Anda di halaman 1dari 30

INTEGRASI NILAI-NILAI AL-QUR’AN

DALAM KEHIDUPAN SANTRI DI PONDOK


PESANTREN RAUDHATUL MUJAWWIDHIN
KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI

Nur Komariah
Dosen Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Ilmu Agama Islam Universits Islam Indragiri

Abstrak
Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin adalah salah
satu Pondok pesantren yang ada di Kabupatten Tebo
Provinsi Jambi. Selain melahirkan hafiz dan hafizah,
pondok pesantren juga mampu mengintegrasikan nilai-
nilai al-Qur’an dalam kehidupan santri. Hal ini terlihat
beberapa karakteristik yang menghiasi kepribadian santri
di lingkungan Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin
seperti: Kesetaraan, kemandirian, kesungguhan,
kesabaran, kasih sayang, 5 S, 8 K dan penanaman budaya
malu. Salah satu kunci keberhasilan Pondok Pesantren
dalam melahirkan santri yang mahir dalam membaca dan
menghafal al-Quran adalah menggunakan Metode qira’ati
yaitu salah satu metode pembelajaran al-Qur’an yang
langsung menerapkan makharijul huruf dan Tajwid.

Keyword: Integrasi, Al-Quran, Pondok Pesantren.

A. Pendahuluan
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di
negara Indonesia. Kemunculannya telah ada sejak kemunculan agama
Islam di Indonesia. Awal kemunculan pondok pesantren, kurikulum
yang dikembangkan hanyalah mengajarkan pendidikan-pendidikan
52 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

agama Islam, namun seriring perkembangan zaman kurikulum pondok


pesantren tidak lagi hanya sebatas mengajarkan pendidikan agama saja
namun berkembang mengajarkan pendidikan umum seperti
matematika, pancasila, hingga kewirausahaan. Sama halnya dengan
sarana dan prasarana pembelajaran, sarana pembelajaran santri tidak
hanya terbatas pada masjid saja sebagai sarana belajar santri namun
pondok pesantren saat ini sudah memiliki kelas-kelas sebagai sarana
belajar santri bahkan sudah memiliki labor, pustaka, dan sarana lain
sebagai sarana pendukung belajar santri.
Sebagai lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren tidak
hanya mentransfer ilmu pengetahuan agama namun juga
mengintergasikan dalam kehidupan sehari-hari. Secara bahasa integrasi
berarti penyatuan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.1
Integrasi pendidikan agama Islam dalam kehidupan pondok pesantren
memiliki makna sebagai penyatuan pendidikan agama Islam dalam
kehidupan santri di pondok pesantren.
Pondok pesantren Raudhatul Mujawwidhin merupakan salah satu
pondok pesantren yang ada di Kabupeten Muaro Tebo. Berlamatkan di
Jl. Meranti Ds. Tirta Kencana unit 6 Kecamatan Rimbo Bujang
Kabupaten Tebo, yaitu pondok pesantren yang memadukan kurikulum
standar nasional (kurikulum dari kementerian Agama RI) dan
kurikulum pondok pesantren. Salah satu daya tarik pondok pesantren
Raudhatul mujawwidhin adalah terletak pada sistem pembelajaran al-
Qur’an yang terintegrasi dalam kehidupan santri.

1
Menuk Hardaniwati dkk, Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Pertama,
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2003), h. 251-252.
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 53
Nur Komariah

Sebagai kurikulum unggulan pondok pesantren Raudhatul


Mujawwidhin pendidikan al-Qur’an sudah diberikan kepada anak
didik sejak anak memasuki pondok pesantren yakni TK maupun MI.
sesuai dengan tahapannya santri yang belum memiliki keterampilan
membaca al-Qur’an maka santri akan mempelajari terlebih dahulu
tatacara membaca al-Qur’an dengan penempatan kelas qira’ati.2
Pada pembelajaran qira’ati siswa akan diajarkan bagaimana
cara membaca al-Qur’an dengan baik mulai dari makharijul khuruf
hingga tajwidnya. Pembelajaran qira’ati menggunakan metode
bandongan dilanjutkan dengan metode sorogan. Pada pembelajaran
qira’ati untuk tahap pemula guru membunyikan huruf hijaiyah
dihadapan santri secara bersama-sama untuk selanjutnya santri
mengikuti secara bersama-sama. Untuk mengetahui ketercapaian
dalam pembelajaran, santri menghadap satu-satu untuk diketahui
sejauh mana ketercapaian guru dalam mengajar serta seberapa jauh
pemahaman santri terhadap materi yang disampaikan, adapaun tenaga
pendidik dari pembelajaran qira’ati, kiai pondok pesantren
memberdayakan guru-guru dari santri-santri senior yang telah
mengkhatamkan al-Qur’an atau disebut juga dengan PASCA (yang
berarti santri telah mngkhatamkan al-Qur’an). Perekrutan guru sebagai
pengajar qira’ati tentu saja melalui penyeleksian yang ketat oleh
pimpinan pondok pesantren Raudhatul Mujawwidhin. 3

