Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

SAMPAH DI KECAMATAN MANOKWARI SELATAN


Antonius Arik Rumbruren1, Raymon Ch. Tarore,2 & 3Amanda Sembel
1
Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wialayah & Kota, Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi
2,3
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi

Abstrak Keberadaan tempat pembuangan akhir sampah (TPA), kecamatan manokwari selatan
memiliki jarak ± 500m dari Pemukiman Masyarakat di Desa Maisepi dan Katebu dan jarak dari
Lokasi TPA ± 1,5 km ke perkantoran Gubernur. Dengan jarak yang begitu dekat menimbulkan bau
yang kurang sedap dan pencemaran lingkungan di hunian warga dan juga di perkatoran Gubernur.
Sebagai upaya meningkatkan pelayanan dan mengatasi berakhirnya masa operasional TPA
existing, pemerintah kabupaten manokwari telah menetapkan lokasi TPA Sowi di dalam RTRW
kabuoaten manokwari, untuk itu perlu diketahui “Bagaimana kelayakan lokasi TPA sampah Sowi
ditinjau kondisi lingkungan berdasarkan analisis kritis terhadap SK SNI tentang pemilihan lokasi
TPA Sampah ?”.
Tujuan penelitian ini adalah, megevaluasi kelayakan lokasi TPA sampah Sowi berdasarkan SK SNI
T-11-1991-03. Untuk mengetahui kelayakan lokasi TPA sowi Kabupaten Manokwari, maka
analisis yang dilakukan adalah metode skoring. Penentuan skor masing-masing variable didasarkan
atas pembobotan parameter-parameter dari masing-masing variabel tersebut. Besarnya bobot dari
masing-masing parameter ditentukan atas dasar besarnya pengaruh kepentingannya.
Dengan demikian maka Lokasi TPA sampah Sowi Kabupaten Manokwari dapat dinyatakan layak
dipertimbangkan.

Kata kunci: Tempat, Pembuangan, Sampah

PENDAHULUAN. Kondisi seperti itu tentunya tidak dapat dibiarkan


Kabupaten Manokwari merupakan salah satu begitu saja karena menurut UU Nomor 18 Tahun 2008
kabupaten di Indonesia, yang terletak di kepala burung tentang pengelolaan sampah, menyebutkan bahwa
Pulau Papua dan merupakan Ibukota Propinsi Papua sampah merupakan permasalahan nasional sehingga
Barat. Sebagaimana ibu kota Provinsi pada umumnya, pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan
Kabupaten Manokwari yang berstatus sebagai ibukota terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfat secara
Provinsi Papua Barat menjadi daya tarik bagi daerah ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi
daerah disekitarnya. Daya tarik kota yang begitu lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.
menjanjikan bagi daerah-daerah sekitarnya menyebabkan Selain itu, hal lain yang penting untuk diperhatikan,
tingginya arus urbanisasi. Hal ini tentunya berdampak berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 bahwa setiap
pada peningkatan jumlah penduduk kota. Berdasarkan orang berhak mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan
data Badan Pusat Statistik jumlah penduduk kota sampah secara baik dan berwawasan lingkungan dari
Manokwari tahun 2011 sebanyak 194.948 jiwa dan pemerintah daerah, atau pihak lain yang diberi tanggung
meningkat sebanyak 201.936 jiwa pada tahun 2012. jawab untuk itu. Dengan demikian keberadaan tempat
Perkembangan penduduk daerah perkotaan yang pembuangan akhir sampah (TPA) di kecamatan
sangat pesat ini,tidak terlepas dari berbagai dorongan manokwari selatan perlu di kaji kembali, karena jika di
kemajuan teknologi, transportasi dan sebagainya. kota lihat dari kondisi lokasi TPA sekarang tidak sesuai
merupakan lokasi yang paling efisien dan efektif untuk dengan SNI yang berlaku sekarang tentang keberadaan
kegiatan-kegiatan produktif. Pembuangan akhir samapah Lokasi TPA
(TPA) adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan Keberadaan tempat pembuangan akhir sampah
dan memusnakan sampah dengan cara tertentu sehingga (TPA), kecamatan manokwari selatan memiliki jarak ±
dampak negatif yang di timbulkan kepada lingkungan 500m dari Pemukiman Masyarakat di Desa Maisepi dan
dapat dihilangkan atau dikurangi. Katebu dan jarak dari Lokasi TPA ± 1,5 km ke
perkantoran Gubernur.Dengan jarak yang begitu dekat

