Anda di halaman 1dari 13

NAMA : FERY ARGA SANDI

KELAS : SOSIOLOGI B/5


NIM : 1188030071
TEORI SISTEM NIKLAS LUHMANN

Teori Sistem merupakan sebuah teori yang mencoba menjelaskan tentang keteraturan.
Kata sistem sendiri berasal dari Bahasa Yunani to systeme yang berarti susunan. Sistem dapat
didefinisikan sebagai suatu keseluruhan dalam arti kesatuan yang lebih daripada sekedar jumlah
bagian-bagiannya, suatu jumlah unsur-unsur dan juga hubungan-hubungan di antara mereka satu
sama lain (Kneer dalam Hardiman, 2008).
Teori sistem yang digagas Luhmann merupakan suatu teori yang mencoba menjelaskan
tentang susunan atau keteraturan sosial. Teori Sistem Luhmann merupakan sutu teori yang
didasarkan dan atau sebagai revisi/tambahan dari teori sistem Talcott Parsons.
Teori sistem sosial Talcott Parsons adalah suatu teori yang menyatakan bahwa tatanan
sosial bukanlah sebuah tatanan yang koersif dan juga bukan produk transaksi para aktor strategis
yang egosentris tapi merupakan hasil konsensus nilai-nilai yang melibatkan tiga komponen
sekaligus yakni masyarakat, kebudayaan dan kepribadian.

Menurut Parsons kebudayaan adalah norma dominan yang menjadi struktur utama
tindakan-tindakan sosial. Struktur memungkinkan bertahannya bangunan sosial dengan fungsi-
fungsi yang terdiferensiasi di dalamnya (Hardiman, 2008). Sistem sosial Parsons mengandaikan
sistem sosial akan ambruk apabila fungsi-fungsi yang terdiferensiasi dalam struktur sosial
terganggu. Artinya apabila sistem sosial ingin terus bertahan, maka fungsi-fungsi tersebut harus
tetap.
Teori Sistem Parsons tidak bisa menjawab masalah konflik dan perubahan sosial. Apabila
mengikuti alur pemikiran Parsons, sistem sosial akan hancur apabila terjadi konflik atau
perubahan di dalam masyarakat. Kehancuran ini diakibatkan terganggunya fungsi-fungsi yang
ada di dalam struktur sosial. Padahal pada kenyataannya meskipun terjadi konflik sistem sosial
tetap hadir. Baik dalam bentuknya yang lama ataupun dalam bentuknya yang baru dan dari
sinilah kemudian Teori Sistem Luhmann berawal.
Teori Sistem Luhmann mencoba menjelaskan bahwa sistem sosial akan tetap hadir
meskipun terjadi perubahan di dalamnya. Luhmann menyatakan bahwa sistem sosial bersifat
autopoiesis yang berarti bahwa sistem tersebut dapat mencukupi dirinya sendiri. Artinya, ketika
terjadi konflik dan atau perubahan dalam sistem sosial yang menyebabkan terganggunya fungsi-
fungsi, sistem sosial akan menciptakan dan atau menggantikan fungsi-fungsi tersebut dengan
sendirinya. Oleh sebab itulah maka sistem sosial tidak akan menjadi ambruk. Karena apabila ada
suatu fungsi yang terganggu maka akan segera digantikan dengan fungsi yang baru dengan
sendirinya dari dalam sistem itu sendiri.
Luhmann membangun suatu teori sistem yang berbeda dari Parsons meskipun teorinya
didasarkan pada pemikiran Talcott Parsons. Tulisan ini akan mencoba mengulas secara singkat
pokok-pokok pemikiran teori sistem yang dibangun oleh Niklas Luhmann.

Biografi Niklas Luhmann


Niklas Luhmann lahir di Lüneburg, Jerman pada tahun 1927. Ia meraih gelar sarjana hukum pada
tahun 1949 dari Universitas Freiburg.
Luhmann tidak menggeluti bidang hukum dalam jangka waktu yang lama (Wattimena,
2008). Ia kemudian berkarir dalam bidang politik. Tahun 1960 ia pergi ke Harvard untuk belajar
kepada Talcott Parsons. Sekembalinya dari Harvard ia memutuskan untuk menjadi akademisi. Ia
pensiun tahun 1993 dari Universitas Bielefeld.
Awal dekade 1970-an, Luhmann dikenal sebagai pengkritik teori sosial Habermas. Saat
itu dikenal sebagai era pertempuran intelektual antara Frankfurt dan Bielefeld. Pertempuran
intelektual itu juga merupakan simbol polarisasi antara Gerakan Kiri Baru dan Gerakan Neo
Konservatif Anti Pencerahan (Wattimena, 2008).
Pada dekade 1980-an pemikiran Luhmann mulai diterima, terutama setelah terbit
bukunya yang berjudul Soziale Systeme. Selain buku tersebut, beberapa karya Luhmann yang
lain adalah; Ecological Communication, The Economy of Society serta The Sociological Risk.
Pokok-pokok Teori Sistem Luhmann
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian pengantar, teori sistem Luhmann didasari oleh
teori sistem sosial yang dibangun oleh Talcott Parsons. Meskipun begitu bukan berarti teori
sistem Luhmann membebek pada teori sistem Parsons. Teori sistem Luhmann memiliki pola
pemikirannya sendiri.

A. Autopoiesis

Autopoiesis adalah satu ciri khas dari teori sistem Luhmann. Luhmann membangun Autopoiesis
mengadopsi dari Maturana dan Varela para ahli dalam bidang biologi. Autopoiesis berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata yaitu Auto yang berarti sendiri dan Poiein yang
berarti membuat.
Maka Autopoiesis bisa diartikan sebagai mengorganisasikan diri sendiri (Hardiman, 2008).
Maksudnya adalah suatu sistem sosial bersifat mengorganisasikan diri sendiri. Sistem sosial
menghasilkan dan mempertahankan dirinya dengan menciptakan komponen-komponennya
sendiri. Inilah salah satu alasan kenapa sistem sosial tidak ambruk ketika terjadi konflik atau
perubahan, karena pada saat fungsi-fungsi yang ada di dalam sistem terganggu fungsi-fungsi
tersebut akan digantikan/dibuat dari dalam sistem itu sendiri sehingga keberadaan sistem sosial
tetap terjaga.
Autopoiesis tidak berarti bahwa sistem bersifat tertutup dari lingkungan di luarnya. Karena
sistem adalah reduksi dari kompleksitas, di mana yang kompleks itu adalah lingkungan di luar
sistem, oleh karena itu maka akan selalu terjadi interaksi antara sistem dengan lingkungan.
Dengan demikian sistem akan selalu terbuka terhadap lingkungan luarnya (karena adanya
interaksi) dan tertutup (karena mengorganisasikan diri sendiri) pada saat yang sama. Selain itu
konsep ontologis tentang otonomi dan relasi berlaku di sini: Makin otonom, yakni makin integral
sebuah sistem autopoiesis, makin mampu juga ia berrelasi dengan lingkungannya yaitu sistem-
sistem lain.

B. Kontigensi

Sistem menciptakan dirinya sendiri dengan cara mendiferensiasikan diri dari lingkungannya
melalui reduksi komplesitas. Sistem bersifat autopoiesis dan autopoiesis ini dimungkinkan
karena adanya kontigensi.
Secara sederhana kontigensi bisa diartikan sebagai suatu ketidakniscayaan. Ketidakniscayaan
inilah yang memungkinkan setiap ego menjadi bebas. Setiap ego di dalam sistem sosial bisa
menentukan pilihannya sendiri dari sekian banyak pilihan yang tersedia. Akan tetapi, pilihan ego
tersebut tidak akan terpenuhi tanpa adanya alter-ego (si yang lain). Alter-ego ini juga bersifat
kontigen. Ia bebas menentukan pilihannya dari sekian banyak pilihan.
Artinya terdapat dua kontigensi di dalam sistem sosial. Kontigensi si ego sendiri dan kontigensi
yang dimiliki oleh si alter-ego (si yang lain). Kontigensi ganda ini menyebabkan ego dan alter-
ego untuk menemukan konsensus, dan ini menggiring pada terjadinya proses komunikasi.
Pilihan ego akan menjadi input bagi alter-ego dan sebaliknya pilihan alter-ego pun akan menjadi
input bagi ego. Karena ego-ego yang ada di dalam sistem memiliki kontigensi di mana
kontigensi ini akan menggiring pada instabilitas. Instabilitas inilah yang memungkinkan sistem
untuk selalu mengorganisasikan dirinya sendiri (autopoiesis).

Harold Garfinkel dilahirkan di Newark, New Jersey, pada 29 Oktober 1917. Ayahnya adalah
pengusaha kecil yang menjual barang-barang rumah tangga untuk keluarga imigran. Ayahnya
ingin Garfinkel belajar dagang, namun Garfinkel ingin masuk kuliah.Garfinkel kemudian
mengikuti kemauan ayahnya, tetapi dia juga ikut kuliah di Universitas Newark.

Saat masih menempuh studi di Harvard, Garfinkel mengajar selama dua tahun di Princeton dan
setelah memperoleh gelar doktornya dia pindah ke Ohio State, dimana dia mendapat tugas
proyek studi kepemimpinan di penerbangan dan kapal selam. Riset itu diperpendek karena
dananya dikurangi, tetapi kemudian Garfinkel bergabung dengan proyek riset juri di Wichita,
Kansas. Dalam persiapan untuk pertemuan proyek pada pertemuan American Sociologial
Association tahun 1954, Garfinkel memakai istilah etnometodologi untuk mendeskripsikan hal-
hal yang menarik baginya tentang pertimbangan juri dan kehidupan sosial pada umumnya. Pada
musim gugur 1954 Garfinkel mendapat posisi di UCLA, posisi yang dipegangnya sampai dia
pensiun pada 1987. Sejak awal dia menggunakan istilah etnometodologi dalam seminar-
seminarnya. 

Sejarah Lahirnya Etnometodologi

pemikiran Garfinkel lahir pada awal abad 20, yaitu sekitar tahun 1940-an dan baru
dibukukan tahun 1967 dalam bukunya yang berjudul Studies in Ethnometodology. Saat itu
Amerika Serikat sedang  gencar melakukan industrialisasi, tetapi saat itu juga dunia sedang
dilanda Perang Dunia ke satu (1914-1918) dan Perang Dunia  kedua  (1941-1945). Pemikirannya
tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial pada saat itu.

Konsep itu muncul tatkala Garfinkel yang juga murid Parson  dan Szuhtz melihat waktu
itu dunia sedang dilanda perang besar.  Setelah selesai Perang Dunia Pertama,  Amerika Serikat
mengalami depresi ekonomi yang sangat berat. Pada saat itu di Amerika Serikat banyak terjadi
persoalan sosial. Dari masalah pengangguran, tingginya kriminalitas, prostitusi,  munculnya
kasus-kasus perceraian di masyarakat, hingga banyaknya orang yang mengidap depresi dan
persoalan sosial lain yang mengidab masyarakat urban yang sekular. Itulah problema masyarakat
modern yang menjadi perhatian ilmuwan sosial pada masa itu. 

Teori Garfinkel  lahir dari latar belakang konteks sosial pada masa itu dimana Blumer
ingin  membantu merasionalkan eksploitasi, imperialisme domestik dan internasional, serta
ketimpangan sosial yang dipandang dari segi aktor sebagi aktor yang bertindak atas dasar
kesadarannya sendiri.  Dengan demikian, liberalisme politik sosiolog awal ini mengandung
implikasi konservatif yang sangat besar.

Beberapa faktor yang berperan penting dalam perkembangan teori Garfinkel  adalah pada
konteks sosial industrialisasi dan urbanisasi yang banyak dialami masyarakat Amerika pada
masa itu.

Teorinya bersifat menerangkan bagi masyarakat yang tengah menjalani proses


industrialisasi dan juga urbanisasi dimana hubungan antar subyek menjadi penuh makna.
Interaksi yang terjadi diantara mereka penuh dengan makna simbol. Perubahan sosial terjadi
sangat cepat .

Pemikiran yang Mempengaruhi Teori Garfinkel


Sebagai suatu pendekatan, etnometodologi bermula dari filsafat fenomenologi yang
dikembangkan oleh Husserl.

