Anda di halaman 1dari 178

KIMIA DASAR

Teori & Latihan

Ratulani Juwita, M.Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan penulisan buku Kimia Dasar Teori dan Latihan ini. buku Kimia
Dasar Teori dan Latihan ini disusun berdasarkan kebutuhan pembelajaran secara teori
dan kebutuhan mahasiswa dalam pemahaman Kimia Dasar.
Penuntun ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam perkuliahan
terutama pada mata kuliah Kimia Dasar dan aplikasi Kimia dalam kehidupan sehari-
hari sehingga mahasiswa bisa memahami pembelajaran Kimia secara nyata. Selain itu
juga melatih mahasiswa untuk bekerja analitis, disiplin, cermat dan teliti.
Pembuatan buku Kimia Dasar Teori dan Latihan ini tentunya tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, atas bantuan dan dorongan yang diberikan kami ucapkan
terima kasih. Meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya namun kami
merasa masih banyak kekurangan pada buku ini. Oleh karena itu dengan senang hati
kami akan menerima kritik dan saran demi kesempurnaan buku ini. Mudah-mudahan
buku ini bermanfaat dan membantu sebagaimana yang kami harapkan.

Padang, Agustus 2017

Ratulani Juwita, M.Pd

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

1. Konsep dasar ilmu kimia


1.1 Perubahan yang dialami zat
1.2 Metode Ilmiah
1.3 Pengertian materi
1.4 Sifat-sifat materi
1.5 Penggolongan materi
1.6 Pemisahan campuran
2. Hukum dasar kimia
2.1 Hukum dasar kimia
2.2 Persamaan reaksi
2.3 Massa atom relatif
2.4 Massa molekul relatif
3. Stoikiometri
3.1 Konsep mol
3.2 Kemolaran
3.3 Rumus kimia
3.4 Perhitungan kimia
4. Pengantar termodinamika
4.1 Istilah termodinamika
4.2 Hukum pertama termodinamika
4.3 Entalpi
5. Termodinamika
5.1 Termokimia
5.2 Hukum kedua dan ketiga termodinamika
5.3 Energi bebas

6. Stuktur atom
6.1 Partikel dasar
6.2 Teori atom Thomson dan Rutherford
6.3 Struktur atom dan teori atom Bohr
6.4 Teori atom mekanika gelombang
6.5 Sifat atom
7. Sistem periodik
7.1 Perkembangan sistem periodik
7.2 Sistem periodik modern
7.3 Sifat periodik unsur
8. Ikatan kimia
8.1 Peranan elektron dalam ikatan kimia
8.2 Ikatan ion
8.3 Ikatan kovalen
9. Teori ikatan valensi
ii
9.1 Teori tolakan pasangan electron valensi
9.2 Teori ikatan valensi dan konsep hibridisasi
10. Teori orbital molekul
10.1 Teori orbital molekul
10.2 Molekul polar
10.3 Ikatan kimia lain
11. Wujud zat
11.1 Pengertian wujud zat
11.2 Peralihan wujud
11.3 Diagram fasa
12. Gas
12.1 Variabel gas
12.2 Hukum gas
12.3 Teori kinetik gas ideal
12.4 Gas nyata
13. Padatan
13.1 Kristal zat padat
13.2 Penentuan struktur Kristal
13.3 Jenis kristal
13.4 Kandungan sel satuan
14. Konsep kesetimbangan
14.1 Keadaan kesetimbangan
14.2 Konstanta kesetimbangan
14.3 Kesetimbangan heterogen
14.4 Kesetimbangan disosiasi
14.5 Hubungan Kc dan Kp
15. Termodinamika kesetimbangan dan pergeseran
15.1 Termodinamika kesetimbangan
15.2 Pergeseran kesetimbangan

iii
1

BAHAN AJAR
MATA KULIAH KIMIA DASAR

Tinjauan Mata Kuliah


1. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini mempelajari tentang konsep-konsep dasar ilmu kimia,
stoikiometri, energetika kimia, struktur atom, sistem periodik, ikatan kimia dan
struktur molekul, wujud zat dan kesetimbangan kimia.

2. Manfaat Mata Kuliah


Dalam kehidupan sehari – hari kita banyak memerlukan bahan – bahan
kimia baik disadari ataupun tidak. Untuk itu kita perlu memantapkan pemahaman
konsep – konsep dasar kimia, teori – teori belajar dan berpikir tingkat tinggi, serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari. Mata kuliah ini bermanfaat agar kita
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
stoikiometri, energetika kimia, ikatan kimia, wujud zat dan kesetimbangan kimia.

3. Kompetensi Utama
Mahasiswa dapat menganalisis konsep – konsep, prinsip dan prosedur kimia
yang berkaitan dengan aspek kehidupan dan kesejahteraan manusia.

4. Kompetensi Pendukung
Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan perubahan, penggolongan dan sifat materi serta pemisahan
campuran
b. Menerapkan hukum dasar kimia dalam persamaan reaksi.
c. Menggunakan konsep mol dalam perhitungan kimia.
d. Menjelaskan hubungan energi dalam dan perubahan entalpi.
e. Menerapkan hukum termodinamika dalam perhitungan kespontanan suatu
reaksi.
f. Mengemukakan struktur atom serta hubungannya dengan sifat-sifat unsur.
g. Mengemukakan perkembangan sistem periodik dan sifat periodik unsur-unsur.
2

h. Menggunakan konfigurasi elektron untuk memperkirakan jenis ikatan yang


terbentuk
i. Menganalisis cara terbentuknya ikatan kovalen menurut teori ikatan valensi.
j. Mengaplikasikan teori ikatan valensi untuk membentuk orbital molekul.
k. Menjelaskan perbedaan wujud zat dan diagram fasa.
l. Mendeskripsikan sifat –sifat gas dan hukum-hukum gas yang memperlihatkan
hubungan sifat gas.
m. Menganalisis jenis-jenis kristal berdasarkan struktur kristal.
n. Menghitung konstanta kesetimbangan, kesetimbangan heterogen dan disosiasi
serta hubungan Kc dan Kp
o. Menganalisis arah pergeseran kesetimbangan.
5. Susunan Bahan Ajar
Materi dalam mata kuliah Kimia Umum ini disusun dengan urutan sebagai berikut:
1. Konsep dasar ilmu kimia
1.1 Perubahan yang dialami zat
1.2 Metode Ilmiah
1.3 Pengertian materi
1.4 Sifat-sifat materi
1.5 Penggolongan materi
1.6 Pemisahan campuran
2. Hukum dasar kimia
2.1 Hukum dasar kimia
2.2 Persamaan reaksi
2.3 Massa atom relatif
2.4 Massa molekul relatif
3. Stoikiometri
3.1 Konsep mol
3.2 Kemolaran
3.3 Rumus kimia
3.4 Perhitungan kimia
4. Pengantar termodinamika
4.1 Istilah termodinamika
4.2 Hukum pertama termodinamika
4.3 Entalpi
5. Termodinamika
5.1 Termokimia
5.2 Hukum kedua dan ketiga termodinamika
5.3 Energi bebas
3

6. Stuktur atom
6.1 Partikel dasar
6.2 Teori atom Thomson dan Rutherford
6.3 Struktur atom dan teori atom Bohr
6.4 Teori atom mekanika gelombang
6.5 Sifat atom
7. Sistem periodik
7.1 Perkembangan sistem periodik
7.2 Sistem periodik modern
7.3 Sifat periodik unsur
8. Ikatan kimia
8.1 Peranan elektron dalam ikatan kimia
8.2 Ikatan ion
8.3 Ikatan kovalen
9. Teori ikatan valensi
9.1 Teori tolakan pasangan electron valensi
9.2 Teori ikatan valensi dan konsep hibridisasi
10. Teori orbital molekul
10.1 Teori orbital molekul
10.2 Molekul polar
10.3 Ikatan kimia lain
11. Wujud zat
11.1 Pengertian wujud zat
11.2 Peralihan wujud
11.3 Diagram fasa
12. Gas
12.1 Variabel gas
12.2 Hukum gas
12.3 Teori kinetik gas ideal
12.4 Gas nyata
13. Padatan
13.1 Kristal zat padat
13.2 Penentuan struktur Kristal
13.3 Jenis kristal
13.4 Kandungan sel satuan
14. Konsep kesetimbangan
14.1 Keadaan kesetimbangan
14.2 Konstanta kesetimbangan
14.3 Kesetimbangan heterogen
14.4 Kesetimbangan disosiasi
14.5 Hubungan Kc dan Kp
15. Termodinamika kesetimbangan dan pergeseran
15.1 Termodinamika kesetimbangan
15.2 Pergeseran kesetimbangan
4

6. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar


a. Setiap akan mempelajari suatu pokok bahasan (bab), mahasiswa sebaiknya
membaca bagian pendahuluan yang memuat materi apa yang akan dibahas
dalam bab tersebut, relevansinya dengan pemahaman pada bab terdahulu, bab
berikutnya serta kompetensi pendukung yang ingin dicapai dalam pokok
bahasan ini. Selanjutnya mahasiswa harus membaca secara rinci untuk
mendapatkan pemahaman mendalam tentang materi yang disajikan.
b. Bahan ajar ini disusun berdasarkan materi-materi pokok yang akan diajarkan
dan harus dipelajari oleh setiap mahasiswa untuk pengembangan, pengetahuan
secara umum dan khusus.
c. Tugas-tugas yang diberikan pada tiap bab sebaiknya dikerjakan oleh mahasiswa
untuk menguji sejauh mana ia telah menguasai kompetensi yang ingin dicapai
dalam pokok bahasan.
d. Mahasiswa sebaiknya rajin mencari informasi dari koran, majalah, surat kabar
dan sumber informasi lainnya yang dianggap mendukung proses kegiatan
belajar nantinya yang digunakan sebagai bahan analisis pokok-pokok bahasan
karena materi lebih banyak berkaitan dengan kasus permasalahan sosial.
e. Setelah mahasiswa membaca materi bahan ajar ini, diharapkan mahasiswa dapat
berlatih dengan soal-soal yang telah dipersiapkan untuk setiap sub pokok
bahasan
5

BAB I
KONSEP DASAR ILMU KIMIA

A. Pendahualuan
1. Deskripsi Singkat

Bab ini membahas masalah pokok ilmu kimia dan hal yang mendorong
manusia mempelajarinya. Juga dibicarakan cara menemukan hukum dan teori kimia
melalui percobaan di laboratorium, serta cara mengukur suatu besaran. Selain itu
juga dibahas tentang sifat materi dan penggolongannya. Pada bagian akhir
dikemukakan cara pemisahan campuran untuk menghasilkan zat murni.

2. Relevansi Materi

Konsep dasar ilmu kimia merupakan pokok bahasan pertama yang diberikan
dalam mata kuliah ini. Dengan mempelajari materi-materi dalam pokok bahasan ini,
mahasiswa akan memiliki pemahaman mendasar tentang konsep dasar ilmu kimia.
Salah satu ciri manusia sebagai makhluk berakal ialah rasa ingin tahu yang tak
pernah habis. Manusia ingin mempelajari segala macam perubahan, baik
memberikan keuntungan ataupun tidak. Kejadian juga mendatangkan dampak
negatif seperti besi berkarat, makanan membusuk dan racun mematikan. Oleh
karena itu manusia harus mempelajari tingkah laku alam yang melatarbelakangi
peristiwa itu, dan mencari teori untuk menjelaskan hukum tersebut. Hukum dan
teori tentang alam merupakan inti ilmu pengetahuan alam.

3. Kompetensi Pendukung

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan


perubahan, penggolongan dan sifat materi serta pemisahan campuran.
6

B. Penyajian Materi
1.1 Perubahan yang dialami zat
Ilmu kimia adalah bagian ilmu pengetahuan alam, mempelajari komposisi,
struktur zat kimia, dan perubahan-perubahan yang dialami materi dalam proses-
proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan. Komposisi (susunan)
zat menyatakan perbandingan unsur membentuk zat itu. Contohnya air dan etanol.
Di dalam satu molekul air terdapat dua atom hidrogen dan satu atom oksigen,
sedangkan dalam molekul etanol terdapat dua atom karbon, enam atom hidrogen
dan satu atom oksigen. Dengan demikian, rumus senyawa air dan etanol adalah H2O
dan C2H5OH.
Struktur zat kimia, yang sesungguhnya menggambarkan letak atom-atom
dalam ruang (tiga dimensi). Struktur air dan metanol yang telah disederhanakan
adalah:

(a) (b)

Gambar 1.1 (a) Struktur tiga dimensi dan dua dimensi air dan
(b) Struktur tiga dimensi dan dua dimensi metanol
Perubahan-perubahan suatu zat kimia sering mengalami perubahan baik
secara alami maupun perlakuan manusia. Zat diidentifikasi dari sifat-sifatnya dan
dari susunannya. Warna, titik leleh, titik didih, viskositas, kerapatan, kalor jenis dan
kekerasan merupakan sifat-sifat fisika. Sifat fisika suatu keadaan dimana tidak
mengakibatkan pembentukan zat baru/tanpa mengubah susunan atau identitas
suatu zat. Sebagai contoh, kita dapat mengukur titik leleh es dengan memanaskan es
balok dan mencatat suhunya ketika es berubah menjadi air. Air berbeda dengan es
hanya dari penampilannya dan tidak dari susunannya, sehingga perubahan itu
merupakan perubahan fisika; kita dapat membekukan air untuk memperoleh esnya
kembali.
7

Sifat kimia adalah kecendrungan dari suatu zat untuk mengalami perubahan
kimia. Misalnya, sifat kimia dari air adalah akan bereaksi secara hebat dengan
natrium dan akan menghasilkan gas hidrogen dan suatu zat yang disebut natrium
hidroksida. Apabila kita perhatikan sifat kimia ini, maka terlihat bahwa air dan
natriumnya mengalami perubahan disebut perubahan kimia dan menghasilkan zat.
Setelah kita perhatikan sifat kimia ini, air dan natriumnya hilang diganti oleh zat
lain.

Latihan
1. Ilmu kimia mempelajari mengenai apa dari zat kimia?
2. Apa perbedaan sifat fisika dan sifat kimia?
3. Apakah hal-hal berikut menggambarkan perubahan fisika atau perubahan kimia?
(a) air mendidih di bawah 1000C di puncak gunung, (b) gas oksigen mendukung
pembakaran, (c) sesendok penuh garam dapaur dilarutkan dalam semangkuk
sup. (d) sinar lampu kilat secara perlahan meredup dan akhirnya padam.

1.2 Metode Ilmiah

Metode ilmiah (scientific method) merupakan suatu pendekatan sistematik


untuk melakukan penelitian. Sebagai contoh, seorang kimiawan yang tertarik untuk
mengukur panas yang dihasilkan ketika gas hidrogen terbakar di udara, akan
mengikuti prosedur ilmiah tertentu. Langkah pertama yang harus dilakukannya
adalah mendefinisikan masalah secara cermat dan hati-hati. Langkah berikutnya
8

adalah mencakup pelaksanaan percobaan, melakukan pengamatan, dan mencatat


informasi atau data.
Data penelitian yang diperoleh dapat berupa data kualitatif, yaitu berupa data
hasil-hasil pengamatan umum tentang sistem (objek penelitian), ataupun data
kuantitatif, yaitu berupa angka-angka yang diperoleh melalui pengukuran terhadap
sistem.
Setelah data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah penafsiran
(interpretasi). Pada tahapan ini, ilmuwan berusaha menjelaskan fenomena yang
teramati. Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti merumuskan hipotesis.
Percobaan lanjutan dirancang untuk menguji kebenaran hipotesis, dan prosesnya
dimulai dari awal kembali. Jadi langkah umum dalam metode ilmiah adalah
melakukan pengamatan (observasi), merumuskan hipotesis, melakukan percobaan,
menarik kesimpulan dan membuat laporan.

Gambar 1.2 Langkah umum metode ilmiah

Pengamatan (Observasi)
Saat melakukan pengamatan, kita melakukan percobaan dalam kondisi yang
dikendalikan agar didapat data yang konstan atau sama apabila percobaan diulang.
Data yang diperoleh dapat berupa data kualitatif ataupun kuantitatif. Sebagai
contoh, kita mengamati reaksi antara asam klorida (HCl) 0.01 M dengan magnesium
hidroksida (Mg(OH)2) 0.01 M. Jika data yang kita catat adalah fakta bahwa reaksi
antara asam klorida dengan magnesium hidroksida terbentuk endapan garam, maka
9

data yang diperoleh adalah data kualitatif. Namun, apabila data yang dicatat adalah
volume asam klorida 0.01 M, volume magnesium hidroksida 0.01 M, waktu yang
diperlukan sampai endapan terbentuk, dan berat endapan yang terbentuk, maka data
yang diperoleh adalah data kuantitatif.

Dalam sains, data kuantitatif memiliki nilai lebih dibandingkan dengan data
kualitatif, karena data kuantitatif mengandung lebih banyak informasi. Data yang
diperoleh kemudian disusun sedemikian rupa sehingga ditemukan suatu hal yang
menarik, seperti keteraturan, kecenderungan atau perbedaan. Tujuannya adalah
untuk mencari gambaran umum tentang gejala yang diamati sehingga mudah
dipahami. Dalam sains, suatu pernyataan matematis atau pernyataan verbal yang
ringkas tentang hubungan antara fenomena-fenomena yang selalu sama dalam
keadaan yang sama, disebut hukum. Contohnya hukum kekekalan massa (Law of
concervation of matter), yang menyatakan “Pada saat reaksi kimia, massa zat-zat
yang bereaksi adalah sama dengan massa produk-reaksi” (dibahasan dalam bab 2).

Hipotesis
Hukum umumnya diungkapkan dalam bentuk pernyataan atau hubungan
antara suatu besaran dengan besaran lain, tetapi tidak berisi penjelasan mengapa
demikian. Penjelasan yang diharapkan adalah penjelasan yang dapat diterima oleh
akal sehat dan telah teruji kebenarannya. Oleh karena itu, diperlukan suatu dugaan
sementara yang disebut hipotesis.

Merumuskan hipotesis merupakan pekerjaan yang cukup sulit dalam metode


ilmiah, karena ada banyak kemungkinan jawaban untuk menjawab suatu masalah.
Hipotesis yang dirumuskan akan menentukan jenis percobaan dan hasil percobaan
akan mempengaruhi keberhasilan dalam menemukan teori. Oleh karena itu,
merumuskan hipotesis memerlukan pengetahuan, logika, dan penalaran, sebab suatu
hipotesis harus didasarkan pada teori yang telah mapan.
10

Percobaan

Kebenaran suatu hipotesis diuji dengan melakukan percobaan di


laboratorium. Data yang diperoleh kadang kala sesuai dengan hipotesis yang telah
dirumuskan, tetapi mungkin juga tidak. Apabila data yang diperoleh tidak sesuai
dengan hipotesis, berarti ada kemungkinan terdapat kesalahan pada percobaan atau
hipotesis yang dirumuskan keliru.

Pada percobaan, kesulitan sering muncul dalam merancang dan melakukan


percobaan yang cocok dan layak. Karena untuk melakukan suatu percobaan
diperlukan peralatan yang lengkap, dana, tenaga dan waktu yang banyak. Kesalahan
dalam merumuskan suatu hipotesis akan mengakibatkan percobaan yang dilakukan
sia-sia.

Menarik Kesimpulan

Hipotesis yang telah teruji kebenarannya setelah melakukan percobaan


berulang-ulang, dapat dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan umum yang
disebut teori. Seandainya hipotesis tidak terbukti akan menjadi dasar untuk
melahirkan teori baru, dan mungkin dapat mengkoreksi teori-teori sebelumnya.
Akhirnya pengamatan, hukum, dan teori membentuk lingkaran yang selalu berputar.

Menarik kesimpulan untuk mendapatkan suatu teori adalah puncak kegiatan


dalam metode ilmiah. Disini diperlukan penalaran untuk mengkaji sesuatu yang
abstrak.

Membuat Laporan

Membuat laporan merupakan langkah terakhir dalam metode ilmiah.


Laporan penelitian berfungsi sebagai informasi bagi ahli lain mengenai hasil
temuan. Disamping itu, laporan juga berguna untuk mendapatkan saran dan koreksi
jika diperlukan. Laporan hasil penelitian, biasanya diterbitkan dalam bentuk jurnal
ilmiah.
11

1.3 Pengertian Materi

Menurut Syukri (1999: 11) materi adalah segala sesuatu yang menempati
ruang dan mempunyai massa. Pada prinsipnya, semua materi dapat berada dalam
tiga wujud: padat, cair dan gas. Padatan adalah benda yang kaku dengan bentuk
yang pasti. Cairan tidak serigid padatan dan bersifat fluida, yaitu dapat mengalir dan
mengambil bentuk sesuai wadahnya. Seperti cairan, gas bersifat fluida, tetapi tidak
seperti cairan, gas dapat mengembang tanpa batas.
Ketiga wujud materi ini dapat berubah dari wujud yang satu menjadi wujud
yang lain. Dengan pemanasan, suatu padatan akan meleleh dan menjadi cairan.
Pemanasan lebih lanjut akan mengubah cairan menjadi gas. Di sisi lain,
pendinginan gas akan mengembunkannya menjadi cairan. Pendinginan lebih lanjut
akan membuatnya menjadi padat.

1.4 Sifat-sifat Materi

Tiap zat misalnya air, gula, garam, perak atau tembaga, memiliki
seperangkat sifat atau karakteristik yang membedakannya dari semua zat lain dan
memberinya identitas unik. Baik gula maupun garam berwarna putih, padat,
kristalin, larut dalam air dan tak berbau. Tetapi gula manis, bila dipanaskan dalam
belanga akan meleleh dan menjadi coklat. Gula terbakar di udara. Garam asin, baru
meleleh setelah dipanasi sehingga membara, tak menjadi coklat betapapun dipanasi,
tidak terbakar di udara meskipun akan menghasilkan nyala kuning bila dipanasi di
dalam nyala (Keenan, 1998: 3).
Ada dua macam sifat materi, yaitu sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat
intensif tidak bergantung pada jumlah materi yang diukur. Sifat intensif seperti
suhu, titik didih, titik beku, indeks bias, kerapatan dan rumus senyawa. Suhu adalah
12

sifat intensif, bayangkan kita memiliki dua gelas air yang suhunya sama. Jika kita
mencampurkan air itu, maka suhu air akan tetap sama dengan suhunya ketika masih
terpisah.
Sifat ekstensif yang terukur bergantung pada seberapa banyak materi yang
diukur. Massa, panjang, mol dan volume adalah sifat-sifat ekstensif. Semakin
banyak materi, semakin besar massanya. Nilai-nilai dari sifat ekstensif yang sama
dapat dijumlahkan. Misalnya, dua keping uang logam mempunyai massa gabungan
yang merupakan jumlah dari massa masing-masing keping uang itu, dan volume
yang ditempati air dalam dua gelas merupakan jumlah dari volume air di tiap gelas
tersebut.

Latihan
1. Terangkan tiga sifat materi dalam wujud padat, cair dan gas!
2. Apa yang dimaksud dengan sifat intensif dan sifat ekstensif?
3. Mana diantara sifat-sifat berikut yang intensif dan mana yang ekstensif? (a) luas,
(b) warna, (c) kerapatan

1.5 Penggolongan Materi

Zat adalah materi yang memiliki susunan tertentu atau tetap dan sifat-sifat
yang tertentu pula. Contoh: air, perak, etanol, garam dapur, karbondioksida dll. Zat
murni digolongkan menjadi unsur dan senyawa.
1.5.1 Unsur

Unsur adalah suatu zat yang tidak dapat dipisahkan lagi menjadi zat-zat
yang lebih sederhana dengan cara kimia. Unsur berfungsi sebagai zat
pembangun untuk semua zat-zat kompleks yang akan dijumpai, mulai dari
garam dapur sampai senyawa protein yang sangat kompleks. Semua zat
dibentuk dari sekumpulan unsur-unsur yang terbatas.
Huruf pertama lambang unsur selalu huruf besar, tetapi huruf kedua
tidak pernah ditulis dengan huruf besar. Sebagai contoh, Co adalah lambang
13

unsur kobalt, Fe (besi), Au (emas) dan Na (natrium).

1.5.2 Senyawa

Unsur-unsur akan saling bergabung membentuk senyawa. Senyawa


adalah suatu zat yang tersusun atas atom-atom dari dua unsur atau lebih yang
terikat secara kimia dengan perbandingan yang tetap. Sebagai contoh, gas
hidrogen terbakar dalam gas oksigen membentuk air. Air terdiri dari unsur
hidrogen dan oksigen. Semua sampel air, dari manapun asalnya akan
mengandung unsur ini dengan perbandingan satu bagian massa hidrogen dengan
delapan bagian massa oksigen (misalnya 1,0 g hidrogen dengan 8,0 g oksigen).
Apabila hidrogen bereaksi dengan oksigen untuk membentuk air, akan selalu
bergabung dalam perbandingan massa seperti ini. Jadi, apabila ada 1,0 g
hidrogen yang bereaksi, maka tepat 8,0 g oksigen yang juga bereaksi, tidak lebih
atau kurang. Atau 2,0 g hidrogen bereaksi dengan 16,0 g oksigen menjadi 18,0 g
air.
14

1.5.3 Campuran

Campuran adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan


perbandingan sembarangan. Contohnya udara, minuman ringan, susu, semen,
dll. Udara merupakan campuran gas, tersusun dari nitrogen, oksigen, argon, uap
air dan karbon dioksida. Campuran dapat pula terjadi antar senyawa, contohnya
air dengan alkohol, atau antara unsur dengan senyawa, contohnya nitrogen
dengan uap air. Campuran tidak memiliki susunan yang tetap.
Campuran dapat dibagi dua, yaitu campuran yang homogen dan
heterogen. Ketika sesendok gula dilarutkan dalam air, setelah pengadukan yang
cukup lama, susunan dari campurannya di seluruh bagian larutan akan sama.
Larutan ini disebut campuran homogen. Dengan kata lain campuran homogen
adalah penggabungan dua zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya
menyebar merata sehingga membentuk satu fasa. Yang disebut satu fasa adalah
zat yang sifat dan komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian yang
lain didekatnya.
Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara
dua zat tunggal atau lebih shingga perbandingan komponen yang satu dengan
yang lainnya tidak sama di berbagai bagian bejana, contohnya, minyak dan air.
Apabila kita mengambil sampel dari sebagian campuran minyak dan air akan
kita dapatkan bahwa sebagian campuran akan mempunyai sifat minyak,
sedangkan sebagian lain mempunyai sifat air. Jadi, campuran ini terdiri dari dua
fasa yaitu minyak dan air. Apabila campuran kita kocok, maka minyaknya akan
tersebar (terdispersi) sebagai butir-butir halus yang jika dikumpulkan akan
merupakan satu fasa. Hal ini karena masing-masing butir minyak tersbut
mempunyai sifat dan komposisi seperti minyak pada butir lain.
15

Hubungan antara unsur, senyawa dan berbagai golongan materi lainnya


dirangkum dalam Gambar 1:

Gambar 1. Penggolongan Materi

Latihan
1. Apa perbedaan unsur, senyawa dan campuran! Serta berikan masing-masing
satu contoh!
2. Apa definisi dari larutan? Berapa fasa yang ada dalam larutan?
3. Apakah perbedaan campuran homogen dan heterogen, beri contoh?
4. Golongkan tiap zat-zat berikut sebagai unsur atau senyawa:
a. Hidrogen
b. Air
c. Garam dapur (natrium klorida)
d. Emas

1.6 Pemisahan Campuran


Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan
secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan. Teknik pemisahan campuran
bergantung pada jenis, wujud dan sifat komponen yang terkandung didalamnya.
Jika komponen berwujud padat dan cair, misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan
dengan saringan.
16

Campuran homogen, seperti alkohol dalam air, tidak dapat dipisahkan


dengan saringan, karena partikelnya lolos dalam pori-pori kertas saringan dan
selaput semipermiabel. Campuran seperti itu dapat dipisahkan dengan cara fisika,
yaitu destilasi, rekristalisasi, ekstraksi dan kromatografi.

1.6.1 Destilasi

Dasar pemisahan destilasi adalah perbedaan titik didih dua cairan


atau lebih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya
lebih rendah akan menguap lebih dulu. Contohnya, memisahkan campuran
air dan alkohol. Titik didih air dan alkohol masing-masing 1000C dan 780C.
jika campuran dipanaskan (dalam labu destilasi) dan suhu diatur sekitar
780C, maka alkohol akan menguap sedikit demi sedikit. Uap itu mengembun
dalam pendinginan dan akhirnya didapat cairan alkohol murni.

1.6.2 Rekristalisasi

Teknik pemisahan rekristalisasi berdasarkan perbedaan titik beku


komponen. Perbedaan harus cukup besar, sebaiknya komponen yang
dipisahkan berwujud padat dan cair pada suhu kamar. Contohnya, garam
dapat dipisahkan dari air karena garam berupa padatan. Air garam bila
dipanaskan perlahan dalam bejana terbuka, maka air akan menguap sedikit
demi sedikit. Pemanasan dihentikan saat larutan tepat jenuh. Jika dibiarkan
akhirnya terbentuk Kristal garam secara perlahan. Setelah pengkristalan
sempurna, garam dapat dipisahkan dengan menyaring.

1.6.3 Ekstraksi

Pemisahan dengan cara ekstraksi berdasarkan perbedaan kelarutan


komponen dalam pelarut yang berbeda. Campuran dua komponen (misalkan
A dan B) dimasukkan dalam pelarut X dan Y. Syarat pelarut ini tidak dapat
bercampur, seperti air dan minyak. Semuanya dimasukkan ke dalam corong
pisah dan dikocok agar bercampur dan kemudian didiamkan sampai pelarut
17

X dan Y memisah kembali. Kini zat A dan B berada dalam kedua pelarut X
dan Y, tetapi perbandingan tidak sama.

Misalkan A lebih banyak larut di X, sedangkan B lebih banyak di Y.


akhirnya A dan B telah terpisah walaupun tidak sempurna. Kedua pelarut
dapat dipisahkan dengan membuka kran corong perlahan-lahan dan
ditampung dalam bejana yang bersih.

1.6.4 Kromatografi

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai


wujud, baik padat, cair maupun gas. Dasar kromatografi adalah perbedaan
daya serap satu zat dengan zat lainnya. Jika komponen campuran (misalnya
A, B dan C) dialirkan dengan suatu pelarut melalui padatan tertentu, maka
A, B dan C akan bergerak dengan kecepatan berbeda, karena daya serap
padatan itu terhadap komponen tidak sama. Cairan atau pelarut yang
membawa komponen bergerak disebut eluen atau fasa bergerak, sedangkan
padatan yang menyerap komponen disebut adsorben atau fasa tetap. Syarat
eluen harus dapat melarutkan semua komponen dan dapat mengalir, maka
harus berupa cairan atau gas. Eluen dapat merupakan zat murni atau
campuran, misalnya eter atau alkohol 50%.

Komponen yang diserap paling kuat oleh adsorben akan mengalir


paling lambat (yaitu A) dan sebaliknya, yang diserap paling lemah (yaitu B)
akan mengalir paling cepat, sedangkan daya serap terhadap C berada di
antara A dan B. Semakin lama proses mengalir semakin jauh jarak antara
komponen dan semakin sempurna pemisahan, tetapi diperlukan tabung yang
panjang serta eluen dan adsorben yang banyak.

C. Rangkuman

Ilmu kimia mempelajari tentang perubahan suatu zat menjadi zat lain, baik
secara spontan maupun oleh factor luar. Setiap zat kimia mempunyai komposisi dan
struktur tertentu. Oleh sebab itu, masalah pokok ilmu kimia mengetahui komposisi dan
18

struktur zat serta kaitannya dengan sifat-sifatnya. Alam terdiri dari materi dan energi.
Materi adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang. Materi
dapat berupa zat murni atau campuran. Yang termasuk zat murni adalah unsur dan
senyawa, sdangkan campuran ada yang homogen (larutan) dan heterogen. Suatu zat
kimia, terutama zat murni, dapat dikenal dari sifat-sifatnya, karena ia mempunyai sifat
intensif dan ekstensif. Sifat intensif adalah sifat yang tidak bergantung pada jumlah zat,
dan sifat ekstensif bergantung pada jumlahnya.

Setiap zat murni mempunyai partikel terkecil tertentu. Partikel terkecil unsur
disebut atom dan partikel terkecil senyawa disebut molekul. Di bumi jarang terdapat
materi dalam keadaan murni perlu dipisahkan dengan teknik tertentu. Teknik
pemisahan itu adalah destilasi, rekristalisasi, ekstraksi dan kromatografi. Keempat
teknik ini masing-masing berdasarkan pada perbedaan titik didih, titik beku, daya larut
dan daya serap komponen campuran.

D. Tugas

1. Beri definisi (a) sifat fisika dan (b) sifat kimia. Bagaimana perbedaan antara
perubahan fisika dan perubahan kimia?

2. Apakah hal-hal berikut menggambarkan perubahan fisika atau perubahan kimia? (a)
gas helium dalam balon cenderung keluar setelah beberapa jam, (b) sinar lampu
kilat secara perlahan meredup dan akhirnya padam, (c) jus jeruk yang dibekukan
dapat diperoleh kembali dengan menambahkan air, (d) pertumbuhan tanaman
bergantung pada energi matahari dalam proses yang disebut fotosintesis, (e)
sesendok penuh garam dapur dilarutkan dalam semangkuk sup.

3. Apa beda sifat intensif dan sifat ekstensif? Mana di antara sifat-sifat berikut yang
intensif dan mana yang ekstensif? (a) panjang, (b) volume, (c) suhu, (d) massa, (e)
warna, (f) kerapatan.

4. Golongkan tiap-tiap zat berikut sebagai unsur atau senyawa: (a) hidrogen, (b) air,
(c) natrium klorida, (d) helium, (e) alkohol.

5. Terangkan cara kerja pemisahan dua zat dengan kromatografi!


19

E. Daftar Pustaka

James E. Brady. Tanpa tahun. Kimia Universitas Asas dan Struktur, Jilid 1. Jakarta:
Binapura Aksara.

Keenan, W, Kleinfelter, Wood, Hadyana., 1998. Kimia Untuk Universitas. Jilid 1.


Jakarta: Erlangga.

Raymond Chang. 2005. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti, Jilid 1. Jakarta:


Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.


20

BAB II
HUKUM DASAR KIMIA

A. Pendahualuan
1. Deskripsi Singkat

Bab ini membahas pengukuran massa zat dalam reaksi sehingga ditemukan
hukum-hukum dasar kimia. Hukum ini dijadikan titik tolak oleh Dalton untuk
melahirkan teori kimia pertama, yaitu teori atom Dalton. Kemudian dilanjutkan
dengan hukum kimia mengenai gas yang menjadi dasar konsep massa atom relatif
dan molekul relatif, serta cara penentuan keduanya.

2. Relevansi Materi

Ilmu kimia mempelajari tentang peristiwa yang ditandai dengan berubahnya


satu zat menjadi zat lain dalam reaksi kimia, sehingga melahirkan hukum-hukum
dasar kimia.

3. Kompetensi Pendukung

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan


hukum dasar kimia dalam persamaan reaksi.

B. Penyajian Materi
2.1 Hukum-hukum dasar kimia
Hukum Kekekalan Massa
Pada tahun 1774, Lavoiser memanaskan timah dengan oksigen dalam wadah
tertutup. Dengan menimbang secara teliti, ia berhasil membuktikan bahwa dalam
reaksi itu tidak terjadi perubahan massa. Perubahan ini menjadi dasar hukum
Kekekalan Massa, yang berbunyi:
“Pada reaksi kimia, massa zat pereaksi sama dengan massa zat hasil reaksi”
Dengan kata lain dapat dinyatakan:
“Materi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan”
21

Hukum Perbandingan Tetap


Proust meneliti perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa. Misalkan:
air, berapakah perbandingan massa hidrogen dan oksigen. Bila direaksikan 10 gram
oksigen ternyata diperlukan 0,125 gram hidrogen. Sesuai dengan hukum Lavoiser
akan terbentuk 10,125 gram air.
Oksigen + hidrogen air
10 gram 0,125 gram 10,125 gram
atau 8 1 9
Sebaliknya, jika 100 gram air diuraikan ternyata menghasilkan 88,9 gram
oksigen dan 11,1 gram hidrogen.
Air oksigen + hidrogen
100gram 88,9 gram 11,1 gram
atau 9 8 1
Untuk membentuk air diperlukan oksigen dan hidrogen dengan
perbandingan yang tetap yaitu 8 : 1. Dengan kata lain, air mengandung oksigen dan
hidrogen dengan perbandingan massa 8 dan 1. Demikian juga jika direaksikan 28
gram besi (Fe) akan diperlukan 16 gram belerang (S) dan akan terbentuk 44 gram
besi belerang atau:
Besi + Belerang besi belerang
28 gram 16 gram 44 gram
atau 7 gram 4 gram 11 gram
Besi + Belerang besi belerang
14 gram 8 gram 22 gram
atau 7 gram 4 gram 11 gram
Jadi, perbandingan massa besi dan belerang dalam reaksi di atas adalah sama
walaupun jumlah massanya di ubah.
Berdasarkan percobaan di atas, Proust merumuskan pernyataan yang disebut
hukum Perbandingan Tetap
“ Dalam suatu zat kimia murni, perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-
tiap senyawa adalah tetap”
22

Contoh:
Hasil pemeriksaan garam dari Madura dan Cirebon menghasilkan data sebagai
berikut:
Massa garam Massa Natrium Massa Klor
Madura 0,2925 gram 0,1150 gram 0,1775 gram
Cirebon 1,7750 gram 0,6900 gram 1,0650 gram
Tunjukan bahwa garam mempunyai perbandingan unsur yang tetap!
Jawaban:
Garam madura:
%Na = 0,1150
0,2925
𝑥 100% = 39,3%

%Cl = 0,1775
0,2925
𝑥100% = 60,7%

Garam Cirebon:
%Na = 0,6900
1,7750
𝑥100% = 39,3%

%Cl = 1,0650
1,7750
𝑥100% = 60,7%

Maka perbandingan massa atom natrium dan klor adalah sama, walaupun garam
berasal dari daerah yang berbeda.
Hukum Perbandingan Berganda
John Dalton tertarik mempelajari dua unsur yang dapat membentuk lebih
dari satu senyawa, seperti tembaga dengan oksigen, karbon dengan oksigen,
belerang dengan oksigen, fosfor dengan klor. Perbandingan massa kedua unsur
tersebut adalah:
➢ Tembaga dengan oksigen membentuk dua senyawa tembaga oksida
Tembaga oksida Tembaga Oksigen Tembaga : Oksigen
CuO 88,8% 11,2% 1 : 0,126
Cu2O 79,9% 20,1% 1 : 0,252
➢ Karbon dengan oksigen membentuk dua senyawa karbon oksida
Karbon oksida Karbon Oksigen Karbon : Oksigen
CO 42,8% 57,2% 1 : 1,33
CO2 27,3% 72,7% 1 : 2,67
23

➢ Sulfur dengan oksigen dapat membentuk dua senyawa oksigen yaitu sulfur
dioksida (I) dan sulfur trioksida (II)
Senyawa Belerang Oksigen Belerang : Oksigen
I 50% 50% 1 : 1
II 40% 60% 1 : 1,5
Dari ketiga contoh di atas massa Tembaga, Karbon dan Sulfur adalah sama.
Angka perbandingan atom oksigen yaitu:
Tembaga oksida 0,126 : 0,252 = 1 : 2
Karbon oksida 1,33 : 2,67 = 1 : 2
Belerang oksida 1 : 1,5 = 2 : 3
Maka perbandingan oksigen dalam bilangan bulat dan sederhana.
Berdasarkan percobaan di atas, Dalton menarik kesimpulan yang disebut Hukum
Perbandingan Berganda
“ Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, apabila masaa
salah satu unsur dalam kedua senyawa sama, maka massa dari unsur yang
lain berada dalam perbandingan bulat dan sederhana”

Contoh:
Raksa dan klor membentuk dua macam senyawa. Dalam senyawa pertama 0,66
gram raksa bergabung dengan 0,118 gram klor, sedangkan dalam senyawa kedua
1,00 gram raksa bergabung dengan 0,355 gram klor. Apakah data ini sesuai dengan
hukum perbandingan berganda?
Jawaban:
Senyawa Raksa Klor Raksa : Klor
I 0,66 0,118 1 : 0,178
II 1,00 0,355 1 : 0,355
Perbandingan klor bila massa raksa sama:
0,178 : 0,355
1 : 2
24

2.2 Teori Atom Dalton


Semua zat kimia identik oleh partikel terkecil yang disebut atom. Atom
berasal dari bahasa Yunani, atomos (a = tidak, tomos = dibagi). Pada tahun 1807
John Dalton merumuskan pernyataanya yang disebut teori atom Dalton:
1. Unsur tersusun atas partikel yang sangat kecil, yang disebut atom. Semua
atom unsur tertentu adalah identik, yaitu mempunyai ukuran, massa dan sifat
kimia yang sama. Atom satu unsur tertentu berbeda dari atom semua unsur
yang lain.
2. Senyawa tersusun atas atom-atom dari dua unsur atau lebih. Dalam setiap
senyawa, perbandingan antara jumlah atom dari setiap dua unsur yang ada
bisa merupakan bilangan bulat dan sederhana.
3. Yang terjadi dalam reaksi kimia hanyalah pemisahan, penggabungan, atau
penyusunan ulang atom-atom; reaksi kimia tidak mengakibatkan penciptaan
atau pemusnahan atom-atom.

Hipotesis Pertama atom dari unsur yang satu berbeda dari atom dari semua unsur
yang lain.

Hipotesis kedua untuk membentuk suatu senyawa, tidak hanya membutuhkan


atom dari unsur-unsur yang sesuai, tetapi juga jumlah yang spesifik dari atom-atom
ini. Gagasan ini merupakan perluasan Hukum perbandingan tetap. Hipotesis
kedua juga mendukung Hukum perbandingan berganda.

Hipotesis ketiga merupakan cara lain menyatakan Hukum kekekalan massa,


materi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan.
Latihan
1. Dua senyawa tembaga oksida masing-masing mengandung 20,1% dan 11,2%
oksigen. Tunjukan bahwa data ini sesuai dengan hukum perbandingan berganda!
2. Tiga sampel padatan mengandung unsur X dan Y. Sampel pertama berisikan
4,31% X dan 7,69% Y, dan kedua berisi 35,9% X dan 64,1% Y. Dalam sampel
ketiga 0,78 gram X bereaksi dengan Y menghasilkan 2,0 gram senyawa.
Terangkan bahwa data ini sesuai dengan hukum perbandingan tetap!
25

3. Dalam senyawa MnO terdapat 4,0 gram oksigen yang bergabung dengan 13,7
gram mangan. Berapa berat oksigen yang diperlukan untuk bereaksi dengan
7,85 gram mangan membentuk senyawa MnO2?

2.3 Hukum Penyatuan Volume dan Avogadro


Hukum Penyatuan Volume

Bila 2 liter gas hidrogen bereaksi dengan 1 liter gas oksigen menghasilkan 2 liter
uap air

Gambar 2.1 Reaksi dari gas hidrogen dan gas oksigen


membentuk uap air

Berdasarkan gambar reaksi di atas, berapa perbandingan volume gas


sebelum bereaksi dan volume gas hasil reaksi? (dimana perbandingan
volume gas-gas yang bereaksi sama dengan koefisien reaksinya)
Persamaan reaksinya adalah:
2H2(g) + ……. ……..
Pada suhu dan tekanan yang sama, maka perbandingan volumenya adalah:
2 volume gas Hidrogen : ………. : ………….
2 : ………. : …………
Perbandingan volume pereaksi merupakan bilangan bulat dan sederhana,
mirip dengan hukum perbandingan tetap. Dalam hukum penyatuan volume ini
yang dibandingkan adalah volume gas pada Tekanan (P) dan Suhu (T) yang sama.
Berdasarkan kenyataan itu, Gay Lussac membuat pernyataan yang disebut Hukum
Penyatuan Volume:
26

“ Volume gas-gas yang terlibat dalam reaksi kimia pada tekanan dan suhu
yang sama berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana”
Hukum Avogadro

Gambar 2.2 berikut menunjukan reaksi gas metana dengan gas oksigen
menghasilkan karbon dioksida dan air.

Gambar 2.2. Reaksi Pembakaran


Metana
Atau :
Metana + oksigen karbon dioksida + air
1 vol 2 vol 1 vol 2 vol
n molekul 2n molekul n molekul 2n molekul
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
Berdasarkan reaksi tersebut Avogadro menyarankan bahwa unsure gas
bukan monoatom tetapi poliatom. Avogadro sangat tertarik mempelajari sifat gas
dan membuat dugaan sementara yang disebut Hipotesis Avogadro:
“ Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang volumenya sama
mempunyai jumlah molekul yang sama”

2.4 Persamaan Reaksi


Reaksi kimia merupakan suatu proses dimana zat (atau senyawa) di ubah
menjadi satu atau lebih senyawa baru, atau perubahan pereaksi menjadi hasil
reaksi.
Persamaan reaksi menggunakan lambang kimia untuk menunjukan apa yang
terjadi saat reaksi kimia berlangsung.
27

Menuliskan Persamaan Kimia


Suatu reaksi tidak boleh melanggar hukum Kekekalan Massa, artinya jenis
dan jumlah atom sebelum (pereaksi) dan sesudah reaksi (hasil reaksi) harus sama.
Contoh: gas hidrogen (H2) terbakar di udara (yang mengandung O2) untuk
membentuk aiar (H2O).
Hidrogen + Oksigen Air
H2 + O2 H2O
Dimana tanda (+) berarti “bereaksi dengan” dan tanda ( ) berarti
“menghasilkan”. Jadi, dapat dibaca gas hidrogen bereaksi dengan molekul
oksigen menghasilkan air.
Jika diperhatikan jenis atom sebelum dan sesudah reaksi sama yaitu H
dan O. Yang belum sama adalah jumlah atomnya. Agar memenuhi hukum
Kekekalan Massa, maka jumlah tiap-tiap atom sebelum dan sesudah reaksi
harus kita tambah bilangan bulat di depan masing-masing zat, sehingga jumlah
atom-atom tersebut sama, yaitu:
2H2 + O2 2H2O
Angka-angka di depan unsur dan senyawa disebut koefisien reaksi
sedangkan angka 1 tidak perlu dituliskan. Persamaan kimia yang setara ini
menunjukan bahwa “dua molekul hidrogen beeaksi dengan satu molekul
oksigen menghasilkan dua molekul air” atau “dua mol molekul hidrogen
bereaksi dengan satu mol molekul oksigen menghasilkan dua mol molekul air”.
H2 dan O2 pada persamaan disebut reaktan (pereaksi), sedangkan H2O
disebut produk(hasil reaksi).
Dalam persamaan reaksi ada wujud fisik dari reaktan dan produk
menggunakan huruf g (gas), l (cair), s (padat) dan aq (berair).
2HgO(s) 2Hg(l) + O2(g)
𝐻2 𝑂
NaCl(s) → NaCl(aq)
28

Menyetarakan Persamaan Kimia

Contoh 1: setarakan reaksi berikut:


C6H6 + O2 CO2 + H2O
Jawaban:
Misalkan koefsisien reaksi:
aC6H6 + bO2 cCO2 + dH2O
cari atom yang hanya terdapat dalam satu senyawa di kiri dan di kanan, atom
tersebut merupakan atom C dan H. jadi:
C: 6a = c
H: 6a = 2d
3a = d
Persamaan reaksi menjadi:
aC6H6 + bO2 6aCO2 + 3aH2O
unsur lain, yaitu atom O, jadi:
O: 2b = 12a + 3a
2b = 15a
Misalkan a = 1 maka: 2b = 15a 6a = c 3a = d
2b = 15 6 =c 3 =d
b = 15
2
15
persamaan reaksi: C6H6 + 2
O2 6CO2 + 3H2O
supaya tidak ada pecahan maka dikalikan 2:
2C6H6 + 15 O2 12CO2 + 6H2O

Contoh 2: setarakan reaksi berikut:


KMnO4 + H2C2O4 + H2SO4 K2SO4 + MnSO4 + CO2 + H2O
Jawaban:
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….
29

Contoh 3: setarakan reaksi berikut:


Na2CO3 + HCl NaCl + H2O + CO2
Jawaban:
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….

2.5 Massa Atom Relatif (Ar)

Menurut Dalton, massa atom adalah sifat utama unsur yang membedakan
satu unsur dengan yang lain. Karena atom sangat ringan, maka tidak dapat
digunakan satuan gram dan kg untuk massa atom dan harus dicari suatu atom
sebagai massa standar.
Massa atom relatif adalah perbandingan massa satu atom dengan massa
atom standar.
Salah satu syarat massa standar adalah stabil dan murni. Pada tahun 1960
ditetapkan karbon-12 atau C-12 sebagai standar, sehingga:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑋
Ar = 1
𝑥𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝐶−12
12

C-12 ditetapkan mempunyai massa 12 sma,


1
1 sma = 12 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝐶−12

Massa 1 atom C-12 = 1,993 x 10-23 gram


1
Jadi: 1 sma = 12 𝑥 1,993 𝑥10−23 gram

1 sma = 1,66 x 10-24 gram

Massa atom relatif merupakan perbandingan massa, sehingga tidak


mempunyai satuan. Massa atom relatif berguna untuk mengetahui sifat unsur dan
senyawa.
30

2.6 Massa Molekul Relatif (Ar)


Menurut Dalton, dua unsur atau lebih dapat bergabung membentuk senyawa
dengan perbandingan tertentu. Partikel terkecil senyawa disebut molekul yang
mempunyai massa tertentu. Perbandingan massa molekul dengan massa standar
disebut: massa molekul relatif (Mr).
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎
Mr senyawa = 1
𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝐶−12
12

Cara menentukan Mr senyawa bila diketahui rumusnya, Mr senyawa yang


diketahui rumusnya ditentukan langsung dari Ar unsur-unsurnya.
Contoh: tentukan Mr dari senyawa berikut (Ar H = 1, S = 32, N = 14, O = 16, C=
12)
a. H2SO4 b. C6H12O6 c. C8H10N4O2

C. Rangkuman
Ilmu kimia adalah ilmu berdasarkan percobaan di laboratorium. Hasil percobaan
terhadap massa zat dalam reaksi melahirkan hukum dasar, yaitu hukum kekekalan
massa, perbandingan tetap dan perbandingan berganda. Berdasarkan hukum ini, Dalton
berhasil merumuskan teori tentang materi yang disebut teori atom Dalton. Teori ini
menyatakan unsur terdiri atas atom-atom yang mempunyai ukuran dan massa yang
sama, tetapi berbeda dari atom unsur lain.
Penelitian terhadap reaksi gas (pada P dan T sama) telah melahirkan hukum
penyatuan volume dan hukum Avogadro. Hukum ini menjadi dasar lahirnya konsep
massa atom relatif (Ar) dan massa molekul relatif (Mr) yang sangat berguna dalam
menentukan rumus senyawa.
Perubahan kimia, disebut reaksi kimia, digambarkan dengan persamaan reaksi.
Zat yang mengalami perubahan, yaitu reaktan, ditulis pada sisi kiri dan zat yang
terbentuk, yaitu produk, ditulis pada sisi kanan dari tanda panah. Persamaan kimia
harus setara dan mengikuti hukum kekekalan massa. Jumlah atom tiap jenis unsur
dalam reaktan dan produk harus sama.
31

D. Tugas
1. Kemukakan dengan kata-kata sendiri tentang:
a. Hukum kekekalan massa
b. Hukum perbandingan tetap
c. Hukum perbandingan berganda
2. Siklopropana, suatu anestetik yang sangat efektif mengandung unsur karbon dan
hidrogen yang bersenyawa dalam perbandingan 1,00 gram hidrogen dan 6,00 gram
karbon. Apabila suatu sampel siklopropana mengandung 24,0 gram hidrogen,
berapa gram karbon terdapat didalamnya?
3. Dua sampel Freon (gas pendingin yang digunakan dalam lemari es dan AC)
dianalisis. Dalam sampel pertama 1,00 gram C ternyata bersenyawa dengan 6,33
gram F dan 11,67 gram Cl. Dalam sampel kedua 2,00 gram C bersenyawa dengan
12,66 gram F dan 23,34 gram Cl. Bagaimana perbandingan massa antara karbon
dengan fluor, antara karbon dengan klor, dan antara flor dengan klor dalam masing-
masing sampel. Apakah data-data ini mengandung hukum perbandingan tetap?
Jelaskan jawaban anda!
4. Setarakan reaksi berikut:
Sb2S3 + HNO3 Sb2O5 + NO2 + S + H2O
E. Daftar Pustaka

James E. Brady. Tanpa tahun. Kimia Universitas Asas dan Struktur, Jilid 1. Jakarta:
Binapura Aksara.

Raymond Chang. 2005. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti, Jilid 1. Jakarta:


Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.


32

BAB III
STOIKIOMETRI

A. Pendahualuan
1. Deskripsi Singkat

Dalam reaksi kimia kita harus dapat menentukan sifat dari hasil reaksi
kimia, menemukan rumus dan menentukan seberapa banyak berbagai zat kimia
diperlukan apabila kita akan melakukan reaksi kimia. Dengan kata lain, kita harus
dapat bekerja secara kuantitatif dengan unsur, senyawa dan reaksi kimia. Sehingga
dalam bab ini akan dibahas materi mengenai stoikiometri.

2. Relevansi Materi

Stoikiometri merupakan istilah untuk menggambarkan bentuk kuantitatif


dari reaksi dan senyawa kimia.

3. Kompetensi Pendukung

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu menggunakan


konsep mol dalam perhitungan kimia.

B. Penyajian Materi
3.1 Konsep Mol
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani Stoicheion = unsur dan metron =
mengukur sehingga stoikiometri merupakan istilah yang dipakai untuk
menggambarkan bentuk kuantitatif dari reaksi dan senyawa kimia.
Pada sistem SI, mol merupakan banyaknya suatu zat yang mengandung
entitas dasar (atom, molekul atau partikel lain) sebanyak jumlah atom yang terdapat
dalam tepat 12 gram (atau 0,012 kg) isotop karbon -12.
Jumlah partikel dalam 1 mol zat yaitu:
1 mol zat = 6,02 x 1023 partikel
33

Angka ini disebut bilangan Avogadro (NA = 6,02 x 1023), yaitu angka yang
menunjukan jumlah partikel dalam 1 mol zat. Jadi lusinannya ahli kimia adalah
mol.
1 mol atom C-12 = 12 gram
1 mol zat = 6,02 x 1023 partikel
Massa dari C-12 adalah massa molar (Ar / Mr) merupakan massa (dalam gram atau
kg) dari 1 mol entitas (spt atom/ molekul) zat.
Contoh 1. Mengubah gram ke mol
Berapa mol silikon (Si) yang terdapat dalam 30,5 gram Si? Silikon adalah suatu
unsur yang dipakai untuk pembuatan transistor. (Massa molar Ar Si = 28,1 gram)
Jawaban: 1 mol Si = 28,1 gram Si
1 𝑚𝑜𝑙 𝑆𝑖 𝑚𝑜𝑙 𝑆𝑖
28,1 𝑔 𝑆𝑖
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑖

1 𝑚𝑜𝑙 𝑆𝑖 𝑚𝑜𝑙 𝑆𝑖
28,1 𝑔 𝑆𝑖
= 30,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑆𝑖

1 𝑚𝑜𝑙 𝑆𝑖
mol Si = 28,1 𝑔 𝑆𝑖
x 30,5 gram Si
mol Si = 1,09 mol Si
Latihan: Metana (CH4) adalah komponen utama dari gas alam. Berapa mol CH4
yang ada dalam 6,07 gram CH4.

Contoh 2. Mengubah mol ke gram


Berapa gram tembaga (Cu) terdapat dalam 2,55 mol Cu? (Ar Cu = 63,5 gram)
Jawaban: 1 mol Cu = 63,5 gram Cu
1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑢 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑢
63,5 𝑔 𝐶𝑢
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢

1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑢 2,55 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑢


63,5 𝑔 𝐶𝑢
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢

2,55 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑢
Massa Cu = 1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑢
x 63,5 gram Cu
Massa Cu = 162 gram Cu
Latihan: Seng (Zn) adalah logam berwarna perak yang digunakan untuk
membuat kuningan (bersama tembaga) dan melapisi besi untuk
mencegah korosi. Ada berapa gram Zn dalam 0,356 mol Zn?
34

Contoh 3. Pemakaian hubungan mol


Berapa banyak mol Ca diperlukan untuk bereaksi dengan 2,5 mol Cl agar
menghasilkan senyawa CaCl2 (Kalsium klorida)? Unsur ini dipakai untuk
melelehkan es pada jalan-jalan ketika musim dingin.
Jawaban:
1 mol Ca ↔ 2 mol Cl
……mol Ca ↔ 2,5 mol Cl
1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎
Maka: 2 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑙
x 2,5 mol Cl = 1,25 mol Ca
Latihan: berapa mol atom karbon yang diperlukan untuk bersenyawa dengan
4,87 mol Cl agar membentuk zat C2Cl6?

Contoh 4. Pemakaian hubungan mol dan massa


Berapa gram Ca harus bereaksi dengan 41,5 gram Cl untuk menghasilkan CaCl2?
Jawaban:
1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎
1 mol Cl = 35,5 gram Cl 2 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑙
x 1,17 mol Cl = 0,585 mol Ca...(2)
1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑙
35,5 𝑔 𝐶𝑙
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑙

1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑙
35,5 𝑔 𝐶𝑙
= 41,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝐶𝑙

mol Cl = 1,17 mol Cl …..(1)


maka: 1 mol Ca = 40 gram Ca
1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎
40 𝑔 𝐶𝑎
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑎

1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎 0,585 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎


40 𝑔 𝐶𝑎
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑎

Massa Ca = 23,4 gram Ca


Latihan: hitunglah massa emas dalam 100 gram AuCl3!
Contoh 5. Mengubah gram ke jumlah partikel
Belerang (S) adalah unsur non logam. Adanya sulfur dalam batubara
mengakibatkan terjadinya fenomena hujan asam. Berapakah jumlah atom yang ada
di dalam 16,3 gram S?
Jawaban:
35

1 mol S = 32 gram S 1 mol zat = 6,02 x 1023 partikel


1 𝑚𝑜𝑙 𝑆 𝑚𝑜𝑙 𝑆
32 𝑔 𝑆
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆
maka: jumlah partikel

1 𝑚𝑜𝑙 𝑆 𝑚𝑜𝑙 𝑆
32 𝑔 𝑆
= 16,3 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑆
0,5 mol S = 0,5 x 6,02 x 1023 partikel

mol S = 0,5 mol S ….(1) = 3,01 x 1023 partikel

Latihan:

1. Ada berapa banyak atom yang terdapat dalam 9,6 gram H2SO4?
2. Berapa banyak atom hidrogen yang terdapat di dalam 25,6 gram urea
[(NH4)2CO], yang digunakan sebagai pupuk, makanan hewan, dan dalam
pembuatan polimer? Massa molar (Mr) urea adalah 60,06 gram.

Contoh 6. Mengubah jumlah partikel ke gram


Perak (Ag) adalah logam beharga yang biasanya digunakan untuk perhiasan.
Berapakah massa (dalam gram) satu atom Ag?
Jawaban:
1 mol zat = 6,02 x 1023 partikel 1 mol Ag = 107,9 gram Ag
1 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔 1 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔
6,02 𝑥 1023𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙
= 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝐴𝑔 107,9 𝑔 𝐴𝑔
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑔

1 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔 1 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔 1,66𝑥10−24 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔


6,02 𝑥 1023𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙
= 1 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝐴𝑔 107,9 𝑔 𝐴𝑔
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑔

mol Ag = 1,66 x 10-24 mol…(1) massa Ag = 1,79 x 10-22 gram

Latihan: Ada berapa mol atom kobalt (Co) dalam 6,00 x 109 atom Co?
3.2 Kemolaran
Banyak zat kimia yang terdapat di laboratorium atau dipasaran tidak dalam
keadaan murni, tetapi berupa larutan HCl, H2SO4 dan larutan HNO3. Jumlah mol zat
dalam larutan bergantung pada konsentrasi dan volumenya. Satuan konsentrasi yang
paling umum dipakai adalah: molaritas (M) atau konsentrasi molar.
Molaritas (M) adalah jumlah mol saat zat terlarut dalam larutan dibagi
dengan volume larutan yang ditentukan dalam liter.
Molaritas (M) = 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
36

Jadi, 1,46 molar larutan glukosa (C6H12O6) dituliskan sebagai C6H12O6


1,46M, artinya mengandung 1,46 mol zat terlarut C6H12O6 dalam 1 liter larutan.
Prosedur pembuatan larutan yang konsentrasinya diketahui:
a) Zat terlarut ditimbang dengan tepat, dan dimasukkan kedalam labu takar
b) Air ditambahkan kedalam labu
c) Labu digoyangkan dan diputar untuk melarutkan zat terlarut
d) Setelah itu air ditambah lagi menggunakan pipet tetes dengan berhati-hati,
sehingga volumenya sampai tanda garis yang mengelilingi leher labu tersebut
e) Labu ditutup dan kemudian dikocok agar larutan menjadi homogen

Gambar 3.1 Pembuatan larutan dengan molaritas tertentu

Contoh 1. Perhitungan Molaritas Suatu Larutan


Hitunglah kemolaran 2 gram NaOH dalam 2 liter larutan!
Jawaban:
1 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻
1 mol NaOH = Ar Na + Ar O + Ar H 40 𝑔 𝑁𝑎𝑂𝐻
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻

1 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻


= 23 + 16 + 1 40 𝑔 𝑁𝑎𝑂𝐻
= 2 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝑂𝐻

= 40 gram NaOH … (1) mol NaOH = 0,05 mol NaOH…(2)


Molaritas (M) = 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

= 0,05 𝑚𝑜𝑙
2 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

= 0,025 mol/Liter
= 0,025 M

Latihan: Berapa molaritas 85,0 mL larutan etanol C2H5OH yang mengandung


1,77 gram etanol?
37

Contoh 2. Perhitungan volume suatu larutan yang mengandung sejumlah zat


terlarut yang diketahui

Hitunglah volume larutan dalam mililiter yang dibutuhkan untuk membuat 2,14
gram natrium klorida NaCl dari 0,27 M larutan!

Jawaban:
1 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝐶𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝐶𝑙
1 mol NaCl = Ar Na + Ar Cl 58,5 𝑔 𝑁𝑎𝐶𝑙
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝐶𝑙

1 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝐶𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝐶𝑙


= 23 + 35,5 58,5 𝑔 𝑁𝑎𝐶𝑙
= 2,14 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙

= 58,5 gram NaCl …(1) mol NaCl = 0,04 mol NaCl …(2)

Molaritas (M) = 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

Volume larutan = 𝑚𝑜𝑙𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠


𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

= 0,04 𝑚𝑜𝑙
0,27 𝑀

= 0,15 Liter = 150 mL

Latihan: Hitunglah volume larutan dalam mililiter yang dibutuhkan untuk


membuat 4,30 gram etanol C2H5OH dari 1,50 M!

Contoh 3. Perhitungan jumlah zat terlarut dalam larutan yang diketahui


molaritasnya.

Berapa gram perak nitrat AgNO3 yang dibutuhkan untuk membuat 500 mL larutan
AgNO3 0,3 M?

Jawaban:

Molaritas (M) = 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
1 mol AgNO3 = Ar Ag + ArN + 3 Ar O

Mol AgNO3 = Molaritas x volume larutan = 108 + 14 + 3 (16)

= 0,3 M x 0,5 L = 170 gram AgNO3 …(2)

= 0,15 mol AgNO3 …(1)


38

1 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔𝑁𝑂3


170 𝑔 𝐴𝑔𝑁𝑂3
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑔𝑁𝑂3

1 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔𝑁𝑂3 0,15 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔𝑁𝑂3


170 𝑔 𝐴𝑔𝑁𝑂3
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑔𝑁𝑂3

Massa AgNO3 = 25,5 gram AgNO3

Latihan: berapa gram kalium dikromat K2Cr2O7 yang dibutuhkan untuk


menyiapkan 250 mL larutan yang konsentrasinya 2,16 M?

Pengenceran
Larutan pekat lebih sering disimpan sebagai “stok”. Kita sering
mengencerkan larutan pekat sebelum bekerja. Prosedur untuk penyiapan larutan
yang kurang pekat dari larutan yang lebih pekat disebut pengenceran (dilution).

Pembuatan larutan dengan cara pengenceran:

a. Larutan pekat yang tesedia adalah larutan KMnO4 1,00 M


b. Kita ingin membuat 1 liter larutan KMnO4 0,400 M
c. KMnO4 1 M mengandung 1 mol zat terlarut dalam 1 Liter atau 1000 mL larutan
KMnO4
d. Maka KMnO4 0,4 M mengandung 0,4 mol zat terlarut dalm 400 mL larutan
KMnO4 . (0,4 x 1000 mL = 400 mL)
e. Dengan demikian kita harus mengambil 400 mL larutan KMnO4 1 M dan
mengencerkan sampai 1000 mL dengan menambahkan air.

Dalam proses pengenceran, penambahan lebih banyak pelarut kedalam


larutan “stok” akan mengurangi konsentrasi larutan tanpa mengubah jumlah mol zat
terlarut dalam larutan.

Mol zat terlarut sebelum pengenceran = mol zat terlarut setelah pengenceran

Karena semua berasal dari larutan stok awal, kita dapat menyimpulkan bahwa:
Mawal Vawal = Makhir Vakhir
Dengan:
Mawal dan Makhir adalah konsentrasi
Vawal dan Vakhir adalah volume, satuannya harus sama
39

Mawal > Makhir dan Vakhir > Vawal


Contoh: buatlah 1,5 Liter H2SO4 0,9 M dari larutan H2SO4 pekat (18M)
Jawaban:
Mawal Vawal = Makhir Vakhir
18 M x Vawal = 0,9 M x 1,5 L
Vawal = 0,075 L
Latihan: Berapa banyak air yang harus ditambahkan ke dalam 25,0 mL KOH 0,5
M agar diperoleh konsentrasi 0,35 M?

3.3 Rumus Kimia


Ada 2 jenis rumus yaitu rumus molekul dan rumus empiris.
Rumus Molekul (RM)
Rumus molekul menunjukkan jumlah atom-atom dari setiap unsur di dalam
suatu zat.
Contoh: H2 adalah rumus molekul untuk hidrogen
O2 adalah rumus molekul untuk oksigen
O3 adalah rumus molekul untuk ozon
Rumus Empiris (RE)
Rumus empiris menunjukkan perbandingan bilangan bulat paling
sederhana dari atom-atomnya.
Contoh:
Rumus molekul hidrogen peroksida (H2O2), suatu zat yang digunakan sebagai
zat antiseptik dan zat pemutih tekstil dan rambut. Artinya setiap molekul
hidrogen peroksida terdiri dari 2 atom H dan 2 atom O. perbandingan atom H
dan atom O dalam molekul adalah 2 : 2 atau 1: 1. Sehingga rumus empiris
hidrogen peroksida adalah HO.
Contoh senyawa lain hidrazin (N2H4) yang digunakan sebagai bahan bakar
roket. Perbandingan atom N dan H adalah 2 : 4 atau 1 : 2, sehingga rumus
empiris adalah NH2.
40

Model Molekul

Gambar 3.2 Rumus molekul dan rumus struktur dan model untuk empat
molekul yang umum

Contoh 1: Suatu sampel gas berwarna coklat yang merupakan polutan utama
udara ternyata mengandung 2,34 gram N dan 5,34 gram O. bagaimana rumus paling
sederhana dari senyawa ini?
Jawaban:
1 mol N = 14 gram N 1 mol O = 16 gram O
mol N = 2,3414
𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,167 mol mol O = 5,3416
𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,333 mol
maka Rumus Empiris (RE) : N0,167 O0,333 = NO2
Latihan: Suatu senyawa mengandung 5,2 gram seng, 0,96 gram karbon, dan 3,84
gram oksigen. Tentukan RE senyawa!
Contoh 2: suatu senyawa mengandung 40% karbon, 6,67% hidrogen, dan 53,3%
oksigen. Tentukan rumus empiris senyawa!
Jawaban:
1 mol C = 12 gram C 1 mol H = 1 gram H 1 mol O = 16 gram O
mol C = 40 𝑔𝑟𝑎𝑚
12
mol H = 6,67 𝑔𝑟𝑎𝑚
1
mol O = 53,316
𝑔𝑟𝑎𝑚

= 3,33 mol = 6,67 mol = 3,33 mol


41

Maka RE: C3,33H6,67O3,33 = CH2O


Latihan: Bagaimana rumus empiris suatu senyawa yang terdiri dari 43,7%P, dan
56,3% O?
Contoh 3: Suatu cairan tidak berwarna yang dipakai dalam mesin roket, yang
mempunyai rumus empiris NO2, mempunyai massa molekul (Mr = 92) bagaimana
rumus molekulnya?
Jawaban:

Rumus Molekul = (Rumus Empiris)n n adalah bilangan bulat

Nilai n dapat dihitung menggunakan data Mr zat

Mr rumus molekul = n (Mr rumus empiris)

92 = n {(1 x Ar N) + (2 x Ar O)}
92 = n {(1 x 14) + (2 x 16)}
92 = n {(14) + (32)}
92 = n (46)
n =2
maka RM = (RE)n
= (NO2)2
= N2O4
Latihan: Nikotin mengandung 74,07% C; 17,2% N dan 8,65% H. jika massa
molekul relatifnya 162,2 maka tentukan rumus empiris dan rumus
molekunya!
Contoh 4: 1,025 gram sampel suatau senyawa yang mengandung karbon dan
hidrogen dibakar dengan oksigen menghasilkan karbondioksida dan air. Hasil
ditampung secara terpisah dan ditimbang, ternyata terbentuk 3,007 gram CO2 dan
1,845 gram H2O. Bagaimana rumus empiris senyawa tersebut?
Jawaban:
42

Sampel mengandung atom C dan H, massa nya = 1,025 gram


• Langkah pertama mencari mol atom C
1 mol CO2 = 1 x Ar C + 2 x Ar O massa atom C = 𝐴𝐴𝑟 𝑟𝐶𝑂𝐶 2 x massa CO2

= 1 x 12 + 2 x 16 = 12 𝑔𝑟𝑎𝑚
44 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 3,007 gram

= 44 gram CO2 = 0,82 gram C


1 mol C = 12 gram C mol C = 0,8212
𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,068 mol …..(1)
• Langkah kedua mencari mol atom H
1 mol H2O = 2 x Ar H + 1 x Ar O massa atom H = 𝐴𝐴𝑟 𝑟𝐻𝐻2𝑂 x massa H2O
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 2 x 1 + 1 x 16 = 18 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 1,845 gram
= 18 gram H2O = 0,205 gram H
1 mol H = 1 gram H mol H = 0,2051𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,205 mol …..(2)
Maka RE: C0,068H0,205 = CH3
Latihan: 0,100 gram sampel etil alkohol (alkohol tapai) yang mengandung unsur
karbon, hidrogen dan oksigen dibakar habis dalam oksigen membentuk
CO2 dan H2O. Hasilnya ditampung terpisah dan mengandung berat
0,1910 gram CO2 dan 0,1172 gram H2O. Bagaimana rumus empiris dari
senyawa ini?

3.4 Perhitungan Kimia


Persamaan reaksi dapat diartikan bermacam-macam, sebagai contoh
pembakaran etanol, C2H5OH, alkohol yang dicampur dengan bensin dalam bahan
bakar yang disebut gasohol.
C2H5OH + 3O2 2CO2 + 3H2O
Pada tingkat molekul kita dapat mengandung reaksi tersebut sebagai reaksi
antara molekul-molekul individu.
1 molekul C2H5OH + 3 molekul O2 2 molekul CO2 + 3 molekul H2O
Perbandingan antara atom suatu unsur yang digunakan untuk membentuk
suatu senyawa sama dengan perbandingan jumlah molekul atom yang digunakan.
Perbandingan atom dan perbandingan molekul adalah sama (identik).
43

Perbandingan antara molekul yang bereaksi atau yang terbentuk sama dengan
perbandingan antara mol dari zat tersebut yang bereaksi atau terbentuk.
Jadi pembakaran etanol dapat juga ditulis:
1 mol C2H5OH + 3 mol O2 2 mol CO2 + 3 mol H2O
Artinya: satu molekul C2H5OH membutuhkan tiga kali lebih banyak molekul O2
dan setiap satu molekul C2H5OH yang dipakai terbentuk 2 molekul CO2 dan 3
molekul H2O.
Contoh 1: Menggunakan persamaan reaksi untuk perhitungan jumlah mol yang
ikut dalam reaksi tersebut
Berapa mol oksigen yang dibutuhkan umtuk pembakaran 1,80 mol C2H5OH jika
menggunakan persamaan reaksi ini:
C2H5OH + 3O2 2CO2 + 3H2O
Jawaban:
1 mol C2H5OH 3 mol O2
𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑂2
Maka mol O2 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐶2 𝐻 𝑂𝐻
x jumlah mol C2H5OH
5
3 𝑚𝑜𝑙 𝑂2
= 1 𝑚𝑜𝑙 𝐶2𝐻 𝑂𝐻
x 1,80 mol C2H5OH
5

= 5,4 mol O2
Latihan: Semua logam alkali bereaksi dengan air menghasilkan gas hidrogen dan
hidroksida logam alkali yang bersesuaian. Satu reaksi yang khas adalah
antara litium dan air:
2Li(s) + 2H2O(l) 2LiOH(aq) + H2(g)
Berapa mol H2 akan terbentuk dari reaksi sempurna antara 6,23 mol Li
dengan air?
Contoh 2: Menggunakan persamaan reaksi untuk perhitungan dalam gram
Makanan yang kita makan diuraikan atau dipecah dalam tubuh menghasilkan energi
yang kita perlukan untuk pertumbuhan dan melakukan berbagai fungsi. Persamaan
umum untuk proses yang sangat kompleks ini menggambarkan penguraian glukosa
(C6H12O6) menjadi karbon dioksida, CO2 dan air, H2O.
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O
44

Jika 856 gram C6H12O6 dimakan oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu,
berapa massa CO2 yang dihasilkan?
Jawaban:
• Langkah pertama mencari jumlah mol C6H12O6
1 mol C6H12O6 = 6 x Ar C + 12 x ArH + 6 x ArO
= (6 x 12) + (12 x 1) + (6 x 16
= 180 gram C6H12O6
1 𝑚𝑜𝑙 𝐶6 𝐻12 𝑂6 𝑚𝑜𝑙 𝐶6 𝐻12 𝑂6
180 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝐶6 𝐻12 𝑂6
=
856 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝐶6 𝐻12 𝑂6

mol C6H12O6 = 4,75 mol ………………………………(1)


• Langkah kedua mencari jumlah mol CO2
1mol C6H12O6 6 mol CO2
𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐶𝑂2
Mol CO2 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐶6 𝐻12 𝑂6
x jumlah mol C6H12O6
6 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2
= 1 𝑚𝑜𝑙 𝐶6 𝐻12 𝑂6
x 4,75 mol C6H12O6

= 28,5 mol CO2 ………………………………(2)


• Langkah terakhir mencari jumlah massa CO2
1 mol CO2 = 1 x Ar C + 2 x ArO
= (1 x 12) + (2 x 16)
= 44 gram CO2
1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 28,5 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2
44 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝐶𝑂2
= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑂2

Massa CO2 = 1254 gram CO2


Latihan: Reaksi antara nitrogen oksida (NO) dan oksigen membentuk nitrogen
dioksida (NO2) adalah tahap kunci dalam pembentukan asap kabut
fotokimia:
2NO(g) + O2(g) 2NO2 (g)

Berapa gram NO2 yang terbentuk dari reaksi sempurna 1,44 gram NO?

Contoh 3: Menggunakan persamaan reaksi untuk perhitungan volume suatu zat


2,5 L Ba(NO3)2 2M direaksikan dengan H2SO4 0,5 M dengan persamaan reaksi
setara:
45

Ba(NO3)2 + H2SO4 BaSO4 + 2HNO3


Tentukan volume H2SO4 0,5 M yang diperlukan!
Jawaban:
• Langkah pertama mencari jumlah mol Ba(NO3)2
Molaritas (M) = 𝒎𝒐𝒍 𝒛𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕
𝒍𝒊𝒕𝒆𝒓 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏

mol Ba(NO3)2 = Molaritas x volume larutan


= 2 M x 2,5 L
= 5 mol Ba(NO3)2 ………………….(1)
• Langkah kedua mencari mol H2SO4
1 mol Ba(NO3)2 1 mol H2SO4
𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 H2SO4
Mol H2SO4 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 Ba(NO3)2
x jumlah mol Ba(NO3)2
1 𝑚𝑜𝑙 H2SO4
= 1 𝑚𝑜𝑙 𝐵𝑎(𝑁𝑂3 )2
x 5 mol Ba(NO3)2

= 5 mol H2SO4 ………………………………(2)


• Langkah terakhir mencari volume H2SO4
Molaritas (M) = 𝒎𝒐𝒍 𝒛𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕
𝒍𝒊𝒕𝒆𝒓 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏

Volume H2SO4 = 𝒎𝒐𝒍𝑴𝒐𝒍𝒂𝒓𝒊𝒕𝒂𝒔


𝒛𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕

𝟓 𝒎𝒐𝒍
= = 10 liter
𝟎,𝟓 𝑴

Latihan: Aluminium hidroksida Al(OH)3 salah satu komponen antasida yang ada
dalam Maalox, dapat dibuat dari reaksi aluminium sulfat, Al2(SO4)3
dengan natrium hidroksida, NaOH. Persamaan reaksinya adalah:
Al2(SO4)3(aq) + 6NaOH(aq) 2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
Berapa mililiter larutan NaOH 0,2M yang dibutuhkan untuk direaksikan
dengan 3,5 gram Al2(SO4)3?
SENYAWA HIDRAT (AIR KRISTAL)

Hidrat berarti mengandung air kristal, molekul-molekul zat tersebut bersama-sama


dengan molekul air membentuk kristal. Jadi bisa dikatanya air kristal merupakan
molekul air yang terperangkap dalam suatu struktur kristal.
Contoh:
MgSO4.7H2O = magnesium sulfat heptahidrat
46

MgSO4 = menunjukkan senyawa kristal


Angka 7 = menunjukkan jumlah air kristal
H2O = air kristal

Reaksi pemanasan senyawa hidrat

Contoh lainnya: CuSO4.5H2O ; BaCl2.2H2O ; Na2SO4.5H2O

Contoh soal:
11,6 gram Na2SO4.xH2O dipanaskan sehingga terbentuk 7,1 gram Na2SO4. (Mr
Na2SO4 = 142 dan H2O = 18) tentukan jumlah air kristal yang terkandung dalam
senyawa tersebut dan tuliskanlah rumus molekul senyawa berkristal tersebut!

Jawab:
Massa Na2SO4.xH2O = 11,6 gram
Massa Na2SO4 = 7,1 gram (Mr = 142)
Massa H2O = (11,6 gram – 7,1 gram)
= 4,5 gram (Mr = 18)

Ditanya : x = …?

m 11,6 g
mol Na2 SO4 = = = 0,05 mol
Mr 142 g/mol

𝑚 4,5 𝑔
𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑂 = = = 0,25 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 18 𝑔/𝑚𝑜𝑙

Perbandingan mol Na2SO4 : mol H2O= 1 : x


0,05 : 0,25 =1:x
0,05 x = 0,25
0,25
x = 0,05 = 5
Jadi rumusan senyawa kristal tersebut adalah Na2SO4.5H2O

PEREAKSI PEMBATAS
Dalam reaksi yang pereaksinya non stoikiometri maka kuantitas hasil reaksi
dihitung dari kuantitas stoikiometrik pereaksi yang terkecil. Sebagai contoh:
(1) 5 pria + 7 wanita → 5 pasang
47

(2) 9 pria + 6 wanita → 6 pasang

Pada (1) tersisa 2 wanita, karena tidak ada pasangan dan semua pria habis,
sedangkan pada (2) tersisa 3 pria yang tidak berpasangan. Pada (1) pria dikatakan
sebagai pembatas dan pada (2) wanita dikatakan sebagai pembatas.

Contoh:
500 mL HCl 2,5 M direaksikan dengan 2 L Ba(OH)2 0,2 M. Tentukan:
a. Zat yang berperan sebagai pereaksi pembatas
b. Massa BaCl2 yang terjadi
c. Massa pereaksi yang tersisa
Mr BaCl2 = 208
Mr HCl = 36,5
Jawab:

Mol HCl = V × M = 0,5 L × 2,5 mol/L = 1,25 mol


Mol Ba(OH)2 = V × M = 2 L × 0,2 mol/L = 0,4 mol

2HCl Ba(OH)2 BaCl2 2H2O


+ → +
Awal 1,25 0,4 mol
mol
Bereaksi 0,8 0,4 mol 0,4 mol 0,8 mol
mol
Sisa 0,45 - 0,4 mol 0,8 mol
mol

a. Yang berperan sebagai pereaksi pembatas adalah Ba(OH)2


b. Massa BaCl2 yang terbentuk
𝑔
𝑚 = 𝑚𝑜𝑙 × 𝑀𝑟 = 0,4 𝑚𝑜𝑙 × 208 = 0,832 𝑔
𝑚𝑜𝑙
c. Massa HCl yang bersisa
𝑔
𝑚 = 𝑚𝑜𝑙 × 𝑀𝑟 = 0,45 𝑚𝑜𝑙 × 36,5 = 16,425 𝑔
𝑚𝑜𝑙

C. Rangkuman
Satu mol adalah sejumlah bilangan Avogadro (6,02 x 1023) dari atom, molekul
atau partikel lain. Mol suatu zat kimia dapat ditentukan dari rumus dan massanya.
Penentuannya bergantung pada keadaan zat, apakah padat, cair, gas atau larutan.
48

Konsentrasi larutan adalah sejumlah zat terlarut yang terdapat dalam sejumlah tertentu
larutan. Molaritas menyatakan konsentrasi sebagai jumlah mol zat terlarut dalam 1 L
larutan. Pengenceran adalah proses penambahan pelarut ke dalam suatu larutan, yang
akan mengurangi konsentrasi (molaritas) larutan tanpa mengubah jumlah mol zat
terlarut yang terdapat dalam larutan.
Suatu senyawa mempunyai rumus molekul, rumus empiris dan struktur molekul.
Rumus molekul dapat diketahui jumlah dan jenis atom yang bergabung dalam setiap
molekul senyawa. Rumus empiris menunjukan perbandingan paling sederhana dari
atom-atom di dalam suatu molekul. Menghitung massa zat yang terlibat dalam reaksi
disebut perhitungan kimia, yaitu mencari kesetaraan mol zat tersebut. Jika mol salah
satu zat diketahui maka yang lain dapat dihitung.

D. Tugas
1. Berapa mol asam sulfat H2SO4 yang terdapat dalam 85,3 gram H2SO4? (Ar H = 1,
Ar S = 32, ArO = 16).
2. Misalkan suatu larutan litium karbonat, Li2CO3 suatu obat yang digunakan untuk
mengobati depresi berat, pada labelnya tertulis 0,15 M. (a) berapa mol Li2CO3 yang
terdapat dalam 250 mL larutan?, (b) berapa gram Li2CO3 yang terdapat dalam 630
mL larutan?, (c) berapa mililiter larutan ini dibutuhkan agar diperoleh 0,01 mol
Li2CO3?
3. Alisin adalah senyawa yang menyebabkan bau khas bawang putih. Analisis dari
senyawa ini memberikan persen komposisi massa sebagai berikut C: 44,4%; H:
6,21%; S: 39,5%; O: 9,86%. Hitunglah rumus empirisnya. Jika massa molarnya
(Mr= 162 gram), bagaimana rumus molekulnya?
4. Perhatikan reaksi setara berikut:
6ClO2 + 3H2O 5HClO3 + HCl
a. Berapa mol HClO3 yang dihasilkan dari 14,3 gram ClO2?
b. Berapa gram H2O yang dibutuhkan untuk menghasilkan 5,74 gram HCl?
49

E. Daftar Pustaka
James E. Brady. Tanpa tahun. Kimia Universitas Asas dan Struktur, Jilid 1. Jakarta:
Binapura Aksara.

Raymond Chang. 2005. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti, Jilid 1. Jakarta:


Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.


50

BAB IV
STRUKTUR ATOM

A. Penyajian Materi
4.1 Teori Atom dan Partikel Dasar Atom
Teori Atom Dalton
Semua zat kimia identik oleh partikel terkecil yang disebut atom. Atom
berasal dari bahasa Yunani, atomos (a = tidak, tomos = dibagi). Pada tahun 1807
John Dalton merumuskan pernyataannya yang disebut Teori Atom Dalton:
1. Unsur tersusun atas partikel yang sangat kecil, yang disebut atom. Semua unsur
tertentu adalah identik, yaitu mempunyai ukuran, massa dan sifat kimia yang
sama. Atom satu unsure tertentu berbeda dari atom semua unsur yang lain.
2. Senyawa tersusun atas atom-atom dari dua unsur atau lebih. Dalam setiap
senyawa, perbandingan antara jumlah atom dari setiap dua unsur yang ada bisa
merupakan bilangan bulat dan sederhana.
3. Yang terjadi dalam reaksi kimia hanyalah pemisahan, penggabungan, atau
penyusunan ulang atom-atom; reaksi kimia tidak mengakibatkan penciptaan
atau pemusnahan atom-atom.
Hipotesis pertama menyatakan: atom dari unsur yang satu berbeda dari atom
semua unsur yang lain.
Hipotesis kedua menyatakan: untuk membentuk suatu senyawa, tidak hanya
membutuhkan atom dari unsure-unsur yang sesuai, tetapijuga jumlah
yang spesifik dari atom-atom ini. Gagasan ini merupkan perluasan
Hukum Perbandingan Tetap. Hipotesis, kedua juga mendukung
Hukum Perbandingan Berganda.
Hipotesis ketiga merupakan: cara lain menyatakan Hukum Kekekalan Massa,
maka tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan.
51

Ditinjau dari teori modern terdapat beberapa kelemahan teori atom Dalton,
yaitu:
1. Dalton menyatakan bahwa atom tidak dapat dibagi-bagi. Kini telah dibuktikan
bahwa atom terbentuk dari partikel dasar (yang lebih kecil dari atom), yakni
neutron, proton dan electron.
2. Menurut Dalton, atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Ternyata
dengan reaksi nuklir satu atom dapat diubah menjadi atom unsure lain.
3. Dalton menyatakan bahwa atom suatu unsure sama dalam segala hal. Sekarang
ternyata ada isotop, yaitu atom yang sama tetapi massa yang berbeda.
4. Perbandingan unsur dalam suatu senyawa menurut Dalton adalah bilangan bulat
dan sederhana. Tetapi kini semakin banyak ditemukan senyawa dengan
perbandingan yang tidak sederhana misalnya C18H35O2Na.

Elektron
Salah satu alat digunakan untuk menyelidiki fenomena ini adalah tabung
sinar katoda, tabung ini berupa kaca yang sebagian besar udaranya sudah disedot
keluar. Ketika dua lempeng logam dihubungkan dengan sumber tegangan tinggi,
lempeng yang bermuatan negatif disebut Katoda, memancarkan sinar yang tidak
terlihat. Sinar katoda ini tertarik ke lempeng bermuatan positif, yang disebut
Anoda, dimana sinar itu melalui suatu lubang dan terus merambat menuju ujung
tabung satunya. Ketika sinar ini menumbuk permukaan yang telah dilapisi secara
khusus, sinar katoda tersebut menghasilkan pendaran yang kuat atau cahaya yang
terang. Karena sinar katoda ditarik oleh lempeng yang bermuatan positif dan ditolak
oleh lempeng yang bermuatan negatif, sinar tersebut haruslah terdiri atas partikel-
partikel yang bermuatan negatif. Kita mengenal partikel bermuatan negatif ini
sebagai Elektron.
Gambar 4.1 Tabung sinar katoda. Sinar
mengalir dari katoda (-) ke anoda (+)
52

Sifat sinar katoda:


❖ Secara normal sinar katoda bergerak lurus
❖ Sinar ini mempunyai energy dan bersifat sebagai materi
❖ Dengan menggunakan spektroskopi massa, ternyata partikel ini mempunyai
e/m = -1,76 x 108 C gram-1
❖ Dengan alat tetesan minyak, muatan partikel ini = -1,6 x 10-19C
❖ Dari data ini massa sebuah electron adalah:
𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛
Massa satu elektron = 𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛/𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
−19
−1,6 𝑥 10 𝐶
= −1,76 𝑥 108𝐶 𝑔−1

= 9,11 x 10-28 gram


❖ Sinar katoda merupakan partikel yang paling ringan dan paling kecil.

Teori Atom Thomson


Setelah penemuan electron, maka teori atom Dalton yang menyatakan atom
adalah partikel yang tidak terbagi lagi, tidak dapat diterima lagi. Pada tahun 1900,
J.J.Thomson mengajukan model atom yang menyerupai roti kismis. Menurut
Thomson:
“Atom merupakan bola kecil bermuatan positif dan
dipermukaanya tersebar elektron yang bermuatan
negatif”

Proton
Goldstein pada tahun 1886 membuat alat yang mirip tabung sinar katoda.
Katoda dibuat berlubang dan diletakkan agak ke dalam. Tabung diisi gas hydrogen
bertekanan rendah. Setelah dialirkan listrik menghasilkan dua macam sinar.
Pertama, sinar katoda (electron) yang bergerak dari katoda ke anoda. Kedua, sinar
yang bergerak ke katoda dan sebagian masuk ke dalam lobang (saluran) sehingga
disebut juga sinar saluran.
53

Hasil penyelidikan terhadap sinar saluran:


➢ Diuji dengan medan listrik atau magnet ternyata sinar ini bermuatan positif,
maka disebut juga sinar positif
➢ Jika tabung diisi gas lain seperti He, O dan N menghasilkan sinar positif
yang berbeda. Berarti sinar yang dihasilkan bergantung pada jenis gas dalam
tabung
➢ Nilai e/m sinar berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini berarti sinar
positif mempunyai massa dan muatan tertentu. Massa sinar positif jauh lebih
besar dari pada electron.
➢ Sinar positif yang lebih ringan berasal dari gas hidrogen dan bermuatan
sebesar muatan elektron, tetapi tandanya berlawanan. Partikel ini kemudian
dikenal dengan nama proton, massa proton = 1,67 x 10-24 gram.

Teori Atom Rutherford


Teori atom Thomson tidak menjelaskan kedudukan elektron dalam atom,
hanya menyatakan berada dipermukaan, karena ditarik oleh muatan positifnya.
Akan tetapi mengapa elektron lepas bila diberi energi, seperti tegangan listrik atau
ditabrak partikel lain? Hal ini mendorong para ahli mencari teori atom yang lebih
memuaskan.
Ernest Rutherford dan kawannya melakukan percobaan, yaitu melewatkan
sinar alfa (α) dalam tabung berisi gas. Ternyata sinar bergerak lurus tanpa
dipengaruhi oleh gas. Mereka menduga bahwa molekul gas tidak bermuatan dan
tidak mengubah arah sinar α yang bermuatan positif. Berdasarkan ini, Rutherford
berhipotesis bahwa partikel α dalam padatan akan berubah arah karena dalam atom
terdapat muatan positif. Hipotesis ini, pada tahun 1909, dibuktikan dengan
percobaan oleh Geiger dan Marsden. Mereka menembakkan sinar α pada selempeng
platina tipis. Hasilnya ditangkap dengan layar yang terbuat dari ZnS yang dapat
berfluorensi bila kena sinar α.
54

Hasil pengamatan merumuskan bahwa sinar α yang ditambahkan itu ada


yang tembus, membelok dan memantul. Sinar yang tembus merupakan bagian
terbesar, sedangkan yang membelok sedikit dan memantul sedikit sekali.
Gejala ini dijelaskan oleh Rutherford, bahwa partikel α banyak yang tembus
disebabkan oleh atom yang mengandung banyak ruang hampa. Dipusat atom
terdapat sebuah partikel bermuatan positif yang disebut inti. Sinar α akan membelok
bila mendekati inti, karena saling tolak menolak. Kejadian ini sedikit jumlahnya,
karena ukuran inti atom sangat kecil dibandingkan ukuran ruang hampanya. Jika
ada partikel α yang menabrak inti, maka α akan memantul walaupun tidak 1800.
Tumbukan langsung ini sangat kecil kemungkinannya, maka jumlah α yang
memantul kecil sekali.

Gambar 4.2 (a) rancangan percobaan Rutherford untuk mengukur hamburan


partikel α oleh sepotong lembaran emas. Sebagian besar partikel α
menembus lembaran emas dengan sedikit atau tanpa pembelokkan. Sedikit
partikel dibelokkan dengan sudut yang besar. Kadang-kadang partikel α
dibalikkan. (b) pemandangan yang diperbesar dari partikel α yang
menembus dan dibelokkan oleh inti.

Diluar inti tidak hanya kosong, tetapi terdapat elektron yang berputar
mengelilinginya. Elektron tidak mempengaruhi arah sinar α karena electron amat
kecil dan ringan. Dengan penalaran diatas, Rutherford merumuskan teori atom yang
disebut Model atom Rutherford:
”Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif yang merupakan
terpusatnya massa. Disekitar inti terdapat electron yang bergerak
mengelilinginya dalam ruang hampa”
Salah satu kelemahannya dari teori atom Rutherford adalah tidak
menjelaskan mengapa elektron itu tidak jatuh ke intinya. Menurut hukum fisika
55

klasik, gerakan elektron mengitari inti akan disertai pemancaran energi berupa
radiasi elektromagnet. Jika demikian maka energi elektron akan berkurang sehingga
gerakannya akan melambat. Sementara, jika gerakan elektron melambat, maka
lintasannya akan terbentuk spiral dan akhirnya ia akan jatuh ke inti atom.

Neutron
Neutron ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932. Ketika
Chadwick menembakkan partikel α keselembar tipis berilium, logam tersebut
memancarkan radiasi yang berenergi sangat tinggi. Sinar ini sesungguhnya terdiri
dari partikel netral yang mempunyai massa sedikit lebih besar dari pada massa
proton. Chadwick menamai partikel ini dengan neutron.
Tabel 4.1 Massa dan Muatan Partikel Subatom
Muatan
Partikel Massa (gram)
Coulomb Satuan muatan
Elektron 9,10939 x 10-28 -1,6022 x 10-19 -1
Proton 1,67262 x 10-24 +1,6022 x 10-19 +1
Neutron 1,67493 x 10-24 0 0

Latihan:

1. Terangkan empat kelemahan teori atom Dalton menurut teori modern!


2. Terangkan sifat sinar katoda!
3. Terangkan teori atom Thomson dan kemukakan kelemahannya!
4. Terangkan penjelasan Rutherford terhadap gejala yang tampak pada percobaan
Geiger dan Marsden!
5. Jelaskan teori atom Rutherford beserta kelemahannya!
4.2 Nomor Atom, Nomor Massa dan Isotop
Semua atom dapat diidentifikasi berdasarkan jumlah proton dan neutron
yang dikandungnya. disebut
nomor atom (Z).
Dalam atom netral, Jumlah proton = jumlah elektron.
56

Contoh: nomor atom(Z) nitrogen adalah 7; ini berarti setiap atom N netral
mempunyai 7 proton dan 7 elektron.
Nomor massa (A) adalah

Cara lazim digunakan untuk menandai nomor atom dan nomor massa dari
satu atom untuk unsur X adalah:
𝐴
𝑍𝑋
dengan: A (nomor massa) = Jumlah proton (Z) + jumlah neutron (n)
Z (nomor atom) = jumlah proton
“untuk atom netral jumlah proton = jumlah elektron

disebut isotop.
Contoh:
Terdapat tiga isotop untuk atom hidrogen;
1 2 3
1𝐻 1𝐻 1𝐻

Terdapat dua isotop untuk atom uranium;


235 236
92𝑈 92𝑈

Sifat-sifat kimia suatu unsur ditentukan oleh proton dan elektron atomnya.
Isotop-isotop dari unsur yang sama mempunyai sifat-sifat kimia yang sama,
membentuk jenis senyawa yang sama, dan menunjukkan kereaktifan yang serupa.

Contoh: tentukan jumlah proton, neutron dan electron dalam atom-atom berikut!
197
a. 79𝐴𝑢 b. 32
16𝑆
2−
c. 209
83𝐵𝑖
3+

Jawaban:
197
a. 79𝐴𝑢

Jumlah proton (Z) = 79


Karena atom netral maka, Jumlah elektron = 79
57

A (nomor massa) = Jumlah proton (Z) + jumlah neutron (n), maka jumlah
neutron adalah:
Jumlah neutron(n) = A – Z
= 197 – 79 = 118
32 2−
b. 16𝑆

Jumlah proton (Z) = 16


Karena atom berupa ion maka,
Jumlah elektron = jumlah proton (Z) – jumlah muatan
= 16 – (-2) = 18
artinya atom S menangkap 2 elektron.
A (nomor massa) = Jumlah proton (Z) + jumlah neutron (n), maka jumlah
neutron adalah:
Jumlah neutron(n) = A – Z
= 32 – 16 = 16
209 3+
c. 83𝐵𝑖

Jumlah proton (Z) = 83


Karena atom berupa ion maka,
Jumlah elektron = jumlah proton (Z) – jumlah muatan
= 83 – (+3) = 80
artinya atom Bi melepaskan 3 elektron.
A (nomor massa) = Jumlah proton (Z) + jumlah neutron (n), maka jumlah
neutron adalah:
Jumlah neutron(n) = A – Z
= 209 – 83 = 126

Latihan:

Tentukan jumlah proton, electron dan neutron dari atom-atom berikut!


84
a. 38𝑆𝑟 b. 35
17𝐶𝑙

c. 56
26𝐹𝑒
2+
d. 168𝑂2−
58

4.3 Molekul dan Ion


Molekul
Molekul adalah suatu kumpulan yang terdiri dari sedikitnya dua atom
dalam susunan tertentu yang terikat oleh gaya-gaya kimia (ikatan kimia).
Suatu molekul dapat mengandung atom-atom dari unsur yang sama atau
atom-atom dari dua atau lebih unsur yang bergabung dalam perbandingan
tertentu. Contoh: H2O adalah senyawa molekuler, mengandung atom hydrogen
dan oksigen dengan perbandingan 2 atom H dan 1 atom O.
Molekul tidak bermuatan listrik (netral).
❖ Molekul diatomik
Molekul yang mengandung hanya dua atom. Contoh: H2, N2, O2 serta
unsur-unsur golongan 7A; F2, Cl2, Br2, dan I2. Juga dapat mengandung
atom-atom dari unsur yang berbeda, contoh: HCl dan CO
❖ Molekul poliatomik
Molekul yang mengandung lebih dari dua atom. Contoh: O3 (ozon), H2O
dan NH3 (amonia).
Ion
Ion adalah sebuah atom atau sekelompok atom yang mempunyai
muatan total positif atau negatif.
➢ Kation
Atom netral yang kehilangan satu atau lebih elektronnya, ion dengan
muatan positif.
Contoh: atom Na dapat dengan mudah kehilangan satu elektronnya untuk
menjadi kation Na yang dituliskan dengan Na+

Atom Na Ion Na+


11 proton 11 proton
11 elektron 10 elektron
➢ Anion
59

Atom netral yang mengalami penambahan satu atau lebih electron, ion
dengan muatan total negatif.
Contoh: atom Cl dapat memperoleh tambahan 1 elektron untuk menjadi ion
Cl-.
Atom Cl Ion Cl-
17 proton 17 proton
17 elektron 18 elektron
Logam cenderung membentuk kation dan non logam cenderung
membentuk anion.
✓ Ion Monoatomik
Ion yang mengandung hanya satu atom. Contoh: Na+, Cl-, Fe3+, S2-, N3-,
Mg2+, dll
✓ Ion Poliatomik
Ion yang mengandung lebih dari satu atom. Contoh: NH4+ (ion
amonium), CN- (ion sianida), OH- (ion hidroksida).
4.4 Penamaan Senyawa
Senyawa Ionik
Senyawa yang terbentuk dari kation (ion positif) dan anion (ion negatif).
Semua kation diturunkan dari atom logam, sedangkan anion dari atom non
logam.
Tabel 4.2 Tata Nama “-ida” untuk Beberapa Anion Monoatomik yang Umum
Menurut Letaknya dalam Tabel Periodik
Golongan IV A Golongan VA Golongan VI Golongan VII
C Karbida (C4-) N Nitrida (N3-) O Oksida (O2-) F Fluorida (F-)
Si Silisida (Si4-) P Fosfida (P3-) S Sulfida (S2-) Cl Klorida (Cl-)
Se Selenida (Se2-) Br Bromida (Br-)
Te Telurida (Te2-) I Iodida (I-)
❖ Senyawa Biner
Senyawa yang terbentuk dari hanya dua unsur.
Tata nama penulisan: Unsur pertama kation logam, diikuti anion non logam

Contoh:
60

ZnI2 unsur pertama kation seng, unsur kedua anion iodida maka
nama senyawa adalah: Seng iodida
KBr unsur pertama kation kalium, unsur kedua anion bromida,
maka nama senyawa adalah: Kalium bromida
Al2O3 unsur pertama kation aluminium, unsur kedua anion
oksida, maka nama senyawa adalah: Aluminium oksida
❖ Senyawa Tersier
Senyawa yang tersusun atas tiga unsur.
Tata nama penulisan: Unsur pertama kation logam, diikuti anion non logam

Contoh:
LiOH Litium hidroksida
KCN Kalium sianida
Tabel 4.3 Nama dari Beberapa Kation dan Anion Anorganik yang Umum
Kation Anion Kation Anion
3+ - 2+
Aluminium (Al ) Bromida (Br ) Timah(II) (Sn ) Dihidrogen fosfat
Amonium (NH4+) Karbonat (CO32-) Mangan(II) (Mn2+) (H2PO4-)
Barium (Ba2+) Klorat (ClO3-) Raksa(I) (Hg22+) Hidrogen karbonat
2+ - 2+
Kadmium (Cd ) Klorida (Cl ) Raksa(II) (Hg ) (HCO3-)
2+ 2- 2+
Kalsium (Ca ) Kromat (CrO4 ) Besi(II) (Fe ) Hidrogen fosfat (HPO42-)
Cesium (Cs+) Sianida (CN-) Besi(III) (Fe3+) Hidrogen sulfat (HSO4-)
+ 2- +
Hidrogen (H ) Dikromat (Cr2O7 ) Tembaga(I) (Cu ) Oksida (O2-)
Litium (Li+) Fluorida (F-) Tembaga(II) (Cu2+) Permanganat (MnO4-)
2+ -
Magnesium (Mg ) Hidrida (H ) Kobalt(II) (Co2+) Peroksida (O22-)
+ - 3+
Kalium (K ) Hidroksida (OH ) Krom(III) (Cr ) Fosfat (PO43-)
Perak (Ag+) Iodida (I-) Timbal(II) (Pb2+) Sulfat (SO42-)
+ -
Natrium (Na ) Nitrat (NO3 ) Sulfida (S2-)
Stronsium (Sr2+) Nitrit (NO2-) Sulfit (SO32-)
2+ 3-
Seng (Zn ) Nitrida (N ) Tiosianat (SCN-)
Logam-logam tertentu, khususnya logam transisi dapat membentuk lebih
dari satu jenis kation. Contoh: Fe2+ dan Fe3+. Untuk menunjukkan kation-kation
berbeda dari unsur yang sama dengan menggunakan angka romawi. Angka
romawi I digunakan untuk muatan (+1), II digunakan untuk muatan (+2).

Ay+ + Bx- AxBy


Keterangan: Ay+ : Kation logam
Bx- : Anion non logam
61

Contoh:
FeCl2 Fe2+ (kation logam) dan Cl- (anion non logam) besi memiliki muatan
(+2) maka nama senyawa adalah: Besi(II) klorida
CuCN Cu+ (kation logam) dan CN- (anion non logam) tembaga memiliki
muatan (+1) maka nama senyawa adalah: Tembaga(I) sianida
Latihan:

1. Beri nama senyawa-senyawa ionik berikut:


a. Cu(NO3)2
b. KH2PO4
c. NH4ClO3
2. Tulis rumus kimia untuk senyawa ini:
a. Merkuri(I) nitrit
b. Cesium sulfida
c. Kalsium fosfat
Senyawa Molekuler
Senyawa yang tersusun atas unsur-unsur non logam.
Tata nama penulisannya: nama unsur pertama + unsur kedua + “-ida”

Contoh:
HCl unsur pertama Hidrogen, unsur kedua klorida, maka nama
senyawa adalah: Hidrogen klorida
SiC unsur pertama Silikon, unsur kedua karbida, maka nama
senyawa adalah: Silikon karbida
Sepasang unsur dapat membentuk beberapa senyawa yang berbeda,
sehingga digunakan awalan Yunani untuk menyatakan jumlah atom.

Awalan Yunani:
1= mono 3=tri 5=penta 7=hepta 9=nona
2= di 4=tetra 6=heksa 8=okta 10=deka

Contoh:
CO Karbon monoksida N2O4 Dinitrogen tetroksida
62

CO2 Karbon dioksida


Sebagai pengecualian, awalan Yunani tidak digunakan untuk senyawa
molekuler yang mengandung hidrogen.

Contoh:
B2H6 Diboron PH3 Fosfin
CH4 Metana H2O Air
SiH4 Silan H2S Hidrogen sulfida
NH3 Amonia
Latihan:

1. Beri nama senyawa-senyawa molekuler ini:


a. SiCl4 b. P4O10
2. Tulislah rumus kimia untuk senyawa-senyawa molekuler ini:
a. Karbon disulfida b. Disilikon heksabromida

Asam dan Basa


➢ Penamaan Asam
Asam adalah zat yang menghasilkan ion hydrogen (H+) ketika
dilarukan dalam air.
Rumus asam tersusun atas satu atau lebih atom hydrogen dan sebuah
gugus anion. Anion diakhiri dengan “-ida” mempunyai bentuk asam dengan
nama yang diawali dengan kata “asam” dan diakhiri dengan nama anion
tersebut.
Asam okso adalah asam yang mengandung hydrogen, oksigen, dan
unsur lain. Rumus asam okso biasanya diawali dengan H, diikuti dengan
unsur pusat dan kemudian Oksigen.

Contoh:
HNO3 Asam nitrat H2CO3 Asam karbonat
H2SO4 Asam sulfat HClO3 Asam klorat
63

Tabel 4.4 Beberapa Asam Sederhana


Anion Asam
-
F (Fluorida) HF (Asam fluorida)
Cl- (klorida) HCl (Asam klorida)
Br- (Bromida) HBr (Asam bromida)
I- (Iodida) HI (Asam iodida)
CN- (Sianida) HCN (Asam sianida)
S2- (Sulfida) H2S (Asam sulfida)

Sering kali dua atau lebih asam okso mempunyai atom pusat yang
sama tetapi jumlah atom O yang berbeda. Dimulai dengan asam okso yang
namanya diakhiri dengan “-at”, kita gunakan aturan berikut:
▪ Penambahan satu atom O pada asam “-at”: asamnya disebut “per…-at”.
Contoh: HClO3 (asam klorat), penambahan satu atom O menjadi
HClO4 (asam perklorat)
▪ Pengurangan satu atom O pada asam “-at”: asamnya disebut asam “-it”.
Contoh: HClO3 (asam klorat), pengurangan satu atom O menjadi
HClO2 (asam klorit)
▪ Pengurangan dua atom O pada asam “-at”: asamnya disebut “hipo….it”.
Contoh: HClO3 (asam klorat), pengurangan dua atom O menjadi
HClO (asam hipoklorit)
Tabel 4.5 Nama-nama Anion Okso dan Anion Okso yang Mengandung
Klorin
Asam Anion
HClO4 (asam perklorat) ClO4- (perklorat)
HClO3 (asam klorat) ClO3- (klorat)
HClO2 (asam klorit) ClO2- (klorit)
HClO (asam hipoklorit) ClO- (hipoklorit)
Latihan:

1. Beri nama asam dan anion oksonya (a) H3PO3 dan (b) IO4-
➢ Penamaan Basa
64

Basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) ketika


dilarutkan dalam air.

Contoh:
NaOH Natrium hidroksida
KOH Kalium hidroksida
Ba(OH)2 Barium hidroksida
NH3 (amonia) juga digolongkan sebagai basa, karena jika amonia dilarutkan
dalam air, NH3 bereaksi dengan air menghasilkan ion NH4+ dan OH-.

B. Tugas
1. Berikan nama senyawa-senyawa berikut:
a. Na2CrO4 e. PF5
b. Li2CO3 f. FeO
c. NH4NO2 g. CsClO3
d. NaH h. Na2O
e. Al(OH)3 i. Na2O2
2. Tulislah rumus untuk senyawa-senyawa berikut:
a. Magnesium fosfat f. Iod heptafluorida
b. Kalsium hidrogen fosfat g. Timbal(II) karbonat
c. Perak perklorat h. Timah(II) fluorida
d. Tetrafosfor dekasulfida i. Merkuri(I) iodida
e. Tembaga(I) sianida j. Merkuri(II) oksida

C. Daftar Pustaka
Raymond Chang. 2005. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.


65

BAB V
KONFIGURASI ELEKTRON
A. Penyajian Teori
5.1 Bilangan Kuantum

Bilangan-bilangan kuantum ini disebut bilangan kuantum utama, bilangan


kuantum momentum sudut, dan bilangan kuantum magnetik. Bilangan-bilangan ini
akan digunakan untuk menggambarkan orbital-orbital atom dan menandai elektron-
elektron didalamnya. Bilangan kuantum keempat bilangan kuantum spin,
menggambarkan perilaku elektron tertentu dan gambaran tentang elektron dalam
atom.
Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama (n) bernilai bilangan bulat 1, 2, 3 dst,
menunjukkan tingkat energi orbital. Bilangan kuantum utama berhubungan dengan
jarak rata-rata elektron dari inti dalam orbital tertentu. Semakin besar n, semakin
besar jarak rata-rata elektron dalam orbital tersebut dari inti dan oleh karena itu
semakin besar orbitalnya.
Bilangan Kuantum Momentum Sudut/ Azimut (l)
Bilangan kuantum azimuth (l) menggambarkan bentuk orbital. Nilai l
bergantung pada nilai bilangan kuantum utama (n). untuk nilai n tertentu, l
mempunyai nilai bilangan bulat dari 0 sampai (n – 1).
n = 1; l = 0
n = 2; l = 0, l = 1
n = 3; l = 0, l = 1, l = 2
n = 4; l = 0, l = 1, l = 2, l = 3
Karena bilangan kuantum azimuth (l) ada hubungan dengan bentuk orbital, maka:
Jika l = 0 mempunyai orbital s
l = 1 mempunyai orbital p
l = 2 mempunyai orbital d
l = 3 mempunyai orbital f
66

Contoh:
n = 2, maka l = 0, l = 1. Terdiri atas dua subkulit yaitu subkulit 2s dan 2p,
dimana 2 melambangkan nilai n sedangkan s dan p melambangkan nilai l.
sehingga:
n = 2; l = 0 subkulit 2s
l = 1 subkulit 2p

Bilangan Kuantum Magnetik (ml)


Bilangan kuantum magnetik menggambarkan orientasi orbital dalam ruang.
Didalam satu subkulit, nilai ml bergantung pada nilai bilangan kuantum azimuth l.
Untuk nilai l tertentu, ada (2l + 1) nilai bulat ml.
Bila l = 0, maka ml = 0. Bila l = 1 maka terdapat tiga nilai ml yaitu -1, 0, 1.
Bila l = 2 maka terdapat lima nilai ml yaitu -2, -1, 0, 1, 2. Jumlah ml menunjukkan
jumlah orbital dalam subkulit dengan nilai l tertentu.
Jika l = 0; ml = 0; jumlah orbital 1
0

l = 1; ml = -1, 0, 1; jumlah orbital 3


-1 0 1

l = 2; ml = -2,-1, 0,1,2; jumlah orbital 5


-1 -2 0 1 2

Contoh:
n = 2; l = 0 subkulit 2s; ml = 0; jumlah orbital 1
0

l = 1 subkulit 2p; ml = -1, 0, 1; jumlah orbital 3


-1 0 1

maka satu orbital 2s dan tiga orbital 2p, jadi total orbitalnya adalah empat
orbital.
67

Bilangan Kuantum Spin Elektron (ms)


Elektron dalam orbital tak hanya bergerak disekitar inti, tetapi juga berputar
mengelilingi sumbunya. Arah perputaran ada dua yaitu searah jarum jam dan
berlawanan arah jarum jam. Bilangan kuantum spin (ms) menyatakan arah
perputaran itu yang nilainya -1/2 dan +1/2. Tingkat energi keduanya adalah sama,
tanda negatif atau positif hanya untuk membedakan yang satu dengan yang lain.
Bilangan kuantum spin (ms) menunjukkan bahwa dalam satu orbital hanya
dapat diisi oleh dua elektron. Jumlah elektron tiap kulit (tingkat) = 2n2 sedangkan
jumlah elektron tiap subkulit adalah:
Orbital s, jumlah elektron ada 2 buah
Orbital p, jumlah elektron ada 6 buah
Orbital d, jumlah elektron ada 10 buah
Orbital f, jumlah elektron ada 14 buah

Contoh:
Subkulit 2p terdapat:
n = 2; karena orbital p maka l = 1; ml = -1, 0, 1
-1 0 1

jumlah orbital 6, jumlah elektronya adalah 6 karena masing-masing


orbital diisi 2 elektron, ms = +1/2 ms = -1/2
Tabel 5.1 Hubungan Antara Bilangan Kuantum dan Orbital Atom
n l ml Jumlah Lambang Orbital
Orbital Atom
1 0 0 1 1s
2 0 0 1 2s
1 -1, 0, 1 3 2px, 2py, 2pz
3 0 0 1 3s
1 -1, 0, 1 3 3px, 3py, 3pz
2 -2, -1, 0, 1, 2 5 3dxy, 3dyz, 3dxz
3dx2-y2, 3dz2
68

Latihan:
1. Berikan nilai-nilai n, l, dan ml untuk orbital-orbital pada subkulit 4d!
2. Berapakah jumlah total orbital yang terkait dengan bilangan kuantum n = 3?
3. Elektron dalam atom tertentu berada pada tingkat kuantum n = 2.sebutkan
semua nilai l dan ml electron tersebut!

5.2 Konfigurasi Elektron


Konfigurasi elektron menyatakan bagaimana elektron tersebar diantara
berbagai orbital atom. Pengisian orbital mengikuti orbital yang disebut prinsip
Aufbau.
Prinsip Pengisian Elektron (Prinsip Aufbau)
Menurut prinsip ini, elektron-elektron dalam atom sedapat mungkin
memiliki energi terendah. Oleh sebab itu, pengisian elektron harus dimulai dari
orbital yang rendah menuju ke yang lebih tinggi tingkat energinya. Untuk pengisian
subkulit dalam atom sebagai berikut:
Gambar 5.1 Urutan pengisian subkulit dalam
atom berelektron banyak. Dimulai dengan orbital
1s dan bergerak kebawah mengikuti arah anak
panah. Jadi urutannya adalah sebagai berikut: 1s <
2s < 3s < 3p < 4s < 3d < …..

Jumlah electron dalam atom sama dengan nomor atomnya (Z).

Contoh: 1H (Z = 1) Konfigurasi elektronnya: 1s1


Menyatakan jumlah elektron
dalam orbital atau subkulit

Menyatakan bilangan Menyatakan bilangan


kuantum n kuantum momentum sudut l
69

Konfigurasi electron juga digambarkan dengan diagram orbital yang


menunjukkan spin elektronnya:
1H : 1s1

1s1

Karena nomor atom H atau jumlah electron H adalah 1, maka tanda panah hanya
satu, yang menunjukkan bilangan kuantum spin sm = +1/2. Tanda panah ke atas
menyatakan salah satu dari dua kemungkinan gerak spin elektronnya. Kotaknya
menyatakan orbital atom.

Prinsip Larangan Pauli


Untuk atom berelektron banyak kita menggunakan prinsip Larangan Pauli
untuk menentukan konfigurasi electron. Prinsip ini menyatakan bahwa tidak ada
elektron dalam satu atom yang mempunyai keempat bilangan kuantum yang sama.
Bila dua elektron dalam satu atom mempunyai nilai n, l, dan ml yang sama, maka
kedua elektron tersebut harus mempunyai nilai ms yang berbeda.
Dengan kata lain, hanya dua electron yang dapat menempati orbital atom
yang sama, dan kedua electron tersebut harus mempunyai spin yang berlawanan.

Contoh: 2He (Z = 2). Konfigurasi electron: 1s2


Ada tiga kemungkinan untuk menempatkan dua electron dalam orbital 1s.

1s2 1s2 1s2

(a) (b) (c)

Diagram (a) dan (b) tidak dapat diterima oleh prinsip Larangan Pauli. Pada
diagram (a), kedua electron mempunyai spin ke atas dan keduanya akan memiliki
bilangan kuantum n = 1, l = 0, ml = 0, ms = +1/2. Pada diagram (b), kedua electron
mempunyai spin kebawah dan keduanya akan memiliki bilangan kuantum n = 1, l =
0, ml = 0, ms = -1/2. Hanya diagram (c) yang dapat diterima karena satu electron
mempunyai bilangan kuantum n = 1, l = 0, ml = 0, ms = +1/2 dan satu electron lagi
70

mempunyai bilangan kuantum n = 1, l = 0, ml = 0, ms = -1/2. Jadi atom Helium (He)


mempunyai konfigurasi electron sebagai berikut:
2He: 1s2

1s2

Perhatikan bahwa 1s2 dibaca “1s dua” bukan “1s kuadrat”.

Aturan Hund
Aturan Hund menyatakan bahwa susunan electron yang paling stabil dalam
subkulit adalah susunan dengan jumlah spin parallel terbanyak.
Konfigurasi electron 6C (Z = 6) adalah 1s2 2s2 2p2
1s2 2s2 2px 2py 2pz

Ada tiga cara yang berbeda untuk mendistribusikan dua elektron dalam tiga orbital
p:

2px 2py 2pz 2px 2py 2pz 2px 2py 2pz

(a) (b) (c)

Baik (a) dan (b) spinnya saling meniadakan. Pada (a); kedua elektron berada
pada orbital 2px yang sama, menghasilkan tolakan antar elektron yang lebih besar
dari pada bila dua elektron mengisi dua orbital yang berbeda, misalnya 2px dan 2py.
pada (b); juga lebih membingungkan. Jadi (c) memenuhi kondisi aturan Hund.
Fakta bahwa atom karbon bersifat paramagnetik, dimana masing-masing
mengandung dua elektron takberpasangan, adalah sesuai aturan Hund.
Jadi diagram orbital atom 6C : 1s2 2s2 2p2
1s2 2s2 2p2

Konfigurasi elektron atom 7N (Z= 7) adalah 1s2 2s2 2p3


1s2 2s2 2p3

Sekali lagi aturan Hund menentukan bahwa ketiga elektron 2p mempunyai spin
yang paralel satu sama lain, oleh karena itu atom N bersifat paramagnetik, karena
mengandung tiga elektron takberpasangan.
71

Konfigurasi electron atom 8O (Z = 8) adalah 1s2 2s2 2p4


1s2 2s2 2p4

Atom oksigen bersifat paramagnetik, sebab oksigen mengandung dua electron


takberpasangan.
Konfigurasi electron atom 9F (Z = 9) adalah 1s2 2s2 2p5
1s2 2s2 2p5

Atom fluorin bersifat paramagnetik, dengan satu electron takberpasangan.


Konfigurasi electron atom 10Ne (Z = 10) adalah 1s2 2s2 2p6
1s2 2s2 2p6

Atom Neon bersifat diamagnetik karena semua electron berpasangan.


Tabel 5.2 mencantumkan konfigurasi elektron unsur-unsur dalam keadaan
dasar H (Z= 1) sampai Mt (Z = 109). Konfiurasi elektron semua unsur, kecuali
Hidrogen dan Helium dinyatakan dengan inti gas mulia yang menunjukkan dalam
tanda kurung unsur gas mulia terdekat sebelum unsur yang dimaksud, diikuti
dengan lambang subkulit-subkulit terisi yang paling tinggi energinya dalam kulit
terluar.
Konfigurasi elektron 19K (Z = 19) adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 atau
disingkat dengan [Ar] 4s1. Unsur-unsur dari scandium (Z = 21) sampai tembaga (Z
= 29) adalah logam-logam transisi. Logam transisi mempunyai subkulit 3d yang
tidak terisi penuh atau dengan mudah menghasilkan kation dengan subkulit d yang
tidak terisi penuh.
Konfigurasi electron 24Cr (Z = 24) adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4 ,
konfigurasi seperti ini belum stabil karena subkulit 3d4 belum terisi setengan penuh,
sehingga konfigurasi electron atom 24Cr yang lebih stabil adalah:
24Cr : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5
Setengah penuh Setengah penuh

4s1 3d5
Menurut aturan Hund, diagram orbital untuk atom Cr adalah:
24Cr: [Ar] 4s1 3d5 atom Cr mempunyai 6 elektron
tak berpasangan. 4s1 3d5
72

Tabel 5.2 Konfigurasi Elektron

Konfigurasi electron 29Cu (Z= 29): 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9, konfigurasi ini
belum stabil, sehingga konfigurasi electron yang lebih stabil adalah:
29Cu: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d10 atau [Ar] 4s1 3d10
4s1 3d10
73

Gambar 5.2 mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan jenis subkulit yang


ditempati elektron terluarnya.

Gambar 5.2 Klasifikasi golongan unsur-unsur dalam tabel periodik menurut jenis
subkulit terluar yang terisi dengan elektron

B. Tugas
1. Tulislah konfigurasi electron dari 23V, 28Ni, 33As, 30Zn!
2. Tulislah konfigurasi 12Mg, 12Mg2+, 26Fe, 26Fe3+!

C. Daftar Pustaka
Raymond Chang. 2005. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.


74

BAB VI
SISTEM PERIODIK

A. Penyajian Materi

6.1 Perkembangan Sistem Periodik


Sistem Periodik Mendeleev
Dmitri Mendeleev seorang ahli kimia Rusia dan Lothar Meyer ahli kimia
Jerman hampir secara bersamaan mengembangkan tabel periodik berdasarkan
kenaikan massa atom. Dalam penelitiannya, Mendeleev menyusun seperangkat
kartu, setiap kartu berisi atom dan sifat-sifat kimianya. Kartu disusun secara
berurutan menurut kenaikan massa atom dan sifat kimianya. Beritkut tabel periodik
Mendeleev.
Tabel 6.1 Sistem Periodik Mendeleev
Gol I Gol II Gol III Gol IV Gol V Gol VI Gol VII Gol VIII
1 H1
2 Li 7 Be 9,4 B 11 C12 N 14 O16 F 19
3 Na 23 Mg 24 Al 27,3 Si 28 P 31 S 32 Cl 35,5
4 K 39 Ca 40 44 Ti 48 V 51 Cr 52 Mn 55 Fe 56, Co 59
Ni 59, Cu 63
5 (Cu 63) Zn 65 68 72 As 75 Se 78 Br 80
6 Rb 85 Sr 87 ?Yt 88 Zr 90 Nb 94 Mo 96 100 Ru 104, Rh 104
Pd 105, Ag 100
7 (Ag 108) Cd 412 Ln 113 Sn 118 Sb 122 Te 128 I 127
8 Cs 133 Ba 137 ?Di 138 ?Ce 140 - - - - -
- -
9 - - - - - - - -
10 - - ?Er 178 ?La 180 Ta 182 W 184 - Os 195, Ir 197
Pt 198, Au 199
11 (Au 199) Hg 200 Tl 204 Pb 207 Bi 208 -
12 - - - Th 231 - U 240 -

Mendeleev membagi atom atas 8 golongan dan 12 periode, sehingga unsur


dalam satu golongan mempunyai kemiripan sifat dan dalam satu periode disusun
berdasarkan kenaikan massa atomnya. Mendeleev mengosongkan beberapa tempat,
hal ini dilakukan untuk menetapkan kemiripan sifat dalam golongan. Contoh:
Mendeleev menetapkan Ti (Ar = 48) pada golongan IV dan membiarkan golongan
75

III kosong, karena Ti lebih mirip dengan C dan Si, dari pada B dan Al. Mendeleev
juga dapat meramalkan sifat atom yang belum dikenal seperti ekasilikon.

Tabel 6.2 Sifat eka-silikon yang diramal Mendeleev dibandingkan germanium


Sifat eka-silicon germanium
Massa atom relatif 72 72,32
Rapat massa 5,5 5,47
Volume atom 13 13,22
Valensi 4 4
Kalor jenis 0,073 0,076
Rapat jenis dioksida 4,7 4,703
Titik didih tetrakhlorida (°C) <100 86

Kelebihan system periodik Mendeleev adalah:

❖ Sifat kimia dan fisika unsure dalam satu golongan mirip dan berubah secara
teratur
❖ Valensi tertinggi suatu unsur sama dengan golongannya
❖ Dapat meramalkan sifat unsur yang belum ditemukan waktu itu dan telah
mempunyai tempat yang kosong

Kelemahan dari sistem periodik Mendeleev adalah masih terdapat atom-


atom yang massanya lebih besar letaknya di depan atom yang massanya lebih kecil,
contoh: Telurium (Te) = 128 terletak pada golongan VI sebelum Iodin (I) = 127
yang terletak pada golongan VII. Hal ini dikarenakan atom yang mempunyai
kemirpan sifat diletakkan dalam satu golongan.

Sistem Periodik Mendeleev versi Modern

Moseley (1915) memperbaiki susunan sistem periodik Mendeleev. Moseley


berhasil menemukan nomor atom, sehingga disusun sistem periodik baru yang
didasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat unsur. Sistem ini disebut
sistem periodik Mendeleev versi modern. Dalam sistem ini, unsur dibagi atas 8
golongan dan 7 perioda. Perioda ada yang pendek (1, 2, 3) dan yang panjang (4, 5,
6, dan 7). Disamping itu, juga dikenal golongan Lantanida dan Aktinida.
76

Sistem Periodik Modern

Sistem periodik yang dipakai sekarang adalah sistem periodik modern


(sistem periodik panjang), disusun berdasarkan kenaikan nomor atom mengikuti
aturan Aufbau. Letak atom ditentukan oleh orbital yang terisi paling akhir. Karena
ada empat macam orbital, maka ada empat blok atom, yaitu blok s, p, d, dan f.
Blok s : atom-atom yang elektron terluarnya mengisi orbital s. Dalam susunan
berkala atom-atom yang elektron terluarnya mengisi orbital s adalah atom-
atom golongan IA dan IIA.
Blok p : atom-atom yang elektron terluarnya mengisi orbital p. Dalam susunan
berkala atom-atom yang elektron terluarnya mengisi orbital p adalah atom-
atom golongan IIIA sampai golongan VIIIA.
Blok d : atom-atom yang elektron terluarnya mengisi orbital d. Dalam susunan
berkala atom-atom yang elektron terluarnya mengisi orbital d adalah atom-
atom golongan transisi IB sampai golongan VIIB ditambah golongan VIIIB.
Blok f : atom-atom yang elektron terluarnya mengisi orbital f. atom-atom blok f ini
meliputi atom-atom Lantanida dan aktinida.

Gambar 6.1 Sistem Periodik Modern


77

6.2 Penggolongan Periodik Unsur-Unsur


Menurut jenis subkulit yang terisi, unsur-unsur dapat dibagi menjadi
beberapa golongan unsur utama, gas mulia, unsur transisi (logam transisi), lantanida
dan aktinida. Menurut Gambar 6.2 unsur-unsur utama (golongan utama) adalah
unsur-unsur dalam Golongan 1A hingga 7A, yang semuanya memliki subkulit s
atau p dengan bilangan kuantum utama tertinggi yang belum terisi penuh.
Dengan pengecualian pada Helium, seluruh gas mulia (unsur-unsur
golongan 8A) mempunyai subkulit p yang terisi penuh (konfigurasi elektronnya
adalah 1s2 untuk Helium dan ns2 np6 untuk gas mulia yang lain, dimana n adalah
bilangan kuantum utama untuk kulit terluar). Logam transisi adalah unsur-unsur
dalam Golongan 1B dan 3B hingga 8B, yang mempunyai subkulit d yang tidak
terisi penuh atau mudah menghasilkan kation dengan subkulit d yang tak terisi
penuh. Lantanida dan aktinida disebut unsur transisi blok f karena kedua golongan
ini memiliki subkulit f yang tidak terisi penuh.

Gambar 6.2 Konfigurasi elektron pada keadaan dasar. Agar sederhana, hanya
ditampilkan konfigurasi kulit terluar.
78

Berdasarkan sifat kelogaman, unsur dapat dibagi tiga, yaitu:


❖ Logam
❖ Bukan logam
❖ Metalloid (semi logam)
Yang termasuk logam adalah unsur blok s (kecuali H), blok d, blok f dan
sebagian blok p (bagian kiri bawah). Unsur bukan logam adalah sebagian blok p,
yaitu bagian kanan atas, sedangkan unsur metaloid terletak pada blok p yaitu antara
logam dan bukan logam. Yang termasuk unsur metaloid adalah B, Al, Si, Ge, As,
Sb, dan Te.

Menetukan Golongan dan Perioda Unsur


Sistem periodik modern disusun berdasarkan konfigurasi elektron.
Konfigurasi elektron dapat dibuat jika nomor atom suatu unsur diketahui. Jadi, letak
suatu unsur dalam sistem periodik dapat dicari dari nomor atomnya. Dari
konfigurasi elektron dapat dihitung jumlah elektron kulit terluar atau elektron
valensinya.
Jika elektron terakhir (electron valensi) pada orbital s atau p maka unsure
termasuk golongan utama (golongan A).

Contoh:
7X : 1s2 2s2 2p3 Golongan VA
11Y : 1s2 2s2 2p6 3s1 Golongan IA

Unsur elektron terakhir (elektron valensi) pada orbital d termasuk golongan


transisi.

Contoh:
24P : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4 Golongan VIB
47Q : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d9 konfigurasi elektron menjadi:

1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s1 4d10 Golongan IB

Periode unsur dapat ditentukan dari bilangan kuantum (n) yang terbesar atau
n kulit terluarnya. Dengan demikian, perioda keempat unsur di atas adalah:
79

7X : 1s2 2s2 2p3 Periode 2 karena n terbesar 2, yaitu 2s2 atau 2p3
11Y : 1s2 2s2 2p6 3s1 Periode 2 karena n terbesar 3, yaitu 3s1

24P : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4 Periode 4 karena n terbesar 4, yaitu 4s2

47Q : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s1 4d10 Periode 5 karena n terbesar
5, yaitu 5s1

Latihan:
1. Apa dasar pengelompokkan sistem periodik Mendeleev?
2. Sebutkan kelebihan dan kekurangan sistem periodik Mendeleev!
3. Apakah perbedaan sistem periodik Mendeleev dengan sistem periodik
Mendeleev versi modern?
4. Apakah dasar sistem periodik modern?
5. Apakah yang dimaksud dengan golongan utama dan transisi?
6. Tentukan golongan dan perioda unsure yang mempunyai konfigurasi electron:
a. 1s2 2s1 c. 1s2 2s2 2p6 3s2
b. 1s2 2s2 2p4 d. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d3
7. Tentukan golongan dan perioda unsure yang bernomor atom:
a. 12 c. 34
b. 27 d. 59
6.3 Sifat Periodik Unsur
Jari-Jari Atom
Perbedaan inti dan jumlah electron akan mengakibatkan ukuran atom suatu
unsure berbeda dari atom lain. Ukuran itu dinyatakan dengan jari-jari atom.

Contoh klor, jari-jari dihitung dari panjang ikatan molekul Cl2 (Cl – Cl).
Panjangnya 1,98 A0, maka jari-jari atom klor adalah setengahnya, yaitu 0,99A0.
Atom dapat menjadi ion positif atau ion negatif. Ion positif terjadi bila atom
kehilangan elektron, maka jari-jari ion positif lebih kecil dari atomnya (Gambar
6.3).
80

Gambar 6.3 Jari-jari Na (154pm) dan ion Na+ (95pm)


Ion negatif terbentuk bila atom menerima electron, maka jari-jari ion
negatif lebih besar dari atomnya (Gambar 6.4).

Gambar 6.4 Jari-jari Cl (99pm) dan Cl- (181)

Jari-jari atom beberapa unsur dapat dilihat pada Gambar 6.5. unsur golongan
utama mempunyai satu jenis ion yang stabil, sedangkan golongan transisi
mempunyai dua atau lebih ion yang stabil.

Gambar 6.5 Jari-jari atom (dalam pikometer) unsure golongan utama


81

Unsur dalam satu periode, mempunyai kulit yang sama, tetapi nomor atom
bertambah dari kiri ke kanan, sehingga daya tarik inti pada kulit terluar makin
besar dari kiri ke kanan. Contoh: atom Na dan Mg mempunyai nomor atom
masing-masing 11 dan 12. Daya tarik inti Na lebih kecil dari pada inti Mg terhadap
elektron kulit terluarnya (Gambar 6.6). Akibatnya, jari-jari atom Na (1,90) lebih
besar dari Mg (1,60).
Dalam satu golongan, unsur mempunyai elektron valensi sama, tetapi
jumlah kulitnya bertambah dari atas ke bawah. Akibatnya, jari-jari atom bertambah
dari atas ke bawah, contohnya Na (1,90) dan K (2,35) (Gambar 6.7). dengan
demikian dapat disimpulkan:
Dalam satu perioda, jari-jari berkurang dari kiri ke kanan
Dalam satu golongan, jari-jari bertambah dari atas ke bawah

Gambar 6.6 Daya Tarik inti terhadap elektron terluar atom Na dan Mg

Gambar 6.7 Jari-jari Na lebih kecil dari pada jari-jari K karena kulit K lebih banyak
dari pada Na
latihan:
Tentukanlah urutan unsur dibawah ini berdasarkan kenaikan jari-jari atomnya.
a. 16S, 8O, 52Te c. 38Sr, 12Mg, 4Be
b. 7N, 6C, 5B d. 14Si, 13Al, 11Na
82

Energi Ionisasi
Elektron suatu atom dapt lepas dari tarikan dan meninggalkan atom sehingga
membentuk ion positif, contoh:
Na(g) Na+(g) + e-
Proses ini disebut ionisasi (pembentukan ion).
Energi ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk
melepaskan satu elektron dari atom berwujud gas pada keadaan
dasarnya.
Makin besar energi ionisasi, makin sukar untuk melepaskan elektronnya.
Jumlah electron yang lepas dari suatu atom mungkin satu, dua atau tiga,
bergantung pada atom dan energy yang diberikan. Energi untuk melepaskan satu
elektron pertama disebut energi ionisasi pertama (I1), kedua disebut energi ionisasi
kedua (I2), ketiga disebut energi ionisasi ketiga (I3), contohnya atom Aluminium
seperti gambar 6.8.
Al(g) Al+(g) + e- ∆H = 577,4 kJ mol-1 (I1)
Al+(g) Al2+(g) + e- ∆H = 816 kJ mol-1 (I2)
Al2+(g) Al3+(g) + e- ∆H = 2744 kJ mol-1 (I3)
Oleh karena itu, untuk unsur yang sama, energi ionisasi selalu bertambah
sesuai dengan urutan berikut:
I1 < I2 < I3

Gambar 6.8 Ionisasi Aluminium


Berarti setelah satu electron keluar dari atom, daya tarik inti terhadap
electron yang tinggal menjadi besar, karena jari-jari,
rA > rA+ > rA2+ > ….
83

Pengecilan jari-jari terjadi karena elektron saling tolak menolak, dan bila
satu elektron keluar maka daya tolaknya menjadi lebih kecil, sehingga terjadi
pengerutan seperti Al menjadi Al+. pengecilan juga terjadi bila setelah elektron
keluar mengakibatkan jumlah kulit berkurang, seperti Na menjadi Na+ (Gambar
6.9).

Gambar 6.9 Ionisasi Natrium (Na)


Tabel 6.3 mencantumkan energi ionisasi untuk 20 unsur pertama yang
dinyatakan dalam kilojoule per mol (kJ/mol), yaitu jumlah energy dalam kilojoule
yang diperlukan untuk melepaskan 1 mol elektron dari 1 mol atom (ion) dalam
keadaan gas. Energi yang diserap oleh atom (atau ion) dalam proses ionisasi
mempunyai nilai positif.
Tabel 6.3 Energi Ionisasi (kJ/mol) untuk 20 Unsur Pertama
Unsur Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima Keenam
84

Nilai energi ionisasi unsur ternyata:


Dalam satu perioda, energi ionisasi pertama bertambah dari kiri ke
kanan
Dalam satu golongan, energi ionisasi pertama bertambah dari bawah ke
atas

Bila jarak makin kecil maka daya tarik makin besar. Akibatnya energy
ionisasi makin besar. Sebaliknya, bila jarak makin besar maka daya tarik makin
kecil. Dalam satu perioda, jari-jari berkurang dari kiri ke kanan, sehingga energy
ionisasi pertama bertambah dari kiri ke kanan. Sedangkan dalam satu golongan,
energi ionisasi pertamanya akan bertambah dari bawah ke atas, karena jari-jari
atomnya makin kecil.

Latihan:
Tentukanlah urutan unsur di bawah ini berdasarkan kenaikan energy ionisasinya:
a. Sr, Ba, Mg, Ca
b. Ca, K, Ge, Ga
Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah energi yang dilepaskan oleh suatu atom (dalam
wujud gas) ketika menangkap satu elektron membentuk ion negatif. Karena energi
dilepas, maka harga afinitas elektron diberi tanda minus.

Cl(g) + e¯ → Cl¯(g) (∆H=-348kj)

Unsur golongan utama memiliki afinitas elektron bertanda negatif, kecuali


golongan IIA dan VIIIA. Afinitas elektron terbesar dimiliki golongan VIIA.
85

Semakin besar energy yang dilepas, ion negatif yang terbentuk semakin stabil.
Atom golongan IIA dan VIIIA tidak membentuk ion negative yang stabil. Harga
afinitas elektronnya positif.
Tabel Perkiraan perubahan entalpi untuk atom atau anion

Dari tabel diatas dapat disimpulkan:


S(g) + e- S-(g) ∆EAH = -201
S-(g) + e- S2-(g) ∆EAH = + 640
Atom S yang menerima satu electron menghasilkan anion S- membebaskan
energy sebesar 201, sedangkan anion S- menerima satu electron menghasilkan anion
S2- membutuhkan energy sebesar 640, ini disebabkan karena adanya gaya tolak
menolak dari muatannya yang sama.

Kecenderungan afinitas elektron


86

a. Dalam satu golongan afinitas elektron dari atas ke bawah makin kecil, karena
jari-jari atom bertambah besar. Meskipun jumlah muatan positif dalam inti
bertambah tetapi gaya tarik inti terhadap elektron terluar makin lemah.
b. Dalam satu periode afinitas elektron dari kiri ke kanan makin besar, karena jari-
jari atom berkurang, sehingga gaya tarik inti terhadap elektron makin kuat.

Latihan:
Tentukanlah urutan unsure di bawah ini berdasarkan kenaikan afinitas
elektronnya:
a. Na, Al, Mg
b. S, O, Se
B. Daftar Pustaka
Raymond Chang. 2005. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.


87

BAB VII
IKATAN KIMIA I

A. Penyajian Materi
7.1 Lambang Titik Lewis
Konfigurasi elektron memberikan landasan untuk pembentukan molekul dan
senyawa. Gilbert Lewis menyatakan bahwa atom bergabung untuk mencapai
konfigurasi elektron yang stabil, yang dicapai jika konfigurasi elektron sama dengan
konfigurasi elektron gas mulia. Atom berinteraksi membentuk ikatan kimia hanya
dengan elektron valensi. Sistem titik yang disusun oleh Lewis digunakan untuk
menggambarkan elektron valensi dari atom-atom yang terlibat dalam pembentukan
ikatan kimia.
Lambang Lewis terdiri dari lambang unsur dan titik-titk yang setiap titiknya
menggambarkan setiap elektron valensi dari atom-atom unsur. Lambang titik
Lewis untuk beberapa unsur dan gas mulia diperlihatkan pada Gambar 7.1. jumlah
elektron valensi dalam setiap atom, kecuali Helium, sama dengan nomor golongan
dari unsur tersebut. Contoh: atom Li termasuk golongan IA dan memiliki 1 elektron
valensi yang digambarkan dengan satu titik; atom Be unsur golongan IIA memiliki
2 elektron valensi (dua titik) dst.

Gambar 7.1 Lambang titik Lewis untuk unsur golongan utama dan gas mulia.
Jumlah titik berkaitan dengan jumlah ikatan yang dapat dibentuk oleh atom.
88

7.2 Ikatan Kovalen


Ikatan Kovalen adalah ikatan yang terbentuk dari pemakaian bersama
sepasang electron atau lebih. Senyawa kovalen adalah senyawa yang hanya
mengandung ikatan kovalen.
Ikatan kovalen dalam atom-atom berelektron banyak hanya melibatkan
electron valensi. Contoh: ikatan pada molekul fluorin, F2 ( 9F Z= 9). Konfigurasi
electron F adalah 1s2 2s2 2p5. Electron pada orbital 1s tidak terlibat dalam
pembentukan ikatan karena tingkat energinya rendah, maka electron valensi yang
dimiliki F (electron pada orbital 2s dan 2p) artinya F mempunyai 7 elektron valensi
sehingga mempunyai 7 titik. Sesuai dengan letak golongan atom F berada pada
golongan VIIA. Ada satu electron yang tidak berpasangan, sehingga pembentukan
molekul F2 adalah:

Perhatikan hanya dua elektron valensi yang terlibat dalam pembentukan F2.
Pasangan elektron valensi yang tidak terlibat dalam pembentukan ikatan kovalen
disebut pasangan elektron bebas.

Pasangan elektron bebas Pasangan elektron bebas

Struktur yang digunakan untuk menggambarkan senyawa kovalen F2 disebut


struktur Lewis. Struktur lewis adalah penggambaran ikatan kovalen yang
menggunakan lambang titik Lewis di mana pasangan elektron ikatan dinyatakan
dengan satu garis atau sepasang titik yang diletakkan di antara kedua atom, dan
pasangan elektron bebas dinyatakan dengan titik-titk pada masing-masing atom.

Catatan:: hanya elektron valensi yang ditunjukkan pada struktur Lewis.

Atom-atom dapat membentuk berbagai jenis ikatan kovalen yang berbeda.


Dua atom yang berikatan melalui sepasang electron disebut ikatan tunggal. Dalam
beberapa senyawa, atom-atom berikatan dengan ikatan rangkap, yaitu ikatan yang
terbentuk jika dua atom menggunakan dua atau lebih pasangan electron secara
bersama-sama. Ikatan antara dua atom yang menggunakan bersama dua pasang
89

electron disebut ikatan rangkap dua. Contoh: ikatan rangkap dua terdapat dalam
molekul karbon dioksida (CO2) dan etilena (C2H4):

Ikatan rangkap tiga terbentuk jika dua atom menggunakan bersama tiga
pasang electron, seperti dalam molekul N2:

Molekul asetilena (C2H2) juga mengandung ikatan rangkap tiga, yaitu pada
ikatan antara dua atom karbon:

7.3 Penulisan Rumus Lewis


rumus Lewis menggunakan titik cukup sulit untuk senyawa-senyawa beratom
banyak (poliatom), tetapi dapat disederhanakn dengan cara garis. Dalam cara ini, dua
(sepasang) electron dilambangkan dengan satu garis (-), sehingga atom dalam senyawa
harus mempunyai empat garis, kecuali H satu garis. Langkah-langkah cara ini sebagai
berikut:
a. Jumlahkan semua electron valensi atom dalam senyawa
b. Tentukan jumlah garis dengan membagi dua jumlah electron itu
c. Letakkan atom-atom secara berdekatan sesuai dengan struktur molekulnya
d. Beri garis tiap atom sehingga jumlah masing-masing empat, dan jika perlu beri dua
atau tiga garis antara dua atom
e. Jumlah semua garis harus sesuai dengan yang dihitung pada b.
90

Contoh:
Tentukan rumus Lewis senyawa di bawah ini:
a. NCl3

b. SO2

c. H2SO4

7.4 Muatan Formal


Muatan formal suatu atom adalah jumlah elektron valensi dalam atom bebas
dikurangi dengan jumlah elektron yang dimiliki oleh atom tersebut di dalam struktur
Lewis.
Untuk menentukan jumlah electron atom dalam struktur Lewis, kita gunakan
aturan berikut:
Semua electron nonikatan dalam atom tersebut dinyatakan milik atom itu
Kita membagi ikatan antara atom tersebut dengan atom lain dan menyatakan
separuh electron ikatannya sebagai milik atom tersebut
91

Contoh1 : molekul ozon (O3), struktur Lewis untuk O3

Muatan formal pada setiap atom dalam O3 dapat dihitung dengan menurut
skema berikut:

Elektron valensi 6 6 6
Elektron yang dinyatakan “milik” atom 6 5 7
Selisihnya (muatan formal) 0 1 -1

Contoh 2 : tulislah muatan formal pada ion karbonat

Muatan formal pada setiap atom dapat dihitung dengan menggunakan prosedur
yang telah diberikan.
Muatan formal Atom C: 4 – 4 = 0
Muatan formal Atom O pada C=O : 6 – 6 = 0
Muatan formal Atom O pada C – O : 6 – 7 = -1
Muatan formal Atom O pada C – O : 6 – 7 = -1
Latihan:
Tulislah muatan formal dari ion nitrit (NO2-).

7.5 Konsep Resonansi


Struktur Resonansi adalah salah satu dari dua atau lebih struktur Lewis untuk
satu molekul yang tidak dapat dinyatakan secara tepat dengan hanya menggunakan
satu struktur Lewis.
Contoh struktur Lewis Ozon (O3):

Berdasarkan struktur di atas, ikatan O – O dalam O3 diperkirakan akan lebih


panjang dari pada ikatan O══O, karena ikatan rangkap dua telah diketahui lebih
pendek dibandingkan ikatan tunggal. Tetapi data percobaan menunjukkan bahwa
92

panjang kedua ikatan oksigen dengan oksigen adalah sama panjang (128 pm). Masalah
ini diatasi dengan menggunakan kedua struktur Lewis untuk menyatakan molekul ozon:

Kedua struktur itu masing-masing disebut sebagai struktur resonansi. Tanda


panah dua arah menyatakan bahwa struktur-struktur yang diberikan merupakan struktur
resonansi. Istilah Resonansi berarti penggunaan dua atau lebih struktur Lewis untuk
menggambarkan molekul tertentu.
Contoh lain dari resonansi adalah ion karbonat:

Latihan:
Tulislah struktur resonansi dari:
a. CO2
b. NO2-

7.6 Teori Tolakan Pasangan Elektron Valensi


Setelah Lewis berhasil menggambarkan electron valensi dalam senyawa
kovalen, timbul upaya untuk meramalkan struktur molekul senyawa ini. Struktur
senyawa kovalen sangat ditentukan oleh bentuk electron valensi atom pusatnya. Bentuk
itu dipengaruhi oleh jumlah pasangan elektronnya, baik yang terikat maupun yang
bebas.
Menurut Gillespie dan Nyholm, pasangan electron valensi atom mempunyai
gaya tolak menolak (Gaya Coulomb) karena electron bermuatan negatif. Berdasarkan
itu, mereka mengemukakan suatu gagasan yang disebut teori tolakan pasangan electron
valensi (VSEPR= valence shell electron repulsion). Karena tolakan, pasangan akan
menempati ruang sesuai dengan jenisnya, apakah pasangan bebas, atau pasangan terikat
dalam bentuk ikatan tunggal, rangkap dua, atau rangkap tiga. Contohnya SO2:
93

Dalam SO2, atom pusat S mempunyai sepasang electron bebas, sepasang


electron dalam ikatan tunggal dan dua pasang dalam ikatan rangkap dua. Jumlah atom
atau substituent yang terikat pada atom pusat disebut bilangan koordinasi (BK). Jadi,
atom S mempunyai BK = 2 dan satu pasangan bebas (PB).

BK = 3 BK = 5
PB = 1 PB = 0

Dari jumlah BK dan PB atom pusat dapat diramalkan struktur molekul senyawa
dengan teori VSEPR, berdasarkan aturan:
Pasangan electron cenderung meminimumkan gaya tolakan sesamanya. Atom
pusat yang tidak mempunyai pasangan bebas (PB) mempunyai bentuk ideal
sesuai dengan BK-nya (Tabel 7.1)
❖ BK dua adalah liniear
❖ BK tiga adalah segitiga
❖ BK empat adalah tetrahedron
❖ BK lima adalah trigonal bipiramid
❖ BK enam adalah oktahedron

Langkah-langkah dalam meramalkan struktur molekul adalah:


Menuliskan rumus Lewis molekul
Mengjitung jumlah BK dan PB atom pusat dan jumlah ini disebut kelompok
pasangan
Menentukan tipe senyawa sesuai dengan kelompok pasangan (sesuai aturan
pada Tabel 7.1)
94

Tabel 7.1 Susunan Pasangan Elektron disekitar Atom Pusat (A) dalam suatu Molekul
dan Geometri Beberapa Molekul dan Ion Sederhana yang Atom Pusatnya
tidak Memliki Pasangan Elektron Bebas
Jumlah Pasangan Susunan Pasangan Geometri Contoh
Elektron electron Molekul
95

Molekul yang Atom Pusatnya Tidak Memiliki Pasangan Elektron Bebas


AB2 ; Berilium klorida (BeCl2)
BK = 2, PB = 0 berstruktur Liniear

AB3 ; Boron trifluorida (BF3)


BK = 3, PB = 0 berstruktur trigonal planar/segitiga datar

AB4 ; Metana (CH4)


BK = 4, PB = 0 berstruktur tetrahedral

AB5 ; Fosfro pentaklorida (PCl5)


BK = 5, PB = 0 berstruktur segitiga bipiramida

AB6 ; Belerang heksafluorida (SF6)


BK = 6, PB = 0 berstruktur segitiga bipiramida

Molekul yang Atom Pusatnya Memiliki Satu atau Lebih Pasangan Elektron Bebas
AB2E ; Belerang dioksida (SO2)
BK = 2, PB = 1 berstruktur V atau “tekuk”
96

AB3E ; Amonia (NH3)


BK = 3, PB = 1 berstruktur segitiga bipiramida

AB2E2 ; Air (H2O)


BK = 2, PB = 2 berstruktur menekuk

AB4E ; belerang tetrafluorida (SF4)


BK = 4, PB = 1 berstruktur Segitiga bipiramida

B. Daftar Pustaka
Raymond Chang. 2005. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.


97

BAB VIII
KIMIA LARUTAN

A. Penyajian Materi
8.1 Jenis Larutan
Larutan adalah campuran homogeny dari dua zat atau lebih. Ada enam jenis
larutan, bergantung pada wujud asal (padatan, cairan, atau gas) komponen larutan.
Tabel 8.1 mencantumkan contoh dari keenam jenis larutan. Kimiawan juga
membedakan larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan zat terlarut. Larutan
yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam pelarut pada suhu
tertentu, dinamakan Larutan Jenuh. Sebelum titik jenuh tercapai, larutannya
disebut Larutan Takjenuh; larutan ini mengandung zat terlarut lebih sedikit
dibandingkan dengan kemampuannya untuk melarutkan. Jenis ketiga, Larutan
Lewat Jenuh, mengandung lebih banyak zat terlarut dibandingkan yang terdapat di
dalam larutan jenuh.

8.2 Satuan Konsentrasi


Konsentrasi larutan adalah banyaknya zat terlarut yang ada dalam
sejumlah tertentu larutan.
Jenis Satuan Konsentrasi
1. Fraksi Mol (X)
Fraksi mol adalah perbandingan mol salah satu komponen dengan
jumlah mol semua komponen. Jika larutan mengandung zat A dan B dengan
jumlah mol masing-masing nA dan nB maka fraksi mol masing-masing
komponen adalah:
𝑛𝐴
XA = 𝑛 XB = 𝑛 𝑛𝐵
𝐴+ 𝑛𝐵 𝐵+ 𝑛𝐴

Dalam campuran (larutan) jumlah fraksi mol = 1 sehingga


XA + XB = 1
98

Contoh:
Hitunglah fraksi mol zat terlarut bila 117 g NaCl dilarutkan dalam 3 kg
air.
Jawaban:
117 𝑔𝑟𝑎𝑚
mol NaCl = 58,5 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 2 mol

mol air = 3000 𝑔𝑟𝑎𝑚


18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 166,7 mol

maka fraksi mol zat terlarut (fraksi mol NaCl) adalah:


𝑛𝐴 2 𝑚𝑜𝑙
XA = 𝑛 = (2+166,7)𝑚𝑜𝑙 = 0,01
𝐴+ 𝑛𝐵

Latihan:
Dalam suatu ruangan terdapat 7,0 g N2, 0,1 g H2, dan 1,6 g O2. Hitunglah
fraksi mol ketiga komponen!

2. Kemolaran (M)
Kemolaran (M) adalah banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter
larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dan pelarut setelah
bercampur.
Molaritas (M) = 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

Satuan molaritas adalah mol per liter (mol/Liter)

Contoh:
1. Berapakah massa soda kue (NaHCO3) yang diperlukan untuk membuat 150
mL larutan NaHCO3 0,35 M. (Mr NaHCO3 = 84)
2. 17,1 g sukrosa (C12H22O11) dilarutkan dalam air sehingga volume larutan
500 mL. tentukan kemolaran glukosa!

3. Kemolalan (m)
Kemolalan (m) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000 g)
pelarut.
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
molalitas (m) = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑘𝑔)
99

Contoh:
5,85 g NaCl dilarutkan dalam 500 g air. Tentukan kemolalan NaCl!
Jawaban:
▪ cari dulu mol zat terlarut
5,85 𝑔𝑟𝑎𝑚
mol NaCl = 58,5 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,1 mol

▪ massa pelarut
massa air = 500 g = 0,5 kg
▪ maka molalitas NaCl adalah:
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
molalitas (m) = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑘𝑔)
= 0,1 𝑚𝑜𝑙
0,5 𝑘𝑔
= 0,2 molal

Latihan:
1. hitunglah molalitas larutan asam sulfat yang mengandung 24,4 g asam
sukfat dalam 198 g air. (Mr H2SO4= 98)
2. berapa molalitas larutan yang mengandung 7,78 g urea [(NH2)2CO] dalam
203 g air?

8.3 Sifat Koligatif Larutan


Sifat kologatif adalah sifat larutan bergantung pada banyaknya partikel zat
terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut.
1. Penurunan Tekanan Uap
Jika zat terlarut bersifat tidak menguap, tekanan uap dari larutan selalu
lebih kecil daripada pelarut murninya. Jadi, hubungan antara tekanan uap larutan
dan tekana uap pelarut bergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan.
Hubungan ini dirumuskan dalam Hukum Raoult, yang menyatakan bahwa
tekanan parsial pelarut dari larutan (P1) adalah tekanan uap pelarut murni (P10)
dikalikan fraksi mol pelarut (X1)
P1 = X1 P10 (8.1)
100

Dalam larutan yang mengandung hanya satu zat terlarut, X1 = 1 – X2 di


mana X2 adalah fraksi mol zat terlarut. dengan demikian persamaan (8.1) dapat
dituliskan sebagai berikut:
P1 = (1 – X2) P10
P1 = P10 - X2 P10
X2 P10 = P10 – P1
X2 P10 = ∆P (8.2)
Dimana X2 (fraksi mol zat terlarut); P10 (tekanan uap pelarut murni) dan
∆P (penurunan tekanan uap). Penurunan tekanan uap (∆P) berbanding lurus
dengan konsentrasi (disini konsentrasi berupa fraksi mol zat terlarut).

Contoh:
Tentukan tekanan uap air dari larutan 9 gram glukosa (C6H12O6) dalam
180 gram air (H2O). diketahui tekanan uap air murni pada 250C adalah 23,79
mmHg. (Mr C6H12O6 = 180 g mol-1; Mr H2O = 18 g mol-1)
Diketahui: massa zat terlarut (C6H12O6) = 9 gram
Massa pelarut (H2O) = 180 gram
P10 = 23,79 mmHg
Ditanya: P1
Jawaban:
Karena yang ditanya P1, maka rumus yang digunakan adalah:
P1 = X1 P10
Kita harus cari dahulu fraksi mol pelarut (X1), pelarut disini H2O
𝑛𝐻2 𝑂
X1 = 𝑛𝐻2 𝑂+𝑛𝐶 6 𝐻12 𝑂6

nH2O = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑀𝑟
= 18180𝑔 𝑚𝑜𝑙
𝑔𝑟𝑎𝑚
−1 = 10 mol

n C6H12O6 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑀𝑟
9 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 180𝑔 𝑚𝑜𝑙−1
= 0,05 mol
𝑛𝐻2 𝑂 10 𝑚𝑜𝑙
maka X1 = 𝑛𝐻2𝑂+𝑛𝐶 6 𝐻12 𝑂6
= 10 𝑚𝑜𝑙+0,05 𝑚𝑜𝑙
= 0,99

Sehingga P1 adalah:
P1 = X1 P10
P1 = 0,99 x 23,79 mmHg = 23,55 mmHg
101

Latihan:
1. Pada suhu 250C tekanan uap benzena murni adalah P10 = 0,1252 atm.
Andaikan 6,4 gram naftalena, C10H8 dilarutkan dalam 78 gram benzena,
C6H6. Hitunglah tekanan uap benzena! (Mr C10H8 = 128,17 g mol-1; Mr C6H6
= 78 g mol-1)
2. Tekanan uap aseton (CH3COCH3) murni pada suhu 300C adalah 0,3270 atm.
Andaikan 15 gram benzofenon, C13H10O dilarutkan dalam 50 gram aseton.
Hitunglah tekanan uap aseton tersebut!

2. Kenaikan Titik Didih


Peralihan wujud suatu zat ditentukan oleh suhu dan tekanan, contohnya
air pada tekanan 1 atm mempunyai titik didih 1000C dan titik beku 00C. jika air
mengandung zat terlarut yang sukar menguap (misalkan gula), maka titik
didihnya akan lebih besar dari 1000C dan titik bekunya lebih kecil 00C.
perbedaan ini disebut kenaikan titik didih (∆Tb). Gambar 8.1 memperlihatkan
diagram fasa dari air dan perubahan yang terjadi dalam larutan berair.
Air mendidih pada 1000C, karena tekanan uapnya sama dengan tekanan
luar, yaitu 1 atm. Tetapi jika ada zat terlarut, maka tekanan uapnya turun sebesar
∆P atau CC’. Akibatnya untuk mendidih diperlukan suhu lebih, yaitu sampai
titik D. Perbedaan suhu itu, sebesar CD, disebut kenaikan titik didih (∆Tb).
Tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murninya.
Gambar 8.1 Diagram fasa kenaikan titik didih dan
penurunan titik beku larutan berair. Kurva putus-
putus adalah untuk larutan dan kurva biasa untuk
pelarut murni. Titik didih larutan lebih tinggi
dibandingkan titik air dan titik beku larutan lebih
rendah dibandingkan titik beku air.

Titik Titik Titik Titik


beku beku air didih air didih
larutan larutan
102

Analisi grafis ini menunjukkan bahwa titik didih larutan lebih tinggi dari
titik didih air. Kenaikan titik didih (∆Tb) didefinisikan yaitu:
∆Tb = Tb – Tb0
dimana Tb adalah titik didih larutan dan Tb0 adalah titik didih pelarut murni.
Karena ∆Tb berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap, maka juga
berbanding lurus dengan konsentrasi (molalitas) larutan. Dengan kata lain:
∆Tb = Kb m
dimana m adalah molalitas zat terlarut dan Kb adalah konstanta kenaikan titik
didih.

Contoh:
Bila 5,5 gram bifenil (C12H10) dilarutkan dalam 100 gram benzena
(C6H6), titik didihnya meningkat sebanyak 0,903 0C. hitunglah Kb benzena! (Mr
C12H10 = 154 g mol-1)
Diketahui: massa zat terlarut C12H10 = 5,5 gram
Massa pelarut C6H6 = 100 gram
∆Tb = 0,9030C
Ditanya: Kb
Jawaban:
Karena kita ingin mencari nilai Kb maka rumus yang digunakan:
∆Tb = Kb m
Langkah pertama cari dlu nilai m (molalitas)
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
molalitas = 𝑘𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

mol zat terlarut (C12H10) = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎


𝑀𝑟
5,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 154 𝑔 𝑚𝑜𝑙−1
= 0,0357 mol
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
molalitas = 𝑘𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
= 0,0357 𝑚𝑜𝑙
0,1 𝑘𝑔
= 0,357 mol kg-1

Maka nilai Kb adalah:


∆Tb = Kb m
0,903 0C = Kb x 0,357 mol kg-1
0
Kb = 0,3570,903 𝐶
𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑔−1
= 2,53 0C mol-1 kg
103

Latihan:
1. Tentukan titik didih larutan yang mengandung 0,025 mol gula dalam 250
gram air! (Kb air = 0,520C mol-1 kg)
2. Bila 6,3 gram hidrokarbon yang tak diketahui dilarutkan dalam 150 gram
benzena, titik didihnya naik sebesar 0,597 0C. berapa massa molar zat
hidrokarbon yang tak diketahui tersebut!

3. Penurunan Titik Beku


Penurunan tekanan uap larutan tidak hanya pada suhu 1000C, tetapi juga
pada suhu yang lebih rendah sampai ke titik tripel. Hal ini menyebabkan garis
kesetimbangan cair-gas (CO) bergeser menjadi DO’. Pergeseran ini
menyebabkan titik tripel pindah dari O ke O’. Sejalan dengan itu, garis
kesetimbangan padat-cair (BO), juga bergeser ke kiri yaitu ke B’O’. Hal ini
mempunyai pengaruh pada titik beku larutan, yaitu lebih rendah dari titik beku
air murni. Perbedaan itu disebut Penurunan titik beku (∆Tf). Penurunan titik
beku didefinisikan yaitu:
∆Tf = Tf0 - Tf
dimana Tf adalah titik beku larutan dan Tf0 adalah titik beku pelarut
murni. Penurunan titik beku (∆Tf) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan:
∆Tf = Kf m
dimana m adalah molalitas zat terlarut dan Kf adalah konstanta penurunan titik
beku. Tabel 8.1 mencantumkan nilai Kb dan Kf untuk beberapa pelarut.
104

Tabel 8.1 Konstanta Kenaikan Titik Didih dan Konstanta Penurunan Titik Beku
untuk Beberapa Cairan yang Umum
Pelarut Titik Beku (Tf) Kf Titik Didih (Tb) Kb
Normal (0C) (0C mol-1 kg) Normal (0C) (0C mol-1 kg)
Air 0 1,86 100 0,52
Benzena (C6H6) 5,5 5,12 80,1 2,53
Asam asetat 17 3,9 118,1 3,07
(CH3COOH)
Karbon -12,9 32 76,7 5,03
tetraklorida
(CCl4)
Dietil eter -116,2 1,8 34,7 2,02
(C4H10O)
Etanol -114,7 - 78,4 1,22
(C2H5OH)
Naftalen C10H8 80,5 6,8 - -

Contoh:
Tentukan titik beku larutan yang mengandung 0,025 mol gula dalam 250
gram air! (Kf air = 1,860C mol-1 kg dan Tf0 = 00C)
Diketahui: mol gula = 0,025 mol
Massa air = 250 gram
Ditanya: Tf
Jawaban:
Untuk mencari Tf digunakan rumus: ∆Tf = Tf0 - Tf
Karena ∆Tf belum diketahui, maka harus dicari dulu dengan rumus:
∆Tf = Kf m
Langkah pertama cari dlu nilai molalitas zat terlarut:
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
molalitas = 𝑘𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
= 0,025 𝑚𝑜𝑙
0,25 𝑘𝑔
= 0,1 mol kg-1
105

maka, ∆Tf = Kf m
= 1,860C mol-1 kg x 0,1 mol kg-1
= 0,186 0C
Jadi Tf adalah:
∆Tf = Tf0 - Tf
0,1860C = 00C - Tf
Tf = 00C – 0,1860C
Tf = -0,1860C
Latihan:
1. Etilena glokol CH2(OH)CH2(OH) ialah antibeku yang lazim digunakan
untuk mobil. Zat ini larut dalam air dan tidak mudah menguap. Hitung titik
beku larutan yang mengandung 651 gram zat ini dalam 2505 gram air.
(Mr etilena glikol = 62 g mol-1; Kf air = 1,86 C mol-1 kg; Tf0 air = 00C).
2. Hitungla titik beku larutan yang mengandung 478 gram etilena glikol dalam
3202 gram air!

4. Tekanan Osmotik
Banyak proses kimia dan biologi bergantung pada aliran molekul pelarut
secara selektif melewati membran berpori dari larutan encer ke larutan yang
lebih pekat. Gambar 8.2 mengilustrasikan fenomena ini. Wadah kiri peralatan
berisi pelarut murni; wadah kanan berisi larutan. Kedua wadah dipisahkan oleh
membrane semipermeabel, yang memungkinkan molekul pelarut melewatinya
tetapi menghalangi lewatnya molekul zat terlarut.
Pada awalnya permukaan air di kedua tabung sama tingginya [lihat
Gambar 8.2 (a)]. Setelah beberapa saat, permukaan di bagian kanan mulai naik,
dan berlanjut sampai mencapai kesetimbangan. Gerakan bersih molekul pelarut
melewati membran semipermiabel dari pelarut murni atau dari laruten encer ke
larutan yang lebih pekat disebut osmosis. Tekanan osmotik (π) suatu larutan
adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan osmosis. Seperti
diperlihatkan Gambar 8.2 (b), tekanan ini dapat diukur langsung dari selisih
permukaan-permukaan cairan pada keadaan akhir.
106

Gambar 8.2 Tekanan ismotik. (a) Permukaan pelarut murni (kiri) dan permukaan
larutan kanan pada awalnya sama tinggi. (b) Selama osmosis,
permukaan pada sisi larutan naik sebagai akibat aliran bersih pelarut
dari kiri ke kanan. Tekanan osmotic sama dengan tekanan hidrostatik
yang diberikan oleh kolom cairan di tabung kanan pada kesetimbangan.
Pada dasarnya, pengaruh yang sama terjadi bila pelarut murni
digantikan dengan larutan yang lebih encer daripada larutan yang ada
disebelah kanan.

Tekanan osmotik larutan dinyatakan sebagai:


π = MRT
dimana M adalah molaritas larutan (mol L-1)
R adalah konstanta gas (0,082 L atm K-1mol-1),
T adalah suhu mutlah (K)

Contoh:
Hitunglah tekanan osmotik larutan yang mengandung 5 gram gula
(C12H22O11) dalam 1,2 L larutan pada suhu 200C. (Mr C12H22O11 = 342 g mol-1)
Diketahui: massa zat terlaru (C12H22O11) = 5 gram
Volume larutan= 1,2 L
T = 200C
Ditanya: π
Jawaban:
Karena yang ditanya tekanan osmotik, maka rumus yang digunakan
adalah π = MRT
T = 20 + 273 K = 293 K
107

Untuk mencari M (molaritas) maka rumus yang digunakan:


𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
M= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

mol C12H22O11 = 3425 𝑔𝑔𝑟𝑎𝑚


𝑚𝑜𝑙−1
= 0,0146 mol
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
M= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
= 0,0146 𝑚𝑜𝑙
1,2 𝐿
= 0,012 mol L-1
Maka nilai tekanan osmotic adalah:
π = MRT
π = 0,012 mol L-1 x 0,082 L atm K-1mol-1 x 293 K
π = 0,28 atm.

Latihan:
1. Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 35 gram hemoglobin (Hb) dalam air
secukupnya sampai volume 1 L. jika tekanan osmotic larutan ternyata 10,0
mmHg pada 250C, hitunglah massa molar hemoglobin.
2. Larutan 6 gram PVC (polovinil klorida) dalam 1L dioksan (pelarut)
mempunyai tekanan osmotik 0,86 mmHg pada suhu 150C. hitunglah massa
molekul relatif PVC!
108

BAB IX
ASAM DAN BASA

A. Penyajian Materi
9.1 Teori Asam Basa
Air murni tidak mempunyai rasa, bau, dan warna. Bila mengandung zat
tertentu, air dapat terasa asam, pahit asin dan sebagainya. Cairan yang berasa asam
disebut larutan asam, yang terasa asin disebut larutan garam, sedangkan yang
terasa licin dan pahit disebut larutan basa. Cara yang baik untuk membuktikan
larutan bersifat asam atau basa yaitu dengan menggunakan kertas lakmus. Jika
kertas lakmus dicelupkan kedalam larutan asam maka akan berwarna merah,
sedangkan jika kertas lakmus dicelupkan kedalam larutan basa maka akan
berwarna biru.
Pada tahun 1884, Svante August Arrhenius menyatakan bahwa sifat asam
dan basa suatu zat ditentukan oleh jenis ion yang dihasilkan dalam air.
Asam adalah senyawa yang melepaskan H+ atau H3O+ dalam air dan
Basa adalah yang melepaskan OH-.
Secara kimia dapat dinyatakan:
Asam : HA + aq H+(aq) + A-(aq)
Basa : BOH + aq B+(aq) + OH-(aq)
Tabel 9.1 Beberapa asam yang Umum
Jenis Asam Rumus Nama Rumus Nama
Asam HF Asam fluorida HClO3 Asam klorat
Monoprotik HCl Asam klorida HClO4 Asam perklorat
HBr Asam bromida HIO4 Asam periodat
HI Asam iodida HNO3 Asam nitrat
HClO Asam hipoklorit HNO2 Asam nitrit
HClO2 Asam klorit CH3COOH Asam asetat
Asam H2SO4 Asam sulfat H2C2O4 Asam oksalat
Diprotik H2SO3 Asam sulfit H2S Asam hidrogen sulfida
H2CO3 Asam karbonat
Asam H3PO4 Asam fosfat H3PO3 Asam fosfit
Triprotik
109

Basa
Ada dua cara terbentuknya basa, yaitu senyawa yang mengandung OH- dan
senyawa yang bereaksi dengan air menghasilkan OH-. Contohnya basa yang
mengandung OH- adalah NaOH, Ba(OH)2, dan NH4OH.
NaOH Na+ + OH-
Ba(OH)2 Ba2+ + OH-
NH4OH NH4+ + OH-
Senyawa yang bereaksi dengan air dan menghasilkan OH- adalah oksida
logam, contohnya Na2O, K2O, CaO, SrO dan BaO.
Na2O + H2O 2NaOH
K2O + H2O 2KOH
CaO + H2O Ca(OH)2
SrO + H2O Sr(OH)2
BaO + H2O Ba(OH)2
Garam
Garam adalah senyawa antara ion positif basa dengan ion negatif asam.
Reaksi asam dengan basa disebut juga reaksi penggaraman.
Asam + Basa Garam + Air
Contoh garam yaitu: NaCl, K2SO4, BaC2O4, LiBr, CH3COOK, Sr(NO3)2dsb.

9.2 pH Larutan Asam dan Basa


Kesetimbangan Air
Air murni mengandung ion dalam jumlah kecil. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya reaksi asam basa sesame molekul air (autoionisasi) dan membentuk
kesetimbangan:
H2O + H2O H3O+ + OH-
Bila H3O+ disederhanakan menjadi H+, maka kesetimbangan ditulis sebagai:
H2O H+ + OH-
+ −]
dengan: Kc = [𝐻[𝐻][𝑂𝐻
2 𝑂]
110

derajat ionisasi (α) air sangat kecil, maka jumlah air yang terion dapat diabaikan
sehingga konsentrasi air yang tidak terion dapat dianggap konstan, sehingga:
Kc [H2O] = Kw = [H+] [OH-]
Kw adalah Konstanta ionisasi air. Pada suhu kamar (250C), [H+] = [OH-] dimana
[H+] = 10-7 M dan [OH-] = 10-7 M, sehingga:
Kw = [H+] [OH-]
Kw = 10-7 M x 10-7 M
Kw = 10-14 M
Berdasarkan konsentrasi ion tersebut, larutan dapat dibagi tiga, yaitu:
larutan asam: [H+] > [OH-]
larutan netral: [H+] = [OH-] = 10-7
larutan basa: [H+] < [OH-]
Karena nilai [H+], [OH-] dan Kw sangat kecil maka biokimiawan Denmark
mengajukan cara pengukuran yang lebih praktis yang disebut pH. pH suatu larutan
didefinisikan sebagai logaritma negative dari konsentrasi tertentu ion hydrogen
(dalam mol per liter):
pH = -log[H+]
pOH = -log[OH-]
pKw = -logKw
Pada suhu kamar (250C), air mempunyai:
pH + pOH = pKw = 10-14
Tabel 9.2 menunjukkan kriteria untuk menentukan larutan bersifat asam, basa atau
netral adalah sebagai berikut:
Tabel 9.2 Kriteria larutan Asam, Basa dan Netral

Jenis Larutan [H+] [OH-] pH pOH


Larutan asam >10-7 <10-7 <7 >7
Larutan netral 10-7 10-7 7 7
Larutan basa <10-7 >10-7 >7 <7
111

Larutan Asam dan Basa Kuat


Asam kuat adalah elektrolit kuat, akan terionisasi sempurna dalam air.
Kebanyakan asam kuat adalah asam anorganik: asam klorida (HCl), asam nitrat
(HNO3), asam perklorat (HClO4), dan asam sulfat (H2SO4):
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
HNO3(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
HClO4(aq) H+(aq) + ClO4-(aq)
H2SO4(aq) H+(aq) + HSO4-(aq)
Basa kuat adalah semua elektrolit kuat yang terionisasi sempurna dalam air,
yang mencakup hidroksida dari logam alkali dan logam alkali tanah tertentu, seperti
NaOH, KOH, dan Ba(OH)2.
NaOH(s) Na+(aq) + OH-(aq)
KOH(s) K+(aq) + OH-(aq)
Ba(OH)2(s) Ba2+(aq) + 2OH-(aq)
Tabel 9.3 memuat daftar dari beberapa pasangan asam basa konjugat dalam
urutan berdasarkan kekuatannya.
Tabel 9.3 Kekuatan Relatif Pasangan Asam-Basa Konjugat
Asam Basa
HClO4 (asam perklorat) ClO4- (ion perklorat)
HI (asam iodida) I- (ion iodida)
HBr (asam bromida) Br- (ion bromida)
HCl (asam klorida) Cl- (ion klorida)
H2SO4 (asam sulfat) HSO4- (ion hidrogen sulfat)
HNO3 (asam nitrat) NO3- (ion nitrat)
H3O+ (ion hidronium) H2O (air)
HSO4- (ion hidrogen sulfat) SO42- (ion sulfat)
HF (asam fluorida) F- (ion fluorida)
HNO2 (asam nitrit) NO2- (ion nitrit)
HCOOH (asam format) HCOO- (ion format)
CH3COOH (asam asetat) CH3COO- (ion asetat)
NH4+ (ion amonium) NH3 (amonia)
HCN (asam sianida) CN- (ion sianida)
H2O (air) OH- (ion hidroksida)
NH3 (amonia) NH2- (ion amida)
112

Contoh:
Hitunglah pH larutan:
a. HCl 0,01 M
b. 2,0 gram NaOH dalam 2 Liter larutan
Jawaban:
a. HCl H+ + Cl-
ca ca ca
ca = 0,01M = 10-2M
artinya [H+] = 10-2M
maka, pH = -log [H+]
= -log 10-2
= -(-2) log 10
=2
b. Langkah pertama cari dulu Molaritas (M)
M = 𝒎𝒐𝒍 𝒛𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏
Karena mol belum diketahui maka cari dlu jumlah mol NaOH:
mol NaOH = 𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂 𝑵𝒂𝑶𝑯
𝑴𝒓 𝑵𝒂𝑶𝑯
2 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 40 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,05 mol
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 0,05 𝑚𝑜𝑙
maka, M = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 2 𝐿 = 0,025 M
langkah kedua mencari nilai pOH:
NaOH Na+ + OH-
cb cb cb
cb = 0,025M = 2,5x10-2M
artinya [OH-] = 2,5x10-2M
maka, pOH = -log [OH-]
= -log (2,5 x 10-2)
= -(log 2,5 + log 10-2)
= -[0,39 + (-2 log 10)]
= -[0,39 + (-2 x 1)]
= -(-1,61)
= 1,61
Jadi, pH = pKw – pOH
= 14 – 1,61
= 12,39

Latihan:
Hitunglah pH larutan:
a. HCl 1,0 x 10-3M
b. Ba(OH)2 2 x 10-2M
113

Contoh:
Suatu bejana berisi larutan HBr, dan kemudian diambil 200mL. hitunglah massa
HBr yang terambil bila pH larutan = 2
Diketahui: Volume larutan = 200mL = 0,2 L
pH = 2
Ditanya: massa HBr?
Jawaban:
Dari nilai pH, kita bias menentukan nilai konsentrasi H+ / [H+]
pH = -log[H+]
2 = -log[H+]
[H+] = 10-2 M = 0,01M
Dari nilai konsentrasi,kita bias menentukan jumlah mol, sehingga kita bias
menentukan massa dari HBr
𝑚𝑜𝑙 𝐻𝐵𝑟
M= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

0,01 M = 𝑚𝑜𝑙 𝐻𝐵𝑟


0,2 𝐿

mol HBr = 0,01 M x 0,2 L


= 0,002 mol
Sehingga massa HBr adalah:
mol HBr = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐻𝐵𝑟
𝑀𝑟 𝐻𝐵𝑟

0,002 mol = 81𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐻𝐵𝑟


𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

Massa HBr = 0,002 mol x 81 gram mol-1


Massa HBr = 0,162 gram

Latihan:
1. pH air hujan yang dikumpulkan di daerah tertentu di timur laut Amerika
Serikat pada suatu hari tertentu adalah 4,82. Hitunglah konsentrasi ion
H+ dari air hujan itu.
114

Bila konsentrasi asam atau basa sangat kecil, yaitu mendekati atau lebih
kecil dari 10-7, maka [H+] atau [OH-] dari air tidak dapat diabaikan, maka untuk
mencari [H+] dan [OH-] dapat dihitung dengan:
𝒄𝒂 ±√𝒄𝟐
𝒂 + 𝟒 𝑲𝒘 𝒄𝒃 ±√𝒄𝟐
𝒃 + 𝟒 𝑲𝒘
[H+] = 𝟐
[OH-] = 𝟐

Contoh:
Hitunglah pH larutan HCl berkonsentrasi:
a. 10-9M
b. 10-5 M
Larutan Asam dan Basa Lemah
Asam Lemah adalah asam yang terionisasi hanya sedikit di dalam air
(elektrolit lemah). Contoh: HF, CH3COOH, dan ion NH4+.
Basa Lemah adalah basa yang terionisasi hanya sedikit di dalam air
(elektrolit lemah). Contoh: NH3 (ammonia).
Untuk mencari nilai konsentrasi H+ dan konsentrasi OH-, maka digunakan:
[H+] = √𝑲𝒂 𝒄𝒂 [OH-] = √𝑲𝒃 𝒄𝒃

Contoh:
Hitunglah pH larutan:
a. Larutan NH3 0,02 M
b. Larutan asam nitrit (HNO2) 0,052M
c. Larutan yang bervolume 800 mL dan mengandung 2 gram HF
115

BAB X
PENGANTAR TERMODINAMIKA

A. Pendahualuan
1. Deskripsi Singkat

Cabang ilmu fisika yang membahas tentang energi adalah termodinamika,


yang berisi berbagai hukum mengenai perubahan energi dalam sistem. Hukum
pertama termodinamika mengungkapkan hubungan kalor, energi dalam, dan kerja
yang menyertai perubahan sistem. Kalor yang menyertai reaksi sama dengan
perubahan entalpinya, dan dapat ditentukan tanpa percobaan. Akibatnya kita dapat
mengetahui apakah suatu reaksi eksotermik atau endotermik.

2. Relevansi Materi

Termodinamika merupakan cabang ilmu fisika yang membahas tentang


energi. Energi biasa didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja.
Semua bentuk energi mampu melakukan kerja. Kimiawan mendefinisikan kerja
sebagai perubahan energi yang langsung dihasilkan oleh suatu proses.

3. Kompetensi Pendukung

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan


hubungan energi dalam dan perubahan entalpi

B. Penyajian Materi
10.1 Istilah Termodinamika
Termodinamika merupakan ilmu yang mempelajari perubahan antar kalor
dan bentuk-bentuk energi lain.
Sistem dan Lingkungan
Sistem adalah bagian tertentu dari alam yang menjadi pusat perhatian untuk
dipelajari. Disamping sistem ada lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu
yang berada di luar sistem. Jika kita ingin mempelajari reaksi kimia dalam tabung
reaksi, maka zat kimia yang ada dalam tabung disebut sistem, sedangkan yang di
116

luar zat kimia termasuk tabung reaksi dan udara di atas permukaannya adalah
lingkungan.
Dinding dan Sistem
Batas antara sistem dan lingkungan disebut dinding yang bersifat diatermal
(tembus energi) atau adiatermal (tidak tembus energi). Akibatnya ada sistem
terbuka, tertutup dan tersekat (terisolasi).
Sistem terbuka adalah sistem yang dapat mengadakan pertukaran materi
dan energi dengan lingkungannya. Contoh: sistem terbuka dapat terdiri dari
sejumlah air dalam wadah terbuka, seperti ditunjukkan dalam gambar 4. 1a. jika kita
tutup botol itu, seperti gambar 4. 1b sedemikian rupa sehingga tidak ada uap air
yang dapat lepas dari atau mengembun ke wadah, maka kita menciptakan sistem
tertutup. Sistem tertutup mempunyai dinding diatermal sehingga hanya terjadi
pertukaran energi. Dengan menempatkan air dalam wadah yang disekat seluruhnya,
maka membuat sistem terisolasi. Sistem terisolasi tidak mengadakan pertukaran
materi dan energi dengan lingkungan karena mempunyai dinding adiatermal, seperti
gambar 4. 1c.
Gambar 4.1 Tiga sistem yang diwakili
oleh air dalam botol: (a) sistem terbuka,
yang memungkinkan pertukaran energi
maupun massa dengan lingkungan; (b)
sistem tertutup, yang memungkinkan
pertukaran energi tetapi bukan
massanya; dan (c) sistem terisolasi, yang
tidak memungkinkan pertukaran energi
maupun massa (disini botol ditutup oleh
pelapis hampa)
Keadaan Setimbang
Sistem disebut dalam keadaan setimbang jika tidak terjadi perubahan yang
berarti antara sistem dengan lingkungannya, bila keduanya mengadakan kontak satu
sama lain. Kesetimbangan ada tiga macam, yaitu:
117

Kesetimbangn Mekanik
Merupakan sistem yang tidak mempunyai energi mekanik, karena
resultan gaya terhadap sistemnya nol. Contohnya, sebuah pompa yang pistonnya
diam karena tekanan gas dalam pompa sama dengan tekanan luar.
Kesetimbangan Termal
Terjadi bila energi yang masuk dan yang keluar sistem sama jumlahnya
dalam saat bersamaan. Hal ini terjadi jika suatu sistem dan lingkungan sama.
Kesetimbangan listrik
Keadaan sistem dan lingkungan yang mempunyai potensial listrik yang
sama sehingga tidak terjadi perpindahan muatan.

Kerja, Kalor dan Energi Listrik


Sistem yang tidak setimbang dengan lingkungannya cenderung berubah
untuk mencapai kesetimbangan. Bentuk perubahan yang terjadi bergantung pada
jenis sistem dan lingkungan, mungkin terjadi kerja, perpindahan kalor, atau
menimbulkan arus listrik.
Kerja
Kerja yang akan dibahas adalah kerja mekanik. Contoh yang berguna
tentang kerja mekanik adalah pemuaian gas (Gambar 4. 2). Suatu gas yang berada
dalam tabung yang tertutup piston yang dapat bergerak tapi tidak mempunyai berat
dan gesekan, pada suhu, tekanan dan volume tertentu. Ketika memuai, gas tersebut
mendorong piston ke atas melawan tekanan atmosfer luar P. Perpindahan piston
menghasilkan energi yang disebut kerja volume. Nilai kerja bergantung pada
besarnya penambahan volume dan tekanan udara luar. Kerja yang dilakukan oleh
gas pada lingkungan adalah:
w = -P∆V
dengan ∆V, perubahan volume. Tanda minus pada persamaan dibuat agar
mengikuti kesepakatan untuk w. Untuk pemuaian gas ∆V > 0, sehingga -P∆V
bernilai negatif, sedangkan untuk pemampatan gas ∆V < 0 sehingga -P∆V bernilai
positif.
118

Menurut persamaan, satuan untuk kerja yang dilakukan oleh atau pada suatu
gas adalah liter atmosfer. Untuk menyatakan kerja yang dilakukan dalam satuan
yang lebih dikenal, yaitu Joule;
1 L atm = 101,3 Joule

Gambar 4. 2 Pemuaian gas melawan tekanan luar konstan. Gas itu terdapat
dalam silinder yang tertutup piston yang dapat bergerak dan
tidak bermassa. Kerja yang dilakukan dirumuskan oleh -P∆V

Kalor
Kalor adalah energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat
pindah dari satu tempat ke tempat lain. Jika sistem mempunyai dinding diatermal
(tembus energi) dan suhunya lebih tinggi dari lingkungan maka kalor akan keluar
sistem. Sebaliknya jika suhu lingkungan lebih tinggi, kalor akan mengalir ke sistem.

Energi Listrik
Bila sistem diberi beda potensial dari lingkungannya akan mengakibatkan
listrik mengalir ke dalamnya atau diberi energi listrik. Sebaliknya, bila dalam sistem
terdapat beda potensial maka sistem dapat memberikan energi listrik ke lingkungan.

10.2 Hukum Pertama Termodinamika


Energi Dalam
Setiap sistem mempunyai energi karena partikel-partikel materi (padat, cair
atau gas) selalu bergerak acak dan beraneka ragam. Disamping itu, dapat terjadi
perpindahan tingkat energi elektron dalam atom atau molekul. Setiap gerakan
dipengaruhi oleh banyak faktor dan dapat berubah bentuk bila saling bertumbukan.
119

Akibatnya besar energi gerakan satu partikel akan berbeda dengan yang lain.
Jumlah total energi semua partikel dalam sistem disebut Energi dalam (U). karena
itu nilai mutlak U tidak dapat dihitung.
Bila sistem mengalami peristiwa, akan mengubah energi dalam, misalnya
dari U1 (keadaan awal) menjadi U2 (keadaan akhir). Walaupun nilai mutlak U1 dan
U2 tidak diketahui, perubahannya dapat diketahui dari perubahan suhu sistem. Jika
suhu naik menandakan gerakan partikel lebih cepat dan berarti energi dalam
bertambah. Sebaliknya jika suhu turun berarti energi dalam berkurang.

Rumusan Hukum Pertama Termodinamika


Hukum pertama termodinamika menyatakan hubungan energi sistem
dengan lingkungan. Jika sistem kemasukan energi, berarti lingkungan kehilangan
energi, dan sebaliknya, jika lingkungan kemasukan energi maka sistem kehilangan
energi dengan jumlah yang sama.
Sebuah pompa bila dipanaskan akan menyebabkan suhu gas dalam pompa
naik dan volumenya bertambah. Berarti energi dalam gas bertambah dan sistem
melakukan kerja. Dengan kata lain, kalor (q) yang diberikan kepada sistem sebagian
disimpan sebagai energi dalam (∆U) dan sebagian lagi diubah menjadi kerja (w).
q = ∆U – w atau ∆U = q + w

Persamaan di atas merupakan rumusan hukum pertama termodinamika.


Hukum pertama termodinamika didasarkan pada hukum Kekekalan Energi yang
menyatakan:
“Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat
diubah dari satu bentuk ke bentuk lain”
Atau:
“ Energi alam semesta adalah konstan”
120

Agar tidak keliru dalam menggunakan rumus di atas, perlu ditetapkan


perjanjian:
1. Kalor (q)
Bertanda (+), jika kalor masuk sistem/ proses penyerapan kalor dari
lingkungan ke sistem (proses endotermik)
Bertanda (-), jika kalor keluar sistem/ proses melepaskan kalor dari
sistem ke lingkungan (proses eksotermik)
2. Kerja (w)
Bertanda (+), jika kerja dilakukan oleh lingkungan/ proses
pemampatan gas (kompresi)
Bertanda (-), jika kerja dilakukan oleh sistem/ proses pemuaian gas
(ekspansi)
3. Kerja dihitung dengan rumus:
w = -P∆V
dengan w = kerja (L atm)
V = volume (L)
P = tekanan (atm)
Contoh 1: suatu gas memuai dari volume 2,0 L menjadi 6,0 L pada tekanan
konstan. Hitunglah kerja yang dilakukan gas jika gas itu memuai terhadap ruang
hampa!
Jawaban:
Ruang hampa, berarti tekanan luar nol maka w adalah:
w = -P∆V
= - 0 atm (6 L – 2 L)
= 0 L atm
Latihan:

1. Suatu gas memuai dari volume 2,0 L menjadi 6,0 L pada tekanan konstan.
Hitunglah kerja yang dilakukan gas jika gas itu memuai terhadap tekanan luar
konstan 1,2 atm!
121

2. Suatu gas diberi kalor sebanyak 500 kal sehingga berekspansi melawan udara
luar (1 atm) dan volume berubah dari 20 liter menjadi 30 liter. Tentukan:
a. Kerja (w) dalam Joule
b. Perubahan energi dalam (∆U) dalam Joule
1 kal = 4,184 Joule
3. Kerja yang dilakukan suatu gas dimampatkan dalam tabung adalah 462 Joule.
Selama proses ini, terdapat perpindahan kalor sebesar 128 Joule dari gas ke
lingkungan. Hitunglah perubahan energi untuk proses ini!

Contoh 2: 0,5 mol gas (2,5 atm, 500C) berekspansi menentang udara
luar (1 atm) sehingga suhu menjadi 750C. tentukan:
a. Kerja (w)
b. Perubahan energi (∆U) bila q = 1000 J
Jawaban:
Diketahui: n = 0,5 mol
P1 = 2,5 atm T1 = 500C + 273 K = 323 Kelvin
P2 = 1 atm T2 = 750C = 273 K = 348 Kelvin
w = -P∆V
untuk mencari kerja (w) maka diperlukan V1 dan V2. Maka untuk mencari
volume diperlukan persamaan gas ideal dengan rumus:
PV = nRT maka:
−1 𝐾−1 𝑥 323 𝐾
V1 = 𝑛𝑅𝑇
𝑃1
= 0,5 𝑚𝑜𝑙 𝑥 0,082 𝐿 2,5
𝑎𝑡𝑚 𝑚𝑜𝑙
𝑎𝑡𝑚
= 5,3 L
−1 𝐾−1 𝑥 348 𝐾
V2 = 𝑛𝑅𝑇
𝑃2
= 0,5 𝑚𝑜𝑙 𝑥 0,082 𝐿 𝑎𝑡𝑚 𝑚𝑜𝑙
1 𝑎𝑡𝑚
= 14,27 L

a.) w = -P∆V
w = - 1 atm (14,27 – 5,3)L
= -8,97 L atm
Jika dijadikan dalam satuan Joule, maka:
w = -8,97 L atm x 101,3 J L-1 atm-1
= -908,6 Joule
122

b) ∆U = q + w
= 1000 J + (-908,6 J)
= 91,4 Joule

Latihan: dua mol gas O2 (bersuhu 270C dan tekanan 1,5 atm) berekspansi
melawan udara luar (1 atm) sehingga energi dalam turun 35 kal dan
volume akhir = 50 L. tentukan:
a. Kerja (w) dalam kal
b. Kalor (q) dalam kal

Berbagai Macam Proses


Proses isotermal
Proses yang berlangsung pada suhu tetap (T1 = T2), akibatnya energi
dalam tetap (∆U = 0). Dengan demikian persamaan menjadi:
q = -w
Artinya kalor yang diberikan kepada sistem semuanya di ubah menjadi
kerja.
Proses isovolum
Proses yang tidak mengalami perubahan volume (∆V = 0), akibatnya
sistem tidak melakukan kerja (w = 0), sehingga persamaan menjadi:
q = ∆U
Artinya semua kalor yang masuk sistem disimpan sebagai energi dalam.
Proses adiabatik
Proses yang tidak menyerap atau melepaskan kalor (q = 0), sehingga
persamaan menjadi:
∆U = w
Artinya energi dalam sistem dipakai untuk menghasilkan kerja.
Latihan:

1. Dua mol gas (270C dan 1,5 atm) berekspansi ke udara bebas (1 atm).
Tentukan q bila prosesnya isotermal!
123

2. Bila suatu gas dalam ruang yang dindingnya kuat diberi kalor sebesar
100 kal, maka tentukanlah perubahan energi dalam gas ini!
3. 22 gram gas CO2 pada suhu 1270C dan tekanan 1,2 atm berekspansi ke
udara luar (1 atm). Bila prosesnya adiabatik, tentukan ∆U! (Ar C = 12,
Ar O = 16)

10.3Entalpi
Sebuah pompa berisi gas yang mula-mula stabil (Pin = Pex) dan kemudian
diberi kalor sebesar q, secara perlahan akan terjadi ekspansi. Karena piston dapat
bergerak bebas, maka tekanan gas dalam pompa (Pin) selalu sama dengan tekanan
luar (Pex) sehingga w = -Pex(V2-V1) = -Pin(V2-V1). Sesuai dengan hukum pertama:
qp = ∆U + P∆V
qp adalah kalor yang masuk atau keluar sistem pada tekanan luar (dalam) yang tetap.
Persamaan menunjukkan bahwa nilai qp bergantung pada U, P, dan V keadaaan
awal dan akhir. U dan PV adalah energi, akibatnya U + PV juga energi. Berarti,
dalam sistem ada kuantitas energi lain yang disebut entalpi (H):
H = U + PV
Jika sistem mengalami perubahan maka entalpi juga demikian:
∆H = ∆U + ∆(PV)
∆H = ∆U + P∆V + P∆P
Jika tekanan tetap (∆P = 0) maka:
∆H = ∆U + P∆V + P∆P
∆H = ∆U + P∆V + P.0
∆H = ∆U + P∆V
Sehingga :
∆H = qp atau qp = ∆H
Jadi, “kalor yang diserap atau dilepaskan sistem pada tekanan luar yang tetap
sama dengan perubahan entalpinya”
Perubahan entalpi ∆H adalah suatu ukuran kalor reaksi pada tekanan tetap.
124

Perubahan entalpi (∆H) sistem bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir.
Akhirnya ada kemungkinan:
➢ Bila H2 > H1 maka
∆H = H2 – H1 > 0 (proses endotermik)
➢ Bila H2 < H1 maka
∆H = H2 – H1 < 0 (proses eksotermik)
➢ Bila H1 = H2 maka
∆H = H2 – H1 = 0 (proses adiabatik)
Ekspansi Isotermal
Jika sistem berekspansi melawan tekanan luar tetap dan suhu sistem tetap
disebut ekspansi isotermal. Perubahan energi proses ini adalah:
∆H = ∆U + P∆V
Karena proses isotermal maka ∆U = 0
Sehingga persamaan perubahan entalpi jika sistem berekspansi isotermal menjadi:
∆H = P∆V
Jadi, ∆H dapat dihitung dari perkalian tekanan luar dengan perubahan volume.
Latihan:

1. 2 liter gas N2 pada 00C dan tekanan 1 atm berekspansi isotermal melawan
tekanan tetap sebesar 0,5 atm. Tentukan perubahan entalpi!
2. 64 gram O2 pada suhu 250C dan tekanan 1,2 atm berekspansi melawan tekanan
luar (1 atm), sehingga volume akhir 48,87 liter. Hitunglah perubahan entalpi
sistem! (Ar O = 16)
Peralihan Wujud
Peralihan wujud merupakan proses isotermal, karena berlangsung pada suhu
tetap, contohnya penguapan air. Penguapan air adalah perubahan air menjadi uap air
pada suhu 1000C atau
H2O(l)1000C H2O(g) ∆H = H2 – H1
1000C

H1 H2
125

Nilai ∆H ini tidak dapat dihitung, tetapi dapat diukur dengan percobaan.
Hasil pengukuran terhadap suatu zat akan mempunyai nilai tertentu yang disebut
Kalor Penguapan (∆Hvap). Kalor penguapan merupakan energi yang diperlukan
untuk menguapkan 1 mol zat pada titik didihnya (Tabel 4. 1).
Kalor yang diperlukan untuk menguapkan sejumlah zat tergantung pada mol
zat dan kalor penguapannya.
q = n ∆Hvap
Tabel 4. 1 Kalor penguapan dan titik didih beberapa unsur dan senyawa
Unsur dan Senyawa ∆Hvap (kJ mol-1) Titik didih (0C)
CH4 9,20 -161
C2H6 14 -89
C3H8 18,1 -30
C4H10 22,3 0
C6H14 28,6 68
C8H18 33,9 125
C10H22 35,8 160
F2 6,52 -188
Cl2 20,4 -34,6
Br2 30,7 59
HF 30,2 17
HCl 15,1 -84
HBr 16,3 -70
HI 18,2 -37
H2O 40,6 100
H2S 18,8 -61
NH3 23,6 -33
PH3 14,6 -88
SiH4 12,3 -112
He 0,84 4,21
H2 0,904 20,4
N2 5,56 77,3
Ar 6,52 87,2

Latihan: 90 gram air diubah menjadi uap di bawah tekanan udara 1 atm.
Tentukan kalor yang diperlukan (kalor penguapan air lihat
Tabel 4. 1) (Ar H = 1 dan Ar O = 16)
126

Kapasitas Kalor
Perubahan entalpi untuk proses yang tidak isotermal memerlukan
perhitungan lain, yaitu dengan kapasitas kalor. Kapasitas kalor (C) adalah jumlah
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu sistem satu derajat atau
𝑑𝑞
C = 𝑑𝑇
Jika tekanan luar konstan maka qp = ∆H, dan bila proses isovolum maka
qv = ∆H. jadi, ada dua macam kapasitas kalor, yaitu:
✓ Pada tekanan tetap Cp = (𝑑𝐻) (JK-1)
𝑑𝑇 p

✓ Pada volume tetap Cv = (𝑑𝑈) (JK-1)


𝑑𝑇 V

Dalam perhitungan sering diperlukan nilai kapasitas kalor tiap mol zat yang
disebut Kapasitas Kalor Molar yaitu:
𝐶𝑝
cp = 𝑛
(JK-1mol-1)
cv = 𝐶𝑛𝑣 (JK-1mol-1)
nilai cp dan cv mempunyai hubungan:
cp – cv = R
dengan R adalah tetpan gas ideal (8,314 J mol-1 K-1). Nilai cp suatu zat dapat diukur
dengan percobaan di laboratorium (Tabel 4. 2).
Suatu sistem yang mengalami perubahan suhu pada tekanan tetap akan
disertai oleh pemasukan atau pengeluaran kalor. Besarnya kalor dapat dihitung dari
jumlah mol dan perbedaan suhu.
Pada Tekanan Tetap:
q = ∆H = ncp ( T2 – T1)

Pada proses isovolum:


q = ∆U = ncv ( T2 – T1)

Latihan:

i. Hitunglah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 64 gram oksigen


dari suhu 250C sampai dengan 400C pada proses
127

a. Tekanan tetap
b. Isovoulum
ii. Hitunglah perubahan entalpi 4,4 gram CO2 (1 atm) dari suhu 250C menjadi
500C! (Ar C = 12 dan Ar O = 16)

Tabel 4. 2 Kapasitas kalor molar (cp) beberapa zat


Zat cp (J K-1 mol-1) Zat cp (J K-1 mol-1)
O2(g) 29,36 O3(g) 39,2
H2(g) 28,82 H2O(l) 79,29
H2O(g) 33,58 F2(g) 31,3
HF(g) 29,13 Cl2(g) 33,91
HCl(g) 29,12 NaCl(s) 49,71
Br2(l) 75,69 Br2(g) 36,02
HBr(g) 29,14 I2(s) 54,44
I2(g) 36,90 HI(g) 29,16
S(s) 22,64 SO2(g) 39,87
SO3(g) 50,67 H2S(g) 34,23
H2SO4(l) 138,91 N2(g) 29,13
NO(g) 29,84 NO2(g) 37,20
NH3(g) 35,06 C(s) 8,53
CO(g) 29,12 CO2(g) 37,11
CH4(g) 35,34 C2H2(g) 43,93
C2H4(g) 43,56 C2H6(g) 52,64
CH3CO2H(l) 124,3 CH3OH(l) 81,6
C2H5OH(l) 111,46 PbSO4(s) 103,21
Al2O3(s) 79,4 Hg(l) 27,98
Cu(s) 24,44 Ag(s) 25,35
CaO(s) 42,80 CaCO3(s) 81,88

C. Rangkuman
Reaksi kimia dipandang sebagai perubahan dalam sistem. Sistem adalah suatu
yang menjadi pusat perhatian dan yang lainnya disebut lingkungan. Ada tiga macam
sistem yaitu sistem terbuka, tertutup dan tersekat. Dalam termodinamika dikenal
kesetimbangan mekanik, termal dan listrik. Sistem yang tidak setimbang dengan
lingkungannya cenderung berubah menuju kesetimbangan dengan menyerap atau
melepaskan kalor serta menerima atau melakukan kerja. Kalor adalah bentuk energi
128

yang dapat pindah dari sistem ke lingkungan, atau sebaliknya. Kerja ditandai dengan
perubahan volume sistem yang disebut kerja volume.
Suatu sistem mempunyai energi dalam (U) yaitu energi total yang dikandung
sistem. Jika sistem menerima sejumlah kalor, maka sebagian di ubah menjadi kerja dan
sisanya menambah energi dalam. Berdasarkan itu lahirlah hukum pertama
termodinamika yang menyatakan bahwa, energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Setiap sistem gas mempunyai besaran yang dapat berubah nilainya, yaitu
tekanan (P), volume(V), suhu (T), mol (n) dan energi dalam (U). Suatu proses dapat
mengubah beberapa besaran, sedangkan yang lain tetap, contohnya proses isotermal
(suhu tetap), isohor (volume tetap), dan adiabatik (tidak melepaskan atau menyerap
kalor). Proses di udara bebas dapat dianggap punya tekanan luar yang tetap. Kalor yang
masuk atau keluar pada proses ini sama dengan perubahan entalpi. Jika nilai perubahan
entalpi negatif menandakan proses eksotermik, dan jika nilainya positif menandakan
proses endotermik.
Perubahan entalpi reaksi kimia dapat ditentukan secara eksperimen dengan
kalorimeter dan secara perhitungan dari data kalor pembentukan senyawa. Kalor
pembentukan senyawa diperoleh dari kalor reaksi pembentukannya, berdasarkan
perjanjian, bahwa kalor pembentukan unsur bebas adalah nol. Perubahan entalpi proses
yang tidak isotermal diperlukan nilai kapasitas kalor. Ada dua macam kapasitas kalor,
yaitu pada tekanan tetap (cp) dan volume tetap (cv).

D. Tugas
i. Apa yang dimaksud dengan sistem:
a. Terbuka
b. Tertutup
c. Tersekat
ii. Hitunglah kerja jika 20 gram O2 (1 atm, O0C) berubah menjadi 500C dan 1 atm.
Kemudian hitung ∆H bila proses adiabatik!
129

iii. Suatu gas memuai dan melakukan kerja P-V pada lingkungan sebesar 279 Joule.
Pada saat yang sama, gas itu menyerap kalor dari lingkungan sebesar 216 Joule.
Berapa perubahan energi sistem?
iv. Hitunglah kalor yang diperlukan untuk menguapkan 50 gram etana C2H6 pada titik
didihnya. (Ar C = 12 dan Ar H = 1 serta kalor penguapan (∆Hvap) etana lihat Tabel 4.
1)

E. Daftar Pustaka

James E. Brady. Tanpa tahun. Kimia Universitas Asas dan Struktur, Jilid 1. Jakarta:
Binapura Aksara.

Raymond Chang. 2005. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti, Jilid 1. Jakarta:


Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.


130

BAB XI
TERMOKIMIA

A. Penyajian Materi
Penerapan hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia disebut
termokimia, yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia. Reaksi
kimia termasuk proses isothermal dan bila dilakukan di udara terbuka maka kalor
reaksi.
qp = ∆H
akibatnya, kalor dapat dihitung dari perubahan entalpi reaksi:
q = ∆Hreaksi = Hhasil reaksi – Hpereaksi
Supaya terdapat keragaman harus ditetapkan keadaan standar, yaitu 250C
dan tekanan 1 atm. Dengan demikian, perhitungan termokimia pada keadaan standar
yaitu, contoh:
AB + CD AC + BD ∆H0 = x kJ mol-1
∆H0 adalah lambang (notasi) perubahan entalpi reaksi pada keadaan standar.
Ditinjau dari jenis reaksi, terdapat 4 jenis kalor sebagai berikut:
Kalor Pembentukan
Kalor pembentukan merupakan kalor yang menyertai pembentukan 1
mol senyawa langsung dari unsur-unsurnya.
Contoh: ammonia (NH3) harus dibuat dari gas nitrogen dan hydrogen, sehingga
reaksinya:
1
2
N2(g) + 112H2(g) NH3(g) ∆Hf0 = -46 kJ mol-1
Karena NH3 harus 1 mol maka koefisien reaksi nitrogen dan hydrogen
boleh dituliskan sebagai pecahan. Energy yang dilepaskan sebesar 46 kJ mol -1
disebut kalor pembentukan ammonia (∆H0 NH3)
Contoh lain:
C(s) + O2(g) CO2(g) ∆Hf0 = -394kJ mol-1
Berarti ∆H0 CO2 = -394 kJ mol-1
131

Kalor Penguraian
Kalor penguraian adalah kalor yang menyertai penguraian 1 mol
senyawa langsung menjadi unsur-unsurnya, contoh:
NH3(g) 1
2
N2(g) + 112H2(g) ∆H = +46 kJ mol-1
HF(g) 1
2
H2(g) + 12F2(g) ∆H = +271 kJ mol-1

Kalor Penetralan
Kalor penetralan adalah kalor yang menyertai pembentukan 1 mol air
dari reaksi penetralan (asam dan basa), contoh:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ∆H = +121kJ mol-1
HBr(aq) + 12Ba(OH)2(aq) 1
2
BaBr2(aq) + H2O(l) ∆H = +98 kJ mol-1

Kalor Reaksi
Kalor reaksi merupakan kalor yang menyertai suatu reaksi dengan
koefisien yang paling sederhana, contoh:
3H2(g) + N2(g) 2NH3(g) ∆H = -92kJ mol-1
2C2H2(g) + 5O2(g) 4CO2(g) + 2H2O(l) ∆H = -2602kJ mol-1
Kalor reaksi dapat ditentukan dengan percobaan laboratorium atau dengan
perhitungan. Dengan perhitungan ada tiga cara yaitu:
1. Hukum Hess
Walaupun ada alat untuk mengukur kalor reaksi, tetapi ada reaksi yang
berlangsung terlalu cepat atau lambat sehingga sulit diukur. Disamping itu, ada
reaksi yang tidak terjadi tetapi kita ingin mengetahui kalor reaksinya. Masalah
ini dapat dipecahkan dengan menggunakan Hukum Hess yang menyatakan:
“kalor yang menyertai reaksi tidak bergantung pada jalan
yang ditempuh, tetapi hanya pada keadaan awal dan akhir”

Latihan:
1) Tentukan kalor reaksi 2CO(g) + O2(g) 2CO2(g) jika
diketahui:
C(g) + O2(g) CO2(g) ∆H = -394kJ
2C(g) + O2(g) 2CO(g) ∆H = +220kJ
132

2) Diketahui reaksi:
2C2H2(g) + 5O2(g) 4CO2(g) + 2H2O(l) ∆H = -2602kJ
2C2H6(g) + 7O2(g) 4CO2(g) + 6H2O(l) ∆H = -3123kJ
H2(g) + 12O2(g) H2O(l) ∆H = -286kJ

2. Kalor Pembentukan Standar


Suatu senyawa dapat dibuat langsung dari unsur-unsurnya. Kalornya
disebut kalor pembentukan dan dapat ditentukan dengan percobaan. Kalor ini
merupakan selisih entalpi senyawa dengan unsur-unsur pembentuknya.
“kalor pembentukan unsur bebas pada suhu 250C dan
tekanan 1 atm adalah nol”
Suhu 250C dan tekanan 1 atm dipilih sebagai keadaan standar karena
dianggap merupakan kondisi yang umum dari permukaan bumi. Kondisi ini
harus dinyatakan mengingat entalpi system dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.
Sesuai dengan perjanjian, maka ∆H pembentukan unsur pada keadaan
standar adalah nol, dengan wujud yang sesuai pada keadaan itu. Contoh:
∆H0f Fe(s) = 0; ∆H0f Hg(l) = 0; ∆H0f H2(g) = 0; ∆H0f N2(g) = 0
Notasi nol kecil (0) diatas ∆H melambangkan nilai entalpi pada keadaan
standar. Berdasarkan perjanjian di atas, kita dapat menentukan kalor
pembentukan (∆H0f) senyawa dari data hasil percobaan.
Tabel 11.1 Kalor Pembentukan Standar Zat Kimia (250C, 1 atm)
Senyawa ∆H0f (kJ mol-1) Senyawa ∆H0f (kJ mol-1)
O2(g) 0 O3(g) 142,7
H2(g) 0 H2O(l) -286
H2O(g) -241,8 Fe(g) 0
HF(g) -271,1 Cl2(g) 0
HCl(g) -92,3 NaCl(s) 411
Br2(l) 0 Br2(g) 30,9
HBr(g) -36,4 I2(s) 0
I2(g) 62,4 HI(g) 26,5
S(s) 0 SO2(g) -297
SO3(g) -396 H2S(s) -20,6
H2SO4(l) -813,8 N2(g) 0
NO(g) 90,2 NO2(g) 33,1
133

NH3(g) -46,1 C(s) 0


CO(g) 110 CO2(g) -394
CH4(g) 74,8 C2H2(g) 227
C2H4(g) 52,2 C2H6(g) -84,5
CH3COOH(l) -484,5 CH3OH(l) -238,7
C2H5OH(l) -277,7 PbSO4(s) -919,9
Al2O3(s) -1675,7 Hg(l) 0
Cu(s) 0 Ag(s) 0
CaO(s) 635,5 CaCO3(s) -1206,9
Fe2O3(s) -822,2

Latihan:
1) Tentukan ∆H0f CO2(g) jika reaksi:
C(s) + O2(g) CO2(g) ∆H = -394kJ mol-1
2) Tentukan ∆H0f H2SO4(l) jika reaksi:
H2O(l) + SO3(g) H2SO4(l) ∆H = -131,8kJ mol-1
3) Tentukan ∆H reaksi dari:
Fe2O3(g) + 3CO(g) 2Fe(s) + 3CO2(g) ∆H = …….?
3. Energi Ikatan
Kalor reaksi juga dapat diperkirakan dari data energy ikatan pereaksi dan
hasil reaksi. Energy ikatan adalah energi rata-rata yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan antar dua atom dalam senyawa. Data dari Tabel 11.2
dipakai untuk menghitung energy pengatoman senyawa (∆H0atom) yaitu energy
yang diperlukan untuk memutuskan semua ikatan dalam senyawa (dalam
keadaan gas) menjadi atom-atomnya.
Tabel 11.2 Energi Ikatan
Ikatan En (kJ mol-1) Ikatan En (kJ mol-1)
H–C 415 H–I 299
H–O 463 C–O 356
H–N 391 C=O 724
H–F 563 C–N 292
H – Br 366 C=N 619
C–C 348 C=N 879
C=C 607 H – Cl 432
C=C 833
134

Contoh energy pengatoman H2O, CH4, dan C3H6:


a. H2O
∆H0atom = 2(O – H)
= 2(463)kJ mol-1
= 926 kJ mol-1
b. CH4
∆H0atom = 4(C – H)
= 4(415)kJ mol-1
= 1660 kJ mol-1

c. C3H6
∆H0atom = 6(C – H) + 1(C – C) + 1(C=C)
= 6(415) + 1(348) + 1(607)
= 3445 kJ mol-1

Jika zat yang terlibat dalam reaksi berupa unsur bebas, maka dipakai
data energi pengatoman unsur (∆H0atom) seperti Tabel 11.3. Energi
pengatoman unsur adalah energy yang diperlukan untuk memutuskan ikatan
antar atom dalam unsur (dalam suhu kamar) sehingga menjadi atom-atom
bebas.
Tabel 11.3 Energi Pengatoman Beberapa Unsur
Atom ∆H0atom (kJ mol-1) Atom ∆H0atom (kJ mol-1)
Li 161 F 79,1
Br 112 Na 108
O 249 S 454
N 473 Cl 121
C 715 Br 112
H 218 I 107

Proses pengatoman bersifat endotermik, karena diperlukan energy untuk


memutuskan ikatan. Dalam reaksi terjadi pemutusan ikatan pereaksi dan
135

pembentukan ikatan hasil reaksi. Dengan kata lain, pengatoman pereaksi


membutuhkan energi, sedangkan pengatoman hasil reaksi melepaskan energy.
Energi pengatoman pereaksi = energy yang dibutuhkan
Energi pengatoman hasil reaksi = energy yang dilepaskan
Sehingga ∆H (kalor reaksi) adalah perbedaan energy yang dibutuhkan
dengan energy yang dilepaskan.
∆H = Energi Pengatoman pereaksi – Energi Pengatoman hasil reaksi
Menghitung kalor reaksi dengan data ikatan akan mudah bila zat yang
terlibat dalam reaksi adalah senyawa berwujud gas atau unsur. Hal ini
disebabkan oleh energy pengatoman senyawa dihitung dalam keadaan gas,
sedangkan energy pengatoman unsure dihitung dalam wujudnya pada suhu
kamar.

Latihan:
Tentukan kalor reaksi dengan menggunakan data energy ikatan
a. C2H4(g) + H2(g) C2H6(g) ∆H = ……?
b. CH4(g) + O2(g) 2CO2(g) + 2H2O(g) ∆H = ……?
Jika senyawa dalam reaksi berwujud cair atau padat, maka di ubah
menjadi gas. Energy yang diperlukan dihitung dari data kalor penguapan (∆Hvap)
dan kalor sublimasi (∆Hsub)

Latihan:
1. Tentukan kalor reaksi pembakaran 1 mol C6H14(l) jika
∆Hvap C6H14 = 28,6 kJ mol-1 dan ∆Hvap H2O = 40,6 kJ mol-1
2C6H14(l) + 19O2(g) 12CO2(g) + 14H2O(l)
2. Hitunglah kalor reaksi dibawah ini dengan data energy ikatan jika ∆Hvap
H2O = 40,6 kJ mol-1
2C2H2(g) + 5O2(g) 4CO2(g) + 2H2O(l)
136

BAB XII
KIMIA ORGANIK

Senyawa organik adalah senyawa yang terdapat dalam organisme yang sangat
bervarisi jumlah atom dan strukturnya. Setiap senyawa organik mengandung
karbon sebagai unsur utama. Dalam bab ini akan membahas senyawa organik
dimulai dari keistimewaan unsur karbon dan cara menuliskan rumus senyawa
organik. Kemudian dilanjutkan dengan senyawa hidrokarbon, yaitu senyawa
yang mengandung hidrogen dan karbon. Pembahasan diarahkan pada
penggolongan, tata nama dan isomernya.

Pengertian Kimia Organik


Senyawa organik berasal dari organisme atau makhluk hidup, karena pada
awalnya diduga hanya dapat dibuat oleh organisme. Tahun 1828, Friedrich
Wholer berhasil mensintesis urea (senyawa organik) dari amonium sianat
(senyawa anorganik).

Sejak itu, banyak dilakukan percobaan untuk membuat senyawa organik.


Ternyata senyawa organik selalu mengandung paling sedikit satu atom karbon.
Salah satu kekhasan senyawa organik adalah mempunyai rumus dan struktur
molekul yang beranekaragam, tergantung pada jumlah atom C (karbon)-nya.
Jadi, senyawa organik adalah senyawa yang strukturnya terutama ditentukan
oleh atom karbon yang saling berikatan.

Keistimewaan Atom Karbon


Keanekaragaman senyawa organik muncul karena keistimewaan atom karbon
(C) yang tidak dimiliki oleh atom lainnya. Keistimewaan itu adalah:
137

1. Atom C dengan elektron valensi empat, sehingga dapat membuat empat ikatan
kovalen tunggal yang cukup kuat dengan atom lain, seperti CH4, CCl4, CH3Cl
dengan struktur tetrahedral.

Gambar 1.1 Struktur CH4, CCl4 dan CH3Cl

2. Satu atom C dapat berikatan kovalen dengan atom C lainnya, dan dapat pula
sambung-menyambung membentuk suatu rantai karbon contoh C2H6 dan C5H12.

Sehingga jumlah atom C dalam senyawa organik sangat bervariasi, mulai dari 1
sampai tak hingga.
3. Rantai karbon dalam senyawa organik dapat berupa rantai lurus, bercabang, dan
melingkar (siklik). Contoh:

4. Antara dua atom C yang berdekatan dapat terbentuk ikatan rangkap dua atau tiga
seperti pada C3H6, dan C3H4.
138

5. Atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen dengan atom elektronegatif


lainnya seperti O, S, N, dan Halogen (F, Cl, Br, dan I). Contoh:

Rumus Senyawa Organik


Secara umum, senyawa kimia mempunyai tiga macam rumus kimia, yaitu (1)
rumus molekul, (2) rumus empiris, dan (3) struktur molekul. Untuk menyatakan
suatu senyawa organik tidak cukup hanya dengan rumus empiris dan rumus
molekul, tetapi juga diperlukan struktur molekulnya, karena suatu senyawa
organik mempunyai rantai karbon yang bervariasi, ada yang lurus, bercabang,
dan melingkar, serta mempunyai ikatan tunggal dan rangkap dua atau tiga. Letak
cabang, ikatan rangkap, dan bentuk rantai, tidak dapat ditunjukkan oleh rumus
molekulnya.
Untuk menggambarkan kedudukan atom dalam ruang (tiga dimensi) cukup sulit
pada kertas (berdimensi dua). Oleh karena itu digunakan tiga jenis rumus, yaitu
(1) rumus dimensional, (2) rumus bola pasak, dan (3) proyeksi newman. Berikut
ini adalah contoh konformasi (penataan dalam ruang secara berlain – lainan) dari
etana.

Rumus Bola Pasak

Catatan:
Jumlah ikatan kovalen suatu atom bergantung pada jumlah elektron yang belum
berpasangan, seperti:
139

Hidrokarbon
Suatu senyawa yang mengandung unsur karbon dan hidrogen disebut
hidrokarbon. Senyawa ini terdiri atas senyawa hidrokarbon alifatik dan aromatik.
Hidrokarbon alifatik adalah senyawa hidrokarbon yang tidak mengandung inti
benzena, baik dalam senyawa yang berantai lurus dan bercabang, maupun siklik.
Hidrokarbon aromatik adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung inti
benzena, yaitu rantai enam karbon yang melingkar tetapi stabil. Hidrokarbon
alifatik yang tidak mengandung ikatan rangkap disebut hidrokarbon jenuh
(alkana), dan yang mengandung ikatan rangkap disebut hidrokarbon tak jenuh
(alkena dan alkuna), serta hidrokarbon siklik yang jenuh disebut sikloalkana.
Alkana
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh, semua atom karbon dalam
alkana mempunyai empat ikatan tunggal dan tidak ada pasangan elektron bebas.
Semua elektron terikat kuat oleh kedua atom. Akibatnya, senyawa ini cukup
stabil dan disebut juga parafin yang berarti kurang reaktif.

Rumus Molekul Alkana


Tabel 8.1 Beberapa senyawa alkana:
Nama senyawa Rumus molekul Rumus Struktur
Metana CH4 CH4
Etana C2H6
Propana C3H8

Butana C4H10
140

Pentana C5H12

Heksana C6H14

Heptana C7H16

Oktana C8H18

Nonana C9H20

Dekana C10H22

Perhatikan jumlah atom C dan atom H pada tabel, bertambah secara teratur yaitu
sebanyak CH2.
CH4 + CH2 = C2H6
C2H6 + CH2= C3H8
C3H8 + CH2= C4H10 ………… dst

Jika diperhatikan, pertambahan sebesar CH2 ini seperti sebuah deret. Sehingga
pertambahan jumlah atom C dan atom H yang teratur ini dinamakan deret
homolog alkana.

Dari deret homolog ini kita peroleh:


Jika atom C = 1, maka atom H =4
Jika atom C = 2, maka atom H =6
Jika atom C = 3, maka atom H =8
Jika atom C = n, maka atom H = Un
Dalam deret aritmatika Un merupakan suku ke-n dengan rumusan
matematikanya:
Un = a + (n - 1)b

Misal: a = U1 = suku pertama = 4


b = beda antar suku = U2 – U1 = 6 - 4 = 2
141

maka, Un = 4 + (n - 1) 2 = 4 + 2n – 2 = 2 + 2n
dari perhitungan di atas, jika atom C = n, maka atom H = 2 + 2n. Jadi rumus
umum golongan alkana adalah
CnH2n+2
Sifat Fisika Alkana
Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 8.2. Sifat – Sifat Fisika Beberapa Senyawa Alkana

Nama senyawa Rumus molekul Titik beku (Tf) oC Titik didih (Tb) oC Wujud pada suhu kamar
Metana CH4 - 183 - 162 Gas
Etana C2H6 - 172 - 89 Gas
Propana C3H8 - 187 - 42 Gas
Butana C4H10 - 135 0 Gas
Pentana C5H12 - 130 36 Cair
Heksana C6H14 - 94 69 Cair
Heptana C7H16 - 91 98 Cair
Oktana C8H18 - 57 126 Cair
Nonana C9H20 - 54 151 Cair
Dekana C10H22 - 30 171 Cair
Undekana C11H24 - 26 174 Cair
Dodekana C12H26 - 10 196 Cair
Tridekana C13H28 - 6 216 Cair
Tetradekana C14H30 6 230 Cair
Pentadekana C15H32 10 251 Cair
Heksadekana C16H34 18 268 Cair
Heptadekana C17H36 22 280 Cair
Oktadekana C18H38 28 303 Padat
Nonadekana C19H40 32 330 Padat
Eikosana C20H42 36 - Padat
Unikosana C21H44 - - Padat

Alkana adalah senyawa nonpolar. Akibatnya, gaya tarik antar molekul lemah.
Alkana rantai lurus sampai dengan butana berwujud gas pada suhu kamar,
sementara alkana C5 sampai C17 berwujud cair, dan alkana C18 atau lebih
berwujud padat. Berdasarkan dari tabel di atas, semakin besar Mr maka harga
titik didih akan semakin besar. Kenaikan titik didih ini pada hakikatnya
disebabkan oleh membesarnya gaya tarik van der waals antara molekul yang
makin panjang. Sementara itu, cabang dalam hidrokarbon akan menurunkan titik
142

didih karena cabang dapat mengganggu gaya tarik van der waals antara molekul-
molekul pada fase padat.

Sifat Kimia Alkana


Umumnya alkana dan sikloalkana tidak bereaksi dengan asam kuat, basa, dan zat
pengoksidasi atau pereduksi, karena alkana bersifat kurang reaktif.
Ada dua reaksi pada alkana yang akan dibahas pada pokok bahasan ini, yaitu
reaksi alkana dengan halogen dan reaksi pembakaran.
Halogenasi

Pembakaran
Pembakaran adalah reaksi cepat suatu senyawa dengan oksigen. Pembakaran
disertai dengan pembebasan kalor (panas) dan cahaya. Pembakaran ada dua jenis
yaitu pembakaran sempurna dan pembakaran tak sempurna. Pembakaran
sempurna adalah pengubahan suatu senyawa menjadi CO2 dan H2O. Sedangkan
pembakaran tidak sempurna menghasilkan karbon monoksida dan uap air.

Pembakaran sempurna

Pembakaran tak sempurna


143

Energi yang dibebaskan bila suatu senyawa teroksidasi sempurna menjadi CO2
dan H2O disebut kalor pembakaran ∆H. Harga kalor pembakaran tergantung
pada banyaknya hidrogen dan karbon dalam suatu molekul.

Isomer alkana
Dalam senyawa karbon, satu rumus molekul bisa mempunyai banyak struktur
molekul dengan sifat-sifat yang berbeda.
Perhatikan contoh berikut:
a. Rumus molekul C4H10
Struktur molekul :

Ada 2 buah isomer dari rumus molekul C4H10

b. Rumus molekul C6H14


Struktur molekul :

Jumlah isomer C6H14 sebanyak 5 buah.

Latihan:

Tulis isomer dari C6H14!


144

Isomer adalah suatu senyawa yang mepunyai rumus molekul sama tetapi struktur
molekul berbeda. Makin banyak atom C maka makin banyak jumlah isomer
senyawa tersebut.

Tabel 8.3. Jumlah Isomer Untuk Senyawa Golongan Alkana.

Rumus Jumlah Rumus Jumlah


molekul isomer molekul isomer
C4H10 2 C13H28 802
C5H12 3 C14H30 1858
C6H14 5 C15H32 4347
C7H16 9 C16H34 10357
C8H18 18 C17H36 24894
C9H20 35 C18H38 60523
C10H22 75 C19H40 148284
C11H24 159 C20H42 366319
C12H26 355
Tata nama alkana
Aturan penamaan senyawa alkana menurut aturan IUPAC:
a. Jika rantai C tidak bercabang penamaan alkana sesuai dengan jumlah atom C
yang dimiliki dan diberi awalan n(n=normal atau tidak bercabang)

b. Jika rantai C bercabang:


1) Tentukan rantai terpanjang dengan cara memanjangkan alkil-alkil yang ada dan
tentukan jumlah atom C dari berbagai ujung C.
145

(ada 6 rantai terpanjang)


2) Tentukan cabang- cabang alkil
Atom C (alkil) yang merupakan cabang adalah alkil yang bukan rantai C
terpanjang tetapi alkil yang terikat pada C terpanjang.

Nama cabang sesuai nama alkana hanya ana diganti il.


Rumus umum gugus alkil adalah CnH2n+1

3) Penomoran cabang (penomoran C1) dengan cara menetapkan nomor cabang


serendah mungkin.

4) Jika cabang lebih dari satu:


a) Alkil yang besar diberi nomor yang kecil
b) Jika cabang yang sama lebih dari satu maka diberi awalan :
di - untuk 2 cabang
tri - untuk 3 cabang
tetra - untuk 4 cabang
penta - untuk 5 cabang
c) Aturan penulisan berdasarkan urutan abjad dari nama alkil. Nama awalan di, tri,
dan sebagainya tidak berpengaruh.
146

Awalan di pada dimetil tidak menetukan urutan penulisan, yang menentukan


adalah awalan m dari metil.

Latihan:
1. Tentukan jumlah isomer dari C7H16 dan namanya!
2. Tentukan jumlah isomer dari C8H18 dan namanya!

Sikloalkana
Alkana yang mempunyai tiga atom karbon atau lebih dapat mempunyai bentuk
siklik (melingkar) yang disebut sikloalkana. Nama senyawa sesuai dengan
alkananya ditambah awalan siklo.
Contoh:

Latihan:
Gambarkanlah rumus struktur dari:
a. Siklobutana
b. Sikloheksana

Berdasarkan contoh, rumus umum sikloalkana adalah CnH2n


147

Senyawa alkana yang mengandung rantai tertutup dan rantai terbuka dalam satu
molekul diberi nama dengan mengambil sikloalkana sebagai induk dan alkana
(alkil) sebagai cabang. Contoh:

Latihan:
Berilah nama senyawa berikut ini:

a. b. c. d.

Alkena
Alkena adalah senyawa alkana yang kehilangan sepasang hidrogen dari dua
karbon yang berdekatan, sehingga ada ikatan rangkap antara karbon tersebut.
Ikatan antara atom C pada alkena ada yang membentuk ikatan rangkap dua.
Dengan adanya ikatan rangkap dua maka senyawa alkena masih memungkinkan
mengikat atom hidrogen lagi dengan membuka ikatan rangkap dua tersebut.
148

Rumus umum alkena


Perhatikan rumus molekul golongan alkena pada tabel 8.4. berikut ini:

Tabel 8.4. Rumus Molekul Beberapa Senyawa Alkena

Nama Rumus Nama Rumus


Molekul Molekul
Etena C2H4 Heptena C7H14
Propena C3H6 Oktena C8H16
Butena C4H8 Nonena C9H18
Pentena C5H10 Dekena C10H20
Heksena C6H12

Perhatikan jumlah atom C dan atom H pada tabel, bertambah secara teratur yaitu
sebanyak CH2.
C2H4 + CH2 = C3H6
C3H6 + CH2= C4H8
C4H8 + CH2= C5H10 ………… dst

Jika diperhatikan, pertambahan sebesar CH2 ini seperti sebuah deret. Sehingga
pertambahan jumlah atom C dan atom H yang teratur ini dinamakan deret
homolog alkana.

Dari deret homolog ini kita peroleh:


Jika atom C = 2, maka atom H =4
Jika atom C = 3, maka atom H =6
Jika atom C = 4, maka atom H =8
Jika atom C = n, maka atom H = Un’
Pertambahan atom C: n = n’ + 1, jadi n’ = n – 1
149

Dalam deret aritmatika Un’ merupakan suku ke-n dengan rumusan


matematikanya:
Un’ = a + (n’ - 1)b

Misal: a = U1 = suku pertama = 4


b = beda antar suku = U2 – U1 = 6 - 4 = 2
maka, Un’ = a + (n’ – 1) b
Un’ = 4 + [(n - 1)-1] 2
Un’ = 4 + (n – 2)2
Un’ = 2n

dari perhitungan di atas, jika atom C = n, maka atom H = 2n. Jadi rumus umum
golongan alkena adalah
CnH2n

Sifat Fisika Alkena


Titik didih alkena dalam deret homolognya naik kira-kira 30oC tiap gugus CH2.
Kenaikan ini sama dengan yang terjadi pada alkana. Sama halnya dengan alkana,
percabangan dalam alkena menurunkan sedikit titik didih. Alkena dianggap non
polar, mereka sedikit lebih mudah larut dalam air jika dibandingkan dengan
alkana, sebab elektron pi, yang agak terbuka itu, ditarik oleh hidrogen (dari air)
yang bermuatan positif parsial (sebagian).
Tatanama Alkena menurut IUPAC
Penamaan alkena pada dasarnya sama dengan alkana, hanya prioritas untuk
penentuan rantai terpanjang dan penomoran C1 harus melalui ikatan rangkap dua
(C=C)
Tahap penamaan:
a. Penentuan rantai terpanjang harus melalui gugus fungsi (melalui ikatan rangkap
dua). Nama alkena dari rantai C terpanjang diberi akhiran -ena.
150

b. Penomoran C1 harus pada nomor ikatan rangkap serendah mungkin. Nomor


ikatan rangkap dua dituliskan pada awal nama rantai C terpanjang.
c. Ketentuan lain sama seperti pada penamaan alkana.
Contoh:

Isomer
Pada alkena ada beberapa jenis isomer yaitu isomer posisi dan isomer geometri.
Isomer posisi terjadi karena posisi ikatan rangkapnya berbeda sedangkan rumus
molekulnya sama. Isomer geometri terjadi karena adanya gugus yang searah (cis)
dan ada yang melintang (trans). Isomer ini akan terjadi pula pada alkena yang
mempunyai atom C genap, dengan posisi ikatan rangkap di tengah.
Contoh :
Isomer posisi dari C5H10
151

Isomer geometri dari C5H10

Latihan:
1. Berapakah jumlah isomer dari C6H12? Tulis lengkap dengan rumus struktur dan
namanya!
2. Berapakah jumlah isomer dari C7H14? Tuliskan lengkap dengan rumus struktur
dan namanya!
Pembuatan Alkena
Alkena dapat dibuat dengan reaksi eliminasi alkohol (dalam asam kuat) atau alkil
halida (dalam basa kuat) atau alkil halida (dalam basa).

Pembuatan alkena dari alkil halida primer :


Alkil halida primer mengalami reaksi eliminasi dengan lambat. Namun bila
digunakan suatu basa berlebih seperti ion t-butoksida, dapat diperoleh alkena
dengan rendemen yang baik.

Pembuatan alkena dari alkohol (reaksi dehidrasi)


152

Alkohol bereaksi eliminasi menghasilkan alkena dalam H2SO4 pekat dan panas.
Karena air dilepaskan dalam reaksi ini maka reaksi ini disebut reaksi dehidrasi.
Contoh:

Alkuna
Alkuna adalah senyawa yang telah kehilangan dua pasang hidrogen pada atom
karbonnya yang berdekatan, sehingga membentuk ikatan rangkap tiga.

Rumus Umum Alkuna


Untuk memahami rumus umum alkuna, perhatikan rumus molekul golongan
alkana berikut:
Nama Rumus Nama Rumus
Molekul Molekul
Etuna C2H2 Heptuna C7H12
Propuna C3H4 Oktuna C8H14
153

Butuna C4H6 Nonuna C9H16


Pentuna C5H8 Dekuna C10H18
Heksuna C6H10
Perhatikan jumlah atom C dan atom H bertambah secara teratur yaitu sebanyak
CH2.
C2H2 + CH2 = C3H4
C3H4 + CH2= C4H6
C4H6 + CH2= C5H8 ………… dst
Pertambahan pada golongan alkuna secara teratur dinamakan deret homolog
alkuna.
Deret homolog alkuna diperoleh jika atom
Jika atom C = 2, maka atom H =2
Jika atom C = 3, maka atom H =4
Jika atom C = 4, maka atom H =6
Jika atom C = n, maka atom H = Un’
Pertambahan atom C: n = n’ + 1, jadi n’ = n – 1
Dalam deret aritmatika Un merupakan suku ke-n dengan rumusan
matematikanya:
Un’ = a + (n’ - 1)b
Misal: a = U1 = suku pertama = 2
b = beda antar suku = U2 – U1 = 4 - 2 = 2
maka, Un’ = a + (n’ – 1) b
Un’ = 2 + [(n - 1)-1] 2
Un’ = 2 + (n – 2)2
Un’ = 2n – 2
dari perhitungan di atas, jika atom C = n, maka atom H = 2n-2. Jadi rumus umum
golongan alkena adalah
CnH2n-2
154

Tatanama Alkuna
Penamaan golongan alkuna sama seperti penamaan pada golongan alkena.
Tahap penamaan alkuna:
a. Penentuan rantai terpanjang harus melalui gugus fungsi (melalui ikatan rangkap
tiga). Nama alkuna dari nama rantai C terpanjang dengan diberi akhiran –una.
b. Penomoran C1 harus pada nomor ikatan rangkap serendah mungkin. Nomor
ikatan rangkap tiga dituliskan pada awal nama rantai C terpanjang.
c. Ketentuan lain sama seperti pada alkana.
Contoh:

Latihan
Berinama senyawa berikut ini:

a.

b.

Isomer
155

Sama dengan alkena, pada alkuna terdapat isomer posisi, bila atom karbon lebih
dari 3.
Contoh menentukan isomer C4H6:

Latihan:
Berapa jumlah isomer dari:
a. C6H10
b. C7H12
Tuliskan rumus struktur dan nama dari masing-masing isomer yang diperoleh.

Hidrokarbon Aromatis
Hidrokarbon aromatis adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung inti
benzena. Senyawa ini mempunyai bau yang enak dan mempunyai rantai
melingkar (siklik) dengan enam karbon. Rumus molekul senyawa ini adalah
C6H6 yang disebut benzena.

Rumus di atas menunjukan bahwa semua atom karbon dan hidrogen berada
dalam satu bidang datar. Adanya ikatan rangkap yang selang-seling
mengakibatkan benzena mempunyai dua bentuk resonansi, yaitu :
156

Sehingga struktur yang sesunguhnya bukanlah salah satu dari keduanya tetapi
merupakan gabungan keduanya, dan digambarkan sebagai berikut:

Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa keenam ikatan C – C tersebut sama
panjang dan sama besar energinya. Berikut ini adalah beberapa contoh molekul
benzena yang saling bergabung menjadi suatu molekul polisiklik.

Benzena yang mengandung alkana disebut alkil benzena, dengan benzena


sebagai rantai induk dan alkana sebagai cabang, perhatikan contoh berikut ini:

Berikut ini adalah beberapa nama senyawa benzena yang umum:


157

Benzena terdisubstitusi diberi nama dengan awalan orto, meta, dan para. Dan
tidak dengan nomor posisi. Awalan orto menunjukkan bahwa kedua substituen
itu 1, 2; meta menandai hubungan 1,3; dan para menandai hubungan 1,4.
Penggunaan orto, meta dan para sebagai ganti nomor-nomor posisi hanya khusus
untuk benzena terdisubstitusi, dan tidak berlaku pada sikloheksan atau sistem
cincin lain.

Contoh :
158

Latihan:
Beri nama senyawa berikut ini:

a. b. c.

Gugus fungsional dan turunan hidrokarbon


Senyawa hidrokarbon adalah induk senyawa organik, dan yang paling banyak
adalah turunan hidrokarbon. Yang disebut turunan hidrokarbon adalah apabila
satu atau lebih atom hidrogen diganti (disubstitusi) oleh gugus lain yang bukan
alkil. Yang dianggap sebagai induk senyawa organik alifatik adalah alkana
(CnH2n+2) dan aromatik adalah benzena (C6H6), dan masing-masing dapat
disederhanakan.
R–H R = alkil = C2H2n+1
Ar – H Ar= aril = C6H5
159

Apabila gugus pengganti dilambangkan dengan Y maka turunan hidrokarbon


dapat dinyatakan sebagai:
R–Y atau Ar – Y
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang sulit bereaksi, tetapi kebanyakan
turunannya bersifat reaktif, karena gugus pengganti H – nya mengandung atom
yang mempunyai pasangan elektron bebas, seperti halogen, oksigen, nitrogen,
dan belerang.

Gugus yang seperti diatas disebut gugus fungsional. Akibatnya, sifat kimia
senyawa organik banyak ditentukan oleh gugus fungsionalnya. Mengetahui
gugus fungsional sangat penting, karena penggolongan dan pemberian nama
turunan hidrokarbon didasarkan pada jenis gugus tersebut. Gugus fungsional
tidak banyak jumlahnya dan tidak sulit untuk diingat, karena perbedaan satu
dengan yang lain hanya sedikit.
Tabel: beberapa gugus fungsional penting dalam senyawa organik.
Rumus Nama Rumus Nama
gugus gugus umum umum
- X (- F, - Halo R–X Alkil
Cl, - Br, - I) halida
- OH Hidro R – OH Alkoho
ksil l
-O-R Alkok R–O–R Eter
si
Formi Aldehid
l a

Karbo Karbok
ksil silat
160

Ester Ester

Amid Amida
a

Amin Amina
o

Merka Merkap
pto tan

Walaupun nama turunan hidroksida didasarkan pada gugus fungsionalnya, tetapi


sistem penamaan masih belum seragam. Ada yang memakai nama menurut
aturan (nama rasional) dan ada yang tidak (nama trivial). Senyawa yang banyak
di pasaran lebih populer nama travialnya. Nama rasional pun masih terbagi dua,
yaitu menurut IUPAC, dan non IUPAC. Akan tetapi yang keduanya lebih
populer sehingga disebut nama umum.

Alkil halida
Senyawa organik yang mengandung halogen secara umum disebut
organohalogen, tetapi yang mengandung satu halogen dan satu alkil disebut alkil
halida (RX). Nama alkil halida bergantung pada alkil dan halogennya, baik nama
menurut IUPAC maupun nama umumnya.
IUPAC Nama Umum
fluorometana Metil fluorida

1-fluoropropana Propil fluorida


161

Bromoetena Vinil bromida

Alkohol
Senyawa yang mempunyai gugus OH (hidroksil) yang terikat pada atom karbon
disebut alkohol. Jika ada satu OH disebut monoalkoholdengan rumus umum
ROH. Nama senyawa ini diturunkan dari alkananya, dengan menggantikan
akhiran ‘ana’ dengan’ ol’.
Contoh:
IUPAC Nama Umum
CH3OH metanol metil alkohol
1-butanol butil alkohol
2-butanol isobutil alkohol

Setiap alkohol mempunyai gugus karbinol . Jika pada karbon yang


mengandung gugus karbinol terdapat satu gugus alkil ( - R ), maka alkohol
primer. Bila terdapat dua dan tiga gugus alkil masing-masing disebut alkohol
sekunder dan alkohol tersier.

Contoh :
162

Apabila suatu senyawa mengandung lebih dari satu gugus – OH pada atom
karbon yang berbeda disebut polialkohol.
Contoh:

Eter
Eter dapat dianggap turunan air dengan mengganti kedua H-nya dengan alkil, R –
O – R’. nama eter menurut IUPEC didasarkan pada nama alkil yang terpanjang
sebagai induk dan R – O (alkoksi) sebagai gugus. Nama umumnya didasarkan
pada kedua alkil dengan memberi akhiran eter.
Contoh:
IUPAC Nama Umum
metoksimetana dietil eter
metoksietana etil metil eter
metoksipropana etil propil eter

Aldehida

Senyawa yang mengandung gugus formil disebut aldehida dengan

rumus umum atau RCHO. Nama IUPAC senyawa diturunkan dari


163

alkana dengan mengganti akhiran ‘ana’ dengan ‘al’. Nama umumnya didasarkan
nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida.
Contoh:
IUPAC Nama Umum
HCHO metanal formaldehida
CH3CHO etanal asetaldehida
C3H7CHO butanal butiraldehida
Keton

Senyawa yang mengandung gugus karbonil disebut keton, dengan

rumus umum atau RCOR’. Nama IUPEC didasarkan pada


alkananya yang diberi akhiran ‘on’, sedangkan nama umumnya berdasarkan
nama kedua gugus alkilnya yang ditambah akhiran keton.
Contoh:
IUPAC Nama Umum
CH3COCH3 propanon dimetil keton
(aseton)
CH3CH2COCH3 2-butanon etil metil keton
C3H7COCH3 2-pentanon metil propil keton
Asam Karboksilat

Senyawa yang mengandung gugus karboksil disebut asam

karboksilat dengan rumus atau RCOOH. Nama IUPAC – nya


diturunkan dari alkana dan diberi akhiran “oat”, sedangkan nama umumnya
didasarkan pada nama aldehidanya yang diberi awalan “asam”. Contoh:
IUPAC Nama Umum
HCOOH metanoat asam format
164

(asam semut)
CH3COOH etanoat asam asetat (asam
cuka)
C2H5COOH propanoat asam propionat

Senyawa ini disebut asam karena dapat melepaskan proton dalam air.

Jika mengandung dua gugus karboksil senyawa disebut dikarboksilat. Contoh:

Ester
Ester dapat dianggap sebagai turunan asam karboksilat dengan mengganti
hidrogen pada gugus karbonilnya dengan alkil. Rumus umum ester adalah

atau RCOOR’. Nama ester dimulai dari gugus alkil (R’) dan diikuti
dengan nama asam karboksilat.
IUPAC Nama Umum
HCOOCH3 metil metanoat metil format
CH3COOCH3 metil etanoat metil asetat
C2H5COOC2H5 etil propanoat etil propionat
Pembentukan ester (reaksi esterifikasi)
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan asam karboksilat dengan alkohol.

Contoh:
165

Amida
__
Bila gugus hidroksi asam karboksilat diganti dengan gugus amino ( NH2 ),

maka terbentuk senyawa amida, dengan rumus atau RCONH2.


Nama IUPAC-nya diturunkan dari alkana, dan nama umumnya dari karboksilat
yang diberi akhiran “amida”.
IUPAC Nama Umum
HCONH2 metanamida formamida
CH3CONH2 etanamida asetamida
CH3CH2CH2CONH2 butanamida butiramida

Amina
Senyawa yang mengandung gugus amino (-NH2) disebut amina, dengan rumus
umum RNH2. Nama umumnya adalah:
IUPAC Nama Umum
CH3NH2 amino metana metil amina
CH3CH2CH2NH2 1 – amino propil amina
propana
CH3CHNH2CH3 2 – amino isopropil amina
propana

Senyawa amina adalah turunan dari amonia (NH3) dengan mengganti


hidrogennya dengan alkil. Jika satu hidrogen diganti dengan alkil disebut amina
primer. Jika dua hidrogen diganti dengan alkil disebut amina sekunder. Jika tiga
hidrogen diganti dengan alkil disebut amina tertier.
166

Ada juga senyawa amina siklik, seperti:

Merkaptan
Senyawa ini mengandung gugus –SH, yang menurut IUPAC disebut sulfohidril
(tiol). Tetapi karena senyawa ini dapat mengikat raksa maka nama umumnya
merkaptan. Dengan rumus umum RSH.
IUPAC Nama Umum
CH3SH metanatiol metil merkaptan
CH3CH2SH etanatiol etil merkaptan
C3H7CH2SH butanatiol butil merkaptan

Reaksi-reaksi Organik
Reaksi organik dapat dibagi ke dalam enam kelompok besar, yaitu reaksi
substitusi, eliminasi, adisi, redoks, penataan ulang dan kondensasi. Semua reaksi
ini hanya terjadi pada gugus tertentu, sedangkan bagian yang lain tidak
mengalami perubahan.

Reaksi substitusi
Reaksi penggantian suatu gugus dengan gugus lain disebut reaksi substitusi.
167

Contoh :
Substitusi radikal bebas

Substitusi ion negatif (nukleofilik)

Substitusi ion positif (elektrofilik)

Reaksi hidrolisis ester menjadi asam karboksilat dan alkohol

Reaksi hidrolisis alkil halida

Reaksi Adisi
Reaksi adisi adalah reaksi penambahan masing-masing satu gugus pada kedua
atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap, sehingga menghilangkan ikatan π
atau rangkapnya.
168

Reaksi adisi dengan hidrogen (reaksi hidrogenasi)

Reaksi adisi dengan halogen (reaksi halogenasi)

Reaksi adisi dengan asam halida

Reaksi adisi dengan air (reaksi hidrasi)

Catatan: dalam reaksi adisi menurut aturan Markonikov, atom hidrogen


penyerang akan terikat pada atom karbon ikatan rangkap yang mengandung
hidrogen lebih banyak.
169

Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi adalah reaksi penarikan dua gugus dari dua atom karbon yang
berdekatan, sehingga membentuk ikatan rangkap.

Contoh:

Reaksi Redoks
Reaksi redoks merupakan reaksi serah terima elektron sehingga satu pereaksi
teroksidasi dan yang lain tereduksi.
Contoh reaksi oksidasi:

Contoh reaksi reduksi:


170

Reaksi Penataan Ulang


Reaksi penataan ulang adalah perubahan posisi gugus dalam molekul sehingga
menghasilkan senyawa dengan struktur berbeda. Contoh:
Isomerisasi butana

Penataan ulang benzidina

Penataan ulang orton


171

Kondensasi
Kondensasi adalah terbentuknya ikatan karbon dengan karbon, atau karbon
dengan nitrogen, melalui eliminasi salah satu gugus dari masing-masing senyawa
yang belum berikatan, sehingga terjadi perpanjangan rantai.
Dalam satu molekul

Antara dua molekul yang sama

Antara molekul yang berbeda

Polimer
172

Ada senyawa yang molekulnya sangat besar, baik yang terdapat di alam maupun
yang dibuat oleh manusia. Setelah dilakukan penelitian ternyata senyawa-
senyawa besar tersebut tersusun dari molekul-molekul kecil yang saling sambung
menyambung. Buktinya, molekul-molekul tersebut dapat diuraikan menjadi
molekul-molekul yang kecil yang sama atau berbeda. Molekul besar tersebut
dalam kimia organik disebut polimer, dan molekul kecil pembentuknya disebut
monomer. Ada dua cara terbentuknya polimer, yaitu cara kondencasi dan cara
adisi, sehingga hasilnya disebut polimer kondensasi dan polimer adisi.
Polimer kondensasi
Bila dua macam monomer atau lebih bergabung dan cara terikatnya melalui
kondensasi, maka disebut polimer kondensasi. Ikatan terjadi melalui
pengurangan masing-masing satu gugus dari atom karbon-karbon atau karbon-
nitrogen. Contoh:

Polimer Adisi
Dalam polimer adisi, satu ikatan rangkap diadisi oleh molekul lain secara
sambung-menyambung. Contoh:
173

Contoh: PVC, propilena, PVA, polistiren


Latihan:
1. Tulis reaksi adisi dari: (Menurut Aturan Markonikov)
a. 1-butena + HI →
b. 1-propena + H2O →
c. 2-metil-2-pentena + HCl →
d. 2-butena + H2 →
2. Tulis reaksi pembuatan:
a. diklorometana dari metana
b. asam propionat dari 1-propanol
c. butanal dari butanol
d. 1-propanol dari propana

Daftar Pustaka:
Fessenden & Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
174

TENTANG PENULIS

Ratulani Juwita, lahir di Kota Solok, Sumatera Barat pada 10 April 1985.
Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat dengan bidang ilmu Kimia. Memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Kimia tahun 2008 di Universitas Negeri Padang. Gelar
Magister Pendidikan (M.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia di Pascasarjana
Universitas Negeri Padang pada tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai