UNTUK PEMELUK
AGAMA KRISTEN
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
REPUBLIK INDONESIA
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
UNTUK PEMELUK
AGAMA KRISTEN
Penyusun
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
PMK-HKBP-Jakarta
Diterbitkan oleh
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
Perpustakaan Nasional
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ISBN 978-979-18455-7-1
Kontributor vii
Kata Sambutan Pimpinan KPK x
Korupsi Itu 1
Pandangan Iman Kristen tentang Korupsi 3
Korupsi yang Terkait dengan Kerugian Negara 13
Melawan Hukum untuk Memperkaya Diri dan Dapat 14
Merugikan Negara adalah Korupsi
Menyalahgunakan Kewenangan untuk 15
Menguntungkan Diri Sendiri dan Dapat Merugikan
Keuangan Negara adalah Korupsi
Korupsi yang Terkait dengan Suap Menyuap 21
Menyuap Pegawai Negeri adalah Korupsi 22
Menyuap Pegawai Negeri karena Jabatannya adalah 24
Korupsi
Pegawai Negeri Menerima Suap adalah Korupsi 25
Pegawai Negeri Menerima Hadiah yang Berhubungan 28
dengan Jabatannya adalah Korupsi
Menyuap Hakim adalah Korupsi 29
Menyuap Advokat adalah Korupsi 30
Hakim dan Advokat Menerima Suap adalah Korupsi 31
Hakim Menerima Suap adalah Korupsi
32
Advokat Menerima Suap adalah Korupsi
33
Robert P. Borong
Einar M. Sitompul
Carla June Natan
Arthur J. Horoni
Hetty Siregar
Soritua Nababan
Presiden Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD)
Cara penyajian buku ini dimulai dari bentuk dan jenis korupsi
seperti dimuat dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, ditambah dengan referensi ayat Alkitab
(Perjanjian Baru) yang terkait dengan pasal tersebut. Buku
ini dibuat dalam bentuk ukuran kecil agar mudah dibawa dan
dipahami sehingga kita dapat terhindar dari perbuatan tindak
pidana korupsi.
Salam Antikorupsi
Pimpinan KPK
Kristen
tentang
Korupsi
Jawab:
Iman Kristen mengajarkan bahwa, korupsi adalah perilaku yang
menyebabkan kerusakan di segala bidang kehidupan. Korupsi
bertentangan dengan etos kerja yang diajarkan oleh agama bahwa
manusia harus rajin, jujur dan bersyukur atas yang dikerjakan
dan dipersembahkannya. Korupsi bertentangan dengan hakikat
manusia sebagai citra Allah yang mesti menjunjung tinggi harkat
dan martabatnya. Seharusnya ada rasa takut korup, rasa malu
melakukan korupsi dan rasa sesal terus menerus berbuat
korupsi. Itulah nilai-nilai luhur yang harus terus menerus
diajarkan dan diteladankan kepada umat.
Tanya:
Jadi?
Jawab:
Perbuatan korupsi pertama-tama merupakan penyakit, penyakit
yang berakar pada jiwa manusia, jiwa yang rusak akibat keakuan
dan kesombongannya ini dasar paling hakiki dari korupsi. Korupsi
terjadi karena adanya dorongan dari dalam (motivasi hati yang
korup) dan peluang dari luar (kesempatan, kebutuhan dan
ketersediaan) kini berkembang dalam bentuk baru menjelma
menjadi keserakahan atau kerakusan yang tak kenal batas.
Manusia yang korup adalah manusia serakah yang menimbulkan
kerusakan yang amat luas di dalam semua bidang kehidupan.
Manusia yang korup adalah manusia yang dikendalikan oleh jiwa
Tanya:
Dengan demikian sebab musabab korupsi bersumber dari
jiwa/hati manusia yang korup yang bertentangan dengan
kehendak pencipta-Nya yaitu Allah sendiri. Bagaimana
Alkitab menjelaskan hubungan manusia dengan Allah ?
Jawab:
Alkitab penuh dengan cerita individu, kelompok, bangsa dan
umat Allah. Di samping mengajarkan bagaimana seharusnya
hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan
sesamanya dan dengan seluruh ciptaan, yang tak kurang
pentingnya ialah berkaitan dengan perbuatan atau tindakan
manusia. Hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan sesamanya dirangkum di dalam Hukum Taurat yang
disebut Sepuluh Perintah Allah (lihat, Keluaran 20 dan Ulangan
5), yang menjamin keadilan dan hubungan yang pas. Berdasarkan
Hukum Taurat, para nabi keras sekali menegur pelanggaran-
hukum dan ketidakadilan di dalam masyarakat. “Bencilah yang
jahat dan cintailah yang baik dan tegakkanlah keadilan”, kata
nabi Amos (Amos 5 :15). Mikha juga menyerukan tuntutan Tuhan,
“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan
apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan
Allahmu?” (Mikha 6:8).
Tanya:
Apakah hubungan dengan Allah itu sebatas dalam ibadah
Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 5
saja?
Jawab:
Di dalam Alkitab (Perjanjian Lama) para nabi selalu mengingatkan
umat Allah agar jangan hanya menjalankan ibadah tetapi
berperilaku sesuai dengan kehendak Allah. Tuhan membenci
kejahatan! Ibadah tidak ada artinya kalau umatnya melakukan
kejahatan. “Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak
sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu
merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-
pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu
itu penuh kejahatan. Perayaan-perayaan bulan barumu dan
pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya:
semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah
menanggungnya. Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk
berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun
kamu berkali-kali berdoa. Aku tidak akan mendengarkannya,
sebab tanganmu penuh dengan darah. Basuhlah, bersihkanlah
dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari
depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat
baik: usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah
hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!”
(Yesaya 1:13-17; bdk. Yesaya 58, Mikha 3). “Maka sekarang, hai
orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh Tuhan,
Allahmu, selain dari takut akan Tuhan, Allahmu, hidup menurut
segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah
kepada Tidian, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu” (Ulangan 10:12). “Carilah yang baik dan jangan
yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian Tuhan,
Tanya:
Bagaimana kesaksian Perjanjian Baru ?
Jawab:
Di dalam Alkitab (Perjanjian Baru), Yohanes Pembaptis dengan
lantang menyerukan bahwa pertobatan mesti ditandai dengan
perubahan perilaku yakni tidak mengambil sesuatu lebih dari
yang sudah ditentukan. Dengan kata lain jangan korupsi! “Jangan
menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan....”. Dan
lagi dikatakan: “Jangan merampas dan jangan memeras dan
cukupkanlah dirimu dengan gajimu,” (Lukas 3 : 13-14). Oleh sebab
itu gaji harus diusahakan dan diatur cukup, dan kekurangan
tidak boleh ditutupi dengan korupsi.
Tanya:
Dapatkah etika Kristen menjadi “alat kontrol” bagi umat
untuk tidak melakukan korupsi?
Jawab:
Ya. Korupsi menurut etika Kristen adalah salah satu bentuk
pencurian. Korupsi menjadi perbuatan tercela dan memalukan
karena mengabaikan pertanggungjawaban kerja sebagai
panggilan Tuhan. Korupsi dapat dikategorikan kejahatan ekonomi
karena mengambil uang/barang yang bukan hasil kerjanya sambil
merugikan orang lain. Di sini korupsi terkait dengan kemalasan
dan karenanya bertentangan dengan etos kerja Kristen.
Tanya:
Kalau begitu, etika Kristen tegas menolak korupsi ?
Jawab:
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut di atas, maka etika Kristen
secara tegas dan lugas menolak praktik korupsi. Korupsi
merupakan perbuatan buruk yang merugikan banyak orang,
maka perbuatan itu adalah perbuatan yang tidak etis dan tidak
pantas bahkan haram untuk dilakukan oleh orang Kristen.
Orang Kristen yang melakukan korupsi tidak hanya melakukan
pelanggaran norma-norma etika, tetapi juga melanggar hukum
Tuhan dan karena itu memberontak terhadap Tuhan sendiri.
Jawab:
Karena praktik korupsi merupakan perbuatan dosa dan melanggar
kehendak Tuhan maka etika Kristen meyakini bahwa perbuatan
korupsi pasti mendapat hukuman dari Tuhan. Para koruptor
akan dimintai pertanggungan jawab atas perbuatan mereka di
hadapan pengadilan Tuhan dan sebelum itu terjadi, pemerintah
(dalam hal ini: pengadilan) adalah alat Tuhan memberantas
kejahatan (Roma 13 : 4). Namun demikian, menurut Iman
Kristen, Tuhan Maha Pemurah dan Maha Pengampun, maka
para koruptor yang bertobat dapat diampuni dan dimaafkan.
Akan tetapi mereka harus meninggalkan perbuatan korupsi,
dan tidak mengulangi serta harus menjalani proses hukum
supaya diampuni. Pengampiman dari Tuhan hanya berlaku bagi
mereka yang bertobat dan sungguh-sungguh meninggalkan
kebiasaannya korupsi. Kalau seorang koruptor terus memelihara
kebiasaannya korupsi, ia tidak akan diampuni melainkan akan
dihukum selama-lamanya.
Tanya:
Seperti apa sikap gereja-gereja di Indonesia terhadap
korupsi ?
Jawab:
Gereja-gereja di Indonesia menganggap korupsi sebagai tindakan
yang bertentangan dengan Iman Kristen dan merusak kehidupan
Kerugian
Negara
Jawab:
Kitab nabi-nabi (nama mereka dipakai sebagai nama kitab,
seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Amos, Hosea dan yang
lain) merekam banyak peristiwa korupsi (yang sering dibarengi
dengan tindakan intimidasi dan kekerasan) yang dilakukan oleh
para pejabat, pejabat politik dan agama.
Tanya:
Bila negara rugi, rakyat menderita, siapa yang diuntungkan
?
Jawab:
Di saat pejabat dan hakim berlomba-lomba memperkaya diri
melalui korupsi, pihak yang paling diuntungkan adalah pedagang
besar dan yang paling dirugikan adalah rakyat. Prinsip pedagang
dari dahulu mencari untung sebanyak-banyaknya dengan cara
memanfaatkan mental korup pejabat. Bagi para pedagang hari
ibadah, sabat dan hari-hari raya keagamaan tidak disukai sebab
mereka terhalang untuk mengeruk laba. Laba mereka melimpah
karena leluasa memanipulasi alat pengukur. Kalau membeli,
wadah pengukur lebih besar tetapi kalau menjual wadahnya lebih
kecil. Di samping itu, mereka mengeruk untung dengan menjual
barang rosokan dengan harga tinggi. “Dengarlah ini, kamu yang
menginjakinjak orang miskin, dan yang membinasakan orang
sengsara di negeri ini dan berpikir: “Bilakah bulan bam berlalu,
supaya kita menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu,
supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa,
membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu,
supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang
miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?”
(Amos 8: 4 - 6). Murka Tuhan terhadap pedagang licik disuarakan
oleh nabi Mikha: “Masakan Aku melupakan harta benda
kefasikan di rumah orang fasik dan takaran efa yang kurang
dan terkutak itu? Masakan Aku membiarkan tidak dihukum
Tanya:
Kalau begitu apakah korupsi merugikan banyak orang?
Jawab:
Ya. Seperti sudah dikatakan arti korupsi adalah kerusakan;
kerusakan itu berakibat penderitaan bagi banyak orang terutama
orang-orang miskin dan orang-orang lemah. Segelintir orang
hidup mewah dengan menyerap sumber hidup orang banyak.
Kekayaan yang diperoleh dengan tidak adil mendatangkan
malapetaka kepada rakyat. Kemewahan sekelompok orang
dibiayai oleh penderitaan orang miskin. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa korupsi membawa bencana yang meluas ke
semua bidang kehidupan dan memperburuk kualitas kehidupan.
Tanya:
Kalau begitu apa yang perlu dilakukan ?
Jawab:
Jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga. Janganlah
perbuatan koruptor merusak moral dan jiwa seluruh warga
negara. Ini pula menjadi kritik terhadap para pemimpin agama
yang ikut-ikutan korup, supaya bertobat agar tidak merusak
jiwa umat yang mempercayakan diri dipimpin oleh mereka.
Harus menjadi komitmen bersama umat beragama untuk
memilih pemimpin yang diharapkan bisa mendukung usaha-
usaha pemberantasan korupsi di Indonesia dengan memberikan
teladan dalam hidup pribadi. Kita harus bertumbuh menjadi
dewasa (pemimpin dan rakyat), agar bisa membedakan yang
baik dan yang jahat, termasuk dalam memilih pemimpin bangsa,
tanpa harus mempersoalkan agamanya.
Suap
Menyuap
Jawab:
Ya, Salah satu bentuk korupsi yang paling populer di Indonesia
adalah suap. Kata suap dalam bahasa Indonesia mempunyai arti
yang sangat khas. Suap bisa berarti cara makan, yakni nasi yang
dijemput dengan jari dan dimasukkan ke mulut ketika makan.
Menyuap berarti makan dengan tangan. Arti kata suap yang kedua
ialah uang sogok. Menyuap berarti memberi uang sogok atau
menyogok. Tidak jelas bagaimana hubungan kedua pengertian
ini. Memang keduanya berarti suatu tindakan memberi, tetapi
maksud dan tujuannya berbeda. Suap pertama mengandung arti
positif dan konstruktif: memberi makan (anak). Tetapi arti yang
kedua mengandung makna negatif dan destruktif. Menyogok
selalu berarti memberi sesuatu untuk tujuan mempengaruhi
pejabat atau orang yang berwewenang dalam satu jabatan atau
profesi agar mengambil keputusan yang menguntungkan si
penyogok. Suap adalah tindakan melanggar hukum dan merusak
kehidupan manusia dan juga rakyat sangat bertentangan dengan
moralitas.
Tanya:
Kalau itu tindakan yang merusak kehidupan manusia,
kenapa suap terus berlangsung ?
Jawab:
Tanya:
Kalau begitu, praktik suap bertentangan dengan kepatutan,
moral dan melanggar hukum?
Jawab:
Memberi suap atau menyogok jelas bertentangan dengan
kepatutan dalam suatu masyarakat karena si pemberi suap
mencari keuntungan sendiri di atas kerugian publik. Maka
praktik suap tidak hanya dapat disamakan dengan korupsi
Tanya:
Tolong agar pandangan Kitab Suci tentang suap lebih
dipertajam lagi?
Jawab:
Dalam lingkungan umat Allah, terlihat dalam Alkitab (Perjanjian
Lama), masalah korupsi sudah dikecam oleh para nabi. Korupsi
mengandung arti menghancurkan hubungan dan merusak
seluruh sendi kehidupan masyarakat. Karena itu korupsi
perbuatan yang dilarang dan harus dihindari. Sumber perbuatan
itu adalah diri manusia itu sendiri yang disebut mata hati yang
buta dan bengkok (Keluaran 23: 8). Jadi sumber korupsi adalah
karakter manusia yang bertolak belakang dengan karakter
Allah. Allah selalu digambarkan sebagai anti suap (Ulangan
10: 17, “Sebab Tuhan Allahmu-lah Allah segala allah dan Tuhan
segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak
memandang bulu atau menerima suap”).
Sekali lagi dari sudut pandang Iman Kristen, maka sumber dan
akar korupsi ada dalam hati manusia yang busuk atau rusak.
Sebagai contoh korupsi Yudas Iskariot (Yohanes 12: 1- 8);
Ananias dan Safira (Kisah Rasul 5: 1- 11); dan yang lainnya. Korupsi
bersumber dari hati yang dirasuki oleh egoisme, materialisme
dan mamonisme, yang bertentangan dengan kehendak Allah.
Tanya:
Apa benar para nabi berani berani menegur pejabat yang
menerima suap?
Jawab:
Benar sekali. Pasal pertama kitab Yesaya langsung men- catat
suara lantang nabi Yesaya yang menegur perilaku para pemimpin
yang mengejar sogok dan sejalan dengan itu tidak menentang
orang-orang sengsara. Uang hasil korupsi mereka gunakan untuk
hidup berfoya-foya. “Para pemimpinmu adalah pemberontak
dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka menerima
suap dan mengejar sogok. Mereka tidak menolak hak anak-anak
yatim, dan perkara janda-janda tidak sampai kepada mereka,”
Penggelapan
Jabatan
dalam
Jawab:
Benar. Praktik ini tidak hanya berlaku antara bawahan dan
pejabat tetapi juga sesama pejabat, bahkan melibatkan para
pelaku bisnis sehingga berkembang menjadi sistem tersendiri di
luar sistem legal. Praktik penyalahgunaan jabatan dalam relasi
masyarakat secara luas, khususnya di antara pejabat pemerintah
dengan pebisnis sudah menjadi rahasia umum.
Jawab:
Korupsi di zaman modem disebabkan oleh bermacam-ragam
kelemahan kepemimpinan, kelemahan pengajaran agama
dan etika, feodalisme, kolonialisme, kurangnya pendidikan,
kemiskinan, tidak tegaknya hukum, tiadanya gerakan anti korupsi,
struktur pemerintahan yang lemah, tidak ada perubahan radikal
dan keadaan masyarakat pada umumnya.
Perbuatan
Pemerasan
Jawab:
Itulah kerakusan atau ketamakan! Kerakusan tidak mengenal
belas kasihan, tindakan korupsi selalu menciptakan penderitaan
orang miskin semakin parah. Usaha menumpuk kekayaan secara
tidak benar, selalu disertai kesewenang-wenangan. Nabi Amos
dengan tajam menyerang perilaku para pemimpin yang “menjual
orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang
kasut, mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam
debu dan membelokkan jalan orang sengsara” (Amos 2 : 6-7).
“Celakalah mereka yang menyerobot rumah demi rumah dan
mencekau ladang demi ladang, sehingga tidak ada lagi tempat
bagi orang lain dan hanya kamu sendiri yang tinggal di dalam
negeri!” (Yesaya 5 :
8). Para pejabat digambarkan sebagai gembala. Tetapi yang
terjadi, mereka bukan menyejahterakan rakyat/umat (yang
sering digambarkan di Alkitab sebagai domba), justru yang
berlangsung ialah para gembala (pejabat) mengeksploitasi orang
miskin, membiarkan yang lemah binasa dan bahkan menginjak-
injak mereka dengan kekuasaan. “Celakalah gembala-gembala
Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-
domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala
itu. Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian,
yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri
tidak kamu gembalakan. Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang
Tanya:
Selain para eksekutif, apakah para nabi menegur pejabat
yudikatif atau penegak hukum?
Jawab:
Tentu saja. Tindakan korupsi selalu bersifat persekongkolan jahat.
Korupsi merajalela karena ada kerja sama di antara penguasa
dan penegak hukum (hakim). Orang yang sebenarnya tempat
terakhir mencari keadilan justru sering melakukan ketidakadilan.
Caranya: dengan menerima suap dan membelokkan hukum
sehingga tidak jelas lagi mana kejahatan dan mana kebaikan.
“Celakalah mereka yang memancing kesalahan dengan tali
kedustaan dan dosa seperti dengan tali gerobak” (Yesaya 5:18).
“Celakalah mereka yang menyebut kejahatan itu baik dan
kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang
dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi
manis, dan manis menjadi pahit” (Yesaya 5:20). Yang paling ironis
ialah para pelaku korupsi melecehkan kepercayaan, melecehkan
orang yang beragama, mereka mengejek Tuhan bahwa Tuhan
tidak mampu menghukum mereka. “Baiklah Allah lekas-lekas.
dan cepat-cepat melakukan tindakan-Nya, supaya kita lihat;
dan baiklah keputusan yang Mahakudus, Allah Israel, datang
mendekat, supaya kita tahu” (Yesaya 5 : 19). Ketika kejahatan
tumbuh subur, ketika korupsi dianggap wajar, maka di situlah
terbukti orang sering membuat agama sebagai proforma saja.
Ibadah berjalan terus bahkan sangat meriah tetapi hati mereka
penuh kejahatan. Dengarlah seruan Yesaya : “Untuk apa itu jemu
Tanya:
Apakah suara nabi itu masih kena mengena dengan kita
sekarang ?
Jawab:
Suara nabi juga menegur masyarakat kita sekarang di mana
ibadah amat meriah bahkan cenderung mewah tetapi pada saat
yang sama korupsi bertambah subur setiap hari, pemerasan
dan penindasan terus terjadi, orang miskin bertambah banyak
dan lingkungan hidup semakin rusak. Begitulah masyarakat: di
mana tidak ada keadilan maka timbul kerusakan di masyarakat
dan lingkungan, kualitas hidup sebagian besar orang merosot.
Tetapi sebagian kecil orang menikmati hidup di atas penderitaan
miliaran orang dan pada saat yang sama orang seperti berlomba-
lomba menampakkan diri sebagai orang yang religius. Agama
dijadikan alat memuaskan rasa haus akan kesenangan pribadi
sambil menyakinkan diri bahwa mereka pewaris surga.
Tanya:
Bisa diberi contoh cerita Alkitab mengenai korupsi yang
terkait dengan perbuatan pemerasan?
Jawab:
Eli mempunyai dua orang anak (Hofni dan Pinehas). Ia seorang
imam yang saleh dan dihormati masyarakat. Kadang-kadang
Perbuatan
Curang
Jawab:
Beberapa contoh :
• Penyalahgunaan wewenang untuk memperoleh penghasilan
tambahan dari masyarakat.
• Tingkah laku pejabat yang menyimpang dari norma umum dan
digunakan untuk tujuan pribadi.
• Tingkah laku individu menggunakan wewenang/jabatan guna
mendapatkan keuntungan pribadi dan merugikan kepentingan
umum dan negara.
• Cara-cara di luar hukum yang digunakan untuk mempengaruhi
birokrasi, misalnya membeli persetujuan pejabat yang
bertanggung jawab menetapkan kebijakan ekonomi/
menyogok untuk mendapat kemudahan usaha; ekspor/impor,
izin penanaman modal, izin produksi atau menghindari pajak.
Tanya:
Ternyata, perbuatan curang itu menyangkut baik pegawai
negeri, sipil di militer / polisi, pemborong dan rekanan bisnis
Jawab:
Itulah praktik perampasan hak masyarakat. Pejabat atau orang
yang mencuri anggaran negara mengakibatkan berkurangnya
alokasi anggaran yang seharusnya ditujukan bagi rakyat. Karena
itu, korupsi atas anggaran negara berarti pula perampasan
atas hak-hak masyarakat, khususnya orang-orang miskin dan
terlantar. Dengan pengertian ini, praktik korupsi dapat disebut
sebagai salah satu penyebab utama kemiskinan. Juga termasuk
Tanya:
Kesaksian Alkitab ?
Jawab:
Jemaat perdana di masa para rasul, hidup di dalam persekutuan
yang mencakup kehidupan ibadah dan sosial-ekonomi sehingga
“tidak seorang pun yang berkekurangan di antara mereka” (Kisah
Para Rasul 4 : 34). Seluruh anggota jemaat sehati dan sejiwa
membangun persekutuan; salah satu caranya menjual harta
milik mereka dengan sukarela untuk dibagi-bagikan kepada yang
membutuhkan. Dari antara mereka, suami-istri, Ananias dan
Safira, rela menjual sebidang tanah mereka. Rupanya beberapa
waktu setelah menjualnya, tumbuh niat mereka menggelapkan
sebagian hasil penjualan untuk kepentingan mereka. Sebagian
lagi diserahkan kepada para rasul untuk kepentingan jemaat.
Di dalam waktu yang hampir bersamaan, Ananias dan Safira,
setelah penggelapan mereka terbongkar, keduanya meninggal
dunia. Penggelapan bukan saja kesalahan terhadap masyarakat
tetapi juga dosa terhadap Allah (lihat, Kisah Para Rasul 5 :1-11).
Bentukan
Kepentingan
dalam
Pengadaan
Jawab:
Turut serta melakukan tindakan yang melanggar hukum untuk
memperkaya diri apalagi dilakukan oleh mereka yang seharusnya
mencegah (seperti pengawai negeri dan pejabat publik) adalah
kejahatan, Alkitab menegur para pemuka, orang yang tahu
hukum tetapi melanggar hukum. “Engkau yang mengajar:
“jangan mencuri, mengapa engkau sendiri mencuri?... Mengapa
engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum...?
(lihat, Roma 2 : 21-23). Mengetahui apa yang baik tetapi tidak
melakukannya adalah dosa. “jika seorang tahu bagaimana ia
harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”
(Yakobus 4:17). Dengan demikian seorang penguasa dan pejabat
publik yang sadar hukum, harus turut menegakkan hukum dan
melakukan apa yang baik.
Gratifikasi
Jawab:
Kendati istilahnya berbeda dan sering dibedakan dengan suap,
tapi uang pelicin atau terima kasih sebenamya masuk dalam
kategori suap. Pejabat yang menerima uang pelicin atau ucapan
terima kasih dengan sadar menerima hadiah yang tentu saja
berpengaruh atas pengambilan keputusannya. Keputusan yang
diambil pasti menguntungkan sipemberi hadiah.
Tanya:
Itu berarti penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan
pribadi/golongan?
Jawab:
Jelas ! Penyalahgunaan jabatan publik untuk kepentingan
pribadi.
Tanya:
Jadi?
Jawab:
Perbuatan menerima hadiah, memeras dan menyalahgunakan
uang negara untuk kepentingan pribadi dan juga tindakan
memberi suap pada orang tertentu: pemimpin politik, serikat
buruh, wartawan atau perusahaan swasta, tidak dibenarkan oleh
Iman Kristen.
Jawab:
Elisa seorang abdi Allah meneruskan pekerjaan Elia yakni
menyampaikan kehendak Tuhan baik dengan perkataan
langsung kepada orang tertentu maupun dengan tanda mujizat.
Pada suatu ketika namanya didengar oleh raja negeri Aram,
tetangga Israel. Raja Aram mengirim panglimanya, Naaman,
yang menderita kusta agar disembuhkan. Elisa menyuruh
Naaman mandi tujuh kali di sungai Yordan (2 Raja-raja 5:10-
14). Kemudian dia segera sembuh. Penyakit kusta lenyap dari
kulitnya. Dengan gembira ia ingin menyerahkan hadiah sebagai
imbalan tetapi Elisa menolak. Gehazi rupanya menyaksikan Elisa
menampik pemberian Naaman. Di dalam hatinya ia menyesalkan
mengapa Elisa menolak pemberian Naaman. Setelah Naaman
menjauh, ia berlari mengejarnya. la memperalat nama Elisa
untuk meminta hadiah, perak dan pakaian. “Tuanku Elisa
menyuruh aku mengatakan barn saja dalang kepadaku dua
orang muda dari pegunungan Efraim dari antara rombongan
nabi. Baiklah berikan kepada mereka setalenta perak dan dua
potong pakaian “ (2 Raja-raja 5:22). Elisa yang tidak tahu menahu
dengan rencana pelayannya, rupanya menyadari Gehazi telah
memperalat namanya untuk memperkaya diri. Gehazi langsung
menerima hukuman - ia dihinggapi kusta seperti yang dialami
Naaman. “Maka sekarang, engkau telah menerima perak dan
dengan itu dapat memperoleh kebun-kebun, kebun zaitun,
kebun anggur, kambing domba, lembu sapi, budak laki-laki dan
budak perempuan, tetapi penyakit kusta Naaman akan melekat
Tindak
Pidana
Korupsi
Tindak
Pidana
Korupsi
Pasal 2
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang dapat merugikan keuangannegara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan palinglama 20
(dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat
dijatuhkan.
Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 20 dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 5
Pasal 6
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang
yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan
maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili; atau
b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang
Pasal 7
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit
Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):
a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat
bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu
menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang,
atau keselamatan negara dalam keadaan perang;
b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau
penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan
curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan
Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara
Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang;
atau
Pasal 8
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah),
pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat
berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang
atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang
lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
Pasal 9
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara
Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 87
waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar
yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.
Pasal 10
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara
waktu, dengan sengaja:
a. menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang
digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat
yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya; atau
b. membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,
surat, atau daftar tersebut; atau
c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,
surat, atau daftar tersebut.
Pasal 11
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai
negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau
janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau
janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
88 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang
yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan
jabatannya.
Pasal 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya;
b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya;
c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili;
d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang
pengadilan, menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan,
berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan
Pasal 12 B
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan
merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan
oleh penuntut umum.
(2)
Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 12 C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 B ayat (1) tidak
berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya
kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi terebut
diterima.
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan
Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 91
wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau
milik negara.
(4)
Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud ayat (2) dan penentuan status gratifikasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam Undang-
Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pasal 13
Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri
dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap, melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda
paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “secara melawan hukum” dalam pasal ini
mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun
dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur
dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan
tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan
atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka
perbuatan tersebut dapat dipidana. Dalam ketentuan ini, kata
“dapat” sebelum frasa “merugikan keuangan atau perekonomian
negara” menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan
delik formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan
dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan
bukan dengan timbulnya akibat.
Catatan:
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 003 /
PUU-IV/2006 tanggal 24 Juli 2006
MENGADILI:
ɣ ....
ɣ Menyatakan Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “keadaan tertentu” dalam ketentuan ini
adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana
bagi pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana
tersebut dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukkan
bagi penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional,
penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas,
penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan
tindak pidana korupsi.
Pasal 3
Kata “dapat” dalam ketentuan ini diartikan sama dengan penjelasan
Pasal 2.
Pasal 5
Ayat (1)
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “penyelenggara negara” dalam Pasal ini
adalah penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Pengertian “penyelenggara negara” tersebut berlaku pula untuk
pasal-pasal berikutnya dalam Undang-undang ini.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Yang dimaksud dengan “advokat” adalah orang yang berprofesi
memberi jasa hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan
yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Pasal 12B
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “gratifikasi” dalam ayat ini adalah
pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma,
dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di
dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 12C
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Jawab:
Memberantas korupsi tidak sama dengan membabat rumput
tetapi harus mencabut akar rumput. Korupsi, menurut keyakinan
Iman Kristen, bukan akibat melainkan hakikat dari manusia itu
sendiri. Jadi korupsi itu melekat di dalam diri manusia.
• Memberantas korupsi harus dikaitkan dengan pembinaan
manusia sebagai makhluk yang disembuhkan dan diselamatkan
oleh rahmat Tuhan. Itulah usaha mencabut akar rumput korupsi
dan bukan sekedar membabatnya. Yang dituntut pertama
perubahan sikap dari koruptor adalah pertobatan (metanoia).
Artinya, meninggalkan perbuatan korupsi dan memulai hidup
bersih dan jujur serta mematuhi segala ketentuan hukum yang
berlaku untuk orang-orang yang korupsi.
• Semua komponen masyarakat, pemerintah, legislatif, yudikatif,
organisasi, lembaga dan organisasi keagamaan, agar serempak
mengkampanyekan pemberantasan korupsi.
• Agar aparat hukum menjatuhkan hukuman berat kepada para
koruptor dan semua yang terlibat dalam tindak korupsi tanpa
diskriminasi.
Tindak
Pidana Lain
yang Berkaitan dengan
Tindak
Pidana
Korupsi
Pasal 21
Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi atau
menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap
tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
Pasal 22
Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, Pasal 29, Pasal
35 atau Pasal 36 yang dengan sengaja tidak memberi keterangan
atau memberi keterangan yang tidak benar, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan atau denda paling sedikit Rpl50.000.000.00 (seratus
lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000.00
(enam ratus juta rupiah).
Pasal 23
Dalam perkara korupsi, pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 220, Pasal 231, Pasal 421,
Pasal 422, Pasal 429, atau Pasal 430 Kitab Undang-Undang Hukum
Pasal 24
Saksi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus
lima puluh juta rupiah)
Pasal 28
Untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberikan
keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri
atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yang
diketahui dan atau yang diduga mempunyai hubungan dengan
tindak pidana korupsi yang dilakukan tersangka.
Pasal 29
(1) Untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan
di sidang pengadilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim
berwenang meminta keterangan kepada bank tentang keadaan
keuangan tersangka atau terdakwa.
(2) Permintaan keterangan kepada bank sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diajukan kepada Gubernur Bank Indonesia sesuai
dengamperaturan perundangundangan yang berlaku.
(3)
Gubernur Bank Indonesia berkewajiban untuk memenuhi
permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dalam waktu
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja, terhitung sejak dokumen
Pasal 31
(1) Dalam penyidikan dan pemeriksaan di sidang pengadilan, saksi
dan orang lain yang bersangkutan dengan tindak pidana korupsi
dilarang menyebut nama atau alamat pelapor, atau hal-hal lain
yang memberikan kemungkinan dapat diketahuinya identitas
pelapor.
(2)
Sebelum pemeriksaan dilakukan, larangan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diberitahukan kepada saksi dan orang
lain tersebut.
Pasal 35
(1) Setiap orang wajib memberi keterangan sebagai saksi atau
ahli, kecuali ayah, ibu, kakek, nenek, saudara kandung, istri atau
suami, anak dan cucu dari terdakwa.
(2) Orang yang dibebaskan sebagai saksi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dapat diperiksa sebagai saksi apabila mereka
menghendaki dan disetujui secara tegas oleh terdakwa.
(3)
Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
mereka dapat memberikan keterangan sebagai saksi tanpa
disumpah.
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “rekening simpanan” adalah dana
yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan
perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu, termasuk penitipan (custodian) dan
penyimpanan barang atau surat berharga (safe deposit box).
Rekening simpanan yang diblokir adalah termasuk bunga,
deviden, bunga obligasi, atau keuntungan lain yang diperoleh
dari simpanan tersebut.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 31
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Yang dimaksud dengan “petugas agama” dalam pasal ini adalah
hanya petugas agama Katolik yang dimintakan bantuan kejiwaan,
yang dipercayakan untuk menyimpan rahasia.