Anda di halaman 1dari 73

SESI 1

Didit Supriadi. S.H,M.H.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


(IAIN) PONOROGO

2017
HUKUM PROGRESIF
Hukum untuk manusia bukan sebaliknya manusia
untuk hukum,Para penegak hukum seperti
polisi,Jaksa,hakim,Pengacara seharusnya memahami
hukum dalam konteks moral reading bukan sekedar
textual reading
 PROSES PERKULIAHAN

 Penyampaian Materi dan Diskusi


 Tugas (Pembuatan Makalah)
 Keterlambatan Perkuliahan
 Etika Berkomunikasi Dengan Dosen
 Etika Berpakaian Dalam Perkuliahan
- Phone : 081326591823
 Partisipasi N.1 10%
 Tugas N.2 20%
 Ujian Tengah Semester N.3 30%
 Ujian Akhir Semester N.4 40%

 N.A = (N.1 x 10)+(N.2 x 20) + (N.3x30) + (N.4 x 40)


100
 Dr. H.P. Panggabean, S.H,M.S., Manajemen Advokasi , 2012, PT
ALUMNI, Bandung.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
advokasi bisa diartikan sebagai Pembelaan.
Advokasi juga bisa diartikan sebagai bentuk
upaya persuasi yang mencakup kegiatan
penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, serta
rekomendasi tindak lanjut mengenai suatu hal
atau kejadian
 Di samping itu, advokasi juga bisa bermakna
sebagai suatu bentuk usaha untuk
memengaruhi kebijakan publik dengan
berbagai macam pola komunikasi persuasif.
 Advokasi juga bisa disebut sebagai aktivitas
memberikan pertolongan terhadap klien untuk
mencapai atau membela kepentingan dan hak
Klien dan memberikan ekspansi terhadap
layanan tersebut agar banyak orang yang
terwadahi
1. Untuk Mengubah Kebijakan, program Atau

Kedudukan Dari Pemerintah,institusi Atau Organisasi.

2. Penyelesaian Masalah yang dihadapi.


 Advokasi diri, yaitu Advokasi yang dilakukan
pada skala lokal dan bahkan sangat pribadi.
 Advokasi kasus, yaitu Advokasi yang dilakukan
sebagai proses pendampingan terhadap orang
atau kelompok yang belum memiliki kemampuan
membela dirinya dan kelompoknya
 Advokasi kelas, yaitu sebuah proses mendesakkan
kebijakan publik atau kepentingan satu kelompok
masyarakat dengan tujuan akhir terwujudnya
perubahan sistematik yang berujung pada lahirnya
kebijakan yang melindungi atau berubahnya
legislasi yang dianggap tidak adil.
 Advokasi Litigasi adalah salah satu bentuk advokasi
hukum yang dilakukan melalui proses pengadilan,
bahkan sebelum kasus atau satu perkara di sidangkan
ke pengadilan, pendampingan klien atas pemeriksaan
atau penyidikan di tingkat kepolisian, serta proses
penuntutan di tingkat kejaksaan dapat juga
dikatagorikan sebagai bentuk litigasi.

 Advokasi non litigasi dapat di lakukan dengan


penyelesaian sengketa alternatif, yakni penyelesaian
sengketa dengan meniadakan konflik dengan pihak-
pihak yang berperkara di dalamnya meliputi mediasi
(lobby), negosiasi, konsiliasi, dan abritase.
Adalah orang yang berprofesi memberi jasa
hukum baik di dalam maupun di luar
pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan Undang – Undang.
A. Konsultasi Hukum
B. Bantuan Hukum
C. Menjalankan Kuasa
mewakili,mendampingi,membela dan lainnya.
D. Menjalankan tindakan hukum untuk
kepentingan hukum klien nya.
Manajemen adalah Seni dalam mencapai suata
tujuan (Objective) dengan menggunakan sumber
– sumber yang ada. Atau diuraikan secara luas
yaitu Penggunaan efektif berbagai sumber tenaga
manusia dan bukan manusia serta bahan materiil
lainnya dalam rangka,menerapkan tujuan yang
telah ditentukan untuk itu.
Adalah Sistem pengelolaan kantor
hukum yang diarahkan untuk
menjalankan kegiatan penanganan
masalah hukum baik bersifat litigasi
maupun non litigasi bagi
kepentingan hukum pemberi kuasa.
1. Programming
a. Merumuskan dan menguraikan visi dan misi
organisasi menjadi tugas pokok unit-unit
organisasi.
b. Menyususn struktur organisasi.

