Fullpapers 08 Lulus
Fullpapers 08 Lulus
STRES KERJA:
PENYEBAB DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA
Lulus Margiati
71
Lulus Margiati, “Stres Kerja:Latarbetakang Penyebab dan Alternatif Pemecahannya,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 3,
Juli 1999, 71-80
sebagai variabel independen yang menye - keluarga, seperi orang tua, mertua, anak,
babkan munculnya gejala lain. teman dan semacamnya. Begitu juga keti ka
Dalam kajian ini, stres tidak hanya seseorang tidak memperoleh dukungan dari
dicermati sebagai kondisi psikologis dan rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun
emosional akan tetapi sebagai kesatuan fisis; bawahan) akan cenderung lebih mudah
yang tidak hanya disebabkan oleh faktor terkena stres. Hal ini disebabkan, ketiadaan
pekerjaan juga non-pekerjaan (pengalaman/ dukungan sosial tersebut menyebabkan
peristiwa pribadi). Artinya, fokus perhatian perasaan tidak nyaman (baik di kantor
akan diletakan pada faktor penyebab stres maupun di rumah) yang menyebabkan
kerja, dan beberapa akibat yang ditimbul - ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan
kannya. Dari situ dapat ditemukan beberapa dan tugasnya.
altematif strategi solusi penanganan (mana -
jemen) stres kerja. Kedua, tidak adanya kesempatan
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
di kantor. Hal ini berkaitan dengan bak dan
Faktor Penyebab kewenangan seseorang dalam menjalankan
tugas dan pekerjaannya. Banyak orang
Terdapat dua faktor penyebab atau sumber mengalami stres kerja ketika mereka tidak
munculnya stres atau stres kerja, yaitu faktor dapat memutuskan persoalan yang menjadi
lingkungan kerja dan faktor personal. Faktor tanggung jawab dan kewenangannya. Stres
lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, keria juga bisa terjadi ketika seorang
manajemen kantor maupun hubungan sosial karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan
di lingkungan pekerjaan. Sedang faktor per - keputusan yang menyangkut dirinya.
sonal bisa berupa tipe kepribadian, peris -
tiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi Ketiga, pelecehan seksual. Yakni,
sosial-ekonomi keluarga di mana pribadi kontak atau komunikasi yang berhubungan
berada dan mengembangkan diri. Betapapun --atau dikonotasikan berkaitan -- dengan seks
faktor kedua tidak secara langsung ber - yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini
hubungan dengan kondisi pekerjaan, namun bisa dimulai dari yang paling kasar seperti
karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan memegang bagian badan yang sensitif,
cukup besar, maka faktor pribadi ditempat - mengajak kencan dan semacamnya sampai
kan sebagai sumber atau penyebab muncul - yang paling halus berupa rayuan, pujian
nya stres. Secara umum dikelompokkan bahkan senyuman yang tidak pada konteks -
sebagai berikut: nya. Dari banyak kasus pelecehan seksual
yang sering menyebabkan stres kerja adalah
Pertama, tidak adanya dukungan perlakuan kasar atau penganiayaan fisik dan
sosial. Artinya, stres akan cenderung muncul lawan jenis dan janji promosi jabatan namun
pada para karyawan yang tidak mendapat tak kunjung terwujud hanya karena wanita.
dukungan dari lingkungan sosial mereka. Stres akibat pelecehan seksual banyak ter -
Dukungan sosial di sini bisa berupa du - jadi pada negara yang tingkat kesadaran
kungan dari lingkungan pek erjaan maupun warga (khususnya wanita) terhadap persa -
lingkungan keluarga. Banyak kasus menun - maan jenis kelamin cukup tinggi, namun
jukkan bahwa, para karyawan yang menga - tidak ada undang-undang yang melindungi-
lami stres kerja adalah mereka yang tidak nya (Baron and Greenberg:1990: 226 -232).
mendapat dukungan (khususnya moril) dari
72
Lulus Margiati, “Stres Kerja:Latarbetakang Penyebab dan Alternatif Pemecahannya,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 3,
Juli 1999, 71-80
73
Lulus Margiati, “Stres Kerja:Latarbetakang Penyebab dan Alternatif Pemecahannya,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 3,
Juli 1999, 71-80
rahan atau instruksi secara baik dan benar. Keenam, ambiguitas peran. Agar
Sebaliknya, dalam kasus supervisor kurang menghasilkan performan yang baik, karya -
pandai dan mengusai tugas bawahan, maka wan perlu mengetahui tujuan dari pekerjaan,
ia kurang akurat dalam memberi bimbingan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan serta
pengarahan atau instruksi terhadap bawahan. apa skope dan tanggungjawab dari pekerjaan
Kondisi semacam inilah yang menjadikan mereka. Saat tidak ada kepastian tentang
stres bagi bawahannya. definisi kerja dan apa yang diharapkan dari
pekerjaannya akan timbul ambiguitas peran.
Ketiga, iklim politik kurang aman. Ambiguitas peran biasa terjadi saat dua per-
Para karyawan membutuhkan keamanan dan usahaan bergabung menjadi satu, pegawai -
kenyamanan bukan hanya di dalam lingkup nya sering merasa tidak pasti siapa yang
intem perusahaan, tetapi juga keamanan dan harus mengerjakan tugas. Pegawai ragu -ragu
kenyamanan di luar perusahaan. Oleh karen a mengerjakan karena takut sama dengan lain -
itu, faktor keamanan politik dapat memberi nya, bingung kepada siapa mengkonsul -
sumbangan pada meningkatnya gejala stres. tasikannya jika ada permasala han.
Situasi politik yang tidak aman, seorang
karyawan tidak akan dapat menja -lankan Ketujuh, perbedaan nilai dengan per -
tugas dengan rasa aman dan nyaman. usahaan. Situasi ini biasanya terjadi pada
Perasaan khawatir --terutama dalam waktu para karyawan atau manajer yang mempu -
lama dan melibatkan kekerasan fisik-- dapat nyai prinsip tertentu yang harus diperjuang -
mengantarkan pada situasi stres. kan, baik prinsip yang berkaiatan dengan
profesi yang digeluti (profesional) maupun
Keempat, terbatasnya waktu dalam prinsip kemanusiaan yang dijunjung tinggi
mengerjakan pekerjaan. Karyawan biasanya (altruisme). Tidak jarang, prinsip para
mempunyai "kemampuan" normal menyele - karyawan atau manajer berbenturan dengan
saikan tugas kantor/perusahaan yang dibe - prinsip atau prioritas yang dihadapi/dipilih
bankan kepadanya. Kemampuan berkaitan perusahaan. Dalam kondisi ini , karyawan
dengan keahlian, pengalaman, dan waktu atau manajer mengalami konflik batin,
yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak antara mengedepankan prinsip pribadi dan
atasan seringkali memberi tugas dengan prioritas yang menjadi target perusahaan.
waktu yang terbatas. Akibatnya, karyawan
seakan dikejar waktu untuk menyelesaikan Kedelapan, frustrasi. Dalam ling-
tugas sesuai tengat waktu yang ditetapkan kungan kerja, perasaan frustasi memang bisa
atasan, sehingga kondisi ini menjadi stresor. disebabkan banyak faktor. Faktor yang di -
duga berkaitan dengan frustasi kerja adalah
Kelima, kurang mendapat tanggung - terhambatnya promosi, ket idakjelasan tugas
jawab yang memadai. Faktor ini berkaitan dan wewenang serta penilaian/evaluasi staf,
dengan hak dan kewajiban karyawan. ketidakpuasan gaji yang diterima.
Banyak kasus, atasan sering memberi tugas
(kewajiban) kepada bawahannya tanpa di - Kesembilan, perubahan tipe pekerja-
ikuti kewenangan (hak) yang m emadai. an, khususnya jika hal tersebut tidak umum.
Sehingga, jika harus mengambil keputusan Situasi ini bisa timbul akibat mutasi yang
harus berkonsultasi --kadang menyerahkan tidak sesuai dengan keahlian dan jenj ang
sepenuhnya-- pada atasan, dapat memicu karir yang dilalui; atau mutasi pada per -
orang berada dalam situasi stres. usahaan lain --meskipun dalam satu grup --
74
Lulus Margiati, “Stres Kerja:Latarbetakang Penyebab dan Alternatif Pemecahannya,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 3,
Juli 1999, 71-80
namun lokasinya dan status jabatan serta selalu berusaha mengatasinya. Stress tidak
status perusahaannya berada di bawah selalu mempunyai pengertian negatip.
