
pinus.
Tujuan
Tujuan dari Praktikum ini adalah :
1. Mempelajari penyadapan pinus dengan metode bor dan Ouarre
2. Menentukan kelebihan dan kekurangan metode bor dan Guarre
Prosedur Praktikum
1. Pelajari dengan seksama metode guarre dan metode bor berdasarkan vidio
yang telah
tersedia.
2. Diskripsi kan prosedur kerja dari kedua metode tersebut.
3. Kemukakan kelebihan dan kekurangan kedua metode berdasarkan kriteria :
“ Produktifitas dan kualitas getah
“ Kerusakan pada batang pohon
“ Kesehatan dan pertumbuhan pohon
“« Pelaksanaan kerja
Pelaporan
Setiap praktikan membuat laporan dengan bahasan sebagai berikut :
1. Prosedure kerja metode bor dan Guarre
2. Kelebihan dan kekurangan metode bor dan Ouarre.
PRAKTIKUM
PEMANENAN HUTAN
PENGUKURAN KAYU
Disusun oleh :
Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc. Forst. Trop

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
Il. RUANG LINGKUP KEGIATAN PRAKTIKUM
Ruang lingkup praktikum pengukuran kayu meliputi pengenalan sistem
pengukuran, tata cara (metode) pengukuran, pencatatan hasil pengukuran
dan
perhitungan hasil pengukuran.
Il. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami peraturan pengukuran kayu bulat.
2. Melakukan pengukuran panjang dan diameter kayu bulat
3. Menghitung isi (volume) kayu bulat.
II. ' PENGUKURAN KAYU (SCALLING)
Kayu bulat atau /ogs adalah salah satu hasil penebangan yang memiliki
diameter lebih besar atau sama dengan 20 cm dengan ukuran panjang
tertentu dan
bervariasi tergantung tujuan penggunaan dan sistem pemanfaatan kayu yang
berlaku. Sebagai misal di Perum Perhutani, panjang minimum kayu bulat
sebagai
bahan baku adalah 0,5 m. Dimensi kayu bulat dapat diketahui apabila telah
dilakukan pengukuran kayu.
Dimensi kayu yang perlu diukur adalah panjang dan diameter tanpa kulit.
Kedua variabel tersebut selanjutnya digunakan untuk menghitung isi
(volume)
kayu. Hal yang penting juga dalam pengukuran kayu adalah cara penulisan
hasil
pengukuran. Untuk pengukuran di Indonesia, panjang kayu diukur dalam
satuan
meter dengan kelipatan 10 dan pembulatan ke bawah, sedangkan untuk
diameter
kayu pengukuran dilakukan dalam satuan centimeter dengan kelipatan 1 cm
penuh, sehingga untuk diameter tidak berlaku nilai pecahan dan pembulatan
yang
dilakukan juga ke bawah.
Pengukuran kayu umumnya berguna dalam perhitungan harga jual kayu,
perhitungan rugi laba, penentuan upah buruh, perhitungan pungutan
pemerintah,
dan keperluan statistik. Mengingat pentingnya pengukuran kayu ini, maka
pengukuran kayu harus dilakukan oleh orang yang telah bersertifikasi dan
menggunakan peralatan yang telah terstandarisasi dan sistem pengukuran
yang
telah ditetapkan. Tingkat keakuratan pengukuran kayu ditentukan oleh alat
ukur
yang digunakan dan tujuan akhir penggunaan kayu bulat. Kayu bulat untuk
bahan
baku kayu lapis dan kayu gergajian menuntut keakuratan yang tinggi,
sedangkan
kayu bulat untuk bahan baku serat tidak memerlukan pengukuran yang
akurat.
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM
4.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pita ukur, penggaris,
kalukulator dan alat tulis menulis, sedangkan bahan yang digunakan adalah
sortimen kayu bulat (Jogs).
42. Prosedur
421. Pengukuran Panjang
1.
2.
3.
Tentukan 3 sampel kayu bulat berdiameter lebih dari 30 cm sebagai obyek
pengukuran. Ambillah foto dari ketiga sampel kayu bulat tersebut.
Ukurlah panjang semua sortimen kayu bulat yang sudah ditentukan dengan
pita ukur. Pengukuran panjang dilakukan sekali saja pada jarak terpendek.
Catat hasil pengukuran dan tentukan panjang kayu yang diperlukan untuk
perhitungan volume kayu.
42.2. Pengukuran Diameter
1.
Ukurlah diameter kayu bulat dengan mengukur kedua bontosnya, yaitu
pangkal dan ujung. Pengukuran diameter pada masing-masing bontos
dilakukan sebanyak dua kali.
Pada masing-masing bontos ukur diameter terkecil melalui titik pusat
bontos
(dl). Ukur diameter kedua dengan cara menarik garis tegak lurus terhadap
diameter terkecil melalui titik pusat bontos (d2).
Lakukan pengukuran dengan kulit (tanpa dikupas). Kurangi hasil pengukuran
dengan factor koreksi sebesar 4 cm untuk tebal kulit.
Hitunglah rata-rata diameter dari kedua pengukuran di atas.
Diameter kayu bulat merupakan nilai rataan dari rata-rata diameter
pangkal
dan ujung.
42.3. Perhitungan Volume
1.
Hitunglah volume kayu bulat dengan menggunakan persamaan Brereton
(untuk kayu rimba atau non jati).
V - 0,7854 x (DP xP
Keterangan:
V — volume (m3)
D — diameter (m)
P — panjang (m)
2. Hitunglah volume kayu bulat dengan menggunakan persamaan Smalian
(untuk kayu jati).
V — (B48Y2)L
Keterangan:
V — volume (m3)
B - luas bidang dasar (Ibds) pangkal log (1m?)
S - Ibds ujung log (m2)
L- panjang kayu (m)
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH PEMANENAN HUTAN
MATERI:
PENGUKURAN KAYU
Pembimbing :
Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc. Forst. Trop
Asprak
Disusun oleh :
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2021
Lembar kerja
1. Foto tiga sampel kayu bulat.
2. Sajikan hasil pengukuran panjang kayu bulat yang telah dilakukan:
Batang Panjang (m)
ke- Pengukuran pembulatan dicatat
1
2
3
4
5
3, Sajikan hasil pengukuran diameter kayu bulat yang telah dilakukan:
Batang Diameter (setelah dikurangi tebal kulit 4 cm) Volume Volume
ke- (cm) Smalian Brereton (m3)
Pangkal Ujung (m3)
Rataan Dicatat Rataan Dicatat
Diameter Diameter
1
2
4. Jelaskan mengapa perhitungan volume kayu bulat menggunakan data hasil
pencatatan, bukan hasil pengukuran awal:
5. Sebutkan kerugian sistem pengukuran yang saudara praktekan:
6. Uraikan pengetahuan yang saudara dapatkan dari kegiatan praktikum ini:
PRAKTIKUM
PEMANENAN HUTAN
PENGUJIAN KAYU
(GRADING)
Disusun oleh :
Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc. Forst. Trop

