Anda di halaman 1dari 160

K LryS{'rRU KSU UAulAN RAYA

BUITU I
GEOIIIETRII( JALAIT

M-MSAODANGMSCE

IDET-EIIIIIT NOYA
#ffitfrufr

BUI(U I

GEOMETRII( JAI,AIT

IR. HA]IIINHAN SAODANG MSCE.

PENERBTT NOVA
KOIAK POS 1468 BANDUNG
Saodan!,f,amlrhan

tr(onstruksl Jalan Baya/oleh Hsmirhon Soodong


Cetokqn II. ----- Bcndung : Novar 2OIO.
3 jil. 16x23 cm.

Isi :
1. GEoMEIRIKIALAN.
2. PERANCANGAN PEnIGRASAN JAIJTN nAyA"
l. SIRUKIUR & KONSIRUI$IJAUIN RAYA"

Bibliografi zhlm.2?6 ilirtedifr4a;Lan ttnhil

kedua olohg tuo , dor


ISBN 979 - 95847 -2-8 no.iil.lengkcp)
rsBN 979-95847-3-6 iil. l )
beLuatgoku
ISBN 979 - 95847 - 4- 4 iil. 2) ,

rsBN 979 - 95847 -5 -2 iil.3 )


*rrh$, tiln,<17Y,li-

1. Jalan Raya l. KONSTRUKSIJAI-AN RAYA

625.7

Hak cipta dilindungi Undang - Und"nr:;, ,,,,,

Dilarang memperbanyak karya.*"flqdi rufrgirn atau seluruhnya,


dalam bentuk dan dengan .rr" Iffipriii'termasuk stensil, fotokopi,
tanpa ijin tertulis dari penerbit.
IEAIFA PENGaANqtrAR

onstruksi Jalan mempunyai peranafl yang cukup besar dalam

u< tatan^n perkembangan pembangunan Nasional. Dalam


kelompok sektor Transportasi ; jalan raya berpotensi sebagai
penyedia akses transportasi iasa dan barang keseluruh wilayah
cakupan perencanaan, yzng betdampak sebagai komponen akselerasi
pembangunan wilayah maupun regional. Sebagai salah satu moda
transportasi darut, jalan raya merupakan komponen pemicu dinamika
pembangunan ekonomi secara umum, pembangunan tata ruang secafa
khusus, dan lebih spesifik lagi, sebagai unsur pengembang dari potensi-
potensi sumber dzya alamiah yang belum muncul, ataupun sumber-sumber
potensi sumber daya yang sudah muncul, direvitalisasi untuk lebih
diarahkan pada potensi yang lebih berday^- gan .
Perkembangan konstruksi jalan r^ya, terurama pembangunan
ialan raya mengalami pasaflg surut, mengikuti irama perkembangan
pembangunan Nasional. Hal ini berdampak luas pada pengembangan
s rana dan prasarafla transportasi dan lingkungan disekitarnya, bahkan
dalam skala yang lebih luas. lagi, yaitu pembangunan ekonomi wilayah
yang bersaflgkutan. Tidak bedebihan kalau dikatakan bahwa kebutuhan
akan pembangunan konstruksi jalan raya akan semakin menumbuhkan
dan meningkatkan perkembangan pembangunan Nasional.
Dalam periode saat ini pembangunan ialan raya, terarsa. makin
surut dibandingkan dengan dekade 197U an, seiring dengan makin
terbatasnya dana pembangunan yang dimiliki pemerintah. Alokasi dana
pembangunan lebih banyak diarahkan untuk menat:a kembali struktur
ekonomi yang sempat terpuruk selama beberapa waktu. Sehingga banyak
ruas-ruas jalan terutama poros ekonomi, diseluruh Indonesia meros()t
tzizm dalam memberikan pelayanan transportasi angkutan barang maupun
iasa. Disatu pihak ialan baru dalam skala besar sama sekali tidak arla
pembangunan, selama sepuluh tahun tetakhir ini, ialan-jalan lamapun,
makin lama makin banyak yang mengalami degradasi struktur yflnl',
berdampak pada berubahnyzpetaialan mantap yang relatif sudah lurniryurr

I
I'ONSTBUKSIJAI,AN
DTIflT r . nrnllml? rAI A\I
Koto Pe.ngontot

DA.F!f,TAR [S[
baik pada periode 198Gan. Banyak ialan yang kembali mengalami kondisi IIAI,\MANJUDUL
kritis dan bahkan ada beberap^yaflg putus sama sekali. I(ATA PENGANTAR I

Hal seperti ini, tentunya akzn memberikan banyak pekeriaan I)AFTAR ISI iii
tambahan bag para pengelola dan pembina ialan raya, tervtama pembina
jalan di tingkat pemedntah daerah, padz erz otonomi daerah sepetti BAB 1. PENDAHULUAIN.
sekarang ini. Disisi lain mungkin pula banyak pelaksana, pengawas dan
pemerhati jalan makin kuatir, berapa lama kondisi seperti ini akan 1.1,. ' Pengantar ......... " 1

bedangsung. Insya Allah, kita semua berharap mudah-mudahan derap 1.2. Lingkup Bahasan..... 2
pembangunan akan melangkah ltgr, dan tentunya demikian pula dengan 1.3. Istilah dan Pengertt^nnya....... 2
pembangunan s t^na. dan prasana termasuk ialan tzya, akan berdenyut
kembali. BAB 2. KONSEP DASAR DAN PARAMETER GEOMETRIK
Dalam hal ini, penulis hznya memberikan sedikit sumbang pikir, JAI-AN RAYA
berupa buku Konsttuksi Jalan ini. Buku Konstruksi Jalan disusun meniadi
3 ( tiga ) buku, dengan tidak menutup kemungkinan berkembang dan 2.1. Kompetensi Geometrik Jalzn&aya 19
bertambah lagi. 2.2. Pengertian Perunczngan Geometrik................ 20
Sementara kami susun : 2.3. ParameterPerancanganGeometrikJalanRaya........ 21,
)BukuI : Geometrik J a,ltn R.:aya 2.4. Karakteristik Pemakai Ja1an........... 43
) Buku II : Perancangan Perkerasan Jalan Rayz.
) Buku III : Struktur & KonstruksiJalan Raya. BAB 3. KRNERIA PERANCANGAN GEOMETRIKJAT.AN
RAYA.
Secara umum, pembahasan materi didalam ketiga buku tidak
bersambung, jadi berdiri sendiri, namun merupakan satu kesatuan bahasan 3.1.. Persyaratan Geometrik JalznRaya 46
yaitu Konstruksi Jalan, yang memang mempunyai cakupan yang luas. 3.2. Penetapan dan PemetaznTnseJalan.............. 54
Siapapun yang ingin memiliki hanya, salah satu dari ketiga buku, tidak
akan kehilangan konteks materi pembahasan, karena memang tidak saling BAB 4. ELEMEN GEOMETRIK.
terkait langsung.
Walaupun buku-buku ini fauh dari sempurna., harzpan penulis 4.1.. Elemen dan Komponen Geometrik 57
dapat menerima masukan dari siapa saia, untuk lebih disempurnakan lagi, 4.2. Alinyemen Horisontal 57
untuk ikut beqpartisipasi dalam sasaran nasional, mencerdaskan bangsa. 4.3. Alinyemen Vertikal 108
4.4. Koordinasi Alinyemen 129

Bandung, Medio 2004.

Femu[f,s"
lll
I(ONSTNUKSIJAIIAN
BUKU T: GEOMETRIKJAU,N
Iv Do6ton Isi K()NS'I'RIIKiiI JAI,AN BUKU I: GEOMETRIKJAIAN

LampiranTc : Tabel Parameter Irngkung SCS3.......... 24tl


BAB 5. GEOMETRIK PERSIMPAI\GAI\. l,ampiran 8a : Tabel Parameter kngkung SCS4.......... 249
l,ampiran 8b : Tabel Parameter kngkung SCS4.......... 2s0
5.1. Simpang Sebidang... 150 [,ampiran 8c : Tabel Parameter I-engkung SCS4.......... 251
i
5.2. Simpang Tidak Sebidang.... 167 I-ampfuan9a : Tabel Parameter kngkung SCS5 ...;.....i...... 1............ 2s2
Lampiran 9b : Tabel Parameter kngkung SCS5.......... 2s3
BAB 6. PROSEDUR DAIN I-ANGKAH.IANGKAH Lampiran 10 Tabel Parameter kngkung SS,................:................. 2s4
PERANCANGAN. Lampiran 11 Tabel Parameter kngkung SSr.............. 255
l,ampiran 72 Tabel Parameter kngkung SSr.............. 256
6.1,. Prosedur erancangzn Geometrik J alan Raya ..........
P 773 Lampiran 13 Tabel Parameter kngkung SS0.............. 257
6.2. Pekerjaan Galian dan Timbunan 177 Lampiran 14 Tabel Parameter kngkung SSu............... 258
6.3. Pedoman Rancangan 182 Tabel Parameter kngkung 259
Lampiran 15 SSu...........,...
Lampiran 16 Tabel Parameter kngkung SSr.............. 260
BAB 7. STAKE-OUT GEOMETRTKJAT-AN. Lmpkan 17 Tabel Parametet kngkung SSr.............. 26t
Lampiran 18 Tabel Parameter kngkung SSr............... 262
7.1. Pematokan Lintasan Lurus 190 L,mpfuan 1,9 Tabel Parameter kngkung SSro ............ 263
7.2. Pematokan Sumbu Rencana AsJalan 194 I-ampiran 20 : Tabel Parameter kngkung SS,,............ 264
7.3. Cara Pengukuran Jarak dan Pembuatan Tangen di
l-,ampfuan21 Tabel Konversi Menit ke Desimal 265
I-apangan 197 266
Larnpfuan 22 Tabel Pelebaran di Tikungan .................
7.4. Cara Pembuatan Garis Saling Tegak Lurus 199 Lampiran 23 Tabel kbar l.alur dan Bahu Jalan............ 267
7.5. Mengatasi Masalah Rintangan di Lapangan ............ 202 Lampfuan 24 Alinyemen Horisontal, Vertikal dan Superelevasi. 268
7.6. Pematokan kngkung Horisontal. 210 269
Lampfuan 25 Penampang Melintang J alan ............
7.7. Pematokan kngkung Vertikal..... 230

DAFTAR PUSTAKA 236


DAFTARIAMPIRAN 237
Lampiran 1 238
Lampfuan 2 Tabel I^, 239
Lampiran 3 Tabel I*, 240
I-,ampiran 4 Tabel I^o 241
Lampiran 5a Tabel Parameter kngkung SCS, .......... 242
Lampiran 5b Tabel Parameter kngkung SCS, .......... 243
l-ampiran 6a Tabel Parameter kngkung SCS2.......... 244
Lampiran 6b Tabel Parametu kngkung SCS2.......... 245
I-,ampiran 7z Tabel Parameter kngkung SCS........... 246
l,ampiran 7b Tabel Parameter kngkung SCS3.......... 247
BAB 1
PEUUDffiASU
I.I. PENGANTAR

ETill ransportasi secara umum dicirikan dengan digunakannya berbagai


rJ moda transportasi oleh manusia untuk melakukan-. mobilitas
kegiatan dalam rangka memenuhi hajat hidupnya. Moda transPortasi yang
ada, bila ditiniau dari geografis fisik, adalah transportasi darat, laut, sungai,
danau dan udara.
Transportasi darat meliputi ialan raya dan jalan re[, transportasi udara
diwakili angkutan pesawat terbang, transportasi air (laut, sungai, danau
dlt.) meliputi perahu, speedboat, iet{oaster. ferry kapal laut dan lain
sebagainya.
Jalan Raya sejak mulai awal dirintis, hanya berupa lintas lalu lalang
manusia untuk mencari nafkah dengan jalan kaki, atau menggunakan
kendaraan sederhana beroda tanpa mesin. Makin lama perkembangan jalan
berkembang dengan pesat, seiring dengan perkembangan teknologi yang
melahirkan macam-macam kendaraan bermesin mulai dari beroda tiga,
empat sampai lebih dari empat. Dari semula hanya sebagai alat bantu
manusia menemukan sumber makanan, berkembang menjadi merupakan
sarana pelayanan iasa angkutan manusia, barang dan bahkan meniadi
sarana pengembangan wilayah dan peningkatan ekonomi. Dengan pesatnya
perkembangan ialan ini, yang semula hanya dibuat "asal jadi" saia,
belakangan mulai dipikirkan syarat-syarat jalan, agar dapat melayani
pengguna jalan dengan nyaman, aman, sehat dan cepat, bahkan belakangan
ini disyaratkan untuk memenuhi berwa'nasan lingkungan.
Persyaratan geometrik jalan, adalah salah satu dari perryaratan-
persyaratan yang ada, untuk memberikan kenyamanan, keamanan dan
kecepatan tersebut diatas. Banyak syarat-syarat lain diluar syarat geometrik
ini, yang merupakan persyaratan konstruksi jalan secara umum, meliputi
antara lain persyaratan struktur jalan, persyaratan bahan ialan, persyaratan
pelaksanaan jalan dan lain-lain.
KONSTBIIKSIJALAN BUKU r : GEOME'IRIKJAI,A,N I I'rtlol(u0,uur

1.3.1.1. KlassifikasiJalan Menurut Fungsi fPerunrn z

umum Konstruksi Jalan Raya tidak hanya terbatas pada


Secara
Geometrik Jalan saja, namun untuk pegangan dasar bagi pemerhati,
(A). Sistem Jaringan Jalan Primer
pelaksana,pengawas.. d_an siapap.r. yr.rj be.k-.p"ntingan
dilam disiplin
ilmu ini, Geometrik Jalan merupakan bekal awal ,rriuk mendarami dan
memahami pengertian dasar dari suatu bentukan konstruksi yaitu - Jalan Arteri Primer,
Konstruksi Jalan Raya. sesudahnya baru didekati lagi dengan pendekatan - Jalan Kolektor Primer, dan
struktur, yang lebih mengarah pada bentuk fisik dai kekuatan
konstruksi
- Jalan l.okal Primer
ialan, yang memerlukan penelaahan perencanaan yang lebih matang dan
akurat. (B). Sistem Jaringan Jalan Sekunder

1.2. LINGKUP BAHASAN - Jalan Arteri Sekunder,


- Jalan Kolektor Sekunder dan
-
cakupan dari buku Konstruksi Jalan - Buku r : Geometrik
Jalan
- Jilan tokal Sekunder
Raya ini, akan terdiri dari:
) Penjelasan Umum mengenai Geometrik Jalan, (A) SistemJaringanJalanPrimer
) Maksud dan Tujuan perencanaan GeometrikJalan,
) Konsep Dasar perencanaan Geometrik
Jalan, Jaringan Jalan Primer adalah jalan yang menghubungkan
Sistem
) PersyaratanGeometrik. simpul-simpul jasa distribusi dalam Struktur Pengembangan'Wilayah,
) Komponen GeometrikJalan dengan ketentuan sebagai berikut:
) Alinyemen Horisontal dan persyaratannya, (i) Didalam satu Satuan \i7ilayah Pengembangan, system jaringan jalan
) Alinyemen Vertikal dan persyaratannya . primer, menghubungkan kota jenjang kesatu, kedua, ketiga dan jenjang
) GeometrikPersimpangan dibawahnya, secara terus menerus sampai ke persil.
) Prosedur dan pedoman (ii) Antar Satuan t0(rilayah Pengembangan, system jaringan primer
) Stake-out menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu.
- Jalan Arteri Primer, menghubungkan kota jenfang kesatu, yang terletak
bcrdampingan, atau menghubungkan kota ienjang kesatu dengan kota
_ Pada setiap bahasan yang dianggap perlu disertakan contoh<ontoh jenjang kedua.
pemakaian berikut perhitungao.ryr, yr.g diharapkan dapat
menuntun - JalanKolektor Primer, menghubungkan kota ienjang kedua dengan kota
mahasiswa untuk lebih memahami persoalan yrrrg ada.
jenjang kedua, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang ketiga, atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kot.r
I.3. ISTIII\H DAN PENGERTIANT{YA
ienjang ketiga.
- Jalan Lokal Primer, menghubungkan kota jenjang ketiga deng,lrr kot.r
1.3.1. KrltsslFriQ{,srJALAN
icnjang ketiga, atau menghubungkan kota jenjang kedua dcngan l)crsil.
rrtau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan Persil.
KONIiTRI]KSI JAI,A]\I BUKU I : GEOMETRIK JALAN I ',.rrk rlu0uou
6

Sistem jaringan primer, disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata c. Jalan lokal primer tidak terputus,walaupun'memasuki desa'
ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat Nasional yang
menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut:
(B) SistemJaringanJalanSekunder.
A.1. Jalan Arteri Primer :

Sistem Jaringan Jalan Sekunder, adalah ialan yang menghubungkan


a. Didesain paling rendah dengan kecepatan 60 km/jam. kawasan-kawasan fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder
b. Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter. kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan dalam
c. Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata{ata. satu'Wllayah Perkotaan.
d. lalu-lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas -Jalan Arteri Sekunder, menghubungkan kardasan primer dengan kawasan
ulang-alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal. sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
e. Jumlah jalan masuk, ke jalan Arteri Primer, dibatasi secaia kawasan sekunder kedua.
effisien sehingga kecepatan 60 km/jam dan kapasitas - Jalan Kolektor Sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kedua
besar tetap terpenuhi dengan kawasan sekunder kedua, atau menghubungkan kawasan sekunder
f. Persimpangan pada jalan Arteri Primer harus dapat kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
memenuhi ketentuan kecepatan dan volume laluJintas. kesatu dengan
- Jalan Lokal Sekunder, menghubungkan kawasan sekunder'kedua
perr-"harr, atau menghubungkan kawasan sekunder dengan
A.2. Jalan Kolektor Primer :
perumahan, atau menghubungkan kawasan sekunder ketiga dengan
perumahan.
a. Didesain untuk kecepatan rencana paling rendah a0 km/
jr-. Sistem iaringan ialan sekunder, mengikuti ketentuan Pengaturan tata ruang
b. Lebar badan jalan tidak kurang dari T,0O meter. kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi
c. Kapasitas sama atau lebih besar dari volume
primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder
lalu lintas
rata-rata.
ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan, dengan batasan sebagai
berikut :
d. Jumlah jalan masuk dibatasi, dan direncanakan sehingga
dapat dipenuhi kecepatan paling rendah 40 km/jam.
e. 8.1. Jalan Arteri Sekunder :
Jalan kolektor primer, tidak terputus walaupun memasuki
kota.
a. Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 30 knt/
ja-.
A.3. Jalan Lokal Primer :
b. Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalu lint;rs
rata-rata.
a. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20
Lebar badan jalan tidak kurang dari 8,00 metcr.
c.
km/jam.
d. Pada jalan arteri sekunder, lalu lintas ccplt titl.rk lrolrlr
b. Lebar badan jalan tidak kurang dari 6,(X) m
terganggu oleh lalu lintas lambat.
K()NIiTRTIl(ltI JAI,AN BUKU T : GEOMETRIKJAI-AN II r,krlluluur

e. Persimpangan ialan dengan pengaturan tertentu harus (tl). Jalan Propinsi


memenuhi kecepatan tidak kurang dari 30 km/jam.
- Jalan Kolektor Primer, yang menghubungkan ibukota Propinsi dengan
i bukota Kabupaten /Kotamadya.
8.2. Jalan Kolektor Sekunder :
- Jalan Kolektor Primer, yang menghubungkan antar ibukota
a. Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 20 km/ Kabupaten/Kotamadya.
iam.
- Jalan selain dari yang disebut diatas, yang mempunyai nilai strategis
b. Lebar badan ialan tidak.kurang dari 7,00 meter. terhadap kepentingan Propinsi, yakni jalan yang biarpun tidak dominan
terhadap perkembangan ekonomi, tapi mempunyai peranan tertentu dalam
menjamin terselenggaranya pemerintah yang \aik dalam Pemerintahan
B.3. Jalan Lokal Sekunder :
Daerah Tingkat I dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya.
- Jalan dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan yang
a. Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 10 kmr/jam termasuk Jalan Nasional.
b. Lebar badan ialan tidak kurang dari 5,00 meter. .
c. Dengan kecepatan paling rendah 10 kmr/jam, bukan di (C). Jalan Kabupaten
diperuntukkan untuk roda tiga atau lebih.
d. Yang tidak diperuntukkan kendaraan roda tiga atau lebih - Jalan Kolektor Primer, yang tidak termasuk dalam kelompok ialan
harus mempunyai lebar jalan tidak kurang dari 3,5 meter. Nasional dan kelompok Jalan Propinsi.
Secara diagramatis, klassifikasi falan menurut fungsi, digambarkan pada - Jalan Lokal Primer
Gbr. 1.1.
- Jalan Sekunder lain, selain sebagaimana dimaksud sebagai Jalan
Nasional, dan Jalan Propinsi.
1.3.1.2. KlassifikasiJalanMenurutWewenangPembinaan - Jalan selain dari yang disebutkan diatas, yang mempunyai nilai strategis
terhadap kepentingan Kabupaten, yakni jalan yang walaupun tidak
Jaringan jalan dikelompokkan menurut wewenang pembinaan, terdiri dari: dominan terhadap pengembangan ekonomi, tapi mempunyai peranan
tertentu dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan dalam
(A). Jalan Nasional Pemerintah Daerah.

- Jalan Arteri Primer, (D). Jalan Kotamadya


- Jalan Kolektor Primer, yang menghubungkan antar ibukota Propinsi.
- Jalan selain dari yang termasuk artery'kolektor primer, yang Jaringan jalan sekunder di dalam Kotamadya.
mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan Nasional, yakni
jalan yang tidak dominan terhadap pengembangan ekonomi, tapi (E). Jalan Desa.
nrcmpunyai peranan menjamin kesatuan dan keutuhan nasional, melayani
dacrahdacrah yang rawan dan lainJain .
8 lt()Ns't'BlrK$t JAt aN BUKU t : GliOMIil'RlK.IAI-AN I
)r,nrlttl{u0 ur rn e

- Jaringan jalan sekunder di dalam desa, yang merupakan hasil swadaya (l'). Jalan Khusus
nrasyarakat, baik yang adadi desa maupun di kelurahan.
- Jalan yang dibangun dan dipelihara oleh Instansy'Badan
Hukum/Perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing .
BERDASARKAN FUNGSI
(rru-No.13l19ao & PP.NO.26I1966) Klassifikasi Jalan menurut wewenang dapat dilihat pada Gbr.1.2.

1.3.1.3. KlassifikasiJalan Menurut KelasJalan


KP
/ Klassifikasi Jalan menurut Kelas Jalan dapat dilihat pada Tabel 1.1a
(untuk ialan antar kota) dan Tabel 1.1b.(untuk jalan perkotaan) dan Tabel
I lap 1.1c. (untuk jalan Kabupaten) berikut ini:

AF
TABEL 1.1a. Klassifikasi lalan antar Kota
II l-r<rrl II Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat
Arteri I >10
KP KP II 10
III A 8
ttt [- Kolektor III A I
LP
",'-Jtit
LP III B
Lokal III C 8

ryl ltrr Sumber : TPGJAK - No.038/T /BM/ 1997

TABEL 1.1b. KlassifikasiJalan Perkotaan


IGIERANGAN :

m KorA JENJAT{c I O i). JALAN TIPE I ( P.,grtu,".,1alan Masuk: Penuh )


- KOTA PXN.
tE KoTA JENJANG II -_ K(}TA PKT. Fungsi KETAS
[m K0TA JENJANG Iu X(yIA PKL
T!g] KCTTA JENJANG DIBATAHNYA,
PERSIL PRIMER : tr Arteri I
AP : AATERI PRIXER KolektorI II
KP : KOLEICIOR PRIITER
LF : IOICAL PRII{ER SEKUNDER: n Arteri II
Sumber: Standar Perencanaan Geometrik untukJalan Perkotaan - 1988
Gbr. 1.1. KlassifikasiJalan Menurut Fungsi
to KONSTITIKSIJALAN BUKU T : GEOMETRIKJAI^A,N
Perdn(u0ucrn tt

ADMINISTRASI O ii). JALAN TIPE II ( P.',g"tr.r.,Jalan Masuk: Sebagian atau txnpa pentrturxn
(PP. NO.26 T1I.1985 Ps.43,44,45) Fungsi VOLUME KELAS
I.ALU LINTAS
( dalam SMP )
PRIMER : trArteri I
n Kolektor 10.000 I
10.000 II
SEKUNDER: r Arteri > 20.000 I
< 20.000 II
n Kolektor > 6.000 u
< 6,.000 III
n Jalan Lokal > 500 IIT
< 500 ry
Sumber : Standar Perencanaan Geometrik untukJalan Perkotaan - 1988

Tabel 1.1c. Klassifikasi Jalan Kabupaten (Sumber : Petunjuk Perencanaan Teknis


Jalan Kabupaten - 1992 Dirjen Bina Marga.)

Fungsi VOLUME KELAS KECEPATAN


LALU LINTAS ( km/jam )
( dalam SMP ) MEDAN
I(ETERAI{GAN D B G
:

O rBUKorA pnoprxsr N: NASIOANAL SEKUNDER: > 500 TII A 50 40 30

@ rBUKorA KAB./ KoDyA P: PROPINSI o Jalan Lokal 201 - 500 III B1 40 30 30


(1 IBUKoTA KEcAMATAN K= I(ABUPATEN 50 - 200 TII 82 40 30 30
q9 KorA r.,ArNNYA <50 MC 30 30 20
(x) srRATEGrs NAsToNAL
O srRATEcrs pRopINsI
ti; srRATEcrs r(ABUrATEN
1.3.2. BAGTANJAIIIN
( ilx, 1.2. Klrrssilikasi Jalan menurut Wewenang Pembinaan.
(l). Daerah ManfaatJalan (DAMAJA).
12 KOn-STBUIiSIJALAN BUKU T : GEOMETRIKJAI.AN I 'r,r,tlt rfl u0.uor, t8

UU.I3/1,980 Tentang Jalan dan PP 26/85 Tentang Jalan menyebutkan


bahwa Damaja adalah suatu ruang sepanjang jalan, yang dibatasi oleh
lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu, yang dimanfaatkan *
l-
-
-' - - -' - - -' - - - --€Al*sl(ETtllootAllfAMAr^- - - - - - - - - -
- - - -T

untuk konstruksi jalan, terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan I I .. nruarr .l I I

ambang pengamannya l'-o.l,ni r r i i


|-..:$" bahu:i
rr iI! Ii: L*r"*i i

i r -;.::l
: >Efq
(2). Milik Jalan (DAMIJA) atau disebut juga ROW (Right of
Daerah ,^,,,-,1.,,,--.
i--f---rfll!eler'lrf1.-'--''l ! ,,,.i, :

ti(/ry), meliputi Damaja dan sejalur tanah tertentu , dibatasi oleh patok r* i
par+lil
batas t ! ii II ::*
ii
I
uarru DAi,iuA
tanda batas Damija.
:^T'," ) :tjrijll i t pi
(3). Daerah Pengawasan Jalan (DA\i(ASJA), adalah sejalur tanah, yang j-
=liJan
t -i,som
terletak diluar Damija, yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan, -
dengan maksud agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan
bangunan konstruksi jalan.
Gambaran posisi Damaja, Damija dan Dawasja, untuk jalan antar kota Arteri ; Min 2O,O m
Kolektor: Min 15 ,0 m
dapat dilihat pada Gbr.1.3. Lokal : Min 10,0 m

1.3.3. STRUKTUR JALAN Gbr.1.3. Posisi Damaiq Damiia dan Dawasia

(1). Badan )alan, adalah bagian jalan, yang meliputi seluruh jalur lalu t.3.4. GEOMETRTKJAT-AN
lintas, trotoar, median dan bahu jalan, serta talud/lereng badan jalan, yang
merupakan satu kesatuan untuk mendukung beban lalu lintas yang lewat o Penampang MelintangJabn :
diatas permukaan jalan.
(2).Ambang Pengaman, lajur terluar Damaja, dimaksudkan untuk (1). Jalur Lalu Lintas, adalah bagian jalan yang digunakan untuk lalu
mengamankan bangunan konstruksi jalan, terhadap struktur lain, untuk lintas kendaraar,yang secara fisik berupa perkerasan jalan.
tidak masuk kawasan jalan. (2). Lajur. adalah bagian jalur lalu lintas yang memaniang, dibatasi oleh
(3). Perkerasan Jalan, adalah lapisan konstruksi yang dipasang langsung marka lajur falan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu
diatas tanah dasar badan jalan, pada jalur lalu lintas, yang bertujuan untuk kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana.
menerima dan menahan beban langsung dari lalu lintas. (3). Bahu Jalan, adalah bagian jalan yang berdampingan ditepi lirlur
(4). Tanah dasar (subgrade), adalah lapisan tanah asli/tidak asli yang lalu lintas, dan harus diperkeras, berfungsi untuk lajur lalu lintas darur.rt.
disiapkan/ diperbaiki kondisinya, untuk meletakkan perkerasan jalan. ruang bebas samping dan penyangga perkerasan terhadap bcbrrrt lalu
lintas.
( IAI'ATAN : Istilah yang lebih lengkap akan disajikan pada Buku 2: Perkerasan Jalan. (4). Median, adalah bagian jalan yang secara fisik mcmisllrk.rtt tlur
jalur lalu lintas yang berlawanan arah, guna memungkirtkrur kcrttllralt
bergerak cepat dan aman. Fungsi median adalah : nrcnris.rlrkrrr rlui llttntr
II hrr\x'l'til rtrtil J.{l,AN BUKU 1 : GEOMETRIK JAI^AN l'rnrlulu0,urtr !lr

lalu lrrrt.rs yir.g berlawanan, ruang lapak tunggu penyeberang jalan, (14). Jalur parkir(parking lane/stopping lane), adalah jalur khusus yang
pencnrl),rl,rrr fbsilitas jalan, tempat prasarana pekerjaan sementara, rlisediakan untuk parkir atau berhenti, yang merupakan bagian dari jalur
penghii.ruan, pemberhentian darurat, cadangan lajur dan mengurangi silau lalu lintas.
dari lanrpu kendaraan pada malam hari dari arah berlawanan. (15). Jalur tanaman (planted strip), adalah bagian dari jalan yang
(5). T'rotoar, adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada Damija, diberi disediakan untuk penanaman pohon, yang ditempatkan menerus
lapisan permukaan, diberi elevasi yang lebih tinggi dari permukaan scpanjang trotoar, jalan sepeda atau bahu ialan.
perkerasan, dan umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kend araan.
(16). Jalur lalu lintas lambat, adalah jalur yang ditentukan khusus untuk
(6). ' Saluran tepy'samping, adala.h selokan yang berfungsi untuk kendaraan lambat.
menampung dan mengalirkan air hujan, limpasan dari permukaan jalan (17). Jalur putaran (turning lane), adalah jalur khusus kendaraan yang
dan daerah sekitarnya.
disediakan pada persimpangan untuk perlambatan, perpindahan jalur dan
(7). Lereng/talud, adalah bagian tepi perkerasan yang diberi untuk menunggu pada saat kendaraan berputar.
kemiringan, untuk menyalurkan air ke saluran tepi. Dapat juga berarti
(18). Jalur percepatanfperlambatan (acceleration/deceleration lane),
lereng kiri-kanan jalan dari suatu perbukitan, yang dipotong untuk
adalah jalur yang disediakan untuk percepatan/perlambatan kendaraan
pembentukan badan jalan.
pada saat akan masuk/keluar jalur lalu lintas menerus.
(8). Separator, adalah bagian jalan yang ditinggikan pada ruang (19). Pemisah luar (outer separation), adalah ruang yang diadakan untuk
pemisah jalur, biasa ditempatkan dibagian luar, dibatasi oleh kerb, untuk
memisahkan jalur samping dari jalur lalu lintas menerus, atau untuk
mencegah kendaraan keluar dari jalur.
memisahkan jalur lalu lintas lambat dari ialur lain.
(9). Pulau lalu lintas (traffic island), adalah bagian dari persimpangan
--.rrgrrrhfr,
jalan, yang ditinggikan dengan kerb, yang berfungsi untuk
lalu lintas, juga sebagai fasilitas pejalan kaki, pada saat menunggu a Elemen Geometrik:
kesempatan menyeberang.
(10). Kanal Jalan(Channel), adalah merupakan bagian persimpangan
(1). Alinyemen Horisontal, adalah proyeksi sumbu ialan pada bidang
sebidang, yang khusus disediakan untuk membeloknya kendaraan, ditandai
horisontal, terdiri dari bagian lurus dan lengkung.
oleh marka jalan, atau dipisahkan oleh pulau lalu lintas. (2). Alinyemen Vertikal, adalah perpotongan bidang vertikal dengan
(11).. Jalur tambahan (auxilliary lane), adalah merupakan jalur yang bidang permukaan, perkerasan jalan, melalui sumbur/as jalan, yang
disediakan untuk belok kiry'kanan, atau perlambatan/percepatan umumnya disebut profilf penampang memanjang jalan.
kendaraan. (3). Alinyemen pada tikungan (curved alignment), adalah seluruh
(12). Jalur tepian (marginal strip), adalah bagian dari median bagian dari lengkung peralihan dan lengkung lingkaran.
arau
separator luar, disisi bagian yang ditinggikan, yang sebidang dengan jalur (4). Jalur pendakian (climbing lane), adalah jalur jalan yang disediakan
lalu lintas, diperkeras dengan bahan yang sama dengan jalur lalu lintas, pada bagian ruas jalan dengan kemiringan besar, untuk menampung
dan disediakan untuk mengamankan ruang bebas samping dari jalur lalu kendaraan berat pada saat menaniak, agar tidak mengganggu kendaraan
lintas. lain, yang lebih cepat
(13). Jalur sepeda(bicycle way), adalah ialur khusus pengendara sepeda
(5). Jalur samping (frontage road), adalah jalan yang dibangun sejajar
dan becak, biasa dibangun sejajar dengan jalur lalu lintas, namun sepanjang jalur lalu lintas menerus, berfungsi sebagai akses tambahan pada
dipisahkan dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik seperti kerb atau lahan sekitar atau jalan lokal, biasa dipisahkan oleh struktur fisik sepcrti
guardrail. Fasilitas ini sangat jarang ditemui di Indonesia. kerb atau pagar pelindung (guard-rail).
t3 h(rNn,t'l3lrK$IJALAN BUKUT: GEOMETRIKJAU,N
I i,rrrlrrfluIurrr a7

(6). Pengaturan jalan masuk (access control), adalah


suatu kaidah
rrrc'gcnai jalan masuk,y:ng diterapkan meralui .urtu
dan hak jalan
((,). Bagian tangen, adalah bagian yang berbentuk lurus, sebelum atau
rr.suk umum' dari dan ke tempat-iempat yang berada "au."n
disepanjang jalan.
rcsudah terjadi perubahan bentuk rnenjadi suatu lengkungan, pada suatu
(7)' Ruang bebas jalan (clearance of road), adalah ,.rrrrg pengandaian rikungan.
yang dibuat pada permukaan jalan, y^rg hanya disediakan (7). Bagian lengkung (curved section), adalah bagian berbentuk
untuk
kcdaraan atau pejalan kaki, dimana dalam- batas ruang tersebut, lcngkung, yang merupakan transisi peralihan dan penyesuaian kecepatan
tidak
diijinkan adanya struktur lain selain strukrur jalan, utilitas, pohon kcndaraan, pada saat meninggalkan atau menuju bagian tangen kembali
atau
bcnda yang tidak bergerak lainnya. kcbagian lurus suatu ruas jalan. Bagian lengkung ini bisa berbentuk spiral
(ti)..Panjang kritis tanjakan (critical rength of grade), adalah
panjang
rrtau lingkaran.
maksimum ilang ditentukan pada suatu tanjakan, ai.nr*
kendaraan berat
(8). Daerah bebas samping, adalah ruang yang disediakan pada suatu
dengan muatan penuh, dapat beroperasi pada batas pengurangan tikungan, agar pengemudi mempunyai kebebasan pandangan, sesuai jarak
kecepatan. Pengurangan kecepatan yang diijinkan, pandang yang dipersyaratkan.
ditentukan berdasarkan
kecepatan rencana dari jalan yang be.sairgkutan. (9). Pelebaran tikungan, adalah penambahan lebar suatu perkerasan,
(9). Koordinasi Alinyemen, adalah perpaduan serasi antara alinyemen agar kendaraan, pada saat melewati tikungan, dengan kecepatan tertentu,
lrorisontal, vertikal, p.rr-prrg jalan, sedemikian tetap pada jalur yang sudah ditentukan
. dan ,.hir,gg,
menghasilkan komposisi jalan yang baik, ,*", dan nyaman.
a Parameter Perencanaan Geometrik:
o Komponen Geometrik:
(1). Kecepatan Rencana (Design Speed), adalah kecepatan maksimum
(.1).. Jari-iarilengkungan/tikungan, adarah jari-jaritikungan yang ditarik yang aman, dan bisa tetap dipertahankan pada suatu ruas jalan, apabila
pusat lengkungan, dengan ..r.-.rrr,hi Lriteria keadaan jalan tersebut baik,dan sesuai dengan yang ditentukan didalam
{1.i
tlisyirratkan.
i.o-.,ri. yang
perencanaan awal.
(2)- Derajat'Kelengkungan, adarah sudut yang dibentuk
oleh kedua jari-
(2). Kendaraan Rencana (Design Vehicle), adalah kendaraan dengan
j:rri suatu lengkungan atau tikungan, yang berat , dimensi dan karakteristik operasi tertentu yang digunakan untuk
meng-hasilkan panjang b,rru, zs
nl. perencanaan jalan, agar dapat menampung kendaraan dari tipe yang
(.]). Kelandaian (grade), kemiringan memanjang dari suatu
bagian ruas
direncanakan.
j.r l.r r r. (3). Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR), adalah volume total
(ll' superelevasi Jalan, kemiringan merintang pemukaan jalan kendaraan yang melintasi suatu titik atau ruas jalan, untuk kedua jurusan,
pada
h.rg,i.r. tikungan suatu alinyemen horisontaf yang dibuat selama satu tahun, dibagi oleh jumlah hari dalam satu tahun.
untuk
rrrcr 11;i rrrb.r,gi gaya sentrifugal yang diakibatkan
ol.h k.rirrrrrr. (4). Volume Jam Rencana (V]R), adalah prakiraan volume lalu lintas
(.t) l'c.gkung Peralihan, adalah lengkung pada tikungan yang perjam, pada jam sibuk tahun rencana,dinyatakan dalam satuan SMP/jam,
,lr1',rrrr.rk.rrr u,ttk mengadakan perarihan dari dihitung dari perkalian VLHR dengan faktor K ( faktor volume lalu lintas
blgian jalan yang lurus ke
lugr.rr j;rl;* yang -.*prrryri jai-jari lengk;g ;;;r; k-emiringan iam sibuk ).
Irlurrl4.rrr tcr tclltu .rtau. sebaliknya. (5). Volume Lalu lintas Harian Rencana (VLHR), adalah prakiririrn
volume lalu lintas harian, untuk masa yang akan datang, pada bagian jrrl.rrr
tcrtentu.
I t h(rNH'l'!31rlrtit JAI,AN :
BA,B g
BUKU T GEOMETRIKJAI^AN

IEOIISEP DA,SS-EB CLANN


(('). Satuan Mobil Penumpang (SMP), adalah jumlah mobil
t)cnr.r,npilng, yang digantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain, dalam
PAR,AUGEqHER, G}E@ffiE!HR,UK
korrtlisi jalan, lalu lintas dan pengawasan yang berlaku. Jdr,ea,[s R4\"!rA
(7) Kapasitas, adalah volume lalu lintas maksimum (mantap) yang
tl.rp.rt dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu
yirng, merupakan jumlah lalu lintas atau kendaraan yang dapat melewati 2.1. KOMPETENST GEOMETRTKJAT-AI\r RAYA
suiltu penampang, dalam waktu, kondisi jalan dan lalu lintas tertentu.
(tt) Tingkat Pelayanan (Level of Services), adalah tolok ukur untuk
rrrcrr i lai kualitas pelayanan suatu sistem transportas i
ialan. EDf efencanaan geometfik merupakan bagian dari suatu pefencaflaan
(9). Gaya sentrifugal, adalah gaya yang mendorong kendaraan kearah LJ- konstruksi ialan, yzng meliputi r^t7c^ngzn pola arah dan
rirdial keluar dari lajur jalan, akibat suatu kecepatan kendaraan yang visualisasi dimensi nyata da:i suatu tfase ialan beserta bagian-bagiannya.,
rrrclalui tikungan. .lisesuaikan dengan pefsyafatan parametef pengendara, kendztaan dan
( l0). Koefisien geser melintang, adalah besarnya gesekan yang timbul lalulintas.
irntara ban kendaraan dengan permukaan jalan, dalam arah melintang Melalui petencln afi geometrik, diusahakan untuk dapat
i.rlan. menciptakan hubungan yang serasi antafz faktor-faktof y^tlg berkaitan
(ll). tlengan pafametef tersebut diatas, sehingga akan dihasilkan suatu efisiensi,
Jarak pandang henti, adalah jarak minimum yang diperlukan oleh
st'tiap pengemudi, untuk menghentikan kendaraannya dengan aman, keamanan sefta kenyamanan y^ng paling optimal, dalam batas-batas
lxgitu melihat adanya halangan didepan. pertimbangan toleransi yang masih dianggap layak.
(12)- Jarak pandang menyiap, adalah iarak yang memungkinkan suatu Perencanaan geometrik secara umum, menyangkut aspek-aspek
pefencanaan elemen jalan seperti lebar ialan, tikurrgan, kelandaian ialan,
kcrrdaraan mendahului kendaraan lain didepannya, dengan aman sampai
kcrrdaraan tersebut kembali ke lajur semula.
dan jarak pandangan serta kombinasi dari bagian-bagian tersebut, baik
untuk suatu ruas jalan, maupun untuk perlintasan diantara dua atau
lebih ruas-ruas ialan.
Perencanaan geometrik akan lebih memperhatikan beberapa
pafametef yang terkait langsung dengan karakteristik lalulintas dan
tufunannya, berbeda dengan pefencanaan struktur ialan, yzng lebih
menyoroti faktor kekuatan akibat beban dari lalu lintas tersebut.
Dalam peferrczna n izlan rzyz, pola dan bentuk geometrik harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga ialan yang bersangkutan dapat
memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan
[ungsinya.
Dalam tinjauan pembangunan berkelaniutan, pefencanaan geomctrik
aclalah merupakan fase laniutan dari langkah penyiapan suatu pfasaran,t

t9
tO h(rNN'l'ttl lltt{l JAI,AN BUKU t : GEOMETRIK.IAI-AN r . 'N :'1, I \r'.(u rkrr lltutxrtr,tr. Geonetrik Jo0or Pogo ,r

jllarr sccara utuh, yang kemudian akan diikuti dengan serangkaian fase It'ninjauan masalah dalam hal non-teknis biasanya banyak yang lcbih
selrrrrjutnya yang lebih menekankan pada langkah membangun struktur rn('rrl]ganggu dxi padz faktot teknis. Sehingga pemikiran perancangan
i;rlan sesuai dengan kriteria fungsional jalan. r1',,rnetrik jalan irngrn hanya dititik-beratkan kepada faktor teknis saja,
I :rk tor non-teknis tetap diperhatikan.

2.2. PENGERTIANPERANCANGAN GEOMETRII(


,2.3. PARAMETERPERANCANGAN GEOMETRIKJAI.AN RAYA
Perencanaan geometrik jalan merupakan suatu perencanaan route
dari suatu ruas ialan secara lengkap, menyangkut beberapa komponen jalan ,2.3.1.
KARAKTERISTIK KENDARAAI\
yang dirancang berdasarkan kelengkapan data dasar, yang didapatkan dar:i
hasil survey lapangan kemudian dianalisis berdasarkan acuan pe:syaratafl IJnsur izlan raya untuk tinjauan komponen geometrik direncanakan
perencanaan geometrik yang bedaku. Acuan perencan zn yang dimaksud lrcrdasarkan karakteristik-kararakteristik dari unsur-unsur kend.xatn,lalu-
adzlzh sesuai dengan standar perencanz^n geometrik yang dianut di lintas dan pengendara, disamping faktor-faktor lingkungan dimana iabn
Indonesia.Standar perencanaan tersebut, dibuat oleh Direktorat Jenderal tcrsebut bendz. Pertimbangznfiy^ zdalah ialan r^y^ harus dapat
Bina Marga (sekarang dilebur dalam Departemen Pemukiman dan rnenampung berbagai jenis kendar^ D yzng lewat, memberikan kemudahan
Prasarana Wilayah-Kimpraswil) yang disesuaikan dengan klassifikasi jalan
lrada para pengendara, dan lzyak dilalui untuk sejumlah kapasitas
berdasarkan peruntukan ialan raya, yaitu : lalulintas rencana, agar jilan nyzm^n, aman, murah dan aksesibilitasnya
1. Peraturan Perencanaan GeomerrikJalan Raya No. 013/ 1990. tinggi.
2. Sandar Perencanaan Geometrik untukJalan Perkotaan ,1,992 Beberapa parameter perencanz^n geometrik dari unsur karakteristik
3. Peraturan Perencanaan Geometrik untukJalan Antar Kota kendaraan antaralain:
No. 038/T/BM/1997.
Dalam penentuan route suatu ruas ialan, sebelum sampai pada rr). Dimensi Kendaraan Rencana.
suatu kep,utusan akhir perancangan, banyak faktor internal yang perlu Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius
ditinjau, sepefti: putarnya dipakai sebagai acuan dalam pefencanaan geometrik.
- tat^ ruang dimana jalan akan dibangun, Kendaraan Rencana dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :
- data peruncang n sebelumnya pa'da lokasi atau sekitar lokasi, (1). Kendaraan Ringan/Kecil, adalah kendaraan yang mempunyai
- tingkat kecelakaan y^fig pernah terjadi akibat permasalahan 2 (dua) as dengan empat roda dengan jarak zs 2,00 - 3,00
geometrik, meter. Meliputi : Mobil penumpang, Mikrobus, Pick - Up,
- tingkat perkembangan lalu lintas, dan Truk kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga.
- alternatif route selanjutnya dalam rangka pengcmbangan jaringan A) Kendaraan Sedang, adalah kendaraan yang mempunyai dua as
ialan, gandar , dengan jarak as 3,5 - 5,00 meter.
- faktor lingkungan yang mendukung dan menlganl€u, Meliputi : Bus kecil, Truk dua as dengan enam roda,
- faktor ketersediaan bahan, tena.ga dan peralatan, (3) Kendaraan BeratfBesar,
urktor pengembangan ekonomi, Bus Besar, yaitu Bus dengan duz atau tiga gandar, clctrg;rtt
l>iaya pemellharaan,
iarak as 5,00 - 6,00 meter.
,l:rn lain sebagainya.
2L hONS'TII1]KSIJAIIIN BUKU 1 : GEOMETRIKJAI.A,N
L,r':r1, l)1111.11 dotr P(rioup-tel Geometrik Jo0on Pogo ,t

(4) Truk Besar, yaitu Truk dengan uga gandar dan Truk
kombinasi tiga, dengan iarak gandar (gandar pertama ke
gtndar kedua) < 3,50 meter.
(5) Sepeda Motor, yaitu Kendaraan bermotor dengan dua atau
tiga roda,meliputi : sepeda motor dan kendaraan roda tiga.

Tabel 2.1. Dimensi Kendaraan Rencana


Kategcrri Dimensi Kendaraan Tonjolan Radius Putat Radius
Kendaraan (Cm) (Cm) ((lm) Tonjolan
Rencana Tinsoi Irhar Panians Depan Belakans Min. Maks (Cm)
Kecil 130 210 580 90 150 420 730 780
Sedane 410 260 '1210 210 240 740 1,280 1410
Besar 410 260 21U') r20 90 290 1.tu) 1370
Sumber :Tata Cxa Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. O3S/'f /BMiigg7.

Gbr.2.2. Dimensi Kendaraan Sedang


b). Jank putaran (Manuver) Kendaraan

Setiap kendaraan mempunyai jangkauan putaran, pada saat


kendaraan y^ng bersangkutan menikung ata:u memutar pada suatu
tikungan jalan.

Gbr.2.3. Dimensi Kendaraan Besar

Itts:rr jangkauzn pvt^t masing-masing kendaraan berbeda satu sama lairr,


l( rlllltltung pada dimensi kendaraan dan radius putar kemudi. Dil>crl2li:rrr
Gbt.2.1. Dimensi Kendaraan Kecil lrrrlrr scperti dimensi kendaraan diatas, iari-jari manuver untuk kcntlrrrrr:rrr
l','r'il, sc<lang cian besar. Pada Gbr. 2.4 sampai2.6 dapat disimak jrrri
irrri
tt I,,r':rl, [ )c"ltr dor ltloxrf er Geonetrile Jol.ran Pogo a3

putaran tersebut. Ini penting untuk dikafi, dalam hal merencanakan


geometrik dari intersection (persimpangan), round-about, ataupun pada
saat penentuan radius minimum dari suatu tikungan.

L -T=
lq

Gbt. 2.4. /ein- iari Manuver Kendaraan Kecil.


Gbr. 2.5. Jari - iari Manuver Kendaraan Sedang.
,3 ltoNITTRUKSIJAL{N t ,,r'r,f , I kllot dor Guxetrih.Jo0on Pogo 27
BUKU T : GEOMETRIKJAI.AN Por<rne-ler

Satuan Mobil Penumpaqg ( SI!{P ).

Satuan Mobil Penumpang (SIvfP) zdalah unit satuan kendaraan


untuk dimensi kapasitas ialan, dalam hal mana sebagai
referensi mobil penumpang dinyatakan mempuflyai nilai satu
SMP.

Tabel 2.2. Ekivalen Mobil Penumpang G-p)


Sumber : Tata Catt Perencanaan GeometrikJalan Antar Kota,'

No. Jenis Kendaraan Datzrf Pegunungan


Perbukitan
1. Sedan, Jeep, Station Wagon. 1,00 1,00
2. Pick-Up, Bus Kecil, Truk Kecil. 7,20 * 2,40 1,90 - 3,50
J. Bus dan Truk Besar 1,20 - 5,00 2.20 - 6.00

t!
2.3.2. VOLUME IALU LINTAS RENCANA

Volume Lalu Lintas f{arian Rencana C/LHR), adalah prakiraan


volume lalu lintas harran pada akhir tahun rencanr lalu lintas,
yang dinyatakan dalam SMP/hari. Volume Jam Rencana ${R),
adilah plzl<uaan volume lalu lintas pada iam sibuk tahun
renczr,a lalu lintas, dinyatakan dalam SMP/jam, dan dihitung
dengan menggunakan rumus :

VJR= VLHR x I(/F (2.1.)

dimana:
K = disebut faktor Iladalah faktor volume lalu lintas jam
sibuk
F - disebut faktor F, adalah faktor variasi tingkat lalu lintas
per sePeremP^tizrrr, dalam satu jam.
VJR digunakan untuk menghitung iumlah lajur inltn tlrn
fasilitas lalu lintas lainnya yang dipedukan. Arus lrrlu lirrtls
Gbr. 2.6. J^i- iati Manuver Kendataan Besar bervariasi dari jam ke jam berikutnya dalam satu hari.
Volume 1 irm yzng dapat dipergunakan sclragrri Vf ll lrnrrrn
sedemikian rupa, sehingga :
ta IrONItl'RIIKHI JAI,AN
BUKU 1 : GEOMETRIKJAIAN L,x rt, I\r,:or dor Poruru.ter GeonetrihJo0,an Pogo

(1) Volume tersebut tidak boleh


terlalu sering terdapat pada
distribusi arus lalu lintas setiap j"rn
tahun;
,rrtik p.ri.o+ ,r. AASHTO menyatakan bahwa tumit lengkung terjadi pada jam
sibuk ke 30, dengan volume lalu lintas/ir- - 15 % LHR. Berarti
Q) Lpablla terdapat .volume arus lalu lintas per
melebihi volume jam perenc ,.n*an, iam yang terdapat 30 jzm dalam setahun volume lalu lintas auh lebih tinggi f
maka kelebihan tersebut dari kondisi di tumit lengkung. Volume jam rencant jalan afte:i
tidak boleh m,
,r,,,g,",,g,, sebaiknya diambil pada kondisi ini. Secara teoritis jalan yrng
(3) vorume
"^.u:T!HilT#i,
besar, sehinga
H-##,Tffi direncanakan dengan VJR pada kondisi tumit lengkung akan
akan mengakibatkan jtlan akanlenfadi
dan mengalami volume lalu lintas lebih besar , kira-kira 30 jam X 365
lengang biayanya pun iahal.
Bentuk umum dari, iengkung yrrrg hari X 24 iam, yang ada dalam setiap tahunnya. Agar ekonomis,
;.rgrmbarkan hubungan pzda ialan-ialan yang kurang penting, VJR dapat diambil pada
a'tara iumlah jam dengan ..ro1.r-."p.
rlzm yang lebih besar dari kondisi volume lalu lintas jam sibuk ke 100 atau ke 200. Hal ini
yang ditunjukkan dengan vol.rme/jam
dinyatakan dalam masih dapat diterima karcnahtnya Lntarrl 100 - 200 jam dalam 365
persentase LH& sebagaimana
gambar dilawah ini.
hari X 24 jam jalan akarn mengalami kemacetan, dan kemacetan
tersebut tersebar selama satu tahun.
YoL/jtm
Delanoh
LHR Tabel 2.3. Penentuan Factor K dan Factot - F
-
berd asarkan Volume I-alu Lintas Harian Rata * Rata
VLHR Faktor - K Faktor - F
(SMP / Hari) (a ()
> 50.000. 4-6 0.90 - 1
15 o/. 30.000 - s0.000. 6-8 0,80 - 1

10.000 -
30.000 6-8 0,80 - 1

5.000 - 10.000. 8-10 0,60 - 0,90


1000 - 5.000. t0-72 0,60 - 0,90
< 1.000. 12 t6 < 0.60
Sumber : Tata Ca;a Perencanaan Geometrik Jalan Anrar Kota , No. O3S/T/BM/1997
30 -- Jam dalam 1 tahun
2.3.3. KAPASTTAS(C).

Gbr. 2.7. Grafik Jumtah Jam dengan Volume Kapasitas adalah volume lalu lintas maksimum (mantap) ynrrtrq
/Jam dapat dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan dalam kondisi tcrtcntu
Rencana
(misalnya : renclne. geometrik, lingkungan, komposisi lalu lintas tllrr
sebagainya)..
:IO KONI.i'I'BIIKSTJAL{N BUKU t : GEOMEI'RIK.IAI-AN r ..s ., t, I r,r:rrt ,hu Puloir€tr.t Geo*etlik Jolon POgo ll

Kapasitas lalu lintas merupakan jumlah lalu lintas atau kendat^zn y^ng Adalah jumlah kendaraan maksimum yang melewati suattt
dapat melewati suatu penampang, dalam waktu, kondisi jalan dan lalu penampang pada suatu ialan selama 1 (satu) iam dalam
Iintas tertentu. keadaan jalan dan lalu lintas yang mungkin dapat dicapai.
Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas lalu lintas, adalah:
(1) Faktor lalu lintas yang meliputi sifat-sifat lalu lintas, c. . Kapasitas praktis. atau kapasitas rencanz volume
antara lain :
^tau
pelzyanan.
Bus dan Truk. Adalah jumlah kendaraan maksimum yang melewati suatu
^, Pembagian kendaraan
Prosentase
b. falur lalu lintas jalur atau jalan selama 1 (satu) jam, pada kondisi lalu lintas
c. Variasi dalam.arus lalu lintas yang dipertahankan sesuai tingkat pelayanan tertentu,
(2) Faktor fisik ialan, meliputi antara lain : zrttnya: kepadatan lalu lintas yang bersangkutan, dapat
lebar perkensan ialan mengakibatkan kelambatan, bahaya dan gangguan pada
^.
b. lebar bahu jalan kelancaran lalu lintas dengan ketentuan masih dalam batas-
c. kebebasan sampiflg ' batas toleransi yang ditetapkan
d. tikungan dan kelandaian ialan. Kapasitas menuniukkan besaran kuantitas jumlah kendaraan.
e. kondisi permukaan perkerasan jalan.
2.3.4. TINGKAT PELAYAI\AI{ 0-r.l of Service).
Kemampuan suatu ialan dalam menampung arus lalu lintas
dalam suatu satuan waktu tertentu terutama ditentukan oleh Adalah tolok ukur yang digunakan untuk menyatakan kualitas
dua faktor tersebut diatas, sehingga kemampuan tersebut dapat pelayanan suatu jalan. Tingkat pelayanan, dipengaruhi oleh
diartikan sebagai kapasitas suatu jalan dan merupakan bagian beberapa faktor, yaitu kecepatan perjalanan dan perbandingan
yang tidak bisa dipisahkan atau merupakan bagian yang dengan kapasitas A /C1.
^ntar^volume
penting dalam petencanaan suatu ialan. Kecepatan perialznzn merupakan indikator dari pelayanan
Hal lain yang tidak dapat dipisahkan dari kapasitas ialan adalah falan, makin cepat berarti pelayanan baik atau sebaliknya.
tingkat pelayanan ialan yang menggambarkan tingkat kualitas Faktor ini dipengaruhi oleh keadaan umum fisik jalan.
kenyamana n petjalanan. Highway Capacity Manual, membagi tingkat pelayanan ialan
Beberapa jenis kapasitas jzlan disesuaikan atas 6 (enam) keadaan, yaitu :
dengan
penggunaan ny a, adaTah :
Tingkat pelayanan A, dengan ciri - ciri :
Kapasitas dasar atau kapasitas ideal
^. Adalah jumlah kendaraan maksimum yang melewati suatu (1) arus lalu lintas bebas tanp^ hambatan;
penampang pada suatu ialur atau ialan selama 1 (satu) jam Q) volume dan kepadatan lalu lintas rendah;
dalam keadaan jalan dan lalu lintas yang ideal yang dapat (3) kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi.
dicapai.
Tingkat pelayanan B, dengan ciri - ciri:
b. Kapasitas yang mungkin (Possible Capaciry). (1) arus lalu lintas stabil;
@ kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalrr litttls.
tetapi tetap dapat dipilih sesuai kehendak pcngcnrutli
)Gsor dor Poroxr.ter Geortetrih JoC'ar Pogo
tl
t2 K()Nf{TRTIT(IiI JAI,AN BUKU T : GEOMETRIK JAI.AN t, )r' x,f , 1

Tingkat pebyrnan C, dengan ciri - ciri :


(1) arus lalu lintas masih stabil
Q) kEcepatan perialanan dan kebebasan bergerak sudah
. dipengaruhi oleh besarnya volume lalu lintas sehingga

pengemudi tidak dapat lagi memilih kecepatan y^ng


diinginkannya. Kecepatan

Tingkat pelayanan D, dengan ciri - ciri :


(1) aius lalu lintas sudah mulai tidak sabil;
(2) perubahan volume lalu lintas sangat mempengaruhi
besarnya kecepatan perjalanan.

Tingkat pelayanrr. E, dengan ciri - ciri:


0) arus lalu lintas sudah tidak stabil; vlc
Q) volume kira-kira sama dengan kapasitas;
(3) sering terlaidi kemacetan. Gbt.2.8 : Tingkat PelaYananJ"l'o'
Tingat pelayanan F, dengan ciri - ciri: 2.3.5. KECEPATAI{ BENCAI{A
(1) arus lalu lintas tertahan padt kecepatan rendah; Kecepatanrencana(V*)padasuaturuasialanadalahkecepatan
Q) seringkali terjadi kemacean; yung dipitih sebagai dasar perencanaan geometrik iil*n yang
(3) arus lalu lintas rendah. L.io.gt irt rr, k nlaraan - kendaraan bergerak dengan ,'m,'n dan
nyaman" dalam kondisi cu^c y2lng crrzh. lalu lintas yang
lengang dan
Batasan - batasan nilai dari setiap tingkat pelayanan iilan pengaruh samping ialan yang tidak berarti'
dipengaruhi oleh fungsi jalan dan dimana ialan tersebut berada.
:tl h(rtri't'Rl lrtil JAL,I"\ BUKUr: GEOMETRIKJAU,N
l ,,x :rf , I )(l:Ytt rlrr Ptlonete.t Geonetrib Jo0ral Pogo

Tabel2.4. Kecepatan Rencana (Vf


Klasifikasi Fungsi dan Klasifikasi Medan Ialan
Kecepatan Rencana , VR, Km/lam 2.3.8. GAYASENTRIFUGAL
Funesi Datar Bukit PegununEan
Arteri 70 - 120 60-80 40-70 ApabilasuatukendaraanbergerakdengankecepatantetapVpada
Kolektor 60-90 50-60 30-50 srratubidangdatzt atau miring dengan lintasan berbentuk suatu lengkung
40-70 gty^
I-okal 30-s0 20-30 scperti lingkaran, maka p^d^ kendaraan tersebut akan bekeria
l."."prtr. katakan V dan gaya sentrifugal katakan -F- Gaya sentrifugal
Ca:tata:n :
,,kan mendofong kendaraan-s eczra ttdial keluar dari
laiur ialtnnyt, kearah
Untuk kondisi medan yang sulit, VR suaru segmen ialan tcgak lurus ,.rLd"p gaya kecepatan v. Gaya ini menimbulk^n rasl y^ng
dapat diturunkan, dengan syartat bahwa penurunan tersebut t idak nyam an Pada Pengemudi.
tidak lebih dari 20 Km/iam.
(iaya sentrifugal (F ) yang teriadi : F = m'a'
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. dimana: m= massa=!7/8'
038/T/BM/1997.
!(/ = berat kendaraan
g = gtya gravitasi bumi
2.3.7. KARAKTERISTIKI.ALULINIAS. a = percepatan sentrifugal (=V / R)'
V - kecePatan kenda:aa;n
Data lalu lintas adalah data utama yang diperlukan dalam
ft = iari-ixi lengkung lintasan-
perencanaan teknik ialan, karena kapasitas ialan yang akan
Dengan demikian besarnya gaya sentrifugal' dapat ditulis
sebagai
direncanakan tergantung dari komposisi lalu - lintas yang akan
berikut:
menggunakan jalan pada. suatu segmen ialan y^ng akan
ditiniau.
wv
F- ...(2.2.)
Besarnya volume atalu arus lalu Iintas diperlukan untuk gR
menentukan jumlah dan lebar lajw, pada satu jalur ialan dalam -
penentuan karakteristik geometrik, sedangkan jcnis kendanan
UntukdapatmempertahankankendarazntersebuttetaPpada
akan menentukan kelas beban atau Muatan Sumbu Terberat
sumbu laiur ialin, m ki perlu diadakan suatu gaya ya'ng
dapat
yang akan berpengaruh langsung pada perencan an konstruksi akzn tetlzdi suatu keseimbangan'
mengimban g g yltetsebut, ..hittgg
perkerasan.
yang mengimbangi terhadap gaya sentri fugal' dapat
(iaya berasal
Analisis data lalu lintas, pada, intinya dilakukan untuk
clari :
menentukan kapasitas ialan, akar- tetapi harus dilakukan permukaan
l) Gaya gesekan melintang zntura ban kendaraan dengan
bersamaan dengan pefencanaan geomctrik lainnya, karena
saling terkait satu dengan lainnya. ,K.,-po,".'
ialan;
Z) berat kendar aan aktbzt kemiringan melintang pcrmuk:tlttt
Unsur lalu lintas adalah benda atau pcjalan kaki sebagai bagian rasa tidak nyaman bagi pengcmucli y:rrr1"
dari lalu lintas, sedangkan unsur lalu lintas di atas roda, 1ul^n, akan menyebabkan
m engendar at kendzratnnya dengan kecepatan
rend ah'
disebut dengan kendaraan.
I(()NHTNIIKfiIJAI,AN
" BUKU T : GEOMETRIK JAI.AN t. .,.,1, |1yx11 dor PoronetuGeonelrihJaUor Pogo a7

1r'st'kan melintang dan gaya normal yang bekerfa disebut koefisien gesekan
Dari Gbr. z.9a- pada permukaan datar akandidapat rrrclrntang (f).
hubungan Besaran koefisien gesekan melintang dipengaruhi oleh beberapa
gaya geser melintang^F,, g"y, normal ^ntzra
ant,.r' petk.ras"n dan ban N, dan l;rkr,r seperti ienis dan kondisi ban, tekanan ban, kekasaran permukaan
gaya centdfugal W.V/ g.R, seperti berikut
ini :
1x'rkcrasan, kecepatan kendaraan dan keadaan cuaca.
Koefisien gesekan maksimum akan terfadi pada saat ban aken
rrrcngalami selip.
Untuk perencanaan dengan mengedepankan keamanan dan
k.nyamanan, harga F, yang dipakai adalah harga pada saat gaya kesamping
rncmberikan perasaan tidak nyaman kepada penumpang, tapi masih
rncmenuhi syar^t kestabilan. Batas kenyamanan pengendara ditetapkan
G{::,-' ,,lch beberapa hasil. penelitian. Misalnya AASHTO'54 menetapkan
R_l lrubungan kecepatan dan koefisien gesek melintang merupakan
--&-r. ^ntarlyang harganya
lrubungan linier, berkisar antz,ra +0,16 untuk kecepatan 48
km/iam dan t 0,12 untuk kecepatan 772 km/iam, sebagaimana tedihat
(bl tcl pada Gbr.2.10

Gbt.2.9. Gaya centrifugal pada kendaraan

lr.v'z 0,t 7

0,I6
-=(N"n+N*-)F.=W.F,.
g.R 0,I5
\P .t_ 0,14
Ii-
,-...--{2.3.) 0,I3
g.R 0,r2
0,r0

2.3.9. cAyA cEs*r.or\ METTNTANG Gq ANITARA BAr\


KH\IDARAAN DAN PERMUKAAN
JAI.AN
Gaya gesekan
melintang €s) adarah besarnya gesekan yang Gbr. 2.10. Korelasi
timbul koefisien gesek melintang
?nt^r^ ban dengan permukain jaran dalam ^ntat^
dengan kecepatan rencana.
m".rin tang iaran yang
berfungsi untuk mengimbangi gaya sentrifugar."rah
perbandingan zn'*.a g^ya
KOr-STBliKil J-{I-{N; I}UKU T : GEOMETRIK JAT.AN
|., )hlx,l) I )Llsor dor Ptrlonetel Geonettk Jo0or Pogo tc

Dalam penelitian lebih lanjut, k,rcrasi k<rcfisien melintang 2.3.10. JARAK PANIDAI{G.
dan kecepatan , masih berupa garis linier hanya dipecah meniadi 2
garis patah f1 = - 0p0065 V+ 0,792, berlaku untuk kecepatan V < g0 Jarak pandang adalah suatu iarak yang dipedukan oleh seorang
km/jam, sedangkan f2 - - 0,00125 V + O,24, b.rlaku untuk pcngemudi pada saat mengemudi sedemikian, sehingga jlka pengemudi
kecepatan zntar^ 80 - 112 km/jam. melihat suatu halangan yang membahayakan, maka pengemudi dapat
melakukan sesuatu tindakan untuk menghindai bahaya tersebut dengan
lIman.
Jarak pandang terbagi menjadi dua bagian, yaitu Jarak Pandang
l{enti flJ dan Jarak Pandang Mendahului fl).
0'18
:
O Jarak pandang henti S).
2 o.r7
Adalah iaruk minimum y^tg diperlukan oleh setiap
F pengemudi untuk menghentikan kendara^nny^ dengan
0.16
3 begitu melihat adanya halangan di depan. Setiap titik ^m^n,
di
r
L'
o.rs sepanjang jalan harus memenuhi Jarak Pandang Henti ( J. ).
2
Jarak pandang henti diukur berdasarkan asumsi bahwa tirgg,
6
a
0.1{ mata pengemudi adalah 105 Cm dan tinggi halangan adalah
15 Cm, diukur dari permukaan jalan.
U o.rs
z Jarak pand^ngan henti S), terdiri atas dua komponen, yaitu :
o.e (1) Jarak tanggap fn), adalah jarak yang ditempuh oleh
fr kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan
E :-Q,00125V+0.24
tx o.il yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat
pengemudi menginjak rem.
0.t0
$ 50 60 70 Bo 90 t@ td't @ Jarak pengereman Sj, adalah iarak yang dibutuhkan
Ea untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi
_ KECEPATAN KM/JAM menginjak rem sampai kendaraan berhenti.
Jarak Pandang Henti fl), dalam saruan meter, dapat dihitung
dengan rumus :

Gfu.2.11. Koefisien gesek melintang maksimum untuk Jn =Jn, * Jn,


pefencanaan. %
(fraffic Engineering Handbook 1992,1dalam satuan SI ]) 1- 1'z
v- 3,6
Jr,=- T+ .......-.(2.4.)
, 316 2gf
40 KONSTRUKSIJAI,AN I}UKU I : GEOMETRIKJAIAN i ,,r':r,1, l)rt:uttr rltn Pruonele.tt Geonetrik Jo0on Qogo il

Tshap pertama

V-
di mana
=
:

kecepatan rencana (km/flnr)


ml En ffin,:tE-]f".,
T
g
= waktu tanggap, ditetapkan 2,5 tlcrik
percepatan gravitasi, ditctrrpkrrn (),tl m/det2
[rl] rl-F_ll
= idli 1B e.
f * koefisien gesek memarliang pr:rkcmsan jalaLn aspal,
- -.------
Taliap Kadui
- -- --i *

AASHTO menetapkan f - 0,2tt - 0,45


( f semakin kecil jika V* scrnakin r inggi, dan iFn:ETI mlr
sebaliknya ). Bina Marga nrcn('t;rl)l(an f = 0,35 - 0, 55.
E-D,
Persamaan (2.4.) dapat disederhanakrrn rncniadi : -.:.---{1---:,.
i). Untuk jalan dztar: A - Kendsaan yar{ m.ndahulul
B - Kendaraarryano berlawff|dn itah
C - Kenduasyarrg dk lhului k6ndaJ,u A
v*'
Jn = 0,279\.T+ _ ..... {:2.5. )
SI IMBER: TITGJAK -038/T/8M97
254f
ii). Untuk ja,lan dengan kelandairrn t(.rt(.nlu :
Gbr. 2.12. Jarak pandang mendahului..

v*3 Jarak pandang mendahului Sd), dalam satuan merer ditentukan


sebagaiberikut :
Jn = 0,278VR .T+
2s4 (f + L) Ju = d, * d, + d. + do ....(2.7.)
dimana:
- jalan (Yu) ,rl;lu lx'rscrrtusan.
L = landai
dr = Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m).
Henti d2 = Jaruk yang ditempuh selama mendahului sampai
dengan kembali ke lajur semula (m).
1.20 100 80 (,0 50 40 30 20
dj =
250 175 120 75 55 40 27 Jarak antarakendaraan yang mendahului dengan
Sumber: TCP(iAK , No {)}til'llllM/1997.
kendaruan yang datang dari arahbedawznan
setelah proses mendahului selesai (m).
a Jarak pandang mendahului (,) do = Jarak yangditempuh oleh kendaraan y^ngdatang
dar.iarah yang berlawarr n ) yang besarnya diambil
dengan2/3 d, (-).
Jarak pandang mendahului (1,) ;rrlullh jank yarlg sama
memungkinkan suatu kendaraan rncrrrlllrului kendaraan lain
didepannya dengan aman sampai kt.rrrlrrraan tersebut kembali Rumus yang dipergunakan, adalah:.
ke lajur semula.
Lihat sketsa dibawah ini. dl =0,278T, (V*-mf-)^.Tt (2.8t)
2
/,2 KONSTRUKSIJAI,AN BUKU T: GEOMETRIKJAIAN
(luh l'onoret€h Geonetrtik Jo0on Pogo

d2 = 0,278 V* Tz,
(1) kendaraan yang didahului kecepatannya. tetap ;
@ kecepatan kendaraan yang mendahului lebih bcsar
darrpzda kecepatan kendaraan yang didahului ;
d: = antara3}- 100 meter.
(3) perlu waktu pengambilan keputusan mendahului bila
t'uang untuk mendahului telah terczpat;
do = 2/3 dr.
(4) apablla start terlambat pada saat menyiap , harus
dimana:
kembali ke jalur, dan kecepatan r^t^-.rata saat
T1 = waktu dalam detik, *
2,12 + 0,026 VR
mendahului oo 15 Km/iam lebih besar daripada
kendaraan yang didahului ;
T2= waktu kendaraan berada di jalur lawan, (detik) ,
* 6,56 + 0,048 VR. (5) pada saar kembali ke jalur semula perlu jarak dengan
kendaraan y ang ar ahny a berlaw anan.
a= percepatan r^ta-rataKm/jam/ detik oo 2,052 +0,0036 VR.
m= perbedaan kecepatan dari kendaraan yang mendahului dan . Mengukar Jarak Pandangan.
kendaraan yang didahului (biasanya diambil 10-15Km/jam).
%- Kecepatan kendaraan rata-tata dalam keadaan mendahului
J^rak pandangan diukur dari tinggi mata pengemudi ke
"" Kecepatan Rencana (Km/iam). puncak sebuah obyek.
dr= Jarak kebebasan
t_
o4 Jarak yang ditempuh kendaraan yang datans dari arah z) untuk pandangan henti:
bedawanan

Tabel 2.6.Bsaran 4 (m)


: :ilffiiffi1 = '??3:
b) untuk jarak pendangan mendahului :

[ (r-4"-l 50-65 65-80 80-95 9s-110 o finggi mata = 100 Cm


d, (.") 30 55 75 90 o tinggi obyek = 100 Cm.

2.4. KARAKTERTSIIKry*JAIAN.
Tabel2.7. Pan arak Pa
Dalam pengertian pemakai jalan, meliputi :
670 550 350 250 2(X) 150 100 1). Pengemudi (driver)
Sumber : TCP( iAK N( ).( ) ]t]l\'lBM/1997 2). Pejalan kaki (pedestrian).
Pemakai jalan merupakan salah satu dan tigz hal pokok, yang
tli st:1.lar-rjang ialan dengan
Daerah untuk mendahului, harus discblr terdiri dari :
jumlah paniang minimum 70 oh drri l)lurilrng total ruas jalan
tersebut. 1) Pemakai jalan
Asumsi yang diambil pada saat rrrc'rrcrrtukan jarak pandzngar 2) Kendaraan
mendahului : 3) Jalan da;n perencanaan geometriknya.
44 KONSTBUKSIJAI,IN BUKU T : GEOMETRIKJAI-AN t ,
'r'r.l' I \r:urt drtn Puonele.tt Geonetrtik Jo0on Pogo
.ilt

2.4.I. MANUSIA SEBAGAI PENGEMUDI. 6) Penglihatan pengemudi (kemampuan mellhatfmata yang


baik).
Keberhasilan suatu perencanaan gc()mctrik, tenrtama dalam
tiniauan lalu lintas, sangat tergantung pa<la pcmakai jalan tidak hanya
7) Kecepatan kendaraan.
menyangkut segt fisik dan mental, tctapi iuga menyangkut masalah
8) Kesilauan (mengemudi di waktu siang atau malam).
tingkat kemampuan dan kecakapan rlrrri 1'rr:ngcnrutli dalam menanggapi
9) Pendengaran.
dan memah^mi atura;n berlalulintas, scrtrr nrcngcndalikan kendarz n ny^.
Kekurang cerrr,atan dalam mcngcmu<li, mcrupakan salah satu penyebab
2.4.2. MANUSTA SEBAGAT PEJAr-ANr KAKI.
teriadinya kecelakaan clan kcticlak lancaran lalu lintas yang berlanjut
Untuk mengurangi atau menghindari terjadinya kecelakaan lalu
dengan timbulnya kcmacctan lalu lintas.
lintas, maka dipedukan suatu pengendalian bagi para pejalan
Seorang pcngemudi pada saat menemui suatu kcjadian/kegatan
kaki (pedestrian controle), meliputi hal-hal sebagai berikut:
(event), maka pengemudi yang bersangkutan akan melakukan reaksi
terhadap kegiatan tersebut (reaction to internal stimuli) sebagai berikut :
1) Tempat khusus bagppa:a pejalan kaki (side walk)
P 2) Tempat penyeberangan jalan (cross walk)
= Perception (kesadaran)
3) Tanda-tandaf nmbu- rambu bagj pan peialan kaki (pedes-
Diartikan sebagai pengemudi pada saat melihat benda/
trian signal).
obyek yang berada didepannya.
I - Identification atau Inteletion.
4) Penghalang bagpara pejalan kaki (pedestrian barriers).

Yaitu saaty^ngterjadi pada diri pengemudi, sewaktu


5) Daerah aman dan diperlukan (safety zones dan island)

timbul pengertian tentang adanya obyek.


6) n*'l^"*T;11h','H:,ffia.,,,i,.,
tunners).
E, = Emotion atau Judgement
o diatas ialan (overpass).
Yaitu pada saat pengemudi menetapkan suatu keputus
an untuk dapat melakukan sesuatu. 7) Penyinaran (highway lighting).
V Karakteristik pemakai jalan diatas, tidak dapat diabaikan dalam
= Volition atau Reaction.
suatu perenc na n geometrik, sehingga r"nc ng fi harus benar-
Yaitu suatu reaksi kemampuan dari pengcmudi dalam
merealisasikan keputus anny a.
benat memperhatikan ini, terutama pada saat merencanakan
Karakteristik arus lalu lintas, ditentukan oleh kclakuan pengemudi detailing dari suatu komponen geometrik dan road furniture dari
suatu ruas ialan.
dalam hal :

1) Tingkah laku pengemudi (ditentukan olch kondisi dan


CATAfAN : Dalam istilah Indonesia bangunan pelengkap ialan dibedakan
situasi, misalnya hujan, panas dan lain-lain). dengan road furniture. Bangunan pelengkap ialan adalah iembatan, gor()ng-
2) Sifat pengemudi (apakah sudah pcrnah melalui jalan yang gorong, kerb dan lainlain, lebih bersifat struktural/semi-struktural. Roa<l
sedang ditempuh atau belum). furniture, tidak bersifat struktural seperti papan nama ialan, papan petuniuk
3) Sifat perizlanan (pulang kerja, piknik/darmawisata, sght legenda wilayah kota, lampu penerangan ialan dan lainlain. Marka lalan lcbih
spesifik pada tanda/simbol petunjuk pembatas dan pengarah ialan scpcrti
seeing dlsb.)
tanda sumbu ialan, rybra-cmss, tanda cbcamn dan lainJain (lihat Bab 3.1.2.7 .)
4) Daya reaksi pada waktu mcngcmutli (terampil atau tidak
dalam mengemudikan kendaraan).
5) Kecakapan mengemudi ft.cmampuan dan kelincahan dalam
mengemudikan kendaraan).
BA.B g
PER4\NEAffi EA"U
ISRTqBEGBEA-.
GEOUEEqHREK JA\&Affi RAYA
3.1. PERS'TARATAI\T GEOMETRIKJAI-AI{ RAYA

3.I.I. PERSTARATAI\I UMUM

I${ ebagaimana sudah dijelaskan pada bab2, karakteristik dasar dari


lS2, perrgend^ra, kendaraan dan lalulintas merupakan faktor
perenc na;Ln geometrik. Kecepatan renc r:,a. dan kelandaian harus
direncanakan sesudah melakukan ana,lisa karakteristik lalulintas, profil
lahan dan ketersediaan dana. Sementara itu kecepatan rencana dan
kelandaian, juga menentukan kriteria dasar dari standar minimum dari
alinyemen horisontal dan vertikal. Jadi pada dasarnya perencana, bTla
dihadapkan pada suatu profil lahan apakah berasal dari peta topografi,
peta udara dan lain-lain, perencana sudah harus berfikir bahwa rencznlnya"
bagaimana merencanakan elemen geometrik berdasarkan situasi dan
mengadaptasi katakteristik dari pengendara, lalulintas dan kendaraan
untuk mendapatkan desain yang optima,l, agar ialan dapat memenuhi
peffyarutan zmzn, nyalr:,an, cepat sampai tujuan dan ekonomis. Banyak
parameter yang terkait pada kebutuhan ini, agar ialan ama;n karakteristik
pengendara seperti persepsi jarak pandang, jarak henti dan lain-lain agar
diadaptasi untuk merancang elemen geometrik $adz suatu tikungan
misalnya, ataLt agar jabn nyzman berapr standar minimum kapasitas suatu
ruas jalan yang beradt prdr suatu daerah berbukit, dan lain seb4gainya.

3.I.2. PERSTARATAI\DASAR

Yang dimaksud dengan persyaratzn dasar ini adalah peffylruta;n


geometrik dikaitkan dengan beberapa kondisi diluar persyaratan teknis,
yang harus diperhatikan dalam perancangan geometrik khususnya, dan
perancangan ialan rtya. secara umum. Termasuk disini adalah tiniauan
lokasi trase jalan, topografi, geologis, tut^gan lahan dan lingkungan.

113
-_----

KONSTBIIKSIJAI.AN BUKU T : GEOMETRIKJAIAN lirrtr.ii0 Pr.iotrc0rgor Geonetrip Jo0o( Qogo .tt

3.1.2.1. TraseJalan.
. rrkul-r pada jalan 2 - jalur, akan dapat membuat jalan tersebut sebagian
Penentuan lokasi dan perencanzafl suatu trase jalan
sampai pada
r r rt'rriacli jalan 4
- jalur.
batas-batas tertentu sangat dipengaruhi oleh keadaan Penggunaan lahan seperti daerah pertanian, perindustrian,
fisik dan topografi, 1,t'rkampungan, tempat-tempat rekreasi dan lain sebagainya juga dapat
serta peruntukan lahan yang dilaluinya.
nr('rnpengaruhi perenc^n misalnya jalan untuk daerah perindustrian
Keadaan tanah dasar dapat memperyIaruhi lokasi ^i,
dan bentuk .lircncanakan untuk lalu lintas yang sebagian besar t.rdiri dari kendaraan
trase dari suatu ialan, misalnya keadaan ,"rr"tr
dasar yang kurang baik trrrk, yang akan memedukan pefsyaratan berbeda daripada perencanaan
dapat memaksa pefencana untuk memindahkafl
trase jaran ataumelakukan
penimbunan yang tinggi, har yang iama juga dapat ;:rlrrn untuk daerah perkampung^n ata:u tempat-tempat rekreasi dengan
terjadi apabirzdidapati I't'rrrlaraan pada umumnya adalah mobil penumpang.
tanah. dasar dengan permukaan-air ,^n^i
y^rg ai.rggi, walaupun dalam f ;rlan-jalan di daerah intra-urban, biasanya diperuntukkan untuk kendaraan
kondisi te.entu daglt diatasi dengan tata salir dlaina#yang
baik. ,l.ngan bobot muatan tinggi, sedangkan jalan-jalan di daerah perkotaan
Keadaan iklim juga dapat mempengaruhi penetapan
rokasi serta .lipcruntukkan untuk variasi lalu-lintas dengan kecepatan rendah atau
bentuk geometrik, misalnya pada daerui, yl"g banyak
hujan memaksa trrrlgi. oleh sebab itu persyaratan perencanaan untuk ialan-ialan ant^r kot^
pefencana untuk menggunakan rereng merintang
perk..rrr., yang lebih
hesar daripada keadaan normar,
iugazapat -.-itr" pJk.r.r, membuat 'rtlalah lebih berat dari jalan perkotaan, walaupun pemilihan trase di
alinyemen yang jauh lebih tinggi aiipadapermukaan ,lrrcrah intra-urban adalah lebih bebas daripada di daerah perkotaan.
tanah asli. Secara umum trase jalan pada daerah perbukitan, selalu
Dalam kondisi normal, penentuan trase jalan
pemetaannya dilapangan, tidak tedalu banyak .sekaligus rrrengikuti kontur dari topografi, sehingga banyak berkelok-kelok karena
memerlukan perbai[an untuk mempertahankan kelandaian memanjang (grade) jalan. Namun
perbaikan tanah ( soil improaement
pekerjaan gali-timbun ( cut dzfilt) saja.
), sehingga hanya terbatas pada ,lcmikian yang paling utama adalah grade disesuaikan dengan persy^r t^n
)'ang ada, ^gx kendaraan-kendaraan berat masih bisa melaluinya.
)crsyaratan ini mengatur kelandaian memanjang
3.1.2.2. Faktor Topogafi. f maksimum (grade) ialan,
:rgar semua jenis kendzr^ n yang diijinkan pada ruas tersebut dapat
Keadaan topografi dalam penetapan trase jalan rrrcmpertahankan kecepatan renc nanya. dan tidak sampai terhenti akibat
memegang
peranan yang sangat penting, karena akan mempengaruhi kcterbatasan kapasitas mesin yang dipunyai kendaraan.
p.rr.ri'pri
alinyemen, kelandaian jalan, jarak pandangan, l'ada tabel 3.1 ditunjukkan klassifikasi medan berdasarkan topografi
p.rrrrip"ng melintang,
saluran tepi dan lain sebagainya.
Untuk lokasi dengan daenh datar, pengaruhn ya tidak begitu TABEL3.l. Klassifikasi Medan
nyata, penentuan trase dapat dengan bebas ditarik Topografi medan Kemiringan medan
kimana saja, disesuailan
d"1g':. arah dan tuiuan route ialan raya yangdirencanakan. Datar <3
Untuk daerah (D)
perbukitan atau daerah pegunungan' sebaliknya, iopogrrR sangat Perbukitan ( B ) 3 -25
mempengaruhi pemilihan lokasi se*a ^d^t^i
penetapan urgrr"-brgir" Pezununean(G) >250h
bahkan sangat mungkin akan mempengaruhi penetapan i^i^n Sumber : TPGJAK - No. O38/T /BM/ 1997
1"].""I" tipe ialan.
Misalnya saja untuk- dapat mempertah^.rlir., lrprriirr, 3.1.2.3. Faktor Geolqgr.
karena beratnya
rcrrrrin terpaksa perl jarur tambahan
. llngadakan pada pendaki#
1x'rrrl;rkian yang berat dari jarur jalan (crimbing rane), Seperti daerah patahan atlr
d^erah labil @ergerak), mcrrrpirkirrr
k;rr.rr:r r*rhulnya untuk menyediakan jarak ;"g, r.ra"rrg-kadang
pirra"rrgr, irendahuru i yang ,l:rcrah-daerah yang tidak baik untuk digunakan dalam pembuaran rasc
K()Nii'T'RIIKSI JAI,AN k r r t rr iu l'c.ttuncorgor Ceonetrik Jo[.or, Pogo !a
BUKU T: GEOMETRIKJAIAN

jalan. Persyaratan utama dari faktor geologi adalah hindari daeruh zofla- Dalam era pembangunan saat ini, sudah sepatutnya dipikirkan
zona geologis yang berbahaya. Trase iabn nrcrrgenai pembangunan ialan ylflg berwawasan lingkungan dan
ie;ngeLn dibuat melalui daerah-
daerah r^w^n seperti patahan, amblesan, longsoran regional dan lainJain. I'crnbangunzn yang berkelanjutan. Perencanaan dan pembangunzn jalan
Bila menemui.daerah patahan fault qone), sebaiknya dipindahkan kedaerah .rk;rn menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya agar dianalisis
yang lain yang bebas patahan. Demikian pula untuk daerah yang memiliki rrrcngenai dampak lingkungan (AMDAL). Misalnya ia,lan Cengkareng
tanah dasar dengan daya dukung tanah yahg rendah serta melalui ,lrlrcberapa lokasi selalu tergenang atr pada musim curah huian tinggi
genangan ah ya;ng bersifat regional, kalau masih bisa dihindari, hindarkan \';rrrg mengakibatkan tergenangnya flras menuju Bandzra Sukarno-Hatta,
daerah-daerah seperti ini. BiIa dana cukup banyak rersedia, dan tidak ada \',rng menyebabkan terlambatnya penerbangan, a;tat iala.n dipantai Carita
pilihan lokasi lain, dapat saia dilakukan perbaikan tanah dan atan ,lilrcberapa lokasi hampir putus termakan abrasi, dan lain-lain;
rrrcniadi contoh nyzt^ betzpa pentingnya faktor lingkungan (berikut ^g^t
peninggian elevasi tanah. sudah barang tentu dengan memperhatikan.
duign life jalan, faktor-faktor yang merugikan yang akan terjadi nanti ,rnalisanya) dalam penentuan suatu trase jalan. Jadi persyaratan untuk
misalnya kelongsoran, secara dini diantisipasi dengan membangun lrrktor lingkungan ini, dimunculkan untuk meniaga keserasian dan
struktur-struktur tambahan. [r:sinambungan ekosisistem lingkungan. Jangan sampai trase jalan
rr rcnyebabkan perubahan ekosistem secafa drastis.
3.1.2.4. Faktor Tata Guna Lahan.
3.1.2.6. Penetapan Stasiun ( Stationing ).
Dalam rencana t^tz-tuzn| untuk perencanaan wilayah atau Tujuan dari penetapan stationing, adalah untuk menetapkan
dzerah, tata guna lahan merupakan hal yang paling mendasar dalam titik-titik lintasan suatu trase lalan, sekaligus untuk menentukan paniang
penentuan suatu rrase jalan. Lpakah ialan yang direncanakan tersebut srratu trase ialtn, atau iarak dari satu tempat ke tempat yang lainnya pada
diperuntukkan untuk daerah permukiman, daerah perindustri an, at^v suatu lokasi ialm. Titik-titik penting atau titik-titik yang terdapat pada
daerah ruang lain, secara keseluruhan seraru memperhatikan ptda scpanjang jalan tertentu dinamakan dengan fizm^ titik stasiun. Jadi stasiun
peruntukan la,han. Jalan yang akan dibuat melalui daerah hutan lindung, ( Sta ) adalah farak langsung yang diukur dari mulai titik awal, berupa Sta
misalnya, segera harus direlokasi kedaerah lain. Demikian pula bilaman-a o + 000 sampai dengan titik yang akan dicari stasiunnya.
menemui cagar buday', cagar alam, situs purbakala yang dilindungi dan
lainJain.
Kelas jalan sangat banyak rerganrung pzda tata ruang yang dilalui
ialan. Drcrzh permukiman zkan mempunyai kelas ialm ymg lebih rendah
dari jalan yang melalui ruang yang diperuntukkan ...t.rt daerah industri,
demikian juga fungsi dan status izlan akrn berbeda. persyaratan teknis
terkait kepada tataguna lahan adalah iatr,gan sampai tara ruang yang sudah
adz dirusak oleh keberadaan ialan baru. Usahakan kehadiran
lalan,
menambah keserasian ruang laha,n yang suclah acla. Bila lahan belum
mempunyai tataruang, jadikan ialan sebagai sarana pembentuk orientasi
tatarnzng dengan jalan sebagai koridor penyanHla ruang lahan tersebut.

3.1.2.5. Faktor lingkungen. Gbr 3.1. Rencana TraseJalan dan Titik-Titik Stasiun.
-----'E

5I KONSTBUKSIJAI.AN BUKU T : GEOMETRIKJAIAN frirrri(.r lllotrc.otrgor G€{)rctlib Jo0nr^ Pogo $,

Titik-titik awal yang penting rlan tcrletak p^d^ trase jalan, (1) saluran samping;
ditetapkan atau dihitung stasiunnya. Dalam hal menghitung stasiun di @ kemiringan melintang jalur lalu lintas;
luar titik penting, dilakukan dengan car^-c^r^ lrcrdasarkan kriteria sebagai (3)kemiringan melintang bahu jalan;
berikut: (4)kemiringan lereng falan;
1) untuk daerah datx, dibuat jarak patok +/- 100 meter. (5)
gorong.gorong.
2) untuk daerah perbukitan,iarak patoknya tlibuat +/- 50 meter. c) Komponen pelengkap jalan
3) untuk daerah pegunungan,iarak patoknya aclalah +/-25 meter. (1) lembatan;
4) Untuk dzerah lengkung, jarak pat.knya harus rlibuat lebih pendek @ kerb;
menurut keperluan yang berkaitan rlcngrn fhktor kcrclitian. (3) pengaman lereng berupa tembok penahan;
(4) gorong-gorong;
3.1.2.7. Potongan Memaniang dan Melintang Jalan. (5) patok kilometer dan hektometer, damija dll;
(6) guideblock dan guidepost.
r Potongan mcmanjang. d) Komponen struktur ialan
(1) lapisan perkerasan jalan;
Pembuatan porongan memanjang jalan, dibuat dengan (2) lapisan pondasi atas;
menggunakan skala horrzontal l : 1000 a;tatt 1, : 2000 dan skala vertikalnya (3) lapisan pondasi bawah;
adalah 1 : 100. Potongan memanjang jalan digambarkan sec ra langsung (4) lapisan tanah dasar.
dai pengukuran lapangan, untuk mengetahui bagtan y^fig harus E Komponen road furniture
digali (galia.n tanah) dan bagian yang harus ditimbun (timbunan tanah) (1) lampupenetanganialzn;
dalam arah memanjang trase jalan. Gambar perencanaan potongan A) plplrr namaialan;
memaniang jalan didasarkan pada hasil perhitungan alinyemen vertikal (3) papan legenda wilayah kota;
serta standar-standar yang digunakan. (4) trffic sign;
(5) fasilitas fisik landskap.
r Potongan melintangialan. MarkzJalan
(1) tanda pembatas areal ialzn :sumbu/as jalan;batas
Potongan / penampang melintang jalan merupakan potongan
tepi, 7,c
b ra cro ss, cb e a ro n ;
melintang tegak lurus sumbu jalan. Dafi porongan melintang jalan dapat
dilihat komponen-komponen dan elemen dari jalan, meliputi: @ simbol lalu lintas.

llt'lrcrapa tipikal jabn raya dengan pembagian jalur lalulintas dan iumlah
a) Komponen potongan melintang yang langsung berguna lrrjrrrnya, dapat dilihat pada gambar 3.2.
untuk lalu lintas.
0) jalur lalu lintas; l.'lxrr lajur ideal, diberikan pada Tabel 3.2., dibawah ini.
@ lajur lalu lintas;
(3) bahu jalan;
(4) trotoir;
(5) median jalan.
b) Komponen yang berguna untuk drainase jalan.
h() N H,T'RI h,I{!
1 JAI,AN BUKU T : GEOMETRIKJAI^AN
r k i iI(i i(r P(,Jroreokgora Geometnib Ja0on Poqo lr4

ideal
^b13.2.I-aiut
FUNGSI KELAS I-EBAR r,/UUR rDEAL ( M ) .t.2. PENETAPAN DAN PEMETAAN.TRASEJAI-A,N.
Arteri I 3,75
II. IIIA 3.50
Dalam menentukan trase jalan, dikenal beberapa t^hap,,n survey
Kolektor IIIA-IIIB 3.00
Inkal UIC 3-00 'r'lragai berikut :
1. Survey Awal - Rekonesan ( Reconnaisance Survey
).

Tujuan dari survey penyuluhan ( reconnaissance survey) adalah


JALAN RAYA DM{GAN BBMAPA urrtuk mendapatkan peta, dasar dari suatu daerah dalam batas koridor
TIPEJALUR LALU LINIAS
r('ncana jalan, sehingga dapat digambarkan renc n trzsei^lan. pada survai
lajur
rckonesan ini, dikumpulkan data-data meliputi peta topography, kadaster,
e 61 lajur r:rta guna lahan dan lain sebagainya yang diperoleh dari daerah
CJ lajur
6' lajur lrcrsangkutan dan drpat digunakan sebagai data dasar sebelum melakukan
a)- I JALUR,2I-AJUR, -
2 ARAH ( 2/2 TB ) ffi 1rcninj auan lapangan secara langsung.

ry Berdasarkan peta-peta tersebut, dibuat suatu peta dasar


dan dapat ditentukan :
@ase map),

\FJ A- laiur
d). I JALUR,4 r,AJUR, a. Titik-titik utama (primary controls)
E= F lajur 2 ARAH ( 4t2 TB )
( tidak disarankan ) titik permulaan ffase jalan dan titik akhir.
b). T JALUR,2 LAJUR, pusat-pusat tra{Frc yang terpenring
l ARAH (2n1B) lajur daerah pegunungafl
- - persilangan dengan sungai.
lajur
e lajur
lajur
b. Titik-titiksekunder.
lajur pusat industri ataa produksi.
6, lajur
A- lair-n F-
k==i Etr A-- persilangan jalankereta api dengan jalanraya
\# \.J r lajur C-r H daerah rawa atau daerah longsoran
\-
^ ^ lrl,-
^- f-r - daerah yang cukup penting, yang mempunyai daya bcli
dan daya iual yang tinggi serta rempat-tempar bersejarah.
c).2 JALUR,4 LAJUR,
2 ARAH (4/28)
tr Pengambaran petadasar :
e).2 JALUR, n LAJUR,
2ARAH(n/28) Ditentukan alasan utama bagi daerah-daenh yang rlik,w:rri
trase ialan dan ditandai pada peta dasar.
Gbr.3.2. Tipikal denah ialan untuk 1 dan Zlaiar lalulintas dengan Digambarkan satu atau beberapa jalur altcrnutil' st.lr;r1,.1 r

2/a/n ialur. reflc n trase jalan yang melalui titik urama.


tt()Nl{l'ltt KSI JAl.lN
I BUKU r: GEOMETRIKJAU'N Fuite,tio ['r,,rrutnn gan C eonetrtb Ja0on Pogo lr0

- Jarak dan sudut jurusan dari ialur trase yang direncanakan


diukur diatas peta dasar dengan meflfgunaan penggaris dan - Pengukuran situasi jalur dilakukan di sepanjang jalLrr
busur derajat. dengan maksud untuk mendapatkan data lapangan. Pacla
- Untuk mengetahui letak busur di lapangan, dicari titik peta situasi lalur, harus tercantum data-data garis tinggi,
' triangulasi yang terdekat untuk pengukuran poligon utama bangunan-bangunan, sungai, danau, ialan rzya, atzu lalan
dari rertc na trase ialan. kereta api dan poligon.
- Diatas peta ialur, direncanakan pembuatan as jalan, dengan
tr Peninjauan lapangan : beberap a alternatif. Selanjutnya dilakukan pengukuran
profil memaniang di peta at^w di lapangan untuk
Peta dasar tersebut diatas, dibawa ke lapangan untuk mendapatkan data yang digunakan dalam perhitungan
disesuaikan dengan kondisi lapangan. galian dan timbunan untuk setiap trase ialan. Dari
- renc n ttase ialan yang dibuat di pcta dasar, secara kasar perbandingan beberapa trase ialan dipilih yang ekonomis.
diukur di lapangan dengan menggunakan alat ukur
Theodolit, untuk mengetahur jarak, azimuth, sudut-sudut 3. Survey I-okasi (I-ocation Survey).
miring.
- Semua ialur yang telah di-plot di peta dasar ditiniau. Setelah didapatkan data-data mengenai batas-batas penguasaafl
- Semua perbedaan terhadap peta dasar yang ada, dicatat dan tanah yang akan digunakan dalam pembuatan jalan raya, maka dilakukan
dibuatkan sketsanya di peta dasar, misalnya daetah ra'wa, pengukuran untuk pembebasan tanah dengan menggunakan alat-alat ukur,
hutan, dan lain sebagainya. rnap (peta) dan lain sebagainya.
- Semua dara-data yang didapatkan di lapangan di-plot-kan Urutan pekeriaan yar,g dilakukan ant^r^ lain, adalah sebagai
kembali ke peta dasar berikut :
Dari hasil peniniauan lapangan dan pengukuran yang - dilakukan pematokan sumbu ialan dengan sudut jurusan
dilakukan dapat dipilih jalur trase jalan yang terbaik (the dan kelandaian yang telah ditentukan sebelumnya.
most promising route). - memberi tanda dan patok-patok pada bagian-bagian yang
lurus.
2. Survey Pendahuluan (Pteliminary Survey). - mengukur dan menandai sudut-sudut. defleksi dari route
ialan.
Jalur trase ialan telpilih, selaniutnya dipetakan dan diukur - memben tanda untuk stasiun-stasiun dan profil melintang.
. - membuat patok-patok untuk lengkungan-lengkungan jalan.
kembali secara teliti untuk mendapatk^n tencana penentuan trase ialan
yang pasti. Peke{an pembuatan peta jalan lain sebagai berikut : membuat patok-patok dncikan awal damija dart damaja,
^ntara sekaligus rincikan untuk pembebasan tanah.
- Dibuat poligon utama, sebagai dasar kerangka sepaniang
jalur yang terdiri dari titik-titik tetap berf arak 2 - 5 Km dan
sedapat mungkin diikat dengan titik trianggulasi yang ada'
Pada terminal point, digunakan patok-patok bench mark
(BM).
BAB 4&

EbESf[EUS GaE3@U'[Eq[']R-UK
4.1. FIF.N[F:N{ DAN KOMPONEN GEOMETRIK

El lemen Geometrik Jalan Raya lt^m^ adalah alinyemen horisontal,


+!l afinyemen vertikal, alinyemen pada persimpangan jalan dan
:rlinyemen pada tikungan. Dalam tingkatan yang berikutnya adalah elemen
rqc<rmetrik dengan iabaran sebagai bagran dari bagian-bagian utama
tcrsebut. Pada alinyemen horisontal akan terdapat elemen jalur samping
(lrontage road), jalur masuk (access road), jalur pendakian horisontal,
tikungan gabungan searah, tikungan gabungan bedawanan, koordinasi
,rlinyemen dan lain-lain, yang memedukan adanya tinjauan persyaratan
ucometrik horisontal. Pada alinyemen vertikal akan terdapat elemen
scometrik seperti ruang bebas jalan (clearance of road), panjang kritis
tanf akan, jank antzra dua jalur pendakian dan koordinasi alinyemen, yang
rnemedukan tinj auan persyaratan geometrik alinyemen vertikal.
Adapun komponen geometrik adalah merupakan bagian-bagian
lrcmbentuk elemen geomettik, yang mempunyai karakteristik dan
persyzrrata;i sendiri-sendin. Pada elemen alinyemen horisontal akan kita
iumpai, komponen jari-jari lengkungan, denjat kelengkungan, bagian
tangen, bagian lengkung lingkaran, bagian lengkung spiral, lengkung
lrcralihan, daerah bebas samping, pelebaran tikungan, superelevasi dan lain-
lain, yang mempunyai masing-masing persy^ratart, agar elemen horisontal
nyaman dan aman dilalui oleh kendaraan. Pada alinyemen vertikal kita
tcmukan bagian lengkung cembung, bagan iengkung cekung, ialur
pcndakian vertikal dan lain sebagainya.
Parameter geometrik dalam istilah di buku ini adalah parameter-
l)arameter yang menjadi acuan persyaratan, apakah persya;r^t^n alinyemen
lr rrrisontal maupun vertikal, ataupun p^rameter persyafatan struktur.

4.2. ALINYEMEN HORISONTAL

Alinyemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang


lrrrrizontal. Alinyemen horizontal dikenal juga dengan rrama "sitaasi.falan"

aa
5ll h(|\s,t'tilrhFilJAI,AN BUKU 1: GEOMETRIKJAIAN E0.trter Geor.e.tlik ai

lrrau fa/an'i Alinyemen horizontal-terdiri dari garis-garis rurus


"trase
yang dihubungkan. dengan ftiasa
;i,::f ::
Icngkung ^":1:^*:1. ?, s,.ir_;;i,
tersebut dapat terdiri dari busur ti"gt rr"""
tengkung. Garis Sesuai yang telah diielaskan pada Bab 2, bila kendaraan melintnsr
ditam-bah i.rrgu, suatu tikungan, dengan suatu kecepatan tertentu, kendaraan aklrrr
lengkung peralihan atau busur busur peralihan
Iingkaran saja.
saja araupun busur menerima gayl sentrifugal, yang akan mengurangi kenyamanalr
pengendara. Seperti sudah dijelaskan pula gaya ini dapat diimbangi dengan
"-.y- d*ndipanmeter perenc an,.zn geometrik sudah
syarat-syara,
menyediakan suatu kemiringan melintang jalan (superelevasi), yang
dibahas pada bab sebelumnya, brb ini atan lebih meiekankan kepada bertujuan untuk memperoleh komponen g^ya berat yang dapat
dengan bentuk geometrik, sebagai bagian mengelimintr g ya sentrifugal tersebut. Makin besar superelevasi makin
f':r::ir:_::Tf**an
komponen geometrik. dari
besar pula komponen gaya berat yang dapat mengimban g g y^ sentrifugal
Persyaratan tersebut sangat pe,u dipahami,
r>agaimana parameter tersebut.
kecepatan rencana, bagaimana Iedrdukan
parameter k"iriringr, melintang Beberapa hal yang membatasi superelevasi maksimum pada suatu
dan. pa*meter-parzmeter lain, yang mendukung
persyaratan alinyemen jalan nya, adalah sebagai berikut :
horisontal.
1) Keadaan cs ca, seperti sering turun hujan, berkabut. Pada kondisi
4.2. 1. KE"IM\ffUAN-KEIENTUAN
ini superelevasi maksimum akan lebih rendah dibandingkan dengan
EIEMEN GEOMETRIIi daerah yang mempunyai cuaca baik.
4.2.1.1. Ketentuan paniang Bagian Lurus 2) Keadaan medan, seperti daerah datar, berbukit-bukit
^tlu
pegunungan. Di daerah datar superelevasi maksirnum dapat dipilih
lebih tinggi daripada di daerah yang berbukit-bukit, atau di daerah
Pada elemen geomeffik berupa arinyemen
horisontal, bilamana pegunungan. Superelevasi yang terlalu tinggi, akan menyebabkan
topografi berupa daerah datar, dapat terladi
bagian rurus (.tangen.) ras^ tidak nya;m^n kepada pengemudi y^flg mengendarai
menjadi sangar paniang.
Dengan mempertimbangkan faktor keseramatan kendaraannya dengan kecepatan rendah.
pernakai jaran, ditinjau 3) Keadaan lingkungan, seperti daerah perkotaan (urban) atata, daenh
dari segi kelelahan pengemudi, maka panjang
mrkrimom btagtan jaran yang luar kota (rural). Di daerah perkotaan kendaraan akan bergerak lebih
lurus harus ditempuh daram waktu tiiak lebih
d', 2,50
Pada Tabel 4.1. dicantumkan paniang maksimum -..ri,
(sesuai \ ). perlahan karena banyak terdapat simpangan jalan, rumbu lalu lintas,
bagian lurus pada arus pejalan kaki dan arus lalu lintas yang padat, sehingga sebaiknya
alinyemen horisontal.
untuk daerah perkotaan superelevasi maksimum lebih kecil
dibandingkan dengan superelevasi maksimum untuk daerah di luar
kota.
Paniang Bagian t"r". tvtrk.i-oil-( - 4) Komposisi ienis kendaraan dari arus lalu lintas.
Banyaknya kendaraan berat yang bergerak dengan kecepatan lambat
serta adanya kendaraan yang ditarik khewan atau kendaraan ttk
|unber : TCNIJAK No. OIS/f/nU/ gD
bermotor, mengakibatkan gerak lalu lintas meniadi tidak menentu.
t
Pada kondisi ini sebaiknya dipilih superelevasi maksimum yang lebih
4.2.7.2. Ketenruan Komponen Tikungan rendah.
Untuk dzeoh yang licin akibat sering turun huian rhn l>crkrlrrrr
o Jari-Jai Minimum. sebaiknya diberikan e maksimum = 8 oh, dan di dacr;rh pr.rkotirirrr
yang sering terjadi kemacetan lalu lintas rlianjtrrkrrrr rurtrrk
hrD\ ri't'It I kti! J,tt,,t\ BUKUl : GEOMETRIKJAI/,N I 0rnrr (llomellib ar

nrcnlgunakan nrl:ai e maksimum berkisar a.nt^ra 4 - 6 %. Pada .rrl:rlrrh bcrupa lengkung tertaiam, pada suatu nilai suatu batas kccepatan
daerah persimpangan tempat pertemuan beberapa jal:u ialan, e I ('t't(:11n2,
maksimum yang dipergunakan sebaiknya rendah, bahkan t^npz- ll;rrga radius minimum ini merupakan ketentuan minimum untuk
menggunakan superelevasi. AASHTO menganjurkan pemakaian rrrt'rnilih radius lengkungan dalam perenclnuaLi, yang dzp* dihitung dari
beberapa nilai e maksimum yaitu 4 oh, 6o/0, \oh, 10oh dan 12 oh. Bina r utnus
Marga untuk jalan di luar kota menganjurkan untuk menggunakan v'z
nilai e maksimum 8oh dan 10%. Nilai e maksimum 10oh digunakan R minimum = -(4.2 )
untuk kendaraan dengan kecepatan > 30 Km/iam, sedangkan nilai e 127 (e maks * f maks )
781913,53 ( e maks + f maks )
maksimum 8%o digunakan untuk kendaraan dengan kecepatan 30 atau D maks = ..............-(4.3. )
Krn/iam, sedangkan untuk ialan di dalam kota dapat dipergunakan v2.
superelevasi maksimum 670.
hctajaman lengkung horisontal, dinyatakan dengan besarnya radius dari
Dari Gbr. 2.9c. @ab 2), dapat diturunkan rumus yang .mengkorelasikan lcngkung atau dengan besarnya deniat kelengkungan.
kemiringan superelevasi e, koefisien gesek f , kecepatan V dan radius l)enjat lengkung didefinisikan sebagai besar sudut lengkung yang
lengkungan R, berupa : rnemberikan panjang busur 25,0 meter. (lihat Gbr. 4.1)

V2 25
e*[= D-_ X 3(r0o

g.R 2trR
1432,39
Jika V dinyatakan dalam km/jam, g = 9,81 mf det2, dan R dalam meter, D _ _.._.{4.4.)
maka didapat rumus umum: R
R dalam meter.

v
e*f= ( 4.1.) Gbt 4.1. Kotelasi atttarra deraiat lengkung ( D ) dan radius
127 R lengkung ( R )
Dari rumus ini bisa dipahami bahwa radius lengkung horisontal
dipengaruhi oleh nilai e dan f, serta nilai kecepatan reflcan yang dipilih. I)enggunaan radius minimum yang menghasilkan lengkung tertajam ini,
Semakin besar R, akan semakin kecil D (lihat penjelasan dibawah),dan scbaiknya dihindarkan dalam suatu pelaksanaan alinyemen horizontal,
semakin tumpul pula lengkung horizontal rencana. Sebaliknya semakin karena hal ini menimbulkafl r^s^ tidak nyaman bagi pengemudi yang
kecil R, semakin besar D dan akan semakin tajam lengkung horizontal lrcrgerak dengan kecepatan lebih tinggi dari kecepatafl renc na.
yang direncanakan. Itadius yang diambil untuk pelaksanaan sebaiknya, iauh lebih besar dari
Dengan kata lain, akan ada statu Radias tikungan minimum, atau Derajat rrngka ini.
Jadi.\,,^hanya sebagai patokan pemilihan radius saja.
kelerykangar maksimum, bila ada koefisien geser f maksimum, dan selang llina Marga memberikan nilai yang terdapat pada Tabel 4.2. untuk mcncari
superelevasi maksimum. kngkung yang dihasilkan oleh kondisi seperti ini It Iltn.
KONS'IRUKSI JAI,AI\I BUKU I : GEOMETRIK.IAI-AN i'0rncn Ceorctrih .iI

Tabel 4.2. Panianglai-iai Minimum (dibulatkan (.1) Selang superelevasi sedemikian sehingga kendaraan yang bcrialan
V" (krn/iam) 120 100 80 60 50 40 30 20
l):r(lir kecepatan rettclttl, mempunyai seluruh gLyL sentrifugalnya,
lari-iarj Min- R*,- (m) 600 370 210 110 80 50 30 15 .lrirrrlrangi oleh superelevasi di lengkungan, sampai terca;Pit e maksimum,
Sumber: Tata Clra Pelnlnaan GeometrikJalan antar kota [TrGJAK.)-No.038/T/BM/1997
lrt'rarti sampai kurva cenderung tajam.
Bila digunakan rumus 4.2 dan 4.3. diatas, dengan superelevasi maksimum
(l). Sama seperti metoda (2), kecuali didasarkan pada kecep^tan r^ta-
t;lIit.
e-"k- 8%o dan 70o/o, dan koefisien gesef melintang f-"0, yang bersesuaian (4). Selang superelwasi merupakan hubungan parabolis, terhadap
dengan kecepatan renc tT (gunakan Gfu.2.1'1, - Bab 2), akan didapat hasil
dcraiat kelengkungan, dengan nilai yang tedetak diantua nilai metoda (1)
sesuai dengan Tabel4.3. .
.l:rn (2).
Sebagai perbandingan AASHTO yang menggunakan variasi e-^k" =
6oh, 9oh, 10o/o dan 12oh, dengan 4 variasi disrribusi f..u., dan kecepatan 'Iabel 4.4. Uat<simom demiat kelengkungan dan Radius Minimum untrlk suatu.
reflc rrl bervariasi dari V = 30, 40, 50, 60, 65,7A,75, dan 80 mph (miles nilai limit e dan f.
per hour ), sesuai dengan metoda yang mereka lakukan, dapat dilihat pada il1(IIPATAN MAKSIMUM MAKSIMUM TOTAL MINIMUM MAKSIMUM
Tabel 4.4. {llN(IANA e f (e+ f) RADIUS DERAIAT
(ft) KEI-ENGKI-INGAN
Hubungan yang didap* dari 4 Metoda yang dilakukan oleh AASHTO, r{) 0,06 0,16 o,22 273 2tp
adalah :
.ll) 0,06 0,15 o2r 508 11,3
\0 0,06 0,14 o,m 833 6,9
r,o 0,06 0,13 0,19 1263 4,5
(1). Selang superelevasi e, berbanding langsung terhadap deniat (,5
/0
0,06
0,06
0,13
o,r2
0,19
0,18
1,t83
1815
1q
32
kelengkungan. (Hubungan garis lurus dari D=0 sampai D = maksimum). r5 0,06 0,11 o,77 2206 2,6
n() o ori 0.11 o-17 2510 2\
1o 0,08 0,16 o,24 250 22,9
Tabel 4.3 Besar R minimum dan D maksimum untuk beberapa 1o 0,08 0,15 o,23 464 t2l
rencana denqan memperzunakan Detsamarn (4.2 dan(4 ,n) 0,08 o,t4 o22 758 7,6
I(ecepatan e maks f maks R min R min D maks 6(l 0p8 0,13 o2r tt43 5,0
Rencana m/m' Desain 65 0,08 0,13 o21 t34l 4,3
@erhitungan) Desain
10 0,08 0,12 o20 1633 3,5
I(m/iam m m (detaiat) )q
0p8 1974
q 0-10 0.166 47 76\ 47 30,48
15 0,11 0,19
|t( ) noR 0.11 019 2246 2-5
0,08 51.213 51 28,09
t0 0,10 0, 6 o26 231 24,8
50 0.10 0,160 75.858 76 8.85
40 0,10 0, 5 o?s 427 73,4
0,08 82-192 82 7,41 o24 694 8,3
5o 0,10 0, 4
60 0,10 0,1s3 tt2.o47 112 )7q anl 0,10 0, o23 1043 5,5
-t
0.08 121,659 l2 1.74 0,10 0, 3 023 1225 4,7
70 0.10 o,147 156.522 157 9.12 'lll 0,10 0, 2 o22 1485 39
0,08 170.343 170 8.43 75 0,10 0, 1 o21 1786 32
80 0.10 0,1,m 209.974 210 6,82 lt( ) 0,10 0. 1 021 2032 2-8
0,08 29.062 229 5-25 io o,t2 0, t6 o28 274 26,7
90 0,10 o,728 280.350 280 5,12 40 o,t2 o t5 027 395 14,5
0.08 307.377 307 4,67
.,(, o,t2 0, t4 0?6 641 89
100 0,10 0,115 366,233 366 3,91 (,( ) 0,12 o t3 02s 960 6,0
0,08 403.796 N4 3,55
(r5 o,72 0, t3 o2s 1127 5,1
Il0 0.10 0,103 470.497 470 lo 0,12 0, t2 0,24 1361 42
3,05 't\ o,t2 0, t1 o23 1630 15
0.08 522,058 522 2.74
I?0 0.10 0,090 596-768
lt( ) o,l2 0, t1 023 1855 3,r
597 2.40
0.08 666.975 667 2.15
0.1 h(DNH't'lltrKstJAl/aN BUKUT: GEOMETRIKJAIAN
il0rnpr Geonelrik

Dalam perkembangan selaniurnya AASHTo menambahkan Metoda 5,


sebagai perbaikan dari metoda sebelumnya. It'rrgkung tersebut merupakan peralihan dari R -- ke R = R. , flng cliscbur
It'rrgkung peralihan.
. Batas Tikungan tanpa Kemiringan. lk'ntuk lengkung peralihan yang memberikan bentuk yang sama dengan
;t'j:rk kendaraan ketika beralih dari jalan lurus ke tikungan berbentuk
Telah dijelaskan bahwa, kemiringan jalan adalzh fungsi dari lingkaran dan sebaliknya, dipengaruhi oleh sifat pengemudi, kecepatan
ketajaman tikungan. untuk tikungan-tikungan y,flg tumpul, karena kcndaraan, radius lengkung dan kemiringan jalan melintang. Bentuk
kecilnya kemiringan y,ng diperlukan, dapat saja tidak diadakan lcngkung spiral atau clothoid a'dalah yang paling banyak dipakai.
kemiringan. Dalam menentukan batas ini, perlu diperhatikan kemiringan Kcuntungan dari penggunaan lengkung peralihan pardz alinyemen
minimum yaitu disamakan dengan kemiringan ialan normal yang berlaku, lr<rrizontal, adilah:
yajrtu Zoh, dan besarnya koefisien gesekan yang timbul pada bagian dengan
lereng yang bedawanan, yang harus masih dibawah batas yang aman.
'Berdasarkan ketentuan ini, maka batas tikungan
dimana tidak dipedukan
l) Pengemudi dapat dengan mudah mengikuti laiur y^ng telah
superelevasi, adalzh bilamana ia*jan lebih besar atau sama dengan yang disediakan untuknya, t^flpl melintasi lajur lain yang berdampingan.
tercantum pada Tabel 4.5. 2) Dapat melakukan perubahan dari leieng falan normal ke kemiringan
sebesar superelwasi sectra berangsung-angsur sesuai dengzn gaya
TABEL 4.5. I^ri-izrriyang diiiinkan tanpa superelevasi (kngk""g sentrifugal yang terjadi.
3) Mengadakan peralihan pada pelebaran perkerasan yang dipedukan,
Kecepatan Rencana VR dzri jalan yang lurus menuju ke kebutuhan lebar perkerasan pada
tikungan-tiku ngan y a;ng tajam -
4) Menambah keamanan dan kenyamanan bagr pengemudi, karena
sedikit kemungkinan pengemudi keluar dari jalur-
5) Menambah keindahan bentuk dxi ja,lzn tersebut, menghindari kesan
pxahnya jdlan pada batasan bagian lurus dan lengkung dari busur
Sumber: Tata Cxa. Perencanaan GometrikJalan antar kota CfpGJAI+N"I)3gff/BMX9r? lingkaran.

o lcngkungPeralihan llina Marga, menetapkan, pznjang lengkung peralihan mulai dari


l)cnampang melintang berbentuk mahkota (crown), sampai dengan
Perubahan ara.h, yang harus diikuti oleh suatu kend^rz n y^ng kcmiringan sebesar superelevasi.
melintasi bagian lurus menuju suatu lengkungan berupa busur lingkaran,
secara teoritis harus dilakukan dengan mendadak, yaitu dari R tidak Arlapun nilai yang diambil rdalah (Sumber : Tata Cara Perenc n^an
berhingga menuju R tertentu Secara praktis hal ini tidak mungkin ( ic<rmetrik alan antar
J kota (IPGJAI9-No.038 /T /BM/ 1997 ):
dilakukan oleh ban kendaraan, karena harus membuat sudut belokan
tcrtentu pengemudi memerlukan jangka waktu tertentu, berarti pedu jarak ' Nilai terbesar dari tiga persamaan dibawah ini:
tcrtcntu pula. Demikian pula g yz sentrifugal akan timbul secara
rrrt'rrclarlak yang aka,n membahayakan pengemudi. oleh sebab itu agar l). llerdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), unruk nx:linl:rsr
k.rr<l:r**r. ticlak menyimpang dari lajurnya, dibuatkan lengkung dimana It'rrskung peralihan, maka panjrng lengkung :
h(,NI{'T'BI KSI JAI,AN
I
BUKT] T : GEOMETRIKJAIAN il0r.ncn Geortetttik a,

VR l) Pada saat pertama kah membelok, yang dibelokkan adalah rorla


I"=-T ( 4.s.) depan kendaraan, sehingga iejak roda akan melintasi lintasan
3,6 peralihan dari jalzn y^rrg lurus ke tikungan berbentuk busur
2). Berdasarkan antisipasi gaya centrifugal : lingkaran.
v*' Vn'e ,,) Dari keadaan tersebut diatas, maka gaya sentrifugal yang teriadi akan
L"=0,022 -2,727 (4.6.) muncul secara berangsur-angsur dari mulai R tak terhingga di jalan
-R.C C lurus sampai ke R = R. pada tikungan berbentuk busur lingkaran.
3). Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian: Pada lengkung horizontal yang tumpul dengan jari-iai besar, lintasan
(.--"") lit'r'rdaraan masih dapat tetap berada pada lajur jalannya, tetapi pada
I*- .(4.7.) ril<ungan y^ng tajzm kendaraan akan menyimpang dari laiur yang
3,6 r,. ,liscdiakan dan akan mengambil lajur lain disampingnya. Guna
dimana: rncnghindari hal tersebut, sebaiknya dibuatkan suatu lengkung, yangman^
T = waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik. It'ngkung tersebut merupakan peralihan dati R = tak terhingga menuiu ke
V* = kecepatan rericana (km/jam). l{ = R.. Irngkung ini disebut dengan l-engkung Peralihan.
e = superelevasi Seperti disebutkan diatas sebelumnya, bentuk lengkung peralihan,
C = perubahan percepatan diambil 0,3 - 1,0 disarankan 0,4 m/def rr)cmpunyai bentuk yang sama dengan jejak toda kendaraan ketika beralih
R = iair-jari busur lingkaran ( m ). .lrrri ialan y^ng lurus ke tikungan berbentuk busur lingkaran dan
e- = superelevasi maksimum.
scbaliknya, dipengaruhi oleh sifut pengenudi, ktcepatan kendaraan, radius
en = superelevasi normal.
re Irngkung dan keniringan melintang jalan. kngkung spiral atau clotboid
= tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang ialan
( m/m/detik ). rrrcrupakan bentuk lengkung yangbanyak dipergunakan pada saat ini.
l'cncapaian kemiringan melintang ialan dari kemiringan jalan normal pada
kngkung dengan R lebih besar atau sama dengan yang ditunjukkan pada i:rlan yang lurus ke kemiringan melintang sebesar superelevasi dan
Tabel 4.6 tidak memedukan lengkung peralihan. scl>aliknya dilakukan pada awal dan akhir lengkung. Bina Mrtg"
rr rcmperhitungkan panj ang lengku ng pera li h a n mulai sepanjang penampang
rnclintang berbentuk crov/n (mahkota) samp2l
TABEL 4.6. fun-iari Tikungan yang tidak memedukan l)cnampang melintang dengan kemiringan sebesar superelevasi. Sedangkan
kuns Peralihan AASI{TO'90 memperhitungkan panjang lengkang peraliban dari
V" (krn/iam) 120 100 80 60 50 40 30 20 I
)('nampang melintang berbentuk sampai peflampang
R-* (m) 2500 1500 900 s00 350 250 130 60 rr rcl i ntang dengan kemiringan sebesar superelevasi.

,1.2.1.3. Ketentuan kemiringan melintang ialan lurus


o kngkungpemlihan
Pada ialzn yang lurus kendaraan bergerak tanpa membutuhkan
Pcrubahan jurusan yang dilakukan oleh pengemudi dari jalan lurus l.t'rrriringan melintang jalan. Namun demikian agar air huian yang jatulr
(R : ) kctikungan berbentukbusurlingkaran ( R=(),berdampak rrrt'rrimpa perkerasan jalan dapat mengalir kesamping dan masuk kc
.,.rltrrrrn tcpi dengan cepat, maka dibuatkan kemiringan mclintang irl:ur
1x'rrrlr:rlr:ur irrah secara mendadak. Hal ini tidak akan teriadi,bilamana :
r'.rrrri rliscbut dengan kemiringan normal.
6A KONSTIUKSIJAI,AN BUKUT : GEOMETRIKJAI-AN
i'0rxer 0eortetrik

Besarnya kemiringan normal jalan sangat tergantung kepada jenis lapis (.).8
permukaan ialan yang dipergunakan. semakin kedap ,.ir pada p.r-okr* 1'/m =
jalan tersebut, maka kemiringan melintang L,
ialan akan dibuat semakin rlimana:
landai, sebaliknya ienis lapis permukaan jalan yang mudah dirembesi oleh
air,. harus mempunyai kemiringan melintan g jirm yang cukup besar, 1/m =
landai relatif.
sehingga kerusakan konstruksi perkerasan jalan dapat jinirdrri. Besar L =
panjang lengkung peralihan
kemiringan melintang jalan ( = ) berkisar antan (z- 4 ) yo. Bentuk
B =
lebar jalur '1. arah , m
kemiringan melintang normal jalvn "n
pada ialan dengan 2 iilur 2 arah,
e =
superelevasi , mf m'
umumnya berbentuk ,,,,^- croil.)fi , dan pada jalan
en =
kemiringan melintang normal , mf m,
yang mempunyai median, kemiringan melintang dibuat ,ntrl masing- licsarnya landai relatif maksimum dipengaruhi oleh kecepatan dan tingkah
masing jalur. laku pengemudi.

Tabl4.7. Nilai Kelandaian Relatif Maksimum


Kecepatan
4.2.1.4. Landai relatif
Rencana
Kelandaian relatif Kecepatan Kelandaian relatif
maksimum Rencana maksimum
Km/jarn Krn/iam Bina Marga
Proses pencapaian kemiringan melintang sebesar superelevasi AASHTO'90 (Luar Kota)
dari kemiringan melintang jzrzn normal ke kemiringan melintang jalan 72 t/33 20 r/s0
sebesar superelevasi ptda lengkung berbentuk busur lingkaran, 48 1/1s0 30 1/7s
mengakibatkan peralihan tirggi perkerasan sebelah luar dari elevasi 64 1/175 40 1 /100
80 1/200
kemiringan normal pada ialzn lurus ke elevasi sesuai kemiringan 50 r/115
88 t/213 60 t/12s
superelevasi pada, busur lingkaran.
96 t/222 80 1,/1s0
I-andai relatif &/m1 a,dzlah besarnya kelandaian akibat perbedaan elevasi 104 t/244 100
tepi perkerasan sebelah luar sepaniang rengkrrg p"rriihan. perbedaan t12 1/250
elevasi didasarkan pada tinjauan perubahan bentok p.rrr-prrrg melintang
jaran, belum merupakan gabungan dari perbedaan elevasi akibat l)ari batasan landai relatif maksimum, dapat ditentukan panjang lengkung
kelandaian vertikal jalan. pcralihan minimum yang dibutuhkan :
Berdasarkan Gzribar 4.2a.
Menurut BinaMxga,landai relatif :l/m=h/L" .

Menurut AASIITO 1990


(e+e,)B I andai Relatif : 7 / m = h/Is.
l/m =
tn ) m maksim,m
L

Mt'rrrrrrrt AASHTO ' 1990, landai relatif :1/m=hl / L".


7ll K()N S'l'lll.r KSI JALAN BUKU T : GEOMETRIKJAI-AN flnrn OrrxrlrLill ,t

-.- > IGCBTUN ll(fi{J il)


*-:. ----">xEceruil ([Jxrl} Gbr. 4.3. Posisi roda kendaraanpadasaat membelok di
(o),VTRSI BIMMARGA
(b). wns AAsHro
tikungan.

IGI.ANDAIAN REI.ATIF MAK$MUM

Gbt.4.2.I^andai Relatif Maksimum menurut Bina Marya Sudut putaran dari roda depan kendaraan adalah relatif sangat kecil,
dan AASIITO 1990. schingga dapat dianggap bahwa p = r.cr zt^u a =p/r.
Jadi dcr= -p/rz.dr.
4.2.1.5. Bentuk lengkung petalihan. Dengan w=d u / dt, maka : *=-p/r, .dr1dt.
Sebagai pendekatan dalam menentukan bentuk lengkung Sedangkan : v=ds / dt, maka: * =-pvfrr. dr/ds, zta:u
peralihan yang paling sesuai, secara teoritis didekati dengan peninjauan ds = _ pv/w. rr. dr.
terhadap genkan kendaraan di tikungan. Pada tikungan kendaraan w dianggap tetap, maka setelih integrasi terdapat :
dianggap mempunyai kecepatan sudut yzng tetap, dan pengemudi mulai
dengan membelokkan kemudinya padz saat permulaan memasuki busur s =pv/w.r*C.
lingkaran.
Gerakan kendaraan di tikungan merupakan kombinasi dari I)ada perfnulaan lengkung, dimana s = 0, f=
gerakan mafu dan gerakan berputar , yang berarti kombinasi dari v =
hatga co , makz konstanta
integrasiC=0, iadi
ds/dt dan w = da/dt, dimana :
v = kecepatan linier , .s =pv/w.r. atau s=Vr.
w = kecepatan sudut ,
s *-iarak linier, kngkung yang memenuhi pefsamaan tersebut diatas, rrtlrrlrrlr
c = sudut putaran dan lcngkung spiral Euler Spiral Cornu, atau dalam istilah nrulcnratikir
t '_- waktu. ^tzu
.liscbut dengan clothoida. kngkung ini mempunyai sifat lxrlrwu lurr ilrr
72 KoNSTRUKfJI JAI,AN BUKUI : GEOMETRIKJAI/.N
il0.r.ncn Ceone,irtiE
7:l

na'- P.Los

tl = p.L'
l+ = P.Lt

Gbr. 4.4. Clothoida dengan formula A*LRL"


'."'. sr'
lengkung pada setiap titik adalah berbanding terbarik dengan
panjang
..----l
lSngkung yang bersangkutan diukur dari per"muraan rengk;g.
b";g";
demikian lengkung tersebut sangat ideal untuk diperginakrr,
lengkung peralihan.
,.u[ui
Pada kenyat^annya, sering keadaan ideal menufut teori,sukar
untuk
diikuti, sehingga sedng dilakukan pendekatan dan yang menjadi dasar
pertimbang an adalzh kesederhan aan dalam perhi tungar, "yrr,g jipedukan
oleh lengkuogJengkung tersebut.
IengkungJengkung tersebut, antara lain ;
1)' clothoida dengan persamaan An*1 = RLo, seperti pada Gbr.4.4. CIRCLE

2)' kmniscare da. Bernouli, mempunyai sifat bahwa SPIRAI,

lengkungnya sebanding dengan tali busur yang bersangkutan., iai-iari ,TANGEN


yaitu t = 3 r
sin 2 e , dimana t= tali busur rengkung daripermrra* lergi,rng
sampai
sr-ratu titik, s = jari-jari lengkung pada titik yang
bersangkutan, dan a =
str<ltrt antara tali busur dan sumbu-X. Gbr. 4.5. Komponen Spiral - Citcle _ Spiral.
l)' Parabola tingkat tiga, y^ng mempunyai sifat bahwa jari-jari
: y = p. ,,. ' '
It'rt1',lirrng sebanding dengan absisnya, dengan rumus lcngkung peralihan yang paling sesuai dengan lintasan
kendaraan ya,g
lr,gkung maiemuk, dalam har ini lengkung perali^han terdiri dari sc'l>cnarnya adalah clothoida-
:l)'.
l'r f l c'ngkung peralihan diletakkan
'1'1;1;v;q lrrrsur lingkaran dengan jafi-jari yang b-erbeda-beda. bagian lurus dan bagian lingk:rrirr
nr( r ulr.rL;rrr it.rris lcngkung peralihan yang Jenis ini ^ntar^
(t'ircle), yaitu sebelum dan sesudah
iarangdipakai.
tikungan berbentuk busur ringkrr*rrr.
z4 h()\Js'l'ltl'KSl .|AI.{.N BUKU 1: GEOMETRIKJAIAN 1.l0.c.mp-n OeonrJtib

Dengan adanya lengkung peraiihan, maka tikungan men€+lunakan ienis


Spiral - Circle - Spiral (S-C-S).
Keterangan
Xs = Absis titik S(, pacla garis tangen, jarak clari titik TS kc SC ( iarak lurus
lengkung peralihan )
Ys = C)rdinat titik SC pacla garis tcgak lurus garis tangen, jarak tegak lurus ke ( A - 2 0s)
titik SC pada lengkunr. I-c.=xfi x Rc (4.15)
l.s Panjang lengkung pcralilran (purrjang clari titik TS ke SC atau (-S ke ST).
180
k - Panjang busur lingkeran (panjang dari titik SC ke CS).
Ts = Paniang tangcn dari titik Pl kc titik TS atau ke titik ST L ** = 1-r+ 2Ls. (4.16)
TS = Titik clari t:rngcn kc sPiral.
SC = Titik clari spiral ke linqkaran. < 20 meter, sebaiknya tidak digunakan
Ils = .farak dari Pl ke busur lingkaran.
Jika diperoleh L.
0s = Sudut lengkung spiral bentuk Spiral - Circle - Spiral, tetapi digunakan lengkung
Rc = -lart
jari lingkaran Spiral - Spiral , yaitu lengkung yang terdiri dari dua lengkung
P = Petgcseran tangen terhadap spiral.
peralihan.
k = Absis dari p pada garis tangen spiral.
Jika p dihitung dengan menggunakan rumus :

L,,
(4.17 )
Rumus yang dipergunakan :
24 Rc
L,,
Maka ketentuan yang digunakan adalah menggunakan Full
\ = L.(1 """"'(4'B)
Circle ( trC )
Untuk L. = 1,00 meter, maka p - p' dan k = k'
-40o,) Untuk L" = L", m^kzp = P' x L" dan k = k x L..
r*'
x= 6R.
(4.e ) Nilai p'dan k' , dapat dilihat pada"fabel 4.9

90 L, Bentuk lengkung peralihan ( Spiral - Spiral ), adalah sebagaimana


0, = ( 4.10 ) padaGbr.4.6.
fi
L.' Untuk bentuk spiral - spiral , berlaku rumus sebagai berikut :

Ir=0 dan 0s =YrL


6 R.. L total = 2Ls.
0 s = dicari dengan menggunakan rumus . - ( 4.10 )

L,' 0s. n.Rc


tt )
L.- - \Sin0. -. ( 4.1.2) (4.1

40 &' 90
70 h(DNr{'l'ltt rKst JAI/AN :
BUKU T GEOMETRIKJAI-AN I erucr Ouxplrik ,,

Tabel4.9. Besamn p' dan k (menurutJ.Barnett)

0r p* _k+ Os p' k.
oJ o,ooo73l5 o,4999987 zo,3 o,o3()9385 o,4977965
I,O O,OOl1163l o,4999949 2l,o o,o3t7409 o,4976A42
t.5 o,oo2l948 o,49998E6 21,5 o,0.325466 0,49756AA
2.O o,002926E o,4999797 22.O o,o333559 o,4974504
2,5 0,003659t o,49996a2 22,5 o,o34tfi7 0,4973288
1,O o,o043919 o,4999542 23,O o,or49a52 o,497204,2

r' \J# 1,5 o,@5125r o,4999377 23,5 o,o358055 o,497a764


"..v
'- /..,".. ':i.
4,O
4,5
o,oo585E9
0,0065934
o,4999t86
o,4998970
24,O
24,5
o,0366296
o,o374576
o,4969454
o,496alt2
..f \.,
I
sr
5,O

s,5
o,Nr32%
qoomfl7
o,49!m727
o,4998459
25,O
25,5
o,o382t95
o,o391255
o,496673A
o,496s331
./\ 6,O o,ooEto16 q4998165 26,O q039e657 o,4963E9t
.B 6,5 o,(x)95396 o,49vta# 25,5 QO4O8tOr 0,4962411
7,O qol02786 0,499750t 2't,o o,ott6587 0,4969)12
7,5 qolrolrS 0,4997r30 2?,5 o,o.425tlT o,4959372
.* 8,O qorl76(D o,496732 2a,o o,04,33692 o,4957798
t,5 o,or25030 0,4996309 2a,5 o,0442112 0,4956119
qo o,otr247t' q49958s9 29,O q(x5o978 o,4954s46
9,5 qor39928 q49953E3 29,5 o,o45!x90 q495286t
"..".. a ,,,'' SPIRAL
lqo Opr47.lo0 o,4994ttO 30,o 0,0461450 o,495t tsa
.1.. ,/..'
':.;,' TANGE{ lo,5 o,ot548E8 0,499435r 3q5 o,0477258 o,49t94(}5
'() I I,O o,o162394 o.4993795 3l,o 0.0486115 o.4%1620
I r,5 qol69er9 o,49932t 31,5, o,o4950l2 0,494.5798
l2,o o,ot77$2 4,4992@.' 3ao o,o503979 o,49tt939
t2,5 o,ors5qr5 o,499t966 31s o,o5r298s O;4942o4{
l3,o o,or9260t o,499t303 33,O o,o522o4,A oJ94Orr-r
Gbr. 4.6. Lengkung Spiral - Spiral. r 3,5 o,@o/}2t3 o39e()6rr 33,s o,o5rl162 q4938Iz(,
r4,o o,u2o7a4O o,49E9E93 34,O O,OSzf0328 0,4936131
r4,5 o,orzr549() qa98er46 14,5 o,o99549 o,4934oU
CATATAN: l5,o o,o22rt65 o,49At3T2 35,O oro55tt25 0,493t997
I* = 1 m dan 0. tertentu, dengan menggunakan persarnaan 4.10 sepanjang I* I*
= r 5,5 o,o230E63 q498?57() 35,5 qo568155 o,4929a72
/ 2 R* radial, akan diperoleh R". r6,0 o,(xt385rr o,4146739 36'0 o,o517544 o,4927706
p' dan k- diperoleh dengan menggunakan persamaan p 16,5 0,(}24633t q498588O 36,5 o,0586989 O,.f9255()1
= #- & ( 1 _ cos 2) r7,o o,02s4l16 q4984993 77,o o,os964i92 o,49212t1
17,5 o,o26t92t o:4ew'n 37,5 o,0606053 o.4920967
rlrrrr rumus k = L" -E=-R.
4oR,' (
;e-s=y!,
sin4r'2
fr R"
r8,o 0,o2619?56 o,49a:?ttz 3t,o o,cbr567, o,491t639
r8,5 o,v2776t9 0.4982158 38,5 o,06.25354 o,19t626r'
llrrtrrk 1.. I m dan 0. tertentu,(dariperhitungan, p=p..I* ; k=k..f l9,o o,(,zts5l3 qa98ll54 39,O 0,063s095 qa9r 3at7
19.5 o,gr9[]43t o,498ot2t 39,5 qo6a{b9? O.a9t l.l(}l
o-o3(}1396 o-497gmSA a0-o o.651762 o-amsa
-----"%
rq

h()Nli'l'lll Klil J.tl1,tN


I BUKU T : GEOMETRIK.IAI-AN llurn (,)romattik 7fi

o Paniang lengkung peralihan (I^s) berdas^rkan rumus SHORTT I irrrrrli mengimbangi g y^ sentrifugal, telah dibuatkan superelcvasi.
)'r lrirrl'Jla gay^ y^ng bekerja adalah gaya sentrifugal dan komponen berat
Gaya sentrifugal akan berubah dengan cepat, jika paniang spiral l.( n(l1rraan. Dengan demikian rumus SHORTT meniadi
yang digunakan adalah pendek, sebaliknya gaya sentrifugal akan berubah v' V. e.
sccara perlahan-lahan f ika panjang spiral cukup panf ang.
\ = 0,022 - 2,727 ........ ( 4.20)
Gaya sentrifugal = m.V /n .
R.C C
\Xiaktu yang dipergunakan oleh kcndaraan untuk bergerak sepanjang l(rrnrus ini, dikenal dengan nalr:,a rumus MODIFIKASI SHORT.
lengkung spiral sepanjang L., adalah t = L" / V. llrrgkung peralihan perenc n^an dapat diambil dari Tabel Ls1 dan Tabel
Perubahan g:ay^ rat^-rata sepaniang waktu tempuh sepaniang spiral = gzyz / Ls 3 ( lihat l,ampiran 1 clan 3), bila menggunakan metoda AASHTO, dan
waktu. 'l'rrlrcl Ls2dan Tabel Ls4 (lihat Lampiran 2 dzn 4), bila menggunakan
Gaya m.V2/R m.V3 rrrctoda Bina Marga. Masing-masing Tabel digunakan untuk e maksimum
l}olt dan 8t%, dengan suatu kecepatan rencana tertentu, dan radius yang
waktu L, /V R . [-,. ,lipilih.
Perubahan percepatan ke arah radial untuk sctiap satuan waktu
:
1.2.7.6. Superelevasi.
(C)=u/t. ---+C = z/t
Craya = m.a Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang
GzYa -'' m. V' rr<rrmal pada bagian jalan yang lurus, sampai ke kemiringan maksimum
= = (superelevasi) pada bagian lengkung ialan. Dengan mempergunakan
waktu t R. L" .liagram superelevasi, dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada
V, V. sctiap titik di suatu lengkung horizontal yang direncanakan.
C= L.- l)iagram superelevasi digambarkan berdasarkan elevasi sumbu ialan sebagai
R.L,. R.C. saris nol. Ada tiga cara dalam menggambarkan diagram super elevasi,
dimana: vaitu: (lihat Gbr.4.7 ).:
L - panjang lengkung spiral I meter ] l) Sumbu ialan dipergunakan sebagai sumbu putar.
R = jari - iari busur lingkaran I meter ] f) Tepi perkerasan ialan sebelah dalam digunakan sebagai sumbu putar.
V - kecepatan rencana.,Km / jam- ) Tepi perkerasan jzlan sebelah luar digunakan sebagai sumbu putar.
C = perubahan percepatan [m/de( ] , yr.g bernilai ^ntzra: l]ntuk jalan r^y^ yang mempunyai median Qalan rzyz terpisah),
1-3.
lrcncapaian kemiringan didasarkan pada lebar serta bentuk penampang
n-relintang median y.^ng bersangkutan dan dapat dilakukan dengan
v' rnenggunakan ketiga cara tersebut diatas, yaitu :
Rumus SHORT : I-s = 0,022 ........( 4.19.) l) Masing-masing perkerasan diputar sendiri-sendiri dengan
(1e0e) R. c menggunakan sumbu jalan masing-masing ialur jalan sebagai suml>u
putzf.
Rumus ini, tidak memperhitungkan pengaruh adanya
"l) Kedua perkerasan diputar sendiri-sendiri dengan sisi mcclian st'lxr11;rr
kcrrriringan ialan terhada;p gzya centrifugal
sumbu putar, sedangkan median dibuat dalam kondisi clatar.
K()NSTITI]KSI JALAN BUKUT: GEOMETRIKJAIAN
i'e.ru Geonettik It

3) ,1.'2.2. PENGGTJNAAI\ DARI TIGAJEMS LENGKUNG


Seluruh jalur jalan termasuk median diputar dalam satu bidang yang
sama, dan sumbu putarnya adalah sumbu median. HORISONTAL
Diagram superelevasi antzra c ra. AASHTO dan care- Bina Marga 'f 'rgr horizontal, adila'h sebagai berikut
mempunyai sedikit perbedaan , yaitu : ienis bentuk lengkung :

Cara AASHTO, melintang sudah mulai berubah pada l) lengkung busur lingkaran sederhana (circle) ;
^. titik TS (Iikunganpenampang
Spiral).
.l) lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan (spiral - circle
-
b. Caru Bina Marga, penampang melintang pada titik TS (fikungan * - spiral)
Spiral) masih berbentuk penampang melintang normal. i) lengkung peralihan spiral - spiral

1,c1r1 bry t-arro}


I
-*-*

ta?ane luor Darobah


br.na ddail t.lcF

Gbr.4.8. Perubahan kefniringan melintang ialara.

r.g&$.,^c oAr ,^ og. t' o.or-,." t\- 4.2.2.1. k gk"og busur lingkaran sederhana (circle).
( nori{l t

Tidak semua lengkung dapat dibuat berbentuk busur lingkaran


Gbr. 4.7 . Tiga dternatif penggambaran diagram superelevasi scclerhana, hanya lengkung dengan radius yang besar yang diperbolehkan.
l)acla tikung^n yang tajam, dimana radius lengkung kecil dan superelevasi
superelevasi tidak diperlukan, jika radius tikungan cukup besar. Dalam vung dibutuhkan besar, lengkung dengan bentuk busur lingkaran akan
kondisi begrtu, cukup lereng luar diputar, sebesar lereng normal(I-p) atau rncnyebabkan perubahan kemiringan melintang yaflgbesar.
brhkan tetap sebagai lereng normal (LNr) - Lihat Tabel Lsl sampai Tabel
ls4 pada l-ampiran 1 sampai 4.
h(l\Fi'l'lt t Klil J,tl,AN BUKU T: GEOMETRIKJAIAN I '0r,urr ( )rontttik i:l

(]ambar 4.9. menuniukkan lengkung horizontal berbentuk busur


lrrrrlli:rrzrn sederhana. Bag;an lurus dari jalan (di kiri TC atau di kanan CT)
Pt ,r-_ ,lrrr:rrnakan bagSan "TANGEN" . Titik peralihan dari'bentuk tangen ke
/\ 'VI A
./' lx'rrtr,rk busur lingkaran (circle) dinamakan TC dan titik peralihan dari
l,rrsur lingkaran (circle) ke tangen dinamakan titik CT. Jika bagian yang
lrrrus dari jalan tersebut diteruskan, maka akan memotong titik yang diberi
rnrna dengan PI (point of intersection), sedangkan sudut yang terbentuk
,,lch kedua garis lurus tersebut, dinamakan "sudut perpotongan" yang
l,t'rsimbul A. Jank TC - PI diberi symbol Tc. Ketajaman lengkung
^rrtzr^
rlinyatakan oleh radius Rc. Seandainya lengkung tersebut dibuat simetris,
rnaka garis O - PI merupakan garis bagi sudut TC - O - CT . Jarak antara
ritik PI dan busur lingkaran dinamakan E. Panjang busur lingkaran
.linamakan I-..

/ = \.Tg.Yz L (4.21)
& (1-Cos'/zL')
Cos t/z A
= Tc.tg t/r A, (4.22)
4.. n
t. = A dalam dertjat (4.23)
180.
-Rc, A.
I, = 0,01745 Rc ,A dalam derajat (4.23t)
CIRCLE

TANGENT
L.= Rc, A dalamradial. (4.24)

Karena lengkung hanyz berbentuk busur lingkaran saja, ma'kz pencapaian


Gbr. 4.9. I.rgkoog busur lingkaran sederhana. superelevasi dilakukan sebagian prda jalzn yang lurus dan sebagian Ia;gi
pada bagiaLn lengkung, sedangkan bagian lengkung peralihan tidak ada,
rnaka panjang daerah pencapaian kemiringan disebut sebagai panjang
dan mengakibatkan timbulnya kesan patah pada tepi perkerasan sebelah peralihan fiktif (L").
luar. Efek negatif tersebut dapat dikurangi dengan membuat lengkung llina Marga menempatkan % L"' dibagian lurus (sebelah kiri TC atau
pcralihan. sebelah kanan CT) dan 1/t L"' dirempatkan di bagian lengkung ( sebclah
rrngkung busur lingkaran sederhana hanya dapat digunakan kanan TC ztau sebelah kiri CT)- Lihat Gbr.4.10
rrrrtrrk radius lengkung yang besar (disarankan ), dimana superelevasi yang AASHTO menempatkan 2/3 L,' di bagian lurus (sebelah kiri 'I'(. ntrrtr
r I i I r r t r lr k an kurang
r r s ma. dengan 3 o/o). scbelah kanan CT) dan 1/3I"' ditempatkan di bagian lengkung (st'lx'llh
^tav kanan TC atau sebelah kiri CT)-Uhat Gbr.4.10.Dengan mcnKgatrtlr;trk;ttt
K()N T{I'ITI KAiI JAI,AN
I
BUKU r : GEOMETRIKJAI-AN
il0eru.r Georrztrik rt

diagram superelevasi, dapat ditentukan bentuk penampang melintang titik


TC dan CT, serta titik-titik sepaniang lengkung.
(:oNTOH SOAL (1).

Pcnggunaan Busut Lingkaran Sederhana.


Pr l'--
z\\
Kccepatan rencana = 60 Km/iam.
rnaksimum = 0,10 dan sudut A = 10 '
('
ltl>ar jalan =2X 3,50 meter tunpa median.
Kcmiringan melintang normal = 2o/o.
l)irencanakan lengkung berbentuk lingkaran sederhana dengan R= 955 m.
rc
lWtda Bina llilarga
l)ari TabelLs2 (TAMPIRAN 2), diperoleh e = 0,023 dan L"=4O m.
'1.
=Rtgt/zA = 955.tgt/2.10 ' = 83,55m.
fi= T.tg % L = 83,55 . tg %.10' = 3,65m.
1.. = 0,01745 . L. R - 0,01745. 10 . 955 = 166,65 m.
l)ari hasil perhitungan didapatkzn data :
V = 60Km/iam L. = 166,65 m.
A =10" e 2,30
R = 955m E. = 3,65 m
'f. =
= 83,55 m. I*' = 40m.

Metoda,MSHTO :
l)ari Tabel Lsl (Lampiran
1) diperoleh e= 0,026 dan Ls = 40 m.
licrdasarkan perhitungan yang dilakukan, didapatkan dataiata sebagai
lrcrikut :
V = 60Km/iarn Lc = 166,65 m
A =20" e = 2,6oh
It = 955m Ec = 3,65 m
Lthar A *.
Y+ o'o2 'lt = 83,55 m Ls' = 40m
I)i soal ini hanya terdapat perbedaan di e saja. (eu*=2,3oh,"t,o,,ro=2,6oh
(tidak selalu demikian/tidak bedaku umum)
Gbr.4.10. Pencapaian Superelevasi menurut Bina Matga dan
AASI{TO pada tikungan Full Circle(I"ingkaran penuh).
8C h(, N f{.I.IT T I KliI JAI,AN BUKU 1 : GEOMETRIKJAT-AN
r ilCencn Geone-trib t7

Pr ,/-.
z\\ 4.2.2.1. I-engkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan
( Spiral {itcle -Spiral )

gT

BAGIAN
'\
.-\ "'
\
\

lxf
I vr*61sm I

?pr.,r,. iii',-.i"oit*tol ' n/'-r+(Etr


,,'' I CIRCLE
::'T'n cararaNi '
Br:o*-z,3ch_y-122sfl. SPIRAL
--.tt-4u"
pOr_rC ,a-Lr rt Y+2)
Llh.t A ^Fc : .+ msrro, e"e - TANGU\
.\- {,"r0 ('d + 2 ) 2,696
-Y= r,459e
-]-\ Por-ll-{t L!' Gbr.4.lZ.
P.nleng L.' ( 6il- d.d p.nampang l{ emp.l pcnamp.ng ll-ll ( r-l's/D lr{l')
)
kngkung Spiral - Circle Spiral
Bt Panrang Ls'( AASHTO ) = dad p.namp.ng lll{ll $mp.l FnamF,ang ll{l ( lll'{ll'SrD ll'{l')
-
lcngkung TS - SC adalah lengkung peralihan berbentuk spiral (clothoid)
Gbr. 4. 11. Diagram Supetelevasi CONTOH SOAL 1
yang menghubungkan bagian lurus dengan radius tak terhingga di awal
spiral (sebelah kiri TS) dan bagiln berbentuk lingkaran dengan radius .

l(c di akhir spiral (sebelah kanan SC). Titik TS adalah titik pcralih:rn
l,;rrrtl:ri llclatif (Bina Marga)= { ( 0,02+ 0,023)*3,50 \ / +O = 0,00376 lxrgian lurus ke bagian berbentuk spiral dan titik SC adalah titik pcralihrrrr
l,;rrrrl:ri l(r'lrrtif'( AASHTO ) =
{ (0,02+ 0,026 )*3,50 } / +O = 0,00401 lxrgian spiral ke bagian lingkaran.
at t()Nf.lTlltlKiilJAI,AN BUKU r : GE0METRIKJAI-AN SCerer Geoxetrib
-

Rumus yang dipergunakan :


Koordinat sembarang titik P pada spiral , dicari dengan rumus :

L2 L2
X=L(t__1 Y_
40R2 6R

Jika panfang lengkung peralihan dari TS ke SC ardalm,h [s dan R pada SC


adalah Rc, maka rumus yang dipergunakan adalah :
ln' L"'
x" =L,(1__) Ys-
40 &' 6&
Besarnya sudut spiral pada titik SC., adalah :

L" g0I"
0s -_ radial 0s = ---:- der2;i*
2& Tr Rt
L"' In' _ -4.
-\sin 0, \
6& 40 &'
Untuk L,= 1ff, p = p+ dan k=k*
Dan untuk I*=I", p = p*. L" dan k= k*.I+.
Sudut pusat busur lingkaran = A., dan sudut spiral = 0*'
Jika besar sudut perpotongan kedua tangent a,dalah A, maka:
A. A- 0,.
= DTN.AIILIRUS IIABTIILTnIJS
E, = (& +p) Sec %A _ \
T. = (& +p ) tg % A + k
SISI DTL.Af,I
0.
I-.=-tr.\
SPIR.IIL
180 :

l)cncapaian kemiringan pada lengkung spiral-circle-spiral,dilakukan secara


linicr ( Gbr.4.13), diawali dari bentuk normal A
slrnpai awal lengkung peralihan TS yang berbentuk
lrlrla bagian lurus jalan, kemudian dilaniutkan sampai Gbt.4.13. Pencapaian kemiringan ( superclevasi )V^M
srrl'x'rclcvasi penuh, pada akhir bagran lengkung peralihan SC. tikungan Spird - Citcle - Spital.
to h()Nril'R(llililJAl,aN BUKI.I T : GE,OMETRIKJAIAN i'0.cucr Oarnrltil:

coNToH soAL (2). = (573 + 0,263 ) Sec 30" - 573


Pengunaan tengkoog Spiral-Circle-Spiral = 88,95 m
'f', = (R.+p)tg,/, A+k
Metoda Bina llfiarga = ( 573 +0,263) tg 30 " + 30,0 = 360,97 m.
Kecepatan rencana 70 Km/iam.-
e maksimum = 0,10 dan sudut A = 30 " I )ata lengkung pada lengkung Spiral - Circle - Spiral tersebut diatas,
Irbar jaltn-2X3,75 meter tanpa median. ;rtlalah :

Kemiringan melintang normal = 2oh.


70 Krn / i^n . L = 360,02 m.
A 30" e = 4,7%
Jalan direncma.kan membelok ke lianan. 0. 3,0 ' L = 60m
Bentuk lengkungan yang dipergunakan adilah : Spiral - Circle - Spiral R. 573 m L = 240,02 m
dengan&=5Z3meter. ri 88,95 m p = 0,263m
Berdasarkan dtta-data tersebut diatas dan dicari dari Tabel I.s2- T 97m k
( Lampiran 2) didryr:.Jria;t). e= 0,047 dan L, = 60 m.
LandaiRelatif (Bina Mzrga.)= { (0,02+0,047) .3,75\ /60=0,00418-
L,.90 60.90
0, =- = -- 3,0 4.2.2.2.I*.gkong Spiral - Spiral.
rrR r. 573
o" = a-2 o, = 30 - 2.3,0 = 24,0" trngkung horizontal berbentuk spiral - spiral adalah lengkung tunp^
busur lingkaran, sehingga titik SC berimpit dengan titik CS. Paniang
0. 24,0 busur lingkaran
L. = X2n& - x 2,n 573= 240,02 (>20m). lr = 0, dan 0s = '/z A . Rc yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga
-360 360 ts yang dibutuhkan lebih besar daripada Ls yang menghasilkan landai
-
L = L+2In=240,02+2.60 = 360,02m. relatif minimum yang disyaratkan. :

L.' 602 Disini Tabel 1 sampai Tabel 4 hznya digunakan untuk mencari
p =-- -573 (l-Cos3,0) superelevasi. Paniang lengkung peralihan L, harus dicari dari rumus 4.18 :
&(1-Cos0,)=
6& 6.573
0 s. n .Rc
P = 0,263 m'
t^s = (4.2s)
Dengan mengunakan Tabel 4.9, didzpatkan data :
90
P* = 0,0043919
p = p* * Ls = 0,0043919 . 60 = 0,263 m
k = I"-L'/40&'-&sin0, dengansudut 0s='/, A.
Rumus la;innyz- dari lengkung spiral-circle- spiral tetap dapat digunakan,
k = 60 - 60u / 40.573' - 573 Sin 3,0 = 30,0 m
Dengan mengunakan Tabel 4.9, dtdapatkan data : dengan mengakomodir hal khusus diatas.
k* =
0,4999542
k = k* xL = 0,4999542 . 60 = 30,0 m.
lr. (R. +
= p) Sec%A - &
), r()Nt{T!l1 Xt{l JAI.AN
I
BUKU T : GEOMETRIKJAIAN ill,cu Georztrih T

li'rrcapaian kemiringan pada tikungan spiral- spiral, seluruhnya dilakukan


lntla bagian rprt"l ( Gbr.4.15. )

\ I;T

-..\ a

\ a

SISI LUAIT

DAB,AHLURU$ iolmenurnus
0.01

, {e-,"v\,b
i t-'.:,r.
.\
Gbr. 4. 14. Diagram Sulretelevasi CONTOH SOAL 2
x":
:
Gbt.4.15. Pencapaian Superelevasi pada tikuagan
Lirykamn Penuh.
h()Nn't'ttt rKsI JAl,aN BUKU T : GEOMETRIK.IAI.AN ernrr (iarncttik af,

coNToH soAL (3). = (179 + 4,77 ) t922" +62,78 m = 136,18 m.


lr. = (R.+p) Secy, L-p=(179 + 4,17)Sec22 - 1,79
Penggunaan I*rgkorg Spiral- -Spiral '
= 18,55 m.
Metoda Bina'lllhrga ll<'rtlasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, maka didapatktn dtta-drtt
V = 60 km/iam. L =
250,00 m
Kecepatan tencafia - 60 Km/jam , e maksimum = 8 oh, sudut L,
- 44",lebat A -44t e - 7,3 o/o
2 X 3,50 meter t^np^ median. Kemiringan melintang ().. =22o L =
125,0 m.
iilan ialzn normzl =
2 oh. Jalan belok ke kanan, direflcanakan lengkungan berbentuk Spiral- l( =179 m. L. 0,00 m=
Spiral. R digunakan= 779 m, lr, = 18,55 m. P = 4,17m
'l'. = 136,18 m. k = 62,L8 m
Perhitungan :

Dari tabel Ls4 ( lampinn 4): e= 7,3 oh


@"=%4,=22"
@.. tr. R 22. rr.779 [ ( 0,02 +0,073 ) 3,50 ]
Lt= =137,46 m
l;rndai rcIaljf -* = 0,002604
125,0
90 90
\ minimum berdasarkan landai relatif menurut Metoda Bina Marga
4.2.3. PELEBARAN PERKERASAN DI TIKUNGAI\.
adalah m (e*e").B.
Dari Tabel ( Tabel 4.7 ) xau G*. 4.2. didapat m= 725
Kendaraan yang bergerak dari ialan lurus menuiu tikungan,
\ minimum = 725 (0,02 + 0,073) .3,50 = 40,69 m seringkali tidak dapat mempertahankan lintasannya prda lziur yang
I*=737,46m>\minimum,
telah disediakan, disebabkan :
Kontrol terhadap persyaratan lengkung peralihan lainnya.
1) Pada waktu membelok yang diberikan sudut belokan . hanyt
:
roda depan, sehingga lintasan roda belakang menjalani lintasan
dengan AASHTO : v= 60 krr,/imn-+ m = 165
^. Cekminimum lebih kedalam dari roda depan (off tracking).
\ = 165 (0,02 + 0,073 ) 3,50 = 53,77 m. 2) Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper
I* I" minimum
>
depan dan belakang kendaraan mempunyai lintasan yalg
b. Panjang perjalanan selama 3 detik, yaitu : berbeda zntzrl roda depan dan roda belakang.
3X60X1000 /3600m = 50m.
L, ) I*-ini-"-, maka R = 179 m dapat dipergunakan.
3) Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan
lintasannya untuk tetap pada lajur jalannya, terutamt prda
tikungan-tikungan y^ng taizm aLtav pada kecepatan y^ng
G). 22", p+ - 0,0333559 dan k* = 0,4974504 tinggi.Untuk menghindari hal tersebut diatas, maka pada
.fatli p p*.L, = 0,0333559*125 = 4,1'7 m tikungan ya;r;Lg t{Llrr pedu diadakan pelebaran perkeras an ialan.
k = k* . L. = 0,4974504* 125 = 62,1,8 m. Secara praktis, perkerasan harus diperlebar, bila radius lengkungan
t, . 21,, = 2X125 m = 250,00 m.
lebih kecil dari 120 m, untuk meniaga aga4 pzndangan lx'brs
't' (R,+p)q'/,4+k kearah samping terhadap kendaraan-kendaraan lain; scrlattllkrtt
T |(')NBTTIII($IJAI.AN BUKTI T : GE,OMETRIK JAI^AN
80pra Geoxetrib tl,

pelebaran tidak diperlukan lagi bilamana kecepatan reocana kurang


dari 30 km/iam.

Elemen - elemen dari pelebaran perkerasan pada tikungan, terdiri


dari :
1). Off tracking ( U );
2). I(esukaran dalam mengimudi di tikungan (Z).

ficnh hn3 drcnl lurr

lirlrltuu
lil(utrSra

15
"i"lA.frh
tilugrl

Garrrbar 4.16. Pelebaran pada tikungan.


Gbt. 4. 17. Diagam Superelevasi CONTOH SOAL 3
ItON Fi,f RI I I{"SI JAI,AN BUKU T : GEOMETRIK.IAI-AN i frnut (lcoxelrik

l)ari gambar 4.76 dapat dilihat : ll, radius lengkung untuk lintasan luar roda depan yang besarnya
b = bbx kendaraan rencana dipengaruhi oleh sudut a
l(, .lirrsumsikan sama dengan F.i+ y2b.
tikungan pada laiur sebelah dalam.
U = B-b r(, = (&+Y,b)2+(p+A)') (\+y,b)'= &'-(p+A)'
C = kbar kebebasan samping di kiri dan kanan ialan.
Z = kbar tambahan akibat kesukaran mengemudi di
rll,l-t7rb) J
B. -'7 -(p+ A)'
B, = l-ebar total perkerasan pada bagian lurus
N = l-nbar total perkerasan di tikungan t(: R"' *(p + A)' -,/rb ) R, +b= *(p+ A)' +%b ..
B. = Jumlah laiur r l, ------:--r--:--) ( a\
A b = N(B+C)+Z ) sulrslttust \ /

A b = Tambahan lebar perkerasan di tikungan


B,- B,'
It,-, = -(p+ A)2 +ll2b +(p+ A)2
1). Off Tracking. *(p+ A)'
Dalam perencarra;an geometrik ialan rzya,, Bina Margr memperhitungkan ll ,- +(p+ A)2 - +1/2b
lebar B dengan mengambil posisi kritis kendzreair, pada saat roda depan ll = B - b.
kendaraan pertama kali dibelokkan dan peninjauan dilakukan untuk laiur t lkuran kendaraan rencttt truck , adalah :
sebelah dalzrn- f' = jaruk antata gandat = 6,50 metef.
,\ - toniolan depan kendaraan = 1,50 meter.
R- = Radius lengkung teduar dari lintasan kendaraan pada li - lebar kendatl^tr = 2,50 meter.
lengkung horizontal untuk laiur sebelah dalam.
Ri = Radius lengkung terdalam dari lintasan kendxatn pada
lengkung horizontal untuk lajur sebelah dalam.
Besarnya R, dipengaruhi oleh iank gandar kendaraan ( p ).

B=\ Ri

Ri+b = Rn' -(p+ A)'


\t'lringga

,r-ffi
:
R*

R, R* Il ) \-B + b= JR_' -(p + A)' - (8)' + 1,25

lr ll_+b R*' -(p+ A)' R.' -64+1,251 +6a - W44 +1,2s

( 4.26)
t
taa KoNsnf,,urstJALAN BUKU T : GEOMETRIKJAI^AN t0ener Geonetrr.ih loI

ini,sesuai dengan paniang pencapaian kemiringan, diadakan scpanfang


- + yzb. busur peralihan yang bersangkutan.
Dan \ = radius laiur sebelah kanan Yzlebt perkerasan
Apabila standar minimum, seperti disebutkan diaras, sulit untuk dicaPai
2r. Kesukatan dalam mengernudi di tikungan. tanpa melaksanakan perbaikan-perbaikan yang berarti, maka harus
AASf{ro mengemukakan bahura ambahan lebar perkerasan di tikungan dipertimbangkan cara penyelesaian lain, misalnya :
sebagai akibat dari kesukaran dalam mengemudi, merupakan fungsi dari " Apabila panjang kritis melebihi standar yang alda, dapat diusahakan
kecepaan kendaraan dan radius lajur sebelah dalam. Semakin tinggi untuk mempedebar jalan, atau menyediakan tempat perhentian sementara,
kecepaan kendaraan dan semakin tajtm bentuk tikungan, akan untuk digunakan sewaktu-waktu pada saat darurat.
mengakibatkan semakin besar ambahan pelebaran . Hal ini disebabkan " Pada suatu lengkung cembung, bilamana iank pandangan y^fig
rda;nya kecenderungan akan terlempar keluarnya kendaran pada saat dihitung, untuk suatu kecepatan reracana, tedalu pendek, maka harus
menjalani tikungan tersebut. dipasang tanda lalu lintas, pada kedua sisi lengkung cembung tersebut,
untuk memberikan peringatan pada pengendara.

Z= 0'10:V ; dimana : V= kecepatan kendaraan I Km/iam] dan Pelebaran Jalut I-alu Lintas di Tikungan berdasarkan Tata Cara
{R Perencanaan GeometrikJalan at:itat Kota. ( 035/T/BM/1997 )
R = radius lengkung I meter ].
di tikungan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Pelebaran falur
Kebebasan samping yzngada di kiri dan kanan jalan, tetap harus Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap pada
dipertahankan demi untuk keamanan dan tingkat pelayanan ialan.
"
laiurnya.
Kebebasan samping ( C ) sebesar 0,50 m; 1,00 m;1,25 m; cukup memadai
untuk jalan dengan lebar lajur 6,00 m; 7,0 m; dan 7,50 m.
" Penambahan lebar laiur yang dipakai saat kendaraan melakukan gerak
melingkar. Dalam segala hal pelebaran di tikungan harus memenuhi gerak
perputaran kendaraan rencana sedemikian sehingga proyeksi kendaraan
Pencapaian pelebaan pada lengkr,rng horizontd.
tetap pada lajurnya.

Pelebaran pada lengkung horizontal harus dilakukan secara perlahan-lahan,


" Pelebaran di tikungan ditentukan oleh radius belok kend^r^an rencafl
(lihat Gbr.2.4 sampai 2.6), dan besarnya ditetapkan sesuai Tabel pada
dimulai dari awal lengkung ke bentuk lengkung penuh dan sebaliknya. Lampiran 22 a dan 22b.
Hal ini bertuiuan untuk memberikan bentuk lintasan yang baik bagi
kendaraan yang hendak memasuki lengtung atau meninggaikannya.
" Pelebaran yang lebih kecil dari 0,6 meter dapat diabaikan.
Prda lengkungJengkung lingkaran sederhana, t^ttpl menggunakan
" Untuk jalan 7 jalar 3lajur, nllai-ntlai dalam Tabel padaLampinn 22 a
dan 22 b harus dikalikan 1,5.
lengkung peralihan, pelebaran perkerasan dapzt dil.lkukan di sepanjang
lengkung peralihan fiktif, yaitu bertepatan dengan rempat perubahan " Untuk jalar' 1 ja,lw 4lajur, nilai-nilai dalam Tabel pada Lamphan 22 a
dan 22 b harus dikalikan 2.
kemiringan melintang, yaitu sesuai dengan pencapaitn kemiringan,
pencapaian pelebaran sebesar +75'/o -nya, diadakan pada bagian lengkung.
Prda lengkung.lengkung dengan menggunakan lengkung peralihan
tambahan, lebar perkerasan dilakukan pada tepi dalam saia, atau dibagi
sama pada kedua sisi lengkung. Panjang p.r.rpri"r, pelebaran dalam hal
{
IO2 KONSTBTiKFiI JAI,AN BUKU T : GEOMETRIKJAI.AN t0prpr Gpoup-1trib l03

4.2.4. JARAK PANDANGAN PADA LENGKUNG tri.ne lry G)

HORISONTAL

Jarak ptndang pengemudi kendar^ n yzng bergerak pada lajur tepi


sebelah dalam seringkali terhalang oleh gedung-gedung, hutan-
hutan kayu, tebinggalian dan lainnya
Penentuan batas minimum jarak Lrrtar^ sumbu lajur sebelah dalam
ke penghalang ditentukan berdasarkan kondisi dimana ixrk
pandangan berada di dalam'lengkung (Gbr.4.18a), dimzna jxrk
pandangan S lebih kecil dari panjang tikungan yang bersangkutan
L, ztau keadaan dimana iank pandzngln S lebih besar dari
paniang tikungan l. sehingga jarak pandangan sebagian
merupakan lengkung sepanjang L, dan sisanya merupakan garis
lurus(Gbr.4.18b).
Pada gambar insert dapat dilihat bahwa

o
:

i
Garis AB =garis pandangan
Irngkung AB = iasakptndtngrn.
m = iank dari penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam \/
\--.--/
I meterl E -At-! bfa rrfhf
0 = setengah sudut pusat lengkung sepanjangl.
S - iank pandtngan [meter] Gbt. 4.18. Jaruk pandangan pada lengkung horizontal untuk A).
L = pznizngbusur lingkaran [meter] S < L dan B). S > L C). Notasi-notasi.
R' = radius sumbu lajur sebelah dalam [meter]
m = R' - R'Cos Q = R' (1- Cos Q)

90s 28,65 . S
2q fr.0.R'
S_ 2fIR'= 0- =
fI R' R'
360 90
m= R'(1- Cos Q)

90s 90 DS DS
1432,39
0= m= (1-Cos DS/s0)
NR' n 1432,39 50 D
m= R' ( 1-Cos 28,65. S./ R')...-., .-.- (4.27)
q

I|)4 KONSTBUKSIJAIIIN BUKU T : GEOMETRIKJAI,AN t0erter Geouetrih r05

Untuk kecepatan tencana tertentu darl berdasarkan iarak


pandangan henti minimum sePerti pada Tabel4.10. dibawah ini :

Tabel 4 10. henti minimum I


Kecepatan Kecepatan f- d d d I /
Rencana lalan perhitungan perhitungan Desain
I
!o mr.
/
(<m/fam) $<rn/iam) untuk V, untuk\ (m) (-) /
(m)

30 27 0,400 29J1, 25,94 2s-30


40 36 0,375 44,60 38,63 40-45
50 45 0,350 62,87 54,05 55-65 /,, =E
s
75-85 e/ ./
60 54 0,330 84,65 72,32
95 - 110
ci /
../ ,, t
!
70 63 0,313 1,1,0,28 93,7L ,oma /.
c/ ,,' ro .t
80 72 0,300 1,39,59 118,07 120 - 140 8,/ ,/ I

100 90 0,285 207,64 1,74,44 175 - 21,0


0
'6 i7 ,,.'
to'ou.nf/
-
G
120 108 0,280 285,87 239,06 240 - 285
)'
Catatan
o
z

(Vr)
l. {f:^;;rY;;--
-- ,6 II
i

Kecepatan i"l^nVj =90ok x Kecepatan rencana '- tJ/]-al 200


.
o
f- berdasarakan gambar 3.5' il-"it-.-"-9:- 3(D
d dihitun€i dengan men5gunakan rumus (4), dengan t = 2,5 detik.
D = 0,278 V. t+\P / 254 f^.
Jarek penghalang sumbu lejur lebelsh delem m , moter
( e meksimum = O,1O ).
Diperoleh grafik seperti pada Gambat 4.19, yang merupakan -+
hubungan antara m, R' atau D dan kecepatan ter'can .

4.2.5. TIKUNGAN GABUNGAN Gbr.4.19. Hubungan m, R dan Kecepatan Rencana.


Dalam mefencanakan suatu alinyemen horizontal, kemungkinan
akan ditemui perencanaan tikungan gabungan, y^ng didasarkan pada
kondisi topogfafi pada route ialan yang direncanakzn y^ng tidak dapat
dihindari. 4.2.5.1. Tikungan gabungan searah.
Tikungan gabungan ini adalah :
o Tikungan gabungan searah. , Tikungan gabungan searah, yaitu gabungan dua Lt^v lcbih
o Tikungan gabungan berbalik. tikungan dengan arah putaran yang sama, dengan ixi-jari yang berbeda
(Gbr.a.20)
Tikungan gabungan searah sebaiknya dihindari, jika R, : R, > 2 . 3
Jika R,: R, < 2/3, tikungan gabungan harus dilengkapi bagian lurus ;u:rtr
, clothoide, sepanjang paling tidak 30 meter. (Gbr,4.21.)
I
s

106 I(ONSTIIITKSIJALAN BUKU 1 : GEOMETRIKJAI-AN t0eite-n Georetlik

4.2.5.2. Tit<ungan Gabungan Berbalik.

" Tikungan gabungan balik arah, yaltu gabungan dua tikungan,


clengan arah pwtaran yang berbeda.(Gbr. 4.22). Biasa juga disebut sebagai
lcngkung- S.

Gbt : 4.20. Tikungan gabungan seatah

Gbr.4.22. Tikungan betbalik arah

Tikungan gabungan yang berbalik secara tiba-tiba, sedapat mungkin


harus dihindari, karena dalam kondisi ini pengemudi akan sulit untuk
mempertahankan kendaraan pada laiwnya. Jrka terpaksa dapat dilakukan
Gbr z 4.27. Tikungan gabungan seatah dengan sisipan. dengan menambahkan bagian sisipan lurus ^tau spiral.
dizntaranya,(Gbr.423)sekurang-kurangnya30meter.
ry

log I(oNsTRfrKstJALAN BUKU T : GEOMETRIKJAI-AN t0,prp-n Gpo*p-lrib t0t

(turunan), sehingga terdapat suatu kombinasi yang berupa lengkung


cembung dan lengkung cekung serta akan ditemui pula kelandaian =
0 , yang berarti datar.
Gambar rencana suatu profil memanjang jalan dibaca dar.i kiri kc
kanan, sehingga landai jalan diberi tanda positif untuk pendakian
dari kiri ke kanan, dan landai negatif untuk penurunan dari kiri ke
kanan.

4.3.I. KEI.AI{DAIAN ALINYEMEN \IERTII(AI.


Landai minimum.
^.
Untuk tanah timbunan yang tidak menggunakan kerb, maka lereng
melintang jalan dianggap sudah cukup untuk dapat mengalirkan
air diatas brdan ialzn yang selaniutnya dibuang ke lereng ialan.
Gbr.4.23. Tikungan gabungan berbalik dengan sisipan Untuk ialtn-ialan di atas ttnah timbunan dengan medan datar dan
mengunakan kerb, kelandaian yang dianjurkan adalah sebesar 0,15
oh, yang dapat membantu mengalirkan air dari atas
badan ialan dan
4.3. ALINYEMEN VERIIKAL membuangnya ke saluran tepi atau saluran pembuangan.
Sedangkan untuk ia,lan-ialarn di daerah galian at*r ialan yzng
Alinyemen Vertikal zdalah perpotongan bidang vertikal dengan memakai kerb, kelandtitn jalan minimum yang dianjurkan adalah
bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jzlzn, yang umumnya 0,30 - 0,50 %. frreng melintang ja.lan hanya cukup untuk
biasa disebut dengan profil/penampang memanjang jalan. mengalirkan air huian yang jatuh diatas badan ialan, sedangkan
landai jalan dibutuhkan untuk membuat kemiringan dasar saluran
Perencanaan alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh beberapa
samping, untuk membuang air permuk aan sepaniang jalan.
hal, antaralzin:
o Kondisi tanah dasar
b. Irrdai maksimum.
o Keadaan medan
o Fungsi Jalan
Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk menjaga ag r
kendaraan dapat bergerak tefl.rs tanpa kehilangan kecepatan yang
o Muka air bzniir berarti. Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan rruk
o Muka air taneh yang bermuatan penuh dan mampu bergerak, dengan penurunan
kecepatan tidak lebih dari separuh kecepatan semula tanpa harus
o Kelandai Ln yurrg masih memungkinkan. mengunakan glgi rendah.
Selain hal tersebut diatas dalam perencun Ln alinyemen vertikal, akan
ditemui kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian negatif
*

IIO KONSTRfiI(SIJALTJ BUKU 1: GEOMETRIKJAIAN ?.0,e.np,n eumpltib

Tabel z 4.11 Kelandaian maksimum yang diizinkan.


d. Lajur pendakian
V. (l(m/iam) t20 110 100 80 60 50 40 <40
Kelandaian 3 -) 4 5 8 9 10 10
Maksimum ( 7o ) Pada jalur ialan dengan rencana volume lalu lintas yaflg tinggi, maku
kendaraan berat akan berjalan pada lalur pendakian dengan
kecepatan dibawah kecepatan rencana ff), sedangkan kendaraan
c. Paniang kritis suatu kelandaian. lainnya masih dapat bergerak dcngan kccepatan rencana. Dalam hal
ini sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat lajur tambahan di
Landai maksimum saia tidak cukup merupakan faktor penentu sebelah kiri lajur jalan
dalam suatu perencananan alinyemen vertikal, karena jarak yang
peridek memberikan faktor pengaruh yang berbeda dibandingkan
dengan jarak yang panjang pada kelandaian yang sama. Kelandaian
yang besar akan mengakibatkan penurunan kecepatan pada a). PROFIL MWIAII(IANG
kendaraan truk yang cukup berarti, jika kelandaian tersebut dibuat
paniang pada jalan yang cukup panjang, retapi sebaliknya akan 45m 45m
kurang berarti jlka panjane jalan dengan kelandaian tersebut hanya
pendek saja. ,rtn
F---
Panjang kritis adalah panjang landai maksimum yang harus
disediakan kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya -\ij
^gzr
sedemikian rupa, sehingga penurunan kecepatan y^ng teriadi tidak L) lajur

lebih dari separuh kecepatan rencana ffJ. Lama perialanan tersebut


ditetapkan tidak lebih dari satu menit.
tt\- (l lajur

b). DE.{AH
Tabel 4.12. Paniang kritis ( - ). Gbt:4.24 Taiut pendakian tipikal
Kelandaian f/o) 4 5 6 7 8 9 10

Penempatan lajur pendakian dilakukan sebagai berikut :


Kaepatan
pada awal taniakan
1) Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997).
( km/iam ) Penentuan lokasi lajur pendakian harus dapat dibenarkan
80 630 460 360 270 230 230 200 sec r^ ekonomis yang dibuat berdasarkan analisis Biaya
60 320 210 160 120 110 90 80 Siklus Hidup @SrD.
s

II2 I(ONSTN,UI(SIJAI,AN BUKUT: GEOMETRIKJAIAN t0enp.n Geone-trtib I t:t

b. Lajur pendakian harus disediakan pada ruas jalan


T&el :4.13. Laiut pendakian pada kelanrlaian khusus yang mempunyai kelandaian yang besar, menerus, clan
ialan luat kota Q/2TB), volume lalu lintas yang relatif padat.
usia rencana 23 tzhrun- c. Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan
Ambang arus lalu lintas ftend/iam) tahun-1, ketentuan sebagai berikut :
Paniang iam puncak. 1) Disediakan pada jalan arteri atau kolektor.
Kelandaian
2) Apabila paniang kritis terlampaui, jalat memiliki
3% 5 o/o 70 Vo*) 15.000 SMP/hari, dan prosentase truk > 15
0,5Km 500 400 300
%.
>1 Km 325 300 300 d. Irbar laiur pendakian sama dengan lebar laiur
tenc na.
Lai:ur pendakian dimulai 30 meter dari awal
perubahan kelandaian dengan serongan sepaniang 45

N*a meter dan berakhir 50 meter sesudah puncak


kelandaian dengan serongan sepaniang 45 meter.
Jarak minimum antara 2 laiut pendakian adalah 1,50
km.

4.3.2. LENGKUNG VERIIKAL.


s s Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian berikutnya,
dilakukan dengan mempergunakan lengkung vertikal. kngkung
DE{AH vertikal direncanakan sedemikian rupa sehingga dzpat memenuhi
keamanan, kenyamanan dan drainase.
Gbt.4.25.Jrr.k dua laiur pendakian Jenis lengkung vertikal dilihat dari titik perpotongan kedua bagian
^ntat^ yang lurus (tangens) , adalah:
2) Berdasarkan Tata Can Perencanaan Geometrik Jalan 1) kngkung vertikal cekung, adalah suatu lengkung dimana
Antar Kota (1997) titik perpotongan antara kedua tangen benda di bawah
permukaan jalan.
L. T tiur pendakian dimaksudkan untuk menampung 2) kngkung Vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik
truk - truk bermuatan bertt atau kendanan lain yaing pefpotongan kedua tangen berada di atas permukaan
^fltata
berjalan lebih lambat dari kendara;Ln - kendaraan jalan yang bersangkutan.
lainnya pada umumnya, zgllr kendaraan lainnya
tersebut dapat mendahului kendaraan lambat tersebut kngkung vertikal type a, b, dan c, dinamakan lengkung vcrfikal
tanpa harus belpindah lajur atau mengunakan lajur cekung, sedangkan lengkung vertikal d, e, dan f clinanrukurr
ara'h yang bedawanan. lengkung vertikal cembung.
#
II4 KONSTBUKSIJALAN BUKUT: GEOMETRIKJAIAN tl0erpr Gpoup-ttib

Gbr : 4.27. Jenis lengkung vertikal dilifial dari PVI

Gambat z 4.26. Tipikd lengkung vertikal bentuk


parabola L_ panjang lengkung vertikal pxa;bola, yang meruprkzn jara'k
proyeksi dari titik A dan titik Q ( St .)
Rumus yang dipergunakan : 8r= kelandaian tangen dari titik P I%)
L.g, L'g' gz.= kelandaian tangent dari titik Q t % )
x=
A- Rumus tersebut diatas , digunakan untuk lengkung simetris.
8r -& (g, t gr) = 6 = perbedmn a,ljrbxuntuk kelandaian [ 7o].
L gr' L. g,' IGlandaian mendaki ( pendakian ), diberi tandr ( * ), sedangkan
y= kelandaian menumn ( penurunan ) diberi trndt
d4.2e )
2 (sr-gr) 2 A ( - ). Ketentuan pendakian (naik ) *au penurunan ( turun ) ditinjau
dari sebelah kiri ke kanan.
dimana:
x = jaru,k darr titik P ke titik yang ditinfau pada Stasiun ( Sta. )
y = perbedaan elevasi zntara. titik P dan titik yang ditinjau pada A.L
Stasiun [ml E,- ( 4.30 )
800
untuk: x = '/rL; y =E"
t
: t0enen GeonetriE tl7
116 KONSTBUIGIJAI,AN BUKU T GEOMETRIKJAI^AN

4.3.2.1. kngkungVertikal Cembung.

Tabel4.14. Ketentuan tinesi untuk


Untuk iarak pandang h, [*l hr[-]
Tinqqi mata Tinssi c
-henti (Jn ) 1,05 0,15
-mendahului(L) 1,05 1.05

1) Panjang L , berdasarkan Jr,.

A'Jn'
Jn<L,maka: L= ..(4.31)
399
399
Jn > L,maka: L= zJh- .....-(4.32)
A
- Gbr: 4.28 . UntukJn<L
3) Paniang L , berdasarkan J,,.

A'Jo'
Ja < L ,maka.; L =
.. _ ..(4.33 )
840
840
Ju > L,maka : L = 2 Jo - ..-(4.34)
A

" Minimum paniang horisontal dari lengkung vertikal cembung,


trerdasarkan iarak pand angan henti mengikuti rumus 4.28, bila,
digunakan untuk kecepatan rendah v -*20-3Okm/iam, meniadi:

V.n
L-- .. (4.3s)
360 Gbt. 4.29. UntukJn>L
*
t{.pre{ G{'onel[ik
BUKU T : GEOMETRIKJAI-AN
II8 KONSTBUKSIJAT,AN

Untuk KonEol pada Percnconaan


fp = 0.354.55. hr - L05 m, hz : 0.15 m, T = 2.5 det

oBatasbawahpaniangminimum,didasarkanPadakecepatan
untuk
rencana dan iarak'periala:nan selama 3 detik; demikian iuga
lengkung vertikal cekung. 550
Untrf. f,erhitungan lerigkung vertikal' tnaka lengkung dianggap
adalah paniang
berbentuk pur^bzl^, drrr-pr"ir"g horisontal diatas, ^o
500

teoritisanl^ratitik-titikPotongdatigarislurusdanlengkung
parabola, sebelum dan scsudah lengkungan' En-
untuk lengkung vertikal'
Jarak pand ^rg n menyiap/mendahul'i
6-
2%o - 76
o/o, dapat Zmo
dengan perbeiaan kelandaian A bervariasi antara v
o
ditihat pada Gbr. 4.32-, detgan anggapan-anggapan^:. rt rso
km/iam lebih
-Kendaraan y".tg di.rlip bell'lan p'a' ttttpatan20
J
(9
kecil dari kecePatan rencana' ? :oo
z-.
- Waktu PersiaPan diambil 3 detik'
laiur falan yang e
- Menyiap ha,.,yu akan bedangsung pada blgr.an
250

lurus, dimana penglihatan pengemudi tidak terhalang'


l
Paniang minimum lengkung parabolis' untuk menyesuaikan
200

dengan iarak pand nl, n"i f it"t'gan yang dipetlukan untuk t50
^ngstandar AASHTO)' yang berge tzk diantar-a
menyiap lberd'asarkan"
akan tedalu mahal bila diikuti secara penuh,
pada
2o/o-1,6oh ini, r00

ialan di medan Pegunungan'

4.3.2.2.L.gkurgvertikal cekung' t

harus o I 2 t 4 5 6 7 I 9 l0 ll t2 13 14
Dalam menentukan panian'g lengkung vertikal cekung'
15

PERBEDAAN AL'ABAR KETANDAIAN (%)


memPerhatikan, antara la;in ;
kendaraan
' JankPenYinatan lamPu
dibawah bangunan
' Jztakpandangan bebas
' PersY^r^t^fi drainase Sumber: Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya

' KenYamurrlr. mengemudi No. l3l1970.

' Keluwesan bentuk


Gbr. 4.30. Grafik p^tri^ttg lengkung vertikal cembung
berdasarkan iarak pandangan henti ( J,, ).
#
IPO KONSTRfIK^SI.'AI,AN BUKU T : GEOMETRIKJAI/,N

t0eru-n Geonellib lzr


r000

;^ 900
o
g Eoo

o
z.
700

?
o
ooo
z- SOO
J

trco
2 too
1 zoo
J
x
o
o
- 100 o
E
o
0 o
=
fr
o
a
*
o
o
a at
o
- ./ ,.i.1. /)..',e
500
eo
450 3

* coo
=
6', 350
z
?
(,
300 S< L :Joror F.dooo ( Dorjong trnqlsB

Jo.ok Pqndong Mendohului ( meter


7,
J
zso )

9. zao
- Gbr. 4.32. J aruk pandangan menyiap dan paniang lengkung
E lio
o- Parabolis.
3'* 50 Jarak penyinaran lampu kendaraan
0 Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung vertikal cekung,
o l 2 3 4 5 6 7 8 9 r0 il t2 13 11 15
merupakan batas jarak pandangan y^ng dapat dilihat oleh
pengemudi pada malam hari. Di dalam perencanaan umumnya
PERBEDAAN AIJABAR KETANDAIAN (%)
tinggi lampu depan diambil setinggi 60 cm, dengan sudut
penyebaran sebesar 1 ". ktak penyinaran lampu dengan kendaraan
dapat dibedakan dalam 2keadaan, yaitu :
Gbr 4.31. Grafik paniang lengkung vettikal cembung
betdasarkan iarak pandang mendahului (J" ). 1) Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan < L;
2) Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan > 1,.
{

I?,2 KONSTRIIKSIJAI,AN BUKU T : GEOMETRIKJAI-AN t0er*er Geowttik I2:l

) Irngkung vertikal cekung dengan jarak penyifl^r^n lampu depan


<L.

Gbt : 4.33. Icngk rrrg veftikal cekung dengan


iarak pandangan
penyinaran lampu depan <L Gbr : 4.34. Lrgl-ng vertikd cekung dengan iarrrk
pandangan penyinaran lampu depan > L
A. L.
DB= ) Irngkung vertikal cekung dengan iarak penyi nararn lampu
100.2. depan > L
S2.A. DB'= A/lCfJ'(S- t/zl). = 0,75+Sg1" =0,75+ 0,0175S
D'B' = (s/r)'(pn) = = 0,75*Stg1"
2W.L A
tgl" = 0,0175. ) = 0,75+0,0175S
-(S-%L
100
S2A AS2
0,75+Stgl'; L= ...(4.36) 150 + 3,50 S
200.L 150 + 3,50 S = 25 _ .(4.37 )
A

--
Gambaran dari penentuan jarak pandangan menyiap dibcrikan
pada Gbr. 4.35.
4

)24 rioNsTRUI[Sr JALTN BUKU 1 : GEOMETRIKJAI-AN t0eme^ Geonettik

tntgi mo to
I Mtnrmum ,or ok - I
F-- ponoong mororui
--l

Minimurn ponlong langkuh! porobola

Gbr.4.35. Gambaran iarak pandang menyiap pada lengkung


vertikal.

Jalrrk pandangan bebas dibavrah bangunan pada lengkung Gbr.4.36. laruk pandangan bebas dibawah bangunan pada
vertikal cekung lengkung Vertikal cekung, dengan S < L

Jarak pandangan bebas pengemudi pada ialan raya y^ng melintasi S2.A S2.A
bangunan-baflgunan lainnya seperti ialan ruya lainnya, jembatan I. : _+ m = .{4.39)
penyeberangan, viaduct, aquaduct, seringkali terhalanpl oleh bagian 800. m BOO. L
bawah dari bangunan tersebut. Panjang lengkung vertikal cekung
minimum diperhitungkan berdasarkan iarak pandangan henti
minimum dengan mengambil tinggi mata pengemudi kendaraan Jlka jarak bebas dari bagian bawah bangunan terhadap ialan, adalah
truk, yaitu 1,80 meter dan tinggi obyek 0,50 meter (tinggi lampu C, maka :
belakang kendaraan). Ruang bebas vertikal minimum 5 m. Dalam
perencanaan disarankan untuk mengambil ruang bebas * 5,50 h, - h2 s'.A h1+h2
meter. Untuk memberi kemunl4kinan adanya lapis tambahan m= c___ -c_
(overlay) di kernudian hari. 2 800.L 2

) Jarakpandangan:S<L S2.A
l= {4.3e )
Diasumsikan titik PPV berada dibawah bangunan . 800c-400(h,+hr)
Sm
1-;'z - E = A.L./800. Jika : h,= 1,80 m , h , = 0,50 m , dan C= 5,50 m, maka
L E, persamaan menjadi
S 800 m
(-), = A..S2
L A. L. L=
3480
126 I'ONSTBfII(STJAT,AN BUKUl : GEOMETRIKJAI,AN t0erter^ GeonetriE

Kenyamanan mengemudi pada lengkung vertikal celnrng.

Adrnyr sentrifugal dan gravitasi padt lengkung vertikal


gaya,
cekung, menimbulkult rusz tidak nyaman kepada pengemudit llng
akan menyebabkan percepatan sentriPetal. Percepatan sentripetal
yang bersangkutan adalah :

a-LSF / 1.3,AOL

dimana: L =percepatansentripetal (m/deQ


V =kecepatan rencur, ,km/izm.
A = perbedaan *Liabx landai.
Gbt 4.37 . J*"k pandangan bebas di bawatr bangunan L =panianglengkungvertikalcekung.
pada lengkung cekung dergan S > L
Paniang lengkung vertikal cekung minimum a;dila;h ditentukan
oleh percepatan sentripetal, yang dibatasi tidak melebihi 0,30
)JarakpandanganS>L m/de{,dengan demikian, rumus diatas meniadi :

Diasumsikan titik PPV berada dibawah bangunan.


A. V2
L_ (4.41)
390
S E+ m S m
--+ rh+ Petsyamtan Dtainase.
L 2E -=
L 2E
Landai minimum untuk keperluan drainase adalah O,5o/o-
A.L hr - h2 Pada lengkung vertikal cembung, dimana zda, bagizn yang hampir
data4 pada puncak lengkung diperlukan pengkaiian khusus untuk
E= m=C
hal ini. Untuk ial.oin-iil*n yang tidak menggunakan kerb, bagian
800 2
800c - 4o0 (h1 + h2) yang mendatar tersebug tidak terlalu memberikan masalah, karena
L = 25 - (4.4o) fungsi lereng iatan sudah meniamin kelancaran drainase. Untuk
A iilm-iilm yang menggunakan kerb, dengan diberikan kelandaian
O,5o/o prda, ixaik 2O meter, dari puncak lereng, sudah cukup
Jika h, = 1,80 mi h z=0,50 m; dan C = 5,50 m, maka Persamaan
memadai.
meniadi:
3480 Jadi, syarat panjang maksimum adalah :
L=25-- It= A
A 40 {4.42).
-t

ll0.p-me-n Gponettik 12',

I2A KONSTBI]I(SIJAI,AN BUKUT: GEOMETRIKJAIAN

alinyemen vertikal penampang memaniang lala;n dan


^t^u
potongan melintang jalan.
Keluwesan bentuk jalan pada lengkung cembung.
Beberapa hal yang pedu diperhatikan dalam perenc n
^n
Keluwesan bentuk ialan, dihubungkan terhadap kecepatan, yaitu alinyemen, zdzlah sebagai berikut :

menurut AASHTO : L = 3 V, dimana L = paniang minimum


lengkung dalam feet, dan V = kecepatan reficana, dalam mph. 1) Alinyemen hortzontal dan vertikal terletak pada satu fase,
Sehingga bila L dalam meter, dan V dalam km/jam, didapatkan : sehingga tikungan tampak alami dan pengemudi dapat
memperkirakan bentuk alinyemen berikutnya ( Gbr.4.38.)
L= 0,6V (4.43)

nilainya adalah pendek jika perbedaan kelandaiannya kecil. Hal ini


akzr mengakibatkan alinyemen vertikal kelihatan melengkung.
Untuk menghindari hal tersebut, maka paniang lengkung vertikal
lM
T-F=-fr
cekung diambil >3 detik perjalanan.

Dalam perencanzan alinyemen vertikal perlu diperhatikan beberapa


hal sebagai berikut :

1) Pada alinyemen vertikal yang rclatif datar dan lurus, sebaiknya Gbr: 4.38. Ltrgkorgvertikal dan hodzontal tetletak
dihindari adanya hidden clip, yarru lengkungJengkung vertikal pada satu fase.( ideal )
cekung yang pendek dan tidak tedih^t m t^ dari jarak jauh.
2) Pzda landai menurun yang paniang dan tajam, sebaiknya 2). Bila tikungan horisontal dan vertikal tidak terletak pada satu
diikuti oleh pendakian, sehingga kecepatan kendarz fl y^ng fase maka pengemudi akan sukar untuk memperkirakan bentuk
telah bertambah besar dapat segera dikurangi. jalan selaniutnya, dan bentuk jilan terkesan patah, disuatu
tempat (Gbr.a.39).
3) Jika direncanakan serangkaian kelandaian, maka sebaiknya
kelandaian yang paling curam diletakkaq di bagian awal, yang
diikuti oleh kelandaian yang lebih kecil.
4) Sedapat mungkin dihindari perenc n lengkung vertikal yang
^n
sejenis (cembung atau cekung) dengan hanya dipisahkan oleh
tangen yang pendek.

4.4. KOORDINASI ALI}.freMm{

Perencanaan geometrik jalan faya merupakan perencartazrt bentuk


fisik jalan dalam tiga dimensi. Untuk mempermudah dalam Gbr : 4.39. kngkung vertikal dan horizontal tidak tcrlctlk
penggambaran bagian-bagian perencaflazfl, maka bentuk fisik jalan pada satu fase
digambarkan dalam bentuk alinyemen horizontal atau trase ialan,
I:}O KONSTR{iKSIJAI.AN BUKUT: GEOMETRIKJAIAN t0.enen Geonetnik
txl

3). Tikungan yarrg t^jam sebaiknya tidak diadakan di bagian atas 4). Pada ialan yang lurus dan paniang sebaiknya tidak dibuatkan
lengkung vertikal cembung, atau di bagian bawah lengkung lengkung vertikal cekung(Gbt.4.4L2) ^t^u kombinasi dari
vertikal cekung. Alinyemen verrikal akan menghalangi lengkung vertikal cekung (Gbr. 4.41b)
pengemudi pada saat mulai memasuki awal tikungan (Gbr.
4.40)
Kombinasi yang seperti ini akan memberikan kesan
terputusnya jalan, yang sangat membahayakan pengemudi.

"\+
]rIf, Gbr : 4.41b. Kombinasi tengkung vertikal cekung pada ;alan
yang relatif lurus dan Paniang-

Gbr: 4.40 Tikungan tedetak di bagian bawah lengkung


vertikal cekung.

ib./rr-T-

Gbt.4.42. Kelandaian yang pendelgdiantara dua kelandaian


culailL

5). Kelandaizn yang landai dan pendek, sebaiknya tidak diletakkan


Gbt : 4.41a. Iengkung vertikal cekung pada ialanyang relatif dr antara dua kelandaian yzng curam' sehingga mengurangi
lurus dan paniang. jarak pandangan Pengemudi (Gbr. 4 -42) -

6). Jangan menemPatkan bagian lurus pendek pacla prrttt'rtk


l."gk""g cembung, akzn memberikan efek loncatatt lritrl;t
pengemudi (Gbr.4.43)
*:tr#.f'-
ffi ffi

I32 KONSTRUKSIJAI-TN BUKU T: GEOMETRIKJAIAN


t[.eme( Georut[ib ttt

,iffi
ol. okon tedodi efd< lonooton
Gbt.4.43. B"Srn lurus pada puncak lengkung cembung.

7). Hindarkan menempatkan awzl dari tikungan, mendekati


puncak dari lengkungan cembung (Gbr.4.44)

mr I a:'
b). okon terlodi goyo sentrifugol
don ruong bebos (woking )juSo
menjodi songol buruk.

Gbr.4.44. Arxral belokan disekitar puncak lengkung cembung.

8). Hindarkan menempztkzn posisi jembatan, dibagian lengkung


cekung (Gbr. 4.45a dan 4.45b), at*u diaural puncak bagian
<:
lengkung cembung (Gbr.4.45c). Aprlrg, kalau jembatan pada
alinyemen horisontal berada pada suatu tikungan. uai ini
sangar menyulitkan pengendara menguasai kendarzan aklbat
'ffTl
loncatan kendaraan keatas, ataupun dalam kasus terakhir, zkan
menerima gaya sentrifugal yang ,'kan terladi padz kendaraan c). jemboton podo owol puncok
lengkungon songot tidok
yang cukup besar (karena sulit sekali memberikan pencapaian
menguntungkon, disomping jorok
superelevas i pada j embatan). pondong, jugo efek loncqton.
CATATAN : Dalam situasi seperti ini, rancangan awal geometrik diperhitungkan dengan matang,
apakah melakukan perubahan geometrik dengan menggeset beberapa bagiai
lengkungan, atau_ melakukan perbaikan struktur badrn-irrzln, misalnya dengan Gbr. 4.45. Posisi iembatan yang tidak memenuhi syarat
melakukan penimbunan atau merubah elevasi dan posisi jembatan. penempatan geometrik.
q

IB4 KONSTNUKSIJAI,A]\I BUKU 1 : GEOMETRIKJAI.AN t0pren Cpomp-trilo l Slt

CONTOH SOAL 4: o Titik PI dengan koordinat seperti diatas, direncanakan scbagai


tikungan pertama.
o Titik B , merupakan titik akhir yang akan ditinjau dan tedetak pada
sumbu jabn rencana.
o Jalan yang akan direncanakan merupakan jalan kolektor di daerah
dttar, 1 jalur lalin dengan 2la|ur. ( lebar 2x 3,00 m.).
l)ata - data :
,, Dari Tabel 2.4.Kecepztan Rencana (VJ, sesuai klasifikasi fungsi dan
klasifikasi medan jalan, dengan fungsi jalan kolektor dan daenh datat
didapatkan Vn = 60 -90Km/izm, dalam hal ini diambil Vn = 80
km/iam.

v*'
o Dari rumus $.2)--'+ R-in=
127 (e
-"u.
t f -,n" )
o Dari Tabel 4.3. untuk VR= o/o, maka f maks 0,140
80, e maks - 70 =
902
o Diperoleh : R -i, = = 2A9,97m.
127 (0,10 + 0,140 )
diambil R -indes"in = 210 m (Iabel 4.23) D oo*= 6,82"

o Perencanaan Tiktngan ,

1) Mencari iaraklurus (A-PI ) dan (PI-B ) (titratcatatandibelakang)


DIIGTAHUI :

. KOORDINAT:

KOORDINAT x Y Z
TmKA (sTA.orcoo) 20.000 20.000 2N 237,70 m.
=
TTTIK PI 20.220 20.090
TTflK B 20.965 20.010
PI_B = W
=
d ,,-u = 749,28 m.
o Titik A dianggap berimpit dengan BM 0 sebagai awal Proyek di Sta.O +
000, dengan koordinat dan elevasi seperti diatas.
4

€l.ener Geonelnib 13,


186 I(0NSTBUKSTJATAN BUKU T : GEOMETRIKJAI-AN

2) Mencari besar sudut tikungan A 3) Perhitungan.


Gunakan 'rule of thumb'-+ A < 35o--+ menggunakan tikungan dengan
=
Sudut azimuth
^rc
t^n X /Y. jenis Spiral * Circle - Spiral (SC-S), ambil misalnya radius yang
X dan Y = koordinat azimuth. mempunyai R=409m )R-i.=21'0 m.
A tikungan = sudut azimuth B - sudut azimuth PI.
a). Menghitung elemen tikungan.
Titik A :

Koordinat titik A : ( 20.000: 20.000 ) R=409m, A= 28,38"


Koordinat azimuth : ( 0.000; 0.000 ) Dari Tabel Ls2 ( I-ampiran 2 ) untuk V= 80 km/iam, didapat
arc tg ("/y ) : 0
--+Is=70mdane=0,076
Sudut azimuth : -
Menurut TPGJAK 038/T/BM/1997 menyaratkan harga terbesar
Titik PI : dzri 3 nilai (ihat Bab 4.2.1.2. sub kngkung Peralihan), akan
Koordinat titik PI : (20.220:20.090 ) diambil sebagai nilai \ minimum.
Koordinat azimuth
\ 1",rm.*, & - Xo = 20'220 - 20'000 = 220,00
;= Cek 1).
1u,im.tr,; = Yq -Ya =
20'090 - 20'000 = 90'00 vR
\i 80
arc tg ("/y) :^rc tg220/90 = 67,75 L" *in= 3= 66'67 m
'
Sudut azimuth : 67,'75". 3,6 3,6
Titik B : Cek 2). -T-
Koordinat titik B : (20,965:20.010 )
Koordinat azimuth: Cek harga L. dengan Modifikasi Shortt Formula fr.umus 4.20):
&i",i-'th ; = & -Xn = 20'965 - 20'220 = 7 45'00 v*' Vn.e
YB 1u,i.u,h ) =\ -Yn, = 20.010 - 20.090 = -80,00
[<-i, = 0,022-- 2,727
arc tg (r/y) :atc tg745/A0 = - 83,87"
Sudut azimuth : ( 180" - 83,87" )--96,1'3".
&.C C

( 80)' 90.0,076
Dari data yang ada, maka diperoleh sebagai berikut :
I*-i.= 0,022 =27,54- 16,58= 10,96 m
409.1 t
Titik A PI B
x 20.000,000 20.220,000 20.965,000
Cek 3). --2,727
( .- - e" ).V* ( 0,1- 0,076 ). 80.
Y 20.000,000 20.090,000 20.010,000 ,_
*min = 2,53 m
X-i-,rt 0 220,004 255,000 3,6 r. 3,6. 0,035x6
Y-i*r.t 0 90,000 - 80,000 Ambil yang terbesar L, *in= 66,67 m
afc tan 0 67,75" - 83,87"
azimuth 67,75" 96,1.3"
r+ad'-70m>ro* = 66167 rn
A 28,38" ok!.
I

IBA I(ONSTRUKSIJAI,AN BUKU T : GEOMETRIKJAI^AN tCerten Geox.ettih ttt

Ts = ( Rc + p ) tanYz A + k = ( 409 +0,5004 ) tanl/z ( 28,38") +


o Dari rumus ( a.8 ): 58,888 - 1,03,543 + 58,838 = 1,62,38 m
Ls2 70z o Dari rumus (4.14):
Xs=I^(1__)= 70(1 )=69,95m. Es = ( Rc +p)Sect/z A- Rc = (409 + 0,5004 ) Secl/z ( 28,38")-
40Rc' 40 (409)'z 409 = 13,388 m.

o Dari rumus (a.9):


" Dari rumus ( 4.15 )
2 70? Ls *2 (4,903)]
Ys-_=__=1,gg7m
(A- 2 0s ) [28,38
I_r = Tf x RC= xnx409
6Rc 6(409) 180 180
= 132,59 m > 20 m. ( SC-S memang bisa digunakan.)
o Dari rumus ( 4.10 ) : -x
90 .Ir
90 70 L total = I-c + 2l-s= 732,59 + 2 (7'O) = 272,59 m.
@s = =--= 4,903"
It Rc rr 409 Catatan:
alternatif nilai 0,, p, k, X dan Y dapzt dicari menggunakan
Sebagai
" Dari rumus ( 4.11 ): Tabel SCS1 sampai dengan SCS5 (I-ampiran).

Ls2 702 Untuk R = 409 dan \ = 70 m, dari Tabel SCS3 didapat :


p= R.(1-Cos0r ) - -409(1-Cos 4,903.) 0, = 5,0016"
--
6Rc 6 (40e) p = 0,4995
k = 34,991,2
= 1,,997 - 7,4966m = 0,5004 m. X
69,9486 =
o Dari rumus (aJ2):
Y7,9984 =
Hasilnya relatif sama dengan czr^ analitis.
3
I-s 703 b). Mencari posisi titik - titik tikungan.
k = Ir _ _ _ Rc Sin 0s = 70 _ 409 sin 4,903"
40 Rc' 40 (40D ,
Jika titik A adalah awal proyek, maka :

= 70 - 0,051- 34,957 = 34,992 m Sta.A = 0+000


StaPI = Sta.A*d^r, -(0+000)+237,70m
" Dari rumus ( 4.13 ):
= 0 + 237,70
Sta.TS = Sta.A+d"H-TS
-a
d'f I

I4O KONSTRUKSIJAIIIN BUKU T: GEOMETRIKJAIAN t0,ener Geor*rettib

= ( 0+000 ) + 237,70 -162,43 = GF000 +75,27 CONTOH SOAL 5 :


Sta. SC = Sta. TS + Ls
= (0+75,27 ) + 70 = 0 + 145,27. Seperti contoh soal 4 htnyr dirubah sesuai kebutuhan untuk penggunaan
Sta. CS = Sta. SC + k 'Full circle"
= (0 + 745,27 ) + 132,59 = 0 * 277,86
Sta. ST = Sta. CS -| Ls. KOORDINAT x Y Z
= (0 + 277,86) + 70 =0+ 347,86 TTTIKA srn.orooo 20.000 20.000 200
Sta. B= StaST--fS+ dpr-R TITIK PI 20.220 20.010
= (0 +'347,86) - 762,43 + 7 49,28 = 0 * 934,71 TITIK B 20.965 19.950

Jadi panjang jalan rcncana dzd A ke B adala'h934,7l meter.


o Jilan yzng a.ktn direncanakan merupakan ialzn xtel di daerah
perbukitan, dengan lebar 2 x 3,50 m.

Datt- drta:
" Dari Tabel 2.4. Krcr.pltan Rencana gJ, sesuai klasifikasi fungsi dan
klasifikasi medan jalan, dengan fungsi izlan artei dan daerah bukit
didapatkan Vr = 60 - 80 Km/iam, dalam hal ini diambil Vn = 70 Km/iam.
v*'
" Dari rumus (4.2)- R *in =
127 (e *a., * f -,u )
oh,
" Dari Tabel 4.3., untuk e maks - l0 maka f maks = 0,147.
702
o Diperoleh: R -i, = = 156,21 m.
127 (0,10 + 0,147)
diambil R mindaain = 157 m (fabel 4.3.). D*r," = 9,12".

E Perencanaan Tikrngan .

1). Mencari iamklurus (A-PI ) dan (PI-B ) ( lihatcatatarn


dibelatcaqg )
*
I42 KONSTBUXSIJALAI| BUKU T : GEOMETRIKJAI^AN t0er.ten Oeorr.etrik t,tt

do-r, =W Sudut azimuth : ( 180"- 85,40" ) = 94,60 .

= Da;i datzyangadz, maka diperoleh sebagai bedkut:


= 220,23 m. Titik A PI B
x 20.000,000 20.220,000 20.965,000

do,-o =m Y
X-i-r,rt
20.000,000
0
20.010,000
220,000
19.950,000
745,000
_ Yoi-.,h 0 10,000 - 60,000
d ,,-u = 747,41 m- arc tan 0 87,4ff - 85,40"
azimuth 87,40" 94,60"
2) Mencari besar sudut tikungan A A 7,20"

=
Sudut azimuth taq X,/Y.
arc
XdanY = kootdinat aziouth, 3)' Perhitungalt
A tikungan = sudut azimuth B - sudut azi.uth pL of thuhb' A < 10P+ menggunakan tikungan dengen jenis
Sesuai 'rute
Lingkaren Sederhane, yang mempuoyai mdius diambit R = 6m m >
Titik A: . R-,,=157m.
Ituordinat titilA: ( 20.m0:20.000) ( R-t tidak Eternedukao lengkuog Peraliian = 500m + IihatTabel
I(oordinat azimuth : ( 0.000; 0.000 j 4'4)
tg (x./y) : 0 q' Menglitung chrcn titutgerr'
^tc azimuth :
Sudut -
R= 600n!, A = 72n"
TitiL PI :
IGordinat titik PI : ( 20.2N: X.OIO) ' Dari rumus ( 4'21) :

I(oordinat azimuth: Tc = Rc tetVz L= 6n wty, (72n) =37;75 nr.

1-i-,,r1 = },e1-Ya = 20.010 - 20.000


Yei = 10,00 , ' Dari rumus ( 4.2Q :
arcq(x/y) :rrc q2-N/10 = u,4t Ec = Tc tan %A=TJ' ran y. (7,20) =1,19'JI
Sudut azimuth : 87,4ff.

TitikB: " Dari rumus (4'23lt


Koordinat titik B z (20.965;19.950 ) r
",
*. 72x2 n x 6oo
Koordinat azimuth : Ix. = = 75,40 m
&1-i-,tr,y = Xr-X" = 20.965 -20.220= 745,ffi 360 " 360'
Yn1-i-,tr,; =Yu-Ypr = 19.950- 20.010 = -60,00
arc tg (*/y) :arc tg 745/50 = - 85,4{f b). Mencari poeisi titik- titik tikungan.
144 KONSTBUKSIJAI/AI\I BUKU T : GEOMETRIKJAI-AN
U0.pre-n Gpomp-lrib

(:ONTOH SOAL 6:
Rencanakan tikungan SS untuk data sebagai berikut :
Sta. A = 0*000 L= 39,67 "
Sta. TC = Sta.A+dn-r, - T. Klassifikasi medan : Pqgunungan
= ( 0 + 000 ) + 220,23 - 37,75 = O * 182,48
Fungsi jalan : Lokal
Sta. CT = Sta. TC + I-c. Jalurialan :2x3,00m
- (0+ 182,48) + 75,40= 0 + 257,88
Radius lengkungan : 40 m.
Sta. B - Sa.CT-Tc*do,_u
- (0 + 257,88) - 37,75 + 747,41 = 0 + 967,54. Menghitung elemen tikungan.

Jadi paniang ja,lzn rcnc*na dari A - B adilah 967,54 m R= 50m, A= 39,67"


" Dari Tabel 2.4 VR = 20 -30 km/jam.
Ambil Vo= 30 km/iam ---+dari tabel 4.2. )R-,n = 30 m
Rod" = 50 m > \,"= 30 m
ok!.
" Dari Tabel Ls tidak ditemukan radius lengkung R = 50 m.
Gunakan rumus (4.4):
1432,39 1432,39
D_ = 28,65"
R50
0,--Yz L, =Vrx39,67
=19,835".
Gunakan Tabel SS -4 untuk 0, = 19,835". pampiran 13)
o Didapat : p+ = 0,02873
k* = 0,49801
0,. n.R 0,.R 19,835
I"* = _x 50 = 34,62 - 35 m.
90 28,648 29,649

L,= 0,02873 x 34,62 = 0,995


p = p*x
= k
k*x L" = 0,49801 x 34,62= 17,247
T"= ( R+ p ) tanl/z A + k = ( 50 + 0,995 ) tanlz (39,67 ) +k
= 50,995 x 0,3607 + 0,49801 -* 18,394 + 0,49801 = 18,892 m
(R+p) ( 50 + 0,995 )
Fn= - 50= 4,21'l m
cosl/z L cos t/z (39,67 )
L= 2L,= 2 x 34,62 = 69,24 m
146 I(ONSTAUKSIJALAN BUKUT: GEOMETRIKJAIAN tCexen Georctrik 447

CONTOH SOAL 7:
CATATAN:

K(X)RDINAT AZIMUTH l)iketahui :

l)rofil mema;nja;ng suatu ialur ialan seperti pada gambar dibawah ini, rlan
rrkan direnc tnakan lengkung vertikalnya.

EXISTING 21,904 22,U7 25,512 23,485 22,129


PROPOSED 20,876 23,671 24,108 23,276 21,705
CHAII{AGE 1'tO+OOO 1 10+100 1 10+200 1 10+300 110+400

(x,r-xa)
= arc tg
(ye-ye) (bc :
( rc-xs ) .lzl*n ytng akan direncanakan berupa ialan KOLEKTOR pada daerah drtx
arc tg ---*---
(r-ve) dengan kecepatan renc n Vn= 60 Km/irm.
fhta - Dzta drnKetentuan :
An: lSoo-1*^-or.,
" Dari Tabel 4.11. Untuk Vn= 60 Km/jaim, kelandaian maksimum =
llo/o
(tc-xs) " Dari Tabel 2.5 , Untuk Vr= 60 Km/izm, jarak pandang henti minimum
=arctg (b-xc) (Jn) = 75 meter.
( yc - ys ) ep : afc ,t -i;;;
" Dari Tabel 2.7, Untuk Vn = 60 Krn/irm, jarak pandang mendahului
minimum 0o ) = 350 meter.
&:(ocs-oco)- l8oo

o Perencanaan Lengktng Veiikal .

Menghitung kelandaian rencana.


24,108 -20,876 24,708 - 27,705
8r = - 7,62o/o , gz = = 7,20'\, .

200 200
KEIERANGAN : g, = kemiringa.^ tat^-ra;ta dari Sa. 110+000 ke Sa. 11Gt200, naik
& = kemiringen ratz,-r ta dari Sa. 110+200 ke Sa. 11Gt-4fi), turun
91i#

l4g I(ONSTBUKSTJAIIIN BUKUT : GEOMETRIKJAI-AN t0enern Geometlik ttt

b. Mencari paniang L. o Dari rumus $.a):

1) Berdasarkan jank pandangan henti: L= 0,60 v= 0,60 x 60 = 36 m.

o Dari rumus $.31) : 4). Untuk lengkung cembung dengan kerb:


A.Jn' (1,62+1,20).75,
I-
= 39,76 m o Dari rumus (4.a2):
3ee 32e L= 40 A = 40 (2,82) = 112,80 m

Jh<L:75<39,76rr, --, tidak memenuhi Jadi pmiangL , adalah:


o berdasarkan jarak pandangan henti = 8,51 m .

" Dari rumus (4.32) : o berdasankan jarakpandangan mendahului = 477,25 m.


399 o berdasarkan keluwesan bentuk = 36 m.
L- 2Jh- _= 2(75)*399/2,92 =8,51 m. o berdasarkan drainase 112,80 m
A
Jh >L : 75 > 8,51 m -+ memenuhi Ambil L= 471,25 meter.(zngka yang terbesar) - 412 meter.
Tapi karena panjang lengkungan hanya 400 m, ambil L = 400 meter.
@ilamana perbedaan tidak terlalu jauh, iangan dipilih; berarti tidak
2) Berdasarkan jank pandangan mendahului:
memenuhi persyaratan yang zda).
" Dari rumus @.33):
CATATAN:
A.Jd, 2,82 (350) 2
Harus diperhatikan dilapangan atau didalam ranc ngan geometric, dengan
T-
= 471,25 m bagian lengkung berikutnya, apakah ovedap atau tidak. Bilamana ovedap,
840 840 ambil angka yang memenuhi, yang paling besar sebelumnya.
Misal, lengkung vertical berikutnya, ada sejarak 300 m, maka ambil yang
Jd<L:350<417,25m *-> memenuhi. terdekat, yaitu L = 112,80 - 113 meter. Namun lengkung ini tidak
memenuhi syarat iank pandang mendahului; iadi pada ruas tersebut,
($a) sebaiknya diberikan rambu lalu lintas, " Dilarang Mendahului ".
" Dari rumus :

840 840 " Dari rumus (4.30) :

L = 2Jd- = 2(35A) =402,1.3 m


A 2,92
A. L 2,52. (4OO)
F*- = 1,41 m.
Jd>L:350>4O2,73m ---) tidakmemenuhi
800 800

l) Ilcrdasarkan keluwesan bentuk, untuk lengkung cembung:


f
BA-B 5
G+E@UGEqHRUB€
PER,SIilffiP4\UUGilA\US

ED ersimpangan merupakan pertemuan dua atau lebih ruas jalan,


5 bergatong, berpotongan atau bersilangan. Berdasarkan posisi
letak pertemuan, dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
X Simpang sebidang (at grade), dan
X Simpang tidak sebidang/simpang susun (grade separated), terbagi atas:
) simpang susun dengan ramp dan
) simpang susun t^nPa ramp,
Terutama pada simpang sebidang, pada awal peralihan akan terbentuk
kanal (cb an n e Ii ryti o n).
Sebagai perangkat lalu lintas, kanal merupakan bagian yang menyatu
dengan persimpangan, dengan fungsi sebagai :

1. Mengarahkan kendaraan pada lajur yafig tersedia, untuk


menghindari kecelakaan.

2. Arus lalu lintas diberi sudut tertento O5" - 105), dengan maksud
selain untuk mengurangi kecelakaan, juga mengurangi jarak dan
waktu kendaraan yang berpapasan, sehingga tidak terjadi konflik
(Gbr.la - garis terputus-putus).

J. Memaksa pengendara zgar tet^p pada arah yang disediakan, pada


sudut arah dan kecepatan pada arus utama (Gbr.lb).

4. Mengontrol kecepatan kendaraan yang akan masuk persimpangan.


Salah satu cara misalnya dengan membelokkan arus kendaraan
(Gbr.1c), atau dengan cara lzin, menggabungkan kendaraan-
kendaraan pada suatu bukaan jalanyangagak sempit (Gbr.ld),

15l)
T5I KONSTR,TIKSIJAI,AN BUKU r : GEOMETRIK JAIAN Geonetilh Peasinpongou r6t

Perangkat kanal, terdiri dari ber-mac m-mac^m jenis :


- bisa berupa marka jalan, perubahan kekasaran permukaan ialan,

Y
w^rna yang d^Pzt mengarahkan zhtan kendaraan, dan
^t^lJ
pengendalian kecepatan

1-
- dapzt pula berupa bentuk fisik, seperti kerb, pagatfuficin{, pagar
pengaman (guard-rail1, atau patok pengarah (guide-post).
Jari-iait kanal, dipertimbangkan untuk kendaraan yang belok kanan
adalah 15 - 30 meter, sedangkan untuk belok kiri ditentukan oleh
lahan yang tersedia dan lebar trotoir, dengan pertimbangan radius
putar minimum sebagai berikut, untuk:
Mobil penumpang = 6 meter.
-_-.-....-_ Truck dan semi trailer = 1,2 meter.
-j$%-
lt Lebar kanal disesuaikan dengan ial-jari lengkung dan kendara^n renc n ,
(el sebagai patokan lihat Tabel 5.1.
Dalam hal kanal dipisahkan dari jalur lalu lintas utama dengan pulau,
Sumbet: Highway Engineering - OGLESBY
diperlukan daerah bebas 50 cm, disebelah kanan dan kiri kanal tersebut.
Daerah bebas digunakan untuk bahu ialan, saluran samping, dan letak
Gbr.5.1. Ilustrasi ienis-ienis kanal.
pulau lalu lintas.
sehingga pengendara mau tidak mau akan mengurangi kecepatan
TABEL 5.1. LEBAR KANAL
kendaraannya.
Kendaraan Rencana
Jari-jari sisi
luar Kanal Truck Semi-trailer Truck
5. Terjaganya fungsi lanngan sesuatu tindakan, misalnya
berbelok ke suatu arah,walaupun^tas
tanpa kehadiran piranti kontrol.
13<R<14 8,5 5,5
14<R<15 8,0

6. Menyediakan fasilitas tempat berbelok bagr pengendan yang 15<R<16 7,5

berpapasan (Gbr.1.e) atau pejalan kaki. 16<R<17 7,0 5,0


17<R<19 6,5
7. Memisahkan titik-titik konflik arus alu lintas, sehingga pengendara 19<R<21 6,0 4,5
dapat secan cepat, mengambil keputusan, mengikuti arah mma 27 <R< 25 5,5
yang diambil. 25<R<30 5,0 4,0
30<R<40 4,5
8. Dapat dijadikan tefinpat pemasangan lampu lalu lintas, atzu tanda 40<R<60 4,0 3,5
lalu lintas. 60>R 3.s
SUMBER : Standar Specifications for Geometric Design of Urban Roads - 1992
IffI KONSTRT]KSTJAI,AN BUKU 1 : GEOMETRIK. JAIAN Ocowltrik Porsiuporgon 164

TABEL 5.2. DIMENST MINIMUM DARI


PUI.AU LALULINTAS
TIPE Dimensi Panianq ( m )
"r--"--\l;
,_="*...-. l__L
__:_-.-=qi
a w" 1,0
L^ 3,0
R^ 0,5
b !7u 1,5
Lu $rP + 1,0
Ru 0,5
Luas daerah 5,0 m2 dl.kddbrfq,ai
c 'w. D+1,0 bl-BJoud*ld hElreo Elaffihd
L 5,0
d Wa 1,0
SUMBER: Standar Specifications for Geometric @ Gbr.5.2. Pulau' Lalulintas
Catatm: D = lebar bagian fasilitas ialan.
Wo = lebar jalur penyeberangan Gambar-gambar disebelah kiri adalah tipe yang tidak menggunakan kanal.
Pada ilustrasi ini, umumnya akan menyebabkan konflik lalu lintas,
Dalam merencanakan kanal, disarankan untuk menggunakan beberapa sehingga perlu diberikan alat pengontrol sinyal lalu lintas.
pulau besar, daripada beberapa pulau kecil. pulau dapat berupa pula,
untuk mengatur dan memperlancar lalu linas; pulau pemisah, untuk Bila lalu lintas yang dikontrol lewat sinyal Ltztr t^nd^, pandangan bebas,
memisahkan arus searah atau bedawanan; dan pulau pengaman untuk pada daszrnya meliputi arca daerah cakupan yang dikontrol tersebut.
pejalan kaki.
Ukuran pulau seperti pada Tabel 5.2. 5.1.1. JARAK PERSIMPANGAN

5.1. SIMPANG SEBIDANG. Jxak rntara persimpangan, harus diusahakan sejauh mungkin.
Jarak minimum harus ditentukan, sehingga lebih panjang dari kondisi
Simpang ialan pada perremuan sebidang, sangat potensial, untuk berikut ini:
menjadi: ) panjang bagjan menyusup.
) titk pusat konflik lalu lintas, ymg saling bertemu. ) antrian pada lampu lalu lintas.
) penyebab kemacetan, akibat perubahan kapasitas. ) jalur belok kanan zttu ialw perlambatan.
) tempat terjadi kecelakaan. ) batas konsentrasi pengemudi.
) konsentrasi kendaraan dan penyeberang ialan.
Pada Gbr.5.3- dapat dilihat tipe-tipe dari persimpangan sebidang, yaitu :
5.I.2. KONTROL/PENGENDALIAN I-ALU LINTAS PADA
o Kelompok Simpang Tiga Kaki, dan PERSIMPANGAN.
o Kelompok Simpang Empat Kaki.
Untuk persimpangan sebidang, ada 4 (empat ) ienis pcngcntlalirn
-_,=.: Qt_

I55 IIONSTRTII(SIJAL{N BUKU r : GEOMETRIK JAI-AN Gmrctri2 Pe,rsinporgor rta

5.1.3. ALII{TEMEN DEKAT PERSIMPANGAN.


lalu lintas, yang dapat digunakan, yaitu:
Secara umum pengendara yang akan menuiu persimpangtrl
-1. Jenis tanpa pengaturan lalu lintas. sebidang, harus mempunyai pandangan tanpa halangan, pada keseluruhan
-2. Jenis pengaturan dengan rambu peringatan. penampang dari simpang sebidang.
-3. Jenis pengaturan berhenti. Persimpangan harus direncanakan dengan baik, agar pertemuan ialan dari
-4. Jenis pengaturafl dengan lampu lalu lintas. persimpangan mendekati sudut 90", atait sama dengan 90". Sudut
pertemuan 60" - 90" masih diiiinkan.
^rrtar^
Jalan yang menyebar pada persimpangan, merupakan bagian dari
persimpangan, disebut kaki persimPangan.
Pada umumnya persimpangan dari dua ialan mempunyai empat kaki,
iEMUK r
( bnPo kcol )
bniuk I
md&or
walaupun secara prinsip, banyaknya kaki pada persimpangan sebidang,
SIMPANG tidak melebihi 5 (ima) buah.
N'A (s) --2
TIGA KAKI

SENTUX .Y
(bnpo kool)
l-+ *tt* --=4:
-Y d€nson bd*on
Arus lalu lintas utama, sedapat mungkin dilayani dengan ialan lurus atau
hampir lurus.
(hl ,,

o Alinyemen florisontd.
/\ Jarak pandang minimum, tergantung pada kondisi ialan, pengendara dan
----Q >>-
-NI,-z-
SlMPAl.lc
EM"AT KAKI terutama kecepatan kendaraan dan reaksi-reaksi impulsif yang diielaskan
pada Bab 2 diatas.
BEMUKPArc osl- *--, Sebagai standar, jarak pandang minimum ini, diberikan pada Tabel 5.3.
ffi';'5[*ffi
\r^, ,12 /-
\\4', v
r- \ / \N\- TABEL 5.3:JARAK PANDANGAN MINIMUM DI
PERSIMPANGAN.

=r-
\\;7,/'
JARAK PANDANG MINIMU (M)
L/
KECEPATAN
ffis,E3f! SIMPNGM*
RENCANA
Signal Contol Stop Control
(km/iam)
SUMBER: AASH() 1965
60 170 105
50 130 80
Gbr.5.3. Bentuk Persimpangan Sebidang 40 100 55
30 70 35
Adalah mutlak untuk mengadakan koord.inasi perencanaan simpang 20 40 20
dengan perencanaan kontrol lalu lintas. SUMBER: Sandar Specifications for Geometric Design of Urban Roads - 1992

Padaialan dengan kecepatan rencana 260 km/jam, Pengontrolan berhenti


atau dengan rambu, tidak dapat digunakan. . Jari-iari minimum
Jai-ian minimum as jalur lalu lintas, disekitar persimpangan, scstritt
dengan kecepatan rencana dan ienis kontrol lalu lintas, dibcrikan ;urlr
Tabel5.4.
I57 KONSTBUKSIJAI,AN BUKU r : GEOMETRIK JAI-AN GoreiiiE P€rsiipoxgor rtt

TABEL 5.4. JARI-JARI MINIMUM DI lJilamana jalur tambahan (auxiliary lane) diperlukan pada persimpang:rrt
.PERSIMPANGAN.
ialan, lebar ialur lalu lintas menerus dapat dikurangi sampai angka yang
KECEPATAN JAI-AN UTAMA tcrcantum pada kolom 3 - Tabel 5.6'
RENCANA l.ebar standar dari ialur tambahan adalzh 3,00 m, namufl bila diperlukan
Staodar Minimum Jalanyang menyilang
Gm/iam) ( denmn stop control )-m tergantung pada karakteristik lalu lintas dan tersedi^nya. rtl^flg. Angka yang
80 280 tercantum dalam kolom 4,Tabel5.6. dapat dipakai.
60 150 60
50 100 30
40 60 15
TABEL 5.6 ,EBAR
KEI-ASJALAN LEBARJALUR LEBARJALURLL. IEBARJALUR
30 30 15
TIPE II LURUSCTANGEN) MENERUS / / J/-],UR TAMBAHAN
20 15 TAMBAHAN
SUMBER : Standar Specifications for Geometric Design of Urban Roads - 1992 I 3,50 3)5;3,00 325;39;2,75
Kelas
Kelas II 32s 3,OO 2,75
o Alinyemen Vertikal Kelas III 3,25;390 390;2,75
Kelas IV

)
Landai maksimum. Jumlah jalur keluar dari persimpangan, sebaiknya sama dengan fumlah
Landai maksimum pada persimpangan tidak meleblhi 2o/o, kalau dapat ialur masuk ke persimpangln.
Bagjan keluar dari falur lalu lintas meflerus, hendaknya ditempatkan pada
diusahakan, buat serendah mungkin untuk memberikan kenyamanan pada
satu garis lurus, dengan ialur masuk dari falur lalu lintas menerus, tidak
Pengendara.
) boleh bergeser pada persimpangan.
Paniang minimum bagian dengan kelandaian rendah.
Bila terpaksa ada pergeseran ialur Qane-sbfi, dari lalu lintas menerus, harus
Panjzng pada bagian yang mempunyai kelandaian rendah, didekat
dibuatkan lengkung/taper yang tePat, untuk membuat ialut belok.
persimpangan, sebaiknya ditentukan oleh perkiraan panjang anaian, yang
Standar taper, dan panjang 'minimumnya tercarltum pada Tabel 5.7.dan
terjadi selama satu periode berhenti, sesuai dengan Tabel 5.5..
Tabel5.8.
Tabel5.5. Paniang minimum bagian berkelandaian rendah.
TABEL 5.7. Standar Tapet dari Pergeseran lalut.
JAII,N TIPE II Paniang minimum bagtan
KECEPATAN RENCANA TAPER
berkelandaian rendah. &m/iam)
60 1/30
Kelas I 40 50 r/25
Kelas II 35 N r/20
30 r/ls
Kelas III 15 20 t/10
Kelas fV 6
TABEL 5.8. Minimum T
Potongan Melintang dekat Petsimpangan. KECEPATAN RENCANA PANJANGTAPER*)
&m/iam) MINIMUM (m)
@ q
) Lebar dan iumlah idur 50 35
N 30
30 25
20 20
T59 KONSTRUI$iIJALAN
t
BUKU T : GEoMETRJK JAI.AN
Ceoup-tri0 Persinporgor

!ra

x) Sebagai perbandingan,
gunakan rumus:

L=Vx4/3 L. = mr* { l.rl, }


..........( s.1. )
dimana: dimana t =r*d*/U
L = panjang taper (m). V = kecepatan rencana,
y= ff:::::lal latur
raru-lintas menerus (m).
4 = p.rges eran jilw = lebar jalur belok kanan (m).
I;::il'#H;; ffi'iJ:Tffi;Tff#iP; sebagar panjang Paniang ialur antria:
lintas, didasarkan padaqrdu. persrmpangan tanpa lampu lalu
jurnlah 'k.ridrrrm y^ng
petsimpangan setiap 2 m."it masuk
o Jalur belok kanan. p"a";r- .iioL.
L"=2xMxs
sebidang harus dilengkapi dimana:
ffi 2:";:;l^r^n dengan jalur belok
- ) Larangan 0",,"].fr"T pada persimpangan. M = rata-ratakendaruan yang belok
kanan
i'p,. ( kend/menit ).
i.{*l'l!""ii; * :' n J k: il"i ^ia'li' s
i," va ng d ap a,
s= head distance na_rua (m).
kecepa,i" ,*._, 40 km/jamatau Untuk bus dan truck s
#*"3i:,frr*gan
2oo enda ;:;; /,T;T;Jt,H.fffi1ffi
k ;il;
kurang,
Untuk kendaraan lain s
Jika bus/truck ddak ada
=
-om.
-/m.
1,2m

kurang dai- 20oh dari ":Tji*",J,ff


""f"rrl" ,J".'#,irp jrrn.
s

Panjangialur belok kanan, vzng ada lampu lalu lintas :1" (panjang
dapatdihitung dari : "Y:H:r1*'impangan
L.=1,5xNxs
L=L,+L,. -..-.-..( s.2.)
s.s.)
dimana:
jalur belok dimana : N = banyak kendaraan
Lt-: tli*g
kanan ( m ). yang belok kanan
,t panlang taper ( m s = head distarrce ,^r^_rui.1^1.
).
k = pan;ang jal"r antrian (m)
Panjang minimum yang dibutuhkan
untuk pedambatan (J dan
Panjang taper adalah
nilai terbes
^r ^nta1
padl pergeseran ffffi:f,,il?;:rrlans ainar"k"' o"t"k P:;;;; Q, dapat
ITg $p.rJuk3
sampai ,r".",r1:ll1l:
pada jarur
yang dipedukan untuk
b"J"k fir; afi;; panjang 5.2. SIMPANG TIDAK SEBIDANG.
r.r._p.ArXUu]'l..rdr.r.,
(u.
Simpang tidak sebidang, dibangun
menambah keamanan dan ,Tpk memper'c.sar k;r;rer,rri.
fi."u-"i"n riisam^i^..
*

16I KONSTBIIKSIJAI,AN BUKU T: GEOMETRIK JAI,AN Gmneltib Pe-rsluporgor t&l

topografi dan kebutuhan akan pengontrolan ialan masuk pada izlan-ialan


tol danfreeway

TABE 5.9. Panians Minimum l- dan


Kecepatan Paniang minimum (rn) yang Paniang minimum yang
Rencana dibutuhkan untuk pedambatan diperlukan utk pergeseran
&m/iam) ( l,) (L)
80 45 40
60 30 30
50 20 25
40 15 20
30 10 15
20 10 10

5.2.I. BENTUK'SIMPANG TIDAK SEBIDANG.


Berbagai jenis bentuk simpang tidak sebidang/simpang-susun,
. dapat dilihat pada Gbr.5.4.
Pada Gbr.5.4z. adalzh bentuk "diamonl' merupakan bentuk simpang
susun yang paliflg sederhana. Prli"g memadai digunakan pada suatu
persimpangan jalan bebas hambatari dengan iabn zrtei tidak bebas
hambatan. Keuntungan tipe ini zdala-h, semua kendaraan dapat keluar
masuk dengan kecepatan tinggi, walaupun mungkin akan terjadi
kemacetan, pada titik-titik dimana ialan artei menerima limpahan lalu
lintas dari ialan bebas hambatan. Keuntungan lain adalah penggunaan
lahtnyangrelatif efisien dan sedikit dibanding tipe lain.
Tipe 'semanggi' (cloaer leaj bisa berupa clover-leaf penuh -full clover-leaf
(Gbr.s.ac) atau clover-leaf sebagian (partially clover leaf)-Gbr5.4b. Tipe
ini paling cocok untuk jalan bebas hambatan yang bertemu dengan ialan
SUMBER: Highway Engineering - OGLESBY
arteri tidak bebas hambatan, atau pertemuan dua ialan raya utama, seperti
pada iembatan Semanggi,Jakana. Tipe ini memedukan pembebasan lahan
Gbr.5.4. Bentuk berbagai ienis simpang tidak sebidang.
yang luas, terutama yang semanggi penuh, sehingga sulit ditrapkan pada
lahan sempit dan terbatas. Tipe clover leaf sebagian banyak digunakan
pada pertemuan ialan utama dengan ialan lokal, dimana loop-rampnya
digrrnakan untuk melayani arus lalu lintas utama,y^nghendak berbelok;
untuk itu loop-ramp ini agar ditempatkan pada kwadran yang sesuai.
;*

IGIN I(ONSIAI]KSIJAI,AII BUKU T: GEOMETRIK JAI,AN Oeonetl ik Perrsinporgo,


Itt

Seperti juga tipe diamond, tipg d zgar dapat berfungsi maksimal,


memedukan banyak rambu-rambu lalu lintas, untuk mengarahkan dan
menuntun kendaraan.
Gbr.5.4d.berupa simpang susun langsung (direxional interchang), cocok
untuk pertemuan dua iilan bebas hambatan. Langsung diartikan,
kendaraan yang *kan membelok langsung menuju kearah yang
dikehendaki, lain dengan tipe full clover-leaf, kendarlun y^ng ingin belok
kiri, harus mengambil arah kekanan dulu dan memutar 2'70" baru bisa
kekiri; demikian p.rla tip" diamond, harus mengarah drrlu kearah Ialur Kolcktor/distributq
berlawanan dari yang dituiu, baru bisa ke alrz;h yang dimaksud.
S7alau bagaimanapun, ini adalah bentuk pengaturan arah sesuai masing-
masing tipe, walaupun dapat saia dimodifikasi dengan tetap mengacu pada Jalur;iatur Penghuhng (Rlag)
pola dasarnya.
JelurPanampung
5.2.2. KETENTUAN UMUM PERANCANGAN SIMPANG
TIDAK SEBIDANG.

- Jalan tipe dan tipe II dimana akses langsungnya dibatasi (partial


I
access control), pertemuannya umumnya berupa pertemuan tidak SUitttR: 3t t74. nA(fASAJAUil. rt
sebidang.
- Persilangan atau pertemuan jz-lain tipe II yang mempanyu 4 jahx
Gbr.5.5. Bagian Simpang Susun ( contoh : tipe Semanggi
atau lebih, umumnya tidak sebidang, namun dalam situasi khusus, )
misalnya akibat topografi, bisa saja dibuat sebidang.
s.2.3. STMPANG SUSUN (TNTERCHANGE ).
- Persilangan/pertemuan izlan tip. II, umumnya dibuat tidak
sebidang untuk memenuhi kebutuhan lalu lintas utama.
5.2.3.1. Bagqan Simpang Susun.

Dalam perancangan simpang tidak sebidtng banyak hal yang harus Ilustrasi umum mengenai bagan simpang susun, diwakili oleh tip.
dicermati Lntara,lain faktor perencanaan berupa : semanggi, sebagaimana tampak pada Gbr. 5.5.
o Jenis-jenis ramp Qangsung, tidak langsung, atav loop) dan landai ramp.
o Jalur-ialur tambahan (auxiliary lane)
o Jalur utama : diperuntukkan arus utama lalulintas, volumc
o Keluar masuk simpang lalulintas paling padat.
o Standar geometrik yang digunakan. o
o Ruang bebas (clearance high/width) Jalur Kolektor/Distributor: searah dengan jalur utama, sebagui
pengumpul dan pembag arus yang menuju dan meningS;alkan
o Konsistensi bentuk persimpangan. utama. Pada baglan ujung meriyatu dengan jalur utama, irenia,li
ia'iur
ialtrr
pedambatan atau percepatan.
o Jalur penghubung (ramp), menghubungkan dua larur rrr;rnm.
.t*

BUKU r : GEOMETRIK JAIAN Gmrutilh Perrsi\orgotr Ita


165 KONSTIIf]KSIJAI,AN

'road), utama' tujuan, kendaraql mengeiilingi titik pusat lebih dahulu dengan nron()r()1r,
o Jalur samping ffrontage ialur lokal disamping ialur
salah satu arus lqlr-rlintas secara tegaklurus.
terpisahdariarussimpangsusun,memberikanakseslokaldariialan Hubungan tida\ langsung, seperti pada tipe semanggi, pencapaian tuiuirrr
sekitarnya.
dilakukan dengqrl melakukan putaran 270" d,alam aiah-bedawanan lcl>ih
( Ramp )' dahulu, baru mqrlca;iai tuiuan.
5.2.3.2. Macam-mac^rrr Jalur Penghubung
5.2.3.3. Eleme\ Peren c^naa nsimpang Susun.

Beberapa faktol yang harus diperhatikan dalam merencanakan simpang


susun adalah:
) Tipe dan Ke[s Jilan,
) Volume lalu yptas,
) Kecepatan \";rcana,
r) drn b) - ITUBUNG{{ ARI-6 LALIN LAMSUI{G ) Keadaan topoEafi,
c) d.r O - Ht BUI\GAN ARIJS I-ALIN SEIII{CAH ) Tata Guna T2nah dan rencana peruntukannya,
I,AI{GSIAG
) Biaya dan aQryill5trasi pembangunan, dan
e). - HUBUNGAN ARIIS LALTNTIDAK
r,aNcsuNc
) Manfaat bagi penggu na ia)an.
Secara umum sudah dibahas pada Bab terdahulu, hanya secara spesifik,
karena simpanq Susun biasanya dibuat padz daenh perkotaan, beberapa
kriteria geometr:ir disesuaikan dengan standar perancangan untuk daeiah
perkotaan. Padq bab-bab terdahulu umumnya dikhusuikan untuk jalan
antar perkotaaq, walaupun secara pemikiran dasar, tidak jauh berbeda
arTt^r^ keduanyq.

(tamp)'
Gbr.5.6. Jenis pencapaian pada ialut penghub"ng 5.2.3.3.1. Ket€patan Rencana Ramp.
Kecepatan ren(arra pada ial,i- penghubung, regantung pada kelas jaran dan
kecepatan renCQn4, yang diberikan pada'Tabel 5.10.
oleh arus lalu lintas, 2idz ngz
Berdasarkan pola pencapaian yang dilakukan
jenis bentuk ramP , Yaitu:
t Hobrr.tgrn langsung (direcfi - Gbr'5'6a dan 5'6b' . KECEPATAN RENCANA (l,m/tam)
' o Hubungr., ..t".rgrh luttgtottg (serni-dirut) - Gbr'5'6c' Jalan utama
tipe I dan tioe II
dan 5.6d.
o Hubungan tidak langsung (irtdirecty - Gbr'5'6e'

dilakukan tanpa meHut


Hubungan langsung, adalah pencapaian yang 11|
p.rrr, [l"Uift"arfr"rrt". Ht'bot'gan setengah langsung' dalam
mencapal

I
*

IIIT KONSI'BT]KSIJAI,AN BUKU r: GEOMETRIK JALA'N


Georetrih Persirporgor t0a

5.2,3.3.2. Petencanaan Geometrik untuk Ramp. TABEL 5.T}. SUPERELEVASI RAMP


a). Kemirinean melintanp standar = zoh
) LebarJalur : Pada umumnya lebar falur = 3,50 meter. SUPERELEVASI(o/o)
m
) Lebar Bahu :
lihatTabel5.11. tan Rencaha ( km
) Median Lebar Median pada ramp dua arah =2,0 m 80 60 50 40,35,30,2s
Termasuk lebar pemisah tengah ( central separator ) 10 - 280 -140 -90 -50
1,0 m; pengecualiaan jika pada ramP terdapat 9 280 - 330 140 - 180 90 - 120 50-70
8 330 - 380 180 - 220 120 - 160 70-90
pemisah oleh bangunan, lebar pemisah tengahnya 7 380 .450 220 - 270 160 .200 90 .130
dapat diperkecil nilai minimum 0,50 m. 6 450 = 5,m 270-330 200.240 130 160
) Jalur tepian : (I\{arginal Strip),lebar ialur tepian bahu ramp = 0,5m 5
540.670 330-420 2q"y0
=

160.210
) Ruang Bebas : Ruang bebas untuk ramp sebagumana pada buku 2: 4
670-870 420.560 310.410 210 "280
(Ctearanc) Perancangan PerkerasanJalan dapat dipakat. 3
2 870.124 560.800 410,590 280.400
) lari-iai min. Ramp : dapat dilihat padaTabel5.l'2. 1240 -3500 800 -2000 590 - 1300 400,800
) Superelevasi ramp : dapat diikuti sesuai pada Tabel 5.13. b melintans standar = l.5o
) Pelebaran Jalur : sebagaimana tercantum pada Tabel 5.14. SUPEREI.EVASIC/O)
lai-iailenskuns(m)
) jarak pandang : dzpat mengikuti Tabel 5.15. Kecepatan Rencana ( km/iam )
) Kelandaian : Kelandaian ramp dibatasi sampa 6oh. 80 60 50 40,35,3025
2 1240"2100 800.1370 590 "1000 4m.600
1,5 2100.2500 1370.1500 1000.1300 600.800
TABEL 5.11. Lebat bahu
Kiri (m) Kanan (m)
1 ialur, 2 arah 2,50 1,00
TABEL 5.14. PEIJBARAN
PELEBARAN (m) Jali-iarr as ialur (m)
2ialur.l a:,ah 0,75 0,75
1 ialuq 1 arah 2 ialur. l arah
3,75 15-21
3,50
TABBL 5.12. lari-iari Minimum 3,25 2t -22
KECEPATAN Standar Minimum Pengecualian 3,00 22-23
RENCANA (*) Minimum (m) 2,75 t5-21 23 -24
&m/iam) 2,50 2t -23 24 -25
80 280 230 22s 23 -25 25 -26
140 2,N 25 -28 26 -27
60 .110 1,75 27 -29 27 -29
50 90 70
1,50 29 -32 29 -31
40 50 40 12s 32-36 JI-JJ
35 40 30 1,00 36-42 33-36
30 30 20 0,75 42-48 36-39
25 20 15 0,50 48-58 39 -43
02s 58 -72 43-47
0,00 72- 47-
*

169 KONSTBI]KSIJAI,AII BUKU 1: GEOMETRIK JAI,AN Georct[ik Pe-siuporgon


Ito

Tabel5.18. Ialur Perce


ABEL 5.15. IARAK I'ANDANG HIJNA I 100 80 60 50 40
V ftm/iam) 80 60 50 40 35 30 25
l)anjangJalur 180 160 120 90 50
f ttto 110 75 55 40 35 30 25 l'ercepatan
standar
( tanna tamr')
5.2.3.4. Jalut Perlambatan Paniang Taper 60 50 45 40 40
standar
Searah/seiaiar-
Jalur perlambatan mengikuti angka yang tercaritum pada Tabel 5.16.

TABEL 5.16. IALUR PERI-AMBATAN paniang jalur percepatzn minimum yang menufun, harus dikalikan dengan
V &m/iam) 100 80 60 50 40
koefisien yang tercantum pada Tabel 5.19.
PanjangJalur 90 80 70 50 30
Pedambatan standar
( tanoa taoer)
TABEL 5.19. Koefisien konversi ialan turun (ialur Percepatan)
Paniang Taper standar 60 50 45 40 40
Seatah/seiaiar- 4<i
Untuk dua jalut perlambatan, paniang minimumnya ( 120 - 150 ) 7o dari yang tetcantum pada Rata2 Kelandaian ialur 0<i<2 2<i<3 3<1<4
menerus(o/o)
Tabel 5.16.
1.40
Koefisien konversi 1.00 1,20 1,30

Panjang jalur perlambatan minimum yang menurun, harus dikalikan


dengan koefisien y^ngtercznrum pada Tabel 5.17.

TABEL 5.17. Koefrsien (onverci ialan turun ( Ialu ba tan )


Ralo,z o<i<2 2<i<3 3<i<4 4<i
Kelandaian
ialur
menenrsf/n)
Koefisien 1,00 1,10 1,20 1,30
konversi

5.2.3.5. Jalut Petcepatan r TAP


+------- - --'
I
Panjang jalur percepatan standar tercafltum pada Tabel 5.18. Sedangkan La uR TEPI.\.I_
EBAR JALUR

untuk dua ialur percepatan, paniang minimumnya adalzh (1,20 - 150)% #4tn: T

dari yang tercantum pada Tabel 5.18 ( U, YIPE TAPEF


SWR: Stadd tutacaod1 aimd''
ud*Jda kkddn.

Gbr.5.7. Tipe ialur pedambat / perceP^tan.


^n
*
17I KONSIBUKSIJALAN BUKU 1 : GEOMETRIK JAI-AN () eow.ltih Pe.sirpo*gn*

5.2.3.6. Perpotongan dengan Jalan.Rel. > Pada pembangunan simpang tidak sebidang, kadangkala difumpai kabcl
listrik melintas, pada lintasan ialan. Untuk kabel listrik dengan tegangan
) Sudut perpotonga n ant,lf^ ialan rel dan ialan raya harus membenruk rcndah, pemindahan atau peninggian posisi kabel tidak tedalu berrnasalah;
sudut 45" atau lebih. lrcrlainan bila kabel listrik adalah kabel tegangan tinggi. Pemindahan atau
) Alinyemen dekat persilangan dibagian sepanjang 30 meter sebelum dan peninggian tiang kabel, akan memerlukanbiaya yang cukup besar. Untuk
sesudah pefpotongan, serta persilangannya, harus dalam keadaan lurus, itu, perencana harus merancang tinggl struktur Lgat 'ruang bebas'
dengan landai jalur lalu lintas # 2,5o/o, namun unruk kondisi topografi yang (clearance) memfunyai titgg sedemikian, hingga ruang yang disyaratkan
berat syarat ini tidak mudak dilaksanakan. memenuhi sy^rat.
) Jarak pandang minimum harus mengikuti tabel 5.20. sehubungan
dengan kecepatan kereta api padapersilangan Pada Tabel 5.27. adalah persyaratan iarak bebas minimum dari kabel listrik
tegangan tirgg dengan suatu struktur.

TABEL Minimum pada


5.20. Jarak pandang Tabet 5.21. ! aruk bebas (minimum) penghantar SUTT dan
anpan ialan rel dan ialan
^nttta
tanah dan benda larn
SUTET
Kecepatan Maksimum No. LOKASI SUTT SUTT SUTET KV
Jarak Pandang minimum
5OO

Kereta Api (km/iam) (m) 65 kV 1s0 kv SIRKUIT SIRKUIT


<50 110
(m) (-) GANDA TUNG
(m) GAI,
50 atau lebih dan < 70 160 (m)
70 ata'r lebih dan < 80 200 1 Lapangan terbuka, pada derah luar 6,5 7,5 10 11

80 atau lebih dan < 90 230 kota.


8 9 15 15
90 atau lebih dan < 100 260 2. Jalarr rayz.
100 atau lebih dan < 110 300 3. Pohon-pohon pada umumnya. 3,5 4,5 8,5 8,5

110 atau lebih 350 4. Bangunan tidak tahan api, dan 12,5 13,5 t4 15
lapanpran ola.hrag.a.
Bagian bangunan yang ahan aPi. 3,5 4,5 8,5 8,5
Jarak pandangan harus diukur, sepaniang garis sumbu iatan rel terluar dari 5.

titik potong dengan garis sumbu falan raya ke titik teriauh dari jalan rel 6. SUTT lainnya: penghantar udara 3 4 8,5 8,5
tersebut, yang dapat rlilihat dari titik tertinggi 1,00 m diatas permukaan tegangan rendah, taringan
telekomunikasi, dan kereta gantung.
ialannya.
7. Rel kerea biasa 8 9 15 l5
5.2.3.7. Lain-lain.
8. Jembatan besi, rangka besi penahan
.,l 4 8,5 tt,5
penghantar kereta listrik terdekat, dan
) Fasilitas drainase mudak diperlukan untuk mengdirkan air permukaan sebagainyx.
keluar arcalialar' tanpa mengganggu ldu lintas.
) Marka jalan harus dibuat mengikuti standar yangarda. 9 Titik tertinggi tiang kapal pada 3 4 8,5 lt.5
> utilitas dibawah tanah seperti saluran air minum, gas, kabel-kabel lisuik keduduken air pasang/tertioggi, pada
atau tilpon, Ltztt saluran air kotor, diharapkan dianam kembali diluar lalu linas air.
Damiia, sesuai aturan yang berlaku. sr rMiltrl Pl N
*1

B4\B 6
PEB,@SEDU,.B- DAUS
E4\UU'GAKABG = &AUSGTK4\H
PER4\US@AUU'@A8U

rosedur dan LangkahJangkah perancangan disini, dimaksudkan


ED
!=J- untuk melengkapi lingkup bahasan teoritis yang sudah dipaparkan
di bab-bab sebelumnya

6.I. PROSEDURPERANCANGANGEOMETRIK
JAI.AN RAYA-

Prosedur perancangan dibawah ini dicuplik dari buku Tata Cara


Perencanaan Geometrik Jalan antar Kota No. 038/T/BM/1997 dengan
beberapa penjelasan yang dtanggap pedu.

6.I.7. LINGKUP PENGERJAAN PERANCANGAN


GEOMETRIK

Pekerjaan perancangan geometrik jalan meliputi 5 tahapan:


1. Melengkapi peta dasar.
2. Identifikasi lokasi ialan.
3. Penetapan kriteria perancangan.
4. Penetapan alinyemen ialanyangoptimal, dan
5. Penggambaran detail perancangan geometrik jalan dan
pekerjaan tanah.

6.I.2. DATA PETA DASAR


Peta dasar yang petlu untuk suatu perancangan geometdk adalah :
1. Peta topografi berkontur y^ng akan diiadikan peta dasar
perancangan jalan, dengan skala tidak lebih kecil dari 1 : 10.000

r7t
{

I74 I(ONSTRIII(SIJA|,AN BUKUT : GEOMETRIKJAI.AN hosedur don Long2o?.-0ongkoL Peroncongor

( skala 1:2.500 dan 1:5.000 sangat disarankan). Perbedaan tinggi dan potongan melintang-nya. @utir 6.1.5.2. dan 6.1.5.3.)
setiap garis kontur disarankan tidak lebih dari 5 meter. c). Semua alternatif alinyemen dievaluasi @utir 6.1.5.4.)
2- Peta Geologi yang memuat informasi dmzhyang labil dan daerah
stabil. 6.1.5.1. Alinyemen Horisontal
3. Peta tatagana lahan yang memuat informasi ruang peruntukan
1). Berdasarkan kriteria perancangan, ditetapkan:
ialan.
4. Pera irnngan ialm yzng tda. a). Jai-jari minimum lengkung horisontal (fabel 4.2 dain Tabel
s.4).
6.1.3. TDENTIFIKAST LOKAST JALAN b) Kelandaian Jalan Maksimum (fabel 4.1 1 )
.) Paniang maksimum bagian jalan yanglurus (fabel 4.1.)
Berdasarkan d*ayangdri butir 6.1.1. selaniutnya, tetapkan : d) Jarak pandang henti dan jaruk pandang mendahului @ab
1. Kelas MedanJalan ( berdasarkan Tabel3.1.) 2.3.1.0, dan Bab 5.1.3).
2. Titik Awal dan Akhir perancangan, dan
3. Daerah-daerah yang layak dilintasi jalan, berdasarkan struktur 2). Dengan memperhatikan kriteriz per flc rrgun dan damiia @utir
tanah, struktur geologi dan pertimbarrgan lainnya. 6.7.5.3.1,.), pada peta dasar perancangan, rencanakan alinyemen
horisontal j alan, untuk beberapa alternatif lintasan(I-ampkan 24).
6.I.4. KRITERIA PERANCANGAN
3). Pada setiap gambar altematif alinyemen, cantumkan fiofior staion,
1). Tetapkan: disingkat Sta. dan ditulis $12. ooo + ooo, dimana ooo 2dal2l satuan
a). Untuk per^nclngzn geomerik, perlu diteapkan kilometer, dan o o o adalah satuan meter.
klassifikasi menumt fungsi jalan @ab 1.3.1.3). Penomoran Sta. ditetapkan sebagai berikut:
b) Kendaraan Rencana @$ 2.3.1.). a). Pada brg* iilan yzrry lurus Sta. dicantumkan untuk setiap
c).V** dan V.,n @*2.3.2) dan 50,00 meter
d). Kecepatan Rencana \(Iabel 2.4 danTabel 5.10) b). Pada bagian ialanyarglengkung Sa. dicantumkan untuk setiap
20,00 meter.
2) Kriteria perancangan tersebug ditetapkan berdasarkan c). Penulisan Sta. pada gambar dilakukan disebelah kiri dari arah
pertimbangan kecenderungan perkembangan transportasi, dimasa kilometer kecil ke kilometer besar.
yatg akm daang, selama umur rencan^ yangdiinginkan.
6.1.5.2. AlinyemenVertikal

6.1.5. PENETAPAN ALTNYEMEN JArl\N 1). Berdasarkan kriteri z peranc^ng n, tetapkan :

a).Jai-jan lengkung vertikal minimum @ab a3.2)


Pemilihan alinyemen optimal, dilakukan dengan :
b) Kelandaian Jalan maksimum (fabel 4.1 1 )
a). Mengunakan data dasar, dibuat beberapa dternatif alinyemen c). Panjang jalan dengan kelandaian teftentu yang membutulrkatt
horisontal, yang dipandang memenuhi kriteria perancangan laiur pendakian (Bab 4.3.1.), deln
d). Jarak pandang henti dan iarak pandang mendahului ([]ab 4.'1.';,.1.
Ortir 6.1.4.1).
dan 4.3.2.2.)
b) Setiap altematif alinyemen horisontal dibuat alinyemen vertikal
r
I78 I(()NSTBTIKSIJAI,AII BUKU T : GEOMETRIKJAIAN hosedul don Lorqko&-0ongho& Pemncnr.gon tr7

2). Dengan memperharikan kriteria perancangat, refic nakan gambar d). Memiliki jumlah paniang jembatan paling sedikit atau paling
alinyemen vertikal untu\k semua alternaaf alinyemen horisontal. pendek, atau paliflg murah.
Gambar alinyemen vertikal berskala panjang 1:1.000 dan skala venikal
1:100.(I-ampiran24) 2). Pzda, akernanf yang paling efisien, perlu dievaluasi koordinasi antarz
alinyemen horisontal dan vertikal@ab a.4.)
3). setiap alinyemen pedu diuii terhadap pemenuhan jarakpandang, sesuai Perubahan kecil pada alinyemen terpilih ini, dapat dilakukan; tapi iika
ketentuan yang diuraikan padtBab 2.3.10. perubahan alinyemen tersebug mengakibatkan penambahan pekeriaan
tanah yangbesar, maka proses seleksi alinyemen pedu diulang kembali.
6.1.5.3. Potongan Melintarig
6.1.6. PENTYAJIAN RANCANGAN GEOMETRTK
1). Berdasarkan kriteria perzlncang n, terapkan :

a). I-ebar lajur, lebar jalur, dan lebar bahu ialan


(-ampiran23.). Bagm-bagzLn per^nclrlgln yang disaiikan, meliputi :
b). Pelebaran jalzn ditikungan untuk setiap tikungan (I-ampiran a) Gambar alinyemen horisontal ialan, ymg digambar pada peta
22); dan topografi berkontur PamPfu an 24)
c).Damzja,Damija, dan Dawasja. @ab 1.3.2-) b) Gambar alinyemen vertikal ialan Q-ampkzt24)
c) Diagram superelevasi {'mpitan, 24).
2). Rencanakan gambar potoflgan melinrang jalan dengan skala horisontal d) Gambar potongan melintang ialan untuk setiap titik Stasion.
1:100 dan skala vertikal 1:10. Gambar potongan melintang dibuat unruk
E Diagram pekerjaan tanah (mass diagram), dan
setiap titik Sta.
0 Bagm-bzgSmizlan yang dianggap perlu.
Pada Lampkzn 24 d*n 25 dapat dilihat penyaiian alinyemen horisontal,.
3). Potongan melintang jalan beserta alinyemen horisontal, serra penyaiizn alinyemen vertikal dan penyaiian beberapa potongan melintang.
alinyemen vertikal, digunakan untuk menghitung volume galtan,
timbunan, dan pemindahzn mateial gahzn dan timbunan.
6.2. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN
6.1.5.4. Pemilihan Alinyemen yang Optimal
6.2.1. PERHITUNGAN PENAMPANG TANAH.
1). Perancangan untuk beberapa alternaif, berruiuan mencari alinyemen
ialan yangpaling efisien, yaitu alinyemen dengan kriteria sebagai berikut : Metoda untuk mencari luas penampang galian/timbunan pada
a). Alinyemen terpendek. setiap Stasion, dapat dilakukan dengan cara:
b). Semua kriteria perencanz n harus dipenuhi. Jika tidak ada a). Untuk penamPang yang tidak beraturan, luas penampang dicari
altetnattf alinyemen y^r7g memenuhi perenczinaan, maka dengan menggunakan alzt planimeter, atau dengan cara sederhana,
kriteria petenc ta n harus diubah. menggambarkan PenamPang paLdz kertas milimeter-blok,
c). Alinyemen yang dipilih, memiliki pekerjaan tanah yang paling kemudian hitung kumulatif kotak yang tercakup area penamPang,
sedikit, atau paling murah(Bab 6.2). kemudian kalikan dengan skala gambar (Gbr.6.1-).
Yang dimaksud pekerjaarn tzinah disini adalah, meliputi volume
gahm, volume timbunan dan volume perpindahan serta
pengoperasian tznah gakan dan timbunan.
4

r7E KONSTRUKIiIJAI,AN BUKU r : GEoMETRIK 'IAI^AN l}osedurt don Longho&-0ongko[ pe,toneongon r7e

6.2.2. PERI{ITUNGAN VOLUME TANAH.

Perhitungan volume tanah padapekerjaan galian dan timbunan,


lriasa dilakukan dengan metoda Double End Areas (I-uas ujung rangkap),
lotmj yaitu dengan mengambil rzta-ra;ta luas kedua ujung peoampang dari Sta.1
Luos:C(b+Srcl,dimono tlan Sta.2, kemudian dikalikan jarak kedua Stasion(Gbr.6.2.) Ini dilakukan
S:m/C:
: kernlrlngon rrntuk semua titik stasion yang berada pada rarncangarn trase jalan.

Volume = (A, + Ar)/2 xiaruk (n u). ......(6.1.)


Gbr.6.1. Menghirung luas penampang
I)apat juga dilakukan dengan menggunakan Forynula Piwa
b). Untuk penampang yang beraturan, gunakan rumus planimetri A1+4M+,.\2
biasa. (Gbr.6.1b).
Volume xiarak ( rn') . .....(6.2.)

rlimana A, = luas penampang di Sta.1


A, = luas penampang di Sta.2
M = luas penampang dipertengahzniaruk
Sta.1 dan Sta.2.

Untuk mencari volume galian pada penampang berupa lengkungan,


akukan perhitungan luas ujung, diantara izrak l, sebagaiman a paida Gbr.6.3
I

Untuk perhitungan timbunan, lakukan dengan caru yung sama seperti


Gbr.6.2. Metoda luas uiung untuk timbunan.

6.2.3. DIAGRAM MASSA.

Diagram massa (Lfiass diagmn), adalah kurva yang penggambxan


pemindahan anah (baul1, pada suatu penampaog melinang, dittas atau
beIol dibawah profil jalan, mulai dari suatu stasion tertentu sampai stasion
gd[qn berikutnya (ihat Gbr.6.4).

Gbr. 6.3. Metoda Perhitungan Volume tanah pada I-engkungan


sit

KONSTRTII{,SI JAI,AN BUKU r : GEOMETRIKJAI-q,N PLose.dut i lr r n t ongboft - 0oitgbofi Pe-rtoroe.nrognn

diapgam massa, akan merupakan puncak lengkungan; sebalikn,va titik


e (profil) yang merupakan peralihan timbunan ke galian ) pada
diagram massa berkorelasi dengan titik terendah Il. Bila kita
perhatikan gambar profil posisi titik b dan e adalah pada kcduclukan
garis kelandaian.
- perbedaan tinggi antara dua posisi garis vertikal pada diagram massa
(misalnya FF'* GG) adalah jumlah volume tanah yang clipindahkan.
- afitara dua stasion sembarang, seperti "X-C" pada cliagram massa
akan merupakan garis keseimbangan (balance-line), yattu galian dan
timbunan pada gambar profil akan memberikan harga Yang sama.
- pada lengkungan cembung pada diagram, menuniukkan 'haul' maiu
pada profil dan lengkungan cekung merupakan 'haul'mundur.

Tabel6.1. Kuantitas Galian dan Timbunan


v()t.ul\{H, Tfi( )Rl'l'lS 'l'tIlUtrNAN
STASION (mt)
DITAN'{I]ATI
ORDINAT
GALIAN TIMBUNAN DIAGR,\N,I
SUSLJT (15(/o)
NIASST\
STASION t)
0
1
+182 +182
2 +18 +260
Gbr. 6.4. Diagram Massa -84 -97 +.1 (r3
3
4 -123 141, +22
Pada absis ditempatkan posisi stasion, dan pada ordinat adalah volume -123
5 -107 -101
tanzh. Skala absis diagam massa (Gbr.6.4 bawah), dibuat sama dengan -106 -2{)1
6 -92
skala horisontal profil memaniang ialan.
+64 t43
Sebelum menggambar diagram massa, lebih mudah jika dibuat dulu 7
+251 +108
kuantitas galian (+), dan timbunan Q, (ihat Tabel 6.1.) Skala dari ordinat B
9 +332 +440
disesuaikan dengan volume tanah dalam m3, misal 1 cm = 100 m3. Untuk
10 +287 +727
diketahui :
+76 +u03
- ordinat tiap titik pada dtagram massa, adalah menyatakan jumlah 11

volume gahan / imbunan dititik tersebut.


- lengkungan o-a-b (gambar profil) adalah galian, diindikasikan
sebagai lengkung naik O-A-B (pada gambar diagram massa), 6.2.4. PEMINDAI{AN TANAH (haulfuaerbaul).
sebaliknya lengkung b-c-d-e (profil) adalah timbunan, dikorelasikan
ke B-C-D-E, (massa) sebagai lengkung turun. Demikian pula galian Dengan menggunakan diagram massa pekeriaan tan:th, tlirttrttt;t
c-f-g-h ) lengkung naik E-F-G-H. cfisiensi akan tefc pai bilamana volume galtan hampir sittttlt tlt'ttl1:ttl
ritik h (profil), adalahperalihan dari galian ke timbunan ) pada r,olume timbunan.
ry
hosedur don LongboL-0,aqbofi Pettortcorgott
tlt
ra2 K()NS'I'IiUKSIJALAII BUKUI: GEOMETRIKJAI-AN

Ini dapat didekati dengan : c). Pentbahan bosr* alinlemen dmgan tikunganJik''tfigafi Jdng tunful
) Bilamana XC adalah dianggap sebagi ixakfree haul (idakadabizya kebagian bagian drug* tikungan-tikilngan Jang tqiam secara mendadak
haras dihindarkan.
tambahan untuk mengangkut tanah dari X ke C), katakan pzniangnyz
200 m, maka kita berusaha untuk mendapatkan paniang yang sama di Demikian fuga pemak-aian tikungan yang tajam diuiung tangen
posisi lain, agar mendapatkan pedakuan y^ng sama. Volume tanah yang paniang, karena biasanya pengendara meningkatkan
L..prirtt kendaraannyapadz pada bagian yang lurus atau tumpul,
yang zkan dipindah, dinyatakan dalam ordinat BB'
) Seperti disebutkan diatas, identik dengan XC, volume tanah diatas sehingga kalau diberikan mendadak, pengendara tidak dapat
oD adalah dalam keadaan seimbang (galian=timb"t"')' Padahal menyesuaikan kecePatannYa.
dalam areal ini adzbagpan XC yang merupakan free-haul. Jadtbag1an
OD dan XC yang dinyatakan dengan ordinat B'B" harus d). Pada stdut-stdat tiktngan lang kecil, sering tetjadi panjang lengkangan
^ntzra dan ditimbun dibagian CD. Inilzh yang disebut overhaul. tidak cuk*p paltJdtt& meskipun sudah memenubi gtarat'
diangkut
Sebaiknya untuk tikungan dengan sudut pusat + 5", paniang
Jarak overhaul adalah iarak anrarz titik-titik berat dari OXX'
dan CC'D
dinyatakan dalam stasion. Jarak overhaul dikalikan dengan volume lengkung yang bersangkutan dibuat paling sedikit 150 meter, dan
dinamakan overhaul-volume-stasion. untuk setiap- penurunan sebesar 1", ditambah dengan 25 meter.
N titik berat CC'D, iarak sebalikrrya usabakan agnr tikangan tidak terlala panjarg mtak
Seandainya M adalah titik berat OXX' dan
nengbindarkan pengemudi terlalu kna ruengltadapi tikttngan'
overhaul M'N'- XC.
atau CC'O{'N' Paniang tikungan sebaiknya dibatasi 1 km.
Maka overhaul-volume-stasion = XX'O{'NLXC) -
xc). diasabakan agar kedta
Makin banyak lengkungan berpotongan dengan absis, makin kecil Q. Pada rikungan dmgan lengkung gmfu, hants
hrgkougyoug berdekatan, tidak ne@t'tryai jaiiai yng sangat berbeda'
overhaul-volume-stasion, makin ekonomis pemindahan tanah.
Dengan membuat beberapa ilternaaf route diagram massa, akan Cukup baik lika diambil RrS 1,5 R2.
didapatkan trase yang Paling optimal, dari tiniauan pekeriaan tanah.
fl. Tikmganyng berbalik dmgan mendadak barus dibindarkan'
6.3. PEDOMAN RANCANGAN. S*gr. b..Lrhry" karena pengemudi tidak akan dapat bertahan
terui berada pada jalumya, dan sukar melaksanakan kemiringan
6.3.I. PEDOMAN RANCANGAN ALINYEMEN idan seperti itu.
HORISONTAL.
g). Tangen pendek diantara dua btab tikangan lang searah (brohcn'
a). nemungkinkan alinlenen boisontal dibuat seluras mungkin,
Bik bach) sedapat mungkin dibindmkan.
untuk mendapatkan jam k lang sependt k'pende krya. Disamping berbahaya, iuga tidak memberikan bentuk yang baik'
Hal ini tidak selalu memungkinkan, karena faktor' topografi Buat panjang tangen lebih besar dari 500 meter.
setempat.

b). Pmgganaan tiktngan dmgan 1ai-jai miniruun pada alinltemen dengan


smtu kecepatan rcncafid turtentu, sedapat mungkfu dibindarkan
l)imasa yang arkm dttang sulit di-upgrade.
* ru
rrt I h()\s't'ttlrl(sl JAI^{.N BTIKU T : GEOMETRIKJAI-AN lit,rlriun,lon Longhofl,-0orgko[ P€roncorgor I8r

6.3.2. PEDOMAN RANCANGAN ALII{TEMEN VERTIKAL.


GRADE T O ?.
a). Aliryemen aertikal akaru lebib baiklika dibuat derugan garis landailang
rtertbeikan perubaban landai lang berangsur-dngsar sedemikian binga
d ap a t s e b a ry a k- b a n1 a kryt a m e ngi ka ti te re i n 1 a ng a d a.

b).A ti nly e m e n ) e rti k a t s el n i s l ang di s e b u t hidden-dip (a li ny e m e n ue rti ka l


e

-yarg datar dan lurus, yng didalannla menS4andang sebagian keci/ yng
lto*rog) haras dibindarkan.
beralta rangkaian beberapa
Kurang baik dari estetika, dan berbahaya, karena umumnya
pengemudi kurang dapat meyakini apakah ada attu tidak kendaran
lain dari arah yang bedawanan, karena tedindung dibagian
lengkungan vertikal yang melengkung, sedang pada bagan datar,
sebelum lengkung tersebut, kendaraan berlalan dengan kecepatan
yang tinggi, bahkan melebihi kecepatan rencana. Gbt. 6.5. Kelandaian 07o.

c). Pada landai dengan penilrunan ltang besar atau panjang dianlarkan Jika setiap jarak +
100 meter, ir dari saluran samping dapat
wntuk segera diikati dengan pendakian, antuk dapat segera mengarangi dibuang keluar, dimana untuk menghindari pembuatan saluran
kercpatan kendaram truck atau bisyng seing terlalu cepat. samping tedalu dalam.

d). Aliryeruen dengan lengkung-leflgkang uertikal searab, _yang berturztan


dengan tangen antara lang pendek atau biasa disebil hrohen-back
grade-linc, sedapat nungkin dihindai, lebib-lebih kgi lengkang aertikal
cekung, karena menbeikan pandanganlang kurang baik.

e). Pada aliryemen dengan landai pdnlaflg Jdng nefleras, lebib baik
menem]>atkan landai lang tercuram pada bagian pernu/aan landai,
selanlutnla diikuti d.engan landai-landai yng lebib kecil, atau neryisipkan
landaiyrg lebib besar pada landaiyng mefletas tersebut.

6.3.3. PEDOMAN PENETAPAN KEMIRINGAN/ POT. MEMANJANG.


KEI.ANDAIAN JALAN [;"=t::--- --::-=-j_-_i.-il:- _-_.. __-=\f-4-f,l;__-_{n:+- _-- _ .: !
I v \sALuRANsaMPtNe
1 ERDALAM
Kelandaian boleh 0%. M.
-^. I roo
Jika tidak perlu saluran samping seperti: badanjalan pada daerah t MAKS. IOO M r,rar<s. I

Timltunun. Gbr.6.6. Kelandaian 0%o untuk saluran melintang pcr-


100m
TAO KONSTNUKSIJAI,AN BUKUT: GEOMETRIKJAIAN Prosedur dor LatgEo[-0,argko0. Pelorcorgok !t,

- saluran tanah
- saluran pasangan batu
- saluran beton.

2. Badan Jalan pada daerab Gaban

roa MEMANJAIg

Gbt.6.7. Kelandaian * OW

b. Kelandaian tidak boleh 07o


Gbr. 6.9. BadanJalan pada daerah galian
- Dianjurkan minimum 0,5oh ,jlka:
. ialan tersebut memerlukan saluran samping yang cukup panjang Perhatikan:
> 100 meter, seperti pada daerah galtan. - kemiringan talud
- tinggi talud
6.3.4. PENAMPANG MELINTANG JAr-AN - saluran samping diperkeras atau tidak.

l. Badan Jalan pada daerah datar 3. Badan Jahn terdiri dai tanab timbnan

q.

*r.-A..t{re*
Gbr.6.8. Badan Jdan didaerah datat.
Gbr. 6.10. BadanJalan dari batran Timbunan
{

KONSTRI}KSIJAI,AN BUKUl : GEOMETRIKJAT.AN Plosedurt dnn Lorngko&-0ongkoL Peroncongon

Pethatikan:
- kemiringan tebing
- kapan dipedukan saluran samping
- pcngalanan tebing terhadap longsoran.
4. Badan Jalan didaerah nbing

a. Pada bagian lurus:

. Kemiringan melintang dibuat kearah tebing, yang


lebih tinggi

b. Padabagzntikungan Gbr.6.11b. Kemiringan melintang pada bagian tikungan

. Dengan tdanya superelevasi, miring melintang jalan 5. Badan Jalan pada bagian galian dan timbanan
harus dibuat ke arah jurang.

o. BENTUK YANG DIANJURKAN

Gbr.6. 11a. Kemiringan melintan g, p ada bagian lurus. DTHINOARI

Maka perlu parit pengaman untuk pengthrm/penampungan air


permukaan, dan dialirkan padr daerah y^ng aman.

Gbr.6.l2. Badan ialan dibagian tebing dengan gdi dan timbun


B4\B ?
BqFAKE=OUqF
GEOUffiqtrRUES S4\LC\H

ED ab ini tebih banyak diperuntukkan untuk ptr pelaksana


ED dilapangan, yang bertanggung jawab untuk melaksanakan survai
\t'c:irl umum, melakukan pemetaan dan plotting rzrrcangtc geometrik
,lilapangan secara khusus, untuk mendapatkan'rincikan sumbu relecunl
^s
1;rlan, batas-batas ruang jaltn,yangdijabarkan kedalam damiia', damaiz dzn
,l:rwasja.

Pematokan atau stake-out adalah plotting titik-titik penting, dari


yiambar runclng l geometrik ialan, hasil perencztraatt ke lokasi nyata
tlilapangan.
l)alam hal ini, akan meliputi pematokan lintasan lurus, pematokan rencana
sumbu x iilxt, pematokan tangen, pematokan lengkung horisontal dan
1
rcmatokan lengkung vertikal.

7.1. PEMATOKAI{ LINTASAN LURUS.

Pematokan lintasan lurus untuk idan raya', aidilah pematokan


lragian tangen atau garis lurus yang menghubungkan ant^r dua titik PI
(point of intersection). Pematokan ini dilakukan setiap iarak 50,0 m,
,lcngan pemasangan tonggak BM @ench Mark) ptdz iank maksimal
sctiap 500,0 m.
Scbelum melakukan pematokan tangen, maka sebelumnya harus
.litentukan station awal lebih dahulu, sebagai awal rencana dzrt sumbu
;:tlan.

rta
I9I KONSTR,fIKSIJAI,AN BUKU 1 : GEOMETRIK.IAI-AN StoEe-oul Geonettih Jo0,or

Pematokan suatu titik dilapangan.

Untuk menentukan titik atau station awal, minimal dipedukan dua


tonggak BM yang ditetapkan dilapangan dengan koordinat y^ng
diketahui. Pada saat pembuatan peta dasar perencanaan harus ditanam 2
(dua) tonggak BM pada awal sumbu rencana jalan dengan posisi
koordinatnya diukur dan dihitung dilapangan.
Misalkan Sta. 0+000 mempunyai koordinat (xo, yo), yang didapat
dari peta dasar pere ttczfleLan secara grafis. Posisi ini akan dicari
kedudukannya dilapangan, dcngan titik rcfcrcnsi BM -A ( ro,yo ) dan BM -
B(*o,yr).
Caranya aclalah clapat cliukur dari posisi BM I atau BM 2,
tergantung situasi dilapangan, namun sebaiknya dua kali saja yaitu dari
posisi tsM 1 dan BM 2, agar hasil yang didapatkan dari titik yang satu,
dapat di cek atau dikoreksi dari posisi titik lainnya.

r). Mematok STA. 0+000 dari titik BM -A


Sebelum melakukan pematokan, tedebih dahulu
menghitung besaran-bes y^ngdipedukan untuk Gbr.7.1.. Pematokan Stasion Awal
^r^n
pematokan, adalah sebagai berikut:

1). Hitung azimuthf sudut iurusan garis (AB ) --: oou , Hitung sudut
3). o( = sudut ( 0AB ):
dengan :

Xe-Xa 'o( d,ts-d,{o


=
tB fl,re =
YB - Y,\
0
4). Hitung iarak (A0 ) = do,,
didapat flAB = Xo-Xa
do, = ltau
2). Hitung sudut jurusan garis ( A0 ) : a^n, dengan :
sin a^,

Xo-Xn
tB 0,lo
Yo - Y.t
= d,u =
Yo - Y,r cos o(Ao
didapat nAo =
I'X KONI{TRUI(IiIJAI,AN BUKUT : GEOMETRIKJAI,AN Sto[e-out GeonetrtiP Jo0ol ti,l

dao ={(*o-"J'- (yo-y^).' 4). Hitungjarak (B0)=duo

5). Lakukan czra,pem tokan sebagai berikut: dr, = -1--I:- atur


sin cr'n
o 1. ktalkan alat ukur sudut d.iaras titik BM-A dan
anx iltttersebut.
a 2. Arahkan alat ukur tersebut ketitik BM-B, misalkan dr, = --]-:---1'-
bacmn lingkaran horisontalnya = 1,. ^tal_
cos crB,
o 3. Kemudian putar alat ukur searah iarum iam,
sehingga brczzn lingkaran horisontalnya = 11 +
(360"-c) duo = { (*o- *u)' - (yn-yu)'
a 4. Ukurkan jarak sepanjang d^o ,\angsearah dengan
garis bidik teropong pada a 3. 5). Lakukan cara pematokan sebagai berikut :
o 5. Dengan demikian letak titik STA. 0 + 000 dapat
dipatok. o 1. Lrtakkan alat ukur sudut diatas titik BM -B dan
zt:ur al^t tersebut.
ii). Mematok STA. 0+0q0 dari titik BM -B a 2. Arahkan alat ukur tersebut ketitik BM -4, misalkan
bacaan lingkaran horisontalnya = lz.
1). Hitung azimuth/sudut jurusan garis @A) ---+ o 3. Kemudian putar alat ukur seatah )arum jam,
CBA, sehinga bacaan lingkaran horisontalnya = lr+p
dengan: a 4. Ukurkan jarak sepaniang d"o , y^t'tg searah dengan
Xa-Xs garis bidik teropong pada a 3.
Bdsa= o 5. Dengan demikian letak titik STA. 0 + 000 dapat
Ya-Ys dipatok.
didaPat ctsA =. ..' ...."
Bandingkan hasil i) dan ii), harus sama; jika tidak lakukan
2)- Hitung sudut iurusan gans ( B0 ) -+ c*, dengan: koreksi pembacaan kembali.

&-xn 7.2. PEMATOKAN SUMBU RENCANA AS JAr-AN.


tg crno =
Yo-Yn Pematokan sumbu as ialan teflcznz, terdiri dari pematokan tangefl,
didapat dgo =. ..' ...." atau garis lurus yang menghubungkan antan dua titik PI, atau titik awal
clcngan titik PI. Pematokan pada lengkungan, dimana lengkungan juga
3). Hitung sudut p (sudut 0BA): tcrmasuk sumbu rencana ialan, akan dibahas di Bab 7.6.
Sebelum dilakukan pematokan iarak setiap 50,0 m pada tangen,
P- Ero-cs,\ tcrlebih dahulu menetapkan arah dan tangen tetsebut dilapangan.
Caranya adala,h sebagai berikut :
r
I95 KONSTRI1KSIJAI,AN BUKU T: GEOMETRIKJALAN Stohe-out Geonp-ttih . Ia0nn

4). Hitung jarak PI, = do,


Xt-Xo
t_
dor = ----------- Ztau
sin oco,

Yr-Yo
do, = ztatJ
cos ctol

do,=ffi
5). Lakukan cara pemztokan sebagai berikut :

o 1. Letakkan alat ukur sudut diatas ritik STA 0+000


dan atur alat tersebut.
a 2. Arahkan alat ukur tersebut ketitik B,dan baca
Iingkaran horisontalnya, misalkan= lu.
Gbt.1 .2. Pematokan Sumbu Rencana Jalan
o 3. Kemudian putar alat ukur searah jarum jam,
sehingga bacaan lingkaran horisontalnya = \+
1). Hitung azimuthf sudut iurusan garis (08 ) * *ur,
(360"-y)
dengan:
Xs-Xo
a 4. Ukurkan jarak setiap 50,0 m, yang searah dengan
tg cr0u =
Ys-Io
311"8'*::T?fi .*.ffi l#Ti,':Tj,::"',r:::-
0rn o 5. Setelah ritik PI1 dipatok, maka titik pI, juga dapat
didapat fioB = dipatok dengan data-data hitungan u*ata:udari
data lengkungan (A).
2). Hitung sudut furusan garis ( 0 1) -+ co,, dengan :

Xr-Xo
tB cor
7.3. CARA PENGUKURAN JARAK DAN PEMBUATAN
= TANGEN DI LAPANGAN.
Yr-Yo
0r
didapat cq, =
7.3.1. PENGUKURAN JARATC
3). Hitung sudut 1 = sudut @I,0B):
Cara pengukuran jarak dengan pita ukuf, tergantung.pada sitrrasi rrrt.rlrrrr
Y= flog - &or yang ada. Ada beberapa cara, yaitu:
Ig7 KONSTBUKSIJAI,AII BUKUr: GEOMETRIKJAU,N Stobe-out e pa nettrb J aLov, tea

a). Diletakkan langsung diatas tanah

Gbr. 7.3. Pengukuran Jarak


L

f a) Du tiril A dil B diutu rafula ttrBsbgdiab lM.


I
di&Fr *h* r, dinE. ta&r.hraddiring.
I :
BilsFmut an hoah s@ A dM B miring
drp(rltu sudu k€mirinFn dcnsan
can tungukur bcda tinEime
lilik-ritk yanS didu jrEknya

b) Jarak yang diutur adalah i = iaBt mirinS, yang


diperlukm adalah jank mndlh D.
Diulu $dut B &tr&n alat ulur sudut veniLt
(cilmmh). Mata j.ml mndak D= I cc R.
Sudut B dib.ca darirlinoffirer.

l**> Gbt.l .4. Menggunakan unting-unting


c). Cm m.nSuku jeak tusan menqtsi korcksi.
Kocksi k€miringu= x.

it ,ml ym8 diutu


Beda
jaEk minng
dnsi ritik A dan B = h-
I

Jarat yeg diFrlut& adaian i.mt dar D. l& dari Pada Gbr.7.4.a. cara pengukuran bilamana iarak titikA dan B berdekatan.
Gbr.7.4.b. Pengukuran bilz iatak A dan B beriauhan, yaitu dilakukan
SCdidaPt
. ?= il+rtz
dei pba rerlihat: D = ( Lx), orh sebagian-sebagian. Jadi iarak datar D - d, * d2 + d3 i d+ * d.
P=( l-x)2+h2 :.:::0"*"
I P=P-ztx**2+62,6*^
x= x4zt+t4zt
7.3.2. PEMBUATAN TANGEN DI LAPANGAN.

Karena x kecil, makax2f 2lkecil sekali, sehingga dapat diabaikan. Setelah letak titik awalt, xahdan panjang tangen diketahui, makn
Jadi : pada prinsipnya, pembuatan tangen dilapangan tlapat dilaksanakan scbagai
hz berikut:
X = -- = koreksi kemiringan
2t

Jarakmendatar D=l - !
2t
b). Jarak mendatar diukur langsung dengan memakai unting-unting.

(lrrranya adalah sebagai berikut:


IE9 KONSI'RIIKSIJAI,A]\I BUKU T : GEOMETRIKJAI-AN Stobe-out Geoh{etlib Jo0or

Misalkan alat ukur sudut dititik TC ( lihat Gbr.7.6 ). Arahkan


teropong ke titik PI; baca lingkaran horisontalnya, misalnya k'
Sta.0+00 putar teropong searah )arum iam, dan Lihat bacaan lingkaran
horisontalnya sampai menuniukkan angka k + 90", maka garis TC
- PI akan saling tegak lurus dengan TC - O.

Gbr.7.5. Pembuatan tairgen.

Misalkan titik Sta.0+000 telah diketahui letaknya dilapangan,


dengan arah tangen diketahui pula. maka pemasangan patok Gbr. 7.6. Menggunakan theodolit
setiap 50,0 m pada garis tangen adilah sebagai berikut:
- Tegakkzn alat ukur sudut pada titik Sta.0*000, buat 7.4.2. MENGGUNAKAN PRISMA.
arah u, (arah tangen tersebut) dan rentangkan pita
ukur,ukur 50,0 m, kemudian dipasang patok ka1'u yang Bisa digunakan salah satu dari dua macam alat prisma, yaitu:
merupakan titik Sta.0*050, demikian seterusnya a). Cermin sudut.
sampai posisi yang dikehendaki (misalnya 0+250). b). Prisma segitiga.
- Kemudian pindahkan alat ukur sudut di Sta.0+250,
arahkan ketitik Sta.0*000, putar reropong dalam
keadaan luar biasa, ukur jarak 50 m, pasang patok pada
Sta. 0+300, demikian seterusnya sampai ketitik PI.

7.4. CARA PEMBUATAN GARIS SALING TEGAK LURUS


DI LAPANGAN.

Ada beberapa c^r^ pembuatan garis saling tegaklrtrus dilapangan,


diantzrany a dengan menggunak an alat- alat s ebagai beriku t :

a). Dengan menggunakan alat ukur sudut (theodolit).


b). Dengan menggunakan prisma dan.
c). Dengan menggunakan pita ukur.

7.4.7. MENGGUNAKAN AI.AT UKUR SUDUT. Gbr.7.7a.Cermin sudut Gbr.7.7b.Prisma Segit igrt
f
2Ot KONSTnUKSIJALAII BUKU T : GEOMETRIKJAI-AN StoEP.oul ( )coxcltrI Jo[,on ,4,

a). Prinsip dengan menggunakan cerrnin sudut, adalah:

Petugas berdiri diposisi P dengan memegang cermin sudut,


arahkan ke titik Q, maka pada cermin tersebut akan terlihat
bryangan titik A atau B, bila dipasang jalon.. Artinya garis pe akan
tegak lurus AB.

Gbt.l .7
Itt
^J--. * B

c. Menggunakan cermin sudut Gbr.7.7d.


r__-
Y
I

,.**rr*"" pnsma
Gbt.7.8a. Cara pita ukut 0)

Cxa, Q) :
br.7.8b. Carupita ukur (2)

segitiga.
Dengan membuat jarak PA = PB, kemudian dari A dan B dibuat
b). Prinsip menggunakan prisma segl tlga: izr:zk-iar:aikAQ = BQ. Maka PerPotongan AQ dan BQ adalah titik
Q, dimana PQ tegaklurus AB.
Sama dengan cermin sudut, kecuali pembuatan sudut 90" hanya
dapat dilakukan terhadap satu jurusan titik saja. 7.5. MENGATASI MASAI-AH RINTANiAN DI I-APANIGAI{.
Petugas berdiri di P arahkan prisma k Q, maka akan terlihat
bayatgan titik A, dimana AP tegak lurus PQ. Pekerjaan pematokan tangen seperti diielaskan pada Bab 7.3. l.Jid*
selamanya dilaksanakan dengan cara biasa. Bisa saia terfadi situasi
7.4.3. DENGAN MENGGUNAKAN PITA UKUR. dilapangan yang tidak memungkinkan carabnst tersebug misalnya
rdrnyz rintangan yang menghalangi pengukuran c r biasa
Bila menggunakan pita ukur, banyak cara yang dapat dilakukan tersebut.
untuk membuat garis tegaklurus, diantar^rry?z Banyak rinangan yang terjadi, diaintarmya aidila;h:
- terhalang oleh bangunan atau sungai kecil.
Cara (l) : - terhalang beberapa massa bangunan.
- terhalang i*-g atau sungai besar/danau.
Dengan mengukur iarak-ixak dimana perbandingan pR: pe :eR posisi leak PI tidak bisa ditempati alat ukur'
= 3 : 4: 5. maka gris PQ akan tegak lurus PR.
7.5.I. BILI\TERHAI.ANG OLEH SUATU BANGI.'NAN ETEU
SUNGAI KECIL

Ada,4 ( empat cara ) untuk mengatasinya, yaitu:


2O:I KONS'IRIIKSIJAI,AN BUKU 1 : GEOMETRIKJAI-AN Stobe-oui Geomctli[ . Ju0.un 2l|,4

a). Dengan membuat empat kali sudut 90"(Gbr.7.9a). c). Dengan cara membuat segitiga sama kaki (Gbr.7.9c)

Pada Gambar7.9c. jarak CD = DE.


Jarak CE = 2 CD cos c[ = zDE cos ct.

d). Dengan cara membuat segitiga siku-siku. fClr.Z.qal

Gbr.7.9.d

Jarak CE = CD tan a", CE = D,h, / sin a.

CE,=@
c)

Gbr.7.9. Pengukuran bila terhalang rintangan


7.5.2. BILA BAI{YAK RINTANGAN DI I.APANGAN.
Cara pembuatan tangen adalah sebagai berikut:

a). Dengan cara membuat segitiga sebangun


Pada gamb ar7.9a.jarak CD = EF dan jarak CF = DE

b). Dengan cara membuat segitiga sama sisi (gbr. 7.9b)

Pada gambar7.9b. iarak BD = BC = CD.


2O5 KONSTBT]KSIJALAN BUKU r : GEOMETRIKJAI"A,N 2(16
StoEe-out Geo,'tetriE Joton

7.5.3. BII.A RINTANGAN BERUPAJURANG ATAU


SUNGAI BESAR/DANIAU.

a). f)engan cara membuat segitiga siku-siku.

Gbt. 7.10a. Membuat segitiga sebangun

xr = BC/BIr ( xo ); xz = BD/BF ( *n); xr= BE/BF ( ).


"o
sin C[

Jarak BG = ---------------. x4.


(sinc- 180")

Pada gambarT.l}a.Jarak BC - iankDE = x


JankBE = iarak CD
b). Dengan cara membuat gads seiajx ialur/tangen

Gbt. 7.11a. Cara segitiga siku-siku-

Jarak BD = BC tg.Y

t2

Gbr.7.10b. Membuat gans / / ialrur

Jarak BC -Jamk DE = x.
Jarak BE =Jarak CD
:2O7 KONSTITTIKSIJAI,AN BUKUI: GEOMETRIKJAIAN Stnhp--out Gponetrih J<.r0olt

c). Dengan cara scgitiga sembarang.

Gbr.7.11d. Segitiga sembarang.

ACr=nli'/+li(.' 2 Al]. l|(. t:os p


Gbr. 7.11b. sama dengan diatas dimana:
sin cr

Jank AC= AB cos cr BC=AC


sin p_l
b). Dengan cara segitiga sama sisi. [ sina. sln ct
yat {C = AB'+ -
AC,I I - 2 AB. AC ---------- cos p
Jaruk AC = Jank {g =Jarak BC
L sinp _l
sin p

rntkaAd arp^t dihitung.

Yang cliukur rr, p dr.t AB.

d). Dengan cara scgitiga sebangun.

Gbr. 7.11.c . Cara segitiga


sama sisi.
2OS I(ONSTRUKSIJAI.A]\I BUKU r: GEOMETRIKJAI-AN 2to
Stoke_out Geonerrih.logrrn

7.5.4. BII.A LETAK PI TERGANGGU/TIDAK DAPAT DITEMPATI


AI-AT UKUR SUDUT.

Dalam hal mengukur sudut di PI, bila letak PI terganggu, dapat


dilaksanakan sebagai berikut:

Gbt.7.11.e. Cara segitiga sebangun

Yang diukur jarak-iankAc, CE, ED, a dan 1800


Gbt.7.l2. Mengatasi bila PI terganggu.
- a.
DE DE
Maka jarakAB = AC. ---- atau AB = CB. ----- Pada garis tangen 1 tedetak titik B, pada tangen 2 titik C
EC Maka untuk mendapatkan sudut,A di PI , dapat dihitung dengan
CD
mengatur sudut-sudut di titik B dan C , yaitu p dan 1.
e). Dengan cara segitiga sama sebangun. Jadi A=9+y.

7.6. PEMATOKANLENGKUNGHORISONTAL.
Pematokan pada lengkung horisontal disesuaikan dengan bentuk
lengkungan, yaitu: (1) hngkartn dan (2) spiral.
Maka iartk
AB = DE, 7.6.T. PEMATOKAN I.ENGKUNG BENTUKLINGKARAN.
Pematokan lengkung hogkaran dimulai dari titik TC, dapat
dilakukan dengan salah satu dari 5 ( Iima ) cara berikut:

1). Cata dengan selisih busur yang sama paniang dari titik T', '

Gbr. 7.11f. Cara segitiga sama sebangun.


: Stult(, ()ut ( )r, Br lrrl . )rllrln
BUKU r GEOMETRIKJAI-AN
2l I K()Ns'l'BIIKSIJTII'AN

s 360" 180 ',.s

g=
R.2R.
Koordinat tlflk 1,2,3,4, n = CT pada koordinat sumbu
"'
garis tangen CIC - PI), dengan garis yang tegak lurus pada (IC-O)
adalah s ebagai b erikut:

Untuk titik 1 i Xr = \ sin 9.


I
yt = 2\ sin2 ---- - &- \ cos 29
2
Untuk titik 2 1 xz= *. .t.
'*;,^
yz= 2R. sin2 ---- - R. -\ cosg
2
Untuk tiuk 3 I Xr = R. sin 39'
39
Yz= 2R' tio'----
2
Untuk titik 4 i x+ = \ sin 4rg'
49
Y+= 2 R"i'' ----
2
Untuk titik ke-n Pada lengkungan:

Xcr = Xn = R. sin nq = R. sin At-

Gbr.l.73a. Cata dengan selisih busur ycr = Yn - 2 R. tltt'-l-1- - R. - Rt-cos n'9


2
A. dan L''
Dart datalengkung dapat diketahui R.' AC
meter L'/n '
m.ar.^" pr,iir.tg"U',sur yang sama p"tl"tg - s ^ sampai
8 =2 &; sin2' ----- = R.( 1 - cosAc)'
dimana n adalah Urry^k yu iitltt' 1H^ig"
s diambit 2
^fltar^
dengan 12,5 m)-
diatas :
Orr? t.gitigu f.-f -O (ihat Gamb-ar7 '13a)' carz rnt banyak perhitungan matematis, tapi letak titik-titik/
maka
Panfang-b.rsur s membentuk sudut S,
:
patok-Patok pada lengkungan teratur'
i
t
I
r
2I:} KONSTRUKIiIJALAN BUKUT: GEOMETRIKJATAN
!,(ttl,r, oui (,'r,, rxr (rrkt ./o0<ln
8ra

2). Can dengan selisih absis yang sama panjang dari ritik T., Untuk titik 2 :

Selisih absis = a xr= 2a


Untuk titik 1 : = Rc yz { ( n"' _ xr'
)= &,- { { n", - (2^), }
Xr=2 Untuk titik 3:
yr = &../r{ r., _ x-, = 3a
",, ) -
R._ { ( n", _ ).
^, yr = Rc { (n'-x.') = Rr- { t R,,' - Qu)' }
Untuk titik n:
Xcr= Xn=n.a=\sinA..
yc,= yn = &, {(n'-*,,) - R" { { &r-(n.a), } =
-& .{{R",-fi.sinAJ2
Cara iti, juga banyak perhitungannya, dan letak titik-titik pada
lengkungan tidak teratur.

3). Cara dengan pelpanjangan tali busur dari titik T..

Panjang tali busur = a.


a
sin 1/z
g = ------, ---+ sudut t/z g dan g dapat dihitung.
2&
aa
1/zt! zfc sin ---- ---+
I = 2 arc sin -----
2Rf 2R{-

Untuk titik 1 :
Xr-2COS72g
yt=asn1./2g

Jadi dcngan carzr ini, tirik 1 dapat diukur x, dan y, dengan sudut
90", juga <laptt rlcngan mengukur sudut Yzg daniaraka.
Demikian ptrlu rrntuk tttlk2, selain diukurkan farak-jarakxrdany,
dengan sutlrrt ()0" (pcrpanjangan talibusur), bisa juga dengan
mengukurkan srr<ltrr g clan iarak a.
Can perpanfang:ur lrusur ini, tidak efisien, dan iuga bisa terjadi
penumpukan kcs :rl:r I ra rr, a k i bat hasil kesalahan kumulatif.
Gbr.7.13b. Cara dengan selisih absis.
21:D KONSTEIiKSIJALAN BUKUl: GEOMETRIKJATAN Slohp.-oui GpomprrtiE Jo0on
2t0

4). Czrz dengan koordinat polar (metoda sudut defleksi)'

Gbt.7.13d. Cata dengan kootdinat polat.

a).Dz:.r titik Tc.


Gbt.7.13c. Cara pelpaniangan talibusur.
1/z
Menggunakan carairi,yaitu mengukurkan 5udut 9,9,
7 Yzg,2g, -. n9/2
Z

dimana sin 1/z


I - ------
2&.
a = paniangtali busur atau iarak antara titik.
217 KONSTRTIKSIJALAN BUKU 1 : GEOMETRIKJAI-AN S1ohp--out Geo,'tetllP Jo0o(
2ra

A.,
Dapzt pula harga didapatkan dari -----g,denganiarak:
Z n
a=n ---+ g=2arcsin
2b,
b=2&sing
39
c= 2\sin------

aq
n = 2 R. sin -----

AC
n=2& sin------ )

Alat diberdirikan pada titik T. dan a merupakan jarak yang


konstan.
Metoda ini cukup efisien untuk lingkaran yangberiari-iai
besar, dimana harga a diambil arfi^ra I - 1,2,5 meter.

b). Dari titik O.

Alat diberdirikan di titik O, dengan sudut-sudut defleksi g


daniaraknya fu (Gbr. 7.13.e).

A
Sudut g - ----- Gbr.7.13e. Metoda sudut defleksi dari titik O
n

s). Metoda dengan membuat suatu poligon.

Dengan c^r^ poligon, iarak-iarak ^nt^ra titik adalah


konstan = a, dan sudut-sudutnya (90" - /, g), (180" - 9).
I
2IO KONSTBIIKSIJAI,AI\I BUKU r : GEOMETRIKJAIAN Strtkn oul Orourlrib.Jo0ou 220

Can int memungkiflkan menumpuk kesalah^fl, klrefi clr^


mengukurnya dilakukan disetiap titik p^dz busur
lengkungan. Untuk memperkecil kesalahan, dilakukan 7.6.2. PEMATOKAN I-F'NGKUNG BENTUK SPIRAL.
sentering paksaan dzn jarak a diambil sebesar mungkin.
Canaint digunakan bila tempat sempit, seperti terowongan Pematokan lengkungan bentuk spiral, dilakukan dengan salah satu
niisalnya. dri2 ( dua) cara berikufi
1). Metoda sudut defleksi.
Tr
Dengan cara sudut defleksi ini, dipedukan data ukuran
sudut dan jxak, dtma;na. data tersebut harus dihitung dahulu dari
data lengkungan teoritis yaitu L" dan O..

Gbt.7.13f. Cata Poligon. Gbt.7.14. Cata sudut defleksi


221
I
KONSTBfIKSIJAI-trN BUKU r : GEOMETRIKJAT/,N
Stoke-out GeonetrtiE Jo0on 222

Data ukuran sudut, dihitung sebagai berikut:


li
x6:x
ui -1f3 ( -_- )r.0,_ C", dimana :
[4 X5

L"
cri = sudutlentur t:iirk,1,2,3,4,5,6
= sudut defleksi
\ = jarak titk TS dengan titik i. =-\. I2
t3
2
i = 1,2,3,4,5,6,
3
4

Bila i = SC maka l, = L. dan cr, = 7/3 0. - C,.


dimana, 4 as
0. =sudutspiral (")
C, = koreksi spiral = 0,0031 0.3 5
(C" dalam saruan detik)
\
6
Alat diberdirikan diatas titik rs, kemudian diukurkan
sudut oc, dan jaruk-jarak
4
1,.

2). Cara absis dan ordinat.


Gbr.7.15. Cara absis dan ordinat
Pada caraabsis dan ordinat, diperlukan adanyadata ukur absis
( x)
pada tangen dan ordinat ( X ) pada garis yang tegak lurus tangen
pada setiap titik di tangen. Data- tersebri ,intuk keperluan
pematokan, harus dihitung dahulu dali data lengkungan ying ada;
ii).x, =iarak titik TS ke titik r' padz garis tangen.
misalnya L,, \ dan 0..
i' = titik-titik pada garis tangen.
Dai data lengkungan yaito L,, R. dan 0. dapat dihitung data
LU
ukuran untuk pematokan sebagai berikut:
,). 1 = jank antata titik TS dengan titik-titik I padabusur
4=L- ---- = lrcosc,'
40 &'.L,'
spiral.
i - titik-titik pada busur spiral. dimana c = sudut spiral dalam deruix.
li
u,-- 1/3 ( ---- )'.0,-C"
L.
2'2:I K0NS'I'RIJKIiI JAI,AN BUKU r : GEOMEI'RIK.IAIAN
I Stoke-out Gconi.ttih . io0ou

L,= panjane spiral. 7.6.3. BILAADA RINTANGAN PADA I FNGKUNGAN..


C. = koreksi spiral dalam detik
C. = 0,0031 0,3.
Dapat saja terladt dilapangan adanya rintangan pada lengkungan
apakah pada busur lengkungan lingkaran ataupun spiral.
iii). y, = jarak titik 1' padagaris tangen ketitik i pada busur spiral.
Pembahasan dibawah irri, dllakukan untuk pematokan busur
lingkaran dengan czra polar atau sudut defleksi, bila zda rinrangan
l, o" l,' berupa bangunan atau massa lainnya.
Yi= = | sin a,. untuk lengkungan spiral tidak dibahas, karcna prinsipnya sama
3 .. 6 &.L. saia.

Bila titik i= SC , maka l, = L.. 1). Btla ada bangunan disekitar as/sumbu.

L"t Seperti pada cara Bab 7.6.1.4. pematokan busur lingkaran, dapat
X6 = X, = L, - ____ - L, cos ctc. dilakukan sampai titik 3 dari titik TC.
40 R.2.L"2 Kemudian alat dipindahkan ketirik 3, arahkan ke titik rc, putar
180" (perpanjangan arah TC- 3), kcmudian buat sudut defleksi
L. O. L,, yang besarny^ sam,. dengan sudut defleksi dari titik rc, ketitik 3,
Yo=Y, = = L, sin c.. ditambah g/2,yairu 49/2,maka akan didapat titik 4.
6& Bila titik 5 dan cr masih dapat terlihat dan dtik 3, maka untuk
mendapatkan tittik 5 dan TC hanya dengan menambahkan sudut
dimana: g/2 dan g.
u.= 1/3. 0" - C.. dimana:
sinq/2 =
Setelah data tersebut dihitung pada setiap titik, maka prosedur
pengukuran adalah sebagai berikut:
2&
a = pznjans iuli brsur (iarak antara titik).
Blda arah garis tangen (dari TS ke pI) sudah diketahui, maka:
ft. = jari-iari lingkaran.
- Berdirikan alat di TS, arahkanke pI. Secara umum, bila pematokan hanya dapat dilakukan sampai
- Kemudian ukurkan iarak jaruk x, sehingga didapat
- dengan titik i, maka dititik i tersebut, alat dibuat sudut sebesar
titik-titk i'. (i+1) g/2 dengan jarak a, maka akan didapat tirik (i+1). Dan titik
- Dari titik - titik i', dibuat garis_garis yang tegak lurus CT dapat ditentukan dari tit_ik. TC dengan membuat sudut % Lr,
pada garis tangen, atau dibuat sudut_sudulseblesar 90,,, dari arah tangen ( TC - PI ) dan iarakTC ke CT 2 R" sin 1,/z L,r.
kemudian diukurkan jarak-jarak y,, sehingga didapai ;
titik-tirik i pada busur spiral.
225 KONSTRTIKSIJ,ILAN 228
BUKU T : GEOMETRIK.IAI-AN Stoke-oul Geonetilk Jo0on

2). Bila bangunan tepat pada as/sumbu.

Bila rintangan ternyata tepat pada as sumbu, misal rintangan


tersebut merupakan bangunan yang terletak pada sumbu lingkaran,
maka pematokannya hanya titik-titik yang tidak melintasi
bangunan tersebut.

Pertama-tama dipasang dahulu titik-titik TC, PI dan CT.


Kemudian dengan cara sudut defleksi dari titik TC dan CT dipatok
titk-titik 7,2,5 dan 6. Sedangkan titik-titik 3 dan 4 tidak pedu
dipasang.
Jarak antara titik = a meter (5 - 12 meter)..
Sedangkan sudutnya sinl/z g = af 2P..

Untuk menggantikan titik 3 dan 4, maka dibuatkan titik P dan Q


disisi bangunan, dari TC dan CT dengan iarak TC-P = p, dan iarak
CT-Q = q, dimana sudut yang dibentuk di TC dan CT adalah
masing-masing a dan p, dimana :

sinl/z u = p/2R..

sinl/, $ = q/2\.

Jzdi cr dan p dapat dihitung.

3). Bila bangunan terletak pada titik TC atau CT.

Bila bangunan terletak pada titik TC atau CT, maka pematokannya


dilakukan dari titik CT atau TC dengan cara sudut defleksi, dan
Gbr.l.l6a. Rintangan disekitat as ialan ditambah titik-titik lain disekitar bangunan dan pada garis tangen,
untuk menentukan nomor-nomor stasion.
Pada Gbr.7.16c. penentuan titik 7,2,3,4 dan 5 ditentukan dari titik
Juga titik CT dapat direntukan dari titik PI dengan CT dengan cara sudut defleksi.
membuat sudut (180"+AJ dari arah TC daniank Pi ke CT
sebesar TC = R. tg1/z L,r...
227 KOI\ISTRIIKSIJ,II.IN BUKU I : GEOMETRIK.IATAN Stobe-out Geoil.etrib Jo0or 22A

Gbr.7.16c. Rintangan disekitat TC

Kemudian alat diletakkan dititik 2, anhkan ke CT, buat


sudut sebesx P - { 180"'/, (A,, * o ) }, maka akan
didapat titk Q, ukur iarak 2-Q , dan setelah titik Q
Gbr.7.16b. Rintangan pada sumbu ialan.
didapat, tentukan titik R dengan iarak QR = 2 p = ( & *
\ cos a ) dan sudut 90", karena garis PR dibuat sejajar
dengan garis 2-Q.
Untuk cheking stationning, maka :
22'D KONS'I'IIUKSI JALIII BUKU 1 : GEOMETRIKJAT.AN Stabe-orrt Geortetrik Jo0on

d"' R,,
srA R=srA.2_ _i; (2Q-\. sina) STA R=STA.4 +
crt' . &:
- (4Q -\ sina)
C" = 57,296"
("
C" = 57,296o

| ..'
7.7. PEMATOKAN IENGKUNG VERTIKAL.
.,:(
..ri:1,..) a. Sebelum melakukan pematokan lengkung vertikal, lakukan dahulu
pematokan kelandaian. Misalnya patok L,2,3 . dst. adalah patok
pada as sumbu yang be{arak setiap 50 m.Tinggi titik 1 telah diketahui
(Sta.0+000)= t, m.
Di titik 1 menurut peta perencanaan harus digali sedalam x meter. Jadi
tinggi rencana titik 1 = Tr = tr - X.
Rencana kelandaian adalah go/o, dari rencana kelandaian ini, dapat dihitung
tinggi rencana titik 2(Sta. 0+050), yaitu: T, = T, + 9/100 x 50 .
f)emikian fuga titik 3 (Sta. 0+100), dan selaniutnya untuk titik 3:

Gbr.7.16d. Rintangan disekitar CT.

Pada Gambar 7.16d titik CT tidak dapat dilaksanakan,


maka seperti pada gambar 7.1,6c , dibuaigaris 4-e sejajar
PR.
Setelahtitik-ririk 1,2,3,4 dan 5 dipatok dari tirik TC dengan
cara sudut defleksi, maka berdinkan alzt diririk 4, anhlan
ketitik TC, kemudian putar teropong dengan membuat Gbt.7. 17a. Pematokan Lengkung Vertikal, grade naik
sudut sebesar 9'= {180" + Vz (A, + o)},,.hi.rggu didapat g
titik Q. Ukur jarak 4-Q. Setelah titik e didapat, ukurkan T,=T,+------x100
sudut 90" dan jarak QR = 4 p = 100
E. - & cts cr ) maka Untuk titik n:
didapat titik R pada garis rangen pI CT.
- g
Untuk cheking stationning, maka :
T, = T, + ------ X d, , dimana d" = jarak dari titik 1 ketitik n.
100
I
2:II I(ONSTRIIKSIJAI,AN BUKU 1 : GEOMETRIKJAI-{N Stope4ut Or6ue.rrilu. jg[.grn
ait'a

Setelah mengetahui tinggi renc fl dari titik-titik stasion, mak;r


dilakukan pengukuran beda tinggi, dengan cara tinzuai garis bidik.
Rambu-rambu ukur diletakkan pada titik-titik stasion 1.,2,3 .
n.
Baca rambu yang dibidik tersebut, misalkan bacaannya adalah a,b,
Cr""" Z'
Jadi tinggi garis bidik adalah tgb = t1 + a.
Dapat dihitung tirggi titik-tirik 2,3,4 - ... n, adalah :

tz=tgu-b w
F+rr-T4
t3=tgl,_c
to=tg,,-d J-JL'r*.^*-:
KTLANDAIAN'-'T
tn=tsr.-2. #n.o*rro srh.o*zso
ulo o*roo
Kemudian dibandingkan dengan ti"gg, renc la titik-titik stasion
2,3,4, .... n.
Gbr.1.17b. Pematokan vertikal, gtade turun.
Bila T" ) t. maka pada titik n, ditulis :

F = T" - t,, atau fill (tirnbunan) = G. - t") m.


Bila T. ( tn maka pada titik n ditulis:
Gambar 7.17b. adalah profil ialan dengan fencana kelandaian
negatif.
C= tn - T. atau cut (galian) = (tn- TJ -. kbihdahulu, hitung titgso rencana titik-drik 4,5,6 (T"), kemudian
dimana:
ilengan cara tinggi garis bidik, dihitung tittgg permukaan tanah titik-titik
T" = tinggi reflcana titik n.
4,5,4 (IJ, sehingga dapat dihitung galian atau dmbunan pada titik-titik
t" = tinggi permukaan tanah asli titik n. tersebut.
Rumus-rumus hitungan diatas, bedaku pula untuk kelandaian yang
Dengan ca:i;a yang! sama, bila pada peta dasar pefencanaan, ada stasiofl-
menurun (negatif).
stasion PLV, PVI, dan PTV, maka pada stasion-stasion tersebut dipasang
patok selain stasion-stasion rJarp 25 - 50 m.
Gambar 7.17c. adalah gambar fencana lengkungan vertikal cembung.
Biasanya dari peta dasar peren caflaan ada data-data lengkungan seba15.ti
berikut:
t pvt - tirgs rencana titik P\rI
g, dan * (%r) = kelandaian rencana
t" = panjang horisontal lengkung vertikal, atatr irtrrtli
dari Sta. PIJ ke Sta. PT\'.
238 KONSTBTIKSIJAI,AII BUKUT: GEOMETRIKJAIAN Stohe-out Cerxcttrl' . Lr0rrr

Dari data-data tersebut diatas, dapat dihitung tinggi rencafla titik-titik


1.6,17,18,1,9 dan 20 ( T" ) dengan cara. sebagai berikut I

gr l.
T,u(=T.r.u)=T.r, y-%
100 2 =+%
g, I* ---
Tro (=Tu,, ) = Tn r, *
100 2
rr - trt
F= Tir.- trz
Sedangkan titjk-titik 17,78 dan 79, dihitung dengan rumus
gr'X
:
cirr Tr* I

T* = Trr, + I'V
II
StaGf775
100 Sta"0 + 750

bila dihitung dari titik PLV, dan


Sta"ol-85(
8z'X
T*=Tr,*- ------- +Y
100
bila dihitung dari titik PrfV, dimana :
Gbr.7 .17 c. Pematokan vertikal lengkung cernbung.
1E = iarak mendatar suatu titik di lengkungan dari titik PLV atau
PTV.
A Identik bila dilakukan untuk perhitungan lengkung vertikal cekung
Y - ----------------. X (dalam meter). (Gbr.7.17d), dalam menentukan/menghitung tinggi renc nL titik-titik pada
200.L.v lengkungan. yaitu 23,24,25,26 dan27 ( T" ), dapat digunakan rumus-nrmus
seperti diatas.
A=&-g, (dalamo/o)
Supaya pekerjaan penggalian dan penimbunan berialan l2;ncat, hendaknya
Setelah didapat dengan menghitung, tirgg rencanl titik-ritik pada pada waktu pematokan vertikal, patok tersebut diberi c t wlrn yang
lengkungan, kemudian dilakukan pengukuran tinggr dengan cara tinggi berlainan. Misal untuk patok yang harus digali menggunakan warna
garis bidik, sehingga dapat dihitung tirgs ritik-titik pada permukaan tanah, kuning, sedangkan untuk patok yang harus ditimbun menggunakan wama
dan dihitung dalamnya galian atau tingginya timbunan unruk setiap titik. merah atau menambahkan patok bambu disebelah patok merah tersebut,
setinggi timbunan.

Pada pematokan pinggir ialan (untuk membuat badan ialan) dzpat


dilakukan bersama-sama pematokan as ialan, dengan melihat rencana
diagram superelevasi.
2:15 K0NSTRfIKSIJAL,TN BUKU T : GEOMETRIKJAI/,N
DAFq,u4\R- FJtYGDqts4\-B€A-

1. AASHTO, A Policy on Geometrics Design of Highways and


Dai dizgram superelevasi dapat dihitung tinggli rencana titik-titik dipinggir
Streets, AASHTO, 1984.
ialan tersebut. Dengan can yang sama pada pematokan as
ialan,drput 1["
mematok pinggir ia.lan tersebut. 2. CIARKSON H. OGLESBY, Highway Engineering, John
Wiley & Sons, 1966.
3. DIRECTORATE GENERAL OF HIGFMAYS, Indonesian
C= t2l - T23 Highway Capacity Manual, No. 09/T/BNKT/1993.
2l
F=Tz+ - tzq
4. DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA, Peraturan
24 Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar Kota
No.038/T/BM/1,ee7.
5. DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA, Peraturan

Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, 1992.


fta.l+000 5. DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA, Standard

stl.l+o2s ...ir.,r' I Specifications for Geometric Design of Urban Roads, 1992.


+a"l+il)o
i{vrl il 7. DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA, Peraturan
sth.l+oso sh'1+07s
ll i
Perencanaan Geometrik Jalan Raya, No. 013/1970.

,k
I
'-'-'-'-'- '-'t'-'-'- ----+l 8. HENDRIATININGSIH S. Geometris Jalan Raya & Stake-out,

Gbr. 7.17.d. Pematokan lengkung vertikal Cekung. 1981, Departemen Geodesi FTSP, ITB.

Pada waktu pelaksanaan pekerjaan tanah berupa gzhan dan


9. HICKERSON,T.F. Route, Location and Design, McGraw-
timbunan, maka dilakukan pula pengukuran profil memanjang sepaniang f{tll,1964.
as jalan dan pinggir /tepi jalan untuk memeriksa apakah sudah betul atau
belum bentuk profil jalan tersebut; agr benai-benar sesuai dengan 10. PIETER SEPANG, Perencanaan Gcometrik Jalan Raya-
r^nca;ngan bentuk profil perencanaan lengkung jalan. 11. ROESLAN DIWIRYO, Perencanaan GcometrikJalan.
12. SONY SULAKSONO \f., Rekayasa Jalan, ITB, 20Ol-

13. Sukirman,S, Dasardasar Perencanaan GeometrikJalan, NOVA,


2000.

1 4. Suryadharma,H. Rekayasa Jalan, Univ.Atma Jaya Jogyakatta, 1999.


D4\PIts4\EB &S-Uffi PI{B-4\UU

l.Lampiranl-4 Panjang Lengkung Peralihan

Minimum dan Superelevasi yang


dibutuhkan.
Z.Lampiran 5 - 9 Parameter kurva lengkung Spiral-

Circle- Spiral.

3. Lampiran l0 - 20 Parameter kuva lengkung Spiral -


Spiral

4. Lampiran 2l Konversi dari menit ke desimal

5.Lampiran22 Pelebaran Tikungan.

6.Lampiran23 Lebar jalur dan bahu jalan.

7.Lampian24 Alinyemen Horisontal, Vertikal


dan Superelevasi.

8. Lampiran 25 Potongan Melintang.

247
I(ONSTRUKIiI JAI,AN
BUKU T : GEOMETRIKJAI.AN
LllltPlltaN I
F 3
I ? ?tsHtsX== q
N
il
O
N >+t-6 oo9 ft4 E
a l.-.1 o*o9 @60\ (E-
il
doo tE tdtr
orc d
tr :E
Y.' o
E..
J c9 ,\499\rr60\6 l, -d .?'U -:
I A EN I
'o-oi-q!
U) O v ! c\ d '^
O
o rN
rO
-O6rnN6*O
.++n\CF6O\O.
I
ET-EP =
B'
rq
il
O JUUU9UU99 ^': r :: SC Pg E
Fl
rq
& tr TOO )OOOOOOOOOO
\
o\
N
il B
o:!d=
jrE.*!
!-!
E€i E
F] .e J o 9HXE €
g ^666m0r46@6 I
-ld
p
q c qOr+OCIHcl\6O\O vd -dclc
LtepEH E
z
5
ll o ir3
'O
o++6\rF-@oo\60
?aqeqqqqqq.:
loooooooooo
E 'Ic :1
qi
U r d
4
ii
I
E.g*"EEts.
s d q.;
o \D d - =N !:
n= u
A
o E
F ,e I -OOO )OOOOOOOOOO
-n66n9\rFrr@ o
E
E3:t;-ia
p
a E
il #'s-g:r-^
.. ; mr "?
z o dCdq^

z ) @
ll o ZONN
-1 :ioo
OT o@*ao\@\rN@co@
.6++69r660.O\
]6OOOOOOOOO
d
-6 5
ep;D -6-c+jiio
6Esls
' OO Sodoooodooo a ! ! ! 0) .-
HE o o !-li E
z o s.+;
d'o6
b.b
a-a
z o ]OOOOOOOOOOOO ilH
F E
I J<r-*t+ ++++\i6nn9\orrr
trl
z
.g
i6
Fl O
r i6 l66 F- nN g @
.+ +c\, € V @q\
&
Iq
-!4
q
a
ll u zaaq!q-{
' OO
! o6 n \D t-f-- 6 O\ O\q\
=Q<2aqqeqqqq<2q
JOOOoOOOOOOOO BIXI
o\ ]OOOOOOOOOOQQ ^
tr
.9 I f .OOO
J**+ +.++ ++++*s46\cee\ce \
Ze
uv il lt
O
(,t t I
o 7 7.tuo.,Q{ c! 9i
o\46
9!
cN@+6.+Oo9i4@O
.++n6sr@666o\O
io6oooooooooF
s4
d

zl E
-!4
ll
! j F-l '-l ..1 ooo ic;c;oooociooooo l
JlJ (! o
,.tq -^^OO
,ue6O
loo cqo + + ooo
56 6 oooo
ooo
+6 6 nn \c QQaaa
\c e \D ee o
za
<(,
o
tr
@+ O. sl-- - !o qq
I

o
7-zze<4
ln
5r; 6
-\c
NC{ ++ n.{
6 oO n s \cF r 6@ 6 o\ \q
6 bo\ 0.6 *
z'z o C.CroO iodddo-QQqqqqqqqqq
o o o oo
F
<s
qa{
il
JJJF.lF.1 Fl Fid o io o oo o o oo o oo o )
,=
:o
Fl & :xE$I nsF* [3H HXRH sEs E3E Hs8*3P
Fl
oooo6 onQe ooo oeQa ae8 888888
i=5=:::RK 3*3 *333 =3= 888
14
q o

F
o
=II =I=a-a
r{
I,AMPIRAN

onrorn6roLoron66
rrF-l-rl-rF-rrr
E I vtsr

tr
3
qOF+ON366aO
zcE
}1
il a++rasr@@o\o\o
O
?ggceqqqqq-
fOOOOOOOOOO
d
4
N .- d /

9N!i !
E I ^OOO
errr ]OOOOOOOOOO
- t- t-. t-- l-- l'-- r- r r r F \g ^--Fl
s c N ft E .-E
od:,-e
6.
E il il : - H^, S
v3 aJrt-d

D OT a6+O\C\6\tNoOO@
l9EC:rZ
U)
3 I
o zqsA
od
q o rt.J'6
t^'r^'i:l^'^"
9l-. m 60\ o E
1 E FQanPP0
6 d ! d .,
i-
!
rq -LUJLAAAAOO
F.l i-OEK
rJl
& tscoYF=
rrl OOOOOOOOOOC 3O tr C u
*: d-i1
s !
d E e9goo
^OOOO €\c99€9\a\C\r9999 ; q .! o.
p =
d
U)
cq E .e.kF^8s6.
z ) M
h ^"1
c !
lau
o !i'-
- @

a o il zqqq!
Fn O6O\r-- tnN6+o@$
9! O OO rt ra g I r r
qqqqqeeeq<lqee
coa
6 O\ O\O HH L:#;E
zp F OO OOOOOOOOOOOOO
rr ll *^-do.
d'Ec*
l!{ Ze.
!lJ i_s*tio
a "a
z t
tr I JO,16i6i6+++ )OOOOOOOOOOOO
z
z
s t-t++++nnnro99\C
Pstu
il
o\
.,
lt I u 77C-A-A-NNN o96 cNo+O.<1-oOsn66O
o *:i- n 69 r- 6 60\ O.60
U99U9U-
34
14x
--iii---
t!HHH-.-.-,
OOO --aaaaooaoooo

9D -!d
Zl. J
6666h6
++++++ n o Lo ron @ 6
+ + + $-t.i-.{-
Lo6
<-+
n ro6
+ +$
C) o o o o
n 6 6 n \,
o
c
o o
M ito
I

2A
r40 n
I
N
C 6 6 O@ rn N @+
o o 6 *+ 6 \a \ra-
O\ Or
r @6
d c.) \t r 66
0\ 6. 6 0\ O\O\ !
I zzzAAc*c.c"3 ?q?qqqqqqqqqqqqeqq
1z o
i JJ rl Fl rl F-lF-l - l

1e
2
:.
ig:Si: I on=:p
& ; K=
or n FBfr =EgB
+ * ri o^' 6i d1 Res
:-:i B2=sppie6
- --i- - =
o o @@ r
6t
a
Fl
Fl 6o6o 6 orneo
o N,hr - Gi 6.-5 n o<>ooooo ooP q ?P
6- o 5 55 a e
qq q q eQQQO
q q eq q
3 oo'j - _ _6i oi -,n
d d -+ +r; 6 r doi o dN ci $ n e r-o 6
r4
E
F.
TIIMPIITAN 24l|
I -.1
lo
'-r )ooooo
..t--ts-601 O\ -
\l
F
! I
N 6 o .acl ts-o
{i-69rr@
il u rO
O
?qcqeq
)OOOOO
E
f

.e I )O
c€ )OOOOOOOO
a999S9rr@ n
a il
'cr 6 I
4 E
c3 v
9e^q
F&?
)o\rci66.a@o
!N o.o+669rr@ -40ts
Irl
tl il a iO ?qqeqeeqq -o
rq - )OOOOOOOO l ii.
c!
E:
," -ll
&
IJ]
g E )OOOOOOOOO
o646n699\t9 tril1tr.-
I ^ -_- h0i'l o,
il
a E ll NoF!"V:
)l \'60o6+o66O II EEE$ J
'Z q ZC-N !rae'!9t\!-9e E ! .-

a
il
'- )OOOOOOOOO f
d i

E i LS E E .:ie
=!-!-l
! I

iri i a.qtr E
hotr MA"6 =
tr
?-
;f
E
I l OOOOOOOOOO
6nn6666\t9\O
\o EE ryE":E E

xt:?*q,s,8
A lt
, E E E€Ei
Z
H
I
b
lt o zcc9!\c -\Oi\r+O6-rtr
cico+$699r--rr
OOOOOOOOOO E
E t.+!i 6
ts

z a OOOOOOOAAO E g
.I +^'E x'A
O l
c
z tr
-.^OOOO OOOOOOOOOOO + .^-o!-dd
I I Je++++ .t\t+++666non D bo'il
Htr!!fi, i
::lu i 2 Ia
r.1
)
I p
il tssPPAs.r:
r.l f 66 6r$o\r++m.+@o
.acq+6n9\r\Dl'- tr-6 ..-;'Orao:
il il
d 4 il o ZZF.ANqi
i i I I uo eqqeqqqeqqq il o-rb
I! OO OOOOOOOOOOO Ze.
JJJiJ - *
(, !
'Z E
s I Je'+<l+$:i-+ t++-t.f:tnnnnnn
g? ;-)o
2'z
E,
il
9V lt l
a zzt AI e.N 3E e rn O ci a-..)
tt+++6n\r9rrrr AOc.) I @a
zfr
Il]D
E
a
il o i i I tu oo
O OO
2qqqqqqqqqqq E
l
Jr.
,.D
E

d tr q
'22 s I Jee6OO
-.^^OOO q66o*+.+'+++nnnnnn
'4a o
E il
) 66
NN
orF+o\ao.+@d.+9@aoo
a6++669\r\OrrF-F-F6@ !
'4e o ZZZ* +e1 ,J,t
d d ?qqqecqqqqqqqqqq
A> I
]]]JJJ ] O O O O OO O OO O O O O OO
lE
; e ?9o.1 9n oeor 6@@ e6 6o- gSppS
J :XI :3 ;F [ 5 ?3 E KR Rr- ! +Bg
-.j - - :u\u\w
r.l =
r!
a
4,
o NrOr O Nn F-C)6O 6O 6OO --=PP=P===
Oc)O --- :: : ::
3OO- NNo6+$n\rF-@O\- e3s
F
LAMPIItAN 4 2tt
E I nnornn646n4
- I r tr r rr rrtr
E -,rr
'i d
F
---
!a
€E
\€6O6rd-OO6Q
lt o ZAq] o.a+64\rrtr.r6 o
tri
'tr-
O
?qqqQqqqqq
)OOOOOOCOO
-c
6
A * trN
tnD -U - ?c
o.
(n s J
errr
^-OO SOOOOOOOOOC
\rrrr-rrrrF-r- \ (!qN:A
h Eil-utr
il o:: ! 6 trE
t)H M ft d E *-r
Iq
rl
vd
il,. gxzs
rq
&
D
il o zqts O
-\aqg+On-$rO
no++rag9rrl--@ E
I
U Y q 6
-iL'E.-
=!-!,
U U ! Uq 'o
q
r4 dd-=H-
A Eh^ac
p JbC>iuc;
g.! u u+
a
z E J99909
^coooo -OOOOOOOOOO
o9\r99\C999\r9
e u-Y tr^ts tr o
o.
z s -.1
: k d ! .-

Eg:*r
LO
o
a cq l
, E
c,H'g E.: x
o.
p n6 it'---tO9-.+o'i-€O
a o
il o 44\ C 3S so$rn\r99rr@
=OOOC)OOOOOO
IOAaUL-:-CO T E f H'H S -o
o
$at n;
OO O
z ilq Ii
z
z z
,v E
E I Jv6Lnrn64rn J9UgJ9
n640r6n6n6n6
?s; bD

r.l
) -v
u 'a o
3
d €r oil
o\
N 46
zze- A Aqr q!q!
+o'o60tro609@a
n+-+v6n\r9r-trtrr
o f,OOOOOOCCOOO
Ez il
.-< E
5
O -O SOOiOOOOOOOO
Fl'
7fr , tr

Vf
(Jrl E
E
s I -^^66646ror4
- - - s vv Ys vv
a66660nnnno6rolr)6ro
+.i-.+ + -i- -{- n- + n-v + < <- + $.+ t
4'a o
tr ll
ia
()()
cf
o rn6 q F-i { o \c o <'@e.{- 9 6 a oo
v
zZZ + ++ F-q clc-{ ! 9Y I !! e I I 9tr r^ !- \ L 9a9a E
zz II
iff,,JJ,j.jJ?q OO
JU9UIJUU
foooooooooooodoo f
z>
t
ta In 3F E\ eH=xRHEts 383 3H ss*
F.l
rl =HES
14 o :l "l\ q no
.o6o c!"1 oo
\q,Qq q qu? o
oo ooo q oooQ
q q q q Y-HHHY XHXXX
: - : -:
m
t-.1
3Oo eNNoc.)${6\rF-@o\3:S!=:95
F
I l.AlltlDIltAN I'rt
o
O o
o
q
o

q q q q q
2t2

q q
q q q q q q q q q e q q q o o
o o o o c o o o o o o
o o o
o
o o o N o o
o r
X ol q q o? o: o? o: ol ol ol <a
o1 ol ol ol
o
@.
o o o
o?
o o
o?
o o c o o o o o o
o o a

a o 5 NIN N N N
o N
N
o
a
o o
M
a s a q a a a = .q qo
o o C -;l e; o o
o o =
o o o o o o O =
N
o ! @ o o
N
o N
N N N =
N
o q
Fl o o ? q o c2 q q e q q q o. q q o e q
o
q
o o o
&
o o -
o o o o o o o o o o o o

A
a o <l- o
3 <;
o
qt @
q c! tr?
o
u? q \ oq
o
o;
o O
<; @l@
o
E]
r.I o N
o \ o €
N
o o o
o !
q q <? q q co e q q q q
/, N N N
q Nq q q o q q o <?
o o o o
= o o
o o o o e
o o o o C;
Q
o
rl € o o
N o o o
o
4 { o
olo 6lo
ol ol q q ol o'l o? o? dl
t& ol ol ol o'l olo n o?
o o
o o o e; ol ct c;l o o o o O O
lq
I <r)
o o N
o o o - N

I o .+
l; q a
C,

o
a = I
o o
o = o a o - o o = O= o
o o =
o o

N N
o o o N @
N
o N
N o N
@ @ a @
tr o o q o
o q o
q o
o o o o o O
q q q o
o q o
q o q
o q o
q o q q q q q
o a a
? qa q
o
o
o o o o o o o
o o o o o o = =
o o q o o1 q *q u? r-: o
N d? R
@
c5
5 N

o o N
o @ N o @
o N @ @ olH
q o
@
o € q o o o
q o
a o q o
o q
N
o
q q o
o q o o
o q o
q o q q q a
o q o- o o
o o d
elq
olQ o
o o o o o o o o o o o e; o

o
o @
o
6
o @l@
€ o N,
N
N
oIo

o
o o o
@
o
o o o
o o
ol@
olo oIo o
X o o
d? o: dl q <2 d?l q o? ol ol ol
o'l 6lo d?
q o! o:
o o d o o e o o olo o o o o olo a

o 6 o o
o
o o @ N e
o @ @ @ o @ @ o
o o o o o
rl x --
a
o
o o
o o
o
o
o o
o
o
o
o
6 o
o o
o
o o
.q .q
o o o o
.q .q o
al
(Jl
(r)l j o o
* o
=
o
@
o
n
o
a
o o
a
o
.q
o O a Q a o o o
o o
6 o N o o
o o € a o N
N
a
FI o
o
N
@ @
N N
o o o o o o o o o o o o a O q @ o o
14
n Fr a a
<? <?
o
q q o
a <?
o
q o
q o o
o q q c q q q q q <'! I o
o o o o o o o o o o o o o a a = o C;

t{ o o or-: o€ d? q o o o q c€ o 5
o
F
c.l .t I o -!
=
o - o o o o o o
r.a[tl]lllAN l'rb 2,t t

o o
o q q q q q q q
q c? q
o o o o ci o
o o e o =

o
o
o
X ol o? ol o1 ,l o? o? o': o: o? o?
o o
ol o] ol
o
o o o o o o o

N o N o N o N N N N

M a q .q *{ a 9
o o o
*
= o o o =
o o o o o
o
6lo o
p N

-l ? oIo alq q q q q
o
q
o
q e
o
q
o
q
o
= dld olo o o
&
q
<.!
o o o EE il= N

?E
rq o o C o
N e
o 6
o q
r
o q =15
qlq q q
q c
o EIEIE o olo o o e
I; o o
o
o o
NIH
EIE ol ol
oll ol o'll q o: <2 ol o? o? I o'l ol
o o o olo o o
F olo o

Nl 6bl @ o
N
BI BEI ts
qln a a
3El 3 o o o o o
F olo 31 o
o N
o a o
N
o o o o o
cr o o o
q o
q q q q q q q q q q
q q o o o o o o
o o o o o o
3t
I o o o
!n o q oq e
o d? q c1 €
u @ @
.1
o o
o f
{ o N
E N o o o N
4 N
o f N N N
o. q
* q q
o
q
o
q 2 q
o , q
o
co q
o
q
a
q
o
e
c
q
o o
o
E
a o N
q N o N o
a2
X ,n q q o) o?ol ol ol ol
(n
(l
o')
o
<4
o
@. o:
o ) o?
o e
o)
o o o o o o o o
N
o o o N
N
N

x a Io
t.t
a q o
I I n
o o o = o
*q
o o o -
o o =
o o = o

U) o o o
O o o @ o
o o o N
?. o
q o
q o
<? q 2 o
o o
<? q
) o
q o
q o
q o
q o
q o o
a q o
q
o
o o o o o o
o o = o
"1
lrl o o
o o o ul c cc c
E
@
q s (.1
ri
o?

fr
Y l.AltllDlltAN ltn
I,A]IIPIIIAN 6b
@
@ o o o () 6(o c{ o N o) @ N
sq O6q :+
q .:
N
o F- (e
=f o o, ts (o (o <t r
o o
rr)
.-: o)
=.
@
c.{
c',
c? a?
@
n <q q \ c')
oq q
N
o
N
u?
N N N
\
o? I r.:
o -r' ri a
O a
o a o a so ou) oc{ @
(o a o
o o u)
@
o o (o c.) @ $ .<t o,
o
ts (o a
(r) c{ rf (r) O 6
N 6
F. ro o c{ 6o co .+ 6
@
EI X
@
c2
@
q co
o?
N
q
o
F
o? o?
o
N @ @
q o) o? 6
o) q o =
o? o? q c', cq cq aq
@
\ q u-l E
o .fo) o;
* * $ o -r. <f *o
o; o) OJ (r)
ol
loI
O)
+ o)
.<t jo, t
O)
-l_ $
o, o;
$ * O)
-f
O) o,
+ .st o, o, o,
-f

ilt o o N N (9 (o a
$ (o ro
o (t) CD o) o) o) o, c') o
o + s
N
o ac! N a No) I

F-
o) ts
c.)O) @ o (o
a
o e 0) o
@
@
@ o
o
al M q o? o? o) o? o? o? o) o) o? q ol c',
c')
q @ o?
* o?
co N
+
N N
o o? o) q c')
+
o? o) \
c{ s
.it $ $ s .<l I $ sf -f <' .<l .<f .<t t
-II 6l c! C{ c! e{ c! N c! N c! c{ c! -fN N N c{ cv N c{ 6l =!-
c{ c!
so NN oo, @ s ro N o u) O) C') o o N o @ Q)
.+ ao o, Fc', €
@ 6 @ c\l
(o ro F o
@ |- @ o, c! c! $
o (o o o o @ o c., o (o
A (o $
o{ o| c! c! c'{
o o o o O
c.{ q
N
c? o
o o C; o o
(f)
o
a
o
*c; no
(t)

o
qts
N Lr) O)
qq q
o o o
N
u?
O
N aq q q <?
O o
@
N
(o rr) o .+ (o O) o o,
o oO a o @
N o @
c{ r N
o
(o $ Nro N
o
(o
CD (o o) o N N
o c{
(o n Lr) o, (.) <o o N
.t *
o 6c\ Fc? @ ts o)
u? cg o? q j q \
N N O c{ @
F. o? u? o o? u? q Na? o
(.! co o) q
o o o o s <t ri
u?
6 r; 6 (o ts N @ o o { o
ts c!
a
<t c{
a
o N
a a a a o a a
<o (o c{ c! o @ (0 r)
o
N
o
o @ (o 6 .(t c! o @
I
& <!' s O o o c., c?) o c{ c{ C! N c{ N
6

o o o (o
c{
o
@
@
c{
r() N (o o o o
c{
co
<. af) c\I
@ F- o
(o a- o
i- o,
1r)
c! q (o
@ N
N
oq oq cq o o N C.) C\
o o o o cv cv di rl)
o (o
.{-
6 {
@
c{ o, (o $ c{ (o
@ N N N N
N o o
(o lr)
a
F
o
o
@o o,
c{ @ o
o)
F-
o ts
.f
ro (o
EI X o) o? o? o? q o? o? o) q
o? o? oo? oq cq N c?
o, o) o, c', o, o, o o, o, o, oi o o, o) oi
(., o,
ol o c',
cf, c., O o o c., (9 o o o o o o o o
!f,1 +
ts sF ts (o (o r) ro -f o o O) a @ s N a c! @ so No
ill M
o o?
ol o qo ol ol o oo? oo, qo qo, o?
o, o, q @ @ @ @ F
o, q o) q
ro
o c9
al o, o, o, C" o o, o, o; c', O) o oi o, c') o) o; o,
Fll
o c{ @ (o (o o N N
(o c{
s {rf)
o q) F
lf)
o o N ro (o ts
N o
c{
o o
N
@
ro 6(o (.)
o 6
c{
Ar c.|
o
c!
o
c! c! c! c! c! a?
o o o o o o
a Fa? .q -f-t
O o o o t U? (g
o O o o
cq a
c{ s
(o $ N (o o
6) o
6
N
o, cv ts o
@ o) *
@ N
(o o
c{ o o) o,
c!
(e 6
a c\
o a q o
@
u? n €og
u?
N o c{
(D
\ \ (o (o
c?
o
q
6
..: $
@ .f) c{
u? .q cl q
o o o !+ + .f $ ^l
rr) 6 @ ts N o o $ c{
cv (\
o o o
@ (o ro s C\a o
o (o rr) O o o O
N O o ro
& No oc{ o
o cv c! N N N N @ $

@
@ d) o @ ts ro o
o
q o,
o?
F*s oq oq @
q c..l o?
o O c{
(o o (o c! (o ts
@ o (o o
ro
o c{
.if
(o o, Fo
EI X
F
cr,
o; c',
F
02 o? ol ol oq
CD o, o) o, o,
\
ol
rol
N N c\t c{ N N N
(o o <o c{ @
6 6 .f c{ 6 =l
c{ 6
ill O) c', o, o) @
q @ rr)
6l
I
al !1 a
+
o? o?
$ .{.
o?
$
o?
$
ol
a 'll ts c{ (o
U g *(a o,
o N
N c{ @ N(o
?.
C!
o o
<-
c\,|
@
c\|
O
o
O
F
o n
c? \
o o

Fl
6 (o @
@
o
O
c! *o
-f o
c{ F
@

Fl
o o
ri \
N
6 c;
@
N
o
@
\o
-f 6
ts
E U
(o
F & 6 N O 6 6
I
l,AIlPIBAJll 7a 2'18
o o o so F ts ao F 6 @ @ o N @
o o rO o
(o ts o N $ ts o N@
q o N o o
C
o o
N .\
-f
q
o
(.,! c! o,l a? a? a? n
o o o o o o o =
n u? q q o
o o o o o o ci
o o o @ (o
o @ o
o so o ts @ (o @
ts
6 6
-f (o
$ o @N
o o o o o o o,
x oo?o oo?o cI,o?o oo?o,
o
o?
O)
q q o o,
o? o? o?
c',
o? o? q o) o?
ol 02 o?
El o o o o o o, o o o,
t o o o o
-f -f t t -f=f + -t_ -f
o <o o -l_ -r N
o
o o
@ @ @
o
o o o
o o o
d)l o o o o, o, o,
o o,
@ @
o
q a o o O) o o
o? o? q ol
o o, o
q o o,
o) q
o o
o? o? q q o? o)
rrl
3l
r<f -f $
N N N N N
-f s
N N N N
$ *
o? o? o?
N
-f
N
+ *
sN +
N N
*
N
<.
N
o
o + N
o @ N @ @
F o o
<!_ @ -t_ +
o o,
o o N o @
o @ o
L o (o N o @ o N -i @
q 6q @ q @q q q q q q
o o o o o o o o o o o ci o ci C; d c;
o @ @ N + @ 6 N o
o (o o
o
o o o N$ oo, -!_o o o N
N o o o
N
o ts
q o
o o o o
o, o .t o
o
o \o \o o o o
oq cq o? q .: a? n u? (g o? \ q 6l
N N

o o o o
o o 3
!ts
a o o
o
o
o o o
@ 6 s o
o o o
o o
N o o
o o
o o
@ N
O
(o o o
o .+ o
o o
N o o
o D
N N N N N N

J
ts @ o
N o
@ o
@ F -f
o +
*o
s+ o N@ o o
o N
@
@
(o
o N $ o N
E
c.{ o e? o a n n
o o o ci o o o
6 @
q @ N 6
u? q q
o to o o o o o
R u?
o o \I
$
cq oc

o-
U) o N (o o N @ N (o o o o s
6 @ @ @ @ N ts ts @ @ o N o
o, o o o o o o o o, o o, o o -t_
c', o o o,
x o? <2 o? q q o? c2 o? q o? o? q q o? o? o? o)
lrl o
(o o o o O) o o o o o, o o o o o o, o
@ @ @ @ (o @ @ (o
J EI @ @ @ @ (o @ @ @
C) ol o
t r-l @
o 6 @
c') o, o o o o o @
o -i
o, $
o o No) o
cr, o o o
o @
@
o o o
6 q oo? o,
o, o o
o? o? ol
o o o o o o? q q q oo? c',
llt
el
* o -fo to +o
o? o? o? o?
$
o? o?
o -t $ $ -f $ so -f o * <f
o?
\t-
o -f
J
o
N 6
o o N -f @ @ o
N ts o o ts (o o ts o 6 *o6l .+
q oq o
E. ts o o N N o -f ts
(L !L q ts
q @ q 6 @
6l
a o o o o o ct o o ci o o o o o o o o
N o
@ n N t @
N o + o o (0 N c{
a
o -f o
6 o
@ N o
N o o
oU' \o o\ oq oq o?
o
q n<? .:
N 6
.l o
l:
o .<f
a? a u? <q oq q
o o o N 6i
H
o o o o a oo o o o o o o o
o a
r)
o
o o
(o o
o o o
N o o,
o o o o o
(o o o
o o o o o
-aEE Y.
N N N
6 o
<l_
N
o
N N
rN o 6
@ F

o o o
-l

@ o
N

o to o
o o o o o
J
E o o
o
N q a!
* o
6
c! ts o
cY o a
o
a2
N
o
c?
o @
N <o
c? n n
o
q
r+
q o
q o
q
g o o o o o o o o o o o o = o o o o o
-
I <f) N
@ @ o @ @ ts ts
o, @ N @
(o N @ @
+ *c',
o o o
o, o, @ @
= o o, o o, o c', o o o, o o
o? o o
o, o o,
o? o? o
o,
E x q q c2 o? o? o? o? o? o) o) o?
o o o o o o o o o
o o,
o o, o o o o
o oi o o
l= o
l-
IE
EI o 6 o o 6 o o o
6 o o o
ol o o o @ (o o o $
td (ol O) o, o o) o o c') o o o o o, o o o o o
IE
IE rl :C
o
o?
o
q o
o?
o o o o o o o o o o
o? o? o? q o? o? o? o? o? o?
o
o? q o
o o
o? o?
IL
lE o o o o o, o o o o o, o o o, o o o o
lr 3 N N N N N N N N N N N N N N N N N

r
lo
t9
o-
@
o
o
q
o
F
o o
ts
q q
o o
o N
(o @
q @
o o) o
o @ o
q Nq ts
q @ q @
N o o
o <r)
q o
o o o o o o o o o o
ts o
o N o
o o o
6
N
@ o
o 6 o
o o o c;
@ o o
la o @ aNo N o
o so =fo -!- o N N N o o
to @
o ts + 6l o @ o
\
la at,
(D q q q
o o o \ \6
oq o? o? q q
o o o o o
N N
a?
- a r| o9
t_;
lur o o o
lo o o
E o o oo o
o ao a
o o o o oo
N o o @
o o
o
@ o $
o o
o o
o o o o
o o
@ <o o
ls N N N N N N
N
|.

IAMPIRAN 7h 2t7
N
O r r N N o @ o o ro o o
o
\ \
q $ 6 ogo oq @ s
og cq q q
@
q o o @
N
o o 6ts
e? o
O
@
O o o o o o o o o o
o o ts $ o rN o
o o
o o, @ N o (o o o o ts o
o s6 $
o o o @
x q
o o o
@ @ @ @ @ @ @
o? q CD o? q q q q
o o o o o
q 6o? Nq Fq Nol qts @
6
q
@
@ a o
q q c2
EI
s o o
+ o+ o $
o
+ o o o o o o
ol o o N ts s o o @
$
@l o o N $
o sq
@ @ @ N N N N N N @ @ @ o 6 o
O o o o o o o o, o o N
ill q o? q o? cD o? c? q q o
q o o oq q o qo q o o
q c? O)
o?
el N N N N N sN N N
$
N
+
N N N N N N
s
N N N
o o O o r@ o o Nr o
@ @ o o @ N o o @N o @ ts N o
L ts @ @ o
c\ o
c.! q q oc.! oc-\ + @ N @ o N N
c\| c! cl c.l c\ a? a? s a? oo*q
o
o d o o o o o o o o o o o o o o o o o

o
F
€ N $
o
(g o
*
@ @ N
s o o@ 66 oN @ o ooN No
@ @ $
N <o
o N
N @
ts n o
(D a
N
6
u?
N N
\
N
@ @
og
N N
q q
o di o o
c.l a u? cg c2 q R n
o o * \
o
u?
ri o
o o o
o o o o a o o o o o o o o o o o o
E o
o 6 o o o
@ @ ts N @
o @ o N o @ N o $ N
@ o o 6 o =f, s s o N @
$ o o
o ts N F @ $ o o N @ o
ts
o o o @ <o
(o @ o Ne o o N o @ s o o o 3
@
F
o?
o
@
o?
o
N
o @
o
o
N
(o
* -f
ts
u? q
o o N 6 o @ o
N
c?
N
ts
ai
(o
N
^;
o, o @ @
N N N
N o @ N
o ts N o
@ ao $ @ o N N ts o N o
o
q oq @ o
@ N N N @ @ (o @ <o
q
ol o? o? q q q q ol q a
q 6 qo o @
o
o?
o o o o o o o o o o o o ot
-f
o? q q
El @ @ @ @ @ @ @ @ @ @ @ @ @
o o o
@ @ @ @
o o
(o o
@
ol @ @ o -t r o @
@ ts N o o o
$
l"*l @
o oo? c2 N @ @ 6 N o o
rl :<
o
o? q o o o
q o o o o
q o o No N
o? q o? q q o? O) o
q 6c2 q@
el
$ o o o * o?
o o s
s
o?
o +o $ so *
o o o o
<2
!t $
o
@
@ o @
q o
N
ts o
N o
+ o @ * N @ @ o
rc? Noc? oo 6N oN (.)
o (oo o
o o
o o @
q .+ (o
o- clN
c.{ q t @
o
o o o o
N e? a? a?
o o o o R
o o o o o o R R n o n
o o C;
u?
o
N N N
6 o (o @
* ro N
@ s @
@ (o o N
ts @ (o N o $ @ o
o Nc.! o o C? q? +
o N (o F
D c? u? q oq q ooq q N Nc.i 6n q? 6
N q a
N
q?
N N N N N d o o o o $ + $ + o 6 o
o
ro o
o o o o
o o o
o o (o oo oc! o o 6 o 6
r o o O
o, @ 6 N oN
6
@ (o o 6 o o
o 6a aN $ s c! o N
* o
a
o
o
o o o @ @ o N
@
s ooN N6oq
(o 6o c! o
N o N o 6
o o @ o N@ No o o o 6
q \
N
o o o o o
o) cD o o
o o
=t-
N N
@
o s o* o6 @
@

o s o
o c! o @
c! N o O) @ (o o
o N
o
o o o o6
N 6
@ o o @ € ts ts N N N
o N o @ (o co
x o? o? o? o o? cq o? o? o? o o? o o? o
o o
N
o?
@
o o?
@
o
EI
o
o o o
o, o o6
o;
o o o o
ro o o 6 6 n o o o oi o, o ot o r) o
6
o,
6
o ot
ro
ol N o 6 @ t o !+
(ol o @ 6
o @ @ N N N N @ @ (o 6 s o o
rl = oqo <2
o o? o o,
cq o?
o
q o, o O) o o O) o
o? q o? q q o) <2 o? cD
@ 6
o 6o O)
o?
o
q oo? oq
o o o o
c! N N c! o o o o o o o o o o o o o o
3l N N N N N N N N N N N N N N N
ts @ o o ts o o
o-
@
@
@
N
o
o N
@
(.! C\
o
o
q olso N@ N @ o N o
N @ o
6{ c! c! c? c? a? c? $
o N
o o*
o, @
ro N o,
c? c? a? t
-o d o o o o a?
(r, o o o o o o o o o o o o o o
a o
o c! @ @
ro .+ o N o F o N
@ o (o
N N (o
<- N o \t
c) o NN @ c!
O) o =!- @ @ e 6 N
(t, oo q <? a N
q a q N oa? on o@
N N o d
u2 @ o9 q
o o o
q cl q? F
\
J N Gi N d =
lJ.l
o Oo a o o o o (o o o o N o
m
E o
o @ o o o o ro o c{ o a o o 6 o o o
+ so No (o
6 6 N
s 6 N N @ o o o o <t- $ .(f
I,AMIIIITAIII 7C
@
o vo oN @ o Nr @
o o @ N @
@
q \ oq q
N
e?
N
u?
N
\
N
cD
N
@
n + N
ri d
@

o @
o @ 6
o o @
o @ (o
@
@ o
s
x q sc2 oo? Nq
6 o
q ts
@ oq oq
@
\ @
aq o
@
EI o
+ o osl_ o o o o, o o o; o
=f t
\f, <f $
8l o o O)
N o O) @ o o
o o @
@ @ o
o o, € q ts F N (o o
ilt cD q q @
q @ o? o q q
+
ol o
t \
A N N N N N N N
$
N N N N N
o o
@ o
o
o 6
o o o @
@ o o
N
@ o N @
L 9 o-q
ts N N
n ou? oq q oaq s @
o
\o o @
@ q c q
o o o o o o o N
.!

@ o 9) o
o o o N F N o, @ o s N
o oq Nc2 o
oo o q
\ 6 6
N @
u?
@
ol q q 1v q q
o @ ts F @ o o N cO
N

o o o o o o o o oN o
N o o (o 6
o
n a$ o o o
o N N N N c! o
E 6 oN co @ N o @ 6
o N

@
o o osl- o o Fo N(o ro 6o ts
s =f (o o N
@ c! o
6 o
o o@ r:
a? q q?
N N
\
o?
N N N si o
c! a?
o d
r q Nq q
6
n
6
cq
o \
@
@
q
6
I
F
o o
o @o (o @ o o o o
@ @

x
o
o o oo oF @
c? o? o? q cq oq .c
@
oq
o
@ o
N
co
n
N \
o @ ts N @
q u2 o
n
@
r!q q
@
cq
@ {
O) o o(o o) o o o o o o oi o o o o o o o
EI @ @ @ @ (o @ @ @ (o @ @ @ o @ @ @ @
ol o @
@ r @ o (o 6
N. (0 N
o ts o @ o
ts
o
Fl @ @
€ N
r @
flI q o q o? o o q ro? No q 6q ol
@ @ o o @ N r
q No? oo? 6cq \ o
n
o o + o o + + o + $ o o o o os o o
3l
o N r o @
@
a
* c! ts N o
@ o N o c! o
s€ o N@ oN rs FN
L 66 Nq Io q o N o o o o
@ N 6
C' o o o o o o o ci
\ \ O N
oq oq o, q .-: c! c? s q q
N
U? I
N
N o o o, @ N o € o o
c') o @ N N o o @ o o o o o (o F
q o
@ o @ N $ o (o N (o
\
o N F CY N 6
q
D 6 @ .a @ r ts 6 6 oi q
q a? \ o
.: u?
N
a?
o
o
+
N
6
q
o
(o o o
N N
o o a o <o @ o o o o o o o 6o
o No oo @
I 6o N N o o N N N N N N
N o @ (o @

o
o o6
ts N o @ @
N
o
(o
r ts o
o o
o o o @ N @ N
t ts o o cr) N o N
ol rq
ol ts
-q
ts @ 6 o a? o n
ci N ci N N N
o? a?
o \ \ @

=t-
@
o?
ro F
L

o (o D sf <. o (o N r
ts o
6 o ts o o o o o 6 o o)
@ o @
o (o N N
6 $
o? o? ol =f
N q
o? o? q o q @ cq cq \ \o \o
@ N N
q @
n cq

EI
o
6
o
6 o o
o 6
o
6
o o o oi o o, o
o 6 6 6 6 6 o 6 o o
6
o
o o
6
O)
o
ol a o
ts c\ o o
o @
F o o o
N o @
(ol N
o o o oo @
o? q q o q o? o
@ a
@ @ cO @ o r
N
q o) o? No? @q @
q oq q aoq q
@
ill o; O) ot No o O)
c?
o o o o o
o o o 6, o o N N N N N
o
el N N N N N N N N N N N N

co o @ 6
c') @ @ o
N N
o
.+ o o
N @
@
@
N N N @ ts
o N o o (o
N o N @ o o (o o @
o
cr)
L g
N @ @ O) o
n R n @ u? (o q q =r-
o o o o C; o ci o o o
\ a9
o o o
o o? q ( R cq q
.\
N
a @ 6
o @ o
o o o
b
o
N o $
$
o o N
o rts o @ 6 ts
@ ts N o N (o ts ts
C)
U)
o
D q c!
b
o \
q a oq
ri @ @ @ ai ts N @
o
u? q? I
o o
@
n \ Gl
N
N
e?
$ F N $o
6 6
n c?
J
LrJ
o o o @
o oo o oN o
o o o o
@ @ o
o No o
o o
@ o
o
@
I o N o N N N N N N
L
l,Allll'lllAN lhr Z t0
'' O O O o o o
o o o o
oq
N
o
@
o'l
O
- O
@
rc o
o
@
(r? I
O O O N Gi

a
o o€ €
@
o o
09 o? o'l
N
o @ 6
@
€ € O6 N ol oNq
o'? ol o? o? ol o? o) o? 6
@
o:
@
o?
N @
o? ol
EI X 6 o o o o o o o o o; o 6 o o o
ol
NI
@ € € @ a a
;t.l o 6 @ o
o o
M o?
o o o @
N N @ @ a
o o o o o o o o N
o'l ol o? o? o': o) o o? o o? o ol o': o'l o'?
N
o @
o? ol
o o o o 6 ao o o oi o oi o o; o o @ o
6 o o
rll @ @ @

O O
a O
ts
N O
a o
N
o
o € O
O 6 o
o @
@
A O o
<: -{ @ O o
c-l c! c-l N c.{ cn d? c? u? IO q
F.l
o o o C;
- O o O o ei o o o 6 ei O O

d o N
N
N
e N N
@
6 o o
O o N
N
€ o a @ N
N
€ o
N 6 o q cY =t q 09 <c oq
& N N N N N N dt =
a o o o o
O o
O o
O O
o o O
o O C o O O
I
& O
rc @
N
O
N
N
O
O
N
O
o €
O
a O
6
C
N
O O
O @
O
o
tq
Fl
() 6
o @
@ o
ts N
N
o
€ € €
@
a
@
&
t2
O
@
O
q @
o o o
oc og o
O o o
o?
O
e N a @ @

U N
O € N € N o
N @ F O
N o
ol € €
I @ @ @ N
o o o o 6 o
X
o
ol o) ol ol ol ol ol ol oo? oo'l @
o
o? o? o? o? q o?
@
,,] o
o o
o
o
o
o
o o
o o
o o o
o o o o o o o o o o o;
o o 6 o o o o @ o o o
sl
d OI o o o o o
o o a € € € 6
o o o o o o 6
N @ 6
@
q ill M
o o o
o? o? o?
o
ol ol oe o
ol oo o
o? o o? al o? o? ol
o o o
ol o'l
o o o o o o o oi o o; o o o o; o o
(n
il €
@
6 o @
@
o
6

o o
a
@ o o @
N
o O N € @
@ €
@
N
@
<i o
@ N
e; O
N
ei
!.!
o
N
C;
N
o
@
N
c;
N
o \
O
N
a?
=
o o o o =
O
@
n
o € o
o o €
OI
oO
N
O
o @
o N
o N N
o o 6
6
@
o
N
o
@
e o
!.!

N
o
(t?
I
@
09
6
e @
N N N N N di
.V
bI O o o o o
O o O o o
o o O a
O
o & O€
N
O
@
N
O
6
N N
N
N
o O
o
O
6
O
@
O
6
O O
N
O
O
6
o
Fl
6 N o o N
6 @
6 o o o o
o @
€ N
o O
N

=q u? u? u? q @ N r-: 09 oc o? o N
o o o O o C; ci C; o o o o
M N o F o o N N o 6 6
J @ @ a
o o o o o o o o N o o
o o o o € € € 6 o N
o? o1 o? ol ol ol c? o1 ol o o? ql o? ol o? o? q? <l
X o o o o o o o o o o o o o @ o o o o
EI @ 6 € @ @ € 6 € 6 € 6 € 6 6 6 € 6 €
ol
rr
o
O\l
ill M
o
o
o o o o
o o o
Q
o oo oo 6o oo oco
o q
6 6
o
€ @
o
N
o N
o @ @
o
N
o o'l ql o
o? o o'l o
o
o
@
o': q ol ol oo o?
o ,l
$I Fll
€ o€ oN @N N o$t €
e a N O
U' o o a o o oo N @
a q (g q N N a @ O o 6
c.{ .? d? c?
O o O o a o o o o o d o o o O o ei o
:. a
O N o N @ 6 € oo
@
o N o o
q q 6 6
<t 6 N @
<D
o o c.{ a? U? @ oq o'l d? 6 N oq
F] o o N N N 6i
FI
tr Q e
o o
o Q
o o
o o e
E € O
N
@
N
@
N N
N
N
O
O
N
a o o
o o o
@ 6
O o O
N
o o
o ro f;
Fr
t,A[tlrtltAN 8lr 2jil)
o
O o
N
@
o
ol
@
o N o o
q o?
€ o
6 q .a .c ol
ri R
09 c.{ @
N N

@ 6
O
O
ol N €
O
cc o9 6
N
a
O
N
N @ @
O @
oq oc oq
@
r o
(c @
o o o o Io o; o
H o? o? 09 6
X 6; o o o o ot o ot o o o .-

N
O
O O O N @
€ @ o@

lt o
o:
@
6
ol @ a €
O N
N
@
ol o
6
@ @ @
o)
@ @
O
q o) o
o? ol a? o)
o M
o? o? o? o? o?
o o o o o o o o; o; o o o o o o o o;
F]
o @ o o

r-:
6 o oc
N
N
o?
o
ol O
N
o
N
N
N
6
N
@
q
O @ @
o o @
@
N
@
O O O O O
N @ @ €
€ O
o
@
o c o @ €
@
N
O N
@ o €
@
q o @
N N

c.l u? o c.{
; @
ry
@ a
oq
@ i
c.l @
i
oq
@
ul
€ o;
J? 09
D o

& =
- -cE c O -0 =o €-
= O
=
N =
-
= @ -
N
O
O
a
@
o
N
E

O N O @ 6 o @ O N 6
@ @ N @ @
o?
N
c
c.l d2 q
N N Ni ci
N
q =
i!
@
n O O 6
u? F-: \ ol @
n e N
\ r;

o o
O O O O O o @ O @ N @
ol @
ol ol ol ol N o ol o09 @
ol O N a o o
X o? o: 09 oq 09 09 cc og o9
o
o o o o
o o o o o
o o
o
o 6 o o
o
o o
o o o o o o o o o
6
o o;
6
o
N
o
N
@
O €
€ @

@
a
€ € o @ @ O
O h
o a I
lt @
o: o o o
ol o? a.
6 @ @
o? o? o? ol ol o) o: o) @ @ o
D
o M o o o o o
o?
o o o o o o o o o
o? o? o? o?
o o @ o ;
F.l
O
6
O
D c o
o
o O @ o
o N
ul @ o =
9
o o
€ ,q
@
oq ol
N
D
N
o'l O
@ D
N
C; O O i ct a c O O O

a =
O
@ N
@
o O
@
@ € N
D
@
o € N
@ O O
a
N o
o
6
@ n
@
ai
og a
= \ ri
O
c.!
ri \ @
o
ri
e
@
@
d2 r|
@ @
\ .: c ?
@ 6
6i
!D

& -r -= F
6
C
C
O
@
-=
I
a

o
O
o a
N -- a
t
C
4 N O =
o =
o \
@ o o rc a p
@
u?

(e
@
@ N
tr: oe o? c.{
o
R =t
o D oq
q
O
09
o
q
@
q
@
('? @
u?
6
N
N
,q
N N N N N N
-i di D +
@ €@ o o6 @ o o o
X t'? o? o?
N @ o N ts a o
<l o'l o? ol o? o Na? N
@ @ 6
ol o?
O o @ O
O o 6 N
o? 09 ce oc oe 09
P
\
EI D
p o
6
o o
@ 6
@ o o

@ @ 6
o; o
co
o
€ € € o;
6 o o o o o o D
6 @ € € 6 @ D
c\l
o @ N o o oo € @ N

q € € €
N @ @
ill 5 o o @ o
ol oo oo ao 6 6
o 6
o o 6
o ol ol
al M n
o? q o? ol o? o'l o
!$ +
,.ll
a I
= > a D
o N N N a N O o @ o N
a (g o o
(.)
a '?
=
N

=
O
6
q a
o O c;
@
O
q
o O
@
N
@
ei c; i ci o
F.: \o
@
F
d o o o o ?
@
og 09 o? o?

o ?
D
N
N
N
6
@
@ o a 6
€ 6

N
o
N
rc
6
@
@
6 @
@ @
T :..1 n I q <! @ .q o
ri ri
N

=
6
F-: 09
6
O cc
@ @ @ i
q a \
I!
tr
p - €
o Q E Q o O a O
=
a =
o C
Q
a F
C @
Q
n N O n N O = N
F & =
! @ @ 6 a
@
l,Aml)tltAN tk. 2,sa
O
@
O a
@ @ N
ol u? u? o) 6 c2 o? c.! 09 ol c9 a"?
6; O fi o €i
N N

o
€ o O N o N o o
El X
q Nu?
o o o=
@
d?
o
<t?
o
n
@

o o;
q Nol
N

o €
N
@
6
N

d Ia
09 c \ N=
N

ol
NI
O
it0l M q
o
o
N
6
N
o)
o
@
q o09
O
o o
6
O
N
oq c9 09 oq oq
@ o o o o
a
N
o
\ €(9
oi o o c
o o
O @
u? N
o
N
\
o
Fll
@ C €
N o o cN O O
o O o @ N N @
A oq o? a? o? N oq o? d? tr: o? ry o
Gi N N =
N N N N @ F:

€ o
o € €
6
o N @ o @ e N
6
o
<D \
O =
c.{
N
n
N
\
6 N
e N
(9
@
@
r
a
o;
q
= N
I€ a?
N
o)
N
\
@
N N N N @
o € a
€ O o
t O
N o O
N
@
N
O
N N
O
N
N N
O
N
@ N O 6 6

o 6 N N @ @ @ N o @
o
r,
u: d:
o
(r?
@ @
q N
ol
@ F
a
q
o aa\
c.!
O
Q
o O
q or-:
N
\ N
Q
@
N
o
N
q
N

@ @ @ a
@
q N o o @ @
€ @
rc2 c! Nq o€ N N @ @ N
X \o N
N
o
q .2 O
@
o 6
cq
@ o;
a
@ o; @ o o 6; d
\€
N

r-
@
@
n
O
EI o o o 6 6 6 6 6 6 6 o o o o 6 6
ol
ol o @ N O N o N N N N @ r
@ 6
@
o'? o? o? o'l ol ol o?
o @
o ooq €
N
N 6
@
oq oq tr: \o € @
<t?
u? o d?
@

[l M @ o o o o o o o; @ o; o o o o €
,ll
q
o
O
O € €
@ o
O @
o o
o €
o € €o o @
@
N
@
O o
N
@
(t? cg @ c9 o? q d? LT? N o <q <?
N N N si N L; 6
o
6
N o 6 o @
o €
o
N
o 6
o 6
o? c!q n o
N
e @
N
o o1 o
@ N
o9 q O o
oq c!
@ € o; o ai ri o =q
O
N
€ 6
o o o
o F @
O o O
o a
€ @
O a O
a
€ a
& N
N N
N
N N N
N

N N
o N
6 € o @
o N
@
@
o
6
N
r N @
O o

ts
<.!
=
oq <t?
4
@
f; @
a
@ @
-q
N
e
€ o'l
€ u?
o
d2
@
tq
N
N N @ @ 6
o o O
o Nq € u? -q oc.l o Fq N o o q
N N N6 N 6
X o oq \ \ \ \
o
o
@
o o
o 6
o oi o o; o o o o; o <t € r-
N

EI € @ @ 6 € 6 € € 6 6 6 6 o 6 € @ @
ol
6l N o
€ €
N @ @
a @ @ o o o
ill M o
@
ol @
o
6 6
o? o. o o? o
N
q.l o
o @ @
oc oq og N q N
u? oq
o al
$I F.ll
a o N
@ 6
a € as o @
N 6 o 6
(J A q -1 o
N o
cY ..! <?
o
.t g? o q q6 N
oq
o c.!
o
a \
o 6
d?
N
t2
Ni N N N + @
?. o
@
o aO o6 o
@
@
N @
o
N
N
o N
N
F
@
@
o
@
@ 6

@
N
@
@
.- a n
N
c.{ ol q r-: oc d? N u?
F]
14
<D d; d o 6 o C;
N
Gi N @ € = N
ri
N 6
tr O 6 @ o
O
O €
Q
@ a N
oo o6 o
6
E{
& N
N N N N
N
N N N
T
I,AIIIPIIIAN $rr

I ABEL:SCS-Sa PARAMETER UNTUKKURYAUSPIRAL-CIRCT Fr.-SPIRAI'

Ls=140m Ls = 160m
R 0s P K x Y R 0s P K x Y

280t 1.4321 0.291i 69 998t 139.99 ii 1.166f 280( t 627( 0.380{ /9.997t rs9.986! I 523,

260t 542( 0.3i41 69.9983 r39.989t 2563 260t t.t62l 0.4102 79.9971 59.984t 6401

250( 6043 0.326; 69.998i r39.989( 306( 250( r.8331 0.426[ 79.997: s9 983( .7061

240( 6711 0 340, 69.998( 139 9881 .361t 240( 1 909! 0.4444 79.997t 59 982i .7771

220( .823t 0 37li 69.997( 139.9851 4841 270( 2.083t 0.484t 79.996: 59 978t 939i

200c 2.0054 0.4085 69.9971 139.982{ 633i 200c 2.29tt 0.333: 79.9957 59.974r 2.1331

r900 2.1 10! 0 4298 69.9968 139.981t / 191 l90t 7.4tzl 0.561t 79.99s: 59 971( ?.245:

r800 2.?28i 0 4537 69.996: 139 978t .814t 180t 2.546t 0.592( 79 9941 59.968r 2.3t01

70t 2.359i 0.4804 69.996t 139.976i 921 170( 2.696: 0.6211 79.9941 159.964( 2.509r

160t 2 506i 0.5104 69.995: 139.9732 20414 t60t 2.865t 0.666( /9.993: rs9.960( 2.666:

s0( 26731 0.5444 69.994! r39.9695 21774 150( 3.055{ 0.711 79.99?t 1s9.954t 2.8431

140( 2.864{ 0.s83: 69.994i 39.965t 23321 140( 3.?14( 0.76rr 79.99r 159.947t 3.0461

1300 2.0851 0.6281 69.995' 39.959r 2517: 130( 3.5259 0.8204 79.989! 1s9.9394 3.28ti
120C 3.34? 0.680: 69.9931 139.952r 2721( 120( 3.819i 0.8887 79.9881 159.928{ 3.554r

I loc 3.6461 0.7 423 69.9901 139.943: 2 968t I l0( 4.r67t 0.969r 79.985r 159.915r 3.877:

00t 4.0107 0.816: 69 988( 139.931r 3.2651 100t 4.5837 0664 79 982! 159.897( 4.264

95t 4.22tt 0.959: 69 987: 39.924t 3.437: 95t 4.8241 r22! 79 9811 1s9.886( 4.489(

90t 4 456: 0.902i 69.98sl 39.9153 3.6281 90( 5.093( t84t 79 978! 159.873( 4.738r

85( 4.7 18t 0 9601 69.9842 139.905r 3.841: 85t 5.3921 .254! 79.9161 159.858: 5.016r

80t 5 013r 1.0801 69 9821 139.892t 4.0811 80t 5729( .332{ /9.973: 159.8401 5.3291

75t 5 341( .088( 69 9797 39.878 4.392t 75( 6.111 .421( 79.959; 159.818t 5.684:

70( 5.7291 166: 69.9767 39.8601 4 6633 70( 6.548r 523 79.965i 159.791 I 6.089(

65( 6.1703 255( 69.972! 39.8377 5.021: 65( /.051t 6401 79.959( 1s9.757( 6.s57(

60( 6.684: .360t 69.965: 39.809( 5.439i 60( 7.639r n61 19.9521 159.715t 7.102.

56( 7.t62t .451! 69.963r 39.781 5.826t 56C 8.185 9034 79.945( 159.673( 7.6071

55( 7.2922 484t 69.962i 39.7131 5.932: 55( 8.3339 937! 79.943( r59.661r t.t45l
521 7.7t2! .5035 69.861 39.746r 6.273{ 521 8.8147 2 0491 79.936! 159.6211 8.191

500 8.0?t4 .6322 69.954: 139.725r 6.5242 50t 9.167: ?.1314 79.931: 159.590t 8.517,
; r,rmPrtrAN 9b
lAllEL: SCS - 5b
Ls=140m Ls = 160m
R 0s P K x Y R 0s P K x Y
48t 8.355( r.7001 69.9504 r39.702i 6.7944 48( 9.549: 2.220t 79.926( 59.556 8.871

41i 8.443( I /18( 69.9491 139.696: 6.866[ 47! 9.649t 2.2433 19.974t 59.546i 8.9641

45( 8.912 1.813i 69 943( r39.661( 7.?467 45( 0.185{ 2.3671 79.9 15t 59.495 9.460
44( 9.1 1 5' 1.854r 69.941t 39.6461 7.410t 44{ 0 4t71 2 42t4 79:91 ll 59.47 1! 9 674
nal
9.437( 1.919; 69.9367 39.6207 1.67t4 42! 0.785 2.506€ 79.905( 59.434 10.013r

40( 0.026{ 2.039r 69.928( 39.57 1t 8. l48t 40( 455" ?.66?9 79.893r 59.361 10.636:
a1t 2 839t 79 878t 59.213t
0.695' 2.t751 69.918t 39.513t 8.689: 37! 2.223 I 1.340i

36( 1.140{ z.?651 69 91lt 39.471( 9.049( 36( 2.7321 2.957i 79 868t 59.211 1 1.810

35t 11.4592 2.330( 69.906t 39.441t 9.3067 35( 13 096i 3.041! 79.8609 59.166 12.145
2,'.)r
12.3406 2.508 69.891t 39.35 1[ 0 018( 321 14.103( 3.275t 79.8387 59. l33i 3.071
32t 2 5385 ? 547', 69.888: 39.33 1( 0.1731 32( 14.3231 3.325! 79.833t 59. l02l 3.2131

30t 13 369C 27t6( 69.873' 39 239i 0.846( 30( 15.2781 3.546: 79.8107 58.866( 4.150
28( 14 3239 ?910" 69.8544 39. r27: 1.614 ?8( 16.370i 3.7984 79.782t 158.698t 5.1491

26( 15 4258 3 l32t 69 831i 38.988( 2.499i 26C 17.6295 4.0881 79.1432 58.491 16.299t

25( 16 0428 3257! 69 8l7l 38.906r 2.993; 25t 18.334[ 4.25n 19.7211 58 369: 16.942"
z4( 6.71 I 3 3921 69 802( 38 813; 3.528( 24t 19.098t 4 4261 19.104( 58.23 r D.631"
22( 18.2305 3.698 69.7644 38.589: 4.t 41t zzt 20.8348 4.825i 79.6487 57.897i 19.211

21( 19.098f 3.873t 69.7411 38.4521 15.432t 21t 7t.821( 5.0531 79.614( 57.693( 20. I 07i

70( 20.0535 4.065t 69.7 l5 I 38.294i 16.101( 20t 22.9t83 5.303t 79.5t5i 57.458t 2 1.090i

18( 22.2811 4.5t21 69.648( 37.8971 17.953( 18t 25.464t 5.884: 79.4761 156.868: 23.371
16( 25.066! 5.069r 69.553t 37.344( 20.139i 16t 28.6471 6.607t 79.337t 56.046( 26.194
15( 26.738t 5.402: 69.494t 36.981 2t.44tt l5t 30.5577 7.039: 79.2414 55.508r ?7.871
t4( 28.6419 5.781r 69.420; 36.540: 22.9?0( r4( 32.t404 7.530! 79. l37t 54.853t 29.772i
12( 33.4221 6.723! 69.2 l3t 35.310( 26.567 tlt 38.1972 8.749i 78.8293 53.033i 34.442i
r0( 40.107t 8.025r 68.8721 33.293! 31.541i l0t 45.836( I0.426( 78.323: 50.058t 40.755r
8( 50.133t 8t 57.295t
5( 80.2141 5t 91.673i
I.ADIPINAil IO ,{4
SS-l Par:rrrrctcr
'l'Altl,:1, kurva lcngkung SPIRAL - St'IRAL
05 FUNCT IONS OF TRANSITION FOR -s=1
0 p k x v L.T S.T. L.C. 0
o( ).()0(x)( 0.5(.t00( _o(,(^,( ).UUUU( u.66667 U..1JJJJ 1.UO(XX (,.(

-01 -00( L0000( -()5t -667 - JJ: -0(x


-02t -ofi r.0000( -11, -661 -334 -00(
-o4t -(XX 0.9999! *17! -667 "334 -(x)(
t,0(x - ).\
-u5t -9rr! -661 -334 -00(
-01'. -U(X -r)r)\ -291 -667 -334 -00t
-08t -()0( -991 -34\ -661 -334 -00( -(

- 10i -00( -99t -40 -668 *334 .r)r)<)\)t


-11 -00( -99t -46i "6(r8 - \14 -()<)t
-1 -ou( -r).) - 5Zt -oot - J.t4 -99t
u.ut40( u.4rry" /.(lU5Uz (r.()O6()t u. -l -)J-lzi u.yytrt,( t.(
"yy( .' 1)l
1 -161 -99\ -64t -668 -99t
- r)\): --69t .'66t
-171 -t4l -99t
- 19( -99( -991 -1\( -669 -335 -99{
-20t -()L)\ -99, -81 *669 -335 -99-,
-21 -99! -991 -87 -669 -336 -99'
-2i - !r(,r! -99 -931 -669 - -r-)() -991
-24t -9tll -991 -98! -610 -336 -99(
*267 -gr) -104: -670 -99(
-r)91 -337
-27', -.ryt -vu: - 101 - 671 - 3.5 ! (r(,
'
'2.1
u.tluzv I l).4\n()t ( ).(r(.t9tit (,.o1t61 0-666 / ,.-)J-rJ u.vyy') z.l
I - 1()l - 9(,l -9li -221 -611 -338 -()<),
-321 -99 -985 -280 -612 -338 -()() -

-334 -9<)1 -984 -338 -672 -339 -.99


-74\ --99 '98 -39( -673 *339 -99i
-\( -99 -9ti1 -1454 -673 -339 -99t
-37', -99C -97rt -51,1
*674 -34(. -991 .(
-392 .-99(
-L)78. -571 *675 -34( '99(
-40( *9rl( -91( -62(. -675 -341 -99( .t
-+z -v t: - oaJ -b /t -341 -9tI
-r.l u.uu4j) u.+.)yt5 u.vty /.1 r,.ul/45 u.ooo/o u.i3542 u.y.r.JlJl -i.(
I -451 *99: -977 -UU -67i -.54. -98
-462 -99t -96! -861 --(r78 -144 -98(
-4 lr. -\)\)t -96', -9t1 -678 - 141 -98:
-494 -\)t) t -96: ^'971 -61\ -34! -98t
--50t -99t -96. -203( ^ 6rJ(l -341 -98
.'52 -99 '96 1 -09t --(r81 -741 -981
-53-, -99: -95f - 15t -681 -34-, -981
-55i -99: -9h( -211 -6ti -\4 -98(
.-50( -99i -95: - Zbt - ()d
- i+t -97(.
(r.(,U5U U.49992 0.99t)5 0.l}2.t2( (,.666tJ2 U--) ).)4\ l.\)L)g lt. 4.1

- 59( -991 -941 - atat -6u' - J5{ -97i I


-61( -99',| -r)4( -444 -6t1( - i5l -97(
-62: -991 -94: -501 -68( -351 -97!
-63(. -99( -941 - 55! -68; - ,a/ -t)7 t
*65t -99( -9.3r *261-, -68f -35: -.1)'7

-66! -9u! -93t -(t7 -68! -i54 t)l I I


"6u. - - tt lt
-98! -93t -'7\', 6()( 355
-69t - 98t -93( - 191 6()l -'\5/ ')( rl
-98f -t) 2 r{.1( (tt). fiI 'l(r I
).1 ).oo /2 1.49\)u )., ), )( I (r(r(l) I I I I'rtr l'r(tl
l,,t0ll'llt,lN I I t$$
l Alll,.l. SS-2 I'irrun)ctcr kurvu lcngkulrg 5l'11(Al. - !'il)lllAI
o ;UN(;I'l()NS ()t IRANSt'l'lON FL)K Ls =
U l( x v L. I D. I L.U. U

.U U-U v -rtrz u-ucrut u- oooTJ u.JJ5>t u. y)/)/oc .U


742 947 - 921 -965 - 694 -359 -965
.a 756 - 986 - 918 .03023 '696 -360 '963 .?
771 '986 -91 4 - o82 - 697 561 '962
-4 785 9E -91 140 - 698 '362 961 .4
.5 300 -985 - 908 -03198 - 699 -363 -95q .5
-0 81t, - 981+ - 904 '256 -700 564 -958 -6
.7 829 - 984 - 901 - 314 t01 -365 95t -7
-8 34 -983 - 897 '37 ? -703 - 366 -954 .U
l6)u 965 6v4 45U (u4 s67 95:
9.L u.4trot v -r>o>u U. UJ+OC U.OO'UJ u - JJ5Od v ->rr) I o.u
8E7 - 961 -
866 - 546 tu6 369 -950
)01 -981 -879 -80/+ -708 37 1
-948 .Z
915 - 980 -E75 662 - 709 -372 -946 -3
-4 930 979 -87 1 - 7ZU -710 - 373 -944 -4
)45 -979 - 867 - 778 - 711 -374 -943
960 978 -E63 836 /13 - 37C -941 -6
974 97t -859 -894 - 715 - 377
939 - -7
.U )89 '97 6 -855 - 952 - 716 - 378 937 - .E
.U UU5 9(6 6)1 - U'TU I U ('t I 580 956
U.U IU IO v -lrr I u.rro) I U - U+UOO u - oo I - JJ56 l v.rrr)q .L
l5 -9(t 446 1t6 (zu 3T2 -
952
)47 - 973 442 - 184 -722 584 - 930
-3 )62 -973 -838 - Z4Z '7 24 385 - 9?t -3
J76 -972 - 833 - 300 -725 - 386 - 926 -4
091 -97 1
- E?9 - 358 -727 388 - 924 .5
105 97C - a?4 - 416 -728 - 389
922 -6
1?A - 969 -819 -474 -730 -391 - 92t.
134 - 969 -81 - 532 -732 392 '918 .t
1+9 vo6 61U )vu ( 55 -594 v1c
U.U I OJ v-+r>at U-U JY v.77> I o-L
(E 966 -800 706 - 737 397 911
192 965 - 795 764 -738, -
399 909 -2
?o7 - 965 -790 - 822 -74C -400 - 907
-lt 221 - 96lt -785 - 879 -742 402 - 904 .4
.5 236 96 - 760 - 937 7t+4 - 403 902 .5
-6 ?50 - 96? -775 - 995 -745 -
405 -90c -6
265 -961 - 770 - 05053 -747 - 407 -897
.E 279 -961 764 749 - 409 895 -8
-t av4 vou '(>9 169 t\1 '41
0 -E93
, -u U.U JUO u-oor)J u. JJ4l o7L
525 9)U 748 - 285 755 - 414 888
-2 337 -951 '7 42 542 '7 57 '
416 EE5 .?
352 - 956 -737 - 400 -759 - 417 -883
366 - 955 731 - 454 -761 419 -880 -4
-5 381 -95t -725 - 516 -763 - 121 478 .5
t95 - 953 - 719 -57 l+ -765 - 423 -875 .6
10 '952 71 - 632 -767 425 - 873
4?4 - 951 -toE 690 769 - 427 a7 .8
(+39 '9)U tu2 I /1 428 -a6 t
IU.U U-U u -trora u . oo a ,J u - JJ45(
l/tmPlnail ll trt
ftrRllT;-S$f-I':rr:iirrt'tt'r l(Al, - 5l'l l(Al
krrrvrt lcttgktttrg Sl'l
ITINCTIONS OII -I'I{AN SI'I I( N l,ur( ,s
0 l) k x v L.T 5. I -.L. U

U- u.ut4)i u-4Yr.t> u -vYovc U. U)6U) U. OO U.554JU u. vvdo) tu- T

.1 '468 -948 - 690 - 863 -776 432 - 862 ,|

-2 - 48? -947 - 684 - 9?1 -778 - 434 - 859 -c


- 497 '946 - 677 - 978 - 780 - 436 -856 .3
.4 - 511 -945 - 671 .06036 -782 - 438 - 851+ -4
-5 52C - 914 '665 -094 -744 - 440 -851 _5
- -943 -658 152 -787 - 442 -848 -6
-6 540
.7 -555 -942 - 652 - 210 -789 - lr44 - 845 .7
-8 - 569 -941 - 645 - 267 -791 - 447 - 842 -8
- 449 -
., - 564 -91+O 639 -
5Zt 794 a5t
.U u.ut)70 o-49959 u -tYo)a U, UOJOJ u-oorvo U- JJ+) I u. )rvoJc
1
- 613 -938 - 625 - 440 -798 - 453 -83
- 6?V - 937 - 618 - 498 - 801 - 455 - 83( -2
.2
- 642 - 935 - 612 - 556 - 803 - 457 - 827

-l+ - 656 - 934 -605 -61 4 -806 'l+60 - 824 .4


-67 1 -933 - 598 -67 1 - 808 '462 - 421
- 685 -932 - 591 -729 - 811 '464 -818 -6
-700 - 931 - 584 787 - 466
- 813 -815 -7
_8 - 714 - 929 -576 - 844 -816 - 469 - 812 .8
724 92E - >69 902 E1E -4t1 808
tz-l U. U I r'4J U.4YYZI u.rr)oa u - uov)v u. o06z I v-554I u- vv6u) I Z -L

1 757 - 9?6 - 555 -U/U1 - 823 -476 802 1

'77 - 924 - 547 -075 - 826 - 474 -799 .?


-2 2
-746 '923 -540 '13? - 8?8 -480 - 795 .3
.3
-4 - 801 - 922 - 532 - 190 - 831 '483 -792 -4
-81 - 921 - 525 - 248 - 834 - 485 -789 .5
-5 5
.6 - 8?9 - 919 - 517 -305 -836 - 488 - 785
- 844 - 918 -509 -363 -839 - 490 -782
.E -858 - 917 '502 - 420 - 842 - 493 - 778
'64 ) - 495 -775
-t E73 - 91t 494 474
IJ.U u - u I 60I u.q>, Iu.yY460 U-UT)J) u. oo64 / u- J54vd u -Yv I t).
- 902 -91 - 478 - 593 850 - 500 -758 1

- - 911 - 470 -650 -853 - 503 -764 -2


.2 916
- 931 -910 - 462 - 708 - 856 - 505 '7 61 -3
-3
-945 - 909 - 454 -765 -859 -508 -757 -4
.4
- 960 - 908 - 446 - 823 - 862 - 511 -753 -5
.5
'97 - 906 - 438 -880 -865 - 513 -75C _6
4
- 989 -905 - 430 '938 - 868 - 516 -74e .7
0 - 02003 - 904 - 421 - 995 - 871 - 519 -74? -8
UlU - 90? -41 . UdU)J 874 -521 t5t
t+. u.uzv5t U.IIYYU I u -Yr.+v) u.u6tIu u. 006 / u- J))a+ u.vy ( 5) t4-
1
-046 -900 396 168 - 880 '527 -731 1

-061 -898 - 387 '225 -883 -530 -721 -2


-2
-075 - 897 -379 - 282 - 886 - 532 '72 .3
-3
-4 - 090 -895 -370 340 - 889 - 535 -72C -1,
_5 - 1Ot+
-894 - 362 1 397 - 892 - 538 -71 .)
118 - 892 - 353 - t+55 -895 - 54'.! - 7'.! .6
-6
133 - 891 - 344 - 512 - 898 - 544 70t
-7
-8 't 47 - 889 - 335 '569 -901 '547 701
162 - E6E 526 - 627 - 9U4 -550 /0t
t)-u U. UZ I I O u..i)rooo u -Yv5 t u. u6064 u- ooTuo U.JJ))J u-'t'to'/o
L$7
l.,,tmtrlll,,t! I t lfir
l'Alllil, SS 5 l):rr;r,ur: tcr ktrn,l lcrrskung SPIRAI- - SI'IRAI-
tu -t5 II.]NCTI NS OF TRANSITTON T,OR Ls=
0 p l( x v L. I D. I L.U. U

ZU.L u -t)ldY6 U..+YTY6 u.rot60 u-11>5> o.b(uvt u.55 ( Z> 0.9946t tu.
1
-910 -796 776 - 591 102 -729 - 454 _1
-2 - 925 '794 '7 64 - 648 't 06 -733 " 449 .2
-3 '939 -791 -752 -705 111 '737 ' 413 .3
_l+ - 954 -789 -740 -761 115 '7 41 - 438 .4
.5 '9 68 -787 -728 -818 - 1'.!9 -71+5 '132 -5
.c - 982 -785 -715 -875 - 124 -749 - 427 .6
-7 - 997 -743 -703 - 931 128 -753 - 4?'.| .7
0.0301 1
-781 -690 - 988 133 -758 - 415 -8
- oz6 (t9 678 120 4 tl -'t37 76? - 410 .v
z t.L U. UJU4 U.4Y I u -:/ooo) u.1z1u1 u.6t't4l u.55 / OO u.yy4uq tt.u
-1 - 054 775 652 157 1 lr7 -770 - 399 1

-068 - 773 '639 '21 t, '151 -77 4 -393 -2


-083 -770 - 627 - 270 - 156 -779 - 387 3

-4 - o97 -768 - 61t+ - 327 161 '7 83 - 381 .4


111 -766 - 601 - 383 -155 -787 '37 6 -5
- 125 -764 - 588 - 439 '170 -791 -374 .6
- 1l+O -762 -575 * -796 -
496 175 364 .7
.E - 154 -759 - 56? - 552 -180 - 800 -358 .8
(>(
169 '549 609 - 181 -804 352 .9
zt.u U.UJ I6J u-4rt)) u. v6)Jo u - zoo)
I u.6 / 16! u.556Ur u.Yv54A /.4 -u
1
- 197 75 - 523 721 191 -813 :3 40 1

.2 - 211 -75'.\ - 509 -777 199 -818 -334 -2


.3 - 226 -749 - 496 -834 '204 '822 -328 .3
- 240 -747 * -890 - 208 - 826 -
-4 482 322 .4
.5 - 754 -745 '469 -946 '213 - 831 - 316 .5
.6 - 268 -743 '455 . 1 5002 - 214 -835 -310 .6
.7 '283 -71+O - 442 -059 - 223 -840 - 304 .7
.8 - 297 -738 - 428 - 115 - 2?8 - 844 '298 _8
51:l t3> - 415 172 '233 - 849 - 292
25.! U. UJJZO v - 4v r 5 5 u. v6+u
u. t )cao o.6(t5d
I U. 556){r t3.u o -vY z6a
1 340 '731 -
- 387 284 - 243 -858 - ?79 1

.? -354 -728 -373 - 340 '248 -853 - ?73 -2


.3 - 369 -7?6 - 359 - 396 '25 4 - 868 - ?67
-4 - 583 '7 23 - 345 - 452 - 259 - 872 '261 .4
.5 -397 -721 - 331 -508 - 264 - 877 - 254 .5
-6 - 411 '719 - 316 - 564 - 269 -882 - 248 .6
-7 - 426 '716 -302 - 621 -274 - 886 - 242 .7
.8 - 440 - 714 - 288 - 677 -280 - 891 - ?3s _8
- 455 - r11 274 733 - 285 496 - 229
z4.t) U. UJ4OY u.4Y ( U' u. v6zoll u. I J t o) u.ot atu u.55yu1 v .vv z.tz 14.U
1
- 485 707 245 -845 - ?95 - 906 '216 1

.? - 497 -704 - 231 - 901 - 301 -910 - 209 -2


.3 - 51? -702 - 216 - 957 - 306 - 915 - 203
-4 - 526 - 699 - 20? 1 4012 - 311 -920 - 196 -4
.5 - 540 '697 187 - 05E - 317 - 925 -190
- 554 - 694 - 172 - 124 -322 - 930 - 183 .6
.7 - 56E - 592 - 157 -1E0 -328 '935 17? .7
-583 - 689 - 143 - 236 '333 -940 '17
r,aml,lltaN til tit
I A lll',1, 55 (r l';lr':llil('l('r krrrvil I('ilgklrilg 5l'l l(Al, - 5l'l l(Al
t0 rN( NS ()li I KANSI l t(-rN t.()1( -s-
0 ) k x L.L 5. ,.(,. ()

U-UJOI u _ 496E4 u.v6t u - t 4)4d U.OTJ44 U.JJY)U v-rr t)( a) -L


.1 - 625 '681 -098 - t+O4 -350 -955 -150
2 - 640 - 679 -083 - 459 -355 -960 143
.] - 654 - 676 -068 -515 - 361 -965 136
-L - 669 -674 -0s3 -57 1 - 366 -970 129 .4
5 - 683 - 671 - o37 - 627 -372 -975 'tz .5
-6 - 697 - 668 - 022 '642 -378 - 981 116
7 - 711 - 666 - oo7 '7 38 -383 '986 109
.E -725 - 663 -97991 -791+ -389 - 991 102
/39 - 661 - 916 449 59> 996 uv5
ao - u U.UJT)J u - 470)o u-r(ro u-'t 4vu) U.OT4UU U-J4UU I u. yvu6d ao-
1
-767 - 656 -945 - 961 406 007 - 081 1

.? -78? - 653 '929 15016 - 412 - 012 -074 .2


'796 - 651 - 913 '072 - 418 - 017 '067
.4 -811 - 648 - 898 178 124 - o23 - 060 .4
'825 - 646 - 882 - 183 - 43D -028 -053 -5
-6 - 839 '643 - 866 - 239 - 1354 - o33 - o16 .6
.7 -853 - 640 -850 - 294 ' 441 'o39 - 038 -7
.8 -868 - 638 -834 350 - 447 '044 - 031 .E
- EAz 65) 818 - t+O5 45 - o49 - oz4 .,
aI.t U. UJOYO v.4vo5t u.Y ( 6Ut u- t)40t u.or+)v U.J+Uf] U.Y'U I at -u
1
- 910 - 6?9 7E6 - 516 '465 - 050 - 009 1

-2 - 924 - 626 - 770 -57 1 '47 1 '066 - 002 .2


.3 - 939 - 624 -7s3 - 627 - 177 -07 1 _98995 -3
-4 '953 - 621 -737 - 682 - 483 - o77 - 947 -4
-5 -957 - 618 -721 - 738 - 490 - 083 - 98C -5
.6 - 981 -61 5 -704 - 793 - 496 - 0,88 - 973 -6
- 995 - 613 - 688 -848 - 502 - 094 '9 65 .7
-8 - 04009 -61 0 - 671 - 903 - 508 - 099 -958 .8
uz5 - 608 655 959 - 514 105 '95t
z6 -L
-03( u-4vou) u-vro50 u - I ou I q u.oI)c U. J+ I v.ro, zo. u
-051 - 602 - 621 - o69 - 527 116 935
-065 - 599 - 604 124 - 533 -'t22 - 928 -2
- 080 - 596 - 588 -180 - 539 128 - 92C .3
.4 - 094 - 593 - 571 - 235 - 546 ''134 - 913 .4
- 108 - 590 - 554 '290 - 552 - 138 - 945 .5
- 122 - 587 - 537 - 345 -558 - 145 - 89V
-6
- 135 - sa4 - 520 - 400 - 565 151 - 89C .7
- 151 - 582 -503
- 455 - 571 - 157 - 882 .8
- 165 - 446
- 579 ,1U >(d 163 874
ar. u. u.r I a v u-47fro v., t 10) u. to)ol u.o/)6{ u.54 t ov u. v6l,00 tY-
1
- 193 - 573 - l+52 - 620 591 165 -859 .1
- 207 - 570 - 434 - 675 - 597 - 171 -85 1
- 22? - 567 - 417 - 730 - 644 - 177 -a43
'236 - 564 -399 -785 - 610 - 193 -835 .4
- 250 - 561 -3A2 - 840 - 617 199 - 827 .t
- 264 -558 '364 - 89s '623 -205 -81 9 .6
-7 -278 - 555 -346 -950 - 63C -21 1 -81
- 293 - 552 '329 .17 005 - 637 - 217 - 80t
- f91
lfdt >49 51'l 060 643 z?3
JU. U U.U+JZ I u.qr)+o u.v t zt5 U. l.r u-ofol u.)lact v.Yo(o, ttr.
,qr r^mplll^rr
T'trIIITI SSI
13
Pitrrtttrt'lt'r krtrv,r lcttgkrrrrg Sl'l Il A I . - Sl'l l( A I
lr r lrllNC't'l()NS ()tr'[ ANSI'I'l()N li()l( l,s =
(r li x v t-. I 5. I ,.(.. U

-t, U.U4JZ u- 4v)40 U.Y('Y5 U. u-oro)u u.54Za',' u -Y6( 6( JU.


- -543 -275 - 169 657 - 235 -779 .1
335
- 349 -540 - 257 - 224 - 664 - 241 -771 -2
2
3 -363 - 537 - 239 -279 -670 - 248 '7 63
_4 -377 - 534 - 221 -333 - 677 - 251+ -755 -4
- 391 - 53',! - 203 -388 - 684 - 260 -71+6
- 40s - 528 -185 - 443 - 691 - 266 738 .6
- 419 - 525 -'t 67 - l+94 - 698 - 273 - 730 .7
-8 - l+34 - 522 148 - 552 -705 '279 -722 .8
519 - 444 -150 6Ut 712 '(13 - za5
.,,
f t.r.J u.u446Z u-4v) to u -, I I I I u- l/oo l u.o/ u.)qcrc u.v6lul JI-U
1 476 - 513 -094 716 -7?6 - 298 691
-2 - 190 -510 -075 -77C - 733 -304 - 688 .2
-3 -504 - 506 - o57 - 825 -740 - 311 - 68t -3
- - -038 - 879 -747 - 317 -672 .4
-4 518 503
-5 - 532 - 500 'o20 - 934 - 754 -324 '663 .5
.6 - 5l+6 * t+97 -00 1 - 988 -761 -330 '65
- 560 - 494 o.96982 -0. 1 8043 -768 - 337 - 6l+6
-574 - 490 - 963 - 097 -775 -343 -638
-8
588 - 4At -944 - 15? ta5 350 - 629
5Z-t) u.40ua u - +)r+o u.yoYZa u - I deuo v.ot Iru u - J45)O u - v60z I )2. u
- 616 - l+81 901 - 260 - 797 -363 - 61? -1
.2 - 630 - 478 - 887 - 315 - 804 -370 - 603 .2
- 645 - 475 - 868 - 369 - 812 -376 - 595 -3
-3
- 559 - 472 '849 - 424 - 819 -383 - 5AC .4
-4
- 673 - 469 -830 - 478 - 826 -390 -
577 -5
.5
- 687 - -81 - 532 - 834 - 397 - 569 -6
466 1

-701 - 46? -791 - 586 - 841 - 403 - 56t -7


-7 15 - 459 -772 - 640 - 849 - 551 - 41C .8
- 694 856 417 - 542
/29 455 752
55 - u - u.+ r 4J u.4v4>z U-YOTJJ u. I o t qo u-of60J u - 54+a u.70)Jc JJ.
-757 449 - 713 - 803 87 1 - 431 525
1

-771 - 445 - 694 '857 -878 - 438 '51 -2


-785 - l+42 -674 - 911 - 886 - 444 - 501 -3
-799 - 438 - 655 -965 - 894 - 451 - 49t
-4
- 813 - 435 - 635 -0-19019 - 901 - 458 - 4AS .5
.5
- 827 - 432 - 615 - 073 - 909 - 465 - 480
.6 -.6
- 841 - L29 - 595 - 127 -9',t5 - 472 -47 1
.7
-855 '425 -57C -1 81 - 924 - 479 - 462 .6
-8
- 869 - 422 -))6 - 234 - 932 -
4U6 45 .,
J+. L U- U46OJ u-4]/4t, u. vof Jo u. tYz66 u-or)rJ) u-544Y5 u. v644 J+ - U

- 415 - 51e '9 -500 - 435


- a9l 342 1+7 1

- - 412 - l+96 -396 - 955 - 508 - 425 .z


_2 911
- 925 - 408 '475 -450 - 963 - 515 - 416
- 939 - 405 - l+55 - 504 -97 1 - 522 - 407
.4 -la
- 953 - 401 - 435 - 557 - 979 '529 -398
.6 -967 - 598 -11 4 - 611 - 987 -536 - 389 .6
- 981 -395 -394 - 665 -994 - 544 -379
- 995 - 391 -373 -7 18 58002 - 551 -370 .8
.8 0-
-U1U - 56I
.9 u. u)uuv -
56U 553 /72 55E
J).u U-UfU(J u.97JOf u. voSJz u. troco u. o6u1 6 u.5tr)o> u.voJ) J)-!
I.AMIT!TAN
t.tmlrlnaN l8 trt ttAl, - sl,l lt^l
"=t-q
r.arrrrraN ro tii
l-Alll!1, : Sl\-l(l l':rr:llD('l('r l(rrrv;t l(' llrlliullg 5l'l l(/\l, - ]l't l(/\!
lN(, 1 l( rN5 (I' t l(AN:!l I r( N ,t( .S
0 l) k x v L. I D.t l-.( 0
I' - UO4UJ u.4('vvu U. Y4UU) u.z)u4) u -a ( ao) +).u
1
- l+16 -985 0 -93979 100 -967 - 134 - 273 1

( - 430 '981 - 953 150 -978 - 4454 '261 -2


-3 - 443 "976 '927 - 201 '989 '454 - ?49 -3
-4 - 457 -972 -901 ' ?51 0.69000 - 464 - 237 -4
-5 '470 - 967 "875 - 302 '01 1
'l+74 - 225 .5
.6 - 484 - 963 " 849 '353 - o22 - 485 - 213 -6
-7 - 497 -958 '823 '403 -033 - 495 - 241 -7
.8 -511 - 954 796 - t+54 - o44 -505 - 189 .8
- rz4 - 9l+9 - 77N - 504 u)) 51) - 177
qo. L u-uo)56 u- 46Y4) U.vtt.t4 u-z)))) u.6vuoo v-5>>t) .u.Yt to> +o.
1
'552 -948 -717 -605 - 078 535 152 1

-2 - 565 - 936 '691 -655 - 089 -546 140 .?


.3 -579 - 931 - 664 '7 05 100 '556 '128 -3
-4 '592 - 927 - 638 -756 111 - 566 - 116 _4
.5 - 606 - 922 - 611 -806 - 122 -576 103 .5
-6 - 620 - 918 - 584 '856 - 134 '587 - 091 -6
- 633 - 913 -558 '907 145 - 597 - 079
.8 - 647 '909 '531 -957 - 156 -608 '066 _8
660 904 - 5U4 U-ZOUU/ 168 -61E -054
q( -u u.uoor4 U.46YUU U.'JC( u. zou> t v.o, I t, u - J)ozv u- )/, u+ I .ir.u
1 688 -895 - l+5O - 107 191 '639 - 029 1

-701 - 890 - 423 - 157 - ?o2 -650 -016 .2


-2
_3 - 715 -885 396 '207 '214 - 660 - OOI+ .3
-4 -728 - 881 - 369 - 257 - 225 -67 1 o -96991 -4
.5 -742 -876 - 342 - 307 - 237 -68 1
-979 -5
-755 -87 1 - 315 - 357 - 248 - 692 -96C .6
-6
.7 -768 - 866 - 288 - 407 '260 -703 - 954 -7
-8 -78? - 86? - 260 '457 '272 - 711+ -941 .8
-795 -85( 233 - 5D6 - ?E3 724 I2t
46 - L U - UOOUT u-466>Z U.YSZUO u-ao))o u-oYar) U-J]fJf u.voyt 46. L
- 822 - 847 178 - 606 - 307 746 903 1
1

- 836 '843 151 - 656 -318 '7 57 - 89t .2


'849 -838 123 -705 - 330 '7 68 -87i -3
- 863 - 834 '096 -755 - 34? '778 -865 -l+
.5 -876 - 829 - 069 '80 5 -35tt -789 - 852 .5
.6 -890 - 824 -041 '854 - 366 - 800 - 839 -6
.7 - 903 -819 -013 -904 -378 -811 - 82( -7
.8 - 9',t7 -815 o.92985 - 953 - 390 " 822 -81: .8
95U 810 - 958 v-atuu5 402 833 - 80t
4)' - U u. uov44 u.466U) U.YIYJU U.Z(U)Z u.oy4t4 u.5)d44 u -Yo( 6t
1 957 - 800 - 902 -101 426 '855 -774 .1
-970 - 796 '87 4 151 - 438 - 867 -761 .2
-2
.3 - 983 -791 - 846 -200 - 450 -878 '7 48 7

.4 - 997 -786 -818 - 250 - 163 -889 '735 .4


.5 0-0701 -782 '7 90 *
299 '475 - 900 '7 22 -5
-6 'o23 -777 -762 - 348 '487 -911 709 -6
-7 - o37 '77? -733 - 397 - l*99 - 923 - 696
.8 -050 -767 -705 - 446 - 512 -934 - 683 .8
-064 -762 -6( - 495 - 524 -945 -6 (t)

)u. U.U(UIO u - 40I ) t u -tzo4v u - l I )44 u - ov)Jo u. f )v) I u. voo>c >U. U


IAMPINAN 20 264
IABEL SS-11 Parameter kurva lengkunE SPIRAL - SPIRAL
Ts and Es for Ls=l for CURVES TRANSITIONAL THRO UGHOUT
A Ts Es A Ts Es A Ts Es
6 1 .00064 o.o17 47 38 1 -02682 o -11599 70 1 .1021 4 o .24203
7 1 .00087 0.02040 39 1 .o283? 0.11936 71 1 .1 0561 o.?4681
8 1 .00114 o.02332 40 1 -o2987 o -12275 72 1 ,10917 o.25167
9 1 .001 44 o.o?625 41 1 -o31 46 o.12617 73 1 .1 1 ?81 o.25660
10 1 .001 78 0.02918 4? 1 .03510 o.1?96? 74 1 .1 1 654 0.?616"1

11 1 .002 1 6 o -0321? 43 1 .03479 0. 1 3509 75 1 .12036 0.?6669


12 1 .oo257 0.3507 44 1 .05653 0. 1 3660 75 1 .12427 o.?7186
13 1 ,00302 0.05802 45 1 . 0583 1 0 .1 401? 77 "l .1?828 o .?77 10
14 1 .00350 0 .04098 46 1 .0401 5 o-14370 78 1 .13240 o.28?44
15 1 .00402 a.04396 47 1 .04204 0 .1 4730 79 1 .13661 o -28786

16 .00458
1 o.04693 48 .o4399
1 0 15094 80 1.14092 o.29337
17 1.00518 o -o4992 49 .04598
1 0 15460 81 1-"t4535 0. 29898
18 1 .00581 o.05?92 50 1 .04804 0 1 5831 82 1.14988 0 .30468
19 1 .00648 0.05593 51 1 .05114 0 1 6206 83 1.15453 0.31 048
20 1.00719 0.05895 52 I .05230 0 1 6544 84 1 .1 5930 o.31639

21 1 .OO794 0.06198 53 1 ,0545? 0 1 6966 85 't.15418 o.3??41


2? 1.00873 0.06502 54 1 .05680 0 17352 86 1.16919 0.32854
23 I .00955 0.06808 55 1 .o59"13 0 1774? 87 1.17433 o -33478
24 1 -01042 0.071 1 5 56 1 .061 53 0 18137 E8 1.17960 o.34115
25 1.01132 o .07 424 57 1 .06399 0 18536 89 1.18500 o .347 63

?6 1.01??6 0.07734 58 1 .o6651 0 18940 90 1 .19054 o.354?5


27 1 -01324 0.08045 59 1 .06909 0 19348 91 1 .19623 o. 36099
28 1 .01427 0.08358 60 1 .07 17 4 0 197 62 92 1 .?0207 0.36788
?9 1 .01 533 o.0E674 61 1 .07 446 0 20181 93 1 .20806 o.37 49
30 1 .O1644 0.08990 62 1 .077 24 0 ?o604 94 1 -21421 0 .58207

31 1 .01 758 0.09309 63 1 .0801 0 0 21034 95 1 .2?O52 0. 3894


3? 1 .01877 0.09630 64 1 .08302 0 21 468 96 1 .??700 0.39688
33 1 .02000 0.o9952 65 1 .08602 0 ?1908 97 1 .23366 0.40453
34 1 .021?8 o.10277 56 1 .08909 0 2?355 98 1 .24050 o .41?34
35 1 .0226 0.10604 67 1 .09?23 0 22807 99 1 .24753 0 - 42034

36 1 .02396 0.1 0933 68 1 .09546 0 23266 100 1 .25475 0 .42852


37 1 .o?537 o -11265 59 1 .0987 6 0 23731
I
26i'r
IATIPIBAN 2I
enitke Desimal
Menit Desimcrl Menil lJeslmql vlentt

16 0.256666 31 0.516667 46 0.766670


1 0.016667
17 0.283333 32 0.533333 47 0.786667
2 0.033333
18 0.300000 33 0.550000 48 0.800000
3 0.050000
0.316667 34 0.566667 49 0.816667
4 0.066667 19

20 0.333333 35 0.586666 50 0,833333


5 0.083333
21 0.350000 36 0.600000 51 0.850000
6 0.100000
22 0.366667 37 0.616667 52 0.866667
7 0.116657
23 0.383333 3B 0.633333 53 0.883333
8 0.133333
54 0.900000
I 0.149999 24 0.400000 39 0.650000

25 0.416667 40 0.666667 55 0.916667


10 0.166667
26 0.433333 41 0.683333 56 0.933333
11 0.183333
27 0.450000 42 0.700000 57 0.950000
12 0.200000
28 0.466667 43 0.716667 5B 0.966667
13 0.216667
29 0.483333 44 0.733333 59 0.983333
14 0.233333
30 0.500000 45 0.750000 60 1.000000
15 0.250000
T
U$IPINAN 22 ?G6
TABEL: Pelebaran di tikungan per-laiur (rn )

R KeceDatan Rencana . Vn ( lan/iam )


(m) 50 60 70 80 90 100 110 120
1500 0,0 0,0 0,0 oo 0,0 0,0 0,0 .0,1
1000 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2
750 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 n) 0,3 0,3
500 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 o5 0,5
400 oi 0,3 0,4 0,4 o5 0,5
300 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5
250 0,4 o5 0,5 0,6
200 0,6 0,7 0,8
150 0,7 0,8
140 0,7 0,8
130 0,7 0,8
120 0,7 0,8
110 0,7
100 0,8
90 0,8
80 1,0
70 1,0

Sumber : Tate Crre Perenclnaan Geometrik Jalan antar kota (TPGJAKlNo.D3BnlBMllgg7

TABEL: Pelebaran di tikungan per-laiut (m )


Untuk leber Jalur 2 x 3.0 m.2 arah atau I erah
R KeceDatan Rencana Vn ( km/iam )
(m) 50 60 70 80. 90 100 110
1500 ,3 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,6
1000 ,4 0,4 0,4 o{ 0,5 0,5 0,6
750 ,6 o,6 o1 0,7 0,7 0,8 0,8
500 ,8 0,9 0,9 1,0 1,0 1,1 0,1
400 ,9 0,9 1,0 1,0 1,1 1,1
300 ,9 1,0 1,0 1,1
250 ,0 1,1 1,1 1,2
200 ) 7,3 1,3 1,,4
150 ,3 1,4
140 ,3 1,4
130 ,3 1,4
1,2t) ,3 1,,4
110 ,3
100 ,4
90 ,4
80 ,6
70 7

Sumber : Tata Cara Perencanarn Geometrik Jalan antar kota (TPGJAKFNo.$E(I IB.M/1997

I(ONSTRUKSI JAI,AN
BUKU T: GEOMETRIKJAI.AN RAYA
1

LII-IIPIRAN 2:I 2G7

ci ?- O o
2
D
a
EE€
z (5 =^ tr) o-
j z EES s (o
V
(s
L_
2^ o o
Fl q
Fl EES
rrl
o (5
D.= =^ C o- o
-9s5 (o F.-
F
€\
o\
(s J^
L_
o- o
a q E-E rr) a,
*) !e
a a-

& z (6 o
A: =- C |r) o a
tr a _gqs .(f (O zd
vfrl I
j (6:2- o !o
o
V F.l
Ehs
lr) l.r, o-
c\l
O.
c! roo
rll
o
6 :
(E
=^ o- o- (3 xo
c ro- i- .,:l E'
sg
Z EES (O T\ F- c! <f) 6
E
c
J (5 ?- o 6
I
c
r- z o- ra)- o o ql 6

) EE€ C\I (\I E


o
E
!,
H
rl z (5
q o q
,q E
D: =- C N- o_
(o t\ 'xr
E Ir _gqs $
6l _x
z f-t
ir
il L_
(E ?-
6C
€s
lr, o o |r)- c'ii
66
H
il Fl EE€ N C\I (\I EF
GO
>E
E] ea
oo
t-l
|!
n (6

EES
=^ o
(O
o
F-
o-
t\ *9-
c
tr) c,
q,
U
6
3E.H
EBJ
8,gE
il € = Ar€
6
('E O
o 3o o
o : '=?=-
tr JA q
*< 8E q o P EqE
ul EN=
lr) EE
fEI
Fl
,U,
(f)
EE 3R GI Fllllll
I --=
LNIIPIBAN 24 204

-rTrT'1
*L_r*LJr,

(
il
..,lI

il
It

rii
N

16
N
2
E
I
:
t
-a
I

M q+.-- .--...,5S-,*.

Anda mungkin juga menyukai