Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN PRAKTIK PROFESI NERS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. T DENGAN


MASALAH DIAGNOSIS HIPERSENSITIVITAS

STASE KEPERAWATAN KELUARGA

Dosen Koordinator : Ns. Siti Mukaromah, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Dosen Pembimbing Akademik : Ns. Rusdi, M.kep

Disusun Oleh :

Gibson Lie

P2002024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunitas atau kekebalan adalah sistem pada organisme yang
bekerja melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor, sehingga tubuh
bebas patogen dan aktivitas dapat berlangsung dengan baik.Selain dapat
menghindarkan tubuh diserang patogen, imunitas juga dapat menyebabkan
penyakit, diantaranya hipersensitivitas dan autoimun. Hipersensitivitas
adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh sendiri.
Reaksi hipersensitivitas terbagi menjadi empat tipe berdasarkan
mekanisme dan lama waktu reaksi hipersensitif, yaitu reaksi
hipersensitivitas tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV. Prevalensi alergi
makanan di Indonesia adalah 5 sampai 11%. Dalam beberapa tahun
terakhir, angka kejadian alergi terus meningkat tajam baik di dalam negeri
maupun luar negeri. World Allergy Organization (WAO) menyebutkan
22% penduduk dunia menderita alergi dan terus meningkat setiap tahun.
Dalam studi tahun 2014, diperkirakan kasus alergi makanan terjadi pada
5% usia dewasa dan 8% pada anak-anak.
Sistem imun tubuh telah berkembang sedemikian rupa sehingga
mampu mengenal setiap antigen asing dan membedakannya dengan
struktur antigen diri (self antigen), tetapi dapat saja timbul gangguan
terhadap kemampuan pengenalan tersebut sehingga terjadi respons imun
terhadap antigen diri yang dianggap asing.
Oleh karena latar belakang di atas maka penyusun menyusun
satuan cara penyuluhan mengenai hipersensitivitas dengan tujuan supaya
setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai hipersensitivitas Tn.T
dapat memahami tentang penyakit Alergi dan mampu melakukan
perawatan diri terhadap penyakit Hipersensitivitas
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada keluarga dengan Hipersensitivitas
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu menjelaskan konsep keluarga
b. Mahasiswa/i mampu menjelaskan konsep masaah kesehatan
hipersensitivitas
c. Mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian keperawatan pada
keluarga dengan hipersensitivitas
d. Mahasiswa/i mampu menentukan diagnosa keperawatan pada
keluarga dengan Hipersensitivitas
e. Mahasiswa/i mampu merencanakan asuhan keperawatan pada
keluarga dengan hipersensitivitas
f. Mahasiswa/i mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada
keluarga dengan Hipersensitivitas
g. Mahasiswa/i mampu melakukan evaluasi keperawatan pada
keluarga dengan hipersensitivitas
h. Mahasiswa/i mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
pada keluarga dengan hipersensitivitas
C. Ruang Lingkup
Penulisan laporan ini merupakan hasil dari pemberian asuhan keperawatan
kepada keluarga Tn.T khususnya Ny. E dengan Hipersensitivitas di RT. 06
Sempaja Timur kelurahan Sempaja Utara kabupaten kota Samarinda.
BAB II
Tinjauan Teori
A. Konsep keperawatan Keluarga
Merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan
berbagai bidang keperawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan
sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada
keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit. Penekanan
praktik keperawatan keluarga adalah berorientasi kepada kesehatan, bersifat
holistik, sistemik dan interaksional, menggunakan kekuatan keluarga.
1. Pengertian Keluarga
a. Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) :
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
b. Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) :
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil dari masyarakat
b. Terdiri atas 2 orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
h. Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan
2. Tahap-tahap Kehidupan Keluarga
a. Tahap pembentukan keluarga, tahap ini dimulai dari pernikahan, yang
dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak, tugas utama keluarga untuk
mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak
merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang
sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi, dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik,
dan memberikan kasih sayang kepada anak karena pada tahap ini bayi
kehidupannya sangat bergantung kepada orang tuanya. Dan
kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah, pada tahap ini anak sudah mulai
mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman
sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan karena tidak
mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini
anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga
adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma
agama, norma-norma sosial budaya, dsb.
e. Tahap menghadapi anak sekolah, dalam tahap ini tugas keluarga
adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara
teratur, mengontrol tugas-tugas di sekolah anak dan meningkatkan
pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja, tahap ini adalah tahap yang paling
rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam
membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua
orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara
kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat, setelah melalui tahap remaja
dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap
selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai
kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan
memulai kehidupan berumah tangga.
h. Tahap berdua kembali, setelah anak besar dan menempuh kehidupan
keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam
tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima
kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
i. Tahap masa tua, tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang
tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan warga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
4. Ciri-ciri Struktur Keluarga
Menurut Anderson Carter ciri-ciri struktur keluarga :
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan, antara
anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
5. Tipe / Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari
Ayah, Ibu, dan Anak-anak.
b. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c. Keluarga brantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga Duda / Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tapi membentuk suatu keluarga.
Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (extended
family) karena masyarakat Indonesia yang terdiri dari beberapa suku
hidup dalam suatu komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat.
6. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual.
7. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan Identitas anggota keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak.
2) Membentuk norma-norma perilaku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dsb.
e. Fungsi Pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberi pengetahuan, keterampilan
dan membentuk perilaku anak sesuai bakat dan minat yang
dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Ahli lain membagi fungsi keluarga, sebagai berikut :
a. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa
depan anak bila kelak dewasa.
b. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini
adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik.
c. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi
anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota
keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
d. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara
instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain
dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
e. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah
memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain
dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk
menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur
kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
f. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah
mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi
keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari
penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
g. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus
selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga
dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita
tentang pengalaman masing-masing, dsb.
h. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah
untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.
Dari berbagai fungsi di atas ada 3 fungsi pokol kelurga terhadap keluarga
lainnya, yaitu :
a. Asih adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman,
kehangatan,pada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak
agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi
anak-anak sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
8. Tugas-tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya

9. Peran Perawat
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah:
a. Pendidik
Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar
keluarga dapat melakukan program Asuhan Keperawatan Keluarga
secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan.
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin agar tidak terjadi tumpang tindih dan
pengulangan.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik,
maupun di rumah sakit bertanggung jawab memberikan perawatan
langsung.
d. Pengawas Kesehatan
Perawat harus melakukan kunjungan rumah yang teratur untuk
mengidentifikasi tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi
masalah kesehatan.
f. Kolaborasi
Perawat harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang
optimal.
g. Fasilitator
Peran disini adalah membantu keluarga di dalm menghadapi kendala
untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
h. Modifikasi Lingkungan
Perawat dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.
B. Konsep Hipersensitivitas
1. Definisi
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di
mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara
imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya nonimunogenik. Dengan
kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau
bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-
bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.
Reaksi hipersentsitivitas memiliki 4 tipe reaksi seperti berikut:
a. Tipe I : Reaksi Anafilaksi
Di sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi dengan antibodi,
dalam hal ini IgE yang terikat pada sel mast atau sel basofil dengan
akibat terlepasnya histamin. Keadaan ini menimbulkan reaksi tipe
cepat. Hipersensitifitas tipe I disebut juga sebagai hipersensitivitas
langsung atau anafilaktik. Reaksi ini berhubungan dengan kulit, mata,
nasofaring, jaringan bronkopulmonari, dan saluran gastrointestinal.
Reaksi ini dapat mengakibatkan gejala yang beragam, mulai dari
ketidaknyamanan kecil hingga kematian. Waktu reaksi berkisar antara
15-30 menit setelah terpapar antigen, namun terkadang juga dapat
mengalami keterlambatan awal hingga 10-12 jam. Hipersensitivitas
tipe I diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE). Komponen seluler
utama pada reaksi ini adalah mastosit atau basofil. Reaksi ini diperkuat
dan dipengaruhi oleh keping darah, neutrofil, dan eosinofil. Uji
diagnostik yang dapat digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas
tipe I adalah tes kulit (tusukan dan intradermal) danELISA untuk
mengukur IgE total dan antibodi IgE spesifik untuk melawan alergen
(antigen tertentu penyebab alergi) yang dicurigai. Peningkatan kadar
IgE merupakan salah satu penanda terjadinya alergi akibat
hipersensitivitas pada bagian yang tidak terpapar langsung oleh
alergen). Namun, peningkatan IgE juga dapat dikarenakan beberapa
penyakit non-atopik seperti infeksi cacing, mieloma, dll. Pengobatan
yang dapat ditempuh untuk mengatasi hipersensitivitas tipe I adalah
menggunakan anti-histamin untuk memblokir reseptor histamin,
penggunaan Imunoglobulin G (IgG), hyposensitization (imunoterapi
atau desensitization) untuk beberapa alergi tertentu.
b. Tipe II : reaksi sitotoksik
Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi
berupaimunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin E (IgE) untuk
melawan antigen pada permukaan sel dan matriks ekstraseluler.
Kerusakan akan terbatas atau spesifik pada sel atau jaringan yang
langsung berhubungan dengan antigen tersebut. Pada umumnya,
antibodi yang langsung berinteraksi dengan antigen permukaan sel
akan bersifat patogenik dan menimbulkan kerusakan pada target sel.
Hipersensitivitas dapat melibatkan reaksi komplemen (atau reaksi
silang) yang berikatan dengan antibodi sel sehingga dapat pula
menimbulkan kerusakan jaringan. Beberapa tipe dari hipersensitivitas
tipe II adalah:
• Pemfigus (IgG bereaksi dengan senyawa intraseluler di antara sel
epidermal).
• Anemia hemolitik autoimun (dipicu obat-obatan seperti penisilin
yang dapat menempel pada permukaan sel darah merah dan berperan
seperti hapten untuk produksi antibodi kemudian berikatan dengan
permukaan sel darah merah dan menyebabkan lisis sel darah merah),
dan
• Sindrom Goodpasture (IgG bereaksi dengan membran permukaan
glomerulus sehingga menyebabkan kerusakan ginjal).
c. Tipe III : reaksi imun kompleks
Di sini antibodi berikatan dengan antigen dan komplemen
membentuk kompleks imun. Keadaan ini menimbulkan
neurotrophichemotactic factor yang dapat menyebabkan terjadinya
peradangan atau kerusakan lokal. Pada umumnya terjadi pada
pembuluh darah kecil. Pengejawantahannya di kornea dapat berupa
keratitis herpes simpleks, keratitis karena bakteri.(stafilokok,
pseudomonas) dan jamur. Reaksi demikian juga terjadi pada keratitis
Herpes simpleks.
d. Tipe IV : Reaksi tipe lambat
Sedangkan pada tipe IV yang berperan adalah limfosit T atau
dikenal sebagai imunitas seluler. Limfosit T peka (sensitized T
lymphocyte) bereaksi dengan antigen, dan menyebabkan terlepasnya
mediator (limfokin) yang jumpai pada reaksi penolakan pasca
keratoplasti, keraton- jungtivitis flikten, keratitis Herpes simpleks dan
keratitis diskiformis.

2. Etiologi
Faktor yang berperan dalam alergi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Faktor Internal
1) Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi :
asam lambung, enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-
fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik) memudahkan
penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi
kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.
2) Genetik berperan dalam alergi makanan. Sensitisasi alergen dini
mulai janin sampai masa bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh
kebiasaan dan norma kehidupan setempat.
3) Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang menyebabkan
penyerapan alergen bertambah.
b. Fakor Eksternal
1) Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis
(sedih, stress) atau beban latihan (lari, olah raga).
2) Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut
prevalensinya
Ikan 15,4 % Apel 4,7 %
Telur 12,7 % Kentang 2,6 %
Susu 12,2 % Coklat 2,1 %
Kacang 5,3 % Babi 1,5 %
Gandum 4,7 % Sapi 3,1 %

3) Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada


makanan dapat menimbulkan reaksi alergi.

3. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala utama pada reaksi anafilaktik dapat digolongkan menjadi
reaksi sistemik yang ringan, sedang dan berat.
a. Ringan. Reaksi sistemik yang ringan terdiri dari rasa kesemutan serta
hangat pada bagian perifer dan dapat disertai dengan perasaan penuh
dalam mulut serta tenggorokan. Kongesti nasal, pembengkakan
periorbital, pruritus, bersin-bersin dan mata berair dapat terjadi.
Awitan gejala dimulai dalam waktu 2 jam pertama sesudah kontak.
b. Sedang. Reaksi sistemik yang sedang dapat mencakup salah satu
gejala diatas disamping gejala flushing, rasa hangat, cemas, dan gatal-
gatal. Reaksi yang lebih serius berupa bronkospasme dan edema
saluran pernafasan atau laring dengan dispnea, batuk serta mengi.
Aawitan hgejala sama seperti reaksi yang ringan.
c. Berat. Reaksi sistemik yang berat memiliki onset mendadak dengan
tanda-tanda serta gejala yang sama seperti diuraikan di atas dan
berjalan dengan cepat hingga terjadi bronkospasme, edema laring,
dispnea berat serta sianosis. Disfagia (kesulitan menelan), kram
abdomen, vomitus, diare, dan serangan kejang-kejang dapat terjadi.
Kadang-kadang timbul henti jantung

4. Komplikasi
• Eritroderma eksfoliativa sekunder
Eritroderma ( dermatitis eksfoliativa ) adalah kelainan kulit yang
ditandai dengan adanya eritema seluruh / hampir seluruh tubuh,
biasanya disertai skuama (Arief Mansjoer , 2000 : 121). Etiologi
eritroderma eksfoliativa sekunder :
• Akibat penggunaan obat secara sistemik yaitu penicillin dan
derivatnya , sulfonamide , analgetik / antipiretik dan ttetrasiklin.
• Meluasnya dermatosis ke seluruh tubuh , dapat terjadi pada liken
planus , psoriasis , pitiriasis rubra pilaris , pemflagus foliaseus ,
dermatitis seboroik dan dermatitis atopik.
• Penyakit sistemik seperti Limfoblastoma. (Arief Mansjoer , 2000 :
121 : Rusepno Hasan 2005 : 239)
• Abses Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar getah
bening dalam ukuran, konsistensi ataupun jumlahnya. Limfadenopati
dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan
isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,
carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin,
pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac). Pembesaran karena
obat umumnya seluruh tubuh (generalisata).
• Furunkulosis
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan
yangdisekitarnya, yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Apabila furunkelnya lebihdari satu maka disebut furunkolosis.
Faktor predisposisi:
- Hygiene yang tidak baik
- Diabetes mellitus
- Kegemukan
- Sindrom hiper IgE
- Carier kronik S.aureus (hidung)
- Gangguan kemotaktik
- Ada penyakit yang mendasari, seperti HIV
- Sebagai komplikasi dari dermatitis atopi, ekscoriasi, scabies atau
pedikulosis (adanya lesi pada kulit atau kulit utuh bisa juga
karena garukan atau sering bergesekan)
• Rinitis
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatumediator kimia ketika
terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von
Pirquet,1986).
• Stomatitis
Stomatitis Aphtous Reccurent atau yang di kalangan awam disebut
sariawan adalah luka yang terbatas pada jaringan lunak rongga mulut.
Hingga kini, penyebab dari sariawan ini belum dipastikan, tetapi ada
faktor-faktor yang diduga kuat menjadi pemicu atau pencetusnya.
Beberapa diantaranya adalah:
• Trauma pada jaringan lunak mulut (selain gigi), misal tergigit, atau
ada gigi yang posisinya di luar lengkung rahang yang normal sehingga
menyebabkan jaringan lunak selalu tergesek/tergigit pada saat
makan/mengunyah
• Kekurangan nutrisi,terutama vitamin B12, asam folat dan zat besi.
• Stress
• Gangguan hormonal, seperti pada saat wanita akan memasuki masa
menstruasi di mana terjadi perubahan hormonal sehingga lebih rentan
terhadap iritasi.
• Gangguan autoimun / kekebalan tubuh, pada beberapa kasus penderita
memiliki respon imun yang abnormal terhadap jaringan mukosanya
sendiri.
• Penggunaan gigi tiruan yang tidak pas atau ada bagian dari gigi tiruan
yang mengiritasi jaringan lunak
• Pada beberapa orang, sariawan dapat disebabkan karena
hipersensitivitas terhadap rangsangan antigenik tertentu terutama
makanan.
• Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah radang atau infeksi pada konjungtiva dimana
batasnya dari kelopak mata hingga sebagian bola mata. Etiologi:
- Infeksi oleh virus
- Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
- Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi lainnya
- Kelainan saluran air mata, dll.
• Kolitis Bronkolitis
• Hepatomegali

5. Faktor Resiko
a. Penyakit Atopik
b. Reaksi makanan
c. Konsumsi obat chymopapain (Ref.2)
d. Orang dengan pemberian intravena

6. Pemeriksaan penunjang
a. RAST (Radio Allergo Sorbent Test) atau ELISA (Enzym Linked
Immunosorbent Assay test )
b. Pemeriksaan yang lebih bermakna yaitu IgE spesifik, namun
memerlukan biaya yang mahal. Tes ini untuk mengetahui alergi
terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan sampel
serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan
mesin komputerisasi khusus,hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam.
Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak
dipengaruhi oleh obat-obatan.
c. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit) Tes ini untuk memeriksa alergi
terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu, tungau debu,
serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan
di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan
pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2
mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat
segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap
alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :
- Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang
mengandung antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari,
tergantung jenis obatnya.
- Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
d. Skin Test (Tes kulit)
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang
disuntikkan. Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara
menyuntikkan obat yang akan di tes. Hasil tes yang positif
menunjukkan adanya reaksi hipersensitivitas yang segera pada
individu tersebut, atau dengan kata lain pada epikutan individu
tersebut terdapat kompleks IgE mast.
e. Patch Test (Tes Tempel)
Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada
penyakit dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung.
Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap
bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan melenting
pada kulit. Syarat tes ini :
- Dalam 48 jam, pasien tidak boleh melakukan aktivitas yang
berkeringat, mandi, posisi tidur tertelungkup, punggung tidak
boleh bergesekan.
- 2 hari sebelum tes, tidak boleh minum obat yang mengandung
steroid atau anti bengkak. Daerah pungung harus bebas dari obat
oles, krim atau salep.
- Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan
timbul bentol, merah, gatal.
f. Tes Provokasi
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang
diminum, makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu.
Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial.
Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes
provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak
nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan
syok.
g. Uji gores (scratch test)
Merupakan uji yang membawa resiko yang relatif rendah, namun
reaksi alergi sistemik telah dilaporkan. Tes ini dilakukan diperkutan.
h. Uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (skin end-
point titration/ SET) Memiliki sensitivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tes kulit cukit. SET (Skin End Point Titration)
merupakan pengembangan larutan tunggal dilakukan untuk alergen
inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi.
Selain dapat mengetahui alergen penyebab, dapat juga menentukan
derajat alergi serta dosis awal untuk immunoterapi.Uji cukit paling
sesuai karena mudah dilakukan dan dapat ditoleransi oleh sebagian
penderita termasuk anak, meskipun uji intradermal (SET) akan lebih
ideal.
i. Hitung eosinofil darah tepi dapat normal atau meningkat, demikian
halnya dengan IgE total sering kali menunjukkan nilai normal.
Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi
atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi.
j. Pemeriksaan lain seperti analisa gas darah, elektrolit, dan gula darah,
tes fungsi hati,tes fungsi ginjal, feses lengkap, elektrokardiografi,
rontgen thorak, dan lain-lain.

7. Penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis


Penatalaksanaan farmakologis
a. Adrenalin termasuk golongan adrenergik yang akan meningkatkan
konsentrasi cAMP dalam mastosit sehingga terjadi hambatan
degranulasi. Selain itu adrenalin mempunyai manfaat terhadap sel
sasaran, yaitu:
1) Perangsangan terhadap pembuluh darah kulit, selaput lendir dan
kelenjar liur.
2) Mengendurkan otot polos usus, bronkhus dan pembuluh darah otot
rangka.
3) Perangsangan jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung,
kekuatan kontraksinya dan tekanan darah.
4) Perangsangan pusat-pusat pengaturan di otak, misalnya pernafasan.
Semua manfaat itu akan dapat mengurangi gejala-gejala reaksi
anafilaktik. Cara pemberiannya yaitu dengan memasukkan larutan
adrenalin (epinefrin) 1/1000 dalam air sebanyak 0,01 ml/kgBB,
maksimum 0,5 ml (larutan 1:1000), diberikan secara intramuskular
atau subkutan pada lengan atas atau paha. Kalau anafilaksis terjadi
karena suntikan, berikan suntikan adrenalin kedua 0,1-0,3 ml
(larutan 1:1000) secara subkutan pada daerah suntikan untuk
mengurangi absorbsi antigen. Dosis adrenalin pertama dapat
diulangi dengan jarak waktu 15- 20 menit bila diperlukan. Kalau
terdapat syok atau kolaps vaskular atau tidak berespons dengan
medikasi intramuskular, dapat diberikan adrenalin 0,1 ml/kgBB
dalam 10 ml NaCl fisiologik (larutan 1:10.000) secara intravena
dengan kecepatan lambat (1-2 menit) serta dapat diulang dalam 5-
10 menit.
b. Difenhidramin merupakan kelompok antihistamin yang bekerja
menghambat histamin yang dihasilkan oleh sel mastosit.
Difenhidramin dapat diberikan secara intravena (kecepatan lambat
selama 5 – 10 menit), intramuskular atau oral (1-2 mg/kgBB) sampai
maksimum 50 mg sebagai dosis tunggal, tergantung dari beratnya
reaksi. Yang perlu diingat adalah bahwa difenhidramin bukan
merupakan substitusi adrenalin. Difenhidramin diteruskan secara oral
setiap 6 jam selama 24 jam untuk mencegah reaksi berulang. Kalau
penderita tidak memberikan respon dengan tindakan di atas, jadi
penderita masih tetap hipotensif atau tetap dengan kesulitan bernapas,
maka penderita perlu dirawat di unit perawatan intensif dan
pengobatan diteruskan dengan langkah berikut:
- Cairan intravena
Untuk mengatasi syok dapat diberikan cairan NaCl fisiologis dan
glukosa 5% dengan perbandingan 1 : 4 selama 1-2 jam pertama
atau sampai syok teratasi. Bila syok sudah teratasi, cairan tersebut
diteruskan dengan dosis sesuai dengan berat badan.
c. Aminofilin
Apabila bronkospasme menetap, diberikan aminofilin intravena 4-7
mg/kgBB yang dilarutkan dalam cairan intravena (dekstrosa 5%)
dengan jumlah paling sedikit sama. Campuran ini diberikan intravena
secara lambat (15-20 menit). Tergantung dari tingkat bronkospasme,
aminofilin dapat diteruskan melalui infus dengan kecepatan 0,2-1,2
mg/kgBB atau 4-5 mg/kgBB intravena selama 20-30 menit setiap 6
jam. Bila memungkinkan kadar aminofilin serum harus dimonitor.
d. Teofilin termasuk kelompok xantin yang mempunyai manfaat
mengatasi reaksi anafilaktis. Mekanisme kerjanya melalui sel mastosit
dan sel sasarannya seperti halnya adrenalin. Teofilin menghambat
kerja enzim fosfodiesterase yang akan merusak cAMP, sehingga kadar
cAMP akan meningkat akibatnya degranulasi mestosit dihambat.
Selain itu teofilin akan bekerja pada pusat pernafasan dan otot-otot
bronkhus, terlebih saat otot-otot brunkhus dalam keadaan kontraksi.
Semua hal itu akan mengurangi gejala-gejala reaksi anafilaktik.
e. Vasopresor
Bila cairan intravena saja tidak dapat mengontrol tekanan darah,
berikan metaraminol bitartrat (Aramine) 0,0l mg/kgBB (maksimum 5
mg) sebagai suntikan tunggal secara lambat dengan memonitor aritmia
jantung, bila terjadi aritmia jantung, pengobatan dihentikan segera.
Dosis ini dapat diulangi bila diperlukan, untuk menjaga tekanan darah.
Dapat juga diberikan vasopresor lain seperti levaterenol bitartrat
(Levophed) 1 mg dalam 250 ml cairan intravena dengan kecepatan 0,5
ml/menit atau dopamin (Intropine) yang diberikan bersama infus,
dengan kecepatan 0,3-1,2 mg/kgBB/jam.
f. Kortikosteroid merupakan kelompok obat-obatan yang paling banyak
dipakai pada penyakit radang dan penyakit imunologik. Walaupun
pada beberapa binatang, pemberiannya menimbulkan kerusakan pada
jaringan limfoid, namun pada manusia hal tersebut tidak terjadi.
Kortikosteroid mempunyai efek menghambat radang, disamping
menghambat respon imun dan menstabilkan dinding sel mastosit.
Dengan menghambat respons imun dapat menghambat sintesis IgE.
Kortikosteroid tidak menolong pada pelaksanaan akut suatu reaksi
anafilaksis. Pada reaksi anafilaksis sedang dan berat kortikosteroid
harus diberikan. Kortikosteroid berguna untuk mencegah gejala yang
lama. Mula-mula diberikan hidrokortison intravena 7-10 mg/kgBB lalu
diteruskan dengan 5 mg/kgBB setiap 6 jam dengan bolus infus.
Pengobatan biasanya dapat dihentikan sesudah 2-3 hari.

Penatalaksanaan non farmakologis


a. Evaluasi segera. Yang penting dievaluasi adalah keadaan jalan napas
dan jantung. Kalau pasien mengalami henti jantung-paru harus
dilakukan resusitasi kardiopulmoner.
b. Intubasi dan trakeostomi. Intubasi endotrakeal adalah pemasangan
selang melalui hidung atau mulut ke saluran pernafasan, sedangkan
trakeostomi adalah pembuatan lubang di trakea untuk membantu
pernafasan. Intubasi atau trakeostomi perlu dilakukan kalau terdapat
sumbatan jalan napas bagian atas yang disebabkan oleh edema.
c. Turniket. Kalau anafilaksis terjadi karena suntikan pada ekstremitas
atau sengatan/gigitan hewan berbisa maka dipasang turniket proksimal
dari daerah suntikan atau tempat gigitan tersebut. Setiap 10 menit
turniket ini dilonggarkan selama 1-2 menit.
d. Oksigen. Oksigen harus diberikan kepada penderita penderita yang
mengalami sianosis, dispneu yang jelas atau penderita dengan mengi.
Oksigen dengan aliran sedang-tinggi (5-10 liter/menit) diberikan
melalui masker atau kateter hidung.
e. Terapi desentisasi. Berupa penyuntikan berulang alergen (yang dapat
mensentisasi pasien) dalam jumlah yang sangat kecil dapat
mendorong pasien membentuk antibodi IgG terhadap alergen.
Antibodi ini dapat bekerja sebagai antibody penghambat (blocking
antibodies). Sewaktu pasien tersebut kembali terpajan ke alergen ,
maka antibodi penghambat dapat berikatan dengan alergen
mendahului antibodi IgE. Karena pengikatan IgG tidak menyebabkan
degranulasi sel mast yang berlebihan, maka gejala alergi dapat
dikurangi.
f. Terapi probiotik (preparat sel mikroba atau komponen mikroba yang
dapat mempertahankan kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan
dalam flora usus). Salah satu pendekatan terbaru yang digunakan
dalam penatalaksanaan alergi makanan.
g. Diet. Dalam hal ini yaitu dengan membatasi mengkonsumsi makanan
yang menyebabkan alergen.
h. Pengobatan suportif. Sesudah keadaan stabil, penderita harus tetap
mendapat pengobatan suportif dengan obat dan cairan selama
diperlukan untuk membantu memperbaiki fungsi vital. Tergantung
dari beratnya reaksi, pengobatan suportif ini dapat diberikan beberapa
jam sampai beberapa hari.

8. Pencegahan
a. Menghindari alergen penyebab reaksi alergi
b. Bagi orang yang sensitif terhadap gigitan dan serangan serangga, yang
pernah mengalami reaksi terhadap makanan atau obat tertentu, dan
yang pernah mengalami reaksi anfilaktik akibat latihan fisik harus
selalu membawa kotak emerjensi yang berisi epinefrin (Epipen)
c. Anamnesa yang cermat mengenai riwayat setiap sensitivitas terhadap
antigen yang dicurigai sebelum memberikan obat apapun
d. Untuk mencegah anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum obat
penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu diberikan kortikosteroid,
antihistamin atau epineprin
e. Melakukan skin test bila perlu juga penting, namun perlu diperhatikan
bahwa tes kulit negatif pada umumnya penderita dapat mentoleransi
pemberian obat-obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita tidak
akan mengalami reaksi anafilaksis. Orang dengan tes kulit negatif dan
mempunyai riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan reaksi
sebesar 1-3% dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi
60%, bila tes kulit positif.
f. Bagi pasien yang memiliki predisposisi untuk terjadinya reaksi
anafilaksis harus mengenakan alat identifikasi yang berkaitan dengan
alergi obat, seperti gelang Medic-Alert.
g. Pasien yang alergi terhadap bisa serangga mungkin memerlukan
imunoterapi yang digunakan sebagai terapi pengendalian dan bukan
penyembuhan
h. Dilakukan Desensitisasi (usaha mengurangkan atau menghilangkan
alergi thd suatu zat):
i. Serangan serangga atau beberapa jenis binatang lain sudah dapat
dicegah dengan cara desensitisasi yang berupa penyuntikan berulang-
ulang dari dosis rendah sampai dianggap cukup dalam jangka waktu
yang cukup lama.
j. Pasien diabetes yang alergi insulin dan sensitif terhadap penisilin
memerlukan desensitisasi
k. Desensitisasi alergen spesifik adalah pencegahan untuk kebutuhan
jangka panjang
l. Encerkan obat bila pemberian dengan SC/ID/IM/IV dan observasi
selama pemberian

9. Pendidikan kesehatan
a. Instruksikan kepada klien agar menghindari makanan yang dapat
menimbulkan alergi seperti kacang tanah, kacang kedelai, susu sapi,
telur, makanan laut apabila alergen terhadap makanan.
b. Instruksikan kepada klien agar menghindari alergen yang masuk akibat
kontak langsung dengan permukaan kulit dinamakan alergen
kontaktan, misalnya serangga, ulat bulu, obat -obatan , kosmetik,
minyak, apabila alergen terhadap binatang
c. Menjaga kelembaban ruangan dengan mengatur sirkulasi angin dan
udara.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga


I. Keluarga Tn. T
a. Pengkajian

1) Nama Keluarga (KK) : Tn. Tarsisius

2) Alamat dan Telpon : Jl.Wahid Hasyim gg.mawar

3) Komposisi Keluarga

No Nama Jenis Hub dgn TTI/Umur Pendidikan


Kelamin KK
1 Tn. T L KK 58 Tahun SMA
2 Ny. E P Istri 51 Tahun SMA
3 An. P L Anak 4 Tahun Tidak sekolah
An. J L Anak 2 bulan Tidak Sekolah

Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal Serumah

: Perempuan : Meninggal
4) Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn. T adalah Nueclear Family dimana didalamnya
hanya terdapat Tn. T, Ny. E dan An. P , An. J

5) Suku : Tn. T dan Ny. E bersuku Flores manggarai

6) Agama : Tn. T dan Ny. E beragama Katolik sejak lahir

7) Status Sosek Keluarga : saat ini Tn. T berkerja sebagai wiraswasta


dimana Tn. T adalah sebagai kepala keluarga harus menafkahi
keluarganya

8) Aktivitas Rekreasi Keluarga : Keluarga Tn. T jarang Rekreasi


terkadang hanya dirumah saja

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Saat ini perkembangan keluarga Tn. T berada ditahap III dimana


kelaraga dengan anak Pra sekolah

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :


Tidak ada tahap perkembangan yang belum terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti

Tn. T berasal dari 4 bersaudara Tn. T anak kedua dan sekarang


tinggal bersama Ny. E dikalimantan

4) Riwayat keluarga sebelumnya :

Sebelumnya Tn. T tinggal bersama keluarganya dan sekarang


disamarinda bersama dengan Ny. E dan memiliki rumah tetap
disamarinda dan tinggal bersama sampai sekarang

III. Lingkungan

a. Katarektistik rumah :

Status Rumah saat ini adalah rumah tetap permanen dan


berlantaii semen, terdapat ventilasi namun keadaan rumah
remang-remang, banyak barang-barang dirumah, kebutuhan air
minum dengan membeli air mineral, sementara air mandi dan
cuci dari PDAM/PAM, kondisi air bersih dan tidak berbau.
Penampungan air sementara mnggunakan tandon dengan kondisi
tertutup dan dikuras hanya jika dirasakan perlu. Pengolahan
sampah dibuang ke TPU. Sistem pembuangan air limbah dengan
got. Keluarga Tn. E tidak memiliki hewan peliharaan

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :

Tetangga dirumah Tn. T mayoritas bersuku flores manggarai dan


banjar. Komunikasi dengan tetangga menggunakan bahasa
indonesia

c. Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas keluarga menggunakan sepeda motor dan biasanya


hanya untuk beraktivitas dan pergi ketempat keluarga

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Perkumpulan keluarga terjadi setiap hari terutama saat makan dan


berinteraksi dengan tetangga serta lingkungan sekitarpun
dilakukan setiap hari

e. Sistem pendukung keluarga

Keluarga memiliki jaminan kesehatan maka menggunakan BPJS


dan terkadang kebutuhan keluarga dibantu oleh saudara-saudari
dari Tn. T dan Ny. E
IV. Struktur keluarga

a. Pola komunikasi keluarga

Komunikasi keluarga dilakukan dengan menggunakan bahasa


indonesia, interaksi dan komunitasi dengan lingkungan juga
berjalan dengan baik. Keluarga membebaskan anggota
keluarganya untuk berpendapat sebelum diputuskan oleh Tn. T
selaku kepala keluarga

b. Struktur kekuatan keluarga

Komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, didalam keluarga


Tn. T menggunakan diskusi terhadap permasalahan keluarga dan
keputusan selalu diambil oleh Tn. T

c. Struktur peran

Tn. T sebagai kepala keluarga dan Ny. E sebagai istri serta An.
sebagai anak saat ini. Ny. E memiliki peran untuk mengurus
rumah dan anak. Ny. E kurang mendapatkan dukungan dari
suami dalam pekerjaan rumah tangga.

d. Nilai dan norma budaya

Nilai yang dianut oleh keluarga adalah Flores manggarai norma


budaya didalam keluarga digunakan adalah menjunjung tinggi
sopan santun dan mengutamakan kepala keluarga pada saat
pengambilan keputusan

V. Fungsi keluarga

a. Fungsi Afektif

Keluarga sangat menjunjung tinggi sopan santun, hubungan


keluarga baik meskipun termasuk kegiatan keagamaan maupun
dalam masyarakat

b. Fungsi sosialisasi

Keluarga membebaskan anggotanya untuk ikut berkegiatan di


lingkungan termasuk kegiatan keagamaan maupun kegiatan
masyarakat

c. Fungsi perawatan keluarga

Ny. E mengeluhkan terkadang ada bintik-bintik merah dibagian


tangan dan badannya. Kadang-kadang muncul dan menghilang
sendiri Ny. E mengatakan dia alergi terhadap makanan ayam

VI. Stress dan koping keluarga

a. Stressor jangka pendek

Kebutuhan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan setiap hari

b. Stressor jangka panjang

Caranya mendapatkan uang untuk menyekolahkan anaknya

c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

Keluarga mencoba untuk meminta bantuan kepada keluarga dari


Tn. T dan Ny. E

d. Strategi koping yang digunakan

Ny. E cenderung akan menceritakan permasalahan yang


didapatkan kepada keluarga yang dianggap dapat memberikan
solusi sedangkan Tn. T cenderung

e. Strategi adaptasi disfungsional

Jika ada permasalahan maka Tn. T cenderung akan diam dirumah


dan bermain gadget karena merasa sulit untuk mendapatkan jalan
keluar akibat tuntutan permasalahan yang kompleks.
VII. Harapan keluarga

Harapan keluarga saat ini adalah agar selalu semuanya diberikan


kesehatan

VIII. Pemeriksaan fisik

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 64 x/mnt

Suhu : 36.00C

Pernapasan : 18 x/mnt

Tinggi badan : 170 cm

Berat badan : 80 kg

Kepala :

Kepala sismetris, idak ada lesi atau benjolan, rambut lebat,


bergelombang dan hitam, kepala bersih

Mata :

konjungtiva merah muda, skelera putih, fungsi mata baik dikedua


mata

Hidung dan mulut : Tidak ada polip, gigi lengkap dan bersih

Ekstremitas atas dan ekstremitas bawa :

Kondisi Ny. E terdapat bintik-bintik merah dibagian seluruh tangan


dan merupakan luka bekas alergi dan mengaruk kerena sangat gatal
keterangan dari Ny. E itu merupakan bekas luka akibat alergi dan
digaruk, pada 3 minggu yang lalu setelah makan daging ayam.
a. Analisa Data

No Data Subjektif Data Objektif Diagnosa Keperawatan

1. • Ny. E mengatakan • Terdapat luka bekas Defisit Pengetahuan


jika gatal akibat ulkus yang mulai tentang manajemen Alergi
alerginya timbul mengering ditangan dalam keluarga Tn. T
makanya Ny. E Ny. E berhubungan dengan kurang
hanya mengaruk. • TD : 120/80 mmHg terpapar informasi
• Ny. E mengatakan • Nadi : 64 x/mnt dibuktikan dengan keluarga
jarang memakan • Suhu : 36,0oC yang masih mengkonsumsi
makanan yang • Pernapasan : 18 x/mnt daging ayam yang biasanya
dicurigai penyebab menyebabkan alergi
alerginya (daging
ayam)

2. • Ny. E mengatakan • Rumah Rapi Manajemen Kesehatan


jika sakit apapun • Pengurasan air keluarga tidakefektif
biasanya dilakukan hanya didalam keluarga Tn. T
mengkonsumsi ketika dirasa sangat berhubungan dengan kurang
obat dari klinik kotor terpapar informasi tentang
dan jarang • Kondisi rumah penyakit yang diderita Ny.
kerumah sakit jika remang-remang E dan kurang biaya untuk
tidak parah kontrol kerumah sakit
• Ny. E mengatakan
kalo mencuci
tangan biasanya
hanya mencuci
saja tidak pakai 6
benar mencuci
tangan
• Ny. E mengatakan
jarang kontrol
kerumah sakit
karena biaya

b. Diagnosa Keperawatan dan Skoring


Defisit Pengetahuan tentang manajemen Alergi dalam keluarga Tn. T
berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan
keluarga yang masih mengkonsumsi daging ayam yang biasanya
menyebabkan alergi
KRITERIA SKOR BOBOT NILAI PEMBENARAN

1. Sifat Masalah: 1 Ny. E masih memakan makanan


1
Tidak/kurang sehat yang dicurigai penyebab
alerginya namun jarang

2. Kemungkinan untuk Masalah dapat dicegah sebagian


diubah: karena Ny. E memiliki tingkat
Hanya sebagian 1 2 pendidikan SMA dan konunikasi,
pemahaman dan sifat terbuka
yang baik untuk mendaatkan
informasi baru namun
keterbatasan ekonoi sering
memaksa keluarga tetap makan
apapun yang didapatkan
meskipun ada resiko terkena
alergi kembali
3. Potensi dicegah: Ny. E hanya memakan sayur-
Cukup 1 sayuran dan jarang
2
mengkonsumsi buah-buahan.

4. Menonjolnya masalah: Saat ini luka bekas garukan


Masalah ada, tetapi Tidak akibat alergi sudah mengering
perlu segera 1 1 dan keluarga sudah lebih dari 3
ditangani minggu jarang mengkonsumsi
daging ayam dan telah diganti
dengan sayur-sayuran daun
singkong
Jumlah

Manajemen Kesehatan keluarga tidakefektif didalam keluarga Tn. T berhubungan


dengan kurang terpapar informasi tentang penyakit yang diderita Ny. E dan
kurang biaya untuk kontrol kerumah sakit
KRITERIA SKOR BOBOT NILAI PEMBENARAN

1. Sifat Masalah: 2 • Rumah tampak bersih


1
Tidak/kurang sehat • Pengugurasan air dilakukan
hanya ketika dirasakan sangat
kotor
• Kondisi rumah remang-
remang
2. Kemungkinan untuk Tn. T masih mau mengambil
diubah: peran menjaga anaknya sembari
Hanya sebagian 1 1 Ny. E mengurus rumah. Ada
keinginan dari keluarga untuk
merapikan dan membersihkan
rumah secara rutin
3. Potensi dicegah: Keluarga Memiliki komunikasi
Cukup 1 dan kerjasama yang baik
2
Merkipun Tn. T pekerja
wiraswasta. Ny. E memiliki
kebiasaan untuk menyapu dan
membersihkan rumah setiap hari.
4. Menonjolnya masalah: Walaupun keadaan rumah
Masalah ada, tetapi Tidak kadang kotor tetapi Ny. E selalu
perlu segera 1 1 berusaha merapikan dan
ditangani membersihkan setiap hari

Jumlah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana


Umum Khusus Umum Khusus
Keperawatan Tindakan

Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Tingkat Pengetahuan Setelah dilakukan a. Keluarga dan Klien Edukasi Kesehatan

tentang manajemen Tindakan Definisi : tindakan keperawatan target dapat Definisi :

Alergi dalam keluarga keperawatan selama Kecukupan informasi selama 30 menit, menyebutkan Mengajarkan pengelolahan faktor

Tn. T berhubungan 4 kali kunjungan kongnitif yang keluarga Tn. T mampu pengertian resiko penyakit dan perilaku

dengan kurang keluarga, diharapkan berkaitan dengan topik menyelaskan kembali Hipersensitivitas hidup bersih serta sehat

terpapar informasi Defisit pengetahuan tertentu. Setelah tentang apa saja yang b. Keluarga dan Klien Tindakan :

dibuktikan dengan tentang PHBS dan dilakukan perawatan telah dilakukan dalam target dapat 1.1. Identifikasi kesiapan dan

keluarga yang masih penanganan selama 4 kai pemecahan masalah menyebutkan kemampuan menerima

mengkonsumsi daging hipersensitivitas kunjungan keluarga kesehatan penyebab informasi

ayam yang biasanya dalam keluarga Tn. T diharapkan Defisit Hipersensitivitas 1.2. Identifikasi faktor yang

menyebabkan alergi dapat teratasi Pengetahuan tentang c. Keluarga dan klien dapat meningkatkan dan
manajemen mampu menyebutkan menurunkan motivasi
Hipersensitivitas dapat penanganan perilaku hidup bersih dan
teratasi dengan kriteria hipersensitivitas sehat
hasil : 1.3. Sediakan materi dan
- Perilaku sesuai d. Keluarga dapat media pendidikan keshatan
anjuran (4) memutuskan rencana 1.4. Jadwalkan pendidkan
- Perilaku sesuai yang akan dilakukan kesehatan sesuai
dengan selanjutnya kesepakatan
pengetahuan (4) 1.5. Berikan kesempatan
- Perilaku sesuai untuk bertanya
program yang 1.6. Jelaskan faktor resiko
direncanakan yang dapat mempengaruhi
bersama keluarga kesehatan
(4) 1.7. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
1.8. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

Manajemen Kesehatan Setelah dilakukan Manajemen Setelah dilakukan a. Keluarga dan klien Dukungan Keluarga

keluarga tidakefektif tindakan keperawatan Kesehatan Keluarga tindakan kperawatan target dapat Merencanakan Perawatan
didalam keluarga Tn. selama 4 kali Definisi : selama 30 menit, menerapkan PHBS 6

T berhubungan dengan kunjungan keluarga Kemampuan keluarga Tn. T mampu benar mencuci tangan Definisi :

kurang terpapar diharapkan mampu menangani masalah menjelaskan kembai dengan baik Memfasilitasi perencanaan

informasi tentang mengontrol kesehatan keluarga tentang apa saja yang b. Keluarga dan klien pelaksanaan perawatan

penyakit yang diderita kesehatan klien target secara optimal untuk telah dilakukan dalan target dapat kesehatan keluarga

Ny. E dan kurang secara memulihkan kondisi pemecahan masalah mengikuti penkes

biaya untuk kontrol kesinambungan kesehatan anggota kesehatannya dengan antusias Tindakan :

kerumah sakit keluarga c. Peningkatan 2.1. Identifikasi kebutuhan


kerjasama dalam dan harapan keluarga
Setelah dilakukan keluarga dan tentang kesehatan
perawatan selama 4 pelaksanaan program 2.2. Identifikasi tindakan
kali kunjungan disepakati dalam yang dapat dilakukan
keluarga diharapkan keluarga keluarga
manajemen kesehatan 2.3. Motivasi pengembangan
keluarga dapat menjadi sikap dan emosi yang
efektif dengan kriteria mendukung upaya
hasil : kesehatan
- Kemampuan 2.4. Informasikan fasilitas
menjelaskan kesehatan yang ada
masalah kesehatan dilingkungan keluarga
yang dialami (4) 2.5. Anjurkan menggunakan
- Tindakan untuk fasilitas kesehatan yang
mengurangi faktor ada dalam keluarga
resiko (4) 2.6. Ajarkan cara perawatan
- Peningkatan yang bisa dilakukan
kerjasama dalam keluarga
keluarga
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa keperawatan Tgl dan waktu Implementasi Evaluasi

Defisit Pengetahuan 28 Agustus 2021 1.1. Melakukan pengkajian keluarga Subjektif :

tentang manajemen Alergi Kunjungan I 1.2. Melakukan observasi kondisi sekitar Ny. E mengatakan bahwa kondisi

dalam keluarga Tn. T rumah keluarga Tn. H dan Ny. M kesehatan saat ini ada bintik-bintik

berhubungan dengan kurang 1.3. Melakukan observasi kondisi dalam dibagian tubuh tertentu di leher, tangan

terpapar informasi dibuktikan rumah keluarga Tn. H dan Ny. M dan kaki

dengan keluarga yang masih


mengkonsumsi daging ayam Objektif :

yang biasanya menyebabkan - Ny. E saat ini berusia 58 Tahun

alergi - Kondisi rumah remang-remang,


rumah bersih dan barang-barangnya
teratur
- Ventilasi rumahnya ada
- TTV Ny. M
TD : 120/80 mmHg
N : 64 x/mnt
S: 36.00C
R: 18 x/menit
Assesment :
Tujuan Khusus tercapai 100%

Planning :
1.1. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan

Defisit Pengetahuan 6 September 2021 1.1. Melakukan Edukasi tentang Subjektif :

tentang manajemen Alergi Kunjungan II pengertian, penyebab, tanda dan gejala Ny.E mengatakan sudah cukup

dalam keluarga Tn. T dan pencegahan hipersensitivitas memahami tentang edukasi yang telah

berhubungan dengan kurang 1.2. Melakukan edukasi tentang pemicu diberikan mulai dari pengertian, pemicu

terpapar informasi dibuktikan hipersensitivitas alergi, dan cara mengatasinya

dengan keluarga yang masih 1.3. Melakukan edukasi tentang manfaat

mengkonsumsi daging ayam yang akan dilakukan klien untuk Objektif :

yang biasanya menyebabkan menghidari penyakit hpersensitivitas - Ny. M dapat menyebutkan tanda dan

alergi gejala hipersensitivitas seperti bintik-


bintik kemerahan pada kulit
- TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 68
x/mnt, S: 36.00C, R : 20 x/mnt
Assesment :
1. Perilaku sesuai anjuran (4)
2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan
(4)
3. Perilaku sesuai program yang
direncanakan keluarga

Planning :
1. Mengajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat dengan 6 benar mencuci
tangan

Defisit Pengetahuan 8 September 2021 1.1. Melakukan edukasi Tentang PHBS 6 Subjektif :

tentang manajemen PHBS 6 Kunjungan III langkah mencuci tangan Ny.E mengatakan sudah sudah bisa 6

benar mencuci tangan dalam 1.2. Mengajarkan cara mencuci tangan 6 langkah mencuci tangan namun masih

keluarga Tn. T berhubungan langkah dan pada saat kapan harus terbolak-bolak balik

dengan kurang terpapar mencuci tangan


1.3. Memotivasi kepada klien agar rajin Objektif :
informasi dibuktikan mencuci tangan - Ny. E masih ragu-ragu dalam
penerapan 6 bnar mencuci tangan
dan memahami pada saat kapan saja
harus mencucu tangan
- TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 68
x/mnt, S: 36.00C, R : 20 x/mnt

Assesment :
1. Perilaku sesuai anjuran (4)
2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan
(4)
3. Perilaku sesuai program yang
direncanakan keluarga (4)

Planning :
1.1. Penkes terkait Biang keringat

Defisit Pengetahuan 10 September 2021 1.1. Melakukan edukasi tentang pengertian, Subjektif :

tentang manajemen Biang Kunjungan IV tanda dan gejaladan cara penanganan Ny.E mengatakan sudah cukup

Keringat dalam keluarga Tn. pada biang keringat memahami tentang edukasi yang telah
T berhubungan dengan diberikan mulai dari pengertian, tanda

kurang terpapar informasi dan gejala , dan cara mengatasinya biang

dibuktikan dengan Ny. E keringat

memiliki bintik-bintik merah


dibagian leher, tangan dan Objektif :

kaki - Ny. M dapat menyebutkan tanda dan


gejala biang keringat seperti bintik-
bintik kemerahan pada kulit
- TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 68
x/mnt, S: 36.00C, R : 20 x/mnt

Assesment :
1. Perilaku sesuai anjuran (4)
2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan
(4)
3. Perilaku sesuai program yang
direncanakan keluarga (4)

Planning :
1.1. Mengedukasi tentang biang
keringat

Defisit Pengetahuan 17 September 2021 1.1. Melakukan edukasi tentang Subjektif :

tentang manajemen Alergi Kunjungan V Protokol kesehatan 5M+PHBS Ny.M mengatakan sudah cukup

dalam keluarga Tn. T 1.2. Mengajarkan cara memakai memahami dan mampu menerapkan cara

berhubungan dengan kurang masker dan mencuci tangan 6 langkah. menggunakan masker dan mencuci

terpapar informasi dibuktikan 1.3. Mengedukasi pada saat kapan tangan dengan benar

dengan keluarga yang masih saja mencuci tangan dengan baik

mengkonsumsi daging ayam Objektif :

yang biasanya menyebabkan - Ny. M dapat memahami dan

alergi mampu menerapkan 6 langkah


mencuci tangan
- TTV : TD : 120/80 mmHg, N :
68 x/mnt, S: 36.00C, R : 20
x/mnt

Assesment :
1. Menyampaikan minat dalam
belajar (4)
2. Menunjukan perilaku sesuai
dengan pengetahuan (4)

Planning :
1.1. Rencana Tindak lanjut dihentikan

Manajemen Kesehatan 28 Agustus 2021 1.1. Melakukan pengakjian keluarga Subjektif

tidakefektif didalam keluarga Kunjungan I 1.2. Melakukan observasi kondisi sekitar Ny. M mengatakan bahwa dia sajang

Tn. H berhubungan dengan rumah keluarga Tn. H dan Ny. M berobat kepuskesmas dan rumah sakit

kurang terpapar informasi 1.3. Melakukan observasi kondisi didalam biasanya keklinik dan minum obat

tentang penyakit yang rumah apabila sakit saja

diderita Ny. M
Objektif
- TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 64
x/mnt, S : 36,00C, RR : 18x/mnt

Assesment :
Tujuan khusus tercapai 100%

Planning :
1.1. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan

Manajemen Kesehatan 6 September 2021 2.1. Mengidentifikasi kesiapan dan Subjektif :

tidakefektif didalam keluarga Kunjungan II kemampuan menerima informasi Ny. M mengatakan sudah cukup

Tn. H berhubungan dengan 2.2. Memberikan kesempatan untuk memahami tentang pendidikan kesehatan

kurang terpapar informasi bertanya tentang hipersensitivitas dan bagaimana

tentang penyakit yang 2.3. Mengedukasi tentang hipersensitivitas cara penanganan untuk mengatasi

diderita Ny. M 2.4. Menyarankan keluarga untuk Hipersensitivitas


membersihkan rumah Objektif :
- Keluarga Ny. M dapat menyebutkan
tanda dan gejala terjadinya
hipersensitivitas
- TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 68
x/mnt, S: 36.00C, RR : 20 x/mnt
Assesment :
1. Menyampaikan minat dalam belajar
(4)
2. Menunjukan perilaku sesuai dengan
pengetahuan (4)
Planning :
2.1. Mengajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat dengan 6 benar
mencuci tangan

Manajemen Kesehatan 8 September 2021 1.1. Melakukan edukasi Tentang PHBS 6 Subjektif :

tidakefektif didalam keluarga Kunjungan III langkah mencuci tangan Ny. M mengatakan sudah cukup

Tn. H berhubungan dengan 1.2. Mengajarkan cara mencuci tangan 6 memahami tentang pendidikan kesehatan

kurang terpapar informasi langkah dan pada saat kapan harus tentang hipersensitivitas dan bagaimana

tentang penyakit yang mencuci tangan cara penanganan untuk mengatasi

diderita Ny. M 1.3. Memotivasi kepada klien agar rajin Hipersensitivitas


mencuci tangan Objektif :
- Keluarga Ny. M dapat menyebutkan
tanda dan gejala terjadinya
hipersensitivitas
- TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 68
x/mnt, S: 36.00C, RR : 20 x/mnt
Assesment :
3. Menyampaikan minat dalam belajar
(4)
4. Menunjukan perilaku sesuai dengan
pengetahuan (4)
Planning :
1.1. Mengedukasi terkait biang
keringat

Manajemen Kesehatan 10 September 2021 1.1. Melakukan edukasi tentang pengertian, Subjektif :

tidakefektif didalam keluarga Kunjungan IV tanda dan gejala dan cara penanganan pada Ny. M mengatakan sudah cukup

Tn. H berhubungan dengan biang keringat memahami tentang pendidikan kesehatan

kurang terpapar informasi tentang hipersensitivitas dan bagaimana

tentang penyakit yang cara penanganan untuk mengatasi biang

diderita Ny. M keringat


Objektif :
- Keluarga Ny. M dapat menyebutkan
tanda dan gejala terjadinya
hipersensitivitas
- TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 68
x/mnt, S: 36.00C, RR : 20 x/mnt
Assesment :
5. Menyampaikan minat dalam belajar
(4)
6. Menunjukan perilaku sesuai dengan
pengetahuan (4)
Planning :
1.1. Mengedukasi dan mengajarkan
protokol kesehatan dan mencuci
tangan

Manajemen Kesehatan 17 September 2021 1.1. Melakukan edukasi tentang Protokol Subjektif :

tidakefektif didalam keluarga Kunjungan V kesehatan 5M+PHBS Ny. M mengatakan sudah cukup

Tn. H berhubungan dengan 1.2. Mengajarkan cara memakai masker memahami tentang pendidikan kesehatan

kurang terpapar informasi dan mencuci tangan 6 langkah. tentang hipersensitivitas dan bagaimana

tentang penyakit yang 1.3. Mengedukasi pada saat kapan saja cara penanganan untuk mengatasi

diderita Ny. M mencuci tangan dengan baik Hipersensitivitas


Objektif :
- Keluarga Ny. M dapat menyebutkan
tanda dan gejala terjadinya
hipersensitivitas
- TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 68
x/mnt, S: 36.00C, RR : 20 x/mnt
Assesment :
7. Menyampaikan minat dalam belajar
(4)
8. Menunjukan perilaku sesuai dengan
pengetahuan (4)
Planning :
1.1. Rencana Tindak Lanjut
dihentikan
POA KEPERAWATAN KELUARGA
No Kegiatan Jadwal
Agustus 2021 September 2021
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 2 2 2 2 2
9 0 1 2 3 4 5
1 Pengkajian
Keluarga
2 Analisa
prioritas
masaah
keuarga

3 Presentasi
hasil
analisis

4 Penyusunan
perencanaan
dan kontrak
waktu
5 Memulai
implementasi
penkes
Hipersensitiv
uitas
6 Implementasi
Penkes PHBS

7 Implementasi
penkes biang
keringat
8 Implementasi
penkes prokes
dan PHBS
9 Pembuatan
Laporan
Daftar Pustaka

Benowitz, L. 2002. Obat Antihipertensi, dalam Katzung, B.G., 2002, Basic


and Clinical Farmacology, ed ke-3, Penerjemah: Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Penerbit Salemba Medika
ada, H., Di, L., Poasia, W., & Kendari, K. (2017). Asupan natrium dan
lemak berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di wilayah
poasia kota kendari 12. i, 581–588.
Tentang, P., Hipertensi, P., Perawatan, D. A. N., & Hipertensi, D. (2019).
Emdat Suprayitno Dkk , Pendampingan Keluarga dengan Hipertensi
Emdat Suprayitno Dkk , Pendampingan Keluarga dengan Hipertensi.
104–106.
Nurarif, A. H., & kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis vol.1.
Jogjakarta: Mediaction.
LAPORAN PRE-PLANNING PENYULUHAN KESEHATAN
PADA KLIEN YANG MENGALAMI HIPERSENSITIVITAS

Dosen Koordinator : Ns. Siti Mukaromah, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Dosen Pembimbing Akademik : Ns. Rusdi, M.kep

Disusun Oleh :

Gibson Lie

P2002024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN PERTAMA PENGKAJIAN PADA
KELUARGA Tn. H Tanggal 28 AGUSTUS 2021

A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks
dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk berkerjasama dengan
keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Dalam pemberian asuhan
keperawatan pada keluarga menguunakan pendekatan proses keperawatan
yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, observasi, implementasi dan
evaluasi.
Pengkajian dan oservasi merupakan langkah awal yang bertujuan
mengumpulkan data tentang status kesehatan dan permasalahan yang
dihadapi klien. Data yang terkumpul kemudian dianalisa, sehingga dapat
merumuskan maaah kesehatan yang ada pada keluarga Tn.T jadi
berdasarkan hal sersebut, sebelum membuat perencanaan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien harus diobservasi. Pengkajian baik melalui
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainya.

B. Proses Keperawatan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pengkajian, terkumpul data umum riwayat dan
perkembangan keluarga
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pengkajian selama 20 menit, diharapkan keluarga
Tn.T mampu menjelaskan tentang data umum keluarga, riwayat dan
tahap perkembangan keluarga serta diharapkan memperoleh data
tentang lingkungan rumah melalui observasi

C. Implementasi Tindakan Keperawatan


Metode : Wawancara dan observasi
Media dan Alat : Alat Tulis, Pedoman wawancara, Alat
Pemeriksaan
TTV
Waktu dan tempat : 28 Agustus 2021 : Puku.00 WITA Di RT 06, sempaja
Timur kelurahan Sempaja Utara. Rumah Tn.T

D. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Ada kontrak waktu, tempat dan acara dengan klien sebelum pengkajian,
mahasiswa ,wlakukan pendataan dan anamnesa ke rumah Tn.H
b. Evaluasi Proses
i. Keluarga menyambut kedatangan mahasiswa walaupun takut
karena masih masa covid-19
ii. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk
melengkapi data
iii. Mahasiswa dapat melakukan wawancara dengan baik
iv. Wawancara berjalan dengan lancar
v. Observasi berjalan dengan lancar
c. Evaluasi Hasil
Didapatkan 80% dari 100% data umum, riwayat perkembangan
kerluarga serta lingkungan
LAPORAN PRE-PLANNING PENYULUHAN KESEHATAN
PADA KLIEN YANG MENGALAMI HIPERSENSITIVITAS

Dosen Koordinator : Ns. Siti Mukaromah, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Dosen Pembimbing Akademik : Ns. Rusdi, M.kep

Disusun Oleh :

Gibson Lie

P2002024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN KEDUA PENYULUHAN KESEHATAN
PADA KELUARGA Tn.T Tanggal 6 September 2021

A. Latar Belakang
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan
kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan
perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Adanya kesulitan, kebinggungan
serta ketidak mampuan yang dihadapi keluarga harus menjadi perhatian.
Oleh karena itu, diharapkan perawat dapat menjadi sumber informasi yang
valid dan mambantu mengembangkan potensi-potensi yang ada sehingga
keluarga mempunyai kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada didalam keluarga.
1. Keluarga Tn. T adalah nueclear family yang diaman didalamnya
terdapat Tn. T sebagai kepala keluarga dan Ny. E sebagai istri dan
memiliki 2 orang anak yang tinggal serumah
2. Masalah keperawatan keluarga
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada kunjungan
pertama, didapatkan bahwa Ny. E memiliki riwayat hipersensitivitas
dan Ny. E mengatakan ada bintik-bintik merah dibagian leher, tangan
dan kaki

B. Proses Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan :
Manajemen Kesehatan tidakefektif didalam keluarga Tn. T
berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang penyakit yang
diderita Ny. E
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit, Keluarga
Tn. T mampu menjelaskan kembali tentang apa saja yang telah
dilakukan dalam pemecahan masalah kesehatannya
3. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mampu menjelaskan :
a. Pengertian Hipersensitivitas
b. Penyebab Hipersensitivitas
c. Tanda dan Gejala Hipersensitivitas
d. Penanganan Hipersensitivitas

C. Implementasi Tindakan Keperawatan


Metode : Diskusi dan Tanya Jawab
Media dan Alat : Alat Tulis, Leaflet Hipersensitivitas
TTV
Waktu dan tempat : 6 September 2021 : Pukul 17.00 WITA Di RT 06,
sempaja Timur kelurahan Sempaja Utara. Rumah Tn. T

D. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Keluarga Tn. T dapat berkerja sama dengan mahasiswa dan bersikap
kooperatif
b. Evaluasi Proses
1. Keluarga terlihat sangat antusias dalam diskusi dan memberikan
pertanyaan-pertanyaan
2. Keluarga dapat memerikan respon verbal dan non verbal yang baik
3. Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung
c. Evaluasi Hasil
1. Kegiatan berlangsung sesuai dengan waktu yang ditentukan
2. Adanya kesepakatan antara keluarga dengan mahasiswa dalam
melaksanakan implementasi keperawatan selanjutnya.
LAPORAN PRE-PLANNING PENYULUHAN KESEHATAN
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DALAM KELUARGA

(6 BENAR MENCUCI TANGAN)

Dosen Koordinator : Ns. Siti Mukaromah, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Dosen Pembimbing Akademik : Ns. Rusdi, M.kep

Disusun Oleh :

Gibson Lie

P2002024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN KETIGA PENYULUHAN KESEHATAN
PADA KELUARGA Tn.H Tanggal 8 September 2021

A. Latar Belakang
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan
kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan
perbaikan kearah perilaku hidup dan sehat dengan 6 benar mencuci tangan.
Adanya kesulitan, kebinggungan serta ketidak mampuan yang dihadapi
keluarga harus menjadi perhatian. Oleh karena itu, diharapkan perawat
dapat menjadi sumber informasi yang valid dan mambantu
mengembangkan potensi-potensi yang ada sehingga keluarga mempunyai
kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan masalah kesehatan
yang ada didalam keluarga.
1. Keluarga Tn. T jarang menerapkan 6 langkah mencuci tangan
2. Masalah keperawatan keluarga
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada kunjungan
pertama, didapatkan bahwa Ny. E pernah mendapatkan edukasi dari
klinik mengenai masalah 6 benar mencuci tangan dan sekarang jarang
dan lupa cara 6 benar mencuci tangan dan apabila keburuh-buruh Ny.
M hanya mencucisaja tanpa melakukan 6 benar mencuci tangan.

B. Proses Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan :
Manajemen Kesehatan tidakefektif didalam keluarga Tn. T
berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang penyakit yang
diderita Ny. E
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit, Keluarga
Tn. T mampu menjelaskan kembali tentang apa saja yang telah
dilakukan dalam pemecahan masalah kesehatannya
3. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mampu menerapkan :
a. 6 benar mencuci tangan
b. Mencuci tangan mengunakan air mengalir
c. Memcuci tangan pakai sabun kurang lebih 40-60 detik
d. Mencuci tangan sebelum makan dan BAB
e. Setelah menejamah makanan,menyusui dan beraktivitas

C. Implementasi Tindakan Keperawatan


Metode : Diskusi dan Tanya Jawab
Media dan Alat : Alat Tulis, Poster PHBS 6 Benar mencuci tangan
TTV
Waktu dan tempat : 8 September 2021 : Pukul 17.00 WITA Di RT 06,
sempaja Timur kelurahan Sempaja Utara. Rumah Tn. T

D. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Keluarga Tn. T dapat berkerja sama dengan mahasiswa dan bersikap
kooperatif
b. Evaluasi Proses
1. Keluarga terlihat sangat antusias dalam menerapkan 6 benar mencuci
tangan .
2. Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang baik
3. Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung
c. Evaluasi Hasil
3. Kegiatan berlangsung sesuai dengan waktu yang ditentukan
4. Adanya kesepakatan antara keluarga dengan mahasiswa dalam
melaksanakan implementasi keperawatan selanjutnya.
LAPORAN PRE-PLANNING PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG
BIANG KERINGAT

Dosen Koordinator : Ns. Siti Mukaromah, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Dosen Pembimbing Akademik : Ns. Rusdi, M.kep

Disusun Oleh :

Gibson Lie

P2002024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN KEEMPAT PENYULUHAN
KESEHATAN PADA KELUARGA Tn.H Tanggal 10 September 2021

A. Latar Belakang
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan
kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan
perbaikan kearah perilaku hidup dan sehat. Adanya kesulitan,
kebinggungan serta ketidak mampuan yang dihadapi keluarga harus
menjadi perhatian. Oleh karena itu, diharapkan perawat dapat menjadi
sumber informasi yang valid dan mambantu mengembangkan potensi-
potensi yang ada sehingga keluarga mempunyai kepercayaan diri dan
mandiri dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada didalam
keluarga.
1. Keluarga Tn. T mengeluh pada bagian leher, tangan dan kainya
terdapat bintik-bintik merah
2. Masalah keperawatan keluarga
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada kunjungan
pertama, didapatkan bahwa Ny. E mengatakan pernah digaruk dan
biasa kalau keringat pasti gatal

B. Proses Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan :
Manajemen Kesehatan tidakefektif didalam keluarga Tn. T
berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang penyakit yang
diderita Ny. E
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit, Keluarga
Tn. T mampu menjelaskan kembali tentang apa saja yang telah
dilakukan dalam pemecahan masalah kesehatannya
3. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mampu menjelaskan :
a. Pengertian Biang Keringat
b. Penyebab Biang keringat
c. Tanda dan Gejala Biang Keringat
d. Penanganan Biang keringat

C. Implementasi Tindakan Keperawatan


Metode : Diskusi dan Tanya Jawab
Media dan Alat : Alat Tulis, Poster Biang Keringat
Waktu dan tempat : 10 September 2021 : Pukul 17.00 WITA Di RT 06,
sempaja Timur kelurahan Sempaja Utara. Rumah Tn. H

D. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Keluarga Tn. T dapat berkerja sama dengan mahasiswa dan bersikap
kooperatif
b. Evaluasi Proses
1. Keluarga terlihat sangat antusias dalam diskusi dan memberikan
pertanyaan-pertanyaan
2. Keluarga dapat memerikan respon verbal dan non verbal yang baik
3. Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung
c. Evaluasi Hasil
1. Kegiatan berlangsung sesuai dengan waktu yang ditentukan
Adanya kesepakatan antara keluarga dengan mahasiswa dalam
melaksanakan implementasi keperawatan selanjutnya.
LAPORAN PRE-PLANNING PENYULUHAN KESEHATAN
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

(Protokol Kesehatan 5M + PHBS)

Dosen Koordinator : Ns. Siti Mukaromah, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Dosen Pembimbing Akademik : Ns. Rusdi, M.kep

Disusun Oleh :

Gibson Lie

P2002024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN KELIMA PENGKAJIAN PADA
KELUARGA Tn. H Tanggal 17 September 2021

A. Latar Belakang
1. Karakteristik Keluarga
Tn. T dan Ny. E jarang menerapkan 6 benar mencuci tangan dan tidak
memakai masker kalau keluar rumah. Ny. E mengatakan pernah
mendapatkan edukasi terkait protokol keshatan diapetik namun ketika
dirumah Tn. T dan Ny. M tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat secara efektif.
2. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
Data yang perlu dikaji lebih lanjut adalah tentang bagaimana peneraan
phbs pada saat dirumah Tn.T dan Ny. E
3. Masalah keperawatan keluarga
Masalah yang diatasi pada kunjungan saat ini adalah memberikan
pendidikan kesehatan mengenai cara enerapan protokol kesehatan yang
dilakukan dirumah Tn. T dan Ny. E

B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan
Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan keluarga mengenai
tentang protokol kesehatan 5M + PHBS
3. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang protokol kesehatan 5M+PHBS
b. Mampu menerapkan Protokol kesehatan dirumah maupun diluar
rumah
c. Mampu menjaga kesehatan keluarga dengan patuhi protokol
kesehatan
C. Rencana kegiatan
1. Nama Kegiatan : Pendidikan kesehatan tentang
Protokol kesehatan 5 M + PHBS
2. Sasaran : Keluarga Tn. T
3. Metode : Diskusi
4. Media dan Alat : Poster Protokol kesehatan
5M+PHBS
5. Hari/Tanggal : Jumat, 17 September 2021
6. Waktu : Pukul, 17:00-selesai
7. Rencana Proses Kegiatan:
Tahap kegiatan waktu
pelaksanaan Materi Sasaran
Orientasi 1. Memberi salam dan Mendengarkan 2 menit
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
Kerja 1. Mengetahui pentingnya Patuhi Mendengarkan 10 Menit
protokol kesehatan.
2. Mengetahui manfaat Protokol
kesehatan
3. Mengetahui cara menerapkan
protokol kesehatan dengan baik
4. Mengetahui 5M+ PHBS
Terminasi 1. Mengevaluasi Menjawab 3 menit
2. Mampu menerapkan Pertanyaan
5M+PHBS secara mandiri Mendengarkan
dirumah
.
8. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria struktur:
1) Membuat laporan pendahuluan sebelum pelaksanaan
kegiatan
2) Melakukan kontrak waktu dengan keluarga Tn. T
3) Tempat tersedia dengan baik
4) Media penkes memadai
5) Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan rencana
b. Kriteria proses:
1) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang
direncanakan
2) Keluarga Tn. T berperan aktif selama kegiatan
berlangsung
c. Kriteria Hasil
1) Keluarga Tn. T mengetahui Penerapan
protokol kesehatan dengan baik.
LAMPIRAN MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG PROTOKOL KESEHATAN 5M+PHBS

A. Pentingnya Menerapkan Protokol Kesehatan


Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai
penularan covid-
19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru. Mengingat cara
penularannya berdasarkan droplet infection dari individu ke
individu, maka penularan dapat terjadi baik di rumah, perjalanan,
tempat kerja, tempat ibadah, tempat wisata maupun tempat lain
dimana terdapat orang berinteraksi sosial.
B. Pencegahan Penularan Pada Individu
1. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai
sabun dan air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan
cairan antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20-30
detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan
yang tidak bersih.
2. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi
hidung dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan
orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin
dapat menularkan covid-19).
3. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk
menghindari terkena droplet dari orang yang yang batuk atau
bersin. Jika tidak memungkin melakukan jaga jarak maka dapat
dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis
lainnya.
4. Membatasi diri terhadap interaksi/kontak dengan orang lain yang
tidak diketahui status kesehatannya.
5. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti
pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
6. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup
bersih dan sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas
fisik minimal 30 menit sehari, istirahat yang cukup termasuk
pemanfaatan kesehatan tradisional.

C. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Menggunakan Masker


1. Cuci tangan sebelum menyentuh masker.
2. Periksa dulu apakah masker sudah rusak atau kotor.
3. Kenakan masker dan sesuaikan dengan wajah sehingga tidak ada
celah di seluruh sisi.
4. Tutup mulut, hidung, dan dagu dengan masker.
5. Hindari menyebtuh masker.
6. Cuci tangan sebelum melepas masker.
7. Jika menggunakan masker kain yang akan digunakan kembali,
simpan masker di dalam plastik bersih atau kantong yang dapat di
tutup kembali jika masker tidak kotor atau basah.

8. Ambil masker dengan memegang talinya dulu jika akan mengambilnya


dari tas
9. Cuci masker kain dengan sabun atau detergen, disarankan
menggunakan air panas setidaknya sekali per hari.
10. Jika menggunakan masker sekali pakai, buang masker setelah
digunakan ke tempat sampai dengan memegang talinya.
11. Cuci tangan setelah melepas masker.

D. Hal-hal Yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Menggunakan Masker


1. Jangan memakai masker jika terlihat sudah rusak.
2. Jangan memakai masker yang sudah longgar.
3. Jangan memakai masker dibawah hidung.
4. Jangan melepas masker ketika berada di kerumunan orang dengan
jarak setidaknya 1 meter.
5. Jangan memakai masker yang membuat sulit bernapas.
6. Jangan memakai masker yang kotor atau basah.
7. Jangan berbagi pakai masker dengan orang lain
Referensi:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020
Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Alergi Terhadap
Makanan

Anda mungkin juga menyukai