1 PB
1 PB
HALAMAN 88 – 94
http://jurnal.unpad.ac.id/justin
Lesitin
ABSTRAK
Lesitin merupakan emulsifier alami dan mempunyai sifat fosfolipid yang amphifilik dengan daerah polar dan non polar sehingga
penggunanya sudah banyak diaplikasikan dalam industri pangan dan non pangan. Lesitin berbasis minyak nabati dihasilkan
dari CPO (Crude Palm Oil) secara dua metode degumming yang dengan menghasilkan karakteristik dari standar mutu lesitin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode acid degumming (asam sitrat) dan degumming bertingkat (asam
sitrat-air) dan lama proses degumming untuk menghasilkan rendemen, bilangan asam, nilai acetone insoluble dan toluene
insoluble yang mendekati standar mutu lesitin. Faktor yang diteliti adalah jumlah penambahan pelarut (asam sitrat dan air)
dengan konsentrasi (2,5% , 3%, dan 3,5%) dan lama (20 menit dan 30 menit) proses degumming. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimental dan dilakukan uji statistik dengan menggunakan metode (RAL) dan diulang sebanyak 2 kali. Data
dianalisis menggunakan ANOVA dengan uji lanjut Duncan 5%. Perlakuan yang menghasilkan mendekati standar mutu lesitin
terdapat pada pelarut asam sitrat dengan konsentrasi 2,5% yang menghasilkan rendemen 4,12%, bilangan asam 32,6
mgKOH/g, Acetone Insoluble 52,8%, dan Toluene Insoluble 0,66%.
Kata Kunci: CPO (Crude Palm Oil), Lesitin, Degumming, Pelarut, Standar mutu lesitin
88
DEBBY OLIVIA PUTRI - JURNAL INDUSTRI PERTANIAN – VOLUME 01. NOMOR 03. TAHUN 2019.
sekitar 100 juta/kilogram digunakan (Bija, et. al., 2017). Penelitian yang dilakukan
pertahunnya. Kebutuhan lesitin di Indonesia Hulu (2017) penelitian menggunakan metode
saat ini masih berasal dari impor Amerika dan degumming bertingkat menghasilkan minyak
Eropa. Harga soya lesitin di pasar mencapai Rp ikan dan hasil samping dengan rendemen yang
132,000,00/kg. Leistin untuk kesehatan dan tinggi yaitu 62,22% dan 65,37%. Degumming
kosmetik di pasar dan supermarket mencapai bertingkat merupakan proses pemurnian yang
Rp 140,000,00/ 500 gram. Perkembangan dilakukan berulang mulai dari tahap
untuk memanfaatkan hasil samping dari minyak degumming 1 hingga ke degumming
nabati sangatlah menarik untuk di jadikan selanjutnya. Pemurnian bertingkat diharapkan
peningkatan perekonomian Indonesia serta mendapatkan hasil samping dan minyak
memanfaatkan minyak nabati bersumber dari dengan rendemen yang cukup tinggi (Dari, D.
tumbuhan dan tanaman di Indonesia.Lemak W., et. al. 2017)
pada kelapa sawit dapat diektsrak dan akan
mendapatkan minyak kelapa sawit. Minyak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
kelapa sawit ini dapat dikaji lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh metode degumming
dijadikan bahan baku lesitin. Dengan metode dengan satu proses dan pengaruh metode
degumming ekstraksi lesitin dilakukan. Adapun degumming bertingkat untuk menghasilkan
metode degumming terdiri beberapa jenis, rendemen maksimal serta lama proses
diantaranya water degumming, enzyme degumming terhadap karakteristik lesitin yang
degumming, acid degumming, total dihasilkan sesuai standar mutu lesitin.
degumming, super degumming, dan
2. TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan ultrafiltrasi membrane
degumming (Kanakraj, 2006). 2.1. CRUDE PALM OIL
CPO (Crude Palm Oil) merupakan minyak sawit
Dalam pemilihan metode degumming perlu
mentah yang dihasilkan dari mesocarp
disesuaikan dengan karakteristik bahan minyak
(serabut buah sawit berwarna kuning) diperoleh
yang akan digunakan. Karakteristik bahan
dengan cara ekstraksi dan belum mengalami
harus dikaji dengan jenis senyawa fosfatida
proses pemurnian. CPO merupakan minyak
dalam minyak. Jenis senyawa fosfatida ada dua
dari sepesies Elaeis guineensis atau yang
macam yaitu, fosfatida hydratable (HPL) dan
disebut kelapa sawit (Reeves et al., 1979
fosfatida non-hydratable (NHPL). Fosfatida
dikutip Sardinda 2011). Mesocarp merupakan
hydratable (HPL) adalah senyawa fosfatida
bagian serabut buah berwarna kuning dan
yang mudah dipisahkan dengan penambahan
terdapat mengandung minyak yang dikenal
air pada suhu rendah sekitar 400C.
sebagai CPO (Crude Palm Oil) (Memet Hakim,
Penambahan air mengakibatkan fosfolipid akan
2007).
kehilangan sifat lipofiliknya dan berubah sifat
menjadi lipofobik sehingga mudah dipisahkan Lipida merupakan molekul alami yang sangat
dari minyak (Dijkstra dan Opstal, 1987). Jenis penting untuk kebutuhan pangan. Bentuk-
fosfatida non-hydratable (NHPL) harus bentuk lipid diantaranya trigliserida (lemak,
dikonversi terlebih dahulu menjadi fosfatida minyak, glikolipida), turunan asam lemak (lilin,
hydratable dengan penambahan larutan asam aldehid, asam lemak), sterol dan steroida,
dan dilakukan proses penetralan untuk karotenoida, glikopida (serebosida dan
menghilangkan kadar FFA (Free Fatty Acid) fosfolipida).
(Thiagarajan dan Tang, 1991).
2.2. LESITIN
Proses pemurnian minyak yang dilakukan .Lesitin merupakan emulsifier dengan
dengan satu kali proses sudah banyak diteliti. komponen utama yang salah satunya adalah
Pemurnian satu kali proses merupakan fosfolipid. Fosfolipid tertinggi terdapat pada
pemurnian yang dilakukan tahap degumming
hewan, juga terdapat pada tumbuhan yang
89
DEBBY OLIVIA PUTRI - JURNAL INDUSTRI PERTANIAN – VOLUME 01. NOMOR 03. TAHUN 2019.
90
DEBBY OLIVIA PUTRI - JURNAL INDUSTRI PERTANIAN – VOLUME 01. NOMOR 03. TAHUN 2019.
91
DEBBY OLIVIA PUTRI - JURNAL INDUSTRI PERTANIAN – VOLUME 01. NOMOR 03. TAHUN 2019.
Pemisahan gum pada CPO (Crude Palm Oil) Duncan. Penelitian ini menggunakan dua
dilakukan dengan metode degumming metode dan variabel bebas yang terdiri dari
bertingkat dilakukan mengambil 240 mL CPO metode acid degumming dan degumming
yang telah dicairkan dengan pemanasan dan bertingkat, waktu pengadukan (20 menit dan 30
menambahkan asam sitrat dengan konsentrasi menit), dan konsentrasi asam (2,5%, 3% dan
2,5%, 3%, dan 3,5%. Kemudian diaduk 3,5%) yang digunakan pada proses produksi
menggunakan magnetic stirrer selama 20 menit lesitin.
dan 30 menit dengan suhu 80oC. kemudian
dilakukan penetralan menggunakan NaOH 1%, 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
lalu dilakukan pemisahan gum dan minyak
4.1. KARAKTERISASI LESITIN
menggunakan sentrifugasi dengan kecepatan
Pada proses acid degumming, gum yang
3000 rpm (20 menit). Gum pertama ditimbang,
terdapat pada endapan minyak dipisahkan
lalu minyak hasil degumming pertama
menggunakan alat sentrifugasi. Proses metode
dilakukan penambahan air dan proses kedua
ini menghasilkan rendemen tertinggi 4,12% .
kalinya dengan ditambahkan air sebanyak
Dalam waktu 30 menit, hal ini lama proses
2,5%, 3%, dan 3,5%. Dilakukan pemisahan
degumming berpengaruh nyata terhadap
dengan sentrifugasi dan hasil gum kedua
rendemen yang dihasilkan. Penelitian yang
ditambahkan dengan hasil gum pertama untuk
dilakukan oleh Kurniati (2017) dengan lama
mengetahui hasil rendemen yang tinggi.
proses degumming berpengaruh terhadap
Selanjutnya dilakukan pemurnian
rendemen yang dihasilkan. Sedangkan pada
menggunakan aseton.
proses degumming bertingkat menghasilkan
Mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama rendemen yang sama dengan yang dilakukan
degumming dilakukan dengan rancangan acak pada proses acid degumming. Hal ini
lengkap dan diolah menggunakan aplikasi membuktikan bahwa tidak berpengaruh nyata
SPSS (Statistical Package for the Social terhadap konsentrasi asam sitrat dan
Sciences) untuk mengetahui ANOVA dan Uji dilanjutkan dengan penambahan air .
Nilai acetone insoluble pada degumming kemurnian lesitin sehingga dapat diketahui
bertingkat menghasilkan 53,2%, nilai AI jumlah residu bahan non-lemak dalam toluene.
tersebut tidak jauh berbeda dengan nilai AI Dari hasil penelitian didapat bahwa AI yang
yang dihasilkan oleh degumming memakai didapatkan memiliki nilai yang kurang dengan
pelarut asam. Nilai toluene insoluble yang standar mutu lesitin yakni >60, kandungan
dihasilkan water degumming 0,62% phosphotidil inositol (PI) dan phosphotidil
dibandingkan dengan nilai TI yang dihasilkan choline (PC) yang terdapat pada minyak tidak
acid degumming tidak jauh berbeda dengan dapat larut dalam air. Gum yang terisolasi
acid degumming. Tujuan menguji nilai AI dan TI kemungkinan besar mengandung acid yang
adalah untuk mengidentifikasi fosfolipid pada masih terikut. Nilai pada kandungan TI dari gum
lesitin yang dihasilkan tidak larut dalam aseton yang dihasilkan lebih tinggi dari standar mutu
dan toluene. Presentase aseton akan lesitin, oleh karena itu metode degumming
menentukan sifat pembasah dan emulsifikasi, dengan penambahan pelarut asam sitrat dan
sedangkan toluene sebagai identifikasi air ini tidak dapat digunakan sebagai aditif
92
DEBBY OLIVIA PUTRI - JURNAL INDUSTRI PERTANIAN – VOLUME 01. NOMOR 03. TAHUN 2019.
makanan karena kurang dari 60%, sisa asam asam pada standar mutu lesitin. Hal ini semakin
yang masih terikut dapat menimbulkan besarnya nilai bilangan asam yang didapat
karsinogen (Szuhaj,2005). maka tinggi rendahnya bilangan asam salah
satunya dipengaruhi oleh kandungan bahan
Pengujian pada bilangan asam lesitin atau sampel yang digunakan. Bahan yang
menggunakan pelarut asam sitrat memiliki nilai digunakan dalam pembuatan lesitin yaitu CPO
32,7 mgKOH/g dan nilai bilangan asam yang atau minyak sawit kasar yang rentan terhadap
dihasilkan dari air tidak jauh berbeda dengan terjadinya proses hidrolisis dan oksidasi jika
penelitian menggunakan pelarut asam 32,6 terkena kontak antara sejumlah oksigen
mgKOH/g. Berdasarkan penelitian sebelumnya dengan minyak dan lemak (Qurrota,2013).
Kurniati (2017) menghasilkan 2,51 mgKOH/g. Kemungkinan besar gum yang terisolasi masih
Bilangan asam yang terdapat pada lesitin mengandung fatty acid yang terikut
hampir mendekati maksimal nilai bilangan (Szuhaj,2005).
93
DEBBY OLIVIA PUTRI - JURNAL INDUSTRI PERTANIAN – VOLUME 01. NOMOR 03. TAHUN 2019.
94