Review Jurnal (Suci Puji Hadianti 19100006)
Review Jurnal (Suci Puji Hadianti 19100006)
Oleh:
NIM: 19100006
KELAS: 4A
PENDADULUAN
A. Latar belakang
Menurut WHO, pernikahan dini (early married) adalah pernikahan yang dilakukan
oleh pasangan atau salah satu pasangan masih dikategorikan anak-anak atau remaja
yang berusia dibawah usia 19 tahun. Menurut United Nations Children’s Fund
(UNICEF) menyatakan bahwa pernikahan usia dini adalah pernikahan yang
dilaksanakan secara resmi atau tidak resmi yang dilakukan sebelum usia 18 tahun.
Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa pernikahan
hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita
sudah mencapai umur 16 tahun. Apabila masih di bawah umur tersebut, maka
dinamakan pernikahan dini.(21,10)
Pengertian secara umum, pernikahan dini yaitu merupakan institusi agung untuk
mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga.
Remaja itu sendiri adalah anak yang ada pada masa peralihan antara masa anak-anak
ke dewasa, dimana anak-anak mengalami perubahan-perubahan cepat disegala
bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap,dan cara berfikir serta
bertindak,namun bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Pernikahan dibawah umur yang belum memenuhi batas usia pernikahan, pada
hakikatnya di sebut masih berusia muda atau anak- anak yang ditegaskan dalam Pasal
81 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun dikategorikan masih anak-anak, juga termasuk anak yang masih
dalam kandungan, apabila melangsungkan pernikahan tegas dikatakan adalah
pernikahan dibawah umur. Sedangkan pernikahan dini menurut BKKBN adalah
pernikahan yang berlangsung pada umur di bawah usia reproduktif yaitu kurang dari
20 tahun pada wanita dan kurang dari 25 tahun pada pria. Pernikahan di usia dini
rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi seperti meningkatkan angka kesakitan
dan kematian pada saat persalinan dan nifas, melahirkan bayi prematur dan berat bayi
lahir rendah serta mudah mengalami stress. (11,22)
Menurut Kementerian Kesehatan RI, pernikahan adalah akad atau janji nikah yang
diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan awal dari kesepakatan
bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan (sakinah) dengan
mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta dan kasih (mawaddah wa rahmah).
Pernikahan adalah awal terbentuknya sebuah keluarga.
BAB II
PEMBAHASA
A. REVIEW JURNAL 1
B. REVIEW JURNAL 2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menemukan bahwa minimnya pengetahuan dan kurangnya
pemahaman perempuan tentang dampak keputusan yang diambil dan adalam
hal ini adalah keputusan untuk melakukan pernikahan dini. Perempuan tidak
menyadari bahwa setiap anggota keluarga atau pasangan suami istri berhak
memiliki hubungan yang didasari penghargaan terhadap pasangan masing-
masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama,
tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan. Perempuan cenderung
melakukan kewajibannya dalam menjalankan peran sebagai istri dan ibu dari
anak- anaknya sebagai pengabdian yang wajar, mereka kurang memahami
bahwa perempuan juga mempunyai hak untuk hidup dan bebas dari resiko
kematian karena kehamilan, atau masalah gender.
Budaya yang berkembang di masyarakat juga ikut mempengaruhi pandangan
mereka terhadap pengambilan keputusan tentang pernikahan dini. Adanya
mitos yang melekat, serta ketaatan terhadap orangtua menyebabkan
perempuan mengikuti anjuran bahkan paksaan untuk segera menikah
walaupun usia mereka masih belum matang.