perusahaan pertama. Keadaan stres pada kondisi tertentu dapat
membuat karyawan menjadi lebih merasa
Kesepuluh, konfilk peran. Terdapat tertantang berprestasi. Seorang karyawan
dua tipe umum konflik peran, yaitu (1) yang dituntut menyelesaikan pekerjaan
konflik peran intersender, dimana pegawai dalam waktu yang terbatas, mungkin akan
berhadapan dengan harapan organisasi ter - stres. Stres yang dialami karyawan mungkin
hadapnya yang tidak konsisten dan tidak akan membuat lebih giat menyelesa ikan
sesuai, (2) konflik peran intrasender. tugas. Stres dapat terjadi positip maupun
Konflik peran ini kebanyakan terjadi pada negatip, tergantung jumlahnya. Jika tidak
karyawan --atau manajer- yang menduduki ada stres, tidak ada tantangan pekerjaan.
jabatan di dua struktur. Atau, para karyawan Misal, jika tidak ada tuntutan untuk meng -
dan manajer yang posisinya berada di dua hasilkan suatu produk dalam waktu tertentu,
struktur. Akibatnya, jika masing -masing karyawan tidak berusaha mengejar target .
struktur memprioritaskan pekerjaan yang
tidak sama, akan berdampak pada karyawan Penyebab Tekanan Psikologis
Tekanan Bentuk Tekanan Pengaruhnya
atau manajer yang berada pada posisi Organisasional Psikologis pada perilaku
dibawahnya, terutama jika mereka harus Menimbulkan
memilih salah satu altematif. Kurang diterima Frustasi dorongan
organisasi untuk
Sementara itu stres juga dapat ber - bangkit
pengaruh pada fisik yang mengakibatkan Adanya jenjang Menimbulkan
herarki dorongan untuk
gangguan-gangguan tertentu pada organ merubah persepsi
manusia. Quide dan Alkman (1987) menge - Melahirkan
jawaban bersifat
mukakan pengaruhnya pada fisik: Kompetisi kreatif
a. Sistim kardiovaskular, serangan jantung, (persaingan) Agresi (langsung
sedih atau
tekanan darah tinggi, angina, arrhytmia Konflik peranan Cemas menya-lurkan di
dan migrain. saluran yang ada)
Depresi
b. Sistim pencemaan dan organ yang dipa - Komunikasi
kai, tukak, radang usus besar, sembelit. berdasar
ketakutan/
c. Stress dan kekebalan; infeksi, alergi, kecemasan
otoimunitas dan kanker. Kebingungan
Timbulnya
peran afiliasi kelompok
d. Sistim seletar dan maskular (rangka tubuh Kelebihan peran
Alkoholisme
dan otot-otot):sakit pinggang, sakit kepala Perubahan Melarikan diri
disebabkan ketegangan rematik, orang
yang sering mengalami kecelakaan. Perilaku yang
menunjukkan
keruwetan
Konflik, stres, perselisihan dan ketidakpuas -
an kerja dalam kehidupan sehari -hari dan Hans Selye (1987) stres positip
lingkungan kerja tidak dapat dihindari. disebut eustres yang mendorong manusia
Kondisi-kondisi tersebut akan muncul dalam lebih berprestasi, tertantang menyelesaikan
kehidupan manusia. masalah yang dihadapinya. Akan tetapi ada
Whyte (dalam Modul FISIP -UT, juga stres berlebihan yaitu disebut distres.
1988) menyatakan tujuan organisasi manu - Umumnya distres menimbulkan gejala yang
sia selalu berada dalam konflik, dan harus menimbulkan kerugian pada prestasi tenaga
75
Lulus Margiati, “Stres Kerja:Latarbetakang Penyebab dan Alternatif Pemecahannya,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 3,
Juli 1999, 71-80
76
Lulus Margiati, “Stres Kerja:Latarbetakang Penyebab dan Alternatif Pemecahannya,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 3,
Juli 1999, 71-80
yang mengalami stres. Mengasumsikan anda individual ini bisa dilakukan dengan
satu-satunya orang yang khawati r bernada beberapa cara, antara lain:
campuran yang tidak rasional dari kebo - (1) melakukan perubahan reaksi perilaku
dohan dan keangkuhan. Karena penyakit dan atau perubahan reaksi kognitif. Artinya ,
masalah yang berhubungan dengan stres jika seorang karyawan merasa dirinya
menyebabkan meningkatnya jumlah orang ada kenaikan ketegangan, para karyawan
yang hilang, kebutuhan untuk menghadapi tersebut seharusnya time out terlebih
persoalan tersebut secara bertahap dihadapi. dahulu. Cara time out ini bisa macam-
Dukungan dari individu atau kelom - macam, seperti istirahat sejenak namun
pok kolega mungkin datang dalam banyak masih dalam ruangan kerja; keluar ke
samaran, yang berkisar dari bahu untuk ruang istirahat (jika menye diakan); pergi
menangis hingga bantuan positif dan advis. sebentar ke kamar kecil untuk mem -
Keluhan yang konstan tanpa usaha untuk basuh muka dengan air dingin atau ber -
mengubah masalah tidak mempunyai efek wudlu bagi orang Islam; dan sebagainya.
dalam jangka panjang dan han ya menye- Atau, melakukan kegiatan-kegiatan lain
babkan perasaan umum berupa pesimisme, yang bisa mengendorkan ketegangan,
ketakberdayaan dan keputusaan; namun, seperti bercanda dengan teman sekerja,
mampu berbagi perasaan dengan orang mendengarkan musik, nonton televisi;
didalam posisi yang sama dan mengetahui (2) Melakukan relaksasi dan meditasi.
bahwa anda tidak sendirian adalah pelepas - Kegiatan relaksasi dan meditasi ini bisa
an yang penting dan sumber dukungan. dilakukan di rumah pada malam hari
Seperti dijelaskan sebelumnya, situ- atau hari-hari libur kerja. Dengan mela -
asi stres tidak selamanya berdampak, khu - kukan relaksasi, karyawan dapat mem -
susnya pada penampilan kerja. Stres bisa bangkitkan perasaan rileks dan nyaman.
berdampak positip atau negatif tergantung Dengan begitu, karyawan yang melaku -
pada reaksi karyawan dan sifat stres itu kan relaksasi diharapkan dapat men -
sendiri, apakah tergolong stres ringan atau transfer kemampuan dalam membang -
berat. Oleh karena itu, bagi pihak manajer -- kitkan perasaan rileks ke dalam perusa -
termasuk karyawan itu sendiri -- dibutuhkan haan di mana mereka mengalami situasi
kiat-kiat khusus agar stres itu tidak menjurus stres. Lebih jauh, jika para karyawan
pada hal-hal yang bersifat negatip, syukur sudah mampu mentransfer perasaan
kalau bisa berpengaruh pada peningkatan rileks ke situasi stres di perusahaan,
kinerja perusahaan. Setidaknya, dibutuhkan mereka mampu beradaptasi dengan
kiat-kiat tersendiri agar dampak negatip perasaan-perasaan semacam itu. Dengan
stres --dan situasi stres itu sendiri -- dapat melakukan meditasi, para karyawan
dieleminasi. Dalam studi-studi stres, kiat- dapat memanfaatkan media meditasi itu
kiat di atas disebut strategi manajemen stres untuk mendapatkan posisi yang pas dan
atau strategi adaptasi stres. Secara umum enak. Beberapa cara meditasi yang biasa
strategi manajemen stres kerja dapat dilakukan adalah dengan menutup atau
dikelompokkan menjadi: memejamkan mata, menghilangkan
pikiran yang mengganggu, kemudian
Pertama, taktik yang bersifat perlahan-lahan mengucapkan doa atau
personal, yakni strategi yang dikembangkan mantra yang dipercayai. Perlu diingat,
secara pribadi atau individual. Strategi dalam meditasi, posisi atau postur tubuh
tertentu sangat diperlukan agar diperoleh
77
Lulus Margiati, “Stres Kerja:Latarbetakang Penyebab dan Alternatif Pemecahannya,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 3,
Juli 1999, 71-80
78
Lulus Margiati, “Stres Kerja:Latarbetakang Penyebab dan Alternatif Pemecahannya,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 3,
Juli 1999, 71-80
79
Lulus Margiati, “Stres Kerja:Latarbetakang Penyebab dan Alternatif Pemecahannya,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 3,
Juli 1999, 71-80
Baron, Robert A., and Gerald Greenberg, Minner, John B., Organizational Behavior:
Behavior in Organization: Under - Performance and Productivity, (New
standing and Managing the Human York: Random House, Inc., 1988).
Side of Work, third edition, (Boston:
Allyn and Bacon, 1990). Muchinsky, Paul A., Psychology Applied to
Work: An Intruduction to Industrial
Consumer Association, Living with Stress and Organizational Psyehology,
(London: Consumers Association, (Chicago: The Dorsey Press, 1992).
1982).
Robertson, I., and N. Heather, Lets Drink to
Davis, Keith, and John W. Newstrom, Your Health! A Self-help Guide to
Human Behavior at Work: Organi - Drinking (Leichester: British Psy-
zational Behavior (New York: chological Society, 1986).
McGraw-Hill Book Compan y,
1989).
80