Anda di halaman 1dari 4

STANDAR OPERASIONAL (SOP)

LEMBAGA BANTUAN HUKUM (LBH)


MUKTI PAJAJARAN (MP)

I. KONSULTASI

1. Staf menyodorkan FORM PENERIMAAN KASUS, selanjutnya diisi sesuai data diri
Pemohon Konsultasi atau klien;
2. Staf tersebut juga menuliskan nama serta menandatangani FORM PENERIMAAN
KASUS tersebut dalam kapasitas sebagai Penerima;
3. Kartu Identitas Pemohon Konsultasi atau klien dicopy/scan oleh Staf Penerima
Konsultasi untuk arsip;
4. Staf selanjutnya menanyakan kepada Klien berkaitan dengan duduk perkara yang
akan dikonsultasikan;
5. Setelah diketahui duduk perkaranya selanjutnya Staf menghubungi Ketua lembaga
sesuai dengan kompetensi perkara yang dikonsultasikan untuk dapat memberikan
rekomendasi nama lawyer yang akan ditugaskan sebagai Konsultan.
6. Setelah memperoleh rekomendasi nama Konsultan yang ditunjuk oleh Ketua
lembaga, kemudian Staf mendampingi Konsultan dalam pemberian konsultasi di
Kantor;
7. Pemohon Konsultasi atau klien selanjutnya menceritakan mengenai duduk perkara
dan bila perlu memberikan dokumen terkait perkara yang disampaikan kepada
Konsultan;
8. Setelah konsultasi selesai, Stafselanjutnya membuat DATA KONSULTASI, HASIL
KONSULTASI KASUS, kemudian berkas-berkas tersebut diletakkan ke dalam satu
map bersama FORM PENERIMAAN KASUS serta fotocopy identitas klien untuk
kemudian disimpan menjadi arsip,
9. Staf penerima konsultasi selanjutnya mengisi Buku Penerimaan Konsultasi dan
melaporkan konsultasi yang baru saja diterima kepada Direktur LBH MUKTI
PAJAJARAN untuk kemudian ditandatangani.
10. Konsultasi yang diberikan oleh LBH MUKTI PAJAJARAN tidak dipungut biaya.
STANDAR OPERASIONAL (SOP)
LEMBAGA BANTUAN HUKUM (LBH)
MUKTI PAJAJARAN (MP)

II. PRA PENANGANAN PERKARA

1. Staf terlebih dahulu menanyakan kepada klien apakah termasuk golongan mampu
atau tidak mampu, dengan meminta diserahkannya bukti surat keterangan miskin
dari kelurahan disertai dengan bukti dokumen lain seperti Jamkesmas atau Gakin.
Jika klien tergolong mampu maka tidak dapat diterima dengan diberikan opsi untuk
mencari advokat lainnya baik dengan rekomendasi LBH MUKTI PAJAJARAN atau
tidak.
2. Staf selanjutnya berkoordinasi dengan Ketua Lembaga dengan tujuan untuk
mengetahui ketersediaan Mitra Kerja (partners), sekaligus untuk memperjelas
tentang duduk perkaranya;
3. Selanjutnya Kepala Divisi Bantuan Hukum berkoordinasi dengan Direktur untuk
meminta saran dan pendapat;
4. Setelah itu dilakukan finalisasi penentuan “Tim Penanganan Perkara” yang terdiri
dari Staf, Paralegal dan Mitra Kerja (Partners);
5. Apabila suatu Perkara sudah “Final Diterima”, kemudian Staf yang masuk dalam
“Tim Penanganan Perkara” diharuskan melaksanakan tahapan lanjutan dari
administrasi dan pemberkasan pada “Penanganan Perkara”.

III. PENANGANAN PERKARA

1. Staf LBH MUKTI PAJAJARAN yang masuk dalam Tim Penanganan Perkara
diwajibkan sesegera mungkin, untuk melengkapi Berkas-berkas Administrasi
Penanganan Perkara;
2. Berkas-berkas sebagaimana dalam Bagian Konsultasi (bag. A) dibuat 1 (satu)
rangkap lagi (dibuat baru), dengan ketentuan berkas Asli Kasus Konsultasi yang ada
dalam Map berwarna tersebut, harus dikembalikan lagi pada tempatnya semula
dengan keadaan lengkap;
3. Kemudian, Staf harus membuat Data Penanganan Kasus (diketik dengan format
standar yang ada di Komp. LBH MUKTI PAJAJARAN lalu di- print).
4. Selanjutnya, seluruh berkas-berkas tersebut di atas disatukan dan di- steples jadi
satu dengan kertas petanda segitiga warna “Biru”, sekaligus dimasukkan dalam
“Folder Kasus Plastik (Case Folder)/Map Kasus” penanganan perkara dan diberi
“Sampul/ Cover” LBH MUKTI PAJAJARAN (yang memuat Identitas dan Tim
Penanganan Perkara);
5. Selanjutnya perkara yang sudah dilengkapi dengan nomor perkara dan identitas
perkara dicatatkan kedalam Papan Besar Penanganan Perkara;
6. Selanjutnya Staf yang masuk dalam Tim Penanganan Perkara diwajibkan untuk
sesegera mungkin, memfasilitasi rapat (meeting) Tim, guna membicarakan hal-hal
penting dan yang diperlukan dalam proses penanganan perkara.
IV. PERSURATAN

A. Surat Masuk
A.1. Kasus
1. Surat tersebut diterima oleh Staf dan/atau Sekretaris LBH MUKTI PAJAJARAN
yang kemudian surat tersebut diberi stampel “RECEIVED” pada Amplop Surat;
2. Cap “RECEIVED” yang tercetak diatas Amplop surat tersebut diberi nomor surat
yang disesuaikan dengan Nomor Urut Surat Masuk Kasus yang tertera didalam
Buku Surat Masuk Kasus (Sampul Merah) dan kemudian diberi tanggal
diterimanya surat.
3. Selanjutnya dalam Buku Surat Masuk Kasus, dalam blangko surat, dicatatkan
tujuan surat tersebut, alamat pengirim dan lampirannya;
4. Kemudian surat tersebut di copy dan dimasukan bersama aslinya berserta
amplop kedalam Folder Plastik Kasus (Case Folder) dan;
5. Setelah itu, Staf dan/atau Sekretaris yang menerima surat tersebut diwajibkan
memberitahu kepada Tim Penanganan Perkara terkait surat tesebut.

A.2. Non-Kasus
1. Surat tersebut diterima oleh Staf atau Sekretaris yang kemudian surat tersebut
diberi stampel “RECEIVED” pada surat;

2. Cap “RECEIVED” yang tercetak diatas surat tersebut diberi nomor surat yang
disesuaikan dengan Nomor Urut Surat Masuk Non-Kasus yang tertera didalam
Buku Surat Masuk Kasus (Sampul Biru) dan kemudian diberi tanggal
diterimanya surat;

3. Selanjutnya dalam Buku Surat Masuk Non-Kasus, dalam blangko surat,


dicatatkan tujuan surat tersebut (Direktur, Sekretaris, Mitra Kerja, Staf), alamat
pengirim dan lampirannya; dan

4. Kemudian surat tersebut “dipines” untuk sementara waktu pada Papan


Pengumuman LBH MUKTI PAJAJARAN, sampai dengan kadaluarsanya
tanggal surat/undangan tersebut; dan

5. Setelah itu dimasukan kedalam Folder Surat Non-Kasus.


B. SURAT KELUAR
B. 1 Kasus
1. Surat yang akan dikeluarkan oleh Direktur, Sekretaris, dan Mitra Kerja dicatatkan
terlebih dahulu dalam Buku Surat Keluar Kasus, yang disesuaikan dengan
Nomor Urut Surat Keluar Kasus yang tertera didalam Buku Surat Keluar Kasus
(Sampul Biru) maupun tanggal surat;
2. Selanjutnya dalam Buku Surat Keluar Kasus, dalam blangko surat, dicatatkan
tujuan surat tersebut (instansi/individu), alamat pengirim dan lampirannya;
3. Kemudian pada sudut kiri atas surat kasus tersebut diberi “Segitiga Pertanda”
sesuai dengan sifat surat tersebut.
4. Klasifikasi “Segitiga Pertanda” adalah sebagai berikut :
Merah : Segera dan Rahasia
Biru : Final
Oranye : Draft

B. 2 Non-Kasus
1. Surat yang akan dikeluarkan oleh Direktur, Sekretaris, maupun Mitra Kerja
dicatatkan terlebih dahulu dalam Buku Surat Keluar Non-Kasus, yang
disesuaikan dengan Nomor Urut Surat Keluar Non-Kasus yang tertera didalam
Buku Surat Keluar Non-Kasus (Sampul Biru) maupun tanggal surat;
2. Selanjutnya dalam Buku Surat Keluar Non-Kasus, dalam blangko surat,
dicatatkan tujuan surat tersebut (instansi/individu), alamat pengirim dan
lampirannya;
3. Kemudian pada sudut kiri atas surat kasus tersebut diberi “Segitiga Pertanda”
sesuai dengan sifat surat tersebut.
4. Klasifikasi “Segitiga Pertanda” adalah sebagai berikut :
Merah : Segera dan Rahasia
Biru : Final
Oranye : Draft

Anda mungkin juga menyukai