Anda di halaman 1dari 71

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Ny. S DENGAN TAVB TERPASANG TPM


Di RUANG MUSI (CVCU) RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI
JAWA TIMUR

Disusun Oleh :
KELOMPOK AORTA
1.Dewi Murniasih
2.Dian Rahmawati
3.Evaldo Rahma S
4.Endro Nopfantiyanto A
5.Tio Armando

PELATIHAN KEPERAWATAN KARDIOVASKULAR TINGKAT DASAR


ANGKATAN III RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2024

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S DENGAN TAVB
TERPASANG TPM Di RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI JAWA TIMUR ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih atas
masukan dan sumber dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan materi
dengan baik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.Kami mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya selama kami mengikuti mata kuliah tersebut.
Sekian dan terima kasih.

Penyusun

II
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................I
KATA PENGANTAR......................................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................................III
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. rumusan masalah.................................................................................................1
1.3. tujuan..................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................2
2.1. KONSEP TAVB.................................................................................................2
2.1.1. Definisi........................................................................................................2
2.1.2. KLASIFIKASI............................................................................................2
2.1.3. ETIOLOGI..................................................................................................4
2.1.4. PATOFISIOLOGI.......................................................................................5
2.1.5. TANDA DAN GEJALA.............................................................................7
2.1.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................7
2.1.7. PENATALAKSANAAN............................................................................8
2.1.8. KOMPLIKASI..........................................................................................10
2.2. KONSEP PACE MAKER................................................................................10
2.2.1. Pengertian..................................................................................................10
2.2.2. Tujuan........................................................................................................10
2.2.3. Indikasi Pemasangan Alat Bantu Sirkulasi Pacu Jantung ( Pace Maker ).11
2.2.4. Jenis Jenis Pace Maker..............................................................................11
BAB III............................................................................................................................16
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................16
3.1. PENGKAJIAN..............................................................................................16
3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul...........................................19
3.3. Rencana Asuhan Keperawatan......................................................................20
BAB IV............................................................................................................................25

III
PEMBAHASAN..............................................................................................................25
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN...............................................................43
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................44
BAB V.............................................................................................................................61
PENUTUP.......................................................................................................................61
5.1. KESIMPULAN.............................................................................................61
5.2. SARAN.........................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................62
LAMPIRAN....................................................................................................................63

IV
V
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Total Block AV (atrioventricular block) adalah suatu kondisi di mana terjadi
kegagalan total konduksi antara atrium dan ventrikel sehingga tidak ada hubungan
antara gelombang P dan kompleks QRS. Banyak penyakit dan kondisi dapat
mempengaruhi sistem konduksi AV termasuk bawaan dan didapat disebabkan oleh
infeksi, inflamasi, degeneratif, iskemik, metabolik, dan iatrogenik. Antara tersebut,
penyebab paling umum untuk Total Blok AV adalah penyebab degeneratif dan
iskemik metode diagnostik diperlukan untuk mengidentifikasi dan menyingkirkan
kemungkinan penyebabnya. (Kartawan, 2021).
Penyakit kardiovaskuler dapat disebabkan akibat dari terganggunya sirkulasi
vaskuler, sistem konduksi jantung, dan hemodinamik sehingga untuk terapi dari
setiap penyakit kardiovaskular juga berbeda sesuai dengan penyebabnya. Salah satu
terapi non-farmakologik pada penyakit kardiovaskular untuk gangguan dari irama
jantung adalah pemasangan pacemaker atau lebih dikenal dengan alat pacu jantung.
Pemasangan pacu jantung saat ini telah banyak dilakukan diseluruh dunia dengan
berbagai indikasi. Salah satu indikasi pemasangan paling banyak disebabkan Atrial
Fibrilasi permanen dengan blok Atrioventrikular (67%), diikuti oleh blok
Atrioventrikular derajat 2 atau 3 disertai angka komorbid yang tinggi 18% dan
sinus bradikardi dengan sinus pause yang jarang atau sinkop yang tidak diketahui
sebesar 15% (Reddy VY et al., 2014).

1.2. rumusan masalah


Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien dengan TAVB yang dilakukan
pemasangan TPM?

1.3. tujuan
a) melakukan pengkajian terhadap pasien dengan TAVB yang terpasang TPM.
b) Mengalisa data dari hasil pengkajian te terhadap pasien dengan TAVB yang
terpasang TPM.
c) Merumuskan intervensi dan implementasi terhadap pasien dengan TAVB yang
terpasang TPM.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.4. KONSEP TAVB


1.1.1. Definisi
AV Blok Merupakan gangguan pada nodus AV dan/atau system konduksi
menyebabkan kegagalan transmisi gelombang P ke ventrikel , AV block merupakan
komplikasi infark miokardium yang sering terjadi (Davey, 2018). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa AV block adalah gangguan system konduksi AV yang
menyebabkan transmisi gelombang P ke ventrikel dan ditimbulkan sebagai bagian
komplikasi Infak Miokardial.
Total Block AV (atrioventricular block) adalah suatu kondisi di mana terjadi
kegagalan total konduksi antara atrium dan ventrikel sehingga tidak ada hubungan
antara gelombang P dan kompleks QRS (Lilly, 2016). Banyak penyakit dan kondisi
dapat mempengaruhi sistem konduksi AV termasuk bawaan dan didapat
disebabkan oleh infeksi, inflamasi, degeneratif, iskemik, metabolik, dan iatrogenik.
Antara tersebut, penyebab paling umum untuk Total Blok AV adalah penyebab
degeneratif dan iskemik metode diagnostik diperlukan untuk mengidentifikasi dan
menyingkirkan kemungkinan penyebabnnya. (Kartawan, 2021).

1.1.2. KLASIFIKASI
a) AV Blok derajat pertama
Pada AV block derajat pertama ini, konduksi AV diperpanjang tetapi semua
impuls akhirnya dikonduksi ke ventrikel. Gelombang P ada dan mendahului
tiap-tiap QRS dengan perbandingan 1:1, interval PR konstan tetapi durasi
melebihi di atas batas 0,2 detik (Davey., 2018).

2
b) AV Blok derajat ke dua Mobitz I (Wenckebach).
Tipe yang kedua, blok AV derajat dua, konduksi AV diperlambat secara
progresif pada masing-masing sinus sampai akhirnya impuls ke ventrikel
diblok secara komplit. Siklus kemudian berulang dengan sendirinya.Pada
gambaran EKG, gelombang P ada dan berhubungan dengan QRS di dalam
sebuah pola siklus. Interval PR secara progresif memanjang pada tiap-tiap
denyut sampai kompleks QRS tidak dikonduksi. Kompleks QRS mempunyai
bentuk yang sama seperti irama dasar. Interval antara kompleks QRS berturut-
turut memendek sampai terjadi penurunan denyut. (Davey., 2018).

c) AV Blok derajat ke dua Mobitz II


AV block tipe II digambarkan sebagai blok intermiten pada konduksi AV
sebelum perpanjangan interval PR. Ini ditandai oleh interval PR fixed jika
konduksi AV ada dan gelombang P tidak dikondusikan saat blok terjadi. Blok
ini dapat terjadi kadang-kadang atau berulang dengan pola konduksi 2 : 1, 3 : 1,
atau bahkan 4 : 1, karena tidak ada gangguan pada nodus sinus, interval PP
teratur. Sering kali ada bundle branch block (BBB) atau blok cabang berkas
yang menyertai sehingga QRS akan melebar. (Davey., 2018).

3
d) AV Blok derajat ke tiga ketiga (komplit)
Pada blok jantung komplit, nodus sinus terus memberi cetusan secara normal,
tetapi tidak ada impuls yang mencapai ventrikel. Ventrikel dirangsang dari sel-
sel pacu jantung yang keluar dan dipertemu (frekuensi 40-60 denyut/menit)
atau pada ventrikel (frekuensi 20-40 denyut/menit) tergantung pada tingkat AV
blok. Pada gambaran EKG gelombang P dan kompleks QRS ada tetapi tidak
ada hubungan antara keduanya. Interval PP dan RR akan teratur tetapi interval
RR bervariasi. Jika pacu jantung pertemuan memacu ventrikel, QRS akan
mengecil. Pacu jantung idioventrikular akan mengakibatkan kompleks QRS
yang lebar. (Davey., 2018).

1.1.3. ETIOLOGI
a) AV Blok derajat pertama.
Terjadi pada semua usia dan pada jantung normal atau penyakit jantung. PR
yang memanjang lebih dari 0,2 detik dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti
digitalis, ß blocker, penghambatan saluran kalsium, serta penyakit arteri koroner,
berbagai penyakit infeksi, dan lesi congenital. (Davey., 2018).
b) AV Blok derajat kedua Mobitz I (Wenckebach).
Tipe ini biasanya dihubungkan dengan blok di atas berkas His. Demikian juga
beberapa obat atau proses penyakit yang mempengaruhi nodus AV seperti
digitalis atau infark dinding inferior dari miocard dapat menghasilkan AV blok
tipe ini. (Davey., 2018).

4
c) AV Blok derajat kedua Mobitz II.
Adanya pola Mobitz II menyatakan blok di bawah berkas His. Ini terlihat pada
infark dinding anterior miokard dan berbagai penyakit jaringan konduksi.
(Davey., 2018).
d) AV Blok derajat ketiga (komplit)
Penyebab dari tipe ini sama dengan penyebab pada AV blok pada derajat yang
lebih kecil. Blok jantung lengkap atau derajat tiga bisa terlihat setelah IMA.
Dalam irama utama ini, tidak ada koordinasi antara kontraksi atrium dan
ventrikel. Karena kecepatan ventrikel sendiri sekitar 20 sampai 40 kali permenit,
maka sering penderita menyajikan tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti
hipotensi dan perfusi serebrum yang buruk. (Davey., 2018).
1.1.4. PATOFISIOLOGI
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impuls antara atrium
dan venrikel. Impuls jantung biasanya menyebar mulai dari nodus sinus,
mengikuti jalur internodal menuju nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik
(interval PR normal); depolarisasi ventrikel terjadi dalam waktu 0,10 detik (lama
QRS komplek). Terdapat tiga bentuk blok jantung yang berturut-turut makin
progresif. Pada blok jantung derajatderajat satu semua impuls dihantarkan
melalui sambungan AV, tetapi waktu hantaran memanjang. Pada blok jantung
derajat dua, sebagian impuls dihantarkan ke ventrikel tetapi beberapa impuls
lainnya dihambat. Terdapat dua jenis blok jantung derajat dua, yaitu Wnckebach
(mobitz I) ditandai dengan siklus berulang waktu penghantaran AV ang
memanjang progresif, yang mencapai puncaknya bila denyut tidak dihantarkan.
Jenis kedua (mobitz II) merupakan panghantaran sebagian impuls dengan waktu
hantaran AV yang tetap dan impuls yanglain tidak dihantarkan.
Pada blok jantung derajat tiga, tidak ada impuls yang dihantarkan ke ventrikel,
terjadi henti jantung, kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel ataupun
sambungan atrioventrikuler mulai berfungsi. Blok berkas cabang adalah
terputusnya hantaran berkas cabang yang memperpanjang waktu depolarisasi
hingga lebih dari 0,10 detik (Price & Wilson, 2016).

5
PATWAYS
Irama Abnormal Dari Pacu Jantung, Pergeseran Pacu Jantung Dari Nodus Sinus,
Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Perlambatan hantarn impuls antara atrium dan ventrkel

Gagal transmisi impus total atrium ventrikel

Sebagian miokardium mengalami block total

Cuah jantung menurun

Total av block

Systole ventrikel hipertropy aktivasi sistem penurunan kongestif


Menurun ventrikel rennin angiotensis suplay O2 pulmonal
Ke otot/ jar
Vol darah pemendekan angiotensin I
Ventrikel/atrium miokard ke ACE transisi
Meningkat ke Angiotensin II kelemahan cairan ke
pengisian Otot ruang
LV Intersisiel
Gangguan menurun pengeluaran ADM intoleransi
Hemodinamik aktivitas sesak
Penurunan edema Napas
Aritmia/ curah jantung sistemik
Bradiaritmia pola napas
Tidak efektif
Pemasangan PPM/TPM kerusakan integritas
Kulit
Tindakan Invasiv
Trauma tubuh perubahan pandangan gangguan
Resiko infeksi tentang tubuh citra tubuh
Post operasi
Pengobatan

Stres hospitalisasi/ luka post operasi nyeri akut


Kurang informasi

Gangguan pola tidur defisit pengetahuan

6
1.1.5. TANDA DAN GEJALA
AV blok sering menyebabkan bradikardia, meskipun lebih jarang dibandingkan
dengan kelainan fungsi nodus SA. Seperti gejala bradikardia yaitu pusing, lemas,
sinkop, dan dapat menyebabkan kematian mendadak.
a) AV blok derajat I
1) Sulit dideteksi secara klinis
2) Bunyi jantung pertama bisa lemah
3) Gambaran EKG : PR yang memanjang lebih dari 0,2 detik
b) AV blok derajat II
1) Denyut jantung < 40x/menit
2) Pada Mobitz I tampak adanya pemanjangan interval PR hingga
kompleks QRS menghilang.
3) Blok Mobitz tipe II merupakan aritmia yang lebih serius karena lebih
sering menyebabkan kompleks QRS menghilang. Penderita blok
Mobitz tipe II sering menderita gejala penurunan curah jantung dan
akan memerlukan atropine dalam dosis yang telah disebutkan
sebelumnya.
c) AV blok derajat III (komplit)
1) Atrium yang berdenyut terpisah dari ventrikel, kadang-kadang
kontraksi saat katup tricuspid sedang menutup. Darah tidak bisa keluar
dari atrium dan malah terdorong kembali ke vena leher, sehingga
denyut tekanan vena jugularis (JVP) nampak jelas seperti gelombang
“meriam (cannon)”
2) Tampak tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi dan
perfusi serebrum yang buruk (Sjamsuhidayat & Jong, 2018).
1.1.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung.

7
b) Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu
jantung/efek obat antidisritmia
c) Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
d) Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/ ke-
rusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau
mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e) Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
f) Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat mnenyebabkan disritmia.
g) Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h) Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i) Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j) GDA /nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan disritmia. (Price
& Wilson .2016)
1.1.7. PENATALAKSANAAN
a) Medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia kelas 1: sodium channel blocker
Kelas 1 A: Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi
yang menyertai anestesi. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B :Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C: Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi.

8
b. Anti aritmia kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia.
b) Keperawatan
1) Kardioversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur
elektif. Pasien dalam keadaan sadar dan diminta persetujuannya.
2) Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi
ventrikel apabila tidak ada irama jantung yang terorganisasi.
Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard
sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali
fungsinya sebagai pacemaker.
3) Defibrilator kardioverter implantable
Adalah suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takiakrdia
ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekwensi jantung.
Alat ini memulai dan memeprtahankan frekwensi jantung kerika
pacemaker alamiah jantung tak mampu lagi memenuhi fungsinya.
Pacemaker biasanya digunakan bila pasien mengalami gangguan

9
hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang mengakibatkan
kegagalan curah jantung.

5) Pembedahan hantaran jantung


Takikardian atrium dan ventrikel yang tidak berespons terhadap
pengobatan dan tidak sesuai untuk cetusan anti takikardia dapat
ditangani dengan metode selain obat dan pacemaker. Metode tersebut
mencakup isolasi endokardial, reseksi endokardial, krioablasi, ablasi
listrik dan ablasi frekwensi radio. Isolasi endokardial dilakukan
dengan membuat irisan ke dalam endokardium, memisahkannya dari
area endokardium tempat dimana terjadi disritmia. Batas irisan
kemudian dijahit kembali. Irisan dan jaringan parut yang ditimbulkan
akan mencegah disritmia mempengaruhi seluruh jantung. (Price &
Wilson .2016)
1.1.8. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari AV Blok yaitu,
a. Gagal jantung
b. Detak jantung tidak teratur
c. Tekanan darah rendah
d. Kerusakan organ tubuh
e. Henti jantung

1.5. KONSEP PACE MAKER


1.1.9. Pengertian
Adalah suatu alat bantu yang dapat menghasilkan impulse listrik secara terus
menerus (kontinue) dan teratur ( regular ) terdiri dari generator ( sumber listrik ) dan
lead / elektrode (penghantar impulse ke myocard ) bersifat sementara atau menetap
( ditanam /implanted ) yang ditanam di dada atas kanan atau kiri pasien yang
dihubungkan dengan lead menuju jantung pasien.
1.1.10. Tujuan
Suatu alat yang dipasang dan mempunyai tujuan untuk membantu sirkulasi
jantung dengan bekerja untuk mengatasi gangguan aritmia yang mengancam jiwa.

10
1.1.11. Indikasi Pemasangan Alat Bantu Sirkulasi Pacu Jantung ( Pace Maker )
Indikasi Pemasangan Alat Bantu Sirkulasi Pacu Jantung:
a) Symptomatic Heart Block
b) Sick Sinus Syndrome
 Symptomatic Sinus bradycardia
 Sinus arrest
c) Pacemaker Replacement
 Pasien yang Pacemaker dependant
d) Support setelah Heart Surgery
e) Other
 Overdrive atrial pacing (“break” SVT, atrial flutter)
1.1.12. Jenis Jenis Pace Maker
a) Permanent pacemaker
Alat pacu jantung menetap adalah suatu alat medis yang ditanam dalam
tubuh pasien berupa kawat yang di tanam dalam suatu ruang jantung
melalui vena yang tepat yang dihubungkan dengan generator pacu
jantung yang di tanam dibawah kulit atau otot dada kanan atau kiri.
Type pacu jantung
1) Single-chamber pacemaker.
Tipe ini kawat pacing hanya ada satu yang akan ditempatkan di salah
satu ruang jantung yaitu atrium (bilik) atau ventrikel.(serambi).
2) Dual-chamber pacemaker.
Tipe ini kawat pacing yang akan ditempatkan ada dua, satu
ditempatkan di atrium dan satu di ventrikel. Tipe ini lebih fisiologis
atau lebih mirip dengan cara kerja pacu jantung orang yang sehat
dengan adanya koordinasi pemacuan antara atrium dan ventrikel.
Indikasi utama dari pacu jantung sementara adalah AV blok total yang
memberikan gejala (51%), sebagai profilaksis untuk penggantian pacemaker
definitif (14,7%), blokade pada fase akut miokard infark (12,6%),
bradiaritmia yang disebabkan oleh intoksikasi obat-obatan (12,2%), sindrom
sick sinus simptomatik (7,5%) dan interval QT yang panjang atau ventrikular
takikardi (2,5%). Selain itu, indikasi pemakaian pacu jantung sementara

11
banyak terjadi pada infark miokard akut dengan indikasi asistol, bradikardi
simptomatis (Sinus bradikardi dengan hipotensi dan Mobitz derajat 2 tipe 1
AV blok dengan hipotensi yang tidak responsif terhadap atropin, BBB
bilateral (alternating BBB or RBBB with alternating LAHB/LPHB),
bifaskular blok dengan derajat I AV blok yang baru atau usia belum dapat
ditentukan AV blok Mobitz derajat 2 tipe II Indikasi lain bradikardi yang
tidak berhubungan dengan IMA adalah asistol, AV blok derajat 2 atau 3
dengan gangguan hemodinamik atau pingsan saat istirahat, takiaritmia
ventrikular akibat bradikardi (Jorge dkk, 2004).
b) Temporary Pacemaker (TPM)
Pacu Jantung Sementara adalah suatu alat untuk menangani pasien
dengan indikasi bradikardia atau kondisi dimana detak jantung kurang
dari 60 per menit. Temporary Pacemaker (TPM) digunakan saat kondisi
bradikardia pasien bersifat sementara dan saat Permanent Pacemaker
tidak dibutuhkan atau tidak tersedia. Gejala dari bradikardia biasanya
kelelahan, pusing, dan hilangnya kesadaran untuk sementara waktu.
Komplikasi dari pemasangan Temporary Pacemaker (TPM) diantaranya
infeksi, trauma lokal, aritmia (detak jantung tidak stabil), dan perforasi
jantung. (Price & Wilson .2016)
Pacu jantung permanen (PJP) adalah suatu sirkuit di mana sebuah
generator mengeluarkan arus listrik yang mengalir ke otot jantung
(miokard) melalui sebuah kabel (wire) penghantar untuk merangsang
jantung berdenyut, dan selanjutnya kembali ke generator (sirkuit
berakhir). PJP akan mengembalikan sistem pemacuan jantung ke keadaan
fisiologis sehingga dapat meningkatkan curah jantung dan memperbaiki
sirkulasi otak dan organ tubuh lainnya. Hasil akhirnya adalah
menghilangkan keluhan pasien yang mengalami bradikardia. seperti
mudah lelah, sinkop, dan sesak napas. Teknologi PJP telah mengalami
perkembangan dan kemajuan yang pesat sejak pemasangan PJP pertama
pada manusia yang dilakukan oleh Ake Senning, seorang dokter bedah
toraks dari Swedia, pada tahun 1958. Pada waktu itu indikasi
pemasangan PJP masih sangat terbatas pada kasus bradikardia seperti

12
hambatan atrioventrikel total dan proses pemasangan melalui prosedur
torakotomi yang dilakukan oleh seorang ahli bedah toraks.
PJP pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama yaitu pulse
generator dan pacing lead. Pulse generator terbuat dari lithium iodine
battery yang merupakan sumber energi utama untuk menghantarkan
impuls ke miokard. Selain itu, sebagai pusat pengaturan fungsi PJP. Rata-
rata generator mempunyai lama kerja sekitar 4- 10 thn (tergantung
apakah pasien sepenuhnya tergantung pada PJP atau tidak). Generator
dihubungkan dengan endokardium jantung melalui pacing lead. Pacing
lead merupakan suatu insulated-wire yang berfungsi menghantarkan
impuls dari pulse generator ke otot jantung dan melakukan deteksi
(sensing) sinyal depolarisasi (kontraksi) jantung. Secara umum pacing
lead dibagi dua yaitu pacing lead yang dimasukkan secara intravena ke
dalam endokardium (transvenous lead) dan yang dipasang di atas
epikardium (epicardial lead), Yang paling sering dipakai ada|ah jenis
yang pertama. Transvenous lead terdiri dari dua jenis yaitu untuk fiksasi
pasif (tine lead) atau untuk fiksasi aktif (screw in lead).
Jadi arus listrik yang dikeluarkan oleh generator akan dihantarkan ke
otot jantung melalui pacing lead dan kembali ke generator dan demikian
seterusnya. Pada ujung pacing lead terdapat elektroda bermuatan negatif
(katoda) yang kontak langsung miokard. Sedangkan elektroda yang
menerima impuls listrik setelah terjadi depolarisasi disebut anoda. Pada
sistem kutub tunggal (unipolar) maka katodanya terletak di ujung pacing
lead dan anodanya di generator. Sedangkan pada sistem kutub ganda
(bipolar) katoda terletak di ujung pacing lead yang kontak langsung
dengan miokard dan anoda terletak pada bagian proksimal pacing lead
(terdapat dua elekroda). Jadi saat terjadi pemacuan maka impuls listrik
akan ke|uar dari generator dialirkan melalui lead dan katoda dan kembali
ke anoda. Untuk PJP kamar tunggal (single chamber) maka hanya dipakai
satu lead yang biasanya ditempatkan pada apeks ventrikel kanan. Pada
PJP kamar ganda (double chamber) lead ditempatkan di atrium kanan dan
ventrikel kanan.

