Askep Jadi Aorta Tavb
Askep Jadi Aorta Tavb
Disusun Oleh :
KELOMPOK AORTA
1.Dewi Murniasih
2.Dian Rahmawati
3.Evaldo Rahma S
4.Endro Nopfantiyanto A
5.Tio Armando
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S DENGAN TAVB
TERPASANG TPM Di RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI JAWA TIMUR ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih atas
masukan dan sumber dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan materi
dengan baik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.Kami mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya selama kami mengikuti mata kuliah tersebut.
Sekian dan terima kasih.
Penyusun
II
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................I
KATA PENGANTAR......................................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................................III
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. rumusan masalah.................................................................................................1
1.3. tujuan..................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................2
2.1. KONSEP TAVB.................................................................................................2
2.1.1. Definisi........................................................................................................2
2.1.2. KLASIFIKASI............................................................................................2
2.1.3. ETIOLOGI..................................................................................................4
2.1.4. PATOFISIOLOGI.......................................................................................5
2.1.5. TANDA DAN GEJALA.............................................................................7
2.1.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................7
2.1.7. PENATALAKSANAAN............................................................................8
2.1.8. KOMPLIKASI..........................................................................................10
2.2. KONSEP PACE MAKER................................................................................10
2.2.1. Pengertian..................................................................................................10
2.2.2. Tujuan........................................................................................................10
2.2.3. Indikasi Pemasangan Alat Bantu Sirkulasi Pacu Jantung ( Pace Maker ).11
2.2.4. Jenis Jenis Pace Maker..............................................................................11
BAB III............................................................................................................................16
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................16
3.1. PENGKAJIAN..............................................................................................16
3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul...........................................19
3.3. Rencana Asuhan Keperawatan......................................................................20
BAB IV............................................................................................................................25
III
PEMBAHASAN..............................................................................................................25
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN...............................................................43
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................44
BAB V.............................................................................................................................61
PENUTUP.......................................................................................................................61
5.1. KESIMPULAN.............................................................................................61
5.2. SARAN.........................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................62
LAMPIRAN....................................................................................................................63
IV
V
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. tujuan
a) melakukan pengkajian terhadap pasien dengan TAVB yang terpasang TPM.
b) Mengalisa data dari hasil pengkajian te terhadap pasien dengan TAVB yang
terpasang TPM.
c) Merumuskan intervensi dan implementasi terhadap pasien dengan TAVB yang
terpasang TPM.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.2. KLASIFIKASI
a) AV Blok derajat pertama
Pada AV block derajat pertama ini, konduksi AV diperpanjang tetapi semua
impuls akhirnya dikonduksi ke ventrikel. Gelombang P ada dan mendahului
tiap-tiap QRS dengan perbandingan 1:1, interval PR konstan tetapi durasi
melebihi di atas batas 0,2 detik (Davey., 2018).
2
b) AV Blok derajat ke dua Mobitz I (Wenckebach).
Tipe yang kedua, blok AV derajat dua, konduksi AV diperlambat secara
progresif pada masing-masing sinus sampai akhirnya impuls ke ventrikel
diblok secara komplit. Siklus kemudian berulang dengan sendirinya.Pada
gambaran EKG, gelombang P ada dan berhubungan dengan QRS di dalam
sebuah pola siklus. Interval PR secara progresif memanjang pada tiap-tiap
denyut sampai kompleks QRS tidak dikonduksi. Kompleks QRS mempunyai
bentuk yang sama seperti irama dasar. Interval antara kompleks QRS berturut-
turut memendek sampai terjadi penurunan denyut. (Davey., 2018).
3
d) AV Blok derajat ke tiga ketiga (komplit)
Pada blok jantung komplit, nodus sinus terus memberi cetusan secara normal,
tetapi tidak ada impuls yang mencapai ventrikel. Ventrikel dirangsang dari sel-
sel pacu jantung yang keluar dan dipertemu (frekuensi 40-60 denyut/menit)
atau pada ventrikel (frekuensi 20-40 denyut/menit) tergantung pada tingkat AV
blok. Pada gambaran EKG gelombang P dan kompleks QRS ada tetapi tidak
ada hubungan antara keduanya. Interval PP dan RR akan teratur tetapi interval
RR bervariasi. Jika pacu jantung pertemuan memacu ventrikel, QRS akan
mengecil. Pacu jantung idioventrikular akan mengakibatkan kompleks QRS
yang lebar. (Davey., 2018).
1.1.3. ETIOLOGI
a) AV Blok derajat pertama.
Terjadi pada semua usia dan pada jantung normal atau penyakit jantung. PR
yang memanjang lebih dari 0,2 detik dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti
digitalis, ß blocker, penghambatan saluran kalsium, serta penyakit arteri koroner,
berbagai penyakit infeksi, dan lesi congenital. (Davey., 2018).
b) AV Blok derajat kedua Mobitz I (Wenckebach).
Tipe ini biasanya dihubungkan dengan blok di atas berkas His. Demikian juga
beberapa obat atau proses penyakit yang mempengaruhi nodus AV seperti
digitalis atau infark dinding inferior dari miocard dapat menghasilkan AV blok
tipe ini. (Davey., 2018).
4
c) AV Blok derajat kedua Mobitz II.
Adanya pola Mobitz II menyatakan blok di bawah berkas His. Ini terlihat pada
infark dinding anterior miokard dan berbagai penyakit jaringan konduksi.
(Davey., 2018).
d) AV Blok derajat ketiga (komplit)
Penyebab dari tipe ini sama dengan penyebab pada AV blok pada derajat yang
lebih kecil. Blok jantung lengkap atau derajat tiga bisa terlihat setelah IMA.
Dalam irama utama ini, tidak ada koordinasi antara kontraksi atrium dan
ventrikel. Karena kecepatan ventrikel sendiri sekitar 20 sampai 40 kali permenit,
maka sering penderita menyajikan tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti
hipotensi dan perfusi serebrum yang buruk. (Davey., 2018).
1.1.4. PATOFISIOLOGI
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impuls antara atrium
dan venrikel. Impuls jantung biasanya menyebar mulai dari nodus sinus,
mengikuti jalur internodal menuju nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik
(interval PR normal); depolarisasi ventrikel terjadi dalam waktu 0,10 detik (lama
QRS komplek). Terdapat tiga bentuk blok jantung yang berturut-turut makin
progresif. Pada blok jantung derajatderajat satu semua impuls dihantarkan
melalui sambungan AV, tetapi waktu hantaran memanjang. Pada blok jantung
derajat dua, sebagian impuls dihantarkan ke ventrikel tetapi beberapa impuls
lainnya dihambat. Terdapat dua jenis blok jantung derajat dua, yaitu Wnckebach
(mobitz I) ditandai dengan siklus berulang waktu penghantaran AV ang
memanjang progresif, yang mencapai puncaknya bila denyut tidak dihantarkan.
Jenis kedua (mobitz II) merupakan panghantaran sebagian impuls dengan waktu
hantaran AV yang tetap dan impuls yanglain tidak dihantarkan.
Pada blok jantung derajat tiga, tidak ada impuls yang dihantarkan ke ventrikel,
terjadi henti jantung, kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel ataupun
sambungan atrioventrikuler mulai berfungsi. Blok berkas cabang adalah
terputusnya hantaran berkas cabang yang memperpanjang waktu depolarisasi
hingga lebih dari 0,10 detik (Price & Wilson, 2016).
5
PATWAYS
Irama Abnormal Dari Pacu Jantung, Pergeseran Pacu Jantung Dari Nodus Sinus,
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Total av block
6
1.1.5. TANDA DAN GEJALA
AV blok sering menyebabkan bradikardia, meskipun lebih jarang dibandingkan
dengan kelainan fungsi nodus SA. Seperti gejala bradikardia yaitu pusing, lemas,
sinkop, dan dapat menyebabkan kematian mendadak.
a) AV blok derajat I
1) Sulit dideteksi secara klinis
2) Bunyi jantung pertama bisa lemah
3) Gambaran EKG : PR yang memanjang lebih dari 0,2 detik
b) AV blok derajat II
1) Denyut jantung < 40x/menit
2) Pada Mobitz I tampak adanya pemanjangan interval PR hingga
kompleks QRS menghilang.
3) Blok Mobitz tipe II merupakan aritmia yang lebih serius karena lebih
sering menyebabkan kompleks QRS menghilang. Penderita blok
Mobitz tipe II sering menderita gejala penurunan curah jantung dan
akan memerlukan atropine dalam dosis yang telah disebutkan
sebelumnya.
c) AV blok derajat III (komplit)
1) Atrium yang berdenyut terpisah dari ventrikel, kadang-kadang
kontraksi saat katup tricuspid sedang menutup. Darah tidak bisa keluar
dari atrium dan malah terdorong kembali ke vena leher, sehingga
denyut tekanan vena jugularis (JVP) nampak jelas seperti gelombang
“meriam (cannon)”
2) Tampak tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi dan
perfusi serebrum yang buruk (Sjamsuhidayat & Jong, 2018).
1.1.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung.
7
b) Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu
jantung/efek obat antidisritmia
c) Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
d) Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/ ke-
rusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau
mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e) Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
f) Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat mnenyebabkan disritmia.
g) Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h) Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i) Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j) GDA /nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan disritmia. (Price
& Wilson .2016)
1.1.7. PENATALAKSANAAN
a) Medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia kelas 1: sodium channel blocker
Kelas 1 A: Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi
yang menyertai anestesi. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B :Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C: Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
8
b. Anti aritmia kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia.
b) Keperawatan
1) Kardioversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur
elektif. Pasien dalam keadaan sadar dan diminta persetujuannya.
2) Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi
ventrikel apabila tidak ada irama jantung yang terorganisasi.
Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard
sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali
fungsinya sebagai pacemaker.
3) Defibrilator kardioverter implantable
Adalah suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takiakrdia
ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekwensi jantung.
Alat ini memulai dan memeprtahankan frekwensi jantung kerika
pacemaker alamiah jantung tak mampu lagi memenuhi fungsinya.
Pacemaker biasanya digunakan bila pasien mengalami gangguan
9
hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang mengakibatkan
kegagalan curah jantung.
10
1.1.11. Indikasi Pemasangan Alat Bantu Sirkulasi Pacu Jantung ( Pace Maker )
Indikasi Pemasangan Alat Bantu Sirkulasi Pacu Jantung:
a) Symptomatic Heart Block
b) Sick Sinus Syndrome
Symptomatic Sinus bradycardia
Sinus arrest
c) Pacemaker Replacement
Pasien yang Pacemaker dependant
d) Support setelah Heart Surgery
e) Other
Overdrive atrial pacing (“break” SVT, atrial flutter)
1.1.12. Jenis Jenis Pace Maker
a) Permanent pacemaker
Alat pacu jantung menetap adalah suatu alat medis yang ditanam dalam
tubuh pasien berupa kawat yang di tanam dalam suatu ruang jantung
melalui vena yang tepat yang dihubungkan dengan generator pacu
jantung yang di tanam dibawah kulit atau otot dada kanan atau kiri.
Type pacu jantung
1) Single-chamber pacemaker.
Tipe ini kawat pacing hanya ada satu yang akan ditempatkan di salah
satu ruang jantung yaitu atrium (bilik) atau ventrikel.(serambi).
2) Dual-chamber pacemaker.
Tipe ini kawat pacing yang akan ditempatkan ada dua, satu
ditempatkan di atrium dan satu di ventrikel. Tipe ini lebih fisiologis
atau lebih mirip dengan cara kerja pacu jantung orang yang sehat
dengan adanya koordinasi pemacuan antara atrium dan ventrikel.
Indikasi utama dari pacu jantung sementara adalah AV blok total yang
memberikan gejala (51%), sebagai profilaksis untuk penggantian pacemaker
definitif (14,7%), blokade pada fase akut miokard infark (12,6%),
bradiaritmia yang disebabkan oleh intoksikasi obat-obatan (12,2%), sindrom
sick sinus simptomatik (7,5%) dan interval QT yang panjang atau ventrikular
takikardi (2,5%). Selain itu, indikasi pemakaian pacu jantung sementara
11
banyak terjadi pada infark miokard akut dengan indikasi asistol, bradikardi
simptomatis (Sinus bradikardi dengan hipotensi dan Mobitz derajat 2 tipe 1
AV blok dengan hipotensi yang tidak responsif terhadap atropin, BBB
bilateral (alternating BBB or RBBB with alternating LAHB/LPHB),
bifaskular blok dengan derajat I AV blok yang baru atau usia belum dapat
ditentukan AV blok Mobitz derajat 2 tipe II Indikasi lain bradikardi yang
tidak berhubungan dengan IMA adalah asistol, AV blok derajat 2 atau 3
dengan gangguan hemodinamik atau pingsan saat istirahat, takiaritmia
ventrikular akibat bradikardi (Jorge dkk, 2004).
b) Temporary Pacemaker (TPM)
Pacu Jantung Sementara adalah suatu alat untuk menangani pasien
dengan indikasi bradikardia atau kondisi dimana detak jantung kurang
dari 60 per menit. Temporary Pacemaker (TPM) digunakan saat kondisi
bradikardia pasien bersifat sementara dan saat Permanent Pacemaker
tidak dibutuhkan atau tidak tersedia. Gejala dari bradikardia biasanya
kelelahan, pusing, dan hilangnya kesadaran untuk sementara waktu.
Komplikasi dari pemasangan Temporary Pacemaker (TPM) diantaranya
infeksi, trauma lokal, aritmia (detak jantung tidak stabil), dan perforasi
jantung. (Price & Wilson .2016)
Pacu jantung permanen (PJP) adalah suatu sirkuit di mana sebuah
generator mengeluarkan arus listrik yang mengalir ke otot jantung
(miokard) melalui sebuah kabel (wire) penghantar untuk merangsang
jantung berdenyut, dan selanjutnya kembali ke generator (sirkuit
berakhir). PJP akan mengembalikan sistem pemacuan jantung ke keadaan
fisiologis sehingga dapat meningkatkan curah jantung dan memperbaiki
sirkulasi otak dan organ tubuh lainnya. Hasil akhirnya adalah
menghilangkan keluhan pasien yang mengalami bradikardia. seperti
mudah lelah, sinkop, dan sesak napas. Teknologi PJP telah mengalami
perkembangan dan kemajuan yang pesat sejak pemasangan PJP pertama
pada manusia yang dilakukan oleh Ake Senning, seorang dokter bedah
toraks dari Swedia, pada tahun 1958. Pada waktu itu indikasi
pemasangan PJP masih sangat terbatas pada kasus bradikardia seperti
12
hambatan atrioventrikel total dan proses pemasangan melalui prosedur
torakotomi yang dilakukan oleh seorang ahli bedah toraks.
PJP pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama yaitu pulse
generator dan pacing lead. Pulse generator terbuat dari lithium iodine
battery yang merupakan sumber energi utama untuk menghantarkan
impuls ke miokard. Selain itu, sebagai pusat pengaturan fungsi PJP. Rata-
rata generator mempunyai lama kerja sekitar 4- 10 thn (tergantung
apakah pasien sepenuhnya tergantung pada PJP atau tidak). Generator
dihubungkan dengan endokardium jantung melalui pacing lead. Pacing
lead merupakan suatu insulated-wire yang berfungsi menghantarkan
impuls dari pulse generator ke otot jantung dan melakukan deteksi
(sensing) sinyal depolarisasi (kontraksi) jantung. Secara umum pacing
lead dibagi dua yaitu pacing lead yang dimasukkan secara intravena ke
dalam endokardium (transvenous lead) dan yang dipasang di atas
epikardium (epicardial lead), Yang paling sering dipakai ada|ah jenis
yang pertama. Transvenous lead terdiri dari dua jenis yaitu untuk fiksasi
pasif (tine lead) atau untuk fiksasi aktif (screw in lead).
Jadi arus listrik yang dikeluarkan oleh generator akan dihantarkan ke
otot jantung melalui pacing lead dan kembali ke generator dan demikian
seterusnya. Pada ujung pacing lead terdapat elektroda bermuatan negatif
(katoda) yang kontak langsung miokard. Sedangkan elektroda yang
menerima impuls listrik setelah terjadi depolarisasi disebut anoda. Pada
sistem kutub tunggal (unipolar) maka katodanya terletak di ujung pacing
lead dan anodanya di generator. Sedangkan pada sistem kutub ganda
(bipolar) katoda terletak di ujung pacing lead yang kontak langsung
dengan miokard dan anoda terletak pada bagian proksimal pacing lead
(terdapat dua elekroda). Jadi saat terjadi pemacuan maka impuls listrik
akan ke|uar dari generator dialirkan melalui lead dan katoda dan kembali
ke anoda. Untuk PJP kamar tunggal (single chamber) maka hanya dipakai
satu lead yang biasanya ditempatkan pada apeks ventrikel kanan. Pada
PJP kamar ganda (double chamber) lead ditempatkan di atrium kanan dan
ventrikel kanan.
13
Adapun indikasi pemasangan pacu jantung permanen adalah sebagai
berikut Blok Atrioventrikel Didapat (Acquired Atrioventricular Block)
Blok AV derajat 3 atau blok AV derajat dua yang lanjut pada lokasi
anatomi manapun yang disertai:
a) Bradikardi yag bergejala (termasuk gagal jantung) yang berkaitan
dengan blok AV
b) Aritmia dan keadaan lain yang memerlukan obat yang menyebabkan
bradikardi bergejala
c) Adanya asystole yang terdokumentasi dengan durasi 3 detik atau
lebih atau laju irama escape yang kurang dari 40 kali per menit pada
pasien sadar meskipun tanpa gejala (symptom-free)
d) Setelah prosedur ablasi pada Atrioventricular junction
e) Blok AV pasca Operasi yang tidak dapat pulih kembali
f) Penyakit neuromuskular dengan blok AV seperti distrofi muskular
miotonik
g) Blok AV derajat dua pada tingkatan manapun yang diserta bradikardi
bergejala.
h) Blok AV derajat tiga yang hilang timbul (intefmittent) • Blok AV
derajat dua tipe II
i) Blok berkas cabang yang bergantian (alternating bundle branch
block)
j) Blok AV derajat dua menetap dengan blok berkas cabang bilateral
atau blok AV derajat tiga pada IMA
k) Blok AV (derajat dua atau tiga) sesaat yang disertai blok berkas
cabang. Jika lokasi blok tidakjelas maka diperlukan pemeriksaan
elektrofisiologi.
l) Blok AV derajat dua atau tiga yang menetap dan simtomatik
m) Disfungsi nodus sinus dengan bradikardi yang terdokumentasi,
termasuk sinus pauses yang sering. Pada kebanyakan pasien hal ini
disebabkan oleh obatobatan yang penting dengan indikasi kuat dan
tidak ada pilihan pengganti obat tersebut
14
n) Inkompetensi kronotropik (laju nadi yang tidak dapat naik saat
kebutuhan meningkat mislanya latihan) yang simtomatik (Setiati S
dkk, 2014)
15
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.2. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Bararah (2018) fase dari pengkajian meliputi pengumpulan data dan
analisa data. Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan
dasar utama dan hal penting yang dilakukan oleh perawat.
a. Identitas : Data biografi yang perlu dipertimbangkan adalah usia, jenis
kelamin, suku/bangsa. Penyakit cardiovaskuler lebih sering pada usia 40-60
tahun, laki-laki lebih sering dari pada wanita, bising jantung lebih sering
pada kulit putih, sedangkan hipertensi lebih sering pada kulit hitam.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Dispneu, edema periper, kelelahan dan kelemahan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST
3) Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah pasien menderita :
a) Hipertensi
b) Hiperliproproteinemia
c) Diabetes melitus
d) Rematik fever dan penggunaan obat-obatan tertentu.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit cardiovaskuler, DM, Penykit renal dan predisposisi
genetik.
16
a) Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat
istirahat.
b) Tanda :Gelisah, perubahan status mental mis: letargi, tanda
vital berubah pad aktivitas.
2) Sirkulasi
a) Gejala :Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok
septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b) Tanda :
(1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
(2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
(3) Irama Jantung ; Disritmia.
(4) Frekuensi jantung ; Takikardia.
(5) Nadi apikal ; PMI mungkin menyebar dan merubah
(6) posisi secara inferior ke kiri.
(7) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
(8) terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
(9) Murmur sistolik dan diastolic.
(10) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
(11) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
(12) kapiler lambat.
(13) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
(14) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
(15) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
(16) Khususnya pada ekstremitas.
3) Integritas ego
a) Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan
dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya
perawatan medis)
b) Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas,
marah, ketakutan dan mudah tersinggung
17
4) Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih
malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
5) Makanan/cairan
a) Gejala :Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan
berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah,
pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang
telah diproses dan penggunaan diuretic.
b) Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen
(asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dan pitting).
6) Higiene
a) Gejala: Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas
Perawatan diri.
b) Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7) Neurosensori
a) Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
b) Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan
mudah tersinggung.
8) Nyeri/Kenyamanan
a) Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen
kanan atas dan sakit pada otot.
b) Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku
melindungi diri.
9) Pernapasan
a) Gejala: Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum,
riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b) Tanda :
(1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot
asesori pernpasan.
18
(2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
(3) Sputum : Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih
(edema pulmonal)
(4) Bunyi napas : Mungkin tidak terdengar.
(5) Fungsi mental : Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
(6) Warna kulit : Pucat dan sianosis
10) Keamanan
a) Gejala:Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan
kekuatan/tonus otot, kulit lecet.
11) Interaksi sosial
a) Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial
yang biasa dilakukan.
12) Pembelajaran/pengajaran
a) Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung,
misalnya : penyekat saluran kalsium.
b) Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk
meningkatkan.
1.3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung,
perubahan frekuensi jantung
b) Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, tira baring, kelemahan. imobilotas
c) Ansietas berhubungan dengan kebutuhan tidak terpenuhi, kurang terpapar
informasi
d) Gangguan Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi
19
1.4. Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
(SLKI) (SLKI) (SIKI)
1 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan Curah jantung l.02008 Perawatan Jantung1.02075
kontraktilitas (perubahan faktor listrik, penurunan Definisi Definisi
karakteristik miokard). Keadekuatan jantung Mengidentifikasi, merawat dan membatasi
Definisi memompa darah untuk komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai
Ketidak adektuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi oksigen miokard
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh metabolisme tubuh Tindakan
Penyebab Observasi
1. Perubahan irama jantung Ekpestasi meningkat -Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
2. Perubahan frekuensi jantung Kekuatan nadi perifer jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema,
3. Perubahan kontraktilitas Ejection fraction (ef) ortopnea, paroxysmal nocturmal dyspnea,
4. Perubahan preload Cardiac index (ci) peningkatan CVP)
5. Perubahan aterload Left ventricular stroke work -Identifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan
Gejala dan Tanda Mayor index (lvswi) curah jantung (meliputi penngkatan berat badan,
Subjektif Stroke volume index (svi) hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi,
Palpitasi Palpitasi ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
Lelah Bradikardia -Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
Dispnea Takikardia ortostatik, jika perlu)
Paroxysmal nocturmal dyspnea (PND) Gambaran ekg aritmia -Monitor intake dan output cairan
Ortopnea Lelah -Monitor berat badan setaia hari pada waktu yang
Batuk Edema sama
Objektif Distensi vena jugularis -Monitor saturasi oksigen
Dispnea -Monitor keluhan nyeri dada
Bradikardia/ takikardia
Oliguria -Monitor EKG 12 sadapan
Gambaran EKg aritmia atau gangguan konduksi
Pucat/slanosis -Monitor aritmia
Edema Paroxysmal nocturnal dysnea -Monitor nilai laboratorium jantung
Distensi Vena Jugularis (pnd) -Monitor fungsi alat pacu jantung
Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun Ortopnea -Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
hepatomegali Batuk dan sesudah aktivitas
Tekana Darah meningkat/ menurun Suara jantung s3 -Periksa tekanan darah dan rekuensi nadi sebelum
Nadi perifer teraba lemah Suara jantung s4 pemberian obat
20
Capillary refil time> 3 detik Murmur jantung Terapeutik
Oliguria Berat badan -Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler dengan
Waran kulit pucat/sianosis Hepatomegaly kaki ke bawah atau posisi nyaman
Terdengar suara jantung S3 dan S4 Pulmonary vascular-Berikan diet jantung yang sesuai
Ejection fraction (EF) menurun resistance (pvr) -Gunakan stocking elastis atau pneumatic
Gejala dan Tanda Minor Systemic vascular resitance intermiten, sesuai indikasi
Objektif Tekanan darah -Fasilitasi pasien dan keluarga untuk memodifikasi
1) Murmur jantung Capillary refil time (crt) gaya hidup sehat
2) Berat badan bertambah Pulmonary asrtery wedge -Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
3) Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun pressure (pawp) jika perlu
Central venous presure -Berikan dukungan emosional dan spiritual
-Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
Edukasi
-Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
-Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
-Anjurkan berhenti merokok
-Anjurkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan harian
-Anjurkan pasien dan keluarga mengukur intak dan
output cairan harian
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
-Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2 Intoleransi aktivitas D.0056 Toleransi aktivitas L.05047 Manajemen program latihan 1.05179
Definisi Definisi Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari Respon fisiologis terhadap Mengidentifikasi dan mengelola aktivitas fisik yang
Penyebab aktivitas yang membutuhkan diprogramkan secara aman dan efektif
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen tenaga Tindakan
2. Tirah baring Frekuensi nadi Observasi
3. Imobilitas Saturasi oksigen - identifikasi pengetahuan dan pengalaman
4. Gaya hidup monoton Kemudahan dalam aktivtas fisik sebelumnya
Gejala dan tanda mayor melakukan aktivitas - identifikasi jenis aktivitas fisik
Subjektif Kecepatan berjalan - identifikasi kemampuan pasien beraktivitas
1. Mengeluh lelah Objektif Kekuatan tubuh bagian atas - monitor randa vital seelum latihan
21
1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat Kekuatan tubuh bagian Terapeutik
Gejala dan tanda minor bawah - motivasi untuk memluai aktivitas visik
Subjektif Toleransi dalam menaiki - motivasi menjadwalkan aktivitas fisik
1. Dispnea saat aktivitas tangga - berikan reinforcement jika aktivitas sesuai
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas Keluhan lelah dengan jadwal
3. Merasa lemah Objektif Dispepsia saat beraktivitas - libatkan keluarga dalam merencanakan latihan
1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat Dipsnea saat beraktivitas Edukasi
2. Gambaran EKG menunjjukan aritmia saat setelah Perasaan lemah - jelaskan manfaat aktivitas fisik
aktivitas - anjurkan tehnik pernapasan yang tepat selama
Artimia saaat aktivtias
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia aktivitas fisik
Artimia setelah beraktivitas
4. sianosis - ajarkan tehnik latihan sesuai dengan
sianosis kemampuan
Warna kulit - ajarkan menghindari cedera saat latihan fisik
Tekanan darah - ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan
Frekuensi mapas cepat
EKG iskemia
3 Gangguan Integritas Kulit/Jaringan D.0129 Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit
Definisi : Kerusakan kulit (dermis, dan/ atau epidermis) atau L.14125 L.11353
jaringan (mebran mukosa, kornea, fasia, tulang, kartilago, Definisi : Keutuhan kulit Definisi : Mengidentifikasi dan merawat keutuhan,
kapsul sendi dan/atau ligamen) (dermis, dan/ atau kelembaban dan mencegah perkembangan
Penyebab : mikroorganisme
epidermis) atau jaringan
1. Perubahan sirkulasi Tindakan
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
(mebran mukosa, kornea, Observasi :
3. Kekurangan/kelebihan volume cairan fasia, tulang, kartilago, 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
4. Penurunan mobilitas kapsul sendi dan/atau (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan status
5. Bahan kimia iritatif ligamen) nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu
6. Suhu lingkungan yang ekstrem Ekspetasi Meningkat lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
7. Faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang, elastisitas Terapeutik
gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energi Hidrasi 1. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
listrik bertegangan tinggi) 2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,
Perfusi jaringan
8. Efek samping terapi radiasi jika perlu
9. Kelembaban Kerusakan jaringan 3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
10.Proses penuaan Kerusakan lapisan kulit selama periode diare
11.Neuropati perifer Nyeri 4. Gunakan produk berbahan petrolium atau
12.Perubahan pigmentasi pendarahan minyak pada kulit kering
22
13.Perubahan hormonal Kemerahan 5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
14.Kurang terpapar informasi tentang upaya Hematoma hipoalergik pada kulit sensitive
mempertahankan/melindungi integritas jaringan 6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
Jaringan parut
Gejala dan Tanda Mayor kulit kering
Subjektif Nekrosis Edukasi
1. Tidak tersedia Objektif abrasi 1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin,
1. Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit Suhu kulit serum)
Gejala dan Tanda Minor tekstur 2. Anjurkan minum air yang cukup
Subjektif Pertumbuhan rambut 3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
1. Tidak tersedia Objektif 4. Anjurkan meningkat asupan buah dan sayur
1. Nyeri 5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
2. Pendarahan 6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
3. Kemerahan minimal 30 saat berada diluar rumah
4. Hematoma
4 Pola Napas Tidak Efektif Polanapas Pemantauan Respirasi 1.01014
D.0005 L.01004 Observasi
Definisi Definisi monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi Inspirasi dan/atau ekspresi upaya nafas
adekuat monitor pola napas (seperti bradipnea,
yang memberikan ventilasi
Penyebab takipnea, hiperventilasi, kusmaul, cheyne-
1. Depresi pusat pernapasan
adekuat
stokes, biot ataksik)
2. Hambatan upaya napas (misalnya, nyeri saat bernapas, Ventelasi semenit
monitor kemampuan batuk efektif
kelemahan, otot pernapasan) Kapasitas vital monitor adanya produksi sputum
3. Deformitas dinding dada Diameter thoraks monitor adanya sumbatan jalan napas
4. Deformitas tulang dada anterior posterior palpasi kesemetrisan ekspansi paru
6. Gangguan neurologis (misalnya, elektroensefalogram Tekanan ekspirasi aulkultasi bunyi napas
[EEG] positif, cedera kepala, gangguan kejang) Tekanan inspirasi monitor saturasi oksigen
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energy Dispnea monitor nilai AGD
9. Obesitas Pengunaan otot bantu monitor hasil x-ray thoraks
10.Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru napas Trapeutik
11.Sindrom hipoventilasi Pemanjangan fase atur interval pemantauan respirasi sesuai
12.Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 keatas) ekspirasi kondisi pasien
13.Cedera pada medula spinalis dokumentasikan hasil pemantauan
Ortopnea
14.Efek agen farmakologis o Edukasi
23
15.Kecemasan Pemapasan pursed-tip jelas tujuan dan prosedur pemantauan
Gejala dan tanda mayor Pernapasan cuping informasikan hasil pemantauan
Subjektif hidung
Dispnea Objektif
1. penggunaan otot bantu napas meningkat
2. volume tidal menurun Frekuensi napas
3. PCO2 meningkat Kedalaman napas
4. PO2 menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif
Tidak tersedia Objektif
1. Gelisah
2. Takikardia
24
25
BAB IV
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN
PKKvTD ANGKATAN III 2024
A. IdentitasKlien
Nama : Ny. Sase Dyahwidiastuti.................. No. RM : 11611589
Usia : 63 Tahun.......... Tgl. Masuk : 26-03-2024
Tanggal lahir : 14-02-1961 Jam Masuk RS : 22.45
Jenis kelamin : Perempuan........................................ Tgl. Pengkajian : 27-03-2024
Alamat : Jl. Melati Rt 08 Rw 06 Bululawang Jam Pengkajian : 15.00
No. telepon :-
Status pernikahan : Cerai Mati
Agama : Islam.................................................
Suku : Jawa..................................................
Pendidikan : SD.....................................................
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga...........................
Lama berkerja : -.........................................................
B. Status kesehatanSaatIni
1. Keluhan utama saat pengkajian : Sesak, Kaki bengkak
2. Lama keluhan : 3 minggu yanglalu
3. Kualitas keluhan : Nafas berat
4. Faktor pencetus : Tiba tiba
5. Faktor pemberat : Saat duduk
6. Upaya yang telah dilakukan : Istirahat bedrest di rumah
7. Diagnosamedis :
1. AF SVR + TAvB with unstable hemodinamik
2. HF st C Fc III dt susp CAD, dd cardiac amyloidosis , HCM.
3. CCS PTP 14%
4. Efusi Pleura Kanan
5. Hipoalbuminemia moderete
6. Prolonged INR
7. Geriatric Problem
26
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien mengeluh mengeluh lemas, nafsu makan menurun, sesak, dan bengkak diekstremitas bawah sejak 1 tahun
yang lalu sebelum MRS. Memberat kurang lebih 1 bulan yang lalu sebelum MRS disertai dengan sesak. Pada
tanggal 25-03-2024 pasien datang ke IGD RS Bokor Kab. Malang didiagnosa Junctional Rytem dt SND, syock
kardiogenik. Kemudian dilakukan pemeriksaan dan didapatkan hasil: TD: 67/50 mmHg, HR: 43x/mnt, SpO2 99%
dengan NC 4 lpm. Mendapatkan terapi Infus NS 20 tpm, Inj. SA 1mg (sebanyak 3x), syringe pump dopamin 5-
10mcg/kgbb/mnt, PO CaCo3 1x1. Tidak ada perbaikan, akhirnya diputuskan untuk dirujuk ke RSSA dengan pro
tindakan pasang TPM. Tgl 26-03-2024 pk 22.40 pasien datang dan diterima di IGD RSSA dengan Kesadaran CM,
GCS e4v5m6, TD 101/71 mmHg, HR 50x/mnt, RR 20x/mnt, Spo2 96% dengan o2 NC 4 lpm, terpasang syringe pump
dopamin 5-10mcg/kgbb/mnt. Pada tanggal 27-03-2024 pk 00.30 pasien dilakukan tindakan pemasangan TPM. Tgl
27-03-2024 pk. 07.00 pasien dipindahkan ke CVCU dengan keadaan pasien terpasang TPM dengan setting 80-2-2
Kesadaran CM GCS e4v5m6 TD 76/54 mmHg, HR 80x/mnt, RR 20x/mnt, Spo2 97% dengan o2 NC 4 lpm.
Mendapatkan terapi: Infus NS 0,9% 0,7cc/kgBB/jam, Syringe dopamin 5 mcg/kgBB/mnt, Syringe NE
0,05mcg/kgbb/mnt, inj. Furosemide (jika MAP > 65mmHg), PO Captopril (TUNDA), PO Bisoprolol (TUNDA), PO
Warfarin (TUNDA 1 hari), PO Diazepam 0-0-2mg.
D. Riwayat KesehatanTerdahulu
1. Penyakit yg pernah dialami : Jantung tidak terkontrol, DM tidak terkontrol
a. Kecelakaan :-
b. Operasi (jenis&waktu) :-
c. Penyakit:
Kronis :
Akut :
2. Terakhir masuki RS :-
3. Alergi (obat, makanan, plester, dll): -
27
E. RiwayatKeluarga Jantung
Keluarga klien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki sakit serupa seperti klien, dan tidak ada keluarga
yang memiliki riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, gagalginjal, dan sakit jantung, dan kencing manis.
GENOGRAM
Keterangan:
: Laki-laki : Pasien/ Klien
: Perempuan : Menikah
: Tinggal satu rumah : Meninggal
: Hubungan anak kandung
F. RiwayatLingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan Rutin dibersihkan minimal 2x sehari -
pada pagi dan sore
Bahaya - -
kecelakaan
Polusi Jalan depan rumah sering dilalui oleh -
kendaraan bermotor
Ventilasi Kamar tidur pasien kurang adanya -
ventilasi udara karena terletak
dibelakang
Pencahayaan Pencahayaan cukup dari lampu -
G. Pola Aktifitas-Latihan
Jenis Rumah RumahSakit
28
Makan/minum 2 2
Mandi 2 3
Berpakaian/berdandan 2 2
Toileting 2 3
Mobilitas ditempat tidur 2 3
Berpindah 2 3
Berjalan 3 4
Naik tangga 4 4
PemberianSkor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain (1 orang) , 3 = dibantu orang lain (> 1 orang), 4 = tidak mampu
H. Pola NutrisiMetabolik
Jenis Rumah Rumah Sakit
Jenis diit/makanan Bersantan DJ II 1500 kkal + extra protein
Frekuensi/pola 3x/hari 3x/hari
Porsi yang dihabiskan 1 porsi 1/4 porsi
Komposisi menu Nasi, sayur, ikan Nasi, Sayur, Lauk
Pantangan - -
Nafsu makan Menurun Biasa
Fluktuasi BB 6bln terakhir 45 kg 45kg
Jenis minuman Air mineral Air mineral
Frekuensi/pola 3-4x/mnt 3-4x/mnt
Gelas yang dihabiskan 1 gelas 1 gelas
Sukar menelan - -
Pemakaian gigi palsu - -
Rwt peyembuhan luka lama - -
I. Pola Eliminasi
Jenis Rumah Rumah Sakit
BAB
Frekuensi/pola 1x/hari Belum BAB
Konsistensi Lembek -
Warna dan bau Khas feses -
Kesulitan - Makan sedikit
Upaya mengatasi - -
BAK
Frekuensi/pola 3x/hari Via chateter
29
Konsistensi Cair Cair
Warna dan bau Kuning jernih Khas feses
Kesulitan - -
Upaya mengatasi - -
J. Pola Tidur-Istirahat
Jenis Rumah Rumah Sakit
Tidur siang
Lamanya 3 jam 4 jam
Jam .... s/d .... 11.00-13.00 WIB 10.00-14.00
Kenyamanan setelah tidur Nyaman Nyaman
Tidur malam
Lamanya 5 jam 6 jam
Jam .... s/d .... 23.00 - 04.00 23.00-05.00
Kenyamanan setelah tidur Nyaman Nyaman
Kebiasaan sebelum tidur - -
Kesulitan Sering terbangun -
Upaya mengatasi Mencoba tertidur kembali -
K. Pola KebersihanDiri
Jenis Rumah Rumah Sakit
Mandi/frekuensi 2x/hari 1x/hari (SEKA)
Penggunaan sabun Ya Ya
Keramas/frekuensi 1x/minggu -
Penggunaan shampoo Ya -
Gosok gigi/frekuensi Setiap kali mandi -
Penggunaan odol Ya -
Ganti baju/frekuensi Setiap kali kotor -
Memotong kuku/frekuensi 1x/minggu -
Kesulitan - -
Upaya yang dilakukan - -
30
L. Pola Toleransi-KopingStres
1. Pengambilan keputusan:( )sendiri (V)dibantu orang lain,
sebutkan: Anak
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll): -
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah:
Menonton televisi
4. Harapan setelah menjalani perawatan:
Bisa melakukan ADl secara mandiri
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit:
Produktifitas menurun
M.Konsep Diri
1. Gambaran diri: Menganggap sakit adalah cobaan dari Tuhan.
2. Ideal diri: Mampu melakukan kegiatan sehari hari dengan mandiri
3. Harga diri: Merasa minder karena sedang kondisi sakit
4. Peran: Ibu Rumah Tangga
5. Identitas diri: Seorang Ibu dari 3 orang anak, nenek dari 2 orang cucu
N. Pola Peran&Hubungan
1. Peran dalam keluarga: Ibu dari 3 orang anak, Nenek dari 2 orang cucu
2. Sistem pendukung: anak dan cucu
3. Kesulitan dalam keluarga: -
( ) Hub. dengan orang tua ( ) Hub.dengan pasangan
( )Hub. dengan sanak saudara ( ) Hub.dengan anak
( ) Lain-lain sebutkan, Tidak ada
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: -
5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi: -
O. Pola Komunikasi
1. Bicara: (V) Normal ( ) Bahasa utama:Jawa/Indonesia
(V) Tidak jelas ( )
Bahasa daerah: Jawa
() Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian:............................
(V) Mampu mengerti pembicaraan orang lain( ) Afek:....................................................
31
2. Tempat tinggal:
( ) Sendiri
( ) Kos/asrama
( V ) Bersama orang lain (Anak dan Cucu
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: -
b. Pantangan & agama yg dianut: -
c. Penghasilan keluarga: ( V ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 ( ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta ( ) > 2 juta
P. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (V) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( ) perhatian ( )sentuhan (V) lain-lain, seperti: suami sudah meninggal
33
4. Payudara&Ketiak
Inpeksi : Tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan
8. Ekstermitas
EkstermitasAtas:
a. Kanan : tampak kurus dan lemas, tidak ada odema, kekuatan otot 5
b. Kiri : tampak kurus dan lemas, tidak ada odema, kekuatan otot 5
Ekstermitas Bawah:
a. Kanan : Tampak lemas. Adanya odema, kekuatan otot 4, terdapat balutan
sambungan alat TPM (80-2-2)
b. Kiri : Tampak lemas. Adanya odema, kekuatan otot 4
9. SistemNeorologi
Fungsi : Normal
Cara Pemeriksaan : menyebutkan jumlah anak dan jumlah cucu
10. Kulit& Kuku
a. Kulit : bewarna sawo matang, tidak ada bulu, tidak ada lesi
b. Kuku : bersih dan pendek
S. Hasil PemeriksaanPenunjang
Laboratorium: 26 – 03 -2024
Analisa Gas Darah
pH 7,53
pCO2 32,9 mmHg
34
pO2 78,1 mmHg
HCO3 27,5 mmol/L
BE 4,6 mmol/L
SaO2 96,7%
Hb 14,10 g/dL
Suhu 37 ̊C
Hasil darah lengkap tgl 27/03/2024
Kesimpulan:
MORSE FALL SCALE
Skala
No. Pengkajian Nilai Keterangan
Tidak Ya
1. Riwayat jatuh:
V 0
Apakah pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir
2. Diagnosa sekunder:
V 15
Apakah memiliki lebih dari satu diagnose penyakit?
3. Alat bantu jalan: V 0
- Bed rest/ dibantu perawat
35
Skala
No. Pengkajian Nilai Keterangan
Tidak Ya
- Kruk/ tongkat/ walker
- Berpegangan pada benda-benda sekitar
4. Terapi intravena:
V 20
Apakah saat ini terpasang infus?
5. Gaya berjalan/ caraberpindah:
- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat
bergerak sendiri) 10
- Lemah (tidak bertenaga) V
- Gangguan/ tidak normal (pincang/diseret)
6. Status mental:
- Menyadari kondisi dirinya V 15
- Mengalami keterbatasan daya ingat
Total Nilai 60
Risiko Rendah 0 – 24 Risiko Sedang 25 – 45 Risiko Tinggi >45
Terapi
1. IVFD :
2. Peroral
Captopril (TUNDA)
Bisorolol (TUNDA)
Warfarin (hari ini TUNDA)
Diazepam 0-0-2mg
3. EKG
36
Interpretasi ECG
֊ Irama : Reguler
֊ Frekuensi : 45x/menit
֊ Gelombang P / QRS : Tidak ada
֊ PR interval : Tidak ada
֊ Kompleks QRS : Lebar 0,12 mm/s
֊ Segmen ST : Tidak ada ST Elevasi maupun ST Depresi
֊ Q patologis : Q pathologis di lead II,III,AvF
֊ Axis : Axis Normal
Kesimpulan :
Juctional ritem dengan HR 45x/menit dengan adanya Infark pada Lateral dengan Axis Normal
Interpretasi ECG
֊ Irama : reguler
֊ Frekuensi : 83 x/mnt
֊ Gelombang P : tidak ada
֊ PR interval : tidak ada
֊ Kompleks QRS : lebar 0,12 mm/sec
֊ Segmen ST : tidak ada st elevasi atau st depresi
֊ Q patologis : q patologis di II III AVF
֊ Axis : Axis Normal
Kesimpulan :
Irama pacing TPM dengan HR 83x/mnt, dengan setting TPM hr 80, sense 2 output 2, terdapat irama periodik
intriksik junctional dengan normal axis
37
4. Hasil ECHOCARDIOGRAFI
a. ECG : 80 bpm on TPM 80-2-2
b. Dimensi ruang jantung : LA dilatasi, LV, RA, RV normal
c. Fungsi sistolik LV : menurun (38% by teich, 32% by simpson)
d. Fungsi diastolik LV : disfungsi diastolic LV grade III (E/A 3.6)
e. Fungsi sistolik RV : menurun (TAPSE 1.0 cm)
f. Analisa segmental LV : hipokinetik basal mid inferoseptal
g. Katup
- Mitral : MS (-), MR mild
- Aorta : 3 Cuspis,, AS (-) AR (-)
- Pulmonal : PS (-), PR mild
- Tricuspid : TS (-), TR moderate (TR Vmax 2.3 m/s)
h. Lain lain
- IVC 1.5-2.0 cm
- SV 16 ml, CO 1.4L/min, SVR 3.257 dynes
- PCWP 36.38 mmHg
- Efusi pericard (-), efusi pleura (-)
- SEC (-), Vegetasi (-), thrombus (-)
i. Kesimpulan
- Fungsi sistolik LV menurun (32% by simpson)
- Disfungsi diastolik LV grade III
- Fungsi sistolik RV menurun
- Hipokinetik basal mid inferoseptal
- MR mild, PR mild, TR moderate dengan intermediate of PH
38
5. Foto Thorax
Kesimpulan :
Edema pulmonal, Efusi pleura dextra, Cardiomegali
39
ANALISIS DATA
40
Data Etiologi Masalah
8. Kesimpulan dari gambaran juctional dengan
HR: 45x/mnt adanya infark pada lateral
dengan axis normal
9. Kesimpulan hasil echo
- Fungsi sistolik LV menurun (32% by
simpson)
- Disfungsi diastolik LV grade III
- Fungsi sistolik RV menurun
- Hipokinetik basal mid inferoseptal
- MR mild, PR mild, TR moderate dengan
intermediate of PH
41
Data Etiologi Masalah
DS: TAVB
1. Pasien mengatakan sesak. Pola napas tidak efektif
2. Pasien mengatakan lemas. Hambatan upaya napas
3. Pasien mengatakan mudah Lelah saat
beraktifitas. Sesak napas
4. Psien mengatakan terkadang merasa batuk
Pola napas tidak efektif
DO:
1.
2.
3.
BP 86/63 (68) mmHg dengan Syringe
Dobutamin 5 mcg/kgbb/menit Syringe NE
0,05mcg/kgbb/mnt
HR 45x/menit off TPM
HR 86x/menit with pacemaker
RR 22x/menit
SpO2 97% dengan NC 3lpm
4. Bengkak pada ekstremitas bawah
5. CRT > 3 s
6. Pemeriksaan Fisik Paru
Auskultasi : cracless :
+
-
+
-
-
42
Data Etiologi Masalah
DS : TAVB Intoleransi aktifitas
1. Pasien mengatakan lemas, kedua kaki
bengkak
Penurunan suplai o2 ke otot
DO :
1. Tekanan 86/63 MAP 68 dengan dobutamin 5 Kelemahan otot
mcg dan NE 0,05 mcg
2. HR 45x/m off TBM 86x/m on TBM
3. Bengkak kedua kaki Tirah baring
4. Gambaran EKG AF SVR dengan TAVB
5. Pasien tirah baring Intoleransi aktifitas
43
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
(Berdasarkan prioritas)
Ruang : CVCU
Nama Pasien : Ny. Sase Dyahwidiastuti
44
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
45
No. Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1.17 Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
1.18 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi
1.19 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
1.20 Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2. Pola napas tidak efektif (L.01004) Dengan kriteria hasil: 1. Pemantauan Respirasi (I.01014)
b.d hambatan upaya Setelah dilakukan 1. Dispnea menurun Observasi
napas d.d gejala mayor intervensi keperawatan 2. Penggunaan ototo 1. Monitor frekuensi, irama, kedalam dan upaya napas
(Dispnea, fase ekspirasi selama …..........jam, bantu napas 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
memanjang, maka Pola Napas menurun kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
bradypnea) gejala Meningkat 3. Pemanjangan fase 3. Monitor kemampuan batuk efektif
minor (penapasan ekspirasi 4. Monitor adanya produksi sputum
pursed-lip) 4. Ortopnea 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
5. Pernapasan pursed- 6. Auskult asi bunyi napas
lip 7. Monitor hasil x-ray toraks
6. Pernapasan cuping Terapeutik
hidung 8. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
7. Frekuensi napas 9. Dokumentasi hasil pemantauan
membaik Edukasi
8. Kedalaman napas
10. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
membaik
11. Informasi hasil pemantauan, jika perlu
9. Eksjursi dada
membaik
10. Ventilasi semenit
membaik
11. Kapasitas vital
membaik
12. Diameter thoraks
anterior-posterior
membaik
13. Tekanan ekspirasi
membaik
Tekanan inspirasi
membaik
3 Intolerasi aktivitas Setelah dilakukan Dengan kriteria hasil Manajemen program latihan 1.05179
46
No. Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
4 Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan Dengan kriteria hasil Pemantauan nutrisi 1.03123
berhubungan dengan intervensi keperawatan Status nutrisi L. 05045
faktor spikologis selama …..........jam, Ekspetasi membaik Observasi
maka resiko defisit Porsi makan yang - identifikasi pperubahan berat badan
nutrisi tidak terjadi dihabiskan - identifikasi kemampuan menelan
Kekuatan otot - identifikasi kelainan eliminasi
pengunyah - monitor mual dan muntah
Kekuatan otot menelan - monitor asupan oral
Pengetahuan ttg - monitor warna konjungtiva
makanan sehat Terapeutik
Sikap terhadap - timbang berat badan
makanan - hitung perubahan berat badan
Berat badan
- atur interval pemamtauan sesuai kondisi pasien
IMT
Edukasi
Frekuensi makan
- jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Nafsu makan
Bisisng usus - informasikan hasil pemantauan
Membran mukosa
47
IMPLEMENTASI
48
No. Dx. TTD &
Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Nama
Kep
Terang
2. 15.00 Pemantauan Respirasi (20.00)
(I.01014) S:
Observasi 5. Pasien mengatakan sesak berkurang.
1. Melakukan monitor polal 6. Pasien mengatakan lemas dan hanya
napas, frekuensi, irama, maan ¼ porsi.
kedalam dan upaya napas 7. Pasien mengatakan mash merasa lelah.
2. Melakukan monitor 8. Psien mengatakan terkadang merasa
kemampuan batuk efektif batuk
3. Melakukan monitor adanya
produksi sputum O:
4. Melakukan monitor adanya 1.
sumbatan jalan napas 2.
5. Melakukan auskultasi 3.
bunyi napas BP 76/56 (68) mmHg dengan Syringe
6. Melakukan monitor hasil Dobutamin 5 mcg/kgbb/menit Syringe
x-ray toraks NE 0,1mcg/kgbb/mnt
Terapeutik HR 68-82x/menit with pacemaker
7. Mengatur interval setting 80-2-2
pemantauan respirasi
RR 22x/menit
sesuai kondisi pasien
8. Melakukan dokumentasi SpO2 97% dengan NC 3lpm
hasil pemantauan 9. Bengkak pada ekstremitas bawah
Edukasi 10. CRT > 3 s
9. Menjelaskan tujuan dan 11. Pemeriksaan Fisik Paru
prosedur pemantauan Auskultasi : cracless :
10. Menginformasi hasil +
-
pemantauan, jika perlu +
-
-
49
No. Dx. TTD &
Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Nama
Kep
Terang
3 15.00 Manajemen program latihan (20.00)
1.05179 S:
mengidentifikasi jenis 1. Pasien mengatakan sesak berkurang.
aktivitas fisik 2. Pasien mengatakan masih lemas dan
mengidentifikasi kemampuan makan ¼ porsi
pasien beraktivitas 3. Pasien mengatakan kedua kaki masih
memonitor randa vital bengkak.
menganjurkan tehnik O:
pernapasan yang tepat selama 1.
aktivitas fisik 2.
mengajarkan tehnik latihan 3.
sesuai dengan kemampuan BP 76/56 (68) mmHg dengan Syringe
seperti mika miki Dobutamin 5 mcg/kgbb/menit Syringe
mengajarkan menghindari NE 0,1mcg/kgbb/mnt
cedera saat latihan fisik HR 68-82x/menit with pacemaker
setting 80-2-2
RR 22x/menit
SpO2 97% dengan NC 3lpm
4.
5.
6.
7.
saat berubah posisi
A: Masalah belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi menejement
program latihan no 1-6
50
No. Dx. TTD &
Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Nama
Kep
Terang
4 15.00 Pemantauan nutrisi 1.03123 (20.00)
Observasi S:
- menidentifikasi perubahan Pasien mengatakan tidak enak untuk makan
berat badan O:
- mengidentifikasi 1.
kemampuan menelan 2.
- memonitor mual dan muntah 3.
- memonitor asupan oral BP 76/56 (68) mmHg
Terapeutik HR 68-82x/menit with pacemaker
- mengukur berat badan setting 80-2-2
Edukasi RR 22x/menit
- menjelaskan tujuan dan SpO2 97% dengan NC 3lpm
prosedur pemantauan 4.
- menginformasikan hasil 19,02
pemantauan 5.
6.
7.
8.
9.
10.
51
IMPLEMENTASI
53
2. 08.00 Pemantauan Respirasi S:
(I.01014) 1. Pasien mengatakan sesak
Observasi berkurang.
1. Melakukan monitor 2. Pasien mengatakan lemas dan
polal napas, frekuensi, hanya maan ¼ porsi.
irama, kedalam dan 3. Pasien mengatakan badan lebih
upaya napas segar.
2. Melakukan monitor 4. Psien mengatakan tidak batuk
kemampuan batuk
efektif O:
3. Melakukan monitor 1.
adanya produksi sputum 2.
4. Melakukan monitor 3.
adanya sumbatan jalan NIBP 72/46 (61) mmHg dengan
napas Syringe Dobutamin 10
5. Melakukan auskultasi mcg/kgbb/menit Syringe NE
bunyi napas 0,7mcg/kgbb/mnt
6. Melakukan monitor
IBP 79/61 (70) mmHg
hasil x-ray toraks
Terapeutik HR 90-102x/menit with
7. Mengatur interval pacemaker setting 100-2-2
pemantauan respirasi RR 22x/menit
sesuai kondisi pasien SpO2 97% dengan NC 3lpm
8. Melakukan 4. Bengkak pada ekstremitas
dokumentasi hasil bawah
pemantauan 5. CRT > 3 s
Edukasi 6. Pemeriksaan Fisik Paru
9. Menjelaskan tujuan dan Auskultasi :
prosedur pemantauan cracless :
10. Menginformasi hasil +↓
pemantauan, jika perlu -
+↓
-
-
54
3 08.00 Manajemen program (12.00)
latihan 1.05179 S:
mengidentifikasi jenis 1. Pasien mengatakan masih lemas
aktivitas fisik dan makan ¼ porsi
mengidentifikasi 2. Pasien mengatakan kedua kaki
kemampuan pasien masih bengkak.
beraktivitas O:
memonitor randa vital 1.
menganjurkan tehnik 2.
pernapasan yang tepat 3.
selama aktivitas fisik NIBP 72/46 (61) mmHg dengan
mengajarkan tehnik latihan Syringe Dobutamin 10
sesuai dengan kemampuan mcg/kgbb/menit Syringe NE
seperti mika miki 0,7mcg/kgbb/mnt
mengajarkan menghindari IBP 79/61 (70) mmHg
cedera saat latihan fisik HR 90-102x/menit with
pacemaker setting 100-2-2
4.
5.
6.
7.
8.
bertambah saat berubah posisi
A: Masalah belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi
menejement program latihan no
1-6
55
4 08.00 Pemantauan nutrisi 1.03123 (12.00)
Observasi S:
- menidentifikasi -
perubahan berat badan O:
- mengidentifikasi Kesadaran CM
kemampuan menelan GCS: e4v5m6
- memonitor mual dan TTV:
muntah BP 72/46 (61) mmHg dengan
- memonitor asupan oral Syringe Dobutamin 10
Terapeutik mcg/kgbb/menit Syringe NE
- mengukur berat badan 0,7mcg/kgbb/mnt
Edukasi IBP 79/61 (70) mmHg
- menjelaskan tujuan dan HR 90-102x/menit with
prosedur pemantauan pacemaker setting 100-2-2
- menginformasikan hasil RR 22x/menit berat badan saat ini
pemantauan 45 kg dengan IMT 19,02
Nafsu makan menurun
Keterbatasan aktifitas
Tirah baring lama
makan ¼ porsi makan
tidak mual tidak muntah
56
IMPLEMENTASI
57
Kolaborasi dari TPM kemungkinan loss
14.Kolaborasi pemberian capture, bila perlu dilakukan
antiaritmia, jika perlu pemasangan PPM segera
Saran pemberian obat untuk
meningkatkan Nadi.
Jika terjadi Henti nafas dan
henti jantung, Lakukan RJP.
58
2. 08.00 Pemantauan Respirasi (12.00)
(I.01014) S:
Observasi 1. Pasien penurunan kesadaran..
1. Melakukan monitor 2. Pasien sulit diajak kmunikas.
polal napas, frekuensi,
irama, kedalam dan
upaya napas O:
2. Melakukan monitor 1.
kemampuan batuk 2.
efektif 3.
3. Melakukan monitor 4.
adanya produksi sputum IBP 62/36 (41) mmHg dengan
4. Melakukan monitor Syringe Dobutamin 15
adanya sumbatan jalan mcg/kgbb/menit Syringe NE
napas 1mcg/kgbb/mnt
5. Melakukan auskultasi HR 63 x/menit with pacemaker
bunyi napas
setting 100-2-2
6. Melakukan monitor
hasil x-ray toraks RR 28x/menit
Terapeutik SpO2 87% dengan NC 3lpm,
7. Mengatur interval dinaikkan s.d menggunakan
pemantauan respirasi NRM SpO2 mash 90%,
sesuai kondisi pasien dilakukan pemasangan NIV
8. Melakukan SpO2 94%
dokumentasi hasil 5. Nadi teraba lemah dan dalam
pemantauan 6. Bengkak pada ekstremitas bawah
Edukasi 7. CRT > 3 s
9. Menjelaskan tujuan dan 8. Ekstremitas dingin
prosedur pemantauan 9. Pemeriksaan Fisik Paru
10. Menginformasi hasil Auskultasi :
pemantauan, jika perlu cracless :
+↓
-
+↓
-
-
P:
Lantkan intervensi
Pemantauan Respirasi no 1-3,
6-7, 8-9, 11
Saran dilakukan Intubasi dan
penggunaan alat bantu nafas
mekanik (Ventilator)
Jika terjadi Henti nafas dan
henti jantung, Lakukan RJP.
59
3 08.00 Manajemen program (12.00)
latihan 1.05179 S:
mengidentifikasi jenis 1. Pasien penurunan kesadaran..
aktivitas fisik 2. Pasien sulit diajak kmunikas.
mengidentifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas O:
memonitor randa vital 1.
menganjurkan tehnik 2.
pernapasan yang tepat 3.
selama aktivitas fisik 4.
mengajarkan tehnik latihan 5.
sesuai dengan kemampuan IBP 62/36 (41) mmHg dengan
seperti mika miki Syringe Dobutamin 15
mengajarkan menghindari mcg/kgbb/menit Syringe NE
cedera saat latihan fisik 1mcg/kgbb/mnt
HR 63 x/menit with pacemaker
setting 100-2-2
RR 28x/menit
SpO2 87% dengan NC 3lpm,
dinaikkan s.d menggunakan
NRM SpO2 mash 90%,
dilakukan pemasangan NIV
SpO2 94%
10. Nadi teraba lemah dan dalam
11. Ekstremitas dingin
60
4 08.00 Pemantauan nutrisi 1.03123 (12.00)
Observasi S:
- mengidentifikasi 1. Pasien penurunan kesadaran..
perubahan berat badan 2. Pasien sulit diajak kmunikas.
- mengidentifikasi
kemampuan menelan
- memonitor mual dan O:
muntah 1.
- memonitor asupan oral 2.
Terapeutik 3.
- mengukur berat badan 4.
Edukasi masuh
- menjelaskan tujuan dan 5.
IBP 62/36 (41) mmHg dengan
prosedur pemantauan
- menginformasikan hasil Syringe Dobutamin 15
pemantauan mcg/kgbb/menit Syringe NE
1mcg/kgbb/mnt
HR63x/menit with pacemaker
setting 100-2-2
RR 28x/menit
SpO2 87% dengan NC 3lpm,
dinaikkan s.d menggunakan
NRM SpO2 mash 90%,
dilakukan pemasangan NIV
SpO2 94%
12. Nadi teraba lemah dan dalam
13. Ekstremitas dingin
61
BAB V
PENUTUP
1.5. KESIMPULAN
Total Block AV (atrioventricular block) adalah suatu kondisi di mana terjadi
kegagalan total konduksi antara atrium dan ventrikel sehingga tidak ada hubungan antara
gelombang P dan kompleks QRS. Banyak penyakit dan kondisi dapat mempengaruhi sistem
konduksi AV termasuk bawaan dan didapat disebabkan oleh infeksi, inflamasi, degeneratif,
iskemik, metabolik, dan iatrogenik. Antara tersebut, penyebab paling umum untuk Total Blok
AV adalah penyebab degeneratif dan iskemik metode diagnostik diperlukan untuk
mengidentifikasi dan menyingkirkan kemungkinan penyebabnya. TPM adalah suatu alat
bantu yang dapat menghasilkan impulse listrik secara terus menerus (kontinue) dan teratur
( regular ) terdiri dari generator ( sumber listrik ) dan lead / elektrode (penghantar impulse ke
myocard ) bersifat sementara atau menetap ( ditanam /implanted ) yang ditanam di dada atas
kanan atau kiri pasien yang dihubungkan dengan lead menuju jantung pasien. Suatu alat yang
dipasang dan mempunyai tujuan untuk membantu sirkulasi jantung dengan bekerja untuk
mengatasi gangguan aritmia yang mengancam jiwa.
Setelah membahas mengenai sesuai uraian asuhan keperawatan pada pasien dengan
TAVB, maka didapat :
1) Terdapat kesesuaian pengkjian anatar tinjauan teori dengan tinjauan kasus
pada pasien Ny. S dengan TAVB terpasang TPM
2) Terdapat kesesuaian diagnosis keperawatan pada tinjauan teori dengan
tinjauan kasus pada pasien Ny. S dengan TAVB terpasang TPM
1.6. SARAN
Diharapkan tenaga medis dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dan
diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien mengenal penyakitnya sehingga
pengobatan medis dapat tercapai tujuanya.
62
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, I. M. A., & Wirawan, N. (2021). A case of total atrioventricular (AV) block with
acute coronary syndrome at a Negara tertiary care hospital: a diagnostic and
therapeutic challenge in a resource-limited setting. IJBS, 15(1), 110-112.
PPNI (2018). Standar diagnosa keperawatan indonesia. Jakarta, dewan pengurus pusat
PPNI
PPNI (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia . jakarta, dewan pengurus pusat
PPNI
PPNI (2018). Standar luaran keperawatan indonesia. Jakarta, dewan pengurus pusat PPNI
Price, SA & Wilson, LM. (2016). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Vol 2. Jakarta: EGC
Sjamsuhidayat, R & Jong, WD. (2018). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC
63
LAMPIRAN
Interpretasi ECG
֊ Irama : ireguler
֊ Frekuensi : 27x/mnt
֊ Gelombang P : tidak ada
֊ PR interval : tidak ada
֊ Kompleks QRS : 0,12mm/sec, PVC multiform
֊ Segmen ST : tidak ada st elevasi dan st depresi
֊ Q patologis : tidak ada
֊ Axis : lead I +, AVF -, LEAD II – (LAD)
kesimpulan : atrial fibrilasi SVR dengan PVC multiform dengan HR 27x/mnt, dengan axis
LAD dengan set TPM OFF
64
EKG On TPM 80/2/2 28-3-24 pagi
Interpretasi ECG
֊ Irama : reguler
֊ Frekuensi : 84x/mnt
֊ Gelombang P : tidak ada
֊ PR interval : tidak ada
֊ Kompleks QRS : lebar 0.12 mm/sec, terdapat irama PVC
֊ Segmen ST : tidak ada elevasi/ depresi
֊ Q patologis : q patologis di II III AVF
֊ Axis : Axis Normal
Kesimpulan
Irama pacing TPM dengan HR 84 x/mnt, dengan setting TPM Hr 80x/mnt, sense 2 output 2,
terdapat irama periodik intriksik junctional dan PVC dengan axis normal
65
LEMBAR KONSULTASI
66