Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PERKEMBANGAN ASPEK SOSIOLOGI PERTANIAN TERKAIT

PENGARUHNYA TERHADAP PETANI DI DESA DUREN


Shendy Citra Oktaviana Dewi
Universitas Brawijaya
Desa Duren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek
HP: 085288796084, Kode Pos: 66352
Email: shendycitra@student.ub.ac.id; shendycitra2000@gmail.com

Abstrak
Sosiologi pertanian adalah salah satu cabang ilmu sosiologi yang
mempelajari hubungan sosial dengan pertanian. Di dalam sosiologi
pertanian terdapat aspek-aspek dan perkembangan yang terjadi di dalamnya
yang berpengaruh terhadap para petani. Artikel ini menjawab pertanyaan
mengenai perkembangan pertanian di Desa Duren terkait aspek-aspek
sosiologi pertanian. Terdapat asumsi bahwa di Desa Duren terdapat
perkembangan pertanian serta perubahan di dalamnya terkait pengaruh
aspek-aspek sosiologi pertanian. Artikel ini dilandaskan pada argumen
bahwa di setiap desa terdapat sektor pertanian dan suatu interaksi di
dalamnya meliputi perkembangan ataupun perubahan terkait aspek-aspek
sosiologi pertanian. Sumber yang digunakan dalam artikel adalah hasil
wawancara narasumber di desa terkait dan didukung jurnal. Hasil metode
deskriptif kualitatif di Desa Duren menunjukkan terdapat perkembangan
aspek sosiologi pertanian meliputi interaksi, komunitas, aset komunitas,
kebudayaan, stratifikasi, kelompok sosial, pranata sosial, hingga perubahan
sosial petani. Berbagai perubahan berpengaruh terhadap sistem sosial dan
ekonomi di Desa Duren.
Kata Kunci: sosiologi pertanian, petani, perkembangan, pentagon aset, Desa
Duren

Abstract
Agricultural sociology is one branch of sociology that studies social
relations with agriculture. In agricultural sociology there are aspects and
developments that occur within it that affect farmers. This article answers
questions about the development of agriculture in Duren Village related to
aspects of agricultural sociology. There is an assumption that in Duren
Village are agricultural developments and changes in them related to the
influence of aspects of agricultural sociology. This article is based on the
argument that in every village there is an agricultural sector and an
interaction in it includes developments or changes related to aspects of
agricultural sociology. The sources used in the article are the results of
interviewees in the village concerned and supported by the journal. The
results of qualitative descriptive methods in Duren Village show that there
are developments in the aspects of agricultural sociology including the
interactions, communities, community assets, culture, stratification, social
groups, social institutions, and social changes in farmers. Various changes
affected the social and economic system in Duren Village.
Keywords: agricultural sociology, farmer, community, pentagon assets,
Duren Village

