Teori Sistem merupakan sebuah teori yang mencoba menjelaskan tentang keteraturan.
Kata sistem sendiri berasal dari Bahasa Yunani to systeme yang berarti susunan. Sistem dapat
didefinisikan sebagai suatu keseluruhan dalam arti kesatuan yang lebih daripada sekedar jumlah
bagian-bagiannya, suatu jumlah unsur-unsur dan juga hubungan-hubungan di antara mereka satu
sama lain (Kneer dalam Hardiman, 2008).
Teori sistem yang digagas Luhmann merupakan suatu teori yang mencoba menjelaskan
tentang susunan atau keteraturan sosial. Teori Sistem Luhmann merupakan sutu teori yang
didasarkan dan atau sebagai revisi/tambahan dari teori sistem Talcott Parsons.
Teori sistem sosial Talcott Parsons adalah suatu teori yang menyatakan bahwa tatanan
sosial bukanlah sebuah tatanan yang koersif dan juga bukan produk transaksi para aktor strategis
yang egosentris tapi merupakan hasil konsensus nilai-nilai yang melibatkan tiga komponen
sekaligus yakni masyarakat, kebudayaan dan kepribadian.
Menurut Parsons kebudayaan adalah norma dominan yang menjadi struktur utama
tindakan-tindakan sosial. Struktur memungkinkan bertahannya bangunan sosial dengan fungsi-
fungsi yang terdiferensiasi di dalamnya (Hardiman, 2008). Sistem sosial Parsons mengandaikan
sistem sosial akan ambruk apabila fungsi-fungsi yang terdiferensiasi dalam struktur sosial
terganggu. Artinya apabila sistem sosial ingin terus bertahan, maka fungsi-fungsi tersebut harus
tetap.
Teori Sistem Parsons tidak bisa menjawab masalah konflik dan perubahan sosial. Apabila
mengikuti alur pemikiran Parsons, sistem sosial akan hancur apabila terjadi konflik atau
perubahan di dalam masyarakat. Kehancuran ini diakibatkan terganggunya fungsi-fungsi yang
ada di dalam struktur sosial. Padahal pada kenyataannya meskipun terjadi konflik sistem sosial
tetap hadir. Baik dalam bentuknya yang lama ataupun dalam bentuknya yang baru dan dari
sinilah kemudian Teori Sistem Luhmann berawal.
Teori Sistem Luhmann mencoba menjelaskan bahwa sistem sosial akan tetap hadir
meskipun terjadi perubahan di dalamnya. Luhmann menyatakan bahwa sistem sosial bersifat
autopoiesis yang berarti bahwa sistem tersebut dapat mencukupi dirinya sendiri. Artinya, ketika
terjadi konflik dan atau perubahan dalam sistem sosial yang menyebabkan terganggunya fungsi-
fungsi, sistem sosial akan menciptakan dan atau menggantikan fungsi-fungsi tersebut dengan
sendirinya. Oleh sebab itulah maka sistem sosial tidak akan menjadi ambruk. Karena apabila ada
suatu fungsi yang terganggu maka akan segera digantikan dengan fungsi yang baru dengan
sendirinya dari dalam sistem itu sendiri.
Luhmann membangun suatu teori sistem yang berbeda dari Parsons meskipun teorinya
didasarkan pada pemikiran Talcott Parsons. Tulisan ini akan mencoba mengulas secara singkat
pokok-pokok pemikiran teori sistem yang dibangun oleh Niklas Luhmann.
A. Autopoiesis
Autopoiesis adalah satu ciri khas dari teori sistem Luhmann. Luhmann membangun Autopoiesis
mengadopsi dari Maturana dan Varela para ahli dalam bidang biologi. Autopoiesis berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata yaitu Auto yang berarti sendiri dan Poiein yang
berarti membuat.
Maka Autopoiesis bisa diartikan sebagai mengorganisasikan diri sendiri (Hardiman, 2008).