2. Organization
a. Menyusun sistem dan mekanisme kerja.
b. Mengadakan sarana dan peralatan kerja.
3. Actuating (Pengelolaan)
a. Merencanakan,membina Dan
Mendayagunakan SDM
b. Mengkoordinasikan Pelaksanaan Tugas

4. Controlling
a. Mengawasi/evaluasi pelaksanaan tugas.
1. Kantor Sederhana, Dibagi dalam 3 (tiga) :

A. Kantor Sole practicsioner (praktisi tunggal)


juga memiliki kemampuan dan keahlian
khusus, di kantor seperti ini paralegal
(resepsionis,sekretaris) memegang peranan
pelayanan hukum.
c. Kantor Butik (boutique firm), yakni kantor
hukum juga memfokuskan diri dalam praktik,
atau spesialis tertentu. Pada umumnya kantor
hukum dengan karakteristik seperti ini
mempunyai lebih dari satu sekutu dan
dibantu oleh 2 sampai 4 associates.
C. Kantor Kecil (Small Firm), yakni kantor yang
menampung Advokat dalam jumlah 15 Orang.
Biasanya, di kantor ini ada Office Manager
yang bertanggung jawab dalam pengurusan
Law Firm, dan dibantu staff terdiri atas :
Sekretaris, Paralegal,kurir/operator dan staff
pembukuan.
2. Kantor Menengah (Medium Size Firm) :

Kantor ini menampung Lawyer dari jumlah 15 ke


75 dan biasanya diisi oleh posisi-posisi sebagai
berikut :
a. Direktur Pengelola
b. Asisten Direktur Pengelola
c. Direktur Personalia
d. Manajer Sistem Komputer
e. Manajer Dan Staff Keuangan
f. Manajer Perlengkapan
g. Pustakawan
h. Pengolah Data
i. Resepsionis Dan Operator Telepon
j. Kurir
3. Kantor Besar (Large Firm)
Kantor ini menampung lebih dari 75 Advokat dan
mempunyai berbagai bidang jasa yang mencakup
masalah litigasi dan non litigasi,Law Firm seperti
ini juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai jaringan kantor hukum dengan
berbagai negara.
b. Mmemiliki sistem informasi yang maju dan
Advokat yang dipekerjakan memiliki
mobilitas yang tinggi karena dapat ditransfer
ke kantor di temapt lain.
Managing Partner

Of counsel/ advisor

Associates attorney

Senior attorney

Lawyer partner

Intern

Freelance Attorney

Law Clerks (Paralegal)


1. Komunikasi 2 arah yang efektif
2. Struktur harus yang jelas dan transparan
3. Pelatihan yang relevan dengan bidang keahlian
4. Penegakan standar kualitas kantor hukum dalam
memberikan jasa hukum kepada klien
5. Evaluasi kinerja
6. Penyerahan tugas/pengawasan yang jelas dan
terperinci.
7. Kesempatan untuk mengambil tanggung jawab
8. Sisitem mentor
9. Forum untuk menyelesaikan masalah.
Pasal 1 ayat 7 UU No 18 Tahun
2003 tentang Advokat
menentukan bahwa
honorarium adalah imbalan
atas proses hukum yang
diterima Advokat berdasarkan
kesepakatan dengan klien.
1. Honorarium berdasarkan Retainer

Adalah yang dibayarkan oleh klien dalam jangka


waktu tertentu dan tetap, yang dapat dilakukan
tiap bulan,tiap 3 (tiga) bulan , atau 6 (enam) bulan
atau tiap tahun.

.
Pembayaran honorarium bersifat retainer ini
mengandung unsur spekulasi karena persoalan
hukum yang dihadapi klien tidak selalu sama
untuk setiap waktu. Bagi Advokat pertanyaan
honorarium secara retainer tidak selamanya
menguntungkan karena untuk penanganan kasus
tertentu (rumit) , Advokat harus menyediakan
waktu yang bisa melebihi apa yang diperjanjikan
semula
2. Honorarium secara Kontijen

Adalah jenis pembayaran honorarium yang


bergantung kepada suatu hal yang diharapkan
terjadi. Jenis ini mengandung persyaratan bahwa
untuk mendapatkan uang, bergantung kepada
hasil kegiatan Advokat (sebagai kuasa) untuk
penanganan Litigasi atau Negosiasi (No Win,No
Fee).
Kecenderungan Penolakan Pembayaran Honorarium
Secara Kontijen :
A. Advokat sering kali mendapatkan honorarium
yang berlebihan;
B. Memberi kemungkinan bagi Advokat untuk
mendorong pihak yang merasa dirugikanuntuk
membawa kasus nya ke Pengadilan :
( Tindakan mendorong seseorang untuk melakukan
tuntutannya disebut “ Champerty” diartikan sebagai
tindakan ilegal karena Advokat mendorong-dorong
kliennya untuk mengajukan tuntutan hukum dengan
syarat apabila tuntutan hukum dikabulkan /
dimenangkan,Advokat berhak menerima sebagian
dari hasilnya)
C. Honorarium secara kontijen mengandung
kelemahan karena Advokat cenderung
menangani kasus secara sembrono.

D. Honorarium jenis ini mengandung potensi


Conflict of Interest antara Advokat dengan
Klien.
3. Honorarium secara Pro Bono
Pemberian Jasa Hukum secara gratis diberikan
kepada pihak yang :
 Tidak mempunyai kemampuan membayar;

 Untuk kegiatan amal, keagamaan, lingkungan


masyarakat, dll
Tingkat kerumitan kasus
Keahlian yang dipersyaratkan kepada Advokat
Keterbatasan waktu
Pengalaman, Reputasi dan kemampuan Advokat.
Pentingnya penyelesaian kasus tersebut bagi klien.
Nilai objek yang disengketakan.
Waktu dan Tenaga yang dibutuhkan.
1. Verzet
Adalah hak perlawanan yang diberikan oleh undang-
undang kepada tergugat terhadap putusan hakim
yang dijatuhkan di luar kehadirannya (tergugat).
Pasal 125 ayat 3 jo Pasal 129 ayat 1 HIR/Pasal 149
ayat 1 Rbg.
a) Tenggat waktu 14 Hari sejak putusan Verzet
diberitahukan kepada tergugat.
b) Kedudukan Para Pihak
Pada persidangan Verzet, kedudukan pelawan tetap
sebagai tergugat dan terlawan sebagai penggugat,
sehingga dalam proses persidangan beban
pembuktian dibebankan terlebih dahulu kepadanya
(terlawan) . Pasal 163 HIR/ 283 Rbg dan Pasal 1865
BW.
Berkas gugatan yang diajukan terdahulu dan berkas
Verzet disatukan dan dicatat di register dalam 1
(satu) nomor perkara.
c) Verzet dapat digunakan hanya satu kali.

Bila dalam pemeriksaan Verzet, tergugat juga


tidak hadir lagi terhadap putusan Verstek dalam
Verzet tersebut tidak dimungkinkan lagi upaya
hukum Verstek. Upayanya adalah banding (
Pasal 129 ayat 5 HIR/ 153 ayat 6 Rbg). Upaya
sama juga terbuka bagi penggugat yang merasa
dirugikan dengan putusan Verstek.
Oleh Pengadilan Tinggi yang merupakan
pemeriksaan ulang atas putusan peradilan
tingkat pertama. Artinya sebagai peradilan ulang,
pengadilan tingkat banding wajib memeriksa
kembali seluruh materi perkara, baik mengenai
fakta maupun penerapan hukumnya.
Syarat Formal Banding

Permohonan banding harus diajukan dengan


surat atau lisan ke Pengadilan Negeri oleh
Pemohon banding/kuasanya dalam tempo 14
hari setelah putusan diucapkan, atau setelah
diberitahukan putusan kepada pihak yang
bersangkutan (Bila yang bersangkutan tidak
hadir pada saat putusan diucapkan)
Setiap permohonan banding oleh panitera
pengadilan wajib dibuatkan akta (akta
permohonan banding) yang dengan tegas
menyebutkan tanggal pernyataan banding. Dan
hal permohonan banding tersebut wajib
diberitahukan kepada pihak lawan (termohon
banding).
Dalam pemeriksaan banding, pemohon banding
tidak diwajibkan mengajukan memori
banding, tetapi bila dipandang perlu pemohon
dapat mengajukannya, termasuk mengajukan
bukti-bukti tambahan dengan ketentuan salinan
bukti-bukti tersebut harus diberikan kepada
pihak lawan melalui pengadilan negeri.
Upaya hukum KASASI dilakukan oleh Mahkamah
Agung sebagai puncak peradilan di Indonesia.
Dalam Pasal 28 UU No.4 Tahun 2004 tentang
Mahkamah Agung disebutkan Mahkamah Agung
bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus :
1. Permohonan Kasasi
2. Sengketa tentang kewenangan mengadili
3. Permohonan PK putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
Pada dasarnya, perkara yang dapat dimintakan
kasasi adalah perkara yang telah menggunakan
upaya hukum banding, tetapi untuk perkara-
perkara tertentu yang ditetapkan undang-undang
dapat langsung dimohonkan kasasi tanpa melalui
proses banding ( Perkara Niaga, HAKI dll)
Pada pemeriksaan kasasi MA tidak lagi memeriksa fakta perkara ,
tetapi lebih diarahkan pada penerapan hukum.

Sebagai judex juris , MA pada tingkat Kasasi akan memeriksa apakah


judex factie dalam memutus perkara yang bersangkutan terbukti
melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Tidak berwenang atau melampaui wewenang.

2. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.

3. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan


perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan
batalnya putusan yang bersangkutan.
Pemohon kasasi wajib membuat memori kasasi yang akan
menguraikan alasan-alasan dari keberatannya. Bila
pemohon kasasi tidak mengajukan memori kasasi,
permohonan kasasi dinyatakan tidak dapat diterima.

A. Tenggat waktu pengajuan kasasi adalah 14 hari


sesudah putusan yang dimohonkan kasasi
diputuskan.
B. Tenggat waktu untuk mengajukan memori kasasi, 14
hari setelah pernyataan kasasi.
Upaya hukum PK merupakan upaya hukum luar
biasa yang diberikan oleh undang-undang
kepada pihak-pihak berperkara yang keberatan
atau dirugikan oleh suatu putusan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Kewenangan memeriksa PK ada pada Mahkamah Agung. Permohonan
disampaikan melalui Pengadilan Negeri yang memutus pada tingkat
pertama.

Peninjauan Kembali hanya dapat diterima bila permohonan diajukan


atas dasar alasan – alasan sebagai berikut :
a. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu
muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau
didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana
dinyatakan palsu;
b. Apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang
bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat
ditemukan;
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut
atau lebih dari pada yang dituntut;
d. Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum
diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya;
e. Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu
soal yang sama, atas dasar yang sama oleh Pengadilan
yang sama atau sama tingkatnya telah diberikan putusan
yang bertentangan satu dengan yang lain;
f.Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan
Hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.”
Tenggang waktu pengajuan permohonan peninjauan kembali yang

didasarkan atas alasan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 67

adalah 180 (seratus delapan puluh) hari untuk :

a. Yang disebut pada huruf a sejak diketahui kebohongan atau tipu

muslihat atau sejak putusan Hakim pidana memperoleh kekuatan

hukum tetap, dan telah diberitahukan kepada para pihak yang

berperkara;