1
dapat menimbulkan bau yang kurang sedap dan Open Dumping, Controlled Landfill dan Sanitary
pencemaran lingkungan di hunian warga dan juga di Landfill.
perkatoran Gubernur. Dengan kondisi yang demikian Dalam memilih teknologi pengolahan sampah
maka peneliti merasa perlu mengevaluasi kembali, maka sebaiknya menerapkan prinsip kehati-hatian dini
peneliti membuat evaluasi terhadap keberadaan TPA, (precautionary principle), dimana perlunya menerapkan
dengan maksud agar keberadan TPA perlu di selaraskan kehati-hatian dalam menghadapi ketidakpastian
dengan ketentuan yang berlaku sesuai dengan SNI teknologi; prinsip pencegahan (preventive principle),
tentang Pemilihan Lokasi TPA agar permasalahan yang menekankan bahwa mencegah suatu bahaya adalah
dampak negatif dapat di minimalisir. Untuk itulah di lebih baik daripada mengatasinya; prinsip demokrasi
perlukan “EVALUASI KELAYAKAN LOKASI (democratic principle), dimana semua pihak yang
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SOWI dipengaruhi keputusan-keputusan yang diambil, memiliki
DI KECAMATAN MANOKWARI SELATAN. hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan-
Sehingga menjadi masukan dan perhatian untuk keputusan, serta; prinsip holistik (holistic principle),
pemerintah,mugkin mencari lokasi TPA yang baru dan dimana perlunya suatu pendekatan siklushidup yang
layak untuk di jadikan TPA sesuai dengan SNI dan UU terpadu untuk pengambilan keputusan masalah
yang berlaku tentang sistim pemilihan lokasih TPA lingkungan.
Sampah yang memenuhi standar yang berlaku.
Tujuan penelitian ini adalah, mengevaluasi Kriteria Lokasi Pembuangan Akhir Sampah
kelayakan lokasi TPA sampah ditinjau kondisi Kriteria Pemilihan lokasi TPA sampah dibagi
lingkungan berdasarkan analisis kritis terhadap SK SNI menjadi 3 bagian:
tentang pemilihan lokasi TPA Sampah ?”. 1. Kriteria Regional, yaitu kriteria yang digunakan
untuk menentukan zona layak atau zona tidak layak
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH sebagai berikut:
 Kondisi geologi: tidak berlokasi di zona holocene
Pengertian Tempat pembuangan Akhir Sampah fault dan tidak boleh di zona bahaya geologi.
Tempat pembuangan akhir sampah adalah sarana  Kondisi hidrogeologi:
fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir o tidak boleh mempunyai muka air tanah
sampah (TPA). Pembuangan akhir sampah tempat yang kurang dari 3 meter.
digunakan untuk menyimpan dan memusnahkan sampah o tidak boleh kelulusan tanah lebih dari 10-6
dengan cara tertentu sehingga dampak negatif yang cm/det.
ditimbulkan kepada lingkungan dapat dihilangkan atau o jarak terhadap sumber air minum harus lebih
dikurangi. Adapun persyaratan umum lokasi, metode besar dari 100 meter.
pengelolaan sampah di TPA dan kriteria pemilihan o dalam hal tidak ada zona yang memenuhi
lokasi, menurut SK SNI T-11-1991-03 adalah sebagai kriteria-kriteria tersebut di atas, maka harus
berikut: diadakan masukan teknologi.
 Kemiringan zona harus kurang dari 20 %.
Pesyararatan umum lokasi pembuangan sampah  Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari
1. sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota 3.000 meter untuk penerbangan turbo jet dan lebih
dan daerah. besar dari 1.500 meter untuk jenis lain.
2. jenis tanah kedap air.  Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan
3. daerah yang tidak produktif untuk pertanian. daerah banjir dengan periode ulang 25 tahunan.
4. dapat dipakai minimal untuk 5 – 10 tahun.
5. tidak membahayakan/mencemarkan sumber air. 2. Kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan
6. jarak dari daerah pusat pelayanan maksimal 10 km. untuk memilih lokasi terbaik, di antaranya yaitu:
7. daerah yang bebas banjir. a. Iklim:
o Hujan, intensitas hujan makin kecil dinilai
makin baik.
o Angin, arah angin dominan tidak menuju ke
Metode Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan permukiman dinilai makin baik.
Akhir Sampah b. Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai makin baik.
Jenis pengolahan sampah di TPA perlu c. Lingkungan Biologis:
dipertimbangkan sesuai dengan kondisi lokasi, o Habitat: kurang bervariasi, dinilai makin baik.
pembiayaan, teknologi, dan keamanannya. Berbagai cara
pengelolaan sampah di TPA, diantaranya dengan cara

2
o Daya dukung: kurang menunjang kehidupan potensial berkembangbiak di lokasi TPA. Hal ini
flora dan fauna, dinilai makin baik. terutama disebabkan oleh frekwensi penutupan
d. Kondisi tanah: sampah yang tidak dilakukan sesuai ketentuan
o Produktifitas tanah: makin tidak produktif sehingga siklus hidup lalat dari telur menjadi larva
dinilai makin baik. telah berlangsung sebelum penutupan dilaksanakan.
o Kapasitas dan umur: dapat menampung lahan Gangguan akibat lalat umumnya dapat ditemui
lebih banyak dan lebih lama dinilai lebih baik. sampai radius 1-2 km dari lokasi TPA.
o Ketersediaan tanah penutup: mempunyai tanah b. Pencemaran udara
penutup yang cukup,dinilai lebih baik. Sampah yang menumpuk dan tidak segera
o Status tanah: kepemilikan tanah makin terangkut merupakan sumber bau tidak sedap yang
bervariasi dinilai tidak baik. memberikan efek buruk bagi daerah sensitif
e. Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah, sekitarnya seperti permukiman, perbelanjaan,
dinilai makin baik. rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah
f. Batas administrasi: dalam batas administrasi seringkali terjadi pada sumber dan lokasi
dinilai semakin baik. pengumpulan terutama bila terjadi penundaan
g. Kebisingan: semakin banyak zona penyangga proses pengangkutan sehingga menyebabkan
dinilai semakin baik. kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul
h. Bau: semakin banyak zona penyangga dinilai sangat potensial menimbulkan gangguan bagi
semakin baik. lingkungan sekitarnya.
i. Estetika: semakin tidak terlihat dari luar dinilai Sarana pengangkutan yang tidak tertutup
semakin baik. dengan baik juga sangat berpotensi menimbulkan
j. Ekonomi: semakin rendah biaya satuan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui,
pengelolaan sampah (Rp/m3 atau Rp/ton) dinilai terutama akibat bercecerannya air lindi dari bak
semakin baik. kendaraan.
Pada instalasi pengolahan terjadi berupa
3. Kriteria penetapan yaitu kriteria yang digunakan pelepasan zat pencemar ke udara dari hasil
oleh Instansi yang berwenang yang menyetujui dan pembuangan sampah yang tidak sempurna;
menetapkan lokasi terpilih sesuai denga diantaranya berupa : partikulat, SO x, NO x,
kebijaksanaan Instansi yang berwenang setempat hidrokarbon, HCl, dioksin, dan lain-lain.
dan ketentuan yang berlaku. Proses dekomposisi sampah di TPA secara
kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan
Dampak TPA Terhadap Manusia Dan Lingkungan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4,
Dalam kenyataannya banyak pengelola kebersihan H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan
menghadapi berbagai masalah dan kendala sehingga mengganggu komposisi gas alamiah di udara,
mereka tidak dapat menyediakan pelayanan yang baik mendorong terjadinya pemanasan global, disamping
sesuai dengan ketentuan teknis dan harapan masyarakat. efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di
Disana sini sering terjadi pencemaran akibat pengelolaan sekitarnya.
yang kurang baik sehingga menimbulkan berbagai Pembongkaran sampah dengan volume yang
masalah pencemaran selama pelaksanaan kegiatan teknis besar dalam lokasi pengolahan berpotensi
penanganan persampahan yang meliputi: pewadahan, menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, sangat mungkin terjadi pencemaran berupa asap bila
dan pembuangan akhir. Berbagai potensi yang sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi
menimbulkan berbagai dampak dapat meliputi : syarat teknis. Seperti halnya perkembangan
a. Perkembangan Penyakit populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul
Wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan
bagi pertumbuhan vector penyakit terutama lalat dengan baik.
dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah Asap juga seringkali timbul di TPA akibat
tersedia sisa makanan dalam jumlah yang besar. terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja
Tempat Penampungan Sementara / Container juga maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup
merupakan tempat berkembangnya vektor tersebut besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api
karena alasan yang sama. Sudah barang tentu akan sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan
menurunkan kualitas kesehatan lingkungan akan sangat mengganggu daerah sekitarnya.
sekitarnya. Vektor penyakit terutama lalat sangat c. Pencemaran air

3
Prasarana dan sarana pengumpulan yang Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari
terbuka sangat potensial menghasilkan lindi kegiatan pembongkaran yang tertiup angin atau
terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran
saluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan sampah di dalam area pengolahan maupun ceceran
terjadinya pencemaran. sampah dari truk pengangkut akan mengurangi
Instalasi pengolahan berskala besar estetika lingkungan sekitarnya
menampung sampah dalam jumlah yang cukup Sarana pengumpulan dan pengangkutan yang
besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di tidak terawat dengan baik merupakan sumber
instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan pandangan yang tidak baik bagi daerah yang dilalui.
pencemaran air dan tanah di sekitarnya. Lokasi TPA umumnya didominasi oleh ceceran
Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin sampah baik akibat pengangkutan yang kurang
mencemari lingkungan sekitarnya baik berupa baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada
rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah lokasi yang sedang dioperasikan. Hal ini
di bawahnya. Pada lahan yang terletak di menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan
kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup bagi masyarakat yang melintasi / tinggal berdekatan
tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran dengan lokasi tersebut.
terhadap sumur penduduk yang trerletak pada f. Kemacetan lalulintas
elevasi yang lebih rendah. Lokasi penempatan sarana / prasarana
Pencemaran lindi juga dapat terjadi akibat pengumpulan sampah yang biasanya berdekatan
efluen pengolahan yang belum memenuhi syarat dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan,
untuk dibuang ke badan air penerima. Karakteristik dan lain-lain serta kegiatan bongkar muat sampah
pencemar lindi yang sangat besar akan sangat berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus
mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama lalu lintas.
air permukaan yang dengan mudah mengalami Arus lalu lintas angkutan sampah terutama
kekurangan oksigen terlarut sehingga mematikan pada lokasi tertentu seperti transfer station atau
biota yang ada. TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan berat
d. Pencemaran Tanah yang dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus untuk
dengan baik misalnya di lahan kosong atau TPA mengantisipasinya.
yang dioperasikan secara sembarangan akan Arus kendaraan pengangkut sampah masuk
menyebabkan lahan setempat mengalami dan keluar dari lokasi pengolahan akan berpotensi
pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di
dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan sekitarnya terutama berupa kemacetan pada jam-
Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan jam kedatangan.
diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah Pada TPA besar dengan frekwensi kedatangan
terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama truck yang tinggi sering menimbulkan kemacetan
waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pada jam puncak terutama bila TPA terletak
pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan berdekatan dengan jalan umum.
sekitarnya. g. Gangguan Kebisingan
e. Gangguan Estetika Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat /
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan truck timbul dari mesin-mesin, bunyi rem, gerakan
menimbulkan kesan pandangan yang sangat buruk bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat
sehingga mempengaruhi estetika lingkungan mengganggu daerah-daerah sensitif di sekitarnya.
sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan Di instalasi pengolahan kebisingan timbul
permukiman atau juga lahan pembuangan sampah akibat lalu lintas kendaraan truk sampah disamping
lainnya. akibat bunyi mesin pengolahan (tertutama bila
Proses pembongkaran dan pemuatan sampah digunakan mesin pencacah sampah atau shredder).
di sekitar lokasi pengumpulan sangat mungkin Kebisingan di sekitar lokasi TPA timbul akibat
menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak lalu lintas kendaraan pengangkut sampah menuju
segera diatasi akan menyebabkan gangguan dan meninggalkan TPA; disamping operasi alat
lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah berat yang ada.
dari kendaraan pengangkut sering terjadi bila h. Dampak Sosial
kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup yang Hampir tidak ada orang yang akan merasa
memadai. senang dengan adanya pembangunan tempat