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
IL RUANG LINGKUP KEGIATAN PRAKTIKUM
Praktikum pengujian kayu meliputi pengenalan cacat kayu, pengukuran
dimensi cacat, pengenalan standar kualitas kayu dan penentuan kualitas
kayu ke
dalam kelas-kelas kualitas. Praktikum pengujian kualitas kayu dibatasi
hanya
kegiatan yang terkait dengan kayu bundar (logs).
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengenal jenis-jenis cacat kayu.
Menentukan cacat kayu beserta cara mengukur dimensinya.
Memahami prinsip dan dasar pengujian kualitas kayu.
Melakukan pengujian kayu sesuai dengan peraturan pengujian kayu yang
berlaku.
PDP
Il. PENGUJIAN KUALITAS KAYU
A. Jenis Cacat Kayu
Cacat kayu merupakan ketidaknormalan kayu dari kondisi normalnya.
Cacat kayu ini dapat terjadi secara alami maupun buatan (akibat
intervensi
manusia). Cacat alami adalah cacat kayu yang disebabkan oleh gangguan
proses
fisiologis di dalam kayu itu sendiri, serangan organisme perusak dan
faktor
lingkungan, terutama faktor tempat tumbuh dan iklim. Sedangkan cacat
buatan
disebut juga dengan cacat mekanis, adalah cacat yang disebabkan oleh
kegiatan
manusia, seperti penebangan, pemangkasan, penyaradan dan pengangkutan.
Jenis cacat kayu pada dasarnya dapat dikelompokan ke dalam 2 kategori,
yaitu:
1. Cacat yang mengurangi volume. Jenis cacat kayu ini antara lain adalah
pecah, retak, belah, busuk, gerowong, dan lobang.
2. Cacat yang mengurangi keawetan, ketahanan dan penggunaan kayu. Jenis
cacat kayu ini antara lain mata kayu, serat terpilin, busuk, retak, dan
serangan jamur.
Jenis cacat kayu utama yang banyak ditemukan pada kayu adalah:
1. Gubal busuk, yaitu kerusakan gubal kayu akibat serangan jamur.
2. Hati lobang, rapuh atau busuk.
3. Gerowong.
4. Retak badan, retak bontos, atau retak hati.
5. Pecah, yaitu retak dengan ukuran maksimum 6 mm. Pecah kayu dapat
berbentuk pecah hati, pecah gelang atau pecah busur.
6. Belah, yaitu retak dengan ukuran lebih dari 6 mm.
7. Lobang gerek, dikelompokkan ke dalam tiga ukuran:
a. kecil jika ukuran diameternya « 1,5 mm
b. sedang jika ukuran diameternya 1,5 mm — 3,0 mm
c. besar jika ukuran diameternya » 3,0 mm
8. Kesilindrisan, yaitu perbandingan antara diameter terkecil dengan
diameter
terbesar dinyatakan dalam Yo. Kesilindrisan dapat dikelompokkan ke dalam
tiga kelas:
a. Silindris: jika perbandingan diameter terkecil dengan diameter
terbesar
2 9049
b. hampir silindris: jika perbandingan diameter terkecil dengan diameter
terbesar 60Y4 - 90Yo
c. tidak silindris: jika perbandingan diameter terkecil dengan diameter
terbesar « 60Yo
9. Bengkok, yaitu penyimpangan kayu dari garis lurus sumbu kayu. Kayu
disebut bengkok jika penyimpangan terhadap sumbu kayu lebih dari 1/3
diameter kayu.
10. Mata kayu, terdiri dari:
a. mata kayu sehat: jika bebas busuk, penampang keras, tertanam pada
batang dengan kuat
b. mata kayu busuk: jika lunak atau lapuk
B. Syarat dan Kelas Kualitas Kayu
Setelah proses pembagian batang, selanjutnya dilakukan pengujian
kualitas kayu. Pengujian kualitas kayu adalah menentukan mutu (kualitas)
sortimen kayu bulat berdasarkan persyaratan teknis rencana pengolahan
atau
penggunaan kayu. Prinsip utama pengujian kualitas kayu adalah konsep kayu
bulat terjelek, artinya semua sistem pengujian kualitas kayu memberikan
batas
bawah (standar minimum) yang menetapkan bahwa kayu tersebut tidak dapat
diterima lagi untuk diolah menjadi produk tertentu atau untuk penggunaan
tertentu.
Sistem pengujian kayu yang digunakan tergantung jenis kayu yang akan
diuji. Dasar pengujian untuk kayu rimba menggunakan isi bagian bersih dan
jumah cacat maksimum, sedangkan untuk kayu jati menggunakan dasar
permukaan bersih. Kedua dasar pengujian tersebut sebenarnya menggunakan
prinsip yang sama, yaitu aspek fisik, keberadaan cacat kayu dan isi kayu
bersih.
Syarat kualitas untuk kayu Indonesia pada dasarnya ditentukan oleh
dimensi kayu
(diameter dan panjang), bentuk kayu, keadaan badan kayu dan keadaan
bontos
kayu. Syarat kualitas kayu disajikan pada Tabel 1.
Pelaksanaan pengujian kualitas kayu tidak hanya mempertimbangkan
syarat kualitas kayu, namun pengujian kualitas kayu dilakukan dengan cara
pengujian yang benar. Syarat pelaksanaan pengujian kualitas kayu antara
lain:
1. Kayu bulat yang akan diuji harus sudah dikuliti dan bersih dari
kotoran
yang menempel pada kayu seperti lumpur, batu, logam dan sebagainya.
2. Kayu bulat yang akan diuji harus kelihatan secara keseluruhan (utuh),
tidak ada bagian yang tertutup.
3. Kayu bulat yang akan diuji harus diletakan di tempat yang tidak
terpisah.
Berdasarkan hasil
dikelompokkan ke dalam
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kayu Utama (Prime). Diberi tanda empat bintang.
LDP
pengujian,
selanjutnya
kelas kualitas kayu.
sortimen kayu bulat
Kelas kualitas kayu
Kayu Pertukangan I (First). Diberi tanda tiga bintang.
Kayu Pertukangan II (Second). Diberi tanda dua bintang.
Kayu Pertukangan III (Tlurd). Diberi tanda satu bintang.
Kayu Lokal (Local). Tidak diberi tanda bintang
Tabel 1. Syarat-syarat kualitas kayu bulat rimba Indonesia

Syarat Kualitas
Kualitas Prime (P) First (F) Second (S) Third (T) Lokal
Diameter 240 240 230 230 30
(em))
Panjang Minimum Minimum Minimum Minimum 2,50
(m) 2,50 2,50 2,50 2,50
Bentuk Segar, lurus, Segar, lurus, Segar, boleh Segar, boleh Tidak ada
kayu silindris, serat | hampir tidak lurus, tidak lurus, batasan
lurus, bontos silindris, serat | boleh tidak boleh tidak
siku lurus, bontos silindris, silindris,
siku bontos bontos
tidaksiku/siku | tidaksiku/siku
Badan kayu | panjang pecah | Tdk ada gubal | Tdk ada gubal | Tdk ada
gubal | di luar syarat
1046: mata busuk, lobang | busuk, lobang | busuk, lobang | PF, S dan T
kayu sehat: gerek dan cacing, lobang | cacing, lobang
diameter lobang cacing. | gerek besar « | gerek besar «
maksimum panjang pecah | 3 buah tiap 1 6 buah tiap 1
mata kayu 4 «20Yo, mata m. panjang m. panjang
cm, jumlah kayu sehat: pecah «3040, | pecah « 4046,
mata kayu diameter mata kayu mata kayu
tidak lebih maksimum sehat, sehat:
dari 1 tiap 2 mata kayu 6 diameter diameter
m, jarak antar | cm: jumlah maksimum maksimum
mata kayu «2 | mata kayu mata kayu 8 mata kayu 10
m, tdk ada tidak lebih cm, jumlah cm, jumlah
mata kayu dari 1 tiap 2 mata kayu mata kayu
busuk m, jarak antar | tidak lebih tidak lebih
mata kayu « dari 1 tiap 2 dari 1 tiap 2
1,5 m, tdk ada | m, jarak antar | m, jarak antar
mata kayu mata kayu «1 | mata tdk ada
busuk m, tdk ada batasan, tdk
mata kayu ada mata kayu
busuk busuk
Bontos hati rapuh pecah busur, | pecah busur, | pecah busur, | Cacat
dalam

atau retak hati


dim lingkaran
bontos maks
1/3 diameter
kayu: pecah
busur, pecah
gelang dim
lingkaran

pecah gelang
dim lingkaran
bontos
panjang linier
« YA diameter
bontos,
diperkenankan
ada gerowong

pecah gelang
dim lingkaran
bontos
panjang linier
« 4/4 diameter
bontos,
diperkenankan
ada gerowong

pecah gelang
dim lingkaran
bontos
panjang linier
C1,5 diameter
bontos,
diperkenankan
ada gerowong

bontos « 60Y6
luas bontos
bontos maks atau busuk | atau busuk | atau busuk
1/3 diameter hati, asalkan « | hati, asalkan « | hati, asalkan «
bontos dan 156 luas | 3046 luas | 4046 luas
panjang limer | bontos. bontos. bontos.
«CV, diameter
bontos, tdk
ada gerowong
dan busuk hati

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pita ukur, kalkulator, dan
penggaris, sedangkan bahan praktikum adalah sortimen kayu bundar (logs).
B.
1.
Prosedur
Gunakan sampel kayu bulat pada praktikum pengukuran kayu sebagai sampel
pengujian kayu bulat atau mencari kayu bulat baru. Jumlah sampel kayu
sebanyak 3 kayu bulat dengan diameter ujung minimum 20 cm.
Amatilah keadaan fisik batang kayu contoh tersebut yang meliputi
kesegaran,
kesilindrisan, kelurusan dan ukurlah ciri-ciri fisik tersebut.
Amatilah keberadaan cacat kayu pada seluruh bagian kayu, tentukanlah
jenis
cacat kayu tersebut dan ukurlah dimensinya.
Buatlah sketsa dari kayu bulat contoh tersebut dan gambarkan letak cacat
kayu
pada sketsa yang saudara buat sesuai dengan hasil pengukuran saudara.
Hitunglah dan tentukan besarnya nilai masing-masing jenis cacat yang
ditemukan dan tentukan kualitas kayu bulat tersebut berdasarkan syarat
kualitas yang disajikan pada Tabel 1.
Tentukan kelas kualitas kayu contoh di atas.
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH PEMANENAN HUTAN
PENGUJIAN KAYU
(GRADING)
Pembimbing :
Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc. Forst. Trop
Asprak
Disusun oleh :
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
Lembar kerja hasil pengamatan
Nomor kayu: 1
1. Dimensi kayu
a. Diameter, pangkal ............ cm, ujung ....... cm, rata-
rata ........ cm
b. Panjang, hasil ukur ......... m, pembulatan ........ m,
dicatat.......... m
2. Kesegaran kayu. segar (......), tidak segar (...... )
3. Kelurusan, lurus G...... )». tidak lurus (G....... ). jika tidak lurus
besarnya
simpangan (defleksi) ....... cm, persen bengkok........ Ya.
4. Arah serat, lurus (...... ), spiral (L....... ), terpilin (....... )
5. Pecah/retak/belah
a. Pecah (...... ).panjang......... cm, lebar....... cm
b. Retak (...... ).panjang.......... cm, lebar....... cm
c. Belah (...... ).panjang.......... cm, lebar....... cm
6. Lobang gerek (...... ): jumlah........ buah, diameter lobang......mm,
jika lebih
dari satu sebutkan diameter lobangnya ................J..oWo.
7. Mata kayu sehat (...... ): jumlah........ buah, diameter....... cm,
jika lebih dari
satu sebutkan diameternya .................oooooo aan
8. Mata kayu busuk (...... ): jumlah........ buah, diameter......cm, jika
lebih dari
satu sebutkan diameternya .................o.ooooooo ea
9. Hati Kayu: sehat (......), lapuk (...... )
10. Bontos, siku (......), tidak siku (...... ), luas
bontos: .............cm2
a. Pecah Bontos (......), panjang......... cm, lebar....... cm,
luas: ....... cm2
b. Retak Bontos (......), panjang......... cm, lebar....... cm,
luas: ........ cm2
c. Belah Bontos (......), panjang......... cm, lebar....... cm,
luas: .........cm2
d. Growong (...... ) panjang ........... cm, diameter.......... cm, luas:
.... cm2
11. Sebutkan informasi lainnya yang saudara dapatkan:
12. Foto sampel kayu bulau, jenis dan lokasi cacat kayu yang ditemukan.
Catatan:
- Berikan tanda W” untuk menyatakan “ada”, dan “x” untuk menyatakan
“tidak
ada” pada kurung yang disediakan.
Nomor kayu: 2
1. Dimensi kayu
a. Diameter, pangkal ............ cm, ujung ....... cm, rata-
rata ........ cm
b. Panjang, hasil ukur ......... m, pembulatan ........ m,
dicatat.......... m
2. Kesegaran kayu. segar (......), tidak segar (...... )
3. Kelurusan, lurus G...... )». tidak lurus (G....... ). jika tidak lurus
besarnya
simpangan (defleksi) ....... cm, persen bengkok........ Ya.
4. Arah serat, lurus (...... ), spiral (L....... ), terpilin (....... )
5. Pecah/retak/belah
a. Pecah (...... ).panjang......... cm, lebar....... cm
b. Retak (...... ).panjang.......... cm, lebar....... cm
c. Belah (...... ).panjang.......... cm, lebar....... cm
6. Lobang gerek (...... ): jumlah........ buah, diameter lobang......mm,
jika lebih
dari satu sebutkan diameter lobangnya ................J..oWo.
7. Mata kayu sehat (...... ): jumlah........ buah, diameter....... cm,
jika lebih dari
satu sebutkan diameternya .................oooooo aan
8. Mata kayu busuk (...... ): jumlah........ buah, diameter......cm, jika
lebih dari
satu sebutkan diameternya .................o.ooooooo ea
9. Hati Kayu: sehat (......), lapuk (...... )
10. Bontos, siku (......), tidak siku (...... ), luas
bontos: .............cm2
a. Pecah Bontos (......), panjang......... cm, lebar....... cm,
luas: ....... cm2
b. Retak Bontos (......), panjang......... cm, lebar....... cm,
luas: ........ cm2
c. Belah Bontos (......), panjang......... cm, lebar....... cm,
luas: .........cm2
d. Gerowong (...... ). panjang ........... cm, diameter....... cm,
luas: .... cm2
11. Sebutkan informasi lainnya yang saudara dapatkan:
12. Foto jenis cacat kayu yang ditemukan.
Catatan:
- Berikan tanda W” untuk menyatakan “ada”, dan “x” untuk menyatakan
“tidak
ada” pada kurung yang disediakan.
Nomor kayu: 3
1. Dimensi kayu
a. Diameter, pangkal ............ cm, ujung ....... cm, rata-
rata ........ cm
b. Panjang, hasil ukur ......... m, pembulatan ........ m,
dicatat.......... m
2. Kesegaran kayu. segar (......), tidak segar (...... )
3. Kelurusan, lurus G...... )». tidak lurus (G....... ). jika tidak lurus
besarnya
simpangan (defleksi) ....... cm, persen bengkok........ Ya.
4. Arah serat, lurus (...... ), spiral (L....... ), terpilin (....... )
5. Pecah/retak/belah
a. Pecah (...... ).panjang......... cm, lebar....... cm
b. Retak (...... ).panjang.......... cm, lebar....... cm
c. Belah (...... ).panjang.......... cm, lebar....... cm
6. Lobang gerek (...... ): jumlah........ buah, diameter lobang......mm,
jika lebih
dari satu sebutkan diameter lobangnya ................J..oWo.
7. Mata kayu sehat (...... ): jumlah........ buah, diameter....... cm,
jika lebih dari
satu sebutkan diameternya .................oooooo aan
8. Mata kayu busuk (...... ): jumlah........ buah, diameter......cm, jika
lebih dari
satu sebutkan diameternya .................o.ooooooo ea
9. Hati Kayu: sehat (......), lapuk (...... )
10.Bontos, siku (......), tidak siku (...... ), luas
bontos: .............cm2
a. Pecah Bontos (......), panjang......... cm, lebar....... cm, luas:
kawakan cm2
b. Retak Bontos (......), panjang......... cm, lebar....... cm, luas:
Lanaaaan cm2
Cc. Belah Bontos (......), panjang......... cm, lebar....... cm, luas:
penanaaan cm2
d. Growong (...... ). panjang ........... cm, diameter.......... cm,
luas: .... cm2
11.Sebutkan informasi lainnya yang saudara dapatkan:
12.Foto jenis cacat kayu yang ditemukan.
Catatan:
- Berikan tanda W” untuk menyatakan “ada”, dan “x” untuk menyatakan
“tidak
ada” pada kurung yang disediakan.
Pembahasan dan Kesimpulan
Jenis cacat yang mengurangi kualitas kayu yang ditemukan pada kayu bulat:
Sampel 2: oo.
Sampel 3: oa
Sampel 1 memiliki kualitas kayu......... Joo.
Argumen/AlaSan: .............ooooon nan
Sampel 2 memiliki kualitas kayu......... Joo.
Argumen/AlaSan: .............ooooon nan
Sampel 3 memiliki kualitas kayu......... Joo.
Argumen/AlaSan: .............ooooon nan
MINGGU 13
PENGENALAN ALAT PEMANENAN MEKANIS (CHAINSAW)
1. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa mengenal komponen Chainsaw, termasuk komponen safety.
2. Mengetahui engine chainsaw dan prinsip kerja engine chainsaw
2. Pengantar Praktikum (Pemahaman praktis)
Chainsaw
Chainsaw (gergaji rantai) adalah gergaji yang menggunakan mesin untuk
menggerakkan rantai gergajinya. Pada awalnya orang menebang atau
memotong kayu dengan gergaji manual. Setelah mesin ditemukan maka mesin
diaplikasikan pada gergaji untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi.
Chainsaw pada awalnya pembuatan adalah chainsaw yang berat dan besar
(debih dari 60 kg) bahkan dioperasikan secara stationer oleh lebih dari
satu
orang operator. Pada saat ini chainsaw sudah mengalami puluhan kali
modifikasi bentuk dan aplikasi teknologi terbaru sehingga lahirlah
chainsaw
dengan teknologi mutakhir berupa chainsaw lebih kecil lebih ringan dan
putaran mesin yang sangat cepat (“15 rpm). Beberapa merk chainsaw terbaru
tidak menggunakan engine berbahan bakar minyak tetapi menggunakan tenaga
listrik. Chainsaw terbaru juga dilengkapi dengan pengaman/ penangkap
rantai,
rem rantai, anti vibrasi serta pelumasan otomatis. Teknologi bahan pada
bilah
(guide bar) ga semakin berkembang sehingga diaplikasi bilah yang lebih
ringan
tetapi tahan terhadap gesekan, tekanan dan panas. Semua hal ini
dimaksudkan
untuk memberikan kenyamanan dan keselamatan kerja bagi operator chainsaw
sekaligus meningkatkan produktivitas kerjanya.
Chainsaw (gergaji rantai) digerakkan dengan motor dua tak yang
mempunyai 1 (satu) silinder. Sistem penyalaannya berasal dari arus
induksi
magnit. Berbahan bakar bensin dengan menggunakan karburator untuk
meramu bensin dengan udara. Karburator chainsaw tidak mempergunakan
pelampung tetapi mempergunakan membran pemompa dan membran pengatur
sehingga mesin dapat hidup dalam segala posisi. Selain hal tersebut
terdapat
kopling untuk menyalurkan tenaga mesin ke titik pemamfaatan tenaga pada
mata gergaji. Kopling bekerja secara otomatis dengan sistem sentrifugal
yang
dapat mengembang pada putaran tinggi dan berkerut apabila putaran rendah.
Komponen Chainsaw
Komponen Chainsaw dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu:
. Body
e Engine
. Bilah dan rantai
Body atau badan atau rangka adalah tempat komponen engine (motor),
clutch,
alat pengatur serta tempat ditambatkannya guide bar dan chain. Pada body
ini
juga ditambatkan karburator, tangki pelumas, tangki bahan bakar, pengaman
rantai, pegangan (handle), dan starter.
Engine atau motor adalah mesin penggerak/pembangkit tenaga berupa motor 2
tak untuk menghasilkan energi mekanik yang memutar sumbu engkol yang
pada akhirnya menggerakkan rantai. Besarnya engine sejalan dengan besar
tenaga yang dihasilkannya, tetapi yang lebih utama pada chainsaw adalah
Jumlah putaran sumbu engkol (rpm). Makin tinggi rpm yang dihasilkan makin
cepat rantai berputar. Akin cepat rantai berputar paka makin cepat
mengerat
atau memotong kayu.
A. Body (badan) chainsaw
Berikut adalah body chainsaw dan komponennya (tampak luar)

MN 1 Carburetor box cover twist lock


fa | 2 Spark plug boot
LA 3 Handle heating switch”
4 Chain sprocket cover
5 Chain sprocket
6 Chain brake
1 Chain catcher
8 Chain tensioner
9 Bumper spike
10 Guide bar
M1 Oilomatic saw chain
12 Oil filler cap
13 Muffler
14 Front hand guard
15 Front handle (handlebar)
16 Decompression valve”
1 Starter grip
18 Fuel filler cap
19 Master Control lever
20 Throttle trigger
21 Throttle trigger interlock
22 Rear handle
Gambar 1. Body (badan) chainsaw (tampak luar)
Komponen Safety wajib pada chainsaw:
1. Hand guard (rear dan front)
2. Chain brake
3, Chain cather
4. Trottle with trigger interlock
5. Muffler with spark arestor
B. Engine (motor) chainsaw
Engine chainsaw adalah engine 2 tak dengan volume silinder tertentu
tergantung ukuran dan besarnya tenaga yang dihasilkan.
besarnya tenaga yang dan beratnya chainsaw dikelompokkan sebagai
Berdasarkan

berikut:
Kelas Berat(kg) Tenaga (PK)
Ringan 10 3-4
Sedang 10-12 4-6
Berat 212 6-8

Ada juga yang mengelompokkan chainsaw ini atas 3 kelompok berdasarkan cc


enginenya yaitu : kecil (40 cc), sedang (40-60 cc), besar (“60 cc).
Secara umum komponen utama engine chainsaw adalah sebagai berikut:
Cylinder (silinder)
Piston (zuiger)
Piston pin (pen)
Connecting rod (stang piston)
Crankshaft (sumbu engkol)
Valves

