Anda di halaman 1dari 98

ANALISIA KUALITAS MANAJEMEN PERUSAHAAN

DENGAN DEMING PRIZE


DI. PT TEMPRINA MEDIA GRAFIKA SURABAYA

SKRIPSI

Disusun Oleh :

RENDHI TADHIKA FURI


0432010154

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya

penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir (Skripsi) dengan judul “Analisis

Kualitas Manajemen Perusahaan Dengan Deming Prize Di PT. Temprina

media grafika”, yang merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh

mahasiswa jenjang pendidikan Strata satu (S-1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

untuk meraih gelar Kesarjanaan.

Atas tersusunnya penulisan Tugas Akhir (Skripsi) ini, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ir. M. Tutuk Safirin, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas

Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ir. Erlina Puramawati, MT selaku Dosen Pembimbing Pertama dalam

penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan yang bapak berikan

kepada penulis.

5. Ir. Endang Pudji Widjajati, MMT selaku Dosen Pembimbing Kedua dalam

penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan yang bapak berikan

kepada penulis.

6. Semua Dosen Pengajar serta Staff Jurusan Teknik Industri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur atas segala bantuannya.


7. Teman-temanku angkatan 2004 terlebih pararel C, terima kasih atas

dukunganya selama ini.

8. Dan semua pihak yang telah banyak membantu di dalam penyelesaian tugas

akhir ini.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikannya yang telah

bersedia membantu dan membimbing penulis didalam menyusun Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir (Skripsi) ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Penulis sangat berharap

semoga Tugas Akhir ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita.

Hormat Kami,

Penulis
ABSTRAKSI

Dalam era indusrtialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, cakupan persaingan telah
berubah karena itu semakin banyak perusahaa telah mengubah strateginya untuk dapat bersaing
dalam pasar domestik maupun luar negeri. Untuk menjaga konsistensi mutu produk dilakukan
pengendalian mutu atau kualitas suatu produk.

PT. Temprina Media Grafika adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri
percetakan. Kondisi sistem manajemen perusahaan secara umum telah melakukan Quality Control
(QC) terhadap perusahaannya. Namun Quality Control (QC) yang dilakukan oleh perusahaan lebih
banyak difokuskan terhadap kualitas produknya, sehingga belum terlihat jelas bagaimana usaha-
usaha perusahaan tersebut dalam menangani ha;-hal yang berhubungan dengan internal perusahaan,
karena kondisi internal yang baik merupakan awal dari kesuksesan. Untuk meningkatkan kualitas
internal, maka PT. Temptina Media Grafika harus menjadi organisasi yang selalu mengutamakan
Continous Improvement Quality dan menerapkan Manajemen Kualitas dengan tepat dan benar.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin membandingan quality management PT. Temprina
Media Grafika dengan kriteria yang ditetapkan Deming melalui media kuisioner. Kriteria yang
diambil yaitu berdasarkan 10 kategori Deming Prize, dimana Deming Prize sendiri dibentuk dari 14
point Deming (Deming’s Management). Deming Prize adalah penghargaan yang diberikan kepada
suatu organisasi atau perusahaan yang secara konsisten menerapkan quality control.

Berdasarkan hasil analisa data, maka didapatkan hasil dimana nilai (score) performansi
untuk keadaan organisasi / perusahaan sebesar 4,09 ; proses kerja yang dilakukan sebesar 2,32 ;
tools / alat manajemen sebesar 1,57 ; dan analisa output organisasi / perusahaan sebesar 3,61. Nilai
– nilai tersebut telah melebihi target score yang telah ditetapkan masing – masing variabel. Hal ini
berarti secara umum variabel – variabel yang diteliti telah sesuai dengan kebijakan Total Quality
Management berdasarkan Deming’s management. Pada kategori visi untuk masa depan perbaikan
dilakukan dengan membentuk wadah organisasi yang menampung masukan para karyawan,
kategori orientasi pelanggan perbaikan dilakukan dengan mengadakan pelatihan tentang customer
oriented. Untuk perbaikan kategori wewenang tertinggi dengan meminta opini secara langsung dan
menyediakan kotak saran, perhatian akan kualitas memberikan pengarahan kepada karyawan dalam
menjalankan kebijakan Quality Improvement (Perbaikan Kualitas),pada kategori ide baru
memberikan sarana untuk para karyawan agar dapat memberi masukan-masukan kepada pengambil
keputusan, kategori pengukuran memberikan pelatihan keterampilan dan pemahaman pentingnya
kualitas dan untuk kategori penghargaan melakukan penghargaan dengan memberikan penghargaan
berupa kenaikan jabatan/gaji. Untuk Kategori komunikasi melakukan workshop dan menerbitkan
koran/majalah perusahaan yang memuat informasi tentang perbaikan kualitas dan untuk kategori
pelatihan memberikan pelatihan dan pendidikan yang berhubungan dengan pengendalikan kualitas.

Keywords : Manajemen Kualitas, Deming Prize, Continous Improvement Quality, target


score
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu perusahaan perlu meningkatkan performansinya terutama dari segi

kualitas dalam usaha mempertahankan diri dan bersaing dengan perusahaan lain,

karena kualitas merupakan faktor yang penting dalam persaingan era global saat

ini. Oleh karena itulah, perusahaan perlu melakukan pengukuran terhadap

performansinya sehingga dapat mengetahui dimana posisi perusahaan saat ini, dan

bagaimana dapat meningkatkan performansinya tersebut. Salah satu cara yang

dapat dilakukan adalah dengan mengetahui persepsi para karyawannya mengenai

perusahaan berdasarkan ukuran–ukuran yang telah ditetapkan sehingga

perusahaan dapat mengetahui performansinya dan mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

PT. Temprina Media Grafika terletak di jalan Kebon Agung 45 Surabaya,

yang bergerak dalam industri percetakan, proses produksinya berdasarkan

pemesanan (Job Order). Sistem manajemen mutu hanya menekan pada upaya

peningkatan terus menerus berdasarkan kesadaran mandiri tetapi belum ada

pengukuran kualitas secara baku.

PT. Temprina Media Grafika mempunyai misi sebagai berikut menjadikan

perusahaan dengan kinerja sehat yang dikelola secara profesional dan inovatif

dengan berorientasi pada peningkatan kualitas produk dan pelayanan pelanggan.

Secara umum perusahaan ini telah melakukan Quality Control (QC) namun QC
yang dilakukan perusahaan lebih banyak dititik beratkan pada kualitas produknya

dan kualitas yang berfokus pada pelanggan. Dalam perbaikan kualitas tidak hanya

pada produk namun juga elemen yang mendukung terciptanya produk itu sendiri,

seperti tenaga kerja, mesin dan lain – lain. Pada kualitas produk harus ditunjang

oleh kualitas internal perusahaan sehingga dengan sendirinya akan mempengaruhi

kualitas produk yang dihasilkan. Dan hal – hal yang berkaitan dengan kualitas

internal perusahaan seperti, komunikasi yang masih kurang, pelatihan terhadap

karyawan yang masih kurang, job description yang belum terstruktur, kebanggaan

karyawan atas pekerjaan masih perlu ditingkatkan, dan lain – lain yang masih

kurang diperhatikan.

Upaya peningkatan kualitas dapat dilakukan dengan penerapan

manajemen kualitas terpadu ( Total Quality Management ), salah satunya dengan

menggunakan suatu pemantauan yang didasarkan pada Deming Prize. Deming

Prize adalah suatu penghargaan yang diberikan pada perusahaan baik itu jasa

maupun manufaktur yang berhasil atau sukses dalam menjalankan kriteria –

kriteria yang ada dalam Deming Prize, dan selalu mengadakan perbaikan kualitas

secara terus – menerus.

Berdasarkan gambaran umum aplikasi Deming diatas, peneliti berusaha

membandingkan quality management di perusahaan dengan kategori Deming.

Deming Prize memiliki 10 kategori yang dibentuk dari 14 point Deming, yang

intinya perusahaan dituntut untuk selalu mengadakan perbaikan akan kualitas

secara terus menerus, baik secara eksternal maupun secara internal.


1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah :

“Sebarapa besar kualitas pelaksanaan manajemen perusahaan untuk

pencapaian Total Quality Management yang sesuai Deming Prize di PT.

Temprina Media Grafika”

1.3. Batasan Masalah

Batasan dari permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :

1. Pengamatan khusus mengarah pada kualitas internal perusahaan berdasarkan

kategori/ kriteria Deming Prize, dan tidak melibatkan pada kualitas eksternal.

2. Penelitian di lakukan pada juli 2009 hingga selesai.

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi maka penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Untuk menganalisis kualitas pelaksanaan manajemen perusahaan berdasarkan

deming prize.

2. Usulan perbaikan pada kategori-kategori yang tidak memenuhi.

1.5. Asumsi

Adapun asumsi – asumsi yang dibuat berdasarkan penelitian yang dilakukan

adalah :
1. Data-data internal yang diambil dari data perusahaan dapat dipercaya (data

struktur organisasi, job discription, srategi dan target saat ini, dsb).

2. Kondisi tenaga kerja dan peralatan berjalan dengan normal.

3. Kategori/kriteria-kriteria yang terdapat dalam kuesioner sudah baik dan

benar dianggap sudah baik (kuisioner dibuat didasarkan atas kategori

Deming).

1.6. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari peneilitan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagi Universitas

- Universitas dapat mengetahui sejauh mana ilmu-ilmu yang telah

diberikannya kepada mahasiswa sehingga dapat diaplikasikan kedalam

kehidupan nyata.

- Diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang mengadakan

penelitian dengan permasalahan yang serupa dan untuk penelitian lebih

lanjut dimasa yang akan datang.

2. Bagi perusahaan :

- Mengetahui prosedur kerja yang ada pada deming.

- Perusahaan bagian produksi dan pengawasan mutu dapat merencanakan

kriteria dalam Deming Prize atau 14 point deming.


3. Bagi peneliti :

- Menambah pengetahuan mengenai manajemen kualitas suatu perusahaan,

karena peniliti terjun langsung mengamati kejadian riil dilapangan untuk

kemudian dibandingkan dengan kategori yang terdapat pada Deming Prize.

- Mampu merencanakan suatu kebijakan strategi bagi perusahaan khususnya

bagian produksi dan pemasaran, baik jangka panjang maupun pendek.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan dalam penyajian, penyusunan, dan pembahasan

laporan ini, maka penulisan laporan tugas akhir pada PT. Temprina Media Grafika

Surabaya, ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas hal-hal yang melatarbelakangi dilakukannya

penelitian ini, permasalahan yang akan diselesaikan, tujuan, manfaat,

dan batasan masalah dari penelitian ini, dan sitematika penulisan

laporan tugas akhir ini.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bagian ini menguraikan tentang teori, pendapat pakar, tulisan ilmiah

dan sejenisnya yang dibutuhkan untuk mendukung dan memberi

landasan konsep berpikir yang kuat dalam penelitian ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan langkah-langkah penelitian, mulai dari tahap

rumusan masalah, penilaian kinerja yaitu dari pembagian kuisioner,


pengolahan dan analisa kuisioner, dilanjutkan dengan perencanaan

strategi berdasarkan analisa kecocokan kriteria Deming.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab akan membahas proses pengolahan data dan analisis data

(kuisioner) untuk mendapatkan hasil yang diharapkan berdasarkan

rumusan yang ada pada bab tinjauan pustaka.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diberikan kesimpulan atas seluruh hasil penelitian yang

telah dilakukan dan akan diberikan saran-saran untuk penelitian lebih

lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

2.1. Kualitas

Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari

yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

kualitas biasanya menggambarkan karateristik langsung dari suatu produk seperti:

performansi (performance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan

(easy of use), estetika (esthetics), dan sebagainya.

Bagaimanapun para manajer dari perusahaan yang sedang berkompetisi

dalam pasar global harus memberikan perhatian serius pada definisi strategik,

yang menyatakan bahwa : kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi

keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the need of customers).

Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary), kualitas didefinisikan sebagai

totalitas dari karateristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk

memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau diterapkan. Kualitas seringkali

diartikan sebagai konformansi terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance

to the requirement) atau kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

Dengan demikian kualitas diartikan sebagai segala sesuatu yang

menentukan kepuasan pelanggan dan upaya perubahan ke arah perbaikan terus-

menerus sehingga dikenal istilah Q-MATCH (Quality = Meet Agreed Term and

Changes).

7
Kualitas mengacu pada pengertian pokok sebagai berikut :

1. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan

langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan

dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu.

2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau

kerusakan.

Berdasarkan pengertian kualitas, tampak bahwa kualitas selalu berfokus

pada pelanggan (customers focused quality). Dengan demikian produk-produk

didesain dan diproduksi diberikan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Karena

kualitas mengacu kepada segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan,

suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai

dengan keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan dengan baik serta diproduksi

(dihasilkan) dengan cara yang baik dan benar.

2.2. Manajemen Kualitas

Pada dasarnya Manajemen Kualitas (Quality Management) didefinisikan

sebagai satu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continous

performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap

area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan sumber daya manusia

dan modal yang tersedia. (Gaspersz, 2003)

ISO 8402 (Quality Vocabulary) mendifinisikan Manajemen Kualitas

sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang

menentukan kebijaksanaan kualitasn tujuan-tujuan dan tanggung jawab serta

mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas (quality


control), jaminan kualitas (quality assurance) dan peningkatan kualitas (quality

improvement). Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level

dari manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top

management) dan implementasinya harus melibatkan seluruh anggota organisasi.

Meskipun manajemen kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai versi,

namun pada dasarnya menejemen kualitas berfokus pada perbaikan terus menerus

untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Dengan demikian manajemen kualitas

berorientasi pada proses yang mengintegrasikan semua Sumber Daya Manusian

pemasok-pemasok (suppliers), dan pelanggan (customer), di lingkungan

perusahaan (corporate process), dan bukan suatu kebetulan belaka.

Dr. Joseph M. Juran salah seorang guru dalam manajemen kualitas

memberikan definisi tentang manajemen kualitas sebagai suatu kumpulan

aktivitas yang berkaitan dengan kualitas tertentu yang memiliki karakteristik

(Nasution, 2005) :

1. Kualitas menjadi bagian dan sikap agenda manajemen atas.

2. Sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis.

3. Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking, fokus adalah pada

pelanggan-pelanggan pada kesesuaian kompetisi ; di sana adalah sasaran untuk

peningkatan kualitas tahunan.

4. Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan.

5. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat.

6. Pengukuran ditetapkan seluruhnya.

7. Manajemen atas secara teratur maninjau kembali kemajuan dibandingkan

dengan sasaran.
8. Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik.

9. Sistem imbalan (reward system) diperbaiki.

Manajemen Kualitas (Quality Management) meninjau di mana ispeksi

dilakukan. Beberapa Modus manajemen kualitas antara lain (Hardjosoedarmo,

2004) :

I. Quality by inspection

I I
Supplier B C Customer
A

Tujuan :

1. Mencegah defect atau non-conforming product masuk pasar atau sampai

pada pelanggan.

2. Mencegah bahan baku yang buruk masuk proses produksi.

Kelemahan :

- Kesalahan baru diketahui pada akhir produksi.

- Umpan balik yang diperlukan untuk analisis persoalan dan pencegahan

sering terlambat sampai pada bagian yang membuat kesalahan dan harus

membetulkannya.

- Operator tidak peduli terhadap kesalahan yang dilakukan karena sudah ada

bagian yang menanganinya.

- Pekerjaan ulang kadang-kadang dilakukan tanpa sepengetahuan bagian

yang bertanggung jawab akan kesalahan yang terjadi.


II. Quality Control

Para inspektur ditempatkan pada awal dan akhir tiap proses.

I I I I
Supplier B C Customer
A

Kerugian :

- Membutuhkan lebih banyak inspektur

- Para operator hanya bergantung pada hasil evaluasi inspektor.

III. Built-in Quality Control

I
Supplier A+I B+I C+I Customer

Inspeksi dilakukan oleh operatornya sendiri. Mereka diberdayakan untuk

mencek pekerjaannya sendiri. Pada awal proses ditempatkan inspektur.

Dengan cara ini setiap pekerja dimotivasi untuk melakukan pekerjaannya

secara benar sejak awal dan bertanggung jawab penuh untuk mencegah defect

pada proses atau operator berikutnya yang berfungsi sebagai internal

customer. Untuk melakukan cara ini secara berhasil maka kecakapan tentang

kualitas harus dilatih terlebih dahulu dan juga ditanamkan sikap kualitas.

IV. Total Quality

Supplier A+I B+I C+I Customer


Di sini seluruh inspektur ditiadakan, termasuk inspektur untuk bahan baku

yang masuk. Hal ini dimungkinkan karena ada supplier-customer partership

sehingga supplier dilatih pelanggan tentang quality management. Dengan

melatih supplier dan operator untuk melakukan pekerjaannya secara benar

sejak awal maka kualitas tinggi dapat dicapai pada seluruh tahap produksi.

Dengan modus total quality dan tanpa inspeksi maka akan menurunkan biaya

operasi, memperpendek manufacturing lead time dan dapat mengendalikan

inventories dengan baik.

2.3. Dimensi Kualitas Produk

Menurut David Garvin (dalam Gaspersz, 2000) dimensi yang digunakan

untuk menganalisis karateristik kualitas produk manufaktur adalah sebagai

berikut :

1. Performansi (performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu

dan merupakan karateristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika

ingin membeli produk itu.

2. Feature merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi

dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pegembangannya.

3. Keandalan (reliability) berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu

produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu

dibawah kondisi tertentu. Dengan demikian keandalan merupakan karateristik

yang merefleksikan kemungkinan atau probabilitas tingkat keberhasilan

dalam penggunaan produk itu.


4. Konformansi (conformance) berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk

terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan berdasarkan keinginan pelanggan.

Konformansi merefleksikan derajat dimana karateristik desain produk dan

karateristik operasi memenuhi standar yang telah diteteapkan atau disebut

konformansi terhadap kebutuhan (conformance to requirement).

5. Durability merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karateristik ini

berkaitan ddengan daya tahan dari produk itu.

6. Kemampuan pelayanan (serviceability) merupakan karateristik yang

berkaitan dengan kecepatan, keramahan, kesopanan, kompetisi, kemudahan

dalam melakukan reparasi, penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika (aesthetics) merupakan karateristik yang bersifat subyektif sehingga

berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau

pilihan individual. Karateristik ini berkaitan dengan daya tarik produk

terhadap panca indera.

8. Kualitas yang dirasakan (perceived quality) bersifat subyektif, berkaitan

dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk itu. Kualitas yang

dipresepsikan yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab

perusahaan terhadapnya.

2.4. Deming Prize

Deming prize adalah suatu penghargaan diberikan pada suatu perusahaan,

baik itu jasa maupun manufaktur yang berhasil atau sukses dalam menjalankan

kriteria yang ada pada deming prize dan selalu mengadakan perbaikan akan

kualitas secara terus-menerus.


Beberapa penjelasan mengenai Deming Prize antara lain:

a. Deming Prize di Jepang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1951. Deming

telah menyebarkan virus di Jepang yang dikenal dengan “wabah Quality

control” yang telah membuat negara ini cepat pilih dari situasi krisis. Ia secara

khusus dikenal dengan ajarannya tentang Deming PDCA cycle.

(http://valessentia-id.com)

b. Deming Prize, terutama Deming Application Prize yang diberikan kepada

perusahaan, yang telah memberikan pengaruh yang sangat besar baik secara

langsung atau secara tidak langsung terhadap pengembangan pengendalian

kualitas/manajemen.

(http://www.deming.org/demingprize/)

c. Deming Prize: penghargaan yang diberikan setiap tahun kepada suatu

organisasi, menurut garis pedoman penghargaan, yang secara sukses

diterapkan bagi perusahan luas dengan dasar pengendalian kualitas pada

statistikal pengendalian kualitas dan akan terus menerus diberikan sepanjang

masa.

(http://www.gkmin.net/download/istilahkualitas/)

Untuk mengenang Dr. Deming yang dikeluarkan oleh The Union of

Scientist and Engineering (JUSE). Penghargaan ini dikeluarkan pada tahun 1950

dan diberikan tiap tahun pada perusahaan yang berhasil menerapkan quality

control dan management dengan baik. Tiap tahun JUSE memberikan 4 Deming

Prize dan satu award yaitu : Deming Award untuk individual yang berjasa pada

pengendalian kualitas dan metode statistika serta Deming Aplication Prize untuk
perusahaan yang melaksanakan dengan baik pengendalian kualitas perusahaannya

dan pengendalian mutu statistiknya.

Deming Application Prize untuk perusahaan adalah suatu penghargaan

tahunan yang diberikan kepada perusahaan yang telah mencapai suatu tingkatan

tertentu (menjalankan prinsip 14 point deming) dalam menerapkan total quality

management, tanpa memperhatikan jenis perusahaan, organisasi atau yang biasa

disebut divisi, dapat mengajukan permohonannya untuk mendapatkan prize yang

terpisah dari perusahaannya. Perusahaan maupun divisi perusahaan yang

mengajukan aplikasi akan mendapatkan form aplikasi (kuisioner) dari Deming

Application Prize Subcommitte untuk kemudian diisi dan diserahkan kembali

kepada pada badan tersebut untuk kemudian dianalisa, apakah perusahaan maupun

suatu divisi dalam perusahaan tersebut layak mendapatkan prize atau tidak. Disini

tidak ada batasan jumlah penerima penghargaan per tahunnya asalkan perusahaan

disini tidak ada batasan jumlah penerima penghargaan maupun divisi perusahaan

tersebut mampu memenuhi score yang ditetapkan, akan mendapatkan deming

prize.

Seleksi penerimaan itu sendiri dilakukan oleh The Deming Prize

Communitte. Mereka menerima usulan nama kandidat-kandidat individual yang

dicalonkan baik oleh perusahaan tempat bekerja maupun inisiatif sendiri untuk

kemudian diberi form aplikasi (kuisioner). Deadline aplikasi ini adalah tanggal 31

juli tiap tahunnya, tidak ada perbedaan atau pemisahan untuk kandidat yang

merekomendasikan oleh perusahaannya maupun yang mendaftar atas inisiatif

sendiri. Pertengahan oktober para kandidat mengisi form aplikasi (kuisioner).

Penghargaan ini sendiri diberikan oleh Nippon Keizai Shimbun (Japan Economic
Journal) dan nantinya akan dimuat dalam majalah bulanan yang diterbitkan oleh

JUSE yang berjudul “ Total Quality Management And Engineering “. Penyerahan

penghargaan ini sendiri pada bulan november dan mendapatkan medali Deming,

sertifikat dari Deming Prize Communitte serta hadiah dari Nippon Keizai Shimbun.

Dasar terbentuknya kesepuluh kategori diatas adalah dari nilai-nilai inti

dan konsep Deming yaitu 14 point Deming dan Siklus Deming.

Keuntungan dari penerapan model ini adalah :

1. konsisten dalam mengelola system kualitas

2. Fokus pada inovasi, kreatifitas dan nilai tambah pada konsumen.

3. Kebijakan manajemen lebih kepada tujuan jangka panjang dibandingkan

dengan pendapatan keuangan tahunan.

4. Berbagai variasi metode dalam mengelola kualitas setiap harinya, seperti

penerapan seven tools dan teknik-teknik statistika lainnya.

Keuntungan non teknis lainnya dari Deming Prize adalah diperbolehkannya

organisasi perusahaan dari Negara lain selain Jepang untuk menjadi peserta, dan

jenis organisasi boleh dari sector industri apapun.

Dr. Deming adalah bapak gerakan total quality management dengan

memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah dan pengendalian proses

statistic. Deming menganjurkan penggunaan SPC agar perusahaan dapat

membedakan penyebab sistematik dan penyebab khusus dalam menangani

kualitas. Ia berkeyakinan bahwa perbedaan atau variasi merupakan suatu fakta

yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan industri, kontribusi utama yang

membuatnya terkenal adalah Deming Cycle, Fourteen Points dan Seven Deadly

Diseases.
2.5. Siklus Deming (Deming Cycle)

Menurut Mardiono (2000) Deming Cycle dikembangkan untuk

menghubungkan antara produksi suatu produk dengan kebutuhan pelanggan, dan

memfokuskan sumber daya semua departemen (riset, desain, produksi,

pemasaran) dalam suatu usaha kerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Plan

Analyze Do

The Deming Cycle

Act Cheek

Gambar 2.1 Siklus Deming

(Sumber : Tjiptono & Diana, Total Quality Management, 2003, hal.51)

Tahap-tahap dalam Siklus Deming terdiri dari :

1. Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk

(plan).

2. Menghasilkan produk (do)

3. Memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (cheek)

4. Memasarkan produk tersebut (act)


5. Menganalisis bagaimana produk tersebut diterima dipasar dalam hal kualitas,

biaya, dan kriteria lainnya (analyze)

Ulangi lagi mulai dari langkah perencanaan diikuti dengan pengetahuan yang baru

dan ulangi juga langkah pengerjaan, Check, Act, Analyze sampai terbentuk suatu

proses peningkatan kinerja dari yang sebelumnya. Siklus deming ini selalu

berputar dan tidak akan pernah berhenti, karena perbaikan akan sesuatu tidak akan

pernah berhenti demikian pula halnya dengan kepuasan.

Siklus deming ini dikembangkan untuk menghubungkan antara suatu

produk dengan kebutuhan pelanggan dan memfokuskan sumber daya semua

departemen (riset, desain, produksi, pemasaran) dalam suatu usaha kerja sama

untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

2.6. Kriteria Deming Prize

Menurut Besterfield (1995) Empat belas point Deming ini merupakan

ringkasan dari keseluruhan pandangan W. Edwards Deming terhadap apa yang

harus dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melakukan transisi positif dari bisnis

sebagaimana biasanya sehingga menjadi bisnis berkualitas tingkat dunia.

Keempat belas point Deming terdiri dari :

1. Ciptakan keajegan tujuan dalam menuju perbaikan produk dan jasa, dengan

maksud untuk menjadi lebih dapat bersaing, tetap berada dalam bisnis, dan

untuk menciptakan lapangan kerja.

2. Adopsilah falsafah baru. Manajemen harus memehami adanya era ekonomi

baru dan siap menghadapi tantangan, belajar bertanggung jawab, dan

mengambil alih kepemimpinan guna menghadapi perubahan.


3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam bentuk mutu produk. Bentuklah

mutu sejak awal.

Biasanya bila pemeriksaan mutu kualitas dilakukan pada akhir proses, apabila

mutu/kualitas produk sudah baik, maka cenderung puas sampai disana.

Sedangkan bila mutu kualitas jelek atau cacat, akan susah dicari penyebab

cacatnya pada proses bagaimana terjadi cacat karena dilakukannya

pengamatan mulai dari awal sampai akhir.

4. Hentikan praktik menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang rendah.

Harga tidak menentukan apakah produk baik atau tidak. Baik atau tidaknya

suatu produk dilihat atau ditentukan dari kualitas produk itu. Untuk melihat

produk tersebut berkualitas atau tidak, kita harus mengetahui bagaimana

produk itu dibuat atau asal mula produk tersebut.

5. Perbaiki secara konstan dan terus menerus sistem produksi dan jasa, untuk

meningkatkan kualitas dan produktivitas, yang pada gilirannya secara konstan

menurunkan biaya.

6. Lembagakan on the job training.

Pembinaan untuk semua organisasi (mulai pimpinan sampai level karyawan

paling bawah) sangat diperlukan. Hal ini dilakukan dalam usaha menjaga agar

kualitas dapat terjaga dengan baik. Apakah itu kualitas produk ataupun

kualitas sumber daya manusia. Karena untuk membentuk kualitas seperti

diatas, diperlukan keahlian SDM yang memadai. On the job training sangat

diperlukan bagi semua lapisan karyawan mulai level pimpinan sampai pekerja.

Hal ini dimaksudkan untuk membiasakan diri atas pekerjaan. Kerja akan lebih

mudah untuk dikerjakan lebih baik.


7. Lembagakan kepemimpinan. Tujuan dari kepemimpinan haruslah untuk

membantu orang dan teknologi dapat bekerja dengan lebih baik.

8. Hapuskan rasa takut sehingga setiap orang dapat bekerja dengan lebih baik.

9. Hilangkan dinding pemisah antara departemen sehingga orang dapat bekerja

sebagai suatu team.

10. Hilangkan slogan, desakan, dan target bagi tenaga kerja. Hal-hal tersebut

dapat menciptakan permusuhan.

11. Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran. Gantikan dengan

kepemimpinan.

12. Hilangkan penghalang yang dapat merampok kebanggaan karyawan atas

keahliannya.

13. Giatkan program pendidikan dan self improvement.

14. Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang untuk

mengerjakannya.

Deming’s Seven Deadly Diseases ini merupakan ringkasan dari pandangan

deming terhadap factor-faktor yang dapat merintangi transformasi menuju bisnis

berkualitas tingkat dunia. Ketujuh factor tersebut yaitu :

1. Kurangnya keajegan tujuan yang merencanakan produk dan jasa yang

memiliki pasar yang cukup untuk dapat mempertahankan perusahaan dalam

bisnis dan menyediakan lapangan kerja.

2. Penekanan pada laba jangka pendek; pemikiran jangka pendek yang didorong

oleh ketakutan akan usaha-usaha pengambil alihan dan tekanan dari banker

dan pemilik saham untuk menghsilkan dividen.


3. Sistem pemeriksaan personal bagi manajer dan manajemen berdasarkan

sasaran tanpa menyediakan metode-metode atau sumber daya untuk mencapai

sasaran tersebut. Evaluasi prestasi, merit ratings, dan penilaian tahunan

merupakan bagian dari penyakit ini.

4. Job hopping oleh para manager

5. Hanya menggunakan data dan informasi yang tampak dalam pengambilan

keputusan, hanya memberikan sedikit pertimbangan atau bahkan tidak sama

sekali terhadap apa yang tidak diketahui atau tidak dapat diketahui.

6. Biaya medis yang terlalu berlebihan.

7. Biaya hutang yang berlebihan, yang dikarenakan pada pengacara yang bekerja

berdasarkan tariff kontingensi.

2.7. Kategori Deming Prize

The Deming Prize mempunyai 10 kategori, ke 10 kategori tersebut adalah :

1. kebijakan dan sasaran

Penilaian didasarkan pada kekonsistenan pada kebijakan yang dikeluarkan dan

dilakukan top manajemen.

2. Organisasi dan Manajemen

Penilaian didasarkan pada Company Wide Quality Control (CWQC)

iorganisasikan, dipromosikan dan diatur.

3. Information Accumulation and Utilization

Penilaian didasarkan pada cara pencarian data eksternal dan internal serta cara

penggunaannya.
4. Standardization

Penilaian didasarkan pada pengaruh prosedur dan praktek.

5. Education dan Dissemination (Human Resources)

Penilaian didasarkan pada cara pelatihan karyawan untuk menerapkan metode

statistika.

6. Quality Assurance

Penilaian didasarkan pada penggunaan pengembangan produk, dalam proses

dan maintenance.

7. Control (Maintenance)

Penilaian didasarkan pada penggunaan Quality Control Chart dan informasi

Quality Control.

8. Analysis of problems (Improvement)

Penilaian didasarkan pada prioritas usaha.

9. Efektifitas

Penilaian didasarkan pada pengukurannya, peningkatan keuntungannya,

peningkatan pangsa pasar, peningkatan kepuasan konsumen.

10. Future Planning

Penilaian didasarkan pada konsistensi rencana jangka panjang dan jangka

pendek.

Dasar terbentuknya ke 10 kategori diatas, adalah dari nilai-nilai inti dan

konsep deming (yaitu 14 point deming dan siklus deming), dimana dari masing-

masing kategori memiliki beberapa item-item. Dari nilai inti dan konsep dan ke

10 kategori diatas, terbagi atas 4 elemen dasar kerangka kerja, yakni :


1. Keadaan perusahaan secara umum.

Keadaan perusahaan secara umum disini, ingin mengetahui apakah seluruh

anggota (karyawan) di organisasi atau perusahaan atau divisi perusahaan

mengetahui tempat kerjanya, pengetahuan para karyawan (mulai top manajer

sampai lapisan karyawan yang paling bawah) ini meliputi awal dari

perusahaan, visi, inovasi, kebijakan kualitas yang diterapkan, keterlibatan top

manajemen, aturan penerapan dalam proses quality improvement, dll. Disini

dapat diketahui gambaran awal dari perusahaan seperti apa dan dari perbaikan

apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan tersebut.

2. Proses kerja yang dapat dilakukan.

Proses kerja yang diamati disini antara lain: job analisis, bagaimana sifat

kepemimpinan top manajemen, pelayanan bagaimana yang diberikan oleh

customer, tujuan dari divisi perusahaan, rencana kualitas apa yang diterapkan

pada divisi perusahaan, evaluasi kerja yang dilakukan, dll.

3. Penerapan manajemen perusahan.

Sebelum menerapkan manajemen, bagaimana yang akan dijalankan oleh

perusahaan. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: alat apa yang digunakan

untuk menjalankan manajemen yang baik, bagaimana menganalisa suatu

proses, usaha apa yang dilakukan untuk mengembangkan perusahaan, dll. Dari

hal-hal diatas, apakah dapat meningkatkan kualitas yang ada di perusahaan.

4. Analisa output perusahaan

Untuk menghasilkan output yang bagus, kita perlu mengetahui aturan kerja

atau work flow, kerja dari para karyawan, struktur organisasi yang diharapkan,
fasilitas yang mendukung proses, training atau pelatihan diharapkan untuk

memperbaiki skill para karyawan.

Keempat elemen dasar kerangka kerja diatas dibentuk, pada intinya ingin

mengetahui bagaimana penerapan kualitas disuatu organisasi atau perusahaan

Berikut ini adalah scoring untuk masing-masing elemen dasar :

1. Keadaan perusahaan secara umum

Tabel 2.1 Target score untuk keadaan perusahaan

KATEGORI TARGET SCORE


1. Kesadaran akan strategi organisasi 3,50
2. Visi untuk masa depan 3,50
3. Inovasi 3,50
4. Kebijakan kualitas yang diterapkan 3,50
5. Value system / etika 3,50
6. Keterlibatan pihak top manajemen 3,50
7. Komitmen mewujudkan tujuan 3,50
8. Aturan peningkatan kualitas 3,50
9. Perhatian peningkatan kualitas 3,50
10. Struktur peningkatan kualitas 3,50
11. Sadar akan produktivitas 3,50
12. Sikap / moral 3,50
13. Kerjasama 3,50
14. Keterlibatan 3,50
15. Persepsi lingkungan kerja 3,50
16. Interaksi sosial 3,50
17. Karakteristik tugas karyawan 3,50
18. Konsekuensi pembatas 3,50
19. Orientasi pelanggan 3,50
20. Komunikasi 3,50
Total (rata-rata score dibagi 20) 3,50
(Sumber : V. Daniel Hunt, Integrating Quality And Business Strategy, 1993, hal.110)
2. Proses Kerja

Tabel 2.2 Target score untuk proses kerja

KATEGORI TARGET SCORE


1. Job Analysis 1,50
2. Wewenang tertinggi 1,50
3. Perhatian akan kualitas 1,70
4. Kepemimpinan top manajer 1,55
5. Aktivitas pelayanan pelanggan 1,60
6. Definisi improvement 1,60
7. Tujuan unit kerja 3,50
8. Tujuan organisasi 3,50
9. Rencana penerapan kualitas 1,50
10. Renacana Strategi 1,50
11. Effisiensi organisasi 3,50
12. Investasi/penerapan teknologi 3,50
13. Metode/proses peningkatan 3,50
14. Ide baru 3,50
15. Masukan karyawan 1,40
16. Peningkatan yang dicapai 3,50
17. Pengukuran 1,50
18. Feedback 1,40
19. Evaluasi 1,50
20. Hasil yang didapat 1,00
21. Penghargaan 1,50
Total (rata-rata score dibagi 21) 2,12
(Sumber : V. Daniel Hunt, Integrating Quality And Business Strategy, 1993, hal.113)
3. Manajemen Perusahaan

Tabel 2.3 Target score untuk manajemen perusahaan

KATEGORI TARGET SCORE


1. Definisi tool/alat kerja 1,50
2. Assement/penilaian 1,30
3. Proses/ukuran analisa 1,50
4. Komunikasi 1,50
5. Perkembangan organasasi 1,50
Total (rata-rata score dibagi 5) 1,46
(Sumber : V. Daniel Hunt, Integrating Quality And Business Strategy, 1993, hal.114)

4. Output yang dihasilkan

Tabel 2.4 Target score untuk output yang dihasilkan

KATEGORI TARGET SCORE


1. Aliran kerja/delay 3,50
2. Fasilitas 3,50
3. Peralatan/equipment 3,50
4. Staffing 3,50
5. Pemborosan 3,50
6. Pelatihan 3,50
7. Struktur organisasi/struktur kerja 3,50
8. Supply bahan-bahan 3,50
9. Survey kualitas pada pelanggan 3,50
10. Kuantitatif/jumlah 3,50
11. Reliabilitas 3,50
Total (rata-rata score dibagi 11) 3,50
(Sumber : V. Daniel Hunt, Integrating Quality And Business Strategy, 1993, hal.116)
2.8 Model – Model Kualitas

Selain model Deming Prize, masih banyak konsep-konsep penilaian kinerja

yang hampir sejenis dengan deming prize, yaitu sama-sama award ataupun model

yang hasilnya memperoleh pengakuan seperti sertifikasi dari lembaga

internasional. Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mencari model yang

paling cocok dengan situasi dan kondisi perusahaan, yaitu PT. Lotus Indah Textile

Industries Oleh karena itu berikut ini akan dijabarkan 6 model kualitas selain

deming prize, berikut dengan penjelasan singkatannya.

Model mana yang memenuhi persyaratan untuk dipilih, perbandingan antar

model dan kemudian kenapa model deming prize dipilih dari ke 6 model tersebut,

adalah :

1. European Quality Award (EQA)

2. Australian Business Excellent Awards

3. The NASA Quality And Excellence Award

4. ISO 9000 Standarization

5. Malcolm Baldrige Award

6. McCarthy dan Keefe

Adapun masing-masing dari model kualitas diatas memiliki berbagai macam

pengertian atau pembahasan yang mungkin dapat dimengerti untuk membedakan

klasifikasi antara keenam model tersebut satu persatu.

2.8.1 European Quality Award (EQA)

Pada tahun 1988, 14 perusahaan Eropa Barat memprakarsai terbentuknya

European Foundation For Quality Management (EFQM) dengan focus

memperluas kedudukan organisasi-organisasi Eropa Barat di pasar dunia, dengan


mendorong dan membantu mengembangkan kualitas. Dengan landasan

penerimaan kualiats dipakai sebagai strategi untuk menghadapi persaingan global.

EFQM didukung oleh Organisasi Eropa untuk kualitas dan Komisi Eropa

mensposori pemberian European Quality Award kepada perusahaan yang telah

memenuhi criteria yang diperlukan.

European Quality Award terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. The European Quality Prize, diberikan kepada perusahaan yang mampu

menunjukkan praktek-praktek manajemen kualitas unggul dan cocok dengan

criteria yang ditentukan.

2. The European Quality Award, diberikan kepada para pelamar yang paling

sukses.

Misi dari European Quality Award adalah sebagai berikut :

1. Mendukung manajemen perusahaan-perusahaan Eropa Barat dalam

mempercepat proses penciptaan kualitas untuk mencapai keunggulan

kompetitif global.

2. Merangsang, dan apabila perlu, membantu semua segmen dari masyarakat

Eropa Barat untuk berpartisipasi dalam aktivitas perbaikan kualitas serta

mengembangkan kultur kualitas.

EQA menciptakan model sistem manajemen kualitas yang diberi nama

model keunggulan bisnis Eropa, atau sering disebut sebagai model Kualitas

Eropa. Kerangka kerja dari model kualitas Eropa dapat ditunjukkan dalam gambar

di bawah ini.
H
A
K Strategi dan Kepuasan
E S
Kebijakan Karyawan I
P (80) (90)
E L
M
I H
M P
A
P Manajemen R S
I O Kepuasan
Sumber Daya Pelanggan I
N Manusia S
(200) L
A (80) E
N S B
(140)
M I
U S
T Sumber Daya Dampak pada N
U (9) Masyarakat I
(100) (6) S

(150)

Gambar 2.2 Model Sistem Kualitas Eropa

(Sumber : Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2001, hal.338)

2.8.2 Australian Business Excellent Awards

The Australian Quality Awards (sekarang dinamakan Business Excellent

Awards) dikembangkan secara independent dari Baldrige Award, tahun 1988.

penghargaan ini dikelola oleh the Australian Quality Award Foundation, cabang

Australian Quality Council. Empat level penghargaan yang diberikan adalah :

1. The Business Improvement Level, merupakan penghargan bagi perusahaan

Australia yang memperoleh peningkatan kerja dengan level tertentu.

2. The Award Level, merupakan penghargaan bagi perusahaan Australia dengan

praktek-praktek terbaik, pengakuan sebagai pemenang atau finalis.

3. The Award Gold Level, terbuka untuk perusahaan yang telah memperoleh

penghargaan level 2.
4. The Australian Business Excellent Prize, terbuka untuk perusahaan yang telah

memperoleh penghargaan level 3, merupakan perusahaan yang memiliki

praktek-praktek terbaik internasional.

Tabel 2.5 Kategori Australian Business Excellent Awards


ELEMEN EVALUASI KRITERIA POINTS
1. Leadership
Organizational Leadership (80 poin) 120
Public Responsibility and Citizenship (40 poin)
2. Strategic Planning
2.1 Strategic Developmnent (40 poin) 85
2.2 Strategy Development (45 poin)
3. Customer and Market Focus
3.1 Customer and Market Knowledge (40 poin) 85
3.1 Customer satisfaction and relationship (45 poin)
4. Information and Analysis
4.1 Measurement and Analysis of Organizational
Performance (50 poin) 90
4.2 Information Management (40 poin)
5. Human Resources Focus
5.1 Work System (35 poin)
5.2 Employee Education, Training, and Development
(25 poin) 85
5.3 Employee Well-Being and Satisfaction (25 poin)
6. Process Management
6.1 Product and Service Processes (55 poin)
6.2 Business Process (15 poin) 85
6.3 Support Process (15 poin)
7. Bussiness Result
7.1 Customer-Focused Result (125 poin)
7.2 Financial and Market Result (125 poin) 450
7.3 Human Resources Result (80 poin)
7.4 Organizational Effectiveness Result (120 poin)
TOTAL POINTS 1000
(Sumber : Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2001, hal.329)

Kriteria penilaian diarahkan pada kepemimpinan, strategi dan perencanaan,

informasi dan pengetahuan, people management 9manajemen orang), fokus

terhadap konsumen, proses-prose, produk dan layanan, dan hasil-hasil bisnis

sebagaimana dituangkan dalam tabel diatas. Dalam model tersebut,

kepemimpinen dan fokus terhadap konsumen merupakan pendorong sistem


manajemen dan pemberi peluang kerja. Strategi, kebijakan dan perencanaan,

informasi dan analisis, dan orang-orang merupakan komponen internal sistem

manajemen. Kualitas proses, produk dan layanan difokuskan pada bagaimana

pekerjaan dilaksanakan untuk mencapai hasil-hasil yang ditetapkan dan perbaikan.

2.8.3 The NASA Quality and Excellence Award

Award khusus ini diperuntukkan untuk industri penerbangan. Nama

trophynya mengambil nama dari M.Low yang dikenal sebagai ilmuwan dan

pendidik pada tahun 1950 sebagai penghargaan kepada beliau. Award ini

diperuntukkkan untuk kontraktor, sub-kontraktor, dan supplier. NASA sebagai

penghargaan kepada inovasi dan kesempurnaan mereka.

Tujuan dari Award ini :

1. meningkatkan kewaspadaan terhadap pentingnya kualitas.

2. mendorang majunya bisnis domestik dan persaingan di USA.

3. saling membuka informasi terhadap pengalaman dan metode yang

sukses.

2.8.4 ISO 9000 Standardization

ISO 9000 adalah nomor acuan pada suatu sistem seri standar internasional

yang menjabarkan kriteria sistem manajemen kualis, yang mulai dipublikasikan

sejak tahun 1987 oleh the International Organisation for Standardisation di

Jenewa, Swis. pada sub bab ini, tidak akan dijabarkan mengenai ISO 9000 secara

detail dan bagaimana proses regrestasinya, namun lebih kepada konsepnya untuk

dibandingkan dengan deming prize. Standard Internasional ISO 9000 tidak diatur

atau dimonopoli oleh suatu negara tertentu. Setiap negara boleh menjadi badan

sertifikasi asalkan dikelola secara professional menurut standard ISO internasional


dan bersifat independen, dalam arti tidak berbau politik. Sertifikat ISO ini

dikeluarkan untuk beberapa lembaga yang berbeda, sehingga mungkin saja suatu

perusahaan memperoleh sertifikat ISO dari negara lain.

Pada intinya ISO 9000 lebih menekankan kepada dokumentasi dan

kesesuaian (conformity) dengan standard. Dari sekian banyak audit system

kualitas seri manajemen ISO 9000, mulai ISO 9000 – 14.000 mengenai

lingkungan, semuanya mempunyai system penilaian yang sama, yaitu suatu

organisasi akan memperoleh sertifikat (dari lembaga yang berwenang) apabila

dokumentasi system kualitasnya sesuai dengan standard yang berlaku dan

operasionalnya juga sejalan dengan persyaratan yang dibutuhkan.

Dengan mendapatkan sertifikat ISO ini suatu organisasi dapat membuktikan

bahwa dirinya sudah memenuhi persyaratan standard untuk melayani konsumen,

demikian pula hubungan dengan supplier yang berarti barang yang dibeli sudah

diuji sesuai dengan persyaratan yang diminta, sehingga disini dapat ditarik

kesimpulan bahwa dengan menjalankan proses standarisasi ISO 9000 ini,

organisasi ini akan menjadi lebih disiplin dalam menjalankan organisasi mereka.

2.8.5 Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA)

Malcolm Baldrige National Quality Award yang disingkat MBNQA adalah

system manajemen kualitas formal yang berlaku di Amerika Serikat. MBNQA

diciptakan sebagai penghormatan kepada Malcolm Baldrige, Commerce

Departement Secretary, yang meninggal pada tahun 1987. The Baldrige Awards

disusun dalam Act of Congres pada 20 agustus 1987 dan direkayasa untuk
mempromosikan beberapa karakteristik penting. Menurut Tummala dan Tang

(1996), ketiga karakteristik penting tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kesadaran akan pentingnya kualitas sebagai suatu elemen kemampuan

bersaing (awarness of quality to increase competitiveness)

2. Pengertian akan pentingnya keunggulan kualitas (understanding the

requirement for excellence in quality).

3. Berbagi informasi mengenai strategi kualitas dan manfaat dari pelaksanaan

strategi kualitas yang sukses yang diterapkan oleh organisasi atau perusahaan.

(sharing the information and benefits derived from successful quality

strategies that are employed by companies)

Kategori organisasi bisnis yang bias memperoleh MBNQA terdiri dari :


1. Perusahaan manufaktur

2. Perusahaan jasa

3. Perusahaan kecil

Namun mulai tahun 2001 sampai saat ini, partisipan ditambah 2 kategori lagi

sehingga total ada 5 kategori arganisasi yaitu : institusi pendidikan, organisasi

kesehatan.

Sistem penilaian manajemen kualitas MBNQA berdasarkan tiga tahapan proses

penilaian, yaitu :

1. Evaluasi menggunakan pertanyaan tertulis

2. Visitasi ke perusahan-perusahaan yang memperoleh skor tertinggi berdasarkan

evaluasi tertulis

3. Penilaian akhir setelah melakukan cek silang antara evaluasi dan visitasi untuk

menentukan pemenang MBNQA


.

Sistem perspektif kerangka kerja Baldrige Criteria :


Customer
Leadership Quality Result Satisfaction
Quality System
- Vision - Information (7%) - Improved quality
- Policy - Strategic Plan (6%) - Lower cost
- Involvment - Human resource (15%) - Productivity
- Management - Quality assurance (14%) gaines (18%)
(100%) Market
succes

Gambar 2.3 Kategori Pengujian (Hubungan Dinamis) Baldrige

(Sumber : Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2001, hal.325)

2.8.6 McCarthy dan Keefe

McCarthy dan Keefe ( 1999 ) membuat suatu pengembangan terhadap

kriteria – kriteria kualitas organisasi. Penelitian McCarthy dan Keefe dilakukan

dengan mengintegrasikan kriteria Baldrige dan penelitian – penelitian sebelumnya

yang relevan mengenai kualitas performansi organisasi. Kriteria – kriteria tersebut

dapat dilihat pada tabel 2.6

Tabel 2.6 Dimensi Kualitas Performansi Organisasi


McCarthy& Kriteria Corts& Porras& Burke& McCarthy
Keefe(1999) Baldrige Gowing Robertson Litwin
(McCarthy (McCarthy (McCarthy (McCarthy (McCarthy
&Keefe, &Keefe, &Keefe, &Keefe, &Keefe,
1999) 1999) 1999) 1999) 1999)
Planning Strategic Planning Planning Organizing Mission& Planning
- Mission Clarity - Vision Strategies - Vision/Mission
- Strategic Planning/ - Goal and - Goals/Strategies
goal setting strategics
Culture Culture Culture
- Customer Customer focus& Client
orientation satisfaction Orientation
- Quality Leadership Leadership
improvement
leadership
Management Of Human Resources Human Management Management of
Workforce development and resources workforce
Management management
( HRD & M )
Workforce quality Individuals Workforce quality
and training skills/abilities
- Support for work& Individuals
personal life quality needs/values
- Workforce Motivation Motivation
McCarthy& Kriteria Corts& Porras& Burke& McCarthy
Keefe(1999) Baldrige Gowing Robertson Litwin
(McCarthy (McCarthy (McCarthy (McCarthy (McCarthy
&Keefe, &Keefe, &Keefe, &Keefe, &Keefe,
1999) 1999) 1999) 1999) 1999)
motivation
- Rewards / Rewards System System Management
recognition processes
- Participate Management style Management
leadership/decision (cont.) – organizing practices
making structure
System Processes Process management Team focus Organizing System (cont.)+
structure(cont.) - structure+climate
interaction process
+informal networks
- Within – unit
coordination
- Between – unit Cros - functional
coordination coordination
- Fairness&treatment HRD & M System+Climate Management
of other ( continue ) +Value (cont.) processes(cont.)
Performance Informantion and Evaluating System (cont.) Communication
Measurement and Analysis Business systems
Feedback Results
- Evaluation
Outcomes HRD&M(cont.)
- Job satisfaction Team focus
(continue)
- Organizational
commitment
- Locus of control/ Empowerment
empowerment

(Sumber : Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2001, hal.342)

a. Planning

Dimensi pertama, adalah Planning. Dimensi Planning ini merupakan misi

organisasi dan perencanaan perusahaan dalam melakukan pengembangan

terhadap kualitas organisasinya secara keseluruhan.

b. Culture

Dimensi utama kedua, Culture, timbul dari pengakuan bahwa kualitas

membutuhkan sebuah integrasi dari perilaku / sikap individu engan

konteks budaya dalam organisasi. Budaya yang ada dalam organisasi akan

sangat mempengaruhi kualitas performansi organisasi tersebut karena

budaya ini akan mempengaruhi cara kerja karyawan dalam bekerja.


c. Management of the Workforce

Management of the Workforce merupakan pengelolaan perusahaan

terhadap para karyawannya dari segala segi yang dibutuhkan karyawannya

d. System Processes

System Processes merupakan dimensi utama lainnya yang sesuai dengan

Proses Management dalam kriteria Baldrige. Dimensi ini merupakan

proses – proses yang berlangsung dalam perusahaan dalam usahanya

memenuhi kebutuhan konsumen.

e. Performance Measurement and Feedback

Dimensi utama lainnya adalah Performance Measurement and Feedback.

Dimensi ini merupakan cara perusahaan mengukur dan mengevaluasi

performansinya dengan menerima dan memanfaatkan masukan dari

karyawan dan konsumen.

f. Outcomes

Outcomes yang merupakan dimensi kualitas lainnya yang dikembangkan

oleh McCarthy dan Keefe ( 1999 ) merupakan hasil dari proses – proses

yang selama ini ada dalam perusahaan.

Inti dari dimensi – dimensi pengukuran kualitas performansi tersebut

merupakan jawaban atas pertanyaan dasar, “ apa yang dibutuhkan perusahaan

untuk cukup mengerti mengenai kualitas performansi perusahaan ? “.


2.9 Evaluasi Pemilihan Konsep Deming Prize

Setiap award / model kualitas pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan,

tergantung pada persepsi, diskripsi dan penerapannya didalam suatu organisasi.

Hal ini sangat dimungkinkan karena manajemen dan kebijakan setiap organisasi

pasti berbeda meskipun jenis organisasinya sama.

Salah satu kelebihan The deming prize yang sesuai dengan pernyataan

diatas, tertulis dalam karakteristik kriteria tersebut yaitu “ The criteria are non

prespective and adaptable “ yang berarti bahwa meskipun the deming prize

mempersyaratkan results-oriented namun kriteria ini tidak mengharuskan :

- Penggunaan metode, teknik, teknologi, sistem, pengukuran/persyaratan

awal tertentu. Fokusnya adalah pada hasil, bukan pada prosedur,

metode/struktur organisasi sehingga yang diutamakan adalah

pengembangan pendekatan yang kreatif, adaptif dan fleksibel. Pemilihan

dengan teknik, sistem dan metode tersebut tergantung pada tipe dan

ukuran bisnis organisasi, kemampuan dan tanggung jawab dari

personelnya.

- Suatu organisasi harus mempunyai departemen kualitas, departemen

perencanaan atau sejenisnya.

- Bagaimana suatu organisasi harus berbentuk (struktur organisasi).

- Beberapa unit dalam suatu organisasi harus dikelola dengan prosedur yang

sama.

Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis tidak membandingkan mana

metode yang terbaik dan mana yang jelek, namun lebih kepada perbandingan

letak kelebihan dan ketidaksesuaian (bukan kelemahan) yang sekali lagi


(penekanannya) lebih tergantung pada suatu penerapannya pada pengukuran

kinerja di jenis organisasi apapun nantinya.

Karena penulis beranggapan bahwa yang paling penting adalah kemauan

dan kerja keras dari pihak manajemen organisasi untuk selalu melakukan

perbaikan terus menerus (continuous improvement) dan selalu meningkatkan

kualitas kinerjanya, baik terhadap konsumen maupun hasil-hasil bisnis lainnya.

Namun karena pada penelitian tugas akhir ini, penulis menggunakan konsep

dan prosedur dari The Deming Prize, maka berikut akan diberikan alasan kenapa

dipilih model tersebut beserta perbandinagan the deming prize dengan 2 model

kualitas lainnya yaitu Baldrige Award (MBNQA) dan ISO 9000. Kenapa kedua

model ini ? karena seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, kedua

model ini mempunayai data dan informasi yang cukup lengkap untuk

dibandingkan dengan deming prize.

2.9.1 The Deming Prize dan MBNQA

Tabel 2.7 Perbandingan MBNQA dan Deming Prize

Pembanding BALDRIGE AWARD DEMING PRIZE


Tujuan Mendorong perusahaan untuk Penghargaan diberikan kepada
belajar sharing dalam persaingan perusahaan yang secara
secara nasional. kontinyu menjalankan
pengawasan kualitas.
Fokus Kepuasan konsumen. Metode statistik.
Untuk Terbatas hanya untuk perusahaan Individu, perusahaan dan
USA bagiannya / perusahaan
berskala kecil.
Waktu Siklus 1 tahunan, diperbarui 2-5 tahun, persiapan bersama
setelah 5 tahun. JUSE.
Pembanding BALDRIGE AWARD DEMING PRIZE

Sharing Pemenang diminta untuk sharing Penyebaran informasi sukarela


Informasi informasi mengenai kualitas dan minimal
dengan perusahaan lain
Penerima Max 2 penghargaan / perkategori. Siapa saja yang memenuhi
kriteria. Bagi yang belum
memenuhi dilakukan
perpanjangan 2x dalam masa 3
tahun.
Penilaian Tidak ada kesamaan penilaian, Ujian / peninjauan dilakukan
aplikasi ditinjau oleh 5-15 anggota oleh para senior yang dipilih
dewan, kunjungan ke lokasi anggota JUSE
dilakukan dan bukti usaha
improvement harus disiapkan.
(Sumber : Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2001, hal.355)

Dari tabel diatas, perbedaan yang paling mencolok adalah pada point tujuan

dan fokus. Tujuan dari MBNQA lebih menekankan pada sharing informasi dalam

persaingan skala nasional (USA), sedangkan pada Deming Prize memiliki tujuan

utama yaitu menjalankan kualitas secara kontinyu, tanpa memperhatikan

perusahaan lain (tidak melakukan sharing). Memperhatikan perusahaan lain hanya

sebatas benchmarking untuk memperbaiki diri sendiri. Sedangkan pada point

fokus, MBNQA lebih menekankan pada kepuasan konsumen, sedang pada

Deming Prize fokusnya adalah menerapkan dasar-dasar metode statistik untuk

meningkatkan kinerja perusahaannya.

Dari dua perbedaan tersebut diatas, penulis mencoba mencocokkan dengan

kondisi perusahaan tempat penelitian berlangsung. Perusahaan ini umumnya

memasarkan langsung hasil produknya ke pasaran, dan perusahaan sejenis yang


ada di Indonesia relatif banyak. Jika dilihat dari tujuan MBNQA yang lebih

mengutamakan sharing, perusahaan justru lebih tertutup dalam menjalankan

proses produksinya. Sebenarnya untuk semua perusahaan yang ada di Indonesia,

baik itu manufaktur atau jasa cenderung menutup diri, hal ini bisa dikarenakan

satu alasan yang klasik yakni takut ditiru. Ketakutan tersebut sangat beralasan

untuk perusahaan yang ada di negara berkembang (Indonesia khususnya), karena

dengan teknologi yang pas-pasan akan sulit bersaing dengan perusahaan yang

lebih maju. Untuk itulah maka penulis lebih memilih tujuan Deming Prize yaitu

meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara menjalankan kualitas secara

kontinyu.

2.9.2 The Deming Prize dan ISO 9000

Tabel 2.8 Perbandingan Deming Prize dengan ISO 9000

Pembanding
DEMING PRIZE ISO 9000
Tujuan Penghargaan diberikan kepada Menjamin pembeli akan
perusahaan yang secara kontinyu produk yang dibelinya.
menjalankan pengawasan kualitas.
Fokus Metode statistik. Kesesuaian dalam praktek.
Untuk Individu, perusahaan dan bagiannya / Perusahaan, divisi dan fasilitas
perusahaan berskala kecil. diseluruh dunia.
Waktu 2-5 tahun, persiapan bersama JUSE. 6-12 bulan, tergantung dari
kapan mulainya.
Sharing Penyebaran informasi sukarela dan Tidak punya kewajiban untuk
Informasi minimal menyebarkan informasi kepada
yang lain.
Penerima Siapa saja yang memenuhi kriteria. Perusahaan dilibatkan dalam
Bagi yang belum memenuhi perdagangan internasional
dilakukan perpanjangan 2x dalam untuk dapat diakui sebagai
masa 3 tahun. anggota EC (european
commitee)
Penilaian Ujian / peninjauan dilakukan oleh Menilai kualitas secara manual
para senior yang dipilih anggota seperti dokumen kerja, audit
JUSE tempat apakah ada kesesuaian
kualitas/tidak.

(Sumber : Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2001, hal.360)


Dari perbandingan diatas perbedaannya paling mencolok diantara keduanya

adalah pada point penerima dan penilaian. Pada Deming, penerimaan bisa siapa

saja, apakah individu, organisasi sedangkan pada ISO 9000 hanya pada

perusahaan-perusahaan saja yang diakui keberadaannya oleh dunia internasional.

Dari point ini, keikutsertaan perusahaan dalam ISO 9000 cenderung bersifat

adanya keterpaksaan agar perusahaan bisa diakui oleh dunia internasional, dengan

begitu produk yang ditawarkan memiliki nilai jual yang tinggi (profit oriented).

Sedangkan pada Deming Prize cenderung bersifat sukarela, tidak adanya paksaan

yang bersifat profit oriented (pada dasarnya model Deming tidak menganut profit

oriented). Jadi perusahaan maupun individu yang ingin mengajukan Deming

Prize, disebabkan karena mereka ingin mengetahui kinerja mereka sampai dimana

dan penghargaan ini bisa menjadi prestisius sendiri.

Pada point penilaian, untuk Deming Prize dilakukan oleh beberapa anggota

senior JUSE dengan cara meninjau langsung kinerja perusahaan, memberi lembar

kuisioner dan dilakukan secara bertahap. Sedangkan pada ISO 9000, penilaian

dilakukan atas dasar dokumen yang ada diperusahaan, jadi penilaian berdasarkan

atas data / dokumen perusahaan bukan tinjauan langsung bagaimana keadaan

perusahaan yang sebenarnya. Dari penelitian dilakukan sekali, apabila sesuai

langsung mendapatkan sertifikat ISO 9000.

Berikut konsep dasar pada Deming Prize yang tidak terdapat pada ISO 9000 :

1. Proaktif dalam perbaikan terus menerus.

2. Keterlibatan semua pihak (mulai pimpinan sampai karyawan) dalam usaha

peningkatan kualitas.

3. Proses perencanaan bisnis yang matang.


4. Komunikasi, kerja tim, serta tidak adanya perbedaan antara karyawan dan

top manajemen.

5. Adanya faktor tidak puas akan kualitas yang ada sekarang.

Konsep dasar pada ISO 9000 yang tidak terdapat pada Deming Prize :

1. Pengendalian dokumen.

2. Identifikasi produk.

3. Waktu kerja, kerja standart.

4. Penerimaan, inspeksi akhir dan ujian persyaratan.

5. Pengendalian pada bahan baku yang tidak sesuai.

Pada dasarnya sistem penilaian pada ISO 9000 lebih banyak pada evaluasi

kualitas manual dan dokumen kerja dari organisasi. Audit untuk mengetahui

sampai berapa kesesuaiannya standart operasi dan prosedur (SOP) kerja, dan

kelengkapan sistem dokumentasi sistem kualitasnya. Oleh karena itu regrestasi

pada ISO 9000 tidak berpatokan pada results-oriented ataupun suatu proses

perbaikan. Yang dipentingkan adalah mencegah terjadinya ketidaksesuaian pada

seluruh tahap, mulai dari proses sampai dengan kemasan yang diberikan. Dari

uraian diatas sebenarnya model ISO 9000 pun sebenarnya bisa diterapkan pada

penelitian ini, namun karena penerapannya lebih kepada kesesuaian dengan

standart dan dokumentasi, bukan pada perbaikan dan kekuatan internal

perusahaan seperti yang diinginkan untuk ditunjukkan pada penelitian ini, maka

penulis bersama dengan pihak manajemen PT. Lotus Indah Textile Industries

menganggap bahwa untuk perencanaan strategi kedepan yang diutamakan adalah

analisa penilaian kinerja, khususnya kinerja internal dan penilaian ini

membutuhkan sistem penilaian dengan point-point yang jelas dan bukan terpaku
pada regrestasi. Oleh karena itulah maka dipilih Model Deming Prize sebagai

model dasar penelitian tugas akhir ini.

2.11 Penarikan Sampel

Penarikan sampel adalah suatu usaha pengambilan data statistic dari

sebagian anggota populasi. Penarikan sample dilakukan apabila ukuran populasi

yang terlalu besar sehingga dengan penariakn sample kita dapat menghemat

waktu, dan biaya serta dapat menghindari percobaan yang bersifat merusak.

Penarikan sample ini dibedakan menjadi :

 Penarikan sample probabilitas

 Penarikan sample non probabilitas

2.11.1 Sampel Probabilitas

Dalam penarikan sample probabilitas setiap unsur populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sample. Sample ini

mempertimbangkan perbedaan antara nilai populasi yang akan diteliti. Macam-

macam sample probabilitas disini antara lain :

a. Pengambilan Sample Acak Sederhana

Pengambilan sample pada metode sample acak sederhana dilakukan

sademikian rupa sehingga tiap satuan elementer dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sample. Apabila besar populasi

adalah P, sedang unsur dalam sample atau sample size adalah p, besar

kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk dapat dipilih dalam sample

adalah P/p.
b. Pengambilan Sample Sistematis

Pengambilan sample sistematik adalah metode pengambilan sample, dimana

hanya unsure pertama saja dari sample yang dipilih secara acak, sedangkan

unsure-unsur selanjutnya dipilih secara sistematik menurut pola tertentu.

c. Pengambilan Sampel Acak distrafikasi

Pada penarikan sample acak distrafiksi ini penarikan sample dilakukan dengan

membagi populasi yang diteliti ke dalam strata-srata yang seragam, dan dari

setiap strata dilakukan pengambilan sample secara acak.

d. Pengmbilan Sample Gugus Sederhana

Dalam penarikan sample gugus sederhan ini, populasi digolongkan kedalam

gugus-gugus yang disebut cluster dan dari cluster ini akan dilakukan

pengambilan sample. Jumlah gugus yang diambil harus asak, kemudian unsur-

unsur penelitian dalam gugus tersebut harus diteliti semua.

e. Penarikan Sampel Gugus Bertahap

Dalam penarikan sample gugus bertahap ini populasi dibagi dalam gugus-

gugus yang merupakan satuan dimana sample akan diambil. Pengambilan

sample dilakukan melewati tahap-tahap tertentu. Pada aplikasinya populasi

dibagi dalam gugus tingkat pertama, kemudian dari gugus tingkat pertama ini

dibagi lagi dalam gugus-gugus tingkat kedua,dan gugus tingkat kedua ini

kemudian masih dibagi lagi dalam gugus-gugus tingkat selanjutnya.

2.11.2. Sample Non Probabilitas

Yang termasuk metode penarikan sample non probabilitas adalah Purpsive

Sampling, yaitu metode penarikan sample dimana sample dipilih berdasarkan


pertimbangan peneliti bahwa unit atau unsur penarikan sample tersebut akan dapat

membantu menjawab pertanyaan riset yang sedang dikerjakan. Pada penarikan

jenis sample non probabilitas ini, unsur dari suatu populasi memiliki peluang yang

berbeda untuk terpilih menjadi sample untuk data metode ini dipertimbangkan

yang menjadi sample hanya orang-orang yang dianggap ahli

2.12. Pengujian Data

2.12.1 Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur ( test ) dalam melakukan

fungsi ukurnya. Suatu test dapat dikatakan mempunyai validitas yang sangat

tinggi apabila test tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil

ukur yang sesuai dengan maksud dikenakannya tersebut.

Berkaitan dengan validitas, Arikunto (1995) menjelaskan bahwa

validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesalahan

suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Masalah validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu

mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Definisi

yang paling lazim mengenai validitas tercerminkan dalam pertanyaan: Apakah

kita benar-benar mengukur apa yang ingin kita ukur? Dalam pertanyaan ini yang

ditekankan adalah apa yang sedang diukur (Kerlinger, 1986).

Suatu test yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan

diadakannya pengukuran dikatakan sebagai test yang memiliki validitas rendah.

Sisi lain yang sangat penting dalam konsep validitas adalah kecermatan
pengukuran (Metodologi Penelitian, 2002). Suatu test yang validitasnya tinggi

tidak saja akan menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, akan tetapi juga dengan

kecermatan tinggi.

Untuk melakukan pengujian validitas, cara yang paling sering dilakukan

adalah dengan menggunakan korelasi Product moment, yang rumusnya adalah

sebagai berikut :

rhitung 
n  x y   X  Y 
n  X 2
  X   n  Y   Y  
2 2 2

Dimana :

r hitung = Koefisien korelasi

ΣXi = Jumlah skor item

ΣYi = Jumlah skor total

n = Jumlah responden

r n2
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus : thitung 
1 r2

Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden.

Data dikatakan valid apabila t hitung lebih besar dari t tabel


2.12.2 Realibilitas

Pengertian reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya. (www.pasca-unsoed.or.id)

Definisi lain menyatakan bahwa reliabilitas atau keterandalan merupakan

suatu ukuran yang digunakan untuk menilai apakah alat ukur yang digunakan

mampu memberikan nilai pengukuran yang konsisten, atau dengan kata lain

reliabilitas merupakan peluang mendapatkan hasil yang sama pada pengukuran

yang dilakukan berulangkali. (http://ilmustatistik.org/node.13)

Reliabilitas yang diterjemahkan dari kata reliability, mempunyai asal

kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas disebut sebagaai

reliable. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti

keterpercayaan, keterandalan, konsistensi, kestabilan dan sebagainya namun ide

pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana suatu pengukuran dapat

dipercaya. Artinya hasil ukur adalah dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali

pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative

sama, kalau aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Pengertian relative menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-

perbedaan kecil diantara hasil pengukuran. Bila perbedaan itu besar dari waktu ke

waktu, maka hasil pengukuran itu tidak dapat dipercaya atau tidak reliabel.

Teknik yang digunakan untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini adalah

metode Spearman-Brown. Secara matematis, pengukurannya dapat dinyatakan

sebagai berikut :

2 rb
r11 
 1 rb 
Dimana :

r11 = Koefisien reliabilitas internal seluruh item

rb = Korelasi Product Moment antar belahan (ganjil-genap) atau (awal-

akhir).

2.13 Deskripsi Dengan Ukuran Numerik Pada Deming Prize.

Ukuran Tendensi Sentral.

Ukuran Tendensi Sentral adalah suatu ukuran yang mengukur tendensi

suatu himpunan data yang mengelompok atau memusat dalam nilai numerik

tertentu yaitu dengan menggunakan rata-rata.

Rata-rata hitung (arithmatic mean ) atau sering hanya disebut rata-rata,

suatu himpuna data kuantitatif adalah menjumlahkan seluruh data dibagi

dengan banyaknya data yang ada. Secara matematik, rata-rata adalah :

 n 
  xi 
x   i 1 
n

Artinya rata-rata dihitung dari penjumlahan tiap data, dari x 1 hingga x n ,

dibagi banyaknya data ( n ) yang ada. (Sumber : Metode Riset Untuk Bisnis

dan Ekonomi, 2003).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Temprina Media Grafika Surabaya. Penelitian

ini dilakukan mulai bulan Juni 2009 hingga data-data yang dibutuhkan

mencukupi.

3.2. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan terbagi menjadi dua

yaitu :

1. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kinerja manajemen itu

sendiri.

2. Variabel Bebas

Variabel merupakan segala sesuatu yang mempunyai variasi nilai yang

terukur. Pada penelitian ini, variabel yang diteliti adalah yang mengarah pada

internal perusahaan dan disesuaikan dengan kondisi/kemampuan perusahaan.

Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel yang diambil dari

kategori Deming Prize adalah sebagai berikut :

1. Keadaan perusahaan secara umum

Keadaan perusahaan secara umum disini, ingin mengetahui apakah seluruh

anggota (karyawan) di organisasi atau perusahaan atau divisi perusahaan


mengetahui tempat kerjanya, pengetahuan para karyawan (mulai top manajer

sampai lapisan yang paling bawah) ini meliputi awal dari perusahaan, visi,

inovasi, kebijakan kualitas yang diterapkan, keterlibatan top manajemen,

aturan penerapan dalam proses quality improvement, dll. Disini dapat

diketahui gambaran awal dari perusahaan seperti apa dan dari perbaikan apa

yang dapat dilakukan oleh perusahaan tersebut.

2. Proses kerja

Proses kerja yang diamati disini antara lain: job analisis, bagaimana sifat

kepemimpinan top manajemen, pelayanan bagaimana yang diberikan oleh

customer, tujuan dari divisi perusahaan, rencana kualitas apa yang diterapkan

pada divisi perusahaan, evaluasi kerja yang dilakukan,dll.

3. Manajemen perusahaan

Sebelum menerapkan manajemen, bagaimana yang akan dijalankan oleh

perusahaan. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: alat apa yang digunakan

untuk menjalankan manajemen yang baik, bagaimana menganalisa suatu

proses, usaha apa yang dilakukan untuk mengembangkan perusahaan, dll. Dari

hal-hal diatas, apakah dapat meningkatkan kualitas yang ada di perusahaan.

4. Output yang dihasilkan

Untuk menghasilkan output yang bagus, kita perlu mengetahui aturan kerja

atau work flow, kerja dari para karyawan, struktur organisasi yang diharapkan,

fasilitas yang mendukung proses, training atau pelatihan diharapkan untuk

memperbaiki skill para karyawan.


3.3. Metode Pengambilan Sampel

Dalam pengambilan sampel harus berhati – hati dan memenuhi aturan

dalam pemilihan sampel, apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil

seluruhnya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya,

jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%. (

Sonny Sumarsono, 2004 : 81-82)

Maka jumlah responden :

n  25%  N

N = Jumlah karyawan keseluruhan

n = Jumlah responden / jumlah data

Jumlah sample / responden yang didapatkan harus lebih dari 30, karena

memang dengan pertimbangan ukuran sampel tersebut dapat memberikan ragam

sampel yang telah stabil sebagai pendugaan ragam populasi. (Sugiarto, dkk, 2003:

10).

3.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian

ini ada dua, yaitu :

a. Data Primer

Yaitu data riil yang dapat diperoleh dari hasil pengamatan atau pengukuran

secara langsung terhadap suatu objek dari penelitian yang dilakukan. Yang

antara lain dapat dikumpulkan melalui :


1. Wawancara

Proses pengumpulan data dengan cara menanyakan langsung mengenai

masalah atau data yang diperlukan dengan bantuan daftar pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti untuk responden.

2. Observasi

Metode pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung

aktivitas pada objeknya.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian,

melainkan telah tersusun dalam bentuk dokumen/catatan tertulis yang telah

dimiliki oleh perusahaan. Yang antara lain terdiri dari :

1. Struktur organisasi beserta job descriptionnya.

2. Data manajemen, strategi, dan target saat ini, dsb.

3.5. Metode Analisis Data

Tahap analisa data merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian

ini, yang menggunakan metode Deming Prize. Pada tahap ini, score yang didapat

dari pengisian kuisioner kemudian dicocokan dengan target score pada Deming`s

management. Dari sini akan diketahui apakah sudah sesuai atau belum dengan

kriteria Deming Prize dan akan mengetahui kekurangan apa saja yang dimiliki

perusahaan.
Secara garis besar kuisioner terdiri dari empat bagian sebagai berikut :
a. Keadaan perusahaan, 20 karegori dan terdapat 25 pertanyaan :
KATEGORI TARGET SCORE
1. Kesadaran akan strategi organisasi 3,50
2. Visi untuk masa depan 3,50
3. Inovasi 3,50
4. Kebijakan kualitas yang diterapkan 3,50
5. Value system / etika 3,50
6. Keterlibatan pihak top manajemen 3,50
7. Komitmen mewujudkan tujuan 3,50
8. Aturan peningkatan kualitas 3,50
9. Perhatian peningkatan kualitas 3,50
10. Struktur peningkatan kualitas 3,50
11. Sadar akan produktivitas 3,50
12. Sikap / moral 3,50
13. Kerjasama 3,50
14. Keterlibatan 3,50
15. Persepsi lingkungan kerja 3,50
16. Interaksi sosial 3,50
17. Karakteristik tugas karyawan 3,50
18. Konsekuensi pembatas 3,50
19. Orientasi pelanggan 3,50
20. Komunikasi 3,50
Total (rata-rata score dibagi 20) 3,50
(Sumber : V. Daniel Hunt, Integrating Quality And Business Strategy, 1993, hal.110)

b. Proses kerja, 21 kategori dan terdapat 39 pertanyaan :


KATEGORI TARGET SCORE
1. Job Analysis 1,50
2. Wewenang tertinggi 1,50
3. Perhatian akan kualitas 1,70
4. Kepemimpinan top manajer 1,55
5. Aktivitas pelayanan pelanggan 1,60
6. Definisi improvement 1,60
7. Tujuan unit kerja 3,50
8. Tujuan organisasi 3,50
9. Rencana penerapan kualitas 1,50
10. Renacana Strategi 1,50
11. Effisiensi organisasi 3,50
12. Investasi/penerapan teknologi 3,50
13. Metode/proses peningkatan 3,50
14. Ide baru 3,50
15. Masukan karyawan 1,40
16. Peningkatan yang dicapai 3,50
17. Pengukuran 1,50
18. Feedback 1,40
19. Evaluasi 1,50
20. Hasil yang didapat 1,00
21. Penghargaan 1,50
Total (rata-rata score dibagi 21) 2,12
(Sumber : V. Daniel Hunt, Integrating Quality And Business Strategy, 1993, hal.113)
c. Manajemen perusahaan, ada 5 kategori dan terdapat 7 pertanyaan :
KATEGORI TARGET SCORE
1. Definisi tool/alat kerja 1,50
2. Assement/penilaian 1,30
3. Proses/ukuran analisa 1,50
4. Komunikasi 1,50
5. Perkembangan organasasi 1,50
Total (rata-rata score dibagi 5) 1,46
(Sumber : V. Daniel Hunt, Integrating Quality And Business Strategy, 1993, hal.114)
d. Analisa output perusahaan, ada 11kategori dan terdapat 11 pertanyaan :
KATEGORI TARGET SCORE
1. Aliran kerja/delay 3,50
2. Fasilitas 3,50
3. Peralatan/equipment 3,50
4. Staffing 3,50
5. Pemborosan 3,50
6. Pelatihan 3,50
7. Struktur organisasi/struktur kerja 3,50
8. Supply bahan-bahan 3,50
9. Survey kualitas pada pelannggan 3,50
10. Kuantitatif/jumlah 3,50
11. Reliabilitas 3,50
Total (rata-rata score dibagi 11) 3,50
(Sumber : V. Daniel Hunt, Integrating Quality And Business Strategy, 1993, hal.116)

Dalam kuisioner ini terdapat enam alternatif jawaban dengan score tertinggi

adalah 6 dan score terendah adalah 1.

Adapun pilihan jawaban sebagai berikut :

- Pilihan 1 adalah Sangat Tidak Setuju (STS) dengan score 1

- Pilihan 2 adalah Tidak Setuju (TS) dengan score 2

- Pilihan 3 adalah Agak Tidak Setuju (ATS) dengan score 3

- Pilihan 4 adalah Agak Setuju (AS) dengan score 4

- Pilihan 5 adalah Setuju (S) dengan score 5

- Pilihan 6 adalah Sangat Setuju (SS) dengan score 6

Untuk mengetahui cocok atau tidaknya penerapan manajemen menurut

Deming, perlu observasi ulang ke lapangan untuk melihat kebijakan Total Quality

Management (TQM) sebelumnya dengan kondisi riil di lapangan. Data hasil

kuisioner akan diolah dengan :


a). Uji Validitas

Tujuan yang ingin dicapai dari pengujian ini adalah untuk mengcek

apakah isi dari kuesioner tersebut sudah cukup dipahami oleh seluruh responden.

Untuk melakukan pengujian validitas, cara yang paling sering dilakukan adalah

dengan menggunakan korelasi Product moment, yang rumusnya adalah sebagai

berikut :

rhitung 
n  x y   X  Y 
n  X 2
  X   n  Y   Y  
2 2 2

Dimana :

r hitung = Koefisien korelasi

ΣXi = Jumlah skor item

ΣYi = Jumlah skor total

n = Jumlah responden

r n2
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus : thitung 
1 r2

Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden.

Data dikatakan valid apabila t hitung lebih besar dari t tabel

b). Uji Reliabilitas

Reliabilitas dapat didefinisikan sebagai instrumen yang digunakan dalam

penelitian untuk memperoleh informasi yang diinginkan dapat dipercaya

(diandalkan) sebagai pengumpul data serta mampu mengungkap informasi yang


sebenarnya di lapangan.. Keandalan disini dapat diartikan berapa kalipun variabel-

variabel kuesioner tersebut ditanyakan kepada responden yang berlainan, hasilnya

tidak akan menyimpang terlalu jauh dari rata-rata jawaban responden untuk

variabel tersebut.

Teknik yang digunakan untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini adalah metode

Spearman-Brown. Secara matematis, pengukurannya dapat dinyatakan sebagai

berikut :

2 rb
r11 
 1 rb 
Dimana :

r11 = Koefisien reliabilitas internal seluruh item

rb = Korelasi Product Moment antar belahan (ganjil-genap) atau (awal-

akhir).

Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai dari

tabel r product moment. Jika r11 < r tabel, dapat disimpulkan bahwa instrumen yang

digunakan reliabel dan penelitian dengan menggunakan instrumen yang sama

dapat dilanjutkan.

3.6. Mencari Score Perusahaan Dengan Menghitng Rata-rata

Rata-rata hitung (arithmatic mean ) atau sering hanya disebut rata-

rata, suatu himpuna data kuantitatif adalah menjumlahkan seluruh data dibagi

dengan banyaknya data yang ada. Secara matematik, rata-rata adalah :

 n 
  xi 
x   i 1 
n
Artinya rata-rata dihitung dari penjumlahan tiap data, dari x 1 hingga x n ,

dibagi banyaknya data ( n ) yang ada. (Sumber : Metode Riset Untuk Bisnis dan

Ekonomi, 2003).

3.7. Langkah-langkah pemecahan Masalah

Agar proses penelitian ini dapat berjalan lancar yang pada akhirnya dapat

membantu pihak perusahaan dalam menilai kinerjanya dan merencanakan strategi

bisnisnya, maka diperlukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut dapat

dilihat pada gambar 3.1


Mulai

Studi Lapangan Studi Pustaka

Rumusan Masalah

Tujuan Masalah

Indentivikasi

Penentuan Teknik Pengambilan Sempel

Penyusunan

Penyebaran dan pengumpulan


Kuisioner

Tidak
Apakah Item tidak Valid
Valid? dibuang
Ya
Uji Reliabilitas

Tidak
Apakah
Reliabel?

Ya
Perhitungan Kriteria Deming Prize
berdasarkan :
- Keadaan perusahaan secara umum
- Proses Kerja yang dilakukan
- Tool/alat manajemen
- Analisa output perusahaan

A
A

Analisa Kriteria Deming Prize berdasarkan :


- Keadaan perusahaan secara umum
- Proses Kerja yang dilakukan
- Tool/alat manajemen
- Analisa output perusahaan

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah


Penjelasan dari Langkah – langkah Pemecahan masalah diatas adalah :

1. Mulai

Mulai ini meliputi kegiatan seperti : pembuatan proposal, konfirmasi pada

pihak perusahaan, penyerahan judul permasalahan pada pihak jurusan

sampai pembuatan surat keterangan penelitian.

2. Studi Lapangan

Pada tahap ini dilakukan pengamatan atau observasi di lapangan secara

umum atau global. Pada tahap ini juga digunakan untuk mengumpulkan data

informasi dan informasi awal.

3. Studi Pustaka

Tujuan dari studi pustaka adalah untuk mengetahui latar belakang mengenai

permasalahan yang ditinjau serta untuk menggali semua informasi dan

pengetahuan serta wawasan yang relevan mengenai metode yang dapat

digunakan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Hal ini dapat

dilakukan dengan mengumpulkan informasi dan literatur-literatur, jurnal

yang membahas tentang metode-metode yang digunakan, dan atau dari

penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya.

4. Perumusan Masalah

Tahap ini merupakan hal yang penting sebagai dasar arah penelitian, agar

penelitian dapat berjalan pada sasaran yang tepat. Perumusan masalah

dilakukan setelah studi lapangan awal dan studi pustaka. Dalam tahap

identifikasi masalah, akan dicoba untuk mengenali adanya suatu

permasalahan yang kemudian dirumuskan ke dalam bahasa yang lebih

mudah dipahami. Suatu permasalahan yang dituangkan dalam bentuk


formusali yang tepat, akan mempermudah dalam upaya pencarian solusinya.

Dalam penelitian kali ini masalah yang dibahas adalah Penerapan

Manajemen Kualitas Deming Prize di PT. Temprina Media Grafika

Surabaya

5. Tujuan Penelitian

Setelah permasalahan diformulasikan, berikutnya adalah menetapkan tujuan

dari penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas

(khususnya kualitas internal) di PT. Temprina Media Grafika Surabaya

6. Identifikasi Variabel

Dalam permasalahan yang akan diteliti variabel ditentukan sesuai dengan

tujuan dari penelitian, yaitu mengarah pada internal perusahaan.

7. Penentuan teknik pengambilan sampel

Penentuan teknik pengambilan sampel disini digunakan untuk mengetahui

berapa jumlah sampel / kuisioner yang akan disebarkan ke responden.

8. Penyusunan Kusioner

Pembuatan kuisioner dalam penelitian ini ditentukan sesuai dengan kriteria

yang terdapat dalam Deming Prize dan berdasar kondisi riil perusahaan.

Secara garis besar kuisioner terdiri dari lima bagian sebagai berikut :

a. Keadaaan perusahaan secara umum, sebanyak 25 pertanyaan

b. Proses kerja, sebanyak 39 pertanyaan

c. Manajemen perusahaan, sebanyak 7 pertanyaan

d. Analisa Output yang dihasilkan, sebanyak 11 pertanyaan


9. Penyebaran Dan Pengumpulan Kuisioner

Kuisioner akan disebarkan pada karyawan perusahaan. Kuisioner diisi oleh

responden yang terdiri dari ka.bag produksi maupun pemasaran dengan

sebagian karyawan di bagian tersebut didampingi peneliti, agar apabila ada

pertanyaan dapat segera ditanggapi. Agar tidak terjadi kesalahan / kejenuhan

pengisian yang dapat mengakibatkan hasil yang menyimpang, maka tidak

dipaksakan untuk menyelesaikan semua kategori dalam satu kali pengisian.

Hal ini dikarenakan suatu kuisioner membutuhkan pemikiran yang

mendalam beserta dengan uraian penjelasannya.

10. Uji Validitas

Uji validitas disini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keabsahan data

yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan dari penyebaran kuisioner yang

telah didapatkan dari responden.

11. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dapat didefinisikan sebagai instrumen yang digunakan dalam

penelitian untuk memperoleh informasi yang diinginkan dapat dipercaya

(diandalkan) sebagai pengumpul data serta mampu mengungkap informasi

yang sebenarnya di lapangan.

12. Tahap Analisa dan Pembahasan

Pada tahap analisa ini, merupakan tahap yang paling penting dalam

penelitian ini. Pada tahap ini, score yang didapat dari pengisian kuisioner

kemudian dicocokan dengan target score pada Deming’s management (14

pont Deming). Dari sini akan diketahui kekurangan apa saja yang dimiliki

perusahaan menurut kriteria yang ada pada Deming’s, kekurangan-


kekurangan ini yang akan dibahas selanjutnya untuk diperbaiki. Setelah

diketahui tingkat kualitas internal perusahaan, maka selanjutnya adalah

penjabaran dengan penyesuaian kategori yang ada di Deming Prize.

13. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan merupakan ringkasan hasil akhir dari penelitian yang dilakukan,

pada kesimpulan akan diketahui mana yang harus diperbaiki dan mana yang

sudah baik. Dari kesimpulan ini juga dapat ditambahkan saran-saran bagi

perusahaan yang akan berguna dalam penerapan Manajemen Kualitas

Deming Prize

14. Selesai
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan Data

4.1.1 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dari populasi karyawan PT. Temprina Media Grafika.

Disini peneliti mengambil sampel disebarkan pada semua karyawan yang

mewakili semua departemen, yang mana orang-orangnya mengerti dan sadar akan

peranan kualitas manajemen dan berhubungan langsung dengan peningkatan

kualitas tersebut. Data diambil berdasarkan kuisioner-kuisioner yang diajukan

peneliti untuk responden.

Adapun data jumlah karyawan PT. Temprina Media Grafika memiliki

karyawan sebagai berikut :

No. Uraian Jumlah


1. Komisaris dan Direktur 2
2. Kepala Unit/ GM 1
3. Bagian Produksi 135
4. Bagian Penjualan 2
5. Bagian Pembelian 6
6. Bagian Teknik 10
7. Bagian Pembukuan 21
8. Bagian SDM & Umum 15
9. Unit Barang jadi 5
Total 197

Jumlah karyawan keseluruhan adalah 197. Dalam pengambilan sampel

harus berhati – hati dan memenuhi aturan dalam pemilihan sampel, apabila subjek

kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat

diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%. ( Sonny Sumarsono, 2004 : 81-82)

Maka jumlah responden :

n  25%  N

N = Jumlah karyawan keseluruhan adalah 197 orang

n = Jumlah responden / jumlah data

Sehingga :

25
 197  49,75  jadi n = 50 responden.
100

Sehingga dengan demikian, maka jumlah sampel yang diambil sebanyak

50 responden.

Jumlah sample / responden yang didapatkan harus lebih dari 30, karena

memang dengan pertimbangan ukuran sampel tersebut dapat memberikan ragam

sampel yang telah stabil sebagai pendugaan ragam populasi. ( Sugiarto, dkk,

2003: 10 ).

4.1.2 Pembuatan Kuisioner

Pembuatan kuesioner didasarkan sepenuhnya pada 14 poin manajemen

Deming, dan telah disesuaikan dengan kondisi perusahaan tersebut. ( Contoh

Kuisioner terdapat Pada Lampiran B)

4.1.3 Penyebaran Kuisioner

Kuisioner ini kami sebarkan pada semua karyawan yang mewakili

semua departemen, yang mana orang-orangnya mengerti dan sadar akan peranan

kualitas manajemen dan berhubungan langsung dengan peningkatan kualitas

tersebut.
4.1.4 Pengisian dan Pengumpulan Kuisioner

Kuisioner diisi oleh responden yang terdiri dari karyawan departemen

Produksi dan departemen umum, didampingi peneliti, agar apabila ada pertanyaan

dapat segera ditanggapi. Penyebaran kuisioner ini, juga dibantu oleh staf

perusahaan yang dapat memudahkan peneliti untuk menentukan karyawan mana

saja yang memenuhi kriteria dalam penyebaran kuisioner.

Dikarenakan waktu yang singkat dan terbatas, maka agar tidak terjadi

kesalahan dalam pengisian yang dapat mengakibatkan hasil yang menyimpang,

maka penyebaran kuisioner dilakukan selama tiga hari. Sehingga dengan

demikian dapat mengurangi tingkat kesalahan pada saat pengisian. ( Hasil

Kuisioner Dapat dilihat di Lampiran C )

4.2. Uji Validitas

Pendekatan yang digunakan adalah analisa varians (program SPSS),

jumlah sampel n = 50 dengan tingkat signifikansi 95 % maka derajat kebebasan

(df) adalah n – 2, yaitu sebesar 48, dengan r tabel sebesar 0,184. Suatu item

pertanyaan akan dianggap valid jika nilai corrected item total corelation (rhitung)

lebih besar dari nilai r kritis (rtabel).

4.2.1. Uji Validitas Keadaan Umum Organisasi / Perusahaan

Terdapat 25 pertanyaan di dalam kuisioner, maka terdapat 25 korelasi

product moment yang dilakukan. Disini peneliti menggunakan bantuan Statistical

Program for Social Science (SPSS) dalam perhitungannya.\


Berdasarkan hasil pengujian validitas yang dilakukan Statistical Program

for Social Science ( SPSS ) pada lampiran D-1 variabel keadaan umum organisasi

/ perusahaan, didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Keadaan Umum Organisasi / Perusahaan

Pertanyaan Korelasi item total (rhitung) (rtabel) Kesimpulan


1 0,215 0,184 Valid
2 0,193 0,184 Valid
3 0,369 0,184 Valid
4 0,248 0,184 Valid
5 0,234 0,184 Valid
6 0,219 0,184 Valid
7 0,236 0,184 Valid
8 0,241 0,184 Valid
9 0,197 0,184 Valid
10 0,187 0,184 Valid
11 0,393 0,184 Valid
12 0,231 0,184 Valid
13 0,347 0,184 Valid
14 0,419 0,184 Valid
15 0,232 0,184 Valid
16 0,476 0,184 Valid
17 0,266 0,184 Valid
18 0,191 0,184 Valid
19 0,279 0,184 Valid
20 0,271 0,184 Valid
21 0,368 0,184 Valid
22 0,328 0,184 Valid
23 0,196 0,184 Valid
24 0,307 0,184 Valid
25 0,430 0,184 Valid

4.2.2. Uji Validitas Proses Kerja Yang Dilakukan


Terdapat 30 pertanyaan di dalam kuisioner, maka terdapat 30 korelasi

product moment yang dilakukan. Disini peneliti menggunakan bantuan Statistical

Program for Social Science (SPSS) dalam perhitungannya.


Berdasarkan hasil pengujian validitas yang dilakukan Statistical Program

for Social Science (SPSS) pada lampiran D-2 variabel Proses kerja yang dilakuan,

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2 Proses Kerja Yang Dilakukan

Pertanyaan Korelasi item total (rhitung) (rtabel) Kesimpulan


26 0,268 0,184 Valid
27 0,336 0,184 Valid
28 0,433 0,184 Valid
29 0,190 0,184 Valid
30 0,285 0,184 Valid
31 0,192 0,184 Valid
32 0,229 0,184 Valid
33 0,267 0,184 Valid
34 0,388 0,184 Valid
35 0,242 0,184 Valid
36 0,368 0,184 Valid
37 0,210 0,184 Valid
38 0,349 0,184 Valid
39 0,348 0,184 Valid
40 0,248 0,184 Valid
41 0,279 0,184 Valid
42 0,435 0,184 Valid
43 0,549 0,184 Valid
44 0,307 0,184 Valid
45 0,288 0,184 Valid
46 0,355 0,184 Valid
47 0,357 0,184 Valid
48 0,310 0,184 Valid
49 0,417 0,184 Valid
50 0,317 0,184 Valid
51 0,227 0,184 Valid
52 0,213 0,184 Valid
53 0,189 0,184 Valid
54 0,255 0,184 Valid
55 0,197 0,184 Valid

4.2.3. Uji Validitas Tools / Alat Manajemen


Terdapat 7 pertanyaan di dalam kuisioner, maka terdapat 7 korelasi

product moment yang dilakukan. Disini peneliti menggunakan bantuan Statistical

Program for Social Science (SPSS) dalam perhitungannya.


Berdasarkan hasil pengujian validitas yang dilakukan Statistical Program

for Social Science (SPSS) pada lampiran D-3 variabel tools / alat manajemen,

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.3 Tools / Alat Manajemen


Pertanyaan Korelasi item total (rhitung) (rtabel) Kesimpulan
56 0,260 0,184 Valid
57 0,407 0,184 Valid
58 0,381 0,184 Valid
59 0,349 0,184 Valid
60 0,308 0,184 Valid
61 0,192 0,184 Valid
62 0,228 0,184 Valid

4.2.4. Uji Validitas Analisa Output Organisasi / Perusahaan

Terdapat 11 pertanyaan di dalam kuisioner, maka terdapat 11 korelasi

product moment yang dilakukan. Disini peneliti menggunakan bantuan Statistical

Program for Social Science (SPSS) dalam perhitungannya.

Berdasarkan hasil pengujian validitas yang dilakukan Statistical Program

for Social Science (SPSS) pada lampiran D-4 variabel analisa output organisasi /

perusahaan, didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4 Analisa Output Organisasi / Perusahaan


Pertanyaan Korelasi item total (rhitung) (rtabel) Kesimpulan
63 0,285 0,184 Valid
64 0,350 0,184 Valid
65 0,401 0,184 Valid
66 0,285 0,184 Valid
67 0,498 0,184 Valid
68 0,236 0,184 Valid
69 0,187 0,184 Valid
70 0,580 0,184 Valid
71 0,223 0,184 Valid
72 0,267 0,184 Valid
73 0,293 0,184 Valid
4.3. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sifat suatu alat ukur

dalam pengertian apakah alat ukur yang digunakan cukup akurat, stabil atau

konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur.

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas yang dilakukan Statistical Program

for Social Science (SPSS) pada lampiran D-1; D-2; D-3; D-4, diperoleh hasil

Croncbach Alpha sebagai berikut:

Tabel 4.5 Perhitungan Reliabilitas 4 Elemen Dasar Kerangka Kerja


Perhitungan Relabilitas 4 Elemen Dasar Kerangka Kerja dari Deming Prize
Croncbach α
Croncbach
4 Elemen dasar Deming Prize Yang Kesimpulan
α Hitung
disyaratkan
1. Keadaan perusahaan secara umum 0,721 0,600 Reliabel
2. Proses kerja yang dilakukan 0,671 0,600 Reliabel
3. Tools/alat Manajemen 0,648 0,600 Reliabel
4. Analisa output perusahaan 0,636 0,600 Reliabel

Suatu kuesioner dikatakan reliabel bila memiliki nilai cronbach Alpha

lebih besar dari 0,60 (Ghozali, 2001:133), berdasarkan tabel di atas yang

menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,600, maka dapat diputuskan bahwa

seluruh kuesioner untuk masing-masing dimensi kualitas layanan telah reliabel.


4.4. Perhitungan Score Data Kuisioner

4.4.1 Perhitungan Score untuk Keadaan Organisasi Secara Umum

Berdasarkan data kuisioner yang ada dilampiran C-1dapat di hitung

Rata-rata score perusahaan sebagai berikut:

Rumus :

 n 
  xi 
x   i 1 
n
Jika jumlah pertanyaan perkategori lebih dari 1, maka :
 n 
  xi 
x   i 1  
1
n y
Keterangan:

x = Rata-rata

n = Banyaknya data / Responden

x = Data

y = Jumlah pertanyaan

(Sumber : Mudrajad Kuncoro,Ph.D, 2003)

Contoh perhitungan Score untuk Keadaan Organisasi Secara

Umum untuk kategori Kesadaran akan srategi ( Pertanyaan nomor 1).

4  4  5  4  ....  4  3 209
x =( )= ( )
50 50

x = 4,18

Dimana :

x = 5  5  5  5  ....  4  5 = 4,18

n = 50 Responden

(Untuk perhitungan yang lainnya ada dilampiran E-1)


Tabel 4.6 Perolehan Score untuk Keadaan Organisasi Secara Umum
Pertanyaan Score
No Kategori
No : perusahaan
1. Kesadaran akan srategi 1 4,18
2 Visi untuk masa depan 2-3 3,40*
3 Inovasi 4 4,24
4 Kebijakan kualitas yang diterapkan 5 4,22
5. Value system / etika 6 3,98
6 Keterlibatan pihak top manajemen 7 4,24
7 Komitmen mewujudkan tujuan 8 4,14
8 Aturan proses peningkatan kualitas 9-10 4,17
9. Perhatian untuk peningkatan kualitas 11 4,30
10. Sistem/struktur peningkatan kualitas 12 4,16
11. Sadar akan produktivitas 13 3,90
12. Sikap/moral 14 4,16
13. Kerja sama 15-16 4,35
14. Keterlibatan 17 4,46
15. Persepsi lingkungan kerja 18 4,02
16. Interaksi social 19 4,06
17. Karateristik tugas karyawan 20 4,34
18. Konsekuensi pembatas 21-22 4,07
19. Orientasi Pelanggan 23 3,36*
20. Komunikasi 24-25 4,02
Total (jumlah score dibagi 20) 4,09
Sumber : Data primer diolah (lampiran C-1)
4.4.2 Perhitungan Score untuk Proses Kerja yang di Lakukan

Berdasarkan data kuisioner yang ada dilampiran C-2 dapat di

hitung Rata-rata score perusahaan sebagai berikut:

Rumus :
 n 
  xi 
x   i 1 
n
Jika jumlah pertanyaan perkategori lebih dari 1, maka :
 n 
  xi 
x   i 1  
1
n y
Keterangan:
x = Rata-rata
n = Banyaknya data / Responden
x = Data

y = Jumlah pertanyaan

(Sumber : Mudrajad Kuncoro,Ph.D, 2003)

Contoh perhitungan Score untuk proses keja yang dilakukan, untuk

kategori Job Analisis ( Pertanyaan nomor 26 dan 27 ).

(2  1  2  2  ....  2  2)  (2  1  2  .....  2  1) 1
x =( ) =
50 2
84  78 1
( )
50 2
x = 1,62
Dimana :
x = (2  1  1  2  ....  1  2)  (1  1  1  .....  1  1) = 84+78
n = 50 Responden
(Untuk perhitungan lain ada dilampiran E-2)
Tabel 4.7 Perolehan Score Untuk Proses Kerja Yang Dilakukan
Pertanyaan Score
No Kategori
no : perusahaan
1. Job analysis 26-27 1,62
2 Wewenang tertinggi 28 1,48*
3 Perhatian akan kualitas 29 1,54*
4 Kepemimpinan top manajemen 30-31 1,57
5. Aktivitas pelayanan customer 32-33 1,61
6 Definisi improvement 34 1,66
7 Tujuan unit kerja 35 3,86
8 Tujuan organisasi 36 4,48
9. Rencana penerapan kualitas 37 1,58
10. Rencana strategi 38-39 1,63
11. Effisiensi organisasi 40 3,76
12. Investasi/penerapan teknologi 41 3,60
13. Metode/proses peningkatan 42 4,10
14. Ide baru 43 3,44*
15. Masukan karyawan 44 1,54
16. Peningkatan yang dicapai 45-46 3,62
17. Pengukuran 47 1,38*
18. Feedback 48-50 1,62
19. Evaluasi 51-52 1,66
20. Hasil yang didapat 53 1,56
21. Penghargaan 54-55 1,45*
Total (jumlah score dibagi 21) 2,32
Sumber : Data primer diolah (lampiran C-2)

4.4.3 Perhitungan Score untuk Tools / Alat Management

Berdasarkan data kuisioner yang ada dilampiran C-3 dapat di

hitung Rata-rata score perusahaan sebagai berikut:

Rumus :

 n 
  xi 
x   i 1 
n
Jika jumlah pertanyaan perkategori lebih dari 1, maka :
 n 
  xi 
x   i 1  
1
n y
Keterangan:

x = Rata-rata
n = Banyaknya data / Responden

x = Data

y = Jumlah pertanyaan

(Sumber : Mudrajad Kuncoro,Ph.D, 2003)

Contoh perhitungan score tools / alat manajemen, untuk kategori

definisi tools / alat kerja ( Pertanyaan nomor 56 ).

2  1  1  2  ....  1 77
x =( )= ( )
60 50

x = 1,54

Dimana :

x = 2  2  1  1  ....  2 = 77

n = 50 Responden

(Untuk perhitungan lain ada dilampiran E-3)


Tabel 4.8 Perolehan Score Untuk Tools / Alat Management
Pertanyaan Score
No Kategori
no : perusahaan
1. Definisi tool/alat kerja 56 1,54
2 Assessment/penilaian 57-58 1,63
3 Proses/ukuran analisa 59 1,64
4 Komunikasi 60-61 1,49*
5. Perkembangan organisasi 62 1,56
Total (jumlah score dibagi 5) 1,57
Sumber : Data primer diolah (lampiran C-3)

4.4.4 Perhitungan Score untuk Tools / Alat Management

Berdasarkan data kuisioner yang ada dilampiran C-4 dapat di

hitung Rata-rata score perusahaan sebagai berikut:

Rumus :

 n 
  xi 
x   i 1 
n

Jika jumlah pertanyaan perkategori lebih dari 1, maka :

 n 
  xi 
x   i 1  
1
n y

Keterangan:

x = Rata-rata

n = Banyaknya data / Responden

x = Data

y = Jumlah pertanyaan

(Sumber : Mudrajad Kuncoro,Ph.D, 2003)


Contoh perhitungan Score Analisa output perusahaan / organisasi,

untuk kategori aliran kerja / delay ( Pertanyaan nomor 63 ).

4  4  3  4  ....  3 175
x =( )= ( )
50 50

x = 3,5

Dimana :

x = 4  4  3  4  ....  3 = 175

n = 50 Responden

(Untuk perhitungan lain ada dilampiran E-4)

Tabel 4.9 Perolehan Score Untuk Analisa Output Perusahaan/ Organisasi


Pertanyaan Score
No Kategori
no : perusahaan
1. Aliran kerja/delay 63 3,72
2 Fasilitas 64 3,82
3 Peralatan/equipment 65 4,18
4 Staffing. 66 4,16
5. Pemborosan 67 3,92
6 Pelatihan 68 3,34*
7 Struktur organisasi/struktur kerja 69 3,98
8 Supply bahan-bahan 70 4,22
9. Survey kualitas pada customer 71 4,16
10. Kuantitatif/jumlah 72 3,68
11. Reliabilitas 73 3,88
Total (jumlah score dibagi 11) 3,61
Sumber : Data primer diolah (lampiran C-4)
4.5 Analisa Score Perusahaan dengan Target Score Deming Prize

4.5.1 Analisa Score Untuk Keadaan Organisasi Secara Umum

Tabel 4.10 Score untuk Keadaan Organisasi Secara Umum

Keterangan
Score Target
No Kategori perlu
perusahaan score
diperbaiki/tidak
1. Kesadaran akan srategi 4,18 3,50 Tidak perlu
2 Visi untuk masa depan 3,40* 3,50 Perlu diperbaiki
3 Inovasi 4,24 3,50 Tidak perlu
4 Kebijakan kualitas yang diterapkan 4,22 3,50 Tidak perlu
5. Value system / etika 3,98 3,50 Tidak perlu
6 Keterlibatan pihak top manajemen 4,24 3,50 Tidak perlu
7 Komitmen mewujudkan tujuan 4,14 3,50 Tidak perlu
8 Aturan proses peningkatan kualitas 4,17 3,50 Tidak perlu
9. Perhatian untuk peningkatan kualitas 4,30 3,50 Tidak perlu
10. Sistem/struktur peningkatan kualitas 4,16 3,50 Tidak perlu
11. Sadar akan produktivitas 3,90 3,50 Tidak perlu
12. Sikap/moral 4,16 3,50 Tidak perlu
13. Kerja sama 4,35 3,50 Tidak perlu
14. Keterlibatan 4,46 3,50 Tidak perlu
15. Persepsi lingkungan kerja 4,02 3,50 Tidak perlu
16. Interaksi social 4,06 3,50 Tidak perlu
17. Karateristik tugas karyawan 4,34 3,50 Tidak perlu
18. Konsekuensi pembatas 4,07 3,50 Tidak perlu
19. Orientasi Pelanggan 3,36* 3,50 Perlu diperbaiki
20. Komunikasi 4,02 3,50 Tidak perlu
Total (jumlah score dibagi 20) 4,09 3,50

Berdasarkan perbandingan score perusahaan (Tabel 4.10) dan target score

(tabel 2.1) maka dapat dilihat kategori – kategori yang perlu / tidak ditingkatkan

sebagai berikut:

1. Visi untuk masa depan

Pada pertanyaan nomor 2 dan 3 “Karyawan berusaha merencanakan

perubahan kebijakan dan teknologi yang berdampak langsung pada performansi

misi “
Diketahui bahwa dalam merencanakan perubahan kebijakan teknologi

seluruh karyawan belum bisa merencanakan dan tidak dilibatkan secara langsung,

karena perubahan kebijakan dan perubahan tekologi yang menentukan hanya

dapat diputuskan oleh pimpinan dan karyawan tidak perlu turut campur

didalamnya.

Padahal seharusnya, para karyawan perlu dilibatkan dalam merencanakan

perubahan kebijakan dan perubahan teknologi, karena mereka adalah orang yang

paling dekat dengan masalah yang terjadi, dan mereka adalah orang yang tepat

dan terbaik untuk bersama-sama membuat keputusan. Selain itu keputusan akan

menjadi lebih baik dengan adanya masukan dari setiap pihak yang dipengaruhi

oleh keputusan tersebut.

Jadi karyawan perlu dilibatkan dalam merencanakan perubahan kebijakan

dan teknologi, masukan yang ada tidak sekedar hanya diperdengarkan, tetapi juga

memperhatikan, mempertimbangkan, dan menindaklanjuti masukan tersebut

apakah akan diterima atau tidak.

Untuk kategori ini, perusahaan perlu melibatkan karyawan dan

memberdayakan karyawan dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.

2. Orientasi Pelanggan

Pada pertanyaan nomor 23 “ Karyawan perusahaan mengenal dan

perhatian pada pelanggan “

Diketahui bahwa karyawan belum bisa mengenal dan perhatian pada

pelanggan, yang merupakan hal yang dapat meningkatkan suatu kualitas dari

produk. Dan hanya menganggap itu hanya untuk bagian tertentu saja.
Padahal setiap proses produksi dalam suatu perusahaan orientasi utamanya

adalah pelenggan, tanpa adanya pelanggan suatu proses tidak mempunyai tujuan

tertentu. Pelanggan merupakan penerima produk atau jasa. Dan semua mengarah

kesuatu sasaran untuk peningkatan.

Untuk itu perusahaan juga harus memusatkan perhatiannya terhadap

pelanggan, dan memberikan pengertian kepada seluruh karyawan bahwa kepuasan

pelanggan sangatlah penting. Dengan demikian pelanggan merupakan anggota

lain dari suatu organisasi tersebut yang mana tergantung pada produk atau jasa

dari perusahaan untuk proses mereka sendiri.

4.5.2 Analisa Score Untuk proses Kerja Yang Dilakukan

Tabel 4.11 Score Untuk Proses Kerja Yang Dilakukan


Keterangan
Score Target
No Kategori perlu
perusahaan score
diperbaiki/tidak
1. Job analysis 1,62 1,50 Tidak perlu
2 Wewenang tertinggi 1,48* 1,50 Perlu diperbaiki
3 Perhatian akan kualitas 1,54* 1,70 Perlu diperbaiki
4 Kepemimpinan top manajemen 1,57 1,55 Tidak perlu
5. Aktivitas pelayanan customer 1,61 1,50 Tidak perlu
6 Definisi improvement 1,66 1,60 Tidak perlu
7 Tujuan unit kerja 3,86 3,50 Tidak perlu
8 Tujuan organisasi 4,48 3,50 Tidak perlu
9. Rencana penerapan kualitas 1,58 1,50 Tidak perlu
10. Rencana strategi 1,63 1,50 Tidak perlu
11. Effisiensi organisasi 3,76 3,50 Tidak perlu
12. Investasi/penerapan teknologi 3,60 3,50 Tidak perlu
13. Metode/proses peningkatan 4,10 3,50 Tidak perlu
14. Ide baru 3,44* 3,50 Perlu diperbaiki
15. Masukan karyawan 1,54 1,40 Tidak perlu
16. Peningkatan yang dicapai 3,62 3,50 Tidak perlu
17. Pengukuran 1,38* 1,50 Perlu diperbaiki
18. Feedback 1,62 1,40 Tidak perlu
19. Evaluasi 1,66 1,50 Tidak perlu
20. Hasil yang didapat 1,56 1,00 Tidak perlu
21. Penghargaan 1,45* 1,50 Perlu diperbaiki
Total (jumlah score dibagi 21) 2,32 2,12
Berdasarkan perbandingan score perusahaan (Tabel 4.11) dan target score

(tabel 2.2) maka dapat dilihat kategori – kategori yang perlu / tidak ditingkatkan

sebagai berikut:

1. Wewenang Tertinggi

Pada pertanyaan nomor 28 “Perusahaan secara informal telah meminta

opini dari karyawan dalam usahanya mengimprove kualitas yang diperlukan”

Diketahui bahwa ,Perusahaan tidak berusaha untuk meminta pendapat dari

para karyawannya, padahal untuk mendukung perbaikan kualitas yang diperlukan

perusahaan membutuhkan pendapat dari para karyawannya. Karena para

karyawan lebih tahu masalah atau kekurangan dilapangan.

Seharusnya perusahaan harus meminta secara langsung opini dari

karyawan atau menyediakan kotak saran yang memuat tentang usulan atau

kekurangan dalam usaha mendukung perbaikan kualitas manajemen.

2. Perhatian akan kualitas

Pada pertanyaan nomor 29 “Kebijakan Quality Improvementnya tertulis “

Diketahui bahwa, Perusahaan belum memperhatikan kebijakan quality

improvementnya (perbaikan kulitas) dan kebijakan quality improvementnya

(perbaikan kulitas) masih dipegang oleh orang tertentu yang bertanggung jawab

sepenuhnya pada sukses atau gagalnya perusahaan. Sehingga perusahaan

cenderung stagnan (tidak mengalami perbaikan atau tidak mengalami penurunan).

Seharusnya semua karyawan didalam perusahaan harus ikut menjalankan

kebijakan Quality Improvementnya (perbaikan kulitas). Dan juga kebijakan

Quality Improvementnya harus dihadapi dengan serius oleh semua karyawan.


3. Ide Baru

Pada pertanyaan nomor 43 “Dimintai pendapatnya secara periodic apa

yang sedang mereka pikirkan untuk perkembangan perusahaan.”

Untuk Ide baru kurang memenuhi target, dikarenakan perusahaan belum

mengikutsertakan karyawan dalam membuat ide baru, karyawan hanya

melakukan suatu pekerjaan sesuai permintaan atau arahan atasan. Perusahaan

dapat memberdayakan karyawan dalam memenuhi ide – ide / inovasi baru.

Ada berbagai sarana yang dapat digunakan untuk mendorong karyawan

agar memberikan masukan dan menyalurkan kepada para pengambil

keputusan.

Berikut beberapa metode yang dapat digunakan :

A. Brainstorming

B. Nominal Group Technique

C. Gugus Kualitas ( Quality Circle )

D. Kotak saran

E. Management by Walking Around

Jadi pendapat yang menyangkut rencana perbaikan kualitas perlu

disosialisasikan, walaupun tidak harus diterapkan, setidaknya menjadi bahan

pertimbangan.

4. Pengukuran

Pada pertanyaan nomor 47 “ Untuk membentuk perusahaan yang perlu

meningkatkan improvement, maka yang perlu dikembangkan dan dievaluasi :

memperbaiki metode kerja; mengadakan program palatihan terhadap seluruh

karyawan; Peningkatan Teknologi (material atau alat).


Perusahaan kurang mendukung dalam perbaikan kualitasnya,jadi hanya

berfokus pada peningkatan produknya saja, dan tidak memperhatikan para

karyawan dan peningkatan mesin. Padahal kualitas produk bisa lebih baik jika

para karyawan terampil dan memahami kualitas dan ditunjang mesinnya yang

baik pula.

Seharusnya perusahaan memberikan pelatihan terhadap para

karayawannya agar terampil dan memberikan pemahaman kepada karyawan

tentang pentingnya kualitas.

5. Penghargaan.

Pada pertanyaan nomor 54 – 55 “ Karyawan dengan prestasi yang bagus

pada semua tingkatan, dapat mengharapkan : bonus uang atau penghargaan dan

peningkatan tanggungjawab”

Hampir sebagian besar dari seluruh karyawan yang ada diperusahaan

merasa walaupun mempunyai prestasi yang bagus, tidak dapat mengharapkan

bonus uang atau penghargaan dan peningkatan tanggung jawab dan sebagian

kecil dari seluruh karyawan di perusahaan dapat mengharapkan bonus uang

atau penghargaan dan peningkatan tanggung jawab. Lebih dari separuh

karyawan mengganggap dengan mengerjakan pekerjaannya seperti biasa tanpa

merasa terpacu untuk melakukan peningkatan kerja dianggap sudah baik.

Untuk meningkatkan semangat kerja dan penambahan bonus uang perlu

dilakukan, ternyata bonus yang diberikan disesuaikan dengan finansial

perusahaan, penghargaan kepada karyawan walau hanya berupa kata-kata

pujian juga dapat menambah semangat kerja mereka karena mereka merasa

pekerjaan mereka dihargai.


4.5.3 Analisa Untuk Tools / Alat Management

Tabel 4.12 Untuk Tools / Alat Management


Keterangan
Score Target perlu
No Kategori
perusahaan score diperbaiki/tida
k
1. Definisi tool/alat kerja 1,54 1,50 Tidak perlu
2 Assessment/penilaian 1,63 1,30 Tidak perlu
3 Proses/ukuran analisa 1,64 1,50 Tidak perlu
4 Komunikasi 1,49* 1,50 Perlu diperbaiki
5. Perkembangan organisasi 1,56 1,50 Tidak perlu
Total (jumlah score dibagi 5) 1,57 1,46

Berdasarkan perbandingan score perusahaan (Tabel 4.12) dan target score

(tabel 2.3) maka dapat dilihat kategori – kategori yang perlu / tidak ditingkatkan

sebagai berikut:

1. Komunikasi

Pada pertanyaaan nomor 60 - 61. “ Perusahaan telah mengatur

diadakannya workshop dan menerbitkan koran / selebaran yang didalamnya

memuat informasi tentang peningkatan kualitas “.

Banyak responden yang mengganggap kurang penting diadakannya

workshop dan menganggap tidak perlunya pengetahuan lebih, menganggap

hanya pimpinan saja yang perlu menambah wawasan. Padahal kualitas suatu

produk tidak hanya ditentukan oleh teknologi ataupun pimpinan yang baik

melainkan melibatkan semua elemen yang ada dalam organisasi tersebut.

Dengan demikian perusahaan diharapkan bisa mengatasi atau menambah

pengetahuan seluruh elemen yang ada demi kemajuan atau peningkatan

kualitas.

Seharusnya karyawan mengadakan pertemuan rutin, seperti briefing

pagi. Dan memaksimalka papan pengumuman sebagai sarana komunikasi.


4.4.4 Analisa Untuk Analisa Output Perusahaan/ Organisasi

Tabel 4.13 Score Untuk Analisa Output Perusahaan/ Organisasi


Keterangan
Score Target
No Kategori perlu
perusahaan score
diperbaiki/tidak
1. Aliran kerja/delay 3,72 3,50 Tidak perlu
2 Fasilitas 3,82 3,50 Tidak perlu
3 Peralatan/equipment 4,18 3,50 Tidak perlu
4 Staffing. 4,16 3,50 Tidak perlu
5. Pemborosan 3,92 3,50 Tidak perlu
6 Pelatihan 3,34* 3,50 Perlu diperbaiki
7 Struktur organisasi/struktur kerja 3,98 3,50 Tidak perlu
8 Supply bahan-bahan 4,22 3,50 Tidak perlu
9. Survey kualitas pada customer 4,16 3,50 Tidak perlu
10. Kuantitatif/jumlah 3,68 3,50 Tidak perlu
11. Reliabilitas 3,88 3,50 Tidak perlu
Total (jumlah score dibagi 11) 3,61 3,53

Berdasarkan perbandingan score perusahaan (Tabel 4.13) dan target score

(tabel 2.2) maka dapat dilihat kategori – kategori yang perlu / tidak ditingkatkan

sebagai berikut:

1. Pelatihan

Pada pertannyaan nomor 68 “Para karyawan menerima petunjuk dan

pengarahan kerja yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan”

Untuk kategori analisa output perusahaan/ organisasi, score yang

diperoleh perusahaan melebihi dari target score yang ditetapkan. Hal ini

berarti secara umum perusahaan telah memenuhi. Tetapi ada yang masih

belum memenuhi target yaitu Pelatihan. Dikarenakan pelatihan terhadap

karyawan masih kurang penting. Untuk meningkatkan kualitas para karyawan

harusnya mendapatkan pelatihan dan pendidikan yang berhubungan dengan

pengendalian kualitas. Untuk itu perusahaan perlu menetapkan sistem


pelatihan yang terstruktur dengan membagi ke dalam enam tingkat pelatihan

pengendalian kualitas, sebagai berikut :

1. Pelatihan bagi karyawan yang tidak mengetahui apa – apa tentang

pengendalian kualitas.

2. Pelatihan bagi karyawan yang mengerti konsep kualitas hanya apabila

diterangkan.

3. Pelatihan bagi karyawan yang meniru atau mencontoh aktivitas

pengendalian kualitas dari orang lain tetapi tidak dapat memulai tindakan

bagi diri mereka sendiri.

4. Pelatihan bagi karyawan yang mampu memberikan komentar – komentar

pengendalian kualitas yang bermanfaat.

5. Pelatihan bagi karyawan yang mampu merencanakan dan melaksanakan

aktivitas pengendalian kualitas bagi diri mereka sendiri.

6. Pelatihan bagi karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian

kualitas secara otomatis dan telah menjadi kebiasaan sehari – hari.

4.6. Pembahasan

Berdasarkan pada hasil – hasil yang diperoleh dalam analisa, maka dapat

ditarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan

Manajemen Kualitas Deming Prize.

4.6.1 Pembahasan Score Perusahaan dengan Target Score Deming Prize

Berdasarkan perhitungan sebelumnya didapatkan hasil sebagai berikut

sebagai berikut ini :


Dari tabel 4.10 Perolehan score untuk keadaan organisasi secara umum adalah

sebesar 4,09 sudah melebihi rata-rata target score yang telah ditetapkan yaitu

sebesar 3,50. Dapat diketahui bahwa ada 2 kategori yang perlu diperhatikan (yang

masih di bawah target score) yaitu :

1. Kategori Visi untuk masa depan ( pertanyaan no. 2).

Kategori ini memiliki nilai 3,40 sedangkan nilai target skor 3,50 maka perlu

adanya perhatian / perbaikan.

Perbaikan untuk kategori ini dapat dilakukan dengan membentuk suatu

wadah organisasi yang menampung masukan para karyawan dan organisasi

tersebut memiliki agenda rutin pertemuan dengan top managemen untuk

melakukan brainstorming.

2. Kategori Orientasi pelanggan ( pertanyaan no. 23).

Kategori ini memiliki nilai 3,36 sedangkan nilai target skor 3,50 maka

perlu adanya perhatian / perbaikan.

Perbaikan dilakukan dengan mengadakan pelatihan yang bertujuan untuk

memberikan pemahaman pada karyawan tentang customer oriented.

Dari tabel 4.11 Perolehan score untuk proses kerja yang dilakukan adalah sebesar

2,32 sudah melebihi rata-rata target score yang telah ditetapkan yaitu sebesar 2,12

dilakukan. Dapat diketahui bahwa ada 5 kategori yang perlu diperhatikan (yang

masih di bawah target score) yaitu :

1. Wewenang Tertinggi (pertanyaan nomor 28)

Kategori ini memiliki nilai 1,48 sedangkan nilai target skor 1,50 maka

perlu adanya perhatian / perbaikan.


Seharusnya perusahaan harus meminta secara langsung opini dari

karyawan atau menyediakan kotak saran yang memuat tentang usulan atau

kekurangan dalam usaha mendukung perbaikan kualitas manajemen.

2. Perhatian akan kualitas (pertannyaan no.29)

Kategori ini memiliki nilai 1,54 sedangkan nilai target skor 1,70 maka

perlu adanya perhatian / perbaikan.

Perbaikan untuk kategori ini dapat dilakukan dengan membeikan

pemgarahan kepada seluruh karyawan didalam perusahaan harus ikut

menjalankan kebijakan Quality Improvementnya (perbaikan kulitas) decara

serius.

3. Ide Baru ( pertanyaan no. 43).

Kategori ini memiliki nilai 3,44 sedangkan nilai target skor 3,50 maka perlu

adanya perhatian / perbaikan.

Perbaikan untuk kategori ini dapat dilakukan dengan memberikan berbagai

sarana yang dapat digunakan untuk mendorong karyawan agar memberikan

masukan dan menyalurkan kepada para pengambil keputusan

4. Pengukuran ( pertanyaan no. 47).

Kategori ini memiliki nilai 1,38 sedangkan nilai target skor 1,50 maka

perlu adanya perhatian / perbaikan.

Seharusnya perusahaan memberikan pelatihan terhadap para

karayawannya agar terampil dan memberikan pemahaman kepada karyawan

tentang pentingnya kualitas.


5. Kategori penghargaan ( pertanyaan no. 54 -55).

Kategori ini memiliki nilai 1,45 sedangkan nilai target skor 1,50 maka perlu

adanya perhatian / perbaikan.

Perbaikan dilakukan jika perusahaan memberikan penghargaan berupa

kenaikan jabatan/ gaji kepada karyawan untuk memotivasi agar lebih

semangat dalam bekerja.

Dari tabel 4.12 Perolehan score untuk tools / alat manajemen adalah sebesar 1,57

sudah melebihi rata-rata target score yang telah ditetapkan yaitu sebesar 1,46.

Dapat diketahui bahwa ada 1 kategori yang perlu diperhatikan (yang masih di

bawah target score) yaitu :

1. Komunikasi ( pertanyaan no. 60 - 61).

Kategori ini memiliki nilai 1,49 sedangkan nilai target skor 1,50 maka perlu

adanya perhatian / perbaikan.

Perbaikan yang dilakukan, perusahaan menerbitkan koran / majalah yang

memuat informasi tentang perbaikan kualitas dan workshop – workshop yang

wajib dihadiri oleh para karyawan

Dari tabel 4.13 Perolehan score untuk tools / alat manajemen adalah sebesar 3,61

sudah melebihi rata-rata target score yang telah ditetapkan yaitu sebesar 3,50.

Dapat diketahui bahwa ada 1 kategori yang perlu diperhatikan (yang masih di

bawah target score) yaitu :

1. Pelatihan ( pertanyaan no. 68).

Kategori ini memiliki nilai 3,34 sedangkan nilai target skor 3,50 maka perlu

adanya perhatian / perbaikan.


. Perbaikan yang dilakukan, perusahaan memberikan pelatihan dan

pendidikan yang berhubungan dengan pengendalian kualitas, untik

meningkatkan kualitas para karyawan

4.6.2 Rangkuman Hasil Pembahasan

Berdasarkan pembahasan diatas diperoleh kategori – kategori yang perlu

ditingkatkan sebagai berikut :

4.14 Score untuk Keadaan Organisasi Secara Umum


Keterangan
Score Target
No Kategori perlu Usulan Perbaikan
perusahaan score
diperbaiki/tidak
Membentuk wadah organisasi
1. Visi untuk masa depan 3,34* 3,50 Perlu diperbaiki yang menampung masukan
karyawan
Pelatihan karyawan tentang
2. Orientasi Pelanggan 3,44* 3,50 Perlu diperbaiki pemahaman Orientasi
Pelanggan

Tabel 4.11 Score Untuk Proses Kerja Yang Dilakukan


Keterangan
Score Target
No Kategori perlu Usulan Perbaikan
perusahaan score
diperbaiki/tidak
Meminta opini secara
*
1. Wewenang Tertinggi 1,48 1,50 Perlu diperbaiki langsung, menyediakan
kotak saran
Mejalankan kebijakan
2. Perhatian akan kualitas 1,54* 1,70 Perlu diperbaiki perbaikan kualitas secara
serius
3. Ide baru 3,50 Perlu diperbaiki Mendorong karyawan agar
3,44*
memberikan masukan
Memberikan pelatihan
keterampilan dan
4. Pengukuran 1,38* 1,50 Perlu diperbaiki pemahaman pentingnya
kualitas
Memberikan penghargaan
5. Penghargaan 1,41* 1,50 Perlu diperbaiki berupa kenaikan gaji atau
jabatan
Tabel 4.12 Untuk Tools / Alat Management
Keterangan
Score Target
No Kategori perlu Usulan Perbaikan
perusahaan score
diperbaiki/tidak
Menerbitkan koran/majalah
1. Komunikasi 1,49* 1,50 Perlu diperbaiki yang memuat informasi
tentang perbaiakan kualitas

Tabel 4.13 Score Untuk Analisa Output Perusahaan/ Organisasi


Keterangan
Score Target
No Kategori perlu Usulan Perbaikan
perusahaan score
diperbaiki/tidak
Memberikan pelatihan dan
1. pendidikan yang
Pelatihan 3,34* 3,50 Perlu diperbaiki
berhubungan dengan
pengendalian kualitas
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kualitas internal di PT. Temprina Media Grafika secara umum sudah cukup

baik, hal ini terbukti dari score-score yang didapat dari 4 variabel, yaitu :

a. Untuk variabel keadaan perusahaan secara umum, rata-rata total score

perusahaan yang didapat yakni 4,09 sudah melebihi rata-rata total target

score yang ditetapkan yaitu 3,50. Dimana ada dua kategori yang score dari

perusahaan masih dibawah target score yang ditetapkan, yakni untuk visi

masa depan yang scorenya 3,40 sedangkan target yang ditetapkan sebasar

sebesar 3,50 dan orientasi pelanggan yang scorenya 3,36 sedangkan target

yang ditetapkan sebasar sebesar 3,50.

b. Untuk variabel proses kerja yang dilakukan perusahaan, rata-rata total

score perusahaan 2,32. Score ini melebihi rata-rata total nilai target score

yang telah ditetapkan yaitu 2,12. Dimana ada dua kategori yang score dari

perusahaan masih dibawah target score yang ditetapkan, yakni untuk

wewenang tertinggi yang scorenya 1,48 sedangkan target yang ditetapkan

sebasar sebesar 1,50 ,perhatian akan kualitas yang scorenya 1,54

sedangkan target yang ditetapkan sebasar sebesar 1,70 ,ide baru yang

scorenya 3,46 sedangkan target yang ditetapkan sebasar sebesar 3,50 ,

pengukuran yang scorenya 1,38 sedangkan target yang ditetapkan sebasar


sebesar 1,50 dan penghargaan yang scorenya 1,45 sedangkan target yang

ditetapkan sebasar sebesar 1,50.

c. Untuk variabel tools / alat manajemen, rata-rata total score perusahaan

sebesar 1,57. Score ini sudah melebihi rata-rata total target score yang

ditetapkan yaitu 1,46. Dimana ada satu kategori yang score dari

perusahaan masih dibawah target score yang ditetapkan, yakni untuk

komunikasi yang scorenya 1,49 sedangkan target yang ditetapkan sebasar

sebesar 1,50.

d. Untuk variabel Analisis output organisasi / perusahaan, rata-rata total

score perusahaan sebesar 3,61. Score ini melebihi rata-rata total nilai target

score yang telah ditetapkan yaitu 3,50. Dimana ada satu kategori yang

score dari perusahaan masih dibawah target score yang ditetapkan, yakni

untuk komunikasi yang scorenya 3,42 sedangkan target yang ditetapkan

sebasar sebesar 3,50.

2 Pada katogori deming prize, Kategori – kategori yang mempengaruhi kualitas

perusahaan yang perlu diperhatikan dan perlu adanya perbaikan, antara lain :

Pada kategori visi untuk masa depan perbaikan dilakukan dengan

membentuk wadah organisasi yang menampung masukan para karyawan,

kategori orientasi pelanggan perbaikan dilakukan dengan mengadakan

pelatihan tentang customer oriented. Untuk perbaikan kategori wewenang

tertinggi dengan meminta opini secara langsung dan menyediakan kotak saran,

perhatian akan kualitas memberikan pengarahan kepada karyawan dalam

menjalankan kebijakan Quality Improvement (Perbaikan Kualitas),pada

kategori ide baru memberikan sarana untuk para karyawan agar dapat
memberi masukan-masukan kepada pengambil keputusan, kategori

pengukuran memberikan pelatihan keterampilan dan pemahaman pentingnya

kualitas dan untuk kategori penghargaan melakukan penghargaan dengan

memberikan penghargaan berupa kenaikan jabatan/gaji.

Untuk Kategori komunikasi melakukan workshop dan menerbitkan

koran/majalah perusahaan yang memuat informasi tentang perbaikan kualitas

dan untuk kategori pelatihan memberikan pelatihan dan pendidikan yang

berhubungan dengan pengendalikan kualitas.

5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas, maka saran yang diberikan untuk

meningkatkan kualitas internal PT. Temprina Media Grafika Surabaya

berdasarkan Deming Prize adalah sebagai berikut :

1. Perlunya diadakan perbaikan pada kategori deming agar nilai target score

dapat dipenuhi atau melebihi dari score yng sudah ditetapkan.

2. Melibatkan karyawan dalam usaha peningkatan kualitas ataupun

pengembangan perusahaan, dengan pembentukan tim atau kelompok kecil.

3. Melakukan pengukuran masalah efisiensi, efektifitas, produktivitas, kualitas

produk, waktu kerja, inovatifitas, komunikasi dan kualitas kerja para

karyawan.

4. Menambah bonus sesuai dengan kemampuan perusahaan, memberikan

penghargaan dan peningkatan tanggung jawab bagi karyawan yang

berprestasi.
5. Rencana perbaikan bagi perusahaan yang dapat diterapkan menyangkut

beberapa kekurangan yang ada diperusahaan, antara lain :

a. Implementasi pelibatan dan pemberdayaan karyawan.

b. Pemberian kompensasi bagi karyawan dengan menggunakan prinsip –

prinsip sistem kompensasi.

Anda mungkin juga menyukai