4
pembuangan sampah di dekat permukimannya. mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi
Karenanya tidak jarang menimbulkan sikap oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah
menentang / oposisi dari masyarakat dan munculnya yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
keresahan. Sikap oposisi ini secara rasional akan memproduksi baterai dan akumulator.
terus meningkat seiring dengan peningkatan Cairan lindi yang masuk ke dalam drainase atau
pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat sungai akan mencemari air. Berbagai organisme
penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan
mengambil langkah-langkah aktif untuk lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem
menghindarinya. perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke
i. Resiko Lingkungan dalam air akan menghasilkan asam organic dan gas-cair
Komponen lingkungan yang diperkirakan akan organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas
terkena dampak akibat adanya kegiatan ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
pembangunan sistem penyediaan air bersih akan Pengelolaan sampah yang kurang baik akan
mencakup: membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi
a) Geo-fisik-Kimia; yang meliputi: kuantitas dan masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan
kualitas air tanah/permukaan, kualitas udara, yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
kondisi tanah, dan kebisingan Sehingga memberikan dampak negatif terhadap
b) Biologis: baik keanekaragaman maupun kondisi kepariwisataan.
flora/fauna Pengelolaan sampah yang tidak memadai
c) Sosioekonomibudaya; yang meliputi: menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.
kependudukan, kesehatan masyarakat, pola Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan
kehidupan masyarakat, mata pencaharian, secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan
estetika, kecemburuan masyarakat, persepsi pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja,
masyarakat terhadap proyek, nilai jual tanah, rendahnya produktivitas).
situs sejarah, adat, dan lain-lain Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh
d) Prasarana umum: jalan, saluran drainase, pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti
jaringan PLN/Telkom, perpipaan air bersih / air tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air.
limbah, dll Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di
memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dibersihkan dan diperbaik.
dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan
anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi METODE PENELITIAN
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai Teknik analisis data yang digunakan dalam
berikut , (Direktorat Pengembangan Kelembagaan / penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan analisis
SDM: 1997): kualitatif.
 Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan 1. Analisis Kuantitatif`
cepat karena virus yang berasal dari sampah Analisis kuantitatif adalah analisis yang
dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur mempergunakan alat analisis berupa model-model,
air minum. Penyakit demam berdarah seperti model matematika, model statistik dan model
(haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan ekonometrik yang hasil analisisnya berbentuk angka-
cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya angka dan selanjutnya akan di uraikan atau
kurang memadai. didiskripsikan (Hasan, 2002:18). Dalam penelitian ini,
 Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya metode analisis kuantitatif yang digunakan adalah
jamur kulit). analisis kapasitas lahan dan analisis skoring.
 Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai A. Analisis kapasitas lahan
makanan. Salah satu contohnya adalah suatu Analisis kapasitas lahan adalah analisis yang
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita dipergunakan untuk menghitung kebutuhan luas lahan
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam bagi sebuah TPA sampah dan masa pakai lahan TPA
pencernakan binatang ternak melalui makanannya tersebut. Daya tampung lahan dipengaruhi, antara lain
yang berupa sisa makanan/sampah. dipengaruhi oleh volume sampah yang dibuang dan
 Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di kepadatan sampah. Manfaat analisis ini dapat
Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat memberikan informasi mengenai kapasitas lahan TPA.
Analisis kapsitas lahan ini dihitung melalui persamaan:

5
kelayakan lokasi TPA Sowi dapat diuraikan berdasarkan
parameter-parameter tersebut
Proses overlay ini dilakukan secara bertahap
dengan urutan mulai overlay theme penutupan tajuk
dengan kelas kemiringan lereng kemudian hasil overlay
tersebut dioverlaykan kembali dengan theme erosi.
Proses ini dilakukan untuk theme-theme berikutnya
dengan cara yang sama sebagaimana terlihat pada
diagram dibawah ini.

Analisis Kualitatif
Pendekatan umum yang dilakukan pada analisis
Analisis Kelayakan Lokasi TPA Sampah (Metode kualitatif adalah deskriptif, yaitu dengan menggambarkan
Skoring) secara tertulis data-data yang telah didapat dan diolah,
Untuk menetapkan kelayakan lahan dipakai menguraikan dan menafsirkan data-data tersebut.
beberapa parameter (Khadiyanto, 2005:83). Masing- Artinya, analasis kualitatif adalah memberikan gambaran
masing parameter diberi bobot dan nilai yang penjelasan tentang keadaan atau fenomena yang ada di
dimaksudkan untuk menghindari subyektivitas penilaian wilayah studi dengan sejelas-jelasnya. Pada penelitian
terhadap unit lahan yang telah dilakukan. Bobot disini ini, semua tahapan analisis menggunakan analisis
berarti peringkat kepentingan setiap parameter fisik kualitatif.
terhadap penggunaan lahan bagi lokasi TPA
(Khadiyanto, 2005:89). Tabel 3.1 memperlihatkan contoh LOKASI PENELITIAN
perhitungan skor suatu lokasi TPA sampah. Secara Geografis, kabupaten manokwari terletak
di bawah garis khatulistiwa antara 000”14’ LS dan
00130”31’ BT. Wialayah kabupaten manolwari
berbatasan langsung dengan

 Barat : Kabupaten Tambraw


 Utara : Samudra Pasifik
 Timur : Samudra Pasifik
 Selatan : Kab. Pegunungan Arfak dan Kab.
Manokwari Selatan
Luas wilayah kabupaten manokwari adalah
4.650,32 km2 yang terbagi dalam Sembilan distrik.

Selanjutnya menguji apakah lokasi TPA sampah


mempunyai nilai kelayakan, melalui perhitungan kelas
interval yang akan digunakan, yaitu sebanyak 3 kelas
(layak, layak dipertimbangkan dan tidak layak). Dengan
demikian perhitungan lebar intervalnya adalah sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
berikut:
I=R/1 + 3,3 log 3 Analisis Kritis Terhadap Kriteria SNI

Berdasarkan parameter-parameter yang telah Analisis kritis terhadap kriteria SK SNI T-11-
dibangun pada analisis sebelumnya, maka pembahasan 1991-03 tentang pemilihan lokasi TPA dimaksudkan

6
guna mengkritisi kriteria SNI (Standar Nasional Melihat kenyataan seperti tersebut di atas, maka
Indonesia) tentang pemilihan lokasi TPA sampah untuk dalam penetapan lokasi TPA sampah di luar batas
mendapatkan kriteria optimal yang dapat diterapkan pada administrasi, baik pengelolaan TPA terpadu maupun
waktu dan kondisi yang sedang berkembang saat ini. tidak terpadu cenderung mempunyai nilai negatif lebih
Dasar dari analisis ini adalah membandingkan antara besar dibandingkan dengan parameter di dalam batas
aspek-aspek yang diatur dalam kriteria SNI dengan administrasi.
kondisi empirik yang terjadi dibeberapa TPA,
Aspek-aspek yang menjadi bahasan dalam 2. Pemilik Hak Atas Lahan da Jumlah Pemilik Lahan
evaluasi ini adalah batas administrasi, pemilikan hak atas
lahan dan jumlah pemilik lahan, tanah (di atas muka air Kasus TPA Bantar gebang Lahan dan semua
tanah) dan air tanah, bahaya banjir dan intensitas hujan, fasilitas TPA Bantar gebang menjadi aset DKI Jakarta,
kawasan konservasi dan resapan air/tangkapan hujan, dan yang berarti kepemilikan hak atas lahan merupakan milik
cagar budaya/situs-situs sejarah. pemerintah DKI Jakarta, namun pengoperasian TPA
dilakukan dengan cara yang tidak sesuai dengan
1..Batas Administrasi ketentuan teknis yang disyaratkan dengan alasan
keterbatasan biaya, maka terjadi pencemaran lingkungan
Indikator–indikator yang termasuk parameter sehingga menyebabkan adanya konflik antara pengelola
batas administrasi yang di atur dalam SK SNI, terdiri TPA dengan masyarakat sekitar lokasi TPA.
atas: Sejalan dengan fenomena di atas, menurut
landasan teori dinyatakan bahwa pada penggunaan lahan
(1) Dalam batas administrasi yang terbatas perlu dilakukan identifikasi dan pemecahan
(2) Di luar batas administrasi tetapi dalam satu masalah silang atau benturan kepentingan antara individu
sistem pengelolaan TPA sampah terpadu. dan kepentingan umum (Arsyad 1989 dalam Triutomo
(3) Di luar batas administrasi. 1995:22). Oleh karenanya guna mengoperasionalkan
(4) Di luar sistem pengelolaan TPA sampah terpadu kegiatan TPA dengan optimal maka perlu dihindari
dan di luar batas administrasi. benturan kepentingan antara individu dan kepentingan
umum.
Parameter batas administrasi tidak diatur dalam Berdasarkan pada kasus TPA Bantar gebang dapat
kriteria di beberapa negara (internasional), namun disimpulkan bahwa benturan kepentingan dapat saja
persoalan utama yang terjadi berkaitan dengan terjadi, walaupun kepemilikan lahan merupakan milik
persyaratan parameter batas administrasi seperti yang pemerintah, artinya penguasaan lahan baik oleh
diperlihatkan pada tabel adalah adanya kerjasama antar pemerintah maupun oleh masyarakat secara perorangan
pemerintah DKI Jakarta dengan pemerintah kabupaten berapa pun jumlah kepemilikannya, mempunyai potensi
Bekasi mengenai penggunaan lahan untuk sebuah lokasi yang sama terjadinya konflik jika pengelolaan TPA tidak
TPA sampah. sesuai dengan ketentuan teknis yang disyaratkan.
Kerjasama di atas merupakan kerjasama Penguasaan lahan untuk sebuah lokasi TPA sangat
pemanfaatan lahan untuk sebuah lokasi TPA, dan tidak tergantung kepada kepemilikan lahan yang akan
terdapat indikasi adanya kerjasama pengelolaan TPA dipergunakan. Menurut SK SNI parameter pemilikan hak
secara terpadu yang melibatkan koordinasi antar atas lahan dan parameter jumlah pemilik lahan
pemerintah daerah DKI Jakarta dengan pemerintah merupakan 2 (dua) parameter yang terpisah. Sedangkan
kabupaten Bekasi. jika dicermati dari makna kedua parameter tersebut,
Penggunaan lahan seperti di atas pada kasus TPA maka parameter jumlah pemilik lahan mempunyai makna
Bantargebang, berkembang menjadi penguasaan lahan, yang sama dengan parameter pemilikan hak atas lahan,
artinya lahan tersebut menjadi milik pemerintah DKI sehingga untuk kedua parameter ini dapat dipilih salah
Jakarta yang memanfaatkan lahan untuk sebuah lokasi satu diantaranya.
TPA di luar batas administrasinya. Kepemilikan lahan di
luar batas administrasi DKI Jakarta, dalam hal
pengelolaan TPA Bantar gebang cenderung mengabaikan
fungsi-fungsi teknologi pembuangan sampah yang
berlaku, sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran 3. Tanah ( di atas muka air tanah) dan Air Tanah
lingkungan dan konflik antar pemerinta daerah di atas,
serta terjadinya konflik dengan masyarakat di sekitar Lapisan tanah dasar TPA harus kedap air, hal ini
lokasi TPA yang bersangkutan. dimaksudkan untuk menghambat daya resap lindi yang
dihasilkan dalam pengelolaan sampah, sehingga tidak

7
mencemari air tanah. Terkontaminasinya air tanah oleh yang terbentuk di timbunan sampah pada musim hujan
air lindi sangat tergantung pada permibilitas tanah yang sehingga sampah bergerak.
disyaratkan dalam kriteria SK SNI. Jika tingkat Banjir adalah kejadian yang disebabkan kondisi
kedalaman air tanah tidak terpenuhi, maka diperlukan alam setempat, misalnya curah hujan yang relatif tinggi,
masukan teknologi. kondisi topografi yang landai dan adanya pengaruh back
Pengamatan terhadap permasalahan pengelolaan water dari sungai dan atau air laut. Disamping itu banjir
TPA, biaya pemusnahan sampah yang relatif tinggi di dapat disebabkan karena besarnya limpasan aliran
Indonesia dewasa ini, mengakibatkan meningkatnya permukaan (run off) akibat kurangnya ruang infiltrasi
penggunaan metoda pembuangan sampah dengan metode bagi air.
open dumping. Pembuangan sampah dengan metode Melihat hal tersebut di atas maka salah satu sebab
open dumping dapat menimbulkan beberapa dampak terjadinya banjir adalah adanya curah hujan yang relatif
negatif terhadap lingkungan. Pada penimbunan sampah tinggi. Untuk menghitung debit banjir rencana tahunan
dengan sistem anaerobik landfill akan timbul leachate sangat dipengaruhi oleh koefisien run off, Intensitas
(lindi) di dalam lapisan timbunan dan akan meresap ke hujan dan luas daerah pengaliran. Oleh karenanya
dalam lapisan tanah di bawahnya. Leachate ini sangat terdapat hubungan erat antara bahaya banjir dengan
merusak dan dapat menimbulkan bau tidak enak. intensitas hujan, yaitu untuk dapat memperkirakan
Teknologi pembuangan sampah telah bahaya banjir tahunan perlu dilakukan penghitungan
berkembang, salah satu pengembangan dari metode- besarnya intensitas hujan. Artinya jika telah diketahui
metode pembuangan sampah adalah metode sanitary bahaya banjir tahunan, maka besarnya intensitas hujan
landfill (improved sanitary landfill), yaitu model telah diketahui terlebih dahulu. Dengan demikian
"Reusable Sanitary Landfill (RSL)”. RSL merupakan parameter intensitas hujan tidak perlu dicantumkan
teknologi penyempurna sistem pembuangan sampah kembali dalam kriteria.
yang berkesinambungan dengan menggunakan metode
supply ruang penampungan sampah padat. RSL diyakini 5. Kebisingan dan Bau serta Estetika
dapat mengontrol emisi liquid, atau air resapan sampai
dengan tidak mencemari air tanah. Cara kerja metode ini Penggunaan lahan pada lahan yang terbatas,
adalah, sampah ditumpuk dalam satu lahan, kemudian antara lain dapat dilakukan melalui: (1) Mencari dan
lahan tempat sampah dipadatkan, padatan tanah ini memilih alternatif yang sesuai dengan kebutuhan dan (2)
dikatakan sebagai ground liner. Ground Liner dilapisi Merencanakan sesuai dengan perubahan yang diinginkan.
dengan geomembran, lapisan ini yang akan menahan Terjadinya perubahan yang diinginkan dan memilih
meresapnya air lindi ke dalam tanah dan mencemari air alternatif yang sesuai dengan kebutuhan di atas,
tanah. Di atas lapisan geomembran dilapisi lagi geo merupakan pertimbangan yang dilakukan dalam tahap
textile yang gunanya menahan kotoran sehingga tidak perencanaan termasuk perencanaan dalam pemilihan
bercampur dengan air lindi. lokasi TPA sampah.
Mengamati hal tersebut di atas maka persyaratan Pengaturan parameter kebisingan dan bau serta
air tanah bagi pengelolaan sampah di TPA dengan estetika di dalam criteria pemilihan lokasi TPA sampah
metode improved sanitary landfill dapat diabaikan. berdasarkan SK SNI mempunyai makna bahwa TPA
Terkontaminasinya air tanah oleh air lindi sangat yang bersangkutan telah operasional dan TPA tersebut
tergantung pada permibilitas tanah dan masukan tidak berada pada tahap perencanaan, hal ini disebabkan
teknologi yang diterapkan. Oleh karenanya, jika bahwa bising dan bau serta estetika lokasi
persyaratan air tanah dan masukan teknologi telah TPA sampah akan terjadi pada saat TPA
terpenuhi maka parameter air tanah tidak diperlukan lagi. operasional. Oleh karenanya kedua parameter tersebut
dapat dipertimbangkan bukan sebagai salah satu kriteria
4. Bahaya Banjir dan Intensitas Hujan dalam pemilihan lokasi tetapi dapat dipertimbangkan
sebagai salah satu syarat teknis operasional TPA.
Menurut SK SNI parameter bahaya banjir dan
parameter intensitas hujan merupakan 2 (dua) parameter Sintesa Analisis Kritis terhadap Kriteria SK SNI
yang berbeda. Sedangkan menurut Kanwil PU DKI Beberapa analisis kritis dilakukan terhadap
Jakarta (1997) untuk menghitung debit banjir rencana parameter yang diatur dalam Kriteria SK SNI T-11-1991-
tahunan sangat dipengaruhi oleh koefisien run off, 03 tentang pemilihan Lokasi TPA. Analisis kritis yang
intensitas hujan dan luas daerah pengaliran. Pengamatan dilakukan, menghasilkan beberapa pengurangan,
terhadap permasalahan pada TPA Soei, bahwa terjadinya penyesuaian dan penambahan terhadap parameter SK
longsor disebabkan terjadinya up-lift akibat akumulasi air SNI. Pengurangan yang diusulkan terhadap beberapa
parameter SK SNI, yaitu terhadap parameter (1) jumlah

8
pemilik lahan, (2) intensitas hujan, (3) kebisingan dan adalah metode skoring. Penentuan skor masing-masing
bau, (4) estetika, serta (5) parameter parameter yang variabel didasarkan atas pembobotan parameter-
terkait dengan air tanah, yaitu dapat dilakukan pada parameter dari masing-masing variabel tersebut.
kondisi masukan teknologi telah terpenuhi. Besarnya bobot dari masing-masing parameter
ditentukan atas dasar besarnya pengaruh kepentingannya.
Analisis Kapasitas Lahan Proses perhitungan skor adalah sebagai berikut:
Ditinjau dari daya tampung lokasi yang digunakan 1. Masing-masing indikator diberi nilai sesuai dengan
untuk TPA disyaratkan dalan kriteria SNI bidang tingkat pengaruhnya terhadap kelayakan lokasi TPA
persampahan adalah dapat menampung pembuangan sampah dengan cara menjumlahkan nilai, penentuan
sampah minimum selama 5 (lima) tahun operasi. nilai suatu faktor ditentukan dari jumlah indikator
Perhitungan kebutuhan luas lahan untuk suatu lokasi yang dinilai dalam suatu satu parameter.
TPA sampah di dasarkan atas besarnya volume sampah 2. Selanjutnya dari hasil penjumlahan tersebut
yang diproduksi setiap hari, tingkat pemadatan sampah dilakukan penggolongan (3) tiga kategori tingkat
dan ketinggian timbunan yang direncanakan.Dengan efektivitas parameter (layak, layak dipertimbangkan
asumsi setiap orang menghasilkan 2,5 liter sampah per dan tidak layak) berdasarkan lebar interval kelas.
hari. Persamaan perhitungan kebutuhan luas lahan adalah 3. Nilai interval kelas dihitung dengan menggunakan
sebagai berikut: rumus sebagai berikut:
I = R/N
Dimana :
I = lebar interval
R = rentang, yaitu data terbesar dikurangi data
terkecil
N = banyak kelas interval, dicari dengan
menggunakan aturan Sturges,
yaitu:
1 + 3,3 log n
(Sumber: Sudjana, 1989:47)
4. Jumlah skor tertinggi pada kondisi ideal yang
seharusnya dihasilkan adalah merupakan perkalian
antara bobot parameter x nilai tertinggi indikator,
Berdasarkan data timbulan sampah kabupaten sedangkan untuk skor terendah adalah perkalian
manokwari akan mencapai 178m3. Setelah dipadatkan, antara bobot parameter x nilai terendah indikator.
dari volume sampah sebesar 178 m³ maka akan Setelah dihasilkan batas nilai skor untuk masing-
dihasilkan volume sampah padat sebesar 85.44 m³. masing kategori, kemudian dihitung jumlah tingkat
Melalui persamaan di atas dihasilkan besaran luas lahan efektivitas masing masing parameter.
yang dibutuhkan adalah 0.012 ha/hari atau sama dengan 5. Selanjutnya menguji apakah lokasi TPA sampah
4.58 ha/tahun. mempunyai nilai kelayakan, melalui perhitungan
Guna memenuhi kebutuhan lahan selama 5 (lima) kelas interval yang akan digunakan, yaitu sebanyak
tahun, dengan asumsi kebutuhan lahan tiap tahun tetap, 3 kelas (layak, layak dipertimbangkan dan tidak
maka dibutuhkan lahan sebesar 22,9 ha. Total lahan layak). Dengan demikian perhitungan lebar
yang tersedia hanya mencapai 49 ha. Dengan demikian intervalnya adalah sebagai berikut: 1 + 3,3 log n
luas lahan yang tersedia dapat menampung sampah Kelayakan lokasi TPA sampah Sowi berdasarkan
selama 10 (sepuluh) tahun. Oleh karenanya maka kriteria SK SNI, dapat diketahui melalui perhitungan
kapasitas lahan untuk lokasi TPA Sowi ini telah dengan persamaan, I=R/1 + 3,3 log 3, dimana R yang
memadai, sesuai dengan rencana kapasitas penampungan dihasilkan adalah sebesar 612; Log 3 = 0.4775; maka I =
yang direncanakan. 238. Dengan membagi skor terbesar dengan I, di dapat
nilai masing-masing kelas interval sebagai berikut:

1. Besarnya nilai kelas interval layak adalah 475 –


Analisis Kelayakan Lokasi TPA Sampah Sowi 700
Kabupaten Manokwari 2. Besarnya nilai kelas interval Layak
dipertimbangkan adalah 238 – 475
Untuk mengetahui kelayakan lokasi TPA sowi 3. Besarnya nilai kelas interval tidak layak adalah 0
Kabupaten Manokwari, maka analisis yang dilakukan – 238

9
Dengan skor 350, maka berdasarkan kelas interval Buku Rencana, ”Rencana Tata Ruang Wilayah
di atas, nilai kelayakan lokasi TPA Sowi berada pada Kabupaten Manokwari 2009- 2029”, Pemerintah
kelas interval 238 - 475. Dengan demikian maka Lokasi Kabupaten Manokwari, 2009.
TPA sampah Sowi Kabupaten Manokwari dapat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
dinyatakan layak dipertimbangkan. 03/Prt/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana
Dan Sarana Persampa Han Dalam Penanganan
KESIMPULAN DAN SARAN Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga
Kesimpulan Standar SK SNI T-11-1991-03 Tata Cara Pemilihan
Berdasarkan evaluasi dengan menggunakan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah
metode skoring maka kelayakan TPA Sowi termasuk
pada kelas interval kedua, dengan skor 350, maka
berdasarkan kelas interval, nilai kelayakan lokasi TPA
Sowi berada pada kelas interval 238 - 475. Dengan
demikian maka Lokasi TPA sampah Sowi Kabupaten
Manokwari dapat dinyatakan layak dipertimbangkan.

Rekomendasi
Mengingat lokasi TPA sampah sowi merupakan
lokasi yang layak dipertimbangkan berdasarkan kriteria
SNI dan kriteria hasil analisis kritis terhadap SNI, maka
pertimbangan yang perlu dilakukan dalam penetapan
lokasinya adalah pertimbangan terhadap aspek kapasitas
lahan dan perkembangan tingkat kepadatan bangunan
yang relatif cukup pesat di sekitar lokasi TPA.
Selain itu untuk menjaga dampak keberadaan
TPA terhadap kawasan pemukiman dan perkantoran
disekitar kawasan TPA maka untuk TPA Sowi perlu
adanya masukan Teknologi agar dapat meminimalisasi
dampak TPA Sowi.

DAFTAR PUSTAKA
Nazir, Moh, 1983, ”Metode Penelitian”, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Reksohadiprodjo, Sukanto dan A.R Karseno, 1997,
”Ekonomi Perkotaan”, BPFE, Jogyakarta
Khadiyanto, Parfi, 2005, ”Tata Ruang Berbasis pada
Kesesuaian Lahan”, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Riduwan, 2002, ”Skala Pengukuran Variabel-variabel
Penelitian”, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Bintarto, R., 1977, ”Geografi Kota, Pengantar”,
Yogyakarta: Spring.
Budhiharsono, Sugeng, 2001, ”Teknik Analisis
Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan”,
Pradnya Paranita, Jakarta
Catanese, A.J and Snyder, J.C,”Pengantar Perencanaan
Kota”,Erlangga, Jakarta.
Basyarat.A, 2008, “Kajian TerhadapPenetapan Lokasi
TPA Sampah Leuwinanggung”. Tesis tidak
diterbitkan, Program Pasca Sarjana Magister Teknik
Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas
Diponegoro

10

Anda mungkin juga menyukai