2
Observasi di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, Integrasi nilai-nilai
al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, 16 Januari 2018.
3
Wawancara Bendahara Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin,
Musyarofah, Perekrutan Guru Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, 22
Januari 2018.
54 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Bagi santri yang sudah menguasai tata cara membca al-Quran


dengan baik siswa akan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi yakni
belajar membaca al-Qur’an. Adapaun jam pemberian pembelajaran al-
Quran ini diberikan pada saat ba’da subuh dan ba’da maghrib dengan
metode pembelajaran sorogan. Dimana tenaga pendidiknya sebagian
besar diambil dari Provinsi Jawa. 4
Pendidikan al-Qur’an merupakan pendidikan yang mengajarkan
tentang al-Quran. Al-Qur’an bagi umat muslim merupakan pedoman
bagi kehidupan sehari-hari. Dengan memahami tata cara baca al-
Qur’an, mengetahui isi dan kandungan al-Qur’an maka seorang
muslim akan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehri-hari dan
akan menyelamatkan bagi pemegang al-Qur’an sebagai pedoman dan
memperoleh kesempatan dunia dan akhirat.
Mengingat begitu penting pendidika al-Qur’an maka dalam
pembahasan kali ini penulis akan mengkaji bagaimana metode
pembelajaran al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin
dan bagaimana nilai-nilai al-Qur'an diintegrasikan dalam kehidupan
santri di pondok pesantren Raudhatul Mujawwidin Kabupaten Tebo
Provinsi Jambi.

4
Wawancara Gur TPQ Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, Hindun,
Pembelaran TPQ, 22 Januari 2018.
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 55
Nur Komariah

B. Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Rumusan Masalah
a. Bagaimana metode pengajaran Al-Qur’an di Pondok
pesantren Raudhatul Mujawwidhin Kabupaten Provinsi
Jambi?
b. Bagaimana Integrasi nilai-nilai al-qur’an dalam kehidupan
santri di pondok pesantren Raudhatul Mujawwidhin
Kabupaten Tebo?
2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dan
manfaat penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana metode pengajaran al-Qur’an
di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin Kabupaten
Tebo Provinsi Jambi?
b. Untuk mengetahui integrasi nilai-nilai al-Qur’an dalam
kehidupan santri di Pondok Pesantren Raudhatul
Mujawwidhin Kabupaten Tebo?
3. Manfaat
a. Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
pengembangan teori dan analisisnya untuk kepentingan
penelitian dimasa yang akan datang serta bermanfaat untuk
pengembangan ilmu dimasa mendatang.
b. Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan
peneliti serta berguna bagi peneliti yang lain yang akan
56 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

mengadakan penelitian sejenis, hasil penelitian ini dapat


digunakan sebagai bahan perbandingan atau rujukan. Bagi
pondok pesantren; Bagi Perguruan Tinggi; Untuk menambah
koleksi pustaka dan bahan bacaan bagi mahasiswa program
Studi Manajemen Pendidikan Islam pada khususnya dan
mahasiswa Universitas Islam Indragiri pada umumnya.

C. KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODE PENELITIAN


1. Kerangka Pemikiran
a. Metode Pembelajaran Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada
Nabi Muhmmad SAW melalui malaikat Jibril Alaihis Salam
(AS). Al-Qur’an merupakan petunjuk (hudan) bagi umat
manusia. Menurut Abdurrahman An-Nahlawi5 al-Qur’an adalah
firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW, merupakan bukti kebenaran yang dapat melemahkan
pihak lawan dan orang yang mengingkarinya, orang yang
membacanya dinilai sebagai ibadah kepada Allah dan akan
mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Di dalam al-Qur’an diajarkan bagaimana cara manusia
hidup baik sebagai hamba Allah yang harus beribadah dan taat
kepadaNya, maupun tugas manusia untuk memakmurkan muka
bumi. Secara lebih rinci kandungan al-Qur’an berisi tentang:
Aqidah, ibadah, akhlaq, hukum, peringatan, sejarah, dan

5
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode-Metode Pendidikan
Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1989), h. 46.
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 57
Nur Komariah

dorongan untuk berfikir. Mengingat begitu penting kedudukan


al-Qur’an bagi kehidupan manusia maka pendidikan al-Qur’an
penting untuk diajarkan sejak dini agar kelak Al-Qur’an menjadi
pedoman dan landasan bagi anak didik dalam menjalani
tugasnya sebagai khalifal filard.
Terdapat beberapa metode yang dapat dijadikan pedoman
bagi pendidik untuk mengajarkan al-Qur’an yakni: metode
Iqra’, metode Al-Baghdad, metode An-Nahdhiyah, metode
jibril, dan metode qira’ati.
b. Metode Iqra’
Metode iqra’ adalah metode pembelajaran al-Qur’an
yang menekankan pada latihan membaca. Buku iqra’ terdiri dari
6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana tahap demi tahap
sampai pada tingkat sempurna. Metode iqra’ disusun oleh Ustad
As’ad Humam yang berdomisili di Yogyakarta. Buku iqra’ ini
kemudian ditambah satu jilid lagi yang berisikan doa-doa.
c. Metode al-Baghdady
Metode Al-Baghdady adalah metode yang tersusun
(tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun
secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih
dikenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’. Metode ini
merupakan metode yang pertama kali muncul di Indonesia.
Buku metode ini terdiri dari 1 jilid dan biasa dikenal dengan al-
Qur’an kecil atau disebut juga dengan turutan. Cara
pembelajaran dengan metode ini adalah dengan cara
58 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

