Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS KASUS FARMAKOVIGILANS

EFEK SAMPING VAKSINASI COVID-19 DI UNIVERSITAS SARI


MULIA DENGAN METODE NARANJO

KELOMPOK 1

NAMA MAHASISWA :

1. Efrida Nur Muzdalifah NIM. 11194761910348


2. Sherin Nafisa NIM. 11194761910385
3. Putri Indah Sari NIM. 11194761910377
4. Amanda Shelvia Savitri NIM. 11194761910397
5. Desna Dewi Yani NIM. 11194761910403
6. Ema Harta Lestari NIM. 11194761910407
7. Clara Montella NIM. 11194761910458
8. Diana NIM. 11194761910462
9. Emelda Aderina NIM. 11194761910464

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
Lembar Pengesahan

Karya Tulis

FARMAKOVIGILANS

Karya Tulis disusun untuk memenuhi praktikum lapangan Farmakovigilans


pada Program Studi Sarjana Farmasi
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Banjarmasin
KELOMPOK 1

NAMA MAHASISWA

1. Efrida Nur Muzdalifah NIM. 11194761910348


2. Sherin Nafisa NIM. 11194761910385
3. Putri Indah Sari NIM. 11194761910377
4. Amanda Shelvia Savitri NIM. 11194761910397
5. Desna Dewi Yani NIM. 11194761910403
6. Ema Harta Lestari NIM. 11194761910407
7. Clara Montella NIM. 11194761910458
8. Diana NIM. 11194761910462
9. Emelda Aderina NIM. 11194761910464

Disetujui Oleh :
Dosen Pengampu

apt. Dra.Hj.Darini Kurniawati,Sp.FRS


NIK. 1166092019159

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Covid-19 merupakan suatu penyakit yang menyerang sistem
pernapasan dan baru-baru ini menyebar ke berbagai negara di dunia.
Resiko kematian akan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus SARS-
Cov2 ini diketahui dapat meningkat apabila diiringi dengan penyakit
penyerta lainnya. Virus ini menyerang sistem pernapasan dan dapat
mengakibatkan kematian.
Covid-19 pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei,
China pada akhir tahun 2019. Hal tersebut didasarkan pada adanya laporan
sejumlah 27 orang mengalami pneumonia tanpa disertai penyebab yang
jelas. Kemudian kasus pneumonia ini berkembang dan menjadi wabah
penyakit baru. Pada tanggal 9 Maret 2020, WHO resmi menyatakan bahwa
Covid-19 yang saat ini melanda sebagian besar Negara di dunia menjadi
pandemi global.
Pemberian vaksin bertujuan untuk memunculkan respon kekebalan
tubuh seseorang terhadap serangan virus SARS-Cov-2 sehingga, tubuh
dapat melawan infeksi virus Covid-19. Tentunya, sistem kekebalan tubuh
terhadap Covid-19 setelah divaksin tidak serta merta dapat terbentuk
secara instan, protokol kesehatan 3M yang dicanangkan pemerintah
haruslah tetap dilaksanakan untuk memberikan perlindungan maksimal
terhadap serangan Covid19 (Kemenkes R1, 2021).
Untuk menangani pandemi COVID-19, pemerintah membuat
berbagai kebijakan guna melindungi masyarakat dari penularan dan
dampak COVID-19 mulai dari pembatasan sosial berskala besar termasuk
pembatasan sekolah, tempat kerja, tempat peribadatan, tempat umum dan
transportasi, pemberian bantuan sosial, pemberian insentif bagi tenaga
kesehatan, kebijakan masker untuk semua dan kebijakan penerapan
protokol kesehatan di berbagai tempat yang terus digaungkan selagi
menanti vaksin.

4
Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin melalui disuntikkan
maupun diteteskan ke dalam mulut untuk meningkatkan produksi antibodi
guna menangkal penyakit tertentu. Pemerintah Indonesia dan juga negara
negara di dunia tengah berupaya mengembangkan dan menghadirkan
Vaksin COVID-19 serta merencanakan pelaksanaan imunisasi untuk
warganya. Vaksin tidak hanya melindungi individu namun juga
memberikan perlindungan bagi orang orang yang tidak dapat diimunisasi
contohmya pada usia tertentu maupun orang dengan penyakit tertentu.
Vaksin tidak menimbulkan penyakit. Vaksin yang sudah dipakai di
masyarakat sudah dijamin keamanannya dan umumnya tidak
menimbulkan reaksi simpang (efek samping) yang berat.
Adapun sesuai dengan standar Badan Kesehatan Dunia (WHO),
setiap penduduk akan mengikuti dua kali penyuntikan atau membutuhkan
dua dosis vaksin. Ada tujuh jenis vaksin COVID-19 yang dapat digunakan
dalam proses vaksinasi di Indonesia. Ketujuh vaksin tersebut diproduksi
oleh Bio Farma, Astra Zaneca, Shinopharm, Moderna, Novavax Inc, Pfizer
Inc and BioNtech dan Sinovac Biotech.
Dalam melaksanakan kegiatan ini digunakan beberapa metode,
yaitu: metode dekriptif dan metode naranjo. Metode deskriptif dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa
orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya. Sedangkan metode
naranjo adalah kuisoner yang dirancang oleh Naranjo untuk menentukan
apakah efek yang merugikan disebabkan oleh obat atau faktor lain.
Sebagian besar mengutarakan kemungkinan efek samping dari
vaksin ini menjadi faktor kekhawatiran utama, selain juga kurangnya
tingkat kepercayaan terhadap pemerintah mengenai keamanan dan
efikasinya. Mengingat bahwa vaksin ini masih tergolong sangat baru dan
kekhawatiran akan politisasi yang timbul selama proses pembuatan vaksin
ini juga meningkatkan keraguan masyarakat. Berbagai mitos dan hoaks
yang beredar mengenai vaksin COVID-19 menjadi salah satu faktor yang

5
mendorong keraguan masyarakat untuk menjalani vaksinasi. Berdasarkan
latar belakang tersebut, kami tim penelitian praktikum farmakovigillans di
Universitas Sari Mulia (UNISM) yang berjumlah 9 orang mahasiswa
untuk ikut serta membantu dengan judul penelitian : “Analisis Efek
Samping Vaksinasi Covid-19 di Universitas Sari Mulia dengan Metode
Naranjo”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah apa saja efek samping yang ditimbulkan oleh vaksin
covid-19 dan apakah efek samping yang ditimbulkan hanya disebabkan
oleh vaksin covid-19.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah agar mengetahui
kemungkinan efek samping yang ditimbulkan dari vaksin covid-19 dan
untuk mengetahui apakah efek samping yang ditimbulkan hanya dari
vaksin covid-19 atau dari faktor lain.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini ialah sebagai
berikut :
a. Bagi institusi pendidikan
1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan
diperpustakaan dan dapat digunakan sebagai pedoman bagi
mahasiswa lainnya
2) Menjadi salah satu referensi, khususnya bagi mahasiswa farmasi
dalam mata kuliah farmakovigilans
b. Bagi mahasiswa dan peneliti
a. meningkatkan wawasan tentang kemungkina efek samping yang
ditimbulkan oleh vaksinasi covid-19 pada mahasiswa Universitas
Sari Mulia dan mengetahui faktor pasti penyebab terjadinya efek
samping tersebut.

6
E. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian diperlukan sebagai bukti agar tidak adanya
plagiarism antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang
dilakukan. Penelitian yang serupa dengan penelitian kami yaitu :
1. Sosialisasi Vaksin “Cara Kerja, Efektivitas, Dan Efek Samping Vaksin
Covid-19 Kelurahan Losungbatu”
(Jurnal Pengabdian Masyarakat Aufa (JPMA) Volume 3 No. 3
Desember 2021)
2. Efektivitas Dan Keamanan Vaksin Covid-19
(Jurnal Keperawatan Profesional (JKP) Volume 9, Nomor 2 Agustus
2021)
3. Kejadian Efek Samping Potensial Terapi Obat Anti Diabetes Pasien
Diabetes Mellitus Berdasarkan Algoritma Naranjo
(PHARMACEUTICAL JOURNAL OF INDONESIA 2017)

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi COVID-19
Coronavirus termasuk dalam keluarga Coronaviridae, ordo
Nidovirales, subfamily Orthocoronavirinae. Corona mewakili lonjakan
seperti mahkota di permukaan luar virus. Dengan demikian, itu disebut
sebagai virus korona. Coronavirus berukuran kecil dan mengandung
RNA untai tunggal sebagai bahan nukleat. Subkelompok keluarga
virus corona adalah virus corona alfa (α), beta (β), gamma (γ) dan delta
(δ) (Shereen et al., 2020). Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas
dan dapat diinaktifkan oleh desinfektan yang mengandung klorin,
pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter, alkohol, asam
peroksi asetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan
kloroform (PDPI, 2020).
Pada 11 Februari 2020, World Health Organization (WHO)
mengumumkan nama resmi untuk penyakit yang menyebabkan wabah
virus Corona baru 2019. Nama baru penyakit ini adalah penyakit
coronavirus 2019 yang disingkat COVID-19. Dalam COVID-19, ‘CO’
adalah singkatan dari corona, ‘VI’ untuk virus, dan ‘D’ untuk penyakit.
Sebelumnya, penyakit ini disebut sebagai “2019 novel coronavirus”
atau “2019-nCoV”. (WHO, 2020)
2. Epidemiologi
Awal penyakit dari kasus pertama yang dikonfirmasi laboratorium
tahun 2019- Infeksi nCoV terjadi pada 1 Desember 2019 di Wuhan,
China. Awalnya, wabah yang melibatkan pasar lokal, yaitu Pasar
Makanan Laut Huanan dengan sedikitnya 41 orang dilaporkan oleh
otoritas kesehatan setempat dan mengeluarkan "peringatan epidemik"
pada 31 Desember 2019. Pasar ditutup pada 1 Januari 2020. Sebanyak
59 kasus suspek demam dan batuk kering dirujuk ke rumah sakit yang
ditunjuk (Rumah Sakit Jin Yin-tan). Dari 59 kasus yang dicurigai, 41
pasien dikonfirmasi dengan urutan generasi berikutnya atau reaksi

8
berantai transkripsi- polymerase balik waktu nyata (RT-PCR). Dua
puluh tujuh (66%, 27/41) pasien memiliki riwayat terpapar Pasar
Makanan Laut Huanan. (Huang et al., 2020). Awalnya pasien yang
terjangkit penyakit tersebut hanya memiliki aktivitas yang
berhubungan dengan pasar. Yang mengejutkan, beberapa pasien positif
COVID-19 yang dikonfirmasi tidak mengunjungi pasar yang dicurigai.
Kesehatan pekerja di berbagai negara terpengaruh pasien yang
terinfeksi. Ini menandakan penularan COVID-19 dari manusia ke
manusia sangat tinggi kemungkinannya. (Kannan et al., 2020).
Thailand adalah negara pertama yang terkonfirmasi COVID-19 di
luar negara China pada tanggal 13 Januari 2020. Thailand
terkonfirmasi positif COVID- 19 sebanyak 3.135 kasus dan 58
kematian sejak tanggal 13 Januari 2020 hingga 15 Juni 2020. Penderita
COVID-19 meningkat pesat menjadi 7.734 kasus pada tanggal 30
Januari 2020 dan pada tanggal yang sama terkonfirmasi 90 kasus
pasien positif COVID-19 yang berasal dari berbagai Negara baik di
benua Asia, Eropa dan Australia. (Levani et al., 2019).
Kasus-kasus yang diekspor dari infeksi 2019-nCoV telah
dilaporkan di Thailand, Jepang, Korea, Amerika Serikat, Vietnam, dan
Singapura hingga saat ini, dan penyebaran melalui perjalanan udara
kemungkinan besar terjadi dapat terjadi. Pada 23 Januari 2020, kasus
yang dikonfirmasi dilaporkan secara berurutan di 32 provinsi,
kotamadya, dan wilayah administratif khusus di China, termasuk Hong
Kong, Makau, dan Taiwan. 3 kasus ini terdeteksi di luar Wuhan,
bersama dengan terdeteksi infeksi di setidaknya satu kelompok rumah
tangga yang dilaporkan oleh Jasper Fuk-Woo Chan dan rekan di The
Lancet. Infeksi yang baru-baru ini didokumentasikan pada petugas
kesehatan yang merawat pasien dengan 2019- nCoV menunjukkan
penularan dari manusia ke manusia dan dengan demikian risiko
penyebaran penyakit yang jauh lebih luas. Pada 23 Januari 2020, total
835 kasus dengan infeksi 2019-nCoV yang dikonfirmasi di

9
laboratorium telah terdeteksi di China, 25 di antaranya telah meninggal
dan 93% masih dirawat di rumah sakit. (Wang et al., 2020).
3. Morfologi
Coronavirus memiliki partikel yang berbentuk bulat atau elips,
kapsul dan sering pleomorfik dengan diameter sekitar 50-200 nm.
Semua virus ordo Nidovirales memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan
virus positif RNA serta memiliki genom RNA sangat panjang. Struktur
coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S
berlokasi di permukaan virus. Protein S (Spike protein) merupakan
salah satu protein antigen utama pada virus dan berperan dalam
penempelan dan masuknya virus kedalam sel host atau sel inang.
(Wang et al., 2020).
Virion virus korona berbentuk bola dengan diameter sekitar 125
nm seperti yang digambarkan dalam studi terbaru dengan cryo-electron
tomography dan cryo- electron microscopy. Ciri yang paling menonjol
dari virus corona adalah proyeksi lonjakan berbentuk tongkat yang
berasal dari permukaan virion. Paku-paku ini adalah ciri khas virion
dan membuatnya tampak seperti korona matahari, yang memunculkan
nama, virus corona. Di dalam amplop virion adalah nukleokapsid.
Coronavirus memiliki nukleokapsid simetris heliks, yang tidak umum
di antara virus RNA sense positif, tetapi jauh lebih umum untuk virus
RNA sense negative. (Fehr & Perlman, 2015).
Analisis filogenetik mengungkapkan bahwa SARS-CoV-2 terkait
erat dengan beta-coronavirus. Mirip dengan virus corona lainnya,
genom SAR‐CoV‐2 adalah RNA untai tunggal [(+) ssRNA] sense
positif dengan ekor poli (A) berantai 5′-cap, 3'‐ UTR. Panjang genom
SARS‐CoV-2 kurang dari 30 kb, di dalamnya terdapat 14 open reading
frame (ORF), pengkodean protein non struktural (NSP) untuk proses
replikasi dan perakitan virus, protein struktural termasuk spike (S),
amplop (E), membran / matriks (M) dan nukleokapsid (N), dan protein
aksesori. (Pal et al., 2021).

10
4. Etiologi
Analisis genom virus lengkap mengungkapkan bahwa virus
tersebut memiliki 88% identitas urutan dengan dua virus korona yang
mirip dengan sindrom pernapasan akut (SARS) yang diturunkan dari
kelelawar. Akan tetapi, lebih jauh dari virus korona sindrom
pernapasan akut parah (SARS-CoV). WHO menamakan penyakit yang
disebabkan oleh virus corona ini sebagai Coronavirus Disease 2019
(COVID-19). Berdasarkan data saat ini, tampaknya kelelawar pada
awalnya mungkin menjadi inang COVID-19, yang mungkin telah
ditularkan ke manusia melalui tenggiling atau hewan liar lainnya yang
dijual di pasar makanan laut Huanan dengan penyebaran selanjutnya
melalui penularan dari manusia ke manusia (Rauf et al,.2020).
Karakterisasi genom HCoV (Human Coronavirus) baru, yang
diisolasi dari pasien cluster dengan pneumonia atipikal setelah
mengunjungi Wuhan, memiliki 89% identitas nukleotida dengan yang
mirip dengan kelelawar SARS-CoV ZC21 dan 82% dengan SARS-
CoV manusia. Oleh karena itu, itu disebut SARS-CoV-2 oleh para ahli
dari Komite Internasional Taksonomi Virus. Analisis dari genom
menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 mungkin berevolusi dari strain
yang ditemukan pada kelelawar. Perbandingan genomik antara
rangkaian SARS-CoV-2 manusia dan virus corona hewan yang
diketahui memang mengungkapkan homologi yang tinggi (96%)
antara SARS-CoV-2 dan betaCoVE aTG13 kelelawar (Rhinolophus
affinis) yang mirip dengan SARS dan MERS. Laporan yang baru-baru
ini dirilis oleh WHO yang menjelaskan kemungkinan asal-usul SARS-
CoV-2 tidak meyakinkan karena tidak secara jelas menyebutkan asal-
usul virus. Namun, dilaporkan bahwa peredaran SARS-CoV-2 terjadi
pada awal Desember 2019. Laporan ini mengeksplorasi beberapa
kemungkinan hipotesis asal mula virus yang termasuk asal virus pada
hewan, penularan virus ke hospes perantara, dan perjalanan
selanjutnya ke manusia. (Cascella et al., 2021).

11
5. Patogenesis
Virus dapat melewati membran mukosa, terutama mukosa nasal
dan laring, kemudian memasuki paru-paru melalui traktus
respiratorius. Selanjutnya, virus akan menyerang organ target yang
mengekspresikan Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2), seperti
jantung, paru-paru, sistem renal dan system saluran pencernaan.
(Genaro et al., 2020) Beberapa infeksi dapat dikendalikan pada saat ini
dan tetap asimtomatik. Beberapa pasien juga menunjukkan gejala non-
pernafasan seperti hati akut dan cedera jantung, gagal ginjal, diare
yang menyiratkan keterlibatan banyak organ (Jin et al., 2020).
Protein S yang terdapat pada SARS-CoV-2 dapat memfasilitasi
masuknya virus corona ke dalam sel yang dituju. Masuknya virus
bergantung pada kemampuan virus untuk berikatan dengan ACE 2,
yaitu reseptor membran ekstraseluler yang diekspresikan pada sel
epitel, dan bergantung pada priming protein S ke protease selular.
Periode inkubasi untuk COVID-19 adalah 3-14 hari (Gennaro et al.,
2020).
SARS-CoV-2 dapat berikatan dengan reseptor-reseptor yang dapat
membuat jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang terdapat pada
envelope spike virus dapat berikatan dengan reseptor selular yaitu
ACE-2 (Angiotensin Converting Enzyme 2) pada SARS-COV-2.
SARS-CoV-2 akan melakukan duplikasi materi genetik dan sintesis
protein-protein yang dibutuhkan di dalam sel dan kemudian
membentuk virion baru yang muncul di permukaan sel. Setelah virus
berhasil masuk ke dalam sel, genom RNA akan dikeluarkan dari sel
sitoplasma dan ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein
struktural. Selanjutnya, genom virus akan bereplikasi dan glikoprotein
yang terdapat pada selubung virus yang baru akan terbentuk dan
masuk ke dalam membran retikulum endoplasma atau sel golgi.
Selanjutnya, terjadi pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari
genom RNA dan protein nukleokapsid yang menyebabkan partikel

12
virus tumbuh ke dalam sel golgi. Pada tahap akhir, vesikel yang
mengandung partikel virus akan bergabung dengan membrane plasma
untuk melepaskan komponen-komponen virus yang baru (Susilo et al.,
2020).
6. Manifestasi klinis
Gejala umum di awal penyakit adalah demam, kelelahan, nyeri otot
atau myalgia, dan batuk kering. Serta beberapa organ yang terlibat
seperti pernapasan (batuk, sesak nafas, sakit tenggorokan, hemoptisis
atau batuk darah, nyeri dada), gastrointestinal (diare,mual,muntah),
neurologis (kebingungan dan sakit kepala) (Huang et al., 2020).
COVID-19 memiliki masa inkubasi rata-rata 5,2 hari dan
infeksinya akut tanpa status karier. Namun, tanda dan gejala yang
sering dijumpai adalah demam (83-98%), batuk (76-82%), dan sesak
napas atau dyspnea (31-55 %) (Wu et al., 2020).
Pada kasus yang berat, perburukan terjadi secara cepat dan
progresif seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik dan disfungsi
sistem koagulasi atau pendarahan yang terjadi dalam beberapa hari.
Pada kasus yang ringan, beberapa pasien bergejala ringan dan bahkan
tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis
yang baik dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan
meninggal (PDPI, 2020).
Berikut adalah sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi
(PDPI,2020):
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi yang paling ringan. Gejala
yang muncul dapat berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala
utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai
dengan nyeri tenggorokan, kongesti hidung, malaise, sakit
kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien
dengan lanjut usia, gejala menjadi tidak khas atau atipikal.
Selain itu, pada beberapa kasus ditemukan tidak disertai
dengan demam dan gejala relative ringan. Pada kondisi ini

13
pasien tidak memiliki gejala berkomplikasi diantaranya adalah
dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama yang dapat muncul seperti demam, batuk, dan
sesak. Namun tidak ada tanda-tanda pneumonia berat. Pada
anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan
batuk atau susah bernapas atau tampak sesak dan disertai napas
cepat atau takipnea tanpa adanya tanda-tanda pneumonia berat.
c. Pneumonia berat Pada pasien dewasa:
1) Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga
infeksi saluran napas.
2) Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas:
> 30x/menit), distress pernafasan berat atau saturasi
oksigen pasien.
7. Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu gejala utama:
demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas
atau sesak. (Yuliana, 2020).
b. Definsi Kasus
1) Pasien dalam pengawasan atau kasus suspect / possible:
Seseorang yang mengalami :
a) Demam (≥ 38oC) atau Riwayat demam
b) Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan
c) Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis atau
gambaran radiologis. pada pasien immunocompromised
kemungkinan atipikal dan disertai minimal satu kondisi
sebagai berikut:
i. Memiliki riwayat perjalanan ke wilayah atau negara
yang terjangkit dalam 14 hari sebelum timbul gejala.
ii. Petugas Kesehatan yang sakit dengan gejala sama
setelah merawat pasien infeksi saluran pernafasan akut

14
(ISPA) berat yang tidak diketahui penyebab dari
penyakitnya, tanpa memperhatikan riwayat bepergian
atau tempat tinggal.
2) Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan
ringan sampai berat dan salah satu berikut dalam 14 hari
sebelum onset gejala:
a) Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau
probable COVID-19
b) Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan
sudah teridentifikasi)
c) Bekerja atau mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan dengan kasus terkonfirmasi atau probable
infeksi COVID-19 diwilayah/negara yang terjangkit
d) Memiliki Riwayat perjalanan ke Wuhan di Tiongkok
dan memiliki demam (suhu ≥ 38oC) atau Riwayat
demam.
3) Orang Dalam Pemantauan
Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat
demam tanpa pneumonia yang memiliki riwayat perjalanan
ke wilayah atau negara yang terjangkit, dan tidak memiliki
satu atau lebih riwayat paparan diantaranya:
a) Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi
COVID-19
b) Bekerja atau mengunjungi fasilitas Kesehatan yang
berhubungan dengan pasien konfirmasi COVID-19
di wilayah atau negara yang terjangkit (sesuai
dengan perkembangan penyakit).
c) Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular
(jika hewan penular sudah teridentifikasi) di wilayah
atau negara yang terjangkit (sesuai dengan
perkembangan penyakit).
4) Kasus Probable

15
Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk
COVID-19 tetapi inklusif atau tidak dapat disimpulkan atau
seseorang dengan hasil terkonfirmasi positif pan-
coronavirus atau beta coronavirus.
5) Kasus Terkonfirmasi
Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi COVID-
19.
8. Pencegahan
Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan
menghindari terpapar dari virus tersebut. Lakukan tindakan-
tindakan pencegahan penularan. Beberapa upaya pencegahan yang
dapat dilakukan pada masyarakat (WHO, 2020):
a. Selalu menjaga kebersihan, mencuci tangan menggunakan hand
sanitizer berbasis alkohol atau dengan sabun dan air mengalir.
b. Menjaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang lain dan
menggunakan masker apabila keluar rumah.
c. Menghindari keramaian, Hindari memegang bagian wajah
khususnya mulut, hidung, dan mata sebelum mencuci tangan.
d. Melakukan isolasi mandiri di rumah minimal 14 hari apabila
merasakan gejala seperti batuk, demam, dan sakit tenggorokan
dan jika gejala memburuk segera periksakan diri ke Fasilitas
Kesehatan yang tersedia.
Pencegahan lain dapat berupa dengan vaksinasi COVID-19.
Vaksinasi COVID-19 dapat membangun kekebalan terhadap
virus. (CDC, 2020).
1) Kebersihan Tangan
Menjaga kebersihan diri selama masa pandemi virus corona
seperti mencuci tangan merupakan salah satu langkah yang perlu
dilakukan masyarakat. World Health Organization (WHO) juga
telah menjelaskan bahwa menjaga kebersihan tangan telah mampu
menyelamatkan nyawa manusia dari infeksi coronavirus (Putri et
al., 2020).

16
Kebersihan tangan dianggap sebagai elemen yang sangat
penting dalam pengendalian infeksi. Studi sebelumnya telah
mengkonfirmasi efek cuci tangan yang dikenakan pada prevalensi
penyakit pernapasan, mengklaim bahwa intervensi cuci tangan
yang tepat dapat memutus siklus transmisi dan mengurangi risiko
penyebaran infeksi coronavirus antara 6% dan 44%. (Chen et al.,
2020).
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir
dapat dilakukan setidaknya selama 20 detik. Sabun sangat efektif
dalam menonaktifkan virus yang diselimuti seperti virus corona
karena membran permukaan berminyak yang dilarutkan oleh sabun
dapat membunuh virus. Sanitasi tangan berbasis alkohol harus
mengandung setidaknya 60% alkohol. (WHO, 2020).
Langkah pencucian tangan yang benar:
a) Gosok kedua telapak tangan satu dengan yang lainnya
b) Gosok punggung tangan dan sela-sela jari.
c) Gosok telapak tangan dan sela jari dengan posisi saling
bertautan.
d) Gosok punggung jari ke telapak tangan dengan posisi jari
saling bertautan.
e) Genggam dan bilas ibu jari dengan posisi memutar.
f) Gosok bagian ujung jari ke telapak tangan agar bagian kuku
terkena sabun.
2) Penggunaan Masker
Penggunaan masker berbahan medis adalah salah satu cara
untuk mencegah penularan penyakit saluran, termasuk infeksi
COVID-19. Akan tetapi, penggunaan masker saja masih kurang
cukup untuk melindungi dari infeksi ini, karenanya harus disertai
dengan usaha pencegahan lain seperti dikombinasikan dengan hand
hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya (PDPI, 2020)
Penggunaan masker yang tepat dan efektif (WHO, 2020):

17
a) Tempatkan masker dengan hati-hati, pastikan masker
menutup mulut dan hidung, dan kaitkan dengan kuat
untuk meminimalisasi jarak antara wajah dan masker.
b) Hindari menyentuh masker saat digunakan.
c) Lepas masker dengan teknik yang benar: jangan
menyentuh bagian depan masker, melainkan lepaskan
masker dari belakang.
d) Setelah melepaskan atau setiap kali tidak sengaja
menyentuh masker yang terpakai, harus membersihkan
tangan dengan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol
atau sabun dengan air yang mengalir.
e) Segera ganti masker saat masker menjadi lembab
dengan masker baru yang bersih dan kering.
f) Jangan gunakan kembali masker sekali pakai.
g) Buang masker sekali pakai setelah digunakan dan
segera buang setelah dilepas.
9. Vaksin
a. Definisi Vaksin
Vaksin adalah zat biologis yang memberikan kekebalan
adaptif aktif terhadap penyakit tertentu. Vaksin biasanya
mengandung obat-obatan yang menyerupai mikroorganisme
yang bertanggung jawab atas penyakit dan sering dibuat dari
salah satu mikroorganisme yang terbunuh atau dilemahkan,
toksin nya, atau protein permukaannya, yang dimasukkan
melalui mulut, melalui suntikan, atau melalui semprotan hidung
untuk merangsang kekebalan tubuh sistem di dalam kita dan
mengenali agen asing dan menghancurkan mereka (Science
Open, 2019).
b. Jenis-Jenis Vaksin
1) Vaksin hidup (Live attenuated vaccine) (WHO,2021)
Vaksin hidup sudah ada sejak tahun 1950.
Vaksin jenis ini dibuat dari mikroorganisme

18
patogen seperti virus dan bakteri hidup yang telah
dilemahkan di laboratorium. Vaksin polio oral
(OPV), campak (measles), rotavirus, demam
kuning (yellow fever) merupakan jenis vaksin
hidup.
2) Vaksin inaktivasi (Inactivated/Killed)
Vaksin yang diinaktivasi dibuat dari virus atau
bakteri yang telah dimatikan dengan proses
menggunakan bahan kimia tertentu atau secara
fisik. Salah satu contoh dari vaksin inaktivasi
adalah Inactivated Polio Virus (IPV). Pada Januari
2021, vaksin COVID-19 jenis ini adalah dari China
dan India.
3) Vaksin toksoid
Vaksin toksoid dibuat dari toksin yang
dihasilkan oleh bakteri tertentu seperti tetanus atau
difteri. Toksin berbasis protein ini tidak berbahaya
dan digunakan sebagai antigen yang dapat
merangsang kekebalan. Untuk meningkatkan
respon kekebalan tubuh, toksoid dilekatkan pada
garam aluminium atau garam kalsium yang
berperan sebagai adjuvan. Contoh vaksin toksoid
adalah Toksoid tetanus dan Difteri toksoid.
4) Vaksin subunit
Vaksin subunit tidak mengandung komponen
patogen hidup seperti vaksin inaktivasi sel utuh.
Vaksin subunit hanya mengandung Sebagian dari
komponen patogen yang berbeda dengan vaksin
inaktivasi yang berisi sel utuh. Bagian dari patogen
ini dapat merangsang pembentukan respon
kekebalan bagi tubuh. Hepatitis B, Acellular

19
pertussis dan pneumococcal merupakan jenis
vaksin subunit.

5) Vaksin berbasis vektor virus


Vaksin berbasis vektor virus menggunakan
virus yang aman untuk mengirimkan bagian
tertentu protein dari patogen yang diinginkan
sehingga dapat memicu respons kekebalan tubuh
tanpa menyebabkan penyakit tubuh. Vaksin Ebola
termasuk jenis vaksin vektor virus yang dapat
dikembangkan dengan cepat. Pada Januari 2021,
vaksin COVID-19 jenis ini yang sudah diotorisasi
oleh pemerintah adalah vaksin dari Inggris, China,
dan Amerika Serikat (McGregor, 2021).
6) Vaksin asam nukleat
Vaksin asam nukleat menggunakan bagian
materi dari genetik yang memberikan instruksi untuk
protein tertentu. DNA dan RNA adalah instruksi
yang digunakan sel tubuh kita untuk membuat
protein. DNA pertama diubah menjadi RNA yang
menjadi pembawa pesan, kemudian digunakan
sebagai cetak biru yang dapat membuat protein
tertentu di dalam sel kita.
Vaksin asam nukleat RNA merupakan vaksin
yang digunakan sebagai vaksin COVID-19 di
Amerika dan Eropa. (CDC, 2021).
c. Cara Kerja Vaksin Covid-19
Vaksin COVID-19 membantu tubuh kita mengembangkan
kekebalan terhadap virus penyebab COVID-19 tanpa kita harus
terkena penyakit tersebut. Berbagai jenis vaksin bekerja dengan
cara yang berbeda untuk menawarkan perlindungan. Tetapi dengan
semua jenis vaksin, tubuh dibiarkan dengan persediaan "memori"

20
T-limfosit serta B-limfosit yang akan mengingat bagaimana
melawan virus itu di masa depan. Biasanya untuk tubuh
memproduksi limfosit T dan limfosit B diperlukan beberapa
minggu setelah vaksinasi. Oleh karena itu, ada kemungkinan
seseorang dapat terinfeksi virus penyebab COVID-19 sesaat
sebelum atau setelah vaksinasi dan kemudian jatuh sakit karena
vaksin tidak memiliki cukup waktu untuk memberikan
perlindungan. Terkadang setelah pemberian vaksinasi, proses
pembentukan kekebalan tubuh dapat menimbulkan gejala. (CDC,
2021)
Untuk divaksinasi sepenuhnya, akan memerlukan dua dosis
suntikan pada beberapa vaksin COVID-19. (CDC, 2021)
1) Dosis suntikan pertama
Jika mendapatkan vaksin COVID-19 yang membutuhkan
satu suntikan, dianggap telah telah divaksinasi penuh dua
minggu setelah suntikan. Jenis vaksin yang menggunakan satu
dosis suntikan saja adalah jenis vaksin COVID-19 dari
Amerika.
2) Dosis suntikan kedua
Jika mendapatkan vaksin COVID-19 yang membutuhkan
dua suntikan, dianggap telah divaksinasi penuh dua minggu
setelah suntikan kedua. Jenis vaksin yang menggunakan dua
dosis suntikan adalah jenis vaksin COVID-19 dari China dan
Amerika.
d. Efek Samping Vaksin Covid-19
Efek samping vaksin COVID-19 sebagian besar ringan dan
sedang dan dapat hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Efek samping yang lebih serius atau bertahan lama dapat terjadi.
Vaksin sampai sekarang masih terus dipantau untuk mendeteksi
efek samping. (WHO, 2021)
Beberapa efek samping vaksin COVID-19 yang dilaporkan
berupa lokal ringan adalah nyeri, kemerahan, dan bengkak pada

21
tempat suntikan dan reaksi lokal lain yang berat yaitu selulitis.
Efek samping sistemik dapat berupa seperti demam, mual/muntah,
nyeri otot atau mialgia, kelelahan (fatigue), kurang enak pada
badan (malaise), sakit kepala, pusing, menggigil, mengantuk dan
perubahan nafsu makan (Ratriani, 2021).
Kemungkinan terjadinya efek samping ini setelah vaksinasi
dapat berbeda menurut vaksin spesifiknya. Efek samping yang
sangat jarang dilaporkan untuk beberapa vaksin COVID-19 yaitu
reaksi alergi yang parah seperti anafilaksis, pembesaran pada
kelenjar getah bening, telinga berdenging. Namun, hal ini sangat
jarang terjadi (WHO, 2021).

B. Kerangka Teori

Virus SARS-CoV-2

Penyakit Covid-19

Pencegahan Dengan Protokol


Kesehatan

Mencuci Menggunakan Vaksinasi Physical


Tangan Masker COVID-19 Distancing

Efek Samping

= Diteliti
= Tidak diteliti

C. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

22
Efek samping vaksinasi Vaksinasi Covid-19 di
Covid-19 Universitas Sari Mulia

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Universitas Sari Mulia
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari
2022.
3. Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Farmasi
Universitas Sari Mulia Angkatan 2019 kelas A dengan rentang umur 17-
24 tahun.
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan
metode penelitian deskriptif. Penelitian dekriptif adalah penelitian yang
dilakukan dengan tujuan membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010). Pendekatan yang digunakan
adalah cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu
pengukuran hanya satu kali pada saat itu (Nursalam,2013).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi
Prodi Farmasi Universitas Sari Mulia angkatan 2019 kelas A sebanyak
55 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi tersebut (mutiara,
2020).

23
Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus
silovin. Rumus silovin untuk menentukan sampel adalah sebagai
berikut:
N
n= 2
1 + N (e)

Keterangan:
n = Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi
e = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel
yang masih bisa ditolerir (5%).
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 55 orang,
sehingga presentase kelonggaran yang digunakan adalah 5% dan hasil
perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai keseuaian. Maka untuk
mengetahui sampel penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut:
55
n=
1 + 55 ( 0,05)2
= 48,35 dibulatkan menjadi 48
Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 48
orang.
Responden diambil berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti dengan kriteria yang sudah ditentukan, sehingga teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling
(Notoatmodjo, 2010).
Pengambilan sampel penelitian ini diambil berdasarkan kiteria
inklusi dan eksklusi. Kiteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan ciri-ciri dari suatu objek atau sampel
yang bisa digunakan untuk sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1) Mahasiswa dan mahasiswi Prodi Farmasi Universitas Sari Mulia
Angkatan 2019 kelas A

24
2) Mahasiswa dan mahawiswi yang berusia 17-24 tahun
3) Mahasiswa dan mahasiswi yang sudah di vaksin
4) Bersedia menjadi responden penelitian

b. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi merupakan ciri-ciri suatu objek atau sampel yang
tidak bisa digunakan untuk sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah
1) Mahasiswa dan mahasiswi Prodi Farmasi Universitas Sari Mulia
Angkatan 2018, 2020 dan 2021
D. Variabel Penelitian
1. Pengertian Variabel Penelitian
Secara teoritis, variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang,
atau subyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang
lain atau satu objek dengan objek lain. Bervariasi berarti pada veriabel
tersebut mempunyai nilai, skor, ukuran yang berbeda.
Fungsi ditetapkannya variabel adalah untuk mempersiapkan alat
dan metode analisis/ pengolahan data dan untuk pengujian hipotesis.
Dengan demikian, variabel adalah suatu atribut, sifat tau nilai yang didapat
dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu dan
sekurang-kurangnya mempunyai dua klasifikasi yang diambil dari suatu
nilai yang berbeda (different values), ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari atau ditarik kesimpulannya. Jadi jika dikaitkan dengan proses
pengukuran, maka variabel merupakan :
a) Besaran tertentu dari sifat suatu objek/orang (characteristic of objects
or person)
b) Besarnya dapat ditangkap oleh pancaindra (observable)
c) Nilainya berbeda-beda dari pengamatan ke pengamatan berikutnya
(differs from observation to observation)
2. Jenis Variabel

25
a) Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel bebas dapat diartikan sebagai suatu kondisi atau nilai
yang jika muncul maka akan memunculkan (mengubah) kondisi atau
nilai yang lain. Menurut Tritjahjo Danny Soesilo, variabel Independen
merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dapat
disimpulkan bahwa variabel bebas (independent variable), adalah
variabel yang menjadi penyebab atau memiliki kemungkinan teoritis
berdampak pada variabel lain.
b) Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang
secara struktur berpikir keilmuan menjadi variabel yang disebabkan
oleh adanya perubahan variabel lainnya. Variabel tak bebas ini
menjadi primaryinterest to the researcher atau persoalan pokok bagi si
peneliti, yang selanjutnya menjadi objek penelitian. Dengan demikian,
variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

E. Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional
Definisi Alat Hasil
Variabel Cara Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
Efek Efek samping Kuisione Pemberian 1. Ya Nominal
samping yang dirasakan r kuisioner 2. Tidak
mahasiswa Prodi langsung/ 3. Tidak
Farmasi Google Tahu
Angkatan 2019 Form
setelah
menerima vaksin
Covid-19 dosis 1

26
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, kusioner dan
dokementasi dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun pola,
memilih yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan
(Sugiyono,2014). Pada penelitian yang kami lakukan analisis data yang
digunakan adalah analisis univariat. Analisis univariat adalah analisis yang
digunakan untuk mengumpulkan data berupa frekuensi, nilai rata-rata dan
ukuran penyebaran (Saputri,2021).
Angka hasil pengukuran dapat ditampilkan dalam bentuk angka
atau sudah diolah menjadi prosentase, ratio ataupun prevalensi. Penyajian
data dapat dalam bentuk narasi, table, grafik, diagram, maupun gambar.

27
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, A., Sarwani, A. S., Erlangga, H., Siagian, A. O., Purwanto, A., Effendy,
A. A., ... & Wahyitno, C. D. M. 2020. Optimization of MSMEs
Empowerment in Facing Competition in the Global Market during the
COVID-19 Pandemic Time. Systematic Reviews in Pharmacy, 11(11),
1506-1515.

Haque, M. G., Munawaroh, M., & Sunarsi, D. 2020. Analysis of SMEs Culinary
Marketing Strategy During Covid 19 Pancemic: A Study at “Sate Bebek
Cilegon” Resto in Cilegon, Banten. International Journal of Education,
Information Technology, and Others, 3(2), 447-451.

Hardani. dkk. 2020. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:


CV Pustaka Ilmu Group.

Hasan, Leonardi. 2021. Hubungan Vaksin Covid-19 dengan Efek Samping yang
Ditimbulkan Pada Individu Di Rumah Sakit Royal Prima Marelan Medan.
Medan. Universitas Sumatera Utara.

Nurjaya, N., Sunarsi, D., Effendy, A. A., Teriyan, A., & Gunartin, G. 2021.
Pengaruh Etos Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada
Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kota Bogor. JENIUS (Jurnal Ilmiah
Manajemen Sumber Daya Manusia), 4(2), 172-184.

Saputri,R., & Hakim,A,R.2021. Metodologi Penelitian Kesehatan. Banjarmasin

Sugiyono.2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D. Bandung

Surahman. 2020. Metode Penelitian. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Yuangga, K. D., & Sunarsi, D. 2020. Pengembangan media dan strategi


pembelajaran untuk mengatasi permasalahan pembelajaran jarak jauh di
pandemi covid-19. JGK (Jurnal Guru Kita), 4(3), 51-58.

28

Anda mungkin juga menyukai