Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

ANALISA OPTIMALISASI TEKANAN MINYAK LUMAS


TERHADAP KINERJA MESIN INDUK DI KAPAL

ALBI FEBIYANZAH
NIT: 18.42.010
TEKNIKA

PROGRAM STUDI TEKNIKA DIPLOMA IV


POLITEKNIK ILMU PELAYARAN
MAKASSAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya yang diberikan, sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dalam segi Bahasa, susunan kalimat,
maupun cara penulisanserta pembahasan materi akibat keterbatasan
penulis.
Untuk itu penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati mohon maaf bila
terdapat hal-hal yang tidak berkenan dihati, semoga proposal ini dapat
diterima bagi pembaca dan dapat dilanjutkan menjadi sumber penelitian
selanjutnya.

Makassar, juli
2020

2
penulis

DAFTAR ISI

Contents

PROPOSAL....................................................................................................1

DAFTAR ISI....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................5

A.Latar Belakang............................................................................................5

B.Perumusan Masalah....................................................................................6

C.Tujuan Penelitian.........................................................................................7

D.Manfaat Penelitian.......................................................................................7

E.Hipotesis......................................................................................................9

BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................10

A. Pengertian Pelumasan dan Fungsinya.....................................................10

3
B. Karakteristik mutu pelumas.......................................................................12

C. Bahan dasar dan bentuk bahan pelumas.................................................12

D. Sistem pelumasan....................................................................................15

E. Sifat-sifat dan kualitas minyak pelumas....................................................17

F. Klarifikasi jenis pelumas mesin.................................................................22

G. Aditif minyak pelumas..............................................................................25

H. Prinsip kerja minyak pelumas...................................................................29

I. Kerangka Pikir Penelitian.........................................................................30

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................33

A. Jenis Penelitian........................................................................................33

B. Definisi Operasional..................................................................................33

C. Tempat dan waktu penelitian...................................................................34

D. Metode pengumpulan data.......................................................................34

E. Jenis dan sumber data.............................................................................34

F. Metode analisi data...................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................37

4
5

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kapal merupakan sarana transportasi laut yang ekonomis
dibanding transportasi darat maupun udara karena kapasitas
volume muat barang yang di angkat lebih besar. Proses
pengangkutan dapat berlangsung dengan aman, cepat, dan hemat
apabila ditunjang dengan mesin kapal yang baik dan lancar dalam
pengoperasiannya. Pengoperasian kapal yang baik ini tidak lepas
dari mesin penggerak utama yang dapat bekerja dengan baik dan
lancer. Mesin penggerak utama ini dapat di pengaruhi oleh
banyaknya tekanan minyak pelumas agar dapat menunjang kinerja
mesin induk.
Adapun faktor penunjang untuk kelancaran jalannya motor
mesin induk diesel ini salah satunya adalah pelumasan, karena
kurang sempurnanya pelumasan pada mesin diesel akan
berdampak pada bagian-bagian yang bersinggungan atau
bergesekan, apabila hal ini terjadi maka akan mengakibatkan
kerusakan yang fatal sehingga akan mengganggu pengoperasian
kapal. Oleh karena itu pelumasan sangat berpengaruh terhadap
kelancaran kerja diesel generator. Berdasarkan hal tersebut peneliti
sangat tertarik pada masalah ini terutama tentang tekanan minyak
pelumas serta akibat yang akan ditimbulkan.
Untuk kelancaran kerja mesin tersebut diperlukan suatu
sistem pelumasan yang teratur dan sistematis. Hal ini sangat
diperlukan pada mesin diesel sebagai penggerak utama beserta
instalasi pendukungnya. Penggunaan minyak pelumas yang tepat
sesuai dengan putaran diesel generator akan memberi manfaat
yang besar bagi pengoperasian kapal. Yang perlu diperlukan dalam
sistem pelumasan ini adalah bagaimana menghasilkan pelumasan
yang optimal dari berbagai keadaan, baik itu dari jenis bahan
pelumas atau sistem kerja diesel generator. Bila sistem pelumasan
kurang memuaskan akan mengakibatkan kerusakan pada lapisan

5
6
minyak pelumas dan mengakibatkan keausan serta memperpendek
usia pakai diesel generator. Hal ini terjadi karena tidak ada
pelumasan yang sempurna untuk menghindari gesekan.
Minyak pelumas adalah campuran hidrokarbon ditambah zat-
zat kimia yang terpilih yang disebut zat aditif. Aditif yang stabil dapat
mencegah atau mengurangi sifat-sifat korosi dan oksidasi yang
terdapat pada minyak pelumas. Mengingat pentingnya fingsi
pelumasan pada motor diesel maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “Analisa optimalisasi tekanan minyak lumas
terhadap kinerja mesin induk di kapal“.

B. Rumusan Masalah

Dari keadaan diatas mengenai pengaruh berbagai minyak


pelumas terhadap kelancaran operasional kapal, maka
pemasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Faktor - faktor penyebab tidak optimalnya tekanan minyak
pelumas pada mesin induk?
2. Dampak apa saja yang terjadi jika tekanan minyak pelumas
pada mesin induk tidak optimal?
3. Upaya yang di lakukan untuk mengoptimalkan tekanan minyak
pelumas ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi tidak
optimalnya tekanan minyak pelumas pada mesin induk.
2. Untuk mengetahui dampak yang terjadi jika tekanan minyak
pelumas mesin induk tidak optimal.
3. Untuk mengetahui tentang upaya yang dilakukan untuk
mengoptimalkan tekanan minyak pelumas.

6
7

D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan nantinya dapat
memberikan tambahan wawasan yang berguna bagi :

1. Bagi diri sendiri menambah pengetahuan tentang permesinan


pada umumnya dan tentang pelumasan mesin pada
khususnya.
2. Bagi lembaga pendidikan
Menambah informasi tentang bagian plumasan permesinan
dan dapat berguna untuk merancang program pendidikan.

3. Bagi perusahaan pelayaran


Menambah informasi tentang bagian pelumasan permesinan
dan dapat menjadi masukan bagi perwira kapal.
4. Bagi taruna prola
Menambah pengetahuan untuk persiapan melaksanakan proyek
prola.

E. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka
dugaan sementara dari permasalahan tersebut adalah :
1. Berkurangnya volume minyak pelumas.
2. Minyak peluas memiliki viskositas yang terlalu tinggi.
3. Terjadinya keausan pada as pompa.

7
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pelumasan dan Fungsinya


Menurut Siskayanti, Rini Kosim, Muhammad Engkos ( (2018)
pelumas adalah zat kimia yang umumnya berupa cairan yang diberikan di
antara dua benda bergerak dengan tujuan untuk mengurangi gaya gesek.
Sedangkan pelumasan adalah tindakan menempatkan pelumas antara
permukaan yang saling bergeser untuk mengurangi keausan dan friksi.
Kebutuhan pelumas di Indonesia saat ini terus meningkat seiring dengan
berkembangnya teknologi kendaraan bermotor serta mesin-mesin industri.
Salah satu penggunaan pelumas paling utama adalah pelumas mesin
yang dipakai pada mesin pembakaran dalam (internal combustion).
Minyak pelumas mesin atau yang lebih dikenal sebagai oli mesin
banyak ragam dan macamnya. Bergantung pada jenis penggunaan mesin
itu sendiri yang membutuhkan oli yang tepat untuk menambah atau
mengawetkan usia pakai (life time) mesin. Keadaan optimum pelumasan
logam dapat dicapai jika permukaan logam yang bersentuhan dilapisi
secara sempurna oleh minyak pelumas, guna mendapatkan minyak
pelumas yang sempurna. Karakteristik dan jenis oli yang digunakan harus
diperhatikan.
Pelumas mesin yang banyak beredar di pasaran saat ini secara
komersial adalah jenis pelumas dengan bahan dasar minyak mineral dan
minyak sintetis. Pelumas berbahan dasar minyak mineral berasal dari
minyak mentah yang biasanya terdiri dari senyawa parafin, naftalena, dan
aromatik. Minyak mineral ini memiliki sifat tidak berwarna, transparan,
tidak berbau, dan tersusun dari campuran senyawa organik sederhana.
Kelebihan dari minyak pelumas berbahan dasar mineral adalah memiliki
sifat fisik dan kimia yang mudah dikontrol, harganya murah dibandingkan
minyak pelumas berbahan dasar sintetis, mudah dicampur dengan bahan
aditif untuk menambah kualitas pelumas.
Minyak pelumas berbahan sintetis merupakan minyak pelumas yang
biasanya ditambah dengan senyawa kimia tertentu yang tidak ada dalam
minyak mineral. Senyawa kimia yang molekulnya dirancang sesuai

8
dengan molekul minyak mineral, dan biasanya ditambah dengan zat aditif
yang tujuannya meningkatkan kualitas pelumas. Kelebihan minyak
pelumas sintetis ini yaitu kestabilannya terhadap suhu tinggi dan oksidasi
cukup tinggi. Jangka waktu penggunaan cukup lama, memiliki sifat
penguapan yang rendah, dan meningkatkan kinerja berbagai mesin cukup
tinggi. Semakin banyaknya jenis pelumas saat ini, tentu membuat
konsumen dihadapkan pada berbagai pilihan pelumas, karena pada
umumnya produsen pelumas mengklaim pelumas mereka yang paling
baik.

Menurut Purjiyono, Ningrum Astriawati, Prasetya Sigit s ( (2004)


tujuan dari pelumasan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Menahan beban mesin, sehingga disini untuk mengantisipasi urusan
bearing karena kontaknya poros dengan bearing.
2. Mengendalika terjadinya getaran, jadi disini mempunyai aspek yaitu
menjaga kelemahan bahan karena beban-beban ekstra yaitu dari
getaran-getaran mesin.
3. Mencegah terjadinya korosi, disini korosi oleh uap air
4. Meredusir terjadinya noise
5. Mempertahankan koefisient gesek
6. Mengendalikan terjadinya panas.
7. Mengendalikan terhadap keausan bagian-bagian karena abrasi.
Tujuan tersebut diatas mengisyaratkan beberapa sifat spesifik dari
bahan pelumas. Oleh karena kondisi pada mesin induk sangat berbeda
dari tempat ke tempat serta persyaratan yang dikenakan tidak sama
seluruhnya. Maka untuk menghasilkan kerja yang optimal akan diperlukan
berbagai jenis bahan pelumas. Untuk itu diperlukan berbagai sistem
pelumas sehingga mengakibatkan instalasi yang mahal dan kompleks.
Oleh karena itu jumlah bahan pelumas dibatasi sebanyak mungkin, baik
kualitas maupun memenuhi persyaratan yang tinggi.

B. Karakteristik Mutu Pelumas


Menurut Siskayanti, Rini Kosim, Muhammad Engkos ( (2018) Oli
atau minyak pelumas memiliki ciri-ciri fisik antara lain:
1.Viskositas
Viskositas atau kekentalan suatu minyakpelumas adalah pengukuran dari
mengalirnya bahan cair dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran
standar untuk mengalir, berarti makin tinggi viskositasnya, begitu pula

9
sebaliknya. Indeks viskositas Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan
ketahanan kekentalan minyak pelumas terhadap perubahan suhu. Makin
tinggi angka indeks minyak pelumas, makin kecil perubahan viskositas-
nya pada penurunan atau kenaikan suhu.
Nilai indeks viskositasini terbagi dalam 3 golongan, yaitu:
• High Viscosity Index (HVI) di atas 80.
• Medium Viscosity Index (MVI) 40–80.
• Low Viscosity Index (LVI) di bawah 40.

C. Bahan dasar dan bentuk bahan pelumas


Menurut Mustain, Iing Hidayat, Taufik Abdurohman ( (2019) sejak
dahulu sampai sekarang bahan minyak pelumas beraneka ragam
jenisnya, semuanya tergantung dari bahan yang tersedia dan mudah
diperoleh. Seperti halnya pada minyak pelumas untuk mesin diesel, diolah
dari minyak bumi sehingga akan terdiri dari zat C-H. Zat tersebut memiliki
struktur yang beraneka ragam dan sangat menentukan sifat-sifat dari
berbagai miyak pelumas.
Pada umumnya pengolahan minyak bumi mengandung bahan
aromat yang tidak stabil dan akan beroksidasi dengan cepat antara zat
asam dengan udara. Sedangkan produk oksidasi zat asam akan
meningkatkan viskositas minyak pelumas dan menyerang bagian mesin
secara korosif. Oleh karena itu aroma yang dikeluarkan dari struktur yang
terdapat dalam minyak bumi dengan bantuan suatu zat pelarut. Selain
juga bagian-bagian yang mengandung lilin yang dapat menjadi keras bila
didinginkan dan yang mengakibatkan pembuntuan dikeluarkan dari
minyak. Adakalanya berbagai distifat dicampur untuk mendapatkan
kekentalan atau viskositas yang diiginkan serta menambah zat kimia
tertentu pada minyak pelumas bila diinginkan, untuk memperkuat ataupun
memperlemah beberapa sifat tertentu atau menghasilkan sifat baru secara
lengkap.
1. Jenis-jenis minyak lumas pada mesin induk
a) Oli Cylinder M/E Medripal 440/SAE 40.
b)Oli System M/E Medripal 312/SAE 30.
2. Penggolongan bahan minyak lumas
a) Minyak lumas cair
Jenis yang banyak terdapat dan sering digunakan adannya minyak
lumas mineralyang disuling dari minyak bumi dan dimurnikan.
10
Penggunaannya untuk melumasi bagianbagian yang bergerak
seperti poros engkol, silinder dan lainnya. Minyak lumas setengah
padat Yang paling popular adalah lemak yang dihasilkan oleh
penambahan sabun kalsium atau sabun soda ke minyak lumas.
Dipakai untuk melumasi bagian-bagian yang bergerak lambat dan
cepat, seperti transmisi, poros engkol.
b) Minyak lumas padat
Grafik berbentuk serbuk dan digunakan sebagai campuran dengan
lemak atau minyak lumas. Dipakai untuk melumasi bagian-bagian
yang bersuhu tinggi.
3. Sifat-sifat minyak lumas
a) Setiap minyak lumas mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Sifat
yang perlu di tetapkan adalah: Viscositas
b) Keminyakan
c) Residu karbon
d) Titik beku
e) Titik nyala
f) Keadaan air dan sedimen
g) Angka kenetralan dan keasaman
h) Angka pengendapan
i) Berat jenis
j) Warna
4. Syarat minyak lumas
Mengingat factor penyebabnya dan kerugian-kerugian yang terjadi
akibat kerusakan minyak lumas, maka minyak lumas harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
a) Mempunyai viskositas yang cocok untuk rongga, putaran dan
beban bidang yang dilumasi, untuk rongga dan beban yang besar
viskositasnya harus tinggi, dan putaran tinggi viskositasnya harus
rendah.
b) Mempunyai tenaga lengket yang besar tehadap bidang minyak
lumas.
c) Mempunyai kekuatan lapisan besar, agar kontak dalam logam
dapat dihindarkan.
d) Bersifat anti karat.
e) Mempunyai titik alir yang rendah, agar tetap mengalir walaupun
suhu kerja rendah terutama pada waktu star.
11
f) Mempunyai kelelahan terhadap pembentukan endapan partikel
tertentu, dalam air, udara, bahan bakar dan gas hasil pembakaran.
g) Mempunyai kesanggupan untuk mencuci dan menghanyutkan
partikel-partikel kecil tanpa menimbulkam pengelompokan atau
endapan.
h) Bersifat menolak kotoran dalam silinder.
i) Tidak berbusa, stabil dan memiliki titik nyala yang tinggi
j) Tidak beracun, tidak menimbulkan karat

D. Sistem pelumasan
Menurut Prasetya Sigit s ((2008, p.145) Sistem pelumasan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu sistem splash dan sistem tekan. Sistem splash
atau dalam bahasa yang dikenal adalah sistem cawuk,dipergunakan pada
motor diesel berukuran kecil. sedangkan sistem tekan dipergunakan pada
motordiesel berukuran besar. sistem tekan dibedakan menjadi empat
macam yaitu sistem full flow, sistemshunt, sistem sump filtering, dan sistem
by pass filtering.
Adapun macam-macam sistem pelumasan sebagai berikut:
1. Sistem pelumasan model full flow
Sistem pelumasan model Full Flow, dapat memfilter minyak
pelumas ke saringan sebelummasuk ke dalam sistem. Sistem
pelumasan ini menyaring dan mendinginkan oli pelumas sebelum
masuk kedalam sistem pelumasan komponen motor diesel. Minyak
pelumas dari karter di hisap oleh pompa oli dan dikirim seluruhnya ke
filter full flow. Sesudah disaring pelumas dikirim masuk ke dalam
pendingin oli(oil cooler). Seluruh pelumas masuk ke dalam filter
danpendingin oli sebelum ke pemakaian, sehingga sistem pelumasan
ini disebut sebagai sistempelumasan model full flow.
2. Sistem pelumasan model shunt
Sistem ini hampir sama dengan sistem sebelumnya,
perbedaanya kalau pada model full flow oil pelumas masuk seluruhnya
ke filter, kalau model shunt hanya sebagian atau filter dan pendinginoli di
hubungkan secara pararel. memang hubungan ke pendingin oli harus
memuka katup relief,namun katup tersebut terbuka dengan tekanan yang
rendah yaitu 16 psi, sehingga mudah untukdibuka oleh tekanan oli dari
pompa oli. model ini hanya memfilter sebagian oli pelumas. Oli pelumas
dari pompa oli sebagian masuk ke filter oli, dan sebagian langsung ke
pendinginoli setelah membuka katup relief, setelah melalui filter oli
bergabung dengan yang langsung kependingin oli.

12
Namun saat filter tersumbat, maka seluruh oli akan masuk k edalam
pendingin oli dansaat pendingin oli juga tersumbat. Oli akan membuka
katup relief satunya lagi dan langsung ke sistem pelumasan.
3. Sistem pelumasan sump filtering
Sistem pelumasan model sump filtering dipergunakan untuk motor
diesel berukuran besar,dimana penampung oli tidak di karter seperti pada
motor diesel yang kecil, tetapi diluar unit motordiesel itu sendiri.Semua
komponen sistem pelumasan ada diluar unit motor diesel itusendiri,
termasuk tangki penampung persediaan oli pelumas. sistem ini
memudahkan operator mengidentifikasi kondisi oli pelumas. apabila
sudah terlihat kotor , maka operator dengan mudah untuk
menggantikanya tanpa harus menghentikan operasional motor diesel.
4. Sistem pelumasan model by Pass Filtering
Sistem pelumasan ini disebut dengan model by pass filtering
karena pelumas dari pompa oli,sebagian ke sistem, sementara sebagian
lagi kembali ke tangki melalui saluran by pass dan filter oli.asumsi yang
dipergunakan adalah dalam waktunya seluruh kotoran oli akan melewati
filter.
Gambar 2.1 LO System main engine

Sumber : www.pelaut.xyz/2017/11/lo-system-main-engine.html

Kotoran dalam minyak lumas akan dibersihkan oleh purifier :


Minyak lumas didalam sumptank di isap oleh Lo.purifier pump dan
dipanaskan oleh Lo.heater untuk dipanaskan sebelum dibersihkan oleh
purifier.Setelah minyak lumas dibersihkan oleh purifier akan dikembalikan
lagi ke sumptank dalam keadaan bersih.
13
PERAWATAN MINYAK LUMAS DALAM SYSTEM :
Minyak Pelumas dalam system harus dijaga:
a) Jumlah/volumenya,jika sewaktu jaga ternyata kurang agar segera
ditambah.
b) Viskositas/kekentalan,apabila sudah terlalu encer/jam kerjanya
sudah habis agar segera diganti yang baru.
c) Jangan sampai tercampur dengan air tawar/air laut ataupun oleh
bahan-bakar

E. Sifat-sifat dan kualitas minyak pelumas


Menurut A. Einstein ((2019) sifat-sifat dan kualitas minyak pelumas
terbagi atas :
1. Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan
besar kecilnya gesekan dalam fluida. Nilai kekentalan minyak pelumas
merupakan kemampuan minyak pelumas dalam memberikan ketahanan
terhadap gerakan relative dari bagianbagiannya. Semakin besar
viskositas fluida, maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga
menunjukkan semakin sulit suatu benda bergerak didalam fluida tersebut.
Didalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul
zat cair sehingga menyebabkan adanya tegangan geser antara molekul-
molekul yang bergerak. Zat cair ideal tidak memiliki kekentalan. Dalam
penelitian ini, karakterisasi minyak pelumas dengan metode spektroskopi
FTIR dan Viscometer dengan variasi dari aditif CNR-g-MA. Analisis
utama dari FTIR untuk memberikan informasi apakah perubahan
intensitas penyerapan dan ikatan kelompok pada masing-masing sampel.
2. Warna
Warna pada minyak pelumas biasanya sebagai tanda pengenal
saja. Dari warnanya minyak pelumas dapat mulai dari warna yang terang
sampai warna yang gelap. Keberadaan warna terang ataupun gelap
disebabkan karena fraksi-fraksi titik didih. Makin tinggi titik didih minyak
pelumas, maka warna semakin gelap. Hal ini disebabkan warna gelap
alamiah dari ikatan fraksi berat seperti Heavy Oil dan lain-lain. Viskositas
tidak terpengaruh oleh warna minyak pelumas tapi Seringkali kita melihat
warna minyak pelumas ada yang berwarna kuning, merah dan biru.
Warna tersebut disebabkan karenarefleksi sinar,
14
beberapa minyak pelumas yang berwarna hijau biasanya menunjukkan
jenis minyak paraffin yang merupakan ikatan hidrokarbon yang
mempunyai rumus bangun lurus dan bercabang. Minyak pelumas yang
berwarna biru biasanya adalah jenis minyak pelumas haflenik yang
merupakan ikatan hidrokarbonnya suatu rangkaian tertutup.
3. Titik nyala
Titik nyala pada minyak pelumas adalah suhu terendah dimana
minyak dipanasi dengan peralatan standar sehingga menghasilkan uap
yang dapat dinyalakan dalam pencampuran dengan udara. Tujuan
mengetahui titik nyala suatu produk minyak pelumas adalah untuk
mengetahui kondisi maksimum yang dapat dihadapi minyak pelumas
tersebut. Titik nyala merupakan sifat fisika yang sangat penting yang
harus diketahui dari produk hasil minyak bumi, baik itu minyak pelumas
atau bahan bakar yang lain. Apabila diketahui titik nyala suatu produk
minyak pelumas, maka akan dapat menerapkan produk tersebut
dengan tepat, hal ini memberikan perlindungan mesin dan memberikan
keamanan pada orang yang memakainya.
4. Oksidasi

Yang disebut dengan istilah oksidasi adalah suatu reaksi kimia


yang terjadi antara oksigen dari udara dengan hidrokarbon dari minyak
pelumas. Minyak pelumas untuk motor diesel atau mesin induk akan
berhubungan erat dengan zat asam dari udara. Bila karen hal tersebut
minyak pelumas akan beroksidasi, maka akan terbentuk produk cairan
kental asam yang menyumbat saringan dan menyerang bagian motor.
Selain stabilitas terhadap oksidasi dapat ditingkatkan dengan
mengeluarkan ikatan yang mudah dioksidasi sewaktu rafinasi atau
penyarigan, maka tahanan terhadap oksidasi dapat ditingkatkan secara
extra dengan memberikan zat tambahan.
Biasanya oksidasi terjadi pada minyak pelumas berlangsung
sangat lambat, dibawah kondisi ruangan tetapi akan dipercepat bila
suhu naik sampai 200°F keatas. Adapun hal yang mempengaruhi
terjadinya oksidasi adalah lingkungan yang lembab, makin lembab
udara makin besar kemungkinan terjadinya oksidasi karena makin
besar kandungan oksigen.

15
5. Kandungan air
Air pada dasarnya sangat sedikit dapat menguraikan dan
melarutkan dalam minyak pelumas pada suhu yang normal. Bahwa
dengan adanya air di dalam minyak pelumas sangat tidak diharapkan,
apabila ada air dalam minyak pelumas akan berakibat besar korosi
yang terjadi pada metal yang didinginkan serta menyebabkan rusaknya
mesin
6. Detergen
Pada pembakaran dengan bahan sebuah silinder motor diesel
atau induk terbentuk produk pembakaran yang sebagian berbentuk
padat dan dapat mengendap di bagian mesin, khususnya pada torak,
pegas torak dan alur pegas. Nilai tersebut dapat mengakibatkan terikat
erat pegas dalam alur juga akan menyumbatnya, misalnya pintu masuk
pada motor 2 tak tertutup sebagian oleh endapan produk tersebut.
Dengan menambahkan detergen, maka endapan yang melekat tersebut
dapat dilepaskan dan ikut terbawa oleh minyak pelumas.
7. Titik beku
Hal ini diartikan suhu yang mengakibatkan minyak pelumas
menjadi beku artinya menjadi padat. Semakin banyak paraffin yang
dikandung dalam minyak pelumas semakin tinggi pula titik beku. Untuk
minyak pelumas yang digunakan pada motor induk dan motor bantu,
titik beku tersebut tidak menjadi masalah.
8. Dispersan
Zat ini mempunyai tugas untuk membagi produk pembakaran yang
padat ke seluruh persediaan minyak pelumas dalam bentuk yang halus
dan melayang. Dengan demikian maka pengendapan zat dapat
dicegah. Dispersan tersebut pada umunya dapat dipergunakan dalam
berbagai kombinasi dengan detergen. Sifat “detergen/dispersan” suatu
minyak pelumas sangat penting untuk pelumasan silinder, dan juga
untuk pelumasan pada motor torak trank yang menggunakan minyak
yang sama untuk pelumasan silinder dan pelumasan penata geraknya.
9. Zat Penahan keausan
Pada mesin diesel atau mesin induk adakalanya tidak dapat
dicegah hubungan langsung antara dua buah permukaan yang saling
bergerak atau terhadap yang lain. Sehingga lapisan pelumas antara
16
kedua permukaan tersebut akan terputus. Dalam hal pelumasan batas
tersebut, maka penting sekali bahwa metal dari kedua permukaan tidak
dapat melekat, dan dengan cepat dapat melepaskan diri sehingga
terbentuk keausan. Zat penahan keausan, sering merupakan ikatan dari
zat belerang dan zat fosfor, membentuk suatu lapisan pelindung pada
bagian yang dilumasi sehingga tidak saling melekat, dan dapat dicegah
“sifat extreme pressure (EP)”. Hal ini sangat baik untuk minyak pelumas
silinder dan adakalanya untuk penata gerak pada motor torak beban
tinggi.

F. Klarifikasi jenis pelumas mesin

Menurut Muhammad, Fadhil Burhannudin ( (2015) kekentalan


menunjukkan ketebalan atau kemampuan untuk menahan aliran suatu
cairan (umumnya disebut weight viscosity). Minyak pelumas cenderung
menjadi encer dan mudah mengalir ketika panas dan cenderung menjadi
kental dan tidak mudah mengalir ketika dingin. Tapi masing-masing
kecenderungan tersebut tidak sama untuk semua minyak pelumas. Ada
tingkatan permulaan besar (kental) dan ada pula yang encer (tingkat
kekentalannya rendah). Kekentalan atau berat dari minyak pelumas
dinyatakan oleh angka yang disebut indek kekentalan (menunjukkan
kekentalan). Indeknya rendah minyak pelumas encer, indeknya tinggi
minyak pelumas kental. Mutu pelumas pada dasarnya tidak dapat hanya
dilihat dari penentuan fisik kimia saja, tetapi lebih pada kinerjanya dalam
mesin atau peralatan yang ditunjukkan oleh hasil uji mesin (engine test),
yang kemudian diterjemahkan dalam suatu performance level .
klasifikasi pelumas meliputi :
1. Pelumas padat mem iliki kemampuan menahan beban yang sangat
baik dan Kemampuan pada putaran 700-3000 rpm yang cukup baik
namun kedua sifat tersebut hanya sementara. Berdasarkan kerangka
berfikir sebelumnya, Hal ini dikarenakan pelumas padat yang bersifat
mudah hilang pada permukaan yang dilapisinya. Pada pelumas padat
tidak terdapatnya proses sirkulasi terlebih proses penyaringan (karena
penyaringan terletak pada sistem siskulasi). Tidak adanya proses
sirkulasi, menyebabkan tidak terjadinya proses pendinginan oleh
pelumas, akibatnya komponen pada mesin akan cepat aus.

17
2. Pelumas Semi Padat Pada pelumas semi padat, kemampuan
menahan beban sangat baik, kemampuan pada putaran 700-3000 rpm
yang kurang baik serta tidak adanya proses penyaringan. Kemampuan
pelumas semi padat pada putaran 700-3000 rpm kurang baik
dikarenakan pada studi kasus ini, gearbox yang diterapkan adalah
gearbox tertutup, sehingga suhu pada lingkungan kerja akan
bertambah, sedangkan kelemahan pada pelumas semi padat yang
didapat dari tabel 1 adalah tidak mampu menghilangkan panas atau
kemampuan menghilangkan panas yang buruk, sehingga jika suhu
gearbox tinggi, akan menyebabkan gearbox mengalami pemuaian dan
pemuaian yang tidak disertai pendinginan (kontrol suhu) akan
menyebabkan kerusakan pada gearbox. Pelumas semi pada tidak
dapat dilakukan proses sirkulasi, penyaringan dan pendinginan
dikarenakan memiliki viskositas yang sangat tinggi.
3. Pelumas Cair Pada pelumas cair, kemampuan menahan beban cukup
baik dan kemampuan pada putaran 700-3000 rpm yang sangat baik.
Hal ini dikarenakan pelumas cair dapat melapisi bagian bagian yang
tidak dapat dijangkau oleh pelumas tipe lain karena viskositasnya
rendah. Pelumas cair memiliki viskositas rendah, sehingga dapat
dilakukan proses sirkulasi dan penyaringan, dengan adanya proses
sirkulasi, maka pelumas cair dapat melakukan proses pendinginan
pada mesin.
4. Pelumas Gas Pada pelumas gas, kemampuan menahan beban dan
kemampuan pada putaran 700-3000 rpm tidak layak, namun dapat
dilakukan proses sirkulasi, penyaringan, dan pendinginan.
Kemampuan menahan beban dan kemampuan pada putaran 700-
3000 rpm kurang layak pada pelumas gas.

Lembaga independen yang memberikan standar kualifikasi mutu /


kinerja minyak pelumas adalah sebagi berikut :
a) SAE (Society of Automotive Engineer)
Minyak pelumas yang menggunakan skala viskositas
(kekentalan) maka disahkan oleh SAE (Society of Automotive
Engineer). SAE mirip organisasi standarisasi seperti ISO, DIN , JIS
dan organisasi standarisasi lainnya dimana SAE mengkhususkan diri
di bidang otomotif. Lembaga ini memuat klasifikasi pelumas mesin
18
menurut tingkat kekentalan (viskositas) pada temperatur 100°C dan
temperatur rendah di bawah 0°C. Beberapa pabrikan kendaraan
menentukan persyaratan minimal bagi kekentalan pelumas mesin
yang digunakan.
b) API (American Petrolium Institute)
Engine Service Classification System API (American Petrolium
Institute) mengklasifikasikan pelumas mesin berdasarkan kinerjanya
pada beberapa mesin tertentu yang beroperasi pada kondisi yang
dibuat sebagai simulasi kondisi kerja yang sangat berat di lapangan.
Klasifikasi kinerja API mencakup pelumas mesin bensin, pelumas
mesin diesel dan pelumas roda gigi kendaraan. API bertugas
mengkoordinasi penggunaan sistem tersebut di industri minyak.

G. Aditif minyak pelumas


Menurut A.Einstein ( (2019) Kemampuan pelumas juga sangat
dipengaruhi oleh komponen aditif (untuk minyak pelumas jenis anti aus,
jumlah yang direkomendasikan adalah 1%. Aditif yang ditambahkan
berfungsi untuk mengurangi gesekan dan keausan, meningkatkan
viskositas, indeks viskositas, ketahanan terhadap korosi dan oksidasi,
serta kontaminasi melaporkan bahwa aditif dapat meningkatkan fungsi
pelumas, diantaranya sebagai antioksidan, detergen, ketahanan terhadap
tekanan tinggi (EP), dan anti-aus (AW) .
1. Zat aditif yang ditambahkan pada minyak dasar (lube base oil) harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Dapat larut dalam minyak dasar (lube base oil)
b) Stabil dalam waktu yang lama
c) Dapat bercampur dengan aditif lainnya
2. Berdasarkan fungsinya zat aditif dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a) Bahan aditif yang berfungsi untuk meningkatkan karakteristik
kimia.
Contohnya : anti oksida, anti korosi, anti keausan.
b) Bahan aditif yang berfungsi untuk meningkatkan karakteristik
fisika.
Contohnya : penurun titik tuang, indeks viskositas, anti busa

19
H. Prinsip kerja minyak pelumas
Menurut Ling Mustain,((2019), Motor Diesel Kapal, minyak pelumas
yang terdapat pada bagian benda yang saling bergesekan akan
membentuk lapisan minyak yang berfungsi memisahkan bagian benda
yang saling bergesekan tersebut dibedakan beberapa bentuk prinsip kerja
pelumasan sebagai berikut :
1. Pelumasan Hidrodinamis

Pelumasan hidrodinamis atau pelumasan lapis sempurna yang


memisahkan dua buah permukaan yang saling bergerak satu
terhadap yang lain, secara sempurna melalui sebuah lapisan pelumas.
Poros harus ditumpu oleh lapisan pelumas tersebut, tekanan yang
diperlukan untuk tujuan tersebut dihasilkan oleh gerakan poros dalam
bantalan.
2. Pelumasan Hidrostatis
Yang mengakibatkan adanya sebuah lapisan pelumas tak
terputus diantara permukaan dengan tekanan dalam lapisan pelumas
yang dihasilkan dengan menekan pelumas diantara permukaan
dengan tekanan dalam lapisan pelumas yang dihasilkan dengan
menekan bahan pelumas diantara kedua permukaan.
3. Pelumasan Batas
Pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk tetap
menyelenggarakan sebuah lapisan pelumas yang tidak terputus. Oleh
karena itu terjadi hubungan antara metal dan metal, maka gesekan
dan pembentukan panas akan lebih besar dibandingkan.
Perawatan terhadap pelumasan motor diesel :
1. Bak minyak pelumas
Bukalah bak minyak pelumas setiap 500 jam dan bersihkanlah
bak tersebut. Dan saringan isap dari pompa minyak pelumas dengan
mempergunakan minyak ringan atau minyak cuci.
2. Saringan minyak pelumas
Pada waktu mengganti kertas saringan minyak pelumas
cucilah rumah saringan (filter) sebersih-bersihnya dengan
menggunakan minyak ringan atau minyak cuci sementara ini
periksalah keadaan kertas saringan yang lama dan minyak
pelumasnya. Apabila terlihat adanya kotoran, serbuk logam berwarna

20
putih atau tembaga, maka hal itu menunjukkan terjadinya keausan
pada bantalan-bantalannya. Kalau sekiranya sudah parah, segera
lakukan tindakan perbaikannya.
3. Tekanan minyak pelumas

Menurut Iing Mustain1,Taufik Hidayat2,Abdurohman ( (2019)


Kalau tekanan minyak pelumas tidak dapat mencapai bilangan yang di
syaratkan oleh pabrik pembuatnya, matikanlah mesin dan lakukan
pemeriksaan. Upaya Pelumasan untuk mendapatkan tekanan yang
diharapkan Tekanan dari minyak lumas harus mencapai tekanan
5kg/cm atau yang telah ditentukan. Apabila tekanan minyak lumas
berkurang maka akan mengakibatkan minyak lumas tidak dapat
mencapai bagian-bagian yang kecil (cela-cela) yang memerlukan
pelumasan karena salah satu fungsi dari minyak lumas yaitu harus
dapat memberikan suatu lapisan minyak (flim) antara dua permukaan
yang bergesekan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kurangnya
tekanan minyak lumas adalah dengan memeriksa saluran-saluran
minyak lumas jangan sampai ada kebocoran pada saluran tersebut
karena dapat menurunkan tekanan dan minyak lumas akan terbuang.

I. Kerangka Pikir Penelitian


Dalam hal ini penulis akan memaparkan beberapa kerangka pikiran
secara kronologis dalam menjawab atau menyelesaikan pokok
permasalahan yang telah dibuat, adalah sebagai berikut :
1. Turunnya tekanan pada minyak pelumas, hal ini disebabkan karena :
a) Carter atau sumptank kekurangan minyak pelumas.
b) Filter/saringan oli kotor.
c) Kekentalan minyak pelumas terlalu tinggi.
d) Udara yang ikut terhisap oleh pompa.
e) Pipa minyak pelumas rusak, bocor, atau longgar sambungannya.
2. Turunnya tekanan minyak pelumas tersebut akan berpengaruh pada :
a) Mesin akan panas
b) Adanya gesekan antara torak dengan silinder liner
c) Adanya gesekan pada main bearing, crankpin bearing
d) Suara mesin induk terdengar berisik / kasar
e) Daya mesin induk menurun

21
3. Agar sistem pelumasan dapat berjalan dengan baik, upaya-upaya
yang harus diperhatikan adalah :
a) Pastikan minyak pelumas didalam carter mesin masih cukup,
dapat diketahui melalui pipa sounding.
b) Saringan oli harus dalam keadaan bersih.
c) Perhatikan dalam pengaturan temperatur secara manual,
pastikan suhunya disesuaikan.
d) Pastikan baut pada pipa isap, pipa tekan, maupun pada pompa
kencang, agar udara tidak terhisap masuk.
e) Periksalah apakah packing dari pipa tersebut sudah jelek atau
belum, sehingga mengakibatkan udara dapat terhisap.

22
kerangka pikir penelitian dapat dilihat dibawah ini :

Analisa optimalisasi tekanan minyak lumas


terhadap kinerja mesin induk di kapal

Faktor penyebab

Berkurangnya volume
Terjadinya keausan pada
minyak lumas pada Main
As. Pompa
Engine

Analisis

pembahasan

Kesimpulan / saran

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini metode yg digunakan adalah menggunakan metode
deskriptif yaitu data yang diperoleh melalui suatu penjelasan tidak berbentuk angka
dan bilangan, melainkan dalam bentuk kualitatif. Sehingga menghasilkan suatu
penggambaran dengan tujuan memberikan gambaran yang jelas.

B. Definisi Operasional
Perawatan terhadap pelumasan motor diesel :
1. Bak minyak pelumas
Bak minyak pelumas setiap 500 jam dan bersihkanlah bak
tersebut. Dan saringan isap dari pompa minyak pelumas dengan
mempergunakan minyak ringan atau minyak cuci.
2. Saringan minyak pelumas
Pada waktu mengganti kertas saringan minyak pelumas cucilah
rumah saringan (filter) sebersih-bersihnya dengan menggunakan
minyak ringan atau minyak cuci sementara ini periksalah keadaan
kertas saringan yang lama dan minyak pelumasnya. Apabila terlihat
adanya kotoran, serbuk logam berwarna putih atau tembaga, maka
hal itu menunjukkan terjadinya keausan pada bantalan-bantalannya.
Kalau sekiranya sudah parah, segera lakukan tindakan
perbaikannya.

C. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilaksankan selama kurang lebih 12 bulan ketika penulis
melaksanakan praktek laut sebgai kadet mesin.

D. Metode pengumpulan data


Data dan informasi yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini
dikumpulkan melalui :
1. Metode lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara mengadakan peninjauan langsung terhadap objek yang
diteliti, data dan informasi dikumpulkan melalui :
a. Observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap objek yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu
melaksanakan praktek laut.
24
b. Tanya jawab yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung
dengan para perwira yang ada ketika melaksanakan praktek laut di
kapal.
2. Tinjauan pustaka ( library research), selain penelitian diatas kapal
penulis juga melakukan penelitian dengan cara membaca dan
mempelajari buku buku yang berhubungan dengan masalah yang
akan dibahas supaya memperoleh landasan teori dalam membahas
masalah yang akan diteliti.

E. Jenis dan sumber data


Sehubungan dengan penelitian ini, maka dibutuhkan sumber data
dalam menunjang pembahasan ini adalah :
1. Data primer
merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung,
yaitu dengan pengamatan dan mencatat secara langsung ditempat
penelitian tepat saat melakukan praktek laut.
2. Data sekunder
Merupakan data pelengkap untuk data primer yang didapat dari
berbagai sumber misalnya kepustakaan, buku buku bahan kuliah dan
data data yang bias taruna peroleh dari perusahaan serta semua yang
berhubungan dengan penelitian ini.

F. Metode analisi data


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif
dimana kegiatan yang dilakukan dengan memulai langkah mengamati objek
yang diteliti dan mencatat data data yang menunjang sewaktu melaksankan
praktek laut, kemudian menganalisa objekn tersebut untuk dipaparkan
secara rinci data yang diperoleh dengan tujuan untuk memberikan informasi
mengenai perencanaan terhadap masalah yang timbul berhubungan
dengan materi pembahasan skripsi ini.

25
Tabel Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tahun 2020

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pengumpulan data buku


refrensi

2 Membahas judul

3 Pemilihan judul dan


bimbingan penetapan
judul

4 Seminar Prposal

26
DAFTAR PUSTAKA

Einstein,A.(2019).EINSTEIN(e-Journal).
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einsten/article/download/13636/1149
3 p-ISSN : 2338 – 1981

Muhammad, F. B., Mesin, J. T., Teknik, F., Brawijaya, U., Mayjend, J., & No, H.
(2015). Pada Studi Kasus Pelumasan Pada Gearbox Sepeda Motor. 6(2), 137–
146.
https://media.neliti.com/media/publications/127923-ID-analisis-perbandingan-
tipe-pelumas-berda.pdf ISSN 2477-6041

Mustain1, I., Hidayat2, T., & Abdurohman3. (2019). Metode Perawatan Sistem
Pelumasan Untuk Menunjang Kinerja Motor. I(1), 19–26. p-ISSN 2684-9135

Purjiyono, Ningrum Astriawati, P. S. s. (2019). Perawatan Sistem Pelumasan Mesin


Utama Pada Kapal Km. Mutiara Sentosa II. Teknovasi, 06, 74–80.
https://www.ejurnal.plm.ac.id/index.php/Teknovasi/article/download/272/pdf
ISSN : 2540-8389

Siskayanti, R. (2015). Perbandingan Kinerja Pelumas Motor Skutik Mineral Dan


Sintetik Pada Uji Jalan Sampai 6000 Km. November.
https://media.neliti.com/media/publications/173145-ID-perbandingan-kinerja-
pelumas-motor-skuti.pdf ISSN : 2407 – 1846 e-ISSN : 2460 – 8416

Siskayanti,R.,&Kosim,M.E. (2018). Analisis Pengaruh Bahan Dasar Terhadap Indeks


Viskositas Pelumas Berbagai Kekentalan. Jurnal Rekayasa Proses, 11(2),94.
https://doi.org/10.22146/jrekpros.31147 e-ISSN 2549-1490 p-ISSN 1978-287X

27

Anda mungkin juga menyukai