Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN INFARK MIOKARD

DISUSUN OLEH:

NAMA NIM
IDA ASRI D.0020.009
MILDA EKA PRATIWI D.0020.010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT pada kelas D3 Keperawatan semester IV dengan judul “
ASUHAN KEPERAWATAN INFARK MIOKARD AKUT ”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kendari, 13 JUNI 2022

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................5
C. MANFAAT..................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6
1. KONSEP TEORI.........................................................................................................6
A. DEFINISI.................................................................................................................6
B. ETIOLOGI...............................................................................................................6
C. PATOFISIOLOGI....................................................................................................8
D. MANIFESTASI KLINIS.......................................................................................11
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG...........................................................................11
F. PENATALAKSANAAN MEDIS..........................................................................13
G. KOMPLIKASI.......................................................................................................14
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................15
A. PENGKAJIAN.......................................................................................................15
B. ANALISA DATA..................................................................................................20
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................................20
D. INTERVENSI........................................................................................................21
BAB III..................................................................................................................................24
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................24
A. PENGKAJIAN...........................................................................................................24
B. ANALISA DATA......................................................................................................29
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................................31
D. INTERVENSI KEPERAWATAN.............................................................................31
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI.........................................34
BAB 4....................................................................................................................................39
PENUTUP.............................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................41
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan
penyebab nomor satu kematian di dunia. Penyakit infark miokard merupakan
gangguan aliran darah ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran
darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan kororner akut, kecuali
sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot di
sekitarnya sama sekali tidak mendapat aliran darah atau alirannya sangat sedikit
sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan mengalami
infark (Suddarth, 2014).

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 menyebutkan, lebih


dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Atau sekitar 31% dari seluruh kematian di dunia, sebagian besar atau sekira 8,7 juta
kematian disebabkan oleh karena penyakit jantung koroner (Suhayatra Putra, 2016).
Hasil (Kementrian Kesehatan RI, 2018) menunjukkan bahwa sebesar 1,5% atau 15
dari 1.000 penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner. Sedangkan jika
dilihat dari penyebab kematian tertinggi di Indonesia, menurut Survei Sample
Registration System tahun 2014 menunjukkan 12,9% kematian akibat penyakit
jantung koroner. Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2018) prevalensi penyakit
jantung berdasarkan diagnosis dokter pada semua umur di provinsi NTT adalah
sebesar 0,7% atau sekitar 20.599 penduduk.

Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardiac


Infarc) merupakan bagian dari spectrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri
atas angina pektoris tidak stabil, infark miokard akut tanpa elevasi segmen ST, dan
infark miokard dengan elevasi segmen ST. Infark miokard akut dengan elevasi
segmen ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
akibat oklusi trombus pada plak ateroskulerosis yang sudah ada sebelumnya.
Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskluer, dimana injuri
ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid
(Suddarth, 2014).

B. RUMUSAN MASALAH
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan
melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan Infark Miokard
Akut dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut “ Bagaimanakah asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnose Infark Miokard Akut?

C. MANFAAT
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose Infark
Miokard Akut
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP TEORI

A. DEFINISI
Istilah infark miokardium menunjukkan terbentuknya suatu daerah nekrosis
miokardium akibat iskemia lokal. Infark miokar akut yang dikenal sebagai serangan
jantung merupakan penyebab tunggal tersering kematian di negara industri (Robbins,
2007). Infark miokard merupakan daerah nekrosis otot jantung sebagai akibat
berkurangnya pasokan darah koroner yang tiba-tiba, baik absoluth ataupun relatif.
Penyebab paling sering ialah trombosis yang diperberat atau perdarahan dalam, plak
ateromatosa dalam arteri koronaria epikardial (Underwood, 1999)

Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena
sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya
aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke
jaringan otot jantung. ( Joyce, 2014 )

Miokardium infark yang juga dikenal sebagai serangan jantung, thrombosis


koroner, atau sumbatan koroner, merupakan sumbatan yang tiba-tiba pada salah satu
arteri koroner. Jika sumbatan terjadi pada area yang kecil, nekrosis jaringan parut dan
selanjutnya pembentukan jaringan parut akan terjadi (Rampengan, 2015)

B. ETIOLOGI
Penyakit jantung koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada
dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan ini lama kelamaan
diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran,
pembekuan darah yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh
darah tersebut.
Hal tersebut mengakibatkan otot jantung didaerah tersebut mengalami
kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat 16 yang cukup
serius, dari angina pektoris sampai infark jantung, yang dapat mengakibatkan
kematian mendadak.
Faktor resiko penyakit arteri koroner antara lain (Suddarth, 2014) :
1. Perokok
Merokok merupakan faktor risiko pasti pada pria, dan konsumsi rokok mungkin
merupakan penyebab peningkatan insiden dan keparahan atherosclerosis pada wanita
(Kumar, Buku ajar Patologi, 2015). Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard
bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi O2 akibat
inhalasi CO atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan takikardi, vasokonstrisi
pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10
% Hb menjadi carboksi -Hb. Disamping itu dapat menurunkan HDL kolesterol tetapi
mekanismenya belum jelas. Makin banyak jumlah rokok yang dihisap, kadar HDL
kolesterol makin menurun. Perempuan yang merokok penurunan kadar HDL
kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki-laki perokok. Merokok juga dapat
meningkatkan tipe IV abnormal pada diabetes disertai obesitas dan hipertensi,
sehingga orang yang merokok cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis
dari pada yang bukan perokok.
2. Memiliki riwayat kolestrol tinggi
Hiperlipidemia merupakan peningkatan kolesterol dan/atau trigliserida serum di
atas batas normal. Peningkatan kadar kolesterol di atas 180 mg/dl akan meningkatkan
resiko penyakit arteri koronaria, dan peningkatan resiko ini akan lebih cepat terjadi
bila kadarnya melebihi 240 mg/dl. Peningkatan kolosterol LDL dihubungkan dengan
meningkatnya resiko penyakit arteri koronaria, sedangkan kadar kolesterol HDL yang
tinggi berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit ini.
3. Memiliki riwayat tekanan darah tinggi
Hipertensi merupakan faktor risiko mayor dari IMA, baik tekanan darah systole
maupun diastole memiliki peran penting. Hipertensi dapat meningkatkan risiko
ischemic heart disease (IHD) sekitar 60% dibandingkan dengan individu
normotensive. Tanpa perawatan, sekitar 50% pasien hipertensi dapat meninggal
karena gagal jantung kongestif, dan sepertiga lainnya dapat meninggal karena stroke
(Kumar, Buku Ajar Patologi, 2015).
4. Memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus
5. Memiliki berat badan berlebihan (overweight) ataupun obesitas.
6. Memiliki riwayat keluarga mengalami penyakit jantung koroner atau stroke.

C. PATOFISIOLOGI
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab
penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena
aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombus. Penurunan
aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap
kasus infark miokardium selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (Suddarth, 2014).

Penyumbatan koroner, serangan jantung dan infark miokardium mempunyai


arti yang sama namun istilah yang paling disukai adalah infark miokardium.
Aterosklerosis dimulai ketika kolestrol berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak yang akan mengganggu absorbs nutrient
oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan
menyumbat aliran darah karena timbunan lemak menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan
parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada
lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan
bekuan darah, hal ini menyebabkan terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh
penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis
(Suddarth, 2014).

Faktor resiko yang dapat memperburuk keadaan ini adalah kebiasaan


merokok, memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kolestrol tinggi, memiliki
riwayat keluarga mengalami penyakit jantung koroner atau stroke, kurang aktivitas
fisik, memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, memiliki berat badan berlebihan
(overweight) ataupun obesitas (Iskandar, 2017)

Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat


penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. Sumbatan aliran
darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak adekuat (iskemia) yang akan
membuat sel-sel otot kekurangan komponen darah yang dibutuhkan untuk hidup.
(Suddarth, 2014)

Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam berbagai tingkat. Manifestasi


utama iskemia miokardium adalah nyeri dada. Angina pectoris adalah nyeri dada
yang hilang timbul, tidak disertai kerusakan ireversibel sel-sel jantung. Iskemia yang
lebih berat, disertai kerusakan sel di namakan infark miokardium. Jantung yang
mengalami kerusakan ireversibel akan mengalami degenerasi dan kemudian diganti
dengan jaringan parut. Bila kerusakan jantung sangat luas, jantung akan mengalami
kegagalan, artinya ia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh akan darah
dengan memberikan curah jantung yang adekuat. Manifestasi klinis lain penyakit 19
arteri koroner dapat berupa perubahan pola EKG, aneurisma ventrikel, disaritmia dan
akhirnya akan mengalami kematian mendadak (Suddarth, 2014)
D. MANIFESTASI KLINIS
Onset miokard infark biasanya disertai nyeri dada substernum yang parah dan
terasa menekan, yang mungkin menyebar ke leher, rahang, epigastrium, bahu, atau
lengan kiri. Pada sekitar 50% pasien, infark miokard didahului oleh serangan-
serangan angina pektoris. Namun berbeda dengan nyeri pada angina pektoris, nyeri
pada miokard infark biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari dan tidak
banyak berkurang dengan nitrogliserin. Nadi biasanya cepat dan lemah, dan pasien
sering mengalami diaphoresis. Sering timbul sesak dan hal ini disebabkan oleh
gangguan kontraktilitas miokardium yang iskemik, yang menyebabkan kongesti dan
edema paru. Pada miokard infark massif yang lebih dari 40% ventrikel kiri, timbul
syok kardiogenik. Pada sebagian kecil pasien (20%-30%), miokard infark tidak
menimbulkan nyeri dada. Miokard infark “silent” ini terutama terjadi pada pasien
dengan diabetes mellitus dan hipertensi serta pada pasien berusia lanjut (Robbins,
2007).

Kelainan elektrokardiografik (EKG) merupakan manifestasi penting dari


infark miokard. Kelainan ini mencakup perubahan, seperti gelombang Q, kelainan
segmen ST, dan inverse gelombang T. Aritmia akibat kelainan listrik di miokardium
yang iskemik dan akibat gangguan hantaran sering terjadi (Robbins, 2007).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan adalah pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG). Dengan pemeriskaan ini maka dapat ditegakkann
diagnosis STEMI. Gambaran STEMI yang terlihat pada EKG antara lain:
 Lead II, III, aVF : Infark inferior
 Lead V1-V3 : Infark anteroseptal
 Lead V2-V4 : Infark anterior
 Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
 Lead I, aVL : Infark high lateral
 Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
 Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral
 Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu.

