Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN MORFOLOGI ERITROSIT PADA SPESIMEN

DARAH K3EDTA YANG SEGERA


DIPERIKSA DAN DITUNDA SELAMA 3 JAM
MANUSCRIPT

AGNES CINTHIA
G1C014016

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018

http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
PERBEDAAN MORFOLOGI ERITOSIT PADA SPESIMEN DARAH K3EDTA YANG
SEGERA DIPERIKSA DAN DITUNDA SELAMA 3 JAM
Agnes Cinthia1, Andri Sukeksi2, Budi Santosa2
1. Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang.
2. Laboratorium Hematologi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Info Artikel Abstrak


Sediaan apus darah tepi merupakan suatu pemeriksaan untuk
menghitung jenis dan mengidentifikasi morfologi darah. Sediaan
apus darah yang meiliki kriteria yang baik antara lain lebar,
panjang tidak memenuhi seluruh kaca obyek, ketebalan yang
gradual, tidak berlubang dan memiliki pengecatan yang baik.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi morfologi eritrosit
yaitu lamanya penyimpanan sampel, penundaan waktu
pemeriksaan sampel darah dengan antikoagulan K3EDTA
Keywords maksimal yaitu 2 jam, apabila lebih dari 2 jam akan menyebabkan
Morfologi eritrosit, pemeriksaan kelainan morfologi sel misalnya krenasi. Jenis penelitian ini adalah
segera, pemeriksaan ditunda eksperimen, yaitu sampel diberikan perlakuan kemudian dilakukan
selama 3 jam pemeriksaan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa DIV Analais Kesehatan semester tujuh FIKKES
UNIMUS yang berjumlah 16 orang yang dipilih secara acak
dengan teknik sampling menggunakan Simple Random Sampling.
Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hasil dengan pemeriksaan segera
18,8% memiliki kriteria baik dan 81,3% memiliki kriteria buruk
dan untuk pemeriksaan ditunda selama 3 jam 12,5% memiliki
kriteria baik dan 87,5% memiliki kriteria buruk. Berdasarkan hasil
analisis uji Chi-square, nilai p-value 0,025 < (0,05), maka
disimpulkan bahwa ada perbedaan morfologi eritrosit pada
specimen darah K3EDTA yang segera diperiksa dan ditunda
selama 3 jam.