memperkenalkan huruf hijaiyah kemudian di akhiri dengan juz


‘amma, kemudian dilanjutkan dengan al-Qur’an besar.
d. Metode An-Nahdhiyah
Metode An-Nahdliyah adalah metode pembelajaran al-
Qur’an yang disusun secara berjenjang mulai jilid satu sampai
jilid enam, menggunakan sistem klasikal penuh dan cara belajar
menggunakan hitungan ketukan stik secara berirama.
e. Metode Jibril
Metode Jibril pertama kali dicetuskan oleh Bashari,
adalah metode pembelajaran al-Qur’an dengan cara membaca
satu ayat atau waqaf, lalu ditirukan oleh seluruh santri yang
mengaji. Guru membaca satu dua kali lagi kemudian ditirukan
oleh santri-santri yang mengaji. Kemudian guru membaca ayat
atau lanjutan ayat berikutnya, dan ditirukan oleh semua yang
hadir, begitu seterusnya. 6
Tahapan-tahapan metode pembelajaran al-Qur’an dengan
menggunakan metode Jibril yaitu
1) Tahap tahqiq adalah pembelajaran membaca al-Qur’an
dengan pelan dan mendasar. Tahap ini dimulai dengan
pengenalan huruf dan suara hingga kata dan kalimat.
2) Tahap tartil adalah tahap pembelajaran membaca al-Qur’an
dengan durasi sedang bahkan cepat sesuai dengan irama
lagu. Tahap ini dimulai dengan pengenalan sebuah ayat atau
beberapa ayat yang dibacakan guru kemudian ditiru oleh

6
Bashori Alwi, Metode Jibril Metode PIQ-Singosari (Malang: IKAPIQ,
2005), h. 41.
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 59
Nur Komariah

para santri ecara berulang-ulang. Disamping pendalaman


artikulasi dalam tahap tartil juga diperkenalkan praktek
hukum-hukum ilmu tajwid.
f. Metode Qira’ati.
Metode qira’ati disusun oleh Ustad H. Dahlan Salim
Zarkasy pada tahun 1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. Metode
qira’ati adalah membaca al-Qur’an yang langsung memasukkan
dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan ilmu tajwid.
Sistem pendidikan dan pengajaran metode qira’ati ini melalui
sistem pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan kelas / jilid
tidak ditentukan oleh bulan atau tahun, dan diselenggarakan
tidak secara klasikal, tetapi secara individual (perseorangan).
Menurut M. Nur Shodiq Achrom7 metode qira’ati adalah suatu
metode membaca al-Qur’an yang langsung memasukkan dan
mempraktikkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Metode qira’ati pada mulanya tediri dari 10 jilid
kemudian diringkas menjadi 8 jilid dengan asumsi bahwa dalam
satu tahun anak mampu menyelesaikan dua jilid. Dan pada
akhirnya diringkas lagi menjadi 6 jilid dengan rincian sebagai
berikut:
1) Jilid 1 terdiri dari 2 pokok materi: pengenalan huruf hijaiyah
lepas dan sambung dengan 39 sub pokok materi.

7
H. M. Nur Shodiq Achrom, Koordinator Malang III, Pendidikan dan
Pengajaran Sistem Qoidah Qiroati, (Ngembul Kalipare: Pondok Pesantren salafiah
Siratul Fuqoha’ II), h. 11.
60 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

2) Jilid 2 terdiri dari 3 pokok materi: pengenalan harakat


fathah, kasrah, dhummah, pengenalan tanwin dan mad. 13
sub pokok materi.
3) Jilid 3 terdiri dari 2 pokok materi, yaitu mad, dan sukun. 13
pokok materi.
4) Jilid 4 terdiri dari dari 2 pokok materi yaitu pengenalan
ikhfa’ dan idgham, 15 sub pokok materi.
5) Jilid 5 terdiri dari 2 pokok materi yaitu idgham dan
qalqalah, 18 sub pokok materi.
6) Jilid 6 terdiri dari 1 pokok materi yaitu idzhar halqi, 9 sub
pokok materi.
Sementara target-target pencapaian pembelajaran
qira’ati adalah santri mampu membaca al-Qur’an secara tartil
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid yang telah dicontohkan dan
diajarkan Rasulullah SAW secara mutawatir dengan uraian
bahwa dalam waktu kurang lebih 2 tahun anak-anak khatam 30
Juz (binnazhar) dengan:
1) Makhraj sebaik mungkin dan bacaan yang bertajwid.
2) Mengenal bacaan gharib dan musykilat (bacaan-bacaan
yang asing).
3) Hafal (faham) ilmu tajwid praktis.
4) Mengerti shalat, bacaan dan praktisnya.
5) Hafal surat-surat pendek minimal sampai surat adh-dhuha
serta doa-doa pendek.
6) Mampu menulis Arab dengan baik dan benar.
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 61
Nur Komariah

Tujuan pembelajaran al-Qur’an dengan metode qira’ati


adalah sebagai berikut:
1) Menjaga kesucian dan kemurnian al-Qur’an dari segi bacaan
yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
2) Menyebarluaskan ilmu bacaan al-Qur’an.
3) Memberi peringatan kembali kepada pendidik agar lebih
berhati-hati dengan mengajarkan al-Qur’an.
4) Meningkatkan mutu (kualitas) pendidikan atau pengajaran
al-Qur’an. 8
Untuk kemudahan santri dalam mempelajari qira’ati
terdapat beberapa strategi yang diterapkan:
1) Pelaksanaan pembelajaran qira’ati dilaksanakan selama
satu Jam. Didalamnya sudah diajarkan variasi materi-materi
yang berisikan doa-doa harian, bacaan shalat, doa ikhtitam
atau hafalan-hafalan lainnya).
2) Pendidikan menekankan kelas dengan memberikan
pandangan secara menyeluruh terhadap semua anak didik
sampai semuanya tenang kemudian mengucapkan salam
dan membaca doa iftitah.
3) Menggunakan alat peraga dengan diselingi tepuk-tepuk
tangan atau ketukan-ketukan dengan menggunakan
hitungan.
4) Menggunakan metode bandongan terlebih dahulu sebelum
kemudian menggunakan meotode sorogan. Setiap santri

8
Ibid., h. 11.
62 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

berkesempatan untuk membaca satu persatu adapun santri


lainnya diberikan tugas untuk belajar menulis al-Qur’an.
5) Memberikan motivasi-motivasi kepada anak didik agar
senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam
mempelajari al-Qur’an.
6) Menjaga mutu pembelajaran dengan melatih dan mendidik
anak semaksimal mungkin.
7) Menggunakan administrasi belajar mengajar seperti absensi,
buku data anak didik dan kartu catatan prestasi anak didik
(dipegang anak didik) si anak didik (dipegang pendidik).
Prinsip pembelajaran qira’ati adalah dak-tun (tidak
menuntun) maksudnya adalah dalam mengajar qira’ati guru
tidak dibenarkan banyak menuntun, guru hanya diperbolehkan
menjelaskan setiap pokok pelajaran saja dan memberikan
contoh bacaan yang benar sekedar satu baris atau dua baris.
Prinsip lain yang harus menjadi pedoman bagi guru dalam
menerapkan metode qira’ati adalah Ti-Was-Gas (Teliti,
Waspada dan Tegas) adalah memberikan contoh dengan teliti
dan waspada, demikian pada saat penentuan kenaikan siswa
harus tegas tidak boleh segan, ragu dan berat hati. 9 Berikut ini
metode pembelajaran al-Qur’an dengan metode qira’ati:
1) Prinsip yang ditekankan adalah lancar, tepat, cepat, dan
benar.
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 63
Nur Komariah

2) Setiap kenaikan jilid dilakukan oleh koordinator TPQ/


Sekolah, bukan oleh wali kelas setiap kenaikan jilid
3) Menggunakan alat bantu peraga untuk mempermudah
pembelajaran.
4) Menstandarisasi guru dengan syahadah
Hal yang menarik dengan metode qira’ati adalah
penekanan –penekanan pada huruf-huruf hijaiyah, dibaca
dengan suara nyaring dan jelas. Hal ini bertujuan memberikan
kemudahan pemahaman bagi santri dalam mempelajari al-
Qur’an.
g. Isi kandungan Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muahmmad SAW
melalui malaikat Jibril secara berangsung-angsur dengan tujuan
untuk meneguhkan diri Rasulullah SAW. Menurut sebagian
ulama ayat-ayat al-Qur’an turun secara berangsur-angsur dalam
kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari, dan ada pula sebagian
ulama lain berpendapat bahwa al-Qur’an diwahyukan secara
bertahap dalam kurun waktu 23 Tahun. adapun al-Qur’an berisi
tentang : aqidah, ibadah, akhlaq, hukum, peringatan, sejarah,
kisah, dan dorongan untuk berfikir.
h. Aqidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan tentang keimanan.
Keimanan akan melahirkan amal yang shalih. Keimanan
seseorang akan tercermin dalam amal shalihnya.
64 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

i. Ibadah.
Ibadah adalah segala bentuk ketaatan pada perintah Allah
dan RasulNya untuk mengharapkan Ridha Allah. Ibadah tidak
terbatas pada shalat, zakat, puasa, haji namun luas dari itu semua
perbuatan baik jika diniatkan untuk beribadah akan bernilai
ibadah, seperti bekerja dengan cara yang halal untuk menafkahi
keluarga, menjaga kebersihan diri sebagai ungkapan syukur
juga bisa bernilai ibadah.
j. Akhlaq
Akhlaq Adalah perilaku yang dimiliki manusia, baik
yang terpuji (Akhlaq Mahmudah) maupun yang tercela (akhlaq
Madzmumah). Ibnu Maskawaih (421 H) mendefinisikan akhlaq
sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.10
k. Hukum.
Secara garis besar hukum yang diperbincangkan dalam
al-Qur’an meliputi dua hal yaitu ibdah dan muamalah. Hukum
dalam Islam mencakup segala lapangan hukum yaitu hukum
publik, hukum privat, hukum nasional, dan hukum
internasional.
l. Peringatan (Tadzkir).
Adalah sesuatu yang memberikan peringatan kepada
manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau

10
Akhmad Amin, Kitab Al-Akhlaq (Beirut: Darul Kitab Al-Arabi, 1969), h. 63.
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 65
Nur Komariah

waa’id. Tadzkir bisa juga berupa kabar gembira bagi orang-


orang yang beriman kepadaNya berupa surga.
m. Sejarah-sejarah atau kisah-kisah.
Adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik
yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah serta ada
juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar
kepada Allah SWT.
2. Metodologi Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian penulis menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Pondok
Pesantren Raudhatul Mujawwidhin Jl. Meranti Desa Tirta Kencana
Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Provinsi Jambi dan
yang menjadi populasi penelitian adalah Santri Pondok Pesantren
Raudhatul dan informan pendukung adalah Guru Pondok Pesantren
Raudhatul Mujawwidhin dan Kepala Taman Pendidikan al-Qur’an
(TPQ) Raudhatul Mujawwidhin.
Teknik Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik snowball sampling. Data diperoleh dengan
metode wawancara, observasi dan dokumentasi dan menganalisi
data dengan menggunakan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
66 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

