Anda di halaman 1dari 12

METODIK PEKERJAAN PASTORAL

Dosen Pengasuh
Graciana A. Bele, ST, MM

STIPAS KAK
KUPANG, 2020
1
BAB IV
FEASIBILITY STUDI
Untuk mengadakan Pastoral Feasibility Study, maka ada dua tahap yang harus
dilakukan:
1. Fase Diagnosis Pastoral
❑ Pengertian DP: mempelajari, menganalisa secara mendalam arti dan sebab suatu
gejala sosial (fakta, keterangan, informasi) dalam hub. dengan perkembangan Gereja.
❑ Tujuan DP adalah mengetahui sebab-sebab gejala sosial yang kemudian dianalisa,
dipelajari dan ditentukan arti gejala tersebut dalam kaitannya dengan upaya
pengembangan Gereja.
❑ Mengapa perlu dilakukan DP:
1. Untuk mengetahui gejala sosial yang berguna dan merugikan, yang ada hubungan
dan sebaliknya dengan pengembangan Gereja.
2. Untuk mengambil tindakan yang tepat dan akurat dalam rangka pengembangan
Gereja.
3. Untuk menentukan metode atau cara yang tepat dan benar dalam pekerjaan
pastoral.
2
❑ Obyek DP : semua gejala/fenomena sosial yang ada hubungannya dengan
pengembangan Gereja yang telah dikumpulkan dalam langkah survey pastoral.
❑ Cara melakukan DP: menganalisa (melihat arti sesungguhnya dari gejala sosial) dan
mengevaluasi (melihat kegunaan dan nilai dari gejala sosial) serta menempatkan
gejala sosial yang diperoleh dari survey pastoral (menguntungkan /merugikan) dalam
upaya pengembangan Gereja.
❑ Pelaksanaan DP: dilakukan dengan mengumpulkan hasil survey yang kemudian
diartikan, dianalisa, dievaluasi dan disintesakan gejala sosial tersebut.
❑ Aspek-aspek yang harus dinilai dalam pelaksanaan DP:
1. Apa gejala tersebut menguntungkan atau merugikan?
2. Apakan gejala tersebut memperkuat atau melemahkan umat Allah?
3. Apakah gejala tersebut sesuai atau berlawanan dengan evangelisasi?
4. Apakah gejala tersebut mengintegrasikan atau sebaliknya hubungan sosial
masyarakat umat?
5. Apakah gejala tersebut menunjukkan perkembangan atau kemerosotan?
6. Apakah gejala tersebut berkembang kearah kemajuan atau kemunduran dalam
kehidupan Gereja dalam masa transisi (peralihan)?

3
2. Fase Pastoral Feasibbility Study
❑ Pengertian fase PFS: mempelajari kemungkinan-kemungkinan pelaksanaan.
Maksudnya mempelajari secara kritis kemungkinan yang ada/urgent
(kemungkinan banyak) yang dapat dikerjakan berkaitan dengan sesuatu yang
konkret dan sesuai dengan kondisi yang ditemukan di suatu wilayah.
❑ Mengapa PFS perlu dilakukan?
1. Tidak mungkin dalam semua paroki dilakukan hal-hal yang sama.
2. Situasi paroki di perkotaan berbeda dengan paroki di pedesaan.
3. Dalam paroki ada pastor progresif, konservatif dan bisa keduanya.
4. kehidupan religius umat disetiap paroki ada yang mendalam dan sebaliknya.
❑ Bagaimana cara melakukan PFS?
1. Petugas pastoral harus menentukan dan memastikan sumber daya yang tersedia
untuk mengetahui apakah PFS mungkin dilaksanakan atau tidak.
2. Petugas pastoral harus menggali sumber daya yang ada untuk menunjukkan
pada umat bahwa sumberdaya tersebut dapat dimanfaatkan.
3. Petugas pastoral harus menginvetarisasikan sumberdaya tersebut: uang, bahan,
alat, tenaga dll.

4
❑ Bagaimana melakukan PFS?
Untuk melakukan PFS perlu ditentukan batas-batas investasi dan sumberdaya yang ada.
Menentukan batas investasi artinya menentukan batas-batas sampai dimana sumber daya
dapat dimanfaatkan. Sebaliknya menentukan batas sumberdaya berarti menentukan
ketersediaan sumberdaya untuk kegiatan investasi. Pertanyaan yang muncul adalah:
1. Apakah tersedia sumberdaya untuk PFS?
2. Apakah ada investasi yang dilakukan untuk PFS?
3. Ada kemungkinan bahwa sumberdaya tersedia, tetapi apakah ada investasi untuk
memanfaatkan sumberdaya tersebut?
4. Sejauhmana kemungkinan investasi?
5. Bagaimana cara menentukan investasi untuk PFS?
6. Bagaiman mengukur tingkat keberhasilan dari PFS?
7. Bagaimana menerapkan strategi untuk mendapatkan keuntungan dan mengatasi
kerugian yang terjadi dalam PFS?
8. Metode apa yang paling tepat untuk menjamin bahwa PFS benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah?

5
1. Penentuan Material
(uang, bahan, alat dll.)

5. Penentuan 2. Penentuan Investasi


Kelangsungan Proyek Tenaga
(kontinuitas : swadaya, (minat, kecakapan, skill dll.)
swakarya, swasembada;
tenaga ahli, job description)
FASE PENELITIAN PFS

3. Penentuan Tenaga
3. Penentuan Hasil Berkesempatan
(input, output, cost, benefit) (kesibukan, pekerjaan lain,
kurang kesempatan, kondisi)

6
Contoh Lembaran Feasibility Study
Tentang Pendidikan
Berdasarkan hasil pengambaran situasi pada…..keluarga dari kelompok…..dalam
paroki…..keuskupan….., maka dapat dijelaskan bahwa:
1. Jumlah anak putera-puteri……orang, meliputi: bayi….%, anak belum sekolah….%, masa
pubertas….%, menjelas dewasa….%, sekolah….%, bekerja…..%, sekolah sambil bekerja….%,
sudah bekerja….%. Jadi jumlah anak sekolah dan yang seharusnya sudah sekolah tapi belum
disekolahkan adalah…..dibanding……..Pertanyaannya adalah?
a. Apakah dari aspek pendidikan, perbandingan anak yang sekolah dan yang seharusnya
sekolah tapi tidak disekolahkan itu baik atau tidak baik? Jika tidak baik apa langkah yang
perlu dilakukan untuk mengatasinya?
b. Apakah dari segi pendidikan perbandingan antara anak yang sekolah dan anak yang bekerja
sambil sekolah itu baik atau sebaliknya? Bila tidak baik apa langkah antisipatif untuk
mengatasinya?
2. Jumlah anak yang tidak dapat melanjutkan: SD….orang, .SMP….orang, SMA….orang,
PT….orang. Faktor yang menyebabkan adalah: Untuk SD…….., SMP……, SMA……,
PT…..Dan dari anak yang tidak melanjutkan sekolah tersebut…..anak
menganggur,…….anak bekerja. Pertanyaannya adalah:
a. Apakah kondisi tersebut dapat menghambat perkembangan Gereja atau tidak?
b. Apakah kondisi tersebut dapat diatasi? Bagaimana cara mengatasinya?
7
3. Dari…..keluarga yang dikunjungi, ternyata……anak belajar setiap hari,......anak belajar 2 atau
3 hari sekali,……..anak belajar teratur,….anak belajar tidak teratur. Pertanyaannya:
a. Apakah kebiasaan belajar yang tidak teratur merugikan bagi seorang anak atau tidak?
b. Bagaimana cara mengatasi persoalan tersebut?
4. Dari…..keluarga yang dikunjungi,…….anak masuk dalam organisasi Katolik,…..anak masuk
organisasi pramuka,…...anak masuk organisasi PMKRI,…...anak masuk organisasi olah
raga,…….dst. Dan ada……anak yang tidak masuk organisasi. Berdasarkan data ini, pertanyaan
yang bisa diajukan adalah:
a. Apakah keterlibatan anak dalam organisasi mempengaruhi pendidikan anak atau tidak?
b. Jika berdampak negatif, bagaimana mengatasinya?
5. Berkaitan dengan pelajaran agama:…...anak mendapat pelajaran agama Katolik,…..anak
mendapat pelajaran agama Protestan,…..anak mendapat pelajaran agama Islam,….anak
sekolah swasta Katolik, dst. Jadi jumlah anak yang mendapat pelajaran agama Katolik….orang,
dan tidak mendapat pelajaran agama Katolik…..orang. Pertanyaannya?
a. Bagaimana mengatasi anak yang tidak mendapat pelajaran agama Katolik?

8
BAB V
PENYUSUNAN PROGRAM

1. Masalah
Survey keadaan tempat,
kebutuhan, kesulitan dll.

SKEMA
PENYUSUNA
N PROGRAM

3. Schedule Kegiatan 2. Program


Pengaturan jadwal/acara Perumusan yang praktis, logis,
pelatihan dll. realistis, terstruktur dan terukur.

9
Tahapan Penyusunan Program (Paroki)

1. Penggambaran Situasi
Maksudnya adalah menampilkan situasi/kondisi sejelas mungkin, termasuk juga fungsi dan peran
setiap orang yang hidup di dalamnya. Karena itu, gambaran situasi atau kondisi harus konkret
dan tidak bersifat teoritis.
2. Penentuan Sasaran (Obyek)
Adalah langkah kedua yang bertujuan untuk merinci obyek sehingga menjadi lebih konkret dan
mendetail. Cth. Upaya perbaikan gizi terdiri dari memilih makanan sehat, cara memasak
makanan sehingga bernilai gizi tinggi.
3. Penentuan Target
Artinya menentukan batas konkret hasil yang akan dicapai dari suatu usaha dalam periode
yang sudah ditentukan dan dapat diukur (ada perencanaan dan evaluasi).
4. Penentuan Prioritas
Maksudnya adalah menentukan hal-hal yang paling urgent dalam program, termasuk
menentukan obyek yang paling penting.
5. Penentuan Metode, Strategi dan Kebijakan
Artinya memikirkan metode yang paling tepat, akurat, dapat dipertanggungjawabkan. Juga
pendekatan khusus yang sesuai dengan situasi, pengaturan dan cara kerja terkait dengan tujuan
yang hendak dicapai dan perencanaan garis kebijakan yang obyektif dan aspiratif.
10
6. Penentuan Logistik
Adalah usaha untuk mengadakan, mengatur, memanfaatkan, memelihara atau merawat logistik
usaha seperti alat, bahan, uang dsb.

Sumber-Sumber Usaha/Program

Keuangan Tenaga Sumber Lain

Keuskupan
Paroki Ahli dari Keuskupan
Iuran Umat Ahli dari Paroki Sumberdaya Alam
Pemerintah Ahli dari Luar Paroki Dsb.
Swasta Bantuan dari Umat
Kredit Tenaga Umat
Dll.

11
7. Alokasi Kegiatan
Maksudnya adalah menentukan kegiatan apa yang dijalankan dalam usaha atau program
pastoral sehingga tujuan program dapat tercapai. Oleh karena itu, dalam tahap perencanaan
harus ditentukan mana kegiatan yang paling tepat dalam mencapai tujuan dengan
mempertimbangkan tempat, waktu, prioritas dan pembagian tugas atau pekerjaan.
8. Alokasi Tanggung Jawab
Artinya bahwa semua orang yang terlibat dalam program mempunyai loyalitas, kecakapan
dibidangnya masing-masing. Namun harus diperhatikan juga bahwa tingkatan orang yang
terlibat dalam program berbeda satu dengan lainnya sesuai dengan job description, seperti:
tingkatan umat, peserta, pekerja (aktivis), penanggung jawab dan pemimpin.
9. Alokasi Investasi
Maksudnya adalah pengaturan, penggunaan uang , bahan, alat-alat dan lain-lainnya harus
berdasarkan stok (persediaan) yang ada, prioritas-prioritas kegiatan sehingga usaha atau
program dapat berjalan tepat sasar, efisien, efektif, terukur dan mempunyai nilai manfaat.
10. Penentuan Jadwal
Langkah terakhir adalah penentuan jadwal usaha atau program berdasarkan perencanaan,
alokasi waktu, sumber-sumber yang dapat diperoleh dan digunakan serta tujuan. Cth: Buku
Agenda Kegiatan, Buku Tugas.

12

Anda mungkin juga menyukai