Anda di halaman 1dari 7

Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

dalam Pembelajaran Matematika

Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dalam


Pembelajaran Matematika

Dian Fitra
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Sriwijaya Palembang
Korespondensi : dian_fitra93@yahoo.co.id

ABSTRAK
Matematika adalah kunci kearah peluang-peluang. Bagi seorang siswa keberhasilan
mempelajarinya akan membuka pintu karir yang cemerlang. Untuk itu, penanaman konsep
matematika di sekolah sangatlah penting untuk diperhatikan. Artikel ini mencoba memberikan
solusi bagi penanaman konsep matematika di sekolah yang selama ini kebanyakan tujuan
pembelajarannya hanya fokus pada mengingat fakta, konsep dan komputasi (menggunakan
rumus). Padahal pemerintah melalui peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik
Indonesia mengharapkan dari segi dimensi pengetahuannya, siswa mampu mengaitkan
pengetahuaannya dalam konteks masyarakat dan lingkungan sekitar. Untuk itu, PMRI
diharapkan mampu menuntaskan kesenjangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh
pemerintah dengan apa yang terjadi di lapangan. PMRI ini memiliki ciri khas dalam proses
pembelajarannya yaitu penggunaan konteks, penggunaan model untuk matematisasi
progresif, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan.
.

Kata kunci : Konsep, PMRI, Konteks

JOURNAL OF RESEARCH IN EDUCATION Vol. 1 No. 1 FEBRUARI 2018


UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
1
Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
dalam Pembelajaran Matematika

PENDAHULUAN mereka temukan di kehidupan sehari-hari


sehingga pengetahuan tersebut
NRC (National Research Council) kehilangan kebermaknaannya. Kenyataan
dari Amerika Serikat telah menyatakan ini sejalan dengan yang diungkapkan
pentingnya matematika dengan Fauzan (2002) bahwa kebanyakan tujuan
pernyataan “Mathematics is the key to pembelajaran di Indonesia hanya fokus
opportunity”. Matematika adalah kunci pada mengingat fakta, konsep dan
kearah peluang-peluang. Bagi seorang komputasi (menggunakan rumus). Tentu
siswa keberhasilan mempelajarinya akan saja hal ini bertentangan dengan teori
membuka pintu karir yang cemerlang konstruktivisme yang mengatakan bahwa
(Kemendikbud, 2014). Untuk itulah pengetahuan itu harus dibangun melalui
matematika merupakan salah satu mata proses penemuan dari realitas lapangan
pelajaran wajib yang ada di sekolah- bukan melalui menghapal atau mengingat
sekolah Indonesia. rumus. Kenyataan ini juga bertentangan
Di era modern saat ini, proses dengan apa yang diharapkan oleh
pembelajaran yang diterapkan cenderung pemerintah dalam peraturan pemerintah
menggunakan pendekatan melalui peraturan menteri pendidikan dan
konstruktivisme, diambil dari kata kebudayaan republik Indonesia yang
“konstruksi” yang berarti membangun. mengharapkan dari segi dimensi
Teori konstruktivisme menyadari bahwa pengetahuannya, siswa mampu
pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu mengaitkan pengetahuaannya dalam
saja, melainkan harus diinterpretasikan konteks masyarakat dan lingkungan
oleh masing-masing individu. sekitar (Permendikbud, 2016).
Pengetahuan juga merupakan suatu Hal tersebut semakin memperjelas
proses yang berkembang terus menerus. adanya kesenjangan yang terjadi antara
Untuk itu, keaktifan seseorang sangat apa yang diharapkan oleh pemerintah
menentukan dalam mengembangkan dengan kenyataan yang terjadi
suatu pengetahuan (Cahyo, 2013). dilapangan, dimana para guru masih
Jean Piaget yang merupakan ahli mentransfer bergitu saja ilmu yang
psikologi kognitif yang paling terkemuka mereka miliki kepada para siswanya tanpa
dan juga dikenal sebagai konstruktivis mengaitkan pengetahuan yang dipelajari
pertama menegaskan bahwa penekanan dengan konteks masyarakat dan
teori konstruktivisme ini terletak pada lingkungan sekitar siswa. Demikian pula
proses untuk menemukan teori atau para siswanya yang masih memperoleh
pengetahuan yang dibangun dari realitas pengetahuannya dengan menghapal dan
lapangan (Cahyo, 2013). Untuk itu dapat mengingat apa yang telah diberikan oleh
disimpulkan bahwa pengetahuan yang guru mereka tanpa adanya proses untuk
baik itu dibangun dari kejadian/peristiwa, membangun sendiri pengetahuan mereka.
pengalaman konkret ataupun fenomena Selain itu, dalam proses pembelajaran
yang ada. Namun kenyataannya, matematika juga dibutuhkan contoh
pendidikan di Indonesia masih cenderung penerapan matematika dalam kehidupan
bersifat mentransfer begitu saja sehari-hari sehingga siswa tidak
pengetahuan yang dimiliki oleh guru menganggap bahwa matematika itu
sebagai pendidik kepada siswa sebagai hanyalah kumpulan angka dan simbol-
peserta didiknya, khususnya dalam simbol (Kemendikbud, 2014).
pembelajaran matematika. Akibatnya, Untuk itu didalam proses
Siswa tidak mengerti bagaimana pembelajaran matematika khususnya,
pengetahuan tersebut dibangun dan pada guru harus dapat menggunakan strategi,
saat kapan pengetahuan yang pendekatan, model yang dapat
dipelajarinya dapat digunakan untuk memfasilitasi siswa sebagai peserta didik
menyelesaikan permasalahan yang untuk dapat membangun pengetahuan
JOURNAL OF RESEARCH IN EDUCATION Vol. 1 No. 1 FEBRUARI 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
2
Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
dalam Pembelajaran Matematika

mereka sendiri dengan mengamati dan konteks yang benar-benar nyata dan
mengelaborasi peristiwa, pengalaman pernah dialami oleh siswa. Hal ini telah
konkret siswa atau fenomena-fenomena dituangkan oleh pemerintah dalam
yang ada di keseharian mereka. Pada permendikbud nomor 20 tahun 2016
saat ini banyak sekali strategi, tentang standar kompetensi lulusan yang
pendekatan, model yang dapat digunakan mengharapkan pengetahuan siswa
oleh guru sebagai pendidik agar dapat dibangun dengan menggunakan konteks
memfasilitasi siswanya untuk membangun masyarakat dan lingkungan sekitar siswa.
pengetahuan mereka sendiri. Salah satu Untuk itu, guru harus mampu memilih
pendekatan yang sesuai dengan apa yang strategi atau pendekatan pembelajaran
diharapkan oleh pemerintah terhadap yang tepat dalam membangun
lulusan sekolah di Indonesia khususnya pengetahuan siswanya sesuai dengan
dalam pembelajaran matematika adalah perkembangan zaman dan standar
pendidikan matematika realistic Indonesia kompetensi lulusan yang diharapkan oleh
(PMRI). Untuk itu, dalam artikel ini akan pemerintah Indonesia. Salah satu
menjelaskan tentang kecocokan antara pendekatan yang dikhususkan untuk
PMRI dengan harapan pemerintah yang pembelajaran matematika adalah
telah dituangkan dalam permendikbud pendidikan matematika realistik Indonesia
tentang standar kompetensi lulusan di (PMRI). Pendidikan matematika realistik
Indonesia yaitu pengetahuan yang Indonesia (PMRI) ini merupakan adopsi
dibangun dan dihubungkan dengan dari Realistic Mathematics Education
konteks masyarakat dan lingkungan (RME) yang dikembangkan di Negara
sekitar siswa. asalnya yaitu Belanda dan telah berhasil
diterapkan dibeberapa Negara lainnya
HASIL seperti Amerika. PMRI ini merupakan hasil
adopsi dari realistic mathematics
Hasil Penelitian education (RME) yang telah mengalami
penyesuaian dari segi sosial dan budaya
Proses pembelajaran yang ada di yang dianut oleh masyarakat Indonesia.
lapangan pada saat ini dinilai tidak sesuai Pendidikan matematika realistik Indonesia
dengan apa yang diharapkan oleh (PMRI) memiliki prinsip dan karakteristik
pemerintah dan tidak sesuai dengan yang dapat diterapkan dalam proses
perkembangan teori pembelajaran pembelajaran matematika dan sejalan
kontemporer atau yang lebih dikenal dengan apa yang diharapakan oleh
dengan teori pembelajaran pemerintah tentang standar kompetensi
konstruktivisme. Hal ini diungkapkan oleh lulusan (SKL). Adapun prinsip PMRI
Fauzan (2002) yang mengemukakan menurut Zulkardi (2002) yaitu Guided
bahwa pembelajaran di Indonesia pada reinvention melalui progressive
saat ini kebanyakan tujuan mathematizing, Didactical
pembelajarannya hanya fokus pada phenomenology, Self developed models.
mengingat fakta, konsep dan komputasi Prinsip pertama PMRI yaitu Guided
(menggunakan rumus). Proses reinvention melalui progressive
pembelajaran matematika di sekolah mathematizing. Prinsip ini maksudnya
cenderung selalu sama dan monoton ialah dengan bimbingan guru, siswa
seperti menjelaskan materi, kemudian diberikan kesempatan untuk melakukan
memberikan rumus, memberikan matematisasi melalui masalah kontekstual
beberapa contoh soal kemudian latihan. yang nyata bagi siswa di dalam proses
Padahal pemerintah mengharapkan pembelajaran matematika. Siswa dapat
bahwa guru-guru mengaitkan proses melakukan aktivitas penemuan kenbali
pembelajaran dikelas dengan konteks sifat-sifat atau teori-teori matematika yang
yang ada dilingkungan masyarakat atau sudah ada melalui cara menyelesaikan
JOURNAL OF RESEARCH IN EDUCATION Vol. 1 No. 1 FEBRUARI 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
3
Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
dalam Pembelajaran Matematika

masalah secara informal. Pengembangan sebuah model yang menghasilkan konsep


konseppun dapat dilakukan oleh siswa matematika. Melalui proses dari
secara mandiri yang diawali dengan merefleksi dan menggeneralisasi, siswa
kegiatan mengeksplorasi suatu peristiwa akan mengembangkan sebuah konsep
kontekstual. yang lebih lengkap. Hal inilah yang
Prinsip kedua dari PMRI adalah Didactical kemudian diharapkan kepada para siswa
phenomenology. Maksudnya ialah untuk menerapkan konsep matematika
fenomena mendidik yang dibangun dapat tersebut keberbagai aspek dalam
dimengerti oleh siswa sehingga siswa keseharian mereka, dan dengan
dapat melakukan langkah-langkah demikian, memperkuat dan memperkuat
penyelesaiannya karena siswa menyadari konsep. Proses inilah yang disebut
pentingnya untuk dapat menyelesaikan dengan applied mathematization. Sebagai
permasalahan tersebut. Prinsip PMRI contoh, Marion (2015) menggunakan
yang ketiga adalah Self developed konteks budaya anyaman sebagai titik
models, yaitu kegiatan siswa membuat awal pembelajaran pola bilangan yang
atau menggunakan model yang mereka dapat dilihat pada gambar 1 berikut.
buat untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan dengan suatu proses
generalisasi dan formalisasi.
Selain prinsip, suatu pendekatan dapat
dikatakan menggunakan PMRI jika
memenuhi karakteristik dari PMRI itu
sendiri. Adapun karakteristik dari PMRI
menurut Gravemeijer adalah penggunaan
konteks, penggunaan model untuk
matematisasi progresif, pemanfaatan hasil
konstruksi siwa, Interaktivitas, dan
keterkaitan (Zulkardi, 2002).
Penggunaan konteks disini maksudnya Gambar 1. Dugaan Lintasan Belajar Siswa
adalah pengalaman nyata siswa
merupakan titik awal dari pembelajaran Karakterisrik PMRI yang kedua adalah
matematika yang memberikan mereka penggunaan model untuk matematisasi
situasi kontekstual sehingga pembelajaran progresif. Istilah model merujuk pada
tidak lagi dimulai dengan situasi formal model situasional dan model matematika
seperti biasanya, melainkan siswa yang dikembangkan oleh siswa sendiri.
dihadapkan dengan keadaan dimana Pertama, model adalah model of (model
konsep tersebut dapat diterapkan dalam dari) sebuah situasi yang dikenal oleh
kehidupan nyata. Definisi dari kata “nyata” siswa. Melalui proses menggeneralisasi
disini adalah keadaan yang dapat dilihat dan memformalisasi, model tersebut
atau pernah dialami siswa dalam akhirnya menjadi suatu entitas dengan
kehidupan sehari-harinya. Proses sendirinya. Itu kemudian menjadi mungkin
menggali konsep matematika yang sesuai untuk menggunakan entitas ini sebagai
dari situasi konkrit digambarkan oleh De sebuah model for (model untuk) penalaran
Lange sebagai conceptual matematika. Jadi, sebelum siswa
mathematization (Zulkardi, 2002). Proses menggunakan model matematika untuk
ini memaksa siswa untuk mengeksplorasi menyelesaikan permasalahan yang
situasi (keadaan), menemukan dan mereka hadapi, mereka diberikan
mengidentifikasi unsur-unsur matematika kesempatan untuk menggunakan model
yang relevan, membuat skema/bagan dan mereka sendiri yang kemudian melalui
memvisualisasikan dalam rangka untuk proses generalisasi dan formulasi akan
menemukan pola, dan mengembangkan dikembangkan menjadi model matematika
JOURNAL OF RESEARCH IN EDUCATION Vol. 1 No. 1 FEBRUARI 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
4
Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
dalam Pembelajaran Matematika

agar dapat dioperasikan dan dicarikan mereka benar atau salah. Oleh karena itu,
selesaian untuk menyelesaikan masalah siswa menemukan kesempatan untuk
yang diberikan. Pada karakteristik yang mengembangkan kepercayaan diri dalam
kedua ini, Marion (2015) meminta siswa menggunakan matematika.
untuk membuat pola dari motif anyaman Keterkaitan. Hal ini sering disebut
dalam proses pembelajaran pola bilangan pendekatan holistik, yang mencakup
seperti yang terlihat pada gambar 1 aplikasi, dan menyiratkan bahwa
diatas. pembelajaran matematika tidak harus
Pemanfaatan hasil konstruksi siwa. Siswa dipelajari secara terpisah dan berbeda.
harus diminta untuk membuat hal-hal yang Sebagai gantinya, pembelajaran holistik
konkrit. Dengan membuat “free ini dapat dimanfaatkan dalam
production” siswa dipaksa untuk memecahkan masalah kehidupan nyata.
merefleksikan proses pembelajaran Salah satu alasan siswa mengalami
mereka. Setelah siswa berhasil membuat kesulitan dalam menerapkan matematika
model matematika dari masalah yang di kehidupan nyata adalah bahwa hal itu
diberikan siswa diberikan kesempatan diajarkan secara vertical yaitu, dengan
untuk menyelesaikan masalah tersebut berbagai mata pelajaran yang diajarkan
dengan menggunakan model dan cara secara terpisah, mengabaikan ‘cross-
yang mereka inginkan. Pada karakteristik connections’ atau hubungan dengan mata
yang ketiga ini, Marion (2015) pelajaran lainnya. Dalam aplikasinya atau
memberikan kesempatan kepada siswa prakteknya, suatu permasalahan biasanya
untuk menggunakan pola dari anyaman memerlukan lebih dari satu pokok topik
yang telah mereka buat pada tahap bahasan dalam matematika seperti aljabar
sebelumnya untuk dicarikan bentuk umum saja atau geometri saja, bahkan
(rumus umum) dari pola yang mereka pilih terkadang tidak jarang dalam
seperti yang dapat dilihat pada gambar 1 memecahkan suatu permasalahan
diatas. tersebut diperlukan pengetahuan siswa
Interaktivitas. Interaksi antar sesama dalam mata pelajaran lainnya.
siswa dan antara siswa dan guru adalah Dengan pendekatan PMRI ini yang
bagian yang penting dalam proses menitik beratkan pada penggunaan
pembelajaran PMRI. Negosiasi eksplisit, keadaan yang nyata sebagai titik awal
intervensi, diskusi, kerjasama dan dalam proses pembelajaran diharapkan
evaluasi merupakan elemen penting siswa mampu memahami bahwa konsep
dalam proses pembelajaran yang matematika itu dapat ditemui dan
konstruktif diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
di mana metode informal siswa digunakan sehingga hal tersebut dapat meluruskan
sebagai kendaraan untuk mencapai anggapan siswa yang salah selama ini
bentuk yang formal. Dalam instruksi bahwa matematika itu hanyalah kumpulan
interaktif ini, siswa terlibat dalam angka dan simbol-simbol yang tidak
menjelaskan, membenarkan, memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-
setuju dan tidak setuju, mempertanyakan hari. Selain itu dalam proses
alternatif dan merefleksikan. Misalnya, pembelajaraanya, PMRI juga menerapkan
siswa teori konstruktivisme yaitu proses
didorong untuk membahas strategi pembelajaran yang meyakini bahwa
mereka dan untuk memverifikasi pengetahuan itu diperoleh dengan
pemikiran mereka sendiri daripada mengkonstruk atau membangun sendiri
berfokus pada apakah mereka memiliki dari realitas lapangan dan bukanlah
jawaban yang benar. Kegiatan-kegiatan dengan dipindahkan begitu saja dari guru
tersebut dapat mengaktifkan siswa agar ke siswanya.
mengurangi ketergantungan pada guru Dengan menanamkan konsep matematika
untuk memberitahu mereka apakah secara benar ke siswa dengan
JOURNAL OF RESEARCH IN EDUCATION Vol. 1 No. 1 FEBRUARI 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
5
Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
dalam Pembelajaran Matematika

menggunakan pendekatan PMRI, (keadaan), menemukan dan


diharapkan siswa paham dan dapat mengidentifikasi unsur-unsur matematika
merasakan manfaat dari pelajaran yang relevan, membuat skema/bagan dan
matematika sesuai dengan tujuan dari memvisualisasikan dalam rangka untuk
mempelajari matematika. Mata pelajaran menemukan pola, dan mengembangkan
matematika perlu diberikan kepada semua sebuah model yang menghasilkan konsep
peserta didik mulai dari sekolah dasar, matematika yang lebih lengkap. Setelah
untuk membekali mereka dengan itu siswa menggunakan model yang
kemampuan berpikir logis, analitis, dikembangkannya sendiri dan digunakan
sistematis, kritis, inovatif dan kreatif, serta dalam menyelesaikan masalah yang
kemampuan bekerjasama (Kemendikbud, diberikan. Setelah itu siswa diberikan
2014). Hal ini sejalan dengan temuan para waktu untuk berinteraksi dengan sesama
peneliti bahwa terdapat peningkatan mereka ataupun dengan guru untuk
kemampuan berpikir kritis dan mendiskusikan dan merefleksikan strategi
kemampuan intuisi siswa dalam pemecahan masalah mereka. Disini
penerapan pendekatan PMRI (Palinussa, mereka tidak hanya fokus pada jawaban
2013; Hirza, Kusumah, Darhim, & mana yang benar dan salah, akan tetapi
Zulkardi, 2014). lebih kepada pemberian kesempatan
kepada siswa untuk memverifikasi strategi
SIMPULAN mereka. Sehingga siswa mempunyai rasa
kepercayaan diri dalam menggunakan
Dari penjelasan diatas tentang matematika dan mengurangi
prinsip dan karakteristik PMRI dapat ketergantungan pada guru untuk
disimpulkan bahwa pendekatan PMRI memberitahu mereka benar atau salah.
sangat tepat digunakan untuk
pembelajaran matematika di Indonesia di DAFTAR PUSTAKA
zaman modern saat ini, dimana semua
pembelajaran telah mengacu kepada Cahyo.A.N, (2013). Panduan aplikasi
pembelajaran konstruktivisme. teori-teori belajar mengajar.
Pembelajaran konstruktivisme yaitu Yogyakarta: Diva Press.
pengetahuan yang diperoleh siswa
merupakan hasil dari konstruksi pemikiran Fauzan.A, (2002). Applying realistic
mereka sendiri, bukanlah merupakan hasil mathematics education (RME) in
transfer pengetahuan begitu saja seperti teaching geometry in Indonesian
yang dilakukan oleh kebanyakan guru di primary schools. Doctoral
Indonesia selama ini. Selain itu, PMRI ini dissertation. Enschede: University of
juga sejalan dengan harapan pemerintah Twente.
dalam hal ini kementerian pendidikan dan Hirza.B, Kusumah.Y.S, Darhim, &
kebudayaan Indonesia yang dituangkan Zulkardi. (2014). Improving intuition
dalam permendikbud nomor 20 tahun skills with realistic mathematics
2016 tentang standar kompetensi lulusan education. Journal of Mathematics
pendidikan dasar dan menengah yang Education 5(1), 27-34.
mana pemerintah mengharapkan dari segi
dimensi pengetahuannya, siswa mampu Kemendikbud. (2014). Kurikulum SMP.
mengaitkan pengetahuaannya dalam Jakarta: Kemendikbud.
konteks masyarakat dan lingkungan Kemendikbud. (2016). Standar
sekitar. Selain itu, dari prinsip dan kompetensi lulusan pendidikan
karakteristik PMRI juga terlihat jelas dasar dan menengah. Jakarta:
bahwa siswa benar-benar menjadi subjek Direktur Jenderal Peraturan
dalam proses pembelajaran matematika. Perundang-undangan Kementerian
Dimulai dari mengeksplorasi situasi
JOURNAL OF RESEARCH IN EDUCATION Vol. 1 No. 1 FEBRUARI 2018
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
6
Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
dalam Pembelajaran Matematika

Hukum dan Hak Asasi Manusia


Republik Indonesia.
Marion. (2015). Desain pembelajaran pola
bilangan menggunakan model jaring
Laba-laba di SMP. Jurnal
Kependidikan 45(1), 44-61.
Palinussa.A.L. (2013). Students’ critical
Mathematics Thinking Skills and
Character: Experiments for junior
high school students through
realistic mathematics education
culture based. Journal of
Mathematics Education 4(1), 75-94.
Zulkardi. (2002). Developing a learning
environment on realistic
mathematics education for
indonesian student teachers.
Doctoral dissertation. Enschede:
University of Twente.

JOURNAL OF RESEARCH IN EDUCATION Vol. 1 No. 1 FEBRUARI 2018


UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
7

Anda mungkin juga menyukai