Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

BIOGRAFI PARA MARTIR


PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
POLIKARPUS
DAN BUDI PEKERTI Polikarpus dari Smirna (mati martir pada sekitar usia 87
tahun, sekitar 155–167 Masehi) adalah uskup Gereja di
Smirna (sekarang di daerah Izmir di Turki) pada abad ke-
2. Ia ditikam dan mati, setelah usaha untuk
membakarnya hidup-hidup pada tiang pancang gagal.
Polikarpus dikenal sebagai seorang santo oleh Gereja
Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur.

Menurut kisah, Polikarpus adalah murid langsung dari


Yohanes. Yohanes yang dimaksud bisa merujuk pada
Yohanes anak Zebedeus yang menurut tradisi
merupakan penulis Injil Yohanes, atau Yohanes Sang
Presbiter.[1] Eusebius berkeras bahwa koneksi apostolik
dari Papius adalah dengan Yohanes Sang Penginjil yang
merupakan penulis Injil keempat. Jika demikian, mungkin
ialah orang terakhir yang berhubungan dengan gereja
Polikarpus, uskup tua dari Smyrna yang setia para rasul. Polikarpus tidak mengutip Injil Yohanes
hingga akhir hayatnya di tiang bakar. dalam suratnya yang masih dapat ditemukan. Hal itu
dapat menjadi indikasi bahwa Yohanes yang dikenalnya
bukanlah penulis Injil keempat, atau bisa jadi juga merupakan suatu indikasi bahwa Injil
Yohanes belum diselesaikan selama Polikarpus berguru kepada Yohanes.

Kira-kira 40 tahun sebelumnya, ketika Polikarpus memulai pelayanannya sebagai uskup,


seorang bapa gereja, Ignatius, telah menulis surat khusus untuknya. Polikarpus sendiri telah
menulis suratnya untuk orang-orang Filipi. Meskipun surat tersebut tidak begitu cemerlang
ataupun merupakan pendapatnya sendiri, tetapi mengandung unsur-unsur kebenaran yang ia

BIOGRAFI PARA
pelajari dari para gurunya. Polikarpus tidak mengulas Perjanjian Lama, seperti orang-orang
Kristen yang muncul kemudian, tetapi ia menyitir para rasul dan pemuka gereja lainnya untuk
meyakinkan orang-orang Filipi.

MARTIR
Kira-kira satu tahun sebelum kemartirannya, Polikarpus berkunjung ke Roma untuk
menyelesaikan perbedaan pendapat tentang tanggal Hari Raya Paskah dengan uskup Roma.
Ada cerita yang mengisahkan bahwa ia terlibat dalam perdebatan dengan Marcion, yang ia
juluki "Anak sulung setan". Ajaran-ajaran para rasul yang ditampilkannya telah membuat
OLEH: MEGIDO
beberapa S. Marcion
pengikut S. DJUbertobat.
PADJE

Polikarpus dan Papias


Megido Padje 12/10/21 Biografi Para Martir
Polikarpus adalah sahabat dari Papias (Irenaeus V.xxxii) yang termasuk "Pendengar Yohanes"
yang lain, seperti interpretasi Ireneus dari kesaksian Papias dan sebuah surat Ignatius dari
Antiokhia. Ignatius mengirimkan surat kepadanya dan menyebutkan namanya pada surat
kepada jemaat Efesus dan Magnesia. Murid Polikarpus yang paling dikenal adalah Ireneus, yang
menulis sejumlah kenangan mengenai Polikarpus dan menjadi mata rantai yang
menghubungkannya dengan rasul-rasul terdahulu.

Ireneus menceritakan bagimana dan kapan ia menjadi seorang Kristen. Ia menyatakan pada
bagian awal suratnya kepada Florinus bahwa ia bertemu dan mendengarkan Polikarpus secara
pribadi di Asia Kecil. Pada keterangan-keterangan selanjutnya, ia mencatat hubungan
Polikarpus dengan Yohanes Sang Penginjil dan dengan orang-orang lain yang telah bertemu
Yesus. Ireneus juga melaporkan bahwa Polikarpus menerima Kristus oleh ajaran para rasul
sendiri, ditahbiskan menjadi seorang uskup, dan berkomunikasi dengan banyak orang yang
telah bertemu dengan Yesus.

Menjelang mati syahidnya Polikarpus, ia memberitahukan sendiri usia ketika ia mati dengan
mengucapkan kalimat, "Delapan puluh enam tahun aku telah melayani Dia", yang kemudian
dimengerti bahwa ia telah berusia 86 tahun pada saat itu dan telah dibaptiskan ketika masih
bayi.

Kunjungan ke Anisetus, Uskup Roma

Polikarpus mengunjungi Roma saat sahabatnya Syria-nya yang bernama Anicetus menjadi uskup
Gereja Roma pada sekitar tahun 154-155 Masehi. Policarpus berkunjung ke Roma untuk
membicarakan tentang perbedaan waktu perayaan paskah dengan jemaat Roma. Policarpus
diterima dengan hormat oleh Anicetus, uskup Roma. Santo Polikarpus memperoleh persetujuan
dari Anicetus bahwa jemaat-jemaat di Asia Kecil boleh meneruskan kebiasaan mereka dalam
merayakan Paskah pada 14 Bulan Nisan bertepatan dengan Paskah Yahudi. Sementara itu di
Barat, perayaan Paskah mengikuti Kalender Julian. Barulah sejak 527 Kalender Gregorian mulai
digunakan sebagai penyempurna Kalender Julian.

Tulisan-tulisan dan catatan-catatan awalnya

Seluruh karyanya yang tersisa adalah suratnya kepada jemaat Filipi, yang merupakan kepingan
keterangan kepada Perjanjian Baru. Surat itu dan sebuah catatan Polikarpus mengenai mati
syahidnya (Martyrdom of Polycarp) ditemukan sebagai surat berantai dari Gereja Smirna
kepada Gereja-gereja Pontus. Surat-surat tersebut membentuk kumpulan tulisan-tulisan dari
“Bapa Gereja Apostolik” (suatu istilah untuk menegaskan kedekatan mereka dengan para Rasul
dalam tradisi Gereja).

Mati syahid diyakini sebagai daftar catatan asli para syahid Kristen yang ditulis paling awal, dan
juga merupakan salah satu dari sedikit catatan asli dari tahun-tahun penganiayaan Kristen.

Akhir hidupnya

Kisah akhir hidup Polikarpus dicatat dalam surat dari jemaat di Smirna yang dinamai "The
Martyrom of Polycarp" ("Kematian syahid Polikarpus").

Karena orang-orang Kristen menolak menyembah kaisar dan dewa-dewa Romawi, tetapi
memuja Kristus secara sembunyi-sembunyi di rumah masing-masing, mereka dianggap orang
kafir. Orang-orang Smyrna memburu orang-orang Kristen dengan pekikan, "Enyahkan orang-
orang kafir."

1
Polikarpus, uskup yang disegani di kota itu, diburu oleh prajurit Smyrna. Para prajurit itu sudah
mengirim orang-orang Kristen lainnya untuk dibunuh di arena, kini mereka menghendaki sang
pemimpin. Polikarpus telah meninggalkan kota itu dan bersembunyi di sebuah ladang milik
teman-temannya. Bila pasukan mulai menyergap, ia pun melarikan diri ke ladang lain. Meskipun
hamba Tuhan ini tidak takut mati, dan memilih berdiam di kota, teman-temannya
mendorongnya bersembunyi. Mungkin karena mereka takut kalau-kalau kematiannya akan
memengaruhi ketegaran gereja.

Ketika polisi mendatangi ladang pertama, mereka menyiksa seorang budak untuk mencari tahu
tentang Polikarpus. Kemudian mereka menyerbu dengan senjata lengkap untuk menangkap
uskup itu. Meskipun ada kesempatan lari, Polikarpus memilih tinggal di tempat, dengan tekad,
"Kehendak Allah pasti terjadi." Di luar dugaan, ia menerima mereka seperti tamu, memberi
mereka makan dan meminta izin selama satu jam untuk berdoa. Ia berdoa dua jam lamanya.

Beberapa penangkap merasa sedih menangkap orang tua yang hegitu baik. Dalam
perjalanannya kembali ke Smyrna, kepala prajurit yang memimpin pasukan itu berkata, "Apa
salahnya menyebut Tuhan Kaisar dan mempersembahkan bakaran kemenyan?"

Dengan tenang Polikarpus mengatakan bahwa ia tidak akan melakukannya.

Gubernur Romawi yang mengadilinya berusaha mencarikan jalan keluar untuk membebaskan
uskup tua itu. "Hormatilah usiamu, Pak Tua," seru gubernur Romawi itu. "Bersumpahlah demi
berkat Kaisar. Ubahlah pendirianmu serta berserulah, "Enyahkan orang-orang kafir!" "

Sebenarnya, gubernur Romawi itu ingin Polikarpus menyelamatkan dirinya sendiri dengan
melepaskan dirinya dari orang-orang Kristen yang dianggap "kafir" itu. Namun, Polikarpus
hanya memandang kerumunan orang yang sedang mencemohkannya. Sambil mengisyaratkan
ke arah mereka, ia berseru, "Enyahkan orang-orang kafir!"

Gubernur Romawi itu berusaha lagi: "Angkatlah sumpah dan saya akan membebaskanmu.
Hujatlah Kristus!"

Polikarpus pun berdiri dengan tegar. Ia mengatakan kalimat terakhirnya yang terkenal, "Selama
86 tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia tidak pernah menyakitiku. Bagaimana aku
dapat mencaci Raja [Kristus] yang telah menyelamatkanku?"