*Coresponding Author
Agnes Cinthia
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia 50273.
E-mail : Agnescinthia234@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
Pendahuluan peningkatan atau penurunan palsu jumlah
Sel darah merah atau eritrosit trombosit.
merupakan sel yang paling sederhana didalam Pemeriksaan menggunakan darah EDTA
tubuh. Sel darah merah yang dimasukkan sebaiknya dilakukan segera, bila terpaksa
dalam larutan hipertonis akan mengalami ditunda sebaiknya memperhatikan batas waktu
krenasi (pengerutan), sedangkan apabila penyimpanan untuk masing – masing
eritrosit berada dalam lingkungan yang pemeriksaan. Pemeriksaan hitung jumlah
hipertonis, maka osmosis akan terjadi dari luar leukosit bila disimpan pada suhu kamar harus
kedalam sel yang akan menyebabkan sel akan diperiksa dalam waktu kurang dari dua jam
menggembung hingga cell burst. Eritrosit tidak karena leukosit mengalami perubahan morfologi
meiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak (Heckner,1999). Pemeriksaan apus darah tepi
dalam darah. Eritrosit mengandung harus diperiksa dalam waktu kurang dari 1 jam.
hemoglobin, yaitu protein yang mengandung Sel aktif masih melakukan metabolisme
besi, berperan dalam transpor oksigen dan walaupun sudah berada diluar organ sehingga
karbondioksida didalam tubuh. dalam bat as waktu kurang dari 6 jam dan
Eritrosit sangat diperlukan dalam proses jumlah trombosit kurang dari 1 jam (Witono,
oksigenisasi organ tubuh untuk mengetahui Publabkes).
keadaan eritrosit, secara tidak langsung dapat Dari jurnal (Astarini,2014) yang say a
diketahui juga keadaan organ tubuh seseorang baca telah melakukan penelitian dengan judul
(Hoffbrand, 2006). “Pengaruh penyimpanan darah EDTA terhadap
Morfologi eritrosit adalah gambaran dari jumlah dan morfologi sel” dengan hasil pada
sel darah merah yang dinilai dari penundaan setelah 2, 4 dan 6 jam. Sedangkan
ukuran,bentukdanwarnanya,kelainan morfologi pada waktu 3 jam belum ada yang meneliti,
eritrosit dipengaruhi oleh keadaan patologis sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
seperti pada penderita anemia, perlakuan pada
sampel juga mempengaruhi kualitas pada Bahan dan Metode
morfologi eritrosit seperti apusan darah, Jenis penelitian ini adalah eksperimen,
pengecatan, dan perbandingan volume yaitu sampel diberikan perlakuan kemudian baru
antikoagulan dengan darah. Morfologi eritrosit dilakukan pemeriksaan sampel. Penelitian ini
dapat dilihat dengan cara membuat sediaan apus dilaksanakan diLaboratorium Hematologi
darah (Kosesih, 2008). Universitas Muhammadiyah Semarang dengan
International Council for Standards in sampel penelitian yaitu 16 orang mahasiswa
Hematology (ICSH) telah merekomendasikan DIV Analis Kesehatan semester tujuh FIKKES
penggunaan K2EDTA sebagai antikoagulan Universitas Muhammadiyah Semarang.
untuk pemeriksaan hematologi rutin, akan tetapi Pemeriksaan morfologi eritrosit ini
sampai saat ini sebagian besar laboratorium dilakukan dnegan metode apusan darah tepi.
masih menggunakan K3EDTA (Perotta,1998). Alat dan bahan yang digunakan adalah spuit
K3EDTA mempunyai stabilitas yang lebih baik 3mL, tourniquet, hepafiks, kapas alkohol, objek
dari pada garam EDTA yang lain karena glass, deck glass, mikropipet 10µl, alkohol 70%,
mempunyai PH mendekati PH darah, namun bila darah vena responden, methanol, Giemsa,
digunakan K3EDTA lebih banyak dari pada aquadest, antikoagulan K3EDTA. Data yang
ukuran yang dibutuhkan dapat menyebabkan diambil adalah data primer dari hasil
terjadinya perubahan pada morfologi neutrofil, pemeriksaan. Data yang diperoleh disajikan
seperti pembengkakan hilangnya lobus dalam bentuk tabel kemudiandianalisis secara
neutrophil dan seakan mengalami disintegrasi statistik menggunakan uji Chi Square.
yang dapat menyebabkan trombosit
membengkak dan dapat menyebabkan
fragmentasi trombosit yang menyebabkan

http://repository.unimus.ac.id
membran eritrosit sehingga membran eritrosit
HASIL menjadi lemah dan tidak stabil, eritrosit akan
Tabel 3. Gambar Hasil Pengamatan Mikroskopis membengkak dan terbentuk tonjolan – tonjolan
berdasarkan pemeriksaan segera dan penundaan dipermukaannya sehingga menyebabkan
pemeriksaan selama 3 jam. perubahan bentuk dari discoid menjadi
Waktu penundaan Mikroskopis echinocyte (Wirawan R,2010).
Pemeriksaan Baik Buruk
Pemeriksaan 3 13 Kesimpulan
segera 1. Rerata nilai kelainan morfologi (krenasi) sel
Pemeriksaan 2 14 eritrosit dengan antikoagulan K3EDTA
ditunda selama 3 dengan pemeriksaan segera adalah 18,8%
jam memiliki kriteria morfologi (krenasi) sel
Berdasarkan hasil pengamatan eritrosit baik dan 81,3% memiliki kriteria
mikroskopis terhadap 16 sampel (tabel 3) morfologi (krenasi) sel eritrosit buruk.
ditemukan bahwa preparat apusan darah tepi 2. Rerata nilai kelainan morfologi (krenasi) sel
dengan cara pemeriksaan segera dan eritrosit dengan antikoagulan K3EDTA
pemeriksaan ditunda selama 3 jam menunjukkan dengan pemeriksaan ditunda selama 3 jam
hasil yang berbeda, yaitu untuk memiliki kriteria adalah 12,5% memiliki kriteria morfologi
baik dan 13 sampel memiliki kriteria buruk. Dan (krenasi) sel eritrosit baik dan 87,5%
untuk pemeriksaan ditunda selama 3 jam memiliki kriteria morfologi (krenasi) sel
menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu eritrosit buruk.
diperoleh 2 sampel memiliki kriteria baik dan 14 3. Ada perbedaan morfologi eritrosit pada
sampel memiliki kriteria buruk. specimen darah K3EDTA yang segera
diperiksa dan ditunda selama 3 jam.
Diskusi
Setelah hasil dilakukan dengan uji chi SARAN
square didapatkan hasil adanya perbedaan Diharapkan peneliti selanjutnya
morfologi eritrosit pada spesimen darah diharapkan agar meneliti lebih dalam lagi pada
K3EDTA yang segera ditunda dan ditunda morfologi eritrosit, seperti melakukan
selama 3 jam, karena selama penyimpanan sel – pengamatan tidak hanya eritrosit saja tetapi
sel darah mengalami perubahan biokimiawi, leukosit dan trombosit.
biomekanis, dan reaksi imunologis , menyeb
abkan terjadinya kerusakan Ucapan Terimakasih
struktural/morfologis yang dikenal sebagai Peneliti mengucapkan terimakasih yang
storage lesion.Eritrosit adalah sel darah yang sebesar-besarnya kepada Ibu Andri Sukeksi,
paling mudah mengalami kerusakan ini. SKM, M.Si selaku pembimbing pertama yang
Konsentrasi antikoagulan yang tidak tepat juga telah membimbing dan memberikan arahan
dapat menyebabkan gangguan tonisitas, dalam penyusunan Tugas Akhir ini, bapak Dr
menyebabkan pembengkakan sel, hemolisis, Budi Santosa, M.Si, Med selaku pembimbing
atau krenasi (Wirawan R,2010). Krenasi adalah kedua yang juga memberikan masukan dan
bentuk eritrosit yang mengkerut dan timbul motivasi dalam penyusunan Tugas Akhir ini, ibu
tonjolan – tonjolan pada permukaannya. Krenasi Dr. Stalis Norma Ethica, M.Si selaku penguji
biasanya terbentuk pada darah yang dibiarkan yang telah membantu dan membimbing dalam
dalam waktu yang cukup lama yang berarti juga penyusunan Tugas Akhir ini, kepada orang tua
semakin lama terpapar dengan antikoagulan. dan keluarga yang telah memberikan semangat
Perubahan bentuk eritrosit ini dapat disebabkan dan motivasi dan teman-teman seperjuangan
oleh pengaruh faktor intrinsik seperti yang telah memberi bantuan dan dukungan
berkurangnya adenosin triphosphat (ATP) atau selama penyusunan skripsi.
karena faktor ekstrinsik seperti peningkatan pH
antikoagulan. Selain itu, antikoagulan akan
menyebabkan penurunan tegangan permukaan

http://repository.unimus.ac.id
Onggowaluyo, JS. 2001. Parasitologi Medik 1
Helmintologi: Pendekatan Aspek
Referensi Identifikasi, Diagnosis dan
Buleti. 2007. Tahapan Pemeriksaan Klinik;Edisi 1. Editor: Monica
Laboratorium. Universitas Ester. Jakarta:EGC. Hal 12 – 17.
Udayana. Bukit Jimbaran.
Departemen Kesehatan RI.1993. Pedoman
Pengujian dan Pengembangan
Fitofarmaka, Penapisan
Farmakologi, Pengujian Fitokimia
dan Pengujian Klinik. Jakarta:
Depkes RI pp 15-17.
FritzHeckner,Alih bahasa dr.WitaJ. Sowono,
Atlas Hematologi, Edisi 9,EGC,
Jakarta,1999
Gandasoebrata.R.2007.Penuntun Laboratorium
Klinik. Dian Rakyat. Jakarta
Ganong.2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
.Jakarta : EGC.
Hoffbrand A. V.2006. Kapita Selekta
Hematologi ,Edisi 4 EGC. Jakarta
Kee, Joyce LeFever.2012. Pedoman
Pemeriksaan Laboratorium dan
Diagnostik.Jakarta :Penerbit Buku
Kedokteran EGC,2012.
Kiswari R,2014. Hematologi dan Tranfusi
.Erlangga,Jakarta.
Pamungkas KP,2014. Gambaran Morfologi
Eritrosit Dengan Perbandingan
Lama Fiksasi. Universitas
Muhammadiyah Semarang,
Semarang.
KosesihEN.2008.Tafsir Hasil pemeriksaan
Laboratorium. Karisma Publishing
Grup.Ciputat.
Longo, Dan L. MD., Kasper, Dennis L. MD., et
al. 2012. Harrison’s Principle of
Internal Medicine ed.18 Chapter
231: Rheumatoid Arthritis.
McGraw-Hill Companies,Inc. USA.
Natalia EY.2015.Kelainan Darah.Penerbit :
Nuha Medika. Cetakan pertama,
Juli. Yogyakarta

http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai