ALBI FEBIYANZAH
NIT: 18.42.010
TEKNIKA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya yang diberikan, sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dalam segi Bahasa, susunan kalimat,
maupun cara penulisanserta pembahasan materi akibat keterbatasan
penulis.
Untuk itu penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati mohon maaf bila
terdapat hal-hal yang tidak berkenan dihati, semoga proposal ini dapat
diterima bagi pembaca dan dapat dilanjutkan menjadi sumber penelitian
selanjutnya.
Makassar, juli
2020
2
penulis
DAFTAR ISI
Contents
PROPOSAL....................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................5
A.Latar Belakang............................................................................................5
B.Perumusan Masalah....................................................................................6
C.Tujuan Penelitian.........................................................................................7
D.Manfaat Penelitian.......................................................................................7
E.Hipotesis......................................................................................................9
3
B. Karakteristik mutu pelumas.......................................................................12
D. Sistem pelumasan....................................................................................15
A. Jenis Penelitian........................................................................................33
B. Definisi Operasional..................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................37
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kapal merupakan sarana transportasi laut yang ekonomis
dibanding transportasi darat maupun udara karena kapasitas
volume muat barang yang di angkat lebih besar. Proses
pengangkutan dapat berlangsung dengan aman, cepat, dan hemat
apabila ditunjang dengan mesin kapal yang baik dan lancar dalam
pengoperasiannya. Pengoperasian kapal yang baik ini tidak lepas
dari mesin penggerak utama yang dapat bekerja dengan baik dan
lancer. Mesin penggerak utama ini dapat di pengaruhi oleh
banyaknya tekanan minyak pelumas agar dapat menunjang kinerja
mesin induk.
Adapun faktor penunjang untuk kelancaran jalannya motor
mesin induk diesel ini salah satunya adalah pelumasan, karena
kurang sempurnanya pelumasan pada mesin diesel akan
berdampak pada bagian-bagian yang bersinggungan atau
bergesekan, apabila hal ini terjadi maka akan mengakibatkan
kerusakan yang fatal sehingga akan mengganggu pengoperasian
kapal. Oleh karena itu pelumasan sangat berpengaruh terhadap
kelancaran kerja diesel generator. Berdasarkan hal tersebut peneliti
sangat tertarik pada masalah ini terutama tentang tekanan minyak
pelumas serta akibat yang akan ditimbulkan.
Untuk kelancaran kerja mesin tersebut diperlukan suatu
sistem pelumasan yang teratur dan sistematis. Hal ini sangat
diperlukan pada mesin diesel sebagai penggerak utama beserta
instalasi pendukungnya. Penggunaan minyak pelumas yang tepat
sesuai dengan putaran diesel generator akan memberi manfaat
yang besar bagi pengoperasian kapal. Yang perlu diperlukan dalam
sistem pelumasan ini adalah bagaimana menghasilkan pelumasan
yang optimal dari berbagai keadaan, baik itu dari jenis bahan
pelumas atau sistem kerja diesel generator. Bila sistem pelumasan
kurang memuaskan akan mengakibatkan kerusakan pada lapisan
5
6
minyak pelumas dan mengakibatkan keausan serta memperpendek
usia pakai diesel generator. Hal ini terjadi karena tidak ada
pelumasan yang sempurna untuk menghindari gesekan.
Minyak pelumas adalah campuran hidrokarbon ditambah zat-
zat kimia yang terpilih yang disebut zat aditif. Aditif yang stabil dapat
mencegah atau mengurangi sifat-sifat korosi dan oksidasi yang
terdapat pada minyak pelumas. Mengingat pentingnya fingsi
pelumasan pada motor diesel maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “Analisa optimalisasi tekanan minyak lumas
terhadap kinerja mesin induk di kapal“.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi tidak
optimalnya tekanan minyak pelumas pada mesin induk.
2. Untuk mengetahui dampak yang terjadi jika tekanan minyak
pelumas mesin induk tidak optimal.
3. Untuk mengetahui tentang upaya yang dilakukan untuk
mengoptimalkan tekanan minyak pelumas.
6
7
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan nantinya dapat
memberikan tambahan wawasan yang berguna bagi :
E. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka
dugaan sementara dari permasalahan tersebut adalah :
1. Berkurangnya volume minyak pelumas.
2. Minyak peluas memiliki viskositas yang terlalu tinggi.
3. Terjadinya keausan pada as pompa.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
8
dengan molekul minyak mineral, dan biasanya ditambah dengan zat aditif
yang tujuannya meningkatkan kualitas pelumas. Kelebihan minyak
pelumas sintetis ini yaitu kestabilannya terhadap suhu tinggi dan oksidasi
cukup tinggi. Jangka waktu penggunaan cukup lama, memiliki sifat
penguapan yang rendah, dan meningkatkan kinerja berbagai mesin cukup
tinggi. Semakin banyaknya jenis pelumas saat ini, tentu membuat
konsumen dihadapkan pada berbagai pilihan pelumas, karena pada
umumnya produsen pelumas mengklaim pelumas mereka yang paling
baik.
9
sebaliknya. Indeks viskositas Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan
ketahanan kekentalan minyak pelumas terhadap perubahan suhu. Makin
tinggi angka indeks minyak pelumas, makin kecil perubahan viskositas-
nya pada penurunan atau kenaikan suhu.
Nilai indeks viskositasini terbagi dalam 3 golongan, yaitu:
• High Viscosity Index (HVI) di atas 80.
• Medium Viscosity Index (MVI) 40–80.
• Low Viscosity Index (LVI) di bawah 40.
D. Sistem pelumasan
Menurut Prasetya Sigit s ((2008, p.145) Sistem pelumasan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu sistem splash dan sistem tekan. Sistem splash
atau dalam bahasa yang dikenal adalah sistem cawuk,dipergunakan pada
motor diesel berukuran kecil. sedangkan sistem tekan dipergunakan pada
motordiesel berukuran besar. sistem tekan dibedakan menjadi empat
macam yaitu sistem full flow, sistemshunt, sistem sump filtering, dan sistem
by pass filtering.
Adapun macam-macam sistem pelumasan sebagai berikut:
1. Sistem pelumasan model full flow
Sistem pelumasan model Full Flow, dapat memfilter minyak
pelumas ke saringan sebelummasuk ke dalam sistem. Sistem
pelumasan ini menyaring dan mendinginkan oli pelumas sebelum
masuk kedalam sistem pelumasan komponen motor diesel. Minyak
pelumas dari karter di hisap oleh pompa oli dan dikirim seluruhnya ke
filter full flow. Sesudah disaring pelumas dikirim masuk ke dalam
pendingin oli(oil cooler). Seluruh pelumas masuk ke dalam filter
danpendingin oli sebelum ke pemakaian, sehingga sistem pelumasan
ini disebut sebagai sistempelumasan model full flow.
2. Sistem pelumasan model shunt
Sistem ini hampir sama dengan sistem sebelumnya,
perbedaanya kalau pada model full flow oil pelumas masuk seluruhnya
ke filter, kalau model shunt hanya sebagian atau filter dan pendinginoli di
hubungkan secara pararel. memang hubungan ke pendingin oli harus
memuka katup relief,namun katup tersebut terbuka dengan tekanan yang
rendah yaitu 16 psi, sehingga mudah untukdibuka oleh tekanan oli dari
pompa oli. model ini hanya memfilter sebagian oli pelumas. Oli pelumas
dari pompa oli sebagian masuk ke filter oli, dan sebagian langsung ke
pendinginoli setelah membuka katup relief, setelah melalui filter oli
bergabung dengan yang langsung kependingin oli.
12
Namun saat filter tersumbat, maka seluruh oli akan masuk k edalam
pendingin oli dansaat pendingin oli juga tersumbat. Oli akan membuka
katup relief satunya lagi dan langsung ke sistem pelumasan.
3. Sistem pelumasan sump filtering
Sistem pelumasan model sump filtering dipergunakan untuk motor
diesel berukuran besar,dimana penampung oli tidak di karter seperti pada
motor diesel yang kecil, tetapi diluar unit motordiesel itu sendiri.Semua
komponen sistem pelumasan ada diluar unit motor diesel itusendiri,
termasuk tangki penampung persediaan oli pelumas. sistem ini
memudahkan operator mengidentifikasi kondisi oli pelumas. apabila
sudah terlihat kotor , maka operator dengan mudah untuk
menggantikanya tanpa harus menghentikan operasional motor diesel.
4. Sistem pelumasan model by Pass Filtering
Sistem pelumasan ini disebut dengan model by pass filtering
karena pelumas dari pompa oli,sebagian ke sistem, sementara sebagian
lagi kembali ke tangki melalui saluran by pass dan filter oli.asumsi yang
dipergunakan adalah dalam waktunya seluruh kotoran oli akan melewati
filter.
Gambar 2.1 LO System main engine
Sumber : www.pelaut.xyz/2017/11/lo-system-main-engine.html
15
5. Kandungan air
Air pada dasarnya sangat sedikit dapat menguraikan dan
melarutkan dalam minyak pelumas pada suhu yang normal. Bahwa
dengan adanya air di dalam minyak pelumas sangat tidak diharapkan,
apabila ada air dalam minyak pelumas akan berakibat besar korosi
yang terjadi pada metal yang didinginkan serta menyebabkan rusaknya
mesin
6. Detergen
Pada pembakaran dengan bahan sebuah silinder motor diesel
atau induk terbentuk produk pembakaran yang sebagian berbentuk
padat dan dapat mengendap di bagian mesin, khususnya pada torak,
pegas torak dan alur pegas. Nilai tersebut dapat mengakibatkan terikat
erat pegas dalam alur juga akan menyumbatnya, misalnya pintu masuk
pada motor 2 tak tertutup sebagian oleh endapan produk tersebut.
Dengan menambahkan detergen, maka endapan yang melekat tersebut
dapat dilepaskan dan ikut terbawa oleh minyak pelumas.
7. Titik beku
Hal ini diartikan suhu yang mengakibatkan minyak pelumas
menjadi beku artinya menjadi padat. Semakin banyak paraffin yang
dikandung dalam minyak pelumas semakin tinggi pula titik beku. Untuk
minyak pelumas yang digunakan pada motor induk dan motor bantu,
titik beku tersebut tidak menjadi masalah.
8. Dispersan
Zat ini mempunyai tugas untuk membagi produk pembakaran yang
padat ke seluruh persediaan minyak pelumas dalam bentuk yang halus
dan melayang. Dengan demikian maka pengendapan zat dapat
dicegah. Dispersan tersebut pada umunya dapat dipergunakan dalam
berbagai kombinasi dengan detergen. Sifat “detergen/dispersan” suatu
minyak pelumas sangat penting untuk pelumasan silinder, dan juga
untuk pelumasan pada motor torak trank yang menggunakan minyak
yang sama untuk pelumasan silinder dan pelumasan penata geraknya.
9. Zat Penahan keausan
Pada mesin diesel atau mesin induk adakalanya tidak dapat
dicegah hubungan langsung antara dua buah permukaan yang saling
bergerak atau terhadap yang lain. Sehingga lapisan pelumas antara
16
kedua permukaan tersebut akan terputus. Dalam hal pelumasan batas
tersebut, maka penting sekali bahwa metal dari kedua permukaan tidak
dapat melekat, dan dengan cepat dapat melepaskan diri sehingga
terbentuk keausan. Zat penahan keausan, sering merupakan ikatan dari
zat belerang dan zat fosfor, membentuk suatu lapisan pelindung pada
bagian yang dilumasi sehingga tidak saling melekat, dan dapat dicegah
“sifat extreme pressure (EP)”. Hal ini sangat baik untuk minyak pelumas
silinder dan adakalanya untuk penata gerak pada motor torak beban
tinggi.
17
2. Pelumas Semi Padat Pada pelumas semi padat, kemampuan
menahan beban sangat baik, kemampuan pada putaran 700-3000 rpm
yang kurang baik serta tidak adanya proses penyaringan. Kemampuan
pelumas semi padat pada putaran 700-3000 rpm kurang baik
dikarenakan pada studi kasus ini, gearbox yang diterapkan adalah
gearbox tertutup, sehingga suhu pada lingkungan kerja akan
bertambah, sedangkan kelemahan pada pelumas semi padat yang
didapat dari tabel 1 adalah tidak mampu menghilangkan panas atau
kemampuan menghilangkan panas yang buruk, sehingga jika suhu
gearbox tinggi, akan menyebabkan gearbox mengalami pemuaian dan
pemuaian yang tidak disertai pendinginan (kontrol suhu) akan
menyebabkan kerusakan pada gearbox. Pelumas semi pada tidak
dapat dilakukan proses sirkulasi, penyaringan dan pendinginan
dikarenakan memiliki viskositas yang sangat tinggi.
3. Pelumas Cair Pada pelumas cair, kemampuan menahan beban cukup
baik dan kemampuan pada putaran 700-3000 rpm yang sangat baik.
Hal ini dikarenakan pelumas cair dapat melapisi bagian bagian yang
tidak dapat dijangkau oleh pelumas tipe lain karena viskositasnya
rendah. Pelumas cair memiliki viskositas rendah, sehingga dapat
dilakukan proses sirkulasi dan penyaringan, dengan adanya proses
sirkulasi, maka pelumas cair dapat melakukan proses pendinginan
pada mesin.
4. Pelumas Gas Pada pelumas gas, kemampuan menahan beban dan
kemampuan pada putaran 700-3000 rpm tidak layak, namun dapat
dilakukan proses sirkulasi, penyaringan, dan pendinginan.
Kemampuan menahan beban dan kemampuan pada putaran 700-
3000 rpm kurang layak pada pelumas gas.
19
H. Prinsip kerja minyak pelumas
Menurut Ling Mustain,((2019), Motor Diesel Kapal, minyak pelumas
yang terdapat pada bagian benda yang saling bergesekan akan
membentuk lapisan minyak yang berfungsi memisahkan bagian benda
yang saling bergesekan tersebut dibedakan beberapa bentuk prinsip kerja
pelumasan sebagai berikut :
1. Pelumasan Hidrodinamis
20
putih atau tembaga, maka hal itu menunjukkan terjadinya keausan
pada bantalan-bantalannya. Kalau sekiranya sudah parah, segera
lakukan tindakan perbaikannya.
3. Tekanan minyak pelumas
21
3. Agar sistem pelumasan dapat berjalan dengan baik, upaya-upaya
yang harus diperhatikan adalah :
a) Pastikan minyak pelumas didalam carter mesin masih cukup,
dapat diketahui melalui pipa sounding.
b) Saringan oli harus dalam keadaan bersih.
c) Perhatikan dalam pengaturan temperatur secara manual,
pastikan suhunya disesuaikan.
d) Pastikan baut pada pipa isap, pipa tekan, maupun pada pompa
kencang, agar udara tidak terhisap masuk.
e) Periksalah apakah packing dari pipa tersebut sudah jelek atau
belum, sehingga mengakibatkan udara dapat terhisap.
22
kerangka pikir penelitian dapat dilihat dibawah ini :
Faktor penyebab
Berkurangnya volume
Terjadinya keausan pada
minyak lumas pada Main
As. Pompa
Engine
Analisis
pembahasan
Kesimpulan / saran
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini metode yg digunakan adalah menggunakan metode
deskriptif yaitu data yang diperoleh melalui suatu penjelasan tidak berbentuk angka
dan bilangan, melainkan dalam bentuk kualitatif. Sehingga menghasilkan suatu
penggambaran dengan tujuan memberikan gambaran yang jelas.
B. Definisi Operasional
Perawatan terhadap pelumasan motor diesel :
1. Bak minyak pelumas
Bak minyak pelumas setiap 500 jam dan bersihkanlah bak
tersebut. Dan saringan isap dari pompa minyak pelumas dengan
mempergunakan minyak ringan atau minyak cuci.
2. Saringan minyak pelumas
Pada waktu mengganti kertas saringan minyak pelumas cucilah
rumah saringan (filter) sebersih-bersihnya dengan menggunakan
minyak ringan atau minyak cuci sementara ini periksalah keadaan
kertas saringan yang lama dan minyak pelumasnya. Apabila terlihat
adanya kotoran, serbuk logam berwarna putih atau tembaga, maka
hal itu menunjukkan terjadinya keausan pada bantalan-bantalannya.
Kalau sekiranya sudah parah, segera lakukan tindakan
perbaikannya.
25
Tabel Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahun 2020
No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2 Membahas judul
4 Seminar Prposal
26
DAFTAR PUSTAKA
Einstein,A.(2019).EINSTEIN(e-Journal).
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einsten/article/download/13636/1149
3 p-ISSN : 2338 – 1981
Muhammad, F. B., Mesin, J. T., Teknik, F., Brawijaya, U., Mayjend, J., & No, H.
(2015). Pada Studi Kasus Pelumasan Pada Gearbox Sepeda Motor. 6(2), 137–
146.
https://media.neliti.com/media/publications/127923-ID-analisis-perbandingan-
tipe-pelumas-berda.pdf ISSN 2477-6041
Mustain1, I., Hidayat2, T., & Abdurohman3. (2019). Metode Perawatan Sistem
Pelumasan Untuk Menunjang Kinerja Motor. I(1), 19–26. p-ISSN 2684-9135
27