Materi Fisika Inti Pertemuan Ke-4
Materi Fisika Inti Pertemuan Ke-4
Pada Bab 3, kita telah mengenal keberadaan potensial inti dan me-
makainya untuk mendapatkan model kulit inti. Potensial tersebut
merupakan akumulasi dari potensial antar nukleon. Ini berarti ada
gaya yang bekerja antar nukleon, baik antar netron, antar proton,
maupun antara proton dan netron.
Keberadaan gaya inti juga bisa dipahami dengan cara berikut.
Karena kebanyakan inti mengandung lebih dari satu proton, di mana
setiap proton bermuatan positif, maka kita mesti bertanya: mengapa
inti bisa stabil dan tidak terpecah? Seperti kita ketahui, dua parti-
kel dengan muatan sejenis akan menghasilkan gaya elektrostatis yang
bersifat saling menolak. Sebagai konsekuensinya, proton dalam inti
akan saling menjauh dan bahkan keluar dari inti sehingga inti bersifat
tidak stabil. Faktanya, inti tetap stabil. Jadi, kita bisa menyimpulkan
bahwa selain gaya elektrostatik, juga terdapat suatu “gaya lain” yang
bekerja antar nukleon. Untuk selanjutnya, kita sebut gaya tersebut
sebagai “gaya antar nukleon”.
4.1 Deuteron
Untuk memahami sifat gaya antar nukleon, kita tinjau Deuteron. De-
uteron adalah inti yang terdiri atas 1 proton dan 1 netron. Deuteron
merupakan inti dari Deuterium (H-2), yang merupakan salah satu
107
108 BAB 4. GAYA ANTAR NUKLEON
Energi ikat deuteron, yang juga berarti energi ikat proton-netron, da-
pat diamati dengan ketelitian tinggi melalui salah satu dari cara ber-
ikut.
1
H + n → 2H + γ
2
H + γ → 1 H + n,
Dengan demikian, didapatkan fraksi energi ikat (yaitu energi per nu-
kleon) untuk deuteron sebesar 1,112 MeV. Nilai ini jauh lebih kecil
dari fraksi energi ikat rata-rata inti, yaitu sebesar 8,5 MeV (yang kita
dapatkan dari model tetes cairan atau SEMF).
−
→ →
−
I =−
→
sp+−
→
sn+ l . (4.1)
Penyelesaian
Karena spin deuteron adalah 1, maka kombinasi dari nilai sn , sp ,
dan l. pada Persamaan (4.1) harus menghasilkan I = 1, atau
sp + sn + l = 1
l = 1 − (sp + sn ) .
Karena
±1
jika proton dan netron paralel
(sp + sn ) = 0 jika proton dan netron anti paralel
0 jika proton dan netron tegak lurus terhadap l
Dari percobaan yang lain, diketahui bahwa paritas dari deuteron ada-
lah genap. Karena paritas terkait dengan (−1)l , berarti bahwa mo-
mentum sudut deuteron adalah 0 (orbital s) atau 2 (orbital d).
Penyelesaian
Dari analisis spin dan paritas, diketahui bahwa momentum sudut
deuteron adalah 0 (orbital s) atau 2 (orbital d). Sekarang kita akan
mnghitung rasionya.
1 1
µs = (gsn + gsp ) = (−3.826084 + 5, 585691) = 0, 879804 nm
2 2
1 1
µd = (3 − gsn − gsp ) = (3 + 3.826084 − 5, 585691) = 0, 310098 nm
4 4
µeksp = (1 − x) µs + xµd
= µs + x (µd − µs ) ,
atau
Dari analsis deuteron, kita dapat menduga sifat gaya antar nukleon
atau gaya nuklir (atau nuklir kuat, strong nuclear force). Karena gaya
tersebut harus bisa mengimbangi gaya tolak elektrostatis, maka kita
bisa menduga bahwa gaya nuklir tersebut harus memiliki sifat sebagai
berikut:
1. Pada jarak dekat (radius inti), gaya (tarik) nuklir lebih kuat
dibanding gaya (tolak) Coulumb.
~ ~ ~c 197, 3 MeV fm
mπ c2 = = = = . (4.3)
∆t r0 /c r0 r0 fm
Penyelesaian
Jarak antar nukleon dalam inti adalah
1/3 !1/3 !1/3
4 3 4 3
volume inti 3 πR 3 πR0 A
r0 = = =
jumlah nukleon A A
1/3
4
= π R0 = 1, 93 fm.
3
197,3 MeV fm
Dengan demikian, maka massa pion adalah mπ c2 = 1,93 fm ≈
102 MeV, atau mπ = 102 MeV/c2 . Selanjutnya, jika dipakai r0 =
1, 5 fm, maka mπ = 131, 5 MeV/c2 .
