Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN INFARK MIOKARD AKUT

DI

OLEH :

SYUKRI

P00320220056

KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES


KEMENKES ACEH PROGRAM LANGSA TAHUN
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga modul
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Makalah ini di buat guna untuk memenuhi tugas
kuliah.
Penulis sangat berharap semoga modul ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar modul ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan modul ini.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................2
A. Medis Infark Miokard Akut............................................................................................2
a. Definisi........................................................................................................................2
b. Klasifikasi....................................................................................................................2
c. Etiologi........................................................................................................................3
d. Patofisiologi.................................................................................................................4
e. Manifestasi Klinis........................................................................................................5
f. Penatalaksanaan...........................................................................................................6
g. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................7
h. Komplikasi Infark Miokard.........................................................................................8
i. Faktor Resiko...............................................................................................................8
B. Asuhan Keperawatan Pada Infark Miokard Akut...........................................................9
a. Pengkajian...................................................................................................................9
b. Diagnosa Keperawatan................................................................................................9
c. Rencana Keperawatan.................................................................................................9
d. Implementasi...............................................................................................................9
e. Evaluasi.....................................................................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
A. Kesimpulan...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung
adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terhenti sehingga
sel otot jantung mengalami kematian (Robbins SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam
Pratiwi, 2012). Masyarakat sering menganggap nyeri dada yang menjalar hanyalah
rasa capek biasa, kemungkinan besar itu tanda dari penyakit jantung. Nyeri pada
infark miokard akut tidak bisa hilang sendirinya, meskipun gejala berkurang saat
istirahat. Pada masyarakat masih salah persepsi ketika mereka istirahat, gejala mereka
hilang berarti mereka sembuh. Salah satu penyebab adalah anggapan bahwa penyakit
yang ia derita hanya gejala masuk angin atau angin duduk biasa.

Dari data WHO tahun 2012 menunjukkan bahwa Infark Miokard Akut atau
IMA merupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung 12,2% kematian di
dunia di akibatkan oleh penyakit kardiovaskuler salah satunya adalah Infark Miokard
Akut (WHO, 2012). Penyebab utama dari terjadinya infark miokard adalah
ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen di jaringan otot jantung.
Kebutuhan oksigen di jaringan otot jantung yang tinggi, tetapi pasokan (supply)
oksigen ke daerah tersebut kurang. Jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu yang
cukup lama, lama kelamaan jaringan otot jantung dapat rusak dan bersifat menetap.
Sehingga darah yang membawa oksigen tidak mencapai otot jantung.

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan
melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan Infark Miokard
Akut

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Medis Infark Miokard Akut

a. Definisi
Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena
sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya
aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke
jaringan otot jantung. ( Joyce, 2014 ).

Infark Miokard Akut ( IMA ) didefinisikan sebagai nekrosis miokardium yang


disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri
koroner. Sumbatan ini sebagian besardisebabkan oleh rupture flak ateroma pada arteri
koroner yang kemudian diikuti oleh terjadinya thrombosis, vasokontriksi, reaksi
inflamasi, dan mikroembolisasi distal. Kadang-kadang sumbatan akut ini dapat pula
disebabkan oleh spasme arteri koroner, emboli, atau vaskulitis. ( Muttaqin, 2009 ).

Infark miokard disebabkan oleh nekrosis miokardium akibat perfusi darah


yang tidak adekuat pada jaringan otot jantung. Keadaan ini menyebabkan perubahan
mikroskopis pada jantung dan pelepasan enzim jantung ke dalam aliran darah. Faktor
resiko meliputi pertambahan usia, keadaan hiperkoagulabel, vaskulitis dan faktor
yang menjadi predisposisi aterosklerosis ( Tao, 2014 ).

b. Klasifikasi
 Infark Miokard Akut Subendokardial
Infark miokard Subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial
yang relatif menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat perubahan derajat
penyempitan arteri koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi,
perdarahan dan hipoksia ( Rendy & Margareth, 2012 ).
 Infark Miokard Akut Transmural
Pada lebih dari 90 % pasien infark miokard transmural berkaitan dengan
trombosis koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami
penyempitan arteriosklerosik. Penyebab lain lebih jarang ditemukan ( Rendy &
Margareth, 2012 ).

2
c. Etiologi
Intinya IMA terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkan kematian sel – sel
jantung tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut
( Kasron, 2016 ) diantaranya :
 Berkurangnya suplai oksigen ke miokard
Menurunnya suplai oksigen disebabkan oleh tiga faktor, antara lain :
1) Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah
mencapai sel – sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu
kepatenan pembuluh darah diantaranya : atherosclerosis, spasme, dan
arteritis. Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak
memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya
dihubungkan dengan beberapa hal antara lain : mengkonsumsi obat-ibatan
tertentu, stress emosional atau nyeri, terpapar suhu dingin yang ekstrim,
merok

2) Faktor sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung
keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak
akan lepas dari faktor pemompaan dan volume darah yang dipompakan.
Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi
hipotensi. Stenosis maupun isufisiensi yang terjadi pada katup-katup
jantung ( aorta, mitrlalis, maupun trikuspidalis ) menyebabkan
menurunnya cardiac output ( COP ). Penurunan COP yang diikuti oleh
penurunan sirkulasi menyebabkan beberapa bagian tubuh tidak tersuplai
darah dengan adekuat, termasuk dalam hal ini otot jantung. ok.

3) Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Jika
daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh
darah) dan pemompaan jantung maka hal tersebut tidak cukup membantu.
Hal-hal yang menyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain :
anemia, hipoksemia, dan polisitemia.

3
 Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh
Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu
dikompensasi diantaranya dengan meningkatkan denyut jantung untuk
meningkatkan COP. Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap penyakit
jantung, mekanisme kompensasi justru pada akhirnya makin memperberat
kondisinya karena kebutuhan oksigen semakin meningkat, sedangkan suplai
oksigen tidak bertambah.

Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya


kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya infark. Misalnya : aktivitas
berlebih, emosi, makan terlalu banyak, dan lain-lain. Hipertropi miokard bisa
memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang harus disuplai
oksigen, sedangkan asupan oksigen menurun akibat dari pemompaan yang
tidak efektif.

d. Patofisiologi
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 – 40 menit akan menyebabkan
kerusakan seluler irreversibel dan kematian otot atau nekrosis. Bagian
miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi
secara permanen. Jaringan yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu daerah
iskemik yang berpotensi dapat hidup. Ukuran infark lahir tergantung dari nasib
daerah iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami nekrosis maka besar
daerah infark akan bertambah besar sedangkan perbaikan iskemia akan
memperkecil daerah nekrosis.

Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. Infark digambarkan


lebih lanjut sesuai letaknya pada dinding ventrikel. Misalnya, infark miokardium
anterior mengenai dinding anterior ventrikel kiri. Daerah yang biasanya terserang
infark adalah bagian inferior, lateral, posterior, dan septum.

Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan


selama berlangsungnya proses penyembuhan. Mula – mula otot yang mengalami
infark tampak memar dan sianotik akibat terputusnya aliran darah regional. Dalam
jangka waktu 24 jam timbul edema pada sel – sel, respon peradangan disertai
infiltasi leukosit. Enzim – enzim jantung akan terlepas dari sel – sel ini menjelang
hari kedua atau ketiga mulai proses degradasi jaringan dan pembuangan semua

4
serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relatif tipis. Kira – kira pada
minggu ke-3 mulai terbentuknya jaringan parut. Lambat laun jaringan
penyambung fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan
yang progresif. Pada minggu ke-6 parut sudah terbentuk dengan jelas. Infark
miokardium jelas akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis
kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga
mengalami gangguan daya kontraksi. Secara fungsional infark miokardium akan
menyebabkan perubahan – perubahan seperti pada iskemia :

(1) daya kontraksi menurun,

(2) gerakan dinding abnormal,

(3) perubahan daya kembang dinding ventrikel,

(4) pengurangan curah sekuncup,

(5) pengurangan fraksi ejeksi,

(6) peningkatan vol. Akhir sistolic dan akhir diastolic ventrikel, dan

(7) peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri.

Peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi oleh refleks simpatic dapat
memperbaiki fungsi ventrikel.

e. Manifestasi Klinis
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas,
ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan
( umumnya kiri ), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium.
Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris dan tak responsif terhadap
nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes dan orangtua, tidak
ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak,
pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering tampak
ketakutan. Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi pertama penyakit
jantung koroner namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya
sudah didahului keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak di dada atau
epigastrium. Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat
normal.

5
f. Penatalaksanaan
Tujuan awal tata laksana infark miokard akut yaitu mengembalikan perfusi
miokard sesegera mungkin, meredakan nyeri, serta mencegah dan tata laksana
komplikasi ( Asikin, Nuralamsyah, Susaldi, 2016 ). Tata laksana awal meliputi :

1) Pemberian oksigen tambahan melalui sungkup/kanula hidung dan


pemantauan saturasi oksigen
2) Mengurangi nyeri dada dengan :
 Nitrat : merupakan vasodilator pasten yang berguna untuk vasodilatasi
sistemik, sehingga mengurangi aliran balik vena jantung untuk
menurunkan kerja jantung
 Morfin
 NSAID
3) Terapi fibrinolitik dengan pemberian tissue-type plasminogen activator (t-
PA), serta aspirin dan heparin dalam waktu 90 menit sejak onset gejala
4) Modifikasi pola hidup
 Keseimbangan antara istirahat, olahraga, dan modifikasi gaya hidup untuk
mengurangi resiko aterosklerosis dan hipertensi.
 Menghentikan kebiasaan merokok.
 Menurunkan berat badan.
 Mengurangi stress.

Setelah tata laksana awal dan stabilisasi pasien, tujuan berikutnya yaitu
mengembalikan aktivitas normal dan mencegah komplikasi jangan panjang.

5) Obat penghambat enzim pengonversi angiotensin ( ACE inhibator ) untuk


mengurangi preload dan afterload.
6) Beta blocker untuk menurunkan kecepatan denyut jantung, sehingga kerja
jantung menjadi berkurang.
7) Statin untuk menurunkan kolesterol yang merupakan penyebab
aterosklerosis.
8) Pembedahan

 Coronary artery bypass grafting ( CABG ).


 Percutaneous coronary intervention ( PCI ).

6
g. Pemeriksaan Penunjang
Infark miokardium klasik oleh trias diagnostic yang khas ( Price, 2006
dalam Wijaya, Putri, 2013 ).
 Pertama :
Gambaran klinis yang khas terdiri dari nyeri dada yang berlangsung
lama dan hebat, biasanya disertai mual, keringat dingin, muntah, dan perasaan
seakan – akan menghadapi ajal.
 Tetapi, 20% - 60% kasus infark yang tidak fatal bersifat tersembunyi atau
asimtomatik.
 Sekitar setengah dari kasus ini benar – benar tersembunyi dan tidak
diketemukan kelainan, dan diagnosis melalui pemeriksaan EKG yang
rutin atau pemeriksaan postmortem.
 Kedua :
Meningkatkan kadar enzim – enzim jantung yang dilepaskan oleh sel –
sel miokardium yang nekrosis.
 Enzim – enzim yang dilepaskan terdiri dari keratin, fosfokinase, ( CK atau
CPK ), glautamat, oksaloasetat transaminase ( SGOT atau GOT ) dan
laktat dehidrogenase ( LDH ).
 Pola peningkatan enzim ini mengikuti perjalanan waktu yang khas
sesudah terjadinya infark miokardium.
Meskipun enzim ini merupakan pembantu diagnosis yang sangat
berharga, tetapi interprestasinya terbatas oleh fakta bahwa peningkatan
enzim yang terukur bukan merupakan indikator spesifik kerusakan
miokardium, terdapat proses – proses lain yang juga dapat menyebabkan
peningkatan enzim, sehingga dapat menyesatkan interprestasi.
 Ketiga :
Terlihat perubahan – perubahan pada EKG, yaitu gelombang Q yang
nyata, elevasi segmen ST, dan gelombang T terbalik.
 Perubahan ini tampak pada hantaran yang terletak diatas daerah
miokardium yang mengalami nekrosis.
 Sedang beberapa waktu segmen ST dan gelombang T akan kembali
normal, hanya gelombang Q tetap bertahan sebagai bukti
elektrokardiograp adanya infark lama

7
 Tetapi hanya 50% atau 75% pasien infark miokardium akut yang
menunjukkan pemulihan elektrokardiografis klasik ini
 Pada 30% pasien yang didiagnosis dengan infark tidak terbentuk
gelombang Q. ( Price, Silvia, 2006 ).

h. Komplikasi Infark Miokard


 Disritmia
 Gagal Jantung Kongestif dan Syok Kardiogenik
 Tromboemboli
 Perikarditis
 Ruptura Miokardium
 Aneurisma Ventrikel

i. Faktor Resiko
Secara garis besar terdapat dua jenis faktor resiko bagi setiap orang untuk
terkena AMI, yaitu faktor resiko yang bisa di modifikasi dan faktor resiko yang
tidak bisa di modifikasi ( Kasron, 2016 ).
1. Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi
 Merokok
 Konsumsi alkohol
 Infeksi
 Hipertensi Sistemik
 Obesitas
 Kurang Olahraga
 Penyakit Diabetes
2. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi
 Usia
 Jenis kelamin
 Riwayat Keluarga
 RAS
 Geografi
 Tipe kepribadian
 Kelas Sosial

8
B. Asuhan Keperawatan Pada Infark Miokard Akut

a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan
mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan
diagnosis keperawatan. Oleh karena itu, pengkajian harus dilakukan secara teliti dan
cermat sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada pasien dapat diidentifikasi.
Kegiatan dalam pengkajian adalah penumpulan data baik subyektif maupun obyektif
dengan tujuan menggali informasi tentang status kesehatan pasien ( Nikmatur, 2012 ).

b. Diagnosa Keperawatan
Pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebab. Selain itu harus
spesifik berfokus pada kebutuhan klien dengan mengutamakan prioritas dan diagnosa
yang muncul harus dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa yang
mungkin muncul adalah :
1. Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli sekunder kegagalan
fungsi jantung.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan curah jantung.
3. Nyeri akut b.d hipoksia miokard ( oklusi arteri koroner ).
4. Penurunan curah jantung b.d perubahan laju, irama, dan konduksi elektrikal.
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplay oksigen miokard dan
kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan miokard.
6. Ansietas b.d perubahan kesehatan dan status sosio-ekonomi.
7. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit,
kesalahpahaman terhadap kondisi medis atau terapi yang dibutuhkan,
ketidaktauan tentang sumber informasi, serta kurangnya kemampuan mengingat.

c. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan
yang dilaksanakan untuk menanggulangi masalah dengan diagnosa keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.

d. Implementasi
Dalam prinsip tindakan keperawatan pada pasien IMA dengan mengurangi
nyeri menangani secara cepat serta memonitor kondisi pasien. Paula ( 2009 )

9
mengatakan tindakan keperawatan dalam pelaksanaan IMA yaitu mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri serta memonitor dan mencatat karakteristik nyeri.
Hematologi dan kimia serum dipantau. Ketika pasien dengan IMA tiba di UGD, di
diagnosis dan penatalaksanaan awal pasie harus cepat karena manfaat terapi reperfusi
paling besar jika terapi dimulai dengan cepat ( Patricia, 2011 ).

e. Evaluasi
Keperawatan Hasil yang diharapkan :
1. Memperlihatkan berkurangnya kecemasan
1) Mengidentifikasi rasa takut
2) Mendiskusikan rasa takut dengan keluarga
3) Menggunakan pengalaman dahulu sebagai focus perbandingan
4) Mengekspresikan pandangan positif mengenai hasil pembedahan
5) Mengekspresikan rasa percaya diri mengenai cara yang digunakan untuk
mengurangi rasa sakit
2. Menerima pengetahuan mengenai prosedur pembedahan dan perjalanan
pascaoperasi
1) Mengidentifikasi maksud prosedur persiapan pra operasi
2) Meninjau unit perawatan intensif bila diinginkan
3) Mengidentifikasi keterbatasan hasil setelah pembedahan
4) Mendiskusikan lingkungan pasca operasi dengan segera, misalnya pipa,
mesin, dan pemeriksaan perawat
5) Memperagakan aktivitas yang seharusnya dilakukan setelah pembedahan
(misalnya, menarik napas dalam, batuk efektif, latihan kaki) ( Bararah,
Jauhar, 2013 ).

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena
sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya
aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke
jaringan otot jantung. Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti
diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat
menjalar ke lengan ( umumnya kiri ), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan
epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris dan tak responsif
terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes dan orangtua,
tidak ditemukan nyeri sama sekali.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika

Asikin M, Nuralamsyah M, Susaldi. (2016). Keperawatan Medical Bedah Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta : Erlangga

Bararah, Jauhar. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat


Profesional. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

HudaNurarif, Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosis Medis dan NANDA NIC-NOC. Jakarta : MediAction Publishing

12

Anda mungkin juga menyukai