2. Echocardiogram

Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung


khususnya fungsi vertrikel dengan menggunakan gelombang ultrasound.

3. Foto thorax

Foto thorax tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat pada
bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi ventrikel

4. Percutaneus Coronary Angiografi (PCA)

Pemasangan kateter jantung dengan menggunakan zat kontras dan memonitor


x- ray untuk mengetahui sumbatan pada arteri coroner

5. Tes Treadmill

Uji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadap aktivitas.

Laboratorium :

Pemeriksaan yang dianjurkan adalah: 21


1) Creatinin Kinase (CK)MB. Meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard
dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari.
2) cTn (cardiac specific troponin). Ada 2 jenis yaitu cTn T dan cTn I. enzim ini
meningkat setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam
10-24 jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I
setelah 5-10 hari.
3) Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu:
 Mioglobin. Dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak
dalam 4-8 jam.
 Creatinin kinase (CK). Meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard
dan mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.
 Lactic dehydrogenase (LDH). Meningkat setelah 24-48 jam bila ada infark
miokard, mencapai puuncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Istirahat total, Tirah baring, posisi semi fowler.
2. Monitor EKG
3. Diet rendah kalori dan mudah dicerna, makanan lunak/saring serta rendah
garam (bila gagal jantung).
4. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
5. Atasi nyeri :

Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg im, bisa diulang-ulang.

Lain-lain : nitrat, antagonis kalsium, dan beta bloker

Oksigen 2-4 liter/menit.

Sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral

6. Antikoagulan: Heparin 20.000-40.000 U/24 wad iv tiap 4-6 wad atau drip iv
7. Bowel care : laksadin
8. Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran
pembuluh darah koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapat 22
diberikan sebelum dibawa ke rumah sakit. Dengan trombolisis, kematian
dapat diturunkan sebesar 40%.
9. .Psikoterapi untuk mengurangi cemas
G. KOMPLIKASI
1. Aritmia Beberapa bentuk aritmia mungkin timbul pada IMA. Hal ini
disebabkan perubahan-perubahan listrik jantung sebagai akibat iskemia pada tempat
infark atau pada daerah perbatasan yang mengelilingi, kerusakan sistem konduksi,
lemah jantung kongestif atau keseimbangan elektrolit yang terganggu. (Suddarth,
2014)
2. AV Blok Blok jantung bukan penyakit pada jantung, tetapi dihubungkan
dengan berbagai jenis penyakit jantung, khususnya penyakit arteri koroner dan
penyakit jantung reumatik. Pada blok jantung atrioventrikuler (AV), kontraksi
jantung lemah dan tidak memiliki dorongan yang cukup untuk mengirim darah dari
atrium ke ventrikel. Denyut nadi dapat rendah, mencapai 30 kali per menit.
(Suddarth, 2014)
3. Gagal jantung Pada IMA, heart failure maupun gagal jantung kongestif dapat
timbul sebagai akibat kerusakan ventrikel kiri, ventrikel kanan atau keduanya
dengan atau tanpa aritmia. Penurunan cardiac output pada pump failure akibat IMA
tersebut menyebabkan perfusi perifer berkurang. Peningkatan resistensi perifer
sebagai kompensasi menyebabkan beban kerja jantung bertambah. Bentuk yang
paling ekstrim pada gagal jantung ini ialah syok kardiogenik. (Suddarth, 2014)
4. Emboli/tromboemboli Emboli paru pada IMA: adanya gagal jantung dengan
kongesti vena, disertai tirah baring yang berkepanjangan merupakan faktor
predisposisi trombosis pada vena-vena tungkai bawah yang mungkin lepas dan
terjadi emboli paru dan mengakibatkan kemunduran hemodinamik. Embolisasi 23
sistemik akibat trombus pada ventrikel kiri tepatnya pada permukaan daerah infark
atau trombus dalam aneurisma ventrikel kiri. (Suddarth, 2014)
5. Ruptura Komplikasi ruptura miokard mungkin terjadi pada IMA dan
menyebabkan kemunduran hemodinamik. Ruptura biasanya pada batas antara zona
infark dan normal. Ruptura yang komplit (pada free wall) menyebabkan perdarahan
cepat ke dalam cavum pericard sehingga terjadi tamponade jantung dengan gejala
klinis yang cepat timbulnya. (Suddarth, 2014)
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1.Identitas Pasien

Perlu ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama, nomor
register, pendidikan, tanggal MRS, serta pekerjaan yang berhubungan dengan
stress atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Jenis kelamin lebih
sering terjadi pada laki – laki umur 35 tahun dan wanita lebih dari 50 tahun
( Shoemarker, 2011 ).

2. Keluhan Utama

Keluhan yang paling sering dijadikan alasan pasien merasa nyeri pada dada,
jantung berdebar-debar bahkan sampai sesak nafas.

3.Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang dikaji dimulai dari keluhan yang dirasakan pasien,
sebelum masuk rumah sakit, ketika mendapatkan perawatan di rumah sakit
sampai dilakukannya pengkajian. Pada pasien penyakit jantung koroner biasanya
didapatkan adanya keluhan seperti nyeri pada dada. Keluhan nyeri dikaji
menggunakan PQRST sebagai berikut :

a. Provocatif : nyeri timbul pada saat beraktivitas

b. Quality : nyeri yang dirasakan seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda
berat seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir

c. Region : nyeri dirasakan di dada dan bisa menyebar ke bahu

d. Severity : skala nyeri di ukur dengan rentang nyeri 1-10 atau bisa dilihat dengan
ekspresi wajah

e. Timing: nyeri timbul secara tiba-tiba dengan durasi ≤ 30 menit


4. Riwayat Penyakit Dahulu

Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien tentang penyakit apa
saja yang pernah di derita seperti nyeri dada, hipertensi, DM dan hiperlipidemia
dan sudah berapa lama menderita penyakit yang dideritanya,tanyakan apakah
pernah masuk rumah sakit sebelumnya.

5.Riwayat Penyakit Keluarga

Untuk mengetahui riwayat penyakit keluarga tanyakan pada pasien mengenai


riwayat penyakit yang dialami keluarganya. Seperti penyakit keturunan (diabetes
melitus, hipertensi, asma, jantung ) dan penyakit menular (TBC, hepatitis).

5. Riwayat Psikososial

Pada pasien penyakit jantung koroner didapatkan perubahan ego yaitu pasrah
dengan keadaan, merasa tidak berdaya, takut akan perubahan gaya hidup dan
fungsi peran, ketakutan akan kematian, menjalani operasi, dan komplikasi yang
timbul. Kondisi ini ditandai dengan menghindari kontak mata, insomnia, sangat
kelemahan, perubahan tekanan darah dan pola nafas, cemas, dan gelisah.

7. Pola Kebiasaan Sehari- hari

a. Nutrisi

Pada pasien penyakit jantung koroner mengalami nafsu makan menurun dan
porsi makan menjadi berkurang (Nurhidayat, 2011).

b. Istirahat Pola tidur dapat terganggu, tergantung bagaimana presepsi klien


terhadap nyeri yang dirasakannya.

c. Eliminasi

1) BAK : normal seperti biasanya berkemih sehari 4-6 x dengan konsisitensi cair
2) BAB : normal seperti biasanya sehari 1-2x dengan konsistensi padat

d. Hygiene

Upaya untuk menjaga kebersihan diri cenderung kurang.

e. Aktivitas

Aktivitas yang dilakukan sehari-hari berkurang bahkan berhenti melakukan


aktivitas yang berat.

8.Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum

Keadaan umum klien mulai saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos
mentis (GCS : 14-15 = E4,V5, M6), apatis (GCS: 12-13), delirium (GCS : 10-11),
samnolen (GCS : 7-9), sopor (GCS : 5-6), semi koma (GCS : 4) atau koma(GCS : 3 =
E1,V1, M1).

b. Tanda tanda vital

Pasien mengalami peningkatan pada tekanan darah, nadi, dan respirasinya.


Tekanan darah serkisar antara 124/91 mmHg – 137/97 mmHg, RR sekitar 16-20
x/menit,nadi seerkisar 100-112 x/menit.. Terjadi perubahan sesuai dengan aktivitas
dan rasa nyeri yang timbul (Nurhidayat, 2011).

c.Kepala dan muka

Inspeksi : bentuk kepala bulat/lonjong, wajah simetris/tidak, rambut bersih/tidak,


muka edema/tidak, lesi pada muka ada/tidak.

ekspresi wajah meringis/menangis/tersenyum.


Palpasi : rambut,rontok/tidak, benjolan pada kepala ada/tidak

d. Mata

Inspeksi :mata kanan dan kiri simetris/tidak, mata juling ada/tidak, konjungtiva merah
muda/anemis, sklera ikterik/putih , pupil kanan dan kiri isokor (normal), reflek pupil
terhadap cahaya m iosis(mengecil)/ midriasis (melebar)

Palpasi :nyeri/tidak, peningkatan tekanan intraokuler pada kedua bola mata/tidak.

e. Telinga

Inspeksi :telinga kanan dan kiri simetris/tidak, menggunakan alat pendengaran/tidak,


warna telinga dengan daerah merata/tidak,lesi ada/tidak, perdarahan ad/tidak,
serumenada/tidak

f. Hidung

Inspeksi : keberadaan septum tepat di tengah/ tidak, secret ada/tidak

Palpasi :fraktur ada/tidak dan nyeri ada/tidak

g. Mulut

Inspeksi : bibir ada kelainan kogenital (bibir sumbing)/tidak, warna bibir hitam/meah
muda, mukosa bibir lembab/kering, sianosis/tidak, oeeme/tidak, lesi/tidak, stomatitis
ada/tidak, gigi berlubang/tidak, warna gigi putih/kuning, lidah bersih/kotor.

Palpasi :nyeri tekan/tidak pada bibir

h. Leher

Inspeksi : luka/tidak,

Palpasi :ada pembesaran vena jugularis/tidak, ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak


i. Payudara & ketiak

Inspeksi :payudara kanan kiri simetris/tidak, ketiak bersih/tidak, ada luka/tidak


Palpasi :ada nyeri saat ditekan pada ketiak /tidak

j. Thorak :

1) Paru-paru

Inspeksi :dada simetris/tidak, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi


naik/turun, irama normal/abnormal, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan
otototot bantu pernafasan/tidak), warna kulit merata/tidak, lesi/tidak, edema,
pembengkakan/ penonjolan, RR mengalami peningkatan.

Palpasi : getaran vocal fremitus kanan dan kiri sama/atau tidak, ada fraktur pada
costae/tidak

Perkusi :normalnya berbunyi sonor.

Auskultasi :normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru dan ada suara
tambahan/tidak

2) Jantung

Inspeksi : ictus cordis tampak atau tidak

Palpasi : teraba atau tidaknya ICS Perkusi : normalya terdengar pekak


Auskultasi :S3/S4 murmur

k. Abdomen

Inspeksi : luka/tidak, jaringan parut ada/tidak,umbilikus menonjol/masuk kedalam ,


amati warna kulit merata/tidak

Auskultasi : bising usus normal atau tidak (5-20x/menit)


Palpasi : nyeri tekan pada abdomen/tidak Perkusi : suara timpani atau hipertimpani

l. Intergumen

Inspeksi : warna kulit hitam/sawo matang, lembap/tidak, amati turgor kulit


baik/menurun

Palpasi : akral hangat /dingin, CRT (Capilary Refil Time) pada jari normalnya < 2
detik

m. Ekstermitas

Inspeksi : tonus otot kuat/tidak, jari-jari lengkap/tidak, fraktur/tidak

Palpasi : oedema/tidak n. Genetalia

Inspeksi : terpasang kateter atau tidak

B. ANALISA DATA
Data - data yang telah dikumpulkan mulai dari data subjektif dan data objektif
kemudian dianalisa untuk menentukan masalah pada klien. Analisa data adalah
kemampuan mengait data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan
prinsip yang relavan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien (Wahyuni, 2016).

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi(D.0003)
2. Risiko Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung(D.0011)
3. Nyeri akut berhbungan agen pencedara fisiologis(D.0077)

D. INTERVENSI
Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan(SLKI) Keperawatan(SIKI)
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Pemantuan respirasi:
gas berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan diharapkan gangguan -monitor
ketidakseimbangan v pertukaran gas frekuensi,irama,kedalaman dan
entilasi-perfusi meningkat dengan upaya napas
kriteria hasil: -monitor pola nafas (seperti
1. Dyspnea bradipnea,takipnea,hiperventilasi,
meningkat kussmeal,cheynestokes ,biot,atak
2. Bunyi nafas sik)
tambahan Terapeutik
menurun -atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
-dokumentasi hasil pemntauan
Edukasi
-jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
-informasikan hasil
pemantauan ,jika perlu
1. Risiko Penurunan Setelah dilakukan Perawatan jantung:
curah jantung tindakan keperawatan Observasi
berhubungan dengan diharapkan Risiko -identifikasi tanda/gejala primer
perubahan irama Penurunan curah penurunan curah jantung
jantung jantung meningkat - identifikasi tanda/gejala
dengan kriteria hasil: sekunder penurunan curah
1. Kekuatan nadi jantung
perifer - monitor tekanan darah
meningkat Terapeutik
2. Ejection fraction -posisikan pasien semi fowler
(EF) meningkat atau fowler dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
Edukasi
-anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
-anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
-rujuk ke program rehabilitasi
jantung
Nyeri akut berhbungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri
agen pencedara tindakan keperawatan Observasi
fisiologis diharapkan tingkat nyeri -identifikasi lokasi, karakteristik,
menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas,
hasil: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri - identifikasi skala nyeri
menurun - identifikasi faktor yang
2. Meringis menurun memperberat dan memperingan
3. Gelisah menurun nyeri
Terapeutik
-berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
-kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
-jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan
nyeri
-anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
kolaborasi
-kolaborasi pemberian analgetik
jika perlu
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang mulai
dari tahap pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi dari tanggal
27 Desember 2018 di ruang Melati RSUD Bangil.

Data diambil tanggal : 27 Desember 2018 Jam : 21.00 Tgl MRS : 27 Desember 2018

Ruang rawat/kelas : Mawar Diagnosa Medis : Stemi Anterior

No. Rekam medis : 0038xxxx

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien Klien adalah seorang laki - laki bernama Tn. H usia 50 tahun
beragama islam, klien tinggal di Gempol – Pasuruan, klien bekerja sebagai
sopir dengan pendidikan terakhir SD, klien menikah dengan Ny. T dan
dikaruniai dua orang anak. Klien MRS pada tanggal 27 Desember 2019 di
Ruang Melati RSUD Bangil.
2. Keluhan Utama pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri menjalar ke
punggung.
3. Riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan saat dirumah mengeluh nyeri
dada sebelah kiri kemudian hilang saat dipakai istirahat. Pada tanggal 27
Desember 2018 saat bekerja pasien merasakan nyeri kembali dibagian dada
sebelah kiri dan sesak, pukul 20.00 WIB pasien dibawa ke IGD RSUD Bangil
dan diberikan tindakan pemasangan masker NRBM 10 Lpm. Pukul 21.00
WIB pasien dipindahkan ke ruang melati. Pada saat pengkajian pasien
mengatakan nyeri dada sebelah kiri menjalar ke punggung seperti diremas –
remas dengan skala 6, dan nyeri hilang timbul.
4. Riwayat Keperawatan Sebelumnya Riwayat Kesehatan yang lalu pasien
mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit seperti HT dan DM, tidak
pernah melakukan operasi, dan tidak memiliki alergi makanan atau obat.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga Pasien mengatakan
tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
2) Lingkungan rumah dan komunitas Lingkungan rumah tidak kotor, ventilasi
rumah baik, pasien mengatakan sering mengikuti acara dilingkungan rumah
seperti pengajian.
3) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan Pasien mengatakan sering
begadang saat masuk malam di tempat kerja, dan jarang melakukan olahraga.
6. Status cairan dan nutrisi
Nafsu makan baik, saat di Rumah pasien makan 1 porsi sedang sebanyak 3x
sehari, dan saat di RS pasien makan 3x sehari 1 porsi habis. Pasien selalu
mengkonsumsi air putih dengan jumlah 1,5 Liter/hari. Pasien mengatakan
tidak ada pantangan dan tidak melakukan diet. Masalah Keperawatan : Tidak
ada masalah keperawatan
7. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Lemah 2) Tanda Vital :
(1) Tensi : 130/80 mmHg
(2) Suhu : 36ºC
(3) Nadi : 100 x/menit
(4) Respirasi : 28 x/menit
1. Breathing (B1)

Bentuk dada normal chest, tidak ada skoliosis pada susunan ruas tulang belakang,
irama nafas tidak teratur dengan jenis dispnea, terdapat retraksi otot bantu pernafasan,
perkusi thorax sonor, getaran sama kanan kiri pada vokal premitus, menggunakan
alat bantu nafas NRBM 10 Lpm, dan terdapat suara nafas wheezing, pasien
mengatakan sesak dan letih setelah beraktivitas. Masalah keperawatan :
Ketidakefektifan pola nafas dan Intoleransi

2. Kardiovaskuler (B2)

Terdapat nyeri dada, irama jantung reguler, ictus cordis teraba kuat pada ICS V
Midclavicula, dunyi jantung S1 dan S2 Tunggal, CRT detik, tidak terdapat sianosis,
tida terdapat clubbing finger, dan tidak ada pembesaran JVP.

P = Nyeri timbul saat beraktivitas

Q = Nyeri seperti diremas – remas

R = Nyeri dada sebelah kiri menjalar ke punggung

S = Skala nyeri 6

T = Nyeri hilang timbul

Lain-lain : Hasil Lab CK-MB 366,3 mg/dL, Troponin I 11,400 ng/mL, dan pada hasil
EKG terdapat ST Elevasi pada V2 dan V3

Masalah keperawatan : Nyeri Akut dan Resiko Penurunan Curah Jantung

3. Persyarafan (B3)

Kesadaran composmentis dengan GCS 456, orientasi baik, tidak terdapat


kaku kejang dan kaku kuduk, tidak ada nyeri kepala, dan tidak ada kelainan nervus
cranialis. Istirahat dirumah ± 6 Jam, saat di RS ± 7 Jam, dan sering terbangun.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Genetourinaria (B4)
Bentuk alat kelamin normal dan bersih, terpasang kateter dengan jumlah 1300/24
Jam dengan warna kuning dan bau khas. Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
keperawatan

5. Pencernaan (B5)

Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, terdapat caries, dan saat di RS tidak
menggosok gigi tetapi melakukan oral hygiene menggunakan listerine. Pasien tidak
mengalami kesulitan menelan dan tidak ada pembesaran tonsil. Tidak ada nyeri
abdomen, tidak kembung dan peristaltik usus 10 x/menit. Pasien mengatakan saat
dirawat di RS belum BAB. Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Muskuloskeletal Dan Integumen (B6)

Tidak terdapat fraktur, tidak ada dislokasi, akral pucat, turgor kulit baik, tidak ada
oedema, dan kekuatan otot

7. Pengindraan (B7)

Pada mata tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan pasien bisa melihat dengan
jelas, konjungtiva anemis, sklera putih. Ketajaman penciuman normal, tidak ada
sekret dan mukosa hidung lembab. Pada telinga tidak ada keluhan. Perasa normal
( bisa merasakan manis, pahit, asam, asin )

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Endokrin (B8)

Pada pasien tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada pembesaran
kelenjar parotis. Tidak terdapat luka gangren.

9. Data Psikososial
Pasien mengatakan merasa bangga terhadap tubuhnya, karena pasien merasa
sempurna dengan apa yang diberikan Allah SWT. Pasien sebagai kepala keluarga dan
sebagai kakek merasa sangat puas terhadap status dan posisinya didalam keluarga.
Pasien sudah mampu menjadi ayah dari anakanaknya, tetapi saat sakit tidak bisa
mencari uang. Harapan pasien ingin cepat sembuh dan bisa cepat pulang untuk
berkumpul dengan anggota keluarganya, dan menganggap bahwa penyakit yang
dideritanya merupakan ujian dari Allah dan memasrahkan semua kepada tim medis
untuk melakukan yang terbaik bagi kesembuhan pasien. Selama di RS pasien sering
dijenguk oleh keluarga dan hubungan pasien dengan keluarga sangat baik.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Data Spiritual

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien adalah pemeluk agama islam yang taat
beribadah selama di rumah dan dirumah sakit, dan pasien yakin akan sembuh dari
penyakitnya.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

11. Data Penunjang

Nama : Tn. H

Jenis kelamin : Laki – Laki

Alamat : Gempol – pasuruan

Tanggal Pemeriksaan : 27 – 12 – 2018

Diagnosa Klinis : Stemi Anterior


B. ANALISA DATA
Tanggal : 27 – 12 - 2018

Nama pasien : Tn. H

Umur : 50 Th

NO RM : 0038xxxx

N DATA ETIOLOGI PROBLEM


O

1. Ds : Pasien mengatakan Iskemia jaringan Nyeri akut


nyeri dada sebelah kiri miokard
dan menjalar ke Miokard
punggung, seperti diremas
– remas, skala nyeri 6,
terasa nyeri saat
beraktivitas dan istirahat
Do :
a. Pasien tampak
menyeringai
b. Pasien tampak
memegangi dadanya
c. Pasien terlihat waspada
d. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º C
2. Ds : Pasien mengatakan Ketidak seimbangan Intoleransi aktivitas
nyeri dada sebelah kiri antara suplay oksigen
dan badannya terasa miokar dan kebutuhan
antara lemah dan sesak adanya
setelah aktivitas iskemia/nekrosis
Do : adanya jaringan miokard
iskemia/nekrosis
a. Pasien tampak lemah
jaringan miokard
b. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit 58
S = 36º C
c. ADL dibantu keluarga
dan perawat
3. Ds : Pasien mengatakan Perubahan laju, irama, penurunan curah
nyeri dada Resiko sebelah dan konduksi jantung
kiri dan sesak nafas elektrikal
Do : a. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º C
b. Terpasang O2 masker
10 Lpm
c. Terdapat St elevasi
antara V1 sampai V4
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


Ventilasi-perfusi
2. Risiko Penurunan curah jantung
3. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan(SLKI) Keperawatan(SIKI)
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Pemantuan respirasi:
gas berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan diharapkan gangguan -monitor
ketidakseimbangan v pertukaran gas frekuensi,irama,kedalaman dan
entilasi-perfusi meningkat dengan upaya napas
kriteria hasil: -monitor pola nafas (seperti
3. Dyspnea bradipnea,takipnea,hiperventilasi,
meningkat kussmeal,cheynestokes ,biot,atak
4. Bunyi nafas sik)
tambahan Terapeutik
menurun -atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
-dokumentasi hasil pemntauan
Edukasi
-jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
-informasikan hasil
pemantauan ,jika perlu
2. Risiko Penurunan Setelah dilakukan Perawatan jantung:
curah jantung tindakan keperawatan Observasi
berhubungan dengan diharapkan Risiko -identifikasi tanda/gejala primer
perubahan irama Penurunan curah penurunan curah jantung
jantung jantung meningkat - identifikasi tanda/gejala
dengan kriteria hasil: sekunder penurunan curah
3. Kekuatan nadi jantung
perifer - monitor tekanan darah
meningkat Terapeutik
4. Ejection fraction -posisikan pasien semi fowler
(EF) meningkat atau fowler dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
Edukasi
-anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
-anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
-rujuk ke program rehabilitasi
jantung
Nyeri akut berhbungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri
agen pencedara tindakan keperawatan Observasi
fisiologis diharapkan tingkat nyeri -identifikasi lokasi, karakteristik,
menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas,
hasil: intensitas nyeri
4. Keluhan nyeri - identifikasi skala nyeri
menurun - identifikasi faktor yang
5. Meringis menurun memperberat dan memperingan
6. Gelisah menurun nyeri
Terapeutik
-berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
-kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
-jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan
nyeri
-anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
kolaborasi
-kolaborasi pemberian analgetik

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI


Hari/ Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi
tangga
l
01-06- Intoleransi 09;00 Observasi S: Pasien
2022 aktifitas -Melakukan mengatakan
pengkajian nyeri badannya sudah
komprehensif yang tidak lemah dan
meliputi lokasi, tidak sesak lagi
karakteristik, saat aktivitas
frekuensi. O:
09:10
P = Nyeri timbul 1. Kulit teraba
saat beraktivitas dan hangat
kadang saat istirahat 2. Pasien mampu
Q = Nyeri seperti di melakukan ADL
remas – remas secara mandiri
09:15 R = Nyeri timbul di 3. Pasien mampu
dada sebelah kiri dan berpindah dari
menjalar ke satu tempat ke
punggung tempat yang lain
S = Skala nyeri 6 tanpa bantuan alat
T = Nyeri hilang dan orang lain
timbul 4. TTV : TD =
Terapeutik 130/80 mmHg N
-Mengendalikan = 90 x/menit RR
faktor lingkungan = 22 x/menit S =
yang dapat 36º C
mempengaruhi A : Masalah
respon pasien Keperawatan
terhadap Teratasi
ketidaknyamanan P : Intervensi
dengan cara dihentikan, pasien
membatasi pulang
pengunjung dan
membatasi
pencahayaan
Edukasi
- menjelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
3. 4. Risiko 09:20 Perawatan jantung: S: Pasien
Penurunan Observasi mengatakan nyeri
curah jantung -mengidentifikasi dada sudah
berhubungan tanda/gejala primer berkurang dan
dengan penurunan curah tidak merasa
perubahan jantung sesak nafas lagi
irama jantung - mengidentifikasi O :
tanda/gejala 1. Tidak terdapat
sekunder penurunan edema
curah jantung 2. Tidak terdapat
- memonitor tekanan sianosis
darah 3. Tidak terdapat
Hasil:120/80 mmHg S3 dan S4
09:25 RR:20x/mnit 4. Tidak terjadi
Terapeutik oliguria
-memposisikan 5. Kulit lembap
pasien semi fowler 6. TTV :
atau fowler dengan TD = 130/80
09:30 kaki kebawah atau mmHg
posisi nyaman N = 90 x/menit
Edukasi RR = 22 x/menit
-menganjurkan S = 36º C
beraktivitas fisik A : Masalah
sesuai toleransi Keperawatan
-menganjurkan Teratasi
09:35
beraktivitas fisik P : Intervensi
secara bertahap dihentikan,pasien
Kolaborasi dipulangkan
-kolaborasi
pemberian
analgetik,jika perlu
-rujuk ke program
rehabilitasi jantung
Nyeri akut 09:40 Manajemen nyeri S : Pasien
berhbungan Observasi mengatakan nyeri
agen -mengidentifikasi dada sebelah 2018
pencedara lokasi, karakteristik, kiri sudah jarang
fisiologis durasi, frekuensi, timbul dengan
kualitas, intensitas skala 3, nyeri
nyeri seperti diremas –
- identifikasi skala remas
nyeri O:
- identifikasi faktor 1. Keadaan umum
yang memperberat : lemah
dan memperingan 2. Kesadaran
nyeri composmentis,
Hasil: GCS 456
P = Nyeri timbul 3. TTV :
saat beraktivitas dan RR = 22 x/menit
09:45 kadang saat istirahat S = 36º C
Q = Nyeri seperti di 4. Wajah Tampak
remas – remas rileks
R = Nyeri timbul di 5. Pasien sudah
dada sebelah kiri dan tidak memegangi
menjalar ke daerah dada yang
punggung nyeri
S = Skala nyeri 6 A : Masalah
T = Nyeri hilang Keperawatan
timbul Teratasi
Terapeutik P : Intervensi
-berikan teknik dihentikan, pasien
nonfarmakologis pulang
09:50
untuk mengurangi
rasa nyeri
-kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
Hasil:
10:00 Mengendalikan
faktor lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan
dengan cara
membatasi
pengunjung dan
membatasi
pencahayaan
Edukasi
-menjelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
-menjelaskan strategi
meredakan nyeri
-menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri

kolaborasi
-kolaborasi
pemberian analgetik
BAB 4

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Stemi Anterior, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut : Pada pengkajian pasien didapatkan nyeri dada sebelah kiri dan
menjalar ke punggung seperti di remas – remas dengan skala nyeri 6, nyeri hilang
timbul dan letih setelah beraktivitas. Terdapat irama nafas tidak teratur dengan jenis
dispnea, terdapat retraksi otot bantu pernafasan, menggunakan alat bantu nafas
NRBM 10 lpm, dan terdapat suara nafas wheezing.Tekanan darah pasien 130/80
mmHg, nadi 100 x/menit, suhu 36ºC, respirasi 28 x/menit

B. Saran

Penulis mampu meningkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien


Stemi Anterior yang lebih berkualitas
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika Asikin M, Nuralamsyah M,
Susaldi. (2016). Keperawatan Medical Bedah Sistem Kardiovaskuler. Jakarta :
Erlangga Bararah, Jauhar. (2013).
Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional.
Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku
Patofisiologi. Jakarta : EGC
HudaNurarif, Kusuma. (2013). Buku Ajar Patologi Volume 2 edisi 7.
Jakarta : EGC
Kasron. (2012). Kelainan dan Penyakit Jantung : Pencegahan dan Pengobatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Kasron. (2016). Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta :
Transinfomedia
M. Black. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba
Medika
Patricia Gonce. (2011). Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. (2006). Patofisiologi
Konsep Klinis Proses – proses Penyakit. Jakarta : EGC
Rekam Medik RSUD Bangil Pasuruan. 2017 Infark Miokard Akut di Ruang
CVCU RSUD Bangil Pasuruan:
Rekam Medik RSUD Bangil Pasuruan
Rendy, M Clevo dan Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medical Bedah
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Rohmah, Nikmatur & Saiful Walia. (2012). Proses Keperawatan Teori &
Aplikasi. Yogyakarta : AR RUZZ MEDIA
Tao. L & Kendall, K. (2014). Sinopsis Organ System Pulmonologi.
Tangerang : Karisma Publishing Group
Yahya, F. (2010). Mencegah dan Mengatasi Penyakit Jantung Koroner Secara
Tepat dan Cepat. Bandung : Qanita

Anda mungkin juga menyukai