Karena semua nukleon (proton maupun netron) memiliki spin
yang sama, berarti spin pion adalah 0.4 Secara terperinci, interak-
si antar nukleon dapat berlangsung antara proton-proton, proton-
netron, dan netron-netron. Dengan demikian, kita dapat menduga
bahwa interaksi tersebut bisa muncul dalam 3 model, yaitu
bahwa fisikawan menduga massa meson adalah antara massa elektron yang ringan
dan massa nukleon yang berat.
4
Adalah suatu fakta, bahwa semua partikel pembawa interaksi memiliki spin
bilangan bulat, dan dikenal sebagai boson.
4.3. MODEL PERTUKARAN PARTIKEL. 115
– n1 → n1 + π 0 dan n2 + π 0 → n2
– p1 → p1 + π 0 dan p2 + π 0 → p2
– p1 → p1 + π 0 dan n2 + π 0 → n2 (dan sebaliknya)
∂
Selanjutnya kita pakai ungkapan operator Ê = i~ ∂t dan p̂ = −i~∇
∂ 2
sehingga didapatkan Ê 2 = −~2 ∂t 2 2 2
2 dan p̂ = −~ ∇ , dan
1 ∂2φ
mc 2
2
∇ − φ= .
~ c2 ∂t2
∇2 − k 2 φ = 0,
e−kr
φ=g . (4.4)
r
5
Fakta bahwa pion terdiri atas 3 jenis partikel, serupa dengan nukleon yang
bisa muncul dalam 2 bentuk partikel. Gejala ini dikenal sebagai isospin.
6
Fakta ini, juga persamaan (4.3), menunjukkan bahwa daya jangkau suatu in-
teraksi berbanding terbalik dengan massa partikel pembawabya.
4.3. MODEL PERTUKARAN PARTIKEL. 117
e−r/r0
VY ukawa (r) = −V0 ,
r
~
di mana r0 = mc adalah jarak rata-rata interaksi nuklir kuat. Hasil
ini sesuai dengan Persamaan (4.3).
Penyelesaian
197,3
Untuk mπ± = 139, 6 MeV/c2 , didapatkan r0 = ~c
m:π c2
= 139,6 =
1, 41 fm. Untuk mπ0 = 135 MeV/c2 , didapatkan r0 = 197,3
139,6 = 1, 46 fm.
118 BAB 4. GAYA ANTAR NUKLEON
Penyelesaian
Pada kedua kasus di atas, gaya pembawanya adalah foton virtuil
dan graviton, dengan massa diam nol. Dengan demikian, maka r0
bernilai tak berhingga, dan bentuk ungkapan potebsialnya adalah
1
V = −k .
r
4.4 Isospin
Kita akhiri diskusi ini dengan membahas konsep isospin. Dalam fisika
partikel, konsep isospin (asalnya dari isobaric spin) adalah bilangan
kuantum (tambahan) yang terkait dengan interaksi kuat. Dua bu-
ah partikel (atau lebih) yang memiliki massa hampir sama dan ber-
interaksi dengan besar gaya kuat yang sama, sekalipun muatannya
berbeda, dianggap sebagai partikel yang sama (isospin), tetapi dalam
keadaan yang berbeda. Syarat memiliki massa yang sama atau ham-
pir sama menghasruskan kelompok partikel tersebut memiliki nomor
massa yang sama. Inilah asal istilah isobar spin. Contoh isospin dapat
berupa
Bukti bahwa proton dan netron berinteraksi dengan gaya nuklir yang
sama besar, ditunjukkan pada Tabel 4.2.
2T + 1 = N. (4.5)
Penyelesaian
Karena terdapat 3 jenis pion, maka nilai isospin T -nya memenuhi
2T + 1 = 3. Ini berarti T = 1, dan Tz = +1 untuk π + , Tz = 0 untuk
π 0 , dan Tz = −1 untuk π − ,
Penyelesaian
120 BAB 4. GAYA ANTAR NUKLEON
Contoh : Menghitung Tz
Hitunglah nilai isospin Tz dari isospin kuintet A=32 (Si-32, P-32, S-
32, Cl-32, dan Ar-32).
Penyelesaian
Untuk kasus inti dengan Z proton dan N netron, nilai proyeksi
1
spin diberikan oleh Tz = 2 (Z − N ). Dengan demikian didapatkan
1
• Si-32 (Z = 14 dan N = 18), maka Tz = 2 (14 − 18) = −2
1
• P-32 (Z = 15 dan N = 17), maka Tz = 2 (15 − 17) = −1
1
• S-32 (Z = 16 dan N = 16), maka Tz = 2 (16 − 18) = 0
1
• Cl-32 (Z = 17 dan N = 15), maka Tz = 2 (17 − 15) = 1
1
• Ar-32 (Z = 18 dan N = 14), maka Tz = 2 (18 − 14) = 2.