Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian Teknologi Pangan

Apakah penting mempelajari pangan? Jawabnya iya sangat penting. Mengapa? untuk
menjawabnya, mari kita mulai dari adanya ide tentang Revolusi Hijau. Revolusi Hijau yang
lahir pada tahun 70-an, dikenal juga dengan revolusi agraria yaitu suatu perubahan cara
bercocok tanam dari cara tradisional berubah ke cara modern untuk meningkatkan
produktivitas pertanian. Definisi lain menyebutkan revolusi hijau adalah revolusi produksi
biji-bijian dari penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari varietas gandum, padi, jagung
yang membawa dampak tingginya hasil panen. Tujuan revolusi hijau adalah meningkatkan
produktivitas pertanian dengan cara penelitian dan eksperimen bibit unggul. Gagasan tentang
revolusi hijau bermula dari hasil penelitian dan tulisan Thomas Robert Malthus (1766-1834)
yang berpendapat bahwa “Kemiskinan dan kemelaratan adalah masalah yang dihadapi
manusia yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pertumbuhan penduduk dengan
peningkatan produksi pertanian. Pertumbuhan penduduk sangat cepat dihitung dengan deret
ukur (1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, dst.), sedangkan peningkatan produksi pertanian dihitung
dengan deret hitung (1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, dst.)”. Malthus juga mengatakan bahwa
pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan.

Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan
kebutuhan hidup, yang artinya manusia dapat mengalami ancaman kelaparan. Pengaruh
tulisan Robert Malthus tersebut, muncul:

a. Gerakan pengendalian pertumbuhan penduduk dengan cara pengontrolan jumlah


kelahiran;
b. Gerakan usaha mencari dan meneliti bibit unggul dalam bidang pertanian.

Perkembangan Revolusi Hijau juga berpengaruh terhadap Indonesia. Upaya peningkatan


produktivitas pertanian Indonesia dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Intensifikasi
Pertanian Intensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan
menerapkan formula pasca usaha tani (pengolahan tanah, pemilihan bibit unggul,
pemupukan, irigasi, dan pemberantasan hama). 2. Ekstensifikasi Pertanian Ekstensifikasi
pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan memperluas lahan pertanian,
biasanya di luar Pulau Jawa. 3. Diversifikasi Pertanian Diversifikasi pertanian yaitu upaya
peningkatan produksi pertanian dengan cara penganekaragaman tanaman, misal dengan
sistem tumpang sari (di antara lahan sawah ditanami kacang panjang, jagung, dan
sebagainya). 4. Rehabilitasi pertanian Rehabilitasi pertanian yaitu upaya peningkatan
produksi pertanian dengan cara pemulihan kemampuan daya produktivitas sumber daya
pertanian yang sudah kritis.

Selain diversifikasi pertanian, pemerintah juga menggalakkan diversifikasi pangan agar


masyarakat tidak hanya tergantung pada satu jenis pangan, akan tetapi memiliki beragam
pilihan (alternatif) terhadap berbagai bahan pangan. Di Indonesia, diversifikasi pangan
dimaksudkan untuk memvariasikan konsumsi masyarakat Indonesia agar tidak terfokus pada
nasi. Indonesia memiliki beragam hasil pertanian yang sebenarnya bisa difungsikan sebagai
makanan pokok seperti sukun, ubi, talas, dan sebagainya yang dapat menjadi faktor
pendukung utama diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan pada pemerintahan Indonesia
menjadi salah satu cara untuk menuju swasembada beras dengan minimalisasi konsumsi
beras sehingga total konsumsi tidak melebihi produksi. Definisi diversifikasi pangan tertuang
dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.
Penganekaragaman pangan ditujukan tidak hanya untuk mengurangi ketergantungan akan
jenis pangan tertentu, akan tetapi dimaksudkan pula untuk mencapai keberagaman komposisi
gizi sehingga mampu menjamin peningkatan kualitas gizi masyarakat. Berdasarkan
permasalahan pangan tersebut, maka penting mempelajari pangan agar kita dapat
memanfaatkan segala macam sumber daya yang dimiliki negara kita dengan bantuan
teknologi yang ada sehingga sedapat mungkin mengurangi terjadinya kelaparan. Dahrul
Syah (2011) menyatakan bahwa kebutuhan manusia akan bahan pangan yang sehat, bergizi,
dan aman menuntut penguasaan ilmu pendukung yang komprehensif. Perubahan gaya hidup
dan pola penyediaan pangan juga menuntut perkembangan baru dalam mengelola pangan.

Ilmu dan Teknologi Pangan harus berperan aktif dalam mengarahkan perubahan ini ke
arah yang lebih baik. Ilmu pangan mempunyai pengertian yakni disiplin ilmu yang
menerapkan dasar-dasar biologi, kimia, fisika, dan teknik dalam mempelajari sifat-sifat,
penyebab kerusakan dan prinsip dalam pengolahan bahan pangan, sedangkan teknologi
pangan merupakan aplikasi penerapan ilmu pangan mulai dari pasca panen hingga menjadi
hidangan dengan memperhatikan aspek-aspek seperti pengembangan, penanganan,
pengolahan, pengawetan hingga pemasaran bahan pangan dengan tidak mengabaikan
penilaian mutu, nilai gizi, dan kesehatan masyarakat guna menunjang kesejahteraannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu teknologi pangan adalah disiplin ilmu yang
menerapkan teknologi tentang pengolahan bahan pangan mulai pasca panen hingga menjadi
hidangan untuk memperoleh manfaat dan meningkatkan nilai gunanya.

Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan tentang
bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) guna memperoleh manfaatnya
seoptimal mungkin sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut. Dalam
teknologi pangan, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan
proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di antaranya
pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan sebagainya.

Ilmu teknologi pangan mempelajari segala proses pengolahan bahan pangan menjadi
makanan yang bisa dikonsumsi. Proses yang disebut meliputi sortasi, pengawetan,
pengemasan, distribusi, dengan menjaga dan memastikan hasil akhir aman untuk dikonsumsi
dan tetap bergizi. Fokus utama dari ilmu teknologi pangan ialah pada panganan dalam
kemasan.

Dapus Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan
tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) guna memperoleh manfaatnya
seoptimal mungkin sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut. Dalam
teknologi pangan, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan
proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di antaranya
pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan sebagainya.

Ilmu teknologi pangan mempelajari segala proses pengolahan bahan pangan menjadi
makanan yang bisa dikonsumsi. Proses yang disebut meliputi sortasi, pengawetan,
pengemasan, distribusi, dengan menjaga dan memastikan hasil akhir aman untuk dikonsumsi
dan tetap bergizi. Fokus utama dari ilmu teknologi pangan ialah pada panganan dalam
kemasan. Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan
tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) guna memperoleh manfaatnya
seoptimal mungkin sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut. Dalam
teknologi pangan, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan
proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di antaranya
pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan sebagainya.

Ilmu teknologi pangan mempelajari segala proses pengolahan bahan pangan menjadi
makanan yang bisa dikonsumsi. Proses yang disebut meliputi sortasi, pengawetan,
pengemasan, distribusi, dengan menjaga dan memastikan hasil akhir aman untuk dikonsumsi
dan tetap bergizi. Fokus utama dari ilmu teknologi pangan ialah pada panganan dalam
kemasan.

Dapus http://stkom.ac.id/s1-teknologi-pangan/

Anda mungkin juga menyukai