Crankshaft

ih
(own
- oa
Connecting
Rod
Gambar 2. Komponen utama engine
e Prinsip Kerja Engine
Prinsip kerja/langkah engine secara umum adalah sebagai berikut:
o Intake : Tangkah pemasukan bahan bakar
o Compression : Langkah pemampatan/penekanan bahan bakar
o Power : Langkah tenaga
o Exhaust : Tangkah buang
Secara umum keempat langkah kerja engine dibawah ini (4 tak)

Gambar 3. Empat Langkah kerja engine


e Engine 2 tak chainsaw
Pada prinsip kerja mesin 2 tak chain saw langkah intake ketika piston
bergerak ke titik mati atas sambil melakukan gerak compression.
Selanjutnya langkah power diikuti dengan exhaust.
Kompresi: piston bergerak ke titik mati atas sambil mengkompresii bahan
bakar yang terlah berada di ruang bakar (combustion chamber)
Intake : bahan bakar masuk dari saluran masuk ke ruang bakar (combustion
chamber)
Power : sesaat sebelum piston mencapai titik mati atas terjadi pembakaran
bahan bakar yang selanjutnya menggerakkan piston menuju titik mati
bawah.
Exhaust : katup buang atau lubang pengeluaran terbuka sehingga sisa
pembakaran dibuang keluar.
Khusus untuk prinsip kerja engine 2 tak chainsaw langkah kompresi
diikuti exhaust ketika piston bergerak ke titik mati atas dan sumbu
engkol
berputar setengah lingkaran. Selanjutnya terjadi pembakaran bahan bakar
oleh busi sehingga terjadi langkah power diikuti dengan langkah intake,
dan
sumbu engkol berputar setengah lingkaran. Satu putaran sumbu engkol 2
kali gerak piston empat prinsip kerja selesai dikerjakan inilah yang
maksud
kerja mesin 2 tak.

Gambar 4. Engine 2 tak chainsaw


Selain komponen utama engine tersebut juga terdapat
. carburator dan filter udara
. clutch (shoe, drum, sprocket)
e starter
Daftar Pustaka
Husgyvarna, 1990. Work Technigue for Felling and Limbing. Husgvarna.
Sweden
Nagato, 1992. Keterangan Mengenai Pengguanaan Gergaji Rantai. JICA
dan Sabah Forestry Development Authority. Kinibalu, Sabah.
Malaysia.
Blount, Inc. 1997. Maintenance and Safety Manual. Chain Guide bar and
Drive Sprocket. Oregon Cutting System Division. Portland, Oregon
Blount, Inc. 1998. Mechanical Timber Harvesting Handbook. Oregon
Cutting System Division. Portland, Oregon
Soenarso R, Soewito, I.Soemantri, Widodo, 1972. Penuntun Pemeliha-
raan Gergaji Mesin. Publikasi Khusus, Lembaga Penelitian Hasil
Hutan, Bogor.
3. Tugas Praktikan/Mahasiswa:
1. Menggambar komponen bagian engine chainsaw
2. Menggambar komponen body dan bagian lainnya dari chainsaw
3. Menggambar /mengidentifikasi bagian safety pada chainsaw (gambar dan
keterangan safety)
4. Format laporan:
1. Pendahuluan (pemahaman teoritis praktis)
2. Gambar dan fungsi komponen bagian engine chainsaw
3. Gambar dan fungsi komponen body chainsaw dan bagian lainnya.
Pertemuan XIII
Pengenalan Alat
Tebang Mekanis
Chainsaw
Praktikum Pemanenan Hutan

Fakultas Kehutanan dan Lingkungan | Departemen Manajemen


Hutan
Outline 0
Chainsaw (komponen utama)
Fitur keselamatan Chainsaw
Engine 2 Tak Chainsaw
Pengoperasian Chainsaw
Rantai Chainsaw dan kesalahan penajaman
Teknik penajaman rantai
Waspada Kickback
Alat Pelindungan Diri
Tugas Praktikan dan Sumber Pustaka
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
TRIVIA 0
|. Jelaskan komponen bagian chainsaw!
2. Apa saja fitur keselamatan pada chainsaw'?
3. Bagaimana mekanisme kerja mesin chainsaw sehingga rantai bisa memotong
kayu!
4. Jelaskan komponen rantai chainsaw!
5. Jelaskan teknik mengoperasikan chainsow!
6. Jelaskan bahaya kickback pada chainsaw!
/. Alat pelindung diri (APD) apa saja yang diperlukan jika mengoperasikan
chainsaw'?
C
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Chainsaw
Bagian-Bagian
Hi Body
MI Engine
MI Bilah (guide bar) dan rantai (chain)
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Chainsaw
Fitur
Keselamatan
MI Hand guard (rear and front)
MI Chain brake
HI Chain catcher
MI Throfttle frigger lockout
MB Muffler with Spark Arrestor
BB Components of anti-vibration system
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Bagian Chainsaw
Pelindung tangan depan
Rem rantai
Pelindung tangan belakang

Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw


| Bagian Chainsaw |
Throftle trigger lock out
Pengunci pemicu gas 2

?
IN)
("3
Ae
” N ti j 3 ik
— A4rO712009
"203 Oi 06 001 93
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
| Bagian Chainsaw |
£
Rear hand guard
Pelindung tangan
belakang

Cc
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Bagian Chainsaw
KY) 5
Pencengkeram
Chain catcher
Penangkap rantai
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Bagian Chainsaw
1410112009
Anti vibration component
Komponen peredam
getaran

Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw


Bagian Chainsaw
Muffler
35
GO
XM
G
0

O
.
G
0
Tanki

Tanki pelumas
(Co,
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Bagian Chainsaw

Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw


G,
Bagian Chainsaw

&
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Bagian Body Chainsaw 0
Engine/motor bakar 2 fak
Tangki pelumas dan bahan bakar
Clutch dan sprocket
Spike
Mufler
Starter dan wire rope
Pegangan depan dan pegangan belakang
Alat kontrol (pemicu gas, swifch, choke, tombol pelumas manual)
Alat pengaman (pengunci gas, sfopper/penangkap rantai) (3
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
A SINGLE CYLINDER ENGINE
Gambar secara rinci engine
( 14,
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
L
Chain

na 3 Inside Mount
FN Pad
(na
Pivot Arm
Mount Pad

/
ad /
a /
aa
(4

Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw


15
Pengoperasian
Chainsaw
YOUR CHAIN MUST BE WELL LUBRICATED
- (eaesek KAN NY Gala aaran ear Oa han, "
4 1
A
L
Yaa kara 3 Ga Gr OI UR OK € MG KA ha

Gunakan pelumas/oli baru!


Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
(5
Pengoperasian
Chainsaw

Bahan bakar
Bensin : Oli - 25 : 1
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
G,
Pengoperasian
Chainsaw

NM 6loveei
Menghidvupkan/start

(
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Pengoperasian
Chainsaw
AA un SL)
Dangers of kickback
Kickback can result
in serious or fatal
injury.

Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw


G,
| Pengoperasian |
Chainsaw

Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw


Rantai Chainsaw
Bagian-Bagian
) pengerat
1 | penggerak
/ | | pengina
LP D Uu
1G AC-PI9 20 0086 ok
Cr
L

MH Cufter (Pengerat)
MI Drive link (penggerak)
MI Tie strap (pengikat)
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Ge,
Pengoperasian
Chainsaw

Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw


G,
Pengoperasian
Chainsaw

9 0 0 0
(a) salah bsalah) c (benar)
Kesalahan penajaman
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Pengoperasian
Chainsaw
1
0“ ama
—..—..naununan

Kesalahan penajaman
Cu,
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Chainsaw
| Pengoperasian |
rantai pengerat kiri
|

"HIM . jarak tidak sama karena ukuran tidak sama


rantai pengerat kanan
Kesalahan penajaman
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
G5,
Pengoperasian
Chainsaw

potong agar ukuran tetap

Teknik penajaman
Gs,
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Pengoperasian
Chainsaw

Teknik penajaman
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
G,
Pengoperasian
Chainsaw

Teknik penajaman
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Gs,
Waspada Kickback

ure 21

Fig
Kickback

Figure 23

Dead guarter
@&,
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Mengurangi Resiko Kickback
Genggam chainsaw handles dengan telunjuk dan jempol.
Jangan menggengam terlalu keras (Ioss of control).
Jangan mengoperasikan chainsaw di atas bahu.
Operasikan chainsaw pada kecepatan penuh
Mata gergaji selalu tajam dengan ketegangan yang memadai
Hindari menggunakan bagian bilah kickback zone
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
(N
Alat Pelindung Diri
Pelindung
HI Kepala
HI Mata
MI Telinga
gi Kaki
MH Tangan
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
&,
Tugas Praktikan I
1) Mendeskripsikan fitur keselamatan pada chainsaw:
2) Menjelaskan bagian utama chainsaw:
3) Menjelaskan teknik menggunakan chainsaw:
4) Menjelaskan potensi bahaya pada chainsaw.
Dikerjakan dan disampaikan ke asisten secara daring membuat multimedia
Objek : cari gambar chainsaw atau buat chainsaw dari lembaran styrofoam
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
Sumber Pustaka I
Husgvamna, 1990. Work Technigue for Felling and Limbing.
Husgvarna. Sweden
Nagato, 1992. Keterangan Mengenai Pengguanaan Gergaji
Rantai. JICA dan Sabah Forestry Development Authority. Kinibalu,
Sabah. Malaysia.
Blount, Inc. 1997. Maintenance and Safety Manual. Chain Guide
bar and Drive Sprocket. Oregon Cutting System Division.
Portland, Oregon
Blount, Inc. 1998. Mechanical Timber Harvesting Handbook.
Oregon Cutting System Division. Portland, Oregon
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw
MB PerHatiaNnN
MEMBUTUHKAN KEAHLIAN KHUSUS
JANGAN DITIRU!
Disclaimer: All content provided by this channel if mean for
educational purpose only. “Any action you take upon the
information on this video is strictly at your own risk”, and we
will not be liable for any losses and injuries in connection with
ihe use this video.
Pertemuan 13 | Pengenalan Alat Tebang Mekanis Chainsaw

Anda mungkin juga menyukai