Anda di halaman 1dari 4

Diskusi 3 Manajemen operasi

Nama : Mukhlis Almawan

NIM : 530016109

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) menandatangani perjanjian pengikatan jual beli
bersyarat (Conditional Sales & Purchase Agreement) untuk mengambil alih 6.179.612.820
lembar saham (atau setara 80,6% kepemilikan saham) PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB), senilai
US$ 917 juta pada tanggal 12 November pukul 19.00 WIB. Transaksi akuisisi ini akan dilakukan
melalui PT Semen Indonesia Industri Bangunan (SIIB) yang merupakan anak perusahaan Semen
Indonesia. Holcim Indonesia merupakan perusahaan semen terbesar ketiga di Indonesia,
memiliki empat pabrik semen dengan kapasitas 14,8 juta ton per tahun dan 30 fasilitas ready-
mix.

Pengambilalihan saham Holcim Indonesia ini akan semakin memperkuat posisi Semen
Indonesia di pasar domestik. Semen Indonesia akan dapat memperluas jaringan pabrik
semennya di dalam negeri, memperluas diversifikasi jenis produk yang ditawarkan,
meningkatkan efisiensi khususnya biaya distribusi dan bahan baku, sekaligus memperkuat
posisi bisnis ready-mix dengan berbagai variasi produk dan solusi yang dapat meningkatkan
nilai tambah kepada para stakeholders.

Holcim Indonesia juga telah menerapkan teknologi bahan bakar dari limbah yang nantinya
dapat disinergikan secara luas di seluruh fasilitas Semen Indonesia Group, sehingga dapat
semakin meningkatkan efisiensi biaya. Industri semen di Indonesia masih memiliki tingkat
pertumbuhan yang prospektif dan menjanjikan, yang didukung oleh kelanjutan program
investasi pemerintah dan swasta, seperti Program Satu Juta Rumah, berbagai proyek
infrastruktur pemerintah, berbagai proyek properti yang dikembangkan oleh sektor swasta,
serta konsumsi retail. Pengambil alihan saham ini akan memberikan tambahan kapasitas dan
jangkauan geografis yang semakin luas bagi Semen Indonesia Group untuk mampu menangkap
peluang pertumbuhan industri semen domestik, serta mampu memperkuat ketahanan industri
semen BUMN di Indonesia. Saat ini di Indonesia terdapat 15 perusahaan semen dengan
kapasitas terpasang sekitar 107 juta ton per tahun, dimana 63% dari kapasitas (capacity share)
tersebut dikuasai oleh pihak swasta dan pemain asing (global).

"Selain akan menjadikan Semen Indonesia Group sebagai perusahaan semen terbesar di
kawasan Asia Tenggara dengan kapasitas 53 juta ton semen per tahun, transaksi ini juga
merupakan wujud nyata sumbangsih BUMN dalam meningkatkan ketahanan industri semen
nasional yang akan mendukung pembangunan berkesinambungan di tanah air," katanya.

Sehubungan dengan masalah pemilihan lokasi pabrik, sebenarnya akan terdapat sekian banyak
faktor yang akan mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik. faktor utama dalam kontek ini adalah
faktor-faktor yang pasti diperlukan oleh semua jenis industri. Adapun yang termasuk dalam
faktor utama adalah:

a)    Kedekatan dengan Lokasi Sumber Bahan Baku


b)    Kedekatan dengan Lokasi Pasar Produk Perusahaan
c)    Ketersediaan Fasilitas Transportasi
d)    Ketersediaan Tenaga Kerja
e)    Ketersediaan Pembangkit Tenaga

kemudian ada juga yang bukan faktor bukan utama dalam pemilihan lokasi pabrik adalah
faktor-faktor yang sangat diperlukan untuk suatu jenis industri tertentu, namun belum tentu
diperlukan oleh jenis industri yang lain. Beberapa faktor yang termasuk dalam faktor bukan
utama antara lain:
a)    Rencana masa depan pabrik
b)    Kemungkinan perluasan perusahaan
c)    Kemungkinan perluasan kota
d)    Fasilitas pelayanan mesin dan peralatan produksi
e)    Fasilitas pembelanjaan perusahaan
f)    Terdapat Persediaan air
g)    Perumahan dan fasilitas-fasilitas lain
h)    Biaya tanah dan gedung
i)    Peraturan pemerintah daerah setempat
j)    Sikap masyarakat setempat
k)    Iklim
l)    Keadaan tanah
m)    Keadaan lingkungan

