Oleh
YANI RAHIM
201733155
i
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI
Pembimbing II
Mengetahui,
Ka. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
ii
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI
Proposal skripsi oleh Yani Rahim NIM 201733155 ini telah diseminarkan di
depan Tim Penguji pada tanggal 20 Febuari 2021 sebagai syarat untuk melakukan
penelitian.
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
iv
Sidigede, dan orang tua siswa. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian
ini didapatkan melalui dokumentasi, buku referensi, artikel, catatan penelitian
serta data pendukung lainnya. Teknik pengumpulan data berupa wawancara,
dokumentasi, dan pencatatan. Analisis data yang digunakan merupakan analisis
data kualitatif.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................ii
ABSTRAK .................................................................................................................iv
vi
2.1.1.5 Pentingnya Kemandirian bagi Peserta Didik.............................13
vii
3.4 Data dan Sumber Data..............................................................................42
3.4.1 Data...............................................................................................42
3.5.1 Observasi........................................................................................44
3.5.2 Wawancara.....................................................................................44
3.5.3 Dokumentasi..................................................................................45
3.5.4 Pencatatan......................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................50
LAMPIRAN...........................................................................................................53
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
2
indikator kemandirian belajar di SDN Karang Jalak 1. Angket yang
digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup, dengan jumlah
pernyataan sebanyak 27. Langkah menyusun kisi-kisi dengan
mendefinisikan secara operasional variabel-variabel yang akan diteliti,
kemudian masing-masing variabel dijabarkan dalam indikator-indikator
yang ditunjukan dengan 27 pernyataan dari semua indikator. Berdasarkan
hasil penelitian yang didapat melalui observasi dan angket dapat
disimpulkan bahwa kemandirian belajar siswa kelas III di SDN Karang
Jalak 1 berkembang dengan baik dengan rentang nilai 68,3. Kemandirian
belajar yang diukur meliputi percaya diri, bertanggung jawab, mampu
bekerja sendiri, mampu mengambil keputusan, memiliki hasrat bersaing
maju, disiplin dan aktif dalam belajar.
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru kelas V di SD Negeri
01 Teluk Wetan yaitu Ibu Fitrotun, S.Pd yang tinggal di Desa Sidigede RT
16 RW 03 Welahan Jepara pada hari Jumat 21 Agustus 2020. Beliau
mengatakan bahwa di masa pandemi Covid-19 siswa belum sepenuhnya
memiliki nilai kemandirian. Wawancara juga peneliti lakukan terhadap
siswa kelas V di Desa Sidigede yang bernama Karissa Hellga. Ia bisa
mengerjakan tugas dengan bantuan guru les. Hal ini dapat dilihat dari
permasalahan yang terjadi diantaranya adalah siswa masih ragu pada
kemampuannya sendiri, siswa minta diarahkan guru secara terus menerus
dalam kegiatan belajar, siswa membutuhkan dukungan dari orang lain
yang berlebihan dalam menyelesaikan masalah sendiri, tidak mampu
belajar mandiri, siswa melaksanakan kegiatan harus atas perintah orang
lain, siswa sering menyontek pekerjaan teman saat ada tugas adapun siswa
yang mengerjakan atas bantuan dari guru bimbingan belajar, siswa tidak
memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Fenomena tersebut
menggambarkan bahwa nilai kemandirian dalam diri siswa belum
berkembang secara optimal. Apabila keadaan yang seperti ini tidak segera
ditangani, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
3
di sekolah. Sehingga perlu adanya upaya yang dilakukan untuk mendorong
kemandirian siswa dalam belajar.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan menganalisis kemandirian belajar siwa
selama pandemi Covid-19 sehingga peneliti tertarik untuk mengambil
judul “Kemandirian Belajar Daring Melalui Aplikasi Whatsapp Siswa SD
di Desa Sidigede Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara pada Masa
Pandemi Covid-19”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemandirian belajar daring melalui aplikasi whatsapp
siswa SD di Desa Sidigede Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara
pada masa pandemi Covid-19?
2. Bagaimana peran orang tua untuk mengatasi belajar anak di Desa
Sidigede Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara pada Masa Pandemi
Covid-19?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagi berikut:
1. Untuk mendeskripsikan kemandirian belajar daring melalui aplikasi
whatsapp siswa SD di Desa Sidigede Kecamatan Kabupaten Jepara
pada masa pandemi Covid-19.
2. Untuk mendeskripsikan peran orang tua untuk mengatasi belajar anak
di Desa Sidigede Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara pada Masa
Pandemi Covid-19.
1.4 Manfaan Penelitian
adapun manfaat dalam penelitian ini dapat dikategorikan menjadi
dua aspek, yaitu aspek teoritis dan aspek praktis.
4
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis dengan adanya penelitian “Kemandirian
Belajar Daring melalui aplikasi whatsapp Siswa SD di Desa
Sidigede Kecamatan Kabupaten Jepara pada Masa Pandemi Covid-
19” mampu memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu
pengetahuan terutama dalam upaya mengembangkan sikap
mandiri pada siswa sekolah dasar.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini akan memberikan manfaat antara lain:
a. Bagi Lembaga
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi yang
diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi
pembaca terutama tentang kemandirian belajar siswa pada
jurusan Pendidikan Guru Sekolah dasar dan Keguruan
Unuversitas Muria Kudus.
b. Bagi Masyarakat Khususnya Orang Tua
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan orang tua
untuk mendidik dan mengarahkan anak agar lebih baik ke arah
masa depan.
c. Bagi Penulis
Sebagai syarak kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana, serta
memberi wawasan dan pengetahuan dalam ilmu kependidikan anak
sekolah dasar.
1.5 Ruang Lingkup
Tujuan dari pembatasan masalah penelitian yaitu agar pembahasan
ini terfokus pada masalah yang dimaksud sesuai dengan judul yaitu
Kemandirian Belajar Daring melalui aplikasi whatsapp Siswa SD di
Desa Sidigede Kecamatan Kabupaten Jepara pada Masa Pandemi
Covid-19. sehingga dapat menyajikan data yang kongkrit dan sesuai
dengan tujuan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini terfokus pada
masalah sebagai berikut :
5
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa sekolah dasar.
2. Penelitian ini berpokus pada kemandirian peserta didik dalam
mengerjakan tugas sekolah di masa pandemi Covid-19.
3. Subjek penelitian yaitu pada guru dan siswa sekolah dasar di Desa
Sidigede, meliputi: guru SD, beberapa (5) siswa sekolah dasar, dan
setiap orang tua siswa.
1.6 Definisi Operasional
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas dan tepat
sasaran, maka penelitian ini menggunakan beberapa istilah yang
menjadi batasan diantaranya sebagai berikut:
1. Kemandirian merupakan salah satu unsur terpenting yang harus
dimiliki peserta didik dalam proses belajar mengajar, sehingga
peserta didik dapat mengerjakan tugas atau perintah yang diberikan
oleh gurunya tanpa mengharapkan bantuan dari peserta didik yang
lain.
2. Pembelajaran elektronik daring atau dalam jaringan dan ada juga
yang menyebutnya online learning merupakan kegiatan
pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN)
sebagai metode penyampaian, interaksi dan fasilitas serta didukung
oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya.
3. Pandemi Covid 19
Pandemi adalah skala penyebaran penyakit yang terjadi secara global
di seluruh dunia. Namun, ini tidak memiliki sangkut paut dengan
perubahan pada karakteristik penyakitnya. Coronavirus atau Covid
19 merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan infeksi
saluran pernapasan atas ringan hingga sedang.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
7
mengambil keputusan dan inisiatif dalam mengatasi masalah yang
dihadapi, memiliki rasa percaya diri dalam melaksanakan tugas-tugasnya,
serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Menurut Asrori
(2016:114), kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu yang
diperoleh melalui sebuah proses realisasi kedirian dan menuju
kesempurnaan. Kemandirian adalah suatu proses yang akan terus
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Menurut Risnawati (2016:168), kemandirian belajar mulai dikenal
karena adanya penekanan otonomi dan tanggung jawab siswa utuk
bertanggung jawab pada kegiatan belajarnya sendiri. Kemandirian belajar
peserta didik ditunjukkan dengan adanya sikap mampu menyelesaikan
masalah dan tugasnya secara mandiri tanpa bergantung pada orang lain.
Dalam kehidupan dewasa ini baik secara langsung maupun tidak langsung,
pentingnya kemandirian bagi peserta didik akan mempengaruhi kehidupan
peserta didik. Kemandirian banyak memberikan dampak positif bagi
perkembangan individu, maka sebaiknya sikap kemandirian dalam belajar
diajarkan kepada siswa sedini mungkin sesuai kemampuannya.
Kemandirian yang sehat adalah yang sesuai dengan hakikat manusia
paling dasar. Perilaku mandiri adalah perilaku memelihara hakikat
eksitensi diri. Oleh sebab itu, kemandirian bukanlah hasil dari proses
internalisasi aturan otoritas, melainkan suatu proses perkembangan diri
sesuai dengan hakikakt eksistensi. Dalam konteks ini, Erick Fromm
menyebut perilaku ini sebagi hakikat humanistik (Kartadinata, 1988).
Siswa yang mandiri dengan tanggung jawabnya akan belajar
menyelesaikan tugasnya dengan inisiatifnya sendiri, guru hanya bertindak
sebagai fasilitator dan motivator. Holstein (1984:26) mengungkapkan
bahwa kemandirian memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan
belajar mengajar, kemandirian memungkinkan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran secara aktif dan kreatif. Siswa yang memiliki
kemandirian belajar akan menganggap belajar merupakan tugas pokok
yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan cara menyelesaikan
8
tugas dengan mandiri. Kemandirian siswa dalam belajar terlihat ketika
siswa mampu menghadapi masalahnya sendiri dengan percaya diri,
menyelesaikan tugas secara mandiri dan penuh tanggung jawab tanpa
banyak bergantung pada guru/orang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemandirian adalah suatu kondisi seseorang yang telah memiliki hasrat
bersaing dan kepercayaan diri untuk mampu menentukan keputusan
sendiri dan inisiatif mampu melaksanakan tugasnya dengan penuh
tanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain. Kemandirian terus
berkembang seiring dengan perkembangan seorang anak. Perkembangan
masing-masing anak tentu berbeda-beda, begitu juga dengan kemandirian
antara anak yang satu dengan yang lain akan berbeda sesuai dengan
tingkat perkembangannya dan juga faktor yang mempengaruhinya.
Kemandirian belajar merupakan suatu kondisi seseorang yang memiliki
inisiatif, percaya diri, dan bertanggung jawab terhadap tugasnya tanpa
pengaruh dari orang lain dalam suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan dan perubahan perilaku baru yang bersifat tetap.
2.1.1.2 Bentuk Kemandirian
Kemandirian merupakan sikap seseorang yang telah mampu berdiri
sendiri, mampu menghadapi masalahnya sendiri dengan seminimal
mungkin bantuan dari orang lain. Ada beberapa bentuk kemandirian,
Havighurst (dalam Fatimah, 2010:143), membedakan kemandirian atas
tiga bentuk, yaitu:
1. Kemandirian emosi, yaitu suatu kondisi dimana seseorang telah
mampu mengontrol emosi sendiri dan secara mandiri mampu
memenuhi kebutuhan emosi sendiri. Individu yang telah memiiliki
kemandirian emosi berarti ia telah mampu mengatur dirinya sendiri
untuk dapat mengendalikan kebutuhan emosinya.
2. Kemandirian ekonomi, yaitu sikap mandiri yang dimiliki seseorang
dalam mengatur ekonomi sendiri dan tidak tergantung pada orang lain
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Kemandirian ekonomi
seseorang dapat dilihat dari kemampuan orang tersebut untuk
mengendalikan kebutuhan ekonominya.
3. Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan seseorang dalam
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi secara mandiri. Seseorang
9
dengan kemandirian intelektual berarti ia telah mampu bertanggung
jawab terhadap tugasnya dan mampu menyelesaikan masalahnya
secara mandiri.
4. Kemandirian sosial, yaitu sikap seseorang yang telah mampu untuk
mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada
aksi orang lain. Interaksi dalam kemandirian sosial tersebut terjadi
berdasarkan inisiatif sendiri bukan bergantung pada aksi orang lain.
Havighurst (1972) membedakan kemandirian atas tiga bentuk
kemandirian, yaitu :
1. Kemandirian emosi, yaitu kemampuan mengontrol emosi diri sendiri
dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orng lain.
2. Kemandirian ekonomi, kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan
tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain.
3. Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi.
4. Kemandirian sosial yaitukemampuan untuk mengadakan interaksi
dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi lain.
Sementara itu, Desmita (2014:186) membedakan karakteristik
kemandirian atas tiga bentuk, yaitu :
1. Kemandirian emosional, yakni aspek kemandirian yang menyatakan
perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu, seperti
hubungan emosional peserta didik dengan guru atau orang tuanya.
2. Kemandirian tingkah laku, yakni suatu kemampuan untuk membuat
keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan
melakukannya secara bertanggung jawab.
3. Kemandirian nilai, yakni kemampuan memaknai seperangkat prinsip
tentang benar dan salah, tentang penting dan apa yang tidak penting.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, kemandirian memiliki
beberapa bentuk antara lain kemandirian ekonomi, kemandirian emosi,
kemandirian intelektual, kemandirian sosial, kemandirian nilai, dan
kemandirian tingkah laku. Pemahaman tentang berbagai bentuk
kemandirian tersebut perlu dilakukan agar dapat dimengerti bahwa
kemandirian tidak hanya berkaitan dengan tindakan fisik saja melainkan
juga dengan sikap psikologis.
10
dipengaruhi oleh lingkungan, selain potensi yang dimiliki sebagai
keturunan dari orang tua, diantaranya:
1. Gen atau Keturunan Orang Tua
Kemandirian yang dimiliki oleh orang tua akan menurun pada anaknya,
namun bukan langsung diturunkan menjadi sifat bawan sejak lahir akan
tetapi sifat kemandirian muncul berdasarkan cara orang tua mendidik
anaknya.
2. Pola Asuh Orang Tua
Perkembangan kemandirian anak juga dipengaruhi oleh cara orang tua
mengasuh dan mendidik anak. Pola asuh orang tua yang baik akan
dapat mendorong perkembangan kemandirian anak sehingga
perkembangannya akan optimal, sedangkan pola asuh yang tidak baik
akan dapat menghambat perkembangan kemandirian anak.
3. Sistem Pendidikan di Sekolah
Proses pendidikan yang terjadi di sekolah juga berpengaruh pada
perkembangan kemandirian anak. Terlaksananya proses pendidikan
yang demokratis akan dapat mendukung perkembangan kemandirian
anak, sedangkan proses pendidikan yang lebih menekankan hukuman
dapat menghambat perkembangan kemandirian anak.
Sistem Kehidupan di Masyarakat Lingkungan yang ada disekitar anak
juga memberikan pengaruh pada perkembangan kemandirian anak.
Lingkungan yang ada disekitar anak akan dapat merangsang dan
mendorong bahkan manghambat proses perkembangan kemandirian
anak.
Siswoyo (2004: 9) menyatakan bahwa kemandirian belajar sebagai
bagian dari kepribadian mempunyai faktor-faktor sebagai berikut :
1. Faktor kodratik, seperti umur, jenis kelamin, dan urutan kelahiran.
Faktor kodratik berkaitan dengan faktor dari dalam individu. Dari segi
umur akan mempengaruhi tingkat kemandirian belajar karena semakin
bertambahnya umur seseorang akan diikuti pula semakin tingginya
tingkat kemandirian belajarnya. Anak perempuan biasanya lebih
lambat dibanding anak laki-laki karena anak perempuan lebih banyak
mendapat perlindungan dari orang tuanya. Disamping itu, urutan
kelahiran juga berpengaruh terhadap kemandiriannya. Anak pertama
akan lebih mempunyai sikap mandiri daripada anak kedua dan
seterusnya.
2. Faktor lingkungan, yang terbagi atas faktor tidak permanen yaitu
peristiwaperistiwa penting dalam hidup seseorang yang
mengakibatkan ketergantungan kepribadian seseorang, misalnya
kematian orang tua atau bencana alam, dan faktor permanen seperti
pendidikan dan pekerjaan. Lingkungan keluarga akan mempengaruhi
tingkat kemandirian dikarenakan pola asuh orang tua terhadap anak.
Perbedaan tingkat kemandirian belajar anak tergantung bagaimana
pola asuh orang tua terhadap anak. Sedangkan lingkungan sekolah dan
11
masyarakat juga turut menentukan tergantung pola kepemimpinan
maupun pola kebiasaan yang ada dalam lingkungan tersebut.
Berdasarkan paparan tersebut bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian belajar siswa yaitu faktor gen/keturunan
orang tua, pola asuh orang tua, sistem pendidikan di sekolah, dan sistem
kehidupan di masyarakat. Beberapa faktor tersebut perlu diperhatikan agar
kemandirian belajar pada setiap anak dapat berkembang dengan maksimal.
12
f. Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.
4. Tingkat keempat, adlah tingkat seksama (concientious). Ciri-cirinya:
a. Bertindak atas dasar nilai-nilai eksternal.
b. Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.
c. Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri sendiri
maupun orang lain.
d. Sadar akan tanggung jawab.
e. Mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
f. Peduli akan hubungan mutualistik.
g. Memiliki tujuan jangka panjang.
h. Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial.
i. Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.
5. Tingkat kelima, adalah tingkat individualitas. Ciri-cirinya:
a. Peningkatan kesadaran individualitas.
b. Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dan
ketergantungan.
c. Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
d. Mengenal eksistensi perbedaan individual.
e. Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan.
f. Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya.
g. Mengenal kompleksitas diri.
h. Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
6. Tingkat keenam, adalah tingkat mandiri. Ciri-cirinya:
a. Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.
b. Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri dan
orang lain.
c. Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial.
d. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertantangan.
e. Toleran terhadap ambiguitas.
f. Peduli akan pemenuhan diri.
g. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal.
h. Responsif terhadap kemandirian orang lain.
i. Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.
j. Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan
keceriaan.
2.1.1.5 Pentingnya Kemandirian Bagi Peserta Didik
Menurut Menurut Desmita (2014:189) Pentingnya kemandirian
bagi peserta didik, dapat dilihat dari situasi kompleksitas kehidupan ini,
yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan
peserta didik. Pengaruh kompleksitas kehidupan terhadap peserta didik
terlihat dari berbagai fenomena yang sangat membutuhkan perhatian
dunia pendidikan, seperti perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan obat
dan alkohol, perilaku agresif, dan berbagai perilaku menyimpang yang
13
sudah mengarahkan pada tindak kriminal. Dalam konteks proses belajar,
terlihat adanya fenomena peserta didik yang kurang mandiri dalam
belajar, yang dapat menimbulkan gangguan mental setelah memasuki
pendidikan lanjutan, kebiasaan yang kurang baik (seperti tidak betah
belajar lama atau belajar hanya menjelang ujian, membolos, menyontek,
dan mencari bocoran soal-soal ujian).
Fenomena-fenomena diatas, menuntut dunia pendidikan untuk
mengembangkan kemandirian peserta didik. Kardinata (1988)
menyebutkan beberapa gejala yang berhubungan dengan permasalahan
kemandirian yang perlu mendapat perhatian dunia pendidikan, yaitu:
1. Ketergantungan disiplin kepada kontrol luar dan bukan karena niat
sendiri yang ikhlas. Perilaku seperti ini akan mengarah pada perilaku
formalistik, ritualistik, dan tidak konsisten, yang pada gilirannya akan
menghambat pembentukan etos kehidupan yang mapan sebagai salah
satu ciri dari kualitas sumber daya dan kemandirian manusia.
2. Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Manusia mandiri
bukanlah manusia yang lepas dari lingkungannya, melainkan manusia
yang bertransenden terhadap lingkungannya. Ketidakpedulian terhadap
lingkungan hidup merupakan gejala perilaku implusif, yang
menunjukkan bahwa kemandirian masyarakat masih rendah.
3. Sikap hidup konformistis tanpa pemahaman dan konformistik dengan
mengorbankan prinsip. Mitos bahwa segala sesuataunya bisa diatur
yang berkembang dalam masyarakat menunjukkan adanya
ketidakjujuran dalam berpikir dan bertindak serta kemandirian yang
masih rendah.
Gejala-gejala tersebut merupakan bagian kendala utama dalam
mempersiapkan individu-individu yang mengarungi kehidupan masa
mendatang yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Oleh sebab itu,
perkembangan kemandirian peserta didik menuju ke arah kesempurnaan
menjadi sangat penting untuk dilakukan secara serius, sistematis
terprogram.
14
2.1.1.6 Upaya Pengembangan Kemandirian Anak
Menurut Asrori (2016:119) dengan asumsi bahwa kemandirian
sebagai aspek psikologis berkembang tidak dalam kevakuman atau
diturukan oleh orang tuanya maka intervensi positif melalui ikhtiar
pengembanagn atau pendidikan sangat diperlukan bagi kelancaran
perkembangan kemandirian sejumlah intervensi dapat dilakukan sebagi
ikhtiar pengembanagan kemandirian, antara lain sebagai berikut:
1. Melibatkan partisipasi anak dalam keluarga, dapat dilakukan dengan
cara:
a. Saling menghargai antaranggota keluarga;
b. Keterlibatan dalam memecahkan masalah keluarga.
2. Menciptakan keterbukaan dilakukan dengan cara:
a. Toleransi terhadap perbedaan pendapat;
b. Memberikan alasan terhadap keputuan yang diambil;
c. Keterbukaan terhadap minat anak;
d. Mengembangkan komitmen terhadap tugas anak;
e. Kehadiran dan keakraban hubungan dengan anak.
3. Menciptakan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan dilakukan
dengan cara:
a. Mendorong rasa ingin tahu anak;
b. Adanya jaminan rasa aman dan kebebasan untuk mengeksplorasi
lingkungan;
c. Adanya aturan tetapi tidak cenderung mengancam apabila ditaati.
4. Penerimaan positif tanpa syarat dilakukan dengan cara:
a. Menerima apapun kekuragan dan kelebihan anak;
b. Tidak membeda-bedakan anak;
c. Menghargai ekspresi potensi anak dalam bentuk kegiatan produktif.
5. Empati terhadap anak dilakukan dengan cara:
a. Memahami dan mengahayati pikiran dan perasaan anak;
b. Melihat berbagai persoalan anak dengan menggunakan sudut
pandang anak;
15
c. Tidak mudah mencela karya anak.
6. Menciptakan hubungan yang hangat dengan anak dilakukan dengan
cara:
a. Interaksi secara akrab dan saling manghargai;
b. Menambah frekuensi interaksi dan bersikap hangat pada anak;
c. Membangun suasana menyenangkan dan ringan pada anak.
Menurut Fatimah (2010:146), peran orang tua dalam pembentukan
kemandirian anak yaitu:
1. Komunikasi
Komunikasi antara orang tua dan anak sangat penting dalam upaya
untuk mengembangkan kemandirian anak. Komunikasi adalah cara
yang sangat efektif untuk mengetahui karakteristik dan tingkat
perkembangan anak. Komunikasi perlu dijalin dengan baik antara orang
tua dan anak.
2. Kesempatan
Kesempatan adalah cara orang tua untuk melatih siswa dalam
menentukan pilihannya. Siswa diberikan kebebasan untuk memilih
sesuatu dan mengatasi permasalahan yang dihadapi sendiri.
3. Tanggung Jawab
Orang tua juga perlu melatih anak untuk bertanggung jawab terhadap
apa yang telah pilih dan dikerjakan anak. Tanggung jawab akan melatih
anak untuk mengurangi hal-hal yang akan memberikan dampak negatif
pada anak.
4. Konsistensi
Pembelajaran disiplin dan nilai pada anak sejak dini sangat penting
dilakukan. Jika anak sudah terbiasa dengan disiplin sejak kecil, maka
sampai dewasa pun anak tersebut akan tetap disiplin dan konsisten
sehingga anak akan mudah dalam mengembangkan kemandiriannya.
Menurut Desmita (2014:190), upaya yang dilakukan guru dalam
mengembangkan kemandirian siswa, diantaranya:
16
1. Proses belajar mengajar harus demokratis, sehingga anak akan merasa
dihargai;
2. Melibatkan partisipasi aktif anak dalam setiap pengambilan
keputusan;
3. Memberi kebebasan pada anak untuk mengekplorasi lingkungan;
4. Tidak memberi perlakuan yang berbeda pada setiap anak;
5. Menjalin hubungan yang baik dengan anak.
Menurut Risnawati (2016:174), ada beberapa prinsip untuk
meningkatkan kemandirian belajar pada siswa, diantaranya:
1. Melibatkan siswa secara aktif;
2. Memberikan kebebasan siswa untuk menentukan pilihannya sendiri;
3. Memberikan kesempatan siswa untuk memutuskan;
4. Memberi semangat siswa;
5. Mendorong siswa melakukan refleksi.
Berdasarkan paparan tersebut bahwa ada beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan kemandirian seorang anak,
diantaranya melalui komunikasi, memberikan kesempatan, melatih
tanggung jawab, konsistensi, melibatkan partisipasi anak, menciptakan
keterbukaan, memberi kebebasan bereksplorasi, menerima kekurangan
maupun kelebihan anak, empati pada anak, menciptakan hubungan yang
hangat pada anak. Beberapa cara tersebut dapat dilakukan oleh guru
maupun orang tua untuk mendorong dan meningkatkan kemandirian anak.
2.1.1.7 Indikator Kemandirian Belajar
Ada beberapa indikator tentang kemandirian yang dapat dijadikan
alat untuk mengukur tingkat kemandirian belajar seseorang. Kemandirian
seseorang tentu akan berbeda dengan orang lain, artinya bahwa masing-
masing orang memiliki kemandirian yang berbeda-beda. Beberapa
indikator kemandirian tersebut antara lain :
1. Progresif dan Ulet dalam Belajar
a. Ulet dalam belajar secara terus menerus;
b. Tekun belajar dengan tetap dan disiplin;
17
c. Merencanakan kegiatan belajarnya;
d. Progresif dalam belajar dan fokus pada tujuan.
2. Berinisiatif
a. Belajar atas keinginan sendiri;
b. Kreatif dalam mencari sumber ilmu lain selain guru;
c. Kritis dalam menemukan solusi atas suatu persolan
3. Mengendalikan Diri
a. Mengatur tingkah laku untuk selalu fokus dalam belajar;
b. Mampu menahan diri dalam meyikapi suatu permasalahan;
c. Adanya kesadaran dari dirinya untuk belajar secara terus menerus.
4. Percaya diri
a. Membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah;
b. Mengembangkan keterampilan tanpa pengaruh orang lain;
c. Meningkatkan kemampuan tanpa bergantung pada orang lain;
d. Mampu mengatasi masalah belajar tanpa pengaruh dari orang lain.
5. Bertanggung jawab
a. Selalu berusaha menyelesaikan tugas belajarnya;
b. Selalu ada tindak lanjut yang jelas atas kegiatan belajarnya.
Kemandirian belajar dalam penelitian ini adalah suatu kondisi
seseorang yang memiliki kemampuan dalam hal mengatur kegiatan
belajarnya sendiri yang dapat dilihat dari indikator progresif dan ulet,
berinisiatif, mengendalikan dari dalam, percaya diri, dan bertanggung
jawab.
18
singkat, sejarah perkembangan pembelajaran jarak jauh dapat
dikelompokkan berdasarkan teknologi dominan yang digunakannya.
Oleh karena itu, dalam Bahasa Indonesia pembelajaran online
diterjemahkan sebagai ‘pembelajaran dalam jaringan’ atau ‘pembelajaran
daring’. Istlah online learning banyak disinonimkan dengan istlah
lainnya seperti e-learning, internet learning, web-based learning, tele-
learning, dis-tributed learning dan lain sebagainya (Ally, 2008). Dalam
beberapa tahun terakhir, pembelajaran online juga sering dikaitkan dan
digunakan sebagai padanan istilah mobile learning atau m-learning, yang
merupakan pembelajaran online melalui perangkat komunikasi bergerak
(mobile communicaton devices) seperti computer tablet dan smart phone.
Jadi, Pembelajaran online adalah pembelajaran yang dilakukan melalui
jaringan internet.
Pembelajaran learning tidak sekedar membagikan materi
pembelajaran dalam jaringan internet. Dalam online learning, selain ada
materi pembelajaran online juga ada proses kegiatan belajar mengajar
secara online. Jadi, perbedaan pokok antara pembelajaran online dengan
sekedar materi pembelajaran online adalah adanya interaksi yang terjadi
selama proses pembelajaran. Interaksi dalam pembelajaran terdiri dari
interaksi antara pembelajar dengan pengajar dan atau fasilitator
(pengajar), dengan sesama pembelajar lainnya, dan dengan materi
pembelajarannya itu sendiri (Moore, 1989).
2.1.2.2 Karakteristik Pembelajaran Jarak Jauh
Pendidikan jarak jauh dianggap sebagai salah satu sistem
pemberian layanan pembelajaran yang sifatnya inovatif. Karakteristik
pembelajaran jarak jauh yaitu adanya keterpisahan antara guru/instruktur
dan peserta. Artinya, dalam pembelajaran ini peserta didik tidak harus
setiap hari datang ke lembaga penyelenggara pendidikan untuk bertemu
dengan guru/instruktur untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan
kata lain, pendidikan jarak jauh kehadiran guru/instruktur dapat
19
digantikan oleh media pembelajaran. Dengan melalui media
pembelajaran tersebut peserta didik mampu belajar secara mandiri.
Menurut Keegan (dalam Warsita, 2011) karakteristik pendidikan
jarak jauh antara lain adalah:
1. Ada keterpisahan yang mendekati permanen antara instrukstur dan
peserta didik selama program pendidikan
2. Ada suatu instirusi yang mengelola program pendidikannya
3. Pemanfaatan sarana komunikasi baik mekanis maupun elektronis
untuk menyampaikan bahan belajar
4. Penyediaan sarana komunikasi dua arah
2.1.2.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Online
Pembelajaran online adalah proses belajar mengajar yang
dilakukan dengan dan dalam jaringan internet, tentu saja ketersediaan
infrastruktur TIK dan pemenuhan standar teknis menjadi prasyarat mutlak
diselenggarakannya pembelajaran online. Menurut Anderson dan
McCormick (dalam Belawati, 2020) menyebutkan ada 10 prinsip utama
yang harus diperhatkan dalam perencanaan dan penyelenggaraan
pembelajaran online, yaitu sebagai berikut:
1. Kesesuaian dengan kurikulum: rumuskan tujuan pembelajaran dengan
jelas, pastkan relevansi materi yang akan dipelajari dengan tujuan
pembelajaran, pastikan kelayakan kegiatan belajar bagi pembelajar,
dan pilih metode asesmen hasil belajar yang sesuai (jika akan
diakses).
2. Inklusivitas: rancang pedagogi pembelajaran yang mendukung praktk
pembelajaran inklusif untuk memfasilitasi beragam jenis dan tingkat
capaian belajar yang diinginkan pembelajar, pembelajar berkebutuhan
khusus, keragaman latar belakang sosial dan etnis, serta jenis kelamin.
3. Keterlibatan pembelajar: rancang pedagogi yang dapat mengajak dan
memotvasi pembelajar untuk melakukan pembelajaran aktf dan
mencapai kesuksesan belajar.
20
4. Gunakan teknologi inovatf yang dapat memberi nilai tambah pada
kualitas pembelajaran. Artinya, pendekatan yang digunakan
memperlihatkan bahwa penggunaan sistem pembelajaran online ini
memang mendukung tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, yang
akan sulit dicapai jika tidak dilakukan secara online.
5. Pembelajaran efektif dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya dengan: (a) penggunaan beberapa pendekatan desain yang
memungkinkan pembelajar memilih salah satu pendekatan yang
paling sesuai dengan dirinya, personalisasi desain tampilan dan proses
pembelajaran, serta memberikan fasilitasi untuk pembelajar
mengembangkan kemampuan belajar mandirinya (belajar cara
belajar); (b) pemanfaatan fitur-fitur pembelajaran yang akan
mendorong proses metakognitf dan kolaborasi; dan (c) pemberian
materi pembelajaran yang sesuai dengan konteks pembelajar tetapi
bisa memperlihatkan keragaman perspektf.
6. Asesmen formatf: berikan kesempatan pada pembelajar untuk
melakukan asesmen formatf, seperti melalui pemberian umpan balik
mengenai hal-hal yang harus mereka perkuat dan bagaimana caranya,
pemberian kesempatan kepada pembelajar untuk saling memberi
umpan balik satu sama lain, dan tentu saja pemberian kesempatan
kepada pembelajar untuk melakukan evaluasi diri.
7. Asesmen sumatif: bagi yang menginginkan fasilitasi asesmen sumatif
untuk menilai hasil belajar pembelajar, untuk menentukan kelulusan,
ataupun untuk memberi panduan bagi pembelajar untuk memilih arah
pendidikan selanjutnya.
8. Utuh, konsisten dan trasparan: keseluruhan pembelajaran harus
konsisten mulai dari tujuan, materi, kegiatan pembelajaran, dan
asesmen. Semua harus sesuai, materi yang diberikan harus utuh dan
dapat mempersiapkan pembelajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran, dan asesmen harus dirancang untuk mengukur apakah
tujuan yang ditetapkan dapat dicapai. Pembelajar sejak awal sudah
21
harus diberi informasi mengenai tujuan pembelajaran, bagaimana
proses pembelajaran akan dilakukan, dan bagaimana nantnya mereka
akan diakses.
9. Mudah diikut: harus dirancang agar mudah dioperasikan dan
digunakan oleh pembelajar tanpa perlu terlalu banyak bantuan dan
pelatihan, dan dengan menggunakan teknologi yang tidak terlalu
rumit.
Efsien dan efektf dalam hal biaya: investasi penggunaan teknologi
yang diperlukan harus dapat diimbangi dengan manfaat yang akan
diperoleh dari penggunaan teknologi tersebut, misalnya dalam hal
peningkatan kualitas dan fleksibilitas pembelajaran.
Menurut Dunwill (dalam Belawati, 2020) setidaknya ada enam
prinsip dasar mengajar online yang harus diperhatkan, yaitu sebagai
berikut:
1. Kontak Antara Pembelajar dengan Pengajar
Pembelajaran harus dilengkapi dengan fasilitas atau forum interaksi.
Pembelajaran online juga harus memotivasi pembelajar untuk
berdiskusi. Terkait hal ini, insttusi penyelenggara pembelajaran online
harus punya kebijakan tentang standar “merespon” pertanyaan
pembelajar. Misalnya, dalam waktu berapa lama pertanyaan
pembelajar harus direspon oleh pengajar. Untuk personalisasi,
pengajar juga ada baiknya menampilkan foto sehingga pembelajar
akan merasa memiliki “sosok” pengajar secara nyata. Jika
dimungkinkan, ada baiknya dibuat jadwal “ngobrol/chat” secara
regular.
2. Kolaborasi dan Kerjasama Antar Pembelajar
Penelitan menunjukkan bahwa efektvitas pembelajaran lebih tinggi
ketika pembelajar diberi kesempatan dan latihan untuk saling berbagi
dan bekerja sama dalam belajar. Aktvitas ini meningkatkan
kemampuan bersosialisasi dan mengurangi suasana kompetsi negatif
serta rasa terisolasi pembelajar.
22
3. Suasana Belajar yang Aktif
Belajar pada hakikatnya merupakan proses yang aktif. Oleh karena
itu, sistem dan desain pembelajaran sebaiknya berpusat pada
pembelajar dan guru atau dosen lebih bersifat sebagai fasilitator,
bukan sumber pengetahuan satu-satunya yang mengajar secara satu
arah. Guru berperan sebagai memonitor, membantu, dan memberikan
bimbingan secara individual ketka pembelajar memiliki pertanyaan.
ataupun menghadapi masalah. Proses belajarnya itu sendiri haruslah
diinisiasi dan dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Kegiatan yang
dapat memfasilitasi terjadinya belajar aktif antara lain:
a. Memberikan pilihan beragam bagi pembelajar untuk memilih jenis
dan format tugas ataupun topik projek yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
b. Menghadirkan laman situs yang interaktf untuk digunakan
pembelajar.
c. Menyelenggarakan kegiatan debat secara online.
d. Membentuk grup belajar.
e. Meminta pembelajar untuk menghubungkan pelajaran dengan
situasi riil pada kehidupan mereka.
f. Membuat kegiatan pemecahan masalah/kasus secara berkelompok.
4. Umpan Balik yang Cepat
Pembelajar perlu mendapatkan umpan balik tentang pencapaian
belajarnya. Pemberian umpan balik sangat pentng karena dapat
digunakan oleh pembelajar sebagai indikator apakah mereka telah
mencapai tujuan belajar secara menyeluruh atau belum. Dengan
demikian mereka dapat melakukan perencanaan kegiatan belajar
selanjutnya. Dalam pembelajaran online, pembelajar memiliki harapan
yang sangat tnggi, mereka biasanya mengharapkan umpan balik yang
cepat atau instan. Dalam pembelajaran online, umpan balik dapat
diberikan melalui sistem otomats sehingga dapat bersifat instan
ataupun surat elektronik atau messaging.
23
5. Tujuan Pembelajaran yang Masuk Akal dan Dapat Dicapai
Untuk membantu memotvasi pembelajar agar mencapai tujuan belajar
yang telah ditetapkan, harus berupaya merancang tugas-tugas yang
menarik, engaging (dapat membuat pembelajar menjadi terlibat aktif
dalam menyelesaikan tugasnya), dan relevan dengan kehidupan
seharihari sehingga memotvasi pembelajar. Mengingat pembelajar
juga beragam tngkat kemampuannya, tentu saja Anda harus siap selalu
untuk memberikan bantuan kepada mereka, dan jika harus
memberikan tambahan waktu untuk menyelesaikan tugasnya. Namun
demikian, berikan penilaian yang jujur yang dapat menjadi umpan
balik mengenai kinerja belajar mereka.
2.1.2.4 Interaksi dalam Pembelajaran Online
Interaksi merupakan aspek yang sangat penting dalam suatu proses
pembelajaran. Pembelajaran jarak jauh utamanya dicirikan oleh adanya
keterpisahan fsik antara peserta didik dan pengajar. Keterpisahan ini
tentu berpotensi mempengaruhi tpe dan karakteristk interaksi yang
terjadi (atau harus terjadi) antara peserta didik dengan pengajar. Sepert
disampaikan oleh Moore (1997), keterpisahan dalam pembelajaran
jarak jauh sebenarnya tdak hanya berupa keterpisahan secara geografis
dan waktu, namun juga ada keterpisahan secara psikologis dan
komunikasi. Keterpisahan ini menciptakan ruang untuk terjadinya
miskomunikasi. Inilah yang dinamakan oleh Moore sebagai
transactonal distance (jarak transaksi). Besar kecilnya jarak transaksi
ini dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: struktur rancangan
pembelajaran, dialog antara peserta didik dan pengajar, serta tngkat
kemandiri peserta didik dalam belajar (Moore, 1997). Aspek
perancangan pembelajaran dan aspek dialog dalam pembelajaran jarak
jauh tentu juga akan sangat dipengaruhi oleh media yang tersedia dan
yang digunakan.
Dalam pembelajaran jarak jauh, aspek rancangan pembelajaran
tertuangkan dalam format materi pembelajaran yang akan digunakan
24
oleh peserta didik. Moore (dalam Belawati, 2020) mengemukakan
bahwa ada tiga tipe interaksi yang terjadi dalam suatu proses
pembelajaran, yaitu interaksi antara: (1) peserta didik dengan materi
pembelajaran (learner-content), (2) peserta didik dengan pengajar
(learner-instructor), dan (3) peserta didik dengan peserta didik lainnya
(learner-learner). Dalam pembelajaran online, interaksi antara peserta
didik dengan pengajar dan peserta didik lainnya tentu terjadi secara
online pula. Teknologi yang digunakan untuk interaksi yang bersifat
sinkronus misalnya video-conferencing dan online chat, sedangkan
untuk interaksi asinkronus misalnya e-mail dan discussion boards.
25
2) Peran sebagai pendorong, sebagai anak yang sedang
menghadapi masa peralihan, anak membutuhkan dorongan
orang tua untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percaya
diri dalam menghadapi masalah.
3) Peran sebagi panutan, orang tua perlu memebrikan contoh
dan teladan bagi anak, baik dalam berkata jujur maupun
dalam menjalankan kehiduan sehari-hari dan
bermasyarakat.
4) Peran sebagai teman, menghadapi anak yang sedang
menghadapi masa peralihan orang tua lebih sabar dan
mengerti tentang perubahan anak. Orang tua dapat menjadi
informasi, teman bicara atau teman bertukar pikiran tentang
kesulitan atau masalah anak, sehingga anak merasa nyaman
dan terlindungi.
5) Peran sebagai pengawas, kewajiban orang tua adalah
melihat dan mengawasi sikap dan perilaku anak agar tidak
keluar jauh dari jati dirinya, terutama dari pengaruh
lingkungan baik dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
6) Peran sebagi konselor, orang tua dapat memberikan
gambaran dan pertimbangan nilai positif dan negatif
sehingga anak mampu mengambil keputusan yang terbaik.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peran
orang tua adalah pola tingkah laku ayah dan ibu yang memiliki
kedudukan dan tanggung jawab yang sangat besar untuk
anaknya, karena mereka mempunyai tanggung jawab untuk
mendidik, mengasuh, dan memelihara anaknya untuk
mempersiapkan dan mewujudkan kebahagiaan hidup anak
dimasa depan.
2.1.3.2 Hak dan Kewajiban Orang Tua
26
Kewajiban orang tua terhadap anak diatur dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014. UU tersebut merupakan
perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Pasal 26 Undang-Undang tersebut
mengatakan bahwa kewajiban orang tua terhadap anak
mencakup empat hal, yaitu:
1) Mengasuh, memelihara, melindungi, dan mendidik anak.
2) Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan,
minat, dan bakatnya.
3) Mencegah anak menikah usia dini.
4) Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi
pekerti anak.
Menurut Ni’mah (2016: 19) Hak dan kewajiban orang tua
dalam rumah tangga yaitu kepala keluarga ialah orang tua
sebagai pembentuk dan pimpinan keluarga mempunyai
kewajiban dan rasa tanggung jawab untuk membina seluruh
anggota keluarganya.
2.1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Orang Tua dalam
Membimbing Belajar Anak
Menurut Valeza (2017: 32-39) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi orang tua dalam melakukan bimbingan belajar
pada anak di rumah, diantaranya yaitu:
1) Latar Belakang Pendidikan Orang Tua
Pada umumnya, orang tua yang berpendidikan
tinggi berbeda dengan orang tua yang berpendidikan rendah
atau dengan yang tidak berpendidikan sama sekali dalam
melaksanakan kewajibannya terhadap anak. Sebab orang
tua yang tinggi pendidikannya tentu luas pengetahuan,
pengalaman, dan pandangannya sehingga dalam
menghadapi persoalan lebih bijaksana.
27
Orang tua yang demikian beranggapan bahwa
pendidikan itu sangat penting arti dan pengaruhnya bagi
anak-anaknya dan sebaliknya. Bagi orang tua yang
berpendidikan rendah, kebanyakan mereka beranggapan
bahwa pendidikan kurang penting artinya bagi ank-
anaknya, sehingga mengakibatkan kurang perhatian mereka
terhadap pendidikan anak-anak mereka. Meskipun, tidak
menutup kemungkinan bagi orang tua yang berpendidikan
rendah. Hal ini tergantung pada sampai di mana kesadaran
masing-masing orang tua terhadap pentingnya arti
pendidikan bagi kelangsungan hidup seseorang.
2) Tingkat Ekonomi Orang Tua
Keadaan ekonomi orang tua sangat mempengaruhi
keberadaan bimbingan terhadap anak-anaknya. Hal
tersebut tidak dapat diberlakukan kepada semua orang tua.
Tetapi, pada umumnya orang tua yang mempunyai
ekonomi mapan akan lebih banyak memperhatikan dan
membimbing anaknya dalam belajar. Hal tersebut
memungkinkan orang tua yang bersangkutan memenuhi
fasilitas belajar yang dibutuhkan oleh anak-anaknya dalam
belajar. Di samping itu, ekonomi yang mapan
memungkinkan orang tua untuk berkonsentrasi dalam
memberikan bimbingan terhadap anak-anaknya dalam
belajar, karena tidak perlu merasa terganggu oleh adanya
desakan untuk mencari nafkah/pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Meskipun demikian, tidak sedikit orang tua yang
walaupun termasuk pada kategori pas-pasan, namun pada
kenyataannya lebih banyak punya kesempatan dalam
membimbing belajar anak-anak di rumah. Orang tua yang
demikian, tidak perlu menunggu kondisi atau keadaan
28
ekonomi harus mapan, namun mereka yang terpenting
adalah bagaimana memenuhi kebutuhan anak akan
bimbingan dalam belajarnya di rumah, walaupun dari segi
pemenuhan fasilitas belajar anak belum tepenuhi, sebab
terkadang anak memerlukan sarana belajar yang cukup
mahal dan tidak terjangkau.
3) Jenis Pekerjaan Orang Tua
Waktu dan kesempatan orang tua untuk mendidik
anak-anaknya, biasanya mempunyai keterkaitan dengan
pekerjaan orang tua. Orang tua mempunyai pekerjaan
yang berbeda-beda, sehigga ada orang tua yang dapat
membagi waktu dengan baik dan ada pula yang selalu
merasa dikejar-kejar oleh waktu.
4) Waktu yang Tersedia
Sesibuk apapun orang tua dengan berbagai kegiatan,
semestinya tetap meluangkan waktu untuk dapat
berkomunikasi dan memberikan bimbingan dalam
berbagai hal, terutama dalam bimbingan belajar di rumah.
Pada waktu yang demikian kepada mereka diberikan
bimbingan, pengarahan, dan nasehat yang bertujuan
supaya mereka meningkatkan kegairahan dan cara
belajarnya di sekolah, karena baik buruknya prestasi yang
dicapai oleh anak di sekolah akan memberikan pengaruh
kepadanya dalam perkembangan pendidikan dan
kehidupannya buat selanjutnya.
5) Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga juga mempengaruhi orang
tua dalam meberikan bimbingan kepada anak dalam
belajar di rumah. jumlah anggota keluarga yang terlalu
banyak dalam sebuah rumah menjadi gaduh, sehingga sulit
29
bagi anak untuk belajar dan berkonsentrasi pada pelajaran
yang sedang dipelajarinya.
2.1.3.3.4 Peran Orang Tua dalam Pembelajaran Daring
Terdapat empat peran orang tua selama
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau pembelajaran daring
menurut (Cahyati, 2020: 155) yaitu:
1) Orang tua memiliki peran sebagai guru di rumah, yang
di mana orang tua dapat membimbing anaknya dalam
belajar jarak jauh dari rumah.
2) Orang tua sebagai fasilitator, yaitu orang tua sebagai
sarana dan prasarana bagi anaknya dalam melaksanakan
pembelajaran jarak jauh.
3) Orang tua sebagai motivator, yaitu orang tua dapat
memberikan semangat serta dukungan kepada anaknya
dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga anak
memiliki semangat untuk belajar serta memperoleh
prestasi yang baik.
4) Orang tua sebagai pengaruh, yaitu orang tua mempunyai
peran untuk selalu membimbing anaknya agar dapat
mencapai keberhasilan di masa yang akan datang.
Orang tua juga berperan untuk mengarahkan anak sesuai
bakat dan minat yang dimiliki oleh masing-masing
anak. Hal ini dikarenakan anak mempunyai bakat yang
beda-beda. Anak memiliki hak untuk mewujudkan cita-
citanya. Anak harus selalu diingatkan agar tidak larut
dalam situasi libur sekolah yang tidak menentu seperti
saat ini.
30
2.2 Kajian Penelitian Relevan
31
Penelitian kedua dilakukan oleh Penelitian lain juga dilakukan oleh
Hidayat, dkk (2020). Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
yang pengukurannya menunjukkan bahwa responden memiliki kemandirian
yang cenderung rendah (rerata = 2.78/St.Dev. 0.289 dalam skala 5) dan
komponen yang terendah adalah tanggung jawab dan inisiatif belajar. Hasil
ini menunjukkan bahwa para pemelajar (siswa/mahasiswa) belum cukup siap
untuk belajar secara daring, penyebabnya adalah karena kebiasaan belajar,
dan teknologi yang kurang mendukung.
32
Sidigede Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara di masa pandemi Covid-19.
Untuk lebih jelasnya berikut peneiti sajikan dalam bentuk tabel persamaan
dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan.
Menggunakan
metode
penelitian
kualitatif
Subjek yang
diteliti yaitu
siswa kelas
III
33
Hidayat, Ana Belajar dilakukan yang
Rohaya, Peserta Didik membahas dilakukan
Fildzah dalam tentang untuk
Nadine, dan Pembelajaran kemandirian mengukur
Hary Daring Pada belajar kemandirian
Ramadhan Masa belajar
Pandemi peserta didik
Covid -19 dalam
pembelajaran
daring
dimasa
pandemi dan
metode yang
digunakan
yaitu
kuantitatif
Subjek yang
diteliti yaitu
34
siswa kelas III
35
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Pandemi Covid-19
Pembelajaran Daring
Melalui Aplikasi
Whatsapp
Kemandirian Belajar
Peserta Didik
36
masing melalui bantuan teknologi, materi dan tugas diberikan secara online
sehingga anak akan lebih sering berada di rumah untuk menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan. Pada saat seperti inilah kemandirian belajar sangat
penting. Sebenarnya bukan pada masa seperti ini saja, namun dalam
pembelajaran sehari-hari ketika sekolah juga sangat perlu. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk meneliti tentang analisis analisis kemandirian belajar
daring siswa sekolah dasar di Desa Sidigede Kecamatan Welahan Kabupaten
Jepara. Berikut adalah kerangka berpikir yang peneliti sajikan dalam bentuk
bagan.
37
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Pandemi Covid-19
Sistem Pembelajaran
Sekolah Dasar
Kualitatif
1. Wawancara
2. Observasi
3. Dokumentasi
4. Pencatatan
38
BAB III
METODE PENELITIAN
39
data dilakukan secara purposive dan snowbal, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Berdasarkan
pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode kualitatif
merupakan sebuah penelitian bertujuan untuk memahami atau mengungkapkan
sebuah perilaku, kondisi atau keadaan yang ada pada lingkungan sekitar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang akan lebih
memusatkan penelitian pada sebuah objek yang akan diteliti kemudian
mempelajarinya sebagai sebuah kasus. Creswell (dalam Gunawan, 2014:114)
menjelaskan studi kasus adalah penelitian yang dilakukan terhadap objek yang
disebut sebagai kasus yang dilakukan secara seutuhnya, menyeluruh dan
mendalam dengan menggunakan analisis data atau jenis penelitian secara
deskriptif yakni penelitian yang menggambarkan atau mendeskripsikan sebuah
keadaan yang diteliti.
Penelitian ini akan lebih difokuskan untuk mengetahui kemandirian belajar
daring melalui aplikasi whatsapp siswa sekoah dasar di Desa Sidigede
Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara pada masa pandemi Covid-19. Peneliti
terjun langsung ke lapangan untuk melakukan proses pendataan, kemudian
mengolah data dan menganalisis data yang telah diperoleh untuk lebih jelasnya
berikut adalah rancangan penelitian yang akan peneliti lakukan dalam penelitian
ini.
1. Melihat kondisi lapangan dengan cara melakukan observasi dan
wawancara kepada beberapa anak beserta orang tuanya untuk
mengetahui bagaimana kondisi di Desa Sidigede Kecamatan Welahan
Kabupaten Jepara.
2. Mengumpulkan studi literatur dengan melihat kondisi lapangan dan
mengaitkan dengan teori-teori yang sesuai.
3. Merencanakan tahapan dalam pemecahan masalah yang ada dengan
dikaitkan teori-teori yang berkaitan.
40
4. Pelaksanaan penelitian, dalam tahap ini peneliti akan melakukan
penelitian terhadap orang tua siswa dan siswa sebagai sumber daya
primer yang didapat dari penelitian.
5. Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dengan
cara melaksanakan observasi, wawancara, dokumentasi kegiatan, dan
pencatatan penelitian sehingga data-data tersebut akan disesuaikan.
6. Melakukan analisis data, analisis data dilakukan dengan cara akan
menganalisis data yang sudah didapat dari proses pengumpulan data.
Data yang terkumpul akan direduksi, disajikan dan disimpulkan
kemudian diverifikasi.
7. Penyimpulan hasil penelitian, tahap ini akan dilaksanakan penyimpulan
terhadap data yang dianalisis sehingga peneliti akan memperoleh hasil
penelitian yang baik.
8. Evaluasi dan tindak lanjut penelitian, tahap ini merupakan tahap
terakhir pada penelitian ini. Hasil penelitian akan dicoba untuk
dievaluasi sehingga akan diberikan tindak lanjut terhadap masalah
penelitian.
3.3 Peranan Peneliti
Penelitian ini berkaitan dengan pendidikan anak di sekolah dasar guna
mengetahui kemandirian belajar daring melalui aplikasi whatsapp siswa SD di
Desa Sidigede Kecamatan Kabupaten Jepara pada masa pandemi Covid-19.
Peneliti akan berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya kemudian
mengolah dan menganalisis data yang didapat setelah itu peneliti juga berupaya
memberikan solusi berkaitan dengan permasalahan yang diteliti sehingga
penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat dalam dunia pendidikan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa peranan peneliti dalam penelitian ini
sangatlah penting selain sebagai perencanaan dalam penelitian, peneliti juga
sebagai pengumpul data, mengolah data, menganalisis data hingga
menyimpulkan hasil penelitian. Pada penelitian ini peneliti juga berperan
sebagai pendamping dari objek yang akan diteliti.
41
3.4 Data dan Sumber Data
3.4.1 Data
Data merupakan keterangan-keterangan suatu hal yang dapat
berupa sesuatu yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan
(Misbahuddin dan iqbal, 2014: 21). Dengan demikian data dapat diartikan
sebagai sebuah keterangan yang berupa informasi. Data yang diperlukan
dalam penelitian ini berkaitan dengan kemandirian belajar daring melalui
aplikasi whatsapp siswa SD Kelas di Desa Sidigede Kecamatan Welahan
Kabupaten Jepara pada masa pandemi Covid-19. Data pada penelitian ini
berupa kuaitatif karena data yang diperoleh akan lebih banyak berupa uraian
kata yang diperoleh dari lisan dan tulisan. Ada dua jenis data yang diperoleh
dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung. Data
primer pada penlitian ini diperoleh peneliti melalui observasi dan
wawancara.
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung atau data didapat dari orang lain dan sumber-sumber data yang
telah ada. Data sekunder pada penelitian ini berupa dokumentasi identitas
informan dan data pendukung lainnya.
Data primer dalam penelitian ini yaitu sebanyak 5 orang tua anak, 5
orang anak sekolah dasar Desa Sidigede Kecamatan Welahan Kabupaten
Jepara, serta guru sekolah dasar. Berikut penjelasan tujuan yang akan
diperoleh:
1. 7 orang tua siswa memiliki karakteristik berbeda dari pendidikan, kondisi
ekonomi, dan pekerjaan. 1 orang tua siswa yang bekerja sebagai guru, 1
orang tua siswa yang bekerja sebagai penjual Yakult, 2 orang tua siswa
bekerja sebagai pedagang, 2 orang tua siswa yang bekerja sebagai petani,
dan 1 orang tua siswa bekerja pada bidang konveksi. Dalam subjek
penelitian ini data yang akan diperoleh berupa penjelasan deskriptif
terkait bagaimana kemandirian belajar daring melalui aplikasi whatsapp
42
siswa SD di Desa Sidigede Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara pada
masa pandemi Covid-19.
2. 7 orang anak kelas V sekolah dasar desa Sidigede Kecamatan Welahan
Kabupaten Jepara yaitu SD N 01 Sidigede yang terdiri dari 4 orang anak
berjenis kelamin perempuan dan 3 orang anak berjenis kelamin laki-laki.
Pada bagian ini peneliti akan menggali bagaimana kemandirian belajar
daring melalui aplikasi whatsapp siswa SD di Desa Sidigede Kabupaten
Jepara pada masa pandemi Covid-19.
3. 1 guru sekolah dasar yang mengajar kelas V di SDN 01 Sidigede. pada
bagian ini peneliti akan menyesuaikan informasi yang didapat dari orang
tua anak dan anak sekolah dasar sehingga guru dapat memberikan
informasi yang sesuai mengenai kemandirian anak.
Kemudian dalam data sekunder akan dijadikan sebagai data
pendukung penulisan yang akan didapatkan melalui dokumentasi, catatan
penting, dan data pendukung lainnya.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data merupakan subjek dimana data akan diperoleh. Sumber
pengembilan data dibedakan menjadi dua yaitu sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sugiyono (2015: 308) menjelaskan sumber data primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data,
sedangkan sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data atau dapat melalui orang lain dan
dokumen.
Untuk memperoleh data berkaitan dengan kemandirian belajar
daring melalui aplikasi whatsapp siswa SD di Desa Sidigede Kecamatan
Welahan Kabupaten Jepara pada masa pandemi Covid-19 peneliti akan
memfokuskan informan berdasarkan kategori tertentu. Dengan adanya
kategori tersebut diharapkan mampu memberikan sumber data yang beragam
sehingga memperoleh data yang beragam. Berikut adalah kategori yang
peneliti gunakan dalam memilih informan. Dalam penelitian ini, terdapat
sumber data yang dibagi menjadi dua yaitu, sumber data primer dan sumber
43
data sekunder. Sumber data primer didapat dari informan di lingkungan rumah
siswa seperti orang tua dan guru yang mengajar les di Desa Sidigede
Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. Sedangkan sumber data sekunder
yang berasal dari dokumentasi peneliti, catatan peneliti, wawancara peneliti,
dan data pendukung yang digunakan sebagai acuan peneliti.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data
berdasarkan pendapat ahli maka tahap pengumpulan data adalah tahap yang
menjadi paling utama dalam penelitian ini, karena pada tahap ini peneliti akan
mendapatkan sumber data yang akan dianalisis. (Sugiyono, 2016:308). Berikut
merupakan teknik yang akan peneliti untuk mengumpulkan data:
3.5.1 Observasi
Sugiyono (2016) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya bekerja berdasarkan data, yaitu
dunia kenyataan yang diperoleh dari informasi. Jadi, observasi adalah
aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan
memahami sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang
sudah diketahui sebelumnya untuk mendapatkan informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.
Observasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
observasi partisipan. Peneliti akan melakukan observasi tentang beberapa
hal yang terkait dengan kemandirian belajar daring melalui aplikasi
whatsapp siswa SD di Desa Sidigede Kecamatan Welahan Kabupaten
Jepara pada masa pandemi Covid-19. Melalui pengamatan langsung
diharapkan peneliti dapat memperoleh data secara akurat yang dibutuhkan
dalam menunjang hasil peneliti.
3.5.2 Wawancara
Esterberg (dalam Sugiyono, 2017: 317) menjelaskan bahwa
wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu
44
topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara
dibagi menjadi tiga bagian yaitu, terstruktur, semi terstruktur, dan tidak
terstruktur. Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur.
Wawancara jenis ini termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana
dalam pelaksanaannya lebih bebas. Tujuan dari wawancara semi struktur
adalah untuk menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak
yang diajak wawancara diminta ide-idenya. Wawancara ini digunakan
untuk mengetahui kemandirian belajar daring Siswa SD di Desa Sidigede
Kecamatan Kabupaten Jepara pada masa pandemi Covid-19.
3.5.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan proses pengambilan gambar
menggunakan kamera dalam pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiyono
(2012: 82) dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu untuk pengambilan gambar pada
objek yang diteliti.
3.5.4 Pencatatan
Pencatatan adalah proses pencatatan hal-hal penting yang berkaitan
dengan data yang dibutuhkan peneliti. Teknik ini dilakukan peneliti untuk
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk memperkuat sumber data
pada proses penelitian. Proses pencatatan yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah menyimak dengan cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber
data primer serta dilanjutkan dengan pencatatan. Hal ini dibantu dengan
adanya lembar pedoman observasi, lembar pedoman wawancara, lembar
pencatatan lapangan, dan dokumentasi melalui smarthphone.
3.6 Keabsahan Data
Sugiyono (2016: 366) menyatakan keabsahan data yang dilakukan untuk
membuktikan apakah penelitian dilakukan benar-benar ilmiah sekaligus untuk
menuji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
45
meliputi uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability.
Untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan didasarkan
atas kriteria tertentu. Ada empat krieria yang digunakan, yaitu derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferbility), ketergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2014: 324).
3.6.1 Kepercayaan (Kredibilitas)
Kriteria ini berfungsi sebagai pelaksanaan inkuiri sedemikian rupa
sehingga kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Dalam kriteria ini juga
mempertunjukkan derajat hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian
oleh peneliti pada kenyataan ganda yang diteliti.
3.6.2 Keteralihan (Transferabilitas)
Keteralihan berfungsi sebagai pengumpulan kejadian empiris
tentang temuan kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung
jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ingin membuat
keputusan tentang pengalihan tersebut.
3.6.3 Kebergantungan (Dependabilitas)
Kebergantungan merupakan substitusi dari istilah reliabilitas pada
penelitian non kualitatif sehingga memiliki kesamaan fungsi.
3.6.4 Kepastian (Konfirmabilitas)
Kriterium kepastian berasal dari konsep objektivitas menurut non
kualitatif menetapkan objektivitas dari segi kesepakatan antar subjek.
Sesuai dengan pendapat para ahli tersebut, peneliti menarik kesimpulan
terkait keabsahan data dalam penelitian sebagai berikut.
1. Kredibilitas
Pada tahap ini ditunjukkan dengan adanya temuan hasil observasi
kemandirian belajar daring siswa di masa pandemi Covid-19.
Kemudian data diperoleh dari wawancara dan dokumentasi.
2. Transferbilitas
Pada tahap ini ditunjukkan terhadap kritik dan dilakukan dengan
interpretasi data, kemudian data tersebut akan disambungkan
menjadi data baru.
46
3. Dependabilitas
Data yang berkaitan dengan pendidikan usia sekolah dasar dengan
menganalisis kemandirian belajar daring siswa.
4. Kepastian
Pada tahap ini data diperoleh harus benar-benar objektif yang
nantinya akan berlanjut pada tindak lanjut peneliti.
3.7 Analisis Data
Pada penelitian ini, analisis data diperoleh dari analisis kualitatif yang
dianalisis secara deskriptif. Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2017:336)
analisis data telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2017;335) analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.
Setelah data terkumpul, mulai dari observasi, wawancara, maupun
pengumpulan dokumen-dokumen yak terkait.setelah observasi langsung di
rumah masing-masing siswa dan guru yang diteliti maka peneliti bisa melihat
keabsahan data untuk mengidentifikasikan terkait kemandirian belajar online
selama pandemi Covid-19. Hasil wawancara dan catatan lapangan dipaparkan
secara tertulis dan dokumentasi selama penelitian berlangsung, maka tahap
berikutnya adalah pengolahan dan analisis data. Analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah
selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara,
peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai.
Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis masih belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai pada
tahap tertentu sehingga diperoleh data yang dianggap kredibel.
47
Model analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Miles
dan Huberman (dalam Sugiyono, 2017:337 menjelaskan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Dalam menganalisis
data penelitian kualitatif terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan meliputi
mereduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi
atau penyimpulan (conclusion drawing). Berikut penjelasan tahapannya:
3.7.1 Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang hal yang
tidak diperlukan serta mencari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan dan selanjutnya. Dalam
penelitian ini berarti data dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi yang telah terkumpul kemudian dirangkum, membuang yang
tidak perlu, serta memfokuskan hal-hal yang berkaitan dengan
kemandirian belajar daring melalui aplikasi whatsapp siswa SD di Desa
Sidigede Kecamatan Kabupaten Jepara pada masa pandemi Covid-19.
3.7.2 Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart, dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan
mempermudah untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan tahap
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dengan menguraikan hasil
penelitian yang telah didapat dengan teks naratif, sehingga peneliti
menyajikan data secara sistematis. Maka dalam hal ini peneliti menyajikan
data yang sesuai dengan penelitian kemandirian belajar daring melalui
48
aplikasi whatsapp siswa SD di Desa Sidigede Kecamatan Kabupaten
Jepara pada masa pandemi Covid-19.
49
DAFTAR PUSTAKA
50
Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hamdani, A. R., & Priatna, A. (2020). Efektivitas Implementasi Pembelajaran
Daring (Full Online) Dimasa Pandemi Covid-19 Pada Jenjang Sekolah
Dasar Di Kabupaten Subang. Didaktik: Jurnal Ilmiah PGSD STKIP
Subang, 6(1), 1-9.
Hasnaini, Q. (2019). Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas 1 Pada
Pembelajaran Tematik Di Sd Muhammadiyah 1 Lekok Pasuruan (Doctoral
dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
Heriyani. 2010. Peran Orang Tua dalam Membimbing Belajar Anak Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IV MI Ma‟arif
Banjarparakan Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2009/2010. Purwokerto: Jurusan Pendidikan Agama Islam STAIN
Purwokerto.
Hidayat, D. R., Rohaya, A., Nadine, F., & Ramadhan, H. (2020). Kemandirian
Belajar Peserta Didik Dalam Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi
Covid-19. Perspektif Ilmu Pendidikan, 34(2), 147-154.
Herliandry, L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020).
Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. JTP-Jurnal Teknologi
Pendidikan, 22(1), 65-70.
Holstein, Herman. 1984. Murid Belajar Mandiri. Bandung: Remadja Karya.
JOU, A. (2016). Analisis Kemandirian Dan Lingkungan Terhadap Prestasi
Belajar Ips Siswa Kelas V Sdn Mojolangu I Malang (Doctoral dissertation,
University of Muhammadiyah Malang).
Kartina, L., & Subani, S. (2020). Analisis Kemandirian Siswa MTs Pada Mata
Pelajaran IPA. Schrödinger: Journal of Physics Education, 1(1), 30-35.
Mulyaningsih, I. E. (2014). Pengaruh interaksi sosial keluarga, motivasi belajar,
dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 20(4), 441-451.
Moleong, J. Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Ningsih, R., & Nurrahmah, A. (2016). Pengaruh Kemandirian Belajar dan
Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Matematika. Formatif:
Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(1).
Ni'mah. 2016. Peranan Orang Tua Dalam Membimbing Anak Untuk
Melaksanakan Sholat Lima Waktu Di Lingkungan Pasar Kahayan Palangka
Raya (Studi Terhadap Lima Kepala Keluarga yang Berprofesi sebagai
Pedagang). Palangka Raya: Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Palangka Raya.
51
Oktavera, S. (2015). Pengaruh media pembelajaran dan kemandirian belajar
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV sekolah dasar. Jurnal Pendidikan
Dasar, 6(2), 312-323.
Purwaningsih, A. Y., & Herwin, H. (2020). Pengaruh regulasi diri dan
kedisiplinan terhadap kemandirian belajar siswa di sekolah dasar. Jurnal
Penelitian Ilmu Pendidikan, 13(1), 22-30.
Rahmasari, A. F., Setiawan, F., & Faradita, M. N. (2020). Pengaruh Pembelajaran
Online Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Kelas II SD Muhammadiyah
17 Surabaya di Tengah Pandemi Covid-19. INVENTA: Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 4(2), 158-168.
Rahmawati, D. (2016). Hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil
belajar siswa SD Negeri Purwoyoso 06 Semarang (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Semarang).
Salima, H. Analisis kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran tematik di
Kelas 2 SDI Al-Azhar 17 Bintaro (Bachelor's thesis, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Siregar, Eveline dan Hartini Siregar. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suid, A. S. (2017). Analisis Kemandirian Siswa dalam Proses Pembelajaran di
Kelas III SD Negeri Banda Aceh. Jurnal Pesona Dasar, 1(5), 70-81.
Sulung, N. (2020). Analisis Pembelajaran Di Masa Pandemik Covid 19 (Literatur
Review). Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 5(3), 496-
513.
Tresnaningsih, F., Santi, D. P. D., & Suminarsih, E. (2019). Kemandirian Belajar
Siswa Kelas Iii Sdn Karang Jalak I Dalam Pembelajaran
Tematik. Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan, 6(2).
Undang-undang Republik Indonesia No 35 Tahun 2014
Valeza, Alsi Rizka. 2017. Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Anak
di Perum Tanjung Raya Permai Kelurahan Pematang Wangi Kecamatan
Tanjung Senang Bandar Lampung. Lampung: Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam UIN Raden Intan Lampung.
Warsita, Bambang. 2011. Pendidikan Jarak Jauh. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.
Widayati, Tri. 2018. Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Perempuan
Perspektif Pendidikan Islam. Lampung Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Raden Intan Lampung
52
Wuryandani, W., Fathurrohman, F., & Ambarwati, U. (2016). Implementasi
pendidikan karakter kemandirian di Muhammadiyah Boarding
School. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 35(2).
Yuliani, W. (2019). Pengaruh metode kooperatif learning tipe jigsaw terhadap
kemandirian belajar peserta didik kelas VI SDN Tunas Bakti Subang tahun
pelajaran 2018/2019. Quanta, 3(2), 39-43.
LAMPIRAN
53
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
JADWAL PELAKSANAAN
Bulan
No. Kegiatan Agustus 20 September 20 Oktober 20 November 20 Desember 20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A. Persiapan
1. Pengajuan
Judul
2. Observasi
3. Penyusuanan
Proposal
Skripsi
4. Penyusunan
Instrumen
5. Seminar
Proposal
6. Mengurus
Perizinan
B Pelaksanaan
1. Wawancara
Orang Tua
Siswa
2. Wawancara
Siswa
3. Wawancara
Guru
54
Lampiran 2. Lanjutan Jadwal Penelitian
Bulan
No. Kegiatan Januari 21 Febuari 21 Maret 21 April 21 Mei 21
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A. Persiapan
1. Pengajuan
Judul
2. Observasi
3. Penyusuanan
Proposal
Skripsi
4. Penyusunan
Instrumen
5. Seminar
Proposal
6. Mengurus
Perizinan
B Pelaksanaan
1. Wawancara
Orang Tua
Siswa
2. Wawancara
Siswa
3. Wawancara
Guru
55
Lampiran 3. Lanjutan Jadwal Penelitian
Bulan
No. Kegiatan Januari 21 Febuari 21 Maret 21 April 21 Mei 21
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
C. Laporan
1. Penyusunan
Laporan
2. Penyusunan
Hasil
Peneliti
3. Sidang
Skripsi
Yani Rahim
NIM 201733155
56
Lampiran 4. Kisi-kisi Pedoman Observasi
57
Lampiran 5. Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI
(Kemandirian Belajar Daring Siswa di Masa Pandemi Covid-19)
Hari/Tanggal :
Siswa :
Skor
No. Indikator Aspek yang diamati
1 2 3 4
Ulet dalam belajar secara terus
menerus
Progresif dan
Tekun belajar dengan tetap dan
Ulet dalam disiplin
1
Belajar
Merencanakan kegiatan belajarnya
Keterangan :
Skor 4 : Sangat Baik
3 : Baik
2 : Cukup
1 : Kurang
59
Level
Aspek Penilaian
Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Ulet dalam belajar Siswa belajar tidak atas Siswa memiliki kemauan Siswa memiliki kemauan Siswa tidak mudah putus asa,
secara terus kemauannya sendiri dalam belajar, namun mudah dalam belajar selalu berusaha, dan memiliki
menerus putus asa kemauan keras dalam belajar
Tekun belajar Siswa tidak bersungguh- Siswa belajar, namun kurang Siswa belajar dengan Siswa belajar dengan sungguh-
dengan tetap dan sungguh dalam belajar fokus sungguh-sungguh sungguh dan terus-menerus
disiplin dan disiplin
Merencanakan Siswa belum mampu Siswa belajar dengan Siswa membuat jadwal dalam Siswa membuat jadwal dalam
kegiatan belajarnya
membagi waktu kegiatan mengikuti jadwal temannya kegiatan belajarnya kegiatan belajarnya dan bisa
belajarnya membagi waktu dengan baik
Progresif dalam Siswa masih suka bermain Siswa mendengarkan saat Siswa fokus dan Siswa selalu fokus dan
belajar dan fokus sendiri ketika belajar pembelajaran, namun mendengarkan saat mendengarkan dengan baik
pada tujuan terkadang kurang fokus pembelajaran saat pembelajaran dan paham
terhadap materi yang dipelajari
Belajar atas Siswa tidak pernah belajar Siswa belajar tidak atas Siswa belajar atas Siswa belajar setiap ada waktu
keinginannya keinginannya sendiri keinginannya sendiri luang dan atas keinginannya
sendiri sendiri
Kreatif dalam Siswa tidak mencari sumber Siswa mencari sumber belajar, Siswa mencari sumber lain Siswa kreatif dan selalu
mencari sumber belajar namun dengan ikut-ikut selain guru (buku, internet, mencari referensi dalam belajar
ilmu lain selain temannya dll) (buku, internet, dll)
guru
Kritis dalam Siswa tidak mampu Siswa paham akan suatu Siswa mampu menemukan Siswa sangat kritis dalam
menemukan solusi menemukan solusi atas suatu persoalan, namun belum solusi atas suatu persoalan menemukan solusi atas suatu
atas suatu persoalan persoalan mampu menemukan solusi persoalan
60
Mengatur tingkah Siswa bertingkah laku Siswa mampu mengontrol Siswa mampu mengontrol Tingkah laku siswa selalu
laku untuk selalu semaunya sendiri dan tidak tingkah laku, namun terkadang tingkah laku dan fokus dalam terkontrol dengan baik dan
fokus dalam belajar mampu mengontrolnya kurang fokus saat belajar selalu fokus dalam belajar
pembelajaran
Mampu menahan Siswa belum mampu Siswa mampu menahan diri, Siswa mampu menahan diri Siswa selalu bijak dalam
diri dalam menyikapi suatu namun belum mampu dalam menyikapi suatu menyikapi suatu permasalahan
menyikapi suatu permasalahan dan tidak menyikapi suatu permasalahan permasalahan dan selalu menemukan
permasalahan mampu mengontrol diri solusinya
Adanya kesadaran Siswa tidak pernah belajar Siswa belajar atas Siswa belajar atas Siswa selalu semangat dalam
dari diri siswa perintah/ajakan dari irang lain kemauannya sendiri belajar
untuk belajar secara
terus menerus
Membuat Siswa belum mampu Siswa mampu menyelesaikan Siswa mampu membuat Siswa selalu membuat
keputusan sendiri menyelesaikan suatu masalah masalah, namun belum percaya keputusan sendiri dalam keputusan dengan sangat
dalam diri dalam membuat keputusan menyelesaikan suatu masalah bijaksana dalam menyelesaikan
menyelesaikan masalah
suatu masalah
Mengembangkan Siswa tidak terampil Siswa terampil, namun dengan Siswa terampil tanpa Siswa mengembangkan
keterampilan tanpa pengaruh orang lain pengaruh orang lain keterampilannya sendiri tanpa
pengaruh orang lain pengaruh orang lain
Meningkatkan Siswa selalu bergantung Siswa meningkatkan Siswa meningkatkan Siswa selalu belajar sendiri dan
kemampuan tanpa dengan orang lain kemampuan, namun masih kemampuan dan tidak mengembangkan
bergantung orang dengan bantuan orang lain bergantung dengan orang lain kemampuannya tanpa bantuan
lain orang lain
Mampu mengatasi Siswa selalu mencontek Siswa mengerjakan, namun Siswa mengerjakan tugas Selalu mengerjakan tugas
masalah belajar ketika belajar dengan bantuan orang lain sendiri sendiri dan selalu benar
61
tanpa pengaruh dari
orang lain
Selalu berusaha Siswa tidak pernah Siswa mengerjakan tugas, Siswa mampu mengerjakan Siswa selalu mengerjakan
menyelesaikan mengerjakan tugas namun terkadang tidak tepat tugas tugas dengan tepat waktu dan
tugas belajarnya waktu pekerjaan yang baik
Selalu ada tindak Siswa selalu remidi dan tidak Siswa melakukan remidial, Siswa mengerjakan remidial Siswa tidak pernah remidi dan
lanjut yang jelas pernah mau mengerjakan namun hasil masih kurang baik dengan baik pekerjaan selalu baik
atas kegiatan remidial
belajarnya
62
63
Lampiran 6. Kisi-kisi Pedoman Wawancara
64
mengembangkan kemampuan dan
keterampilanmu tanpa pengaruh
orang lain?
Apakah kamu mampu mengatasi
masalah belajar tanpa pengaruh
orang lain?
6. Bertanggung Jawab Apakah kamu selalu mnegerjakan
tugas dengan tepat waktu?
Apakah kamu mampu selalu
menyempatkan waktu untuk belajar?
65
Lampiran 7. Pedoman Wawancara Siswa
Nama :
Alamat :
Hari/Tanggal :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana perasaan kamu selama belajar di
rumah?
2. Apakah kamu senang ketika guru memberikan
tugas secara online?
3. Bagaimana cara guru memberikan tugas secara
online? Apakah disertai dengan media yang
mendukung?
4. Apakah guru memberikan tugas secara berkala
atau setiap hari?
5. Bagaimana cara mengerjakan soal yang
diberikan guru dalam pembelajaran daring?
Apakah dengan membuka buku atau mencari
di internet?
6. Apakah yang menarik dari pembelajaran
daring?
7. Apa kelemahan dari pembelajaran daring?
8. Ketika kamu mengerjakan tugas, apakah kamu
mampu belajar secara mandiri?
9. Apakah kamu mengerjakan tugas secara
sungguh-sungguh?
10. Ketika mendapat tugas dari guru, apakah kamu
mencari sumber belajar selain guru?
11. Apakah kamu mampu menemukan solusi
ketika mendapat suatu persoalan?
12. Apakah kamu selalu fokus dalam belajar?
13. Apakah kamu mampu menahan diri dalam
menyikapi suatu permasalahan dalam belajar?
14. Apakah kamu mampu membuat keputusan
sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah?
15. Apakah kamu mampu mengembangkan
kemampuan dan keterampilanmu tanpa
pengaruh orang lain?
16. Apakah kamu mampu mengatasi masalah
66
belajar tanpa pengaruh orang lain?
17. Apakah kamu selalu mnegerjakan tugas
dengan tepat waktu?
18. Apakah kamu mampu selalu menyempatkan
waktu untuk belajar
67
Lampiran 8. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru
69
Lampiran 9. Pedoman Wawancara Guru
Nama :
Alamat :
Hari/Tanggal :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Sudah berapa lama Ibu
mengajar?
2. Apa sistem pembelajaran
yang digunakan selama
pandemi berlangsung?
3. Bagaimana kondisi belajar
selama pembelajaran
daring?
4 Kapan biasanya
pembelajaran daring
dimulai?
. Adakah kesulitan yang Ibu
temui selama penerapan
pembelajaran daring?
5. Aplikasi apa yang sering
digunakan untuk
menyampaikan materi atau
tugas selama pembelajaran
daring?
6. Adakah keluhan dari siswa
atau wali murid selama
pembelajaran daring?
7. Adakah siswa yang minta
bantuan dalam
mengerjakan tugas?
8. Apakah siswa ulet dalam
belajar?
9. Apakah siswa tekun belajar
dengan tetap dan disiplin?
10. Apakah siswa mampu
merencanakan kegiatan
belajarnya?
72
Lampiran 10. Lembar Pencatatan
LEMBAR PENCATATAN
Kegiatan
No. Keterangan
Penelitian
No. Kesimpulan
73
Yani Rahim
201733155
74
75