Di Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) :: Analisis Sejarah, Fungsi, Dan Struktur Musik
Di Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) :: Analisis Sejarah, Fungsi, Dan Struktur Musik
TESIS
Oleh
PROGRAM STUDI
MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
BAB I PENDAHULUAN
Batak ......................................................................................... 45
1940 .................................................................................. 85
4.3 Fungsi Koor Di Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) ............ 124
5.1.2. Riwayat Lagu Dan Pencipta “Na Ro Pandaoni Bolon I”.. 142
5.2.2. Analisis Pola Meter Lagu “Na Ro Pandaoni Bolon I”...... 155
5.2.7. Analisis Pola Meter Lagu “Dison Adong Huboan Tuhan” 162
5.3.7. Analisis Tekstur Lagu “Dison Adong Huboan Tuhan” .... 166
5.4.2. Analisis Gaya Vokal Lagu “Na Ro Pandaoni Bolon I” .... 167
5.4.3. Analisis Gaya Vokal Lagu “Ajaib Benar Anugerah” ....... 168
5.4.5. Analisis Gaya Vokal Lagu ”Jesus Lehon Hatorangan” ... 168
5.5.3. Analisis Pola Literatur Lagu “Ajaib Benar Anugerah” .... 171
6.1 Bentuk Dan Struktur Lagu ”Ro Ma Ho Parasi Roha” ......... 174
6.3 Bentuk Dan Struktur Lagu Jesus Lehon Hatorangan .......... 200
6.4 Bentuk Dan Struktur Lagu dari lagu Arbab ........................ 210
KOOR.................................................................................. 282
Kualitas bernyanyi sangat penting bagi HKBP karena HKBP dikenal juga
sebagai ‘The singing Church’ (gereja yang bernyanyi). Jati diri itu harus
dipertahankan dan membina semua angota jemaat bernyanyi dengan baik dan
benar. Demikian satu kutipan bacaan kotbah pimpinan (Ephorus) dalam buku
saat ini, baik di gereja HKBP 2 maupun di gereja lain; unsur yang tidak
terpisahkan dari kebaktian adalah musik, baik instrument maupun vokal. Musik
vokal yang dimaksud disini adalah nyanyian jemaat dan koor yang dibawakan
1
Almanak HKBP Tahun 2011, Percetakan HKBP, (Pematang Siantar 2011) hal 36
2
Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah Gereja Protestan terbesar di kalangan
masyarakat Batak, bahkan juga di antara Gereja-gereja Protestan yang ada di Indonesia. Gereja ini
tumbuh dari misi RMG (Rheinische Missions-Gesselschaft) dari Jerman dan resmi berdiri pada 7
Oktober 1861. Saat ini, HKBP memiliki jemaat sekitar 4.5 juta anggota di seluruh Indonesia.
HKBP juga mempunyai beberapa gereja di luar negeri, seperti di Singapura, Kuala Lumpur, Los
Angeles, New York, Seattle dan di negara bagian Colorado. Meski memakai nama Batak, HKBP
juga terbuka bagi suku bangsa lainnya. Sejak pertama kali berdiri, HKBP berkantor pusat di
Pearaja (Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) yang berjarak sekitar 2 km dari Tarutung, ibu
kota kabupaten tersebut. Pearaja merupakan sebuah desa yang terletak di sepanjang jalan menuju
kota Sibolga (ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah). Kompleks perkantoran HKBP, pusat
administrasi organisasi HKBP, berada dalam area lebih kurang 20 hektar. Di kompleks ini juga
Ephorus (=uskup) sebagai pimpinan tertinggi HKBP berkantor.HKBP adalah anggota Persekutuan
Gereja-gereja di Indonesia (PGI), anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA), dan anggota Dewan
Gereja-gereja se-Dunia (DGD). Sebagai gereja yang berasaskan ajaran Lutheran, HKBP juga
menjadi anggota dari Federasi Lutheran se-Dunia (Lutheran World Federation) yang berpusat di
Jenewa, Swiss.Pemerintah Indonesia mengakui HKBP melalui Beslit No. 48 tanggal 11 Juni 1931,
yang tercantum dalam Staatblad Tahun 1932 No. 360 dan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Bimas Kristen Protestan Departemen Agama No. 33 tahun 1988 tanggal 6 Pebruari 1988.
yang bernyanyi secara bersama-sama. Dari pengertian ini, seluruh jemaat yang
bernyanyi pun dapat dikelompokkan sebagai suatu paduan suara. Akan tetapi
bernyanyi dalam dua jenis suara (sopran dan alto) atau lebih (sopran, alto, tenor
dan bas).
yang harus dinyanyikan secara bersama-sama oleh seluruh jemaat atau yang harus
diulangi oleh para penyanyi; jadi sama seperti fungsi refrein dalam partitur
Dari segi sejarah, paduan suara unisono merupakan tipe perpaduan suara
bernyanyi hanya dengan satu suara (belum dikenal kategori suara SATB). Inilah
paduan suara yang dikenal di dalam Alkitab, misalnya paduan suara imam-imam
di Bait Allah atau paduan suara sejenis sesuai gender juga sudah dikenal sejak
zaman Alkitab 5.
3
Binsar Sitompul, salah seorang ahli musik Indonesia, memberikan batasan bagi istilah
paduan suara sebagai suatu himpunan sejumlah penyanyi yang dikelompokkan menurut jenis
suaranya (1986:3), jenis suara yang dimaksudkan di sini adalah jenis suara yang dikenal dan
diklasifikasikan dalam ilmu seni suara, yakni sopran/ mezzo-sopran (jenis suara anak-anak atau
jenis suara tinggi dari kaum perempuan) dan alto (jenis suara yang rendah/ berat dari kaum
perempuan), tenor (jenis suara yang tinggi dari kaum lelaki) dan bas/ bariton (jenis suara yang
rendah/ berat dari laki-laki).
4
Ibid.
5
Ibid, hal., 5.
kelompok Paduan suara gereja, koor sebagai partitur (kertas notasi dan teks lagu )
lagu, koor sebagai judul dari lagu dan koor sebagai musik vokal. Untuk
keterangan selengkapnya akan ditulis pada sub bagian defenisi koor dalam bab
ini.
Peraturan HKBP dengan salah satu unsurnya adalah nyanyian, baik nyayian dari
buku Ende HKBP atau nyayian yang diakui oleh HKBP serta nyanyian-nyanyian
minggu) sampai dewasa dan yang saat ini menjadi Pendeta di HKBP melihat
bagaimana koor selalu ada dalam ibadah, pada setiap ibadah Minggu ditampilkan
peraturan tentang koor yang bagaimana yang diinginkan atau yang diterima di
gereja HKBP.
yang pertama memunculkan koor ini, kapan jemaat HKBP mulai mengenal koor,
siapa pengarangnya, apa yang melatarbelakangi lagu koor itu diciptakan, siapa
yang menyuruh pengarang menciptakan lagu itu, kenapa koor harus ada dalam
telah diciptakan karya-karya koor oleh banyak komponis dengan berbagai latar
belakang.
salah satu bahan penelitian ilmiah. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis
MUSIK.
perhatian penelitian bagi penulis adalah Analisis Sejarah, Fungsi Dan Struktur
Masalah dalam penelitian ini dibuat dengan jelas untuk mempermudah penulisan
dan juga dengan keterbatasan waktu dan dana, maka penulis hanya membahas
Analisis Sejarah, Fungsi Dan Struktur Musik Koor Dalam Ibadah Di HKBP.
HKBP?
Dalam penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat
menjadi kontribusi bagi para pembaca dan khususnya warga jemaat terutama di
Sumatera Utara.
Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan dasar – dasar
pengkajian dan penciptaan seni secara umum dan pembahasan koor secara
khusus. Tujuan yang kedua adalah untuk menghindari penelitian yang tumpang
tindih.
dilakukan menunjukan bahwa hingga saat ini belum ada kajian yang mendalam
Musik and Musicians, Vol. 4 6. Kamus ini amat membantu penulis terutama
suara mulai dari zaman kuno, Abad Pertengahan, Renaisans, Barok hingga
perkembangan paduan suara pada Abad ke Dua Puluh, yang akan di bahas
2. Buku Ilmu Bentuk Musik 7 karya Prier pada bagian pertama diterangkan
tentang kalimat, motif dan bentuk lagu, serta pada bagian lain ditunjukan
bentuk siklus yang didalamya mengulas tentang resitatif dan bentuk siklus
lain untuk keperluan ibadah. Tulisan ini sangat berguna untuk melihat cara
menganalisa lagu.
3. Buku Ilmu Melodi karya Dieter Mack pada bagian pertama disampaikan
tentang Choral Gregorien dan beberapa contoh gaya melodi dari zaman ke
baik. Tulisan ini sangat membantu untuk melihat cara menganalisa melodi
4. Buku Folk Song Style and Culture 8 karya Alan Lomax . Buku ini berisi hasil
6
James G, Salct and Percy M. Young, “Chorus”,The New Grove dictionary of Musik
and Musicians,Vol. 4, Macmillan Publisher Ltd, (London : Macmillan Publisher Ltd, 1980)
7
Mack Dieter, Ilmu Melodi, Pusat Musik Liturgi, (Yogyakarta:1995), hal., 37.
8
Ibid.
6. The Organ and Choir in Protestant Worship 10 (1968) karya Edwin Liemohn,
berisi tentang Hasil Riset beberapa musisisi dari beberapa gereja tentang
perkembangan koor.
7. Choral Music : Technique and Artistry karya Charles W. Heffernan. Buku ini
berisi tentang partitur koor yang harus memperhatikan vocal, teknik koor dan
seni koor.
8. Leon Stein, Structur and Style : The Study and Analysis of Musical Form
9. Benjamin Cutter, Harmonic Analisis 11. Secara umum, pembahasan dari buku
ini berkisar pada analisis akord dan analisis non-harmonic tones yang ada
dalam musik.
10. Robert W.Ottman, Elementary Harmony, Theory and Practice 12 ( New Jersey,
11. Gustav Strube, The Theory and Use of Chords A Text Book of Harmony
(Philadelphia : Over Ditson, 1928). Buku ini membahas tentang harmoni serta
9
Toronto: George Thaddeus Jonas, Music Theory, Fitzhenry & Whiteside Limited,
(1974).
10
Edwin Liemohn, The Organ and Choir in Protestant Worship,Fortress Press,
(Philadephia:1968)
11
Benjamin Cutter, Harmonic Analisis, Oliver Ditson company, Pennsylvania.
12
Robert W.Ottman, 1962, Elementary Harmony, Theory and Practice, Englewood
Cliffs : prentice-Hall,Inc., (New Jersey:1962)
Dalam sub bab ini akan dipaparkan landasan konsep dan teori yang yang
berlaku umum yang dijadikan acuan ataupun kerangka kerja dalam membahas
sesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan yang ingin dicapai. Tidak ada satu
konsep musikpun yang bisa dijadikan sebagai definisi untuk bisa mewakili
tujuan penelitian ini. Menurut konsep tersebut musik adalah bunyi, sebagai hasil
interaksi getaran dari waktu yang keluar dari satu atau lebih sumber bunyi untuk
mengungkapkan ide. Di dalam bunyi sudah terkandung jenis atau warna bunyi
(timbre) dan waktu (durasi) yaitu interaksi dari nilai waktu yang terkandung oleh
Bunyi bisa dari berbagai organ atau instrumen, waktu tidak dibahas dalam
bentuk yang terpola saja. Menurut Dieter Mack 13 suatu bunyi di katakan musik
tergantung pada pendekatan kata yang pasti bahwa bunyi datang dari dalam
13
Mack Dieter, Ilmu Melodi, Pusat Musik Liturgi, (Yogyakarta:1995), hal., 45.
(programunatic musik) atau ide absolut (absolute musik). Ide absolute biasanya
muncul pada saat seorang komponis berkarya. Ide tersebut datang karena
terstimulasi pada komponis untuk meramu bunyi. Ide progmatik datang dari satu
keberadaan ide akan membantu melihat bentuk fisik atau bentuk luar dari musik
(form of music) dapat dilihat dalam wujud partitur. Serta sangat mungkin
menentukan kesatuan bentuk psikis atau ekspresi jiwa dari musik tersebut (form in
Berikut di paparkan elemen-elemen yang ada dalam bunyi musikal yang di buat
beberapa musikologi seperti : Broekma dalam buku the music listener dalam
Dieter 14 Ferris dalam bukunya Music The Art Listening dalam Dieter 15, serta
14
Ibid. hal., 22.
15
Ibid.
musikal yang di gunakan sebagai patokan yang akan di teliti sebagai berikut : (1)
organ yang di maksud, organ adalah alat atau instrumen ataupun media yang di
gunakan sebagai sumber bunyi. Organ dalam musik tidak terbatas pada organ
yang sudah lazim dikenal akan tetapi menyangkut apa saja yang di gunakan dalam
(2) Melodi yang di maksud dengan melodi adalah rangkaian nada atau
bunyi yang membentuk satu kesan ide yang di pengaruhi faktor budaya. Melodi
bisa juga di sebut sebagai satu struktur kalimat musik, termasuk dalam penelitian
(3) Modus yang dimaksud dengan modus adalah susunan nada, yang
dalam bentuknya terlihat sebagai satu formula nada yang tentu saja akan berakibat
(4) Interval yang dimaksud dengan interval adalah jarak antara bunyi satu
dengan bunyi yang lain, baik interval bunyi vertikal maupun horizontal.
Termasuk dalam kajian elemen ini adalah interval antar bunyi nama-nama
interval.
timbulkan akibat interksi bunyi dan bukan bunyi. Termasuk obyek penelitian dari
elemen ini antara lain sistm ekor modulasi, kadens, serta system keselamatan
(6) Ritme yang di maksud dengan ritme adalah interaksi nilai waktu
(interaksi) dari setiap bunyi termasuk dalam hal ini durasi antara bunyi dengan
16
Ibid.
Tempo juga berarti kecepatan oleh lamanya satu musik berlangsung. Hal yang
diteliti dalam elemen ini antara lain berbagai jenis tempo dan perubahan-
perubahan tempo.
adalah segala hal yang dibuat untuk memberi jiwa pada suatu bunyi yang
termasuk dalam objek penelitian elemen ini antara lain hal yang menyangkut
lain yang dengan jelas memberi karakter dalam satu bunyi. (9) Aksentuasi yang
dimaksud dengan aksentuasi adalah penekanan yang dalam hal ini bisa juga ada
hubungannya dengan intensitas atau kualitas suatu bunyi termasuk style, dinamik
termasuk dan ritme. Hal yang akan di teliti dalam hubungan dengan elemen ini
serta hubungan karakter atau sifat bunyi itu. Gaya ini berhubungan dengan teknik
hubungan tekanan kata dan tekanan musikal. (10) style yang dimaksus style
dalam musik adalah gaya dari satu bunyi atau hasil beberapa kombinasi bunyi,
didalamnya termasuk karakter atau sifat bunyi itu. Gaya ini berhubungan dengan
yang dimaksud dengan timbre adalah menerangkan tentang warna suara termasuk
wilayahnya. Hal ini yang akan diteliti menyangkut warna vocal tunggal, warna
paduan suara, komposisi antara paduan suara dan vokal tunggal, teknik vokal,
sekelompok nada atau bunyi yang memiliki karakter serta membawa ide atau
kesan tertentu. hal yang akan di teliti menyangkut hubungan motif dengan teks.
(13) Form yang dimaksud dengan form adalah kesatuan bentuk musik yang terdiri
struktur melodi seperti tone dan interval motif, frase, kontras, pengulangan,
dengan jelas.
Dalam hal ini, penulis juga akan memperhatikan struktur musik yang
ditawarkan oleh Wiliam P. Malm17, yang diterjemahkan oleh Rizaldi Siagian yang
menganalisis melodi adalah: (1) Scale (Tangga nada); (2) Pitch center (nada
pusat), reciting tone (nada singgahan yang dianggap penting; (3) Range (wilayah
Interval; (6) Pola kadensa; (7) Formula melodi; (8) Melodic contour (Grafik/
kantur melodi).
dengan membuat daftar harga-harga not yang dipakai dalam sebuah komposisi
17
Malm, William P. 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East and Asia. (New
Jersey: Prentice Hall Englewood Cliffs, 1977), hal., 15.
18
Nettl Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. (New York: The Free
Press, 1964), hal., 148-150.
menotasikan bunyi, membuat bunyi menjadi simbol visual. Dalam hal notasi
Charles Seeger dalam Netll 21, yang mengemukakan bahwa ada dua jenis
notasi yang dibedakan menurut tujuan notasi tersebut: pertama adalah notasi
Preskriptif, yaitu notasi yang bertujuan untuk seorang penyaji (bagaimana ia harus
ciri-ciri dan deteil-deteil komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.
19
Ibid, hal., 148-150.
20
Ibid, hal., 99.
21
Ibid, hal., 24-34.
music behaviour.
suatu ekspresi. Apabila ingin memahami musik secara lebih dalam, maka di
musik tidak hanya terdiri atas bunyi melainkan perilaku manusia yang prakondisi
untuk memproduksi bunyi. Musik dapat eksis karena kendali dan perilaku
manusia, dan beberapa jenis perilaku terlibat didalamnya salah satu di antaranya
adalah “perilaku fisik” yang ditunjukkan oleh sikap dan postur tubuh serta
22
Merriam Alan.P. The Antropology Of Musik,( Evaston Ill: Northwestern University
Press. 1964), hal ., 20-23.
Konsep Merriam 23 menunjukkan bahwa ada jiwa dan nilai yang mendasari
musik, yang artinya musik tersebut juga tercermin dalam perilaku dari komunitas
dan budayanya. Dalam hal ini tercermin dalam perilaku penciptaan Koor di
Gereja HKBP. Oleh sebab itu, berati sistem yang di terapkan atau yang terjadi
dalam musik tersebut di pengaruhi oleh perilaku serta corak hidup dari
penciptanya.
Mantle Hood yang menyatakan bahwa etnomusikologi adalah satu cabang ilmu
mengerti tentang musik yang di pelajari dari segi struktur musik dan juga untuk
memahami musik dalam konteks masyarakatnya. Teori ini kiranya cocok di pakai
dan dikolaborasikan dalam teori musik dalam rangka menemukan struktur musik
adalah bunyi. Teori ini perlu juga untuk mengetahui fungsi dalam hubungan
23
Ibid. hal., 5.
24
Ibid, hal., 7.
Estetis; (3) Fungsi Hiburan; (4) Fungsi Komunikasi; (5) Fungsi Perlambangan; (6)
Fungsi Reaksi Jasmani; (7) Fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial; (8)
khorusi dalam bahasa Latin atau khoros dalam bahasa Yunani, yang berarti dua
Istilah ini kemudian diambil alih dan digunakan di dalam gereja untuk
dalam ibadah jemaat. Lambat laun, kelompok penyanyi itu sendiri disebut
menurut istilah tersebut: di Belanda sebagai koor/ zangkoor dan di Inggris sebagai
choir. Dewasa ini, istilah “koor” masih digunakan juga dalam beberapa literatur
tepat, sebab istilah tersebut lebih menekankan sifat dan karakter kelompok
penyanyi ini. Mereka bukan kelompok penyanyi yang di dalam gereja, harus
antara masing-masing kategori/ tipe suara penyanyi (Sopran, Alto, Tenor dan
Bas).
bernyanyi pun dapat dikelompokkan sebagai suatu paduan suara. Akan tetapi, di
dalam perkembangan seni suara di Indonesia, istilah paduan suara telah digunakan
bernyanyi dalam dua jenis suara (sopran dan alto) atau lebih (sopran, alto, tenor
dan bas). Binsar Sitompul 27, salah seorang ahli musik Indonesia, memberikan
batasan bagi istilah paduan suara sebagai suatu himpunan sejumlah penyanyi yang
adalah jenis suara yang dikenal dan diklasifikasikan dalam ilmu seni suara, yakni
sopran/ mezzo-sopran (jenis suara anak-anak atau jenis suara tinggi dari kaum
perempuan) dan alto (jenis suara yang rendah/ berat dari kaum perempuan), tenor
(jenis suara yang tinggi dari kaum lelaki) dan bas/ bariton (jenis suara yang
suatu bentuk seni suara yang klasik. Sub bab ini secara khusus membahas paduan
dalam rangka peribadahan atau kesaksian gereja ke luar kepada masyarakat umum
27
Binsar Sitompul, Paduan Suara dan Pemimpinnya. (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1986), hal., 21.
kelompok penyanyi yang berciri kegerejaan. Artinya paduan suara itu memiliki
karakter religius dalam tampilan dan misinya. Dengan kata lain, sifat gerejawi itu
(Liturgis).
Sebenarnya dari segi ilmu seni suara, Paduan Suara Gerejawi (PSG) tidak
berciri kristiani atau gerejawi tersebut. Dalam hubungan ini, dapat dikatakan
bahwa “tempat kehidupan” (setting of life) dari PSG adalah di dalam kehidupan
gereja dan tanpa lingkungan kehidupan gereja, suatu PSG tidak dapat hidup. Ia
Kristen atau dengan seluruh ekspresi iman Kristen di dalam gereja itu sendiri
istilah koor atau zangkoor, yang mungkin dipengaruhi oleh kata pinjaman dari
bahasa Belanda, karena pada masa itu istilah “paduan suara” belum populer. Di
samping itu pada masa penjajahan dahulu, istilah “koor” juga digunakan di dalam
partitur nyanyian gereja untuk menandai bagian nyanyian yang harus dinyanyikan
secara bersama-sama oleh seluruh jemaat atau yang harus diulangi oleh para
penyanyi; jadi sama seperti fungsi refrein dalam partitur nyanyian sekarang ini 28.
28
Ibid.
kelompok Paduan suara gereja, koor sebagai partitur (kertas notasi dan teks lagu )
lagu dan koor sebagai judul dari lagu, dan koor sebagai musik vokal.
Pengertian koor sebagai Kelompok Paduan Suara Gereja dapat dilihat dari
Pengertian koor sebagai partitur (kertas notasi dan teks lagu) dapat dilihat
29
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Pdt. W. Silitonga (Tarutung 23 januari 2011),
Gr. D. Malau ( P.Siantar, 30 Februari 2011, Biv M. Sitorus (Laguboti 19 Januari 2011), Berman
L.Tobing (Tarutung 21 Maret 2011).
Pengertian koor sebagai judul sebuah lagu dapat dilihat dari kutipan
wawancara berikut:
Pengertian koor sebagai koor sebagai musik vokal dapat dilihat dari
menunjuk pada koor sebagai suguhan musik ataupun sebagai musik vokal.
berkaitan dengan “koor” yaitu “Parkoor” yang berarti kelompok atau orang yang
menyanyikan koor; “Markoor” yang merupakan kata kerja dari kata “koor” dan
“Margurende” yang berasal dari kata “Marguru” (belajar atau Berlatih) dan kata
Dalam konsep jemaat HKBP sendiri ada sebutan khusus untuk pembagian
suara / jenis suara, seperti : “suara satu” untuk menyebut Jenis suara sopran baik
untuk formasi koor gabungan (Sopran, Alto,Tenor, dan Bas atau 4 Suara) maupun
untuk kelompok koor Wanita (Sopran, Mezzo Sopran dan Alto) serta untuk
menyebut suara tenor 1 untuk kelompok koor pria (Tenor 1, Tenor 2, Bariton dan
Bas); “suara dua” untuk menyebut Jenis suara alto pada koor gabungan dan suara
mezzo sopran pada kelompok koor Wanita (Sopran, Mezzo Sopran dan Alto) serta
untuk menyebut suara tenor 2 untuk kelompok koor pria (Tenor 1, Tenor 2,
Bariton dan bas); “suara tiga” untuk menyebut Jenis suara tenor pada koor
gabungan dan suara alto pada kelompok koor Wanita (Sopran, Mezzo Sopran
dan Alto) serta untuk menyebut suara baritone untuk kelompok koor pria (Tenor
1, Tenor 2, Bariton dan bas); dan “suara empat” untuk menyebut Jenis suara bas
pada koor gabungan dan suara untuk kelompok koor pria (Tenor 1, Tenor 2,
secara harafiah berarti “Berhari Kamis”. Kata “Parari Kamis” ini berlatar
belakang dari kebiasaan kelompok koor ibu-ibu Gereja HKBP yang pada
30
Walaupun Kata “Margurende” berarti berlatih nyanyian, akan tetapi di gereja HKBP
tidak pernah disebut kata “Parende” (Penyanyi) kepada anggota atau kelompok koor melainkan
kepada penyanyi diluar konsep kata “Koor” (misalnya kepada penyanyi solo atau Vokal grup baik
itu penyanyi gereja maupun penyanyi diluar gereja atau sekuler). Sedangkan kata “Parkoor” atau
“Pargurende” biasanya dikenakan kepada orang atau kelompok koor di gereja.
Istilah kelompok koor pria (kaum bapak) disebut “Mannen koor” yang
secara harafiah berarti “koor pria”. Istilah “Mannen koor” ini hanya disebut
pengertian seperti menyatakan dua atau lebih kelompok koor yang dalam
kelompok koor wanita ataupun pria dan penggabungan antara kelompok wanita
dan pria. Istilah “Koor Gabungan” ini juga sering disebut dengan “Gemende
Koor”.
ataupun dari beberapa gereja digabungkan dan sama-sama menyanyikan satu atau
atau kata–kata lagu, dengan kata lain suatu komposisis puisi yang sering
dilakukan oleh pencipta music. Tanpa syair maka tidak dapat mengetahui makna
maupun tujuan dari sebuah komposisi music, karena syair merupakan inti dari
sebuah lagu. Dan menurut Badudu-Zain 32, syair atau teks adalah kata-kata yang
31
M. Soeharto. Kamus Musik. (Jakarta: PT. Grasindo, 1992), hal., 131.
32
Zain Badudu. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1996), hal., 1455.
bahwa syair lagu adalah kata-kata yang keluar dari hati dan keluar dari mulut serta
diurapi oleh lidah. Syair adalah kata-kata yang terdapat dalam sebuah komposisi
music melalui syair maka dapat diketahui makna dan tujuan dari sebuah lagu.
Atas dasar itu, penulis melakukan analisis yaitu struktur dari syair secara detail
yang dalam hal ini antara lain berkaitan dengan pola sajak, pola meter dan gaya
secara langsung hakekat hubungan antar peneliti dan responden, dan ketiga :
metode kulitatif ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali
secara empiris”.
diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis dianut
33
Migdolf, 2002, hal., 52.
34
Lexy J. Moeloeng . Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Rosda, 1984), hal., 5.
35
Ibid. hal., 30.
penulis dalam menghubungkan dengan data. Maka teori yang digunakan oleh
metode yaitu : metode literatur dan metode wawancara. Metode literatur adalah
metode yang menggali thesis ini melalui buku-buku, majalah, surat kabar, kamus,
dengan orang-orang yang mengetahui sedikit banyaknya mengenai koor dan para
komponis pencipta koor, hal ini dilakukan penulis guna menambah pengetahuan
penulis melakukan wawancara lagsung kepada para komposer pencipta lagu/ koor
yang sudah ditentukan sebagai informan. Dalam hal ini penulis bertindak sebagai
instrument untuk mengumpulkan data dari lapangan dan peneliti berperan sebagai
pengamat penuh dalam penelitian ini, serta kehadiran peneliti diketahui statusnya
sebagai peneliti oleh subjek atau informan dan surat izin keterangan meneliti yang
warga jemaat HKBP yang sudah terdaftar sebagai jemaat dan memiliki
ialah kata-kata dan tindakan selebihnya ada data tambahan seperti dokumen”.
a. Kata-kata dan tindakan yaitu, dari wawancara yang merupakan sumber data
utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
b. Sumber tertulis yaitu, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis
dapat dibagi atas : partitur koor, sumber buku, majalah, sumber dari arsip,
c. Foto yang dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena
d. Data Statistik
mendalam dan dokumentasi. Dalam rekaman data terdapat dua dimensi yaitu
fidelitas dan struktur. Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata dari
lapangan disajikan yaitu dengan memakai instrument Audio dan Video yang
struktur yang menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi yang dilakukan
1.5.5.Analisis Data
secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesa (ide), seperti
yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada
tema dan hiportesis itu”. Maka dari pendapat diatas penulis menggunakan teori
mengorganisasikan data yaitu data yang terkumpul yang terdiri dari catatan
hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substansi. Analisis data
sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah
meninggalkan lapangan.
dan hasil analisis awal dari teks dan struktur musik dari sampel lagu yang dipilih
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak
teknik triangulasi sesuai dengan teori Patton mengatakan trigulasi sesuai dengan
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
wawancara
Pemerintahan.
berkaitan.
(1) Pralapangan
40
Bogdan dalam Lexy J. Moeloeng . Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Rosda,
1984), hal., 47.
penelitian.
kertas, buku catatan, map, klip, kartu, alat perekam seperti tape
Pada tahap pekerjaan terdiri dari 3 bagian yang harus peneliti laksanakan:
dahulu.
dapat dibina.
penelitian.
Paduan Suara Gerejawi, Sejarah Masuknya Musik Gereja dalam Konteks Misi
Koor Yang Menjadi Buku Haluaon na Gok HKBP, Keberadaan Koor Dalam
Makna Filosifis Dan Teologis Dari Liturgi Ibadah HKBP, Deskripsi Pelaksanaan
Ibadah Minggu, Ibadah Minggu Pada Kebaktian Biasa, Liturgi Alternatif Ibadah
Bab V membahas Kajian syair koor yang meliputi: Riwayat Lagu Dan
Pencipta, Analisis Syair dan Struktur Literatur dari tujuh lagu yang di analisis.
dan struktur lagu yang meliputi: Frase, Melodi, Motif, Kontur Melodi, Tangga
Nada, Ambitus, Harmoni, Progresi akord, Kadens, Tempo, Tekstur, Tipe lagu,
Bab ini membahas tentang Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang
sejarah masuknya musik gereja dalam konteks misi gereja Batak, perkembangan
HKBP (1980-2000).
Penetapan hari jadi HKBP tanggal 7 Oktober 1861 memiliki makna sejarah
dan teologis yang mendalam. Tanggal 7 Oktober 1861 menjadi titik balik sejarah
penginjilan dan sejarah gereja HKBP. Sejarah penginjilan dan sejarah gereja
adalah ibarat dua sisi dari satu mata uang yang sama. Gereja tanpa penginjilan
dan sekaligus huria/ jemaat). Jemaat-jemaat tersebut sejak awal sudah diarahkan
akan membentuk sebuah gereja sending yang kelak menjadi sebuah gereja yang
Pada awalnya tanggal 7 Oktober 1861 adalah titik balik penginjilan dari
lembaga sending Rhein di dunia ini. Karena jauh sebelum tahun 1861 sending
tentukan pada 7 Oktober 1861 bertepatan dengan tanggal dari rapat pertama para
“Batak -Missio “ dalam hal ini berarti himpunan dari seluruh para utusan
RMG di Tanah Batak beserta assetnya dan juga seluruh pargodungon termasuk
terpadu dalam suatu lembaga yag bernama “Batta – Mission“ (bahasa Jerman)
atau “Batak – Mission“ (Bahasa Batak). Lembaga “Batak – Mission“ ini sejak
1881 dipimpin oleh seorang pemimpin dengan jembatan Ephorus yang dilayankan
Nama “Batak Mission” telah melekat dalam ingatan para penginjil RMG dan
juga umat Kriste Batak yang terhimpun dalam berbagai huria / jemaat. Penginjil
Dr. Johannes Warneck (Ephorus sejak 1920-1932) menulis sebuah buku dalam
rangka dalam menyambut jubileum Batak- Mission ke-50 dan 60 tahun dengan
41
“ Berichte der Rheinischen Missions- Gesellschaft”, Nr. 3 Mret 1862, hal., 57.
sejarah “Batakmission “ sejak 1905 : tanggal 7 Oktober 1861 adalah hari jadi
Tanggal tersebut sejak 1936 dimaknai oleh HKBP sebagai hari jadi HKBP
jubileum tersebut adalah hasil karya tulis majelis pusat HKBP 1936. 43 Lembaga
perang dunia II. Pada tahun 1949 lembaga penginjilan RMG menyerahkan secara
resmi seluruh assetnya di Tanah Batak kepada HKBP sebagai lembaga kegerejaan
“Permulaan pelayanan RMG di tanah kita atau Hari kelahiran Gereja kita”.
42
J. Warneck, Sechzing Jahre Batakmission in Sumatera ( 60 tahun Mission – batak di
Sumatera), Berlin, 1925. Tentang rapat 7 Oktober 1861 baca hal. 22.
43
Hoofdbestuur ni HKBP,Eben-Ezer : 75 taon huria Kristen Batak Protestant,
Laguboti: Sendings-Werkplatsen, tanpa tahun.
44
Sihombing, “ Parningotan di ari 7 Oktober 1861-1951”, dalam Immanuel 1861-7
Oktober -1851 nomor parolopolopon, hal., 7.
bahwa lembaga PI RMG adalah “ Ina ni Huria Kristen Batak Protestan “ (ibu
dari HKBP) yang ketika itu 1950 telah beranggotakan 600.000 orang.
RMG dan HKBP telah menghadapi masa penuh penderitaan akibat perang
buruk bagi penginjil RMG dan HKBP. Para penginjil RMG di Tanah Batak
alihan seluruh asset sending dan gereja oleh Belanda, kemudian Jepang dan
Tahun 2011 adalah tahun jubileum 150 tahun Bagi HKBP dan bagi VEM
Terkait dengan hari jadi HKBP, seorang penginjil RMG yang pernah bekerja
sejarah Gereja di STT Jakarta, DR. TH. Mueller Krueger mengajukan suatu
peristiwa baptisan perdana 31 Maret 1861 dua pemuda Batak Simon Siregar dan
45
T. Sihombing, “ Redaksi : Hata Patujolo “, dalam “ Immanuel 7/10/51”, hal., 3.
Pertimbangan ini patut di hargai dan di ambil hikmahnya bagi perjalanan HKBP
10).
Dalam era keterbukaan HKBP sesuai dengan visi dan misinya, HKBP
berusaha agar kembali pada jati dirinya sebelum 1936 yaitu, sebagai Huria Kristen
Batak 1925 yang masih tetap mengedepankan semangat penginjilan yang holistik
namanya sejak 1929 “Huria Kristen Batak Protestan“ (HKBP). Kembali ke jati
diri HKBP berarti kembali kepada pemberitaan Injil Yesus Kristus seperti yang
jemaat-jemaat yang sempat pecah untk menyatu atau mekar. Jemaat-jemaat yang
memilih opsi mekar telah ikut mempercepat pertumbuhan jumlah tersebut. Jumlah
resort yang terwakili di Sinode Gedong 2000 adalah 417 resort, diantaranya masih
ada 17 yang berstatus “ linduat “ (kembar), dan jumlah jemaat yang terhimpun
46
Th. Muller-Kruger, Sejarah Gereja di Indonesia. (Jakarta : BPK Gunung Mulia ,1959),
hal., 183.
47
“Berita Jujur Taon HKBP 1998-2000”, hal., 8, 24.
resort persiapan. Pada sinode 2008 jumlah utusan yang hadir adalah 1067 48 dari
616 resort dan 2 resort persiapa. Tentang jumlah anggota jemaat HKBP hingga
saat ini masih bersifat dugaan. Antara 1998-2011 HKBP memberikan jumlah
“Mengembalikan Jati Diri HKBP”, Ephorus HKBP Pdt. Dr. Bonar Napitupulu
membubuhkan angka 4,1 juta anggota jemaat HKBP yang tersebar dalam 26
distrik, 614 resort ditambah 14 persiapan resort dan 3.226 jemaat. 49 Sementara
jumlah anggota jemaat HKBP dalam statistiknya tidak meragukan publik, bahwa
di dalam peribadahan masih bernyanyi dengan satu suara (unisono), sebab musik
polifon belum dikenal. Dalam berbagai ibadah umat Israel sejak zaman Perjanjian
Lama, telah ada para Penyanyi misalnya kelompok Asaf, Korah, Yedutun dan
bersifat respons (jawaban) umat. Mereka diduga bernyanyi secara unisono atau
48
Lihat draft notulen sinode godang 2008, hlm. 2, sedang jumlah resort di ambil dari “
berita jujur taon 2004-2008, hal. 13 dalam Dok. SG:NO.06/SG-59/IX/2008.
49
“Mengembalikan Jati Diri HKBP “,hal., 8.
hari diambil alih juga oleh jemaat-jemaat Perjanjian Baru dan dikembangkan di
dalam bentuk khoros/ khorus. Dengan demikian, tiga jenis nyanyian yang dikenal
pujian (humnois) dan nyanyian rohani (oidais), juga dinyanyikan dengan cara ini.
Pada masa ini belum ada kelompok paduan suara yang khusus bernyanyi di dalam
gereja pada abad IV, ada begitu banyak orang menjadi Kristen. Jumlah anggota
jemaat di dalam ibadah menjadi besar sekali, dan kebanyakan orang Kristen baru
itu belum tahu cara menyanyikan nyanyian liturgi yang ada. Untuk mengatasi
keadaan ini, maka para rohaniawan secara khusus bertindak sebagai kelompok
membimbing para anggota jemaat yang baru itu bernyanyi. Dengan demikian
mulailah cikal bakal Paduan Suara Gereja di dalam gereja. Keadaan ini
gereja. Alat musik ini sebenarnya sudah diciptakan sejak abad III SM oleh
Ktesibios, seorang ahli teknik Yunani yang hidup di kota Aleksandria pada masa
50
H.A.Pandopo, Menggubah Nyayian Jemaat: Penuntun untuk pengadaan Nyayian
Gereja. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984) hal., 21-22
51
Ibid. hal., 24.
ini di dalam kebudayaan Hellenisme, dalam zaman gereja lama dan zaman Islam.
Pada zaman Islam, alat musik organ ini dihadiahkan oleh Sultan Harun al-Rasyid
kepada Karel Agung sebagai tanda persahabatan.52 Sejak itu, alat musik ini mulai
musik polifon.
musik Homofon. Sistem ini merupakan penemuan seorang biarawan pada abad
IX (sekitar tahun 1000). Menurut David P. Appleby dalam Pandopo 53 ada dua
manuskrip musik dari abad itu yang menjadi pegangan dalam penulisan sistem not
balok ini, yakni naskah-naskah yang berjudul Musica enchiriandis dan Scholia
menyanyikan suatu bagian lain melodi pada diapson (nada ke-7 atau okta),
diaspente (nada ke-5), dan diasteceron (nada ke-4). Bahkan menurut Appleby
kemungkinan untuk menyusun suatu komposisi musik yang terdiri atas campuran
suara-suara dengan diapson ditambah diasteceron (11 nada). Hasil ini merupakan
suatu kemajuan penting, namun belum dapat digolongkan sebagai musik polifon,
dalam arti suara-suara yang berdiri sendiri secara harmonis. Sekalipun demikian,
52
Atan Hamdju dan Armillah Windawati, 1984:10.
53
H.A.Pandopo, Menggubah Nyayian Jemaat: Penuntun untuk pengadaan Nyayian
Gereja. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), hal., 23.
nyanyian unisono dan mulainya musik choral tanpa iringan musik (acapella) pada
maka musik polifon semakin berkembang dengan pesat. Penggunaan alat musik
organ berperan besar di dalam perkembangan ini dan menghasilkan suatu jenis
musik pula yang disebut musik organum. Sampai abad XIII, musik polifon ini
Dalam sejarah musik, parohan kedua dari abad XIII ini juga dikenal
sebagai perode ars antiqua. Inilai periode ketika musik polifon semakin
berkembang pesat, terutama di bawah kepeloporan dua orang ahli musik dan
pengarang lagu yang masyur yang bekerja di Katedral Notre Dame di Paris
perkembangan ini maka c mulai tumbuh dan memperoleh bentuk dan peranannya
antara tahun 1550-1600. Seiring dengan itu, Paduan Suara Gereja pun ikut
54
Ibid.
55
Appleby dalam H.A.Pandopo, Menggubah Nyayian Jemaat: Penuntun untuk
pengadaan Nyayian Gereja (Jakarta: BPK Gnung Mulia, 1984), hal., 21.
perkembangan ini. Sikap kritis itu berhubungan dengan pengaruh musik polifon
yang semarak itu pada ibadah gereja, sehingga ibadah gereja di masa-masa itu
berikut:
Keadaan seperti itu ada pula di dalam Gereja Protestan pada masa itu.
Oleh karena itu, Johannes Calvin misalnya, menolak ekspresi sukacita yang
berlebihan, yang dipicu oleh para seniman itu dengan musik polifon yang meriah.
Ia mengatakan bahwa gereja yang masih berada di dalam dunia adalah gereja
yang masih berjuang (ekklesia militans) dan belumlah menjadi gereja yang
ibadah gereja, Luther maupun Calvin sebenarnya menyukai jenis musik ini dan
peran Paduan Suara Gereja yang mengembangkannya, sejauh hal itu membantu
menganjurkan agar dibentuk suatu paduan suara pemuda di dalam gereja untuk
Marthin Luther itu masih tetap dipertahankan di dalam Gereja Lutheran, yakni
56
Ibid. hal., 24.
57
Ibid hal., 24-25.
adanya Paduan Suara Gereja di dalam ibadah sebagai kelompok penyanyi khusus,
Eropa Barat dan Amerika itu pada akhirnya merambat pula ke berbagai benua
demikian, Paduan Suara Gereja akhirnya dikenal pula di dalam kehidupan gereja-
2.3. Sejarah Masuknya Musik Gereja dalam Konteks Misi Gereja Batak
kata lain musik di dalam gereja berkuasa dan mempunyai peranan penting di
dalam pembinaan rohani anggota jemaat. Oleh karena itu kedudukan atau
tambahan melainkan merupakan hal yang integral sejak awal sampai berakhirnya
kebaktian.
58
Ibid. hal., 28.
the text of liturgi” (Pembungkus teks liturgi). To clote sama dengan melapisi,
menutupi. Musik itu adalah sebagai pembungkus teks liturgi agar teks liturgi
dapat lebih indah, lebih mudah dihayati. 60 Sebab jika ditinjau dari sudut
praktisnya, kegunaan musik itu bukan hanya kepada yang menyanyikannya, tetapi
sebagai alat untuk memberitakan Firman Allah. Dengan kata lain penggunaan
instrumen musik dalam kebaktian adalah tata cara yang diorganisir di dalam
komunikasi yang baik antara Tuhan dengan manusia. Komunikasi yang dimaksud
adalah hubungan antara jemaat yang hadir di dalam kebaktian dengan Tuhan yang
hadir.
mencakup semua hidup, kebaktian adalah sebagai jawaban kepada Tuhan yang
hadir. Jawaban itu dibentuk dalam bentuk liturgi dan diwarnai dengan suara dan
persembahan atas pemberian Tuhan. Perbuatan itu sama halnya dengan kebaktian
59
Luther D. Reed, Workship A Study of Corpurate Devation, Philadelphia: 1959), hal.,
159.
60
Ibid. hal., 160.
61
T. S. Garrett, Christian Worship Introduction Outline, hlm. 5, bnd. J.L. Ch. Abineno,
Melayani dan Beribadah Di Dalam Dunia. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974), hal., 19.
liturgi telah ada yang terus berkembang sejak kebaktian Jahudi sampai kepada
kebaktian orang Kristen sampai sekarang. Untuk itu musik gereja adalah untuk
gereja bukan untuk musik, maksudnya musik gereja berperan sebagai alat
pembawa, pengangkat teks bagi liturgi kebaktian Kristen dan bukan untuk
disekularisasikan.
Demikian untuk tujuan seperti yang sudah disebutkan di atas, dan sesuai
dengan pengalaman misi dalam pertumbuhan gereja di tanah Batak maka para
digunakan pada masa peperangan dan tiupan terompet digunakan sebagai adanya
tanda bulan baru, tahun Yobel, gerakan militer, upacara sipil, penobatan raja,
puji-pujian, serta penyembahan. Pada dasarnya alat musik ini dibuat bukan untuk
62
E. Martasudjita dan Karl Edmund, Musik Gereja Zaman Sekarang. (Yogyakarta: Pusat
Musik Liturgi, 2009), hal., 35-36.
hidup orang Batak Toba di dunia, yaitu mencari hamoraon (kekayaan), hagabeon
kehormatan).
terhadap pengenalan musik-musik gereja yang berasal dari Eropa. Setiap acara
trumpet, saksofon alto, saksofon tenor, trombon, dan Bariton. I nstrumen tersebut
mengikuti ajaran agama Kristen dan mempunyai minat dan perhatian yang tinggi
untuk bermain musik. Mereka diajar mengenal notasi musik yang ada. Melalui
proses belajar yang cukup lama, akhirnya beberapa warga jemaat mahir
Pengetahuan tentang alat-alat musik organ dan brass sama sekali masih
baru bagi masyarakat Batak Toba, demikian juga tentang musik gereja yang
bertangga nada diatonik. Instrumen musik brass yang pertama hanya terdiri dari
63
Penulis juga sudah meneliti ke Gereja Ressort Balige, bahwa alat musik tersebut sudah
mulai dipergunakan dalam kebaktian. Salah satu gereja yang dominan yang diperhatikan oleh
RMG dan Misionaris yang datang ke tanah Batak adalah Gereja Laguboti. Gereja Laguboti
terkenal dengan bagian musik dan nyanyian, dari awal masuknya instrument musik sampai
sekarang ini.
sendiri, mengingat saat itu belum ada warga jemaaat Batak Toba yang dapat
memainkannya 64.
paduan suara jemaat, sehingga ditambahlah trumpet tersebut menjadi empat buah.
Pendeta yang telah diajar kerohanian dan pengenalan musik oleh para misionaris
brass band juga digunakan mengiringi kegiatan-kegiatan para militer Jepang yang
Menurut keterangan St. E. Pasaribu 66, alat musik yang digunakan bukan milik
HKBP. Selain itu, di Simalungun juga terjadi hal sama, khususnya di Gereja
64
Wawancara dengan Bapak DR. J.R. Hutauruk tanggal 25 April 2011 di Medan.
65
Ibid.
66
Wawancara dengan St. Edison Pasaribu, pada hari senin, 21 Februari 2011, Sitangka,
Pearaja-Tarutung.
jemaatnya. Suatu ketika tahun 1988 ketika mengikuti kebaktian bagi para anggota
partarompet (peniup trumpet) GKPS, seorang penginjil, P.P. Luther Purba 68,
b. Organ
Menjelang akhir abad 18 mutu musik organ dalam ibadat tidak lagi seperti
tahun 1750-an. Jabatan organis merupakan suatu tugas sampingan dan sering
dipegang oleh orang pensiunan. Maka komposisi organ pun menurun. Dalam
67
Op.Cit. Martasudjita, hal., 68-69.
68
Seorang Penginjil dari Gereja GKPS yang juga ditugaskan dari utusan RMG demi
melanjutkan tugas dan pelayanan di tanah batak. Dengan demikian beliau juga diperbekali dengan
berbagai jenis pelayanan seperti halnya untuk pengembangan musik selama masa pelayanan.
69
Band. Martasudjita, Musik Gereja Zaman Sekarang, hal., 90-94.
dalam Katolik. Komposisi semacam ini diciptakan banyak selama abad 19.
Dari hasil wawancara dengan Bapak St. Edison Pasaribu 72, sejarah
masuknya alat musik tiup di HKBP Pearaja adalah dari sumbangan dari
Misionaris Jerman yang menjalin hubungan yang baik dengan semua keanggotaan
di HKBP Pearaja. 73 Setelah alat musik tiup diserahkan kepada jemaat di sana,
alat musik tiup. Setelah itu, mereka mengumpulkan jemaat yang benar-benar mau
belajar alat musik tiup tersebut. Setelah beberapa bulan kemudian, Misionaris
dari Jerman pun berangkat dari Pearaja dan kebaktian di gereja Pearaja sudah
diiringi oleh alat musik tiup yang pemainnya adalah jemaat HKBP Pearaja.
70
Ibid, hal., 36-37.
71
Penulis mengadakan penelitian ke Gereja Pearaja dan menemukan sejumlah besar
tentang sejarah masuknya alat musik tiup sehingga dipakai dalam kebaktian di Gereja HKBP
Pearaja.
72
Penulis mengadakan wawancara kepada salah seorang penatua dari gereja HKBP
Pearaja yang bertempat tinggal di Sitangka, salah satu pedesaan yang termasuk lingkungan Ressort
Pearaja yang bernama Bapak St. Edison Pasaribu, dan beliau juga merupakan salah satu pekerja
bangunan yang sudah lama bekerja di HKBP.
73
HKBP Pearaja adalah salah satu gereja yang sudah mandiri dan mendapat perhatian
khusus dari Misionaris yang datang ke tanah Batak. Hal ini muncul karena banyak sekali bantuan
dan pengajaran yang sudah diterima oleh jemaat di HKBP Pearaja yang sumbernya dari para
Misionaris.
dipakai dan dirawat sedemikian rupa supaya tetap terpelihara dan bisa digunakan
Alat musik ini masih tetap dipergunakan sampai pada tahun 1974 di
ternyata tidak ada lagi yang mempergunakannya setelah tahun 1974. Bahkan
anggota Gereja HKBP Pearaja sendiri tidak mengetahui mengapa alat musik
tersebut tidak nampak lagi. Menghilangnya alat musik tiup tersebut mempunyai
efek yang negatif dalam kemerosotan jemaat yang mengikuti kebaktian di gereja
tersebut, dengan alasan bahwa ternyata alat musik tiup tersebut mempunyai
dampak yang sangat besar dalam proses pelaksanaan ibadah di gereja. Tanpa
adanya yang mengiringi lagu-lagu pujian di gereja jadi terasa hambar dan tidak
meresap ke dalam hati, demikian tutur Bapak St. Edison Pasaribu 75.
Sampai tahun 1975, alat musik tiup juga sudah dipadu dengan poti
marende yang pada awalnya juga adalah merupakan sumbangan dari para
gereja tersebut. Poti marende ini juga disumbangkan supaya dipadu dengan alat
musik tiup. Sama halnya seperti proses awal diberikannnya alat musik tiup, para
missionaris juga mengajari jemaat setempat yang mempunyai minat dalam hal
memainkan poti marende. Setelah sekian lama prosesnya, akhirnya ada juga
Dari sejarah yang sudah diteliti melalui wawancara tersebut, beliau juga
masih sempat menyimpan satu sejarah yang sudah lama tersimpan dan selalu
diingat ketika ditemukannya kembali alat musik tiup tersebut pada tahun 1992 di
bagian belakang gereja HKBP Pearaja namun tidak lengkap lagi seperti yang dulu
dan sudah dalam keadaan tidak bisa dipergunakan lagi. Sangat disayangkan jika
alat musik tersebut sudah tidak bisa dipergunakan namun muncul secara tiba-tiba
dan mengherankan semua anggota jemaat pada masa itu. Sehingga setelah tahun
1975, hanya poti marende 76 yang digunakan dalam mengiringi kebaktian setiap
hari minggunya.
seorang dermawan yang merupakan salah satu jemaat di gereja tersebut dan
mempunyai beberapa nada yang sudah mengimbangi penggunaan alat musik tiup
dan poti marende jika dipadu. Penggunaan organ ini akhirnya menutup masa
tersebut. Dari hasil yang ditemukan dari beberapa gereja yang sudah diteliti, ada
beberapa gereja yang menggunakan poti marende yang masih disimpan di gereja
76
Poti Marende adalah sebutan untuk Orgel
merupakan generasi pembuatan gitar dan poti marende yang sudah sangat lama di
karena sudah diajari oleh seorang keturunan Jerman yang pekerjaannya adalah
membuat poti marende di Jerman dan datang ke tanah Batak untuk membantu
proses pembuatan poti marende supaya dipergunakan di setiap gereja. Hal ini
Organ sebagai alat musik yang lebih modern, tidak ada lagi yang meminatinya
alat musik tiup (trumpet) bagi para jemaat, yang berasal dari bantuan RMG/VEM.
Trumpet ini diberikan kepada para jemaat yang dianggap tepat sekali gus
trumpet diberikan kepada para jemaat dengan perincian minimal 10 buah setiap
kelompok. Adapun para jemaat yang memiliki grup trumpet tersebut antara lain:
77
Wawancara dengan St. Edison Pasaribu, pada hari senin, 21 Februari 2011, Sitangka,
Pearaja-Tarutung.
78
-------, Buku Sejarah Kekristenan di Tanah Batak. (Pearaja, Tarutung 1989), hal., 45-
49.
Saribu Dolok, HKBPS Tebing Tinggi, HKBPS Teladan Medan, dan HKBPS
Bangun Purba.
besar.
bagaimana tanggapan para missionaris yang bertugas pada masa era Kristenisasi
Memasuki dekade 1970 keadaan ini baru berubah saat sejumlah tulisan
“Gondang Batak Saroha”, dan dari kebudayaan musik lainnya di Sumatra Utara.
Buku, artikel ataupun laporan yang diterbitkan pada kurun waktu ini sudah
meliputi musik suku Melayu, Batak Toba, Batak Pakpak, Batak Simalungun,
79
Luther D. Reed, Worship (A Study of Corporate Devotion), (Philadelphia: Fortress
Press, 1959), hal., 168-174.
70-an itu sudah bervariasi. Ada tulisan yang mendeskripsikan instrumen musik,
mengulas fungsi dan konteks sosial, menganalisa dan mencari pola struktur
musik, menginterpretasikan sistem dan teori musik dan bahkan ada yang
pada masa tahun 70-an ini antara lain, Lothar Schreiner, Liberty Manik, Dada
gereja Batak Toba, secara garis besar masih merupakan sejarah perjalanan sejarah
musik yang masih harus dikembangkan. Pandangan ini cukup beralasan, karena
Batak.
bahasa dan sastra, politik, migrasi, perubahan dan kehidupan sosial orang Batak
Toba, Dr. Andar Lumban Tobing mencatat bahwa pada tahun 1885, Gustav
80
Ibid. hal., 29-34.
berjudul “Referat Uber heidnische Musik und Tanz”. Pilgram mengulas tentang
kontiniu menulis tentang adat, agama, tekstual lagu-lagu, dan deskripsi instrumen
musik Batak (Batak Toba). Kedua adalah J. G. Huyzer dengan artikelnya yang
membahas dan menelaah tentang perbedaan bentuk fisik hasapi, instrumen yang
nama penulis yang menyumbang tulisannya antara tahun 1920-an dan 1930-an.
gereja yang sudah digunakan masih berhubungan erat dengan Gondang. Namun,
dari buku Nord-Sumatra, Vol. 1: Die Bataklander, ditulisan oleh Wilhem Volz,
diterbitkan oleh D. Reimer, Berlin pada tahun 1909. Yang kedua, Jaap Kunst
aspek sosial serta instrument musik padasuku Nias. Tunggul P. Siagian (1966)
81
W. Robert Hodges “Sing to The Lord a New Song” dalam Membangun Tubuh Kristus,
J.R. Hutauruk (ed.). (Pematang Siantar STT HKBP 1996), hal., 312.
sebut di atas walaupun tidak tertumpu hanya pada kebudayaan musik Batak Toba
terputus.
pada masyarakat Batak Toba. Berbeda dari yang lainnya, Dada Meuraxa (1973)
tersebut menyoroti aspek-aspek sosial dan religinya, dan aspek teori musiknya. Di
awali oleh Artur Simon yang pada tahun 1982 menulis sebuah artikel berjudul
Etnologi Music. Dan pada tahun 1984, ia kembali menyumbangkan satu artikel
masyarakat Batak Toba yang nota bene berdomisili di kota adalah point penting
tulisan itu. Di tahun yang sama dia mempublikasikan dua buah piringan hitam
berkisar pada fungsi sosial dan religi musil-musik Batak dalam konteks upacara
82
---------, Musik Tradisional : Gondang Batak. (Tarutung, 1988), hal., 25-26.
Pada bab ini akan dibahas dua bagian sejarah yaitu sejarah koor di HKBP
Menyertai Umatnya, sejarah Jubileum 125 tahun HKBP” 84. Adapun periodisasi
ada akan tetapi periodisasi ini menurut penulis relevan diterapkan dalam
mengkaji sejarah koor di HKBP. Selain itu periodisasi ini memiliki kekuatan
Indonesia.
83
Pdt J.R. Hutauruk adalah Pendeta HKBP mantan pimpinan (Ephorus HKBP) periode
2003-2008, seorang Doktor Theologi bidang sejarah Gereja.
84
J.R. Hutauruk, “Tuhan Menyertai Umatnya, Sejarah Jubileum 125 tahun HKBP”
(Pearaja Tarutung 1986), hal., 13-28.
(koor) tidak terlepas dari sejarah perkembangan penginjilan di tanah Batak. Koor
dibawakan oleh para penginjil atau yang sering disebut dengan para missionaris. 85
Untuk pembahasan selanjutnya akan dibahas pada sub bab-sub bab berikut
ini.
Sub bab ini akan membahas sesuai dengan periodisasi seperti yang
Sejak awal pemberitaan Injil di Indonesia, salah satu hal yang sangat
dan musik gerejani. Ada tiga cara yang di terapkan oleh para missionaris pada
salah satu ciri khas pengajaran para missionaris adalah lebih menekankan
pendidikan melalui musik karena mereka menganggap orang Batak terkenal suka
nyanyian 86.
85
Dalam tulisan ini akan dipakai kedua kata ini yaitu kata “Missionaris” dan “Penginjil”,
kedua kata ini memiliki pengertian yang sama yaitu para utusan-utusan sending/ Pekabaran Injil
yang datang dari Eropa ke tanah Batak.
86
A. Panggabean, ”Dasar Theologia Operational HKBP bersama atau tanpa Nommensen
(Dari mana sumber theologia HKBP?) dalam HKBP, Benih yang Berbuah: Hari Peringatan 150
tahun Ompui Ephorus Dr.Ingwer Ludwig Nommensen Almarhum 6 Februari 1834- 6 Februari
didiknya. Disaat anak-anak mulai mengantuk, ngobrol, gelisah dalam kelas maka
dengan isi nyanyian, misalnya : Ende meam-meam yang diajarkan secara oral
tanpa ada notasi yang terdiri dari empat ayat dinyanyikan secara berurutan
dengan isi syair nyanyian tersebut 87. Begitulah cara para pendeta itu mengajarkan
bisa di ajarkan pada hari berikutnya, yang penting mereka (anak-anak) sudah
bahasa Batak pada tanggal 13 Desember 1871 sampai bulan Maret 1872 di
1984 ( Pematang Siantar : Bagian Ilmu Sejarah Gereja dan Pekabaran Injil STT-HKBP bidang
Penelitian dan Pengembangan, 1984), 121-124.
87
Hasil wawancara dengan Bapak Pdt A. Simorangkir (76 tahun) berdasarkan cerita
orang tua beliau.
itu 88.
Hal ini juga diikuti oleh para missionaris lainnya seperti : P. H. Johansen,
digunakan oleh gereja HKBP hingga sekarang ini adalah hasil terjemahan para
Sebagian besar melodi nyanyian untuk koor itu berasal dari nyanyian
mengambil melodi lagu-lagu rakyat Prancis dan Inggris untuk menambah lagu-
Tahun 1881 merupakan tahun yang mencatat peristiwa penting antara lain
kemudian di tetapkannya aturan gereja yang pertama dan RMG mengangkat Pdt.
Sementara buku nyanyian yang di terjemahkan berisi 121 nyanyian. Buku ini
88
Hasil wawancara dengan Bapak Pdt A. Simorangkir (76 tahun) berdasarkan cerita
orang tua beliau.
89
Wawacara dengan Pdt. T.D Siregar, S.Th. Rabu, 26 Mei 2011, Medan.
menuliskan dua buah buku nyanyian jemaat HKBP yang berasal dari koor-koor
surgo. Tahun 1907 Paul Gerhard ketika cuti ke Berlin juga menterjemahkan
1. Beha ma panjalangku
2. Hamu ale donganku
3. Sai tiop ma tanganku
4. O ulu na sap mudar
5. Adong do biru – biru i
6. Bongoti ma rohangku
7. Sai hehe ma rohangku
8. Mata ni ari binsar saonnnari
9. Lao modom do luhut na
10. Pasahat ma sudena
11. Tung beasa au holsoan
Pada tahun 1911 lagu-lagu koor ini kemudian resmi menjadi nyanyian
jemaat HKBP yang berjumlah 277 nyanyian dan nyanyian ini sudah dituliskan
dalam not balok dan di bawah nomor nyanyian dituliskan nomor nyanyian serta
sumber melodi yang dikerjakan oleh Nona Lisette Nieman dari Jerman. 90
dibawa oleh para Missionaris yang berasal dari nyanyian rohani Jerman dan
Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa Batak Toba dan seluruh koor-koor
dengan yang ada pada masyarakat Batak Angkola dibawah asuhan Bapak Pdt. Ph.
Chr. Schuetz dan pendeta ini menjabat sebagai Ephorus di Angkola saat itu.
Jumlah nyanyian mereka pada saat itu sudah sampai 250 nyanyian , sekitar tahun
1985 Schuetz aktif menterjemahkan lagu dari Eropa kedalam Bahasa Batak
Angkola 91.
menjadi nyanyian jemaat HKBP dan menerbitkan cetakan pertama buku nyanyian
jemaat HKBP yang bertajuk Endehon Ma Debata atau sama dengan Boekoe Ende
nyanyian jemaat HKBP sudah mencapai 322 nomor (sama dengan nomor 293
dibeberapa tempat disebarkan juga melalui Almanak HKBP seperti pada almanak
HKBP terbitan 1922 (seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Lagu koor ini
91
A. Panggabean, ”Dasar Theologia Operational HKBP bersama atau tanpa Nommensen
(Dari mana sumber theologia HKBP?) dalam HKBP, Benih yang Berbuah: Hari Peringatan 150
tahun Ompui Ephorus Dr.Ingwer Ludwig Nommensen Almarhum 6 Februari 1834- 6 Februari
1984 (Pematang Siantar : Bagian Ilmu Sejarah Gereja dan Pekabaran Injil STT-HKBP bidang
Penelitian dan Pengembangan, 1984), 121-124.
92
Hasil wawancara dengan Pdt. DR. JR. Hutauruk tanggal 3 maret 2011 di medan Bapak
Torang Hutagalung dipematamg siantar- bandingkan dengan Boekoe ni Kolportage Zending No.
9, Endehonma Debata-Boekoe ende namarragam Di Hoeria Kristen Batak Protestan
IL.Nomensen,Uitgevers Zending Wekplaatsen Laguboti (1933)
93
Hasil wawancara dengan Pdt. DR. JR. Hutauruk tanggal 3 maret 2011 di medan Bapak
Torang Hutagalung dipematang siantar.
judul koor yang diajarkan kepada kelompok-kelompok koor yang secara khusus
diajarkan pada kelompok koor wanita remaja dan dewasa, yaitu koor-koor yang
dibawa dan diajarkan oleh Zuster Elifiede Harder 95. Salah satu dari koor yang
diajarkan oleh Zuster Elifiede ini akan dianalisa pada Bab V thesis ini yaitu koor
94
Pada sub bab ini (3.2) sebenarnya hanya sampai tahun 1936 tetapi koor-koor yang
dinyanyikan belum resmi menjadi nyanyian jemaat sampai tahun 1959
95
Zuster Elifiede Harder lahir di kota Celinar di Elsass pada tanggal 26 Juli 1896 dan
Zuster Elifiede meninggal pada tanggal 09 Agustus 1971 di Bad Salzufen dan kebumikan di Berlin
pada tanggal 19 Agustus 1971.Kedatangan Zuster Elifiede di tanah Batak di kota Laguboti pada
awalnya adalah sebagai tenaga pengajar di sekolah Meisjesschool oleh badan Zending Barmen
Jerman. Zuster Elifiede Harderlah yang mendirikan sekolah Bibelvrow HKBP yang terletak di
Laguboti. Selama Zuster Elifiede Harder di Laguboti, sangat menyenangi pengajarannya dan
membimbing semua perempuan Batak, Pada tahun 1928 Zuster Elifiede membentuk suatu
kebaktian yang kecil dan Zuster Elifiede Harder memilih perempuan untuk menemaninya pergi
kedesa-desa untuk melihat para perempuan yang sakit, malas dan orang yang suka menyembah
yang berhala (Sipele begu) untuk kembali kejalan yang benar. Pada tahun 1929 Zusfer Elifiede
membentuk suatu kursus kepada perempuan, para perempuan yang datang ke tempat kursus itu
dari Balige, Pearaja dan Sibolga.
penghiburan. Semakin banyak lagu yang diajarkan semakin banyak pula para
wanita Batak yang tertarik untuk datang belajar bahkan untuk mendengarkan
seluruhnya ada sekitar seratusan judul koor yang diajarkan kepada kelompok-
kelompok koor yang secara khusus diajarkan pada kelompok koor wanita remaja
dan dewasa, yaitu koor-koor yang dibawa dan diajarkan oleh Zuster Elifiede
Harder ditambah dengan koor-koor yang telah ada pada periode sebelumnya.
Pada rentang waktu ini telah ada 2 orang Pendeta HKBP yang telah ikut
mereka dapatkan dari buku-buku koor terbitan gereja Jerman dan beberapa lagu
sekitar tahun 1940 sudah ada buku nyanyian jemaat HKBP berisi 373 nyanyian
96
Hasil wawancara dengan Pdt. DR. JR. Hutauruk tanggal 3 Maret 2011 di Medan, Bapak
Torang Hutagalung di Pematang Siantar.
Jadi tahun 1933 nyanyian jemaat HKBP sudah dibukukan dan telah
Adapun sumber-sumber koor ini adalah 98: (masih ada usaha pencarian):
3. EKGR = Sama dengan EKG. Kitab nyanyian ini dipakai oleh gereja
berwarna pietis.
97
A. Panggabean, ”Dasar Theologia Operational HKBP bersama atau tanpa Nommensen
(Dari mana sumber theologia HKBP?) dalam HKBP, Benih yang Berbuah: Hari Peringatan 150
tahun Ompui Ephorus Dr.Ingwer Ludwig Nommensen Almarhum 6 Februari 1834- 6 Februari
1984 (Pematang Siantar : Bagian Ilmu Sejarah Gereja dan Pekabaran Injil STT-HKBP bidang
Penelitian dan Pengembangan, 1984), 121-1124.
98
Kantor Pusat HKBP. Buku Ende HKBP. (Pematang Siantar: Percetakan HKBP, 1990).
Harrisburg 1936
Regensburg, 1975.
maka bertambah pula kumpulan lagu jemaat HKBP itu yang disebut dengan Buku
Haluaon Na Gok (Keselamatan yang utuh) yang disusun oleh Zuster Elfriede
Harder yang pada saat itu juga menjabat sebagai pimpinan sekolah Bibelvrow.
Tahun 1959 buku ende "Haluaon na gok" telah dipakai oleh HKBP dalam
kebaktian minggu. Sebenarnya buku nyanyian Haluaon Na Gok sudah ada sejak
Tahun 1934 tetapi belum diterima HKBP sebagai nyanyian resmi pada kebaktian
minggu jemaat gereja HKBP karena para Pendeta Jerman maupun Pendeta Batak
Hal lain yang membuat penolakan itu adalah pada saat itu instrument
musik gitar tidak di perbolehkan untuk mengiringi lagu koor pada kebaktian
minggu di gereja. Pada sekitar tahun 1959 Buku Haluaon na Gok ini resmi
Tetapi satu hal yang jelas banyak sekali kaum perempuan yang merasa
"kena strum" bila telah mendengar Zuster Elifiede Harder bernyanyi sambil
bermain gitarnya. Terasa lagu-lagu tersebut kuat sekali menyentuh hati mereka
bagaimana, lagu itu terasa menghantar mereka pada suatu kekuatan yang Illahi.
HKBP sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari buku Ende HKBP 102.
dengan buku Ende HKBP yang bernot angka. Disana penomoran buku Ende
bagian Haluaon Na Gok tidak lagi di mulai dari nomor 1 sampai 232 tetapi
diterima oleh HKBP sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari buku ende HKBP.
ayun" 104.
dengan buku Ende HKBP yang bernotasi angka. Disana penomoran Buku Ende
bagian Haluaon Na Gok tidak lagi dimulai dan nomor 1 sampai 232 tetapi dimulai
dengan nomor 374 sampai 556 pada saat penggabungan ini ada 49 nyanyian yang
dibuang dari Haluaon Na Gok karena nyanyian tersebut telah ada pada Buku Ende
Buku Ende Haluaon na gok dicetak dengan penomoran yang dimulai dan
nomor 1 sampai 232. Baru pada tahun 1995 penomorannya dirubah dengan
sampai 556. Sejak Szuster Elifiede Harder mengumpulkan nyanyian ini, beliau
104
Wawancara dengan beberapa anggota jemaat HKBP, di Tarutung, Pematang Siantar
dan Medan ( dapat dilihat pada halaman lampiran Tesis ini).
105
Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011.
106
Kantor Pusat HKBP. Buku Ende HKBP. (Pematang Siantar: Percetakan HKBP, 1990).
periode dimana koor-koor yang diajarkan ataupun yang dinyanyikan masih tetap
didominasi oleh koor-koor pada periode sebelumnya akan tetapi beberapa orang
dari pendeta HKBP mulai menerjemahkan sendiri lagu dari luar dan ada yang
Dua buah lagu koor yang dinyanyikan di HKBP pada periodisasi ini akan
dianalisi pada Bab V thesis ini yaitu yang berjudul: “ Las Ma Roham” dan
107
Mengenai jumlah koor yang mereka terjemahkan tidak ada data tertulis yang
menyebutkannya.
Pada rentang tahun ini banyak lagu-lagu koor yang dinyanyikan di seluruh
gereja HKBP baik yang berasal dari luar Indonesia maupun yang berasal dari
Ada beberapa nama pengarang koor yang dapat disebutkan baik dari
kalangan Pendeta, Guru Jemaat, Bibelvrow, maupun jemaat HKBP. Dari kalangan
pendeta seperti Pdt. A. Simorangkir, Pdt J. Pardede, Pdt. W. Silitonga, Pdt. J.A.U.
Dolok Saribu, Pdt. TPL. Rajagukguk, Pdt. C.O.R. Silaban, Pdt. B.P. Pardede, dan
Dari kalangan Guru jemaat ada beberapa nama yang bisa disebutkan
beberapa Guru Jemaat lainnya yang mengarang lagu khusus untuk pelayanan di
gerejanya masing-masing.
gerejanya masing-masing.
Dari kalangan jemaat ada beberapa nama yang bisa disebutkan namanya
108
Mengenai judul-judul koor, tahun penciptaan dan keterangan lainnya yang berkaitan
dengan daftar koor dapat dilihat dalam lampiran tesis ini.
Selain dari jemaat HKBP sendiri banyak juga karya-karya koor yang
dinyanyikan di HKBP yang merupakan ciptaan dri mjemaat Kristen diluar HKBP
seperti: Bonar Gultom, Pontas Purba, Alfred Simanjuntak, E.L. Pohan, Mauly
Tiga buah lagu koor yang dinyanyikan pada rentang waktu ini akan
dianalisi dalam Bab V thesis ini; ketiga lagu tersebut adalah:, “Arbab” ciptaan
Bonar Gultom, “Dison Adong Huboan Tuhan” ciptaan Pdt. W. Silitonga; dan satu
109
Dapat dilihat pada Lampiran di akhir Tesis ini.
menyertakan melodi dan dicetak dalam not balok. Kemudian tahun 1995 HKBP
menerbitkan lagi buku Bibel / Alkitab lengkap dengan Buku Ende . N yanyian
Haluaon Na Gok juga sudah ada didalamnya sebagai buku penyatuan Buku Ende.
Kemudian tahun 1999 diterbitkan lagi cetakan pertama buku ende HKBP
berbahasa Indonesia dengan nama Kidung Jemaat HKBP dan yang berperan aktif
dalam penerbitan buku ini adalah Pdt. Waldemar Silitonga (yang bisa dipanggil
Pensilwally) dan pada buku ini telah dicantumkan nama penulis syair dan nama
balok dengan not angka dalam Buku Ende HKBP. Not angka ditulis diatas not
balok serta menuliskan nama komponis pada setiap nyanyian dari nomor 1 sampai
dengan 556, tetapi ada komponis dan penyair yang tidak dapat ditemukan. 110
Pada tahun 2003 tepatnya tanggal 8-2 Oktober 111 diadakan rapat pendeta
yang akan mensahkan Buku Ende HKBP berjudul “Sangap Di Jahowa” yang
berisikan 307 nyanyian dan disatukan dengan buku ende yang sudah ada
sebelumnya sehingga nyanyian Buku Ende akan ada sebanyak 864 nyanyian.
Buku Ende Suplemen ini di buat oleh sebuah tim Suplemen Buku ende
HKBP yang diketuai Pdt. JAU Doloksaribu, anggota Pdt M. V. Simanjuntak, Pdt.
Manuara Hutapea, STH, MBA. Kemudian tim ini mengumpulkan lagu-lagu yang
telah ada dan sudah biasa dinyanyikan oleh Paduan Suara Ama ,Ina, Naposo
110
Notulen Rapat Pendeta HKBP tanggal 8-13 Oktober 2003 hal., 22-24.
111
Ibid.
aus Tize; Hyms for The Living Church; Thuma Mina; The Book Of Hyms; Singing
Youth ; Global Praise; Kidung Pujian Kristen; Mazmur dan Nyanyian Rohani 112.
Pada Periode ini jemaat HKBP telah ikut menghasilkan karya cipta
koornya walau sampai pada akhir tahun 70-an komposisi koor ini mengikuti
komposisi barat baik dari segi harmoni maupun dari segi melodi. Pada tahun 80
hingga saat ini karya cipta koor di HKBP sudah banyak yang merupakan hasil
karya yang berasal dari budaya sendiri dalam hal ini “bermelodi dan “berirama
Batak” 113.
Sub bab ini akan membahas posisi koor dalam perkembangan peribadahan
di HKBP.
Bentuk liturgi hari Minggu yang dijumpai pada periode ini berasal dari
tahun 1904, di mana liturgi dibedakan untuk jemaat yang sudah lama (dilayani
oleh pendeta) dan jemaat yang masih baru (dilayani oleh guru).
112
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Biro Ibadah dan Musik Kantor Pusat HKBP
Pearaja Tarutung tanggal 23 Desember 2010.
113
Hasil wawancara penulis dengan beberapa jemaat HKBP mengatakan pengertian
“bermelodi dan “berirama Batak” diartikan sebagai melodi yang mewakili nada-nada yang sama
dengan nada yang dimainkan alat musik tradisional Batak toba yang terdiri dari 5 nada (do-re-mi-
fa-sol); sedangkan berirama Batak diartikan irama dalam musik Batak Toba seperti Urdot (tempo
sedang), Embas (Irama cepat).
‐ Bernyanyi
‐ Koor
‐ Votum : Atas nama Allah Bapa dan Nama AnakNya Yesus Kristus dan
‐ Pembacaan ayat (satu ayat yang cocok untuk acara Minggu itu)
‐ Doa (dibacakan satu doa yang sudah ada dalam Agenda yang cocok
‐ Koor
‐ Bernyanyi
‐ Bernyanyi
‐ Koor
‐ Pendeta berkata: Mari kita mendengarkan nas pada hari Minggu ini
114
Agenda HKBP tahun 1986, hal., 1-4.
dan memeliharanya.
‐ Bernyanyi
‐ Koor
‐ Bernyanyi
‐ Khotbah
‐ Bernyanyi
pendeta, guru dan sintua, lamanya khotbah, waktu untuk memulai ibadah, makna
setelah selesai kebaktian Minggu, dan penegasan bahwa pelaksanaan ibadah harus
‐ Waktu kebaktian adalah pukul 9 atau pukul 10. Lonceng Gereja harus
dipukul dua kali sebagai tanda panggilan dan untuk ketiga kalinya
sebagai tanda masuk. Kalau tidak ada lonceng Gereja dapat digunakan
gong.
115
Ibid.
jemaat dan sebelum lagu selesai pendeta dapat naik ke mimbar, lalu
berkata: Di dalam nama Allah Bapa dan Anak dan Roh Kudus….:.
persembahan dijalankan.
‐ Jika guru yang berkhotbah, dia harus mengingat aturan yang ada dalam
Tempat Koor dalam ibadah minggu pada periode ini masih tetap seperti
dimasukkan dalam urutan pertama dalam Agenda baik yang berbahasa Batak
‐ Votum-Introitus-Doa
‐ Koor
‐ Nyanyian Bersama
‐ Nyanyian Bersama
‐ Nyanyian Bersama
‐ Koor
‐ Membaca Epistel
‐ Koor
‐ Nyanyian Bersama
‐ Pengakuan Iman
‐ Koor
‐ Warta Jemaat
‐ koor
‐ Khotbah
‐ Nyanyian Bersama
117
Ibid.
3.2.3. Koor Dalam Peribadahan Gereja HKBP Dalam Upaya Menuju Liturgi
Kontekstual
Tidak sedikit para teolog praktika Indonesia yang merasa tidak puas
gereja “main stream” (arus utama). Salah seorang di antaranya J. L. Ch. Abineno
gereja Barat. Pengimporan bentuk-bentuk dari barat ini telah terjadi berpuluh-
Hal senada juga disampaikan oleh Muller Kruger 119 seorang teolog Jerman
meskipun sulit dimengerti dianggap sudah baku dan tidak boleh diubah. H.
Kraemer 120 juga mencatat sekalipun Gereja-gereja muda telah merdeka atau
118
J.L. Ch.Abineno, Gereja dan Ibadah Gereja, (BPK Gunung Mulia, Jakarta 1986),
hal., 27.
119
Th. Muller-Kruger, Sejarah Gereja di Indonesia , Jakarta : BPK Gunung Mulia ,1959,
hal., 183.
120
H. Kraemer, Religion and Christian Faith, (London: Lutterworth press. 1956), hal.,
410.
di Indonesia pada masa itu mulai sadar bahwa ternyata Indonesia belum lepas dari
“penjajahan spiritual” karena semua liturgi pada waktu itu hanya merupakan
warisan dan sebetulnya tidak relevan lagi untuk kebutuhan iman jemaat saat
ini.Kenyataan ini juga terlihat pada kemunculan koor-koor yang dibawa dan
oikumenis. Puncak pembaruan adalah Liturgi Lima tahun 1982 di Peru melalui
konferensi Komisi Iman dan Tata Gereja dari Dewan Gereja-gereja se-Dunia
(DGD). Secara umum telah terjadi penerbitan revisi buku-buku liturgi Gereja.
dalam liturgi. Tata ibadah termasuk tata ruang, para petugas, simbol-simbol, tata
gerak, musik dan sakramen yang seluruhnya dalam liturgi ditempatkan dalam
teologis yang timbul dari peristiwa inkarnasi. Jika firman Allah telah menjadi
seorang manusia Yahudi (Yesus Kristus) maka Gereja pun di berbagai negara di
Dalam hal ini koor yang diciptakan oleh jemaat-jemaat HKBP pun turut
mengambil peran seperti salah satu koor yang berasal dari Patik Uhum Batak
121
Rasid Rachman, Pengantar Sejarah Liturgi, hal., 121.
122
Anscar J. Chupungco, Penyesuaian Liturgi Dalam Budaya (Yogyakarta: Kanisius,
1987), hal., 107.
Alkitab, seperti:
hukum Kristus”.
Seperti terlihat dibawah ini; koor ini akan dianalisi pada bab VI thesis
ini.
sejarah pendidikan teologia HKBP, yang didirikan tahun 1868. Lama belajar
ditetapkan 2 tahun, yang diasuh oleh DR.A. Schreiber dan dibantu oleh 2 orang
Tujuan sekolah ini adalah dwi-fungsi, yaitu mendidik para siswa dari
putra-putra Batak untuk menjadi pekerja dalam gereja, sebagai pembantu dari
di tunjuk.
Sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jadikan disekolah itu,
selain pengetahuan sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jalankan di
sekolah itu, selain pengetahuan teologia, Musik (Baik vocal maupun instrument)
Setelah usaha perkembangan Injil yang makin luas di Tanah Batak, maka
sendiri.
Untuk itu maka pada tahu 1883 dibukalah Sekolah Pendeta di Seminari
Pansurnapitu itu juga. Para siswa yang diterima untuk mengikuti Sekolah Pendeta
ini ialah guru-guru yang telah bekerja baik dalam tugasnya sebagai guru sekolah
Zending dan guru jemaat. Dengan demikian yang memiliki calon siswa Sekolah
Pendeta itu ialah rapat para missionaris dari antara guru-guru yang dinilai telah
cukup berpengalaman dan mempunyai reputasi yang baik dalam tingkah laku dan
secara intelektual.
Sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jadikan disekolah itu,
selain pengetahuan sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jalankan di
sekolah itu, selain pengetahuan teologia, Musik (Baik vocal maupun instrument)
3.3.3.Seminar Sipoholon
pengetahuan umum, karena mutu guru tamatan Seminari ini di harapkan juga
kumpulan khusus untuk wanita (kebanyakan janda) yang suka dididik dan di ajar
Sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jadikan disekolah itu,
selain pengetahuan sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jalankan di
sekolah itu, selain pengetahuan teologia, Musik (Baik vocal maupun instrument)
memberi status mandiri kepada gereja HKBP, maka didalam HKBP sendiri telah
ini mulai terwujud dengan keikut sertaan HKBP menggagasi dan mendukung
sana.
lebih tinggi di banding theologi teologia untuk melayani dan memimpin HKBP.
adalah lulusan dari SLTP, dengan lam belajar 5 tahun. Tahun 1954, berbarengan
Sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jadikan disekolah itu,
selain pengetahuan sesuai dengan tujuan itu maka kurikulum yang di jalankan di
sekolah itu, selain pengetahuan teologia, Musik (Baik vocal maupun instrument)
diberi nama Universitas HKBP Nommensen itu, di tetapkan pada senode agung
HKBP 1952. Universitas itu mulai di buka pada tahun 1954 dengan salah satu
Fakultasnya ialah Fakultas Theologia. Maksud utama dari Fakultas ini ialah
Univ.HKBP Nommensen, karena mulai saat itu masa pendidikan di bagi atas dua
bagian. Tingkatan yang pertama yaitu pendidikan untuk gelar Sarjana Muda
kedua ialah pendidikan untuk gelar Sarjana Lengkap Theologia, yang merupakan
masing 4 SKS yang ditambah dengan ekstrakulikuler dan muatan lokal berupa
missionaries sampai saat ini musik gereja yang dalam hal ini termasuk koor sudah
mendapat tempat di HKBP. Melihat hal ini penulis merasa perlu kiranya
membahas fungsi koor dalam peribadahan di HKBP. Untuk itu pada Bab
selanjutnya (Bab IV) akan dibahas fungsi koor dalam ibadah di HKBP.
Bab ini akan membahas fungsi koor di gereja HKBP, yang meliputi:
ibadah minggu, fungsi koor di gereja HKBP dan fungsi koor dalam ibadah
Secara khusus kebaktian adalah suatu upacara, misalnya pada hari minggu
bernyanyi memuji Allah sebagai tanda syukur atas anugerah Allah bersama-sama
ibadah minggu.
Allah dan jemaat dalam bentuk dialog, dimana Allah berfirman dan manusia
mendengar, Allah memberi dan jemaat menerima serta mengucap syukur, Allah
di gereja atau di ruangan tertentu kita mendengar, kita bernyanyi, berdoa, Firman
123
Abineno, 1995. hal., 5.
124
Siregar, 1996. hal.,163.
dengan Allah dan sesama manusia dalam menjawab kasih Allah dengan
merupakan suatu pertemuan yang terbuka, dimana terjadi hubungan antara Allah
dengan manusia, manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan. Hal ini
memuji Tuhan dan mendengar firman serta mengucap syukur atas kasih kepada
umat-Nya.
adalah adanya suatu pertemuan Umat Allah dengan manusia dan juga dengan
Allah, dalam bentuk dialog, nyanyian, pembacaan Firman Tuhan dan juga Doa.
“Dominggo“ yang berasal dari bahasa Latin “Dominus” yang artinya “ Tuhan”.
125
A.A. Sitompul, 1993. hal., 10.
126
Riemer, 2002. hal., 123.
dunia ini. Dalam kebaktian kita diikut sertakan dalam proses penyelamatan itu,
suatu persekutuan hidup dengan Tuhan dan juga sesama anggota jemaat lainnya.
Tuhan dengan sesama manusia. Hal ini terjadi melalui suatu persekutuan atau
Minggu adalah persekutuan dengan Allah dan sesama manusia dalam menjawab
kasih Allah dengan mengucap syukur dan memuji namaNya serta mengingat
karya Tuhan.“
sebagainya contohnya adalah kebaktian pada hari Minggu pagi. Saat kebaktian
127
R. L. Sitanggang, 2002. hal., 116.
128
A. A. Sitompul, 1993. hal., 10.
129
Bons Strom, 2001. hal., 14.
bernyanyi memuji Allah, sebagai tanda ucapan syukur atas anugerah Allah dan
bahwa ibadah Minggu merupakan perayaan persekutuan secara sadar oleh setiap
umat Kristen dengan Tuhan Yesus dan sesama manusia, sebagai jemaat Kristus
manusia.
dipimpin oleh majelis gereja dan pelayan Tuhan. Jemaat bersekutu dengan Allah
dan Allah pun berfirman melalui ibadah. Jemaat boleh lebih mengenal dan
mengerti akan firman Tuhan serta membuat jemaat sadar untuk memuji
maksud bukan hanya untuk proklamasi dengan Allah, tetapi melalui pembacaan
maksud tentang perjumpaan antara Allah dengan manusia atau umatNya dalam
memberi, jemaat menerima dan mengucap syukur, (bnd 1 Kor 14: 26).
Peter Wongso 130 mengemukakan bahwa ada tujuh unsur yang menjadi
4. Memuji Allah
6. Memperbaharui
7. Meneguhkan Iman
Pada waktu jemaat mengikuti ibadah pada hari Minggu, pasti ada tujuan
ibadah yang mereka lakukan itu. Tujuan ibadah itu adalah untuk menyerahkan
tubuh sebagai suatu persembahan yang hidup dipersebahkan hanya kepada Allah
saja yang merupakan persembahan yang kudus, yang hidup dan yang berkenan
kepada Tuhan Allah. Sehingga dalam hal ini jemaat yang mengikuti ibadah
uraian di atas dapat dikatakan bahwa ibadah adalah cara/upacara yang dilakukan
130
Peter Wongso, 1983. hal., 45.
tujuan bagi kehidupan jemaat, agar jemaat semakin dewasa dalam iman dan
Allah supaya segala pelayanan diberkati dan menjadi kemuliaan bagiNya. Setelah
ibadah menempati tempat masing-masing, maka song leader dan organis akan
mengikuti ibadah.
Liturgis menyebutkan:
“Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus! Saat ini kita bersukacita merayakan
Kebangkitan Yesus Kristus. Rencana Allah Bapa terwujud melalui Yesus Kristus
yang bangkit pada hari ketiga. Ia menjadi jalan keselamatan dan perdamaian kita
dengan Allah. Di dalam sukacita kebangkitan majelis jemaat mengucapkan
“Selamat Paskah bagi kita sekalian!”
“Pada perayaan paskah kedua ini, kita sangat bersukacita karena peryaan
ini ditanggungjawabi oleh perkumpulan LANSIA yang ada di gereja kita ini.
Partisipasi para orangtua tersebut digerakkan oleh kekuatan Firman Tuhan yang
selalu mereka rindukan di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal itu sejalan
dengan kesaksian Maria yang berkata: “Sebab mataku telah melihat keselamatan
yang dari padaMu.” Semoga kesaksian Maria menjadi kesaksian kita semua
supaya kita semakin teguh mengikuti Dia dalam hidup sehari-hari. Kiranya para
orangtua kita ini diberi kekuatan untuk menjadi saksi hidup atas kebangkitan
Tuhan Yesus Kristus. Marilah kita menumbuhkan semangat kita sebab Dia telah
bangkit mengalahkan maut. Marilah kita bernyanyi!”
diselingi dengan iringan organ dan pada saat menyanyikan ayat enam, jemaat
berdiri:
“Di dalam Nama Allah Bapa dan Nama AnakNya Tuhan Yesus Kristus
dan Nama Roh Kudus yang menciptakan langit dan bumi, amin. "Jangan takut!
Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun
lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci
maut dan kerajaan maut. Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita
bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! Batu yang dibuang oleh tukang-tukang
bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu
perbuatan ajaib di mata kita. Haleluya.”
“Marilah Kita berdoa: Ya Tuhan Yesus Tuhan dan Juru Selamat kami
yang telah bangkit dari maut. Engkau telah mengalahkan dosa dan maut supaya
kami memperoleh kehidupan. Engkau telah menyinari hidup kami sehingga kami
berpengharapan untuk menantikan hari kedatangan kerajaanMu.”
Kemudian diakhiri dengan doa liturgis, dan setelah selasai berdoa, jemaat
duduk kembali:
“Sai parrohai ma hami, asa unduk hami tu lomo ni rohaM, jala hot
dihaporseaon na ture, asa tongtong manghirim di haheheon na dohot
dihasangapon silehononMu tu angka na manghaporseai Ho. Amen”
(Jemaat langsung duduk kembali)
“Ajarlah kami agar kami tunduk kepada kehendakMu, dan iman kami
selalu berpengharapan kepada kebangkitanMu yang telah Engkau berikan kepada
orang-orang yang mempercayaiMu. Amin.“
bersama:
“Marilah kita merendahkan diri untuk mengaku dosa kita: Ya Tuhan Allah
yang maha kudus, Engkau adalah Allah penuh kasih. Kasihanilah kami, kami
mengaku selalu berbuat dosa. Engkau memberikan hidup, namun kami sering
berbuat jahat dan mengandalkan nafsu kami. Ya Tuhan, ampunilah kami.”
Jemaat Menyanyikan:
Di adopanMu Jesus lea tutu do diringkon. Dibaen
godang ni dosangkon, diadopanMu Jesus.
“Ya Tuhan, kami sering mengandalkan kekuatan kami, pikiran kami serta
mengandalkan keadaan kami untuk mewujudkan impian kami. Namun kami sadar
bahwa rencanamulah yang jadi bukan rencana kami.”
“Ya Tuhan, kasihanilah kami dan kuatkanlah kami melakukan yang sesuai
dengan kehendakMu.”
“Ale Tuhan! Sai asi ma rohaM dihami jala pargogoi hami mangulahon na
hinalomohon ni rohaM.”
“Ya Tuhan, kami sering sesat seperti domba yang mencari jalan masing-
masing. Kami sering melihat kekurangan sesama kami pada hal kekurangan kami
tidak kami sadari. Perbaharuilah hidup kami, kami yakin bahwa rencanamu adalah
indah. Berilah kami sukacita dan kuatkanlah kami di dalam pengorbanan AnakMu
Yesus Kristus Tuhan kami.
nyanyian No.683:2,3:
J : Amin. [Amen]
Liturgis mengucapkan:
“Epistel dalam ibadah perayaan kedua kebangkitan Yesus Kristus saat ini
tertulis dalam 1 Korintus 15 : 12-20. “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa
Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara
kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?
“Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak
dibangkitkan.
“Ai anggo so dipahehe angka na mate, ndang tutu hehe nang Kristus i.”
“Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak
dibangkitkan.
“Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada
Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.
Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati,
sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.”
“Amen”
mengumpulkan persembahan:
pendeta dan ucapan terimakasih atas kesetiaan seluruh majelis melayani Tuhan.
Dalam pembahasan fungsi ini akan dibagi dalam 2 sub judul yaitu
dalam sub bab Fungsi koor di Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dalam
berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh Merriam 131, yang akan di
bahas dalam sub judul Fungsi koor di HKBP (Aplikasi Pada Teori Fungsi
Pada pembahasan sub bab ini kata “koor” merujuk pada pengertian ‘koor’
sebagai kelompok koor atau paduan suara. Dari hasil pengamatan dan hasil
wawancara penulis dengan jemaat, anggota koor (pelatih, dirigen, dan anggota)
dan Majelis gereja di HKBP ada beberapa fungsi koor di HKBP seperti yang akan
dianggap sebagai orang yang telah memiliki hidup yang benar dan
131
Alan P. Merriam, 1964. hal., 219-226.
132
Transkripsi hasil wawancara dan responden dapat dilihat pada lampiran diakhir thesis
ini pada bagian fungsi 1a dan 1b.
anggapan itu.
a) Bila dalam sebuah pesta adat terdapat banyak kelompok koor yang
133
Transkripsi hasil wawancara dan responden dapat dilihat pada lampiran diakhir thesis
ini pada bagian fungsi 2a dan 2b.
134
Transkripsi hasil wawancara dan responden dapat dilihat pada lampiran diakhir thesis
ini pada bagian fungsi 3a dan 3b.
lainnya.
lainnya diluar ibadah minggu (baik bagi anggota koor maupun diluar
135
Transkripsi hasil wawancara dan responden dapat dilihat pada lampiran diakhir thesis
ini pada bagian fungsi 4a dan 4b.
136
Transkripsi hasil wawancara dan responden dapat dilihat pada lampiran diakhir thesis
ini pada bagian fungsi 5a dan 5b.
lainnya 137.
jemaat.
terakhir ini judul-judul dari koor yang akan dinyanyikan dalam setiap
137
Transkripsi hasil wawancara dan responden dapat dilihat pada lampiran diakhir thesis
ini pada bagian fungsi 6a dan 6b.
138
Transkripsi hasil wawancara dan responden dapat dilihat pada lampiran diakhir thesis
ini pada bagian fungsi 7.
Menjadi sekolah musik/ menyanyi bagi para anggota jemaat. Hal ini
berarti kelompok koor dapat berperan untuk mengajar dan melatih jemaat
bernyanyi dengan baik dan menjadi tempat di mana para anggota jemaat
koor yang teratur, terencana dan terarah, semakin banyak anggota jemaat
dalam buku nyanyian gereja dan sekaligus juga belajar menyanyi secara
gereja itu hidup tetapi bila koor-koor tidak berkumandang lagi artinya
139
Transkripsi hasil wawancara dan responden dapat dilihat pada lampiran diakhir thesis
ini pada bagian fungsi 8.
140
Transkripsi hasil wawancara dan responden dapat dilihat pada lampiran diakhir thesis
ini pada bagian fungsi 9.
11. Wadah pemersatu Gereja HKBP secara menyeluruh. Hal ini terlihat pada
4.3.2 Fungsi Koor Di HKBP (Aplikasi Pada Teori Fungsi Alan P. Merriam)
Merriam 143 mengungkapkan ada sepuluh fungsi musik, bila dikaitkan dengan
gereja bukanlah semata mata hanya pengisi tata ibadah, tetapi nyanyian
koor yang di tentukan melalui konteks nya dapat Memberi bobot yang
jemaat. 145 Dalam penghayatan estetis ini menurut Pontas Purba 146
144
Wawancara dengan Bapak Bonar Gultom tanggal 12 Januari 20011 di kantor Yayasan
Musik Gereja Jakarta
145
Wawancara dengan Bapak Bonar Gultom tanggal 12 Januari 20011 di kantor Yayasan
Musik Gereja Jakarta
146
Wawancara dengan Bapak Pontas Purba tanggal 12 Januari 20011 di kantor Yayasan
Musik Gereja Jakarta
tepat. Lain halnya jika suatu paduan suara dibentuk untuk tujuan
untuk tujuan yang tertentu pula dalam suatu jemaat 148. Sangat baik
suara dan kelompok vokal lainnya amatlah penting. Dua hal ini
dan bahkan mengubah sikap hidup seseorang (I Samuel 16: 16, 23).
147
Wawancara dengan Bapak Bonar Gultom tanggal 12 Januari 2011 di kantor Yayasan
Musik Gereja Jakarta.
148
Ibid.
untuk bersaksi kepada dunia ini bahwa Allah di dalam Kristus adalah
baik itu dalam musik vocal juga musik instrumental. Setiap lagu pujian
khotbah yang akan disampaikan dalam ibadah pada hari itu . Sehingga
sukacita yang terdapat dalam Kitab suci dan dapat lebih mudah
sendiri.
pujian yang dinaikkan oleh paduan suara isi firman Tuhan ditafsirkan,
juga untuk jemaat. Paduan suara juga merupakan salah satu bagian
yang juga slalu pro aktif yang juga memberikan peranan penting pada
tersebut.
Hal lain yang perlu kita perhatikan agar pelayanan sebuah paduan
rasa saling percaya, saling menghargai pendapat dan talenta yang ada,
bagaimana pun dibutuhkan sebuah kerja sama tim yang berakar dari
Dari penjelasan pada dua sub bab diatas, penulis melihat ada dua
fungsi utama koor digereja HKBP yaitu fungsi umum dan fungsi khusus.
kehidupan jemaat HKBP dan aspek khusus menyangkut fungsi koor dalam
ibadah. Fungsi-fungsi ini akan dijelaskan pada anak sub bab berikut ini.
d) Lambang kesuksesan.
lainnya diluar ibadah minggu (baik bagi anggota koor maupun diluar
keanggotaan koor).
lainnya.
b) Wahana pemberitaan firman Tuhan dan sebagai alat respons jemaat berupa
Kristen atau nyanyian yang bersifat ajakan untuk tetap setia kepada Tuhan
Tuhan.
Dari analisis fungsi diatas, dapat dikatakan bahwa koor di gereja HKBP
Bab ini membahas Kajian teks koor yang meliputi: riwayat lagu dan
pencipta, analisis syair dan struktur literatur dari tujuh lagu yang di analisis.
Pencipta lagu ini adalah Robert Robinson 151 lahir pada tahun 1735 di kota
Pada umur empat belas tahun, Ia terpaksa meninggalkan bangku sekolah dan
mulai bekerja, untuk turut mencari nafkah bagi ibunya serta dirinya sendiri.
Dengan berat sekali ia menerima keadaan itu, karena ia memang suka membaca
dan belajar kepala sekolahnya pernah menilai dia sebagai seorang anak yang
pekerjaannya. Tetapi keramaian kota besar itu sangat menarik hati bagi seorang
anak belasan tahun. Penata rambut majikannya itu sering mengeluh karena Robert
beberapa temannya yang nakal pergi ke suatu tempat di mana ada seorang ibu tua
yang mengaku diri tukang ramal. Mereka terus membujuk si nenek itu agar
berhasil pada waktu tiba giliran Robert Robinson, si peramal yang sedang mabuk
itu berkata “Kamu akan hidup cukup lama sehingga dapat melihat anak cucumu.”.
justru kurang senang. Ia malah mulai berpikir walaupun aku hidup lama sehingga
dapat melihat anak cucuku, namun pada suatu saat aku akan mati juga. Siapkah
dalam batin Robert Robinson. Beberapa bulan kemudian, ada teman-teman yang
mengajak dia pergi ke suatu tempat di alam terbuka untuk mendengar seorang
mendengarkan ayat yang menjadi nats khotbah pada hari itu. “Hai kamu
keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu
dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?” Berkali-kali pengkhotbah
menyerukan isi Matius. 3:7 itu, khususnya kata-kata “murka yang akan datang”
yang berdiri terpaku di antara para pendengarnya pada hari itu semakin takut
Robert Robinson percaya sepenuhnya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Robert masih sempat memohon kepada Tuhan agar bila ajalnya tiba kelak, saat
sendirian.
waktu ia baru berumur 20 tahun, Robert Robinson menjadi seorang pendeta dan
tiga tahun setelah ia mulai berkhotbah, Pendeta yang masih muda itu mengarang
sebuah syair atas dasar pengalamannya sendiri. Judul yang diberikannya pada
buah penanya itu ialah “Dengan Hasrat Memuji-muji Tuhan Secara Layak”.
yang dikerjakan sepanjang abad oleh beberapa redaktur buku-buku kumpulan lagu
rohani, sehingga akhirnya menjadi “Lagu Tentang Tuhan Sumber Karunia” yang
Jauh sebelum itu, pada tahun 1761, Pdt. Robinson menjadi gembala siding
menghadiri kebaktian untuk mengejek saja, sama seperti Robert Robinson dulu
Pencipta syair dari lagu ini adalah William Hunter 152 dilahirkan di negeri
Irlandia pada tahun 1811. Tetapi ia baru berumur enam tahun pada saat
William diberi pendidikan yang baik, lalu ditahbiskan sebagai seorang pendeta di
Gereja Methodist.
daerahnya. Selama enam belas tahun ia menjadi penyunting dari sebuah majalah
yang diedarkan oleh aliran gerejanya. Dan selama lima belas tahun ia pun
menjadi dosen bahasa Ibrani dan kesusastraan Alkitab dalam sebuah perguruan
tinggi.
mengarang sebanyak 125 lagu rohani. Ia pun menyusun dan menerbitkan sendiri
tiga buku tipis kumpulan lagu pilihan. Oleh karena pengalamannya itu, Ia
buku nyanyian besar yang dipakai oleh kebanyakan jemaat Gereja Methodist.
sebelum edisi baru dari buku koleksi nyanyian rohani itu keluar pada tahun 1878.
152
Ibid., hal., 48-59.
mengarang “Lagu Gambaran Yesus Sebagai Tabib” yang dibahas dalam sub bab
ini. Lagu pilihan itu mula-mula diterbitkan dalam sebuah buku kecil yang disusun
oleh Pdt. Hunter sendiri, tanpa melodi yang sekarang terdengar di mana-mana
Negara bagian Pennsylviana, A.S pada tahun 1813. Ia dibesarkan sebagai “orang
percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru selamat. Pertobatannya itu terjadi di
Negara bagian New Jersey, dimana gereja Methodist sedang mengadakan suatu
yang kurang sempurna. Pada masa ia merasa terlalu lemah untuk dapat
Tuhan dengan cara mengarang lagu-lagu rohani. Ada beberapa buah penanya itu,
baik syair maupun melodi, yang hingga kini masih menjadi lagu pilihan umat
Kristen di seluruh dunia. Salah satu di antaranya ialah melodi yang digubahnya
pada tahun 1869, khusus untuk diterapkan pada “Lagu Gambaran Yesus Sebagai
Hasil karya John H. Stockton itu sangat dihargai oleh Ira D. Sankey,
penyanyi Injili terbesar pada abad lalu. Sankey pernah menulis sepucuk surat
kepada Pdt. Stockton untuk menyatakan terima kasih atas “Musik yang manis,
153
Ibid.
Tetapi kesehatan Pdt. Stockton masih tetap kurang baik. Pada suatu hari
minggu dalam bulan Maret tahun 1877, ia masih sanggup menghadiri kebaktian
pagi, walau kurang kuat ia naik mimbar dan berkhotbah. Sehabis kebaktian,
dan memang itulah gambaran perjalanan hidupnya yang penuh pergumulan dan
akhirnya membuat dirinya menjadi seorang penginjil besar diabad ke-18. Ibunya
seorang yang hidup dekat pada Tuhan, meninggal ketika Newton baru berumur 7
tahun dan ayahnya menikah lagi lalu Newton disekolahkan orangtuanya ke kota
lain, tetapi pada umur 11 tahun, ia meninggalkan sekolahnya dan menjadi pelaut.
154
Alfred Simanjuntak. Kisah Kidung, (Jakarta: Yamuger, 2007), hal., 24-27.
Di dalam pekerjaannya itu dia menjual harga diri sesama untuk dijadikan
sebagai budak ditempat lain. Sehingga dia disebut sebagai kapten kapal yang
tidak bermoral kasar, dan penghujat Tuhan. Tetapi pada suatu hari, pada tahun
1748, ketika ia membaca buku yang berjudul “The Imitation of Christ” tulisan
meninggalkan pekerjaan itu, dan belajar menjadi seorang hamba Tuhan yang
setia.
sering bercerita tentang hidup dan bagaimana ia bertobat kejalan yang benar. Di
khotbahnya karena pertobatannya dari seorang kapten kapal yang tidak bermoral
dia menyadari sungguh Ajaib Benar Anugerah Tuhan kepadanya sehingga dia
menciptakan sebuah lagu yang berjudul Ajaib Benar Anugerah. Lagu tersebut
merupakan lagu rakyat Amerika yang diciptakan pada abad ke-18. Secara
kita dari perbudakan dosa dan sudah menjadi lagu favorit umat Tuhan tanpa
musik Messiah karya George Frideric Handel, yang dipercayai untuk mendapat
keaslian dari Handel 156. Hingga pada saat ini lagu “ Joy To The World “ ( Hai
Messon.
bersifat rujukan pada karya musical tertentu. Didalam Alkitab kita bisa
tentang jenis lagu yang digunakan serta jenis alat musik sebagai pendukungnya,
namun tidak terdapat keterangan musikal yang rinci sekaligus cara bernyanyi dan
Ada banyak nyanyian yang terdapat dalam Alkitab, baik nyanyian yang
Israel dan gereja mula-mula, maupun nyanyian yang merupakan kreasi baru
sesuai dengan kepercayaan dan iman umat Allah di dalam Alkitab. Walaupun lagu
dan alat musik juga memainkan peran penting dalam suatu nyanyian, para penulis
Alkitab ternyata lebih banyak menaruh perhatian terhadap syair dari nyanyian
tersebut.
156
H. L. Cermat, 2000:95
penulis Alkitab mengutip dan menggunakan syair dengan dua maksud yakni ;
(a) untuk memperkuat tentang kesaksian tentang kasih setia dan perbuata-
perbuatan besar yang dari Allah, (b) untuk memperkuat ucapan syukur umat Allah
produktif untuk teks bagi komposisi di dunia musik Barat. Isaac Watts yang
salah satu diantaranya adalah “ Joy To The World “ yang ditulis berdasarkan
Berikut ini adalah kutipan dari kitab Mazmur 98 : 4-9 yang diambil dari
kitab bahasa Inggris versi English Contemporery, mengingat bahwa Isaac Watts
adalah kebanggan Inggris yang menulis lagu tersebut sekitar abad ke-18:
(4) Tell everyone on this earth to sing happy songs in praise of LORD.
(6) Sound the trumpets and horns and celebrate with joyful songs for our LORD
and king.
(7) Command the ocean to roar with all of its creatures, and the earth to shout
(8) Order the rivers to clap their hands, and all of the hills to sing togethers.
157
Ibid.
(5) Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang
nyaring,
(7) Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam didalamnya!
bersama-sama.
Dari nats kitab Mazmur 98:4-9 tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
Isaac Watts menulis lagu “ Joy To The World “ dengan tidak langsung mengutip
ayat-ayat yang terdapat dalam kitab tersebut. Tetapi Watts menjadikan ayat
tersebut sebagai sumber inspirasinya untuk menulis syair lagu “ Joy To The
World “ atau boleh dikatakan, dia menggunakan variasi berbentuk bebas dalam
158
Ibid.
159
Ibid.
itu terdapat makna teologis, dimana lagu tersebut merupakan nyanyian pujian
jemaat untuk merespon kasih Allah atas karya penyelamatanNya di dalam Yesus
Kristus.
tahun 1691, dan pada hari Paskah, 1692 mengikuti mereka ke Halle.
sebagai tutor pribadi. Pada 1695 Ia pergi ke Glaucha sebagai asisten Francke dan
kelumpuhan pada tahun 1728 dan di tahun 1730, kemudian ia sembuh tetapi
sepertiga di tahun 1737 hingga akhirnya lumpuh dibagian tubuhnya pada sisi
160
H. L. Cermat, 2000:47-58
Tapanuli, Sumatera Utara pada tanggal 30 juni 1934 .Beliau pernah bersekolah di
Dolok Sanggul dan sekolah tertinggi Sarjana dari Universitas Indonesia pada
tahun 1963, dan sudah pernah bekerja diperusahaan Belanda NV: vereenigde deli
Maatschappijen, dan jabatan terakhir beliau sebelum pensiun pada tahun 1989
adalah direktur komersial dan umum pada PT perkebunan negara XIII, Bandung,
Jawa Barat. Beliau sudah banyak menciptakan lagu koor diantaranya ARBAB 162.
Sejarah terciptanya lagu ini yaitu Beliau secara rutin pergi ke Tuntungan
Medan dalam rangka olahraga bermain golf. Sesaat pulang dari Tuntungan
beliau bersiul dengan notasi yang ada pada lagu Arbab sekarang, pada saat itu
juga timbul idenya untuk menciptakan sebuah koor yang berjudul ARBAB, beliau
sudah dikenal oleh masyarakat karena banyak lagu koor ciptaannya yang sudah
“Dison Adong Huboan Tuhan” sebuah lagu berbahasa batak toba, yang
memiliki notasi angka maupun notasi balok. Lagu ini hasil karya Pdt. Waldemar
161
Ibid
162
Wawancara dengan Bapak Bonar Gultom (Gorga). Jakarta, 4 Februari 2010
163
Ibid.
1930 salah seorang yang mengabdikan dirinya pada Tuhan melalui pelayanan
menjadi Pendeta di HKBP (Huria kristen Batak Protestan), dalam pelayanan baik
Kristen Batak Protestan) khusus di jemaat HKBP nama Pdt. Waldamer Silitonga
Ulang tahun HKBP yang ke 125 pada tahun 1987 (jubeluium 125 tahun)
seluruh Jemaat Huria Kristen Batak Protestan di Dunia merayakan hari ulang
merayakannya dalam berbagai acara yang tidak luput dari pendanaan. Lagu
“Dison Adong Huboan Tuhan” ciptaan dari Pdt Waldemar silitonga yang
diciptakan pada tahun 1986 tersebut tuntutan dari jemaat HKBP yang berdomisili
di Pulau Jawa (Jakarta, Bandung, Bogor, dan sekitarnya), dimana lagu ini adalah
lagu yang dimintakan oleh Jemaat HKBP khususnya jemaat HKBP yang
menggalang dana yang akan dipergunakan dalam rangka acara Jubelium HKBP
menciptakan lagu ini . Sampai saat ini beliau masih hidup dan masih
164
Wawancara dengan Bapak Pensil. Jakarta, 14 Mei 2011.
165
Ibid.
166
Ibid.
penciptaan adalah hasil pergumulan iman pribadi dan permintaan dari jemaat
sedangkan para pencipta lagu berlatar belakang Pendeta dan anggota jemaat.
Istilah meter dalam syair lagu menunjuk kepada pemenggalan suku kata
atau pengelompokan suku kata dan dapat diartikan sebagai kelompok angka-
angka yang menunjukkan jumlah suku kata yang terdapat dalam setiap baris
sebuah bait dan pola meter ini juga merupakan salah satu ciri penting dari
persajakan.
Pola meter dalam syair lagu dapat digolongkan kedalam beberapa macam,
dan hal ini memiliki fungsi penting dalam kaitannya dalam melodi, terutama
karena satu melodi biasa diterapkan kedalam beberapa syair lagu yang pola
meternya sama. Menurut Eskew (1995:17) meter adalah sebagai ukuran sistematis
sebuah ritme yang ditunjukkan bait- perbait. Dalam hal ini, meter merupakan
pengorganisasian sebuah lagu berdasarkan jumlah suku kata. Sebenarnya hal ini
sudah merupakan pola lama namun sudah dibakukan dalam pembuatan syair
dalam lagu.
sistematis, maka pola meter juga menentukan panjang dan pendeknya sebuah lagu
dan mempengaruhi juga dalam menyusun notasinya. Pola ini biasanya disusun
berdasarkan suku kata dalam satu baris syair lagu diperbandingkan baris syair
yang mengikutinya.
jenis, yaitu:
Pola meter ini disebut juga dengan pola meter panjang. Dalam sebuah lagu
yang baitnya terdiri dari enam baris, pola meternya adalah 8.8.8.8. suku kata,
maksudnya bahwa tiap bait lagu mengandung baris yang berisi delapan suku kata.
Sedangkan pola meter panjang yang tidak terlalu umum adalah pola meter
Pola meter ini disebut juga dengan pola meter umum. Dalam sebuah lagu
yang terdiri dari empat baris satu bait, pola meternya adalah 8.6.8.6 suku kata,
dalam arti bahwa setiap baris dalam satu bait mengandung 8 dan 6 suku kata
dikatakan pola meter umum karena hampir semua lagu yang terdiri dari empat
baris setiap bait, tiap suku katanya memakai pola ini. Pola meter ini termasuk pola
meter yang sangat standard dan tidak terlalu sulit untuk disusun, baik syair
maupun notasinya.
Pola meter ini disebut juga dengan pola meter pendek. Pola ini berlaku
untuk sebuah lagu yang baitnya terdiri dari delapam baris. Pola meter pendek ini
d) Irreguler Meter
Artinya bahwa pola meternya tidak memiliki ketentuan tertentu seperti yang telah
disebutkan diatas.
pola meter dalam lagu ”Ro Ma Ho Parasiroha”. Untuk itu penulis cukup
menganalisa bait pertamanya saja mengingat puisi lama yang mengatakan bahwa
puisi hanya mempunyai pola meter yang sama pada setiap bait.
berikut :
bahwa pola meter lagu “Ro Ma Ho Parasiroha” termasuk ke Long Meter (LM),
berikut :
pola meter lagu “Na Ro Pandaoni Bolon I” termasuk ke Irregular Meter (IM),
Pola meter bait pertam 8 6 8 6, artinya bait pertama ini disebut dengan
Pola meter bait kedua 8 6 8 6, artinya bait kedua ini disebut dengan pola
Pola meter bait keempat 8 6 8 6, artinya bait keempat ini disebut dengan
sebuah puisi hanya memiliki satu pola meter untuk semua baitnya, atau dengan
kata lain, setiap bait dalam sebuah puisi memiliki pola meter yang sama. Hal ini
juga berlaku pada syair lagu "Joy To The World". Oleh karena itu, untuk
mengetahui pola meter yang dimiliki lagu "Joy To the World" cukup dengan
Bait pertama lagu "Joy To The World" bila dilakukan pemenggalan suku
Di-ha-ti-mu te-ri-ma-lah! 8
Ber-sa-ma ber-syu-kur, 6
Ber-sa-ma ber-syu-kur, 6
Gu-mom-gom sa-su-de, 6
Ma-ren-de ma su-de, 6
Ma-ren-de ma su-de, 6
Dari pemenggalan di atas, maka bila dihitung jumlah suku kata yang
terdapat dalam setiap barisnya, akan diperoleh bahwa baris pertama jumlah suku
katanya adalah delapan (8); baris kedua memiliki jumlah suku kata enam (6);
baris ketiga mempunyai jumlah suku kata (8); baris keempat memiliki jumlah
suku kata enam (6): baris kelima memiliki jumlah suku kata enam (6); baris
Jadi dapat disimpulkan bahwa pola meter yang dimiliki lagu "Joy To The
Worls", yaitu 8 6 8 6 6 8, dan ini bisa digolongkan kedalam tipe Irregular Meter
Je-sus-le-hon-ha-to-ra-ngan 8
Ha-pis-ta-ran-ma-ngat-tu-si-ha-ta-mi 11
Le-hon-ma-ta-na-mar-ni-da 8
Do-hot-ro-ha-na-um-bo-to-da-lan-mi 11
A-sa-tong-tong-ma-ra-dop-hon-bo-hi-mi 11
Mar-da-lan-ha-mi 5
A-sa- di-gom-gom-ton-di-Mi-ma-ha-mi 11
pola meter lagu “Jesus lehon hatorangan” termasuk Irreguler Meter ( tidak
Rap-hi-ta-ma-mu-ji-ja-la-ma-ngen-de-hon 12
en-de-na-pa-sa-ngap-De-ba-ta 9
Nda-ta-ma-en-de-ho-non-ku 8
pa-mu-ji-on-ku-di-De-ba-tang-ku 10
Nda-ta-ma-ha-las-so-non-ku 8
deng-gan-ba-sa-na-pa-ngo-lu-au, 9
Pu-ji-on-ku-ma- Ja-ho-wa 8
mar-hi-te-sor-dam-ma-nang-tu-li-la 10
Pang-ke-on-ku-do-hot-ar-bab 8
mam-ba-hen-sa-ngap-di-Tu-ha-ni 9
Ha-le-lu-ya-sai-pu-ji-on-ku-Tu-ha-ni 12
pa-sa-nga-pon-ku-Go-ar-na-i 9
Tung- sa-lu-hut-ang-ka-u-ning-u-ni-ngan-I 12
Naeng-pang-ke-on-ku-baen-pu-ji-an-na-u-li 12
Pang-ke-on-ku-ma-sa-ru-ne 8
Nang-do-hot-o-gung-mar-do-ngan-o-dap 10
Rap-do-hot-par-hi-na-lo-an 8
en-de-ho-non-ku-Tu-han-ta-I 9
Di-son-a-dong-hu-bo-an-Tu-han, 9
Par-bu-e-ni-ngo-lung-ku-na-so-tar-dok-ni-an 13
Sa-dia-ma-ar-ga-na-Tu-han 8
Mo-lo-sai-ni-ra-ju-man-su-de-deng-gan-ba-saM? 13
Ja-lo-ma-Tu-han-sai-las-ma-ro-haM. 10
Analisis dari pola meter dari ketujuh lagu diatas adalah: Long Meter
(LM), Middle Meter (Pola Meter sedang), Short Meter (Pola Meter Pendek) dan
Dalam musik, tekstur bisa diartikan dalam suatu pola umum bunyi-
bunyian yang terbentuk dari unsur-unsur dalam suatu bagian musik atau karya
musik utuh.
Ada tiga tipe utama tekstur dalam musik Barat. Yang pertama disebut
monofoni, yaitu satu alur melodi tanpa iringan. Ini umumnya didapati pada lagu-
lagu Gregorian. Yang kedua disebut homofoni, yaitu satu melodi utama dengan
iringan yang biasanya bersifat kordal. Dan yang ketiga disebut polifoni, yaitu dua
atau lebih alur melodi yang sama-sama penting dan berjalan serempak. Tipe
Menurut Harry Eskew dan Hugh T. McElrath dalam bukunya Sing With
Understanding ada beberapa macam tipe lagu yang umum dipakai dalam musik
gereja, yaitu :
a). Planinsong, jenis lagu yang tidak menggunakan tangga nada mayor atau minor,
tetapi memakai modus Gregorian dan jenis lagu tersebut banyak dijumpai pada
gereja Khatolik. b) Lutheraan Chorale, jenis lagu yang gerak ritmenya irregular
common, long, dan short meter. d) Victrian Part-song Tune, jenis lagu berasal dari
zaman Victoria di Inggris pada abad XIX yang memiliki ritme yang ringan. e)
Folk Tune, tipe lagu yang melodinya berasal dari lagu-lagu rakyat (folk song).
Ciri-ciri dari folk tune adalah Carol (tipe lagu yang dikhususkan untuk perayaan
Natal. f) Gospel Hymn Tune, tipe lagu yang biramanya 9/8 dan 12/8. g) Inovative
Hymn Tune, tipe lagu zaman sekarang yang dipenuhi oleh inovasi-inovasi baru.
lagu serta hasil analisa musik dari lagu tersebut, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa lagu tersebut dapat digolongkan kejenis tipe lagu Calvinian
Psalm Tune, jenis lagu yang gerak ritmenya termasuk ke long meter (LM)
Dalam musik, tekstur bisa diartikan dalam suatu pola umum bunyi-
bunyian yang terbentuk dari unsur-unsur dalam suatu bagian musik atau karya
musik utuh.
lagu serta hasil analisa musik dari lagu tersebut, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa lagu tersebut dapat digolongkan kejenis tipe lagu Lutheraan
Chorale, jenis lagu yang gerak ritmenya irregular meter (tidak teratur).
Istilah tekstur dalam kamus musik adalah wilayah suara yang paling utama
Ada beberapa tipe utama tekstur dalam dunia musik yaitu monofoni (satu aluran
melodi tanpa iringan), homofoni (satu melodi utama dengan beberapa iringan),
poliponi (dua atau lebih alur melodi yang sama-sama penting dan berjalan
serempak).
Setelah mengetahui beberapa jenis tipe tekstur, maka tekstur lagu Ajaib
Benar Anugerah adalah homoponi. Dalam kasus ini, jenis homoponinya yaitu
tampak dalam pembagian 4 suara: sopran, alto, tenor, bass (SATB) dimana
iringan
Setelah mengetahui beberapa jenis tipe tekstur, maka tekstur lagu “Joy
To The World" adalah homofoni. Dalam kasus ini, jenis homofoninya yaitu
tampak dalam pembagian empat suara: sopran, alto tenor, bass (SATB), dimana
iringan
167
Soeharto. 1992, hal., 133.
"Joy To The World" merupakan lagu yang dikhususkan untuk perayaan Natal
(Carol). Untuk itu, lagu tersebut dapat digolongkan kedalam tipe Folk Tune.
lagu serta hasil analisa musik dari lagu tersebut, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa lagu tersebut dapat digolongkan kejenis tipe lagu Calvinian
Psalm Tune, jenis lagu yang gerak ritmenya common, long, dan short meter.
lagu serta hasil analisa musik dari lagu tersebut, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa lagu tersebut dapat digolongkan kejenis tipe lagu Lutheraan
Chorale, jenis lagu yang gerak ritmenya irregular meter (tidak teratur)
lagu serta hasil analisa musik dari lagu tersebut, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa lagu tersebut dapat digolongkan kejenis tipe lagu Lutheraan
Chorale, jenis lagu yang gerak ritmenya irregular meter (tidak teratur).
Analisis Tekstur dari ketujuh lagu yang dianalisis diatas adalah Homofoni
pemasangan not-not pada suku kata dari syair lagu. Dalam musik vocal ada tiga
1. Gaya silabis, yaitu gaya vokal yang memasangkan tiap suku kata dengan
satu not.
2. Gaya neumatis, yaitu gaya vokal yang memasangkan satu suku kata atau
3. Gaya melismatis atau florid, yaitu gaya vokal yang memasangkan sebuah
suku kata atau huruf vokal dengan banyak not (lebih dari lima not).
apabila dihubungkan dengan ketiga gaya vokal diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa lagu tersebut memakai gaya vokal silabis, karena dalam satu suku kata
sudah jelas apabila dihubungkan dengan ketiga gaya vokal diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa lagu tersebut memakai gaya vokal silabis, karena dalam satu
dengan menghubungkan ketiga gaya vokal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
lagu tersebut memakai gaya vokal silabis, dimana dalam satu suku kata
sudah jelas apabila dihubungkan dengan ketiga gaya vokal diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa lagu “Joy To The World” memakai gaya vokal silabis,
apabila dihubungkan dengan ketiga gaya vokal diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa lagu tersebut memakai gaya vocal Gaya neumatis, yaitu gaya vokal yang
memasangkan satu suku kata atau huruf vokal dengan sekelompok not (dua
apabila dihubungkan dengan ketiga gaya vokal diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa lagu tersebut memakai gaya vocal Gaya neumatis, yaitu gaya vokal yang
apabila dihubungkan dengan ketiga gaya vokal diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa lagu tersebut memakai gaya vocal Gaya neumatis, yaitu gaya vokal yang
memasangkan satu suku kata atau huruf vokal dengan sekelompok not (dua
Analisis Gaya Vokal dari ketujuh lagu yang dianalisis diatas adalah
pola literatur menurut Harry Eskew dan Hugh T. Mc. Elrath dalam bukunya Sing
kesatuan tema dan pengembangannya. (2) Dialog. Pola ini memiliki bentuk Tanya
jawab atau semacam dialog. (3) Litani. Suatu pola literatur yang mengungkapkan
permohonan dan pujian. (4) Call and response atau panggilan dan tanggapan.
168
Timotius Lokalnanta. “Analisis Syair dan Musikologis dari lagu “Holy,Holy,Holy”.
Skripsi Universitas Kristen Malang. 2005, hal., 48.
lagu pada sampel dalam thesis pola literaturnya seperti berikut ini.
“Litani” dimana lagu ini merupakan lagu pujian / ucapan syukur manusia karena
Syair lagu ”Na Ro Pandaoni Bolon I” lebih mendekat pada pola literatur
“Litani” dimana lagu ini merupakan lagu pujian / ucapan syukur manusia karena
Syair lagu Ajaib Benar Anugerah lebih mendekat pada pola literatur
“Litani” dimana lagu ini merupakan lagu pujian / ucapan syukur manusia karena
bahwa lagu "Joy To The World'' digolongkan kedalam pola literatur Litani,
karena memang kalimatnya maupun tujuan dari lagu tersebut adalah pujian.
“Litani” dimana lagu ini merupakan lagu pujian / ucapan syukur manusia karena
Pola literatur dari syair lagu “Arbab” lebih mendekat pada pola literatur
“Litani” dimana lagu ini merupakan lagu pujian / ucapan syukur manusia karena
Tuhan
Pola literatur dari syair lagu ”Dison Adong Huboan Tuhan” lebih dekat
dengan pola literatur “Litani” dimana lagu ini merupakan lagu pujian / ucapan
Analisis Pola Literatur dari ketujuh lagu yang dianalisis diatas adalah
dan struktur lagu yang meliputi: Frase, Melodi, Motif, Kontur Melodi,
bagian komposisi bisa dianggap sebagai satu unit; (2) frase-frase dan
atau pengulangan pola ritme dengan nada-nada lain); satuan teks dalam
RO MA HO PARASIROHA
masing nada.
Berikut ini adalah tabel bentuk dan nilai harga not yang dipakai
Harga Not
6.1.2. Frase
rangkaian motif yang diakhiri dengan tanda yang jelas disebut dengan
frase. Sama halnya dengan bahasa yang menggunakan tanda titik atau
koma.
Ada dua macam jenis frase, yaitu frase pertanyaan dan frase
jawaban. Frase jawaban ditandai dengan sebuah batas akhir yang memberi
sedangkan frase jawaban dapat dilihat dengan sebuah tanda batas akhir
yang memberi kesan selesai. Kedua macam frase tersebut dapat dilihat
dengan kesan selesai. Frase pertanyaan yang diikuti frase jawaban ini
Frase I adalah dimulai dari not pertama sampai bar ke-5 not yang
pertama. Frase II dimulai dari not ke-2 pada bar ke-5 sampai bar ke-9
not yang pertama. Frase I” (pengulangan) dimulai dari bar ke-9 not yang
ke-2 sampai bar ke-15 not yang terakhir. Sehubungan dengan itu, maka
6.1.3. Motif
Do Tetap menyatakan:
”Motif merupakan bagian terkecil dari lagu, yang terdiri dari tiga nada
atau lebih, dengan loncatan interval dan irama yang tertentu, sehingga
motif adalah satuan terkecil dalam sebuah komposisi musik yang telah
penuh.
saja.
171
Victor Ganap 1994, hal., 79.
berbeda.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
bebas).
Contoh:
Contoh:
7. Change Tonal Order – susunan nada dari ide dasar diubah atau
’staggered’.
Contoh:
Contoh:
Berikut ini adalah beberapa motif yang terdapat dalam lagu “Ro Ma Ho
Parasiroha”, yaitu;
Pada frase II juga terdapat dua motif yaitu motif a dan motif
a’(pengulangan).
Pada frase I’ (pengulangan) terdapat dua motif yaitu motif a dan motif b
(motif akhir (ending). Dan pada motif b ini menandakan bahwa lagu akan
Pola irama adalah pola pergerakan ketukan yang teratur dan pola
durasi nada yang tidak teratur dalam satu birama. Irama dapat diartikan
pendeknya not dan tekanan atau aksen pada not. Irama dapat pula diartikan
sebagai ritme, yaitu susunan panjang pendeknya nada dan tergantung pada
dengan tanda sukat 3/4 yang artinya dalam setiap ruas birama terdapat 3
not seperempat.
Parasiroha”
6.1.5. Melodi
satu dengan lagu yang lain. Dalam suatu lagu, aspek-aspek lain selain
persepsi bahwa lagu tersebut adalah lagu yang sama. Sedangkan jika
melodi.
1. Tangga Nada
berurutan dengan pola jarak tertentu, yang dimulai dengan nada dasar
Tangga nada yang umum dipakai dalam dunia musik adalah tangga
nada Mayor dan tangga nada Minor. Kedua tangga nada terdiri dari tujuh
nada yang disusun secara khusus dalam lima nada berjarak penuh (2
ini penulis tidak akan menjelaskan tentang kedua tangga nada ini secara
terperinci.
2. Ambitus
Musik adalah jangkauan bunyi yang dapat dicapai oleh sebuah alat musik
atau suara seseorang atau jangkauan nada yang dipakai oleh sebuah
oktaf walaupun ada beberapa lagu yang lain yang melebihi dari satu oktaf.
oktaf, dari nada D1 sampai dengan D2, atau dalam solmisasi dikatakan dari
Parasiroha”
2 buah
4 buah
23 buah
16 buah
paling banyak digunakan dalam lagu “Ajaib Benar Anugerah” adalah not
( ) 2 buah.
4. Kontur Melodi
Berikut ini adalah kontur melodi yang terdapat pada lagu “Ro Ma Ho
Parasiroha”:
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Ket : (>) - tanda aksen atau ketukan kuat yang terdapat pada
melodi/syair.
melodi/syair.
6.1.8. Kadens
frase. Secara garis besar ada dua jenis kadens yaitu kadens
Kades plagal adalah kadens yang berakhir dengan gerakan akord sub
yang terdapat pada lagu “Allah Bapa, Sumber Kurnia” dapat ditentukan
sebagaimana terdapat pada bar-8 dan bar-9 dimana akordnya bergerak dari
akord V7 ke akord I.
Cadence) adalah kadens yang berakhir dengan gerakan akord sub dominan
6.1.9. Tempo
membahas istilah itu satu persatu cukup hanya menyebutkan istilah tempo
rata-rata not permenit dengan menghitung jumlah not yang ada dalam
transkripsi.
MM
Bolon I” yang ditampilkan secara lengkap dengan notasi balok yang terdiri
6.2.2. Frase
Berikut ini frase yang terdapat pada lagu “Na Ro Pandaoni Ni Bolon I”:
ke-2. Frase II dimulai dari not pertama pada bar ke-10 sampai bar ke-13
not yang ke-3. Frase I’ (pengulangan) dimulai dari bar ke-14 not yang
pertama sampai bar yang terakhir not yang ke-2. Maka dapat disimpulkan
selesai.
6.2.3. Motif
Berikut ini adalah beberapa motif yang terdapat dalam lagu “Na Ro
Pada frase I terdapat dua motif yaitu motif a dan motif a’(pengulangan)
Pada frase II juga terdapat dua motif yaitu motif a dan motif
a’(pengulangan)
(motif akhir/ending).
dengan tanda sukat 6/4 yang artinya dalam setiap ruas birama terdapat 6
not seperempat.
Berikut ini adalah pola irama yang terdapat dalam lagu” Na Ro Pandaoni
Bolon I”
6.2.5. Melodi
melodi.
Tangga nada yang umum dipakai dalam dunia musik adalah tangga
nada Mayor dan tangga nada minor. Kedua tangga nada terdiri dari tujuh
nada yang disusun secara khusus dalam lima nada berjarak penuh (2
ini penulis tidak akan menjelaskan tentang kedua tangga nada ini secara
terperinci.
Tangga nada yang dipakai pada lagu ini adalah tangga nada mayor
2. Ambitus
tepat satu oktaf, dari nada D1 sampai dengan D2 atau dalam solmisasi
Pandaoni Bolon I”
4 buah
26 buah
4. Kontur Melodi
Berikut ini adalah kontur melodi yang terdapat pada lagu ”Na Ro
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .
. .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Berikut ini adalah progresi akord yang terdapat pada lagu ”Na Ro
Pandaoni Bolon I”:
Pandaoni Bolon I", maka pada disimpulkan bahwa lagu terebut memiliki
Berikut ini adalah aksentuasi yang terdapat pada lagu ”Na Ro Pandaoni
Bolon I”:
Na Ro Pandaoni Bolon I
Ket : (>) - tanda aksen atau ketukan kuat yang terdapat pada
melodi/syair.
melodi/syair.
6.2.8. Kadens
ke akord I.
IV ke akord I.
6.2.9. Tempo
membahas istilah itu satu persatu cukup hanya menyebutkan istilah tempo
rata-rata not permenit dengan menghitung jumlah not yang ada dalam
transkripsi.
MM
16 x 6 x 60 detik
67
= 85,970 Detik
yang ditampilkan secara lengkap dengan notasi balok yang terdiri dari
komposisi SATB:
Berikut ini adalah beberapa frase yang terdapat pada lagu Jesus Lehon
Hatorangan:
keempat. Frase II dimulai dari not pertama pada bar ke-6 sampai bar ke-9
not yang keempat. Frase III dimulai dari bar ke-10 not yang pertama
pada frase yang III yaitu frase jawaban yang ditandai dengan batas akhir
6.3.3. Motif
Berikut ini adalah beberapa motif yang terdapat dalam lagu “Jesus Lehon
Hatorangan”, yaitu;
Pada frase III hanya mempunyai satu motif motif yaitu motif a.
(perempat) dengan tanda sukat 4/4 yang artinya dalam setiap ruas birama
Berikut ini adalah pola irama yang terdapat dalam lagu” Jesus Lehon
Hatorangan”
6.3.5. Melodi
melodi.
1.Tangga Nada
Tangga nada yang umum dipakai dalam dunia musik adalah tangga
nada Mayor dan tangga nada Minor. Kedua tangga nada terdiri dari tujuh
nada yang disusun secara khusus dalam lima nada berjarak penuh (2
ini penulis tidak akan menjelaskan tentang kedua tangga nada ini secara
terperinci.
Tangga nada yang dipakai pada lagu ini adalah tangga nada mayor
2. Ambitus
satu oktaf, dari nada Bes sampai dengan Es”, atau dalam solmisasi
Hatorangan”
1 buah
39 buah
14 buah
4. Kontur Melodi
Berikut ini adalah kontur melodi dari lagu “Jesus Lehon Hatorangan” yang
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Berikut ini adalah progresi akord yang terdapat pada lagu ”Jesus Lehon
Hatorangan”:
Pandaoni Bolon I", maka pada disimpulkan bahwa lagu terebut memiliki
Berikut ini adalah aksentuasi yang terdapat pada lagu “Jesus Lehon
Hatorangan”:
Ket : (>) - tanda aksen atau ketukan kuat yang terdapat pada
melodi/syair.
melodi/syair.
6.3.8. Kadens
ke akord I.
IV ke akord I.
6.3.9. Tempo
rata-rata not permenit dengan menghitung jumlah not yang ada dalam
transkripsi.
MM
Lagu Jesus Lehon Hatorangan terdiri dari 13 bar, tanda birama 4/4,
= 31,2 Detik
secara lengkap dengan notasi balok yang terdiri dari komposisi SATB:
Berikut ini adalah beberapa frase yang terdapat pada lagu “Arbab”:
pertama juga. Frase II dimulai dari not pertama pada bar ke-6 sampai bar
ke-12 not yang keempat. Frase II’ (pengulangan) dimulai dari not kelima
Frase III dimulai dari bar ke-24 not yang keempat sampai bar ke-
28 not yang ketiga. Frase IV dimulai dari not keempat pada bar ke-28
sampai bar ke-32 not yang ketiga. Sehubungan dengan itu, maka dapat
disimpulkan bahwa pada frase I, II, III dan IV, dapat digolongkan ke frase
selesai.
6.4.3. Motif
Berikut ini adalah beberapa motif yang terdapat pada lagu Arbab yaitu;
Pada frase I terdapat dua motif yaitu motif a dan motif a’ (pengulangan).
Pada frase II’ juga terdapat dua motif yaitu motif a dan motif b.
Pada frase II terdapat dua motif yaitu motif a dan motif b. Pada frase II’
Pada frase III juga terdapat dua motif yaitu motif a dan motif a’
(pengulangan).
sukat 4/4 yang artinya dalam setiap ruas birama terdapat 4 not seperempat.
Berikut ini adalah pola irama yang terdapat dalam lagu” Arbab”
6.4.5. Melodi
melodi.
1.Tangga Nada
Tangga nada yang umum dipakai dalam dunia musik adalah tangga nada
Mayor dan tangga nada Minor. Kedua tangga nada terdiri dari tujuh nada
yang disusun secara khusus dalam lima nada berjarak penuh (2 semitone)
tidak akan menjelaskan tentang kedua tangga nada ini secara terperinci.
Tangga nada yang dipakai pada lagu ini adalah tangga nada Mayor
2. Ambitus
Lagu “Arbab” memiliki ambitus (range) tepat satu oktaf, dari nada
Bes sampai dengan Es”, atau dalam solmisasi dikatakan dari sol (5)
9 buah
13 buah
13 buah
88 buah
18 buah
not ( ) 9 buah.
4. Kontur Melodi
Berikut ini adalah kontur melodi lagu “Arbab” yang dapat dilihat melalui
pemenggalan frasenya;
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
7. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
6. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
7. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
6. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
4. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
. . . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Berikut ini adalah progresi akord yang terdapat pada lagu “Arbab”:
melodi/syair.
melodi/syair.
6.4.8. Kadens
6.4.9. Tempo
rata-rata not permenit dengan menghitung jumlah not yang ada dalam
transkripsi.
MM
Lagu Arbab terdiri dari 40 bar, tanda birama 4/4, dan MM 100.
sebagai berikut :
40 x 4 x 60 detik
= 96 Detik
yang ditampilkan secara lengkap dengan notasi balok yang terdiri dari
komposisi SATB:
Berikut ini adalah beberapa frase yang terdapat pada lagu “Dison Adong
Huboan Tuhan”:
ke-6. Frase I’ (pengulangan) dimulai dari not yang ke-7 pada bar ke-4
sampai bar ke-18 not yang ke-36. Frase II dimulai dari bar ke-8 not yang
frase yang II yaitu frase jawaban yang ditandai dengan batas akhir yang
6.5.3. Motif
Berikut ini adalah beberapa motif yang terdapat dalam lagu “Dison Adong
Pada farse I’ (pengulangan) terdapat dua motif yaitu motif a dan motif b.
Pada farse I juga terdapat dua motif yaitu motif a dan motif a’
(pengulangan).
(perempat) dengan tanda sukat 4/4 yang artinya dalam setiap ruas birama
Berikut ini adalah pola irama yang terdapat dalam lagu” Dison Adong
Huboan Tuhan”
melodi.
1. Tangga Nada
Tangga nada yang umum dipakai dalam dunia musik adalah tangga
nada Mayor dan tangga nada Minor. Kedua tangga nada terdiri dari tujuh
nada yang disusun secara khusus dalam lima nada berjarak penuh (2
ini penulis tidak akan menjelaskan tentang kedua tangga nada ini secara
terperinci.
Tangga nada yang dipakai pada lagu ini adalah tangga nada Mayor
2. Ambitus
dari nada F sampai dengan C atau dalam solmisasi dikatakan dari do (1)
Berikut ini adalah frekuensi pemakaian not pada lagu “Dison Adong
Huboan Tuhan”:
2 buah
12 buah
31 buah
13 buah
setengah ( ) 2 buah.
4. Kontur Melodi
Berikut ini adalah kontur melodi dari lagu “Dison Adong Huboan Tuhan”
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Berikut ini adalah progresi akord yang terdapat pada lagu “Dison Adong
Huboan Tuhan”:
Setelah melihat susunan progresi akord dari lagu '"Dison Adong Huboan
Berikut ini adalah aksentuasi yang terdapat pada lagu “Dison Adong
Huboan Tuhan”:
Ket : (>) - tanda aksen atau ketukan kuat yang terdapat pada
melodi/syair.
melodi/syair.
Tuhan”, selalu jatuh pada ketukan pertama/ketukan kuat (>) dan ketukan
6.5.8. Kadens
Pada frase I terdapat pola kadens Half Cadence (Kandens setengah) yaitu
kadens yang berakhir pada akord dominan sebagaimana terdapat pada bar-
Pada frase I’ terdapat pola kadens otentik yaitu kadens yang berakhir
akord I ke akord V.
Pada frase II terdapat pola kadens otentik yaitu kadens yang berakhir
6.5.9. Tempo
rata-rata not permenit dengan menghitung jumlah not yang ada dalam
transkripsi.
MM
Lagu Dison Adong Huboan Tuhan terdiri dari 10 bar, tanda birama
10 x 4 x 60 detik
100
= 24 Detik
komposisi SATB:
Roham”:
Frase I adalah dimulai dari not pertama sampai bar ke-7 not yang
pertama. Frase II dimulai dari not kedua pada bar ke-7 sampai bar ke-11
not yang ke-3. Frase III dimulai dari bar ke-11 not yang keempat sampai
bar yang terakhir not yang pertama. Maka dapat disimpulkan bahwa pada
sedangkan pada frase III yaitu frase jawaban yang ditandai dengan batas
6.6.3. Motif
Berikut ini adalah beberapa motif yang terdapat dalam lagu “Las Ma
Roham”, yaitu;
Pada frasa II terdapat dua motif yaitu motif a dan motif a’ (pengulangan)
Pada frase III terdapat empat motif yaitu moif a, motif b, motif c, dan
motif d.
tanda sukat 4/4 yang artinya dalam setiap ruas birama terdapat 4 not
seperempat.
Berikut ini adalah pola irama yang terdapat dalam lagu” Alas Ma Roham”
6.6.5. Melodi
melodi.
Tangga nada yang umum dipakai dalam dunia musik adalah tangga
nada Mayor dan tangga nada Minor. Kedua tangga nada terdiri dari tujuh
nada yang disusun secara khusus dalam lima nada berjarak penuh (2
ini penulis tidak akan menjelaskan tentang kedua tangga nada ini secara
terperinci.
Tangga nada yang dipakai pada lagu ini adalah tangga nada Mayor
2. Ambitus
yaitu, dari nada D sampai dengan D’ atau dalam solmisasi dikatakan dari
Berikut ini adalah frekuensi pemakaian not pada lagu “Las Ma Roham”
1 buah
31 buah
10 buah
4. Kontur Melodi
pemenggalan frasenya;
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
. . . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Berikut ini adalah progresi akord yang terdapat pada lagu “Las Ma
Roham”:
Roham", maka pada setiap frase baik itu frase I, II, dan III terdapat
memakai akord I dan ditutup dengan akord satu juga. Pada susunan
Ket : (>) - tanda aksen atau ketukan kuat yang terdapat pada
melodi/syair.
(kesan selesai), yang progresi akordnya ditutup dengan akord (I) atau
tonika.
6.6.9. Tempo
rata-rata not permenit dengan menghitung jumlah not yang ada dalam
transkripsi.
MM
Lagu Las Ma Roham terdiri dari 19 bar, tanda birama 2/4, dan MM
100. Berdasarkan MM diatas, maka dapat diketahui tempo dari lagu Las
19 x 2 x 60 detik
100
= 22,8 Detik
Beikut ini adalah tampilan partitur lagu “Ajaib Benar Anugerah” yang
komposisi SATB:
6.7.2. Frasa
6.7.2. Frasa
Berikut ini frase-frase yang terdapat pada lagu “Ajaib Benar Anugerah”:
tiga. Frase ini merupakan frase pertanyaan dengan ditandai dengan sebuah
Frase B di mulai dari Bar III ketukan ke empat sampai Bar ke V ketukan
dengan batas akhir berhenti sementara, karena hal ini bisa di lihat dari
Frase C dimulai dari Bar ke V ketukan pertama sampai Bar ke VII ketukan
Frase D dimulai dari Bar ke VIII ketukan pertama sampai Bar IX ketukan
ke enam. Frase ini merupakan frase jawaban dari Frase C yang ditandai
Benar Anugerah” terdiri dari empat frase, masing-masing terdiri dari dua
frase pertanyaan dan dua frase jawaban. Namun panjang frase tidaklah
sama tetapi berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Ada yang terdiri dari
Dalam komposisi lagu “Ajaib Benar Anugerah” tidak ada proses imitasi
bahwa frase yang terdapat dalam komposisi lagu “Ajaib Benar Anugerah”
6.7.3. Motif
motif a dimulai dari (Bar I-II), (Bar III-IV), dan pada (Bar VIII) kembali
lagi ke motif a dan motif b dari (Bar II-III), motif c yaitu dari berada pada
(Bar VI).
Motif d yaitu pada (Bar VI), motif e terletak pada (Bar VII), motif f
yang membentuk lagu tersebut sangat variatif . Adanya motif baru yang
(perempat) dengan tanda sukat 6/4 yang artinya dalam setiap ruas birama
Berikut ini adalah pola irama yang terdapat dalam lagu” Ajaib Benar
Anugerah”
6.7.5. Melodi
melodi.
1. Tangga Nada
adalah tangga nada Diatonis Mayor dengan tonalitas/ nada dasar G Mayor
dengan birama 6/4. Artinya dalam setiap ruas birama terdapat 6 not yang
nilainya 1/4.
2. Ambitus
(ambitus/range) dari D sampai nada D’. Mungkin hal ini bisa menjadi
masalah dalam kelompok paduan suara atau jemaat yang tidak memiliki
Anugerah” dapat dituliskan dalam notasi balok dan notasi angka sebagai
berikut:
Berikut ini tabel frekuensi pemakaian not yang terdapat dalam lagu
2 buah
2 buah
9 buah
12 buah
paling banyak digunakan dalam lagu “Ajaib Benar Anugerah” adalah not
4. Kontur Melodi
Berikut ini dalah kontur melodi dari lagu “Ajaib Benar Anugerah”
3 . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . .
7 . . . . . . . . . . . .
6 . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . .
Pada frase A, gerak melodi naik dari nada sol rendah (D) ke nada
do tinggi (G) lalu meloncat ke nada mi tinggi (B), dan kembali lagi ke
nada do (G) kemudian loncatan grafik turun dari do (G) ke nada la (E).
5 . . . . . . . . . . . .
4 . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . .
7 . . . . . . . . . . . .
6 . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . .
terdapat juga loncatan yang sangat jauh, walaupun ada juga gerakan melodi
melodi yang paling jauh terjadi ketika nada D naik ke nada G, dan A ke
nada D.
5 . . . . . . . . . . . .
4 . . . . . . . . . . . .
3 . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . .
7 . . . . . . . . . . . .
6 . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . .
gerakan melodi pada frase C yaitu dari nada mi (B) naik ke nada sol (D)
dan menurun landai ke nada do (G) dari nada do grafik melodi kembali
dan turun ke nada la (E) dan berakhir di nada sol rendah (D).
3 . . . . . . . . . . . .
2 . . . . . . . . . . . .
1 . . . . . . . . . . . .
7 . . . . . . . . . . . .
6 . . . . . . . . . . . .
5 . . . . . . . . . . . .
awal gerakan, melodi meloncat naik dari nada sol rendah (D) ke nada do
tinggi (G) dan naik lagi ke nada mi tinggi (B), kemudian melodi turun
kembali ke nada do (G) dan melodi naik ke nada mi (B) dan menurun
Berikut ini adalah aksentuasi yang terdapat pada lagu “Ajaib Benar
Anugerah”:
melodi/syair.
melodi/syair.
Pola kadens yang tedapat pada frase A adalah kadens Plagal, karena akord
IV I
Pola kadens yang terdapat pada frase B adalah kadens Otentik, karena
V7 I
Pola kadens yang terdapat pada frase C adalah kadens Plagal, karena akord
IV
Pola kadens yang terdapat pada frase D adalah kadens Otentik, karena
V7 I
Anugerah” ternyata lagu tersebut memliliki dua macam pola kadens yaitu
6.7.9. Tempo
membahas istilah itu satu persatu cukup hanya menyebutkan istilah tempo
transkripsi.
MM
Lagu Ajaib Benar Anugerah terdiri dari 8 bar, tanda birama 6/4,
8 x 6 x 60 detik
92
= 31 Detik
Kesimpulan
HKBP Lahir 7 Oktober 1861 dan mandiri dari ketergantungan atas RMG
yaitu:
Missionaris yang berasal dari nyanyian rohani Jerman dan Belanda yang
b) Tahun 1911-1936: Pada periode ini ada sekitar seratusan judul koor yang
pada kelompok koor wanita remaja dan dewasa, yaitu koor-koor yang
HKBP mulai menerjemahkan sendiri lagu dari luar dan ada yang membuat
tahun 70-an komposisi koor ini mengikuti komposisi barat baik dari segi
cipta koor di HKBP sudah banyak yang merupakan hasil karya yang
berasal dari budaya sendiri dalam hal ini “bermelodi dan “berirama Batak”.
3. Pada tahun 2003 disahkan Buku Ende HKBP berjudul “Sangap Di Jahowa”
yang berisikan 307 nyanyian yang berasal dari koor-koor yang sudah biasa
dinyanyikan koor Ama ,Ina, Naposo Bulung dan Sekolah Minggu. 68 lagu ini
tahun diajarkan dengan lagu-lagu yang tidak berasal dari budayanya sendiri
5. Koor berperan penting di HKBP karena fungsi-fungsi yang melekat pada koor
lainnya diluar ibadah minggu (baik bagi anggota koor maupun diluar
dan jemaat lainnya; Sebagai pendukung Thema minggu dan kotbah. Pada
perkembangan terakhir ini judul-judul dari koor yang akan dinyanyikan dalam
setiap peribadahan telah disesuaikan dengan thema minggu maupun isi kotbah
itu hidup tetapi bila koor-koor tidak berkumandang lagi artinya gereja itu
hampir mati; Wadah menemukan pasangan hidup. Salah satu kelompok koor
pasangan keluarga jemaat HKBP yang menjadi pasangan suami istri hasil
Wadah pemersatu Gereja HKBP secara menyeluruh. Hal ini terlihat pada
6. Bila diaplikasikan dengan teori fungsi musik yang dikemukakan oleh Alan P.
masyarakat.
b) Analisis dari pola meternya adalah: Long Meter (LM), Middle Meter (Pola
Meter sedang), Short Meter (Pola Meter Pendek) dan Irreguler Meter
a) Frasa : terdiri dari 2-4 frasa yang dikembangkan dari beberapa motif.
SARAN
1. Untuk peneliti-peneliti yang tertarik pada topik ini ada beberapa topik yang
mungkin dapat dijadikan bahan dan lanjutan penelitian dari hasil thesis ini,
yaitu:
secara mendalam.
mengikuti ibadah
di HKBP
2. Dalam penciptaan koor hendaknya para pencipta koor membuat sinopsis koor
yang diciptakan agar kelompok koor dapat dengan lebih baik dalam
menyanyikannya.
koor-koor yang akan diajarkan di gereja dalam rangka menjaga hal-hal yang
Internet
Http//blogspot.com/2010/03/ilmu harmoni.
Http//En Wikipedia.org/w/index/php? Musik theory.
Http.//www.wholesomewords.org/biography/biorpwatts.html.
Http.//www.igracemusic.com/hymbook/outhors/lewellmasson.html.
Aksentuasi adalah tekanan yang bersifat lemah dan kuat pada kata-kata maupun
melodi lagu.
Alliteration, yaitu teknik pengulangan bunyi awal yang sama secara berturut-
turut.
Ambitus (range ), adalah jangkauan bunyi yang dapat di capai oleh sebuah alat
musik atau suara seseorang atau jangkauan nada yang dipakai oleh
sebuah komposisi.
Anafora, yaitu teknik pengulangan kata yang sama di awal baris-baris yang
berurutan.
Chiasmus, yaitu teknik persilangan baris atau klausa yang mengandung kontras.
Common Meter, (C. M.), dengan pola 8 6 8 atau 7 7 7 7. Pemenggalan suku kata
dalam tiap baris berselang jumlahnya delapan dan enam suku kata, atau
semuanya berjumlah tujuh suku kata setiap baris.
Common Meter Double (C. M. D),memiliki pola Common Meter yang di-
Double.
Dialog, pola literature yang memiliki bentuk Tanya jawab atau semacam dialog.
Folk Tune, tipe lagu yang melodinya berasal dari lagu-lagu rakyat (folk song)
Frase, merupakan rangkaian motif yang diakhiri dengan tanda yang jelas,
sedangkan motif adalah satuan bentuk musik terkecil yang mengandung
arti musikal.
Gaya silabis, yaitu gaya vokal yang memasangkan tiap suku kata dengan satu not.
Gaya Neumatis, yaitu gaya vocal yang memasangkan satu suku kata atau huruf
vocal dengan sekelompok not ( dua sampai lima not ).
Gaya melismatis/florid, yaitu vocal yang memasangkan sebuah suku kata atau
huruf vocal dengan banyak not ( lebih dari lima not ).
Gospel Hymn Tune, tipe lagu yang biramanya 9/8 dan 12/8.
Harmoni, adalah perihal keselarasan paduan bunyi atau secara teknis meliputi
susunan, peranan, dan hubungan dari sebuah paduan bunyi dengan
sesamanya maupun bentuk keseluruhan.
Inovatif Hymn Tune, tipe lagu zaman sekarang yang dipenuhi oleh inovasi-
inovasi baru.
Interval, jarak antara dua nada yang dinyatakan dengan pembandingan dan
didasarkan oleh tingkatan dan tangga nada serta peringkatnya di dalam
tingkat tersebut.
Itemization, yaitu perincian yang bretujuan untuk membentuk kesatuan tema dan
pengembangannya.
Jemaat, yaitu persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus, baik yang
di satu tempat maupun keseluruhan persekutuan Kristen
Kontur, merupakan gerak melodi yang biasanya digambarkan dalam bentuk garis
menaik, mendatar, menurun seperti sebuah grafik sesuai dengan arah
gerak melodi yang bersangkutan.
Litani, yaitu suatu pola literatur yang mengungkapkan permohonan dan pujian.
Long Meter (L. M ), dengan pola 8 8 8 8. Artinya ada delapan suku kata dalam
setiap baris ; dalam satu bait terdiri dari empat baris.
Long Meter Double (L. M. D ), memiliki pola long meter yang di-double,
hingga polannya menjadi 8 8 8 8 8 8 8 8.
Mazmur, yaitu Doa gereja yang dinyanyikan. Oleh karena itu, mazmur harus
mendapat tempat liturgis sendiri di dalam ibadah dan Mazmur adalah
nama salah satu Buku dalam Alkitab Perjanjian Lama.
Melodi, adalah rangkaian dari sejumlah nada atau bunyi yang di tanggapi
berdasarkan perbedaan tinggi-rendah atau naik turunnya.
Plainsong, yaitu jenis lagu yang tidak menggunakan tangga nada mayor atau
minor, tetapi memakai modus Gregorian dan jenis lagu tersebut banyak
dijumpai pada gereja Khatolik.
Pola sajak adalah keterkaitan atau hubungan bunyi yang terdapat pada kata atau
suku kata akhir disetiap baris puisi. Ini juga menjadi suatu hal yang
membuat puisi lebih mudah untuk di ingat.
Ritme dapat disebt sebagai irama atau variasi pengaturan dari durasi nada yang
tidak teratur dalam satu pola metric ( birama ).
Short Meter Double (S. M. D ), memiliki pola short meter yang di-double,
hingga polanya menjadi 6 6 8 6 6 6 8 6.
Simile, yaitu teknik membandingkan obyek-obyek yang tidak sama dalam satu
aspek.
Strofik, yaitu komposisi vokal yang mengulang materi musik yang sama untuk
setiap bait dari teksnya.
Syair adalah teks atau kata-kata lagu, dengan kata lain suatu komposisi puisi
yang sering dilakukan.
Tangga nada adalah susunan nada-nada secara berurutan dengan pola jarak
tertentu, yang dimulai dengan nada dasr samapai kepada nada oktaf.
Tautologi, yaitu teknik pengulangan ide yang sama dalam bentuk yang agak
berbeda.
Tekstur adalah wilayah suara yang paling utama karena sering digunakan, baik
dalam vocal maupun instrumental.
Victorian Part-Song Tune, jenis lagu berasal dari zaman Victorian di Inggris
pada abad XIX yang memiliki ritme yang ringan.
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : D. M. Pasaribu.
Jabatan : Guru Huria
Umur : 39 Tahun
Alamat : Tarutung Tapanuli Utara
2. Nama : A. Hutagalung
Jabatan : Sintua
Umur : 54 Tahun
Alamat : Tarutung Tapanuli Utara
6. Nama : R. Nainggolan
Jabatan : Pembina Muda-mudi
Umur : 38 Tahun
Alamat : Tarutung Tapanuli Utara
a. Saya sudah menjadi anggota paduan suara sejak naposo sampai saat ini
saya sudah berumah tangga. Jika ditanya fungsi koor bagi saya,
dimulai yang dibawakan oleh pendeta, guru huria atau sintua. Karena
saya bukanlah orang yang baik sebagai suami, tapi saya sudah
bertekad masuk menjadi koor ama. Setelah masuk ternyata istri saya
mengakui kepada orang lain bahwa saya semakin baik dan semakin
sadari mengurangi sifat buruk saya. Mungkin ini yang disebut energi
positif yang berasal dari komunitas koor saya, teman-teman saya dan
titel saya yang baru di gereja yaitu anggota koor ama. Saya punya
M.Pardede)
2. MAMPU MENGHIBUR
a. Saya sangat bahagia ikut menjadi angoota koor. Suara saya memang
tidak bagus amat tapi ikut koor membuat saya semakin yakin untuk
bernyanyi. Selain itu saya ikut jadi pengurus koor dan saya ikut di
seksi kerohanian. Disini yang paling berkesan bagi saya. Saat ada
teman kami yang kemalangan, sakit atau apapun itu, kami punya
sudah punya lagu-lagu yang cocok bagi suasana tertentu. Untuk acara
saya datang dan menghibur saya dengan koor kelompok kami. Sampai
saat ini saya semakin mencintai punguan ina kamis karena dipungguan
Simamora,S.Th )
b. Saya seorang jemaat yang bukan anggota koor. Kalau saya ditanya
Kalau tak ada koor rasanya gereja mati. Koor-koor ini sering
lagu itu saya bilang dalam hati : ya Tuhan aku akan mendidik anak-
anakku seturut jalanmu”. Saya bilang juga dalam hati: terima kasih
punguan koor, lagumu sudah mengingatkan aku. Walau pun saya tidak
tahu syairnya semua tapi saya tahu bagian-bagian yang berkesan bagi
3. LAMBANG KESUKSESAN
kadang seperi ada persaingan diantara kelompok koor ini. Saya adalah
anggota koor jadi saya menganggap itu sah-sah saja hanya saja perlu
Hutagaol,S.Pd)
digereja. ( M.Br.Panjaitan )
c. Saya punya cerita istimewa tentang kelompok koor. Saya dulu malas
saya ikut punguan koor. Semula saya enggan, tapi ternyata teman-
Saya mencintai kelompok koor saya. Dari sana saya juga semakin
gereja. Saya suka mengajak orang lain juga ikut aktif di kelompok
Memang ada juga hal-hal yang tidak mengenakkan tapi saya sudah
sangat cinta pada kelompok koor dan pada pelayanan Tuhan juga. (A.
Hutagalung )
a. Saya senang menjadi anggota koor. Mengapa saya suka mungkin karena di
kelompok koor saya bisa menemukan teman curhat saya yang sudah
sangat saya kenal. Saat-saat sebelum latihan dimulai kami curhat dan
juga sudah seperti saudara. Persoalan yang kami bahas juga kami bawa
dalam doa. Kadang-kadang saya merasa punya adik dan kakak yang baru
pintar not dan bernyayi, saya juga semakin pintar ber teologia. Karena
kami juga mengadakan PA, Penelahaan Alkitab. Acaranya tidak kaku dan
kami bebas menannyakan hal-hal yang tidak kami mengerti tentang Iman
doa kita dan lain-lain.” Jadi anggota koor juga semakin membuat kita
beda dari jemaat yang tidak aktif, sangat banyak untungnya. O,ia saya juga
MINGGU.
menarik yang penting aku sudah bernyanyi. Saya melihat ada anggota
kelompok koor datang ke gereja dengan rapi dan bagus, tetapi setelah
ibadah dia akan masuk lagi. Jemaat banyak karena ada banyak anggota
b. Saya sangat bangga karena di gereja saya banyak kelompok koor dan
Mereka ini penuh dengan semangat untuk melayani. Hal ini terbukti
kelompok koor ini pulalah yang lebih aktif setiap ada kegiatan-
(M. Silaen)
JEMAAT LAINNYA.
semakin pintar dalam ilmu paduan suara dan juga memotivasi setiap
not, not penuh, setengah dan lain-lain. Pernah suatu kali listrik padam
ketukan lagu tadi tanpa iringan musik. Saya senang sekali karena
karena jemaat kita tidak semua pintar nyayi. Lagu-lagu gereja kita kan
HKBP sudah ada Supplemen. Memang di gereja kami sudah ada song
leader tapi yang paling bergema adalah suara para anggota kelompok
koor. Suara mereka bagus-bagus dan kuat. Tidak ada Song leaderpun
mereka akan jalan terus. Lagu-lagu baru tidaklah sulit karena banyak
anggota kelompo koor yang cepat mengerti lagu baru dengan hanya
(E.Br.Pasaribu)
mempersiapkan lagu yang sesuai dengan tema kotbah dan minggu. Tak
koor kami akan mendukung kotbah. Dengan adanya koor ini Firman
a. jIka saya ditanya tentang fungsi kelompok koor maka bagi saya
kelompok koor adalah tempat belajar nyanyi dan musik. Saya mengerti
ketukan ritem dan olah vokal karena saya ikut kelompok koor. Saya
mengenal istilah sopran, alto, tenor dan bas karena saya anggota koor.
Saya juga semakin kritis jika ada nyayian jemaat yang dinyayikan
Saya jadi pengen seperti mereka. Mereka juga punya percaya diri
(A.Br.Simanjuntak)
9. LAMBANG KEHIDUPAN
di gereja. Saya rasa ada yang kurang kalau kelompok koor tidak
b. Saya jemaat biasa, fungsi kelompok koor dalam jemaat adalah tempat
C.Br. Hutagaol)
koor juga bisa jadi tempat menemukan jodoh. Ada bebera teman kami
Sitompul,SS)
b. Kelompok Koor naposo menjadi sejenis club bagi muda/i. Kami tidak
hanya bernyayi melulu, kami juga bercanda, kami juga melayani dan
kami juga dibina. Saat semua terjadi kami semakin kompak satu sama
lain. Kami bahkan sangat sedih ketika salah satu dari temen kami harus
kelompok koor ama atau ina. Koor muda mudi adalah sumber anggota
Dalam kelompok koor, jemaat tidak hanya belajar berolah vokal dan
lebih rapi. Kelompok koor punya anggaran dasar dan anggaran rumah
Simamora)
b. Saya beruntung ikut kelompok koor. Saya adalah orang yang biasa-
biasa. Saya gak tahu ngomong di depan orang banyak, saya gak pede
dan saya gak ngerti banyak istilah ketua, anggota, anggaran, pengurus
percaya diri. Saya juga semakin pintar dandan karena kami harus
berdandan kalau ikut festival koor. Dan karena saya, anak saya juga
(R.Br.Tampubolon)
Tudoshon Bunga-bunga
962
Na Di Ladang
Es=do 3/4. W,G
Tudoshon Bunga-bunga
963
I Ngolunta I
F = dur 3/4. Ds. A. Simorangkir P.G
964 Tudoshon Orbuk Es=do 4/4. G
Tudoshon Pidong Na
965
Habang
Es=do 4/4. J.O.H.Sihombing G, P, W
1856-
966 Tuhan As = do 4/4.
1932
C.H. Gabriel G, P, W
Tuhan Bahen Ma
967
Ngolungkon
G = do 4/4. 1827 Malan G
Tuhan Jesus Naek Tu
968
Surgo
As = do 4/4. G
969 Tuhan Jesus Siparmahan G = do 3/4. 1884 S.J. Vail G, P, W
Tuhan Na Marmahan
970
Hami
Es = do 4/4. 1859 W.B. Bradbury G, P, W
Tuhan Ramoti Langka As /Bes =
971
Nami Be do
4/4. G
1757-
972 Tuhan Sai Ro Ma Ho G = do 3/4.
1769
F.D. Giardini G, P, W
973 Tuhan Sipangolu F=do 4/4. Drs M. Purba P,G
Tuhan, Berapa Lama
974
Lagi
F = do 4/4. 2005 Pontas Purba G, P, W
975 Tuhan, Dengar Seruanku F = do 4/4. Monang Pardede G, P, W
976 Tuhan, Huhaholongi Do G=do 4/4. Silcher G, P, W