Anda di halaman 1dari 30

Kantor Hukum

AB R
Arief Budiman ADVOKAT
, 6 Maret 2017
Palembang, 11 Mei 2021Palembang &Rekan
advokatariefbudiman@gmail.com
081261181205
Jalan Jendral Sudirman No. 102
Kota Palembang;
Provinsi Sumatera Selatan

KESIMPULAN
Perkara Praperadilan Nomor 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg

Pengadilan Negeri Palembang Kelas I A Khusus yang mengadili perkara


Praperadilan dalam tingkat pertama dan terakhir menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam
perkara antara:
MUSLIANTI S.Pd, tempat lahir Palembang, tanggal Lahir 26 September 1980, jenis
kelamin perempuan, agama Islam, kewarganegaraan Indonesia,
pekerjaan Karyawan Swasta, tempat tinggal Komplek Grand
Soeta Blok B 01 RT. 050 RW. 010 Kelurahan Karya Baru Kec
Alang-Alang Lebar Kota Palembang, dalam hal ini memilih domisili
hukum pada alamat kuasanya, memberikan kuasa kepada Arief
Budiman, S.H., Mujiburrahman, S.H.,M.H., Yudi Al Munandar, S.H.,
dan Rendi Hirawansyah, S.H., semuanya adalah Advokat yang
berkantor pada Kantor Hukum ARIEF BUDIMAN & REKAN
(AB&R Advokat) yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No. 102
Kota Palembang, untuk selanjutnya disebut sebagai PEMOHON;
Melawan:
KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA Cq. KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA
SELATAN Cq. KEPOLISIAN RESORT KOTA PALEMBANG Cq.
KEPOLISIAN SEKTOR SUKARAMI, dalam hal ini memberikan
kuasa kepada AKBP Parlindungan Lubis, S.H.,M.H., AKBP Ambran
Rudy N, S.H.,M.H., Kompol Asep Durahman, S.H.,M.H., AKP
Darmanson, S.H.,M.H., Pembina Ahmad Yani, S.H. IPDA Musfain,
S.H. Pembina Rasyid Ibrahim, S.H., kesemuanya dari Bidang Hukum
Polda Sumsel yang berkantor di Gedung Sutadironodipuro Lt. III
Jalan Jenderal Sudirman Km 4,5 Kota Palembang, untuk selanjutnya
disebut TERMOHON;

Setelah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Palembang Nomor


10/Pid.Pra/2021/PN.Plg tanggal 26 April 2021 tentang penunjukan Hakim;
Setelah membaca penetapan tentang hari sidang;

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 1 dari 30


Setelah mendengarkan keterangan saksi-saksi dan bukti surat-surat yang diajukan ke
persidangan;
Menimbang bahwa Pemohondengan surat permohonannya tanggal 26 April 2021
yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Palembang pada tanggal
26 April 2021 dalam Register Nomor 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg, telah mengajukan
permohonan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

- Bahwa menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto, SH. MA, penegakan hukum
dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
1. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang);
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak yang membentuk maupun yang
menerapkan hukum;
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan; dan
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
(Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Penegakan Hukum,
Jakarta: Rajawali Pers, hlm.5);

- Bahwa lebih lanjut Soerjono Soekanto mengatakan bahwa kelima faktor tersebut
adalah saling terkait, karena merupakan essensi dari penegakan hukum, juga
merupakan tolok ukur daripada efektifitas penegakan hukum.

- Bahwa terpenuhinya kelima faktor tersebut secara baik maka baiklah pula penegakan
hukum dilaksanakan. Namun sebaliknya, jika tidak, maka penegakan hukum tidak
akan tercapai, atau bahkan justru hukum ditegakan dengan cara melawan hukum.
Jika ini terjadi, hukum ditegakan dengan cara melawan hukum, apakah hal ini masih
dapat dikatakan sebagai penegakan hukum;

- Bahwa dalam penegakan hukum pidana yang menjadi faktor ‘hukum’nya (faktor
pertama) adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana - atau lebih dikenal dengan sebutan Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) – dan peraturan-peraturan pelaksananya, yang merupakan
perangkat hukum yang diperuntukan demi tegaknya hukum pidana (hukum pidana
materiil), baik hukum pidana umum yang normanya terdapat dalam Kitab Undang-
KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 2 dari 30
undang Hukum Pidana (KUHP), maupun hukum pidana khusus, seperti Narkotika,
Korupsi, dan Perbankan, dan hukum pidana khusus lainnya, selama hukum acara
pidana khusus tersebut tidak menyatakan mengenyampingkan atau menyatakan lain;

- Bahwa Hukum Acara Pidana telah mengatur sedemikian rupa hal-hal terkait
penegakan hukum pidana, yaitu mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
hingga tata cara persidangan sampai dengan putusan pengadilan yang merupakan
puuncak dari penegakan hukum pidana;

- Bahwa KUHAP telah pula mengatur lembaga Praperadilan yang memberikan


jaminan fundamental terhadap hak asasi manusia, khusunya hak kemerdekaan, yaitu
dengan memberikan hak kepada seseorang melalui suatu perintah pengadilan
menuntut pejabat yang melaksanakan hukum pidana formil tersebut agar tidak
melanggar hukum (ilegal);

- Bahwa menurut Luhut M. Pangaribuan, lembaga Praperadilan yang terdapat di


dalam KUHAP identik dengan pre trial yang terdapat di Amerika Serikat yang
menerapkan prinsip Habeas Corpus, yang mana pada dasarnya menjelaskan bahwa
di dalam masyarakat yang beradab maka pemerintah harus selalu menjamin
hak kemerdekaan seseorang;

- Bahwa lembaga praperadilan, sebagaimana diatur dalam Pasal 77 sd. 83 KUHAP,


adalah suatu lembaga yang berfungsi untuk menguji apakah tindakan/upaya paksa
yang dilakukan oleh penyidik dan/atau penuntut umum sudah sesuai dengan undang-
undang dan tindakan itu telah dilengkapi dengan administrasi penyidikan secara
cermat atau tidak, karena pada dasarnya tuntutan Praperadilan menyangkut sah
tidaknya tindakan penyidik dan/atau penuntut umum di dalam melakukan
penyidikan dan/atau penuntutan;

- Bahwa tujuan Praperadilan seperti yang tersirat dalam penjelasan Pasal 80 KUHAP
adalah untuk menegakkan hukum, keadilan, dan kebenaran melalui sarana
pengawasan horizontal, sehingga essensi dari Praperadilan adalah untuk
mengawasi tidakan upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik dan atau/atau
penuntut umum terhadap Tersangka apakah dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, dilakukan secara profesional, dan bukan
tindakan yang bertentangan dengan hukum;

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 3 dari 30


- Bahwa lembaga Praperadilan sebagai upaya pengawasan penggunaan wewenang
guna menjamin perlindungan hak asasi manusia telah dituangkan secara tegas
dalam Konsiderans Menimbang huruf (a) dan (c) KUHAP yang merupakan spirit
atau ruh atau jiwanya KUHAP:
Menimbang: (a) Bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang
menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya;
(b) Bahwa pembangunan hukum nasional yang demikian itu di
bidang hukum acara pidana adalah agar masyarakat
menghayati hak dan kewajibannya dan untuk meningkatkan
pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai
dengan fungsi dan wewenang masing-masing ke arah
tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat
dan martabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum
demi terselenggaranya negara hukum sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945;

- Bahwa spirit atau ruh atau jiwanya KUHAP tersebut juga ditegaskan kembali dalam
Penjelasan Umum KUHAP angka 2 pragraf ke-6, yang berbunyi:
“... Pembangunan yang sedemikian itu di bidang hukum acara pidana bertujuan
agar masyarakat dapat menghayati hak dan kewajibannya dan agar dapat dicapai
serta ditingkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan
fungsi dan wewenang masing-masing ke arah tegak mantabnya hukum, keadilan dan
perlindungan yang merupakan pengayoman terhadap keluhuran harkat serta
martabat manusia, ketertiban dan kepastian hukum demi tegaknya Republik
Indonesia sebagai Negara Hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.”;

- Bahwa berdasarkan uraian di atas maka permohonan Praperadilan yang dimohonkan


oleh Pemohon in casu adalah terkait dengan tindakan TERMOHON
PRAPERADILAN dalam menetapkan PEMOHON PRAPERADILAN sebagai
TERSANGKA, yang dilaksanakan tidak sesuai atau bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan dilakukan secara tidak profesional, sehingga
telah melanggar hak asasi manusia yang melekat pada PEMOHON
PRAPERADILAN.

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 4 dari 30


II. DASAR HUKUM PERMOHONAN PRAPERADILAN
- Bahwa Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam KUHAP tentang sah atau tidaknya penangkapan,
penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan; serta ganti
kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada
tingkat penyidikan atau penuntutan, yang dilaksanakan oleh lembaga Praperadilan,
sebagaimana tertuang dalam Pasal 77 KUHAP jo Pasal 78 ayat (1) KUHAP, yang
berbunyi:
Pasal 77 KUHAP:
Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang:

a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau


penghentian penuntutan;

b. ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya
dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.

