Anda di halaman 1dari 4

 Home 

>
 

 Khazanah  >
 

 Khazanah

Ilmu yang Bermanfaat


Selasa 20 Sep 2011 06:40 WIB
Red: Siwi Tri Puji B



 0
  

X
Seorang umat muslim membaca Alquran di Masjid Raya Makassar, Sulsel, Senin (1/8).
Foto: ANTARA/Yusran Uccang

Oleh Nurkholik

Untuk menjadi umat yang terbaik, Islam menganjurkan umatnya untuk


menuntut ilmu sepanjang hayat dikandung badan. Ini menunjukkan betapa
pentingnya ilmu bagi kehidupan. Untuk memperoleh kebaikan dunia
dengan ilmu, untuk beroleh kebaikan akhirat dengan ilmu.

Kriteria ilmu yang berguna  didasarkan pada tujuan ibadah. Dr Mahdi


Ghulsyani menegaskan bahwa salah satu cara untuk menolong manusia
dalam perjalanannya menuju Allah adalah ilmu dan hanya dalam semacam
inilah ilmu dipandang bernilai.

Dengan bantuan ilmu, seorang Muslim, dengan berbagai cara dan upaya
dapat  mendekatkan diri kepada Allah.Berdasarkan landasan ini,  ilmu
dikatakan bermanfaat bila pertama, dengan ilmu itu ia dapat meningkatkan
pengetahuannya akan Allah. Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah ditaati
dan disembah dengan ilmu. Begitu juga kebaikan dunia dan akhirat
bersama ilmu, sebagaimana kejahatan dunia dan akhirat karena
kebodohan.”

Kedua, dengan ilmu itu, ia dengan efektif dapat membantu


mengembangkan masyarakat Islam dan merealisasikan tujuan-tujuan,
yaitu berbagai aktivitas  menuju keridhaan Allah.Orang yang mencari  ilmu
untuk menuju keridaan Allah pun  mendapat kedudukan yang istimewa,
seperti yang diterangkan Nabi, “Barangsiapa mati ketika sedang mencari
ilmu untuk menghidupkan Islam, dia di surge sedearajat di bawah para
Nabi.”

Ketiga, dengan ilmu itu,di samping dapat membimbing dirinya, ia dapat


juga membimbing orang lain kepada kebaikan. Nabi bersabda, “Allah akan
menyayangi penerus-penerusku.” Belia ditanya,” Siapakan para penerus
itu?” Beliau menjawab,”Mereka yang menghidupkan sunnah-sunnahku dan
mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah.”

Keempat, dengan ilmu itu, ia dapat memecahkan berbagai persoalan


pribadi, masyarakat dan lingkungannya.Bukankah sebaik-baik orang itu
yang paling bermanfaat bagi sesamanya.Nabi bersabda,”Setiap manusia
itu keluarga Allah, dan manusia yang paling dicintai-Nya adalah yang
paling bermanfaat bagi keluarga-Nya.”

Sebaliknya, bila ilmu itu dicari tidak diniati karena Allah, tidak menambah
kebaikan bagi dirinya dan orang di sekitarnya, ilmu itu tidak bermanfaat.
Setiap ilmu yang tidak menolong manusia menuju Allah seperti muatan
buku yang dibawa di atas keledai.Tuhan berfirman,”Perumpamaan orang-
orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada
memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal
…(QS 62:5).

Salah satu aktivitas mempelajari dan menguasai ilmu itu adalah


berpikir.Berpikir adalah kegiatan menggunakan potensi akal manusia untuk
mendapatkan informasi, dan mengembangkan ilmu.Banyak ayat Alquran
yang menganjurkan manusia itu berpikir,dengan padanan kata, seperti
merenung, memikirkan, memperhatikan,dll.Ini menunjukkan betapa
pentingnya kegiatan berpikir dalam kehidupan manusia. Selain
membedakan manusia dari makhluk lain, berpikir juga mengarahkan
manusia kepada kesempurnaan hidup.

Agar manusia itu tidak salah dalam berpikir, Tuhan membimbing manusia
bagaimana cara berpikir sehat.Diturunkannya Alquran dan diutusnya Nabi
kepada manusia dimaksudkan agar manusia berpikir dengan sehat. Dalam
pandangan Islam, berpikir sehat itu berpikir yang menghasilkan berbagai
kebaikan dan manfaat.Berkaitan dengan berpikir sehat, Tuhan
memerintahkan umat Islam untuk mendasari berpikir itu dengan ingat
kepada Allah dan untuk mencari keridhaan Allah.Dalam membaca yang di
dalamnya ada proses berpikir,  Tuhan memeritahkannya dengan diiringi
nama-Nya ( Al-‘Alaq:1-5).”

Dalam kitab Nashoihul Ibad, Ibnu Hajar Al-Ashqolani mencatat pendapat


jumhur ulama tentang  berpikir yang membawa kesempurnaan
hidup .Berpikir dapat dilakukan dalam lima hal.Pertama, berpikir mengenai
tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah sehingga lahir tauhid dan
keyakinan kepada-Nya. Memperhatikan, memahami, dan merenungkan
penciptaan diri dan  alam sekitarnya dapat mengarahkan manusia kepada
keyakinan akan keberadaan Tuhan. Tuhan berfirman,”Dan di bumi terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yakin kepada Allah dan pada diri kalian,
tidakkah kalian memperhatikan? (Q.S. 51:20-21)”

Kedua, berpikir tentang kenikmatan-kenikmatan yang telah diberikan Allah


sehingga lahir rasa cinta dan syukur kepada Allah.Rasa cinta ditandai
dengan mementingkan Allah dari lainnya dan rasa syukur ditandai dengan
menggunakan anugerah Allah kepada jalan-jalan yang diridhai-Nya.
Ketiga, berpikir tentang janji-janji Allah sehingga lahir rasa cinta  kepada
Allah dan optimistis dalam kehidupan. Dalam kehidupan ini, ada hukum
sebab akibat dan sebab dari segala sebab adalah  adalah Allah. Dalam
berusaha dan berjuang, Allah akan memberikan suatu sesuai dengan
kadar usahanya.Kalau seseorang itu tekun bekerja dan berdoa, tentu dia
akan mendapatkan yang sesuai dengan yang diusahakan.Barangsiapa
yang bersungguh-sungguh dalam beruasaha, ia akan  mendapatkan hasil
sesuai dengan kesungguh-kesungguhannya. Tuhan berfirman, “Allah
menjanjikan orang-orang beriman dan beramal saleh bahwa Dia sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang terdahulu berkuasa.”  

Anda mungkin juga menyukai