Anda di halaman 1dari 2

HAK ASASI MANUSIA DALAM KONSTITUSI INDONESIA DARI UUD 1945

SAMPAI DENGAN PERUBAHAN UUD 1945 TAHUN 2002 Edisi Kedua

Penulis : Majda El Muhtaj


Penerbit : KENCANA
Tahun Terbit : Cetakan ke-5, Mei 2015
Tebal Buku : xxvi, 324 halaman
ISBN : 978-602-1186-65-7

Amalia Zulfa Pritasari


Redaksi LTS
Pelanggaran hak asasi manusia (HAM) bukan menjadi persoalan baru di Indonesia.
HAM yang menjadi salah satu produk sejarah muncul karena adanya keinginan dan tekad
manusia secara universal untuk mengakui dan melindungi hak-hak dasar manusia.
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menjadi puncak konseptualisasi
pemikiran manusia dalam menerjemahkan hakikat dan eksistensi dirinya sebagai pribadi,
anggota masyarakat, warga bangsa, bahkan warga dunia. Dalam perkembangan kehidupan
berbangsa, konstitusi merupakan pilihan terbaik dalam memberi ikatan ideologis antara
yang berkuasa dengan rakyat. Konstitusi yang menjadi citra dari negara demokrasi juga
turut menggambarkan hubungan yang signifikan antara pemerintah dan rakyat. Tidak
dapat dinafikan, karenanya, konstitusi kemudian berisikan poin-poin mendasar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak terkecuali HAM. Dalam rangka memperkaya
khazanah tentang hukum dan HAM di Indonesia, Majda El Muhtaj dengan buah pikirannya
menuliskan buku yang berjudul, “Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia dari UUD
1945 sampai dengan Perubahan UUD 1945 Tahun 2002 (Edisi Kedua)”. Perbedaan antara
buku edisi pertama dan kedua adalah terletak pada judul dan penambahan pembahasan.
Istilah ‘Amandemen’ pada judul dan isi buku edisi pertama diubah menjadi ‘Perubahan
UUD 1945’ guna menghindari kekeliruan semantika, sedangkan perihal pembahasan akan
diuraikan secara singkat di paragraf selanjutnya.
Majda El Muhtaj membagi buku ini menjadi 5 Bab. Pada Bab Satu, penulis
menguraikan pendahuluan dari hal yang akan dibahas, meliputi latar pemikiran, kajian
ilmiah seputar HAM di Indonesia, dan metode penelitian. Berlanjut pada Bab Dua yang
membahas tentang perkembangan pemikiran demokrasi dan negara hukum. Dalam bab ini
penulis menjelaskan negara hukum yang erat kaitannya dengan rechtsstaat dan rule of law,
signifikansi dan muatan konstitusi, dan teoretisasi hak dan kewajiban. Bab Tiga menelaah
konseptualisasi hak asasi manusia yang berasal dari perspektif barat, islam, dan konstitusi
Indonesia. Pada bab ini, pembaca diajak untuk membandingkan ketiga perspektif tersebut
yang tentunya dalam memaknasi HAM, ketiganya punya karakteristik yang berbeda-beda.
Bab Empat penulis ingin secara gamblang menjelaskan histori kelahiran dan
perkembangan konstitusi di Indonesia yang dimulai dari lahirnya UUD 1945, Konstitusi RIS
1945, UUDS 1950, kembalinya kepada UUD 1945, dan yang terakhir lahirnya perubahan
UUD 1945. Rangkaian sejarah proses penetapan UUD 1945 menjadi konstitusi negara tentu
tidak luput dari retorika pandangan para pembentuknya. Banyak pendapat dan usulan
untuk membuat tameng perlindungan hak-hak warga yang akan dituangkan dalam sebuah
konstitusi negara. Selanjutnya, Bab Lima yang merupakan bab terakhir dari buku ini
merangkum tentang jaminan konstitusi atas hak asasi manusia diantaranya materi muatan
HAM dalam UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950, pasca kembali ke UUD 1945,
perubahan kedua UUD 1945, dan peraturan perundang-undangan. Dari beberapa hasil
penelitian dan kajian terdahulu, penulis mengamati bahwa belum ada yang mengkaji aspek
jaminan konstitusi atas HAM secara signifikan. Hal ini yang turut mendukung keuatentikan
dari buku ini. Selain itu, Majda El Muhtaj juga menyelipkan penambahan sub bab baru yang
ia tuliskan pada edisi kedua ini yakni tentang RANHAM (Rencana Aksi Nasional Hak Asasi
Manusia) dan mengkomparasikan HAM dalam konstitusi Thailand dan Filipina. Dalam bab
ini, penulis menjelaskan bahwa Konsep RANHAM didasarkan pada kenyataan bahwa
peningkatan HAM di negara tertentu akan bergantung pada pemerintah dan orang-orang di
negara tersebut dengan memutuskan untuk mengambil tindakan nyata guna menghasilkan
perubahan. Ditambah lagi, yang menjadi catatan besar adalah konsep ini mengakui bahwa
tidak ada satupun negara yang memiliki catatan HAM sepurna (no country has a perfect
human rights record).
Terdiri dari 324 halaman, buku ini dihimpun dari kurang lebih 160 buku dan
belasan jurnal ilmiah baik pada skala nasional maupun internasional. Secara keseluruhan,
pembahasan dalam buku ini masih sesuai dengan perkembangan terkini seputar
penegakan hukum dan HAM di Indonesia. Konstitusi/ UUD 1945 yang dijadikan sebagai
sorotan utama dalam buku ini untuk melihat dimensi cakrawala atas penegakan hukum
dan HAM di Indonesia. Dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, buku ini dapat
dijadikan referensi dalam kajian hukum dan HAM di lingkungan akademik fakultas hukum
maupun lingkup yang lebih luas. Kelebihan yang dapat ditemukan dari buku ini adalah
hampir di setiap bab mempunyai diagram tabel yang akan membantu pembaca untuk
memahami lebih cepat apa yang dibahas dalam bab tersebut. Selain terdapat diagram tabel,
buku ini juga memuat lampiran peraturan perundang-undangan mengenai penegakan
hukum dan HAM. Lampiran ini akan memudahkan pembaca untuk menemukan
harmonisasi dan sinkronisasi regulasi tentang HAM dikaitkan dengan pembahasan yang
ada dalam buku ini. Kesadaran manusia atas hak dasar yang melekat pada dirinya kian hari
semakin meningkat. Namun, ironinya juga pelanggaran terhadap HAM tidak pernah luput
dari sorotan mata kita. Kesadaran akan HAM individu dan orang lain perlu diimbangi
dengan wawasan mengenai perlindungan HAM yang diatur dalam konstitusi, dan buku ini
sangat direkomendasikan bagi setiap orang yang ingin menambah wawasan dan
meningkatkan kesadarannya soal HAM.

Anda mungkin juga menyukai