Pada dasarnya, usaha fenomenologi adalah menggambarkan kesadaran manusia serta bagaimana
kesadaran tersebut terbentuk atau muncul, tanpa memperhatikan benar atau salahnya kesadaran
tersebut.
 Landasan kedua dari etnometodologi adalah konsepnya tentang natural attitude. Oleh
Husserl, natural attitude disebut juga commonsense reality. 

Sementara pengaruh Parsons dalam etnometodologi adalah teori aksi/tindakan yang


diperkenalkan oleh Parsons. Dalam teori tindakannya, Parson berpendapat bahwa motivasi yang
mendorong suatu tindakan individu selalu berdasarkan pada aturan atau norma yang ada dalam
masyarakat dimana seorang individu hidup.

 Akar-Akar Intelektual Etnometodolog


 Interaksionisme Simbolik dengan Etnometodologi
a.    Interaksionisme Simbolik dengan Etnometodologi
Keprihatianan utama interaksionisme simbolik adalah bagaimana makna-makna atau
definisi-definisi diciptakan oleh aktor-aktor yang sedang berinteraksi. Penekanannya terletak
pada proses interaksi dan bagaimana aktor-aktor menciptakan arti-arti yang sama dalam
berhbungan satu sama lain. 
b.    Analisis Dramaturgi Goffman dengan Etnometodologi
Disebut dramaturgi karena dia memusatkan perhatiannya pada cara-cara bagaimana aktor
memanipulasi gerak isyarat untuk menciptakan kesan didalam sebuah panggung pertunjukan.
Goffman menekankan pentingnya proses manejemen pesan itu sendiri dan tidak peduli dengan
tujuan atau sasaran yang mau dicapai dari aksi tersebut.
c.    Fenomenologi dan Etnometodologi
Fenomenologi Alfred Schutz membebaskan fenomenologi dari proyek filosofis Husserl,
dia menekankan pentingnya studi tentang bagaimana interaksi menciptakan dan
mempertahankan realitas sosial tertentu. 
d.    Interaksionisme Simbolik dengan Etnometodologi
Keprihatianan utama interaksionisme simbolik adalah bagaimana makna-makna atau
definisi-definisi diciptakan oleh aktor-aktor yang sedang berinteraksi. Penekanannya terletak
pada proses interaksi dan bagaimana aktor-aktor menciptakan arti-arti yang sama dalam
berhbungan satu sama lain.
e.    Analisis Dramaturgi Goffman dengan Etnometodologi
Disebut dramaturgi karena dia memusatkan perhatiannya pada cara-cara bagaimana aktor
memanipulasi gerak isyarat untuk menciptakan kesan didalam sebuah panggung pertunjukan. 
f.    Fenomenologi dan Etnometodologi
Fenomenologi Alfred Schutz membebaskan fenomenologi dari proyek filosofis Husserl,
dia menekankan pentingnya studi tentang bagaimana interaksi menciptakan dan
mempertahankan realitas sosial tertentu. 

Aliran etnometodologi mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Mengkaji kegiatan dan lingkungan praktis.


2. Menganalisis kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, cara manusia berkomunikasi, mengambil
keputusan, berpenalaran dan sebagainya.
3. Memakai penalaran praktis.
4. Menggunakan penelitian empiris.
5. Berpegang pada pengalaman.
6. Menggunakan bahasa awam, bukan bahasa ilmiah.
7. Berpendapat   bahwa akitivitas dari aktor yang terus menerus membentuk realitas masyarakat,
bukan sebaliknya.
8. Berasumsi bahwa fenomena sehari-hari menjadi kacau, jika dianalisis dengan jalan diskripsi
ilmiah.
9. Berasumsi bahwa norma, aturan hukum, struktur, semua tidak stabil, tetapi berubah-ubah
karena tindakan aktor yang terus menerus berubah.

Adapun yang menjadi objek atau cara telahan dari paham etnometodologi antara lain sebagai
berikut :

1. Menelaah praktik cerdas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari


2. Melakukan kajian studi tentang sebuah institusi
3. Mendapatkan kejelasan yang substantif dari aktor
4. Memberikan sesuatu penjelasan kepada orang lain
5. Mengetahui cara atau metode menerima penjelasan dari orang lain
6. Menganalisis percakapan sehari-hari
7. Menganalisis pengejekan dan pelecehan orang lain
8. Menganalisis antara kalimat yang dipakai dengan narasi reasoning
9. Menganalisis antara pembicaraan dengan bahasa tubuh
10. Mengontrol diri dengan sikap rasa malu dan atau rasa percaya diri
11. Menganalisis metode pelanggaran sistem dan metode pemulihan sistem yang ada
12. Menganalisis terhadap negoisasi yang dilakukan para eksekutif
13. Melakukan resolusi terhadap upaya mediasi atau perdamaian.

Hal-hal yang dikaji dalam etnometodologi adalah studi institusional analisis percakapan. Tujuan
studi institusional etnometodologi adalah memahami cara orang dalam setting institusional. Studi
ini memusatkan perhatian pada struktur, aturan formal, dan prosedur resmi untuk menerangkan
apa yang dilakukan orang di dalamnya. Dalam hal ini orang menggunakan prosedur yang berguna
bukan hanya untuk kehidupan sehari-hari, tetapi juga untuk menghasilkan produk institusi. Hal
yang dikaji etnometodologi berikutnya adalah analisis percakapan. Tujuan analisis percakapan
adalah untuk untuk memahami secara rinci struktur fundamental interaksi melalui percakapan,
dan mempelajari cara menata percakapan yang dianggap benar. Analisis percakapan lebih
memusatkan pada hubungan antara ucapan dalam percakapan ketimbang hubungan pembicara
dan pendengar.

Etnometodologi adalah suatu studi atas realitas kehidupan manusia atau masyarakat yang secara
radikal menolak pendekatan-pendekatan sosiologi konvensional sebagaimana yang telah disentil
di bagian pengantar di atas. Dalam etnometodologi, bahasa dikaji bukan berdasarkan aspek
kegramatikalannya, melainkan berdasarkan cara para peserta interaksi saling memahami apa yang
mereka ujarkan. Dengan kata lain, kajian bahasa dalam etnometodologi lebih ditekankan pada
komunikasi, bukan tata bahasa.

Etnometodologi sebagai Metode Penelitian Kualitatif

Etnometodologi sebagai metode penelitian kualitatif menggunakan metode


intepretatif. Etnometodologi memiliki kekuatan sebagai metode yang otonom terutama untuk
mengupas berbagai masalah sosial. Metode ini merupakan model penelitian kualitatif yang
menempatkan penghampiran induktif sebagai acuan utama. 

Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)


Sudut pandang Pertukaran Sosial berepndapat bahwa orang menghitung nilai keseluruhan
dari sebuah hubungan dengan mengurangkan pengorbanannya dari penghargaan yang diterima .
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah psikolog
John Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog George Homans (1961), Richard Emerson
(1962), dan Peter Blau (1964).
Seperti halnya teori pembelajaran sosial,  teori pertukaran sosial pun melihat antara
perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena
lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut
dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat
unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala
hal yang diperloleh melalui adanya  pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang
dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial
terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. 
Inti dari teori pembelajaran sosial dan pertukaran sosial  adalah perilaku sosial seseorang
hanya bisa dijelaskan oleh sesuatu yang bisa diamati, bukan oleh proses mentalistik (black-box).
Semua teori yang dipengaruhi oleh perspektif ini menekankan hubungan langsung antara
perilaku yang teramati dengan lingkungan. 
Asumsi Teori Pertukaran Sosial

Asumsi-asumsi dasar teori ini berasal dari sifat dasar manusia dan sifat dasar hubungan.
Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar manusia adalah
sebagai berikut :

1. Manusia mencapai penghargaan dan menghindari hukuman.

2. Manusia adalah makhluk rasional.

3. Standar yang digunakan manusia untuk mengevaluasi pengorbanan dan penghargaan bervariasi
seiring berjalannya waktu dan dari satu orang ke orang lainnya.

Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar dari suatu
hubungan :

1. Hubungan memiliki sifat saling ketergantungan


2. Kehidupan berhubungan adalah sebuah proses

TEORI PILIHAN RASIONAL

Pilihan rasional adalah teori ekonomi Neo Klasik yang diterapkan pada sektor publik. Dia
mencoba membangun jembatan antar ekonomi mikro dan politik dengan melihat tindakan warga
negara, politisi, dan pelayan publik sebagai analogi terhadap kepentingan pribadi produsen dan
konsumen (Buchanan 1972).
Teori pilihan rasional (Rational Choice Theory) sering pula disebut sebagai teori tindakan
rasional (Rational Action Theory) Teori ini pada awalnya berpengaruh kuat pada analisis-analisis
ekonomi, tetapi kemudian diadopsi pula oleh sosiologi, psikologi, dan ilmu politik bahkan ilmu
humaniora. Meskipun teori pilihan rasional ini awalnya berakar pada sosiologi Max Weber,
tetapi di dalam sosiologi populer sekitar tahun 1990-an, mulai masuk ke dalam Asosiasi
Sosiologi Amerika setelah munculnya penerbitan Jurnal Rationality and Society pada tahun 1989
dan berdirinya Seksi Pilihan Rational (Rational Choice Section) pada tahun 1994 di negara
tersebut.
Dalam penggolongan Poloma (2000) Teori Pilihan Rasional ada pada pespektif sosiologi
naturalistik, yaitu bagian penggunaan matematika dalam teori sosiologi; sedangkan di dalam
penggolongan Haralambos dan Holborn (2000: 1031-1079) tidak dimasukkan, baik pada
perspektif struktural, tindakan sosial maupun pada penyatuan pendekatan struktural dan tindakan
sosial. Sumber lain menyebutkan bahwa, teori pilihan rasional memang masuk ke dalam
kelompok teori sosiologi naturalistik. Akan tetapi, teori ini memiliki kesempatan dalam sosiologi
evaluatif, karena dapat digunakan untuk pengukuran pengambilan kebijakan.  
TEORI PILIHAN RASIONAL COLEMAN
Coleman berpendapat bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada sistem sosial,
tetapi fenomena makro tersebut harus dijelaskan oleh factor-faktor internal kepada mereka,
secara prototipikal individual. Dia menyukai bekerja di tingkat ini karena beberapa alasan,
termasuk fakta bahwa data biasanya dikumpulkan pada tingkat individu dan kemudian
dikumpulkan atau disusun untuk menghasilkan tingkat system itu. Di antara alasan-alasan lain
untuk mendukung fokus pada tingkat individu adalah bahwa ini adalah tempat dimana
"intervensi" biasa dilakukan untuk menciptakan perubahan-perubahan sosial. Sebagaimana akan
kita lihat, pusat dari perspektif Coleman adalah gagasan bahwa teori sosial tidak hanya
merupakan latihan akademis tetapi harus mempengaruhi dunia sosial melalui "intervensi"
semacam itu.
   Mengingat fokus pada individu, Coleman mengakui bahwa ia adalah seorang
individualismetodologis, meskipun ia melihat perspektif tertentu sebagai varian "khusus" dari
orientasi itu. Pandangannya adalah khusus dalam arti bahwa ia menerima ide kemunculan dan
bahwa meskipun berfokus pada factor-faktor internal pada system itu, faktor-faktor tersebut
belum tentu tindakan dan orientasi individu.
 
          Sebagai ahli teori pilihan rasional, Coleman memulai dengan individu dan gagasan bahwa
semua hak dan sumber daya ada pada tingkat ini. Kepentingan individu menentukan jalannya
peristiwa. Namun, hal ini tidak benar, terutama dalam masyarakat modern, dimana "sebagian
besar hak-hak dan sumber daya, dan oleh karena itu kedaulatan, mungkin berada di aktor
korporasi". (Coleman, 1990:531). Dalam aktor perusahaan dunia modern telah mengambil
kepentingan yang meningkat. Aktor korporasi dapat bertindak kepada manfaat atau kerugian
individu.

LANDASAN TEORI PILIHAN RASIONAL


Dasar untuk semua bentuk teori pilihan rasional adalah asumsi bahwa fenomena sosial
yang kompleks dapat dijelaskan dalam kerangka dasar tindakan individu di mana mereka
tersusun. Sudut pandang ini, yang disebut metodologi individualisme, menyatakan bahwa:'Unit
elementer kehidupan sosial adalah tindakan individu. Untuk menjelaskan lembaga sosial dan
perubahan sosial adalah untuk menunjukkan bagaimana mereka timbul sebagai akibat dari aksi
dan interaksi individu.
Teori-teori ekonomi telah prihatin dengan cara-cara produksi, distribusi dan konsumsi barang
dan jasa adalah uang yang diselenggarakan melalui mekanisme pasar, teori pilihan rasional
berpendapat bahwa prinsip-prinsip umum yang sama dapat digunakan untuk memahami interaksi
di mana sumber daya seperti waktu, informasi, persetujuan, dan prestise yang terlibat.
Dalam teori pilihan rasional, individu didorong oleh keinginan atau tujuan yang mengungkapkan
'preferensi'. Mereka bertindak dengan spesifik, mengingat kendala dan atas dasar informasi yang
mereka miliki tentang kondisi di mana mereka bertindak. Paling sederhana, hubungan antara
preferensi dan kendala dapat dilihat dalam istilah-istilah teknis yang murni dari hubungan dari
sebuah sarana untuk mencapai tujuan. Karena tidak mungkin bagi individu untuk mencapai
semua dari berbagai hal-hal yang mereka inginkan, mereka juga harus membuat pilihan dalam
kaitannya dengan tujuan mereka berdua dan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Teori
pilihan rasional berpendapat bahwa individu harus mengantisipasi hasil alternatif tindakan dan
menghitung bahwa yang terbaik untuk mereka. Rasional individu memilih alternatif yang akan
memberi mereka kepuasan terbesar.
Individualisme metodologis teori pilihan rasional membuat mereka mulai keluar dari tindakan-
tindakan individu dan untuk melihat semua fenomena sosial lainnya untuk direduksi tindakan
individu tersebut. Namun bagi Homans,  itu juga perlu untuk melihat tindakan individu sebagai
reduksi sebagai tanggapan psikologis. Posisi ini dibenarkan dengan alasan bahwa prinsip-prinsip
pilihan rasional dan pertukaran sosial hanyalah ekspresi dari prinsip-prinsip dasar perilaku
psikologi. Sementara banyak ahli teori pilihan rasional lainnya telah menolak klaim ini  dan
Homans sendiri datang menganggap kurang penting.
Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor dipandang sebagai
menusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan
tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, aktor pun dipandang mempunyai
pilihan atau nilai serta keperluan.
KRITIK TEORI PILIHAN RASIONAL
           Meskipun keseimbangan yang tampak ini, paling tidak ada tiga kelemahan utama dalam
pendekatan Coleman. Pertama, dia menyelaraskan prioritas yang besar sekali kepada issue
mikro-ke-makro, dengan demikian memberikan sedikit perhatian pada hubungan lainnya. Kedua,
ia mengabaikan issue/masalah makro-makro. Akhirnya, panah-panah lepasnya hanya masuk
dalam satu arah, dengan kata lain, ia mengabaikan hubungan dialektis antara dan
di            antara  fenomena        mikro   dan      makro.
Menggunakan pendekatan pilihan rasional-nya, Coleman menjelaskan serangkaian fenomena
tingkat makro. Posisi dasarnya adalah bahwa para teoretikus perlu menjaga konsepsi aktor
mereka agar tetap konstan dan bangkit dari citra variatif konstanta mikro dari fenomena tingkat
makro. Dengan cara ini, perbedaan dalam fenomena makro bisa dilacak ke arah struktur yang
berbeda dari hubungan di tingkat makro dan bukan kepada variasi pada tingkat mikro. norma-
norma rasionalitas yang ideal tidak cocok dengan kehidupan sehari-hari dan norma-norma
rasionalitas dan emosionalitas yang mengatur kegiatan aktual dari interaksi individu. Teori
pilihan rasional telah membatasi kepentingan untuk teori sosial kontemporer. Skema kehidupan
kelompoknya dan gambarnya atas manusia, tindakan, interaksi, diri, gender, emosionalitas,
kekuatan, bahasa, ekonomi politik terhadap kehidupan sehari-hari, dan sejarah, adalah yang amat
sempit dan benar-benar tidak memadai untuk tujuan interpretatif.
 Sebagian besar yang beroperasi dari perspektif penafsiran yang luas akan menerima
kritikkuatnya Denzin tentang  teori     pilihan rasional.

Anda mungkin juga menyukai