Anda di halaman 1dari 16

BAB I

KETUHANAN YANG MAHA ESA

A. Konsep Ketuhanan Menurut Ajaran Kristen


1. Tuhan Menurut Ajaran Kristen
ALLAH TRITUNGGAL MAHA KUDUS. Yang dimaksud dengan Tritunggal bukanlah
mengenai ajaran bahwa ada tiga ilahi yang terpisah-pisah yang disebut Allah Bapa, Allah
Anak dan Allah Roh Kudus. Bukan pula terdiri dari Isa, Maryam, dan Allah, sebagai tiga
tuhan bersatu. Malah bukan pula sebagai Isa dan Jibril sebagaimana yang dimengerti oleh
sebagian penulis Muslim yang menyamakan Roh Kudus itu dengan apa yang terdapat dalam
teologia Islam, yaitu nama lain dari malaikat Jibril adalah ruhulqudus yang dipersekutukan
dengan Allah. Bukan pula ini tiga nama yang berbeda dari satu Allah yang bernama Tuhan
Yesus Kristus; Bapa = Tuhan, Anak = Yesus, Roh Kudus = Kristus. Namun yang disebut
Tritunggal adalah suatu istilah dan penjelasan teologis mengenai keberadaan yang ada di
dalam diri Allah yang Esa itu. Haruslah ditegaskan bahwa iman Kristen adalah suatu iman
yang menegaskan tauhid (keesaan Allah) sebagaimana yang nyata dalam ayat-ayat berikut ini:
 Ulangan 6:4 “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”.
 Yesaya 44:6 “Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam:
"Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-
Ku."
 Yesaya 45:6 “supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak
ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain.”
 Markus 12:29 “Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel,
Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.”
 1Korintus 8:6 “Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-
Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu
Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita
hidup.”
Karena Allah itu Esa, yaitu Bapa tadi, maka haruslah memang Firman-Nya (Anak) itu
berasal dari dan berdiam di dalam Allah yang Esa, yaitu Bapa ini. Demikian pula Roh-Nya
pun harus keluar dari dan berdiam dalam Bapa yang Esa ini. Dengan demikian Keesaan Allah
terjaga. Karena memang Allah itu Satu, Esa, tiada tandingan atau sekutu bagi-Nya. Jadi
Tritunggal Maha Kudus adalah Allah yang Esa (Sang Bapa) yang memiliki dalam Dzat-
Hakekat-Nya yang Esa, Firman yang kekal (Anak) dan Roh yang kekal (Roh Kudus) yang
melekat satu di dalam diri-Nya yang Esa itu. Jadi istilah Tritunggal itu bukan mengenai
jumlah Allah, namun mengenai keberadaan di dalam diri Allah yang Esa tiada berbilang, dan
satu tiada bandingan itu.

2. Mengenal Allah di Dalam Yesus Kristus


Apabila kita membaca Kitab Perjanjian Lama maka kita mengetahui keberadaan Allah
itu adalah Allah yang jauh (Deus Transendensius). Tetapi dalam kitab Perjanjian Baru, Allah
jauh itu sudah menjadi Allah yang dekat, Allah yang berada di tengah-tengah kita (Deus
Immanensus) “Allah beserta kita” (Matius 1 : 23). Esensi keberadaan Allah adalah Firman
yang sudah ada pada mulanya. KeberadaanNya kemudian mejadi manusia dan telah berada di
tengah-tengah manusia. Allah telah berfungsi dan berelasi dengan kehidupan manusia yaitu
dengan perwujudan kemuliaan, kasih karunia dan kebenaran (Yohanes 1 : 1 – 2 ; 14)
Yesus Kristuslah wujud Allah yang telah menjadi manusia. Keberadaan Allah yang
tidak terbatas dapat dilihat dan dimengerti hanya didalam Yesus Kristus. Yesus Kristus
sendiri sudah mengatakan bahwa Dialah yang menyatakan nama Allah kepada semua orang
(Yohanes 17 : 6, “Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau
berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka
kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu”). Malahan kepada murid-muridnya, Yesus
menegaskan bahwa Dialah jalan dan kebenaran dan hidup ; tidak ada seorangpun yang datang
kepada Bapa kalau tidak melalui Aku. Siapa yang mengenal Yesus maka dia mengenal Allah
Bapa (Yohanes 14 : 6 - 7). Yesus berkata : “Barangsiapa yang telah melihat Aku, ia telah
melihat Bapa. Aku didalam Bapa dan Bapa didalam Aku.” (Yohanes 14 : 9 - 10).

B. Kenyataan yang Terjadi di Lapangan


Walaupun perkembangan IPTEK semakin canggih dan pemikiran manusia semakin
maju, namun masih banyak orang-orang yang meyakini ajaran agama primitif ( agama suku).
Terbukti dengan meningkatnya pengikut kepercayaan parmalim dan sudah mulai menyebar ke
beberapa daerah di Nusantara bahkan hingga keluar Negeri. Untuk di Indonesia sendiri
pengikutnya telah ada di daerah Pekanbaru, Batam, Irian Jaya, Jakarta, Semarang dan di
daerah Sumatera Utara yaitu Medan dan di tanah Batak. Parmalim sendiri dapat diartikan
dengan orang yang mengikuti ajaran malim, dimana pengikutnya harus memiliki sifat yang
bersih atau suci baik fisik maupun rohani, serta dapat membatasi diri dari menikmati dan
bertindak dari hal-hal duniawi. Bentuk penghayatan dari kepercayaan Parmalim dahulunya
hanya berbentuk upacara biasa saja dan belum disebut sebagai kepercayaan Parmalim tetapi
disebut sebagai Ugamo Malim pada masyarakat Batak dan inti ajarannya berpegang pada adat
istiadat Batak, lama-kelamaan kepercayaan ini mulai berkembang seiring dengan
bertambahnya pengikut kepercayaan ini. Tetapi dengan masuknya agama modern yang
dibawa oleh Dr. Il Nomensen maka pengikut ajaran kepercayaan tua ini pun berkurang,
sehingga muncul istilah dari suku Batak Toba sendiri istilah Parmalim yang artinya orang
yang mengikuti ajaran ugamo. Di dalam doa-doa dan pujian pengikut Parmalim selalu
menyampaikan doa kepada Debata Mulajadi Nabolon dan Raja Sisingamangaraja yang
dipandang sebagai malim tertinggi yaitu malim pilihan Tuhan atau Malim Ni Debata Tuhan
dalam ajaran Parmalim di sebut dengan Mulajadi Nabolon. Hubungan penganut dengan
Mulajadi Nabolon disebut dengan Ugamo dan inti ajaran dalam menjalankan hubungan itu
disebut dengan Hamalimon atau kebersihan atau kesucian. Hari khusus bagi penganut Ugamo
Malim yaitu hari Sabtu, dimana mereka melakukan perkumpulan atau parpunguan tersebut
pada satu tempat yang merupakan tempat berkumpul mereka dalam melaksanakan ibadahnya
yang disebut dengan Balai Partonggoan atau Bale Pasogit untuk di pusat, yang terletak di desa
Pardomuan Nauli Hutatinggi, kecamatan. Laguboti, kabupaten. Toba Samosir. Desa
Pardomuan Nauli merupakan desa tempat tinggal dari Raja Mulia Naipospos yang merupakan
salah satu panglima dari Raja Sisingamangaraja yang menerima perintah dari Raja
Sisingamangaraja untuk memimpin dan meneruskan ajaran Parmalim, sehingga Desa
Pardomuan Nauli yang lebih dikenal masyarakat sebagai Desa Hutatinggi dijadikan sebagai
pusat dari kepercayaan Parmalim dan tidak dapat dipindahkan ke daerah lain. Peribadatan
atau biasa disebut parpunguan bagi pengikut Parmalim biasannya dilakukan di Bale
partonggoan untuk di pusat dan rumah parsantian untuk di setiap cabang Dalam melakukan
parpunguan, mereka hanya memanjatkan doa kepada Debata Mulajadi Nabolon dan nasihat-
nasihat di dalam melaksanakan kehidupan sehari-sehari dan mereka tidak mengumpulkan
persembahan tetap mingguan atau bulanan.
Adapun peraturan-peraturan yang ada di dalam Parmalim yaitu para pengikutnya
dilarang berdusta, berjinah dan mencemari agama mereka, dalam setiap pelanggarannya akan
ada sanksi-sanksi tertentu bagi orang yang melanggar peraturan agama tersebut, salah satu
hukumannya yaitu pemberian peringatan kepada si pelaku dan membuat suatu upacara
tersendiri untuk menebus kesalahannya, upacara ini haruslah berupa persembahan seekor
ayam dan diiringi oleh gondang sabangunan. Ciri khas dari pengikut Parmalim yaitu adanya
bane-bane yang diikat bersama jeruk kecil dan bonang manalu atau bonang Batak dan
diletakkan di atas pintu atau di suatu tempat yang dapat terlihat oleh orang lain. Kini pusat
agama Parmalim terbesar berada di Desa Hutatinggi, 4 kilometer dari kecamatan Laguboti
Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara. Orang lebih mengenalnya sebagai Parmalim
Hutatinggi. Di desa ini ada rumah ibadah orang Parmalim yang disebut Bale Pasogit.