Sesungguhnya kasus pernikahan dini masih kerap terjadi dimasyarakat
Indonesia. Banyak
faktor yang mempengaruhi pernikahan dini yaitu pendidikan yang rendah,
kemiskinan, budaya,
dorongan
melakukan pernikahan dini. Dari dampak pernikahan dini yang paling
dirugikan adalah pihak
perempuan karena pernikahan dini dapat mengancam kesehatan perempuan
seperti kanker leher
Rahim, resiko melahirkan dan kematian ibu, serta dampak psikologis
seperti depresi berat
bahkan dapat menyebabkan gangguan mental. Oleh karena itu, dibuat
perancangan media
berupa infografis yang menjelaskan tentang pernikahan usia dini yang
berfokus memberikan gambaran tentang dampak yang ditimbulkan jika
melakukan pernikahan usia dini, baik itu
secara psikologis maupun
tentang pernikahan usia dini. Gaya visual, warna dan huruf dipilih guna
memberikan kesan
perhatian serius bagi pesan yang ada pada infografis, tetapi dikombinasikan
dan komposisikan
sedemikian rupa agar tetap menarik perhatian dan minat remaja
perempuan. Sebagai media
informatif, infografis dibuat dengan tampilan sederhana yang mudah
dimengerti agar informasi
yang diberikan mudah dipahami oleh khalayak
B. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian ini, diharapkan agar diadakan penyuluhan
dikalangan remaja dan orangtua juga, dalam memberikan penyuluhan ini harus
menjelaskan tentang apa saja dampak dampak dari pernikahan dini terhadap
kesehatan reproduksi. bagi remaja putri agar dapat membentuk suatu
organisasi yang bertujuan untuk membahas tentang kesehatan reproduksi baik
disekolah maupun di luar lingkungan sekolah, yang mana agar dapat
mencegah terjadinya pernikahan dini dikalangan remaja. Dan efek samping
dari kepadatan penduduk.
DAFTAR PUSTAKA
Astika. (2010). Budaya Kemiskinan di Masyarakat: Tinjauan Kondisi
Kemiskinan dan kesadaran Budaya miskin di Masyarakat.
Anis,
Jurnal Ilmiah, vol 1 no 01 tahun 2010.
M, (2005), Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan, http://www.mail-
archive.com, diperoleh tanggal 11 Februari 2013
Fatimaningsih, E. (2008). Analisis situasi dan kondisi perempuan dalam
perspektif gender di kabupaten Lampung Tengah. Penelitian tidak dipublikasi
Landung, dkk. (2009). Studi Kasus Kebiasaan Pernikahan Usia Dini Pada
Masyarakat Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tana Toraja. Jurnal MKMI,
Vol 5 No.4. Oktober 2009, hal 89-94
Maleong, L.J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. Edisi revisi. Bandung:
PT Rosdakarya
Pambudy MN. (2009). Perkawinan anak melanggar undang- undang
perkawinan. diunduh 29 September 2013. Didapat dari:
http://cetak.kompas.com/read .
Sadli, S, (1999).Metodologi penelitian berperspektif perempuan
perempuan dalam riset social,Jakarta :program studi kajian wanita pasca
sarjana UI.
Savitri, (2003), Memasyarakatkan kesehatan reproduksi wanita. USU digital
library.
UNICEF. (2006). Early marriage: a harmful traditional practice, a
statistical exploration. diunduh September 2013.Didapat dari:
www.unicef.org.
BKKBN. (2005). Hak reproduksi perempuan terabaikan UU kesehatan perlu
disempurnakan, BKKBN
CEDAW, (2007), Restoring rihgt to woment, (Fauzi penerjemah), New Delhi :
UNIFEM CEDAW south east Asia programe
ConventionWatch. (2007). Hak azasi perempuan instrumen hukum untuk
mewujudkan keadilan gender.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Depkes RI dan WHO. (2003). Profil kesehatan reproduksi Indonesia 2003.
Jakarta. 2,3,17-20, 63-71.
Departemen Kesehatan RI, (2005), Indonesia health profile 2003, Jakarta,
Towards healthy Indonesia 2010.
Departemen of gender and women’s health WHP (2003).Engandering the
MDGs on health, Geneva : WHO
Fadlyana dan Larasaty, S. (2009). Pernikahan Usia Dini dan
Permasalahannya.Sari Pediatri, Vol. 11, No. 2, Agustus 2009.
Giday, T. (2006).
Ad
Ikliah, M. D. F. (2013).
terhadap problematika dan dampak perkawinan di bawah umur dan
perkawinan tidak
tercatat di nusa tenggara barat, dalam buku menelusuri makna di balik
fenomena
perkawinan
Kehidupan Keagamaan adan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI.
Nafis, C. (2009).
Noviyanti, W. (2013).
2007: Trend dan dampak perikahan dini
Sarwono. S. W. (1989).
Soewignjo, S. (2013).
Wulandari. (2014).
pedesaan