Anda di halaman 1dari 15

BAB IX

SCHISTOSOMA JAPONICUM

1.1. Gambar Parasit & Telurnya

(Soedarto, 2011) (Soegijanto, 2016)

1.2. Morfologi

Schistosoma termasuk ke dalam golongan trematoda, subkelas digenea, ordo strigeidida,


famili schistosomatidae, dan genus schistosoma. Cacing dewasa berbentuk daun besar dan
dioecious. Mereka juga memiliki dua penghisap, penghisap oral dan ventral. Penghisap mulut
berfungsi sebagai penempel dan penghisap, sedangkan penghisap ventral berfungsi sebagai
penghisap penempel dan penahan pasangannya (Husnawati, 2016)

1.3. Siklus Hidup

(Berger, 2020)
Siklus penularan penyakit Schistosomiasis dimulai dari telur cacing S. Japonicum yang
dikeluarkan bersama dengan feses penderita. Didalam air, telur tersebut menetas menjadi
mirasidium yang akan bermigrasi ke tubuh keong huspensis, kemudian menjadi sarkaria yang
akan keluar dari tubuh keong. Sarkaria atau larva cacing infektif yang akan keluar dari keong
diperairan akan menembus kulit kaki manusia atau hewan mamalia yang melewati daerah
perairan yang mengandung sarkaria. Didalam tubuh manusia sarkaria berkembang menjadi
cacing dewasa di pembuluh darah pada jaringan hati. Ketika akan bertelur cacing menuju ke
pembuluh darah usus dan pada akhirnya telur keluar bersama feses, sementara cacing dewasa
tetap berada di pembuluh darah usus (Astuti, 2020).

REFERENSI

Astuti, W.R., dkk. 2020. Deteksi Schistosomiasis Melalui Identifikasi Telur Cacing Pada Feses
Manusia Menggunakan Probabilistic Neural Network (PNN). Jurnal Vektor Penyakit.
Vol. 14(1). Viewed on 22 Desember 2021. From: ejournal2.litbang.kemenkes.go.id.

Berger, S. 2020. Schistosoma Japonicum: Global Status. Los Angeles: Gideon.

Husnawati, E., Lusyiana, N. 2016. Schistosomiasis. JKKI. Vol. 7(3). Viewed on 22 Desember
2021. From: jurnal.uii.ac.id.

Soedarto, S. 2011. Buku Ajar Helmintologi Kedokteran. Surabaya: Airlangga University Press.

Soegijanto, S. 2016.Penyakit Tropis Dan Infeksi Di Indonesia Jilid 4. Surabaya: Airlangga


University Press.

Anda mungkin juga menyukai