Maksudnya adalah suatu sistem sosial bersifat mengorganisasikan diri sendiri. Sistem sosial
menghasilkan dan mempertahankan dirinya dengan menciptakan komponen-komponennya
sendiri. Inilah salah satu alasan kenapa sistem sosial tidak ambruk ketika terjadi konflik atau
perubahan, karena pada saat fungsi-fungsi yang ada di dalam sistem terganggu fungsi-fungsi
tersebut akan digantikan/dibuat dari dalam sistem itu sendiri sehingga keberadaan sistem sosial
tetap terjaga.
Autopoiesis tidak berarti bahwa sistem bersifat tertutup dari lingkungan di luarnya. Karena
sistem adalah reduksi dari kompleksitas, di mana yang kompleks itu adalah lingkungan di luar
sistem, oleh karena itu maka akan selalu terjadi interaksi antara sistem dengan lingkungan.
Dengan demikian sistem akan selalu terbuka terhadap lingkungan luarnya (karena adanya
interaksi) dan tertutup (karena mengorganisasikan diri sendiri) pada saat yang sama. Selain itu
konsep ontologis tentang otonomi dan relasi berlaku di sini: Makin otonom, yakni makin integral
sebuah sistem autopoiesis, makin mampu juga ia berrelasi dengan lingkungannya yaitu sistem-
sistem lain.
B. Kontigensi
Sistem menciptakan dirinya sendiri dengan cara mendiferensiasikan diri dari lingkungannya
melalui reduksi komplesitas. Sistem bersifat autopoiesis dan autopoiesis ini dimungkinkan
karena adanya kontigensi.
Secara sederhana kontigensi bisa diartikan sebagai suatu ketidakniscayaan. Ketidakniscayaan
inilah yang memungkinkan setiap ego menjadi bebas. Setiap ego di dalam sistem sosial bisa
menentukan pilihannya sendiri dari sekian banyak pilihan yang tersedia. Akan tetapi, pilihan ego
tersebut tidak akan terpenuhi tanpa adanya alter-ego (si yang lain). Alter-ego ini juga bersifat
kontigen. Ia bebas menentukan pilihannya dari sekian banyak pilihan.
Artinya terdapat dua kontigensi di dalam sistem sosial. Kontigensi si ego sendiri dan kontigensi
yang dimiliki oleh si alter-ego (si yang lain). Kontigensi ganda ini menyebabkan ego dan alter-
ego untuk menemukan konsensus, dan ini menggiring pada terjadinya proses komunikasi.
Pilihan ego akan menjadi input bagi alter-ego dan sebaliknya pilihan alter-ego pun akan menjadi
input bagi ego. Karena ego-ego yang ada di dalam sistem memiliki kontigensi di mana
kontigensi ini akan menggiring pada instabilitas. Instabilitas inilah yang memungkinkan sistem
untuk selalu mengorganisasikan dirinya sendiri (autopoiesis).
Harold Garfinkel dilahirkan di Newark, New Jersey, pada 29 Oktober 1917. Ayahnya adalah
pengusaha kecil yang menjual barang-barang rumah tangga untuk keluarga imigran. Ayahnya
ingin Garfinkel belajar dagang, namun Garfinkel ingin masuk kuliah.Garfinkel kemudian
mengikuti kemauan ayahnya, tetapi dia juga ikut kuliah di Universitas Newark.
Saat masih menempuh studi di Harvard, Garfinkel mengajar selama dua tahun di Princeton dan
setelah memperoleh gelar doktornya dia pindah ke Ohio State, dimana dia mendapat tugas
proyek studi kepemimpinan di penerbangan dan kapal selam. Riset itu diperpendek karena
dananya dikurangi, tetapi kemudian Garfinkel bergabung dengan proyek riset juri di Wichita,
Kansas. Dalam persiapan untuk pertemuan proyek pada pertemuan American Sociologial
Association tahun 1954, Garfinkel memakai istilah etnometodologi untuk mendeskripsikan hal-
hal yang menarik baginya tentang pertimbangan juri dan kehidupan sosial pada umumnya. Pada
musim gugur 1954 Garfinkel mendapat posisi di UCLA, posisi yang dipegangnya sampai dia
pensiun pada 1987. Sejak awal dia menggunakan istilah etnometodologi dalam seminar-
seminarnya.
pemikiran Garfinkel lahir pada awal abad 20, yaitu sekitar tahun 1940-an dan baru
dibukukan tahun 1967 dalam bukunya yang berjudul Studies in Ethnometodology. Saat itu
Amerika Serikat sedang gencar melakukan industrialisasi, tetapi saat itu juga dunia sedang
dilanda Perang Dunia ke satu (1914-1918) dan Perang Dunia kedua (1941-1945). Pemikirannya
tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial pada saat itu.
Konsep itu muncul tatkala Garfinkel yang juga murid Parson dan Szuhtz melihat waktu
itu dunia sedang dilanda perang besar. Setelah selesai Perang Dunia Pertama, Amerika Serikat
mengalami depresi ekonomi yang sangat berat. Pada saat itu di Amerika Serikat banyak terjadi
persoalan sosial. Dari masalah pengangguran, tingginya kriminalitas, prostitusi, munculnya
kasus-kasus perceraian di masyarakat, hingga banyaknya orang yang mengidap depresi dan
persoalan sosial lain yang mengidab masyarakat urban yang sekular. Itulah problema masyarakat
modern yang menjadi perhatian ilmuwan sosial pada masa itu.
Teori Garfinkel lahir dari latar belakang konteks sosial pada masa itu dimana Blumer
ingin membantu merasionalkan eksploitasi, imperialisme domestik dan internasional, serta
ketimpangan sosial yang dipandang dari segi aktor sebagi aktor yang bertindak atas dasar
kesadarannya sendiri. Dengan demikian, liberalisme politik sosiolog awal ini mengandung
implikasi konservatif yang sangat besar.
Beberapa faktor yang berperan penting dalam perkembangan teori Garfinkel adalah pada
konteks sosial industrialisasi dan urbanisasi yang banyak dialami masyarakat Amerika pada
masa itu.
Pada dasarnya, usaha fenomenologi adalah menggambarkan kesadaran manusia serta bagaimana
kesadaran tersebut terbentuk atau muncul, tanpa memperhatikan benar atau salahnya kesadaran
tersebut.
Landasan kedua dari etnometodologi adalah konsepnya tentang natural attitude. Oleh
Husserl, natural attitude disebut juga commonsense reality.
Adapun yang menjadi objek atau cara telahan dari paham etnometodologi antara lain sebagai
berikut :
Hal-hal yang dikaji dalam etnometodologi adalah studi institusional analisis percakapan. Tujuan
studi institusional etnometodologi adalah memahami cara orang dalam setting institusional. Studi
ini memusatkan perhatian pada struktur, aturan formal, dan prosedur resmi untuk menerangkan
apa yang dilakukan orang di dalamnya. Dalam hal ini orang menggunakan prosedur yang berguna
bukan hanya untuk kehidupan sehari-hari, tetapi juga untuk menghasilkan produk institusi. Hal
yang dikaji etnometodologi berikutnya adalah analisis percakapan. Tujuan analisis percakapan
adalah untuk untuk memahami secara rinci struktur fundamental interaksi melalui percakapan,
dan mempelajari cara menata percakapan yang dianggap benar. Analisis percakapan lebih
memusatkan pada hubungan antara ucapan dalam percakapan ketimbang hubungan pembicara
dan pendengar.
Etnometodologi adalah suatu studi atas realitas kehidupan manusia atau masyarakat yang secara
radikal menolak pendekatan-pendekatan sosiologi konvensional sebagaimana yang telah disentil
di bagian pengantar di atas. Dalam etnometodologi, bahasa dikaji bukan berdasarkan aspek
kegramatikalannya, melainkan berdasarkan cara para peserta interaksi saling memahami apa yang
mereka ujarkan. Dengan kata lain, kajian bahasa dalam etnometodologi lebih ditekankan pada
komunikasi, bukan tata bahasa.
Asumsi-asumsi dasar teori ini berasal dari sifat dasar manusia dan sifat dasar hubungan.
Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar manusia adalah
sebagai berikut :
3. Standar yang digunakan manusia untuk mengevaluasi pengorbanan dan penghargaan bervariasi
seiring berjalannya waktu dan dari satu orang ke orang lainnya.
Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar dari suatu
hubungan :
Pilihan rasional adalah teori ekonomi Neo Klasik yang diterapkan pada sektor publik. Dia
mencoba membangun jembatan antar ekonomi mikro dan politik dengan melihat tindakan warga
negara, politisi, dan pelayan publik sebagai analogi terhadap kepentingan pribadi produsen dan
konsumen (Buchanan 1972).
Teori pilihan rasional (Rational Choice Theory) sering pula disebut sebagai teori tindakan
rasional (Rational Action Theory) Teori ini pada awalnya berpengaruh kuat pada analisis-analisis
ekonomi, tetapi kemudian diadopsi pula oleh sosiologi, psikologi, dan ilmu politik bahkan ilmu
humaniora. Meskipun teori pilihan rasional ini awalnya berakar pada sosiologi Max Weber,
tetapi di dalam sosiologi populer sekitar tahun 1990-an, mulai masuk ke dalam Asosiasi
Sosiologi Amerika setelah munculnya penerbitan Jurnal Rationality and Society pada tahun 1989
dan berdirinya Seksi Pilihan Rational (Rational Choice Section) pada tahun 1994 di negara
tersebut.
Dalam penggolongan Poloma (2000) Teori Pilihan Rasional ada pada pespektif sosiologi
naturalistik, yaitu bagian penggunaan matematika dalam teori sosiologi; sedangkan di dalam
penggolongan Haralambos dan Holborn (2000: 1031-1079) tidak dimasukkan, baik pada
perspektif struktural, tindakan sosial maupun pada penyatuan pendekatan struktural dan tindakan
sosial. Sumber lain menyebutkan bahwa, teori pilihan rasional memang masuk ke dalam
kelompok teori sosiologi naturalistik. Akan tetapi, teori ini memiliki kesempatan dalam sosiologi
evaluatif, karena dapat digunakan untuk pengukuran pengambilan kebijakan.
TEORI PILIHAN RASIONAL COLEMAN
Coleman berpendapat bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada sistem sosial,
tetapi fenomena makro tersebut harus dijelaskan oleh factor-faktor internal kepada mereka,
secara prototipikal individual. Dia menyukai bekerja di tingkat ini karena beberapa alasan,
termasuk fakta bahwa data biasanya dikumpulkan pada tingkat individu dan kemudian
dikumpulkan atau disusun untuk menghasilkan tingkat system itu. Di antara alasan-alasan lain
untuk mendukung fokus pada tingkat individu adalah bahwa ini adalah tempat dimana
"intervensi" biasa dilakukan untuk menciptakan perubahan-perubahan sosial. Sebagaimana akan
kita lihat, pusat dari perspektif Coleman adalah gagasan bahwa teori sosial tidak hanya
merupakan latihan akademis tetapi harus mempengaruhi dunia sosial melalui "intervensi"
semacam itu.
Mengingat fokus pada individu, Coleman mengakui bahwa ia adalah seorang
individualismetodologis, meskipun ia melihat perspektif tertentu sebagai varian "khusus" dari
orientasi itu. Pandangannya adalah khusus dalam arti bahwa ia menerima ide kemunculan dan
bahwa meskipun berfokus pada factor-faktor internal pada system itu, faktor-faktor tersebut
belum tentu tindakan dan orientasi individu.
Sebagai ahli teori pilihan rasional, Coleman memulai dengan individu dan gagasan bahwa
semua hak dan sumber daya ada pada tingkat ini. Kepentingan individu menentukan jalannya
peristiwa. Namun, hal ini tidak benar, terutama dalam masyarakat modern, dimana "sebagian
besar hak-hak dan sumber daya, dan oleh karena itu kedaulatan, mungkin berada di aktor
korporasi". (Coleman, 1990:531). Dalam aktor perusahaan dunia modern telah mengambil
kepentingan yang meningkat. Aktor korporasi dapat bertindak kepada manfaat atau kerugian
individu.