1
PENDAHULUAN
Sektor pertanian masih dominan di berbagai negara berkembang. Dengan mengingat
pentingnya faktor pertanian bagi keberadaan desa, maka dapat dipahami bahwa kebanyakan
batasan sosiologi, khususnya di pedesaan, masih selalu berkisar pada aspek pertanian.
masyarakat pedesaan Indonesia masih bersifat majemuk. Dilihat dari tingkat
perkembangannya, masih terdapat sejumlah masyarakat desa yang masih terbelakang, di lain
pihak telah terdapat sejumlah desa yang telah maju sehingga lebih tepat dijelaskan lewat
kerangka sosiologi pertanian.
Sosiologi pertanian adalah salah satu cabang ilmu sosiologi yang mempelajari
hubungan sosial dengan pertanian. Sosiologi pertanian ini digunakan untuk membantu
menyelesaikan masalah sosial-pertanian. Sosiologi pertanian berfokus pada masyarakat,
mulai dari hubungan masyarakat, kelompok sosial, dan bentuk interaksi sosial. Ruang
lingkup atau obyek sosiologi pertanian adalah keseluruhan penduduk yang bertani tanpa
memperhatikan jenis tempat tinggalnya, mulai dari kehidupan keluarga petani, hubungan
antar petani, cara hidup, organisasi sosial, pola bertani, hingga komunikasi. Sosiologi
pertanian kebanyakan hampir memusatkan seluruh perhatiannya pada para petani selaku
pelaku pertanian dan permasalahan hidup keluarga petani. Sehingga sosiologi pertanian ini
sangat membantu untuk memperbaiki kehidupan masyarakat pedesaan dan pertanian pada
khususnya. Karena sosiologi pertanian akan memberikan data mengenai struktur pedesaan,
mengenai kecenderungan perkembangan sosial, mengenai penyakit dalam masyarakat dan
keadaan darurat, mengenai harapan dan tuntutan sosial mereka dalam perencanaan tata ruang.
Sumbangan sosiologi pertanian dalam politik kemasyarakatan memang masih
terbatas. Tetapi sosiologi pertanian dapat membantu pengambilan keputusan-keputusan yang
dibuat dengan cara menjelaskan hubungan sesama manusia dan perilakunya, meneliti aturan
dan kelompok atau organisasi sosial, serta menemukan tenaga pendorong, mekanisme, dan
proses perubahan sosial. Sosiologi pertanian yang merupakan bagian dari suatu sosiologi
terapan mempunyai perkembangan yang semakin pesat. Hal ini dipicu dengan makin
bertambahnya pemahaman bahwa sosiologi diperlukan bagi perkembangan dan aplikasi ilmu
lain kepada masyarakat luas. Untuk itulah diperlukan pemahaman mengenai sosiologi
pertanian.
Dalam suatu sosiologi pertanian terdapat suatu aspek-aspek dan perkembangan yang
terjadi di dalamnya, seperti interaksi baik itu dalam skala kecil ataupun dalam skala yang
lebih luas. Interaksi merupakan proses komunikasi yang dilakukan beberapa orang sehingga
dapat mempengaruhi pola pikir dan tidakan. Kontak dan komunikasi sosial merupakan syarat

2
interaksi sosial (Permatasary & Indriyanto, 2016). Adapun interaksi sosial merupakan bentuk
umum dari suatu proses sosial. Hal ini karena interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial sendiri merupakan hubungan sosial yang dinamis
dan menyangkut hubungan antara orang perorangan, kelompok dengan kelompok, dan
perorangan dengan kelompok. Proses interaksi didasarkan pada beberapa faktor, antara lain
faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpatik sehingga proses tersebut dapat berlangsung
(Soekanto & Sulistyowati, 2015).
Aspek lainnya sering disebut sebagai aset komunitas atau pentagon aset. Aset
komunitas adalah aset yang ada dan dimiliki oleh masyarakat di setiap desa yang ada di Desa
Duren. Setiap desa memiliki aset masing-masing dengan ciri khas dan daya tarik dari tiap-
tiap desa. Menurut (Wijayanti, Baiquni, & Harini, 2016) terdapat 5 macam aset komunitas
yang dinamakan pentagon aset, yaitu aset manusia, alam, sosial, finansial, dan fisik.
Desa Duren, yang terletak di Kecamatan Tugu dan Kabupaten Trenggalek, merupakan
salah satu desa dengan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani.
Modernisasi pertanian di desa ini tentunya mengubah beberapa aspek yang telah ada melalui
pertumbuhan penduduk, adanya teknologi baru, ikatan kontrak petani, dan lain sebagainya.
Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial dan transformasi pola
hubungan kerja petani di desa ini. Berbagai perubahan ini tentunya berpengaruh terhadap
sistem sosial dan ekonomi di Desa Duren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek. Selain
itu, seperti di Desa Duren, setiap daerah tentu memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kebudayaan di setiap daerah, contohnya teknologi dan
pengetahuan yang berkembang di masyarakatnnya. Perbedaan budaya tersebut menyebabkan
munculnya tingkatan peran tertentu dalam kehidupan pertanian.
Artikel ini berusaha menjawab pertanyaan seputar sosiologi pertanian, “Apa saja
aspek-aspek sosiologi pertanian serta bagaimana perkembangan pertanian di Desa Duren?”
Artikel ini dilandaskan pada sebuah argumen bahwa pada umumnya di setiap desa terdapat
sektor pertanian dan suatu interaksi di dalamnya baik dalam skala kecil ataupun skala yang
lebih luas. Interaksi tersebut berhubungan dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi
terkait aspek-aspek sosiologi pertanian. Untuk menguraikan jawaban tersebut, maka perlu
ditelusuri secara langsung ke Desa Duren untuk membuktikan kebenaran argumen. Dari
sanalah dapat diketahui apakah argumen tersebut sesuai atau tidak. Setelah itu, tulisan ini
mencoba untuk menyingkap aspek-aspek sosiologis pertanian serta mengetahui
perkembangan pertanian saat ini di daerah tersebut, seperti menganalisis bagaimana interaksi,
pola hubungan kerja, kebudayaan, stratifikasi, maupun kehidupan sosial yang terjadi pada

3
petani di Desa Duren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek. Oleh karena itu untuk
mengetahui bagaimana perkembangan saat ini pada pertanian desa, maka ditulislah artikel ini
dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman aspek-aspek  sosiologis pada
tingkat petani dan tingkat desa yang meliputi segi kebudayaan, stratifikasi sosial,
kelembagaan, dan jaringan sosial.

METODE
Lokasi diadakannya praktikum adalah Desa Duren, Kecamatan Tugu, Kabupaten
Trenggalek, Provinsi Jawa Timur. Desa duren terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Gajah, Dusun
Gebang, dan Dusun Jaten dengan total 20 RT dan 2.829 jiwa. Adapun alasan dipilihnya
lokasi tersebut sebagai tempat praktikum sosiologi pertanian adalah karena Desa Duren,
merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur dengan lahan pertanian yang sempit. Mayoritas
masyarakat desa ini bekerja di bidang pertanian. Artinya sebagian besar masyarakat di Desa
Duren bekerja sebagai petani ataupun buruh tani. Banyaknya warga masyarakat yang bekerja
di bidang pertanian, membuat sektor ini begitu penting bagi kehidupan warga masyarakat
Desa Duren. Selain wilayah sempit dan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, di
Desa Duren ini memiliki aset sosial yang terbentuk dari hasil hubungan-hubungan individu di
dalam lingkungannya yang berdasarkan kekarabatan dan kekeluargaan. Dengan demikian
lahan sempit, dengan banyak petani tentunya menjadi tantangan tersendiri bagaimana strategi
petani Desa Duren untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebutlah menjadi alasan
untuk memilih Desa Duren untuk dikaji selain aset sosial, aset ataupun faktor lain apa saja
yang menjadi kekuatan petani untuk bertahan hidup di Desa Duren ini.
Praktikum ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara
wawancara langsung kepada narasumber terkait aspek sosiologis pertanian dan
perkembangan pertanian di Desa Duren. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah informasi dari narasumber serta didukung dengan jurnal yang terkait dengan sosiologi
pertanian. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis berdasarkan pengamatan yang
dilakukan di desa terkait. Hasil penelitian ini berupa wawasan sosiologi pertanian di Desa
Duren.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Interaksi dan Proses Sosial
Masyarakat Desa Duren sebagian besar bekerja sebagai petani. Pertanian di desa ini
mengalami perkembangan yang baik dari segi hasil pertanian. Hal ini dipengaruhi sistem

4
pengolahan ataupun pengelolaan lahan yang baik serta interaksi masyarakat dalam
pengelolaan pengelolaan lahan ini. Hubungan yang terjadi antara pemilik lahan dengan petani
penggarap di Desa Duren berlangsung dengan sistem kerja dan sistem bagi hasil yang bersifat
kekeluargaan. Hubungan kerja ataupun interaksi yang terjalin di antara pemilik lahan dengan
para buruh tani penggarap sawahnya sangatlah erat. Hal ini terjadi karena kinerja dari buruh
tersebut sangat memuaskan dengan hasil produksi yang semakin meningkat dengan kualitas
yang baik, hubungan kerja akan meningkat menjadi hubungan kekerabatan seperti
kekeluargaan.
Adapun interaksi sosial yang terjadi antara individu satu dengan lainnya biasanya
terjadi di saat mereka berada di sawah. Di sana mereka melakukan interaksi dan proses sosial
saat sedang melakukan kegiatan bertani. Karena hal tersebut semakin menguatkan kerukunan
antar buruh tani. Interaksi dan proses sosial yang terbentuk adalah interaksi asosiatif, sangat
jarang bahkan hampir tidak ditemui terjadinya interaksi disasosiatif.
Komunitas Desa Pertanian
Komunitas merupakan sekumpulan masyarakat yang hidup dalam kesatuan dan
kesepahaman untuk menciptakan kebersamaan dalam pandangan yang beragam (merujuk
pada kehidupan masyarakat). Namun berdasarkan keterangan dari narasumber, belum
ditemukan adanya suatu komunitas resmi bagi para petani di Desa Duren. Dengan kehidupan
masyarakat di Desa Duren, yang memiliki mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani,
biasanya para petani hanya akan berkumpul untuk mengadakan suatu acara dengan tujuan
dapat memperkuat tali persaudaraan dimana di dalamnya terdapat sebuah interaksi sehingga
menciptakan kebersamaan dan kesepahaman dalam kehidupan sosialnya.
Aset Komunitas (Pentagon Aset pada Usaha Pertanian)

Adapun contoh aset komunitas petani di Desa Duren adalah aset fisik, aset manusia,
aset sosial, aset finansial, dan aset alam.
1. Aset Fisik

5
Aset fisik merupakan aset dasar meliputi infrastruktur-infrastruktur yang ada di setiap
desa untuk digunakan dalam membantu masyarakat mencapai kehidupan yang lebih baik
(Fedryansyah & Risna, 2017). Aset fisik yang dimiliki oleh petani di Desa Duren adalah alat-
alat pertanian. Alat-alat pertanian yang sering digunakan adalah mesin traktor dan mesin
perontok padi. Dahulu peralatan yang digunakan masih tradisional yaitu hewan ternak dan
cangkul untuk membajak sawah teapi sekarang telah berubah menjadi lebih modern yaitu
dengan menggunakan mesin traktor. Sehingga bisa mempengaruhi permintaan tenaga kerja
pertanian. Semenjak adanya mesin pembajak atau traktor yang digunakan untuk membajak
sawah, permintaan terhadap tenaga kerja pertanian hanya membutuhkan satu atau dua tenaga
kerja sebagai penggerak mesin traktor.
2. Aset Manusia
Aset manusia yang dimiliki petani di Desa Duren adalah pendidikan. Potensi sumber
daya manusia yang ada di desa tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan masih rendah
karena tingkat pendidikan petani di desa tersebut rata-rata adalah lulusan SD. Tingkat
pendidikan ini ditunjang oleh lamanya pengalaman petani. Menurut narasumber, petani di
Desa Duren telah menjadi petani selama belasan tahun bahkan puluhan tahun. Hal ini terjadi
karena para petani di desa tersebut langsung menjadi petani setelah lulus SD, mengelola
lahan milik keluarga masing-masing, begitu juga dengan para buruh tani di desa tersebut.
Pengalaman merupakan aset yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas
pertanian. Dengan pengalaman tersebut, petani memiliki cukup keterampilan dan keahlian
untuk dapat dengan mudah untuk menyelesaikan masalah-masalah dibidang pertanian.
Menurut (Wijayanti, Baiquni, & Harini, 2016) contoh aset manusia yang lainnya adalah
kesehatan, umur, intelektual, dan lain-lain.
3. Aset Sosial
Sebagai sebuah kesatuan, masyarakat memiliki nilai dan norma yang mengatur
hubungan satu sama lainnya. Nilai dan norma tersebut dibentuk sebagai upaya
mempertahankan eksistensi dari suatu kelompok masyarakat agar bisa bertahan di tengah
modernisasi dan akulturasi budaya yang semakin hari semakin menekan budaya asli dari
suatu masyarakat. Dalam konteks praktikum ini, nilai dan norma termasuk kedalam aset
sosial yang dimiliki oleh masyarakat (Fedryansyah & Risna, 2017). Aset sosial yang tampak
di Desa Duren adalah hubungan kekerabatan, karena pemilik lahan terkadang lebih
mempercayakan lahannya diolah oleh kerabatnya sendiri. Pemilik lahan baru akan
memperkerjakan orang lain ketika kerabatnya tidak bisa mengolah lahannya atau pemilik
lahan kekurangan tenaga kerja. Sistem bertani yang diterapkan di desa ini adalah sistem upah

6
per hari. Sangat jarang ditemukan sistem bertani gotong royong. Gotong royong akan terlihat
saat kegiatan kerja bakti untuk bersih desa. Untuk organisasi masyarakat sejauh ini belum ada
organisasi yang berkaitan dengan pertanian. Organisasi yang terdapat di desa tersebut adalah
karang taruna. Menurut (Wijayanti, Baiquni, & Harini, 2016) contoh aset sosial yang lainnya
adalah jaringan sosial.
4. Aset Finansial
Aset finansial meliputi pengahasilan dan pengeluaran. Penghasilan petani didapat dari
penjualan hasil produktivitas lahan, untuk buruh tani penghasilan didapat dari upah bertani.
Pengeluaran dihasilkan dari pengeluaran membeli bibit, benih, pupuk, pestisida, dan
keperluan bertani lainnya. Selain pengahasilan dan pengeluaran, hutang piutang merupakan
aset finansial dimana pemilik lahan yang menyediakan piutang bagi buruh taninya. Hutang
tersebut dapat dibayar dengan upah, jadi terdapat pemotongan upah buruh tani. Aset finansial
yang muncul dari dalam masyarakat yaitu kegiatan-kegiatan ekonomi yang dibentuk
berdasarkan kebutuhan, keinginan dan adanya partisipasi masyarakat. Sebagai gambaran, aset
ekonomi tersebut seperti koperasi, BUMDes, serta kelompok arisan. Menurut Wijayanti
(2016) contoh aset finansial yang lainnya adalah tabungan.
5. Aset Alam
Aset alam merupakan aset yang berdasarkan kepada sumberdaya alam yang ada di
setiap desa. Dari hasil temuan diketahui bahwa karakteristik dari aset lingkungan berbeda-
beda di setiap desa. yang dimiliki petani di Desa Duren adalah lahan pertanian. Namun setiap
tahunnya ada saja pemilik lahan yang menjual sawahnya. Sawah atau kebun yang telah dijual
tersebut biasanya oleh pemilik yang baru akan didirikan rumah atau perumahan. Meskipun
dampaknya belum terlihat, namun jika hal ini terus terjadi suatu saat pasti akan berdampak
negatif. Sumberdaya air adalah salah satu aset alam yang dimiliki di Desa Duren.
Sumberdaya air ini dimanfaatkan petani untuk irigasi lahan pertaniannya. Menurut
(Wijayanti, Baiquni, & Harini, 2016) contoh aset alam yang lainnya adalah produktivitas
pertanian.
Kebudayaan
Kebudayaan yang terbentuk adalah produk pertanian bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan sendiri, namun mulai dijual untuk membantu mencukupi kebutuhan yang lain.
Sistem kekerabatan masih sangat lekat, biasanya para pemilik lahan lebih memilih
menyerahkan lahannya pada kerabatnya dibanding diserahkan pada orang lain. Desa Duren
terdapat beberapa sistem kebudayaan dalam pembagian hasil antara pemilik lahan dan
penggarap, antara lain sistem bagi hasil mrotelu, maro dan ngedok. Sistem bagi hasil Mrotelu

7
menggunakan aturan pembagian hasil dimana pemilik lahan mendapatkan 2/3 dan penyewa
lahan atau penggarap mendapat 1/3 dari hasil panen. Selanjutnya sistem maro yaitu
pembagian hasil dengan perbandingan pemilik lahan dan penggarap adalah 50% : 50%.
Kemudian sistem bagi hasil ngedok yang memilki aturan pembagian antara petani pemilik
dengan penggarap ialah 4:1. Sistem ngedok ini akan semakin banyak digunakan oleh para
pemilik lahan ketika musim kemarau. Dari fakta inilah yang membuat para pemilik lahan
banyak yang tidak mengerjakan atau memproduksi pertanian sendiri, mereka lebih sering
menggunakan sistem ngedok. Sehingga resiko jika nantinya terjadi kegagalan produksi dapat
dibagi dengan orang lain. Sedangkan pada saat panen, sebagian besar petani di Desa Durenn
menggunakan sistem bawon terutama untuk panen padi. Bawon ialah pembayaran atau upah
dengan barang atau hasil bumi atau biasanya disebut juga upah in natura.
Bukan hanya soal pertanian saja, masyarakat di Desa Duren juga sering mengadakan
selametan pada hari-hari tertentu, seperti Satu Suro, selamatan pasca panen, selametan sehari
sebelum puasa dan hari raya.
Stratifikasi dan Diferensiasi Sosial
Stratifikasi dan diferensiasi sosial merupakan suatu konsep pengelompokan manusia
menurut beberapa ketentuan. Menurut (Umanailo, 2014) stratifikasi sosial adalah konsep
terjadinya pengelompokan komunitas secara bertingkat. Sedangkan diferensiasi sosial adalah
penempatan suatu individu dalam suatu kelompok sosial menurut berbedaan yang tercipta
secara sosial. Menurut pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan tidak menutup
kemungkinan tetap terjadi stratifikasi dan difensiasi sosial di Desa Duren.
Pembangunan pertanian yang menganut sistem modernisasi biasanya mengutamakan
prinsip efisiensi. Pembangunan ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur sosial
masyarakat. Perubahan yang terjadi mengakibatkan terjadinya stratifikasi dan diferensiasi
sosial. Perubahan tersebut terkait dengan struktur kepemilikan lahan pertanian yang
mengakibatkan terjadinya petani lapisan atas dan petani lapisan bawah. Petani lapisan atas
dapat mengakses sumberdaya lahan secara lebih maksimal, berpenghasilan tinggi, mampu
merespon teknologi dan pasar dengan baik serta mempunyai peluang berproduksi yang
berorientasi pada keuntungan. Sedangkan petani lapisan bawah merupakan petani yang relatif
miskin (dari segi lahan dan penghasilan) dan memiliki kemampuan sebagai tenaga kerja
pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan berproduksi, kedua lapisan masyarakat tersebut
terlibat dalam suatu ketimpangan hubungan kerja. Hal ini terjadi dikarenakan oleh
pertumbuhan populasi dan perkembangan teknologi yang akhirnya menempatkan para
pekerja atau buruh tani pada posisi yang lemah.

8
Kelompok Sosial dan Organisasi Sosial
Kelompok sosial merupakan suatu himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang
hidup bersama akibat adanya hubungan antar mereka yang dapat menyangkut hubungan
timbal balik dan saling mempengaruhi atau suatu kesadaran untuk saling menolong antar
sesame. Sedangkan organisasi sosial pada dasarnya merupakan suatu bentuk kelompok sosial
yang terdiri dari beberapa anggota dan mempunyai persepsi bersama tentang kesatuan
mereka. Kehidupan masyarakat di Desa Duren memiliki kelompok sosial yang dapat dilihat
dari lingkungan berlingkup kecil seperti keluarga hingga kelompok sosial berlingkup luas
yaitu kelompok tani. Kelompok tani di Desa Duren dijadikan sebagai suatu wadah bagi para
petani untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian.
Adapun kelompok dan organisasi yang terbentuk di lingkungan desa ini adalah
kelompok PKK dan karang taruna. Perkumpulan ibu PKK ini mempunyai kegiatan yaitu
demo memasak atau biasanya berbagi perihal bagaimana cara mendidik anak-anak. Selain itu
diadakannya TPA Al-Quran untuk menanamkan pada anak usia dini tentang agama dan
sopan santun, selain itu TPA Al-Quran juga sering mengadakan lomba-lomba untuk
mengembangkan kreatifitas anak-anak. Sedangkan karang taruna desa berfungsi untuk
menampung pemikiran-pemikiran dari pemuda di desa tersebut. Karang taruna ini juga selalu
menjadi panitia untuk sebagian acara desa, misal gerak jalan memperingati kemerdekaan.
Lembaga/Pranata Sosial
Lembaga sosial atau pranata sosial merupakan pedoman masyarakat dalam
berperilaku. Pranata sosial ini seperti hukum dan norma yang harus ditaati oleh masyarakat
yang bersangkutan. Menurut (Roebyantho & Padmiati, 2017) pranata sosial adalah nilai atau
norma yang mengatur bagaimana manusia berhubungan sosial di kehidupan bermasyarakat.
Pranata sosial yang terbentuk di Desa Duren adalah setiap terdapat permasalahan atau ingin
membuat suatu inovasi, para warga Desa Duren akan mengadakan musyawarah agar
tercapainya suatu mufakat. Musyawarah untuk mufakat ini dapat diajarkan di kalangan anak-
anak dari keluarga atau lembaga keluarga masing-masing. Lembaga keluarga juga dapat
mengajarkan tentang sopan dan santun kepada anak-anak. Warga desa juga masih sering
mengadakan gotong royong, berupa kerja bakti untuk membersihkan wilayah desa mereka
untuk mempererat lembaga ketetanggaan.
Perubahan Sosial Petani
Seiring berjalannya waktu, pertanian di Desa Duren pengalami perubahan sosial.
Perubahan ini disebabkan oleh beberapa keadaan, salah satunya adalah berkaitan dengan
semakin mudahnya teknologi untuk diakses dan digunakan. Jika dulu petani membajak sawak

9
dengan cara manual yaitu mencangkul atau membajak menggunakan kerbau, maka sekarang
sudah ada mesin traktor yang membantu mereka. Jika dulu mereka merontokkan padi dengan
cara manual yaitu dengan memukul-mukul patang padi pada sebuah papan, maka sekarang
mereka telah menggunakan mesin perontok padi. Para petani juga telah banyak menggunakan
pupuk kimia dibanding pupuk kandang, hal ini karena pupuk kimia lebih mudah untuk
didapat dan dipakai. Petani juga lebih mudah menjual produk pertaniannya, karena akses
komunikasi sudah sangat maju jika dibanding dengan dulu. Begitu juga dengan sistem gotong
royong dalam pertanian yang telah tergantikan dengan sistem yang lain, misal sistem upah.
Peningkatan jumlah penduduk melalui kelahiran setiap tahunnya mengakibatkan
lahan persawahan yang semakin sempit. Tidak hanya itu, pendidikan yang semakin maju
membuat banyak orang tua yang kemudian menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, karena mereka menganggap bekerja dalam bidang pertanian tidak bisa
menjadi jaminan kesejahteraan kehidupannya ke depan. Hal ini nampak pada banyaknya
generasi muda yang melakukan migrasi atau berpindah ke kota untuk menempuh pendidikan
ataupun mencari lowongan kerja, kemudian lahan persawahan yang dahulunya luas, karena
adanya jual lahan untuk pembangunan ataupun alih fungsi lahan mengakibatkan lahan
pertanian mengalami penyempitan.

SIMPULAN
Masyarakat Desa Duren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur,
mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Dalam kehidupan sosialnya, masyarakat Desa
Duren menjalin berbagai bentuk interaksi sosial yang timbul akibat adanya aktivitas sehari-
hari terutama dalam hal sektor pertanian. Menurut data yang telah didapat dari wawancara
narasumber, dapat disimpulkan bahwa mempelajari sosiologi pertanian sangatlah penting.
Dengan sosiologi pertanian kita dapat dengan mudah memahami bagaimana kondisi
pertanian disekitar kita. Mulai dari kebudayaannya, aset komunitasnya, interaksi sosial yang
terjadi, dan lain-lain. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa petani telah
mengalami perubahan sosial. Perubahan sosial ini sangatlah bagus, contohnya dengan
perubahan sosial pekerjaan petani menjadi lebih mudah dan cepat. Namun perubahan sosial
ini juga tidak menutup kemunkinan berdampak negatif, contohnya masyarakat khususnya
petani telah meninggalkan sistem-sistem yang harusnya sangat baik misalnya gotong royong
dalam pertanian. Berbagai perubahan ini tentunya berpengaruh terhadap sistem sosial dan
ekonomi di Desa Duren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek.

10
DAFTAR PUSTAKA
Fedryansyah, M., & Risna, R. (2017). Penanggulangan Kemiskinan Melalui
Pengembangan Aset Komunitas. Social Work Jurnal , 7 (1), 1-129.
Permatasary, N., & Indriyanto, R. (2016). Interaksi Sosial Penari Bujangganong pada Sale
Creative Community di Desa Sale Kabupaten Rembang. Jurnal Seni Tari , 5 (1).
Roebyantho, H., & Padmiati, E. (2017). Pemberdayaan Jaringan Pranata Sosial dalam
Penguatan Ketahanan Sosial Masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan. Sosio
Konsepsia , 12 (3), 33-44.
Soekanto, S., & Sulistyowati, M. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Umanailo, M. (2014). Buku Ajar: Ilmu Sosial Budaya Dasar. Fakultas Humum, Universitas
Iqro Buru.
Wijayanti, R., Baiquni, M., & Harini, R. (2016). Strategi Penghidupan Berkelanjutan
Masyarakat Berbasis Aset di Sub DAS Pusur. Jurnal Wilayah dan Lingkungan , 4 (2),
133-152.

11

Anda mungkin juga menyukai