Adat kebiasaan Agama Parmalim

Mereka beribadah setiap hari sabtu dan memiliki dua hari peringatan besar setiap
tahunnya yaitu Sipaha Sada dan Sipaha Lima. Sipaha Sada ini dilakukan saat masuk tahun
baru Batak yang dimulai setiap bulan Maret. Dan Sipaha Lima yang dilakukan saat bulan
Purnama yang dilakukan antara bulan juni-juli. Dalam upacara, laki-laki yang telah menikah
biasanya mengunakan sorban seperti layaknya orang muslim, sarung dan Ulos (selendang
batak). Sementara yang wanitanya bersarung dan mengonde rambut mereka. Semua acara
Parmalin dipimpin langsung oleh Raja Marnokkok Naipospos. Kakek Raja Marnokkok adalah
Raja Mulia Naipospos yang menjadi pembantu utama Sisingamangaraja XI. Kini penganut
Parmalin ini mencapai 7000 orang termasuk yang bukan orang batak. Mereka tersebar di 39
tempat di Indonesia termasuk di Singkil Nanggroe Aceh Darussalam. Adapun adat kebiasaan
kepercayaan Parmalim, yaitu :
1. Marari Sabtu
Di mana seluruh pengikut Parmalim di manapun mereka berada haruslah melaksanakan
perkumpulan setiap hari Sabtunya dan dilaksanakan di setiap cabang atau rumah
parsantian, dalam perkumpulan ini para pengikut parmalim akan diberi poda atau
bimbingan untuk lebih tekun dalam menghayati ajaran kepercayaan Parmalim.
2. Martutuaek
Upacara yang dilakukan di rumah umat karena mendapat karunia kelahiran seorang anak
ataupun pemberian nama pada anak. Dimana seorang anak yang baru lahir haruslah
terlebih dahulu diperkenalkan dengan bumi terutama air yaitu umbul mata air disertai
dengan bara api tempat membakar dupa.
3. Mardebata
Upacara yang dilakukan secara individual untuk meminta ampunan atas penyimpangan
yang dilakukan dari aturan ajaran kepercayaannya.
4. Pasahat Tondi
Upacara yang dilakukan pada umat yang mengalami duka atau meninggal dunia. Dimana
setelah satu bulan pemakaman maka dilakukanlah upacara pasahat tondi atau menghantar
roh, dalam upacara ini biasanya dilakukan doa saja, bisa dilakukan dengan sederhana atau
besar tergantung pada kemampuan keluarga yang mengalami kemalangan.
5. Mangan Napaet
Upacara berpuasa untuk menebus dosa dan dilaksanakan selama 24 jam penuh pada setiap
penghujung tahun kalender batak yaitu pada ari hurung bulan hurung, upacara ini juga
dilaksanakan di Bale Partonggoan dan dihadiri oleh seluruh umat Parmalim. Setelah
berpuasa selama 24 jam maka tepat tengah hari pukul 12.00 sebelum berbuka
dilaksanakanlah mangan napaet, lalu dilakukan perkumpulan di dalam Bale Partonggoan
dan dipimpin oleh Ihutan.

Iman kristen menolak ajaran parmalim karena inti ajarannya berpegang pada adat
istiadat Batak, tidak menyembah Tuhan Yang Maha Esa melainkan mempercayai da
menyembah banyak ilahi. Atau dengan kata lain, mereka menganggap bahwa alam inilah
Tuhannya. Manusia primitif mempercayai keberadaan Tuhan adalah melekat pada alam. Hal
ini bertentangan dengan Hukum Tuhan yang pertama dan kedua.
BAB II
MANUSIA

A. Hakekat Manusia Menurut Alkitab


 Manusia segambar dan serupa dengan Allah
Kejadian 1 : 26 - 28 mengemukakan bahwa manusia itu dijadikan segambar dan serupa
dengan Allah. Gambar adalah hakikat manusia yang tidak dapat berubah yaitu bahwa manusia
itu memiliki akal, kehendak, dan kepribadian sedangkan rupa adalah sifat manusia yang dapat
berubah. Gambar ( tselem) dan rupa ( demuth) dua istilah yang berbeda tapi pada dasarnya
memiliki arti yang sama. Tetapi keduanya dipergunakan secara bersama-sama semata-mata
untuk penekanan makna. Lewat kharakteristik / tabiatnya / sifatnya seperti nafas kehidupan
yang kekal, kebaikan, kebenaran, kekudusan, pengetahuan, dll. Manusia menggambarkan atau
memperlihatkan Allah yang tidak dapat dilihat. Sehingga jika dikatakan manusia itu segambar
dan serupa dengan Allah maksudnya manusia memiliki kesamaan kharakteristik ilahi dengan
Allah. Kharakteristik ilahi yang ada pada manusia dan hubungannya yang erat dengan Allah
membuat manusia berbeda dari seluruh ciptaannya yang lain yang dikemukakan dalam
Kejadian 1 s/d 3. Kesegambaran dan keserupaan manusia dengan rupa Allah, memiliki tiga
arti yaitu :
a. Manusia adalah milik Allah, bukan milik dunia
Kepemilikan yang ada antara sesama manusia adalah kepemilikan yang terbatas . Sebagai
milik Allah maka manusia telah diberi tanda atau simbol yang menunjukkan kepemilikan
tersebut. Dalam tradisi bangsa Israel, setiap pemilik domba selalu membuat suatu tanda
tertentu pada dombanya sebagai tanda kepemilikan supaya domba itu jangan hilang dan
nyasar diantara domba-domba lainnya. Demikianlah Tuhan Allah telah membuat tanda itu
pada diri manusia sebagai pertanda bahwa manusia itu adalah milikNya
b. Manusia mempunyai hubungan timbal-balik
Allah mengasihi manusia dan manusia mempertanggungjawabkan kasih Allah tersebut
dengan cara mengasihi sesama manusia dan melaksanakan segala kewajibannya untuk
kesejahteraan hidup manusia
c. Manusia memiliki kebebasan dan kemerdekaan
Kebebasan dan kemerdekaan adalah hak asasi yang paling mendasar dan utama yang
dimiliki oleh manusia. Sebagai rakyat atau bangsa yang hidup di Negara yang berdasarkan
hokum, maka hal itu telah tercantum di dalam UUD 1945 dan secara filosofis UUD tersebut
telah sesuai dengan The Human Right PBB dan pada dasarnya sangat relevan dengan ajara
teologi Kristen. Allah memberikan hukum-hukumNya kepada manusia dan manusia boleh
bebas dan merdeka untuk memilih apakah patuh dan tunduk terhadap hukum-hukum tersebut.
Namun sebagai manusia yang menyadari hakekat dan tanggung jawabnya didunia harus
bertanggung jawab terhadap ketidakpatuhannya tersebut dengan menerima resiko kalau
ternyata hal itu disalahgunakan.

Manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan berharga dihadapan Tuhan Allah dapat
secara lebih jelas kita lihat dalam rumusan berikut ini :
 Manusia merupakan ciptaan Tuhan
Dalam kejadian 1 : 26 -27, walaupun ia telah diciptakan dalam keadaan menurut gambar
dan rupa Allah dan hampir sama seperti Allah ( Maz 8 : 6 – 7) dengan segala kemuliaan dan
kekuasaannya, ia harus tetap menundukkan diri dalam ketaatan dan dibawah kekuasaan serta
kehendak Allah. Kenyataan ini pada satu pihak mengungkapkan potensi atau kemampuan
manusia yang luar biasa besarnya, namun pada pihak lain juga keterbatasan.
 Manusia harus taat atas kehendak Tuhan
Sebagai makhluk yang diberikan kekuasaan dan kedudukan yang tinggi, namun perintah
yang diterima tersebut haruslah dalam rangka memenuhi, menguasai, dan mengolah segala
yang telah diciptakan Tuhan itu (Kej 1 : 26, 28 ; 2 : 15 ; Matius 8 : 7) dan hal itu harus
dilakukan dibawah ketaatan dan kehendak Tuhan juga. Kewenangan tersebut telah
menunjukkan keabsahan bagi manusia dalam mengusahakan IPTEK secara bebas dan luas,
bebas untuk berkarya atau berkreasi dalam rangka kemuliaan Tuhan dan kebahagian bagi
manusia.
 Manusia punya watak dan psikomotorik tinggi
Manusia merupakan makhluk yang bersifat dan beraspek psikomotorik, yang berciri dan
berwatak rohaniah dan jasmaniah (Kej 2 : 7) sifat atau aspek jasmaniah manusia
menunjukkan kepada kefanaan dan keterbatasannya, sedang sifat dan aspek kerohaniannya
menunjukkan kepada potensi transsendentral, atau kemampuan untuk menerobos kenyataan-
kenyataan fisik material yang membatasinya
 Manusia punya relasi dengan Tuhan dan sesama serta Alam sekitar
Manusia diciptakan Tuhan Allah dalam keadaan berelasi dan berinteraksi dengan Tuhan,
dengan sesama dan dengan alam sekitar dengan selalu berpegang pada prinsip kasih dan
keadilan ( Kej 1: 28, 29 ; 2 : 18 ; Mat 12 : 37 – 40) dengan demikian manusia bukanlah
makhluk yang individualistik, yang otonom dan bebas dalam arti dapat menentukan segala
sesuatu dengan hanya berdasar kepada kehendak sendiri
 Manusia adalah orang berdosa, dikasih dan diselamatkan
Manusia merupakan makhluk yang berdosa tetapi juga makhluk yang dikasihi dan yang
diselamatkan oleh Tuhan didalam dan melalui Yesus kristus (Rom 3 : 3 – 9 ; Joh 3 : 16 ;
Rom 3 : 23, 24). Hal itu berarti bahwa kita harus selalu bersikap kritis terhadap apa yang
sudah dan belum dicapai oleh manusia didalam kehidupannya. Manusia tidak boleh diam atau
menutup diri terhadap dunia sekitarnya

B. Kenyataan yang Terjadi di Lapangan


Salah satu rumusan manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan berharga
dihadapan Tuhan Allah adalah Manusia punya relasi dengan Tuhan dan sesama serta Alam
sekitar yang didasari kasih. Namun pada kenyataannya manusialah penyebab hancurnya alam.
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan
kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi
mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan
modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak
diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak
kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan
lingkungan hidup. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia,
antara lain:
a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya
kawasan industri.
b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan
kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa
dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
b. Perburuan liar.
c. Merusak hutan bakau.
d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
Selain rumusan diatas, rumusan mengenai Manusia harus taat atas kehendak Tuhan
pada kenyataannya sangat jauh dari yang diharapkan terutama dalam hal perkembangan
IPTEK. Ini dapat dilihat dengan meningkatnya kejahatan (penipuan, penculikan,
pembunuhan, dll) yang terjadi melalui internet dan handphone yang bertolak belakang dengan
kehendak Tuhan yaitu penggunaan IPTEK secara bebas dan luas, bebas untuk berkarya atau
berkreasi dalam rangka kemuliaan Tuhan dan kebahagian bagi manusia.
Tidak hanya melalui IPTEK saja, secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sangat
banyak terjadi hal-hal yang melanggar perintah Tuhan, seperti disaat seseorang sedang dalam
keadaan terdesak dalam hal keuangan, sering orang mangambil tindakan-tindakan instan yang
merugikan orang lain dan bahkan diri sendiri. Karena begitu terdesaknya seseorang tersebut
mungkin saja mencuri, membunuh, bahkan ada yang sampai rela menjual diri (hal ini lebih
banyak terjadi pada kaum wanita).
Semua yang dilakukan itu bukanlah suatu hal yang mereka ingin lakukan. Secara sadar
mereka tahu bahwa yang mereka lakukan adalah perbuatan yang melanggar kehendak
Tuhan. Tapi manusia di zaman dewasa saat ini, lebih mementingkan kebutuhan jasmani atau
badaniah, tidak sabar dan cenderung mengambil keputusan sendri (tidak lagi memperdulikan
bahwa apa yang dilakukan merupakan larangan Tuhan).
BAB III
HUKUM
A. Hukum dalam Pandangan Kristen
Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum adalah rangkaian peraturan mengenai
tingkah laku orang sebagai anggota masyarakat yang pada tingkat terakhir dapat
dipertahankan dengan jalan paksaan untuk mencapai tata tertib dalam masyarakat. Agama
kristen mengakui bahwa Allah adalah penjamin tata tertib dalam masyarakat dan pembela
kepentingan setiap anggota masyarakat. Allah juga adalah sumber dari semua yang baik
bahkan Dia adalah Hakim terakhir yang memutuskan mana yang baik, benar dan apa yang
salah. Kewajiban setiap orang kristen adalah menaati hukum atau perintah tersebut. Hukum
atau perntah Allah itu secara mendasar dapat dikenal lewat hukun taurat dan hukum kasih.
 Hukum Taurat
Allah memberikan hukum taurat kepada orang kristen sebagai peraturan yang bila ditaati
akan menghasilkan kebahagiaan, keamanan, dan keterjaminan dalam hidup. Karena itu
hukum taurat ini pada dasarnya adalah anugerah kasih setiaNya di dalam jalan kehidupan kita.
Hukum taurat mencakup tidak hanya kesepuluh perintah Tuhan atau undangundang dalam ke-
5 kitab Musa tetapi semua aturan dalam Alkitab. Ketaatan akan hukum ini bukan persyaratan
keselamatan. Keselamatan semata-mata karena iman tetapi iman yang benar seharusnya
berbuahkan ketaatan yang dimaksukan. Allah menghendaki supaya ketaatan kita kepada
hukum itu membuat kesucian hidup dan kesusilaan kita bercahaya bagaikan terang di tengah-
tengah kegelapan
Alkitab menyatakan bahwa hukum taurat tidak hanya tertulis di Alkitab tetapi juga dalam
hati nurani semua manusia tanpa membeda-bedakan suku, bangsa dan agama ( Roma 2 : 17 –
25). Aturan-aturan ini menjadi dasar bagi undang-undang yang dibutuhkan masyarakat untuk
jaminan kesejahteraan, kebenaran dan keadilan. Undang-undang yang seperti ini di Indonesia
juga harus dipatuhi oleh setiap orang kristen
 Hukum Kasih
Seluruh hukum taurat dapat diringkas menjadi dua bagian, yakni kasih terhadap Tuhan
Allah dan kasih terhadap sesama manusia
a. Kasih terhadap Tuhan Allah.
Allah menuntut agar manusia mengasihiNya dengan segenap totalitasnya. Tindakan
mengasihinya tidak hanya dengan cara setia menyembahnya lewat suatu ibadah tetapi
melalui ketaatan akan hukum dan perintahNya dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan
masyarakat setiap waktu
b. Kasih terhadap sesama manusia
Allah menetapkan bahwa kasihlah menjadi dasar jalinan hubungan yang ideal dan
normal antar manusia. Ukuran kasih terhadap Tuhan Allah adalah kasih kepada
sesama manusia dan ukuran kasih terhadap sesama manusia adalah kasih kepada diri
sendiri. Adalah tidak mungkin seseorang menyatakan bahwa dia mengasihi Tuhan
Allah tetapi tidak mengasihi manusia. Dan tidak mungkin pula seseorang mengasihi
orang lain kalau tidak mengasihi dirinya sendiri. Sebagaimana seseorang mengasihi
dirinya sendiri demikianlah ia harus mengasihi orang lain.

Dalam konteks kristiani, kedudukan hukum menjadi salah satu hal yang sangat positif.
Oleh sebab itu, ajaran kristen mengharuskan setiap orang untuk :
1. Menjadi teladan dalam mematuhi hukum
Sebelum orang kristen menganjurkan orang lain untuk memetuhi hukum maka mereka
harus terlebih dahulu menjadi pelaku dari hukum tersebut. Sesuai dengan Roma 13, Yesus
berkata, “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan
kepada Allah, apa yang wajib kamu berikan kepada Allah. Kepatuhan terhadap apa yang
dibuat Kaisar sebagai pemimpin dalam pemerintahan adalah salah satu wujud nyata dari
kepatuhan terhadap hukum.
2. Menjauhi perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum
Sebagai warga Negara yang hidup di Negara Hukum, maka orang Kristen harus juga turut
memberikan dukungan yang positif terhadap kinerja pemerintahan. Orang kristen harus
tampil menjadi sosok yang memberikan dorongan terhadap pemerintah agar melaksanakan
hukum yang ada dengan baik dan benar. Dan sebaliknya orang Kristen harus berani
menentang segala kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah bila kebijakan tersebut
bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku seperti : KKN, penganiayaan,
penjajahan dan tindakan-tindakan yang tidak terpuji. Firman Tuhan melalui nabi Habakuk
berkata, “Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan
rumahnya ( Habakuk 2 : 6 + 9)
3. Mejauhkan perilaku yang melecehkan aparat hukum
Perilaku-perilaku yang menunjukkan pelecehan terhadap aparat hukum adalah seperti
melanggar peraturan lalu-lintas, penyeludupan, judi, dll. Adalah merupakan bagian dari
pelecehan terhadap aparat hukum. Hukum yang ada bukan untuk kepentingan aparat
hukum tetapi untuk kepentingan pelaku hukum itu sendiri yaitu masyarakat
4. Mampu memberikan suara nabiah
Yang dimaksud dengan suara nabiah adalah suara yang bersifat nasihat, kritikan, tegoran
terhadap praktek-praktek pelanggaran hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Orang kristen harus tampil menjadi sosok yang tegas, berwibawa terutama
dalam hal pelaksanaan hukum

B. Kenyataan yang Terjadi di Lapangan


Jika mengacu pada kasih sesama manusia maka berdasarkan survei diperoleh bahwa
kekerasan terhadap anak meningkat. Kekerasan terhadap anak-anak adalah perilaku yang
bersifat tindak penganiayaan yang dilakukan orang tua [dewasa] terhadap anak-anak [usia 0 -
18 tahun, atau sepanjang mereka masih berstatus anak secara hukum]. Pada umumnya,
masyarakat berbendapat bahwa kehadiran anak [dan anak-anak] dalam keluarga merupakan
berkat dan karunia dari TUHAN kepada pasangan suami-isteri. Mereka merupakan titipan
TUHAN Yang Maha Kuasa kepada ayah dan ibunya. Oleh sebab itu, anak wajib dijaga dan
dilindungi, karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang
harus dijunjung tinggi. Hampir semua anak [dan anak-anak] dilahirkan karena keinginan
ayah-ibunya [ini juga berarti, ada anak yang dilahirkan di luar rencana]. Walaupun ada
penyebutan anak di luar nikah, lebih bermakna anak yang dilahirkan sebelum sang ibu
menikah; sedangkan perbuatan yang menjadikan anak itu ada, merupakan tindakan yang
penuh kesadaran. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak [misalnya bertambah besar,
pintar, dan lain-lain] di tengah keluarganya, sangat berkaitan dengan berbagai faktor yang
saling melengkapi satu sama lain. Semuanya itu, sekaligus menjadikan anak mampu
berinteraksi dengan hal-hal di luar dirinya [misalnya orang tua, adik-kakak, teman sebaya,
tetangga, sekolah, masyarakat, dan lain-lain]. Interaksi itu ditambah dengan bimbingan serta
perhatian utuh dari orang tua menghasilkan berbagai perubahan, pertumbuhan, perkembangan
pada anak, menyangkut fisik, psikhis, sosial, rohani, dan intelektual, pola pikir, cara pandang,
dan lain-lain.Seiring dengan itu [perubahan, pertumbuhan, perkembangan], seringkali terjadi
benturan-benturan ketika anak [dan kreativitas pikiran dan tingkah lakunya] berhadapan
dengan ayah-ibu mereka serta orang dewasa lainya. Dan tidak menutup kemungkinan,
dampak dari benturan-benturan itu adalah berbagai bentuk perlakuan [kekerasan fisik, kata,
psikhis yang dibungkus dengan kata-kata semuanya adalah nasehat dan didikan] orang
dewasa kepada anak [dan anak-anak]. Hal itu terjadi karena orang dewasa [atas nama orang
yang melahirkan, yang memberi kehidupan, yang mengasuh, lebih tua, lebih dewasa, lebih
pengalaman, lebih tahu, harus didengar, harus dihormati, dan lain-lain] menganggap anak
[dan anak-anak] telah melawannya, bandel, tidak mau dengar-dengaran, keras kepala, serta
telah melakukan banyak tindakan perlawanan terhadap orang yang lebih tua. Tindakan-
tindakan dalam rangka upaya pendisiplinan, menuntut kataatan tersebutlah yang menjadikan
orang tua memperlakukan anak-anak mereka secara fisik dan psikologis, sehingga berakibat
penderitaan, tidak berdaya, bahkan kematian. Anak [dan anak-anak] yang menjadi korban
kekerasan dari orang tuanya, mengalami ketakutan dan trauma pada dirinya. Ketakutan dan
trauma tersebut menghantar mereka lari dari rumah dan lingkungannya. Tidak sedikit dari
antara mereka yang akhirnya menjadi anak-anak terlantar, bahkan jadi bagian [anggota] dari
kelompok penjahat dan pelaku tindak kriminal lainnya. Bentuk lain dari kekerasan anak-anak,
adalah berupa perdaganan anak-anak; perdagangan anak [dan anak-anak], merupakan
transaksi jual-beli yang menjadikan anak [dan anak-anak] sebagai objek jual. Transaksi itu
dilakukan oleh atau melalui pengantara ataupun orang tuanya sendiri.
Pada sikon ini, anak-anak [yang menjadi objek jual-beli] dihargai dengan sejumlah uang atau
alat ekonomi, untuk mendapat keuntungan. Para pembelinya adalah keluarga-keluarga yang
tidak mempunyai anak; dan tidak mau berurusan dengan kerumitan persyaratan administrasi
adopsi; kasus perdagangan anak [termasuk di Indonesia], sebagaimana laporan media massa,
antara lain,
 bayi dan anak yang kelahirannya tidak diinginkan oleh ayah-ibunya, biasanya akibat
tindakan-tindakan seks bebas dan seks pra-nikah;
 anak-anak perempuan usia pra-remaja dan remaja putri, yang diculik, disekap, kemudian
dijual, dan dipaksa sebagai pekerja seksual, di daerah yang jauh dari tempat asalnya; ada
juga anak-anak dari keluarga-keluarga miskin [terutama berusia antara 5 - 10 tahun] kota
dan desa, diculik oleh para bandit dan preman untuk dijadikan pengemis
 orang tua menjual anak kandungnya sendiri, usia 0 - 5 tahun [balita], karena kesulitan
ekonomi; pada banyak kasus, orang tua dari keluarga miskin menjual bayi ataupun anak-
anaknya, agar mereka terbebas dari kesulitan ekonomi;
 anak-anak [terutama balita] yang dicuri atau diculik oleh para penjahat terhadap anak-
anak; korban penculikan tersebut diperjualbelikan; terutama kepada keluarga yang
kesulitan mempunyai anak kandung
BAB IV
MORAL

A. Moral Menurut Agama Kristen


Moral berasal dari bahasa Latin ‘mos’ atau ‘mores’ yang menerangkan tentang kelakuan
manusia. Kata ‘moral’ atau moralitas sering sekali hanya berarti kelakuan manusia secara
lahiriah dan bukan oleh dorongan agamaniah atau iman (kepercayaan) seseorang.
Masing-masing masyarakat mengajarkan perbuatan baik (moral atau moralitas). Tetapi
setiap masyarakat memiliki sumber dan dasar yang berbeda-beda dan berlainan dalam setiap
penentuan apa dan bagaimana perbuatan itu dianggap baik. Berikut ini akan dijelaskan moral
menurut agama kristen.
Menurut agama kristen, perbuatan baik adalah salah satu ajaran kristen yang paling
menonjol, namun harus diingat bahwa motif perbuatan baik menurut iman kristen sangat jauh
berbeda dengan motif perrbuatan baik masyarakat suku, aliran filsafat atau agama lain.
Perbuatan baik yang dilakukan oleh orang Kristen lahir sebagai buah iman, kepercayaan dan
pembenaran oleh Kristus Yesus. Orang kristen yang sudah menerima keselamatan dari Yesus
Kristus akan otomatis berbuat baik tapi hal itu bukan untuk menumpuk amal atau pahala agar
memperoleh keselamatan. Sebaliknya karena ia sudah diselamatkan maka ia harus berbuat
baik. Ada dua hal yang sangat prinsipal mengapa itu bisa terjadi.
1. Karena dasar moral Kristen adalah KASIH. 1 Yohanes 4 : 4 mengatakan : “....Allah adalah
kasih,...”. Jika kita berbuat baik, kita harus terlebih dahulu menerima kebaikan itu sendiri,
yakni Tuhan Allah didalam Yesus Kristus. Menurut Yohanes 1 : 1+14, “Pada mulanya
adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman nitu adalah Allah.
Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita, dan kiat telah melihat
kemuliaanNya sebagai Anak Tunggal Bapa penuh kasih karunia dan kebenaran”. Jadi
kalau kita mau berbuat baik maka kita harus terlebih dahulu percayaa bahwa Firman Allah
yang tertulis dalam Alkitab. Semua perbuatan baik kita atas Kehendakan Allah
sebagaimana tertulis dalam kitab suci.
2. Selain dasar Kasih diatas, kita harus mengingat juga hakekat manusia diciptakan Tuhan
merupakan ‘rupa’ dan ‘gambar’ Allah. Ada beberapa arti ‘keserupaan’ dan ‘kegambaran’
manusia dengan Allah yaitu :
 Manusia adalah milik atau kepunyaan Allah secara pribadi. Sebagai ‘pribadi’ dia
memiliki pikiran dan kesadaran akan hal-hal yang baik dan buruk atau hal-hal yang baik
dilakukan maupun yang harus dihindarkan
 Manusia yang tercipta menurut rupa dan gambar Allah itu adalah segambar dengan
Allah didalam Roh dan Karakter. Hal ini berulang kali dinyatakan oleh Alkitab dalam
Mika 6 : 8 dan Hosea 6 : 6. Didalam ayat-ayat ini Allah yang ‘baik’ itu juga menuntut
manusia untuk berlaku baik, adil, suka kemurahan, rendah hati dan berbuat kebajikan
serta menjauhkan hati kotor
 Oleh Yesus dan Roh Kudus manusia dijadikanNya “Anak-anak Allah”. Anak-anak
Allah adalah mereka yang hidupnya sehari-hari ‘segambar’ dan ‘serupa’ Allah atau
‘seteladan’ dengan Allah. Hal ini persis sebagaimana rumusan Paulus dalam Roma 8 :
14, “Semua orang yang dipimpin oleh roh Allah adalah anak Allah”.
Keserupaan dan kesegambaran manusia dengan Allah inilah yang menjadikan manusia
berbuat baik, meniru Tuhan yang menciptakaannya berhakekat demikian. Dengan mengikuti
teladan Yesus Kristus maka perbuatan baiknya orang kristen harus semakin sempurna sebagai
mana diajarkan Kristus dalam Matius 5 : 48.
Disinilah hubungan yang sangat erat antara moralitas dengan iman Kristen. Moral harus
muncul dan lahir dari kepercayaan seseorang. Moral yang baik lahir dari iman yang baik.
Sama seperti perumpamaan Yesus yang mengatakan “jikalau suatu pohon kamu katakan baik
maka baik pula buahnya, jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik maka tidak baik pula
buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal”

B. Kenyataan yang Terjadi di Lapangan


Budaya global yang dibangun dengan kemajuan IPTEK telah membawa berbagai
perubahan terutama perubahan tata nilai dalam kehidupan manusia sebagai contoh perilaku
seks. Seks bebas sudah menjadi hal yang tidak tabu lagi bagi kalangan remaja dan mahasiswa
di Indonesia. Kegiatan seks bukan hanya dilakukan oleh pasangan yang sah menurut agama
dan hukum yang berlaku akan tetapai juga dilakukan oleh para pelajar dan mahsiswa. Pelajar
dan mahasiswa sekarang ini cenderung lebih mengutamakan pacaran dan kebutuhannya yang
lain daripada menuntut ilmu. Mereka tidak lagi tenggelam dalam pelajaran akan tetapi sudah
tenggelam dalam lautan asmara yang mereka namakan cinta.
Fakta-fakta yang ditemukan di lapangan mengenai seks dikalangan pelajar adalah
sebagai berikut : Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak
sedikit yang melakukan hubungan seks diluar nikah. Hal ini disebabkan karena ada beberapa
tahapan yang biasanya dilakukan sebelum seseorang berani melakukan hubungan seks yaitu:
1. Pegangan tangan
2. Ciuman sebatas ciuman di pipi dan kening
3. Ciuman bibir (kiss franc)
4. Pelukan
5. Petting (mulai berani melepas pakaian bagian atas)
6. Meraba kebagian-bagian yang sensitif (mulai berani buka-bukaan)
7. Melakukan hubungan seks

Biasanya para remaja pada saat berpacaran yang pertama kali yang dilakukan adalah
melakukan tahapan dari nomor 1 sampai dengan nomor 5, walaupun banyak juga yang berani
melakukan tahapan nomor 6 bahkan sampai pada tahapan nomor 7.
Ada alasan kenapa para remaja berani melakukan hubungan seks di luar nikah, yaitu :
1. perasaan cinta yang mendalam terhadap pasangan,
2. lingkungan keluarga yang kurang memberikan perhatian kepada anak,
3. pengaruh lingkungan sekitar anak (pergaulan bebas)
4. sentuhan fisik yang menimbulkan nafsu yang tidak terkontrol
Dengan tidak lagi mempercayakan Allah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,
orang mulai memakai seks untuk saling memanipulasi yang lain agar yang lainnya itu
memberi kasih dan rasa hormat. Keinginan-keinginan fisik yang normal diperbesar dan
dihubungkan dengan nafsu keakuan (ego). Dengan demikian seks menjadi suatu alat, suatu
senjata dan suatu obsesi.

Anda mungkin juga menyukai