Pertukaran pendapat antara sang uskup dan gubernur Romawi berlanjut. Pada suatu saat,
Polikarpus menghardik lawan bicaranya: "Jika kamu... berpura-pura tidak mengenal saya,
dengarlah baik-baik: Saya adalah seorang Kristen. Jika Anda ingin mengetahui ajaran Kristen,
luangkanlah satu hari khusus untuk mendengarkan saya."

Gubernur Romawi itu pun mengancam akan melemparkan dia ke binatang-binatang buas.
"Panggil binatang-binatang itu!" seru Polikarpus. "Jika hal itu akan mengubah keadaan buruk
menjadi baik, tetapi bukan keadaan yang lebih baik menjadi lebih buruk."

Ketika ia diancam akan dibakar, Polikarpus menjawab, "Apimu akan membakar hanya satu jam
lamanya, kemudian akan padam, tetapi api penghakiman yang akan datang adalah abadi."

Akhirnya Polikarpus dinyatakan sebagai orang yang tidak akan menarik kembali pernyataan-
pernyataannya. Rakyat Smyrna pun berteriak: "Inilah guru dari Asia, bapa orang-orang Kristen,
pemusnah dewa-dewa kita, yang mengajar orang-orang untuk tidak menyembah (dewa-dewa)
dan mempersembahkan korban sembelihan."

2
Gubernur Romawi menitahkan agar ia dibakar hidup-hidup. la diikat pada sebuah tiang dan
dibakar. Namun, menurut seorang saksi mata, badannya tidak termakan api. "la berada di
tengah, tidak seperti daging yang terbakar, tetapi seperti roti di tempat pemanggangan, atau
seperti emas atau perak dimurnikan di atas tungku perapian. Kami mencium aroma yang
harum, seperti wangi kemenyan atau rempah mahal." Ketika seorang algojo menikamnya,
darah yang mengalir memadamkan api itu.

Kisah ini tersebar ke jemaat-jemaat di seluruh kekaisaran. Gereja menyimpan laporan-laporan


semacam itu dan mulai memperingati hari-hari kelahiran serta kematian para martir. Bahkan
mereka juga mengumpulkan tulang-tulangnya serta peninggalan lainnya.

Tanggal kematian Polikarpus diperdebatkan. Eusebius mencatat kematiannya pada masa


pemerintahan Marcus Aurelius, 166–167 Masehi. Namun, sebuah catatan yang ditambahkan
setelah masa Eusebius menuliskan kematian Polikarpus pada Sabtu, 23 Februari pada masa
pemerintahan konsul Statius Quadratus yang berkuasa pada 155 atau 156 Masehi. Tanggal yang
ditulis sebelumnya lebih cocok kepada tradisi yang memberitahukan hubungan Polikarpus
dengan Ignatius dan Yohanes Sang Penginjil. Setiap tanggal 23 Februari, diperingati hari
"kelahiran Polikarpus" masuk ke surga.

Sabat Agung

Karena surat jemaat Smirna yang dikenal sebagai mati syahidnya Polikarpus menyatakan bahwa
Polikarpus dibunuh pada Sabat Agung, beberapa pihak berpendapat bahwa tulisan tersebut
adalah bukti bahwa Gereja Smirna yang dipimpin oleh Polikarpus menjalankan ibadah Sabat
pada hari ketujuh (Sabtu).

Pihak yang lain mengatakan bahwa Sabat Agung yang dimaksudkan merujuk kepada Paskah
Kristen atau hari-hari besar yang lain. Jika hal tersebut benar, maka kematian Polikarpus terjadi
antara satu dan dua bulan setelah tanggal 14 bulan Nisan (tanggal saat Polikarpus merayakan
Paskah) yang tidak mungkin terjadi sebelum akhir bulan Maret. Sabat Agung yang lain (jika ingin
merujuk kepada hari-hari besar Yahudi) dirayakan pada musim semi, akhir musim panas, atau
musim gugur. Tidak ada perayaan pada musim dingin.

Peranannya

Polikarpus memegang peranan penting dalam sejarah Gereja Kristen. Dia termasuk di antara
orang-orang Kristen perdana yang tulisan-tulisannya masih tersisa. Dia adalah uskup dari
sebuah Gereja penting di tempat di mana para rasul bekerja. Dan dia hidup pada masa di mana
ortodoksi (nilai-nilai tradisi, ajaran, dan kebiasaan turun-temurun) diterima secara luas oleh
Gereja-Gereja Ortodoks, Gereja-Gereja Timur, kelompok-kelompok yang masih menjalankan
Sabat pada hari ketujuh, dan kelompok-kelompok yang mirip dengan Protestan dan Katolik.

Polikarpus bukanlah seorang filsuf atau teolog. Dari catatan-catatan yang tersisa, ia muncul
sebagai pemimpin ibadah dan guru yang berbakat. “Seorang dengan kelas yang lebih tinggi, dan
saksi kebenaran yang tabah daripada Valentinus, dan Marsion, dan bidat-bidat yang lain”, kata
Ireneus yang mengingatnya sejak masa mudanya. (Adversus Haereses III.3.4).

Ia hidup pada masa setelah wafat para rasul, ketika bermacam-macam interpretasi ajaran Yesus
diajarkan. Peranannya adalah dengan menegaskan ajaran asli yang didapatkannya dari Rasul
Yohanes. Catatan yang tersisa menunjukkan keberanian di wajah Polikarpus tua saat
menghadapi kematian dengan dibakar pada tiang pancang menunjukkan betapa bisa
dipercayanya perkataan-perkataan Polikarpus.

3
Kematian syahid Polikarpus sangat penting untuk memahami posisi Gereja ketika Kekaisaran
Romawi masih menganut agama kafir. Ketika penganiayaan masih didukung oleh jenderal-
jenderal konsul lokal, berbagai penulis mencatat betapa haus darahnya orang-orang yang
meneriakkan kematian bagi Polikarpus (bab 3). Catatan-catatan tersebut juga menunjukkan
kebencian tak mendasar pemerintah Romawi terhadap kekristenan, ketika orang-orang Kristen
diberikan kesempatan untuk tidak dihukum jika mau mengingkari imannya dan mengaku bahwa
menjadi seorang Kristen berarti telah melakukan tindakan kriminal. Sistem pengadilan yang
ganjil ini di kemudian hari dicemooh oleh Tertullianus (orang yang pertama kali
memperkenalkan ajaran Trinitas) dalam buku Pembelaan (Apologi)-nya.

Polikarpus adalah seorang penyebar dan pemurni wahyu Kristen yang hebat pada masa Injil dan
surat-surat mulai diterima secara luas. Meskipun kunjungannya ke Roma untuk bertemu uskup
Roma digunakan pihak Gereja Katolik Roma untuk memperkuat klaim keutamaan Roma (sistem
kepausan), tetapi sumber-sumber Katolik menyatakan bahwa Polikarpus tidak menerima kuasa
dari uskup Roma untuk mengganti hari Paskah (bahkan, Polikarpus dan Anicetus uskup Roma
setuju untuk tidak setuju. Keduanya percaya bahwa praktik Paskah mereka sesuai dengan
tradisi Rasuli) –- Penerus spiritual Polikarpus seperti Melito dari Sardis dan Polikrates dari Efesus
sependapat dengan hal yang sama.

Ada empat sumber utama mengenai Polikarpus:

1. Surat otentik Ignatius dari Antiokhia, yang salah satunya ditujukan kepada Polikarpus.
2. Surat Polikarpus kepada Gereja Filipi
3. Bagian-bagian dalam Adversus Haeresis karya Ireneus
4. Dan surat dari jemaat Smirna yang menceritakan kematian syahid Polikarpus

4
JOHN WYCLIFFE

John Wycliffe (nama keluarganya juga ditulis sebagai


Wyclif, Wycliff, Wiclef, Wicliffe, atau Wickliffe; lahir: ~1324
– wafat: 31 Desember 1384) adalah seorang pengajar di
Universitas Oxford, Inggris, yang dikenal sebagai filsuf,
teolog, pengkhotbah, penterjemah dan tokoh reformasi
Kristen di Inggris. Ia dikenal melalui karyanya
menerjemahkan Alkitab dari bahasa Latin ke dalam bahasa
Inggris pada tahun 1382, yang dikenal sebagai "Alkitab
Wycliffe", karena ingin agar semua orang dapat membaca
Alkitab. Karya inilah yang mempengaruhi terjemahan-
John Wycliffe
terjemahan Alkitab kemudian.

John Wycliffe dilahirkan di desa yang sekarang bernama Hipswell di daerah North Riding,
Yorkshire, Inggris. Tahun lahirnya secara umum dianggap 1324, tetapi "Hudson dan Kenny
state" hanya mencatat "ia dianggap lahir di tengah-tengah tahun 1320-an." Keluarganya sudah
lama tinggal di Yorkshire, dan karena besar jumlahnya, menempati wilayah yang luas dengan
pusat sekitar Wycliffe (atau Wycliffe-on-Tees), County Durham, sekitar 10 mil (16 km) di sebelah
utara Hipswell.

Wycliffe menerima pendidikan dasarnya di dekat rumahnya. Tidak diketahui pasti kapan ia tiba
di Universitas Oxford; yang jelas ia sudah ada di sana sekitar tahun 1345. Ia dipengaruhi oleh
Roger Bacon, Robert Grosseteste, Thomas Bradwardine, William of Ockham (William of Occam),
dan Richard FitzRalph. Wycliffe banyak berhutang budi kepada karya dan pemikiran William of
Occam. Ia menunjukkan minat terhadap ilmu alam dan matematika, tetapi memusatkan diri
belajar teologi, ilmu hukum gereja (Canon law/ecclesiastical law), dan filosofi. Lawan-lawannya
mengakui ketajaman dialektiknya dan tulisan-tulisannya membuktikan bahwa ia mempunyai
dasar kuat dalam hukum Romawi dan Inggris, serta sejarah Inggris.

Dalam masa ini terjadi konflik antara perkumpulan mahasiswa bagian utara (Boreales) dan
selatan (Australes) di Oxford. Wycliffe termasuk golongan Boreales, yang bertendensi anticurial
(tidak diatur oleh Paus), sedangkan yang lain curial. Pada masa itu juga terjadi pemisahan tajam
antara Nominalisme dan Realisme. Wycliffe menguasai sebagian besar teknik yang ada.

Wycliffe kemudian menjadi kecewa terhadap teologi akademik pada zamannya, serta keadaan
gereja terutama pemimpin-pemimpinnya. Hal ini semakin kuat dalam hidupnya, sehingga pada
tahun-tahun terakhir hidupnya, ia lebih gigih mengemukakan bahwa Alkitab merupakan
otoritas utama dalam Kekristenan, bahwa kekuasaan Paus tidak mempunyai dasar sejarah,
bahwa kehidupan biara itu telah menjadi rusak tanpa harapan untuk pulih, dan bahwa
kebobrokan moral para pendeta menodai jabatan dan sakramen yang mereka lakukan.

Kehidupan akademis

5
Wycliffe memulai kehidupan akademisnya di universitas
Oxford. Ia belajar di sana lalu berhasil menjadi pemimpin Balliol
College. Wycliffe kemudian melanjutkan studinya, dengan
menerima tawaran bekerja sebagai rohaniawan, tetapi ia sering
tidak menjalankan tugasnya. Dengan cara inilah ia dapat
melanjutkan karier akademisnya di Oxford sampai 1371.

Saat Wycliffe menjadi teolog dan filsuf Oxford yang terkemuka,


Ia mulai mengembangkan doktrin-doktrin radikal mengenai
pemerintahan gereja pada saat itu dengan menyatakan bahwa
"..hanya mereka yang saleh yang berhak memerintah, pemimpin yang murtad tidak mempunyai
kuasa yang sah, sebab aturan-aturan kebiaraan seharusnya mewajibkan mereka untuk miskin,
sehingga semua kekayaan mereka sebelumnya tidak lagi menjadi milik mereka.

Pemikiran dan Perlindungan

Pada tahun 1371 doktrin-doktrin Wycliffe mengenai kekayaan gereja


dianggap cocok bagi pemerintah sekuler saat itu, sebab gereja
sangat kaya dan memiliki kurang lebih sepertiga dari seluruh tanah
di Inggris. Namun demikian, gereja masih menuntut kebebasan
pajak dari pemerintah. Doktrin-doktrin Wycliffe cocok dipakai untuk
memaksa para rohaniawan yang segan membayar, sehingga dengan
begitu pemerintah dapat membiayai perang yang mahal melawan
Prancis.

Wycliffe menikmati perlindungan John dari Gaunt, adipati Lancaster.


Namun, pada 1377 Raja Edward III meninggal dan kekuasaan John
dari Gaunt berkurang, sehingga turut memengaruhi kehidupan
Wycliffe juga. Di samping itu, pada 1378 dimulai skisma besar ketika
John Wycliffe sedang
dua atau lebih paus yang bersaingan dapat diadu satu dengan yang
mendalami ilmunya lain. Pemerintah Inggris tidak lagi memerlukan doktrin Wycliffe
untuk mengontrol gerakan gereja.

Hidup dalam pengasingan

Pada 1378 Wycliffe tidak lagi diperlukan dalam


pemerintahan sehingga bisa kembali pada studinya. Ia mulai
mengembangkan paham yang lebih radikal lagi, sehingga
mengakibatkan dirinya diusir dari Universitas Oxford. Ia
mengundurkan diri ke Lutterworth dekat Rugby, tempat ia
bertahun-tahun menjadi pastor walaupun dirinya tidak
pernah hadir.

Karya-karya

Setelah dikeluarkan dari Universitas Oxford, dia


menerjemahkan Alkitab dari bahasa Latin ke bahasa Inggris,
sesuatu kegiatan yang dilarang oleh Gereja Katolik Roma
pada saat itu. Meskipun dia dikucilkan oleh yang berwenang,
pengikut-pengikutnya, yang dikenal dengan Lollards,
menyebarkan Injil kepada masyarakat Inggris dalam bahasa
John Wycliffe seperti yang diilustrasikan

6
dalam karya Bale Scriptor Majoris
Britanniæ 1548
setempat. Waktu dia dihadapkan kepada otoritas agama, dia berkata: "Kamu melawan
kebenaran yang lebih besar daripada kamu semua di sini."

Akhir Hidup

Wycliffe meninggal di Lutterworth, karena peradangan otak pada 1384.

Pengaruh

Begitu besar pengaruh reformasinya sehingga Paus Martin V memerintahkan kuburannya


dibuka, tulang-belulangnya dibakar, debunya disebar ke sungai-sungai. Namun upaya Gereja
Katolik Roma untuk menghapus sejarah mengenai Wyclefffe tidak berhasil.

7
WILLIAM TYNDALE

William Tyndale (terkadang dieja Tynsdale, Tindall,


Tindill, Tyndall; ca. 1494–1536) adalah seorang
akademisi Inggris yang menjadi seorang tokoh
ternama dalam reformasi Protestan pada tahun-
tahun menjelang eksekusinya. Ia terkenal karena
terjemahan Alkitab yang dilakukannya ke dalam
bahasa Inggris. Ia dipengaruhi oleh karya Desiderius
Erasmus, yang membuat Perjanjian Baru Yunani
tersedia di Eropa, dan oleh Martin Luther. Sejumlah
terjemahan parsial telah dibuat dari abad ketujuh
dan seterusnya, namun penyebaran Alkitab Wycliffe
mengakibatkan hukuman mati atas setiap
kepemilikan Alkitab dalam bahasa Inggris—
meskipun terjemahan-terjemahan telah
terselesaikan dan tersedia dalam semua bahasa
utama Eropa yang lain.

Terjemahan karya Tyndale merupakan Alkitab


berbahasa Inggris pertama yang berasal dari teks-
teks berbahasa Ibrani dan Yunani, Alkitab berbahasa
Inggris pertama yang memanfaatkan mesin cetak,
dan yang pertama dari Alkitab-Alkitab baru
Reformasi dalam bahasa Inggris. Karyanya dianggap
sebagai suatu tantangan langsung terhadap
hegemoni Gereja Katolik Roma maupun hukum-
hukum Inggris yang mempertahankan posisi gereja.
Pada tahun 1530, Tyndale juga menulis The Practyse of Prelates, yang menentang perceraian
Henry VIII dari Catarina d'Aragón dengan alasan bahwa yang dilakukannya bertentangan
dengan Kitab Suci.

Gramatika Ibrani karya Reuchlin dipublikasikan pada tahun 1506. Tyndale berkarya pada masa
teks Yunani tersedia bagi seluruh masyarakat keilmuan Eropa untuk pertama kalinya dalam
berabad-abad. Erasmus menyusun dan menyunting Kitab Suci Yunani ke dalam Textus Receptus
—ironisnya, untuk memperbaiki Vulgata Latin—menyusul Kejatuhan Konstantinopel pada tahun
1453. Jatuhnya Konstantinopel mendorong perkembangan Renaisans serta penyebaran teks
dan kaum intelektual berbahasa Yunani ke bagian Eropa yang sebelum itu tidak dapat
mengaksesnya. Sebuah salinan The Obedience of a Christian Man jatuh ke tangan Henry VIII,
sehingga memberikan dasar pemikiran kepada sang raja untuk memisahkan Gereja di Inggris
dari Gereja Katolik Roma pada tahun 1534.

Pada tahun 1535, Tyndale ditangkap dan dipenjarakan di kastel Vilvoorde (Filford) di luar
Brussel selama lebih dari setahun. Pada tahun 1536, ia dihukum dengan dakwaan bidah dan
dieksekusi dengan pencekikan, setelah itu tubuhnya dibakar di tiang. Doa sebelum kematiannya
adalah agar mata Raja Inggris dicelikkan; tampaknya hal ini terpenuhi dua tahun kemudian
dengan pengesahan Great Bible bagi Gereja Inggris oleh Henry, yang sebagian besarnya

8
merupakan karya Tyndale. Oleh karena itu, Alkitab Tyndale terus memainkan suatu peranan
kunci dalam menyebarkan ide-ide Reformasi Protestan di seluruh belahan dunia yang
menggunakan bahasa Inggris dan, pada akhirnya, dalam Imperium Britania.

Pada tahun 1611, 54 akademisi yang menghasilkan Alkitab Raja James secara signifikan
menggunakan karya Tyndale, dan terjemahan-terjemahan yang berasal dari karyanya, sebagai
sumber. Suatu perkiraan mengemukakan bahwa Perjanjian Baru dalam Versi Raja James
tersebut mengandung 83% karya Tyndale dan Perjanjian Lama 76%. Terjemahan Alkitab
karyanya merupakan yang pertama dicetak dalam bahasa Inggris, dan menjadi suatu model bagi
terjemahan-terjemahan berikutnya dalam bahasa Inggris; pada tahun 2002, Tyndale
ditempatkan di urutan 26 dalam jajak pendapat 100 Greatest Britons yang disiarkan oleh BBC.

Riwayat

Tyndale dilahirkan sekitar tahun 1494, diduga di salah satu desa dekat Dursley, Gloucestershire.
Di kalangan kerabat dekatnya, keluarga Tyndale saat itu dikenal sebagai Hychyns (Hitchins), dan
William Tyndale menggunakan nama William Hychyns sewaktu bersekolah di Magdalen Hall,
Oxford (sekarang bagian dari Hertford College, Oxford). Keluarga Tyndale pindah ke
Gloucestershire di sekitar masa kelahirannya, kemungkinan akibat Wars of the Roses (Perang
Antar Agama), dan diketahui bahwa keluarganya berasal dari Northumberland tetapi baru
pindah ke East Anglia. Pamannya, Edward, adalah penerima tanah dari Lord Berkeley dan inilah
fakta yang membuktikan asal usul keluarga ini. Edward Tyndale dicatat dalam dua silsilah
sebagai saudara laki-laki dari Sir William Tyndale, KB (Order of the Bath), dari Deane,
Northumberland, dan Hockwald, Norfolk, yang diangkat menjadi bangsawan (knighted) pada
pernikahan Arthur, Prince of Wales dengan Katherine of Aragon. Jadi keluarga Tyndale adalah
keturunan Baron Adam de Tyndale, seorang penyewa tanah utama (tenant-in-chief) dari Raja
Henry I of England (dan yang sejarah keluarganya berhubungan dengan Tyndall). Keponakan
perempuan William Tyndale, Margaret Tyndale, menikah dengan Rowland Taylor yang dikenal
sebagai "The Martyr".

Tyndale meraih gelar Bachelor of Arts dari Oxford University pada tahun 1512 dan tahun itu
juga ia menjadi subdeacon. Ia menjadi Master of Arts (Oxbridge and Dublin) pada bulan Juli
1515, 3 bulan setelah diangkat menjadi pendeta. Gelar M.A. memungkinkannya mulai belajar
teologi, tetapi pelajaran resminya tidak termasuk studi Alkitab. Hal ini mengejutkan Tyndale,
sehingga ia mengorganisir kelompok privat untuk mengajar dan mendiskusikan Alkitab.

Ia berbakat dalam bidang bahasa (fasih dalam bahasa Prancis, bahasa Yunani, bahasa Ibrani,
bahasa Jerman, bahasa Italia, bahasa Latin, bahasa Spanyol ditambah bahasa ibunya, bahasa
Inggris). Ia kemudian kuliah di University of Cambridge (kemungkinan belajar kepada Desiderius
Erasmus, yang karyanya Enchiridion Militis Christiani — "Panduang untuk Pejuang Kristen"
(tahun 1503) diterjemahkan oleh Tyndale ke dalam bahasa Inggris). Diyakini bahwa Tyndale
berjumpa Thomas Bilney dan John Frith di Cambridge.

Tyndale menjadi pendeta di rumah Sir John Walsh di Little Sodbury sekitar tahun 1521, dan
menjadi tutor untuk anak-anak tuan rumah. Sejumlah pendapatnya membuatnya terlibat dalam
kontroversi dengan pendeta-pendeta sejawatnya, dan sekitar tahun 1522 ia dipanggil di
hadapan Kanselir (Chancellor) Anglican Diocese of Worcester dengan tuduhan "sesat" (heresy).

Penterjemahan Alkitab

9
Segera sesudah itu, ia memutuskan untuk menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Ia
yakin bahwa jalan kepada Allah adalah melalui Firman-Nya dan Alkitab seharusnya tersedia juga
untuk orang-orang biasa. John Foxe melukiskan sebuah argumen dengan seorang pendeta yang
"terpelajar" tetapi "penghujat", yang mengatakan kepada Tyndale bahwa, "Lebih baik kita
tanpa hukum Allah daripada tanpa hukum Paus." Dengan emosi yang meluap, Tyndale
menyampaikan jawabannya: "Aku menantang Paus, dan semua hukum-hukumnya; dan jika
Allah memberikan usia kepadaku, sebelum banyak tahun aku akan menyebabkan seorang anak
yang membajak ladang untuk tahu lebih banyak tentang Alkitab daripada Paus sendiri!"

Tyndale meninggalkan London pada tahun 1523 untuk meminta


izin menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris dan untuk
meminta bantuan lain dari Gereja. Khususnya, ia mengharapkan
dukungan dari Uskup Cuthbert Tunstall, ahli klasik (classicist)
terkenal, yang dipuji oleh Erasmus setelah bekerja sama
dengannya dalam hal Perjanjian Baru bahasa Yunani. Namun uskup
ini memandang rendah kredensial ilmiah Tyndale, curiga akan
teologinya dan sebagaimana pejabat gereja berkedudukan tinggi,
merasa kurang suka dengan gagasan adanya Alkitab dalam bahasa
daerah. Saat itu Gereja tidak menganggap Alkitab terjemahan
bahasa Inggris akan membantu. Tunstall mengatakan kepada
Tyndale bahwa ia tidak mempunyai tempat untuknya di rumahnya. Tyndale berkhotbah dan
mempelajari "bukunya" di London selama beberapa waktu, menggantungkan bantuan
pedagang kain, Humphrey Monmouth. Kemudian ia meninggalkan Inggris dengan nama
samaran dan mendarat di Hamburg pada tahun 1524 dengan karya Perjanjian Barunya sejauh
itu. Ia melengkapi terjemahannya pada tahun 1525, dengan bantuan biarawan Franciscan,
William Roy.

Pada tahun 1525, penerbitan karyanya oleh Peter Quentell di Cologne diinterupsi oleh
pengaruh anti-Lutheran, dan baru pada tahun 1526 edisi lengkap Perjanjian Baru diproduksi
oleh percetakan milik Peter Schoeffer di Worms, Jerman, kota imperial merdeka yang sedang
dalam proses menganut Lutheranisme. Kemudian, lebih banyak lagi dicetak di Antwerpen. Buku
itu diselundupkan ke Inggris dan Skotlandia, dan dicela pada bulan Oktober 1526 oleh Tunstall,
yang mengeluarkan peringatan kepada para penjual buku serta membakar buku-buku itu di
depan umum.

Dengan terbitnya Perjanjian Baru karya Tyndale, Kardinal Thomas Wolsey mengutuk Tyndale
sebagai "heretik" (kaum sesat) dan meminta agar Tyndale ditangkap..

Penangkapan

Tyndale bersembunyi di Hamburg dan terus bekerja. Ia merevisi terjemahan Perjanjian Barunya
dan mulai menterjemahkan Perjanjian Lama serta menulis sejumlah artikel lain. Pada tahun
1530, ia menulis The Practyse of Prelates, menentang perceraian Henry VIII of England dengan
alasan tidak alkitabiah dan suatu taktik dari Kardinal Wolsey untuk mengikat Raja Henry di
pengadilan paus. Hal ini menyebabkan kemarahan raja kepadanya dan meminta kaisar Charles
V, Holy Roman Emperor untuk menyerahkan Tyndale dan mengembalikannya ke Inggris.

Akhirnya, Tyndale dikhianati dan dilaporkan kepada penguasa. Ia ditangkap di Antwerpen pada
tahun 1535, dikhianati oleh Henry Phillips, dan ditahan di kastil Vilvoorde dekat Brussels.[14]

Kematian

10
Ia diadili dengan tuduhan "sesat" pada tahun 1536 dan dijatuhi hukuman mati, meskipun
Thomas Cromwell berupaya campur tangan untuk menghalangi. Dia "dicekik sampai mati
sementara diikat pada tiang kayu, dan kemudian mayatnya dibakar".[15] Foxe mencatat 6
Oktober sebagai tanggal peringatan kematian (kolom tanggal sebelah kiri), tetapi tidak menulis
tanggal kematiannya (di kolom tanggal sebelah kanan).[14] Tradisi peringatannya jatuh pada
tanggal 6 Oktober, tetapi catatan penjaranya memberi kesan bahwa kematiannya mungkin
beberapa minggu sebelum tanggal itu.[16]

Kata-kata terakhir Tyndale yang diucapkannya "pada tiang dengan semangat sungguh-sungguh
dan suara yang keras", dilaporkan adalah "Tuhan! Bukalah mata Raja Inggris!"[17]

Karya cetak

Tyndale adalah penulis dan penterjemah yang aktif, meskipun yang paling terkenal dari
karyanya adalah Alkitab terjemahannya. Karya-karya Tyndale tidak hanya berfokus pada
kehidupan beragama, melainkan juga diarahkan ke arena politik.

"Mereka telah menetapkan bahwa tidak seorangpun boleh melihat Alkitab, sebelum orang itu
belajar ilmu kafir 8 atau 9 tahun lamanya dan diperlengkapi dengan prinsip-prinsip yang salah,
dengan demikian orang itu akan ditutup sama sekali dari pemahaman Alkitab."

Menjawab kritik dari John Bell, uskup Worcester, Tyndale menyuarakan lagi sentimen ini

"Jika Allah memberikan usia kepadaku, sebelum banyak tahun aku akan menyebabkan seorang
anak yang membajak ladang untuk tahu lebih banyak tentang Alkitab daripada engkau."[18]

Tahun Tempat
Nama Karya Penerbit
cetakan Penerbitan
Terjemahan Perjanjian Baru (Translation)
1525 Cologne
(tidak lengkap)
Terjemahan Perjanjian Baru (Translation) (edisi
1526* Worms
cetak lengkap pertama dalam bahasa Inggris)
A compendious introduccion, prologe or
preface vnto the pistle off Paul to the Romayns
1526
("Pendahuluan, Prolog atau Pengantar lengkap
untuk surat Paulus kepada jemaat di Roma")
1528 The parable of the wicked mammon Antwerpen
The Obedience of a Christen Man[19] (and Merten de
1528 Antwerp
how Christen rulers ought to govern...) Keyser
The five books of Moses [the
Merten de
1530* Pentateuch] Translation (each book with Antwerp
Keyser
individual title page)
Merten de
1530 The practyse of prelates Antwerp
Keyser
The exposition of the fyrste epistle of seynt Merten de
1531 Antwerp
Jhon with a prologge before it Keyser
1531? The prophete Jonas Translation (Terjemahan Antwerp Merten de

11
kitab nabi Yunus) Keyser
An answere vnto sir Thomas Mores dialoge
1531
(Jawaban terhadap dialog Sir Thomas More)
An exposicion vppon the. v. vi. vii. chapters of
1533? Mathew (Eksposisi Injil Matius pasal 5, 6 dan
7)
Enchiridion militis
1533 Christiani Translation (Terjemahan "Panduan
Pejuang Kristen")
The New Testament Translation (direvisi
seluruhnya, dengan kata pengantar kedua
yang menentang perubahan tanpa izin Merten de
1534 Antwerp
oleh George Joye atas edisi Perjanjian Baru Keyser
Tyndale yang diterbitkan lebih awal pada
tahun yang sama)
The testament of master Wylliam Tracie
1535 esquier, expounded both by W. Tindall and J.
Frith
A path way into the holy scripture (Jalan
1536?
menuju kitab suci)
The byble, which is all the holy
1537 scripture Translation (hanya sebagian oleh
Tyndale)
A briefe declaration of the sacraments
1548?
(Deklarasi singkat tentang sakramen)
The whole workes of W. Tyndall, John Frith,
1573
and Doct. Barnes, edited by John Foxe
Doctrinal Treatises and Introductions to
1848*
Different Portions of the Holy Scriptures
Expositions and Notes on Sundry Portions of
1849* the Holy Scriptures Together with the Practice
of Prelates
An Answer to Sir Thomas More's Dialogue, The
Supper of the Lord after the True Meaning of
1850*
John VI. and I Cor. XI., and William Tracy's
Testament Expounded
The Work of William Tyndale (Karya-karya
1964*
William Tyndale)
Tyndale's New Testament (Perjanjian Baru
1989**
Tyndale)
Tyndale's Old Testament (Perjanjian Lama
1992**
Tyndale)

12
Forthco
The Independent Works of William Tyndale
ming
Karya-karya ini dicetak lebih dari sekali,
biasanya ditandai oleh revisi atau cetak-ulang.
Namun, edisi tahun 1525 dicetak sebagai
*
quarto yang tidak lengkap dan kemudian
dicetak pada tahun 1526 lengkap sebagai
octavo.
Karya-karya ini adalah cetakan ulang dari
** terjemahan Tyndale yang mula-mula, direvisi
dengan ejaan modern.

Warisan

Dalam terjemahan Alkitabnya, Tyndale memperkenalkan kosakata baru ke dalam bahasa


Inggris, dan banyak yang kemudian dipakai dalam Alkitab Versi Raja James:

Jehovah (transliterasi dari konstruksi bahasa Ibrani di Perjanjian Lama; yang terdiri dari
Tetragrammaton YHWH dan huruf-huruf hidup dari kata adonai: YaHoWaH)

Passover (nama hari Raya Yahudi, Pesakh atau Pesah),

Atonement (= at + onement), yang lebih dari sekadar "rekonsiliasi" untuk bermakna


"menyatukan" atau "menutupi", yang muncul dari hari raya Yahudi Yom Kippur; dalam
Perjanjian Lama kippur berarti menutupi palang pintu dengan darah, atau "Day of Atonement"
(Hari Penebusan).

scapegoat (kambing yang menanggung dosa dan kesalahan umat dalam Kitab Imamat pasal 16)

Ia juga memperkenalkan banyak frasa bahasa Inggris terkenal yaitu:

let there be light


the powers that be
my brother's keeper
the salt of the earth
a law unto themselves
filthy lucre
it came to pass
gave up the ghost
the signs of the times
the spirit is willing
live and move and have our being
fight the good fight
Sejumlah kata-kata dan frasa baru yang diperkenalkan Tyndale kurang menyenangkan
kepemimpinan Gereja Katolik Roma, karena menggunakan, misalnya 'Overseer' (penilik jemaat)
bukan 'Bishop' (uskup), dan 'Elder' (penatua) bukan 'Priest' (pendeta), juga yang paling
kontroversial, 'congregation' (jemaat) bukan 'Church' (Gereja), serta 'love' (kasih) bukan
'charity'. Tyndale berpendapat (dengan mengutip Erasmus) bahwa Perjanjian Baru bahasa
Yunani tidak mendukung pembacaan tradisional Gereja Katolik Roma.

13
Pernyataan dari Katolik Roma mendasarkan pada kesalahan yang nyata maupun yang diduga
dari terjemahan. Thomas More berkomentar bahwa mencari kesalahan dalam Alkitab
terjemahan Tyndale adalah seperti mencari air di dalam laut, dan menuduh terjemahan Tyndale
Obedience of a Christian Man (Kepatuhan orang Kristen) mengandung lebih dari 1000
kesalahan terjemahan.[20] Uskup Cuthbert Tunstall dari London menyatakan ada lebih dari
2000 kesalahan dalam Alkitab Tyndale. Tunstall pada tahun 1523 menolak memberi izin yang
diperlukan menurut Constitutions of (Perundangan) Oxford tahun 1409 kepada Tyndale untuk
menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris dan larangan itu masih berlaku.

Menjawab tuduhan ketidak akuratan terjemahannya, Tyndale menulis bahwa ia tidak pernah
sengaja mengubah atau menyalahartikan bagian Alkitab manapun dalam penerjemahannya dan
tidak akan pernah melakukan hal itu.

Dalam menterjemahkan, Tyndale secara kontroversial mengikuti Perjanjian Baru edisi bahasa
Yunani karya Erasmus (1522). Di kata pengantar edisi Perjanjian Barunya tahun 1534 ("WT unto
the Reader" = WT, yaitu William Tyndale, untuk para Pembaca) ia tidak hanya menguraikan
dengan teliti sejumlah aturan tatabahasa Yunani, tetapi juga menunjukkan bahwa sering
terkandung pepatah Ibrani di dalam bahasa Yunani itu. Yayasan Tyndale (The Tyndale Society)
mengumpulkan lebih banyak bukti bahwa terjemahan yang dibuat itu didasarkan langsung dari
bahan-bahan bahasa asli Ibrani dan Yunani yang dimiliki Tyndale saat itu. Misalnya,
Prolegomena dalam William Tyndale's Five Books of Moses karya Mombert menunjukkan
bahwa Pentateukh terjemahan Tyndale adalah langsung diterjemahkan dari bahasa asli Ibrani.

Hanya ada 3 buku edisi pertama (1526) yang selamat sampai sekarang. Yang paling lengkap
adalah bagian dari koleksi Alkitab Württembergische Landesbibliothek, Stuttgart, Jerman. Buku
yang dimiliki British Library hampir lengkap, hanya kurang halaman sampul dan daftar isi. Di
samping itu hanya ada 9 buku Pentateukh karya Tyndale yang tersisa.

Dampak kepada Alkitab bahasa Inggris

Templat:Sejarah Alkitab Para penterjemah Revised Standard Version pada tahun 1940-an
mencatat bahwa terjemahan Tyndale memberi ilham kepada berbagai terjemahan penting
selanjutnya, termasuk "Alkitab Besar" (Great Bible) tahun 1539, Geneva Bible tahun 1560,
Bishops' Bible tahun 1568, Douay-Rheims Bible tahun 1582–1609, dan Alkitab Versi Raja James
tahun 1611, yang mana para penterjemah RSV menulis: "[Alkitab versi Raja James/KJV]
mempertahankan kept frasa yang baik dan ekspresi yang tepat, dari sumber manapun, yang
mampu tahan uji dalam penggunaan umum. Hutang budi terbanyak, khususnya Perjanjian Baru,
adalah kepada Tyndale." Faktanya banyak pakar sekarang percaya demikian, sebagaimana Joan
Bridgman yang menulis komentar dalam Contemporary Review "Ia [Tyndale] adalah
penterjemah utama yang tidak dikenal dari buku yang paling berpengaruh di dunia. Sekalipun
Versi Raja James yang diakui merupakan hasil karya sekelompok orang-orang gereja yang
terpelajar, sebenarnya sebagian besar diambil dari karya Tyndale dengan sejumlah perbaikan
terjemahannya."

Banyak versi bahasa Inggris yang terkenal sejak itu mengambil inspirasi dari Tyndale, seperti the
Revised Standard Version, the New American Standard Bible, dan the English Standard Version.
Sekalipun parafrase seperti the Living Bible dan the New Living Translation diilhami oleh
keinginan yang sama untuk membuat Alkitab dapat dimengerti oleh "pemuda pembajak
ladang" yang diumpamakan oleh Tyndale.[21][22]

14
George Steiner dalam bukunya tentang terjemahan After Babel mengacu kepada "pengaruh
jenius Tyndale, penterjemah terbesar Alkitab bahasa Inggris..." [After Babel halaman 366]

Memorial

Ada tempat peringatan untuk Tyndale di Vilvoorde, di mana ia dihukum mati. Didirikan pada
tahun 1913 oleh Friends of the Trinitarian Bible Society of London dan the Belgian Bible Society.
[23] Juga terdapat William Tyndale Museum kecil di kota itu, bersebelahan dengan gereja
Protestan.[24]

Patung tembaga karya Sir Joseph Boehm untuk memperingati hidup dan karya Tyndale didirikan
di Victoria Embankment Gardens di tepi sungai Thames (Thames Embankment), London pada
tahun 1884. Digambarkan tangan kanannya pada Alkitab yang terbuka, yang terletak di atas
mesin percetakan kuno.

Tyndale Monument (monumen Tyndale) dibangun tahun 1866 di sebuah bukit di dekat tempat
kelahirannya, North Nibley.

Sejumlah college, sekolah dan pusat studi menggunakan namanya sebagai penghormatan,
termasuk Tyndale House di Cambridge, Tyndale University College and Seminary di Toronto, the
Tyndale-Carey Graduate School yang berhubungan dengan the Bible College of New Zealand,
Selandia Baru; William Tyndale College (Farmington Hills, Michigan), dan Tyndale Theological
Seminary (Shreveport, Louisiana, dan Fort Worth, Texas), juga Tyndale Theological Seminary
independen di Badhoevedorp, dekat Amsterdam, Belanda.[25]

Penerbitan Kristen di Amerika Serikat, juga bernama Tyndale House, untuk menghormati
Tyndale.

Peringatan Liturgis

Sesuai tradisi, kematian Tyndale diperingati setiap tanggal 6 Oktober.[26] Ada sejumlah acara
peringatan pada hari itu di kalender gereja anggota Anglican Communion, mulanya sebagai satu
dari "hari-hari ibadah tambahan" dalam American Book of Common Prayer (1979),[27] dan
"black-letter day" (hari surat hitam) dalam Alternative Service Book terbitan Church of England.
[28] The Common Worship yang dipakai oleh Church of England pada tahun 2000 menyediakan
collect proper untuk tanggal 6 Oktober, dimulai dengan kata-kata:

"Tuhan, berilah umatmu rahmat untuk mendengar dan menyimpan Firman-Mu agar, mengikuti
teladan hamba-Mu William Tyndale, kami tidak hanya mengakui Injil-Mu, tetapi juga sedia
menderita dan mati untuknya, untuk memuliakan Nama-Mu; …"

Tyndale juga dihormati dalam Calendar of Saints di gereja Lutheran dari Evangelical Lutheran
Church in America sebagai penterjemah dan martir pada hari yang sama.

15
JOHN BUNYAN

John Bunyan lahir pada tahun 1628 di sebuah kota kecil bernama
Elstow, dekat Bedford, sebelah selatan Inggris. Dia putra seorang tukang
patri, yaitu seseorang yang bekerja memperbaiki panci dan belanga,
menajamkan pisau, serta melakukan pekerjaan menempa lainnya yang
tidak memerlukan tempat usaha luas. Pekerjaan ini diwariskan dari
generasi ke generasi, sama seperti peralatan sehari-hari yang dipakai
turun-temurun.

Pada ulang tahunnya yang ke-16, Bunyan diharuskan mengikuti wajib


militer dan bergabung dengan tentara parlementer. Walaupun
pandangan politiknya tidak kuat, keikutsertaannya dalam pasukan
parlementer membuat dirinya menjadi musuh Raja Charles I. Tahun
1648, dia menikah. Beberapa orang berpendapat bahwa istrinya
bernama Mary, sama dengan nama putri pertama mereka, tetapi hal ini tidak pasti. Putrinya,
Mary, lahir dalam keadaan buta, dia mewarisi kelembutan dan kehangatan yang merupakan ciri
khas John.

Istri John adalah seorang Puritan yang memberikan dorongan kuat dalam diri John sehingga dia
bertobat. Kemudian, pertobatan itu menuntun dirinya menjadi seorang pengkhotbah biasa
dalam denominasi-denominasi non-Konformis di kota Bedford.

Ciri khas John saat berkhotbah adalah langsung dan penuh kuasa sehingga dia dapat menjadi
pengkhotbah favorit di seluruh kota. Jika kebangkitan gereja-gereja non-Konformis di bawah
pemerintahan Oliver Cromwell tidak pernah terjadi, munculnya seorang tukang patri yang
dapat berkhotbah pun tidak akan pernah terjadi. Pada waktu sistem kerajaan kembali
dijalankan, pemerintah melakukan segala cara untuk membasmi para pengkhotbah dan gereja-
gereja yang independen itu.

Istri pertama John meninggal pada tahun 1658 setelah melahirkan empat orang anak. Sebagai
seorang pria yang tumbuh menjadi dewasa karena pernikahan, kematian istrinya membuat
hidupnya hancur, dan dia membutuhkan bantuan untuk membesarkan keempat anaknya yang
masih kecil. Putri sulungnya masih berusia delapan tahun dan buta. Kurang dari setahun
kemudian, dia menikahi Elizabeth. Orang-orang menyarankan John untuk menikahi Elizabeth
karena dia adalah sepupu keduanya sehingga dia sangat mengenal John dan keempat orang
anaknya.

Apa pun alasannya, Elizabeth adalah seorang istri dan ibu yang setia. Dia melahirkan dua orang
anak bagi John. Sepanjang kehidupan John, Elizabeth senantiasa mendukung suami dan
pelayanannya.
Pada masa itu, perubahan besar terjadi di bidang politik. Tahun 1640, Revolusi Inggris pecah,
terbentuklah aliansi-aliansi politik dan terjadilah pertempuran berdarah antara tentara Raja
Charles I dan tentara parlemen. John Bunyan dan sebagian besar anak muda di Bedford dijaring
untuk menjadi tentara parlemen. Selama sepuluh tahun Perang Sipil berkecamuk,
menyebabkan keluarga berperang melawan keluarga, dan kota melawan kota. Kesetiaan tidak
ada yang kekal, dan pengkhianatan pun sering terjadi.

Akhirnya, tentara parlemen memenangkan pertempuran, negara di bawah kekuasaan Oliver


Cromwell. Sistem kerajaan disingkirkan, Charles I dihukum gantung, dan gerakan-gerakan

16
pembaharuan disahkan, membuat Gereja Inggris kehilangan pengaruhnya atas orang-orang
awam.
Oliver Cromwell muncul dari peperangan dan kekacauan politik, menjadi Tuan Pelindung
Bangsa Inggris dan menjadi penguasa terkuat selama delapan tahun.
Sebagai seorang Puritan yang setia, dia mengizinkan kebebasan untuk melakukan ibadah bagi
kaum Puritan, Quaker, Baptis, Presbiterian, dan gereja-gereja non-Konformis lainnya. Beberapa
uskup Gereja Anglikan (banyak uskup Anglikan yang memihak raja selama Perang Sipil
berlangsung) disingkirkan dari jabatannya dan beberapa gereja jatuh ke tangan para non-
Konformis. "Orang-orang Beragama" bangkit dan menyebar ke seluruh negeri. Gerakan seperti
inilah yang membuka kesempatan bagi John Bunyan untuk menjadi seorang pengkhotbah.
Akan tetapi tentu saja, semua perubahan itu membangkitkan kebencian orang-orang yang
pernah berkuasa. Orang-orang ini sedang menanti saatnya mereka dapat membalikkan meja
dan kembali memegang tampuk kekuasaan.
Ketika Cromwell meninggal tanggal 3 September 1658, keadaan negara menjadi kacau karena
diperintah oleh anaknya, Richard, yang tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Richard hanya bertahan sampai Jenderal George Monck, pemimpin pasukan Skotlandia,
menyerbu Inggris dengan berjalan sepanjang jalan menuju London pada bulan Februari 1660.
Revolusi pun berakhir.
Jenderal Monck membentuk Parlemen Long dan parlemen ini menghubungi Charles II. Dia
berada di pengasingan di kota Breda, Belanda. Bulan April 1660, Charles II memproklamasikan
Deklarasi Breda, yang berisi janji bahwa jika Parlemen mengizinkannya kembali bertakhta di
Kerajaan Inggris, dia akan menerima bentuk pemerintahan parlementer dan memberikan
pengampunan kepada semua musuh-musuhnya. Akhirnya, Charles II kembali ke Inggris dan
takhtanya dikembalikan kepadanya pada tanggal 8 Mei 1660.
Pada kenyataannya, Charles II tidak menepati janjinya. Semua pengkhotbah sederhana dan
musuh politiknya dimasukkan ke dalam penjara di seluruh negeri itu. Menurut Charles II, ada
sebuah kelompok revolusioner baru yang sedang menginjakkan kakinya di Inggris, karena itu dia
mempunyai alasan untuk cemas. Kelompok itu menyebut dirinya The Fifth Monarchy dan
mereka ingin menggulingkan raja dari takhtanya serta membentuk pemerintahan baru di
bawah kekuasaan "Raja Yesus", tentunya mereka sendiri yang memegang kekuasaan.

Alasan utama yang


membuat John Bunyan
dipenjarakan adalah
karena dia berkhotbah
tanpa surat izin. Tentu
saja, sebagai seorang non-
Konformis, dia tidak akan
memperoleh surat izin
walaupun dia sudah
bertahun-tahun menjadi
gembala di suatu gereja.
Urutan penangkapan dan
hukuman yang
dijatuhkan, secara hukum
meragukan, dan Bunyan
mempunyai alasan tepat
untuk mengajukan
permohonan agar diadakan pengadilan ulang.
Selama bulan-bulan pertama di dalam penjara, John White, si sipir penjara, sering mengizinkan
dia keluar untuk menghadiri kebaktian. Dan, bahkan pada suatu hari, Bunyan diizinkan pergi ke

17
London. Kemudian para hakim mengambil tindakan keras, dan dia harus menjalani hukuman
selama dua belas tahun.
Pada saat mendekati akhir masa tahanannya, dia menulis bukunya yang paling
terkenal, Pilgrim's Progress, juga menulis beberapa traktat dan buku lainnya. Dia dibebaskan
pada tahun 1672 dan kembali melanjutkan hidupnya sebagai seorang pendeta. Tulisan-
tulisannya yang berbentuk enam puluh jilid buku, membuat Bunyan banyak diminta untuk
berkhotbah di seluruh bagian selatan Inggris.
Dia meninggal di London pada tahun 1688 akibat pneumonia. Penyakit itu dideritanya ketika dia
harus berkuda melintasi hujan badai yang sangat dingin untuk mendamaikan seorang ayah dan
anak laki-lakinya yang sedang bertengkar.
.
Biografi John Bunyan terdapat di youtube dan dapat ditonton lewat tautan berikut ini Pilgrim's
Progress (Bahasa Indonesia) - YouTube

18
DIETRICH BONHOEFFER

Dietrich Bonhoeffer [ˈdiːtrɪç ˈboːnhœfɐ] ( 4 Februari 1906 – 9 April 1945 ) adalah seorang
pendeta dan teolog Lutheran Jerman dan seorang anggota dalam gerakan perlawanan Jerman
terhadap Nazisme. Ia terlibat dalam sebuah komplotan yang dirancang oleh anggota-anggota
Abwehr (Kantor Intelijen Militer Jerman) untuk membunuh Adolf Hitler. Ia ditangkap pada
bulan Maret 1943, ditahan dan akhirnya digantung, tak lama sebelum berakhirnya Perang Dunia
II di Eropa.

Keluarga dan masa muda

Bonhoeffer dilahirkan di Breslau, Jerman (kini Wrocław Polandia ) dalam


sebuah keluarga profesional menengah ke atas. Ia dan saudara
perempuannya Sabine adalah kembar dan anak keenam dan ketujuh dari
8 bersaudara. Kakak lelakinya, Walter terbunuh pada Perang Dunia I.
Saudara perempuannya menikah dengan Hans von Dohnanyi dan
menjadi ibu dari dirigen Christoph von Dohnanyi serta bekas wali kota
Hamburg Klaus von Dohnanyi. Ayahnya, Karl Bonhoeffer adalah seorang
psikiater terkemuka Jerman di Berlin; ibunya, Paula mendidik di rumah
semua anaknya. Meskipun Dietrich mulanya diharapkan akan mengikuti
jejak ayahnya dalam bidang psikologi, sejak masa muda ia telah
memutuskan untuk menjadi seorang pendeta. Kedua orangtuanya
mendukung keputusannya. Ia belajar di sekolah tinggi di Tübingen dan
kemudian ia memperoleh gelar doktornya dalam teologi dari Universitas
Berlin. Karena Dietrich pada waktu itu baru berusia 24 tahun, ia tidak dapat ditahbiskan
[menurut aturan gerejanya, ia harus berusia minimal 25 tahun untuk ditahbiskan]. Namun, hal
ini memberikan Dietrich kesempatan untuk pergi ke luar negeri. Ia kemudian tinggal selama
setahun di luar negeri untuk belajar di program pasca-sarjana di Seminari Teologi Union. Pada
masa itu, ia sering kali berkunjung ke Gereja Baptis Abisinia di Harlem dan di situ ia berkenalan
dengan bentuk musik yang disebut oleh para etnomusikolog musik spiritual orang-orang Afrika-
Amerika. Ia mengumpulkan banyak sekali koleksi musik jenis ini yang kemudian dibawanya
kembali ke Jerman.

Kembali ke Jerman

Bonhoeffer kembali ke Jerman pada 1931, dan di sana ia mengajar teologi di Berlin serta
menulis beberapa buku. Sebagai seorang penentang Nazisme yang keras, ia terlibat, bersama-
sama dengan Martin Niemöller, Karl Barth dan lain-lainnya, dalam membentuk "Gereja yang
Mengaku". Antara akhir tahun 1933 sampai 1935, ia melayani sebagai pendeta dari dua gereja
Protestan berbahasa Jerman di London, St. Paul dan Sydenham. Ia kembali ke Jerman untuk
memimpin sebuah seminari yang ilegal untuk para pendeta "Gereja yang Mengaku", mula-mula
di Finkenwalde dan kemudian di daerah von Blumenthal dari Gross Schlönwitz yang ditutup
ketika perang meletus. Gestapo juga melarangnya berkhotbah, lalu mengajar, dan akhirnya ia
dilarang untuk berbicara di depan umum dalam bentuk apapun. Pada masa ini Bonhoeffer
bekerja sama dekat sekali dengan banyak musuh Adolf Hitler.

Pada Perang Dunia II Bonhoeffer memainkan peranan penting dalam memimpin Gereja yang
Mengaku yang menentang kebijakan-kebijakan anti-Semitik Adolf Hitler. Bonhoeffer adalah

19
salah seorang yang menyerukan perlawanan gereja yang lebih luas terhadap perlakuan Hitler
terhadap orang-orang Yahudi. Sementara Gereja yang Mengaku tidak besar, Gereja ini
merupakan sumber perlawanan Kristus utama terhadap pemerintahan Nazi di Jerman.

Pada 1939, Bonhoeffer bergabung dengan sebuah kelompok gelap yang terdiri dari sejumlah
perwira militer berpangkat tinggi yang berbasis di Abwehr atau Kantor Intelijen Militer, yang
ingin menggulingkan rezim Sosialis Nasional dengan membunuh. Bonhoeffer ditangkap pada
April 1943 setelah uang yang digunakan untuk menolong orang-orang Yahudi melarikan diri ke
Swiss berhasil ditelusiri kepadanya. Ia dituduh berkomplot dan dipenjarakan di Berlin selama
satu setengah tahun. Setelah gagalnya "Rencana 20 Juli", yaitu upaya pembunuhan Hitler, pada
tahun 1944, hubungan Bonhoeffer dengan para anggota komplotan itu terbongkar. Ia
dipindahkan ke serangkaian penjara dan kamp konsentrasi dan berakhir di Flossenburg. Di sini,
ia dihukum mati dengan digantung pada fajar tanggal 9 April 1945 hanya tiga minggu sebelum
pembebasan kota itu. Juga digantung karena peranan mereka dalam komplotan itu saudaranya,
Klaus, serta iparnya, Hans von Dohnanyi, dan pula Rüdiger Schleicher.

Karya Tulis

Berikut ini adalah terjemahan bahasa Inggris dari karya-karya Bonhoeffer, yang semuanya
aslinya ditulis dalam bahasa Jerman:

The Young Bonhoeffer 1918–1927. Fortress Press, 2002. ISBN 0-8006-8309-9.

Volume pertama dalam terbitan Fortress Press edisi kritis dari karya-karya Bonhoeffer
mengumpulkan 100 surat dan jurnalnya yang pertama dari masa setelah Perang Dunia I hingga
lulusnya dari Universitas Berlin. Buku ini juga memuat tulisan-tulisan teologisnya yang pertama
hingga disertasinya. Ke-19 esainya mencakup karya-karya dari masa patristic untuk Adolf von
Harnack tentang suasana hati Luther untuk Karl Holl, tentang penafsiran Alkitab untuk Profesor
Reinhold Seeberg, serta esai-esai tentang gereja dan eskatologi, nalar dan penyataan, Ayub,
Yohanes, dan bahkan juga suka cita. Sebagai penyimpul dari gambaran tentang teologi
Bonhoeffer yang baru lahir adalah khotbah-khotbahnya dari masa ini, serta kuliah-kuliahnya
tentang homiletika, katekesis, dan teologi praktika.

Barcelona, Berlin, New York: 1928–1931, terjemahan dari Barcelona, Berlin, Amerika: 1928–
1931. Fortress Press: belum terbit.

Sanctorum Communio: A Theological Study of the Sociology of the Church Clifford Green
(editor); Reinhard Krauss (penerjemah); Nancy Lukens (penerjemah). Fortress Press, 1998. ISBN
0-8006-8301-3.

Disertasi Bonhoeffer, selesai pada 1927 dan pertama kali diterbitkan pada 1930 dengan judul
Sanctorum Communio: eine Dogmatische Untersuchung zur Soziologie der Kirche (Sanctorum
communion: sebuah telaah dogmatis terhadap sosiologi gereja). Dalam buku ini, ia berusaha
menyusun sebuah teologi tentang pribadi di dalam masyarakat, dan kemudian, secara khusus,
di dalam gereja. Dalam bukunya ini ia menjelaskan kepada kita tentang posisi-posisi awalnya
mengenai dosa, kejahatan, solidaritas, jiwa kolektif, dan dosa kolektif. Buku ini menguraikan
sebuah teologi sistematika tentang Roh yang bekerja di dalam gereja dan apa implikasinya bagi
pertanyaan-pertanyaan tentang otoritas, kebebasan, ritual, dan eskatologi.

Act and Being Clifford Green (editor); Reinhard Krauss (penerjemah); Nancy Lukens
(penerjemah). Fortress Press, 1996. ISBN 0-8006-8302-1

20
Disertasi kedua Bonhoeffer, ditulis pada 1929–30 dan diterbitkan pada 1931 dengan judul Akt
und Sein, membahas pertanyaan-pertanyaan mengenai kesadaran dan hati nurani dalam
teologi dari perspektif pandangan Reformasi mengenai asal usul keberdosaan manusia di dalam
“hati yang berpaling kepada dirinya sendiri dan dengan demikian tidak terbuka terhadap
penyataan Allah ataupun terhadap perjumpaan dengan sesama.” Di sini kita menemukan
pemikiran-pemikiran Bonhoeffer mengenai kuasa, penyataan, Yang Lain, metode teologi, dan
antropologi teologis.

Ecumenical, Academic and Pastoral Work: 1931–1932, terjemahan dari Ökumene, Universität,
Pfarramt: 1931–1932. Fortress Press: belum terbit.

Creation and Fall: A Theological Exposition of Genesis 1–3 John W. de Gruchy (Editor); Douglas
Stephen Bax (penerjemah). Fortress Press, November 20, 1997. ISBN 0-8006-8303-X.

Creation and Fall berasal dari kuliah-kuliah yang disampaikan oleh Bonhoeffer di Universitas
Berlin pada semester musim dingin pada 1932–33 pada saat bubarnya Republik Weimar dan
lahirnya Reich Ketiga. Dalam buku yang diterbitkan pada 1933 sebagai Schöpfung und Fall,
Bonhoeffer menyerukan mahasiswa-mahasiswanya untuk memusatkan perhatian mereka pada
firman Allah sebagai firman kebenaran pada masa pergolakan.

Christology (1966) London: William Collins and New York: Harper and Row. terjemahan kuliah-
kuliah yang disampaikan di Berlin pada 1933, dari vol. 3 dari Gesammelte Schriften, Christian
Kaiser Verlag, 1960. judulnya diubah menjadi Christ the Center, Harper SanFrancisco 1978
sampul tipis: ISBN 0-06-060811-0

London: 1933–1935, terjemahan dari London: 1933–1935. Fortress Press: belum beredar.

The Cost of Discipleship (1948 dalam bahasa Inggris). Edisi Touchstone dengan pengantar oleh
Uskup George Bell dan memoir oleh G. Leibholz, 1995 sampul tipis: ISBN 0-684-81500-1. Edisi
kritis diterbitkan dengan judul aslinya Discipleship: John D. Godsey (editor); Geffrey B. Kelly
(editor). Fortress Press, 2000. ISBN 0-8006-8324-2

Buku Bonhoeffer yang paling banyak dibaca dimulai dengan kata-kata, "Anugerah yang murah
adalah musuh bebuyutan gereja kita. Perjuangan kita saat ini adalah untuk anugerah yang
mahal." Ini adalah suatu peringatan keras kepada gerejanya sendiri, yang terlibat dalam konflik
yang tajam dengan gereja negara yang resmi dan yang merangkul Naziisme. Buku ini pertama
kali diterbitkan pada 1937 dengan judul Nachfolge (Menjadi Murid). Dengan segera buku ini
menjadi suatu eksposisi klasik tentang apa artinya mengikut Kristus di dunia modern yang
dihantui oleh pemerintahan yang kriminal dan berbahaya. Di tengahnya terdapat penafsiran
tentang Khotbah di Bukit: what apa yang dituntut oleh Yesus dari para pengikutnya —dan
bagaimana kehidupan sebagai murid itu harus berlanjut dalam segala zaman dalam kehidupan
gereja pasca-kebangkitan.

Theological Education at Finkenwalde: 1935–1937, terjemahan dari Illegale


Theologenausbildung: 1935–1937. Fortress Press: belum beredar.

Theological Education Underground: 1937–1940, terjemahan dari Illegale Theologenausbildung:


1937–1940. Fortress Press: belum beredar.

Life Together and Prayerbook of the Bible James H. Burtness (ko-pengarang); Geffrey B. Kelly
(penyunting); Daniel W. Bloesch (translator). Fortress Press: 1995. ISBN 0-8006-8305-6.

21
Stimulus untuk menulis Life Together adalah bagian akhir dari kuliah sang pengkhotbah di
seminari di Finkenwalde. Tulisan ini mengandung pemikiran-pemikiran Bonhoeffer tentang
hakikat komunitas Kristen yang didasarkan pada kehidupan bersama yang ia dan teman-
temannya sesame mahasiswa seminari alami di tempat itu dan di “Brother’s House” di sana.
Life Together diselesaikan pada 1938, terbit pada 1939 sebagai Gemeinsames Leben, dan
terjemahan bahasa Inggris pertamanya pada 1954. Harper San Francisco 1978 sampul tipis:
ISBN 0-06-060852-8

Buku Doa Alkitab adalah sebuah spiritualitas Kristen klasik. Dalam penafsiran teologis dari
Mazmur ini, Bonhoeffer menggambarkan suasana hati dalam hubungan seseorang dengan Allah
dan juga perasaan tentang cinta dan patah hati, tentang suka dan duka, yang semuanya adalah
jalan komunitas Kristen menuju Allah.

Ethics (terbit 1955 dalam bahasa Inggris oleh SCM Press). Edisi Touchstone, 1995 sampul tipis:
ISBN 0-684-81501-X. Fortress Press 2004 edisi kritis: Clifford Green (editor); Reinhard Krauss
(penerjemah); Douglas W. Stott (penerjemah); Charles C. West (penerjemah). ISBN 0-8006-
8306-4.

Ditulis di penjara dan terbit pada 1943 sebagai Ethik, buku ini adalah puncak pengembaraan
teologis dan pribadi Bonhoeffer. Edisi kritisnya, yang didasarkan pada rekonstruksi yang cermat
dari naskah-naskah yang baru saja diterjemahkan dan dengan sangat baik dianotasikan,
menampilkan suatu pengantar yang tajam oleh Clifford Green dan kata penutup dari para
penyunting edisi Jermannya. Meskipun terperangkap dalam gelombang kekuatan zaman pada
masa Nazi, Bonhoeffer secara sistematik membayangkan sebuah etika yang secara radikal
Kristosentris dan inkarnasional untuk dunia pasca-perang, dan dengan sengaja membentuk
hubungan orang Kristen dengan sejarah, politik, dan kehidupan publik.

Fiction from Tegel Prison Clifford Green (penyunting); Nancy Lukens (penerjemah). Fortress
Press: 1999. ISBN 0-8006-8307-2.

Menulis fiksi - sebuah drama yang tidak selesai, sebuah potongan novel, dan cerita pendek -
mengisi banyak waktu Bonhoeffer pada tahun pertamanya di penjara Tegel. Ia juga menulis ke
keluarga dan tunangannya serta bercerita tentang bagaimana ia menghadapi interogasinya.
"Ada banyak sekali otobiografi yang tercampur di dalamnya," ia menjelaskan kepada sahabat
dan penulis biografinya, Eberhard Bethge. Karya Bonhoeffer ini disertai anotasi yang kaya oleh
para penyunting Jerman, Renate Bethge dan Ilse Todt dan oleh Clifford Green, sehingga
menyingkapkan banyak sekali informasi tentang konteks keluarga Bonhoeffer, dunia sosial, dan
lingkungan budayanya. Kejadian-kejadian dari hidupnya dikisahkan kembali dalam cara yang
menerangkan teologinya. Tokoh-tokoh dan situasi-situasi yang mewakili jenis-jenis dan sikap
Nazi menjadi suatu bentuk kritik sosial dan menolong menjelaskan partisipasi Bonhoeffer dalam
gerakan perlawanan dan komplotan untuk membunuh Hitler.

Letter and Papers from Prison, (terj. pertama dalam bahasa Inggris 1953 oleh SCM Press). Edisi
ini diterjemahkan oleh Reginald H. Fuller dan Frank Clark dari Widerstand und Ergebung: Briefe
und Auszeichnungen aus der Haft. Munuch: Christian Kaiser Verlag (1970). Touchstone 1997
sampul tipis: ISBN 0-684-83827-3

Conspiracy and Imprisonment 1940–1945 Mark Brocker (editor). Fortress Press: 2006. ISBN 0-
8006-8316-1

22
Dalam 100 surat-suratnya, termasuk surat-surat yang tidak pernah diterbitkan kepada
tunangannya, Maria von Wedemeyer, serta dokumen-dokumen resmi, tulisan-tulisan asli yang
singkat, serta beberapa khotbah terakhir, buku ini memberikan informasi tentang perlawanan
aktif Bonhoeffer serta keterlibatannya yang kian meningkat dalam komplotan melawan rezim
Hitler, penangkapannya, dan penahanannya yang lama. Akhirnya, berbagai komunikasi
Bonhoeffer dengan keluarganya, tunangan, dan teman-teman terdekatnya, menunjukkan cinta
kasih dan solidaritas yang mendampingi Bonhoeffer hingga ke sel penjaranya, kamp
konsentrasi, dan akhirnya kematiannya.

A Testament to Freedom: The Essential Writings of Dietrich Bonhoeffer (1990). Geoffrey B. Kelly
dan F. Burton Nelson, penyunting, Harper San Francisco 1995 edisi ke-2, sampul tipis: ISBN 0-
06-064214-9

23

Anda mungkin juga menyukai