13
Adapun indikasi pemasangan pacu jantung permanen adalah sebagai
berikut Blok Atrioventrikel Didapat (Acquired Atrioventricular Block)
Blok AV derajat 3 atau blok AV derajat dua yang lanjut pada lokasi
anatomi manapun yang disertai:
a) Bradikardi yag bergejala (termasuk gagal jantung) yang berkaitan
dengan blok AV
b) Aritmia dan keadaan lain yang memerlukan obat yang menyebabkan
bradikardi bergejala
c) Adanya asystole yang terdokumentasi dengan durasi 3 detik atau
lebih atau laju irama escape yang kurang dari 40 kali per menit pada
pasien sadar meskipun tanpa gejala (symptom-free)
d) Setelah prosedur ablasi pada Atrioventricular junction
e) Blok AV pasca Operasi yang tidak dapat pulih kembali
f) Penyakit neuromuskular dengan blok AV seperti distrofi muskular
miotonik
g) Blok AV derajat dua pada tingkatan manapun yang diserta bradikardi
bergejala.
h) Blok AV derajat tiga yang hilang timbul (intefmittent) • Blok AV
derajat dua tipe II
i) Blok berkas cabang yang bergantian (alternating bundle branch
block)
j) Blok AV derajat dua menetap dengan blok berkas cabang bilateral
atau blok AV derajat tiga pada IMA
k) Blok AV (derajat dua atau tiga) sesaat yang disertai blok berkas
cabang. Jika lokasi blok tidakjelas maka diperlukan pemeriksaan
elektrofisiologi.
l) Blok AV derajat dua atau tiga yang menetap dan simtomatik
m) Disfungsi nodus sinus dengan bradikardi yang terdokumentasi,
termasuk sinus pauses yang sering. Pada kebanyakan pasien hal ini
disebabkan oleh obatobatan yang penting dengan indikasi kuat dan
tidak ada pilihan pengganti obat tersebut

14
n) Inkompetensi kronotropik (laju nadi yang tidak dapat naik saat
kebutuhan meningkat mislanya latihan) yang simtomatik (Setiati S
dkk, 2014)

15
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.2. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Bararah (2018) fase dari pengkajian meliputi pengumpulan data dan
analisa data. Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan
dasar utama dan hal penting yang dilakukan oleh perawat.
a. Identitas : Data biografi yang perlu dipertimbangkan adalah usia, jenis
kelamin, suku/bangsa. Penyakit cardiovaskuler lebih sering pada usia 40-60
tahun, laki-laki lebih sering dari pada wanita, bising jantung lebih sering
pada kulit putih, sedangkan hipertensi lebih sering pada kulit hitam.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Dispneu, edema periper, kelelahan dan kelemahan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST
3) Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah pasien menderita :
a) Hipertensi
b) Hiperliproproteinemia
c) Diabetes melitus
d) Rematik fever dan penggunaan obat-obatan tertentu.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit cardiovaskuler, DM, Penykit renal dan predisposisi
genetik.

c. Pemeriksaan fisik/Fokus pengkajian


fokusnya adalah sebagai berikut :
1) Aktivitas/istirahat

16
a) Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat
istirahat.
b) Tanda :Gelisah, perubahan status mental mis: letargi, tanda
vital berubah pad aktivitas.
2) Sirkulasi
a) Gejala :Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok
septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b) Tanda :
(1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
(2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
(3) Irama Jantung ; Disritmia.
(4) Frekuensi jantung ; Takikardia.
(5) Nadi apikal ; PMI mungkin menyebar dan merubah
(6) posisi secara inferior ke kiri.
(7) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
(8) terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
(9) Murmur sistolik dan diastolic.
(10) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
(11) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
(12) kapiler lambat.
(13) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
(14) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
(15) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
(16) Khususnya pada ekstremitas.
3) Integritas ego
a) Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan
dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya
perawatan medis)
b) Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas,
marah, ketakutan dan mudah tersinggung

17
4) Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih
malam hari (nokturia), diare/konstipasi.

5) Makanan/cairan
a) Gejala :Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan
berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah,
pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang
telah diproses dan penggunaan diuretic.
b) Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen
(asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dan pitting).
6) Higiene
a) Gejala: Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas
Perawatan diri.
b) Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7) Neurosensori
a) Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
b) Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan
mudah tersinggung.
8) Nyeri/Kenyamanan
a) Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen
kanan atas dan sakit pada otot.
b) Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku
melindungi diri.
9) Pernapasan
a) Gejala: Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum,
riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b) Tanda :
(1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot
asesori pernpasan.

18
(2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
(3) Sputum : Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih
(edema pulmonal)
(4) Bunyi napas : Mungkin tidak terdengar.
(5) Fungsi mental : Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
(6) Warna kulit : Pucat dan sianosis
10) Keamanan
a) Gejala:Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan
kekuatan/tonus otot, kulit lecet.
11) Interaksi sosial
a) Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial
yang biasa dilakukan.
12) Pembelajaran/pengajaran
a) Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung,
misalnya : penyekat saluran kalsium.
b) Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk
meningkatkan.
1.3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung,
perubahan frekuensi jantung
b) Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, tira baring, kelemahan. imobilotas
c) Ansietas berhubungan dengan kebutuhan tidak terpenuhi, kurang terpapar
informasi
d) Gangguan Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi

19
1.4. Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
(SLKI) (SLKI) (SIKI)
1 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan Curah jantung l.02008 Perawatan Jantung1.02075
kontraktilitas (perubahan faktor listrik, penurunan Definisi Definisi
karakteristik miokard). Keadekuatan jantung Mengidentifikasi, merawat dan membatasi
Definisi memompa darah untuk komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai
Ketidak adektuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi oksigen miokard
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh metabolisme tubuh Tindakan
Penyebab Observasi
1. Perubahan irama jantung Ekpestasi meningkat -Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
2. Perubahan frekuensi jantung Kekuatan nadi perifer jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema,
3. Perubahan kontraktilitas Ejection fraction (ef) ortopnea, paroxysmal nocturmal dyspnea,
4. Perubahan preload Cardiac index (ci) peningkatan CVP)
5. Perubahan aterload Left ventricular stroke work -Identifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan
Gejala dan Tanda Mayor index (lvswi) curah jantung (meliputi penngkatan berat badan,
Subjektif Stroke volume index (svi) hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi,
 Palpitasi Palpitasi ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
 Lelah Bradikardia -Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
 Dispnea Takikardia ortostatik, jika perlu)
 Paroxysmal nocturmal dyspnea (PND) Gambaran ekg aritmia -Monitor intake dan output cairan
 Ortopnea Lelah -Monitor berat badan setaia hari pada waktu yang
 Batuk Edema sama
Objektif Distensi vena jugularis -Monitor saturasi oksigen
Dispnea -Monitor keluhan nyeri dada
 Bradikardia/ takikardia
Oliguria -Monitor EKG 12 sadapan
 Gambaran EKg aritmia atau gangguan konduksi
Pucat/slanosis -Monitor aritmia
 Edema Paroxysmal nocturnal dysnea -Monitor nilai laboratorium jantung
 Distensi Vena Jugularis (pnd) -Monitor fungsi alat pacu jantung
 Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun Ortopnea -Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
 hepatomegali Batuk dan sesudah aktivitas
 Tekana Darah meningkat/ menurun Suara jantung s3 -Periksa tekanan darah dan rekuensi nadi sebelum
 Nadi perifer teraba lemah Suara jantung s4 pemberian obat
20
 Capillary refil time> 3 detik Murmur jantung Terapeutik
 Oliguria Berat badan -Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler dengan
 Waran kulit pucat/sianosis Hepatomegaly kaki ke bawah atau posisi nyaman
 Terdengar suara jantung S3 dan S4 Pulmonary vascular-Berikan diet jantung yang sesuai
 Ejection fraction (EF) menurun resistance (pvr) -Gunakan stocking elastis atau pneumatic
Gejala dan Tanda Minor Systemic vascular resitance intermiten, sesuai indikasi
Objektif Tekanan darah -Fasilitasi pasien dan keluarga untuk memodifikasi
1) Murmur jantung Capillary refil time (crt) gaya hidup sehat
2) Berat badan bertambah Pulmonary asrtery wedge -Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
3) Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun pressure (pawp) jika perlu
Central venous presure -Berikan dukungan emosional dan spiritual
-Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
Edukasi
-Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
-Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
-Anjurkan berhenti merokok
-Anjurkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan harian
-Anjurkan pasien dan keluarga mengukur intak dan
output cairan harian
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
-Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2 Intoleransi aktivitas D.0056 Toleransi aktivitas L.05047 Manajemen program latihan 1.05179
Definisi Definisi Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari Respon fisiologis terhadap Mengidentifikasi dan mengelola aktivitas fisik yang
Penyebab aktivitas yang membutuhkan diprogramkan secara aman dan efektif
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen tenaga Tindakan
2. Tirah baring  Frekuensi nadi Observasi
3. Imobilitas  Saturasi oksigen - identifikasi pengetahuan dan pengalaman
4. Gaya hidup monoton  Kemudahan dalam aktivtas fisik sebelumnya
Gejala dan tanda mayor melakukan aktivitas - identifikasi jenis aktivitas fisik
Subjektif  Kecepatan berjalan - identifikasi kemampuan pasien beraktivitas
1. Mengeluh lelah Objektif  Kekuatan tubuh bagian atas - monitor randa vital seelum latihan
21
1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat  Kekuatan tubuh bagian Terapeutik
Gejala dan tanda minor bawah - motivasi untuk memluai aktivitas visik
Subjektif  Toleransi dalam menaiki - motivasi menjadwalkan aktivitas fisik
1. Dispnea saat aktivitas tangga - berikan reinforcement jika aktivitas sesuai
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas  Keluhan lelah dengan jadwal
3. Merasa lemah Objektif  Dispepsia saat beraktivitas - libatkan keluarga dalam merencanakan latihan
1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat  Dipsnea saat beraktivitas Edukasi
2. Gambaran EKG menunjjukan aritmia saat setelah  Perasaan lemah - jelaskan manfaat aktivitas fisik
aktivitas - anjurkan tehnik pernapasan yang tepat selama
 Artimia saaat aktivtias
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia aktivitas fisik
 Artimia setelah beraktivitas
4. sianosis - ajarkan tehnik latihan sesuai dengan
 sianosis kemampuan
 Warna kulit - ajarkan menghindari cedera saat latihan fisik
 Tekanan darah - ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan
 Frekuensi mapas cepat
 EKG iskemia
3 Gangguan Integritas Kulit/Jaringan D.0129 Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit
Definisi : Kerusakan kulit (dermis, dan/ atau epidermis) atau L.14125 L.11353
jaringan (mebran mukosa, kornea, fasia, tulang, kartilago, Definisi : Keutuhan kulit Definisi : Mengidentifikasi dan merawat keutuhan,
kapsul sendi dan/atau ligamen) (dermis, dan/ atau kelembaban dan mencegah perkembangan
Penyebab : mikroorganisme
epidermis) atau jaringan
1. Perubahan sirkulasi Tindakan
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
(mebran mukosa, kornea, Observasi :
3. Kekurangan/kelebihan volume cairan fasia, tulang, kartilago, 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
4. Penurunan mobilitas kapsul sendi dan/atau (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan status
5. Bahan kimia iritatif ligamen) nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu
6. Suhu lingkungan yang ekstrem  Ekspetasi Meningkat lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
7. Faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang,  elastisitas Terapeutik
gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energi  Hidrasi 1. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
listrik bertegangan tinggi) 2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,
 Perfusi jaringan
8. Efek samping terapi radiasi jika perlu
9. Kelembaban  Kerusakan jaringan 3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
10.Proses penuaan  Kerusakan lapisan kulit selama periode diare
11.Neuropati perifer  Nyeri 4. Gunakan produk berbahan petrolium atau
12.Perubahan pigmentasi  pendarahan minyak pada kulit kering
22
13.Perubahan hormonal  Kemerahan 5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
14.Kurang terpapar informasi tentang upaya  Hematoma hipoalergik pada kulit sensitive
mempertahankan/melindungi integritas jaringan 6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
 Jaringan parut
Gejala dan Tanda Mayor kulit kering
Subjektif  Nekrosis Edukasi
1. Tidak tersedia Objektif  abrasi 1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin,
1. Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit  Suhu kulit serum)
Gejala dan Tanda Minor  tekstur 2. Anjurkan minum air yang cukup
Subjektif  Pertumbuhan rambut 3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
1. Tidak tersedia Objektif 4. Anjurkan meningkat asupan buah dan sayur
1. Nyeri 5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
2. Pendarahan 6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
3. Kemerahan minimal 30 saat berada diluar rumah
4. Hematoma
4 Pola Napas Tidak Efektif Polanapas Pemantauan Respirasi 1.01014
D.0005 L.01004 Observasi
Definisi Definisi  monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi Inspirasi dan/atau ekspresi upaya nafas
adekuat  monitor pola napas (seperti bradipnea,
yang memberikan ventilasi
Penyebab takipnea, hiperventilasi, kusmaul, cheyne-
1. Depresi pusat pernapasan
adekuat
stokes, biot ataksik)
2. Hambatan upaya napas (misalnya, nyeri saat bernapas,  Ventelasi semenit
 monitor kemampuan batuk efektif
kelemahan, otot pernapasan)  Kapasitas vital  monitor adanya produksi sputum
3. Deformitas dinding dada  Diameter thoraks  monitor adanya sumbatan jalan napas
4. Deformitas tulang dada anterior posterior  palpasi kesemetrisan ekspansi paru
6. Gangguan neurologis (misalnya, elektroensefalogram  Tekanan ekspirasi  aulkultasi bunyi napas
[EEG] positif, cedera kepala, gangguan kejang)  Tekanan inspirasi  monitor saturasi oksigen
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energy  Dispnea  monitor nilai AGD
9. Obesitas  Pengunaan otot bantu  monitor hasil x-ray thoraks
10.Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru napas Trapeutik
11.Sindrom hipoventilasi  Pemanjangan fase  atur interval pemantauan respirasi sesuai
12.Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 keatas) ekspirasi kondisi pasien
13.Cedera pada medula spinalis  dokumentasikan hasil pemantauan
 Ortopnea
14.Efek agen farmakologis o Edukasi
23
15.Kecemasan  Pemapasan pursed-tip  jelas tujuan dan prosedur pemantauan
Gejala dan tanda mayor  Pernapasan cuping  informasikan hasil pemantauan
Subjektif hidung
Dispnea Objektif
1. penggunaan otot bantu napas meningkat

2. volume tidal menurun  Frekuensi napas
3. PCO2 meningkat  Kedalaman napas
4. PO2 menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif
Tidak tersedia Objektif
1. Gelisah
2. Takikardia

24
25
BAB IV
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN
PKKvTD ANGKATAN III 2024

Nama Mahasiswa : Evaldo Rahma Tempat Praktik : CVCU (Musi)


Kelompok : Aorta Tanggal pengkajian : 27-03-2024

A. IdentitasKlien
Nama : Ny. Sase Dyahwidiastuti.................. No. RM : 11611589
Usia : 63 Tahun.......... Tgl. Masuk : 26-03-2024
Tanggal lahir : 14-02-1961 Jam Masuk RS : 22.45
Jenis kelamin : Perempuan........................................ Tgl. Pengkajian : 27-03-2024
Alamat : Jl. Melati Rt 08 Rw 06 Bululawang Jam Pengkajian : 15.00
No. telepon :-
Status pernikahan : Cerai Mati
Agama : Islam.................................................
Suku : Jawa..................................................
Pendidikan : SD.....................................................
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga...........................
Lama berkerja : -.........................................................
B. Status kesehatanSaatIni
1. Keluhan utama saat pengkajian : Sesak, Kaki bengkak
2. Lama keluhan : 3 minggu yanglalu
3. Kualitas keluhan : Nafas berat
4. Faktor pencetus : Tiba tiba
5. Faktor pemberat : Saat duduk
6. Upaya yang telah dilakukan : Istirahat bedrest di rumah
7. Diagnosamedis :
1. AF SVR + TAvB with unstable hemodinamik
2. HF st C Fc III dt susp CAD, dd cardiac amyloidosis , HCM.
3. CCS PTP 14%
4. Efusi Pleura Kanan
5. Hipoalbuminemia moderete
6. Prolonged INR
7. Geriatric Problem

26
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien mengeluh mengeluh lemas, nafsu makan menurun, sesak, dan bengkak diekstremitas bawah sejak 1 tahun
yang lalu sebelum MRS. Memberat kurang lebih 1 bulan yang lalu sebelum MRS disertai dengan sesak. Pada
tanggal 25-03-2024 pasien datang ke IGD RS Bokor Kab. Malang didiagnosa Junctional Rytem dt SND, syock
kardiogenik. Kemudian dilakukan pemeriksaan dan didapatkan hasil: TD: 67/50 mmHg, HR: 43x/mnt, SpO2 99%
dengan NC 4 lpm. Mendapatkan terapi Infus NS 20 tpm, Inj. SA 1mg (sebanyak 3x), syringe pump dopamin 5-
10mcg/kgbb/mnt, PO CaCo3 1x1. Tidak ada perbaikan, akhirnya diputuskan untuk dirujuk ke RSSA dengan pro
tindakan pasang TPM. Tgl 26-03-2024 pk 22.40 pasien datang dan diterima di IGD RSSA dengan Kesadaran CM,
GCS e4v5m6, TD 101/71 mmHg, HR 50x/mnt, RR 20x/mnt, Spo2 96% dengan o2 NC 4 lpm, terpasang syringe pump
dopamin 5-10mcg/kgbb/mnt. Pada tanggal 27-03-2024 pk 00.30 pasien dilakukan tindakan pemasangan TPM. Tgl
27-03-2024 pk. 07.00 pasien dipindahkan ke CVCU dengan keadaan pasien terpasang TPM dengan setting 80-2-2
Kesadaran CM GCS e4v5m6 TD 76/54 mmHg, HR 80x/mnt, RR 20x/mnt, Spo2 97% dengan o2 NC 4 lpm.
Mendapatkan terapi: Infus NS 0,9% 0,7cc/kgBB/jam, Syringe dopamin 5 mcg/kgBB/mnt, Syringe NE
0,05mcg/kgbb/mnt, inj. Furosemide (jika MAP > 65mmHg), PO Captopril (TUNDA), PO Bisoprolol (TUNDA), PO
Warfarin (TUNDA 1 hari), PO Diazepam 0-0-2mg.
D. Riwayat KesehatanTerdahulu
1. Penyakit yg pernah dialami : Jantung tidak terkontrol, DM tidak terkontrol
a. Kecelakaan :-
b. Operasi (jenis&waktu) :-
c. Penyakit:
 Kronis :
 Akut :
2. Terakhir masuki RS :-
3. Alergi (obat, makanan, plester, dll): -

Tipe Reaksi Tindakan


Tidak ada ada Tidak ada ada Tidak ada ada
4. Imunisasi: Tidak pernah Imunisasi
5. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok - -
Kopi - -
Alkohol - -
6. Obat - obatan : Obat jantung, lupa namanya

27
E. RiwayatKeluarga Jantung
Keluarga klien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki sakit serupa seperti klien, dan tidak ada keluarga
yang memiliki riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, gagalginjal, dan sakit jantung, dan kencing manis.

GENOGRAM

Keterangan:
: Laki-laki : Pasien/ Klien
: Perempuan : Menikah
: Tinggal satu rumah : Meninggal
: Hubungan anak kandung

F. RiwayatLingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
 Kebersihan Rutin dibersihkan minimal 2x sehari -
pada pagi dan sore
 Bahaya - -
kecelakaan
 Polusi Jalan depan rumah sering dilalui oleh -
kendaraan bermotor
 Ventilasi Kamar tidur pasien kurang adanya -
ventilasi udara karena terletak
dibelakang
 Pencahayaan Pencahayaan cukup dari lampu -

G. Pola Aktifitas-Latihan
Jenis Rumah RumahSakit

28
 Makan/minum 2 2
 Mandi 2 3
 Berpakaian/berdandan 2 2
 Toileting 2 3
 Mobilitas ditempat tidur 2 3
 Berpindah 2 3
 Berjalan 3 4
 Naik tangga 4 4
PemberianSkor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain (1 orang) , 3 = dibantu orang lain (> 1 orang), 4 = tidak mampu

H. Pola NutrisiMetabolik
Jenis Rumah Rumah Sakit
 Jenis diit/makanan Bersantan DJ II 1500 kkal + extra protein
 Frekuensi/pola 3x/hari 3x/hari
 Porsi yang dihabiskan 1 porsi 1/4 porsi
 Komposisi menu Nasi, sayur, ikan Nasi, Sayur, Lauk
 Pantangan - -
 Nafsu makan Menurun Biasa
 Fluktuasi BB 6bln terakhir 45 kg 45kg
 Jenis minuman Air mineral Air mineral
 Frekuensi/pola 3-4x/mnt 3-4x/mnt
 Gelas yang dihabiskan 1 gelas 1 gelas
 Sukar menelan - -
 Pemakaian gigi palsu - -
 Rwt peyembuhan luka lama - -

I. Pola Eliminasi
Jenis Rumah Rumah Sakit
BAB
 Frekuensi/pola 1x/hari Belum BAB
 Konsistensi Lembek -
 Warna dan bau Khas feses -
 Kesulitan - Makan sedikit
 Upaya mengatasi - -
BAK
 Frekuensi/pola 3x/hari Via chateter

29
 Konsistensi Cair Cair
 Warna dan bau Kuning jernih Khas feses
 Kesulitan - -
 Upaya mengatasi - -

J. Pola Tidur-Istirahat
Jenis Rumah Rumah Sakit
Tidur siang
 Lamanya 3 jam 4 jam
 Jam .... s/d .... 11.00-13.00 WIB 10.00-14.00
 Kenyamanan setelah tidur Nyaman Nyaman
Tidur malam
 Lamanya 5 jam 6 jam
 Jam .... s/d .... 23.00 - 04.00 23.00-05.00
 Kenyamanan setelah tidur Nyaman Nyaman
 Kebiasaan sebelum tidur - -
 Kesulitan Sering terbangun -
 Upaya mengatasi Mencoba tertidur kembali -

K. Pola KebersihanDiri
Jenis Rumah Rumah Sakit
 Mandi/frekuensi 2x/hari 1x/hari (SEKA)
 Penggunaan sabun Ya Ya
 Keramas/frekuensi 1x/minggu -
 Penggunaan shampoo Ya -
 Gosok gigi/frekuensi Setiap kali mandi -
 Penggunaan odol Ya -
 Ganti baju/frekuensi Setiap kali kotor -
 Memotong kuku/frekuensi 1x/minggu -
 Kesulitan - -
 Upaya yang dilakukan - -

30
L. Pola Toleransi-KopingStres
1. Pengambilan keputusan:( )sendiri (V)dibantu orang lain,
sebutkan: Anak
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll): -
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah:
Menonton televisi
4. Harapan setelah menjalani perawatan:
Bisa melakukan ADl secara mandiri
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit:
Produktifitas menurun

M.Konsep Diri
1. Gambaran diri: Menganggap sakit adalah cobaan dari Tuhan.
2. Ideal diri: Mampu melakukan kegiatan sehari hari dengan mandiri
3. Harga diri: Merasa minder karena sedang kondisi sakit
4. Peran: Ibu Rumah Tangga
5. Identitas diri: Seorang Ibu dari 3 orang anak, nenek dari 2 orang cucu

N. Pola Peran&Hubungan
1. Peran dalam keluarga: Ibu dari 3 orang anak, Nenek dari 2 orang cucu
2. Sistem pendukung: anak dan cucu
3. Kesulitan dalam keluarga: -
( ) Hub. dengan orang tua ( ) Hub.dengan pasangan
( )Hub. dengan sanak saudara ( ) Hub.dengan anak
( ) Lain-lain sebutkan, Tidak ada
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: -
5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi: -

O. Pola Komunikasi
1. Bicara: (V) Normal ( ) Bahasa utama:Jawa/Indonesia
(V) Tidak jelas ( )
Bahasa daerah: Jawa
() Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian:............................
(V) Mampu mengerti pembicaraan orang lain( ) Afek:....................................................

31
2. Tempat tinggal:
( ) Sendiri
( ) Kos/asrama
( V ) Bersama orang lain (Anak dan Cucu
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: -
b. Pantangan & agama yg dianut: -
c. Penghasilan keluarga: ( V ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 ( ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta ( ) > 2 juta
P. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (V) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( ) perhatian ( )sentuhan (V) lain-lain, seperti: suami sudah meninggal

Q. Pola Nilai &Kepercayaan


1. ApakahTuhan, agama,kepercayaan penting untuk Anda:
Penting
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis&frekuensi):
3 Bulan terakhir hanya di rumah
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS:
-
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya:
-
R. PemeriksaanFisik
1. Keadaan Umum : Lemah
a. Kesadaran : CM
b. Tanda-tanda vital :
c. TB : 145 cm, BB : 40 kg
IMT : 19,02
2. Kepala & Leher
a. Kepala:
 Inspeksi : Normo Chepal, rambut beruban, kebersihannya cukup tidak ada ketombe, tidak ada lesi
 Palpasi : Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b. Mata:
 Inspeksi : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Icteris, tidak ada odema
c. Hidung:
32
 Inspeksi : Septum ditengah, tidak ada defiasi, tidak ada secret, fungsi penciuman baik, terpasang
nasal canule liter 3 l/menit.
 Palpasi : Teraba tulang lunak hidung, tidak ada lesi maupun benjolan.
d. Mulut & tenggorokan:
 Inspeksi : Bibir lembab dan tidak sianotik, gigi sudah tidak lengkap. Tenggorokan tidak ada benjolan
 Palpasi : Tidak ada deviasi, tidak ada nyeri tekan.
e. Telinga:
 Inspeksi : Tampak bersih, simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, fungsi
pendengaran baik
 Palpasi : Tidak ada benjolan atau masa
f. Leher:
 Inspeksi : Tidak terdapat distensi vena jugularis
 Palpasi : Tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
3. Thorak& Dada:
Jantung
 Inspeksi : Iktus terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea
midclavicularis sinistra.
 Palpasi : Iktus cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri V
 Perkusi :
- Kanan atas : Pekak pada ICS II Linea Para Sternalis Dextra
- Kanan bawah : Pekak pada ICS IV Linea Para Sternalis Dextra
- Kiri atas : Pekak pada ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
- Kiri bawah : Pekak pada ICS IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
 Auskultasi : Pada ICS 2 parasternal dextra (Katup Aorta) dan ICS 2 parasternal sinistra (Katup
Pulmonal) terdengar bunyi jantung 2 "DUB" tunggal. Dan Pada ICS 5 parasternal sinistra (Katup
Triscuspid) dan ICS 5 midclavicula (Katup Mitral) terdengar bunyi janting 1 " LUB" tunggal..
Paru
 Inspeksi : Bentuk dada Normo chest
 Palpasi : Tidak ada benjolan
 Perkusi : Sonor pada lapang dada sebelah kanan, Pekak ICS 2 s/d 4 dextra
 Auskultasi : cracless :
+
-
+
-
-

33
4. Payudara&Ketiak
 Inpeksi : Tidak ada lesi
 Palpasi : Tidak ada benjolan

5. Punggung & TulangBelakang


 Inpeksi : terlihat bentuk tulang belakan sedikit bengkok ke kanan
 Palpasi : jumlah tulang belakang lengkap, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
6. Abdomen
 Inspeksi : Perut kurus, tidak tampak acites
 Palpasi : lemas, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : Timpani pada lapang abdomen kiri, redup pada lapang abdomen kanan
 Auskultasi : Bising usus normal 8x/menit
7. Genetalia& Anus
 Inspeksi : Tidak ada kelainan, kebersihan cukup bersih

8. Ekstermitas
 EkstermitasAtas:
a. Kanan : tampak kurus dan lemas, tidak ada odema, kekuatan otot 5
b. Kiri : tampak kurus dan lemas, tidak ada odema, kekuatan otot 5
 Ekstermitas Bawah:
a. Kanan : Tampak lemas. Adanya odema, kekuatan otot 4, terdapat balutan
sambungan alat TPM (80-2-2)
b. Kiri : Tampak lemas. Adanya odema, kekuatan otot 4
9. SistemNeorologi
 Fungsi : Normal
 Cara Pemeriksaan : menyebutkan jumlah anak dan jumlah cucu
10. Kulit& Kuku
a. Kulit : bewarna sawo matang, tidak ada bulu, tidak ada lesi
b. Kuku : bersih dan pendek

S. Hasil PemeriksaanPenunjang
Laboratorium: 26 – 03 -2024
Analisa Gas Darah

pH 7,53
pCO2 32,9 mmHg
34
pO2 78,1 mmHg
HCO3 27,5 mmol/L
BE 4,6 mmol/L
SaO2 96,7%
Hb 14,10 g/dL
Suhu 37 ̊C
Hasil darah lengkap tgl 27/03/2024

Jenis pemeriksaan hasil


HB 13.10 g/dl
RBC 3.67
WBC 6.59
Hematrokit 37,80
PPT 37.00
APTT 39.90
GDA 222
T3 0.48
T4 0.99
SGOT 71 u/L
SGPT 31U/L

KIMIA KLINIK (Elektrolit)


Na 124 mmol/L
K 4,77 mmol/L
Cl 90 mmol/L

Kesimpulan:
MORSE FALL SCALE
Skala
No. Pengkajian Nilai Keterangan
Tidak Ya
1. Riwayat jatuh:
V 0
Apakah pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir
2. Diagnosa sekunder:
V 15
Apakah memiliki lebih dari satu diagnose penyakit?
3. Alat bantu jalan: V 0
- Bed rest/ dibantu perawat

35
Skala
No. Pengkajian Nilai Keterangan
Tidak Ya
- Kruk/ tongkat/ walker
- Berpegangan pada benda-benda sekitar
4. Terapi intravena:
V 20
Apakah saat ini terpasang infus?
5. Gaya berjalan/ caraberpindah:
- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat
bergerak sendiri) 10
- Lemah (tidak bertenaga) V
- Gangguan/ tidak normal (pincang/diseret)
6. Status mental:
- Menyadari kondisi dirinya V 15
- Mengalami keterbatasan daya ingat
Total Nilai 60
Risiko Rendah 0 – 24 Risiko Sedang 25 – 45 Risiko Tinggi >45
Terapi
1. IVFD :

NaCl 0,9% 0,7 cc /kgBB/Jam

Syringe Dopamin 5 mcg/kgbb/mnt

Syringe Norepinephrine 0,05 mcg/kgbb/mnt

Syringe Furosemide (TUNDA)

2. Peroral
Captopril (TUNDA)
Bisorolol (TUNDA)
Warfarin (hari ini TUNDA)
Diazepam 0-0-2mg

3. EKG

36
Interpretasi ECG
֊ Irama : Reguler
֊ Frekuensi : 45x/menit
֊ Gelombang P / QRS : Tidak ada
֊ PR interval : Tidak ada
֊ Kompleks QRS : Lebar 0,12 mm/s
֊ Segmen ST : Tidak ada ST Elevasi maupun ST Depresi
֊ Q patologis : Q pathologis di lead II,III,AvF
֊ Axis : Axis Normal
Kesimpulan :
Juctional ritem dengan HR 45x/menit dengan adanya Infark pada Lateral dengan Axis Normal

EKG tgl 27/3/24 jam 07.20 dengan TPM 80/2/2

Interpretasi ECG
֊ Irama : reguler
֊ Frekuensi : 83 x/mnt
֊ Gelombang P : tidak ada
֊ PR interval : tidak ada
֊ Kompleks QRS : lebar 0,12 mm/sec
֊ Segmen ST : tidak ada st elevasi atau st depresi
֊ Q patologis : q patologis di II III AVF
֊ Axis : Axis Normal
Kesimpulan :
Irama pacing TPM dengan HR 83x/mnt, dengan setting TPM hr 80, sense 2 output 2, terdapat irama periodik
intriksik junctional dengan normal axis

37
4. Hasil ECHOCARDIOGRAFI
a. ECG : 80 bpm on TPM 80-2-2
b. Dimensi ruang jantung : LA dilatasi, LV, RA, RV normal
c. Fungsi sistolik LV : menurun (38% by teich, 32% by simpson)
d. Fungsi diastolik LV : disfungsi diastolic LV grade III (E/A 3.6)
e. Fungsi sistolik RV : menurun (TAPSE 1.0 cm)
f. Analisa segmental LV : hipokinetik basal mid inferoseptal
g. Katup
- Mitral : MS (-), MR mild
- Aorta : 3 Cuspis,, AS (-) AR (-)
- Pulmonal : PS (-), PR mild
- Tricuspid : TS (-), TR moderate (TR Vmax 2.3 m/s)
h. Lain lain
- IVC 1.5-2.0 cm
- SV 16 ml, CO 1.4L/min, SVR 3.257 dynes
- PCWP 36.38 mmHg
- Efusi pericard (-), efusi pleura (-)
- SEC (-), Vegetasi (-), thrombus (-)
i. Kesimpulan
- Fungsi sistolik LV menurun (32% by simpson)
- Disfungsi diastolik LV grade III
- Fungsi sistolik RV menurun
- Hipokinetik basal mid inferoseptal
- MR mild, PR mild, TR moderate dengan intermediate of PH

38
5. Foto Thorax

Kesimpulan :
Edema pulmonal, Efusi pleura dextra, Cardiomegali

39
ANALISIS DATA

Data Etiologi Masalah


DS: TAVB
1. Pasien mengatakan sesak. Penurunan Curah
2. Pasien mengatakan lemas. Gangguan penghantaran Jantung
3. Pasien mengatakan kedua kaki bengkak. impuls
4. Pasien mengatakan mudah Lelah saat
beraktifitas. Perubahan irama jantung
5. Psien mengatakan terkadang merasa batuk
Penurunan curah jantung
DO:
1.
2.
3.
BP 86/63 (68) mmHg dengan Syringe
Dobutamin 5 mcg/kgbb/menit Syringe NE
0,05mcg/kgbb/mnt
HR 45x/menit off TPM
HR 86x/menit with pacemaker
RR 22x/menit
SpO2 97% dengan NC 3lpm
4. Nadi teraba lemah
5. Pemeriksaan Fisik Jantung
Jantung
 Inspeksi : Iktus terlihat didalam
ruangan interkostal V sisi kiri agak
medial dari linea midclavicularis
sinistra.
 Palpasi : Iktus cordis dapat
teraba pada ruang interkostal kiri V
 Perkusi :
- Kanan atas : Pekak pada ICS II
Linea Para Sternalis Dextra
- Kanan bawah : Pekak pada
ICS IV Linea Para Sternalis Dextra
- Kiri atas : Pekak pada
ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
- Kiri bawah : Pekak pada
ICS IV Linea Medio Clavicularis
Sinistra
 Auskultasi : Pada ICS 2 parasternal
dextra (Katup Aorta) dan ICS 2
parasternal sinistra (Katup Pulmonal)
terdengar bunyi jantung 2 "DUB"
tunggal. Dan Pada ICS 5 parasternal
sinistra (Katup Triscuspid) dan ICS 5
midclavicula (Katup Mitral) terdengar
bunyi jantung 1 " LUB" tunggal..
6. Bengkak pada ekstremitas bawah
7. CRT > 3 s

40
Data Etiologi Masalah
8. Kesimpulan dari gambaran juctional dengan
HR: 45x/mnt adanya infark pada lateral
dengan axis normal
9. Kesimpulan hasil echo
- Fungsi sistolik LV menurun (32% by
simpson)
- Disfungsi diastolik LV grade III
- Fungsi sistolik RV menurun
- Hipokinetik basal mid inferoseptal
- MR mild, PR mild, TR moderate dengan
intermediate of PH

41
Data Etiologi Masalah
DS: TAVB
1. Pasien mengatakan sesak. Pola napas tidak efektif
2. Pasien mengatakan lemas. Hambatan upaya napas
3. Pasien mengatakan mudah Lelah saat
beraktifitas. Sesak napas
4. Psien mengatakan terkadang merasa batuk
Pola napas tidak efektif
DO:
1.
2.
3.
BP 86/63 (68) mmHg dengan Syringe
Dobutamin 5 mcg/kgbb/menit Syringe NE
0,05mcg/kgbb/mnt
HR 45x/menit off TPM
HR 86x/menit with pacemaker
RR 22x/menit
SpO2 97% dengan NC 3lpm
4. Bengkak pada ekstremitas bawah
5. CRT > 3 s
6. Pemeriksaan Fisik Paru
 Auskultasi : cracless :
+
-
+
-
-

7. Ekspirasi pasien tampak lebih Panjang dari


inspirasi
8. Terlihat pasien terkadang bernafas
menggunakan mulut

42
Data Etiologi Masalah
DS : TAVB Intoleransi aktifitas
1. Pasien mengatakan lemas, kedua kaki
bengkak
Penurunan suplai o2 ke otot

DO :
1. Tekanan 86/63 MAP 68 dengan dobutamin 5 Kelemahan otot
mcg dan NE 0,05 mcg
2. HR 45x/m off TBM 86x/m on TBM
3. Bengkak kedua kaki Tirah baring
4. Gambaran EKG AF SVR dengan TAVB
5. Pasien tirah baring Intoleransi aktifitas

DS : TAVB Resiko defisit nutrisi


Pasien mengatakan tidak napsu makan
Pasien mengatakan badan lemas Gangguan hemodinamik
DO :
1. Porsi makanan yang dihabiskan di RS ¼ Perubahan irama jantung
porsi
2. Berat badan 45 kg dengan IMT 19,02 Pemasangan TPM/PPM
3. Nafsu makan menurun
4. Keterbatasan aktifitas Ganggua psikologis
5. Tirah baring lama
6. Bising usus normal 8x/menit Penurunan asupan makanan

Resiko defisit nutrisi

43
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
(Berdasarkan prioritas)

Ruang : CVCU
Nama Pasien : Ny. Sase Dyahwidiastuti

No. Tanggal Diagnosa Tanggal Tanda


Dx Muncul Keperawatan Teratasi Tangan

Penurunan Curah Jantung b.d


Perubahan irama jantung d.d
gejala mayor (lelah, dispnea,
1. 27-03-2024 bradikardia, EKG aritmia, edema,
BP menurun, nadi perifer teraba
lemah)

Pola napas tidak efektif b.d hambatan


upaya napas d.d gejala mayor
2 27-03-2024 (Dispnea, fase ekspirasi memanjang,
bradypnea) gejala minor (penapasan
pursed-lip)

Intoleransi aktivitas berhubungan


dengan tirah baring ditandai dengan
pasien mengatakan badan lemas,
kedua kaki bengkat, Tekanan 86/63
3 27-03-2024 MAP 68 dengan dobutamin 5 mcg
dan NE 0,05 mcg, HR 45x/m off
TBM 86x/m on TBM, Bengkak
kedua kaki, Pasien tirah baring

Resiko defisit nutrisi berhubungan


dengan faktor spikologis
4 27-03-2024

44
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NamaPasien : Ny. Sase Dyahwidiastuti No.RM : 11611589


Ruang : CVCU Tanggal : 27-03-2024

No. Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1. Penurunan Curah (L.02008) 1. Perawatan Jantung (I.02075)
Jantung b.d Perubahan Setelah dilakukan Dengan kriteria hasil: Observasi
irama jantung d.d intervensi keperawatan 1. Kekuatan nadi 1.1 Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
gejala mayor (lelah, selama 3x24 jam, maka perifer meningkat (5) dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea,
dispnea, bradikardia, Curah Jantung 2. Bradikardia menurun peningkatan CVP)
EKG aritmia, edema, Meningkat (5) 1.2 Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
BP menurun, nadi 3. Tekanan darah penignkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi,
perifer teraba lemah) membaik (5) ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
4. Gambaran EKG 1.3 Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik jika perlu)
aritmia menurun (5) 1.4 Monitor intake dan output cairan
5. Lelah menurun (5) 1.5 Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
6. Edema menurun (5) 1.6 Monitor saturasi oksigen
7. Oliguria menurun 1.7 Monitor EKG 12 sadapan
8. Batuk menurun (5) 1.8 Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
1.9 Monitor nilai laboratorium jantung (mis. elektrolit, enzim jantung)
1.10 Monitor fungsi alat pacu jantung
1.11 Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (mis.
beta blocker, ACE inhibitor, calcium channel blocker digoksin)
Terapeutik
1.12 Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
1.13 Berikan diet jantung yang sesuai (mis. batasi asupan kafein, natrium,
kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
1.14 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
1.15 Berikan dukungan emosional dan spiritual
1.16 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi

45
No. Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1.17 Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
1.18 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi
1.19 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
1.20 Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2. Pola napas tidak efektif (L.01004) Dengan kriteria hasil: 1. Pemantauan Respirasi (I.01014)
b.d hambatan upaya Setelah dilakukan 1. Dispnea menurun Observasi
napas d.d gejala mayor intervensi keperawatan 2. Penggunaan ototo 1. Monitor frekuensi, irama, kedalam dan upaya napas
(Dispnea, fase ekspirasi selama …..........jam, bantu napas 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
memanjang, maka Pola Napas menurun kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
bradypnea) gejala Meningkat 3. Pemanjangan fase 3. Monitor kemampuan batuk efektif
minor (penapasan ekspirasi 4. Monitor adanya produksi sputum
pursed-lip) 4. Ortopnea 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
5. Pernapasan pursed- 6. Auskult asi bunyi napas
lip 7. Monitor hasil x-ray toraks
6. Pernapasan cuping Terapeutik
hidung 8. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
7. Frekuensi napas 9. Dokumentasi hasil pemantauan
membaik Edukasi
8. Kedalaman napas
10. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
membaik
11. Informasi hasil pemantauan, jika perlu
9. Eksjursi dada
membaik
10. Ventilasi semenit
membaik
11. Kapasitas vital
membaik
12. Diameter thoraks
anterior-posterior
membaik
13. Tekanan ekspirasi
membaik
Tekanan inspirasi
membaik
3 Intolerasi aktivitas Setelah dilakukan Dengan kriteria hasil Manajemen program latihan 1.05179
46
No. Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

berhubungan denganintervensi keperawatan Ekspetasi meningkat: Observasi


tirah baring ditandaiselama …..........jam, Frekuensi nadi - identifikasi jenis aktivitas fisik
dengan pasien maka intoleranasi Saturasi oksigen - identifikasi kemampuan pasien beraktivitas
mengatakan badanaktivitas Kemudahan dalam - monitor randa vital
lemas, kedua kaki melakukan aktivitas Terapeutik
bengkat, Tekanan 86/63 Kekuatan tubuh bagian - berikan reinforcement jika aktivitas sesuai dengan jadwal
MAP 68 dengan atas - libatkan keluarga dalam merencanakan latihan
dobutamin 5 mcg dan Kekuatan tubuh bagian Edukasi
NE 0,05 mcg, HR 45x/m bawah - anjurkan tehnik pernapasan yang tepat selama aktivitas fisik
off TBM 86x/m on Keluhan lelah - ajarkan tehnik latihan sesuai dengan kemampuan
TBM, Bengkak kedua Perasaan lemah
- ajarkan menghindari cedera saat latihan fisik
kaki, Pasien tirah baring Tekanan darah

4 Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan Dengan kriteria hasil Pemantauan nutrisi 1.03123
berhubungan dengan intervensi keperawatan Status nutrisi L. 05045
faktor spikologis selama …..........jam, Ekspetasi membaik Observasi
maka resiko defisit Porsi makan yang - identifikasi pperubahan berat badan
nutrisi tidak terjadi dihabiskan - identifikasi kemampuan menelan
Kekuatan otot - identifikasi kelainan eliminasi
pengunyah - monitor mual dan muntah
Kekuatan otot menelan - monitor asupan oral
Pengetahuan ttg - monitor warna konjungtiva
makanan sehat Terapeutik
Sikap terhadap - timbang berat badan
makanan - hitung perubahan berat badan
Berat badan
- atur interval pemamtauan sesuai kondisi pasien
IMT
Edukasi
Frekuensi makan
- jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Nafsu makan
Bisisng usus - informasikan hasil pemantauan
Membran mukosa

47
IMPLEMENTASI

Nama klien : Ny. Sase Dyahwidiastuti


Tanggal pengkajian : 27-03-2024
Diagnosa medis : AF SVR dengan TAVB + TPM
Tanggal implementasi : 27-03-2024
No. Dx. TTD &
Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Nama
Kep
Terang
1. 15.00 Perawatan Jantung (I.02075) (20.00)
Observasi S:
1. Melakukan identifikasi 1. Pasien mengatakan sesak berkurang.
tanda/gejala primer dan 2. Pasien mengatakan masih lemas dan
sekunder penurunan curah makan ¼ porsi
jantung 3. Pasien mengatakan kedua kaki masih
2. Melakukan monitor tekanan bengkak.
darah 4. Pasien mengatakan merasa leah
3. Melakukan monitor intake 5. Psien mengatakan kadang merasa
dan output cairan batuk
4. Melakukan monitor berat O:
badan 1.
5. Melakukan monitor saturasi 2.
oksigen 3.
6. Melakukan monitor EKG 12 BP 76/56 (68) mmHg dengan Syringe
sadapan dan adanya aritmia. Dobutamin 5 mcg/kgbb/menit Syringe
7. Melakukan monitor nilai NE 0,1mcg/kgbb/mnt
laboratorium HR 68-82x/menit with pacemaker
8. Melakukan monitor fungsi
setting 80-2-2
alat pacu jantung
Terapeutik RR 22x/menit
9. Memposisikan pasien semi- SpO2 97% dengan NC 3lpm
Fowler atau Fowler dengan 10. Nadi teraba lemah
kaki ke bawah atau posisi 11. Bengkak pada ekstremitas bawah
nyaman 12. CRT > 3 s
10.Memberikan diet jantung 13. Kesimpulan dari gambaran EKG irama
yang sesuai (mis. batasi pacing TPM dengan HR 83x/mnt,
asupan kafein, natrium, dengan setting TPM HR 80, Sense 2,
kolesterol, dan makanan Output 2, terdapat irama periodik
tinggi lemak) instrinsik juctional ritem dengan axis
11.Memberikan terapi relaksasi normal
untuk mengurangi stress, A: Masalah teratasi sebagian.
jika perlu P:
12.Memberikan dukungan  Lanjutan Intervensi Perawatan Jantung
emosional dan spiritual no 1-4, 6-10, 12-16,19
13.Memberikan oksigen untuk  Saran titrasi obat inotropik dan
mempertahankan saturasi vasokontrksi bertahap untuk
oksigen >94% memenuhi target Tekanan darah.
Kolaborasi  Saran melakukan pemasangan IBP
14.Kolaborasi pemberian  Saran evaluasi ulang setting dari TPM
antiaritmia, jika perlu

48
No. Dx. TTD &
Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Nama
Kep
Terang
2. 15.00 Pemantauan Respirasi (20.00)
(I.01014) S:
Observasi 5. Pasien mengatakan sesak berkurang.
1. Melakukan monitor polal 6. Pasien mengatakan lemas dan hanya
napas, frekuensi, irama, maan ¼ porsi.
kedalam dan upaya napas 7. Pasien mengatakan mash merasa lelah.
2. Melakukan monitor 8. Psien mengatakan terkadang merasa
kemampuan batuk efektif batuk
3. Melakukan monitor adanya
produksi sputum O:
4. Melakukan monitor adanya 1.
sumbatan jalan napas 2.
5. Melakukan auskultasi 3.
bunyi napas BP 76/56 (68) mmHg dengan Syringe
6. Melakukan monitor hasil Dobutamin 5 mcg/kgbb/menit Syringe
x-ray toraks NE 0,1mcg/kgbb/mnt
Terapeutik HR 68-82x/menit with pacemaker
7. Mengatur interval setting 80-2-2
pemantauan respirasi
RR 22x/menit
sesuai kondisi pasien
8. Melakukan dokumentasi SpO2 97% dengan NC 3lpm
hasil pemantauan 9. Bengkak pada ekstremitas bawah
Edukasi 10. CRT > 3 s
9. Menjelaskan tujuan dan 11. Pemeriksaan Fisik Paru
prosedur pemantauan  Auskultasi : cracless :
10. Menginformasi hasil +
-
pemantauan, jika perlu +
-
-

12. Ekspirasi pasien tampak lebih


Panjang dari inspirasi
13. Terlihat pasien bernafas dengan
bantuan NC 3 lpm.

A : Masalah Teratasi Sebagian


P:
 Lantkan intervensi Pemantauan
Respirasi no 1-3, 6-7, 8-9, 11
 Saran pemberian dilator untuk
melegakan nafas

49
No. Dx. TTD &
Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Nama
Kep
Terang
3 15.00 Manajemen program latihan (20.00)
1.05179 S:
 mengidentifikasi jenis 1. Pasien mengatakan sesak berkurang.
aktivitas fisik 2. Pasien mengatakan masih lemas dan
 mengidentifikasi kemampuan makan ¼ porsi
pasien beraktivitas 3. Pasien mengatakan kedua kaki masih
 memonitor randa vital bengkak.
 menganjurkan tehnik O:
pernapasan yang tepat selama 1.
aktivitas fisik 2.
 mengajarkan tehnik latihan 3.
sesuai dengan kemampuan BP 76/56 (68) mmHg dengan Syringe
seperti mika miki Dobutamin 5 mcg/kgbb/menit Syringe
 mengajarkan menghindari NE 0,1mcg/kgbb/mnt
cedera saat latihan fisik HR 68-82x/menit with pacemaker
setting 80-2-2
RR 22x/menit
SpO2 97% dengan NC 3lpm
4.
5.
6.
7.
saat berubah posisi
A: Masalah belum teratasi
P:
 lanjutkan intervensi menejement
program latihan no 1-6

50
No. Dx. TTD &
Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Nama
Kep
Terang
4 15.00 Pemantauan nutrisi 1.03123 (20.00)
Observasi S:
- menidentifikasi perubahan Pasien mengatakan tidak enak untuk makan
berat badan O:
- mengidentifikasi 1.
kemampuan menelan 2.
- memonitor mual dan muntah 3.
- memonitor asupan oral BP 76/56 (68) mmHg
Terapeutik HR 68-82x/menit with pacemaker
- mengukur berat badan setting 80-2-2
Edukasi RR 22x/menit
- menjelaskan tujuan dan SpO2 97% dengan NC 3lpm
prosedur pemantauan 4.
- menginformasikan hasil 19,02
pemantauan 5.
6.
7.
8.
9.
10.

A: Masalah resiko defisit nutrisi terjadi


P:
 intervensi dilanjutkan pemantauan
nutrisi no 1-7
 saran makan sedikit tapi sering

51
IMPLEMENTASI

Nama klien : Ny. Sase Dyahwidiastuti


Tanggal pengkajian : 27-03-2024
Diagnosa medis : AF SVR dengan TAVB + TPM
Tanggal implementasi : 28-03-2024
No. Dx. TTD &
Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Nama
Kep
Terang
1. 08.00 Perawatan Jantung (12.00)
(I.02075) S:
Observasi 1. Pasien mengatakan sesak
1. Melakukan identifikasi berkurang.
tanda/gejala primer dan 2. Pasien mengatakan masih lemas
sekunder penurunan dan makan ¼ porsi
curah jantung 3. Pasien mengatakan kedua kaki
2. Melakukan monitor masih bengkak.
tekanan darah 4. Pasien mengatakan merasa
3. Melakukan monitor badan lebih segar.
intake dan output cairan 5. Psien mengatakan tidak batuk
4. Melakukan monitor berat
badan O:
5. Melakukan monitor 1.
saturasi oksigen 2.
6. Melakukan monitor EKG 3.
12 sadapan dan adanya 4.
aritmia. NIBP 72/46 (61) mmHg dengan
7. Melakukan monitor nilai Syringe Dobutamin 10
laboratorium mcg/kgbb/menit Syringe NE
8. Melakukan monitor 0,7mcg/kgbb/mnt
fungsi alat pacu jantung
IBP 79/61 (70) mmHg
Terapeutik
HR 27-84x/menit with
9. Memposisikan pasien
semi-Fowler atau Fowler pacemaker setting 80-2-2
dengan kaki ke bawah RR 22x/menit
atau posisi nyaman SpO2 97% dengan NC 3lpm
10.Memberikan diet jantung 5. Nadi teraba lemah
yang sesuai (mis. batasi 6. Bengkak pada ekstremitas bawah
asupan kafein, natrium, 7. CRT > 3 s
kolesterol, dan makanan 8. Kesimpulan dari gambaran EKG
tinggi lemak) irama pacing dengan HR 84x/mnt
11.Memberikan terapi dengan setting TPM HR 80,
relaksasi untuk Sense 2, output 2, terdapat irama
mengurangi stress, jika periodik instrinsik juctional
perlu dengan PVC dengan AXIS
12.Memberikan dukungan normal (on TPM)
emosional dan spiritual
13.Memberikan oksigen A: Masalah teratasi sebagian.
untuk mempertahankan P:
saturasi oksigen >94%  Lanjutan Intervensi Perawatan
Jantung no 1-4, 6-10, 12-16,19
52
Kolaborasi  Saran titrasi obat inotropik dan
14.Kolaborasi pemberian vasokontrksi bertahap untuk
antiaritmia, jika perlu memenuhi target Tekanan
darah.
 Saran evaluasi ulang setting
dari TPM kemingkinan loss
capture, bila perlu dilakukan
pemasangan PPM

53
2. 08.00 Pemantauan Respirasi S:
(I.01014) 1. Pasien mengatakan sesak
Observasi berkurang.
1. Melakukan monitor 2. Pasien mengatakan lemas dan
polal napas, frekuensi, hanya maan ¼ porsi.
irama, kedalam dan 3. Pasien mengatakan badan lebih
upaya napas segar.
2. Melakukan monitor 4. Psien mengatakan tidak batuk
kemampuan batuk
efektif O:
3. Melakukan monitor 1.
adanya produksi sputum 2.
4. Melakukan monitor 3.
adanya sumbatan jalan NIBP 72/46 (61) mmHg dengan
napas Syringe Dobutamin 10
5. Melakukan auskultasi mcg/kgbb/menit Syringe NE
bunyi napas 0,7mcg/kgbb/mnt
6. Melakukan monitor
IBP 79/61 (70) mmHg
hasil x-ray toraks
Terapeutik HR 90-102x/menit with
7. Mengatur interval pacemaker setting 100-2-2
pemantauan respirasi RR 22x/menit
sesuai kondisi pasien SpO2 97% dengan NC 3lpm
8. Melakukan 4. Bengkak pada ekstremitas
dokumentasi hasil bawah
pemantauan 5. CRT > 3 s
Edukasi 6. Pemeriksaan Fisik Paru
9. Menjelaskan tujuan dan  Auskultasi :
prosedur pemantauan cracless :
10. Menginformasi hasil +↓
pemantauan, jika perlu -
+↓
-
-

7. Pasien tampak lebih tenang


8. Terlihat pasien bernafas dengan
bantuan NC 3 lpm.

A : Masalah Teratasi Sebagian


P:
 Lantkan intervensi
Pemantauan Respirasi no 1-3,
6-7, 8-9, 11

54
3 08.00 Manajemen program (12.00)
latihan 1.05179 S:
 mengidentifikasi jenis 1. Pasien mengatakan masih lemas
aktivitas fisik dan makan ¼ porsi
 mengidentifikasi 2. Pasien mengatakan kedua kaki
kemampuan pasien masih bengkak.
beraktivitas O:
 memonitor randa vital 1.
 menganjurkan tehnik 2.
pernapasan yang tepat 3.
selama aktivitas fisik NIBP 72/46 (61) mmHg dengan
 mengajarkan tehnik latihan Syringe Dobutamin 10
sesuai dengan kemampuan mcg/kgbb/menit Syringe NE
seperti mika miki 0,7mcg/kgbb/mnt
 mengajarkan menghindari IBP 79/61 (70) mmHg
cedera saat latihan fisik HR 90-102x/menit with
pacemaker setting 100-2-2
4.
5.
6.
7.
8.
bertambah saat berubah posisi
A: Masalah belum teratasi
P:
 lanjutkan intervensi
menejement program latihan no
1-6

55
4 08.00 Pemantauan nutrisi 1.03123 (12.00)
Observasi S:
- menidentifikasi -
perubahan berat badan O:
- mengidentifikasi  Kesadaran CM
kemampuan menelan  GCS: e4v5m6
- memonitor mual dan  TTV:
muntah  BP 72/46 (61) mmHg dengan
- memonitor asupan oral Syringe Dobutamin 10
Terapeutik mcg/kgbb/menit Syringe NE
- mengukur berat badan 0,7mcg/kgbb/mnt
Edukasi  IBP 79/61 (70) mmHg
- menjelaskan tujuan dan  HR 90-102x/menit with
prosedur pemantauan pacemaker setting 100-2-2
- menginformasikan hasil  RR 22x/menit berat badan saat ini
pemantauan 45 kg dengan IMT 19,02
 Nafsu makan menurun
 Keterbatasan aktifitas
 Tirah baring lama
 makan ¼ porsi makan
 tidak mual tidak muntah

A: Masalah resiko defisit nutrisi terjadi


P:
 intervensi dilanjutkan
pemantauan nutrisi no 1-7

56
IMPLEMENTASI

Nama klien : Ny. Sase Dyahwidiastuti


Tanggal pengkajian : 27-03-2024
Diagnosa medis : AF SVR dengan TAVB + TPM
Tanggal implementasi : 29-03-2024
No. Dx. TTD &
Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Nama
Kep
Terang
1. 08.00 Perawatan Jantung (12.00)
(I.02075) S:
Observasi 1. Pasien penurunan kesadaran..
1. Melakukan identifikasi 2. Pasien sulit diajak kmunikas.
tanda/gejala primer dan
sekunder penurunan
curah jantung O:
2. Melakukan monitor 1.
tekanan darah 2.
3. Melakukan monitor 3.
intake dan output cairan 4.
4. Melakukan monitor berat IBP 62/36 (41) mmHg dengan
badan Syringe Dobutamin 15
5. Melakukan monitor mcg/kgbb/menit Syringe NE
saturasi oksigen 1mcg/kgbb/mnt
6. Melakukan monitor EKG HR 63 x/menit with pacemaker
12 sadapan dan adanya
setting 100-2-2
aritmia.
7. Melakukan monitor nilai RR 28x/menit
laboratorium SpO2 87% dengan NC 3lpm,
8. Melakukan monitor dinaikkan s.d menggunakan
fungsi alat pacu jantung NRM SpO2 mash 90%,
Terapeutik dilakukan pemasangan NIV
9. Memposisikan pasien SpO2 94%
semi-Fowler atau Fowler 5. Nadi teraba lemah dan dalam
dengan kaki ke bawah 6. Bengkak pada ekstremitas bawah
atau posisi nyaman 7. CRT > 3 s
10.Memberikan diet jantung 8. Ekstremitas dingin
yang sesuai (mis. batasi 9. Kesimpulan dari gambaran EKG
asupan kafein, natrium, di monitor mulai muncul aritmia.
kolesterol, dan makanan
tinggi lemak) A: Masalah belum teratasi.
11.Memberikan terapi
relaksasi untuk P:
mengurangi stress, jika
 Lanjutan Intervensi Perawatan
perlu
Jantung no 1-4, 6-10, 12-16,19
12.Memberikan dukungan
 Saran titrasi obat inotropik dan
emosional dan spiritual
vasokontrksi bertahap untuk
13.Memberikan oksigen
memenuhi target Tekanan
untuk mempertahankan
darah.
saturasi oksigen >94%
 Saran evaluasi ulang setting

57
Kolaborasi dari TPM kemungkinan loss
14.Kolaborasi pemberian capture, bila perlu dilakukan
antiaritmia, jika perlu pemasangan PPM segera
 Saran pemberian obat untuk
meningkatkan Nadi.
 Jika terjadi Henti nafas dan
henti jantung, Lakukan RJP.

58
2. 08.00 Pemantauan Respirasi (12.00)
(I.01014) S:
Observasi 1. Pasien penurunan kesadaran..
1. Melakukan monitor 2. Pasien sulit diajak kmunikas.
polal napas, frekuensi,
irama, kedalam dan
upaya napas O:
2. Melakukan monitor 1.
kemampuan batuk 2.
efektif 3.
3. Melakukan monitor 4.
adanya produksi sputum IBP 62/36 (41) mmHg dengan
4. Melakukan monitor Syringe Dobutamin 15
adanya sumbatan jalan mcg/kgbb/menit Syringe NE
napas 1mcg/kgbb/mnt
5. Melakukan auskultasi HR 63 x/menit with pacemaker
bunyi napas
setting 100-2-2
6. Melakukan monitor
hasil x-ray toraks RR 28x/menit
Terapeutik SpO2 87% dengan NC 3lpm,
7. Mengatur interval dinaikkan s.d menggunakan
pemantauan respirasi NRM SpO2 mash 90%,
sesuai kondisi pasien dilakukan pemasangan NIV
8. Melakukan SpO2 94%
dokumentasi hasil 5. Nadi teraba lemah dan dalam
pemantauan 6. Bengkak pada ekstremitas bawah
Edukasi 7. CRT > 3 s
9. Menjelaskan tujuan dan 8. Ekstremitas dingin
prosedur pemantauan 9. Pemeriksaan Fisik Paru
10. Menginformasi hasil  Auskultasi :
pemantauan, jika perlu cracless :
+↓
-
+↓
-
-

A: Masalah belum teratasi.

P:
 Lantkan intervensi
Pemantauan Respirasi no 1-3,
6-7, 8-9, 11
 Saran dilakukan Intubasi dan
penggunaan alat bantu nafas
mekanik (Ventilator)
 Jika terjadi Henti nafas dan
henti jantung, Lakukan RJP.

59
3 08.00 Manajemen program (12.00)
latihan 1.05179 S:
 mengidentifikasi jenis 1. Pasien penurunan kesadaran..
aktivitas fisik 2. Pasien sulit diajak kmunikas.
 mengidentifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas O:
 memonitor randa vital 1.
 menganjurkan tehnik 2.
pernapasan yang tepat 3.
selama aktivitas fisik 4.
 mengajarkan tehnik latihan 5.
sesuai dengan kemampuan IBP 62/36 (41) mmHg dengan
seperti mika miki Syringe Dobutamin 15
 mengajarkan menghindari mcg/kgbb/menit Syringe NE
cedera saat latihan fisik 1mcg/kgbb/mnt
HR 63 x/menit with pacemaker
setting 100-2-2
RR 28x/menit
SpO2 87% dengan NC 3lpm,
dinaikkan s.d menggunakan
NRM SpO2 mash 90%,
dilakukan pemasangan NIV
SpO2 94%
10. Nadi teraba lemah dan dalam
11. Ekstremitas dingin

A: Masalah belum teratasi


P:
 lanjutkan intervensi
menejement program latihan no
1-6

60
4 08.00 Pemantauan nutrisi 1.03123 (12.00)
Observasi S:
- mengidentifikasi 1. Pasien penurunan kesadaran..
perubahan berat badan 2. Pasien sulit diajak kmunikas.
- mengidentifikasi
kemampuan menelan
- memonitor mual dan O:
muntah 1.
- memonitor asupan oral 2.
Terapeutik 3.
- mengukur berat badan 4.
Edukasi masuh
- menjelaskan tujuan dan 5.
IBP 62/36 (41) mmHg dengan
prosedur pemantauan
- menginformasikan hasil Syringe Dobutamin 15
pemantauan mcg/kgbb/menit Syringe NE
1mcg/kgbb/mnt
HR63x/menit with pacemaker
setting 100-2-2
RR 28x/menit
SpO2 87% dengan NC 3lpm,
dinaikkan s.d menggunakan
NRM SpO2 mash 90%,
dilakukan pemasangan NIV
SpO2 94%
12. Nadi teraba lemah dan dalam
13. Ekstremitas dingin

A: resiko defisit nutrisi terjadi


P:
 intervensi dilanjutkan
pemantauan nutrisi no 1-7

61
BAB V
PENUTUP
1.5. KESIMPULAN
Total Block AV (atrioventricular block) adalah suatu kondisi di mana terjadi
kegagalan total konduksi antara atrium dan ventrikel sehingga tidak ada hubungan antara
gelombang P dan kompleks QRS. Banyak penyakit dan kondisi dapat mempengaruhi sistem
konduksi AV termasuk bawaan dan didapat disebabkan oleh infeksi, inflamasi, degeneratif,
iskemik, metabolik, dan iatrogenik. Antara tersebut, penyebab paling umum untuk Total Blok
AV adalah penyebab degeneratif dan iskemik metode diagnostik diperlukan untuk
mengidentifikasi dan menyingkirkan kemungkinan penyebabnya. TPM adalah suatu alat
bantu yang dapat menghasilkan impulse listrik secara terus menerus (kontinue) dan teratur
( regular ) terdiri dari generator ( sumber listrik ) dan lead / elektrode (penghantar impulse ke
myocard ) bersifat sementara atau menetap ( ditanam /implanted ) yang ditanam di dada atas
kanan atau kiri pasien yang dihubungkan dengan lead menuju jantung pasien. Suatu alat yang
dipasang dan mempunyai tujuan untuk membantu sirkulasi jantung dengan bekerja untuk
mengatasi gangguan aritmia yang mengancam jiwa.
Setelah membahas mengenai sesuai uraian asuhan keperawatan pada pasien dengan
TAVB, maka didapat :
1) Terdapat kesesuaian pengkjian anatar tinjauan teori dengan tinjauan kasus
pada pasien Ny. S dengan TAVB terpasang TPM
2) Terdapat kesesuaian diagnosis keperawatan pada tinjauan teori dengan
tinjauan kasus pada pasien Ny. S dengan TAVB terpasang TPM

1.6. SARAN
Diharapkan tenaga medis dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dan
diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien mengenal penyakitnya sehingga
pengobatan medis dapat tercapai tujuanya.

62
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, I. M. A., & Wirawan, N. (2021). A case of total atrioventricular (AV) block with
acute coronary syndrome at a Negara tertiary care hospital: a diagnostic and
therapeutic challenge in a resource-limited setting. IJBS, 15(1), 110-112.

Kartawan, G. A. (2021). Total AV Block: A Case of Challenging Diagnosis and


Management at Rural Hospital in East Kalimantan. Wellness And Healthy
Magazine, 3(1), 51-56.

Davey. (2018). AT a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga

PPNI (2018). Standar diagnosa keperawatan indonesia. Jakarta, dewan pengurus pusat
PPNI

PPNI (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia . jakarta, dewan pengurus pusat
PPNI

PPNI (2018). Standar luaran keperawatan indonesia. Jakarta, dewan pengurus pusat PPNI

Price, SA & Wilson, LM. (2016). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Vol 2. Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat, R & Jong, WD. (2018). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC

63
LAMPIRAN

EKG tgl 28/3/24 Off TPM 30-2-2

Interpretasi ECG
֊ Irama : ireguler
֊ Frekuensi : 27x/mnt
֊ Gelombang P : tidak ada
֊ PR interval : tidak ada
֊ Kompleks QRS : 0,12mm/sec, PVC multiform
֊ Segmen ST : tidak ada st elevasi dan st depresi
֊ Q patologis : tidak ada
֊ Axis : lead I +, AVF -, LEAD II – (LAD)
kesimpulan : atrial fibrilasi SVR dengan PVC multiform dengan HR 27x/mnt, dengan axis
LAD dengan set TPM OFF

64
EKG On TPM 80/2/2 28-3-24 pagi

Interpretasi ECG
֊ Irama : reguler
֊ Frekuensi : 84x/mnt
֊ Gelombang P : tidak ada
֊ PR interval : tidak ada
֊ Kompleks QRS : lebar 0.12 mm/sec, terdapat irama PVC
֊ Segmen ST : tidak ada elevasi/ depresi
֊ Q patologis : q patologis di II III AVF
֊ Axis : Axis Normal
Kesimpulan
Irama pacing TPM dengan HR 84 x/mnt, dengan setting TPM Hr 80x/mnt, sense 2 output 2,
terdapat irama periodik intriksik junctional dan PVC dengan axis normal

65
LEMBAR KONSULTASI

66

Anda mungkin juga menyukai