Pasal 78 ayat (1) KUHAP:


Yang melaksanakan wewenang pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 77 adalah praperadilan.;

- Bahwa dari ketentuan Pasal 77 KUHAP tersebut maka materi pokok Praperadilan
adalah tentang:
1. Sah atau tidaknya penangkapan;
2. Sah atau tidaknya penahanan;
3. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan;
4. Sah atau tidaknya penghentian penuntutan; dan
5. Ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara
pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.;

- Bahwa sejak adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Nomor 21/PUU-


XII/2014 materi pokok Praperadilan adalah termasuk juga tentang:
1. Sah atau tidaknya penetapan tersangka;
2. Sah atau tidaknya penggeledahan; dan
3. Sah atau tidaknya penyitaan.;

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 5 dari 30


- Bahwa permasalahan yang sering muncul dalam penegakan hukum pidana sebelum
adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Nomor 21/PUU-XII/2014 adalah
pemaknaan frasa “bukti permulaan” sebagaimana terdapat dalam Pasal 1 angka 14
KUHAP, frasa “bukti permulaan yang cukup” sebagaimana terdapat dalam Pasal
17 KUHAP, dan frasa “bukti yang cukup” sebagaimana terdapat dalam Pasal 21
ayat (1) KUHAP. Frasa-frasa tersebut adalah multi tafsir sehingga menimbulkan
ketidakpastian hukum. Namun dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi
Republik Nomor 21/PUU-XII/2014 maka kemultitafsiran dari frasa-frasa tersebut
telah ditiadakan, karena pemaknaan dari frase “bukti permulaan”, “bukti
permulaan yang cukup”, dan “bukti yang cukup” telah dimaknai sebagai
MINIMAL DUA ALAT BUKTI YANG TERMUAT DALAM PASAL 184
AYAT (1) KUHAP;

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Nomor 21/PUU-XII/2014:


a. Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP adalah bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang tidak dimaknai bahwa “bukti permulaan”, “bukti
permulaan yang cukup”, dan “bukti yang cukup” adalah minimal dua alat
bukti yang termuat dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP;
b. Pasal 77 huruf a KUHAP adalah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai
termasuk penetapan tersangka, penggeledahan, dan penyitaan.;

- Bahwa oleh karena itu, dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Republik
Nomor 21/PUU-XII/2014, maka ketentuan Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan Pasal 21
ayat (1) KUHAP berubah bunyi menjadi:

Pasal 1 angka 14 KUHAP


”Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,
berdasarkan minimal dua alat bukti yang termuat dalam Pasal 184 ayat (1)
undang-undang ini patut diduga sebagai pelaku tindak pidana”;

Pasal 17 KUHAP
”Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan
tindak pidana berdasarkan minimal dua alat bukti yang termuat dalam Pasal 184
ayat (1) undang-undang ini”;

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 6 dari 30


Pasal 21 ayat (1) KUHAP
”Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang
tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan
minimal dua alat bukti yang termuat dalam Pasal 184 ayat (1) undang-undang
ini, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka
atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan
atau mengulangi tindak pindana.”;

- Bahwa menurut Pasal 184 ayat (1) KUHAP:


Alat bukti yang sah ialah:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa

- Bahwa juga sejak adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor
130/PUU-XIII/2015 materi pokok Praperadilan termasuk juga pemberitahuan dan
penyerahan surat perintah dimulainya penyidikan (SPDP); Bahwa berdasarkan
Putusan Mahkamah Konstitusi ini, Pasal 109 ayat (1) KUHAP adalah bertentangan
dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat jika tidak
dimaknai sebagai: “penyidik wajib memberitahukan dan menyerahkan surat
perintah dimulainya penyidikan (SPDP) kepada penuntut umum, terlapor dan
korban/pelapor dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
dikeluarkannya surat perintah penyidikan”;

- Bahwa berkaitan dengan putusan di atas, Mahkamah Konstitusi memberi penafsiran


sebab akibat dari norma yang terkandung dalam ketentuan Pasal 109 ayat (1)
KUHAP berupa "apabila tidak dilakukan pemberitahuan kepada penuntut umum,
maka penyidikan harus dianggap batal demi hukum";

- Bahwa dengan demikian SPDP tidak dianggap sebagai bentuk kelengkapan


administrasi belaka melainkan dianggap sebagai implementasi prinsip check and
balance antara penyidik dengan penuntut umum, terlapor, korban/pelapor. Apabila
hal tersebut tidak dilakukan maka dianggap telah terjadi cacat prosedural dalam
tahapan penyidikan karena dipandang penyidikan yang dilakukan tidak transparan
dan tanpa adanya pengawasan;

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 7 dari 30


- Bahwa cacatnya prosedural dalam penyidikan mengakibatkan segala proses yang
dilakukan pada tahap penyidikan sebelum disampaikannya SPDP adalah bersifat
unlawfull dan berimplikasi pada segala tindakan yang telah dilakukan dalam tahapan
penyidikan harus dinyatakan batal demi hukum.

III. HAL YANG DIMOHONKAN DALAM PRAPERADILAN INI


Adapun hal yang dimohonkan oleh Pemohon dalam Praperadilan ini adalah tentang:
TIDAK SAHNYA PENYIDIKAN DAN PENETAPAN TERSANGKA
OLEH TERMOHON PRAPERADILAN TERHADAP PEMOHON
PRAPERADILAN (MUSLIANTI, S.Pd. Binti MUSTOPA)

IV. DALIL/ALASAN PERMOHONAN PRAPERADILAN


1. Tentang TIDAK SAHnya PENYIDIKAN
a. Bahwa PEMOHON PRAPERADILAN pada tanggal 19 April 2021
menerima Surat Panggilan dari Penyidik pada Kepolisian Sektor Sukarami, yaitu
SURAT PANGGILAN Nomor: SP.GIL/31/IV/2021/Sukarami, tanggal 19 April
2021;

b. Bahwa berdasarkan Surat Panggilan tersebut, PEMOHON


PRAPERADILAN telah ditetapkan sebagai Tersangka dugaan pelaku Tindak
Pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana oleh ketentuan Pasal 351 ayat (1)
KUHP, yang penyelidikan dan penyidikannya didasarkan Laporan Polisi Nomor:
LP/B-80/I/2021/Skm tanggal 21 Januari 2021 pelapor atas nama
PURNAMAWATI;

c. Bahwa juga berdasarkan Surat Panggilan tersebut, diketahui bahwa Surat


Perintah Penyidikan atas Laporan Polisi tersebut telah dikeluarkan terhitung
tanggal 17 April 2021, yaitu Surat Perintah Penyidikan Nomor:
SP.Dik/…./IV2021/Skm tanggal 17 April 2021;

d. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 109 ayat (1) KUHAP, “penyidik


wajib memberitahukan dan menyerahkan surat perintah dimulainya
penyidikan (SPDP) kepada penuntut umum, terlapor dan korban/pelapor
dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat
perintah penyidikan”;

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 8 dari 30


e. Bahwa batas waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung dari tanggal
17 April 2021 adalah jatuh pada tanggal 24 April 2021;

f. Bahwa sampai dengan hari Minggu tangga 25 April 2021 PEMOHON


PRAPERADILAN belum atau tidak menerima surat pemberitahuan dimulainya
penyidikan (SPDP) dari TERMOHON PRAPERADILAN (penyidik), sehingga
oleh karenanya penyidikan yang dilakukan oleh TERMOHON
PRAPERADILAN cacat prosedur karena dilakukan tidak transparan dan tanpa
adanya pengawasan;

g. Bahwa juga oleh karenanya, segala proses yang dilakukan pada tahap
penyidikan sebelum disampaikannya SPDP adalah bersifat unlawfull dan
berimplikasi pada segala tindakan yang telah dilakukan dalam tahapan
penyidikan harus dinyatakan batal demi hukum.

h. Bahwa berdasarkan dalil-dalil di atas maka telah sesuai dengan hukum


jika Permohonan Praperadilan dari PEMOHON PRAPERADILAN diterima, dan
Penyidikan yang dilakukan oleh TERMOHON PRAPERADILAN dinyatakan
BATAL DEMI HUKUM.

