Anda di halaman 1dari 128

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI

UNTUK PEMELUK

AGAMA KRISTEN
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
REPUBLIK INDONESIA

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
UNTUK PEMELUK

AGAMA KRISTEN
Penyusun
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
PMK-HKBP-Jakarta

Diterbitkan oleh
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

Perpustakaan Nasional
Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Korupsi Dari Sudut Pandang Agama Kristen


buku saku untuk memahami tindak pidana korupsi
penyusun Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta
116 him + x

ISBN 978-979-18455-7-1

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI


Jln. Kuningan Persada
Kav. 4 Jakarta Selatan 12950
Call Center: 198
Email: Informasi@kpk.go.id
Website: kpk.go.id

ii Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Daftar Isi

Kontributor vii
Kata Sambutan Pimpinan KPK x
Korupsi Itu 1
Pandangan Iman Kristen tentang Korupsi 3
Korupsi yang Terkait dengan Kerugian Negara 13
Melawan Hukum untuk Memperkaya Diri dan Dapat 14
Merugikan Negara adalah Korupsi
Menyalahgunakan Kewenangan untuk 15
Menguntungkan Diri Sendiri dan Dapat Merugikan
Keuangan Negara adalah Korupsi
Korupsi yang Terkait dengan Suap Menyuap 21
Menyuap Pegawai Negeri adalah Korupsi 22
Menyuap Pegawai Negeri karena Jabatannya adalah 24
Korupsi
Pegawai Negeri Menerima Suap adalah Korupsi 25
Pegawai Negeri Menerima Hadiah yang Berhubungan 28
dengan Jabatannya adalah Korupsi
Menyuap Hakim adalah Korupsi 29
Menyuap Advokat adalah Korupsi 30
Hakim dan Advokat Menerima Suap adalah Korupsi 31
Hakim Menerima Suap adalah Korupsi
32
Advokat Menerima Suap adalah Korupsi
33

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen iii


Korupsi yang Terkait dengan Penggelapan 39
dalam Jabatan
Pegawai Negeri Menggelapkan Uang atau 40
Membiarkan Penggelapan adalah Korupsi
Pegawai Negeri Memalsukan Buku untuk 41
Pemeriksaan Administrasi adalah Korupsi
Pegawai Negeri Merusakkan Bukti adalah Korupsi 42
Pegawai Negeri Memberikan Orang Lain Merusakkan 43
Bukti adalah Korupsi
Pegawai Negeri Membantu Orang Lain 44
Merusakkan Bukti adalah Korupsi
Korupsi yang Terkait dengan Perbuatan Pemerasan 47
Pegawai Negeri Memeras adalah Korupsi 48
Pegawai Negeri Memeras Pegawai Negeri yang Lain 50
adalah Korupsi
Korupsi yang Terkait dengan Perbuatan Curang 55
Pemborong Berbuat Curang adalah Korupsi 56
Pengawas Proyek Membiarkan Perbuatan Curang 57
adalah Korupsi
Rekanan TNI/Polri Berbuat Curang adalah Korupsi
58
Pengawas Rekanan TNI/Polri Berbuat Curang adalah
59
Korupsi
Penerima Barang TNI/Polri Membiarkan
60
Perbuatan Curang adalah Korupsi
Pegawai Negeri Menyerobot Tanah Negara sehingga
61
Merugikan Orang Lain adalah Korupsi

iv Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Korupsi yang Terkait dengan Bentukan Kepentingan 65
dalam Pengadaan
Pegawai Negeri Turut Serta dalam Pengadaan yang 66
Diurusnya adalah Korupsi
Korupsi yang Terkait dengan Gratifikasi 69
Pegawai Negeri Menerima Gratifikasi dan Tidak Lapor 70
KPK adalah Korupsi
Tindak Pidana Lain Yang Berkaitan dengan Tindak 75
Pidana Korupsi
Merintangi Proses Pemeriksaan Perkara Korupsi 76
Tersangka Tidak Memberikan Keterangan Mengenai 77
Kekayaannya
Bank Yang Tidak Memberikan Keterangan Rekening 78
Tersangka
Saksi Atau Ahli Yang Tidak Memberi Keterangan Atau 80
Memberi Keterangan Palsu
Orang Yang Memegang Rahasia Jabatan Tidak 81
Memberikan Keterangan Atau Memberi Keterangan
Palsu
Saksi Yang Membuka Identitas Pelapor 82
Pasal-Pasal tentang Tindak Pidana Korupsi
83
Tindak Pidana Korupsi UU No 31 Tahun 1999 Jo. UU 84
No 20 Tahun 2001
Penjelasan Pasal Demi Pasal
93
Penutup
99

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen v


Pasal-Pasal tentang Tindak Pidana Lain yang 103
Berkaitan Dengan Tindak Pidana Korupsi
Tindak Pidana Lain Yang Berkaitan dengan Tindak 104
Pidana Korupsi UU No 31 Tahun 1999 Jo. UU No 20
Tahun 2001
Penjelasan Pasal Demi Pasal 107
Ada Korupsi, Laporkan 111

vi Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Kontributor

Robert P. Borong
Einar M. Sitompul
Carla June Natan
Arthur J. Horoni
Hetty Siregar

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen vii


Kata Pengantar

Masyarakat dan bangsa yang kuat hanya mungkin dibangun


apabila korupsi dihapuskan. Salah satu upaya menghapus atau
memberantas korupsi adalah dengan memahami dan menindak
secara tegas tanpa pandang bulu segala bentuk tindak korupsi.
Karena korupsi sesuai dengan pengertiannya yang mendasar
ialah kerusakan. Dengan demikian membiarkan tindak korupsi
sama dengan membiarkan kerusakan berlangsung dan ujung-
ujungnya ialah kehancuran masyarakat, bangsa dan negara.
Terbitnya Undang-Undang Antikorupsi (UU No.20 Tahun
2001, tentang Perubahan Atas UU No.31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi), merupakan pilar utama
upaya pemberantasan korupsi di segala sektor kehidupan
masyarakat.

Umat beragama khususnya dan semua organisasi serta seluruh


masyarakat harus mendukung pelaksanaan Undang-Undang
Antikorupsi ini mulai dengan di kalangan sendiri, agar tercipta
pemerintahan yang bersih dan masyarakat sehat, kuat dan
kreatif. Umat beragama dan gereja/orang Kristen khususnya
harus turut serta secara aktif memberantas korupsi atas dasar:
Pertama, korupsi bertentangan dengan martabat dan harkat
manusia yang ditempatkan Tuhan di bumi untuk memelihara
dan mengembangkan kehidupan yang sejahtera. Korupsi
bertentangan dengan hukum kehidupan sebab korupsi merusak
kehidupan, karena segelintir orang hidup mewah tetapi pada saat
yang sama mayoritas masyarakat menderita, semakin miskin, sakit
dan kehilangan peluang dan harapan hidup layak. Kedua, korupsi
sangat dicela di dalam Alkitab. Sebagian besar pemberitaan nabi
seperti Yesaya, Yeremia, Amos dan lain-lain, ditujukan kepada

viii Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


para pemimpin, pemimpin politik dan agama, para penegak
hukum dan orang-orang kaya yang melakukan berbagai kejahatan
seperti korupsi, penindasan dan pemutarbalikkan hukum. Perlu
dicatat bahwa Tuhan digambarkan sebagai “Anti Suap!” (Ulangan
10:17), dan korupsi artinya sama dengan melanggar hukum ke-8
(Jangan mencuri!). Ketiga, sebagai bagian integral masyarakat
Indonesia sudah sepatutnya gereja, orang-orang Kristen dan
komunitas keagamaan mendukung usaha memerangi korupsi
dengan: a) tidak melakukan korupsi, b) memberantas korupsi di
dalam kelompok masing-masing dengan mengubah sistem dan
struktur yang memungkinkan untuk menentang korupsi, dan
mengubah kebiasaan-kebiasaan yang melanggengkan korupsi,
dan c) ikut mengkampanyekan usaha para penegak hukum
menindak para koruptor, agar mereka dihukum dengan adil
sesuai hukum dan undang-undang.

Oleh sebab itu saya menyambut baik penerbitan buku sederhana


ini agar masyarakat mengerti, memahami dan mendukung
pelaksanaan undang-undang Antikorupsi. Kita semua
mengetahui bahwa masalah korupsi sudah lama dibicarakan
tetapi sekarang usaha penghapusan korupsi tampaknya
menunjukkan tanda-tanda kesungguhan untuk dijalankan.
Semoga usaha memberantas korupsi terus menerus dilakukan
supaya tindak korupsi benar-benar lenyap dari masyarakat kita.

Jakarta, 22 April 2009

Soritua Nababan
Presiden Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD)

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen ix


Kata Sambutan
Pimpinan KPK

Pemahaman terhadap jenis dan bentuk korupsi seperti diatur


dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Korupsi oleh setiap elemen masyakat merupakan prasyarat
untuk percepatan pemberantasan korupsi di Indonesia.

Sesungguhnya pengertian tentang korupsi telah dimuat secara


tegas untuk pertama kalinya didalam Undang-Undang Nomor
3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Sebagian besar pengertian korupsi yang dimuat dalam undang-
undang tersebut dirujuk dari Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) yang lahir sebelum negara ini merdeka. Namun,
sampai dengan saat ini pemahaman masyarakat terhadap
pengertian korupsi masih sangat kurang.

Lebih jauh dari itu, sesungguhnya setiap agama juga telah


mengatur ketentuan tentang perbuatan pencurian, perbuatan
curang, ataupun pengkhianatan yang kesemuanya merupakan
tindakan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan korupsi.
Kristen sebagai agama yang dianut oleh sebagian penduduk
Indonesia juga telah memberikan peringatan kepada setiap
penganutnya untuk tidak melakukan perbuatan korupsi.

Oleh karenanya dengan terbitnya buku panduan Antikorupsi


yang tersaji baik dari segi hukum agama Kristen maupun hukum
pidana korupsi, diharapkan menjadi pedoman bagi seluruh
umat Kristiani di Indonesia untuk tidak melakukan tindak pidana
korupsi. Perbuatan korupsi selain akan mendapat ancaman

x Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


hukuman didunia, juga tidak akan lepas dari hukuman akhirat
dari Yang Maha Adil.

Cara penyajian buku ini dimulai dari bentuk dan jenis korupsi
seperti dimuat dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, ditambah dengan referensi ayat Alkitab
(Perjanjian Baru) yang terkait dengan pasal tersebut. Buku
ini dibuat dalam bentuk ukuran kecil agar mudah dibawa dan
dipahami sehingga kita dapat terhindar dari perbuatan tindak
pidana korupsi.

Salam Antikorupsi

Pimpinan KPK

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen xi


xii Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen
Korupsi
Itu...

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 1


Korupsi Itu...

...menurut asal kata


Korupsi berasal dari istilah Latin, corruptio yang artinya kerusakan.
Korupsi adalah perilaku yang menyebabkan kerusakan di segala
bidang kehidupan.

...menurut Transparency International


Korupsi adalah perilaku pejabat publik, maupun politikus
atau pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengan
dirinya, dengan cara menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka.

... menurut hukum di Indonesia


Penjelasan gamblangnya ada dalam tiga belas pasal Undang-
Undang (UU) No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 21 Tahun 2001. Menurut
UU itu, ada tiga puluh tindakan yang bisa dikategorikan sebagai
tindak korupsi.

Secara ringkas tindakan-tindakan itu bisa dikelompokkan


menjadi:
1. Kerugian keuntungan negara
2. Suap-menyuap (istilah lain: sogokan atau pelicin)
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi (istilah lain: pemberian hadiah)

2 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pandangan Iman

Kristen
tentang
Korupsi

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 3


Tanya :
Dari sudut pandang agama Kristen, apa korupsi itu?

Jawab:
Iman Kristen mengajarkan bahwa, korupsi adalah perilaku yang
menyebabkan kerusakan di segala bidang kehidupan. Korupsi
bertentangan dengan etos kerja yang diajarkan oleh agama bahwa
manusia harus rajin, jujur dan bersyukur atas yang dikerjakan
dan dipersembahkannya. Korupsi bertentangan dengan hakikat
manusia sebagai citra Allah yang mesti menjunjung tinggi harkat
dan martabatnya. Seharusnya ada rasa takut korup, rasa malu
melakukan korupsi dan rasa sesal terus menerus berbuat
korupsi. Itulah nilai-nilai luhur yang harus terus menerus
diajarkan dan diteladankan kepada umat.

Tanya:
Jadi?

Jawab:
Perbuatan korupsi pertama-tama merupakan penyakit, penyakit
yang berakar pada jiwa manusia, jiwa yang rusak akibat keakuan
dan kesombongannya ini dasar paling hakiki dari korupsi. Korupsi
terjadi karena adanya dorongan dari dalam (motivasi hati yang
korup) dan peluang dari luar (kesempatan, kebutuhan dan
ketersediaan) kini berkembang dalam bentuk baru menjelma
menjadi keserakahan atau kerakusan yang tak kenal batas.
Manusia yang korup adalah manusia serakah yang menimbulkan
kerusakan yang amat luas di dalam semua bidang kehidupan.
Manusia yang korup adalah manusia yang dikendalikan oleh jiwa

4 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


materialistis dan dorongan untuk berkuasa. Keduanya saling
melengkapi dan berjalan beriringan.

Tanya:
Dengan demikian sebab musabab korupsi bersumber dari
jiwa/hati manusia yang korup yang bertentangan dengan
kehendak pencipta-Nya yaitu Allah sendiri. Bagaimana
Alkitab menjelaskan hubungan manusia dengan Allah ?

Jawab:
Alkitab penuh dengan cerita individu, kelompok, bangsa dan
umat Allah. Di samping mengajarkan bagaimana seharusnya
hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan
sesamanya dan dengan seluruh ciptaan, yang tak kurang
pentingnya ialah berkaitan dengan perbuatan atau tindakan
manusia. Hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan sesamanya dirangkum di dalam Hukum Taurat yang
disebut Sepuluh Perintah Allah (lihat, Keluaran 20 dan Ulangan
5), yang menjamin keadilan dan hubungan yang pas. Berdasarkan
Hukum Taurat, para nabi keras sekali menegur pelanggaran-
hukum dan ketidakadilan di dalam masyarakat. “Bencilah yang
jahat dan cintailah yang baik dan tegakkanlah keadilan”, kata
nabi Amos (Amos 5 :15). Mikha juga menyerukan tuntutan Tuhan,
“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan
apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan
Allahmu?” (Mikha 6:8).

Tanya:
Apakah hubungan dengan Allah itu sebatas dalam ibadah
Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 5
saja?

Jawab:
Di dalam Alkitab (Perjanjian Lama) para nabi selalu mengingatkan
umat Allah agar jangan hanya menjalankan ibadah tetapi
berperilaku sesuai dengan kehendak Allah. Tuhan membenci
kejahatan! Ibadah tidak ada artinya kalau umatnya melakukan
kejahatan. “Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak
sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu
merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-
pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu
itu penuh kejahatan. Perayaan-perayaan bulan barumu dan
pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya:
semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah
menanggungnya. Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk
berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun
kamu berkali-kali berdoa. Aku tidak akan mendengarkannya,
sebab tanganmu penuh dengan darah. Basuhlah, bersihkanlah
dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari
depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat
baik: usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah
hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!”
(Yesaya 1:13-17; bdk. Yesaya 58, Mikha 3). “Maka sekarang, hai
orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh Tuhan,
Allahmu, selain dari takut akan Tuhan, Allahmu, hidup menurut
segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah
kepada Tidian, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu” (Ulangan 10:12). “Carilah yang baik dan jangan
yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian Tuhan,

6 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu
katakan.” (Amos 5:14)

Tanya:
Bagaimana kesaksian Perjanjian Baru ?

Jawab:
Di dalam Alkitab (Perjanjian Baru), Yohanes Pembaptis dengan
lantang menyerukan bahwa pertobatan mesti ditandai dengan
perubahan perilaku yakni tidak mengambil sesuatu lebih dari
yang sudah ditentukan. Dengan kata lain jangan korupsi! “Jangan
menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan....”. Dan
lagi dikatakan: “Jangan merampas dan jangan memeras dan
cukupkanlah dirimu dengan gajimu,” (Lukas 3 : 13-14). Oleh sebab
itu gaji harus diusahakan dan diatur cukup, dan kekurangan
tidak boleh ditutupi dengan korupsi.

Tanya:
Dapatkah etika Kristen menjadi “alat kontrol” bagi umat
untuk tidak melakukan korupsi?

Jawab:
Ya. Korupsi menurut etika Kristen adalah salah satu bentuk
pencurian. Korupsi menjadi perbuatan tercela dan memalukan
karena mengabaikan pertanggungjawaban kerja sebagai
panggilan Tuhan. Korupsi dapat dikategorikan kejahatan ekonomi
karena mengambil uang/barang yang bukan hasil kerjanya sambil
merugikan orang lain. Di sini korupsi terkait dengan kemalasan
dan karenanya bertentangan dengan etos kerja Kristen.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 7


Etika Kristen menggarisbawahi aspek rajin sebagai nilai yang
harus dijunjung tinggi dalam tatanan kehidupan ekonomi. Maka
korupsi dapat dikategorikan sebagai pengingkaran panggilan
manusia sebagai mitra Allah dalam berkarya.

Korupsi merupakan tindakan mengambil hak orang lain maka


korupsi menurut etika Kristen bertentangan dengan prinsip
kasih dan keadilan terhadap sesama manusia. Dengan demikian
korupsi dapat dipandang sebagai perbuatan yang melanggar
hak-hak asasi manusia karena merampas hak orang lain dan
hak publik. Oleh karena perbuatan korupsi mengambil hak
orang lain secara tidak sah maka koaipsi menjadi perbuatan
yang bertentangan dengan prinsip kemanusiaan yang adil dan
beradab. Sebab itu korupsi adalah kejahatan yang harus dilawan
dan diberantas.

Tanya:
Kalau begitu, etika Kristen tegas menolak korupsi ?

Jawab:
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut di atas, maka etika Kristen
secara tegas dan lugas menolak praktik korupsi. Korupsi
merupakan perbuatan buruk yang merugikan banyak orang,
maka perbuatan itu adalah perbuatan yang tidak etis dan tidak
pantas bahkan haram untuk dilakukan oleh orang Kristen.
Orang Kristen yang melakukan korupsi tidak hanya melakukan
pelanggaran norma-norma etika, tetapi juga melanggar hukum
Tuhan dan karena itu memberontak terhadap Tuhan sendiri.

8 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Tanya:
Bagaimana tentang pengampunan ?

Jawab:
Karena praktik korupsi merupakan perbuatan dosa dan melanggar
kehendak Tuhan maka etika Kristen meyakini bahwa perbuatan
korupsi pasti mendapat hukuman dari Tuhan. Para koruptor
akan dimintai pertanggungan jawab atas perbuatan mereka di
hadapan pengadilan Tuhan dan sebelum itu terjadi, pemerintah
(dalam hal ini: pengadilan) adalah alat Tuhan memberantas
kejahatan (Roma 13 : 4). Namun demikian, menurut Iman
Kristen, Tuhan Maha Pemurah dan Maha Pengampun, maka
para koruptor yang bertobat dapat diampuni dan dimaafkan.
Akan tetapi mereka harus meninggalkan perbuatan korupsi,
dan tidak mengulangi serta harus menjalani proses hukum
supaya diampuni. Pengampiman dari Tuhan hanya berlaku bagi
mereka yang bertobat dan sungguh-sungguh meninggalkan
kebiasaannya korupsi. Kalau seorang koruptor terus memelihara
kebiasaannya korupsi, ia tidak akan diampuni melainkan akan
dihukum selama-lamanya.

Tanya:
Seperti apa sikap gereja-gereja di Indonesia terhadap
korupsi ?

Jawab:
Gereja-gereja di Indonesia menganggap korupsi sebagai tindakan
yang bertentangan dengan Iman Kristen dan merusak kehidupan

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 9


berbangsa dan bemegara. Karena itu sepanjang sejarah
kehidupan bangsa Indonesia, gereja selalu tampil menyuarakan
fungsi kenabiannya dengan mengkritik penyalahgunaan
kekuasaan dalam bentuk korupsi. Hampir semua pemerintahan
di wilayah Indonesia dilanda isu korupsi, kolusi dan nepotisme.
Dalam menyikapi tindakan-tindakan tersebut, gereja-gereja
melalui Dewan Gereja di Indonesia (DGI)/Persekutuan Gereja-
Gereja di Indonesia (PGI) selalu menyatakan sikap mengecam
korupsi. Sikap itu nyata dari dua pernyataan DGI/PGI dalam kurun
waktu yang berbeda, yaitu pada dekade 1960-an menjelang akhir
kekuasaan Orde Lama dan pada dekade 1990-an, pada periode
akhir Orde Baru dan permulaan Orde Reformasi.

Dalam Sidang Raya ke V DGI tahun 1967 di Makassar DGI


mengecam sisi negatif revolusi yang tampak dalam perbuatan
orang-orang yang merasa boleh melakukan dan menghalalkan
apa saja atas nama revolusi, termasuk korupsi. Korupsi dipandang
sebagai cobaan besar yang harus diperangi bersama. Dalam
sidang itu dikeluarkan resolusi tentang korupsi yang antara lain
menyatakan: Setelah membicarakan dan mempelajari dengan
seksama praktik-praktik dan ekses-ekses korupsi dewasa ini
yang telah menampakkan dirinya dalam gaya dan dimensi yang
mengejutkan:

Menganjurkan kepada gereja-gereja di Indonesia agar dalam


khotbah-khotbah dan pengajaran-pengajarannya dan dalam
pekerjaan penggembalaan memberi nasihat dan peringatan
kepada para anggota gereja mengenai cobaan-cobaan besar
yang dialami juga oleh orang-orang Kristen dalam masyarakat.

10 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Dan dalam keadaan seperti sekarang ini menunjukkan kepada
mereka arti yang benar tugas Kristen dalam menghadapi
cobaan-cobaan tersebut.

Menganjurkan umat Kristen di Indonesia supaya memelihara


cara hidup yang sederhana dalam keadaan masyarakat
Indonesia sekarang ini.

Menyerukan kepada Pemerintah RI, kepada seluruh


masyarakat dan badan-badan yang berwewenang, agar
mempergiat perlawanan dan peperangan melawan korupsi
dan memberikan hukuman yang sewajarnya atas perbuatan
yang terbukti menjalankan korupsi.

Dalam salah satu acara dengar pendapat dengan DPR pada


periode 1998. PGI menegaskan bahwa menjelang dan pra
era reformasi dalam sejarah bangsa Indonesia, terungkaplah
kejadian-kejadian baru yang telah dan sedang terjadi, misalnya
korupsi yang meluas di semua aras; kolusi dan nepotisme,
berdampingan dengan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa
yang sedang sakit karena yang dicita-citakan berbeda jauh dari
kenyataan.

Kendati begitu, perlu ada kritik atas “perlakuan istimewa” yang


sering diberikan kelompok-kelompok masyarakat dan gereja
terhadap para koruptor. Misalnya, perlakuan terhadap koruptor
yang menyumbang dalam jumlah besar di gereja. Dalam
praktik, gereja kerap memberikan perlakuan khusus dan tempat

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 11


yang istimewa (misalnya, duduk di depan, kemudahan dalam
kepengurusan: administrasi gereja, dll.) kepada mereka yang
memberikan sumbangan material yang besar, padahal orang
yang menyumbang tersebut seringkali “hanyalah” pejabat
negara yang notabene bergaji kecil. Seharusnya, gereja sebagai
bagian dari umat Allah mengoreksi warganya yang terindikasi
korupsi bukan menutup mata dan bersikap masa bodoh atau
pura-pura tidak tahu. Praktik seperti ini harus dihentikan oleh
gereja, bila gereja sungguh-sungguh ingin turut ambil bagian
dalam pemberantasan korupsi.

12 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Korupsi
yang Terkait dengan

Kerugian
Negara

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 13


Melawan Hukum untuk Memperkaya Diri
dan Dapat Merugikan Negara
adalah Korupsi

1. Pasal 2 UU no. 31 tahun 1999 jo.UU no. 20tahun


2001:
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang dapat merugikan keuangan Negara
atau perekonomian Negara, dipidana dengan
dipidana penjara seumur hidup atau penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam
keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

14 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Menyalahgunakan Kewenangan untuk
Menguntungkan Diri Sendiri dan Dapat
Merugikan Keuangan Negara
adalah Korupsi

2. Pasal 3 UU no. 31 tahun 1999 jo.UU no 20 tahun


2001:
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
Negara atau perekonomian Negara, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun, dan denda paling
sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 15


Tanya:
Dalam konteks Indonesia hari ini, persekongkolan
jahat yang membuahkan korupsi itu mengotori semua
institusi: eksekutif, legislatif maupun yudikatif, bahkan
sudah meluas sampai ke lembaga sosial dan keagamaan.
Ini mengakibatkan kerugian negara dan kerusakan di
masyarakat yang membuahkan penderitaan di pihak rakyat.
Bagaimana kesaksian Alkitab?

Jawab:
Kitab nabi-nabi (nama mereka dipakai sebagai nama kitab,
seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Amos, Hosea dan yang
lain) merekam banyak peristiwa korupsi (yang sering dibarengi
dengan tindakan intimidasi dan kekerasan) yang dilakukan oleh
para pejabat, pejabat politik dan agama.

Setelah tiba di Kanaan umat Allah lama kelamaan tergoda untuk


mempunyai lembaga politik, negara yang dipimpin raja, seperti
kerajaan-kerajaan sekitar mereka. Maka atas permintaan mereka
Samuel mengangkat Saul menjadi raja yang kemudian diteruskan
oleh Daud dan Salomo dan raja-raja lainnya. Pembentukan
kerajaan mendorong kemajuan ekonomi melalui perdagangan,
memunculkan kelas baru yakni para pejabat atau kaum bangsawan
(kerabat pejabat dan pedagang). Tampaknya para imam ikut juga
menikmati kemakmuran. Tetapi kemakmuran tidak selalu diraih
dengan perbuatan baik, dan tidak dengan sendirinya melahirkan
keadilan. Justru terjadi sebaliknya, yakni bangkitnya kerakusan
di kalangan atas dan oleh karena itu mereka berbagai tindak
korupsi seperti suap, penindasan, manipulasi, penyalahgunaan

16 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


kuasa, perampasan, dan berbagai bentuk kejahatan lainnya.

Tanya:
Bila negara rugi, rakyat menderita, siapa yang diuntungkan
?

Jawab:
Di saat pejabat dan hakim berlomba-lomba memperkaya diri
melalui korupsi, pihak yang paling diuntungkan adalah pedagang
besar dan yang paling dirugikan adalah rakyat. Prinsip pedagang
dari dahulu mencari untung sebanyak-banyaknya dengan cara
memanfaatkan mental korup pejabat. Bagi para pedagang hari
ibadah, sabat dan hari-hari raya keagamaan tidak disukai sebab
mereka terhalang untuk mengeruk laba. Laba mereka melimpah
karena leluasa memanipulasi alat pengukur. Kalau membeli,
wadah pengukur lebih besar tetapi kalau menjual wadahnya lebih
kecil. Di samping itu, mereka mengeruk untung dengan menjual
barang rosokan dengan harga tinggi. “Dengarlah ini, kamu yang
menginjakinjak orang miskin, dan yang membinasakan orang
sengsara di negeri ini dan berpikir: “Bilakah bulan bam berlalu,
supaya kita menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu,
supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa,
membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu,
supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang
miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?”
(Amos 8: 4 - 6). Murka Tuhan terhadap pedagang licik disuarakan
oleh nabi Mikha: “Masakan Aku melupakan harta benda
kefasikan di rumah orang fasik dan takaran efa yang kurang
dan terkutak itu? Masakan Aku membiarkan tidak dihukum

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 17


orang yang membawa neraca palsu atau pundi-pundi berisi
batu timbangan tipu ? Orang-orang kaya di kota itu melakukan
banyak kekerasan, penduduknya berkata dusta dan lidah dalam
mulut mereka adalah penipu. Maka akupun mulai memukul
engkau, menanduskan engkau oleh karena dosamu,” (Mikha 6
:10 -13).

Tanya:
Kalau begitu apakah korupsi merugikan banyak orang?

Jawab:
Ya. Seperti sudah dikatakan arti korupsi adalah kerusakan;
kerusakan itu berakibat penderitaan bagi banyak orang terutama
orang-orang miskin dan orang-orang lemah. Segelintir orang
hidup mewah dengan menyerap sumber hidup orang banyak.
Kekayaan yang diperoleh dengan tidak adil mendatangkan
malapetaka kepada rakyat. Kemewahan sekelompok orang
dibiayai oleh penderitaan orang miskin. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa korupsi membawa bencana yang meluas ke
semua bidang kehidupan dan memperburuk kualitas kehidupan.

Kehidupan yang sejahtera, yang adil dan makmur bagi semua


orang, hanya mungkin terwujud kalau korupsi diberantas, kalau
korupsi di manapun dilenyapkan. Pada zaman para nabi, banyak
rakyat menderita secara sosial ekonomi. Situasi politik yang
stabil dan perdagangan yang lancar ternyata tidak membawa
kemakmuran merata. Penguasa, penegak hukum dan pedagang
bekerja sama mengeruk keuntungan di atas kemiskinan rakyat.
Korupsi selalu bergandengan tangan dengan penindasan

18 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


sebab penguasa yang seharusnya melindungi rakyat malahan
menindas untuk mempercepat dan memperlancar usaha mereka
menumpuk kekayaan. Para imam atau pemuka agama cenderung
memihak penguasa dan pedagang. Hal ini berlangsung sampai
sekarang. Alhasil, ritual keagamaan tidak menolong orang
mengatasi masalah.

Tanya:
Kalau begitu apa yang perlu dilakukan ?

Jawab:
Jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga. Janganlah
perbuatan koruptor merusak moral dan jiwa seluruh warga
negara. Ini pula menjadi kritik terhadap para pemimpin agama
yang ikut-ikutan korup, supaya bertobat agar tidak merusak
jiwa umat yang mempercayakan diri dipimpin oleh mereka.
Harus menjadi komitmen bersama umat beragama untuk
memilih pemimpin yang diharapkan bisa mendukung usaha-
usaha pemberantasan korupsi di Indonesia dengan memberikan
teladan dalam hidup pribadi. Kita harus bertumbuh menjadi
dewasa (pemimpin dan rakyat), agar bisa membedakan yang
baik dan yang jahat, termasuk dalam memilih pemimpin bangsa,
tanpa harus mempersoalkan agamanya.

Hal penting, namun kerap tak mendapat perhatian yang cukup


adalah memutus mata rantai antara penguasa (pemerintah) dan
pengusaha (pebisnis/pemodal). Upaya itu ditempuh dengan
reformasi secara menyeluruh atas perundang-undangan yang
ada untuk meminimalkan pengaruh kepentingan pebisnis/

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 19


pemodal yang menyusup ke dalam proses pembuatan peraturan
dan kebijakan publik. Penyusunan peraturan dan kebijakan
publik tidak boleh dilakukan dalam “ruang tertutup”, melainkan
harus dilaksanakan secara transparan dan partisipatoris, yaitu
melibatkan sebanyak-banyaknya unsur masyarakat.

20 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Korupsi
yang Terkait dengan

Suap
Menyuap

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 21


Menyuap Pegawai Negeri
adalah Korupsi

3. Pasal 5 ayat (1) huruf a UU no. 31 tahun 1999


jo.UU no 20 tahun 2001:
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat
l (satu) tahun dan paling lamg 5 (lima) tahun
dan atau pidana denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) setiap orang yang
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
pegawai negeri atau penyelenggara Negara
dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelengggara Negara tersebut berbuat
atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya:
atau
b. ....

22 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Menyuap Pegawai Negeri
adalah Korupsi

4. Pasal 5 ayat (1) huruf a UU no. 31 tahun 1999


jo.UU no 20 tahun 2001:
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat
1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
dan atau pidana denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) setiap orang yang
a. ....
b. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri
atau penyelenggara Negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajiban, dilakukan
atau tidak dilakukan dalam jabatannya.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 23


Menyuap Pegawai Negeri karena
Jabatannya adalah Korupsi

5. Pasal 13 UU no. 31 tahun 1999 jo.UU no 20 tahun


2001:
Setiap orang yang memberi hadiah atau janji
kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi
hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan
atau kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda
paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima
puluh juta).

24 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pegawai Negeri Menerima Suap
adalah Korupsi

6. Pasal 5 ayat (2) UU no. 31 tahun 1999 jo.UU no 20


tahun 2001:
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat
1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
dan atau pidana denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) setiap orang yang
a. ....
b. ....
(2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara
Negara yang menerima pemberian atau janji
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)
huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana
yang sama sebagaimana yang dimaksud dalam
ayat (1)

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 25


Pegawai Negeri Menerima Suap
adalah Korupsi

7. Pasal 12 huruf a UU no. 31 tahun 1999 jo.UU no


20 tahun 2001:
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):
a. ....
b. Pegawai negeri atau penyelenggara Negara
yang menerima hadiah, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan
sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya:
c. ....

26 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pegawai Negeri Menerima Suap
adalah Korupsi

8. Pasal 12 huruf b UU no. 31 tahun 1999 jo.UU no


20 tahun 2001:
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):
d. ....
e. Pegawai negeri atau penyelenggara Negara
yang menerima hadiah, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan
sebagai akibat atau disebabkan telah melakukan
sesuatu da lam jabatannya yang bertentangan
dengan kewajibannya;
f. ....

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 27


Pegawai Negeri Menerima Hadiah yang
Berhubungan dengan Jabatannya
adalah Korupsi

9. Pasal 11 UU no. 31 tahun 1999 jo.UU no 20 tahun


2001:
Dipidana dengan pidana pdnjara paling singkat 1
(satu) tahun dan atau pidana denda paling sedikit
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang menerima hadiah
atau janji padahal diketahui atau patut diduga,
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena
kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan
dengan jabatannya atau yang menurut pikiran
orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut
ada hubungan dengan jabatannya.

28 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Menyuap Hakim
adalah Korupsi

10. Pasal 6 ayat (1) huruf a UU no. 31 tahun 1999


jo.UU no 20 tahun 2001:
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh
ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
hakim dengan maksud untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili; atau
b. ....

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 29


Menyuap Advokat
adalah Korupsi

11. Pasal 6 ayat (1) huruf a UU no. 31 tahun 1999


jo.UU no 20 tahun 2001:
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh
ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. ....
b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
seseorang yang menurut-ketentuan
peraturan perundang-undangan ditentukan
menjadi advokat untuk menghadiri
sidang pengadilan dengan maksud untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang
akan diberikan berhubung dengan perkara
yang diserahkan kepada pengadilan untuk
diadili.

30 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Hakim dan Advokat Menerima Suap
adalah Korupsi

12. Pasal 6 ayat (2) UU no. 31 tahun 1999 jo.UU


no 20 tahun 2001:
(2) “Bagi hakim yang menerima pemberian atau
janji sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)
huruf a atau advokat yang menerima pemberian
atau janji sebagaimana yang dimaksud dalam
ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yang
sama sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
(1)

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 31


Hakim Menerima Suap
adalah Korupsi

13. Pasal 12 huruf c UU No. 31 tahun 1999 jo.UU


No. 20 tahun 2001:
Dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)
b. ....
c. Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau
janji tersebut diberika untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili
d. ....

32 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Advokat Menerima Suap
adalah Korupsi

14. Pasal 12 huruf c UU No. 31 tahun 1999


jo.UUNo. 20 tahun 2001:
Dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)
c. ....
d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan ditentukan menjadi
advokat untuk menghadiri sidang pengadilan,
menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut untuk mempengaruhi nasehat atau
pendapat yang akan diberikan, berhubung
dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili;
e. ....

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 33


Tanya:
Dalam pemahaman umum, salah satu bentuk tindakan
korupsi yang amat dikenal di Indonesia adalah suap. Apakah
itu benar adanya?

Jawab:
Ya, Salah satu bentuk korupsi yang paling populer di Indonesia
adalah suap. Kata suap dalam bahasa Indonesia mempunyai arti
yang sangat khas. Suap bisa berarti cara makan, yakni nasi yang
dijemput dengan jari dan dimasukkan ke mulut ketika makan.
Menyuap berarti makan dengan tangan. Arti kata suap yang kedua
ialah uang sogok. Menyuap berarti memberi uang sogok atau
menyogok. Tidak jelas bagaimana hubungan kedua pengertian
ini. Memang keduanya berarti suatu tindakan memberi, tetapi
maksud dan tujuannya berbeda. Suap pertama mengandung arti
positif dan konstruktif: memberi makan (anak). Tetapi arti yang
kedua mengandung makna negatif dan destruktif. Menyogok
selalu berarti memberi sesuatu untuk tujuan mempengaruhi
pejabat atau orang yang berwewenang dalam satu jabatan atau
profesi agar mengambil keputusan yang menguntungkan si
penyogok. Suap adalah tindakan melanggar hukum dan merusak
kehidupan manusia dan juga rakyat sangat bertentangan dengan
moralitas.

Tanya:
Kalau itu tindakan yang merusak kehidupan manusia,
kenapa suap terus berlangsung ?

Jawab:

34 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Karena selalu ada individu (pejabat, pengusaha atau siapa saja),
juga kelompok yang ingin kepentingannya diutamakan atau
dimenangkan. Jalan pintas untuk mempengaruhi orang lain atau
kelompok lain adalah dengan memberi suap.

Suap adalah korupsi. Selain korupsi diartikan sebagai perbuatan


menerima hadiah, memeras dan menyalahgunakan uang negara
untuk kepentingan pribadi, korupsi juga dapat diartikan memberi
suap pada pihak tertentu: pejabat negara/politik, perusahaan,
organisasi, gereja, pendeta, pelayan, serikat buruh, wartawan,
perusahaan swasta, dan lain-lain supaya mengambil keputusan
yang menguntungkan si penyuap.

Suap juga adalah cara di luar hukum yang digunakan untuk


mempengaruhi birokrasi, misalnya membeli persetujuan pejabat
yang bertanggimg jawab menetapkan kebijakan ekonomi/
menyogok untuk mendapat kemudahan usaha: ekspor-impor,
izin penanaman modal, izin produksi, izin usaha dan berbagai
perizinan atau untuk menghindari pajak.

Tanya:
Kalau begitu, praktik suap bertentangan dengan kepatutan,
moral dan melanggar hukum?

Jawab:
Memberi suap atau menyogok jelas bertentangan dengan
kepatutan dalam suatu masyarakat karena si pemberi suap
mencari keuntungan sendiri di atas kerugian publik. Maka
praktik suap tidak hanya dapat disamakan dengan korupsi

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 35


tetapi juga perbuatan. Mengambil keuntungan dari hak
masyarakat, hak bersama untuk keuntungan dan kesenangan
pribadi atau kelompok. Suap mengandung tindakan tidak benar
(bertentangan dengan hukum) dan tidak baik (bertentangan
dengan moral) dan tidak patut (bertentangan dengan nurani si
penyuap sendiri). Itu artinya suap merupakan tindakan negatif,
tercela dan destruktif. Negatif karena merugikan masyarakat,
tercela karena mengabaikan nurani dan moral masyarakat dan
destruktif karena merusak tatanan dan relasi yang harmonis
dalam masyarakat.

Tanya:
Tolong agar pandangan Kitab Suci tentang suap lebih
dipertajam lagi?

Jawab:
Dalam lingkungan umat Allah, terlihat dalam Alkitab (Perjanjian
Lama), masalah korupsi sudah dikecam oleh para nabi. Korupsi
mengandung arti menghancurkan hubungan dan merusak
seluruh sendi kehidupan masyarakat. Karena itu korupsi
perbuatan yang dilarang dan harus dihindari. Sumber perbuatan
itu adalah diri manusia itu sendiri yang disebut mata hati yang
buta dan bengkok (Keluaran 23: 8). Jadi sumber korupsi adalah
karakter manusia yang bertolak belakang dengan karakter
Allah. Allah selalu digambarkan sebagai anti suap (Ulangan
10: 17, “Sebab Tuhan Allahmu-lah Allah segala allah dan Tuhan
segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak
memandang bulu atau menerima suap”).

36 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Sudah diuraikan bahwa sumber korupsi adalah hati atau
karakter manusia yang buruk, penuh egoisme, kerakusan dan
ketamakan. Sumber korupsi adalah hati manusia yang buruk,
seperti anak-anak Samuel yaitu Yoel dan Abia, mereka mengejar
laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan (1 Samuel 8:
1-2). Pemimpin yang diharapkan adalah pemimpin yang memiliki
karakter anti korupsi atau tidak menerima suap (1 Samuel 12: 3-4
/ Keluaran 18:21).

Sekali lagi dari sudut pandang Iman Kristen, maka sumber dan
akar korupsi ada dalam hati manusia yang busuk atau rusak.
Sebagai contoh korupsi Yudas Iskariot (Yohanes 12: 1- 8);
Ananias dan Safira (Kisah Rasul 5: 1- 11); dan yang lainnya. Korupsi
bersumber dari hati yang dirasuki oleh egoisme, materialisme
dan mamonisme, yang bertentangan dengan kehendak Allah.

Tanya:
Apa benar para nabi berani berani menegur pejabat yang
menerima suap?

Jawab:
Benar sekali. Pasal pertama kitab Yesaya langsung men- catat
suara lantang nabi Yesaya yang menegur perilaku para pemimpin
yang mengejar sogok dan sejalan dengan itu tidak menentang
orang-orang sengsara. Uang hasil korupsi mereka gunakan untuk
hidup berfoya-foya. “Para pemimpinmu adalah pemberontak
dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka menerima
suap dan mengejar sogok. Mereka tidak menolak hak anak-anak
yatim, dan perkara janda-janda tidak sampai kepada mereka,”

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 37


(Yesaya 1:23).

Nabi Mikha yang sezaman dengan Yesaya menyuarakan kritik


yang amat tajam: “Tangan mereka sudah cekatan berbuat jahat;
pemuka menuntut, hakim dapat disuap; pembesar memberi
putusan sekehendaknya, dan hukum, mereka putar balikkan!
Orang yang terbaik di antara mereka adalah seperti tumbuhan
duri, yang paling jujur di antara mereka seperti pagar duri;
hari bagi pengintai-pengintaimu, hari penghukumanmu, telah
datang, sekarang akan mulai kegemparan di antara mereka!”
(Mikha 7:3-4).

38 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Korupsi
yang Terkait dengan

Penggelapan
Jabatan
dalam

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 39


Pegawai Negeri Menggelapkan Uang
atau Membiarkan Penggelapan
adalah Korupsi

15. Pasal 8 UU No.31 tahun 1999 jo.UU No. 20


tahun 2001:
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 5 (lima belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta
rupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan
umu secara terus-menerus atau untuk sementara
waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau
surat berharga yang disimpan karena jabatannya,
atau membiarkan uang atau surat berharga
tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain,
atau membantu dalam melakukan perbuatan
tersebut

40 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pegawai Negeri Memalsukan Buku
untuk Pemeriksaan Administrasi
adalah Korupsi

16. Pasal 9 UU No. 31 tahun 1999 jo.UU No. 20


tahun 2001:
Dipidana dengan pidana seumur hidup atau
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau untuk sementara waktu,
dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-
daftar khusus untuk pemeriksaan administrasi.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 41


Pegawai Negeri Merusakkan Bukti
adalah Korupsi

17. Pasal 10 Huruf a UU No. 31 tahun 1999 jo.UU


No. 20 tahun 2001
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah)
pegawai negeri atau selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umu
secara terus menerus atau untuk sementara
waktu, dengan sengaja:
a. Menggelapkan, menghancurkan, merusakkan,
atau membuat tidak dapat dipakai barang,
akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk
meyakinkan atau membuktikan di muka
pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena
jabatannya; atau
b. ....

42 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pegawai Negeri Memberikan Orang Lain
Merusakkan Bukti adalah Korupsi

18. Pasal 10 Huruf a UU No. 31 tahun 1999 jo.UU


No. 20 tahun 2001
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah)
a. ....
b. Membiarkan orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau
daftar tersebut: atau
c. ....

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 43


Pegawai Negeri Membantu Orang Lain
Merusakkan Bukti adalah Korupsi

19. Pasal 10 Huruf c UU No. 31 tahun 1999 jo.UU


No. 20 tahun 2001
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah)
pegawai negeri atau selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umu
secara terus menerus atau untuk sementara
waktu, dengan sengaja:
b. ....
c. Membantu orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar
tersebut.

44 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Tanya:
Bagaimana tentang korupsi yang terkait dengan
penggelapan dalam jabatan. Apakah ini sudah menjadi
“sistem”? Contoh: Kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia), penetapan pejabat, pengalihan lahan, tukar
guling, pemalsuan, perusakan bukti, dsb.

Jawab:
Benar. Praktik ini tidak hanya berlaku antara bawahan dan
pejabat tetapi juga sesama pejabat, bahkan melibatkan para
pelaku bisnis sehingga berkembang menjadi sistem tersendiri di
luar sistem legal. Praktik penyalahgunaan jabatan dalam relasi
masyarakat secara luas, khususnya di antara pejabat pemerintah
dengan pebisnis sudah menjadi rahasia umum.

Di zaman Orde Baru sudah sering ditengarai adanya penggelapan


uang negara oleh pejabat yang berwenang memeriksa atau
mengaudit perusahaan negara atau proyek departemen.

Praktik penggelapan dalam jabatan seperti : menggelapkan uang


negara, memalsukan buku administrasi, merusak bukti, sering
dilakukan oleh penguasa. Di Indonesia, pejabat atau majikan
menyuap untuk membungkam mulut bawahan, mulut wartawan
dan mulut rakyat pada umumnya. Kebiasaan pejabat negara
membagi-bagi hadiah saat kampanye, seperti yang berlangsung
di berbagai daerah menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) atau
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Pilpres banyak mengandung
unsur penggelapan. Hal ini terjadi juga saat kampanye ketika calon
anggota legislatif menghambur dana sebagai suap untuk menarik
simpati pemilih maupun untuk membungkam mulut orang-orang
yang mengetahui kecurangan mereka.
Tanya:

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 45


Jadi korupsi itu suatu perbuatan jahat. Mengapa orang tak
punya rasa malu untuk melakukan korupsi. Mengapa pejabat
yang tersangka melakukan korupsi, di tayangan media
seperti seorang selebritas saja pasang senyum? Kenapa
orang mau melakukan korupsi? Apa yang mendorongnya?

Jawab:
Korupsi di zaman modem disebabkan oleh bermacam-ragam
kelemahan kepemimpinan, kelemahan pengajaran agama
dan etika, feodalisme, kolonialisme, kurangnya pendidikan,
kemiskinan, tidak tegaknya hukum, tiadanya gerakan anti korupsi,
struktur pemerintahan yang lemah, tidak ada perubahan radikal
dan keadaan masyarakat pada umumnya.

Korupsi cenderung terjadi di negara-negara di mana birokrasi/


pemerintah berada pada posisi tawar yang lebih lemah daripada
sektor swasta. Pada situasi seperti itu, terdapat tendensi terjadi
kerjasama terselubung (illicit) antara sektor swasta dan sektor
publik dalam penyusunan peraturan-peraturan dan kebijakan
politik yang hanya menguntungkan pemodal dan memgikan
masyarakat. Kasus-kasus seperti itu seringkali justru jauh
lebih sulit diungkapkan daripada jenis-jenis korupsi lain seperti
disebutkan di atas. Hal itu menyebabkan cara-cara ortodoks
pemberantasan kompsi yang dilakukan melalui jalur yudisial
yang sering tumpul/mandul. Namun demikian korupsi harus
dibcrantas. Tekad negara untuk memberantas korupsi bulat
dcngan pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

46 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Korupsi
yang Terkait dengan

Perbuatan
Pemerasan

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 47


Pegawai Negeri Memeras
adalah Korupsi

20. Pasal 12 Huruf e UU No. 31 tahun 1999


jo.UUNo. 20 tahun 2001
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
d. ....
e. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara
yang dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu
bagi dirinya sendiri

48 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pegawai Negeri Memeras
adalah Korupsi

21. Pasal 12 Huruf g UU No. 31 tahun 1999 jo.UU


No. 20 tahun 2001
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
f. ....
g. pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang pada waktu menjalankan tugas, meminta
atau menerima pekerjaan, atau penyerahan
barang, seolah-olah merupakan utang kepada
dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut
merupakan utang;
h. ....

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 49


Pegawai Negeri Memeras
Pegawai Negeri yang Lain
adalah Korupsi

22. Pasal 12 Huruf f UU No. 31 tahun 1999 jo.UU


No. 20 tahun 2001
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
f. ....
g. pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang pada waktu menjalankan tugas, meminta
atau menerima, atau memotong pembayaran
kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-
olah pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kas umum tersebut mempunyai
utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang;
h. ....

50 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Tanya:
Dalam penerimaan calon pegawai negeri sering terkuak
kasus-kasus pemerasan. Juga dalam praktik promosi
jabatan.

Jawab:
Itulah kerakusan atau ketamakan! Kerakusan tidak mengenal
belas kasihan, tindakan korupsi selalu menciptakan penderitaan
orang miskin semakin parah. Usaha menumpuk kekayaan secara
tidak benar, selalu disertai kesewenang-wenangan. Nabi Amos
dengan tajam menyerang perilaku para pemimpin yang “menjual
orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang
kasut, mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam
debu dan membelokkan jalan orang sengsara” (Amos 2 : 6-7).
“Celakalah mereka yang menyerobot rumah demi rumah dan
mencekau ladang demi ladang, sehingga tidak ada lagi tempat
bagi orang lain dan hanya kamu sendiri yang tinggal di dalam
negeri!” (Yesaya 5 :
8). Para pejabat digambarkan sebagai gembala. Tetapi yang
terjadi, mereka bukan menyejahterakan rakyat/umat (yang
sering digambarkan di Alkitab sebagai domba), justru yang
berlangsung ialah para gembala (pejabat) mengeksploitasi orang
miskin, membiarkan yang lemah binasa dan bahkan menginjak-
injak mereka dengan kekuasaan. “Celakalah gembala-gembala
Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-
domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala
itu. Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian,
yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri
tidak kamu gembalakan. Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 51


sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat
tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, malainkan
kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman”
(Yehezkiel 34 :2 - 4).

Tanya:
Selain para eksekutif, apakah para nabi menegur pejabat
yudikatif atau penegak hukum?

Jawab:
Tentu saja. Tindakan korupsi selalu bersifat persekongkolan jahat.
Korupsi merajalela karena ada kerja sama di antara penguasa
dan penegak hukum (hakim). Orang yang sebenarnya tempat
terakhir mencari keadilan justru sering melakukan ketidakadilan.
Caranya: dengan menerima suap dan membelokkan hukum
sehingga tidak jelas lagi mana kejahatan dan mana kebaikan.
“Celakalah mereka yang memancing kesalahan dengan tali
kedustaan dan dosa seperti dengan tali gerobak” (Yesaya 5:18).
“Celakalah mereka yang menyebut kejahatan itu baik dan
kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang
dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi
manis, dan manis menjadi pahit” (Yesaya 5:20). Yang paling ironis
ialah para pelaku korupsi melecehkan kepercayaan, melecehkan
orang yang beragama, mereka mengejek Tuhan bahwa Tuhan
tidak mampu menghukum mereka. “Baiklah Allah lekas-lekas.
dan cepat-cepat melakukan tindakan-Nya, supaya kita lihat;
dan baiklah keputusan yang Mahakudus, Allah Israel, datang
mendekat, supaya kita tahu” (Yesaya 5 : 19). Ketika kejahatan
tumbuh subur, ketika korupsi dianggap wajar, maka di situlah
terbukti orang sering membuat agama sebagai proforma saja.
Ibadah berjalan terus bahkan sangat meriah tetapi hati mereka
penuh kejahatan. Dengarlah seruan Yesaya : “Untuk apa itu jemu

52 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan
lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-
domba dan kambing jantan tidak Kusukai. Apabila kamu datang
untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu
dari padamu, balnva kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-
Ku?” (Yesaya 1 :11-12)

Tanya:
Apakah suara nabi itu masih kena mengena dengan kita
sekarang ?

Jawab:
Suara nabi juga menegur masyarakat kita sekarang di mana
ibadah amat meriah bahkan cenderung mewah tetapi pada saat
yang sama korupsi bertambah subur setiap hari, pemerasan
dan penindasan terus terjadi, orang miskin bertambah banyak
dan lingkungan hidup semakin rusak. Begitulah masyarakat: di
mana tidak ada keadilan maka timbul kerusakan di masyarakat
dan lingkungan, kualitas hidup sebagian besar orang merosot.
Tetapi sebagian kecil orang menikmati hidup di atas penderitaan
miliaran orang dan pada saat yang sama orang seperti berlomba-
lomba menampakkan diri sebagai orang yang religius. Agama
dijadikan alat memuaskan rasa haus akan kesenangan pribadi
sambil menyakinkan diri bahwa mereka pewaris surga.

Tanya:
Bisa diberi contoh cerita Alkitab mengenai korupsi yang
terkait dengan perbuatan pemerasan?

Jawab:
Eli mempunyai dua orang anak (Hofni dan Pinehas). Ia seorang
imam yang saleh dan dihormati masyarakat. Kadang-kadang

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 53


anak-anak orang terhormat berperilaku jauh berbeda dari orang
tua mereka. Kalau ayah mereka, Eli, melayani umat sebagai
imam mempersembahkan korban bakaran (ternak) atas nama
umat untuk Tuhan, kedua anaknya memakai kesempatan ketika
ayah mereka tidak melihat, mengambil daging kurban untuk diri
mereka sendiri. Di saat orang menegur kelakuan yang tidak terpuji
itu, mereka malah memeras, mengancam akan menggunakan
kekerasan, orang-orang ihi ketakutan (1 Samuel 2 : 16). Sudah
tentu umat ketakutan dan menuruti saja kemauan kedua anak
Eli. Allah mengutus seorang abdi memberitahukan hukuman
Tuhan kepada Eli dan keluarganya “Sebab itu - demikianlah
firman Tuhan, Allah Israel - sesungguhnya Aku telah berjanji :
Keluargamu dan kaummu akan hidup dihadapan-Ku selamanya,
tetapi sekarang - demikianlah firman Tuhan- jauhkanlah lull
itu dari pada-Ku! Sebab siapa yang menghormati Aku, akan
Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang
rendah. Sesungguhnya akan datang waktunya, bahwa Aku
akan mematahkan tangan kekuatanmu dan tangan kekuatan
kaummu, sehingga tidak ada seorang kakek dalam keluargamu.
Maka engkau akan memandang dengan mata bermusuhan
kepada segala kebaikan yang akan Kulakukan kepada Israel dan
dalam keluargamu takakan ada seorang kakek untuk selamanya.
Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni apa yang akan
terjadi kepada kedua anakmu itu, Hofni dan Pinehas : pada hari
yang sama keduanya akan mati,” (1 Samuel 2:30- 34).

54 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Korupsi
yang Terkait dengan

Perbuatan
Curang

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 55


Pemborong Berbuat Curang
adalah Korupsi

23. Pasal 7 Ayat (1) Huruf a UU No. 31 tahun 1999


jo.UU No. 20 tahun 2001
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat
2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta
rupiah):
a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu
membuat bangunan, atau menjual bahan
bangunan yang pada waktu menyerahkan
bahan bangunan, melakukan perbuatan
curang yang dapat membahayakan
keamanan orang atau barang, atau
keselamatan negara dalam keadaan perang
b. ....

56 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pengawas Proyek membiarkan
Perbuatan Curang adalah Korupsi

24. Pasal 7 Ayat (1) Huruf b UU No. 31 tahun 1999


jo.UU No. 20 tahun 2001
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat
2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta
rupiah):
a. ....
b. setiap orang yang bertugas mengawasi
pembangunan atau penyerahan bahan
bangunan, sengaja membiarkan perbuatan
curang sebagaimana dimaksud dalam huruf
a;
c. ....

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 57


Rekanan TNI/Polri berbuat Curang
adalah Korupsi

25. Pasal 7 Ayat (1) Huruf c UU No. 31 tahun 1999


jo.UU No. 20 tahun 2001
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat
2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta
rupiah):
b. ....
c. setiap orang yang pada waktu menyerahkan
barang keperluan Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan negara dalam
keadaan perang
d. ....

58 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pengawas Rekanan TNI/Polri
Membiarkan Perbuatan Curang
adalah Korupsi

26. Pasal 7 Ayat (1) Huruf d UU No. 31 tahun 1999


jo.UU No. 20 tahun 2001
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat
2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta
rupiah):
c. ....
d. setiap orang yang bertugas mengawasi
penyerahan barang keperluan Tentara
Republik Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia dengan sengaja
membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud dalam huruf c.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 59


Penerima Barang TNI/Polri
Membiarkan Perbuatan Curang
adalah Korupsi

27. Pasal 7 Ayat (2) No. 31 tahun 1999 jo.UU No.


20 tahun 2001
(1)
Bagi orang yang menerima penyerahan
bahan bangunan atau orang yang menerima
penyerahan barang keperluan Tentara Nasional
Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan membiarkan perbuatan curang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
a atau huruf c, dipidana dengan pidana yang
sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

60 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pegawai Negeri Menyerobot Tanah Negara
sehingga Merugikan Orang Lain
adalah Korupsi

28. Pasal 12 Huruf h UU No. 31 tahun 1999 jo.UU


No. 20 tahun 2001
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
g. ....
h. pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang pada waktu menjalankan tugas, telah
menggunakan tanah negara yang di atasnya
terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan,
telah merugikan orang yang berhak,
padahal diketahuinya bahwa perbuatan
tersebut bertentangan dengan peraturan
perundangundangan; atau
i. ....

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 61


Tanya:
Tentang korupsi yang terkait dengan perbuatan curang
dapat dijelaskan ?

Jawab:
Beberapa contoh :
• Penyalahgunaan wewenang untuk memperoleh penghasilan
tambahan dari masyarakat.
• Tingkah laku pejabat yang menyimpang dari norma umum dan
digunakan untuk tujuan pribadi.
• Tingkah laku individu menggunakan wewenang/jabatan guna
mendapatkan keuntungan pribadi dan merugikan kepentingan
umum dan negara.
• Cara-cara di luar hukum yang digunakan untuk mempengaruhi
birokrasi, misalnya membeli persetujuan pejabat yang
bertanggung jawab menetapkan kebijakan ekonomi/
menyogok untuk mendapat kemudahan usaha; ekspor/impor,
izin penanaman modal, izin produksi atau menghindari pajak.

Tanya:
Ternyata, perbuatan curang itu menyangkut baik pegawai
negeri, sipil di militer / polisi, pemborong dan rekanan bisnis

Jawab:
Itulah praktik perampasan hak masyarakat. Pejabat atau orang
yang mencuri anggaran negara mengakibatkan berkurangnya
alokasi anggaran yang seharusnya ditujukan bagi rakyat. Karena
itu, korupsi atas anggaran negara berarti pula perampasan
atas hak-hak masyarakat, khususnya orang-orang miskin dan
terlantar. Dengan pengertian ini, praktik korupsi dapat disebut
sebagai salah satu penyebab utama kemiskinan. Juga termasuk

62 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


korupsi ialah pembohongan publik atau manipulasi data dan
informasi perusahaan yang bertujuan meningkatkan nilai
perusahaan di pasar modal dan/atau pasar keuangan lainnya.
Hal ini adalah perkembangan terbaru dan sering disebut sebagai
“korupsi pasar” yang terjadi di banyak negara, termasuk di
negara-negara maju.

Tanya:
Kesaksian Alkitab ?

Jawab:
Jemaat perdana di masa para rasul, hidup di dalam persekutuan
yang mencakup kehidupan ibadah dan sosial-ekonomi sehingga
“tidak seorang pun yang berkekurangan di antara mereka” (Kisah
Para Rasul 4 : 34). Seluruh anggota jemaat sehati dan sejiwa
membangun persekutuan; salah satu caranya menjual harta
milik mereka dengan sukarela untuk dibagi-bagikan kepada yang
membutuhkan. Dari antara mereka, suami-istri, Ananias dan
Safira, rela menjual sebidang tanah mereka. Rupanya beberapa
waktu setelah menjualnya, tumbuh niat mereka menggelapkan
sebagian hasil penjualan untuk kepentingan mereka. Sebagian
lagi diserahkan kepada para rasul untuk kepentingan jemaat.
Di dalam waktu yang hampir bersamaan, Ananias dan Safira,
setelah penggelapan mereka terbongkar, keduanya meninggal
dunia. Penggelapan bukan saja kesalahan terhadap masyarakat
tetapi juga dosa terhadap Allah (lihat, Kisah Para Rasul 5 :1-11).

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 63


64 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen
Korupsi
yang Terkait dengan

Bentukan
Kepentingan
dalam

Pengadaan

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 65


Pegawai Negeri Turut Serta dalam
Pengadaan yang Diurusnya
adalah Korupsi

29. Pasal 12 Huruf i UU No. 31 tahun 1999 jo.UU


No. 20 tahun 2001
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
h. ....
i. pegawai negeri atau penyelenggara negara
baik langsung maupun tidak langsung dengan
sengaja turut serta dalam pemborongan,
pengadaan, atau persewaan, yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya.

66 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Tanya:
Banyak kasus korupsi yang terkait dengan bantuan
kepentingan dalam pengadaan, misalnya: pegawai negeri
turut serta dalam pengadaan yang diurusnya. Seperti apa
pandangan agama Kristen ?

Jawab:
Turut serta melakukan tindakan yang melanggar hukum untuk
memperkaya diri apalagi dilakukan oleh mereka yang seharusnya
mencegah (seperti pengawai negeri dan pejabat publik) adalah
kejahatan, Alkitab menegur para pemuka, orang yang tahu
hukum tetapi melanggar hukum. “Engkau yang mengajar:
“jangan mencuri, mengapa engkau sendiri mencuri?... Mengapa
engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum...?
(lihat, Roma 2 : 21-23). Mengetahui apa yang baik tetapi tidak
melakukannya adalah dosa. “jika seorang tahu bagaimana ia
harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”
(Yakobus 4:17). Dengan demikian seorang penguasa dan pejabat
publik yang sadar hukum, harus turut menegakkan hukum dan
melakukan apa yang baik.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 67


68 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen
Korupsi
yang Terkait dengan

Gratifikasi

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 69


Pegawai Negeri Menerima Gratifikasi
dan Tidak Lapor KPK adalah Korupsi

30. Pasal 12 B. Pasal 12 C UU No. 31 tahun 1999 jo.UU


No. 20 tahun 2001
Pasal 12 B UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun
2001
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh
penerima gratifikasi.
b. yang nilainya kurang dari Rp. 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut
umum.
(2) pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara
negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah pidana penjara seumur hidup atau penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit
Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah)

70 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pasal 12 C UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun
2001
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12
B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan
gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) wajib dilakukan oleh penerima
gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan
gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau milik
negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian
laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dan penentuan status gratifikasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam Undang-
Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 71


Tanya:
Bagaimana dengan pemberian uang pelicin atau ucapan
terima kasih (gratifikasi)?

Jawab:
Kendati istilahnya berbeda dan sering dibedakan dengan suap,
tapi uang pelicin atau terima kasih sebenamya masuk dalam
kategori suap. Pejabat yang menerima uang pelicin atau ucapan
terima kasih dengan sadar menerima hadiah yang tentu saja
berpengaruh atas pengambilan keputusannya. Keputusan yang
diambil pasti menguntungkan sipemberi hadiah.

Tanya:
Itu berarti penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan
pribadi/golongan?

Jawab:
Jelas ! Penyalahgunaan jabatan publik untuk kepentingan
pribadi.

Tanya:
Jadi?

Jawab:
Perbuatan menerima hadiah, memeras dan menyalahgunakan
uang negara untuk kepentingan pribadi dan juga tindakan
memberi suap pada orang tertentu: pemimpin politik, serikat
buruh, wartawan atau perusahaan swasta, tidak dibenarkan oleh
Iman Kristen.

72 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Tanya:
Tolong berikan contohnya!

Jawab:
Elisa seorang abdi Allah meneruskan pekerjaan Elia yakni
menyampaikan kehendak Tuhan baik dengan perkataan
langsung kepada orang tertentu maupun dengan tanda mujizat.
Pada suatu ketika namanya didengar oleh raja negeri Aram,
tetangga Israel. Raja Aram mengirim panglimanya, Naaman,
yang menderita kusta agar disembuhkan. Elisa menyuruh
Naaman mandi tujuh kali di sungai Yordan (2 Raja-raja 5:10-
14). Kemudian dia segera sembuh. Penyakit kusta lenyap dari
kulitnya. Dengan gembira ia ingin menyerahkan hadiah sebagai
imbalan tetapi Elisa menolak. Gehazi rupanya menyaksikan Elisa
menampik pemberian Naaman. Di dalam hatinya ia menyesalkan
mengapa Elisa menolak pemberian Naaman. Setelah Naaman
menjauh, ia berlari mengejarnya. la memperalat nama Elisa
untuk meminta hadiah, perak dan pakaian. “Tuanku Elisa
menyuruh aku mengatakan barn saja dalang kepadaku dua
orang muda dari pegunungan Efraim dari antara rombongan
nabi. Baiklah berikan kepada mereka setalenta perak dan dua
potong pakaian “ (2 Raja-raja 5:22). Elisa yang tidak tahu menahu
dengan rencana pelayannya, rupanya menyadari Gehazi telah
memperalat namanya untuk memperkaya diri. Gehazi langsung
menerima hukuman - ia dihinggapi kusta seperti yang dialami
Naaman. “Maka sekarang, engkau telah menerima perak dan
dengan itu dapat memperoleh kebun-kebun, kebun zaitun,
kebun anggur, kambing domba, lembu sapi, budak laki-laki dan
budak perempuan, tetapi penyakit kusta Naaman akan melekat

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 73


kepadamu dan kepada anak cucumu untuk selama-lamanya”.
Maka keluarlah Gehazi dari depannya dengan kena kusta, putih
seperti salju” (2 Raja-raja 5 :26-27).

74 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Tindak
Pidana Lain
yang Berkaitan dengan

Tindak
Pidana
Korupsi

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 75


Merintangi Proses Pemeriksaan
Perkara Korupsi

31. Pasal 21 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20


Tahun 2001:
Setiap orang yang dengan sengaja mencegah,
merintangi, atau menggagalkan secara langsung
atan tidak langsung penyidikan, penuntutan,
dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap
tersangka atau terdakwa ataupun para saksi
dalam perkara korupsi, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000,00
(enam ratus juta rupiah).

76 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Tersangka Tidak Memberikan
Keterangan Mengenai Kekayaannya

32. Pasal 22 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20


Tahun 2001:
Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28, Pasal 29, Pasal 35, atau Pasal 36 yang dengan
sengaja tidak memberi keterangan atau memberi
keterangan yang tidak benar, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau
denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus
lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Pasal 28 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20


Tahun 2001:
Untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib
memberi keterangan terhadap seluruh harta
bendanya dan harta benda istri atau suami, anak,
dan harta benda setiap orang atau korporasi yang
diketahui dan atau diduga mempunyai hubungan
dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan
tersangka.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 77


Bank Yang Tidak Memberikan
Keterangan Rekening Tersangka

Pasal 22 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun


2001 :
Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28, Pasal 29, Pasal 35, atau Pasal 36 yang dengan
sengaja tidak memberi keterangan atau memberi
keterangan yang tidak benar, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama
12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah).

Pasal 29 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun


2001:
(1) Untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, atau
pemeriksaan di sidang pengadilan, penyidik,
penuntut umum, atau hakim berwenang meminta
kepada bank tentang keadaan keuangan tersangka
atau terdakwa.
(2) Permintaan keterangan kepada bank sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada Gubernur
Bank Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(3) Gubernur Bank Indonesia berkewajiban untuk
memenuhi permintaan sebagaimana dimaksud

78 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


dalam ayat (2) dalam waktu selambat-lambatnya
3 (tiga) hari kerja, terhitung sejak dokumen
permintaan diterima secara lengkap.
(4) Penyidik, penuntut umum, atau hakim dapat
meminta kepada bank untuk memblokir rekening
simpanan milik tersangka atau terdakwa yang
diduga hasil dari korupsi.
(5) Dalam hal hasil pemeriksaan terhadap tersangka
atau terdakwa tidak diperoleh bukti yang cukup,
atas permintaan penyidik, penuntut umum,
atau hakim, bank pada hari itu juga mencabut
pemblokiran.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 79


Saksi Atau Ahli Yang Tidak Memberi
Keterangan Atau Memberi Keterangan Palsu

Pasal 22 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001


:
Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28,
Pasal 29, Pasal 35 atau Pasal 36 yang dengan sengaja
tidak memberi keterangan atau memberi keterangan
yang tidak benar, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan atau denda paling sedikit Rp 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Pasal 35 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:


(1) Setiap orang wajib memberikan keterangan sebagai
saksi atau ahli, kecuali ayah, ibu, kakek, nenek, saudara
kandung, istri atau suami, anak dan cucu dari terdakwa.
(2) Orang yang dibebaskan sebagai saksi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dapat diperiksa sebagai saksi
apabila mereka menghendaki dan disetujui secara
tegas oleh terdakwa.
(3) Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), mereka dapat memberikan keterangan sebagai
saksi tanpa disumpah.

80 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Orang Vang Memegang Rahasia Jabatan
Tidak Memberikan Keterangan Atau
Memberi Keterangan Palsu

Pasal 22 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:


Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28,
Pasal 29, Pasal 35, atau Pasal 36, yang dengan sengaja
tidak memberi keterangan atau memberi keterangan
yang tidak benar, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan atau denda paling sedikit Rp 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Pasal 36 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:


Kewajiban memberikan kesaksian sebagaimana
dimaksudkan dalam Pasal 35 berlaku juga terhadap
mereka yang menurut pekerjaan, harkat dan martabat
atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, kecuali
petugas agama yang menurut keyakinannya harus
menyimpan rahasia.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 81


Saksi Yang Membuka
Identitas Pelapor

Pasal 24 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:


Saksi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31, dipidana dengan dipidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling
banyak Rp 150.000.000,00 (Seratus lima puluh juta
rupiah).

Pasal 31 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:


(1)
Dalam penyidikan dan pemeriksaan di sidang
pengadilan, saksi dan orang lain yang bersangkutan
dengan tindak pidana korupsi dilarang menyebut nama
atau alamat pelapor, atau hal-hal lain yang memberikan
kemungkinan dapat diketahuinya identitas pelapor.
(2)
Sebelum pemeriksaan dilakukan, larangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberitahukan
kepada saksi dan orang lain tersebut.

82 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pasal-Pasal
tentang

Tindak
Pidana
Korupsi

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 83


Tindak Pidana Korupsi
UU No 31 Tahun 1999 Jo. UU No 20
Tahun 2001

Pasal 2
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang dapat merugikan keuangannegara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan palinglama 20
(dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat
dijatuhkan.

Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 20 dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 5

84 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang
yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai
negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak
berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya; atau
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan
dalam jabatannya.
(2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 6
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang
yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan
maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili; atau
b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 85


yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang
pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat
atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan
perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.
(2) Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1).

Pasal 7
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit
Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):
a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat
bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu
menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang,
atau keselamatan negara dalam keadaan perang;
b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau
penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan
curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan
Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara
Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang;
atau

86 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


d. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang
keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c.
(2) Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau
orang yang menerima penyerahan barang keperluan Tentara
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf a atau huruf c, dipidana dengan pidana
yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 8
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah),
pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat
berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang
atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang
lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.

Pasal 9
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara
Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 87
waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar
yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.

Pasal 10
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara
waktu, dengan sengaja:
a. menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang
digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat
yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya; atau
b. membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,
surat, atau daftar tersebut; atau
c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,
surat, atau daftar tersebut.

Pasal 11
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai
negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau
janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau
janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
88 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang
yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan
jabatannya.

Pasal 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya;
b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya;
c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili;
d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang
pengadilan, menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan,
berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 89


untuk diadili;
e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu
bagi dirinya sendiri;
f. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta, menerima, atau memotong
pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri
atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut
mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang;
g. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau
penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada
dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan
utang;
h. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang di
atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan
perundangundangan, telah merugikan orang yang berhak,
padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan
dengan peraturan perundangundangan; atau
i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung
maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan

90 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


untuk mengurus atau mengawasinya.

Pasal 12 B
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan
merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan
oleh penuntut umum.
(2)
Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 12 C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 B ayat (1) tidak
berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya
kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi terebut
diterima.
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan
Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 91
wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau
milik negara.
(4)
Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud ayat (2) dan penentuan status gratifikasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam Undang-
Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Pasal 13
Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri
dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap, melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda
paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

92 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “secara melawan hukum” dalam pasal ini
mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun
dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur
dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan
tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan
atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka
perbuatan tersebut dapat dipidana. Dalam ketentuan ini, kata
“dapat” sebelum frasa “merugikan keuangan atau perekonomian
negara” menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan
delik formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan
dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan
bukan dengan timbulnya akibat.

Catatan:
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 003 /
PUU-IV/2006 tanggal 24 Juli 2006

MENGADILI:
ɣ ....
ɣ Menyatakan Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 93


Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150) sepanjang
frasa yang berbunyi, “Yang dimaksud dengan ‘secara melawan
hukum’ dalam Pasal ini mencakup perbuatan melawan hukum
dalam arti formil maupun dalam arti materiil, yakni meskipun
perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-
undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela
karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma
kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut
dapat dipidana” tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
....

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “keadaan tertentu” dalam ketentuan ini
adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana
bagi pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana
tersebut dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukkan
bagi penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional,
penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas,
penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan
tindak pidana korupsi.

Pasal 3
Kata “dapat” dalam ketentuan ini diartikan sama dengan penjelasan
Pasal 2.

Pasal 5
Ayat (1)

94 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Cukup jelas

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “penyelenggara negara” dalam Pasal ini
adalah penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Pengertian “penyelenggara negara” tersebut berlaku pula untuk
pasal-pasal berikutnya dalam Undang-undang ini.

Pasal 6
Cukup jelas

Pasal 7
Cukup jelas

Pasal 8
Cukup jelas

Pasal 9
Cukup jelas

Pasal 10
Cukup jelas

Pasal 11
Cukup jelas

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 95


Pasal 12
Huruf a
Cukup jelas

Huruf b
Cukup jelas

Huruf c
Cukup jelas

Huruf d
Yang dimaksud dengan “advokat” adalah orang yang berprofesi
memberi jasa hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan
yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Huruf e
Cukup jelas

Huruf f
Cukup jelas

Huruf g
Cukup jelas

Huruf h
Cukup jelas

Huruf i

96 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Cukup jelas

Pasal 12B
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “gratifikasi” dalam ayat ini adalah
pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma,
dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di
dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.

Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 12C
Cukup jelas

Pasal 13
Cukup jelas

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 97


98 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen
Penutup

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 99


Tanya:
Bila korupsi di negeri ini sudah begitu menyeramkan,
langkah-langkah apa yang dapat dilakukan ?

Jawab:
Memberantas korupsi tidak sama dengan membabat rumput
tetapi harus mencabut akar rumput. Korupsi, menurut keyakinan
Iman Kristen, bukan akibat melainkan hakikat dari manusia itu
sendiri. Jadi korupsi itu melekat di dalam diri manusia.
• Memberantas korupsi harus dikaitkan dengan pembinaan
manusia sebagai makhluk yang disembuhkan dan diselamatkan
oleh rahmat Tuhan. Itulah usaha mencabut akar rumput korupsi
dan bukan sekedar membabatnya. Yang dituntut pertama
perubahan sikap dari koruptor adalah pertobatan (metanoia).
Artinya, meninggalkan perbuatan korupsi dan memulai hidup
bersih dan jujur serta mematuhi segala ketentuan hukum yang
berlaku untuk orang-orang yang korupsi.
• Semua komponen masyarakat, pemerintah, legislatif, yudikatif,
organisasi, lembaga dan organisasi keagamaan, agar serempak
mengkampanyekan pemberantasan korupsi.
• Agar aparat hukum menjatuhkan hukuman berat kepada para
koruptor dan semua yang terlibat dalam tindak korupsi tanpa
diskriminasi.

Di dalam usaha memberantas korupsi diserukan kepada seluruh


masyarakat agar mengakui dan menghormati prinsip-prinsip:
a. Menghormati martabat manusia. Hak setiap orang, termasuk
anak-anak, untuk mendapatkan perlindungan dari praktik-
praktik korupsi dan harus dipertegas dan dihormati.

100 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


b. Memperjuangkan keadilan. Keadilan menuntut kesetaraan dan
kesempatan yang adil bagi setiap orang dan berjuang untuk
mengurangi jurang pemisah di antara strata-strata sosial
yang berbedabeda. Korupsi dapat meningkatkan bahkan
mengabadikan ketidakadilan.
c. Menghormati integritas moral. Integritas moral yang mencakup
kejujuran, rasa saling percaya dan keterbukaan. Ini adalah
prasyarat utama untuk membangun manusia yang seutuhnya
dan meningkatkan kredibilitas individu dan lembaga.
d. Mempromosikan transparansi, merupakan kewajiban setiap
kelompok/unit kerja untuk secara terbuka menyingkapkan
maksud dan tujuan kegiatan yang dilakukan dan hasil yang
dicapai, juga penggunaan dan alokasi sumber daya, serta
secara terbuka memberikan informasi yang dibutuhkan.
e. Mempromosikan partisipasi. Partisipasi yang efektif di dalam
proses pengambilan keputusan yang tegas dan konsisten di
setiap lapisan dalam kerangka tanggung jawab yang dengan
jelas diuraikan, akan menghasilkan informasi yang transparan,
lengkap dan masuk akal.
f. Menolak dan menentang korupsi. Setiap perbuatan korupsi
harus dilawan. Kita harus dengan tegas menolak tindakan demi
keuntungan kepada pihak tertentu melalui perbuatan secara
langsung atau tidak langsung menerima pemberian suap bagi
diri sendiri atau bagi orang lain, atau dengan memberi atau
mengakibatkan keberuntungan-keberuntungan lain, yang
dapat dianggap sebagai tindakan pelanggaran hukum atau
perbuatan suap.
g. Menaati hukum. Semua pihak wajib menaati hukum negara
dan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 101


h. Hak dan kewajiban melaporkan dan menentang korupsi.
Semua orang berhak dan wajib menolak paksaan untuk
terlibat dalam praktik-praktik korupsi. Selanjutnya, jika ada
yang menyaksikan, atau korban dari perbuatan korupsi, dia
berhak dan wajib melaporkan tindakan dimaksud kepada
yang berwewenang, yang masih akan ditunjuk. Setiap
individu yang merasa terancam sebagai akibat penolakan
atau penentangannya terhadap korupsi, berhak mendapat
perlindungan dan dukungan dari semua pihak.
i. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Korupsi sebagai penyalahgunaan
wewenang pribadi atau wewenang umum demi kepentingan
pribadi dianggap sebagai perbuatan yang mengutamakan
kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.

102 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pasal-Pasal
tentang

Tindak
Pidana Lain
yang Berkaitan dengan

Tindak
Pidana
Korupsi

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 103


Tindak Pidana Lain Yang Berkaitan
Dengan Tindak Pidana Korupsi
UU No 31 Tahun 1999 Jo. UU No 20
Tahun 2001

Pasal 21
Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi atau
menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap
tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Pasal 22
Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, Pasal 29, Pasal
35 atau Pasal 36 yang dengan sengaja tidak memberi keterangan
atau memberi keterangan yang tidak benar, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan atau denda paling sedikit Rpl50.000.000.00 (seratus
lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000.00
(enam ratus juta rupiah).

Pasal 23
Dalam perkara korupsi, pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 220, Pasal 231, Pasal 421,
Pasal 422, Pasal 429, atau Pasal 430 Kitab Undang-Undang Hukum

104 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling sedikit
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Pasal 24
Saksi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus
lima puluh juta rupiah)

Pasal 28
Untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberikan
keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri
atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yang
diketahui dan atau yang diduga mempunyai hubungan dengan
tindak pidana korupsi yang dilakukan tersangka.

Pasal 29
(1) Untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan
di sidang pengadilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim
berwenang meminta keterangan kepada bank tentang keadaan
keuangan tersangka atau terdakwa.
(2) Permintaan keterangan kepada bank sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diajukan kepada Gubernur Bank Indonesia sesuai
dengamperaturan perundangundangan yang berlaku.
(3)
Gubernur Bank Indonesia berkewajiban untuk memenuhi
permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dalam waktu
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja, terhitung sejak dokumen

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 105


permintaan diterima secara lengkap.
(4) Penyidik, penuntut umum, atau hakim dapat meminta kepada
bank untuk memblokir rekening simpanan milik tersangka atau
terdakwa yang diduga hasil dari korupsi.
(5) Dalam hal hasil pemeriksaan terhadap tersangka atau terdakwa
tidak diperoleh bukti yang cukup, atas permintaan penyidik,
penuntut umum, atau hakim, bank pada hari itu juga mencabut
pemblokiran.

Pasal 31
(1) Dalam penyidikan dan pemeriksaan di sidang pengadilan, saksi
dan orang lain yang bersangkutan dengan tindak pidana korupsi
dilarang menyebut nama atau alamat pelapor, atau hal-hal lain
yang memberikan kemungkinan dapat diketahuinya identitas
pelapor.
(2)
Sebelum pemeriksaan dilakukan, larangan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diberitahukan kepada saksi dan orang
lain tersebut.

Pasal 35
(1) Setiap orang wajib memberi keterangan sebagai saksi atau
ahli, kecuali ayah, ibu, kakek, nenek, saudara kandung, istri atau
suami, anak dan cucu dari terdakwa.
(2) Orang yang dibebaskan sebagai saksi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dapat diperiksa sebagai saksi apabila mereka
menghendaki dan disetujui secara tegas oleh terdakwa.
(3)
Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
mereka dapat memberikan keterangan sebagai saksi tanpa
disumpah.

106 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Pasal 36
Kewajiban memberikan kesaksian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 berlaku juga terhadap mereka yang menurut pekerjaan,
harkat dan martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan
rahasia, kecuali petugas agama yang menurut keyakinannya harus
menyimpan rahasia.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 21
Cukup jelas

Pasal 22
Cukup jelas

Pasal 23
Cukup jelas

Pasal 24
Cukup jelas

Pasal 28
Cukup jelas

Pasal 29

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 107


Ayat (1)
Ketentuan ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
penyidikan penuntutan, pemberantasan tindak pidana korupsi
dengan tetap memperhatikan koordinasi lintas sektoral dengan
instansi terkait.

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “rekening simpanan” adalah dana
yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan
perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu, termasuk penitipan (custodian) dan
penyimpanan barang atau surat berharga (safe deposit box).
Rekening simpanan yang diblokir adalah termasuk bunga,
deviden, bunga obligasi, atau keuntungan lain yang diperoleh
dari simpanan tersebut.

Ayat (5)
Cukup jelas

Pasal 31
Ayat (1)

108 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


Yang dimaksud dengan “pelapor” dalam ketentuan ini adalah
orang yang memberi informasi kepada penegak hukum mengenai
terjadinya suatu tindak pidana korupsi dan bukan pelapor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 24 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 35
Cukup jelas

Pasal 36
Yang dimaksud dengan “petugas agama” dalam pasal ini adalah
hanya petugas agama Katolik yang dimintakan bantuan kejiwaan,
yang dipercayakan untuk menyimpan rahasia.

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 109


110 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen
Ada Korupsi,
Laporkan!

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 111


Ada Korupsi, Laporkan!

Sekarang, Anda telah mengetahui apa yang dimaksud dengan


korupsi. Kemudian, setelah Anda mengetahui dan mengerti tentang
korupsi, lalu kemana dan bagaimana Anda melapor apabila ada
korupsi di sekitar Anda?

Untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan pengaduan/


laporan Anda, yang perlu diperhatikan ketika melaporkan sebuah
dugaan korupsi, adalah:
1. Uraikan kejadiannya. Uraikan sedetail mungkin kejadian yang
Anda curigai sebagai bentuk perbuatan korupsi. Sebaiknya,
uraian dibatasi pada hal-hal yang berdasarkan fakta dan kejadian
nyata, hindari hal-hal yang berdasarkan perasaan kebencian,
permusuhan atau fitnah. Usahakan keseluruhan uraian dapat
menggambarkan SIABIDIBA (siapa, apa, bilamana, di mana,
bagaimana) dari kejadian yang dilaporkan.
2. Pilih pasal-pasal yang sesuai. Kemudian cocokkan dengan
pasal-pasal yang ada di buku ini, kira-kira pasal-pasal mana
yang sesuai untuk kejadian tersebut (dapat lebih dari satu pasal).
3. Penuhi unsur-unsur tindak pidana. Lihat unsur-unsur tindak
pidana yang ada di dalam pasal yang sesuai, kemudian pastikan
bahwa informasi dalam uraian yang Anda buat dapat memenuhi
unsur-unsur dalam pasal tersebut. Semaksimal mungkin
dapatkan informasi mengenai setiap unsur yang ada. Apabila
terdapat unsur yang tidak bisa anda lengkapi uraiannya, maka
jelaskan bahwa unsur tersebut belum dapat dilengkapi.
4. Sertakan bukti awal, bila ada. Apabila ada copy dokumen
atau barang lain yang memperkuat uraian kejadian di atas agar
disertakan dalam pengaduan/laporan ke KPK.
5. Sertakan identitas Anda, bila tidak keberatan. Akan sangat

112 Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen


baik apabila Anda menyertakan identitas dan alamat atau
nomor telepon Anda, sehingga bila KPK masih membutuhkan
keterangan tambahan maka Anda akan mudah untuk dihubungi
oleh KPK.
6. Kirimkan ke KPK. Apabila urutan 1 s.d 5 telah Anda lakukan maka
pengaduan/laporan Anda siap untuk disampaikan kepada KPK.

Fokuskan pengaduan/laporan Anda pada korupsi kelas kakap (big


fish), bukan yang kelas teri. Pengertian kelas kakap adalah:
ɣ Melibatkan orang level tinggi atau yang memiliki pengaruh besar;
ɣ Terkait dengan aspek yang strategis/menyangkut hajat hidup
orang banyak; atau
ɣ Menyangkut nilai uang yang besar.

PENGADUAN DAPAT DISAMPAIKAN MELALUI

Call Center: 198


Email: pengaduan@kpk.go.id
Website http://kws.kpk.go.id
Whatsapp: 0811 959 575

Pendidikan Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Kristen 113


PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
UNTUK PEMELUK
AGAMA KRISTEN

Apa yang dimaksud dengan korupsi:


Menurut perspektif hukum definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan
dalam 13 (tiga belas) pasal Undang-Undang (UU) No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 21
Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam tiga
puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi.

Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang


bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi. Dan dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
• Kerugian keuangan negara
• Suap-menyuap
• Penggelapan dalam jabatan
• Pemerasan
• Perbuatan curang
• Benturan kepentingan dalam pengadaan
• Gratifikasi

Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat KPK


Gedung Merah Putih KPK
Jl. Kuningan Persada Kav.4
Setia Budi, Jakarta Selatan, 12950
www.kpk.go.id

© Buku milik KPK, tidak untuk diperjualbelikan


Dilarang memperbanyak tanpa seizin KPK

Anda mungkin juga menyukai