b. Yang disebut pada huruf b sejak ditemukan surat-surat bukti, yang

hari serta tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah

dan disahkan oleh pejabat yang berwenang;


c. Yang disebut pada huruf c, d, dan f sejak
putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan
telah diberitahukan kepada para pihak yang
berperkara;

d. Yang tersebut pada huruf e sejak sejak putusan


yang terakhir dan bertentangan itu memperoleh
kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan
kepada pihak yang berperkara.”
Permohonan PK dan alasan-alasan yang mendasari
permohonan tersebut (memori perkara) harus
diberitahukan kepada pihak lawan dan diberi hak
mengajukan tanggapan (kontra memori peninjauan
kembali) dalam batas 30 hari setelah tanggal diterimanya
salinan permohonan peninjauan kembali.

Hal- Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan


Peninjauan Kembali :
1. Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat
diajukan satu kali.
2. Permohonan Peninjauan Kembali tidak
menangguhkan atau menghentikan eksekusi.

3. Permohonan PK dicabut selama belum diputus , dan


bila dicabut , tidak dapat diajukan kembali.

4. Permohonan diajukan secara terulis oleh pihak


berperkara sendiri atau kuasanya.
Pasal 5

(1) Advokat berstatus sebagai penegak hukum,


bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan
peraturan perundang-undangan.

(2) Wilayah kerja Advokat meliputi seluruh


wilayah negara Republik Indonesia.
Adalah Kebebasan dari advokat untuk melakukan atau tidak
melakukan setiap tindakan dan mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan pendapat, keterangan atau dokumen kepada
siapapun dalam menjalankan tugas profesinya.

Pasal 16 UU No 18 Tahun 2003 Tentang Advokat

“Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun


pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik
untuk kepentingan pembelaan Klien dalam sidang pengadilan. “
Undang- Undang Advokat mengakui hak imunitas secara
sangat terbatas, yang diatur dalam Pasal 14, 15 , 16
Undang – Undang Advokat.

Ada 2 macam Hak Imunitas yang diberikan oleh Undang -


Undang Advokat kepada para Advokat, yaitu :

1. Hak Imunitas di luar sidang pengadilan

2. Hak imunitas di dalam sidang pengadilan ( Di setiap


lingkungan dan tingkatan pengadilan )
Ex Case

Di Pengadilan Negeri Padang yang berkaitan dengan kasus


korupsi pada proyek pembangunan jalan di Mentawai (
Kejaksaan Negeri Tuat Pejat )

Dalam kasus tersebut, Advokat Manatap Ambarita, S.H.


Bertindak sebagai kuasa tersangka yang sebelum perkara
pokok berjalan, Pihak Kejaksaan Negeri Padang, Kejaksaan
Tinggi Sumbar telah memperlakukan Advokat Manatap
Ambarita, S.H. sebagai tersangka yang diikuti dengan
penahanan secara langsung dengan tuduhan menghalangi
proses penyidikan kasus tindak pidana korupsi pada
proyek pembangunan jalan di Mentawai.
1. Dalam membela kliennya, Advokat tidak boleh melanggar
aturan hukum yang berlaku;

2. Dalam membela kliennya, Advokat tidak boleh melanggar


prinsip moral;

3. Dalam membela kliennya, Advokat tidak boleh merugikan


kepentingan orang lain.

4. Dalam membela kliennya, Advokat meninggalkan prinsip-


prinsip Profesionalisme profesi Advokat.
Ialah Tindakan atau perbuatan, tingkah laku,

sikap dan/atau ucapan yang dapat merendahkan

,merongrong, melecehkan, menghina, martabat

dan kehormatan badan Peradilan baik di dalam

ruang sidang pengadilan maupun di luar gedung

Pengadilan.
Istilah contempt of court pertama kali ditemukan dalam
penjelasan umum UU No. 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung butir 4 alinea ke-4 yang berbunyi:
“Selanjutnya untuk dapat lebih menjamin terciptanya suasana
yang sebaik-baiknya bagi penyelenggaraan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan yang mengatur penindakan
terhadap perbuatan, tingkah laku, sikap dan/atau ucapan yang
dapat merendahkan dan merongrong kewibawaan, martabat,
dan kehormatan badan peradilan yang dikenal sebagai
Contempt of Court. Bersamaan dengan introduksi terminologi
itu sekaligus juga diberikan definisinya.”
1. Dialekt COC

2. Construktive COC

Dialekt COC

Perbuatan yang merendahkan martabat pengadilan di Ruang Sidang

Pengadilan, baik Aparat penegak hukumnya, Peraturannya, Lembaga

maupun Gedungnya.

EX :

1. Berperilaku tercela dan tidak pantas di Pengadilan (Misbehaving in Court)

2. Tidak mentaati perintah-perintah pengadilan (Disobeying Court Orders)

3. Menyerang integritas dan impartialitas pengadilan (Scandalising the

Court)
Construktive COC
Perbuatan yang merendahkan martabat pengadilan, di luar gedung
pengadilan.
Ex :
1. Menghalang-halangi sorang saksi yang akan bersaksi di
pengadilan (mengancam / mencegat)
2. Perbuatan yang mempengaruhi pengadilan
3. Menghalangi jalannya penyelenggaraan peradilan (Obstructing
Justice)
4. Perbuatan-perbuatan penghinaan terhadap pengadilan
dilakukan dengan cara pemberitahuan/publikasi (Sub-Judice
Rule)
Pasal 207 KUHP

Barang siapa dengan sengaja di muka umum dengan lisan atau tulisan menghina suatu

penguasa atau badan umum yang ada di Indonesia, diancam dengan pidana penjara

paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima

ratus rupiah

Pasal 217 KUHP

Barang siapa menimbulkan kegaduhan dalam sidang pengadilan atau di tempat di

mana seorang pejabat sedang menjalankan tugasnya yang sah di muka umum, dan

tidak pergi sesudah diperintah oleh atau atas nama penguasa yang berwenang,

diancam dengan pidana penjara paling lama tiga minggu atau pidana denda paling

banyak seribu delapan ratus rupiah


Pasal 224 KUHP

Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa


menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya, diancam:

1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama


sembilan bulan;

2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam


bulan.
Pasal 18 ayat 2 Undang – Undang Advokat
menentukan dengan gamblang sebagai berikut :

“Advokat tidak dapat diidentikkan dengan


Kliennya dalam membela perkara Klien oleh
pihak yang berwenang dan/atau masyarakat.”
Ketentuan tidak mempersamakan Advokat dengan kliennya itu
berdampak pada beberapa prinsip hukum sebagai berikut :
1. Advokat berhak untuk membela siapapun kliennya,
termasuk penjahat kelas kakap yang telah dihujat oleh
banyak orang. Prinsip ini merupakan pengejawantahan dari
asas presumption of innocence, disamping juga sebagai
pelaksanaan prinsip hak setiap orang untuk mendapatkan
pembelaan hukum secara waja, yang memang diakui oleh
setiap sistem hukum yang modern di dunia ini, termasuk
hukum Indonesia.
2. Dalam membela kliennya Advokat tidak dapat dituntut baik
secara perdata maupun pidana. Ini merupakan salah satu
wujud dari hak imunitas Advokat.
3. Advokat tidak dapat dipersalahkan dalam merahasiakan
informasi dari kliennya, meskipun informasi tersebut ada
kaitannya dengan tindak pidana yang dilakukan oleh
kliennya.
Pasal 19
(1) Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
atau diperoleh dari Kliennya karena hubungan profesinya,
kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang.
(2) Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan
Klien, termasuk perlindungan atas berkas dan dokumennya
terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan
terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat.
Pasal 4 Kode Etik Advokat telah memberikan uraikan tentang
hubungan Advokat dengan Klien yaitu:
a. "Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan
penyelesaian dengan jalan damai.“
b. "Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang
dapat menyesatkan Klien mengenai perkara yang sedang
diurusnya.
c. "Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada Kliennya
bahwa perkara yang ditanganinya akan menang.“
d. Dalam menentukan besarnya honorarium Advokat
wajib mempertimbangkan kemampuan Klien.“
e. "Advokat tidak dibenarkan membebani Klien dengan
biaya-biaya yang tidak perlu.“
f. "Advokat dalam mengurus perkara Cuma-Cuma harus
memberikan perhatian yang sama seperti terhadap
perkara untuk mana ia menerima uang jasa.“
g. "Advokat harus menolak mengurus perkara yang
dalam keyakinannya tidak ada dasar hukumnya
h. "Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-
hal yang diberitahukan oleh Klien secara kepercayaan
dan wajib menjaga rahasia itu setelah berakhirnya
hubungan antara Advokat dan Klien itu.“
i. "Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang
dibebankan kepadanya pada saat yang tidak
menguntungkan posisi Klien atau pada saat tugas itu
akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat
diperbaiki lagi bagi Klien yang bersangkutan, dengan
tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf a."
j. "Advokat yang mengurus kepentingan bersama
dari dua pihak atau lebih harus mengundurkan
diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-
kepentingan tersebut, apabila dikemudian hari
timbul bertentangan kepentingan antara pihak-
pihak yang bersangkutan.“
k. "Hak retensi Advokat terhadap Klien diakui
sepanjang tidak akan menimbulkan kerugian
kepentingan Klien.“
Di dalam Kode Etik Advokat sendiri telah mengatur bagaimana cara

seorang Advokat dalam bertindak menangani perkara, sebagaimana

yang tertuang dalam Pasal 7 yaitu:

a. ”Surat-surat yang dikirim oleh Advokat kepada teman sejawatnya


dalam suatu perkara dapat ditunjukkan kepada hakim apabila
dianggap perlu kecuali surat-surat yang bersangkutan dibuat
dengan membubuhi catatan”Sans Prejudice”.”

b. ”Isi pembicaraan atau korespondensi dalam rangka upaya

perdamaian antar Advokat, tetapi tidak berhasil, tidak dibenarkan

untuk digunakan sebagai bukti dimuka Pengadilan.”


c. ”Dalam perkara perdata yang sedang berjalan, Advokat hanya
dapat menghubungi hakim apabila bersama-sama dengan
Advokat pihak lawan, dan apabila ia menyampaikan surat,
termasuk surat yang bersifat “ad informandum” (
Informasi tambahan ) maka hendaknya seketika itu
tembusan dari surat tersebut wajib diserahkan atau
dikirimkan pula kepada advokat pihak lawan.”

d. ”Dalam perkara pidana yang sedang berjalan, Advokat hanya


dapat menghubungi hakim apabila bersama-sama dengan
jaksa penuntut umum.”
e. ”Advokat tidak dibenarkan mengajari dan atau
mempengaruhi saksi-saksi yang diajukan oleh
pihak lawan dalam perkara perdata atau oleh jaksa
penuntut umum dalam perkara pidana.”

f. ”Apabila Advokat mengetahui, bahwa seseorang


telah menunjuk Advokat mengenai suatu perkara
tertentu, maka hubungan dengan orang itu
mengenai perkara tertentu tersebut hanya boleh
dilakukan melalui Advokat tersebut.”
g. ”Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-pernyataan atau
pendapat yang dikemukakan dalam sidang pengadilan dalam
rangka pembelaan dalam suatu perkara yang menjadi tanggung
jawabnya baik dalam sidang terbuka maupun dalam sidang
tertutup yang secara proporsional dan tidak
dikemukakan
berlebihan dan untuk itu memiliki imunitas hukum baik perdata
maupun pidana.”
h. ”Advokat mempunyai kewajiban untuk memberikan
bantuan hukum secara cuma-Cuma (pro deo) bagi orang
yang tidak mampu.”
i. ”Advokat wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan
pengadilan mengenai perkara yang ia tangani kepada Kliennya
pada waktunya.”
TERIMA KASIH
Semoga Bermanfaat

Wassalamu”alaikum

Have a nice good time,see you !!

Anda mungkin juga menyukai