D. HASIL PENELITIAN
1. Metode Pembelajaran Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Raudhatul Mujawwidhin Kabupaten Tebo Provinsi Jambi
Pembelajaran al-Qur’an di Pondok pesantren Raudhatul
mujawwidhin diberikan mulai dari tingkat TK sampai dengan
Tingkat Tahfizh (Takhasus). Adapun usia peserta didik dimulai dari
usia Pra sekolah (TK) sampai dengan guru Madrasah Ibtidaiyah. 11
Menurut Nur Hasanah Pembelajaran Qira’ati di Pondok pesantren
tidak hanya diikuti dari kalangan anak-anak dan guru namun
kalangan manula bahkan mertuanya sendiri juga mengaji sama kiai
pondok pesantren raudhatul mujawwidhin. 12 Pelaksanaan
pembelajaran al-Qur’an dengan menggunakan metode qira’ati
dimulai setelah shalat subuh dan membaca surat yasin dan al-
waqi’ah pada jam 05.30-06.30 dan ba’da shalat maghrib pada Jam
19.00-20.00.13
Metode pembelajaran al-Qur’an yang digunakan di Pondok
Pesantren Raudhatul Mujawwidhin adalah metode Qira’ati.
Pembelajaran menggunakan metode klasikal dan sorogan, yakni
guru memperagaan bacaan al-Qur’an terlebih dahulu kemudian
diikuti oleh santri dan dilanjutkan secara individu.14 Kegiatan

11
Observasi di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin, Jenjang Pendidikan
al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, 17 Januari 2018.
12
Wawancara, Nur Hasanah, Santri Pondok Pesantren Raudhatul
Mujawwidhin, Keluarga Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin.
13
Observasi di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, Jadwal Belajar
Qira’ati di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, 15 Januari 2018.
14
Observasi di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, Metode
pembelajaran al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin, 15 Januari
2018.
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 67
Nur Komariah

dilaksanakan dengan kelas-kelas kecil yakni satu guru hanya


mengajar 6 sampai 7 santri bahkan ada yang satu atau dua. Tenaga
pendidik diambil dari santri kelas XII yang telah melalui proses tes
sebagai pendidik qira’ati.15
Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran diselenggarakan di
alam terbuka dengan memanfaatkan saung-saung yang ada
dihalaman pondok pesantren, teras-teras halaman yang didesain
untuk tempat pembelajaran santri hingga musholla. Pelaksanaan
pembelajaran berlangsung dengan khidmat semua santri terlihat
antusias dan mengikuti intruksi dari guru qira’ati. Adapun media
pembeljaran yang digunakan guru pondok pesantren selain media
buku qira’ati jilid 1-6 dan media kartu qira’ati.16
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran al-
Qur’an dengan metode qira’ati di pondok Pesantren Raudhatul
Mujawwidhin adalah sebagai berikut:
a. Tahapan sosialisasi. Adalah penyesuaian dengan dunia anak
sehingga materi yang akan dipelajari menjadi
menyenangkan dan bermakna. Tahap ini disesuaikan
dengan pokok bahasan dan usia anak.
b. Tahap terpusat, guru menjelaskan pokok bahasan dan
memberi contoh beberapa baris /kata, santri menyimak dan
menirukan kemudian meneruskan seluruh halaman tanpa

15
Observasi di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, Sistem Perekrutan
tenaga pendidik di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, 18 Januari 2018.
16
Observasi di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, Media
Pembelajaran Qir’ati di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, 18 Januari
2018.
68 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

diberi contoh oleh guru, kecuali jika bacaan siswa kurang


tepat.
c. Tahap kegiatan terpimpin. Guru hanya memberi komando
dengan aba-aba atau ketukan, siswa membaca tanpa diberi
contoh oleh guru, kecuali jika bacaan siswa kurang tepat.
d. Tahap semi klasikal. Santri membaca sendiri secara kecil,
kelompok kecil lain menyimak/menirukan.
e. Tahap kegiatan individual, tiap siswa membaca sendiri
beberapa baris atau seluruhnya secara bergantian sesuai
kondisi. 17
Sistem pembelajaran al-Qur’an di pondok pesantren
Raudhatul Mujawwidhin diberikan secara berjenjang sesuai dengan
tingkat kemampuam masing-masing santri. Adapun penjenjangan
pembelajaran al-Qur’an di pondok pesantren Raudhatul
Mujawwidhin adalah sebagai berikut:
a. Qira’ati Jilid 1-6
b. Al-Qur’an
c. Gharib dan Tajwid
d. Tashih al-Qur’an bin nazhar
e. Kelas pilihan. taghani, hafiz Qur’an, kaligrafi, kitab
kuning.18

17
Wawancara hindun. Guru Qira’ati di Pondok Pesantren Raudhatul
Mujawwidhin, Tahapan Pembelajaran Qira’ati di Pondok Pesantren Raudhatul
Mujawwidhin, 18 Januari 2018.
18
Wawancara Pengelola TPQ Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin,
Jenjang Pendidikan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, 22
Januari 2018.
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 69
Nur Komariah

2. Integrasi Nilai-Nilai al-Qur’an di Pondok Pesantren


Raudhatul Mujawwidhin Provinsi Jambi
Penanaman Akhlaq mahmudah di pondok pesantren
Raudhatul Mujawwidhin merupaka upaya pondok pesantren dalam
menanamkan nilai-nilai al-Qur’an dalam kehidupan santri. Berikut
nilai-nilai al-Qur’an yang di integrasikan dalam perilaku santri
pondok pesantren Raudhatul Mujawwidhin
a. Kesetaraan
Kesetaraan berarti kedudukan sama, tidak membedakan
warna kulit, suku, jenis kelamin, ataupun kelas sosial.
Kesetaraan di pondok pesantren berarti juga tidak
mengistimewakan santri, baik itu sebab warna kulit, suku
ataupun kelas sosial. Hasil wawancara penulis dengan Pengasuh
Pondok Pesantren Raudhatu Mujawwidhin Ulil Azmi Dewi
Chafsoh menyebutkan santri pondok pesantren Raudhatul
Mujawwidhin berasal dari beberapa daerah yakni Jakarta,
Palembang, Jambi, Riau, Bengkulu, Lampung, Sumatra Barat,
Jawa Tengah. 19 Selain itu, pada kesempatan lain hasil
wawancara menunjukkan bahwa santri pondok pesantren
Raudhatul Mujawwidhin berasal dari berbagai macam kelas
sosial yakni berasal dari keluarga dosen, PNS, guru, keluarga
Kiyai, pengusaha, petani dan lain-lain. 20 Dengan berbagai
macam latar belakang sosial, suku tidak lantas

19
Wawancara Pengelola Pondok Pesantren Ulil Azmi Dewi Chafsoh, Data
Peserta Didik, November 2018.
20
Wawancara santri di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawiidhin, Data
Santri, 20 Januari 2018.
70 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

mengistimewakan santri dengan santri lainnya. Semua santri


mendapatkan hak yang sama untuk diberikan pelayanan
pendidikan yang sama serta mendapatkan fasilitas pondok yang
sama.
b. Kemandirian
Pondok pesantren merupaka lembaga pendidikan yang
memberikan perhatian besar terhadap nilai dan praktik
kemandirian. Praktik kemandirian tidak saja diberikan pada
santri tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah saja namun
kemandirian juga sudah diterapkan pada santri Madrasah
Ibtidaiyah (MI). Para santri MI diajarkan bertanggung jawab
terhadap semua jadwal kegiatan pondok pesantren mulai dari
bangun tidur sampai tidur kembali. Dan para santri MI
mengurus sendiri apa-apa yang menjadi keperluan mereka
mulai dari menyiapkan buku sekolah, mengerjakan PR hingga
ketepatan waktu dalam mengikuti segala aktivitas pondok
pesantren.21
Praktik kemandirian juga terlihat pada santri tingkat
Aliyah yang menjadi kakak asuh bagi santri tingkat Ibtidaiyah.
Sebagai kakak asuh santri MA memiliki tugas mengawasi anak
MI, menjaga keamanan, kecukupan kebutuhan anak didik baik
dari segi makanannya, uang saku hingga memastikan anak MI

21
Observasi di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, Integrasi nilai-
nilai al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin, 16 Januari 2018.
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 71
Nur Komariah

dapat megikuti seluruh kegiatan pondok pesantren dengan


baik. 22
c. Kesungguhan
Kesungguhan berarti ulet, rajin dan kerja keras.
Keberhasilan dapat diraih manakala usaha diiringi dengan
kesungguhan. Keberhasilan yang diraih para santri di Pondok
Pesantren Raudhatul Mujawwidhin dalam mempelajari dan
menghafal al-Qur’an adalah buah dari kesungguhan santri. Hal
ini sebagaimana diungkapkan oleh salah satu guru qira’ati
sebagai berikut: Dengan kesungguhan usaha belajar dan doa
beberapa santri Madrasah Ibtidaiyah mampu menghafal al-
Qur’an. Salah satunya adalah Naura, siswi kelas V MI asal
Bayung Lincir Palembang telah berhasil menghafal 24 Juz. 23
d. Kesabaran
Kesabaran adalah sifat istiqamah disertai keimanan dan
ketaqwaan saat menjalani rangkaian cobaan kehidupan. Baik
cobaan berupa kesedihan maupun kebahagiaan. 24 Kesabaran
tercermin pada pola kehidupan santri sehari-hari. Dengan
fasilitas seadanya tidur tanpa beralaskan kasur serta sederet
kegiatan yang mewarnai kehidupan sehari-hari santri Pondok

22
Wawancara Hindu, Guru Qira’ati di Pondok Pesantren Raudhatul
Mujawwidhin, Integrasi nilai-nilai al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul
Mujawwidhin, 19 Januari 2018.
23
Wawancara Hindu, Guru Qira’ati di Pondok Pesantren Raudhatul
Mujawwidhin, Integrasi nilai-nilai al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul
Mujawwidhin, 19 Januari 2018.
24
Lanny Octavia, Ibi Syatibi,dkk., Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi
Pesantren (Jakarta Selatan: Rumah Kitab, 2014), h. 270.
72 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Pesantren Raudhatul Mujawwidhin. Berikut ini jawal kegiatan


santri Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin.
Tabel.1. Kegiatan Harian Santri Pondok Pesantren Raudhatul
Mujawwidhin Kabupaten Tebo Provinsi Jambi25

No Jam Kegiatan Harian


1 04.00-04.55 Bangun tidur, shalat malam dan
persiapan shalat subuh
2 05.00-05.30 Shalat subuh dilanjutkan membaca
yasin dan al-waqiah
3 05.30-06.30 Ngaji qira’ati
4 06.30-07.00 Mandi makan, persiapan berangkat
sekolah formal
5 07.00-07.30 Apel pagi: pembacaan surat al-fath,
kitab Hidayatul Muta’alim, dan
asmaul Husna.
6 07.30-10.10 Sekolah formal
7 10.10-10.45 Shalat dhuha dan Istirahat
8 10-45-12.35 Melanjutkan sekolah formal
9 12.35-13.00 Shalat zuhur
10 13.00-14.30 Istirahat dan makan siang

25
Dokumentasi Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 73
Nur Komariah

11 14.30-15.30 Madrasah Diniyah (setiap hari


senin&Kamis)/pengembangan
keterampilan (Setiap hari
sabtu,minggu, selasa & Rabu)
12 15.30-16.00 Shalat ashar
13 16.00-17.00 Melanjutkan Madrasah Diniyah /
Pengembangan keterampilan
14 17.00-17.40 Olah raga, mandi, persiapan shalat
maghrib
15 18.00-19.00 Shalat Maghrib dan membaca Yasin
16 19.00-20.00 Ngaji Qira’ati
17 20.00-20.20 Shalat Isya’
18 20.20-21.00 Makan dan persiapan Madrasah
Diniyah
19 21.00-22.30 Madrasah Diniyah (Khusus hari
senin dan pengembangan Bakat
Santri, malam jum’at Simtuduror/Al-
Barzanji, dan Malam Sabtu di Isi
ngaji Sentral/Kitab)
20 22.30-23.00 Takror
21 23.00-04.00 Istirahat

Berdasarkan pengamatan penulis di Pondok pesantren


Raudhatul Mujawwidhin santri terlihat menikmati kehidupan di
Pondok Pesantren tidak terlihat adanya penekanan atau
keterpaksaan. Tidak terlihat santri yang sakit atau bertengkar
74 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

satu sama lain. Hal ini cukup membuktikan bagi santri akan
penerapan sifat kesabaran dengan peraturan yang ada bahkan
santri bisa menikmati dengan sejumlah kegiatan yang ada.
e. Kasih sayang
Sebagai lembaga pendidikan Islam pondok pesantren
memiliki tanggung jawab yang besar terhadap penanaman nilai-
nilai kasih sayang. Dalam Islam kasih dan sayang tidak terbatas
pada orang tua atau saudara saja namun lebih luas dari itu semua
umat muslim juga merupakan saudara bagi muslim lainnya.
Islam menggambarkan umat muslim bagaikan satu anggota
tubuh, jika satu anggota tubuh sakit maka anggota tubuh yang
lainnya juga akan merasakan sakit. Jika salah satu umat muslim
sakit maka umat muslim lainnya akan merasakan sakit
sebaliknya jika umat muslim berbahagia maka umat muslim
lainnya akan merasa bahagia. Penanaman kasih sayang terlihat
dalam kehidupan santri Pondok pesantren Raudhatul
Mujawwidhin sebagai berikut:
Kiai pondok pesantren melibatkan santri pada acara atau
kegiatan yang ada di pondok pesantren. kiai dan guru pondok
pesantren senantiasa menstimulasi santri dengan membantu
orang lain yang sedang mengalami kesulitan atau sakit dengan
menginfakkan sebagian bekal mereka untuk membantu bagi
mereka yang membutuhkan atau sebagai bentuk kasih sayang
santri kepada sesamanya. Hal ini terlihat pada salah satu santri
yang sedang menikah, santri yang senior ikut terlibat dalam
anggota kepanitiaan dan santri yang kecil juga ikut bersama-
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 75
Nur Komariah

sama merasakan pesta pernikahan. Bentuk kasih sayang juga


terlihat pada santri senior yang senantiasa mengingatkan santri
junior untuk senantiasa tekun dalam ibadah belajar.26
f. Pembiasaan 5S
Salam, senyum, sapa, sopan, dan santun juga meupakan
salah satu budaya yang ikut mewarnai santri pondok pesantren
Raudhatul Mujawwidhin. Salam merupakan ucapan yang
bertujuan mendoakan orang lain agar mendapatkan keselamatan
dan kesejahteraan.
Salam memiliki nilai kebaikan yang tinggi dalam Islam.
Salam juga terkandung sikap tawadu’, memudarkan sifat
sombong, menebar rasa mahabbah, menggalang rasa persatuan
diantara kaum muslimin dan meneguhkan keimanan dalam hati.
Salam juga berarti kedamaian. Dengan memberikan salam sama
halnya memberikan kedamaian dan rasa aman terhadap orang-
orang yang ada disekitarnya.
Perilaku senyum, salam, sapa, sopan, dan santun juga
tercermin dalam kehidupan santri pondok pesantren. hal ini
sangat penulis rasakan saat pertama kali berkunjung di Pondok
pesantren Raudhatul Mujawwidhin, setiap santri terlihat ramah,
tersenyum, dan menyapa saat peneliti berkeliling di sekitaran
lingkungan pondok pesantren. selain itu santri juga sangat
menghormati setiap tamu yang datang dan menyapa.27

26
Observasi di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, Integrasi nilai-
nilai al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, 16 Januari 2018.
27
Observasi di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, Integrasi nilai-
nilai al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, 15 Januari 2018.
76 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

g. Pembiasaan budaya 8K
Penanaman karakter santri lain seperti keimanan,
keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan,
kedamaian, dan kerindangan juga terlihat dalam kehidupan
sehari-hari santri. Dalam menerapkan keamanan di Pondok
Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, Pengelola Pondok
pesantren Raudhatul Mujawwidhin memiliki strategi khusus
yakni memberikan hukuman yang membuat santri jera namun
menyehatkan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ulil Azmi
Dewi Chafsoh sebagai berikut:
Untuk menjaga keamanan, kebersihan, ketertiban,
keindahan, kedamaian salah satu strategi yang diterapkan di
pondok pesantren ini adalah dengan memberikan hukuman bagi
santri yang melanggar aturan yang telah ditetapkan yakni
dengan memakan bawang. Dengan pemberian hukuman ini
diharapkan tercipta budaya 8 K yakni Keimanan, kemanan,
kebersihat, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kedamaian,
dan kerindangan. Dengan hukuman ini santri akan senantiasa
menjaga keamanan, lingkungan pesantren yang aman, tertib,
28
indah, serta kekeluargaan senantiasa terjaga.
h. Penanaman budaya malu.
Penanaman budaya malu juga ditanamkan pada santri
sejak dini. Malu terlambat sekolah, malu tidak belajar, malu

28
Wawancara Pengelola Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, Ulil
Azmi Dewi Chafsoh, Integrasi nilai-nilaial-Quran di Pondok Pesantren Raudhatul
Mujawwidhin, 9 September 2017.
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 77
Nur Komariah

tidak mengerjakan PR, malu membolos sekolah, malu keluar


kelas tanpa izin, malu tidak piket kelas, malu berbohong, malu
menyontek, malu berkelahi, dan malu membuang sampah
sembarangan.
Upaya penanaman sifat malu di atas tidak hanya sebatas
slogan-slogan yang di tempel menghiasi dinding-dinding kelas
pondok pesntren raudhatul Mujawwidhin hal ini dapat di lihat
di lingkungan seputar pondok pesantren yang bersih, dan aman.
Santri terlihat disiplin dan konsisten dengan peraturan-peraturan
yang ada. Selain santri juga terlihat sangat memanfaatkan waktu
untuk belajar dan mengaji. 29

E. Penutup
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril AS. yang membaca,
mendengar, dan mempelajarinya bernilai Ibadah. Isi kandungan al-
Qur’an berisi tentang: Aqidah, ibadah, akhlaq, hukum dan peringatan.
Adapun pembelajaran al-Qur’an bisa menggunakan salah satu metode
berikut: metode Iqra’, metode Al-Baghdad, metode An-Nahdhiyah,
metode jibril, dan metode qira’ati. Metode pembelajaran al-Qur’an di
pondok pesantren Raudhatul Mujawwidhin adalah metode Qira’ati.
Metode qira’ati adalah metode yang disusun oleh H. H. Dahlan
Zarkasyi di semarang Tahun 1986. Metode qira’ati terdiri dari 6 Jilid.
Metode qira’ati adalah membaca al-Qur’an yang langsung

29
Observasi di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, Integrasi nilai-
nilai al-Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidhin, 15 Januari 2018.
78 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan ilmu


tajwid. Sistem pendidikan dan pengajaran metode qira’ati ini melalui
sistem pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan kelas / jilid tidak
ditentukan oleh bulan atau tahun, dan diselenggarakan tidak secara
klasikal, tetapi secara individual (perseorangan). Pondok pesantren
Raudhatul Mujawwidhin tidak hanya mengajarkan al-Qur’an kepada
santri yang mampu membaca al-Qur’an serta menghafal al-Qur’an
namun pondok pesantren juga aktif dalam mengintegrasikan nilai-nilai
al-Qur’an dalam kehidupan santri. Di antara nilai-nilai akhlaq yang
diintegrasikan dalam kehidupan santri adalah kesetaraan, kemandirian,
kesungguhan, kesabaran, kasih sayang, salam, senyum, sapa, sopan,
dan santun, membiasakan budaya keimanan, keamanan, kebersihan,
ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kedamaian dan kerindangan serta
penanaman budaya malu.
Integrasi Nilai-nilai al-Qur’an dalam Kehidupan Santri.... | 79
Nur Komariah

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman An-Nahlawi, 1989, Prinsip-Prinsip dan Metode-Metode


Pendidikan Islam. Bandung: CV. Diponegoro.

Akhmad Amin, 1969, Kitab Al-Akhlaq, Beirut: Darul Kitab Al-Arabi.

Bashori Alwi, 2005, Metode Jibril Metode PIQ-Singosari, Malang:


IKAPIQ.

H.M.Nur Shodiq Achrom, Koordinator Malang III, Pendidikan dan


Pengajaran Sistem Qoidah Qiroati, Ngembul Kalipare: Pondok
Pesantren salafiah Siratul Fuqoha’ II.

Lanny Octavia Ibi Syatibi,dkk, 2014, Pendidikan Karakter Berbasis


Tradisi Pesantren, Jakarta Selatan: Rumah Kitab.

Menuk Hardaniwati dkk, 2003, Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan


Pertama, Jakarta: Pusat Bahasa.

M. Nur Shadiq Achrom, Koordinator Malang III, Pendidikan dan


pengajaran sistem qoidah qiraati. Ngembul Kalipare: Pondok
Pesantren salafiah Sirotul Fuqoha II.
80 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai