Anda di halaman 1dari 20

konsep tentang Sistem Produksi Grafika dan Planning Production,

Inventory dan Control (PPIC)

Dosen Pengampu Mata Kuliah Sistem Produksi Grafika


Mukhyidin Djaiz, M, Si.

Dibuat oleh:

Nama : Daniel Ramadhan Muhammad


NIM : 20000025
Kelas : Teknik Grafika Semester 4-A

POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF


JAKARTA SELATAN
2022

Jl. Srengseng Sawah. Jagakarsa. Jakarta Selatan. 12640. Kontak. 021-7864753/55.


humas@polimedia.ac.id.
Pengertian sistem
Sistem merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen yang
membentuk satu kesatuan. Sebuah organisasi dan sistem informasi adalah sistem fisik
dan sosial yang ditata sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Seorang
manajer yang mengorganisasikan pekerjaan unitnya adalah orang yang menciptakan
sesuatu sistem pengembangan personal computer (PC) menciptakan suatu sistem
yang terdiri dari perangkat keras dan lunak PC ini menjadi subsistem dari suatu
perangkat konferensi elektronik. Sistem fisik dan sosial adalah sistem yang abstrak
(abstract system) dari konsep dan ide. Contoh sistem yang abstrak ialah
pengembangan daur hidup atau pengembangan sistem perangkat lunak.
Suatu sistem beroperasi di dalam lingkungan tertentu yang dibatasi oleh
batasan-batasan (boundaries) tertentu, sistem secara progresif menentukan
sub-subsistem nya dan kemudian memecahnya menjadi komponen-komponen
yang lebih kecil, keterkaitan (interconnections) antar komponen tersebut juga akan
terlihat jelas. Penen tuan batasan sebuah sistem dilakukan dengan seksama dan hati-
hati, tidak dapat dilakukan dengan cara coba-coba. Pertama dipastikan komponen atau
subsistem apa yang akan tercakup dalam sistem tersebut, kemudian secara tidak
langsung batasan sistem akan ditemukan pula. Kemudian, perlu dipikirkan secara
berulang-ulang mengenai tuju an atau sasaran yang ingin dicapai dengan sistem
tersebut, seperti tipe transaksi yang akan didukung, setelah itu, kendala (constraints)
yang akan dihadapi dari penggunaan sistem terpilih, seperti peraturan pemerintah,
waktu pemrosesan, dan interaksi dengan sistem yang telah ada. Dari batasan sistem
ini, akan muncul keputusan apa, masukan (input) dan keluar (output) dari sistem
tersebut.
Perusahaan dan departemen pemerin tah adalah contoh sistem yang baik
penentuan sasaran dari penggunaan sistem diperlukan untuk menetapkan kriteria
pengukuran keberhasilan bekerjanya sistem terpilih; bila ini telah diselesaikan, maka
diteruskan pembuatan rencana proses atau rencana kerja sistem. Sasaran yang terukur
meru pakan prasyarat untuk pengendalian sistem dengan mem perhi tungkan berapa
persen rencana yang telah disetujui dapat dikerjakan. Pembuatan struktur organisasi
perusahaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mendasar. dari sini
diperoleh gambaran berapa subsistem (departemen) dari tingkat bawah sampai"
tingkat atas yang ada dalam struktur organisasi.
Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan untuk memecahkan masalah,
misalkan masalah bagaimana menetapkan struktur organisasi atau menganalisis
sistem informasi perusahaan .di sini organisasi atau sistem informasi dianggap
sebuah sistem.

Pengertian Produksi
Produksi adalah suatu proses dimana barang dan jasa yang disebut input
diubah menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang disebut output. Proses perubahan
bentuk faktor-faktor produksi tersebut disebut dengan proses produksi.1 Produksi
pada dasarnya merupakan proses penciptaan atau penambahan faedah bentuk, waktu
dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga dapat lebih bermanfaat bagi
pemenuhan kebutuhan manusia. Proses perubahan bentuk faktor-faktor produksi
tersebut disebut proses produksi. Selain itu produksi dapat ditinjau dari dua pengertian,
yaitu pengertian secara teknis dan pengertian secara ekonomis.
Ditinjau dari pengertian secara teknis, produksi merupakan proses
pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia guna memperoleh hasil yang lebih
dari segala pengorbanan yang telah diberikan. Sedangkan bila ditinjau dari pengertian
secara ekonomis, produksi merupakan suatu proses pendayagunaan segala sumber
yang tersedia untuk memperoleh hasil yang terjamin kualitas maupun kuantitasnya,
terkelola dengan baik sehingga merupakan komoditi yang dapat diperdagangkan.
Adanya hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan output yang
dihasilkan dinyatakan dalam suatu fungsi produksi.
Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan
produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan
dilakukannya proses produksi itu sendiri. Untuk bisa melakukan produksi, orang
memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya,
serta kecakapan. Semua unsur itu disebut faktor-faktor produksi (factors of
production). Jadi, semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha
memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor-faktor produksi.
Pengertian produksi lainnya yaitu hasil akhir dari proses atau aktivitas
ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini
dapat dipahami bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam
menghasilkan output dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk mengolah
atau memproses input sedemikian rupa.3 Keseluruhan unsur-unsur dalam elemen
input tadi selanjutnya dengan menggunakan teknik-teknik atau cara-cara tertentu,
diolah atau diproses sedemikian rupa untuk menghasilkan sejumlah output tertentu.
Teori produksi akan membahas bagaimana penggunaan input untuk menghasilkan
sejumlah output tertentu. Hubungan antara input dan output seperti yang diterangkan
pada teori produksi akan dibahas lebih lanjut dengan menggunakan fungsi produksi.
Dalam hal ini, akan diketahui bagaimana penambahan input sejumlah tertentu secara
proporsional akan dapat dihasilkan sejumlah output tertentu. Teori produksi dapat
diterapkan pengertiannya untuk menerangkan sistem produksi yang terdapat pada
sektor pertanian. Dalam sistem produksi yang berbasis pada pertanian berlaku
pengertian input atau output dan hubungan di antara keduanya sesuai dengan
pengertian dan konsep teori produksi.
Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah
maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu. Fungsi produksi
menunjukkan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi
yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah
produksi selalu juga disebut Periode produksi dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi
produksi jangka pendek (short run) dan fungsi produksi jangka panjang (long run).
Fungsi produksi jangka pendek adalah periode waktu dimana paling tidak hanya ada
satu input yang tetap dan kuantitasnya tidak dapat diubah-ubah.
Bila produsen ingin menambah produksinya dalam jangka pendek, maka hal
ini hanya dapat dilakukan dengan jalan menambah jam kerja dan dengan tingkat
skala perusahaan yang ada. Sedangkan yang dimaksud dengan fungsi produksi
jangka panjang adalah suatu periode waktu yang cukup panjang, dimana semua input
dan teknologi berubah, tidak ada input tetap dalam jangka panjang. Pembagian fungsi
produksi ini tidak didasarkan pada lama waktu yang dipakai dalam suatu proses
produksi, akan tetapi dilihat dari macam input yang digunakan.
Dalam aktivitas produksinya produsen (perusahaan) mengubah berbagai
faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat
produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan
faktor produksi variabel (variable input). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi
yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi, seperti mesin-
mesin pabrik. Ada atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi itu harus
tetap tersedia. Sedangkan faktor produksi variabel adalah faktor produksi yang
penggunaannya tergantung pada tingkat produksinya, seperti buruh harian lepas.
Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang
digunakan.6 Untuk memilih kombinasi faktor produksi yang memerlukan ongkos
terkecil, diperlukan pengetahuan akan kemungkinan saling mengganti diantara
faktor-faktor produksi yang digunakan dan juga harga relatif dari input-input
tersebut. Bagi produsen individual, dianggap harga faktor produksi dipasar adalah
tertentu karena harga tersebut ditentukan oleh seluruh kekuatan permintaan dan
penawaran yang ada di pasar. Untuk mendapatkan suatu keterangan diperlukan suatu
siasat, yaitu dengan membuat suatu bidang produksi (production surface).

Pengertian sistem produksi


Persaingan di dunia usaha yang semakin ketat dewasa ini mendorong
perusahaan untuk lebih mengembangkan pemikiran-pemikiran unuk memperoleh
cara yang efektif dan efisien dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan
perusahaan. Salah satu kekuatan terpenting yang menunjang keberhasilan
pencapaian tujuan perusahaan dan menaikkan tingkat pertumbuhan perusahaan di
pasar adalah faktor mutu atau kualitas. Peranan kualitas sangat menunjang
kelancaran operasional produksi perusahaan.
Supply Chain Management adalah seperangkat pendekatan untuk
mengefisienkan integrasi supplier, manufaktur, gudang dan penyimpanan, sehingga
barang diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat,
waktu yang tepat, untuk meminimasi biaya dan memberikan kepuasan layanan
terhadap konsumen. Pada saat ini banyak perusahaan yang menerapkan Supply
Chain Management untuk meningkatkan daya saing perusahaan dengan yang lainnya.
Supply Chain Management merupakan suatu alat bersaing strategik bagi
perusahaan yang menjadikan masalah logistik sebagai strategi bersainganya untuk
dapat memenangkan persaingan. Konsep sistem produksi dan operasi yang
diterapkan perusahaan manufaktur maupun jasa saat ini, sudah saatnya harus
memperhatikan elemen di luar perusahaan yang bersangkutan. Artinya, mengelola
elemen input, proses transformasi, dan output saja tidak akan cukup memberikan
value kepada konsumen. Oleh karenanya elemen supplier dan konsumen (baik
distributor maupun konsumen akhir) juga menjadi bagian yang harus dikelola
perusahaan. Supply Chain Management sebagai suatu pendekatan terpadu yang
meliputi seluruh proses manajemen material, memberikan orientasi kepada proses
untuk menyediakan, memproduksi, dan mendistribusikan produk kepada konsumen.
Konteks material dalam pengertian Supply Chain Management tentunya tidak hanya
meliputi bahan baku dan output (barang jadi) saja, tetapi juga termasuk bahan
pembantu, komponen, suku cadang, work in process (barang setengah jadi) maupun
berbagai jenis perlengkapan (supplies) yang digunakan untuk mendukung aktivitas
operasional perusahaan secara menyeluruh. Bagi perusahaan yang masih memberikan
perhatian terhadap pentingnya persediaan material, penerapan Supply Chain
Management akan memberikan kontribusi terhadap pengurangan biaya persediaan
yang meliputi biaya penyimpanan, pemesanan, dan stockout. Sedangkan untuk
perusahaan yang menggunakan konsep just in time atau JIT (penerapan di Indonesia
pada umumnya dengan sistem cluster), konsep Supply Chain Management mutlak
untuk diterapkan.
Selain mampu mengeliminasi biaya penyimpanan, juga dapat mereduksi biaya
kualitas yang ditimbulkan oleh adanya cacat produk maupun cacat proses. Dari
latar belangkang diatas maka tujuan paper ini adalah untuk mengetahui peran
Supplay Chain Management dalam sistem produksi dan operasi didalam
perusahaan yang berguna untuk memberikan value kepada konsumen dalam hal
availability dan kecepatan layanan. Sehingga konsumen akan merasakan suatu
keunggulan dari produk tersebut, meskipun secara fisik relatif sama dengan produk
lain. Evolusi Supply Chain Management yang telah mencapai tahap keempat
tersebut menunjukkan suatu integrasi yang menyeluruh di antara seluruh komponen
terkait sehingga menuntut adanya transparansi arus informasi. Strategi kemitraan
dapat digunakan untuk mewujudkan kelancaran arus pasokan material dari pemasok
sampai distributor hingga ke tangan konsumen. Dengan startegi kemitraan maka
perlu mengembangkan komunikasi di antara semua pihak terkait, sehingga
komunikasi arus informasi maupun data yang dibutuhkan akan lebih lancar. Manfaat
Supply Chain Management. Secara umum penerapan konsep SCM dalam
perusahaan akan memberikan manfaat yaitu (Jebarus, 2001) kepuasan pelanggan,
meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin
tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar.
1. Kepuasan pelanggan. Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama
dari aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan.
Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini tentunya
konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Untuk menjadikan
konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas dengan pelayanan
yang disampaikan oleh perusahaan.
2. Meningkatkan pendapatan. Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi
mitra perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan,
sehingga produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan ‘terbuang’
percuma, karena diminati konsumen.
3. Menurunnya biaya. Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada
konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.
4. Pemanfaatan asset semakin tinggi. Aset terutama faktor manusia akan semakin
terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga
manusia akan mampu memberdayakan penggunaan teknologi tinggi
sebagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan Supply Chain Management.
5. Peningkatan laba. Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia
dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba
perusahaan.
6. Perusahaan semakin besar. Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi
proses distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih
kuat. Keenam manfaat yang sudah dijelaskan seperti tersebut di atas merupakan
manfaat tidak langsung. Secara umum, manfaat langsung dari penerapan
Supply Chain Management bagi perusahaan adalah :
a. Supply Chain Management secara fisik dapat mengkonversi bahan baku
menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada konsumen akhir. Manfaat
ini menekankan pada fungsi produksi dan operasi dalam sebuah perusahaan.
Dalam fungsi ini dilakukan penggunaan dari seluruh sumber daya yang
dimilki dalam sebuah proses transformasi yang terkendali, untuk
memberikan nilai pada produk yang dihasilkan sesuai dengan kebijaksanaan
perusahaan dan mendistribusikannya kepada konsumen yang dibidik.
b. Supply Chain Management berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu
memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi
pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Dalam hal ini fungsi pemasaran
yang akan berperan. Melalui pelaksanaan Supply Chain Management,
pemasaran dapat mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang diminati
konsumen. Selanjutnya fungsi ini harus mampu mengidentifikasi seluruh
atribut produk yang diharapkan konsumen tersebut dan
mengkomunikasikan kepada perancang produk. Apabila seleksi rancangan
produk sudah dilakukan dan dilakukan pengujian maka produk dapat
diproduksi. Sehingga Supply Chain Management akan berperan dalam
memberikan manfaat seperti point 1 tersebut.

Sistem produksi grafika


Secara sederhana sistem produksi grafika menggunakan suatu sistem yang
disebut dengan on demand adalah sistem pelayanan yang didasarkan dari pemintaan
konsumen. Ketika ada konsumen yang memerlukan atau memesan, maka penyedia
layanan akan langsung merespon. Konsep seperti ini juga sama seperti ketika kita
pesan jasa cetak.
Namun nyatanya menjalankan bisnis dengan sistem on demand tidaklah
mudah. Ada cukup banyak aspek yang harus diperhatikan dan terus dijaga agar
pelayanan yang kita berikan tidak terganggu. Ciri khas sistem produksi sebagai
berikut:
1. Faktor Waktu yang Utama Dalam Bisnis Berkonsep On Demand
Dalam bisnis berkonsep on demand, kecepatan waktu adalah hal yang
sangat krusial. Bergerak berdasarkan permintaan konsumen tentu akan
berbeda dengan sistem bisnis konvensional biasa. Jika umumnya kita bisa
membuat persiapan lengkap terlebih dahulu, dalam sistem on demand waktu
untuk mempersiapkan semuanya tentu jauh lebih sempit.
Optimalisasi waktu adalah langkah penting jika bisnis kita menganut
sistem on demand. Usahakan untuk menghitung secara detil dan tepat berapa
waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tahap demi tahap layanan. Mulai
dari persiapan produk (jika ada) hingga waktu tempuh ke konsumen harus
diperhitungkan. Jangan lupa masukkan tenggat waktu tambahan untuk
kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.
2. Tingkat Kepentingan akan Produk
Ketika kita menjalankan bisnis berkonsep on demand , kita harus bisa
memastikan bahwa layanan atau produk tersebut banyak diperlukan konsumen
untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sebagai contoh layanan pesan ojek
online, tentu moda transportasi roda dua tersebut tak pernah sepi peminat
terutama di kota besar dengan jalanan yang padat.
Masalah yang mungkin timbul jika layanan atau produk kita tidak terlalu
dibutuhkan adalah perlahan konsumen akan mudah melupakan bisnis Anda
karena jarang mengaksesnya. Oleh karena itu salah satu tipsnya adalah jika
kita mempunyai aplikasi mobile khusus yang terkoneksi pada layanan kita,
kita harus rutin memberikan update baik fitur atau program khusus yang bisa
selalu menarik minat konsumen.
3. Kemudahan Akses Layanan
Masih membicarakan sistem on demand yang dikombinasikan dengan
aplikasi mobile, berikutnya yang harus difahami adalah konsumen selalu
menginginkan proses pelayanan yang mudah dan simpel. Menawarkan banyak
fitur dan paket layanan memang boleh saja. Namun jangan sampai hal tersebut
mengganggu para konsumen yang justru akan membuat mereka kesal dan
meninggalkan layanan Anda.
Dalam aplikasi mobile bisnis kita, jika bisa terapkan simple step hanya
beberapa tap maka layanan akan segera datang. Kemudahan seperti ini secara
drastis akan mengubah cara pandang konsumen pada bisnis Anda. Selain
merasa nyaman dan praktis, kesan profesional juga akan timbul dengan
sendirinya. Sebagai hasil akhir, kita bisa mendapatkan loyalitas dari konsumen
tersebut.
4. Menyelaraskan Kualitas Layanan dan Keberlangsungan Bisnis
Dalam beberapa kasus terdapat bisnis berkonsep on demand yang
sebenarnya mempunyai kualitas layanan yang sangat baik. Namun mereka
akhirnya harus gulung tikar lantaran tidak bisa mempertahankan kas bisnis dan
tak kunjung mendatangkan keuntungan.
Inilah masalah serius dan berat yang harus dihadapi startup sejenis.
Pemecahannya adalah dengan terus meningkatkan loyalitas pelanggan plus
dipadu dengan menjaring lebih banyak investor. Untuk meyakinkan investor
tentu tidak mudah. Namun ketika kita sudah mempunyai bukti loyalitas
konsumen, maka kita bisa menjalankan hal tersebut dengan lebih mudah.
Tahap selanjutnya setelah bisnis berjalan stabil, baru kita bisa perlahan
melepas tariff promo atau beragam diskon yang kita sudah terapkan
sebelumnya. Dengan adanya loyalitas konsumen di tangan, kita tidak perlu
kawatir akan kehilangan pelanggan.
Penerapan sistem produksi grafika
Pada umumnya sistem produksi grafika terdiri dari tiga proses yaitu pracetak,
cetak, dan finishing yang sebelumnya diatur terlebih dahulu oleh bagian staff planning
dan quality control. Untuk penerapan sistem produksi grafika khususnya cetak offset
adalah sebagai berikut:
A. Prepress (Pracetak)
Merupakan tahap awal perencanaan untuk memulai proses mencetak offset dengan
membuat dan mempersiapkan artwork (desain yang ingin dicetak) untuk ditransfer ke
plat cetak. Terdapat dua cara proses membuat plat cetak yakni secara tradisional dan
cara kontemporer (CtP) atau cara yang sering dipakai di industri percetakan offset
zaman sekarang. Diantara tahapan pada pracetak adalah Word Processing, Image
Processing, Graphics Processing, Page Layout, Color Separation, Montage, Film
Processing (IImagesetter), Plate Making.
Sebelum plat dibuat terlebih dulu artwork dikerjakan untuk diolah kembali huruf-
huruf serta gambar yang ada dinaikkan resolusinya, setelah selesai maka artwork
tersebut akan disusun perhalaman sesuai luas plat cetaknya didalam komputer dan
dilakukan tahap Color Separation menjadi CMYK menggunakan software RIP
(Raster Image Processing), setelah artwork yang sudah tersusun dipisahkan warnanya
maka selanjutnya adalah melakukan transfer ke plat cetak menggunakan mesin CtP.
B. Press (Cetak)
Pada prinsipnya, proses cetak merupakan suatu tahapan pengalihan tinta dari acuan
cetak ke bahan cetak dengan kecepatan dan tekanan tertentu. Cetak offset
menggunakan plat aluminium yang datar, sehingga antara posisi bagian yang tercetak
dan bagian tidak tecetak sama tinggi. Bagian image bersifat peka terhadap tinta
(oleophilic) ketika dicetak akan menarik tinta, dan bagian non image bersifat peka
terhadap air (hydropylic).
Mesin cetak offset sheetfed terdiri dari Mesin Cetak 0ffset 1 warna, 2 warna, 4 warna
dan 6 warna (CMYK & 2 Spot color/pantone) bersifat 1 muka. Mesin cetak yang
menggunakan kertas rol/ gulungan dalam proses cetaknya. Biasa digunakan untuk
cetak koran, majalah atau buku dengan kertas tipis. Kelebihan mesin cetak web offset
adalah memiliki kecepatan cetak yang tinggi dan hasil cetak dapat langsung terpotong
pada 2 sisi kertas. Kecepatan cetak sangat tinggi (40,.000-60.000 cetakan perjam).
Kekurangan nya adalah untuk control register, stabilitas warna tidak sebaik mesin
sheet offset. Kualitas cetak juga kurang baik.
C. Postpress (Finishing)
Cetak Offset adalah jenis cetak yang paling banyak digunakan untuk pekerjaan
komersil seperti majalah, buku, brosur, dll. Oleh karena itu lembaran kertas yang telah
tercetak harus dilakukan finishing supaya menjadi barang tercetak seperti buku,
brosur, leaflet dll. Adapun tahapan-tahapan yang ada di dalam proses finishing seperti
dengan
kegiatan manual maupun masinal memakai permesinan yang otomatis penuh.
Beberapa
jenis proses pasca cetak pada percetakan khususnya untuk proses cetak offset yaitu :
Proses potong, Folie atau Hot Stamping, Emboss, Laminating, Punch, Kopek, Perfect
binding jilid lim, Varnish, Jahit benangkawat, Nomerator.
1. Proses potong
Proses potong atau sisir kertas adalah proses yang bertujuan untuk membagi beberapa
kertas hasil cetak tadi menjadi beberapa bagian atau bisa juga hanya sekedar untuk
merapihkan kertas sisir kertas. Serta merapikan kertas yang akan dicetak dan
meratakan hasil dari cetakan dan penjilidan sebelum maupun sesudah
buku selesai dijilid.
2. Folie atau Hot Stamping
Folieatau Hot Stamping adalah proses pemberian hasil cetakan dengan tulisan atau
gambar “metalik” seperti warna emas, perak, dan yang lainnya. Bertujuan untuk
memberikan nuansa lain dari hasil cetakan yang sudah ada, terutama yang ditonjolkan,
seperti Logo.
3. Emboss
Emboss adalah proses memberikan kesan hasil cetak dengan tulisan atau gambar
dimana kesan tersebut berbentuk timbul atau tenggelam akibat press dari klise cetakan
emboss.
4. Proses laminating
Proses laminating adalah proses dimana hasil cetak akan dilapisi dengan plastik
mengkilat atau plastik buramdoff pada bagian luarnya sehingga menimbulkan kesan
estetis tersendiri. Bertujuan untuk melindungi hasil cetakan dari goresan, melindungi
rusaknya hasil cetakan karena basah, dan membuat jendela pada amplop, kotak–kotak.
Macam–macam laminasi adalah laminasi biasa, satu muka maupun dua muka,
laminating doff tidak mengkilap, dan laminating tiga dimensi fantasi.
5. Proses punch
Punch adalah proses memotong kertas menjadi bentuk-bentuk tertentu akibat
potongan pisau mesin punch. Bentuknya bisa berupa format untuk lipatan amplop,
dus, dan lain sebagainya.
6. Proses kopek
Kopek adalah proses pemisahan kertas yang tadinya berupa lembaran hasil proses
punch kemudian dipisahkan sisa-sisa pola tersebut agar kertas yang berbentuk dus
siap untuk proses selanjutnya.
7. Proses perfect binding
Perfect bindingjilid lim adalah proses penjilidan tanpa menggunakan kawat ataupun
benang namun menggunakan lem.
8. Proses varnish
Varnish bertujuan untuk memberikan lapisan pelindung agar cetakan tidak mudah
luntur dan mempunyai kesan kilap. Sehingga cetakan yang dihasilkan terlihat bagus.
Varnish bertujuan sebagai berikut melapisi permukaan cetakan agar kelihatan lebih
mewah karena mengkilat, melapisi permukaan cetakan agar lebih tahan lama, tahan
goresan dan tahan kotor, melapisi permukaan cetak tertentu agar terlihat lebih utama
Spot Varnish, melapisi permukaan cetak agar tahan basah. Jenis varnish ada tiga yaitu
kacacalender, ultra violet dan lilin.
9. Proses nomorator
Nomorator bertujuan untuk proses pengurutan halaman sebelum dilakukan proses
pengeleman atau prosses jilid dan biasanya dilakukan jika lembaran yang telah
tercetak itu memerlukan penomeran, seperti karcis parkir, Karcis kendaraan umum,
bis, kereta api, kapal laut, pesawat udara. Pada dasarnya alat penomeran ini dapat
dibedakan menjadi tiga jenis. Secara teknis Nomorator di bagi tiga jenis, Numerator
tekan mempunyai plunyer penekan yang akan memindahkan angka jika tercetak
tertekan sesuai yang dibutuhkan. Paling banyak dipergunakan dan tertutup sebagai
acuan cetak. Numerator model ini biasanya mempunyai nomor ditekan tanda bintang
atau disebut plunyer. Setiap kali cetak akan tertekan dan merubah angkanya. Angka
itu dapat diatur cara berubahnya.
Tahapan pengemasan
Setelah lembaran tercetak selesai dilakukan finishing menjadi beberapa jenis
produk grafika print media seperti buku, kalender, leaflet, poster, dan masih banyak
lainnya maka setelah itu adalah melakukan proses pengemasan supaya produk barang
cetak tersebut dapat didiskusikan dengan mudah.
Biasanya pengemasan produk barang cetak Offset ini menggunakan kardus dan
dikemas menjadi box yang disesuaikan berat bobotnya agar memudahkan mobilitas
pemindahan penyimpanan menggunakan tenaga manusia atau bisa diangkut
menggunakan forklift. Setelah semua selesai dikemas maka selanjutnya barang cetak
offset akan dikirim kepada konsumen yang memesan.
KONSEP PPIC
(PRODUCT PLANNING INVENTORY CONTROL)

Konsep planning (perencanaan)


Perencanaan merupakan salah satiu fungsi manajemen, dalam perencanaan
ditentukan usaha-usaha yang akan atau perlu diambil oleh pimpinan perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan dengan mempertimbangkan masalah-masalah yang
mungkin timbul dimasa yang akan datang. Hasil dari perencanaan adalah sebuah
rencana kerja dimana merupakan alternatif yang paling baik untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Perencanaan produksi adalah perencanaan mengenai faktor
produksi yang diperlukan untuk memproduksi produk pada suatu periode tertentu
dimasa yang akan dataang sesuai dengan yang diperkirakan. Perencanaan dan
pengendalian adalah dua fungsi manajemen yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap
bidang kegiatan termasuk kegiatan produksi. Perencanaan adalah langkah pertama
dalam proses manajemen yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai dan keputusan tentang bagaimana cara untuk mencapai tujuan dan sasaran
tersebut (Sukaria, S, 2009).
Perencanaan merupakan salah satu fungsi dari manajemen ,dimana
dalamperencanaan tersebut ditentukan usaha-usaha dan tindakan-tindakan yang akan
atau perlu diambil oleh pimpinan peusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Assauri, (2011:12) mengatakan bahwa perencanaan memegang penting dalam :(1)
Menetukan tujuan-tujuan itu sendiri; (2) Agar tujuan-tujuan itu diintegrasikan; (3)
Pengawasan. Suprijono (1982:4) menyatakan bahwa perencanaan itu mengandung
beberapa aspek, yaitu: (1) Penentuan tujuan yang akan dicapai; (2) Memilih dan
menentukan cara yang akan ditempuh dari semua alternative yang mungkin dipilih; (3)
Usaha-usaha atau langkah-langkah yang akan ditempuh dari semua alternatif.
Perencanaan produksi juga dapat didefinisikan sebagai proses untuk memproduksi
barang-barang pada suatu periode tertentu sesuai dengan yang diramalkan atau
dijadwalkan melalui pengorganisasian sumber daya seperti tenaga kerja, bahan baku,
mesin dan peralatan lainnya. Perencanaan produksi menuntut penaksir atas
permintaan produk atau jasa yang diharapkan akan disediakan perusahaan di masa
yang akan datang. Dengan demikian, peramalan merupakan bagian integral dari
perencanaan produksi. (Buffa & Sarin, 1996).
Tujuan Perencanaan Produksi
Tujuan dari perencanaan produksi Assauri (2011:128) yaitu: (1) Untuk
mencapai tingkat/level keuntungan (profit) tertentu; (2) Untuk menguasai pasar
tertentu; (3) Untuk mengusahakan supaya perusahaan dapat bekerja pada tingkat
efisiensi tertentu; (4) Untuk memngusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan
dan kesempatan kerja yang sudah ada tetap pada tingkatnya dan berkembang; (5)
Untuk menggunakan dengan sebaik-baiknya (efisien) fasilitas yang sudah ada pada
perusahaan yang bersangkutan.
Jenis-Jenis Perencanaan Produksi
Berdasarkan jangka waktu, maka perencanaaan produksi dapat dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu :
1. Perencanaan produksi jangka panjang
Lama perencanaan yang terjadi sekitar 2 – 10 tahun dengan tujuan merencanakan
strategi pengenbangan perusahaan
2. Perencanna produksi jangka menengah
Lama perencanaan sekitar 1 – 24 bulan, bertujuan untuk merencanakan kerja suatu
perusahaan agar dengan kapasitas dan fasilitas yang dimiliki dapt memenuhi
permintaan yang berfluktuasidengan biaya minimum
3. Perencanaan produksi jangka pendek
Lama perencanna sekitar 1 – 30 hari digunakan untuk menghasilkan produk melalui
penjadwalan.
Manfaat Perencanaan Produksi
Adapun manfaat yang dihasilkan melalui adanya penerapan perencanaan produksi
yang dilakukan :
a. Manfaat bagi konsumen
1. Harga barang lebih murah
Perencanaan produksi akan dapat menimbulkan adanya peningkatan produktivitas
kerja serta efisiensi kerja. Naiknya produktivitas dan efisiensi kerja tersebut akan
mengakibatkan menurunnya harga pokok produk yang dihasilkan
2. Kualitas barang yang unggul
Kualitas barang yang semakin baik dapat menjamin kepuasan konsumen sebagai
pemakai
3. Ketepatan waktu penyelesaian
Dengan tepatnya waktu penyelesaian, maka konsumen tidak perlu menunggu atau
menunda kebutuhan
b. Manfaat bagi produsen
1. Kemantapan dalam kesempatan kerja
Hal ini berarti bahwa para karyawan memperoleh manfaat dari stabilitas usaha dari
perusahaan dimana mereka berkerja.
2. Perbaikan kondisi kerja
Perbaikan pada kondisi kerja akan dapat meningkatkan produktivitas kerja dan akan
semakin diperhatikan.
JIP (Jadwal Induk Produksi)
Jadwal induk produksi (Master Production Schedule = MPS) ialah suatu
pernyataan tentang produk akhir apa yang direncanakan untuk diproduksi, berapa
banyak produk atau item tersebut akan diproduksi pada setiap periode sepanjang
rentang waktu perencanaan. Rencana induk produksi berfungsi sebagai basis dalam
penentuan jadwal proses operasi, jadwal pengadaan bahan dari luar perusahaan, dan
jadwal alokasi sumber daya untuk mendukung jadwal pengiriman produk kepada
pelanggan (Sukaria S, 2009 : 131) Aktivitas penjadwalan produksi induk juga
berkaitan dengan bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk,
memproses transaksi dari MPS, memelihara catatan-catatan MPS, mengevaluasi
efektifitas MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam periode yang teratur untuk
keperluan umpan balik dan tinjauan ulang (Gasperz, 2002 : 141) Sebagai aktivitas
proses, penjadawalan induk produksi membutuhkan lima
input utama yaitu :
1. Data permintaan total
Merupakan salah satu sumber data bagi proses penjadwalan produksi induk. Data
permintaan berkaitan dengan ramalan penjualan dan pesanan-pesanan.
2. Status inventory
Berkaitan dengan informasin tentang on-hand inventory, stock yang dialokasikan
untuk penggunaan tertentu. MPS harus mengetahui secara akurat berapa banyak
inventory yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus diproduksi.

Inventory
Persediaan (inventory) adalah salah satu aset yang sangat mahal dalam suatu
perusahaan. Pada satu sisi, manajemen perusahaan menghendaki biaya yang tertanam
pada persediaan itu minimum, namun di lain pihak manajemen juga harus menjaga
agar persediaan tidak habis dan mengganggu proses produksi yang berjalan.
Ginting (2007) mendefinisikan persediaan (inventory) dalam konteks produksi, dapat
diartikan sebagai sumber daya menganggur (idle resource). Sumber daya menganggur
ini belum digunakan karena menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan
proses lebih lanjut di sini dapat berupa kegiatan produksi seperti dijumpai pada sistem
manufaktur, kegiatan pemasaran seperti dijumpai pada sistem distribusi ataupun
kegiatan konsumsi seperti pada sistem rumah tangga. Keberadaan persediaan atau
sumber daya menganggur ini dalam suatu sistem mempunyai suatu tujuan tertentu.
Alasan utamanya adalah karena sumber daya tertentu tidak bisa didatangkan ketika
sumber daya tersebut dibutuhkan. Sehingga, untuk menjamin tersedianya sumber
daya tersebut perlu adanya persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan.
Dilihat dari jenisnya, ada 4 macam persediaan secara umum yaitu (Ginting, 2007):
a. Bahan Baku (raw material) adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok
(supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan
oleh perusahaan.
b. Barang Setengah Jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah di olah atau
dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah lanjutan agar
menjadi produk jadi.
c. Barang Jadi (finished goods) adalah baran jadi yang telah selesai diproses, siap
untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi-lokasi
pemasaran.
d. Bahan-Bahan Pembantu (supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkan untuk
menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang
dihasilkan perusahaan.

Manajemen harus mengatur agar perusahaan berada pada suatu kondisi yang dapat
memenuhi kedua kepentingan tersebut. Yang dikategorikan sebagai persediaan adalah
raw materials, work in process dan finished goods. Setiap perusahaan memiliki jenis,
perencanaan dan sistem pengendalian persediaan yang spesifik. Persoalan utama
dalam pengelolaan persediaan ini terkandung dalam dua pertanyaan utama, yaitu
berapa banyak harus disediakan dan kapan penyediaan itu dilakukan.
Salah satu tujuan dari pengendalian persediaan adalah meminimalkan biaya-biaya
yang timbul akibat dari adanya persediaan tersebut. Pertanyaan yang harus dijawab
ketika akan mengadakan persediaan bahan baku atau bahan pembantu adalah berapa
harus dibeli, kapan harus dibeli, dan di mana harus dibeli pada saat proses
perencanaan. Jawaban terhadap pertanyaan ini dicari agar efisiensi dan efektifitas
operasi dijaga. Ada empat macam kategori biaya yang terlibat dalam masalah
Persediaan (Ginting, 2007), yaitu:
a. Biaya Pesan atau Ordering Cost, yaitu biaya-biaya langsung yang timbul atau bisa
di-iedentifikasi karena pengadaan persediaan seperti Biaya Telp, Fax, Perjalanan, dan
biaya lain-lain.
b. Biaya Pembelian atau Purchase Cost, yaitu biaya langsung yang berhubungan atau
bisa diidentifikasi dengan harga persediaan. Jenis biaya ini di samping dibutuhkan
pada saat penentuan parameter biaya persediaan yang berupa proporsi atau persentase
antara biaya simpan per unit per periode dengan harga persediaan, juga dibutuhkan
oleh model Quantity Discount ketika Volume persediaan menjadi penentu harga.
c. Biaya Kehabisan Persediaan atau Stock Out Cost, yaitu biaya yang timbul karena
persediaan tidak tersedia pada saat proses berjalan.

Biaya jenis ini pada umumnya berupa opportunity cost dan bisa dipisahkan
menjadi dua yaitu internal opportunity cost dan external opportunity cost. Internal
Opportunity Cost berupa idle capacity baik tenaga kerja maupun mesin. Akibatnya
adalah average cost naik karena unit yang diproduksi per periode turun. Dengan kata
lain, satuan biaya produk pasti akan naik. Ini rentetannya akan menjadi panjang
karena hitungan investasi didasarkan pada proses yang bersumber pada kemampuan
organisasi untuk menghasilkan output. Sedang External Opportunity Cost berupa
opportunity gain yang hilang karena kepuasan pelanggan menurun atau pasar diisi
oleh pesaing karena output berkurang sehingga pasar mencari subtitusi. Dampaknya
akan terlihat pada penurunan penjualan yang juga akan berakibat panjang bagi
organisasi, mulai dari hal kembalian investasi, retrurn on Investment dan hingga
sampai pada pertumbuhan organisasi.

d. Biaya Persediaan atau Holding Cost berupa biaya langsung yang bisa diidentifikasi
dengan munculnya persediaan di gudang seperti biaya asuransi, keamanan, listrik,
perawatan, dan biaya lain-lain. Jenis biaya ini bisa dinyatakan dalam biaya satuan
persediaan per unit per periode atau dalam proporsi antara harga persediaan dengan
total biaya persediaan dalam satu periode.
PPIC sistem produksi grafika
PPIC kepanjangan dari Production Planning and Inventory Control, yang
artinya adalah pekerjaan untuk mempersiapkan proses manufaktur dan mengelola stok
persediaan bahan baku hingga akhirnya diproduksi menjadi barang jadi.
PPIC di dalam perusahaan manufaktur termasuk ke dalam departemen yang
bertugas untuk merencanakan dan mengendalikan proses produksi. Sehingga proses
tersebut bisa berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Untuk menjalankan tugasnya, departemen PPIC harus bekerja secara
berdampingan dengan departemen lainnya salah satunya departemen marketing.
Departemen ini mempunyai forecast dan estimasi mengenai jumlah produk yang akan
dijual ke konsumen.
Dengan begitu departemen PPIC sudah bisa menentukan dan mengendalikan
jumlah stok persediaan bahan baku yang akan diproduksi. Sehingga barang yang
diproduksi bisa sesuai dengan kebutuhan konsumen yang diperoleh dari departemen
marketing.
Karena sangat erat kaitannya dengan stok barang bahan baku, departemen
PPIC juga harus menghitung kebutuhan material yang dibutuhkan untuk diproduksi.
Proses ini disebut sebagai Perencanaan Kebutuhan Material, sehingga PPIC juga
harus bekerja sama dengan departemen Purchasing.
PPIC harus memastikan barang yang sudah masuk ke pabrik untuk kemudian
akan diproses lebih lanjut menuju proses produksi. PPIC harus memastikan bahwa
pihak gudang sudah mencatat barang tersebut ke dalam stok. Pihak Quality Control
juga bisa mengambil sampel barang tersebut untuk memastikan kualitasnya.
Tugas PPIC
Pada umumnya, Staff Production Planning and Inventory Control memiliki
tugas yaitu sebagai berikut.
1. Menyediakan Bahan Jadi
Staff PPIC harus menyediakan barang yang sudah jadi tepat waktu dan harus sesuai
dengan permintaan dari tim marketing. Karena barang yang sudah jadi tersebut akan
disalurkan oleh tim marketing kepada konsumen. Jadi barang yang diserahkan kepada
mereka harus tepat dan akurat.
2. Meninjau Forecast dari Marketing
PPIC juga akan mendapatkan data forecast dari tim marketing yang nantinya akan
mereka tinjau. Dari data tersebut, staff PPIC bisa merencanakan proses produksi yang
selanjutnya akan dilakukan. Sehingga barang yang sudah diproduksi memiliki kualitas
maupun kuantitas yang lebih baik.
3. Menghitung dan Memastikan Kebutuhan Produksi
Staff PPIC juga bertugas untuk menghitung berbagai hal untuk keperluan produksi
seperti material yang dibutuhkan oleh proses produksi. Semua kebutuhan mulai dari
proses produksi hingga bahan jadi harus diperhitungkan dengan baik oleh staff PPIC.
Staff PPIC harus bisa memastikan bahwa material yang dibutuhkan untuk keperluan
produksi terpenuhi.
4. Memastikan Kualitas Produk
Staff QC juga harus memastikan sudah melakukan Quality Control sebelum barang
dikirimkan. Karena barang yang sudah jadi harus di cek terlebih dahulu supaya
kualitas produknya terjamin.
5. Menjadwal Proses Produksi
Staff PPIC harus bisa memastikan jika proses produksi harus berjalan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.
Perkembangan dunia teknologi sudah berkembang dengan sangat pesat,
sehingga sulit bagi perusahaan yang masih mengelola bisnisnya secara manual.
Bahkan tugas dari PPIC juga tidak akan berjalan secara optimal karena sistem yang
bekerja antar departemen tidak terintegrasi.
Salah satu cara untuk mempermudah operasional PPIC yaitu dengan
menggunakan sistem ERP. Sistem ini bisa diintegrasikan dengan departemen yang
lainnya, sehingga tidak akan berjalan sendiri-sendiri. Berikut ini adalah keuntungan
yang akan didapatkan oleh pihak PPIC jika menggunakan sistem ERP:
 Jadwal proses produksi bisa berjalan secara otomatis
 Persiapan material dan routing bisa berjalan lebih efisien.
 Akan memberikan peringatan jika stok akan habis.
 Jadwal proses pemeliharaan peralatan dan mesin berjalan otomatis.
 Mempermudah monitor stock On Hand, kebutuhan pelanggan, melakukan
persediaan barang, hingga pemeliharaan mesin industri.
Itulah penjelasan mengenai pengertian PPIC dan tugas-tugasnya. Staff ini akan
berjalan dengan lebih efektif jika menggunakan sistem yang sudah terintegrasi
bernama sistem ERP.

Anda mungkin juga menyukai