2. Tentang TIDAK SAHnya PENETAPAN TTERSANGKA


a. Bahwa oleh karena Penyidikan yang dilakukan oleh TERMOHON
PRAPERADILAN adalah batal demi hukum, maka oleh karenanya segala proses
lanjutannya secara mutatis-mutandis menjadi batal demi hukum juga; Sehingga
oleh karenanya Penetapan Tersangka kepada PEMOHON PRAPERADILAN
menjadi TIDAK SAH:

b. Bahwa walaupun dalam kaitannya dengan SPDP telah pula berimplikasi pada
TIDAK SAHnya PENETAPAN TERSANGKA TERHADAP PEMOHON
PRAPERADILAN, namun dalam bagian ini kami akan menambahkan dalil-dalil
tentang TIDAK SAHnya PENETAPAN TERSANGKA TERHADAP
PEMOHON PRAPERADILAN OLEH TERMOHON PRAPERADILAN, yaitu
sebagaimana akan kami uraikan lebih lanjut;

c. Bahwa pada hari Kamis tanggal 21 Januari 2021 sekira pukul 06.00 WIB
beertempat di Komplek GRAND SOETTA Blok B 01 RT. 050 RW. 010

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 9 dari 30


Kelurahan Karya Baru Kecamatan Alang-alang Lebar, kota Palembang,
PEMOHON PRAPERADILAN telah dianiaya oleh seorang yang bernama
PURNAMA WATI, dimana pada saat itu PEMOHON PRAPERADILAN
dipukul oleh seorang yang bernama PURNAMAWATI menggunakan sepeda
anak kecil ke arah kepalanya, namun pukulan tersebut dapat ditangkis oleh
PEMOHON PRAPERADILAN sehingga sepeda tersebut mengenai lengan kiri
PEMOHON PRAPERADILAN (bukti rekaman video);

d. Bahwa segera setelah kejadian tersebut, PEMOHON PRAPERADILAN


melaporkan kejadian tersebut Polda Sumsel. Bukti Lapor SURAT TANDA TERIMA
LAPORAN POLISI Nomor: STTLP/53/I/2021/SPKT tanggal 21 Januari 2021;

e. Bahwa Laporan Polisi PEMOHON PRAPERADILAN ditindaklajuti oleh Direktorat


Reserse Kriminal Umum Polda Sumsel sebagaimana tertuang dalam Surat
Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan (SP2HP) Nomor:
SP2HP/81/I/2021/Ditreskrimum Tanggal 26 Januari 2021;

f. Bahwa berdasarkan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan


(SP2HP) Nomor: SP2HP/81.a/IV/2021/Ditreskrimum Tanggal 09 April 2021
penanganan laporan PEMOHON PRAPERADILAN telah ditingkatkan ke tingkat
PENYIDIKAN. Dan Penyidik laporan tersebut telah pula menyampaikan Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) kepada Kepala Kejaksaan Tinggi
Sumatera Selatan, yang mana tembusannya juga telah diterima oleh PEMOHON
PRAPERADILAN (Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Nomor:
SPDP/82/IV/2021/Ditreskrimum Tanggal 09 April 2021;

g. Bahwa juga berdasarkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Nomor:


SPDP/82/IV/2021/Ditreskrimum Tanggal 09 April 2021 diketahui bahwa terhadap
laporan PEMOHON PRAPERADILAN Polda Sumsel telah mengeluarkan Surat
Perintah Penyidikan Nomor: SP.Dik/89/IV/2021/Ditreskrimum Tanggal 09 April
2021;

h. Bahwa adapun yang menjadi dasar bagi Penyelidik perkara laporan PEMOHON
PRAPERADILAN adalah:
a. Telah dilakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi:
1. MUSLIANTI, S.Pd (korban),
2. SUSI SUSANTI (saksi),

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 10 dari 30


3. YUDO BELANEGARA (saksi),
4. M. EKO DEWANTORO (saksi),
5. PURNAMAWATI (terlapor).
b. Telah mengumpulkan bukti-bukti dan dokumen-dokumen berupa:
1. Hasil VISUM ET REPERTUM dari RS. MIRYA an. MUSLIANTI, S.Pd.,
2. Surat Keteranga Sakit dari Klinik FATMAWATI untuk istirahat selama 3
(tiga) hariterhitung tanggal 21 Januaris/d 24 Januari 2021 an. MUSLIANTI,
S.Pd,
3. 6 (enam) lembar foto bagian tubuh korban yang luka,
4. 1 (satu) lembar foto Terlapor sedang mengayunkan sepeda anak kecil
berwarna Fink kea rah korban,
5. Barang bukti pecahan keramik berwarna hitam,
6. Video Terlapor sedang mengayunkan sepeda anak kecil berwarna Fink kearah
korban.
c. Telah melakukan Gelar Perkara dengan hasil terhadap Laporan Polisi Nomor:
LPB/53/I/2021/SPKT, tanggal 21 Januari 2021, pelapor an. MUSLIANTI, S.Pd,
dengan Pasal 351 KUHPidana telah terpenuhi 2 (dua) alat bukti dan dapat
ditingkatkan ke tahap Penyidikan;

i. Bahwa pada tanggal 25 Januari 2021 PEMOHON PRAPERADILAN menerima


surat Undangan Wawancara (interview) dari Kepolisian Sektor Sukarami
(TERMOHON PRAPERADILAN), surat tertanggal 25 Januari 2021 Nomor:
B/80/I/2021/Reskrim, yang meminta PEMOHON PRAPERADILAN hadir di Ruang
Riksa Team III Polsek Sukarami Palembang, jam 11.00 WIB s.d selesai, tanggal 28
Januari 2021;

j. Bahwa terhadap Undangan dari TERMOHON PRAPERADILAN tersebut,


PEMOHON PRAPERADILAN mengahdirinya dan telah pula menyampaikan
keterangan yang sebenarnya. Diketahui bahwa seorang yang bernama
PURNAMAWATI telah mebuat laporan polisi pada sore hari tanggal 21 Januari
2021 bahwa dianya telah dianiaya oleh PEMOHON PRAPERADILAN;

k. Bahwa pada tanggal 19 April 2021, PEMOHON PRAPERADILAN menerima Suat


Panggilan dari TERMOHON PRAPERADILAN, SURAT PANGGILAN Nomor:
SP.GIL/31/IV/2021/Sukarami. PEMOHON PRAPERADILAN diminta untuk hadir
menemui IPTU HENDRI PERMANA, SH dan BRIPKA F.NOVRIAN DI

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 11 dari 30


Kantor Polsek Sukarami Jalan Kol. H. Burlian Km. 10 Palembang di Unit
Reskrim Ruang Riksa Tim III pada hari Jumat tanggal 23 April 2021 jam 09.00
WIB, untuk didengar keterangan selaku tersangka dalam perkara
penganiayaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 351 ayat (1) KUHPidana
yang terjadi pada hari Kamis tanggal 21 Januari 2021 sekira pukul 06.00 WIB
di Komplek Grand Soetta Blok B No. 4 RT. 050 RW. 010 Kel. Karya Baru Kec.
Alang-alang Lebar Palembang. Pelapor an. PURNAMAWATI;

l. Bahwa dari Surat Panggilan tersebut dalam huruf i diketahui terdapat fakta hukum
bahwa Surat Perintah Penyidikan yang dibuat oleh TERMOHON
PRAPERADILAN TIDAK ADA NOMOR SURAT. Surat Perintah Penyidikan
tertulis:
“Surat Perintah Penyidikan Nomor: SP.Dik/ /IV/2021/Skm tanggal 17
April 2021”;

m. Bahwa tidak adanya nomor Surat pada Surat Perintah Penyidikan pada hurf j di atas
mengindikasikan bahwa Polsek Sukarami (TERMOHON PRAPERADILAN) tidak
professional dan tidak mencerminkan adanya kepastian hukum dalam melaksanakan
tugas penegakan hukum. Hal ini bertentangan dengan ketentuan dasar pembentukan
Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2019 Tentang
Penyidikan Tindak Pidana, sebagaimana tertuang dalam konsideran menimbang
huruf a yang berbunyi:
“bahwa dalam melaksanakan tugas penegakan hukum, Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia mempunyai tugas, fungsi, dan wewenang di bidang
penyidikan tindak pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang
dilaksanakan secara profesional, transparan dan akuntabel terhadap setiap
perkara pidana guna terwujudnya supremasi hukum yang mencerminkan
kepastian hukum, rasa keadilan dan kemanfaatan.”;

n. Bahwa pada saat PEMOHON PRAPERADILAN diwawancarai pada tanggal 28


Januari 2021, PEMOHON PRAPERADILAN telah menyampaikan kepada
TERMOHON PRAPERADILAN bahwa dirinya telah lebih dahulu membuat
Laporan Polisi di Polda Sumsel terkait penganiayaan yang dialaminya yang
dilakukan oleh seorang yang bernama PURNAMAWATI yang merupakan Pelapor
pada Polsek Sukarami;

o. Bahwa perkara yang dilaporkan oleh PEMOHON PRAPERADILAN pada POLDA


SUMASEL Surat Perintah Penyidikannya dibuat pada tanggal 09 April 2021,

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 12 dari 30


sedangkan yang dibuat oleh Polsek Sukarami adalah pada tanggal 17 April 2021.
Atau dengan kata lain yang lebih dahulu naik ke tingkat Penyidikan adalah Laporan
yang dibuatt oleh PEMOHON PRAPERADILAN;

p. Bahwa perkara yang dilaporkan oleh PEMOHON PRAPERADILAN pada POLDA


SUMSEL adalah dugaan adanya tindak pidana penganiayaan sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Pasal 351 KUHPidana terhadap diri PEMOHON
PRAPERADILAN yang dilakukan oleh seorang yang bernama PURNAMAWATI.
Dan Laporan yang dibuat oleh seorang yang bernama PURNAMAWATI ke Polsek
Sukarami adalah bahwa PURNAMAWATI telah dianiaya oleh PEMOHON
PRAPERADILAN, dengan ketentuan dugaan tindak pidana ketentuan Pasal 351
KUHP;

q. Bahwa laporan yang dibuat oleh seorang yang bernama PURNAMAWATI kepada
TERMOHON PRAPERADILAN adalah diperuntukan sebagai nilai tawar
(bargaining position) saja, agar PEMOHON PRAPERADILAN berdamai dengan
seorang yang telah menganiaya dirinya, yaitu PURNAMAWATI, dan agar
PEMOHON PRAPERADILAN mencabut laporannya di POLDA SUMSEL. Hal ini
disampaikan sendiri oleh Penyidik pada Kepolisian Sektor Sukarami (TERMOHON
PRAPERADILAN) kepada PEMOHON PRAPERADILAN. Hal ini disadari oleh
PURNAMAWATI karena PEMOHON PRAPERADILAN memiliki rekaman video
penganiayaan yang dilakukannya, memiliki saksi-saksi yang menyaksikan langsung
kejadaian pada saat itu, pada tubuh PEMOHON PRAPERADILAN terdapat luka-
luka. Bahwa oleh karena itu tindakan TERMOHON PRAPERADILAN yang
menetapkan PEMOHON PRAPERADILAN sebagai TERSANGKA adalah tindakan
yang memihak pada seorang yang bernama PURNAMAWATI agar memiliki
bargaining position untuk berdamai. Dan jika nantinya terjadi perdamaian maka
kedua penyidikan tersebut dapat dihentikan dengan payung hukum Surat Edaran
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor: SE/8/VII/2018 Tentang Penerapan
Keadilan Restoratif (RESTORATIVE JUSTIVE) Dalam Penyelesaian Perkara Pidana;

r. Bahwa juga sebagaimana telah dikemukan di atas, Penyedik Kepolisian Sektor


Sukarami (TERMOHON PRAPERADILAN) sudah mengetahui bahwa PEMOHON
PRAPERADILAN telah membuat Laporan Polisi lebih dahulu pada Kepolisian
Daerah Sumsel (POLDA SUMSEL). Dan sebagai seorang Penyidik sudahlah tentu
mengetahui juga bahwa pelapor yang bernama PURNAMAWATI pasti dimintai

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 13 dari 30


keterangan oleh Penyidik di POLDA SUMSEL (Direskrimum Polda Sumsel) sebagai
Terlapor (yang saat ini sudah menjadi Tersangka). Penyidik Kepolisian Sektor
Sukarami (TERMOHON PRAPERADILAN) sudah pasti mengetahui bahwa
PURNAMAWATI memiliki hak untuk menghadirkan saksi-saksi dan bukti-bukti jika
dirinya memang tidak melakukan penganiayaan atau bahkan dirinyalah yang
merupakan korban penganiayaan yang dilakukan oleh PEMOHON
PRAPERADILAN;

s. Bahwa oleh karenanya, tindakan Penyedik Kepolisian Sektor Sukarami


(TERMOHON PRAPERADILAN) melanjutkan laporan PURNAMAWATI sampai
pada tingkat penyidikan dengan tujuan adanya perdamaian adalah suatu tindakan
yang diskriminatif, sehingga telah melanggar asas equality before the law
sebagaimana yang tertuang dalam Penjelasan Umum angka 3 huruf a KUHAP. Dan
oleh karenanya tindakan Penyedik Kepolisian Sektor Sukarami (TERMOHON
PRAPERADILAN) dalam melakukan penyidikan hingga menetapkan PEMOHON
PRAPERADILAN sebagai Tersangka adalah merupakan TINDAKAN YANG
TIDAK MENJUNJUNG TINGGI HUKUM YANG BERLAKU sebagaimana
yang disyaratkan oleh ketentuan Pasal 7 ayat (3) KUHAP

t. Bahwa berdasarkan seluruh uraian yang kami sampaikan di atas, maka telah nyata
tindakan Penetepan Tersangka kepada PEMOHON PRAPERADILAN oleh
TERMOHON PRAPERADILAN adalah tidak sah karena telah menerima
laporan dari seseorang tentang adanya suatu tindak pidana hingga menetapkannya
sebagai Tersangka dengan tidak menjunjung tinggi hukum yang berlaku, yaitu
bertentangan dengan ketentuan Pasal 7 ayat (3) KUHAP dan juga ketentuan dasar
pembentukan Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2019
Tentang Penyidikan Tindak Pidana, sebagaimana tertuang dalam konsideran
menimbang huruf a;

u. Bahwa oleh karena telah nyata dan berdasar hukum, Penetepan Tersangka kepada
PEMOHON PRAPERADILAN oleh TERMOHON PRAPERADILAN adalah
tidak sah, maka sudah berdasar hukum pula untuk menyatakan PERMOHONAN
PRAPERADILAN ini diterima;

V. PERMOHOHAN

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 14 dari 30


Bahwa berdasarkan seluruh uraian yang sudah kami sampaikan di atas, maka dengan
berpedoman pada rasa keadilan, kami mohon kepada Yang Mulia Hakim Tunggal yang
menerima, memeriksa, dan memutus perkara ini, memberikan putusan yang amarnya
berbunyi sebagai berikut:

MENGADILI:
1. Menerima permohonan praperadilan dari PEMOHON PRAPERADILAN untuk
seluruhnya;

2. Menyatakan BATAL DEMI HUKUM Penyidikan yang dilakukan oleh TERMOHON


PRAPERADILAN Polsek Sukarami, yang didasarikan pada Surat Perintah
Penyidikan Nomor: SP.Dik/…./IV2021/Skm tanggal 17 April 2021;

3. Menyatakan Penetapan Tersangka oleh TERMOHON PRAPERADILAN terhadap


PEMOHON PRAPERADILAN adalah TIDAK SAH;

4. Mengembalikan kedudukan hukum PEMOHON PRAPERADILAN dalam keadaan


semula;

5. Memerintahkan kepada TERMOHON PRAPERADILAN agar menghentikan


penyidikan terhadap PEMOHON PRAPERADILAN;

6. Membebankan biaya yang timbul dalam perkara ini kepada TERMOHON


PRAPERADILAN;

Atau jika Yang Mulia berpendapat hukum lain, maka mohon berikan putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono).

VI. PENUTUP
Demikian permohonan praperadilan ini kami sampaikan. Kepada Sang Maha Agung,
Tuhan Yang Maha Kuasa, kami mengantungkan do,a. Dan kepada Yang Mulia Hakim
kami berharap permohon kami dapat dikabulkan seluruhnya.

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, untuk Pemohon
datang mengahdap di persidangan kuasanya, yaitu: 1. Arief Budiman, S.H., 2. Yudi Al
Munandar, S.H., dan 3. Rendi Hirawansyah, S.H., semuanya adalah Advokat yang berkantor
pada Kantor Hukum ARIEF BUDIMAN & REKAN (AB&R Advokat) yang beralamat di

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 15 dari 30


Jalan Jenderal Sudirman No. 102 Kota Palembang, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal
21 April 2021, yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Palembang Kelas I A
Khusus pada tanggal 26 April 2021, sedangkan Termohon tidak hadir;
Menimbang bahwa oleh karena Termohon tidak hadr pada hari sidang yang telah
ditetapkan, maka Hakim memanggil kembali Termohon untuk hadir pada persidangan
tanggal 7 Mei 2021. Dan pada persidangan tanggal 7 Mei 2021 Pemohon hadir kuasanya: 1.
Arief Budiman, S.H., 2. Mujiburrahman, S.H.,M.H., 3. Yudi Al Munandar, S.H., dan 4.
Rendi Hirawansyah, S.H., dan Termohon hadir kuasanya: 1. AKP Darmanson, S.H.,M.H., 2.
Pembina Ahmad Yani, S.H., 3. IPDA Musfain, S.H., dan 4. Pembina Rasyid Ibrahim, S.H.,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Palembang Kelas I A Khusus tanggal 7 Mei 2021;
Menimbang bahwa pada persidangan tanggal 7 Mei 2021 baik Pemohon maupun
Termohon hadir di persidangan, maka tanggal 7 Mei 2021 adalah merupakan hari sidang
pertama perkara aquo;
Menimbang bahwa terhadap permohonan Pemohon, termohon telah menyampaikan
Jawaban di persidangan, yaitu:
A. DALAM EKSEPSI
Bahwa Pemohon telah mengajukan permohonan Perkara Praperadilan No.
10/Pid.Pra/2021/PN.Plg di Pengadilan Negeri Palembang tentang Tidak Sahnya
Penyidikan dan Penetapan Tersangka oleh TERMOHON.

Terhadap permohonan PEMOHON a quo TERMOHON memberikan Tanggapan


sebagai berikut:

Bahwa berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2018 tentang
larangan pengajuan praperadilan bagi tersangka yang melarikan diri atau sedang
dalam status daftar pencarian orang (DPO), yang menyebutkan: “Bahwa untuk
memberikan kepastian hukum dalam proses pengajuan praperadilan bagi tersangka
dengan status Daftar Pencarian Orang (DPO), Mahkamah Agung memberikan petunjuk
sebagai berikut:
1. Dalam hal tersangka melarikan diri atau dalam status Daftar Pencarian Orang
(DPO), maka tidak dapat diajukan permohonan praperadilan;
2. Jika permohonan praperadilan itu tetap dimohonkan oleh penasihat hukum atau
keluarganya, maka hakim menjatuhkan putusan yag menyatakan permohonan
praperadilan tidak dapat diterima.

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 16 dari 30


Dalam hal ini mempedomani amanat edaran SEMA No. 1 tahun 2018 tentang larangan
pengajuan praperadilan bagi tersangka melarikan diri atau sedang dalam status daftar
pencarian orang (DPO):
1. Bahwa TERMOHON telah melakukan dua kali pemanggilan terhadap PEMOHON
MUSLIANTI, S.Pd secara patut sebagaimana Surat Panggilan Nomor:
SP.Gil/31/IV/2021 tanggal 19 April 2021 dan Surat Panggilan Ke 2 Nomor:
SP.Gil/31.a/IV/2021 tanggal 26 April 2021 namun Pemohon tidak pernah hadir
memenuhi panggilan a quo (T.2 dan T.3).
2. Bahwa selanjutnya TERMOHON mengeluarkan Surat Perintah membawa
Tersangka Nomor: SP-M/31-B/V/2021/Sukarami tanggal 1 Mei 2021 untuk
membawa PEMOHON guna dilakukan proses hukum, namun PEMOHON tidak
ada ditempat melarikan diri (T.4).
3. Bahwa guna mencari dan menemukan PEMOHON agar dapat dilakukan proses dan
pertangungjawaban hukum, maka TERMOHON menerbitkan Daftar Pencarian
Orang (DPO) dengan nomor: DPO/06/V/2021/Sukarami tanggal 3 Mei 2021 (T.5).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka permohonan PEMOHON yang saat ini
berstatus DPO, sehingga sudah sepatutnya Hakim Praperadilan yang mengadili,
memeriksa dan memutus perkara a quo menyatakan bahwa permohonan
PEMOHON praperadilan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard).

B. DALAM POKOK PERKARA


1. Bahwa TERMOHON menolak seluruh dalil-dalil PEMOHON, kecuali terhadap
hal-hal yang secara tegas diakui oleh TERMOHON.
2. Bahwa dalam dalil PEMOHON halaman 9 s.d. 17 yang pada intinya menyatakan
sebagai berikut:
a. Tentang Tidak Sahnya Penyidikan
Bahwa dalam hal ini PEMOHON mendalilkan dengan mengutip Pasal 109
KUHAP yang menyebutkan: “Dalam hal penyidik telah mulai melakukan
penyidikan suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana, penyidik
memberitahukan dan menyerahkan surat perintah dimulainya penyidikan
(SPDP) kepada penuntut umum, terlapor dan korban/pelapor dalam waktu
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat perintah penyidikan”.

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 17 dari 30


Penyidikan, dalam hal demikian TERMOHON tidak memberikan SPDP
kepada PEMOHON sehingga berimplikasi pada segala tindakan yang telah
dilakukan dalam tahap penyelidikan harus dinyatakan batal demi hukum.

b. Tentang Tidak Sahnya Penetapan Tersangka


Dalam hal ini Pemohon mendalilkan bahwa penyidikan yang dilakukan
TERMOHON batal demi hukum, maka oleh karenanya segala proses
lanjutannya secara mutatis mutandis menjadi batal demi hukum, dan bahwa
PEMOHON telah melaporkan PURNAMAWATI BIN MARWAN TOIB
sebagaimana Laporan Polis Nomor: STTLP/53/I/2021 tanggal 21 Januari 2021.
sehingga dengan demikian Penetapan Tersangka terhadap PEMOHON
dinyatakan tidak sah.

Terhadap dalil-dalil tersebut TERMOHON memberikan tanggapan sebagai


berikut:
1) Bahwa dalil PEMOHON di atas adalah dalil yang tidak berdasar hukum dan
hanya merupakan asumsi dari PEMOHON sendiri.
2) Bahwa dalam hal ini Penyidikan yang dilakukan oleh TERMOHON adalah
sah menurut hukum karena faktanya Surat Pemberitahuan Dimulainya
Penyidikan (SPDP) telah diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum, juga
kepada PEMOHON sebagaimana Surat Nomor: SPDP/50/IV/2021/SKM
(T.6).
3) Bahwa TERMOHON dalam menetapkan PEMOHON sebagai Tersangka
telah melalui prosedur dan terpenuhinya 2 (dua) alat bukti yang sah merujuk
pasal 184 ayat 1 KUHAP antara lain:
a. Laporan Polisi Nomor: LP/B/80/I/2021/Polda Sumsel/Polrestabes
Palembang/Polsek Sukarami tanggal 21 Januari 2021.
b. BAP para saksi:
- BAP PURNAMAWATI (T-7).
- BAP MELINDA SITTA PAMURANTI (T-8).
- BAP KHOLISIN SYAHBANI (T-9).
- BA KLARIFIKASI HENDRI HARDI (T-10).
c. BA KALRIFIKASI MUSLIANTI, S.Pd 9T-11).
d. Visum Et Repertum Rumah Sakit Pusri Nomor: U-0183/GMP/I/2021
tanggal 21 Januari 2021 yang ditandatangani oleh dr. Dwi Lestari yang

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 18 dari 30


menjelaskan, dari hasil pemeriksaan terhadap Seorang yang bernama
PURNAMAWATI (T-12).

Berdasarkan uraian-uraian sebagaimana tersebut di atas TERMOHON berkesimpulan bahwa


semua dalil-dalil yang dijadikan alasan oleh PEMOHON untuk mengajukan praperadilan ini
adalah tidak berdasarkan hukum dan keliru oleh karena itu harus ditolak, selanjutnya
TERMOHON memohon kepada Hakim Praperadilan agar menjatuhkan putusan sebagai
berikut:
1. Menolak permohonan PEMOHON MUSLIANTI, S.Pd untuk seluruhnya;
2. Menghukum Pemohon MUSLIANTI, S.Pd untuk mebayar biaya perkara.
Atau apabila Hakim berpendapat lain, kami mohon Putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et
bono).

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil permohonannya, Pemohon telah


mengajukan bukti surat-surat, berupa fotocopy bermaterai cukup dan telah disesuaikan
dengan aslinya, dan CD Rekaman Video dan Rekaman Suara, sebagai berikut:
1. Kartu Tanda Penduduk (KTP) atas nama Pemohon Praperadilan (MUSLIANTI, S.Pd),
NIK: 1671046609800008 (Bukti P-1);
2. Surat Tabda Terima Laporan Polisi Nomor: STTLP/53/I/2021/SPKT tanggal 21 Januari
2021 yang ditanda-tangani oleh PAUR Siaga III Miswadi Saputra, S.H. pada Sentra
Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Sumsel (Bukti P-2);
3. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) Nomor:
SPDP/82/IV/2021/Ditreskrimum, tanggal 09 April 2021 (Bukti P-3);
4. Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan (SP2HP) Nomor:
SP2HP/81.a/IV/2021/Ditreskrimum, tanggal 09 April 2021 (Bukti P-4);
5. Surat Undangan Wawancara (Interview) Nomor: B/80/II/2021/Rekrim, tanggal 16
Februari 2021 oleh Kepolisian Polsek Sukarami (Bukti P-5);
6. Surat Panggilan Nomor: SP.Gil/31/IV/2021/Sukarami, tanggal 19 April 2021 (Bukti P-
6);
7. Surat Tanda Terima Barang-barang/Surat-surat Bukti Polda Sumsel, tanggal 30 April
2021 (Bukti P-7);
8. Surat Tanda Terima Laporan Poisi Nomor: STTLP/49/YAN.2.5/IV/2021/YANDUAN
tanggal 25 April 2021 (Bukti P-8);
9. Surat Keterangan Sakit Muslianti, S.Pd tanggal 21 Januari 2021 (Bukti P-9);

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 19 dari 30


10. Kwitansi Rawat Jalan No. Reg: REG/OP/210121-0032/00-29-41-03, tanggal 21 Januari
2021 (Bukti P-10);
11. 1 (satu) lembar foto yang menunjukan dugaan penganiayaan yang dialami oleh
Muslianti, S.Pd (Bukti P-11);
12. 1 (satu) lembar foto yang menunjukan dugaan penganiayaan yang dialami oleh
Muslianti, S.Pd (Bukti P-12);
13. CD Rekaman Video penganiayaan yang dialami oleh Muslianti, S.Pd yang dipukul oleh
seorang yang bernama PURNAMAWATI menggunakan sepeda anak kecil (Bukti P-
13);
14. CD Rekaman Video penganiayaan yang dialami oleh Muslianti, S.Pd yang dilempar
menggunkan pecahan keramik oleh seorang yang bernama PURNAMAWATI (Bukti P-
14);
15. CD rekaman suara wawancara Muslianti, S.Pd oleh Penyidik Polsek Sukarami

Menimbang, bahwa Bukti CD telah dipertontonkan dan diperdengarkan


dipersidangan;
Menimbang, bahwa disamping bukti surat-surat dan CD rekaman di atas, Pemohon
juga telah menghadirkan saksi-saksi yang telah diambil keterangannya dipersidangan, yaitu:
1. M. EKO DEWANTORO, dibawah sumpah menurut agamanya, yang pada pokoknya
menerangkan:
- Saksi kenal dengan Pemohon namun tidak ada hubungan keluarga dan hubungan
pekerjaan;
- Saksi bekerja sebagai Satpam di komplek tempat tinggal Pemohon;
- Saksi mengetahui kejadian pada tanggal 21 Januari 2021, yaitu Pemohon dianiaya
oleh seorang yang bernama PURNAMAWATI di depan rumah PURNAMAWATI
dengan cara dipukul menggunakan sepeda anak kecil dan dilempri dengan pecaha
keramik;
- Saksi waktu itu melerai;
- Saksi mengetahui bahwa Pelapor membuat Laporan Polisi di Polda Sumsel;
- Saksi didatangi oleh Polisi Polsek Sukarami pada tanggal 26 April 2021, yaitu
memberikan Surat Panggilan kepada Saksi untuk diminta hadir di Polsek Sukarami
sebagai Saksi dalam perkara Laporan Polisi PURNAMAWATI;
- Saksi menerangkan bahwa dalam amplop surat panggilannya ada 2 (dua) surat, yaitu
Surat Panggilan untuk dirinya, dan SPDP untuk Pemohon;

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 20 dari 30


- Saksi menerangkan bahwa SPDP untuk Pemohon tersebut diterimanya pada tanggal
26 SApril 2021 namun yang tertulis di surat tersebut tanggalnya adalah 23 April
2021;
- Saksi menerangkan bahwa Saksi mengembalikan SPDP tersebut ke Polsek Sukarami;
- Saksi menerangkan bahwa pada saat mengembalikan SPDP tersebut bersama seorang
yang bernama Fahrul Amri, S.T. yang merupakan suami dari Pemohon;
- Saksi mengembalikan SPDP tersebut karena SPDP tersebut bukan untuk dirinya;
- Saksi menerangkan bahwa yang menyerahkan langsung SPDP tersebut pada saat di
Polsek adalah Saksi sendiri;
- Saksi menghadiri pemeriksaan dirinya sebabagi Saksi di Polsek Sukarami pada
tanggal 28 dan 29 April 2021;
- Saksi menerangkan bahwa sampai dengan hari ini Pemohon ada di rumahnya.
Pemohon tidak pernah pergi ke luar kota, jika Pemohon keluar mungkin hanya pergi
ke pasar, yang jelas Pemohonada di rumahnya samapi dengan hari ini;

2. HURIATUL HASANAH, dibawah sumpah menurut agamanya, yang pada pokoknya


menerangkan:
- Saksi kenal dengan Pemohon tetapi tidak ada hubungan pekerjaan dan hubungan
keluarga;
- Saksi menerangan bahwa dirinya ditelpon Pemohon pada tanggal 21 Januari 2021
yang menceritakan bahwa Pemohon mengalami penganiayaan oleh seorang yang
bernama PURNAMAWATI;
- Saksi menerangkan bahwa pada saat ditelpon tersebut, Saksi menyarankan kepada
Pemohon agar melapor pada pihak kepolisian;
- Saksi mengetahui via telepon bahwa Pemohon melapor ke Polsek Sukarami, namun
ditolak oleh Polsek Sukarami. Lalu Saksi menyarakan kepada Pemohon untuk
membuata laporan di Poda Sumsel;
- Saksi mengetahui bahwa Surat Panggilan tanggal 19 April 2021 oleh Polsek
Sukarami kepada Pemohon untuk dimintai keterangan sebagai Tersangka, Saksi
melihat sendiri surat tersebut, Saksi mengetahui bahwa Surat Perintah Penyidikan
pada Surat tersebut tidak ada nomornya alias kosong;
- Diperlihatkan kepada Saksi Bukti P-6, Saksi membenarkan bahwa itulah surat
panggilan yang dimaksud, dan memang di surat tersebut tidak ada nomor pada Surat
Perintah Penyidikan;

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 21 dari 30


- Saksi mengetahui bahwa SPDP diserahkan pada tanggal 26 April 2021, dan Saksi
juga mengetahui bahwa pada tanggal 26 April 2021 Pemohon mengajukan
Permohonan Praperadilan ke Pengadilan Negeri Palembang;
- Saksi mengetahui bahwa SPDP tersebut telah dikembalikan oleh Saksi M. EKO
DEWANTORO kepada Termohon Polsek Sukarami;
- Saksi mengetahui bahwa samapi saat pemeriksaan ini SPDP tidak pernah diterima
oleh Pemohon;

3. FAHRUL AMRI, S.T., tidak di bawah sumpah memberikan keterangan:


- Saksi adalah suami dari Pemohon;
- Saksi menerangkan bahwa pada tanggal 26 April 2021 dirinya bersama Saksi M.
EKO DEWANTORO ke Polsek Sukarami mengembalikan SPDP;
- Saksi melihat bahwa tanggal pada SPDP tersebut adalah tanggal 23 April 2021,
namun diterima oleh Saksi M. EKO DEWANTORO pada tanggal 26 April 2021;
- Saksi mengetahui bahwa pada tanggal 26 April 2021 Pemohon mengajukan
Permohonan Praperadilan ke Pengadilan Negeri Palembang;
- Saksi menerangkan bahwa sampai dengan hari ini Pemohon tidak pernah menerima
Surat Pemberitauan Dimulainya Penydikan (SPDP);
- Saksi menerangkan bahwa dirinya dan Pemohon tidak pernah pergi keluar kota
bermalam, selalu pulang ke rumah, dan sampai hari ini pun Pemohon ada di rumah;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan sangkalannya, Termohon juga mengajukan


bukti surat-surat berupa fotocopy yang bermaterai cukup dan telah pula dicocokan dengan
aslinya, yang diberi tanda Bukti T-1 sampai dengan Bukti T-29;
1. Laporan Polisi Nomor: LP/B/80/I/2021/POLDA SUMSEL/Polrestabes
Palembang/Polsek Sukarami tanggal 21 Januari 2021 (Bukti T-1);
2. Surat Perintah Penyelidikan Nomor: SP.LIDIK/85/I/Sukarami tanggal 21 Januarai 2021
(Bukti T-2);
3. Undangan Wawancara (Interview) nomor: B/80/I/2021/Reskrim tanggal 25 Jauari 2021
kepada Sdr. Eko (Bukti T-3);
4. Undangan Wawancara (Interview) nomor: B/80/I/2021/Reskrim tanggal 25 Jauari 2021
kepada Sdri. Lili (Bukti T-4);
5. Undangan Wawancara (Interview) nomor: B/80.a/I/2021/Reskrim tanggal 16 Februari
2021 kepada Sdri. Lili (Bukti T-5);
6. Undangan Wawancara (Interview) nomor: B/80/I/2021/Reskrim tanggal 16 Februari

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 22 dari 30


2021 (Bukti T-6);
7. BAP keterangan PURNAMAWATI (Bukti T-7);
8. BAP keterangan KHOLISIN SYAHBANI (Bukti T-8);
9. BAP keterangan HENDRI HARDI (Bukti T-9);
10. BAP keterangan MELINDA SITTA PAMURANTI (Bukti T-10);
11. BAP keterangan MUHAMMAD EKO DEWANTORO (Bukti T-11);
12. BA Keterangan MUSLIANTI, S.Pd (Bukti T-12);
13. Surat Pemberitahuan Penelitian Laporan Nomor: SPPLP/77/I/2021/Sukarami tanggal 21
Januari 2021 kepada Pelapor (Bukti T-13);
14. Laporan Hasil Gelar Perkara meningkatkan status penyidikan tindak pidana
penganiayaan tanggal 17 April 2021 (Bukti T-14);
15. Berita Acara Pemeriksaan PURNAMAWATI tanggal 17 April 2021 (Bukti T-15);
16. Berita Acara Pemeriksaan Saksi MELINDA SITTA PAMURANTI tanggal 17 April
2021 (Bukti T-16);
17. Berita Acara Pemeriksaan Saksi KHOLISIN SYAHBANI tanggal 17 April 2021 (Bukti
T-17);
18. Surat Perintah Penyidikan Nomor Sprint. Sidik/367/IV/2021/SKM/ tanggal 17 April
2021 (Bukti T-18);
19. Surat Pemberitauan Dimulainya Penyidikan (SPDP) Nomor: SPDP/50/IV/2021/SKM
(Bukti T-19);
20. Bukti Pengiriman SPDP ke JPU dan Tersangka (Bukti T-20);
21. Visum et Repertum Rumah Sakit Pusri Nomor 0813/GPM/I/2021 tanggal 21 Januari
2021 (Bukti T-21);
22. Laporan Hasil Gelar Perkara Penetapan Tersangka tindak idana penganiayaan tanggal
17 April 2021 (Bukti T-22);
23. Surat Ketetapan Tersangka Nomr: SK/367/IV/2021/SKM tanggal 17 April 2021 (Bukti
T-23);
24. Surat Panggilan Nomor: SP.Gil/31/IV/2021 tanggal 19 April 2021 (Bukti T 24);
25. Surat Panggilan ke 2 Nomor: SP.Gil/31.a/IV/2021 tanggal 26 April 2021 (Bukti T-25);
26. Foto SPDP dan Tap tersangka tanggal 23 April 2021 (Bukti T-26);
27. Surat Perintah Membaw Tersangka Nomr: SP-M/31-B/V/2021/Sukarami tanggal 1 Mei
2021 (Bukti T-27);
28. Daftar Pencarian Orang Nomor: DPO/246/V/2021/Sukarami tanggal 3 Mei 2021 (Bukti
T-28);
29. Sema No. 1 Tahun 2018 (Bukti T-29);

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 23 dari 30


Menimbang, bahwa selain bukti surat-surat, Termohon juga menghadirkan saksi
yang telah dimabil keterangannya dipersidangan, yaitu:
1. F. NOVRIAN, tidak di bawah sumpah menerangkan:
- Saksi adalah anggota Kepolisian Republik Indonesia yang merupakan Penyidik
Pembantu dalan perkara Laporan Polisi Nomor: LP/B/80/I/2021/POLDA
SUMSEL/Polrestabes Palembang/Polsek Sukarami tanggal 21 Januari 2021;
- Saksi menerangkan bahwa dirinya mengantarkan Surat Panggilan kepada Pemohon dan
SPDP melalui Ketua RT, hal ini dilakukannya karena Pemohon tidak berada di rumah;
- Ditunjukan foto Saksi bersama Saksi Raohman Jaya, S.H. saat di rumah Ketua RT, dan
Saksi membenarkan;
- Saksi menerangkan bahwa Penetapan Tersangka terhadap Pemohon adalah tanggal 19
April 2021;
- Saksi menerangkan bahwa SPDP diserahkan kepada Pemohon melalui Ketua RT adalah
tanggal 23 April 2021;

2. ROHMAN JAYA, S.H. tidak di bawah sumpah memberikan keterangan:


- Saksi bersama dengan Saksi Novrian mengantarkan Surat Panggilan dan SPDP kepada
Pemohon melalui Ketua RT;
- Diperilhatkan kepada Saksi foto di rumah Ketua RT, dan Saksi membenarkan;
- Saksi menerangkan bahwa SPDP tertanggal 17 April 2021;
- Saksi menerangkan bahwa Pemohon tidak pernah ada di rumanya;
- Saksi menerangakn bahwa yang menjadi dasar dirinya melakukan tugas adalah Laporan
Polisi Nomor: LP/B/80/I/2021/POLDA SUMSEL/Polrestabes Palembang/Polsek
Sukarami tanggal 21 Januari 2021;

Menimbang, bahwa untuk selanjutnya, baik Pemohon maupun Termohon telah


mengajukan kesimpulannya masing-masing yang dikemukakan pada tanggal 11 Mei 2021;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM


Menimbang bahwa maksud dan tujuan permohonan praperadilan Pemohon pada
pokoknya adalah sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa Pemohon dalam permohonannya pada pokoknya
mendalilkan:
- Bahwa, Termohon Praperadilan menetapkan diri Pemohon Praperadilan sebagai

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 24 dari 30


Tersangka yang diduga telah melakukan tindak pidana penganiayaan, tanpa diberi
penjelasan dasar penetapannya dan tidak diberikan Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan (SPDP);
Menimbang, bahwa uraian lain yang mendukung permohonan praperadilan
Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa selanjutnya Pemohon Praperadilan telah mengajukan tuntutan
sebagaimana tersebut dalam petitum permohonannya;
Menimbang, bahwa guna menguatkan dan membuktikan dalil-dalil permohonannya
maka Pemohon telah menyampaikan 12 (dua belas) Bukti Surat dan 2 (dua) CD rekaman
Video serta 1 (satu) CD rekaman percakapan, dan juga 3 (tiga) orang saksi;
Menimbang, bahwa terhadap permohonan praperadilan tersebut di atas maka
Termohon Praperadilan telah mengajukan jawaban yang terdiri dari dua bagian yaitu
Eksepsi dan Jawaban dalam Pokok Perkara sebagaimana tersebut diatas;
Menimbang, bahwa guna menguatkan dan membuktikdan dalil-dalil bantahannya
atas permohonannya Pemohon Termohon telah mengajukan 29 (dua puluh sembilan) bukti
surat;
Menimbang, bahwa sebelum Hakim mempertimbangkan materi pokok perkara
maka terlebih dahulu akan dipertimbangkan apakah Pemohon ada hak (legal standing) untuk
mengajukan Praperadilan;
Menimbang, bahwa untuk mengetahui apakah Pemohon mempunyai hak untuk
mengajukan Praperadilan maka Hakim akan berpedoman pada ketentuan yang ada dalam
Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dalam hal ini UU No.8 Tahun 1981;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 79 KUHAP, Permintaan pemeriksaan
tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan diajukan oleh tersangka,
keluarga atau kuasanya kepada Ketua Pengadilan Negeri dengan menyebutkan alasannya;
Menimbang, Bahwa sejak adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Nomor
21/PUU-XII/2014 materi pokok Praperadilan adalah termasuk juga tentang Sah atau
tidaknya penetapan tersangka, Sah atau tidaknya penggeledahan, dan Sah atau tidaknya
penyitaan.;
Menimbang, bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Nomor 130/PUU-XIII/2015 materi pokok Praperadilan termasuk juga pemberitahuan dan
penyerahan surat perintah dimulainya penyidikan (SPDP); Bahwa berdasarkan Putusan
Mahkamah Konstitusi ini, Pasal 109 ayat (1) KUHAP adalah bertentangan dengan UUD
1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat jika tidak dimaknai sebagai:
“penyidik wajib memberitahukan dan menyerahkan surat perintah dimulainya

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 25 dari 30


penyidikan (SPDP) kepada penuntut umum, terlapor dan korban/pelapor dalam
waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat perintah
penyidikan”;
Bahwa berkaitan dengan putusan di atas, Mahkamah Konstitusi memberi penafsiran
sebab akibat dari norma yang terkandung dalam ketentuan Pasal 109 ayat (1) KUHAP
berupa "apabila tidak dilakukan pemberitahuan kepada penuntut umum, maka penyidikan
harus dianggap batal demi hukum";
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-6, yang berkesesuaian dengan Bukti T-24,
yaitu Surat Panggilan Nomor: SP.Gil/31/IV/2021 tanggal 19 April 2021, pemanggilan
Muslianti, S.Pd (Pemohon) untuk didengar keterangganya sebagai tersangka, maka
diperoleh fakta hukum bahwa Pemohon Praperadilan telah ditetapkan sebagai Tersangka
oleh Termohon Praperadilan;
Menimbang, bahwa fakta hukum tersebut juga diperkuat oleh Bukti T-23, yaitu Surat
Ketetapan Tersangka Nomor: SK/367/IV/2021/SKM tanggal 17 April 2021;
Menimbang, bahwa berdasarkan Bukti P-1, yaitu Kartu Tanda Penduduk dengan NIK
1671046609800008, benar bahwa Pemohon adalah orang yang dimaksud sebagai Tersangka
tersebut;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, baik berdasarkan
Bukti surat maupun ketentuan Pasal 79 KUHAP dan Putusan Mahkamah Konstitusi
Republik Nomor 21/PUU-XII/2014, serta Putusan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia Nomor 130/PUU-XIII/2015, dihubungkan pula dengan surat Permohonannya
tertanggal 26 April 2021 yang dibuat dan diajukan oleh kuasa hukumnya berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 21 April 2021 yang dijadikan dasar pemeriksaan perkara ini, Hakim
berpendapat Pemohon mempunyai hak untuk mengajukan Praperadilan;
Menimbang, bahwa selanjutnya Hakim akan mempertimbangkan apa yang menjadi
permasalahan dalam perkara ini, oleh karena dalam perkara a quo alasan Pemohon dalam
mengajukan Praperadilan ditanggapi oleh Termohon yang mana dalam tanggapannya
terdapat eksepsi maka sebelum hakim mempertimbangkan materi pokok perkara maka
terlebih dahulu akan dipertimbangkan eksepsi Termohon Praperadilan;

DALAM EKSEPSI
1. Dalam hal tersangka melarikan diri atau dalam status Daftar Pencarian Orang (DPO),
maka tidak dapat diajukan permohonan praperadilan;
2. Jika permohonan praperadilan itu tetap dimohonkan oleh penasihat hukum atau
keluarganya, maka hakim menjatuhkan putusan yag menyatakan permohonan

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 26 dari 30


praperadilan tidak dapat diterima;
Menimbang, bahwa yang menjadi dasar dari eksepsi Termohon adalah SEMA No. 1
tahun 2018 tentang larangan pengajuan praperadilan bagi tersangka melarikan diri atau
sedang dalam status daftar pencarian orang (DPO);
Menimbang, bahwa terhadap eksepsi yang diajukan oleh Termohon, maka
Pengadilan Negeri akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
- Bahwa penetapan Pemohon Praperadilan sebagai DPO, berdasarkan Bukti T-28
ditetapkan pada tanggal 3 Mei 2021;
- Bahwa permohonan praperadilan diajukan oleh Pemohon pada tanggal 26 April 2021;
- Bahwa oleh karenanya, pada saat mengajukan permohonan Praperadilan Pemohon belum
berstatus sebagai DPO;
- Bahwa juga berdasarkan keterangan Saksi M. EKO DEWANTORO dan Saksi FAHRUL
AMRI, S.T., Pemohon tidak pernah melarikan diri, Pemohon ada di rumahnya sampai
saat pemeriksaan saksi dipersidangan;
- Bahwa terkait keterangan Saksi yang diajukan oleh Termohon, yang menyatakan bahwa
Pemohon tidak pernah ada dirumah, dapat dilakukan pertimbangan sebagai berikut:
 Saksi yang diajukan oleh Termohon adalah Penyidik, sehingga dalam hal ini 2 (dua)
orang Saksi tersebut kapasitasnya adalah sebagai prinsipal Termohon Praperadilan;
 Bahwa dalam memberikan keterangannya 2 (dua) orang saksi yang diajukan oleh
Termohon tidak di bawah sumpah, dan Termohon tidak mengajukan saksi lainnya
yang memberikan keterangan di bawah sumpah, sehingga keterangan 2 (dua) orang
saski ini tidak masuk dalam kategori Keterangan Saksi sebagaimana diatur oleh
ketentuan Pasal 184 ayat (1) huruf a KUHAP, juga tidak dapat dikategorikan sebagai
Petunjuk, karena tidak dapat diperoleh kesusuaian dengan Keterangan Saksi lainnya;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas maka Eksepsi dari
Termohon Praperadilan haruslah ditolak;

DALAM POKOK PERKARA


Menimbang, bahwa selanjutnya Pengadilan akan mempertimbangkan tentang pokok
perkara;
Menimbang bahwa maksud dan tujuan permohonan praperadilan dari Pemohon
(Muslianti, S.Pd) adalah agar Hakim menyatakan bahwa penyidikan yang dilakukan
Termohon (Polsek Sukarami) adalah tidak sah, dan juga penetapan tersangka kepada
Pemohon oleh Termohon adalah tidak sah;
Menimbang, bahwa ada 2 (dua) materi pokok praperadilan yang dimohonkan oleh

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 27 dari 30


Pemohon, maka Pengadilan akan mempertimbangkannya satu persatu, yaitu
mempertimbangkan terlebih dahulu tentang tidak sahnya penyidikan, baru kemudian
mempertimbangkan tentang tidaksahnya penetapan tersangka;
Menimbang bahwa, tentang tidak sahnya penyidikan yang dilakukan oleh Termohon
Polsek Sukarami didalilkan oleh Pemohon bahwa Pemohon Praperadilan tidak pernah
menerima Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) sampai saat diajukannya
permohonan praperadilan ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum dipersidangan, berdasarkan Bukti P-6,
yaitu Surat Panggilan kepada Pemohon untuk didengar keterangannya sebagai Tersangka,
yang berkesesuaian dengan Bukti T-24, dan juga berkesesuaian dengan Bukti T-23, yaitu
Surat Ketetapan Tersangka untuk Pemohon, diperoleh fakta hukum bahwa Pemohon telah
ditetapkan sebagai Tersangka terhitung sejak tanggal 17 April 2021;
Menimbang, bahwa berdasarkan Bukti P-6 diketahui bahwa Surat Perintah
Penyidikan yang tertera pada Surat Panggilan tersebut tidak ada nomornya.
Menimbang juga bahwa Bukti P-6 tersebut dibenarkan oleh Saksi HURIATUL
HASANAH dan Saksi FAHRUL AMRI, S.T.;
Menimbang, bahwa tidak adanya nomor surat tersebut juga membuktikan dalil
Pemohon yang menyatakan bahwa hal tersebut bertentangan dengan ketentuan dasar
pembentukan Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2019
Tentang Penyidikan Tindak Pidana, sebagaimana tertuang dalam konsideran menimbang
huruf a;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 109 ayat (1) KUHAP jo Putusan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 130/PUU-XIII/2015 maka paling lambat
tanggal 24 April 2021 Pemohon harus diberikan Surat Perintah Dimulainya Penyidikan
(SPDP);
Menimbang bahwa berdasarkan keterangan Saksi M. EKO DEWANTORO, saksi
HURIATUL HASANAH, dan berdasarkan Bukti Petunjuk yang diperoleh dari keterangan
Saksi FAHRUL AMRI, S.T. yang tidak di sumpah, diperoleh fakta hukum bahwa sampai
dengan pemeriksaan saksi dipersidangan tanggal 10 Mei 2021 SPDP tidak pernah diterima
oleh Pemohon;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Saksi F NOVRIAN dan Saksi
ROHMAN JAYA, S.H., selain keterangannya tidak bernilai sebagai alat bukti Keterangan
Saksi, juga merupakan keterangan yang tidak masuk dalam logika, jika memang melalui
Ketua RT penyampaian SPDP tersebut, mangapa Ketua RT tidak dihadirkan sebagai Saksi
dipersidangan;

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 28 dari 30


Menimbang, oleh karena itu Pengadilan berpendapat bahwa memang benar sesuai
dengan fakta hukum SPDP tidak disampaikan Termohon kepada Pemohon sampai
pemeriksaan saksi dipersidangan atau dengan kata lain telah lewat waktu 7 (tujuh) hari sejak
dimulainya penyidikan;
Menimbang, bahwa oleh karena SPDP telah lewat waktu 7 (tujuh) hari dari
dimulainya penyidikan, tidak disampaikan kepada Pemohon yang telah ditetapkan statusnya
sebagai Tersangka, maka berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana yang
telah dipertimbangkan di atas, maka penyidikan yang dilakukan oleh Termohon Polsek
Sukarami adalah tidak sah;
Menimbang, bahwa oleh karenanya maka permohonan Pemohon Praperadilan pada
petitum kedua dapat dikabulkan;
Menimbang, bahwa untuk selanjutnya Pengadilan akan membuktikan dalil Pemohon
yang menyatakan bahwa penetapan tersangka oleh Termohon kepada Pemohon adalah tidak
sah;
Menimbang bahwa oleh karena penyidikan yang dilakukan oleh Termohon Polsek
Sukrami adalah tidak sah, secara mutatis mutandis berdasarkan ketentuan hukum yang
berlaku, maka penetapan Tersangka oleh Termohon Polsek Sukarami kepada Pemohon
adalah tidak sah;
Menimbang, bahwa oleh karena penyidikan yang dilakukan oleh Termohon terhadap
Pemohon adalah tidak sah dan Penetapan Tersangka oleh Termohon kepada Pemohon
adalah tidak sah, maka Pemohon Praperadilan harus dikembalikan pada kedudukannya
semula;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan praperadilan yang diajukan oleh
Pemohon dikabulkan seluruhnya maka biaya perkara yang timbul dalam perkara ini
dibebankan kepada Termohon Praperadilan Polsek Sukarami;
Menimbang, bahwa bukti surat-surat yang diajukan oleh kedua belah pihak dan
keterangan saksi yang diajukan oleh Pemohon dan Termohon hanya diambil dan
dipertimbangkan, sepanjang ada kaitannya, sedangkan yang tidak ada kaitannya tidak
pertimbangkan dan dikesampingkan;
Mengingat ketentuan Pasal 77, Pasal 184 KUHAP juncto Ketentuan lain dalam
KUHAP serta Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor: 21/PUU-Xll/2014
tanggal 28 April 2015 dan peraturan-peraturan lain yang berlaku, asas dan prinsip hukum
yang dapat diterapkan dalam perkara ini;

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 29 dari 30


MENGADILI:
1. Menerima permohonan praperadilan dari PEMOHON PRAPERADILAN MUSLIANTI,
S.Pd. untuk seluruhnya;
2. Menyatakan BATAL DEMI HUKUM Penyidikan yang dilakukan oleh TERMOHON
PRAPERADILAN Polsek Sukarami, yang didasarikan pada Surat Perintah Penyidikan
Nomor: SP.Dik/367/IV2021/Skm tanggal 17 April 2021;
3. Menyatakan Penetapan Tersangka oleh TERMOHON PRAPERADILAN Polsek
Sukarami terhadap PEMOHON PRAPERADILAN MUSLIANTI, S.Pd. adalah TIDAK
SAH;
4. Mengembalikan kedudukan hukum PEMOHON PRAPERADILAN dalam keadaan
semula;
5. Memerintahkan kepada TERMOHON PRAPERADILAN Polsek Sukarami agar
menghentikan penyidikan terhadap PEMOHON PRAPERADILAN MUSLIANTI, S.Pd.;
6. Membebankan biaya yang timbul dalam perkara ini kepada TERMOHON
PRAPERADILAN Polsek Sukarami sebesar NIHIL ;

Demikian kesimpulan ini.

Hormat Pemohon Praperadilan,


Kuasanya,

ARIEF BUDIMAN S.H. MUJIBURRAHMAN, S.H.,M.H.

YUDI AL MUNANDAR, S.H. RENDI HIRAWANSYAH, S.H.

KESIMPULAN dalam perkara 10/Pid.Pra/2021/PN.Plg Halaman 30 dari 30

Anda mungkin juga menyukai