Secara umum perusahaan dalam melaksanakan strategi lokasi mempertimbangkan hal-hal


sebagai berikut:
1. Produktifitas Tenaga Kerja Karyawan merupakan input paling penting bagi perusahaan,
sehingga tingkat produktifitas tenaga kerja sangat menentukan keberhasilan atau kesuksesan
perusahaan. Berkaitan dengan strategi lokasi maka banyak perusahaan mempertimbangkan
factor seberapa produktifitas tenaga kerja di beberapa alternative lokasi yang dipertimbangkan.
Dan yang menarik bagi manajemen adalah kombinasi diantara produktifitas tenaga kerja dan
tingkat upah tenaga kerja.
2. Nilai Tukar dan Resiko Mata Uang
Walaupun tingkat upah dan produktifitas tenaga kerja membuat sebuah Negara terlihat
ekonomis, tetapi nilai tukar mata uang suatu Negara terhadap mata uang negara lain yang tidak
menguntungkan dapat mengeliminir penghematan yang telah dilakukan. Dan kadang-kadang
perusahaan dapat mengambil keuntungan dari nilai tukar yang menguntungkan dengan
memindahkan lokasi atau mengekspor produknya ke Negara lain.
Dengan demikian fluktuasi mata uang mengandung unsure resiko yang cukup signifikan untuk
dipertimbangkan dalam strategi lokasi.
3. Biaya
Biaya yang terkadung dalam lokasi ada dua macam yaitu pertama adalah biaya nyata (tangible
cost)yang dapat dihitung atau langsung dikenali secara tepat, meliputi antara lain: biaya
pelayanan umu, tenaga kerja, bahan mentah, pajak, penyusutan, dan biaya lainnya. Sedangkan
yang kedua adalah biaya tidak nyata (intangible cost) lebih sulit ditentukan,, meliputi kualitas
pendidikan, sikap calon karyawan, standar hidup dan lain-lain yang dapat mempengaruhi
proses rekrutmen.
4. Sikap
Sikap dari pemerintah pusat, wilayah maupun daerah terhadap kepemilikan swasta, penetapan
zona, polusi, stabilitas tenaga kerja dan juga pola kepemimpinan. Dan tidak kalah penting adalh
budaya masryarakat di lokasi tersebut.
5. Kedekatan dengan Pasar
Banyak perusahaan yang secar sengaja memilih lokasi operasionalnya dekat dengan konsumen
seperti usaha restoran, salon, toko kelontong, yang menyadari bahwa kedekatandengan pasar
merupakan factor utama keberhasilan usaha mereka. Deikian pula untuk uasah amanufaktur
ada yang memilih lokasi dekat dengan konsumennya karena mahalnya biaya transportasi jika
harus berada dio lokasi yang berjauhan.
6. Kedekatan dengan Suplier
Penempatan lokasi yang dekat dengan pemasok dan bahan mentah disebabkan oleh:
 Bahan baku mudah rusak
 Biaya transportasi mahal
 Jumlah produk yang banyak.
Contoh banyak diterapkan pada pabrik semen, pengolahan ikan, produsen biji baja dan besi.
7. Kedekatan dengan Pesaing (Clustering)
Sepertinya agak mengherankan banyak usaha yang menempatkan lokasi operasionalnya yang
dekat dengan pesaing. Akan tetapi saat ini kecenderungannya demikian dengan istilah
clustering yaitu lokasi berdekatan para perusahaan yang saling bersaing, yang sering
disebabkan oleh adanya informasi, bakat, modal proyek, atau sumber daya alam yang
berlimpah di suatu daerah.
Tidak hanya usaha manufacturing seperti dibangunnya kawasan industri saja tetapi dalam
bidang jasa juga ada misalnya pada pembangunan pusat perdagangan eletronik, pusat
perdagangan tekstil dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai